Anda di halaman 1dari 12

TOKSIKOLOGI

OLEH :

Novia Risky Nur

1801029

S1 3A

DOSEN PENGAMPU : Mira Febrina M.Sc,. Apt.

PROGRAM STUDI SI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
TOKSIKOLOGI

1. Definisi Toksikologi
Toksikologi merupakan ilmu atau pemahaman tentang pengaruh berbagai macam zat-zat
kimia yang merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Dalam toksikologi terdapat unsur
– unsur yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dengan suatu cara tertentu sehingga
dapat menimbulkan suatu respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan
terhadap sistem biologi tersebut. Berbagai definisi toksikologi telah dimajukan oleh para ahli dari
berbagai bidang ilmu seperti :
a. Bidang kimia membuat definisi toksikologi sebagai berikut : Toksikolgi adalah ilmu
yang bersangkut paut dengan efek-efek dan mekanisme kerja yang merugikan dari
agent- agenti kimia pada binatang dan manusia.
b. Bidang Farmakologi mendefinisikannya sebagai berikut : Toksikolgi merupakan
cabang ilmu farmakologi yang berhubungan dengan efek samping zat kimia didalam
sistem biologi.

Cabang – Cabang Ilmu Toksikologi

Toksikologi modern merupakan bidang yang didasari oleh multi displin ilmu, ia
dengan dapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna mempelajari interaksi
antara tokson dan mekanisme biologi yang ditimbulkan. Ilmu toksikologi ditunjang oleh
berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi, fisika, matematika. Kimia analisis dibutuhkan
untuk mengetahui jumlah tokson yang melakukan ikatan dengan reseptor sehingga dapat
memberikan efek toksik.

Informasi penyimpangan reaksi kimia pada organisme yang diakibatkan oleh


xenobiotika. Perubahan biologis yang diakibatkan oleh xenobiotika dapat diungkap melalui
bantuan ilmu patologi, immonologi, dan fisiologi. Untuk mengetahui efek berbahaya dari
suatu zat kimia pada suatu sel, jaringan atau organisme memerlukan dukungan ilmu patologi,
yaitu dalam menunjukan wujud perubahan / penyimpangan kasar, mikroskopi, atau
penyimpangan submikroskopi dari normalnya. Perubahan biologi akibat paparan tokson
dapat termanisfestasi dalam bentuk perubahan sistem kekebakan (immun) tubuh, untuk itu
diperlukan bidang ilmu immunologi guna lebih dalam mengungkap efek toksik pada sistem
kekebalan organisme. Mengadopsi konsep dasar yang dikemukakan oleh Paracelcius,
manusia menggolongkan efek yang ditimbulkan oleh tokson menjadi konsentrasi batas
minimum memberikan efek, daerah konsentrasi dimana memberikan efek yang
menguntungkan (efek terapeutik , lebih dikenal dengan efek farmakologi), batas konsentrasi
dimana sudah memberikan efek berbahaya (konsetrasi toksik), dan konstrasi tertinggi yang
dapat menimbulkan efek kematian. Agar dapat menetapkan batasan konsentrasi ini
toksikologi memerlukan dukungan ilmu kimia analisis, biokimia, maupun kimia instrmentasi,
serta hubungannya dengan biologi. Ilmu statistik sangat diperlukan oleh toksikologi dalam
mengolah baik data kualitatif maupun data kuantitatif yang nantinya dapat dijadikan sebagai
besaran ekspresi parameter-parameter angka yang mewakili populasi. Bidang yang paling
berkaitan dengan toksikologi adalah farmakologi, karena ahli farmakologi harus memahami
tidak hanya efek bermanfaat zat kimia, tetapi juga efek berbahayanya yang mungkin
diterapkan pada penggunaan terapi. Farmakologi pada umumnya menelaah efek toksik,
mekanisme kerja toksik, hubungan dosis respon, dari suatu tokson.

