Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR KERJA MAHASISWA 4

KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh :
Karisma Lala Dewi
180103049
7A S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021
1. Jelaskan pengertian dari konstipasi!
Pengertian Konstipasi
Konstipasi atau yang dikenal juga dengan sebutan sembelit adalah kondisi sulit buang
air besar, seperti tidak bisa buang air besar sama sekali atau tidak sampai tuntas.
Walaupun frekuensi buang air besar setiap orang bisa berbeda-beda, seseorang dapat
dinyatakan mengalami konstipasi jika buang air besar kurang dari 3 kali dalam
seminggu.
2. Jelaskan etiologi konstipasi pada lansia!
Faktor-faktor risiko konstipasi pada usia lanjut:
1. Obat-obatan: golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan
analgetik,golongan diuretik, NSAID, kalsium antagonis, preparat kalsium,
preparat besi, antasida aluminium, penyalahgunaan pencahar.
2. Kondisi neurologik: stroke, penyakit parkinson, trauma medula spinalis, neuropati
diabetic.
3. Gangguan metabolik: hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroidisme.
4. Kausa psikologik: psikosis, depresi, demensia, kurang privasi untuk BAB,
mengabaikan dorongan BAB, konstipasi imajiner.
5. Penyakit-penyakit saluran cerna: kanker kolon, divertikel, ileus, hernia, volvulus,
iritable bowel syndrome, rektokel, wasir, fistula/fisura ani, inersiakolon.
6. Lain-lain: defisiensi diet dalam asupan cairan dan serat, imobilitas / kurang
olahraga, bepergian jauh,  paska tindakan bedah parut

3. Jelaskan tanda dan gejala konstipasi pada lansia!


Beberapa ttanda dan gejala yang berhubungan dengan konstipasi adalah:
(ASCRS,2002)
 Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
 Mengejan keras saat BAB
 Massa feses yang keras dan sulit keluar
 Perasaan tidak tuntas saat BAB
 Sakit pada daerah rectum saat BAB
 Rasa sakit pada daerah perut saat BAB
 Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
 Menggunakan bantuan jari-jari intuk mengeluarkan feses
 Menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa BAB
4. Jelaskan pemeriksaan diagnostik konstipasi pada lansia!
Diagnosis konstipasi dapat ditegakkan menggunakan kriteria Rome III, pemeriksaan
fisik abdomen dan anorektal, serta pemeriksaan penunjang seperti endoskopi.
Diagnosis Konstipasi
Selain wawancara dan pemeriksaan fisik, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan
penunjang seperti:
 Tes darah, untuk melihat apakah ada kelainan seperti hipotiroid atau kadar
kalsium yang tinggi.
 Sinar X. Melalui pemeriksaan sinar X-ray, dokter dapat melihat apakah usus
pengidap tersumbat atau apakah ada tinja di seluruh usus besar.
 Pemeriksaan rektum dan kolon bawah (sigmoidoskopi), untuk memeriksa
kondisi rektum dan bagian bawah usus besar.
 Pemeriksaan rektum dan seluruh kolon (kolonoskopi), untuk melihat kondisi
seluruh usus besar.
 Evaluasi fungsi otot sfinger anal (anorektal manometri) untuk mengukur
koordinasi otot yang digunakan untuk menggerakkan usus
 Studi transit kolonik untuk mengevaluasi pergerakan makanan yang masuk ke
usus besar
 Defekografi atau rontgen rektum pada saat defekasi untuk melihat
adanya prolapse atau masalah dengan fungsi otot rektum
 MRI defekografi

5. Jelaskan penatalaksanaan medis konstipasi pada lansia!


Langkah penanganan konstipasi bertujuan untuk mempercepat gerakan tinja melalui
usus, sehingga penderita bisa buang air besar kembali secara teratur. Penanganan
yang pertama dilakukan adalah dengan mengubah pola makan atau gaya hidup.
Perubahan tersebut meliputi:

 Memperbanyak konsumsi makanan pelancar BAB yang mengandung banyak


serat, serta lebih sering minum air putih dan menghindari minuman
beralkohol.
 Lebih rutin melakukan olahraga.
 Jangan mengabaikan keinginan buang air besar dan upayakan buang air besar
secara teratur.

