Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI KLINIK
LAKTASIF DAN ANTIDIARE

DISUSUN OLEH :

NOVIA RISKY NUR


1801029
S1-4A
GRUP A
KELOMPOK 10 (SEPULUH)
RABU, 1 APRIL 2020

NAMA DOSEN :
Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm,Apt

NAMA ASISTEN :
1. ASRI NURUL ISMI
2. CAHYA NINGSIH
3. SRI RAHAYU

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2020
PERCOBAAN 3

LAKSATIF DAN ANTIDIARE

1. Tujuan Percobaan :
1. Memahami dan terampil melakukan teknik evaluasi obat-obat laktasif dan
antidiare
2. Memahami mekanisme kerja obat pencahar
3. Memahami dan mampu menganalisa efek samping/toksisitas obat-obat
laktasif/antidiare

2. Tinjauan Pustaka :
Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik
dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan
sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan
defikasi menjadi normal. Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan melalui
lambung, usus halus, dan akhirnya menuju usus besar/ kolon. Di dalam kolon inilah
terjadi penyerapan cairan dan pembentukan massa feses. Bila massa feses berada
terlalu lama dalam kolon, jumlah cairan yang diserap juga banyak, akibatnya
konsistensi feses menjadi keras dan kering sehingga dapat menyulitkan pada saat
pengeluaran feses. Konstipasi merupakan suatu kondisi di mana seseorang mengalami
kesulitan defekasi akibat tinja yang mengeras, otot polos usus yang lumpuh maupun
gangguan refleks defekasi yang mengakibatkan frekuensi maupun proses pengeluaran
feses terganggu. (Arif & Sjamsudin, 1995)

Frekuensi defekasi/ buang air besar (BAB) yang normal adalah 3 sampai 12
kali dalam seminggu. Namun, seseorang baru dapat dikatakan konstipasi jika ia
mengalami frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, disertai konsistensi
feses yang keras, kesulitan mengeluarkan feses (akibat ukuran feses besar-besar
maupun akibat terjadinya gangguan refleks defekasi), serta mengalami sensasi rasa
tidak puas pada saat BAB. Orang yang frekuensi defekasi/ BAB-nya kurang dari
normal belum tentu menderita konstipasi jika ukuran maupun konsistensi fesesnya
masih normal. (McQuaid, 2006)
Sasaran terapi konstipasi yaitu: (1) massa feses, (2) refleks peristaltik dinding
kolon. Tujuan terapinya adalah menghilangkan gejala, artinya pasien tidak lagi
mengalami konstipasi atau proses defekasi/ BAB (meliputi frekuensi dan konsistensi
feses) kembali normal. Strategi terapi dapat menggunakan terapi farmakologis
maupun non-farmakologis. Terapi non-farmakologis digunakan untuk meningkatkan
frekuensi BAB pada pasien konstipasi, yaitu dengan menambah asupan serat
sebanyak 10-12 gram per hari dan meningkatkan volume cairan yang diminum, serta
meningkatkan aktivitas fisik/ olahraga. Sumber makanan yang kaya akan serat, antara
lain: sayuran, buah, dan gandum. Serat dapat menambah ‘volume’ feses (karena
dalam saluran pencernaan manusia ia tidak dicerna), mengurangi penyerapan air dari
feses, dan membantu mempercepat feses melewati usus sehingga frekuensi defekasi/
BAB meningkat (Dipiro, et al, 2005).

Sedangkan terapi farmakologis dengan obat laksatif/ pencahar digunakan


untuk meningkatkan frekuensi BAB dan untuk mengurangi konsistensi feses yang
kering dan keras. Secara umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi
pengurangan absorpsi air dan elektrolit, meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan
meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus. Obat pencahar ini mengubah kolon,
yang normalnya merupakan organ tempat terjadinya penyerapan cairan menjadi organ
yang mensekresikan air dan elektrolit (Dipiro, et al, 2005). Obat pencahar sendiri
dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu: (1) pencahar yang melunakkan feses
dalam waktu 1-3 hari (pencahar bulk-forming, docusates, dan laktulosa); (2) pencahar
yang mampu menghasilkan feses yang lunak atau semicair dalam waktu 6-12 jam
(derivat difenilmetan dan derivat antrakuinon), serta (3) pencahar yang mampu
menghasilkan pengluaran feses yang cair dalam waktu 1-6 jam (saline cathartics,
minyak castor, larutan elektrolit polietilenglikol). (Gangarosa & Seibertin, 2003).

