FARMAKOLOGI KLINIK
DIURETIK
DISUSUN OLEH :
NAMA DOSEN :
Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm,Apt
NAMA ASISTEN :
1. ASRI NURUL ISMI
2. CAHYA NINGSIH
3. SRI RAHAYU
DIURETIKA
1. Tujuan Percobaan :
1. Memahami teknik evaluasi obat diuretic
2. Memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis
2. Tinjauan Pustaka :
Diuretik adalah obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya
aliran urine (Mycek, 2000).
Diuretik adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih
banyak. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam-
garam. Dan walaupun kerjanya pada ginjal “obat ginjal”, artinya senywa ini tidak
dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal. (Mutschler, 1991).
Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
(kehilangan) zat-zat terlarut dan air (Gunawan, 2007).
Diuretik dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Dimana istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran
( kehilangan ) zat- zat terlarut dan air. (sunaryo, 1995).
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal. (sunaryo, 1995)
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama,
tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status
fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam
keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi
antara obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik digunakan
untuk merangsang terjadinya diuresis. Penggunaan diuretik sudah demikian luas
(Siregar, 2008).
Cairan yang menyerupai plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomerulus
ke tubulus ke tubulus renalis diginjal (filtrasi glomerulus). Dalam perjalanannya
sepanjang tubulus ginjal, volume cairan filtrat akan berkurang dan susunannya
berubah akibat proses reabsorbsi tubulus (penyerapan kembali air dan zat terlarut dari
cairan tubulus) dan proses sekresi tubulus untuk membentuk kemih (urine) yang akan
disalurkan melalui pelvis renalis. Dengan membandingkan susunan plasma dengan
urine normal akan diperoleh gambaran betapa besarnya perubahan-perubahan ini,
serta cara hasil metabolisme dibuang dari plasma . air serta elektrolit dan metabolit
penting lainnya akan diserap kembali. Selain itu, susunan urine dapat berubah-ubah,
dan banyak mekanisme pengaturan homeostasis yang mengurangi atau mencegah
perubahan susunan cairan ekstrasel dengan cara mengubah jumlah air dan zat terlarut
tertentu yang diekskresi melalui urine. Dari pelvis renalis, urine dialirkan kedalam
vesika urinaria (kandung kemih) untuk kemudian dikeluarkan melalui proses
berkemih (miksi). Ginjal juga berperan sebagai organ endokrin karena menghasilkan
kinin dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol serta membentuk dan mensekresi renin
(Ganong, 2001).
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk
menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat
penggunaan suatu diuretik. Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu (sunaryo, 1995) :
1. Diuretik osmotic
2. Penghambat mekanisme transport elektrolit
Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di
tubuli ginjal terdiri atas (sunaryo, 1995) :
1. Tubulus Proksimal
Dalam tubulus proksimal yang berada dalam korteks ginjal, hampir semua
glukosa, bikarbonat, asam amino dan metabolit lain direabsorbsi. Sekitar dua
pertiga jumalah Na+ juga direabsorbsi di tubulus proksimal, klorida dan air
mengikuti dengan pasif untuk mempertahankan keseimbangan elektrik dan
osmolaritas. Bila tidak untuk reabsorbsi ekstensif air dan zat- zat yang terlarut di
dalamnya pada tubulus proksimal, maka mamalia akan segera mengalami
dehidrasi dan kehilangan osmolaritas normalnya. (Mycek, 2001)
4. Tubulus Distal
Sel- sel tubulus distal juga impermeable untuk air. Sekitar 10 % dari natrium
klorida yang disaring direabsorbsi melalui suatu transporter Na +/CI-, yang
sensitive terhadap diuretik tiazid. Selain itu, ekskresi Ca++ diatur oleh hormone
paratiroid pada bagian tubulus ini. ( Mycek, 2001)
5. Tubulus dan duktus renalis rektus.
Sel- sel utama dan sel- sel interkalasi dari tubulus renalis rektus bertanggung
jawab untuk pertukaran Na+, K+ dan untuk sekresi H+ dan reabsorbsi K+.Stimulasi
reseptor aldosteron pada sel- sel utama menyebabkan reabsorbsi Na+ dan sekresi
K+. .( Mycek, 2001)
Khasiat antihipertensi diuretic berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi
natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel.