Jika penanganan awal tidak memperbaiki kondisi sembelit, terutama jika perut
menjadi nyeri atau kram, serta tidak bisa buang angin atau buang air besar, maka
dokter dapat memberi beberapa jenis obat pelancar BAB yang terdiri dari:

 Obat pencahar osmotik. Pencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam


usus, sehingga feses akan menjadi lebih lunak dan merangsang usus untuk
mendorong tinja keluar. Contoh obat ini adalah laktulosa dan macrogol.
 Obat pencahar pelembut tinja. Obat ini menarik cairan dalam usus sehingga
tinja menjadi lembut dan mudah dikeluarkan. Contohnya
natrium docusate dan magnesium hidroksida.
 Obat pencahar stimulan. Obat ini akan merangsang konstraksi usus. Beberapa
contoh obat stimulan adalah bisacodyl.
 Suplemen serat. Obat ini menambah massa pada tinja. Contoh obat ini
adalah psyllium, calcium polycarbophil, dan methylcellulose fiber.
 Pelumas, untuk memudahkan pergerakan tinja melalui usus. Contohnya
adalah minyak mineral.
Sementara pada kasus konstipasi kronis, obat yang dapat diberikan salah
satunya misoprostol.

Konsumsi obat pencahar sebaiknya digunakan dengan hati-hati, usahakan dalam


waktu singkat, dan dihentikan setelah kondisi konstipasi membaik. Di sisi lain, obat
pencahar dapat menimbulkan efek samping, seperti perut kembung, sakit perut,
atau dehidrasi. Pemakaian obat pencahar dalam waktu lama dapat membuat penderita
diare, mengalami gangguan usus, serta mengalami ketidakseimbangan kadar garam
dan mineral dalam tubuh.

Selain pemberian obat pencahar, penderita juga perlu melatih otot panggul
sehinga otot tersebut dapat mengencang atau mengendur. Buang air besar akan lebih
mudah jika otot panggul dalam keadaan mengendur. Latihan untuk ini bisa dilakukan
dengan terapi yang dinamakan biofeedback.