Klasifikasi laksatif terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: (Joyce, 1996).


1. Pencahar pembentuk tinja (bulk laxative)
Pencahar jenis ini umum beredar di pasaran, baik yang berasal dari
serat alamiah seperti psyllium ataupun serat buatan sepertu metil selullosa.
Keduanya sama efektif dalam meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup
aman digunakan dalam waktu yang lama tetapi memerlukan asupan cairan
yang cukup.
2. Pelembut tinja/feses.
Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai sebagai pelembut feses.
Obat ini mempunyai efek sebagai surfaktan yang menurunkan tegangan
permukaan feses, sehingga dapat meresap dan feses jadi lembek.
3. Pencahar stimulan/perangsang.
Laksatif rangsang (stimulan cathartics) merangsang mukosa, saraf
intramural atau otot polos usus, sehingga meningkatkan peristaltis dan sekresi
lendir usus. Laksatif rangsang dapat menghambat Na+, K+,- Adenosin Tri
Pospatase (ATP) yang mungkin merupakan sebagian dari kerjanya sebagai
pencaharnya. Banyak diantara laksatif rangsang juga meningkatkan sintesis
prostaglandin dan siklik AMP, dan kerja ini meningkatkan sekresi air dan
elektrolit. Penghambatan sintesis prostaglandin dengan indometasin
menurunkan efek berbagai obat ini terhadap jumlah sekresi air. Difenilmetan
dan antrakuinon kerjanya terbatas pada usus besar, sehingga terdapat masa
laten 6 jam sebelum timbul efeknya. Minyak jarak, yang kerjanya pada usus
halus mempunyai masa laten selama 3 jam. Contoh golongan ini adalah senna,
bisacordil. Senna aman dipakai untuk usia lanjut.Efek obat ini menstimulasi
dan meningkatkan peristaltik atau gerakan usus.
4. Pencahar hiperosmoler (osmotic laxative).
Mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur distribusi
cairan dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja seperti spon sehingga tinja
mudah melewati usus. Jenis golongan ini seperti garam magnesium, garam
laktulosa dan sorbitol.
Laksatif osmotik bekerja dengan cara meningkatkan jumlah air dalam
usus besar, baik dengan menarik cairan dalam tubuh ke dalam usus, atau
dengan cara mempertahankan jumlah cairan yang berada dalam usus besar
(BNF).
Peristaltis usus meningkat disebabkan pengaruh tidak langsung karena
adanya daya osmotiknya. Air ditarik ke dalam lumen usus dan tinja menjadi
lembek setelah 3-6 jam.
5. Enema
Obat ini dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evakuasi tinja
sehingga bisa keluar. Pemberian ini harus hati – hati pada usia lanjut karena
sering mengakibatkan efek samping atau toksisitas.
Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat
untuk memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperients dan
aperitive. Mekanisme kerja Laksatif:

1. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat
massa, konsistensi, dan transit feses bertambah.
2. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada mukosa kolon
dalam menurunkan absorbs NaCl dan air
3. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat menurunnya
absorbs garam dan air yang selanjutnya mengubah waktu transit feses.

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) 
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak 
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal
(Daldiyono, 1990).

Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang
terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki
kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita
dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis
penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011).

Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada
lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:

1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan
mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberika makan dam
minum.
2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.
3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat, diare ini
dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri dalam
darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.
4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan bahaya
utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus tetapi
menyebar hingga keluar usus.
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya,
karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang berat,
dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan gagal
jantung.

