Anda di halaman 1dari 7

OBAT SEMBELIT

Sembelit (Konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar. Konstipasi akut dimulai secara tiba-tiba dan tampak dengan jelas. Konstipasi menahun (kronik), kapan mulainya tidak jelas dan menetap selama beberapa bulan atau tahun. Jika konstipasi disebabkan oleh suatu penyakit, maka penyakitnya harus diobati. Jika tidak ditemukan penyakit lain sebagai penyebabnya, pencegahan dan pengobatan terbaik untuk konstipasi adalah gabungan dari olah raga, makanan kaya serat dan penggunaan obatobatan yang sesuai untuk sementara waktu. Sayur-sayuran, buah-buahan dan gandum merupakan sumber serat yang baik. Supaya bisa bekerja dengan baik, serat harus dikonsumsi bersamaan dengan sejumlah besar cairan.
OBAT-OBAT PENCAHAR

Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan konstipasi. Beberapa obat aman digunakan dalam jangka waktu lama, obat lainnya hanya boleh digunakan sesekali. Beberapa obat digunakan untuk mencegah konstipasi, obat lainnya digunakan untuk mengobati konstipasi.
Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah:

1. 2. 3. 4. 5.

Bulking Agents Pelunak Tinja Minyak Mineral Bahan-bahan Osmotik Pencahar Perangsang.

1. Bulking Agents.

Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan.

Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar. Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum banyak cairan.
2. Pelunak Tinja.

Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja. Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh.
3. Minyak Mineral.

Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Dan jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum.
4. Bahan Osmotik.

Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal.

Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi.
5. Pencahar Perangsang.

Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes). Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik). Untuk pemilihan golongan obat pencernaan ini yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter. Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat yang kandungannya sama tetapi dengan merk yang berbeda secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore naa generiknya. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat sesuai dengan kebutuhan anda.
Penyebab Ada sejumlah sebab yang mendasari konstipasi, dari kurang gerak, kurang minum, kurang serat, sering menunda buang air besar, kebiasaan menggunakan obat pencahar, efek samping obat-obatan tertentu sampai adanya gangguan seperti usus terbelit, usus tersumbat sampai kanker usus besar. Menurut Kris, defekasi atau buang air besar seperti halnya berkemih adalah suatu proses fisiologik yang melibatkan kerja otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisik untuk mencapai tempat buang air besar. Karena banyaknya mekanisme yang

terlibat, konstipasi menjadi sulit didiagnosis dan dikelola/diobati. Proses buang air besar dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang mengantarkan tinja ke rektum (poros usus) untuk dikeluarkan. Tinja masuk dan meregangkan pipa poros usus diikuti relaksasi otot lingkar dubur dan kontraksi otot dasar panggul. Poros usus akan mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. Pengukuran aktivitas motorik usus besar pada penderita konstipasi dengan elektrofisiologik menunjukkan pengurangan respons motorik usus besar akibat degenerasi jaringan saraf otonom di selaput lendir usus. Ditemukan pula pengurangan rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus. Selain itu, ada kecenderungan menurunnya tegangan jaringan otot lingkar dubur dan kekuatan otot polos berkaitan dengan usia, terutama pada wanita. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik pada konstipasi sebagian besar tidak mendapatkan kelainan yang jelas. Namun demikian, papar Kris, pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh diperlukan untuk menemukan kelainan yang berpotensi mempengaruhi fungsi usus besar. Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliputi gigi geligi, adanya luka pada selaput lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan proses menelan. Daerah perut diperiksa apakah ada pembesaran perut, peregangan atau tonjolan. Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut. Perabaan lebih dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor atau pelebaran batang nadi. Pada pemeriksaan ketuk dicari pengumpulan gas berlebihan, pembesaran organ, cairan dalam rongga perut atau adanya massa tinja. Pemeriksaan dengan stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara gerakan usus besar serta mengetahui adanya sumbatan usus. Sedang pemeriksaan dubur untuk mengetahui adanya wasir, hernia, fissura (retakan) atau fistula (hubungan abnormal pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor di dubur yang bisa mengganggu proses buang air besar. Colok dubur memberi informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya timbunan tinja, atau adanya darah. Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor risiko konstipasi seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat keluarnya darah dari dubur. Anoskopi dianjurkan untuk menemukan hubungan

abnormal pada saluran cerna, tukak, wasir, dan tumor. Foto polos perut harus dikerjakan pada penderita konstipasi untuk mendeteksi adanya pemadatan tinja atau tinja keras yang menyumbat bahkan melubangi usus. Jika ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari dubur atau riwayat keluarga dengan kanker usus besar perlu dilakukan kolonoskopi. Bagi sebagian orang konstipasi hanya sekadar mengganggu. Tapi, bagi sebagian kecil dapat menimbulkan komplikasi serius. Tinja dapat mengeras sekeras batu di poros usus (70 persen), usus besar (20 persen), dan pangkal usus besar (10 persen). Hal ini menyebabkan kesakitan dan meningkatkan risiko perawatan di rumah sakit dan berpotensi menimbulkan akibat yang fatal. Pada konstipasi kronis kadang-kadang terjadi demam sampai 39,5 derajat celcius, delirium (kebingungan dan penurunan kesadaran), perut tegang, bunyi usus melemah, penyimpangan irama jantung, pernapasan cepat karena peregangan sekat rongga badan. Pemadatan dan pengerasan tinja berat di muara usus besar bisa menekan kandung kemih menyebabkan retensi urine bahkan gagal ginjal serta hilangnya kendali otot lingkar dubur, sehingga keluar tinja tak terkontrol. Sering mengejan berlebihan menyebabkan turunnya poros usus. Terapi Menurut Siti Setiati, penatalaksanaan konstipasi tergantung penyebab yang mendasari. Penatalaksanaan nonfarmakologik yang merupakan kombinasi pengaturan makanan (tinggi serat dan cairan), pengaturan jadwal buang air besar dan latihan jasmani, merupakan fase awal yang harus dilakukan pada pasien konstipasi sebelum melakukan penatalaksanaan farmakologik. Penderita perlu diperbaiki konsepnya tentang konstipasi. Penderita akan tenang jika diberitahu bahwa buang air besar tiga kali seminggu sampai tiga kali per hari adalah normal. Penderita perlu didorong ke jamban setengah jam setelah sarapan pagi untuk memanfaatkan refleks gastrokolik. Kekurangan air bisa berakibat konstipasi. Karena itu, orang perlu minum enam sampai delapan gelas (1,5 liter cairan) per hari. Serat yang berasal dari biji-bijian, beras, buah sayuran, kacang-kacangan akan memfasilitasi gerakan usus dengan meningkatkan massa tinja dan mengurangi waktu transit usus. Serat juga menyediakan substrat untuk bakteri usus besar

