Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI KLINIK
DIURETIK

DISUSUN OLEH :

NOVIA RISKY NUR


1801029
S1-4A
GRUP A
KELOMPOK 10 (SEPULUH)
RABU, 1 APRIL 2020

NAMA DOSEN :
Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm,Apt

NAMA ASISTEN :
1. ASRI NURUL ISMI
2. CAHYA NINGSIH
3. SRI RAHAYU

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2020
PERCOBAAN 4

DIURETIKA

1. Tujuan Percobaan :
1. Memahami teknik evaluasi obat diuretic
2. Memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis

2. Tinjauan Pustaka :
Diuretik adalah obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya
aliran urine (Mycek, 2000).
Diuretik adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih
banyak. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam-
garam. Dan walaupun kerjanya pada ginjal “obat ginjal”, artinya senywa ini tidak
dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal. (Mutschler, 1991).
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
(kehilangan) zat-zat terlarut dan air (Gunawan, 2007).
Diuretik dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Dimana istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
( kehilangan ) zat- zat terlarut dan air. (sunaryo, 1995).
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal. (sunaryo, 1995)
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama,
tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status
fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam
keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi
antara obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik digunakan
untuk merangsang terjadinya diuresis. Penggunaan diuretik sudah demikian luas
(Siregar, 2008).
Cairan yang menyerupai plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomerulus
ke tubulus ke tubulus renalis diginjal (filtrasi glomerulus). Dalam perjalanannya
sepanjang tubulus ginjal, volume cairan filtrat akan berkurang dan susunannya
berubah akibat proses reabsorbsi tubulus (penyerapan kembali air dan zat terlarut dari
cairan tubulus) dan proses sekresi tubulus untuk membentuk kemih  (urine) yang akan
disalurkan melalui pelvis renalis. Dengan membandingkan susunan plasma dengan
urine  normal akan diperoleh gambaran betapa besarnya perubahan-perubahan ini,
serta cara hasil metabolisme dibuang dari plasma . air serta elektrolit dan metabolit
penting lainnya akan diserap kembali. Selain itu, susunan urine dapat berubah-ubah,
dan banyak mekanisme pengaturan homeostasis yang mengurangi atau mencegah
perubahan susunan cairan ekstrasel dengan cara mengubah jumlah air dan zat terlarut
tertentu yang diekskresi melalui urine. Dari pelvis renalis, urine dialirkan kedalam
vesika urinaria (kandung kemih) untuk kemudian dikeluarkan melalui proses
berkemih (miksi). Ginjal juga berperan sebagai organ  endokrin karena menghasilkan
kinin dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol serta membentuk dan mensekresi renin
(Ganong, 2001).
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk
menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat
penggunaan suatu diuretik. Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu (sunaryo, 1995) :
1. Diuretik osmotic
2. Penghambat mekanisme transport elektrolit
Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di
tubuli ginjal terdiri atas (sunaryo, 1995) :

1. Penghambat karbonik anhidrase.


2. Benzotiadiazid
3. Diuretik hemat kalium
4. Diuretik kuat
Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari nefron ginjal.
Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus. Kerja dari setiap
diuretik paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan antara titik tangkap
kerjanya pada nefron dan fisiologi normal dari segmen tersebut. .( Katzung, G, 2001 )

Mekanisme Transpor Tubulus ginjal :

1. Tubulus Proksimal
Dalam tubulus proksimal yang berada dalam korteks ginjal, hampir semua
glukosa, bikarbonat, asam amino dan metabolit lain direabsorbsi. Sekitar dua
pertiga jumalah Na+ juga direabsorbsi di tubulus proksimal, klorida dan air
mengikuti dengan pasif untuk mempertahankan keseimbangan elektrik dan
osmolaritas. Bila tidak untuk reabsorbsi ekstensif air dan zat- zat yang terlarut di
dalamnya pada tubulus proksimal, maka mamalia akan segera mengalami
dehidrasi dan kehilangan osmolaritas normalnya. (Mycek, 2001)

2. Ansa Henle Pars Desendens.


Sisa filtrate yang isotonis, memasuki ansa Henle pars desendens dan terus ke
dalam medulla ginjal. Osmolaritas meningkat sepanjang bagian desendens dari
ansa henle karena mekanisme arus balik. Hal ini menyebabkan peningkatan
konsentrasi garam tiga kali lipat dalam cairan tubulus. (Mycek, 2001)
3. Ansa Henle Pars asendens.
Sel- sel epitel tubulus asendens unik Karena impermeable untuk air.
Reabsorbsi aktif ion- ion Na+, K+, dan CI- dibantu oleh suatu kotransporter
Na+/K+/CI-/, Mg++ dan Ca++. Jadi, pars asendens merupakan bagian pengencer dari
nefron. (Mycek, 2000)