Penggolongan obat antidiare :


1. Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada
beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag
disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba
dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat
pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu
memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin,
kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon)
(Schanack, 1980).

2. Zat penekan peristaltik usus


Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan
alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik
(atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

3. Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat
merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam
golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan
garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan
toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben
yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam
bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).

Loperamida
Pemerian: serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang
225oC disertai peruraian.
Kelarutan: sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol
dan kloroform.
                                                                        (Farmakope Indonesia IV, 1995).
Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga
diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut.
Obat ini sama efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare kronik. Efek
samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap
efek konstipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang mendapatkan dosis besar
loperamid, kadar puncak pada plasma dicapai dalam waktu empat jamsesudah makan
obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna
dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Waktu paruhnya adalah 7-14jam.
Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke
dalam otak tidak baik; sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerja loperamid. Sebagian
besar obat diekskresikan bersama tinja. Kemungkinan disalahgunakannya obat ini
lebih kecil dari difenoksilat karena tidak menimbulkan euphoria seperti morfin dan
kelarutannya rendah (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan
toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben
yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif,
garambismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).
3. Bahan dan Alat :
A. Bahan :
1. Mencit
2. Loperamid
3. Bisakodil
4. Norit 10%
B. Alat :
1. Penggaris
2. Gunting Bedah
3. Stopwatch
4. Timbangan
5. Suntikan Oral
6. Papan operasi
7. Pinset
8. Sunting operasi
9. Stoples

4. Cara Kerja
1. Timbang Mencit (23gram)
2. Hitung VAO
3. Ambil Bisakodil sesuai VAO
4. Lalu suntikan bisakodil secara oral tunggu selama 5 menit
5. Lalu berikan norit sebanyak 1% dari berat badan secara oral
6. Mencit didiamkan selama 15 menit
7. Lalu lakukan dislokasi lehar pada mencit
8. Setalah itu bedah mencit
9. Lalu keluarkan usus dari pilorus hingga katup ilosekal
10. Lalu ukur panjang yang di tempuh oleh norit di usus(31 cm) dan panjang usus
total atau seluruh nya(52 cm)
5. Hasil

Panjang
Panjang % laju
Dosis pada Dosis pada usus
No BB VAO usus yg transit
manusia mencit Keseluru
dilalui norit norit
han
0,0156 0,25
1 Loperamid 6 mg mg/20kg BB 25 ml 47 14 29,78 %
0,0156 0,26
2 Loperamid 6 mg mg/20kg BB 26 ml 49 15 30,61 %
0,0182 0,26
3 Loperamid 7 mg mg/20kg BB 23 ml 38 12 31,57 %
0,0182 0,26
4 Loperamid 7 mg mg/20kg BB 23 ml 37 13 35,13%
0,078 mg/20kg 0,24
5 Bisakodil 30 mg BB 25 ml 44 25 56,81 %
0,078 mg/20kg 0,21
6 Bisakodil 30 mg BB 22 ml 35 23 65,71 %
0,104 mg/20kg 0,33
7 Bisakodil 40 mg BB 26 ml 50 28 56 %
0,104 mg/20kg 0,32
8 Bisakodil 40 mg BB 25 ml 47 27 57,44 %
9 Na.CMC 1% 24 39 19 48,71 %

Konsentrasi loperamid: 0,078 mg/ml


norit = 1% dari BB
Konsentrasi bisakodil : 0,4 mg/ml

Panjang Usus yang dilalui Norit

% Laju Transit = X 100%

Panjang Usus Keseluruhan

1. Loperamid 6 mg = 6 mg x 0.0026 = 0,0156 mg/20kg BB


VAO = BB (Kg) x Dosisi
C ( mg/ml)
= 25 x 0,0156 mg/20kg BB = 0,25 ml
0,078 mg/ml
Norit 1% = 1/100 x 25 g = 0,25ml
14
% laju transit = /47 x 100 % = 29,78 %