Tekanan darah turun akibat berkurangnya curah jantung sedangkan resistensi perifer
tidak berubah pada awal terapi. (sunaryo, 1995) .
4. Cara Kerja :
1. Semua tikus di puasakan semalam
(±16 jam)
2. Timbang Tikus
3. Hitung dosis untuk hewan
4. Berikan Air hangat kepada tikus
secara oral
5. Lalu segera berikan obat sentetik
Furossemid ke pada tikus secara oral
6. Kemudian masukan tikus ke kandang
metabolism
7. Ukur volume pengeluaran urin pada
waktu 15 menit pertama dan 30 menit selanjutnya
8. Lakukan percobaan kedua sesuai
nomor 1-7(dengan tikus yang berbeda)
9. Lalu bandingkan mana yang lebih
bagus sebagai deuretika
5. Hasil
Dosis furosemid
VAO Furosemide
VAO Kopi
1. 182/200 X 5 = 4,55 ml
2. 193/200x 5 = 4,82 ml
3. 190/200 x 5 = 4,75 ml
4. 201/200 x 5 = 5,02 ml
5. 198/200 x 5 = 4,95 ml
6. 190/200 x 5 = 4,75 ml
Total volume urine (ml) per
Berat
VAO ( ml)
Dosis pada Dosis pada menit
badan Air
Furo
manusia tikus tikus (gr) hanga Kopi 15 30 45 60
Semide
t
Air hangat
Furosemide
5ml/200bb 190 4,75 0,0684 - 2 4 8 8
40mg
dan dosis 0,72
Air hangat
Furosemide
5ml/200bb 201 5,02 0,1447 - 4 7 8 9
80mg
dan dosis 1,44
Air hangat
5ml/200bb
198 4,95 - 4,95 1 1 1 2
dan kopi
20%5ml
Air hangat
5ml/200bb
190 4,75 - 4,75 1 1 2 2
dan kopi 30%
5ml
Konsentrasi furosemide 1%
Perbandingan Diuretik terhadap Furosemid, Kopi dan NaCl sebagai Kontrol
10
9
8
7
6
volume urin
5
4
3
2
1
0
10 20 30 40 50 60 70
waktu (menit)
Furosemid
Dosis : Pada udema oral 40-80 mg pagi p.c, jika perlu atau
pada insufisiensi ginjal sampai 250-2000 mg sehari
dalam 2-3 dosis (Tjay, 2010)
Furosemid bekerja pada epitel tebal ansa henle bagian asenden. Furosemid
menyebabkan peningkatan ekskresi K+ dan kadar asam urat plasma. Ekskresi Ca++ dan
Mg++ juga ditingkatkan sebanding dengan peninggian ekskresi Na+. Diuretik kuat
meningkatkan ekskresi asam yang dapat dititrasi dan ammonia.
Dalam percobaan ini pemberian obat terhadap hewan coba tikus dilakukan
secara oral, yaitu pemberian melalui mulut dan masuk perut. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui efek dari obat yang diberikan dengan cepat.
Dari hasil pengamatan, volume urin tikus pada menit ke 15, 30 tidak
meneluarkan urin sama sekali. Data ini tidak sesuai dengan teorinya, dimana kopi
adalah diuretic ringan. Sementara tikus tidak mengeluarkan urin sama sekali.
7. Kesimpulan
1. Adapun kesimpulan dari percobaann ini yaitu : Diuretika adalah zat-zat yang
dapat memperbanyak kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal
2. Prosesnya ada 3 yaitu ; filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi
3. Furosemide merupakan obat diuretic kuat
4. dengan bertambah dosis, efeknya pun senantiasa bertambah.