Toksikologi sangat luas cakupannya. Ia menangani studi efek toksik “toksisitas” di


berbagai bidang, mengelompokkan ke dalam empat bidang, yaitu:

1. Bidang kedokteran untuk tujuan diagnostik, pencegahan, dan terapeutik


2. Dalam industri makanan sebagai zat tambahan baik langsung maupun tidak langsung
3. Dalam pertanian sebagai pestisida zat pengatur pertumbuhan, peyerbuk bantuan, dan
zat tambahan pada makanan hewan
4. Dalam bidang industri kimia sebagai pelarut,komponen, dan bahan antara bagi plstik
serta banyak jenis bahan kimia lainnya.
Di dalam industri kimia juga dipelajari pengaruh logam (misal dalam dalam
pertambangan dan tempat peleburan), produk minyak bumi, kertas dan pulpa, tumbuhan
beracun, dan racun hewan terhadap kesehatan. Berdasarkan aplikasinya toksikologi
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yakni: toksikologi lingkungan, toksikologi
ekonomi dan toksikologi forensik. Toksikologi lingkungan lebih memfokuskan telaah racun
pada lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, dampak negatif dari akumulasi residu
senyawa kimia pada lingkungan, kesehatan lingkungan kerja. Toksikologi ekonomi
membahas segi manfaat dan nilai ekonomis dari xenobiotika. Tosikologi forensik
menekunkan diri pada aplikasi ilmu toksikologi untuk kepentingan peradilan. Kerja utama
dari toksikologi forensik adalah analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif sebagai
bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Masih dijumpai subdisiplin toksikologi
lainnya selain tiga golongan besar diatas, seperti toksikologi analisis, toksikologi klinik,
toksikologi kerja, toksikologi hukum, dan toksikologi mekanistik. Untuk menegakan terapi
keracunan yang spesifik dan terarah, diperlukan kerjasama antara dokter dan toksikolog
klinik. Hasil analisis toksikologi dapat memastikan diagnose klinis, dimana diagnose ini
dapat dijadikan dasar dalam melakukan terapi yang cepat dan tepat, serta lebih terarah,
sehingga ancaman kegagalan pengobatan (kematian) dapat dihindarkan. Analisis toksikologi
klinik dapat berupa analisis kualitatif maupun kuantitatif. Dari hasil analisis kualitatif dapat
dipastikan bahwa kasus keracunan adalah memang benar diakibatkan oleh instoksikasi.
Sedangkan dari hasil analisis kuantitatif dapat diperoleh informasi tingkat toksisitas pasien.
Dalam hal ini diperlukan interpretasi konsentrasi tokson, baik di darah maupun di urin, yang
lebih seksama. Untuk mengetahui tepatnya tingkat toksisitas pasien, biasanya diperlukan
analisis tokson yang berulang baik dari darah maupun urin. Dari perubahan konsentrasi di
darah akan diperoleh gambaran apakah toksisitas pada fase eksposisi atau sudah dalam fase
eleminiasi. Keracunan mungkin terjadi akibat pejanan tokson di tempat kerja. Hal ini
mungkin dapat mengkibatkan efek buruk yang akut maupun kronik. Efek toksik yang
ditimbulkan oleh kesehatan dan keselamatan kerja merupakan masalah bidang toksikologi
kerja. Toksikologi kerja merupakan subbagian dari toksikologi lingkungan. Toksikologi
hukum mencoba melindungi masyarakat umum dari efek berbahaya tokson dengan membuat
undang-undang, peraturan, dan standar yang membatasi atau melarang penggunaan zat kimia
yang sangat beracun, juga dengan menentukan syarat penggunaan zat kimia lainnya.
Gambaran lengkap tentang efek toksik sangat diperlukan untuk menetapkan peraturan dan
standar yang baik. Profil semacam itu hanya dapan ditentukan lewat berbagai jenis penelititan
toksikologi yang relevan, dan ini membentuk dasar bagi toksikologi hukum.

berdasarkan aplikasinya toksikologi dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yakni:


1. Toksikologi lingkungan
2. Toksikologi ekonomi
3. Toksikologi kehakiman(forensik)

Dalam perkembangannya toksikologi mengalami perkembangan, sehingga dijumpai


subdisplin ilmu selain tiga diatas, antara lain: toksikologi analis, toksikologi klnik,
toksikologi kerja,toksikologi hukum, toksikologi mekanistik dan lain-lain.