2. Loperamid 6 mg = 6 mg x 0.0026 = 0,0156 mg/20kg BB


VAO = BB (Kg) x Dosisi
C ( mg/ml)
= 26 x 0,0156 mg/20kg BB = 0,26 ml
0,078 mg/ml
Norit 1% = 1/100 x 26 g = 0,26ml
% laju transit = 15/49 x 100 % = 30,61 %

3. Loperamid 7 mg = 7 mg x 0.0026 = 0,0182 mg/20kg BB


VAO = BB (Kg) x Dosisi
C ( mg/ml)
= 23 x 0,0182 mg/20kg BB = 0.26 ml
0,078 mg/ml
Norit 1% = 1/100 x 23 g = 0,23ml
% laju transit = 12/38 x 100 % = 31,57 %

4. loperamid 7 mg = 7 mg x 0.0026 = 0,0182 mg/20kg BB


VAO = BB (Kg) x Dosisi
C ( mg/ml)
= 23 x 0,0182 mg/20kg BB = 0.26 ml
0,078 mg/ml
Norit 1% = 1/100 x 23 g = 0,23ml
% laju transit = 13/37 x 100 % = 35,13 %

5. Bisakodil 30 mg = 30 mg x 0,0026 = 0,078 mg/20kg BB


VAO = BB (Kg) x Dosisi
C ( mg/ml)
= 25 x 0,078mg/20kg BB = 0,24 ml
0,4 mg/ml
Norit 1% = 1/100 x 25 g = 0,25ml
% laju transit = 25/44 x 100 % = 56,81 %

6. Bisakodil 30 mg = 30 mg x 0,0026 = 0,078 mg/20kg BB


VAO = BB (Kg) x Dosisi
C ( mg/ml)
= 22 x 0,078 mg/20kg BB = 0,21 ml
0,4 mg/ml
Norit 1% = 1/100 x 22 g = 0,22ml
% laju transit = 23/35 x 100 % = 65,71 %

7. Bisakodil 40 mg = 40 mg x 0,0026 = 0,104 mg/20kg BB


VAO = BB (Kg) x Dosisi
C ( mg/ml)
= 26 x 0,104 mg/20kg BB = 0,33 ml
0,4 mg/ml
Norit 1% = 1/100 x 26 g = 0,26ml
% laju transit = 28/50 x 100 % = 56 %

8. Bisakodil 40 mg = 40 mg x 0,0026 = 0,104 mg/20kg BB


VAO = BB (Kg) x Dosisi
C ( mg/ml)
= 25 x 0,104 mg/20kg BB = 0,32 ml
0,4 mg/ml
Norit 1% = 1/100 x 25 g = 0,25ml
% laju transit = 27/47 x 100 % = 57,44 %