4. Tubulus Distal

Sel- sel tubulus distal juga impermeable untuk air. Sekitar 10 % dari natrium
klorida yang disaring direabsorbsi melalui suatu transporter Na +/CI-, yang
sensitive terhadap diuretik tiazid. Selain itu, ekskresi Ca++ diatur oleh hormone
paratiroid pada bagian tubulus ini. ( Mycek, 2001)
5. Tubulus dan duktus renalis rektus.
Sel- sel utama dan sel- sel interkalasi dari tubulus renalis rektus bertanggung
jawab untuk pertukaran Na+, K+ dan untuk sekresi H+ dan reabsorbsi K+.Stimulasi
reseptor aldosteron pada sel- sel utama menyebabkan reabsorbsi Na+ dan sekresi
K+. .( Mycek, 2001)
Khasiat antihipertensi diuretic berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi
natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel.
Tekanan darah turun akibat berkurangnya curah jantung sedangkan resistensi perifer
tidak berubah pada awal terapi. (sunaryo, 1995) .

Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena


Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus
ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic
meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion
didalam urine dan darah (Halimudin, 2007).
Penggolongan obat diuretik terbagi atas : (Mycek,2001).
1) Penghambat karbonik anhidrase
Mekanisme kerja obat ini yaitu menghambat enzim karbonik anhidrase pada
sel epitel tubulus proksimal.Dimana enzim karbonik anhidrase ini bekerja
mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3- (bikarbonat) yang akan
diabsorbsi ditubulus proksimal.Peningkatan HCO3 akan berbanding lurus dengan
peningkatan cairan tubuh.Oleh karena itu,enzim karbonik anhidrase ini harus
dihambat.
Contoh : Asetazolamid
2) Loop diuretik
Mekanisme kerja golongan obat ini yaitu menghambat kontranspor Na/K/Cl
dari membran lumen pada pars asendens ansa henle.Kerena itu,reabsorbsi
Na,K,dan Cl menurun,sehingga tidak menyebabkan peningkatan cairan
tubuh.Contoh: asam etakrinat,bumetanid,furosemid ,torsemid.
3) Diuretik tiazid
Mekanisme kerja obat golongan ini yaitu menurunkan reabsorbsi NaCl dengan
menghambat kotransporter Na/Cl di membran lumen tubulus distal,akibatnya
obat-obat ini meningkatkan konsentrasi Na/Cl pada cairan tubulus. Karena tempat
kerja derivat tiazid adalah membran lumen,maka obat obat ini harus
diekskresikan kedalam lumen tubulus untuk menjadi efektif.Peningkatan ekskresi
Na dan Cl akan menyebabkan diuresis. Contoh : Klorotiazid, klortalidon,
hidroklortiazid, indapamid, metolazon.
4) Diuretik hemat kalium
Mekanisme kerja obat ini yaitu antagonis aldosteron,bersaing dengan
aldosteron untuk mencapai reseptor sitoplasma intraselular,contoh spironolakton.
Menghambat kanal Na,menghambat saluran transpor Na yang menyebabkan
penurunan pertukaran Na – K ditubulus renalis rektus. Contoh triamteren
,amilorid.
5) Diuretik osmotik
Mekanisme kerja golongan obat ini adalah menyeimbangkan cairan tubuh intra
selular,mempertahankan aliran urine yang akan mempertahankan fungsi ginjal
dalam jangka waktu lama.Contoh manitol,urea.

Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor


sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan
sekresi  K+ yang diperkuat oleh listrik. Spironolakton merupakan diuretik lemah,
karena hanya 2% dari reabsorpsi Na+  total yang yang berada di bawah kendali
aldosteron. Spironolakton terutama digunakan pada penyakit hati dengan asites,
sindrom Conn (hiperaldosteronisme primer), dan gagal jantung berat (Neal, 2006).
Furosemid merupakan golongan obat diuretik, yaitu diuretik jerat henle.
Semua diuretik jerat henle bekerja pada cabang menaik yang tebal dari jerat henle,
karena merupakan diuretika yang bekerja kuat (diuretika plafon tinggi) (Mutschler,
1991).
Tiazid merupakan obat diuretic yang paling banyak digunakan. Obat-obat ini
merupakan derivate sulfonamide dan strukturnya berhgubungan dengan penghambat
anhidrase. (Mycek, 2001)
Tiazid memiliki aktivitas diuretic lebih besar daripada asetazolamid, dan obat-
obat ini bekerja di ginjal dengan mekanisme yanhg berbeda-beda. Semua tiazid
mempengaruhi tubulus distal dan smuanya memiliki efek diuretic maksimum yang
sama, berbeda hanya dalam potensi, dinyatakan dalam permiligram basa. (Mycek,
2001).
Diuretik hemat kalium merupakan obat yang bekerja ditubulus renalis rektus
untuk menghambat reabsorbsi Na+ sekkresi K+ dan sekresi H+. diuretic hemat kalium
digunakan terutama bila aldesteron berlebihan. (Mycek, 2001).
Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yakni (Tan.H.T ,
2002):

a. Diuretik lengkungan : Furosemid, bumetanida dan etakrinat.


Obat- obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapiu agak singkat. Banyak
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada edema otak dan paru- paru.
b. Diuretik Tiazid : HCT, klortalidon, mefrusida, indapamida.
Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama dan terutama digunakan pada
terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.
c. Diuretik penghemat kalium : Antagonis aldosteron, spironolakton, amilorida dan
triamteren.
Efek obat- obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan
diuretik lainnya guna menghemat ekskresi kalium.

d. Diuretik osmotic : Mannitol dan sorbitol


Obat- obat ini hanya direabsorbsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorbsi air
juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan
relatif sedikit ekskresi Na+.
e. Penghambat anhidrasi karbonat : asetazolamid
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga
disamping karbonat, juga Na dan K diekskresi lebih banyak, bersamaan dengan
air.
3. Bahan dan Alat :
A. Bahan :
1. Tikus(Rattus norvegicus)
2. Furosemid
3. Air Hangat
4. Kopi
B. Alat :
1. Timbangan
2. Kandang Metabolism
3. Alat Suntik Oral
4. Gelas Ukur
5. Beker Gelas
6. Stopwatch

4. Cara Kerja :
1. Semua tikus di puasakan semalam
(±16 jam)
2. Timbang Tikus
3. Hitung dosis untuk hewan
4. Berikan Air hangat kepada tikus
secara oral
5. Lalu segera berikan obat sentetik
Furossemid ke pada tikus secara oral
6. Kemudian masukan tikus ke kandang
metabolism
7. Ukur volume pengeluaran urin pada
waktu 15 menit pertama dan 30 menit selanjutnya
8. Lakukan percobaan kedua sesuai
nomor 1-7(dengan tikus yang berbeda)
9. Lalu bandingkan mana yang lebih
bagus sebagai deuretika
5. Hasil

Dosis furosemid

1. 20mg x 0,018 = 0,36 mg/200gbb


2. 40mg x 0,018 = 0,72 mg/200gbb
3. 80mg x 0,018 = 1,44 mg/200gbb

VAO Furosemide

1. 193 x 0,36/10 =6,94ml/200gbb = 0,03474 ml


2. 190 x 0.72 /10 = 13,68ml/200gbb = 0,0684 ml
3. 201 x 1,44 /10 = 28,944/200gbb = 0,14472 ml

VAO Kopi

1. 198 / 200 X 5 = 4,95 ml


2. 190 / 200 X 5 = 4,75 ml

VAO Air Panas

1. 182/200 X 5 = 4,55 ml
2. 193/200x 5 = 4,82 ml
3. 190/200 x 5 = 4,75 ml
4. 201/200 x 5 = 5,02 ml
5. 198/200 x 5 = 4,95 ml
6. 190/200 x 5 = 4,75 ml
Total volume urine (ml) per
Berat
VAO ( ml)
Dosis pada Dosis pada menit
badan Air
Furo
manusia tikus tikus (gr) hanga Kopi 15 30 45 60
Semide
t

Control air 182 4,55 - 0 0 1 1


-
hangat
5ml/200bb
NaCl 1%
Air hangat
Furosemide
5ml/200bb
20mg -
dan dosis 0,36 193 4,28 0,03474 2 3 5 5