A. Toksikologi Lingkungan
Pencemaran lingkungan dipahami sebagai suatu kejadian lingkungan yang
tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan
yang mungkin dapat mengganggu kesehatan lingkungan bahkan kematian organisme
dalam ekosistem. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun
kimia dan fisik yang dihasilkan dari suata kegiatan dan menimbulkan pencemaran
lingkungan (Cassaret, 2000). Menurut Hodgson dan Levi (2000) pengetahuan yang
mempelajari efek toksik yang ditimbulkan, dampak atau resiko keberadaan zat kimia
terhadap organisme hidup.
Toksikologi lingkungan umumnya dikelompokkan menjadi dua kelompok
kajian yaitu toksikologi kesehatan lingkungan dan ekotoksikologi. Toksikologi
kesehatan lingkungan adalah melakukan telaah tentang efek samping zat kimia di
lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sedangkan ekotoksikologi memfokuskan
diri pada telaah tentang efek pencemaran lingkungan pada ekosistem dan
kosntitiennya seperti ikan, burung dan satwa lain yang ada di lingkungan tersebut.
Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada makhluk hidup
dikategorikan sebagai pencemar udara. Ada banyak jenis pencemar udara, tetapi
yang penting ada 5 jenis yaitu:

1. Ozone (O3)
2. Oksida karbon (CO, CO2)
3. Oksida belerang (SO2, SO3)
4. Oksida nitrogen (NO, NO2, N2O)
5. Partikel (debu, asam, timbal, pestisida dsb.)

B. Toksikologi Ekonomi
Toksikologi ekonomi merupakan cabang toksikologi yang menguraikan
pengaruh berbahaya zat kimia, yang dengan sengaja diberikan pada jaringan biologi,
dengan maksud untuk mendapatkan pengaruh atau efek bermanfaat yang khas
(misalnya obat, zat makanan, dan pestisida)
 Pengembangan Obat
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan
untuk di gunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Toksisitas
atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau
penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau
ekskresi.
 Pengembangan Zat Tambahan Makanan
Kongres mengembangkan standar keamanan yang tidak akan memaksa
pihak berwenang untuk melarang makanan umum yang biasa dikonsumsi.
Dalam kasus di mana substansi tidak secara alami ada dalam makanan tetapi
merupakan kontaminan atau menambahkan bahan, standar keamanannya
yang berbeda.
 Pengembangan Pestisida
Pestisida dikelompokkan menjadi pestisida hayati, nabati, dan sintetis.
Istilah pestisida hayati yang digunakan dalam tulisan ini mengikuti definisi
yang dipakai oleh Pal dan Gardener (2006), yaitu organisme hidup, seperti
serangga predator, nematoda entomopatogen, mikroorganisme antagonis, dan
hasil fermentasi bahan alami untuk mengendalikan OPT (Organisme
Penggangu Tanaman).
Untuk senyawa aktif pestisida nabati, empat jenis yang banyak
digunakan untuk mengendalikan serangga hama yaitu piretrum (Tanacetum
cinerariifolium, Asteraceae), rotenon (Derris sp., Lonchocarpus sp., dan
Tephrosia sp.), azadirakta (Azadirachta indica, Meliaceae), dan minyak atsiri
dari tanaman rosemari (Rosmarinus officinale), eukaliptus (Eucalyptus
globus), cengkih (Syzygium aromaticum), timi (Thymus vulgaris), menta
(Mentha species), dan tembakau (Nicotiana spp., Solanaceae) (Isman 2006).