Untuk mengatasi konstipasi karena penyumbatan atau obstruksi usus, maka dokter


dapat melakukan prosedur operasi. Operasi tersebut dilakukan dengan menghilangkan
sebagian kolon sehingga pergerakan tinja dapat lebih cepat.
6. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan konstipasi
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan mengidentifikasi faktor-faktor
(baik positif dan negative) pada usia lanjut, baik secara individu maupun kelompok,
yang bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan usia lanjut, serta untuk
mengembangkan strategi promosi kesehatan (Azizah, 2012).
Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan proses kompleks dan menantang
yang harus mempertimbangkan kebutuhan lansia melalui pengkajian-pengkajian
untuk menjamin pendekatan lansia spesifik, antara lain:
Pengkajian Data
 Identitas Klien
Format pengkajian identitas pada lansia yang meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, status perkawinan, alamat, suku, agama, pekerjaan/penghasilan,
dan pendidikan terakhir.
 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan data riwayat atau masalah kesehatan yang
di derita lansia pada saat ini dan masa lalu
7. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan konstipasi (definisi, batasan
karakteristik, faktor yang berhubungan atau faktor risiko)
Definisi dx: konstipasi adalah penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai
kesulitan atau pengeluaran fases tidak tuntas dan atau fases yang keras, kering dan
banyak.
Batasan karakteristik:
a. Nyeri abdomen
b. Nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot
c. Nyeri tekan abdomen tanpa teraba resestensi otot
d. Anoreksia
e. Penampilan tidak khas pada lansia
f. Borborigmi
g. Penurunan volume vases
h. Keletihan
i. Fases keras dan berbentuk
j. Nyeri pada saat defekasi
k. Mengejan pada saat defekasi
l. Tidak dapat makan
Faktor yang berhubungan atau faktor risiko
a. Kelemahan otot abdomen
b. Konfusi
c. Dehidrasi
d. Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan
usia
e. Perubahan kebiasaan makan
f. Kebiasaan menelan dorongan defekasi
g. Kebiasaan makan buruk
h. Higiene oral tidak adekuat
i. Kebiasaan toileting tidak adekuat
j. Asupan cairan kurang
k. Asupan serat kurang
l. Kebiasaan defekasi tidak teratur
8. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan konstipasi (klafisikasi
dan indikator)
Jawab:
Dx: konstipasi b.d asupan serat kurang
Definisi: penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai kesulitan atau
pengeluaran fases tidak tuntas dan atau fases yang keras, kering dan banyak.
NOC: Eliminasi usus (0501)
- Pola eliminasi
- Kontrol gerakan usus
- Warna fases
- Jumlah fases untuk diet
- Fases lembut dan berbentuk
- Kemudahan BAB
- Tekanan sfingter
- Otot untuk mengeluarkan fases
- Pengeluaran fases tanpa bantuan
- Suara bising usus
- Lemak dalam fases
- Darah dalam fases
- Mukus dalam fases
- Konstipasi
- Nyeri pada saat BAB
9. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan konstipasi (klasifikasi
dan aktifitasnya)
Manajemen konstipasi/impaksi (0450)
- Monitor tanda dan gejala konstipasi
- Monitor hasil produksi pergerakan usus (fases) meliputi frekuensi, konsistensi,
bentuk, volume dan warna dengan cara yang tepat.
- Monitor bising usus
- Dukung peningkatan asupan cairan jika tidak ada kontra indikasi
- Instruksikan pada pasien/keluarga pada diet dengan tinggi serat dengan cara yang
tepat.
- Instruksikan pasien/keluarga mengenai hubungan antara diet, latihan dan asupan
cairan terhadap kejadian konstipasi.
- Evaluasi catatan asupan untuk apa saja nutrisi (yang telah dikonsumsi)
- Ajarkan pasien/keluarga mengenai proses pencernaan normal.
10. Jelaskan pengertian dari hemoroid!
Menurut Jitowiyono, Kritiyanasari (2012) hemoroid merupakan pelebaran dan
inflamasi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis.
Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada dibawah kulit atau luar lines
dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa
(submukosa) diatas atau dibawah linea dentate.
11. Jelaskan etiologi hemoroid pada lansia!
Menurut Sudoyo Aru, dkk (2011) hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko atau
pencetus seperti:
a. Mengedan pada buang air besar yang sulit
b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, lebih
lama duduk di jamban sambil membaca, merokok)
c. Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor
abdomen)
d. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal)
e. Usia tua
f. Konstipasi kronik
g. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
h. Hubungan seks parenal
i. Kurang minum air putih, makan-makanan yang berserat (sayur dan buah)
j. Kurang olahraga
Berdasarkan gambaran klinis hemoroid interna dibagi menjadi:
1. Derajat satu yaitu pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus,
hanya dapat dilihat dengan anorekstotop.
2. Derajat 2 yaitu pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri kedalam anus secara spontan.
3. Derajat 3 yaitu pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi kedalam
anus dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4 yaitu pembesaran hemoroid yang prolaps secara permanen. Rentan dan
cenderung untuk menaladami trombosis dan infark.
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas:
a. Hemoroid eksterna (diluar atau dibawah linea dentate)