memproduksi gas dan asam lemak rantai pendek yang meningkatkan gumpalan tinja. Serat tidak efektif tanpa cairan cukup. Tomotari Mitsuoka DVM PhD dalam publikasinya di Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition Vol 5 tahun 1996 melaporkan, pemberian bakteri asam laktat seperti lactobacillus dan bifidobacteria, yang paling mudah dalam bentuk yogurt atau yakult, selain menyeimbangkan flora usus juga menekan pembusukan sisa makanan di usus, mengurangi konstipasi serta penyakit geriatri lain, mencegah dan mengobati diare, meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Penting pula membuat jadwal buang air besar, pada pagi atau malam hari setelah makan. Selain itu, perlu dilakukan olahraga, misalnya jalan kaki tiap pagi. Penggunaan obat perlu dievaluasi dengan mengurangi dosis atau mengganti obat yang berefek samping menimbulkan konstipasi. Misalnya obat antidepresan, obat parkinson, obat mengandung zat besi, antihipertensi serta antikolinergik dan jenis narkotik. Jika cara itu tidak mempan, baru diobati pencahar. Pemilihan pencahar yang tepat sangat penting dihubungkan dengan penyebab konstipasi serta kondisi penderita agar efektif dan aman.

Bulk-forming laxatives merupakan terapi awal yang paling umum direkomendasikan untuk konstipasi karena dapat bekerja dengan cepat dalam 12 jam atau efektif selama tiga hari. Beberapa derivat dari bulk-forming laxatives diperoleh dari : 1. Sumber alami seperti agar, psyllium, kelp( alginates), getah tanaman ( plant gum ). 2. Senyawa selulosa sintetik seperti methylcellulose, carboxymethylcellulose. Derivat bulk-forming laxatives dari sumber alami maupun sintetik mempunyai cara kerja yang sama yakni memperlancar kontraksi usus melalui peningkatan volume feces, membuat frekuensi defekasi lebih sering dan mudah. Produk bulk-forming laxatives tersedia dalam bentuk bubuk ( powders ) yang dapat dicampur dengan air. Beberapa produk ini juga tersedia dengan bentuk seperti wafer yang dirancang untuk dimakan sebagai suatu hidangan untuk menyamarkan kesan obat pencuci perut. Contoh produk bulk-forming laxatives adalah :

1. 2. 3. 4. 5.

Methylcellulose ( Citrucel ). Psyllium Hidrofil Mucilloid ( Metamucil ). Polycarbophil( Fibercon ). Guar gum ( Benefiber ). Malt soupextract ( Maltsupex ).

Keuntungan penggunaan bulk-forming laxatives adalah : 1. Bulk-forming laxatives tidak diserap dari usus ke seluruh tubuh sehingga aman untuk penggunaan jangka panjang dan juga aman untuk pasien usia lanjut yang mengalami konstipasi. 2. Bulk-forming laxatives dapat digunakan pada pasien dengan kondisi iritasi anus, diverticulosis, dan pasca colostomi. 3. Beberapa bulk-forming laxatives seperti guar gum dapat digunakan sebagai suplemen serat pada pasien dengan diet yang kekurangan serat, karena konsumsi serat tinggi dapat membantu mengontrol berat badan dan secara bertahap mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Aturan penggunaan bulk-forming laxatives meliputi : 1. Setiap dosis bulk-forming laxatives harus diberikan dengan sedikitnya segelas penuh air ( 8 ons) agar aman dan efektif. Oleh karena itu, bulk-forming laxatives tidak cocok digunakan pada pasien yang harus membatasi konsumsi cairan secara oral seperti pada kasus gagal ginjal. 2. Pasien seharusnyaa tidak menggunakan produk bulk-forming agen tanpa persetujuan doktor dalam kaitan dengan resiko hambatan pada usus atau kerongkongan, seperti pasien yang mengalami esophageal stricture, intestinal stricture, severe adhesions. 3. Beberapa pasien mungkin alergi terhadap obat pencuci perut atau unsur lain yang terdapat pada produk tersebut, seperti pewarna atau pemanis sintetik. 4. Perut kembung, tidak nyaman, dan sering kentut dapat terjadi dan cukup mengganggu bagi beberapa pasien menggunakan bulk-forming laxatives. 5. Sebagian dari produk ini berisi gula sehingga pasien diabetess mellitus harus selektif memilih produk laksatif yang bebas gula. 6. Bulk-forming laxatives dapat mengurangi penyerapan obat - obatan tertentu, seperti aspirin, warfarin( Coumadin ), carbamazepine( Tegretol ), produk ini dapat juga mengurangi kadar gula darah.

Anda mungkin juga menyukai