Air hangat
Furosemide
5ml/200bb 190 4,75 0,0684 - 2 4 8 8
40mg
dan dosis 0,72
Air hangat
Furosemide
5ml/200bb 201 5,02 0,1447 - 4 7 8 9
80mg
dan dosis 1,44
Air hangat
5ml/200bb
198 4,95 - 4,95 1 1 1 2
dan kopi
20%5ml
Air hangat
5ml/200bb
190 4,75 - 4,75 1 1 2 2
dan kopi 30%
5ml

Konsentrasi furosemide 1%
Perbandingan Diuretik terhadap Furosemid, Kopi dan NaCl sebagai Kontrol
10
9
8
7
6
volume urin

5
4
3
2
1
0
10 20 30 40 50 60 70

waktu (menit)

NaCl furosemid 20mg furosemid 40mg


furosemid 80mg kopi 20% kopi 30%
6. Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan pengujian obat-obat yang berkhasiat sebagai
diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin
sehingga mempercepat pengeluaran urine dari dalam tubuh. Fungsi utama diuretic
adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi
normal.Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum diuretik dapat dibagi menjadi
dua golongan besar yaitu diuretik osmotik yaitu yang bekerja dengan cara menarik air
ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam ginjal dan penghambat
mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal, seperti diuretiktiazid
(menghambat reabsorbsi natrium dan klorida pada ansa Henle parsascendens), Loop
diuretik (lebih poten dari pada tiazid dan dapat menyebabkan hipokalemia), diuretik
hemat kalium (meningkatkan ekskresi natrium sambil menahan kalium).
Diuretik adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih
banyak. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam-
garam. Dan walaupun kerjanya pada ginjal “obat ginjal”, artinya senywa ini tidak
dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal.
Dilakukan percobaan ini untuk melihat sejauh mana efek yang diberikan oleh
obat diuretic terhadap tikus. Digunakan tikus sebagai hewan coba, karena tikus lebih
baik dalam pemeliharaannya serta tikus memiliki struktur organ yang mirip dengan
manusia. Sebelum dilakukan pemerian tikus dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan untuk mempercepat proses kerja obat dalam tubuh karena tidak terhalang
oleh adanya zat-zat makanan yang masih ada dalam tubuh, sehingga efek dieresis
yang diinginkan dapat cepat teramati.

Obat-obat yang digunakan yaitu, furosemid. Obat-obat ini digunakan sebagai


perangsang diuresis (urine) untuk mengetahui efek dari pada obat ini bagi fungsi
ginjal. Selain itu diukur volume urin yang dikeluarkan oleh tikus pada menit 0’
sampai pada menit ke 30’. Dimana obat furosemide termasuk golongan “Loop
Diuretic”. Dan mekanisme kerja untuk obat furosemide adalah “Loop diuretic”
menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars asendens ansa
Henle. Karena itu, reabsorbsi Na+, K+, Cl- menurun. “Loop diuretic” merupakan obat
diuretik yang paling efektif, karena pars asendens bertanggung jawab untuk
reabsorbsi 25-30% NaCl yang disaring dan bagian distalnya tidak mampu untuk
mengkompensasi kenaikan muatan Na+. Efek per oral cepat (1/2-1 jam),bertahan
selama 4-6 jam.

Mekanisme kerja diuretik:


Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium,
sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak.
Furosemid merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi
yang bekerja pad aansa henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan
cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium dan klorida. Obat ini berkhasiat
kuat dan pesat tetapi agak singkat, banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya
pada udema otak dan paru-paru memiliki kurva dosis- efek curam yaitu bila dosis
dinaikkan efeknya senantiasa bertambah.
Furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavailabilitas furosemid
65% diuretik kuat terikat pada protein plasma secara eksentif sehingga tidak difiltrasi
diglomerolus tetapi cepat sekali di sekresi melalui sistem transport asam organik
ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin
sekali di tempat kerja di daerah yang lebih distal lagi. Mula kerja furosemid pesat,
oral 0,5-1 jam dan bertahan 4-6 jam
Sebelum diberi obat, tikus terlebih dahulu diberi air hangat menggunakan
sonde. Tujuannya adalah untuk membantu mempercepat atau memperbanyak urin
yang dikeluarkan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pada pemberian obat
diuretika menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kelompok kontrol, tikus diberi NaCl
fisiologis pada hewan control ini tidak menunjukkan terjadinya dieresis. Sedangkan
pada pemberian obat furosemid 1mg/KgBB pada mencit kelompok 4, tampak terjadi
diuresis pada menit ke 60, volume total urinenya adalah 0,5 ml. Menurut literatur,
Furosemid merupakan obat diuretik yang bekerja pada bagian ansa henle asenden
dengan efek yang cepat dan volume urin yang banyak pula.
Cara kerja obat furosemid, karena furosemid adalah diuretik kuat yang
digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh. Pada ginjal, bahanbahan
seperti garam,air dan molekul kecil lainnya yang biasanya akan disaring keluar dari
darah dan masuk kedalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi air
seni. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah diserap kedalam
darah sebelum cairan disaring menjadi air kencing dan dihilangkan dari tubuh.
Furosemid bekerja menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air dari cairan yang
disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan mendalam output urin.
Kesalahan mungkin yang terjadi dapat disebabkan oleh tidak masuknya
seluruh obat dan juga dapat disebabkan oleh perbedaan dalam hal faktor fisiologi dari
hewan percobaan yang digunakan. Untuk beberapa obat, perubahan dalam faktor-
faktor farmakodinamik merupakan sebab utama yang menimbulkan keragaman
respons penderita. Variasi dalam berbagai faktor farmakokinetik dan farmakodinamik
ini berasal dari perbedaan individual dalam kondisi fisiologik, kondisi patologik,
faktor genetik, interaksi obat dan toleransi
Kesalahan lain pada prraktikum diantaranya, beberapa obat tidak
menimbulkan efek yang diinginkan pada hewan coba yaitu diuresis. Hal tersebut
mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat pembuatan sediaan obat sebelum
diberikan kepada hewan coba, obat yang sudah tidak layak pakai, atau kesalahan cara
pemberian dan karena tikus sudah diperlakukan sebelumnya.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :


a. Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang
reabsorbsi natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium banyak.
b. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal
ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap
diuretik.
c. Interaksi antara obat dengan reseptor.

Furosemid

Golongan : Loop Diuretik (Harvey, 2013)

Indikasi : Sangat efektif pada keadaan udema di otak dan paru-paru


yang akut. Mulai kerjanya pesat, oral dalam 0,5-1 jam bertahan
4-6 jam, intravena dalam beberapa menit, 2-5 jam lamanya
(Tjay, 2010)

Kontraindikasi : Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, antara lain


hipotensi, hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia,
dan hipomagnesemia (Gunawan, 2012).

Efek samping :Pendengaran bisa mendapat pengaruh buruk,


hiperurisemia, hipovolemia akut, dan deplesi kalsium
(Harvey, 2013).
Interaksi obat :Penghambat ACE, obat-obat rema, kortikosteroida,
aminoglikosida, antidiabetika oral (Tjay, 2010)

Dosis : Pada udema oral 40-80 mg pagi p.c, jika perlu atau
pada insufisiensi ginjal sampai 250-2000 mg sehari
dalam 2-3 dosis (Tjay, 2010)

Farmakodinamik :Menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl- di ansa


henle asendens bagian epitel tebal (Gunawan, 2012)

Farmakokinetik :Loop diuretic diberikan per oral atau parental. Durasi


kerja obat-obat ini relative singkat 2 sampai 4 jam.
Obat-obat ini disekresikan di urin (Harvey, 2013)

Mekanisme kerja furosemid

Furosemid bekerja pada epitel tebal ansa henle bagian asenden. Furosemid
menyebabkan peningkatan ekskresi K+ dan kadar asam urat plasma. Ekskresi Ca++ dan
Mg++ juga ditingkatkan sebanding dengan peninggian ekskresi Na+. Diuretik kuat
meningkatkan ekskresi asam yang dapat dititrasi dan ammonia.

Setelah dimasukkan Furosemide dalam tubuh tikus melalui oral dengan


menggunakan sunikan oral dan diamati maka diperoleh bahwa tikus mengeluarkan
urine 1 ml pada menit ke 0’ sampai dengan menit ke30’. Ini sesuai dengan literature
yang mngatakan bahwa furosemid merupakan diuretic kuat yang menghasilkan urin
dalam jumlah banyak tapi cepat. Karena kerjanya hanya bertahan singkat, pada dosis
rendah dan sedang terlihat penurunan laju ekskresi yang relative cepat.

Dalam percobaan ini pemberian obat terhadap hewan coba tikus dilakukan
secara oral, yaitu pemberian melalui mulut dan masuk perut. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui efek dari obat yang diberikan dengan cepat.