b. Hemoroid interna (didalam atau diatas linea dentate)
12. Jelaskan tanda dan gejala hemoroid pada lansia!
Jawab:
a. Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut.
b. Perdarahan berwarna merah terang pada saat buang air besar
c. Pada homoroid eksterna sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga
dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area yang tersumbat.
13. Jelaskan pemeriksaan diagnostik hemoroid pada lansia!
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan penyakit hemoroid adalah sebagai berikut
(Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2013; Amin Huda N. & Hardhi Kusuma, 2015)
a. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk meningkirkan kemungkinan karsinoma rektum. Pada hemoroid
interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan
biasanya tidak nyeri.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan
adanya anemia.
c. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
d. Pemeriksaan anoskopi.
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid internal yang
tidak
menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat
kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid
akanmembesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
14. Jelaskan penatalaksanaan medis hemoroid pada lansia!
a. Konservatif
Terapi hemoroid interna yang simtomatik harus ditetapkan secara individual.
Hemoroid adalah kondisi fisiologis dan karenanya tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat oertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal yang sederhana disertai nasihat tentang makan. Makanan
sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan
isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan. Supositoria dan salep anus diketahui
tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestetik dan astringen.
Hemaroid internal yang mengalami prolaps oleh karena adema umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat tirah baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar
yang mendasarinya, misalnya penyakit Crolin, tetapi medis harus diberikan
apabila hemoroid menjadi simtomatik.
b. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam
aringan areolar yang longgar di bawah hemoroid internal dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan jaringan parut.
c. Ligasi
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi
gelang
karet. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit
dan ditarik atau diisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong
dari ligator dan ditempatkan secara tepat di sekeliling mukosa pleksus
hemoroidalis tersebut.
d. Hemoroidektomi
Intervensi ini dilakukan pada pasien dengan keluhan kronis dan dengan stadium
III dan IV.
15. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan hemoroid!
 Pengkajian hemoroid terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi
doagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapat sesuai dengan kondisi klinis
perkembangan penyakit.
 Keluhan utama yang sering didapatkan adalah nyeri, pendarahan dari anus, dan
merasa ada benjolan di sekitar anus.
 Keluhan nyeri hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya munvul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.
 Riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor predisposisi yang
berhubungan dengan adanya hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumnya,
riwayat peradangan pada usus dan riwayat diet rendah serat.
 Pengkajian psikososial akan di temukan adanya peningkatan kecemasan, serta
perlunya pemberian informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana
pembedahan
 Pemeriksaan survei umum dapat dilihat sakit ringan, sampai gelisah menahan
sakit, TTV bisa normal atau belum di dapatkan perubahan seperti takikardi dan
peningkatan pernapasan.
 Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus. Pemeriksaan colok
dubur hemoroid interna tidah dapat dirapa karena tekanan vena didalam tidak cukup
tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperkukan untuk menyingkiran adanya
karsinoma rektus (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2011).
16. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hemoroid (definisi, batasan
karakteristik, faktor yang berhubungan, atau faktor risiko)
1) Nyeri akut
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association for the study of Pain); awitan yang tiba-
tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya
dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
b. Batasan karakteristik
 Perubahan selera makan
 Perubahan pada parameter fisiologis
 Diaforesis
 Perilaku distraksi
 Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
 Perilaku ekspresif
 Ekspresi wajah nyeri
 Sikap tubuh melindungi
 Putus asa
 Fokus menyempit
 Sikap melindungi area nyeri
 Perilaku protektif
 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
 Dilatasi pupil
 Fokus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
 Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyero
c. Faktro yang berhubungan atau faktor resiko
 Agen cedera biologi
 Agen cedera kimiawi
 Agen cedera fisik
2) Resiko infeksi
a. Definisi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan.
b. Batasan karakteristik
(tidak ada)
c. Faktor resiko
 Gangguan peristalsis
 Gangguan integritas kulit
 Vaksinasi tidak adekuat
 Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