9. NaCMC 1 %
Dosis NaCMC 1% = 1/100 x 24 = 0,24 ml
Dosis norit = 1/100 x 25 g = 0,25 ml
% laju transit Na CMC = 19/39 x 100 % = 48,71 %
6. Pembahasan
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan  (mencret)
dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya
rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek
yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,
serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada
dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat
racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan
berhenti dengan sendirinya.
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare
hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak
digunakan diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi
keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang
berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid
merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat
obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak mengakibatkan
ketergantungan. Obat abti diare yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
loperamid.
Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang susah atau jarang
mengeluarkan feses. Laksatif atau yang dikenal sebagai pencahar merupakan terapi
farmakologis yang sangat umum digunakan masyarakat. Laksatif atau urus-urus atau
pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran isi
usus. Disebut juga sebagai aperients dan aperitive. Obat Laksatif yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah Bisacodyl..
Penanganan awal konstipasi mencakup diet tinggi serat, cukup asupan cairan,
dan olahraga teratur. Jika langkah di atas tidak berhasil mengatasi konstipasi, dapat
mulai digunakan laksatif. Jika tidak ada indikasi tertentu, pilihan laksatif pertama
adalah laksatif pembentuk massa dan laksatif osmotic, jika tidak berhasil, ganti
dengan jenis laksatif yang lain.
Obat-obat laksatif memiliki berbagai macam mekanisme kerja yang berbeda,
ada yang bekerja menarik air sehingga volume feses meningkat dan tekanan
meningkat, ada yang melapisi feses dengan minyak sehingga licin dan mudah
dikeluarkan bahkan ada yang bekerja meningkatkan gerakan peristaltik usus.
Bisacodyl adalah obat yang digunakan untuk mengatasi konstipasi dengan
cara merangsang otot-otot usus besar untuk mengeluarkan kotoran. Konstipasi sendiri
merupakan kondisi yang membuat frekuensi buang air besar menjadi jarang (kurang
dari tiga kali per minggu), tekstur tinja menjadi keras, dan terasa sakit saat
mengeluarkannya. Bisacodyl juga dapat digunakan untuk membersihkan usus
sebelum pemeriksaan atau operasi usus.
Bisacodyl memiliki dua efek terapi, yaitu meningkatkan aktivitas motorik dan
meningkatkan sekresi saluran cerna.
Aktivitas motorik lebih terlihat di usus besar, tetapi juga terjadi di usus halus
walaupun tidak signifikan. Efek sekretorik dari bisacodyl adalah dengan
mengaktifkan adenylate cyclase dan meningkatkan prostaglandin E2 (PGE2), yang
nantinya akan meningkatkan tekanan osmotik serta menghambat absorpsi dari Na+
dan Cl- ke dalam enterosit.
Setiap obat tentu memiliki efek samping, meski tidak semua efek samping
berbahaya. Namun, Anda tetap harus memerhatikan beberapa kondisi yang mungkin
timbul akibat penggunaan obat.

Efek samping yang bisa timbul akibat penggunaan bisacodyl antara lain
adalah:
1. Sakit pada lambung atau perut
2. Kram
3. Mual
4. Diare atau kelemahan mungkin terjadi.
5. Badan terasa lemas

Efek samping yang cukup serius mungkin muncul, meski memang jarang
terjadi, seperti:

1. Mual/muntah/diare yang tidak kunjung membaik


2. Kram otot/kelemahan
3. Detak jantung tidak teratur
4. Pusing
5. Jarang atau tidak BAK
6. Mood berubah
7. Jadi linglung

Reaksi alergi yang sangat serius terhadap obat ini jarang terjadi. Namun, cari
bantuan medis segera jika Anda mengalami tanda-tanda reaksi alergi berikut ini:
gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.

Segera hentikan penggunaan obat jika Anda mengalami beberapa kondisi


berikut:

1. Pendarahan pada anus


2. Tidak adanya pergerakan pada usus sehingga menyebabkan sembelit

Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan bisacodyl
bersama dengan obat-obatan lainnya:

1. Meningkatkan risiko gangguan elektrolit, jika digunakan bersama dengan


obat-obatan diuretik atau kortikosteroid.
2. Berisiko menimbulkan efek samping sakit maag, jika digunakan bersama
obat-obatan sakit maag antasida.

Loperamide adalah obat untuk mengatasi diare, obat ini bekerja dengan cara
memperlambat pergerakan usus sehingga diare bisa dihentikan. Loperamide
dimanfaatkan juga untuk mengurangi jumlah debit pada pasien yang telah
mendapatkan pascaileostomi, yakni lubang baru pengganti anus (dubur) pada dinding
perut, dan terhubung dengan bagian akhir dari usus halus.

Efek samping yang mungkin dapat timbul setelah mengonsumsi loperamide,


antara lain adalah:

1. Konstipasi.
2. Gangguan irama jantung.
3. Pankreatitis.
4. Mual.
5. Pusing.
6. Ruam.
7. Perut kembung.
8. Nyeri perut.

Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit.
Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia,juga
karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian
dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit
dipuasakan selama 18 jam sebelum percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal
tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan
peristaltik.
Mencit masing-masing kelompok kemudian ditimbang untuk dapat
menghitung nilai VAO-nya. Lalu, berikan secara oral masing-masing obat yang
didapat. 5 menit kemudian, mencit diberikan suspense norit secara oral.
15 menit kemudian, mencit dilakukan dislokasi leher dan dibuka rongga
perutnya, lalu dikeluarkan usus dari pylorus sampai katup ilosekal. Setelah itu,
rentangkan usus dan gunting jaringan ikat usus. Sematkan usus menggunakan pentul
pada papan operasi. Ukur panjang usus yang ditempuh oleh norit dan bandingkan
panjang usus seluruhnya.
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh data hasil dari masing-masing
kelompok. Berdasarkan data tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa, lebih panjang
ukuran usus, maka lebih kecil laju transit-nya.
7. Kesimpulan
1. Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,
serta konsistensi feses yang encer.
2. Untuk mengatasi masalah diare, diberikan obat antidiare yang bertujuan untuk
menurunkan gerakan peristaltik.
3. Contoh obat antidiare yakni : Racecordil, Loperamide, nifuroxazide, dll.
4. Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang susah atau jarang
mengeluarkan feses.
5. Untuk mengatasi masalah konstipasi ini diberikan obat laksatif.
6. Laksatif atau yang dikenal sebagai obat pencahar merupakan terapi farmakologis
yang sangat umum digunakan masyarakat.
7. Contoh obat Laksatif yakni : Bisacodyl, dulcolax, delmax, broklax, dsb.
8. Penanganan awal konstipasi mencakup diet tinggi serat, cukup asupan cairan, dan
olahraga teratur.
9. Jika langkah di atas tidak berhasil mengatasi konstipasi, dapat mulai digunakan
laksatif.
10. Jika tidak ada indikasi tertentu, pilihan laksatif pertama adalah laksatif
pembentuk massa dan laksatif osmotic, jika tidak berhasil, ganti dengan jenis
laksatif yang lain.
11. Dari data hasil praktikum yang diperoleh, didapatkanlah kesimpulan bahwa, lebih
panjang ukuran usus, maka lebih kecil laju transit-nya.
8. Pertanyaan
1. Apakah kelemahan dan kerugian pengunaan pencahar atau laktasif ?
Jawab : Kelemahan dan kerugian penggunaan laktasif adalah pencahar stimulan
dapat menyebabkan nyeri parah. Penggunaannya dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan usus malas atau melewati laksatif pembentuk masa dapat
menyebabkan perut kembung.
2. Ceritakan mekanisme defekasi secara fisiologi !
Jawab : Mekanisme defekasi  jenis gelombang peristaltic yang terliha dalam
usus halus jarang timbul pada sebagian kolon, sebaliknya hamper semua
dorongan ditimbulkan oleh pergerakan lambat kearah anus oleh kontraksi
haustrae dan gerakan massa. Dorongan didalam sekum dan kolon asenden
dihasilkan oleh usus kontraksi haustrae yang lambat tetapi berlangsung bersistem
yang membutuhkan waktu 8 sampai 15 jam untuk menggerakkan kimus hanya
dari katup ilosekal ke kolon transversum. Sementara kimusnya sendiri menjadi
berkualitas feses dan menjadi lumpur setengah padat bukan cair.
3. Kemukakan metode untuk evaluasi obat-obat antidiare, ceritakan !
Jawab :
1. Metode transit intestinal
Aktivitas obat yang dapat memperlambat peristaltik usus dengan mengukur
rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus sepenuhnya.
Pada metode transit intestinal yang menjadi parameter pengukuran adalah
rasio antara jarak rambat marker dengan panjang usus keseluruhan. Jika suatu
bahan mempunyai efek antidiare maka rasio rambat marker yang dihasilkan
kecil sebaliknya jika bahan yang mempunyai efek laksatif maka rasio yang
dihasilkan lebih besar.
2. Metode motilitas anorektal
Memberikan informasi mengenai sensasi rektal, viskoelastisitas, relaksasi
sfingter interna dan defekasi balon terisi udara berbagai ukuran dimasukkan
ke rectum
3. Metode uji elektromiogram
Mencatat fungsi sfingter ani eksterna dan defekografi dimana barium yang
menebal memperkirakan konsistensi feses yang dimasukkan ke rektum dan
evakuasinya dimonitor dengan fluoroskopi