Adapun factor-faktor kesalahan pada praktikum kali ini adalah :

1. ketidak telitian pada saat melakukan praktikum.


2. Dosis obat yang kurang pada saat penyuntikan karena adanya obat yang terbuang
sehingga dosis tidak mencukupi.
3. Adanya kesalahan dalam penyuntikan, sehingga hasil yang didapat tidak sesuai.
4. Hewan coba yang digunakan tidak memenuhi standar.

Pada pratikum ini, pengamatan tidak hanya dilakukan pada diuretic


furosemide tapi juga dilakukan pada tikus yang diberikan larutan kopi

Dari hasil pengamatan, volume urin tikus pada menit ke 15, 30 tidak
meneluarkan urin sama sekali. Data ini tidak sesuai dengan teorinya, dimana kopi
adalah diuretic ringan. Sementara tikus tidak mengeluarkan urin sama sekali.

7. Kesimpulan
1. Adapun kesimpulan dari percobaann ini yaitu : Diuretika adalah zat-zat yang
dapat memperbanyak kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal
2. Prosesnya ada 3 yaitu ; filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi
3. Furosemide merupakan obat diuretic kuat
4. dengan bertambah dosis, efeknya pun senantiasa bertambah.
5. Efek utama dari obat efek diuretik ialah meningkatkan volume urin yang
diproduksi serta meningkatkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air 
6. Mekanisme kerja obat diuretic yaitu menghambat reabsorpsi elektrolit Na+ pada
bagian-bagian nefron yang berbeda, akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl-
memasuki urin dalam jumlah yang banyak dibandingkan bila dalam keadaan
normal bersama-sama air, yang mengangkkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik sehingga meningkatkan volume urin
7. Obat kopi efek obat yang dihasilkan tidak sudah sesuai dengan literature dan hasil
yang diperoleh pada menit ke 30 tidak ada mengeluarkan urine sama sekali
8. Obat furosemide efek obat yang dihasilkan sudah sesuai dengan literature dan
hasil yang diperoleh hanya ada pada menit ke 30 yaitu 1 mL

8. Pertanyaan
1. Gambarkanlah sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat diuretik.
Berikan contoh obat masing-masingnya dengan mekanisme kerja yang berbeda.
Jawab :
Mekanisme kerja diuretik.

Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi ion-ion Na


sehingga pengeluarannya bersama air di perbanyak. Obat-obat diuretic bekerja khusus
terhadap tubulus ginjal di tempat berlainan.

1. Pada tubulus proksimal, disini 70% ultra fltrat seperti glukosa, ureum, ion Na dan
Cl di serap kembali, filtrate tidak berubah dan tetap isotonic terhadap plasma.
Diuretic osmotic seperti manitol, sorbitol, dan gliserol juga bekerja disini dengan
mengurangi reabsorbsi ion Na dan Cl.
2. Pada lengkung henle, disini 20% ion Cl di angkut secara aktif ke dalam sel
tubulus dan disusul dengan pengangkutan Na secara pasif, tetapi tanpa air
sehingga filtrate menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretic yang bekerja di
lengkung henle biasanya adalah diuretic dengan kerja kuat seperti furosemide,
asam etakrinat dengan merintangi transport Cl.

3. Pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam cortex, disini ion
Na diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih
cair dan hipotonik. Zat-zat seperti thiazid, clortalidon, mefrusid bekerja disini
dengan merintangi reabsorbsi ion Na dan Cl.
4. Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na diserap kembali secara aktiv,
dan terjadi pertukaran dengan ion K, H, NH4. Proses ini dikendalikan oleh
hormon anak ginjal, aldosteron. Zat- zat penghemat kalium seperti Spironolacton,
dan triamteren bekerja disini dengan mengurangi pertukaran ion K dengan ion
Na, yang berakibat retensi kalium (antagonis aldosteron), Reabsorbsi air terutama
terjadi di  ductus colligens, dan disini juga tempat bekerjanya hormon anti
diuretic.

2. Dengan memahami mekanisme kerja obat diuretik, kemukakan efek samping yang
dapat muncul akibat penggunaannya.
Jawab :
 Diuretic osmotic Efek samping : GGA,sakit kepala,mual,muntah.
 Penghambat Karbonik anhidrase Efek samping : diorientasi mental
pada CH.
 Benzotiadiazide Efek samping : Purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas Penggunaan lama menjadi hiperglikemia : Sekresi
insulin menurun (respon dari glukosa darah meningkat). Glikogenolisis
meningkat. Glikogenesis menurun. Kadar kolesterol meningkat dan TG
meningkat, Hipokalemia, Depresi mental dan kom.
 Diuretic hemat kalium Efek samping : Hiperkalemia, ginekomastia.