 Malnutrisi
 Obesitas
 Merokok
 Stasis cairan tubuh
Populasi terpajan
 Terpajan pada wabah
Kondisi terkait
 Perubahan pH sekresi
 Penyakit kronis
 Penurunan kerja siliraris
 Penurunan hemglobin
 Imunosupresi
 Prosedur invasif
 Leukopenia
 Pecah ketuban dini
 Pecah ketuban lambat
 Supresi respon inflamasi
17. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan hemoroid (klafisikasi
dan indikator)
1) Nyeri akut
a. Tingkat nyeri
 Nyeri yang dilaporkan
 Panjangnya episode nyeri
 Menggosok area yang terkena dampak
 Mengerang dan menangis
 Ekspresi nyeri wajah
 Tidak bisa beristirahat
 Agitasi
 Iritabilitas
 Mengerinyit
 Mengeluarkan keringat
 Berkeringat berlebihan
 Mondar-mandir
 Fokus menyempit
 Ketegangan otot
 Kehilangan nafsu makan
 Mual
 Intoleransi makanan
 Frekuensi nafas
 Denyut nadi apikal
 Denyut nadi radial
 Tekanan darah
 berkeringat
2) Resiko infeksi
a. Keparahan infeksi
 Kemerahan
 Vesikel yang tidak mengeras permukaanya
 Demam
 Hipotermia
 Ketidakstabilan suhu
 Nyeri
 Jaringan lunak
 Malaise
 Hilangnya nafsu makan
18. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan hemoroid (klafisikasi
dan aktifitasnya)
1) Nyeri akut
a. Manajemen nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.
 Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
ketat
 Guanakan strategi komunikasi teraupetik: untuk mengetahui pengalaman
nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
 Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien terhadap nyeri
 Gali bersama pasien faktor-faktor yang menurunkan dan memperberat
nyeri
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya, mengenai efektivitas
tindakan pengontrolan nyeri yang pernah dilakukan sebelumnya
 Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat
prosedur
 Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (misalnya; suhu ruangan, pencahayaan, suara
bising.
 Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
 Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti; biofeedback, TENS
hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif, terapi musik, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupressure, aplikasi panas/dingin dan pijitan)
 Ajarkan metode non farmakologi untuk menurunkan nyeri
 Berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik
 Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri, jika memungkinkan.
2) Resiko infeksi
a. Perlindungan infeksi
 Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang mengalami edema
 Periksa kulit dan sealput lendir untuk adanya kemerahan
 Instruksikan pasin untuk minum antibiotik yang diresepkan
 Anjarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya kepada pemberi layanan kesehatan
 Ajarkan pasien dan anggota keluarfa bagaimana cara menghindari infeksi
19. Jelaskan pengertian dari serosis hepatis !
Sirosis hepatis adalah staduim akhir dari penyakit hati, yang menahun dimana secara
anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan
nekrosis.
20. Jelaskan etiologi serosis hepatis pada lansia !
1. Malnutrisi,
2. Alkoholisme,
3. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
4. Virus hepatitis
5. Penyakit wilson, merupakan kelainan autosomal refesif yang diturunkan dimana
tembaga tertimbun di hepar dan ganglia bangsal otak
6. Zat toksik
21. Jelaskan tanda dan gejala serosis hepatis pada lansia !
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya
kerusakan yang terjadi daripada etiologinya. Gejala disebabkan oleh satu/lebih
macam kegagalan, yaitu :
1. Kegagalan parencim hati
2. Hipertenssi portal
3. Enchelopalophaty
4. Ascites
Keluhan subyektif :
1. Tidak ada nafsu makan, mual, perut terasa tidak enak, cepat lelah
2. Keluhan awal : kembung
3. Tahap lanjut : icterus dan urin gelap
Keluhan obyektif :
1. Hati : kadang terasa keras/tumpul
2. Limpa : pembesaran pada limpa
3. Perut : sirkulasi kolateral pada dinding perut dan ascites
4. Manifestasi ekstra abdominal :
a. Spider nervi pada bagian atas
b. Eritema palmaris
c. Ginekomasti dan atropi testis
d. Hemoroid
e. Mimisan
22. Jelaskan pemeriksaan diagnostik serosis hepatis pada lansia !
a. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
b. Urin
c. Tinja
d. Tes Faal Hati
b. Sarana Penunjang Diagnostik
a. Radiologi
b. USG
c. Laparoskopi
23. Jelaskan penatalaksanaan medis serosis hepatis pada lansia !
a. Mmeberikan oksigen
b. Memberikan cairan infus
c. Memasang NGT (pada perdarahan)
d. Terapi transfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen plasma (FFP)
e. Diuretik: spironolakton (Aldactone), Furosemid (lasix)
f. Sedatif: fenobarbital (Luminal)
g. Pelunak feses: dekusat
h. Detoksikan Amonia: Laktulosa
i. Vitamin: zink
j. Analgetik: Oksikodon
k. Antihistamin: defenhidramin (Benadryl)
l. Endoskopik skleroterapi: entonolamin
m. Temponade ballon varises: pipa Sengstaken-Blakemore (pada perdarah aktif)
n. Profilaksis trombosis vena provunda: stocking kompresi sekuensial
24. Jelasan pengkajian keperawatan pada lansia dengan serosis hepatis
Pengkajian
sebagai langkah pertama proses keperawatan diawali dengan perawat menerapkan
pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data tentang klien.
Diterapkannya pengetahuan ilmiah dan disiplin ilmu keperawatan bertujuan untuk
menggali dan menemukan keunikan klien dan masalah perawatan kesehatan personal
klien (Potter dan perry, 2011)