5. Efek utama dari obat efek diuretik ialah meningkatkan volume urin yang
diproduksi serta meningkatkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air
6. Mekanisme kerja obat diuretic yaitu menghambat reabsorpsi elektrolit Na+ pada
bagian-bagian nefron yang berbeda, akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl-
memasuki urin dalam jumlah yang banyak dibandingkan bila dalam keadaan
normal bersama-sama air, yang mengangkkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik sehingga meningkatkan volume urin
7. Obat kopi efek obat yang dihasilkan tidak sudah sesuai dengan literature dan hasil
yang diperoleh pada menit ke 30 tidak ada mengeluarkan urine sama sekali
8. Obat furosemide efek obat yang dihasilkan sudah sesuai dengan literature dan
hasil yang diperoleh hanya ada pada menit ke 30 yaitu 1 mL
8. Pertanyaan
1. Gambarkanlah sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat diuretik.
Berikan contoh obat masing-masingnya dengan mekanisme kerja yang berbeda.
Jawab :
Mekanisme kerja diuretik.
1. Pada tubulus proksimal, disini 70% ultra fltrat seperti glukosa, ureum, ion Na dan
Cl di serap kembali, filtrate tidak berubah dan tetap isotonic terhadap plasma.
Diuretic osmotic seperti manitol, sorbitol, dan gliserol juga bekerja disini dengan
mengurangi reabsorbsi ion Na dan Cl.
2. Pada lengkung henle, disini 20% ion Cl di angkut secara aktif ke dalam sel
tubulus dan disusul dengan pengangkutan Na secara pasif, tetapi tanpa air
sehingga filtrate menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretic yang bekerja di
lengkung henle biasanya adalah diuretic dengan kerja kuat seperti furosemide,
asam etakrinat dengan merintangi transport Cl.
3. Pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam cortex, disini ion
Na diserap kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih
cair dan hipotonik. Zat-zat seperti thiazid, clortalidon, mefrusid bekerja disini
dengan merintangi reabsorbsi ion Na dan Cl.
4. Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na diserap kembali secara aktiv,
dan terjadi pertukaran dengan ion K, H, NH4. Proses ini dikendalikan oleh
hormon anak ginjal, aldosteron. Zat- zat penghemat kalium seperti Spironolacton,
dan triamteren bekerja disini dengan mengurangi pertukaran ion K dengan ion
Na, yang berakibat retensi kalium (antagonis aldosteron), Reabsorbsi air terutama
terjadi di ductus colligens, dan disini juga tempat bekerjanya hormon anti
diuretic.
2. Dengan memahami mekanisme kerja obat diuretik, kemukakan efek samping yang
dapat muncul akibat penggunaannya.
Jawab :
Diuretic osmotic Efek samping : GGA,sakit kepala,mual,muntah.
Penghambat Karbonik anhidrase Efek samping : diorientasi mental
pada CH.
Benzotiadiazide Efek samping : Purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas Penggunaan lama menjadi hiperglikemia : Sekresi
insulin menurun (respon dari glukosa darah meningkat). Glikogenolisis
meningkat. Glikogenesis menurun. Kadar kolesterol meningkat dan TG
meningkat, Hipokalemia, Depresi mental dan kom.
Diuretic hemat kalium Efek samping : Hiperkalemia, ginekomastia.
9. Daftar Pustaka
Ganong, W. F., 2001, Fisiologi kedokteran, penerbit Buku Kedokteran EGC . Jakarta
Sunaryo, (1995). Istilah Diuresis. Dalam Buku Farmakologi dan Terapi, UI-Press,
Jakarta.
Sukandar, Prof. Dr. Elin Yulinah, Apt. dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. PT ISFI
Penerbitan : Jakarta.
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat – Obat Penting. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.
10. Lampiran