3. Bagaimana pendekatan yang dapat di tempuh untuk mengetahui bahwa


penggunaan suatu obat sudah membahayakan?
Jawab : Toksisitas

4. Untuk penyakit apa diuretik di gunakan secara klinis? Jelaskan.


Jawab :
1. Hipertensi digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga
tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk
indikasi ini. Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih
ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra
indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya
diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer. Dosis
yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah
daripada dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat hipertensi
betablockers dan ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan
thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh
mendadak karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan
jantung dan peningkatan tensi.Diuretik golongan Tiazid, merupakan
pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita. Diuretik hemat
kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya
hipokalemia.
2. Payah jantung kronik kongestif Diuretik golongan tiazid, digunakann bila
fungsi ginjal normal. Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama
bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginja. Diuretik hemat
kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya
hipokalemia.
3. Udem paru akut Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
4. Sindrom nefrotik Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama
dengan spironolakton.
5. Payah ginjal akut Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil,
volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
6. .Penyakit hati kronik spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau
diuretik kuat).
7. Udem otak Diuretik osmotic
8. Hiperklasemia Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl
hipertonis.
9. Batu ginjal Diuretik tiazid
10. Diabetes insipidus Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah
garam
11. Open angle glaucoma Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka
panjang.
12. Acute angle closure glaucoma Diuretik osmotik atau asetazolamid
digunakan prabedah. Untuk pemilihan obat Diuretik a yang tepat ada
baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

5. Sebutkan penggolongan diuretik berdasarkan mekanisme kerjanya.


Jawab :
1. Diuretik Kuat
2. Diuretik Thiazid
3. Diuretik Penghemat Kalium
4. Diuretik Osmotic
5. Diuretik Perintang Karbonanhidrase

6. Apa yang di maksud dengan Renal Clearence? Bagaimana cara menentukannya?


Dan kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil renal clearance?
Jawab : Renal Clearence adalah kemampuan ginjal membersihkan sejumlah
volume darah dari suatu bahan tertentu yang dikeluarkan urin dalam
waktu 1 menit. Dipengaruhi oleh berat badan, umur, kelamin, zat yang
digunakan dalam test, luas permukaan tubuh (setiap 1,73 m2)
Normal : 120 mL/ 1,73 m2 utk inulin (eksogen)
100 mL/ 1,73 m2 utk kreatinin (endogen)

9. Daftar Pustaka

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia III. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Ganiswara. 2004. Farmakologi dan Terapi. Universitas Indonesia : Jakarta

Ganong, W. F., 2001, Fisiologi kedokteran, penerbit Buku Kedokteran EGC . Jakarta

Gunawan, Gan Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Universitas


Indonesia: Jakarta.

Halimudin. (2007). Terapi Diuretik Osmotik (Manitol) Pada Gangguan Sistim


Persarafan.

Jasin, Maskuri, Drs. 1991. Zoologi Vertebrata. Sriwijaya : Surabaya.

Katzung, G, B (2002), Mekanisme Kerja Diuretika Dalam Buku Farmakologi Dasar


dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.

Mycek, M.J.Harvey, R.A.Champe, P.C 2001. Mekanisme Transpor Tubulus Ginjal


Dalam Buku Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Widya Medika. Jakarta
Malole, M.B, M dan Pramono. C.S.U,(1989), Karakterisitik Hewan Coba. Dalam
Buku Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium, Pusat antar
Universitas Bioteknologi, IPB, Bogor.

Siregar, P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar. (2008). Masalah Penggunaan


Diuretika.

Sunaryo, (1995). Istilah Diuresis. Dalam Buku Farmakologi dan Terapi, UI-Press,
Jakarta.

Sukandar, Prof. Dr. Elin Yulinah, Apt. dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. PT ISFI
Penerbitan : Jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat – Obat Penting. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.

10. Lampiran

Kandang Metabolik Alat Dan Bahan

Timbang Tikus Berikan Air Hangat Dan Furosemide


Masukkan Ke Kadang Metabolit Pengujian 2 Dengan Kopi

Urin Dengan Aquadest Sebagai Control

Anda mungkin juga menyukai