Menurut (Mutaqqin, 2013), pengkajian sirosis hepatis terdiri atas anamnesa,
pemeriksaan fisik dan evaluasi diagnostik, pengkajian difokuskan pada respons
penurunan fungsi hati dan portal.
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan mencakup data tentang identitas klien serta identitas
penanggung jawab. Data identitas klien meliputi :
nama, tempat tanggal lahi, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
rekam medis, diagnosa medis dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi
2 hal yaitu :
a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit Dalam penulisannya keluhan utama disampaikan
dengan jelas dan padat, dua atau tiga suku kata yang merupakan keluhan yang 36
mendasari klien meminta bantuan pelayanan kesehatan atau alasan klien masuk rumah
sakit.
b) Keluhan saat dikaji Berbeda dengan keluhan utama saat masuk rumah sakit,
keluhan saat dikaji didapat dari hasil pengkajian pada saat itu juga, penjelasan
meliputi PQRST :
P : Provokatif/paliatif adalah merupakan penjelasan apa yang menyebabkan gejala,
memperberat gejala dan yang bisa mengurangi.
Q : Qualitas/quantitas adalah bagaimana gejala yang dirasakan, sejauh mana gejala
dirasakan.
R : Region/radiasi ialah penjelasan mengenai dimana gejala dirasakan, apakah secara
menyebar atau pun tidak
S : Skala/severity adalah tingkat keparahan, seberapa tingkat keparahan yang
dirasakan, pada skala berapa, dalam rentang skala (0-10).
T : Time, menjelaskan kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala muncul,
tiba-tiba atau bertahap, dan berapa lama gejala tersebut dirasakan.
Menurut (Mutaqqin, 2013), klien dengan sirosis hepatis didapatkan keluahan utama
ialah adanya nyeri pada abdomen, nyeri otot dan ikterus, anoreksia, mual, muntah,
kulit gatal dan gangguan pola tidur, pada beberapa klien kasus klien mengeluh
demam ringan, 37 keluhan nyeri kepala, keluhan riwayat mudah mengalami
perdarahan, serta bisa didapatkan adanya perubahan kesadaran secara progresif
sebagai respon dari hepatik enselofati, seperti agitasi (gelisah), tremor, disorientasi,
confusion, kesadaran delirium sampai koma. Keluhan asites dan edema perifer
dihubungkan dengan hipoalbuminemia sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
vaskular dan menyebabkan perpindahan cairan ke ruang ketiga atau ekstraseluler.
Adanya asites perut pada kondisi hipertensi portal, tidak hanya itu adanya edema
ektermitas dan adanya riwayat perdarahan (hematemesis dan melena). Mual dan
muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. keluhan mudah
mengalami pendarahan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien dengan sirosis hepais memiliki riwayat penyalahgunaan alcohol dalam jangka
waktu yang lama, sebelumnya ada riwayat hepatitis kronis, riwayat gagal jantung,
riwayat pemakaian obat-obatan maupun merokok. 3. Riwayat kesehatan keluarga
Adapun riwayat kesehatan keluarga yang dikaji adalah apakah adanya keluarga yang
menderita penyakit hepatitis atau sirosis hepatis.
c. Pemeriksaan Fisik Persistem Secara umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai
sangat lemah. Tanda-tanda vital bisa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti
takikardi atau peningkatan pernafasan.
1) Sistem Pernafasan
Pada inspeksi terlihat sesak dan menggunakan otot bantu nafas sekunder dari
penurunan ekspansi rongga dada dari asites, pada palpasi bila tidak ada komplikasi,
taktil fermitus seimbang, saat perkusi bila tidak ada komplikasi lapang paru resonan,
bila terdapat efusi akan didapatkan bunyi redup, saat auskultasi secara umum normal
tetapi bisa didapatkan adanya bunyi nafas tambahan ronkhi akibat akumulasi sekret.
2) Sistem Kardiovaskular
Anemia, peningkatan denyut nadi, pada saat auskultasi biasanya normal, namun tidak
semua penderita sirosis hepatis memiliki masalah pada sistem kardiovaskularnya.
3) Sistem Pencernaan
Pada saat diinfeksi biasanya terdapat pembesaran pada hati, pada hati saat dipalpasi
adanya nyeri tekan peningkatan lingkar abdomen, pada saat diinpeksi biasanya perut
tampak cembung/buncit (asites), pada saat dipalpasi biasanya adanya nyeri tekan,
pada saat diperkusi biasanya terdengar pekak, pada saat diauskultasi biasanya bising
usus lebih cepat dan juga bisa terjadi penurunan bising usus, tegang pada perut kanan
atas.
4) Sistem Genitourinaria
Bisa ditemukan atropi testis, urin berwarna seperti kecoklatan seperti teh kental. Pada
saat palpasi normal terdapat tendensi.
5) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran limfe dan tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid.
6) Sistem Persyarafan
Sistem saraf agitasi disorientasi, penurunan GCS (Ensefalopati hepatikum).
7) Sistem Integumen
Pada klien dengan sirosis hepatis biasanya terdapat ikterus, palmer eritma, spider
nevi, alopesia dan ekimosis. 8) Sistem Muskuloskeletal
Dapat ditemukan adanya edema, penurunan kekuatan otot.
8) Sistem Penglihatan
Sklera biasanya ikterik, konjingtiva anemis
9) Wicara dan THT
Bentuk bibir simetris, klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik dan
jelas, bahasa mudah dimengerti, berbicara jelas. Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi,
daun telinga tidak keras (tulang rawan), tidak terdapat nyeri pada daun telinga, klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran, pendengaran klien baik, dibuktikan
dengan klien menyimak, mendengarkan dan merespon pembicaraan dengan baik.