4. Kemukakan saran saudara untuk mengatasi kesukaran defekasi dan jelaskan !


Jawab : Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar,
selama kira-kira 30 detik kemudian terjadi relaksasi selama 2-3 menit bentuknya
sebelum terjadi pergerakan mossa yang lain dengan berjalan lebih jauh sepanjang
kolon.
5. Jelaskan keutungan dan kerugian dari masing-masing metoda yang digunakan
pada praktikum kali ini !
Jawab : Keuntungan metode intestisial adalah dapat dilakukan pengujian pada
hewan percobaan dan biaya percobaan lebih mudah dari pada metode lain
sehingga metode lain dilakukan pengujian pada pasien langsung.
6. Untuk apa norit digunakan pada percobaan ini ? dapatkan kira-kira norit diganti
dengan yalin ? berikan satu contoh !
Jawab : Norit digunakan sebagai morker yang mempunyai daya serap kuat
(absorpsi) dan masa kerja cepat dapat menyerap bakteri, toksin, gas, akan tetapi
tidak spesifik sehingga obat, nutrient dan enzim dalam saluran pencernaan juga
diserap. Norit ini juga digunakan sebagai penanda untuk mengamati sampai mana
jalannya norit pada saluran usus , dan sebaiknya menggunakan norit dan tidak
diganti dengan lainnya karena dapat dilihat dari kegunaan norit itu sendiri.
7. Jelaskan toksisitas / efek samping dari penggunaan laktasif dan antidiare !
Jawab : Laktasif dapat menyebabkan perut kembung. Percobaan stimulant dapat
menyerap nyeri perut, penggunaannya dalam jangka panjang dapat
mengakitbatkan usus malas untuk berkontraksi. Laktasif pelempbut tinja dapat
menyebabkan kram perut, mual, ruam kulit
8. Jelaskan hubungan parameter yang diamati pada percoban dengan
antidiare/konstipasi!
Jawab : Semakin pendek jarak tempuh dari norit diusus maka menandakan
bahwa efektivitas obat berikan untuk menghambat gerakan peristaltic diusus
tersebut (obat antidiare). Semakin panjang jarak tempuh dari norit diusus maka
menandakan bahwa efektivitas obat berikan untuk mempercepat gerakan
peristaltic diusus (obat laksatif).
9. Daftar Pustaka
Anne, A. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diareakut.htm.
[Diakses tanggal 5 Oktober 2016]

Arif, A., Sjamsudin, U., 1995. Obat Lokal dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 4,
hal. 509, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Daldiyono, 1990, Gastroenteritis Hepatologi (Diare), hal. 21-32, CV. Sagung Seto,
Jakarta

Departemen Farmakologi dan Terapi UI. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi V.
Penerbit UI Press. Jakarta.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.
(editors), 2005, Pharmacotherapy: A Phatophysiologic Approach, 6th Edition, p.684-
689, McGraw-Hill, United States of America.

Gangarosa, L.M., Seibert, D.G., 2003, E-book: Modern Pharmacology With Clinical
Application, 6th Edition, p.474-476

Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Bandung : Penerbit ITB.


Joyce L., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, ECG, Jakarta

McQuaid, K.R, 2006, E-book: Current Medical Diagnosis & Treatment: Allimentary
Tract, 45th Edition, p.541-544, McGraw-Hill, United States of America

Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
10.Lampiran

Alat Dan Bahan Praktikum Penimbangan Mencit

Suntikkan Obat Pada Mencit Suntikkan Norit

Dislokasi Leher Pada Mencit Mencit Di Bedah


Keluarkan Usus Mencit Ukur Usus Mencit

Anda mungkin juga menyukai