D. Pengkajian psikososial dan spiritual


Pengkajian psikososial didapati peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan
informasi intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada klien dalam kondisi terminal,
klien dan keluarga membutuhkan dukungan perawat atau ahli spiritual sesuai dengan
keyakinan klien
e. Pengkajian pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah biasanya dijumpai anemia,
leukopenia, trombositopenia dan waktu protombin memanjang
2) Tes faal hati Tes faal hati bertujuan untuk mengetahui fungsi hati normal atau
tidak. Temuan laboratorium bisa normal dalam sirosis
a) Uji faal Hepar (1) Biliribbin meningkat ( > 1.3 mg/dL) (2) SGOT meningkat ( > 3-
45 u/L) (3) SPGT meningkat ( > 0-35 u/L) (4) Protein total menurun ( > 6.1-8.2 gr %)
(5) Albumin menurun ( > 3.5-5.2 mg/L) 3) USG Gambaran
USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada permulaan sirosis akan
tampak hati membesar, permulaan ireguler tepi hati tumpul, pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang 41 irregular.
Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas normal. Pemeriksaan
USG berguna untuk mencari tanda-tanda sirosis pada permukaan atau didalam hati.
4) Parasentis
a) Parasentis asites adalah mencari tahu penyebab asites apakah berasal dari
hipertensi portal atau proses lain.
b) Studi ini digunakan untuk menyingkirkan infeksi keganasan
5) Biopsi Hati
Untuk mengidentifikasi fibrosis dan jaringan parut. Biopsi merupakan tes diagnostik
yang paling dipercaya dalam menegakkan diagnosis sirosis hepatis.
6) CT (chomputed tomography) dan MRI
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah hepatic serta
obstruksi aliran tersebut.
7) Analisa Gas Darah
Analisa gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan ventilasi
perfusi dan Hipoksia.
25. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan serosis definisi, batasan karakteristik,
faktor yg berhubungan, atau faktor risiko
Rumusan diagnosa keperawatan didapatkan setelah dilakukan analisa data sebagai hasil
dari pengkajian kemudian dicari etiologi permasalahan sebagai penyebab timbulnya
masalah keperawatan tersebut. Perumusan diagnosa keperawatan disesuaikan dengan
sifat masalah keperawatan yang ada, apakah bersifat aktual, potensial maupun resiko.
Menurut (Doenges, 2014) masalah yang akan muncul pada sirosis Hepatis diantaranya
ialah sebagai berikut :
1. Nyeri akut b.d proses inflamasi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan
untuk memproses/ mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan,
mudah kenyang (asites)
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (SIADH), penurunan
protein plasma, malnutrisi), kelebihan natrium/ masukan cairan.
4. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d pengumpulan cairan intraabdomen (asites)
penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret, penurunan energi, kelemahan.
5. Gangguan pola tidur b.d interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor
eksternal
6. Gangguan citra tubuh b.d perubahan biofisika/gangguan penampilan fisik, prognosis,
perubahan peran fungsi. Pribadi rentan, prilaku merusak diri (penyakit yang dicetuskan
oleh alkohol)
7. Kurang pengetahuan b.d tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
26. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien serosis hepatitis klasifikasi dan
indikator
Diagnosa : Nyeri akut b.d proses inflamasi
NOC :(Tingkat nyeri)
Nyeri yg dilaporkan
Ekspresi nyeri wajah
Tidak bisa beristirahat
Kehilangan nafsu makan
Mual
Intoleransi makanan
Tekanan darah
Berkeringat
27. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan serosis hepatis klasifikasi
dan aktifitasnya
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensip termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitas.
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyaman an.
3. Gunakan tekhnik komunikasi
 Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuaensi, kualitas, faktor prespitasi
nyeri, guna untuk mempermudah intervensi yang akan dilakukan.
 Isyarat non verbal dapat atau tidak dapat mendukung intensitas nyeri klien, tetapi
mungkin merupakan satu-satunnya indikator jika klien tidak dapat menyatakan
secara verbal
 Menyakinkan klien untuk mendapatkan 44 terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien.
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
5. Kaji reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
6. Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

Anda mungkin juga menyukai