C. TOKSIKOLOGI FORENSIK
Kerja utama dari toksikologi forensik adalah analisis racun baik kualitatif
maupun kuantitatif sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensic di pengadilan).
dalam pengungkapan suatu kasus keracunan yang disebabkan oleh bahan-bahan
kimiawi berbahaya memerlukan suatu cabang ilmu lain, yaitu toksikologi
forensic.Menurut Society of forensic toxicology, Inc. (SOFT), bidang kerja
toksikologi forensic meliputi :
1. Analisis dan evaluasi racun penyebab kematian
2. Analisis ada atau tidaknya kandungan alcohol, obat terlarang didalam cairan
tubuh atau nafas yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku (menurunnya
kemampuan mengendarai kendaraan bermotor dijalan raya, tindak kekerasan
dan kejahatan serta penggunaan dopping)
3. Analisis obat terlarang di darah dan di urine pada kasus penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan obat terlarang lainnya.
Tujuan dari analisis toksikologi forensic adalah dapat membuat suatu rekaan
rekonstruksi suatu peristiwa yang terjadi, sampai mana obat tersebut telah dapat
mengakibatkan suatu perubahan perilaku.Peranan toksikologi forensic dalam hukum
adalah mengingat sulitnya pengungkapan kejahatn terutama yang menggunakan
racun Tidak semua kasus yang ditemukan perlu melakukan toksikologi forensk.
Kasus-kasus tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 goongan besar, kasus-kasus
tersebut antara lain :
a Kematian akibat keracunan, yang meliputi : kematian mendadak, kematian di
penjara, kematian pada kebakaran, dan kematian medis yang disebabkan oleh
efek samping obat atau kesalahan penanganan medis
b Kecelakaan fatal maupun tidak fatal, yang dapat mengancam sekelamatan
nyawa sendiri ataupun orang lain, yang umunya diakibatkan oleh pengaruh
obat-obatan, alcohol, ataupun narkoba
c Penyalahgunaan narkoba dan kasus-kasus keracunan yang terkait dengan
akibat pemakaian obat, makanan, kosmetik, alat kesehatan, dan bahan
berbahaya lainnya, yang tidak memenuhi standar keselamatan (kasus-kasus
forensic farmasi). (Artikel, forensic toxicology, alvionita Nur Fitriana)

 Diagnosa
Cabang ilmu toksikologi yang mempelajari efek toksik dari agen yang
bertujuan untuk mrnganalisa suatu keadaan penyakit atau efek obat pada satu
waktu tertentu terhadap manusia.
 Terapi
Cabang ilmu toksikologi yang mempelajari efek toksik dari agen yang
bertujuan untuk mengobati, memperbaiki, memodifikasi atau mencegah
suatu keadaan penyakit atau efek obat pada satu waktu tertentu.
 Medikolegal
Tujuan pemeriksaan medikolegal pada seorang korban adalah untuk
menegakkan hukum pada peristiwa pidana yang dialami korban melalui
penyusunan VeR yang baik
 Toksikologi Klinik
Ilmu yang menunjukkan bahwa didalam dunia kedokteran ada satu
bidang keahlian yang dengan tegas berhubungan dengan penyakit-penyakit
yang disebabkan,atau secara khusus disebabkan oleh zat-zat toksik.
Pada bidang ini usaha-usaha yang dilakukan dengan mengobati pasien-
pasien yang keracunan dengan obat-obatan dan juga dengan memanfaatkan
teknik baru dalam pengobatannya.Analisa teknologi klinik:
a Kualitatif (apakah benar karena toksik atau tidak)
b Kuantitatif ( informasi tingkat toksisitas pasien)

Secara umum dapat disimpulkan bahwa manfaat analisis toksikologi


klinik adalah :
1. Identifikasi awal yang cepat sebagai pendahuluan sebelum melakukan
terapi yang spesifik dan terarah
2. Untuk mengontrol keberhasilan dan efek dari penegakan terapi
intoksikasi
3. Untuk memastikan atau menjamin diagnosa klinis
Data-data analisis toksikologi :
a Studi metabolisme dan toksokinetik dari senyawa toxikan
b Studi penyimpangan farmakokinetik dari toksikan pada kasus
intoksikan (waktu paruh,volume distribusi)
Tugas analisis toksikologi klinik:
a Mendeteksi toksikan yang terlibat
b Menentukan kadar toksikan dan metabolitnya
c Bersama-sama dengan dokter dan toksikologi klinik melakukan
interpretasi temuan analisis dan data-data klinis guna menyusun
diagnosa akhir.
Klasifikasi Keracunan :
1. Menurut waktu terjadinya keracunan
– Keracunan Akut
– Keracunan Kronik
2. Menurut cara terjadinya keracunan
– Self Poisoning
– Attempted Suicide
– Accidental Poisoning
– Homicida Poisoning
3. Menurut organ yang terkena
– Racun Pada Saraf (Neurotoksik)
– Racun Jantung (Kardiotksik)
– Racun Hati (Hepatoksik)

D. Toksikologi Deskriptif
Toksikologi deskriptif secara langsung berhubungan dengan pengujian-
pengujian sifat racun. Pengujian–pengujian racun yang tepat dalam binatang
percobaan untuk menemukan informasi yang dapat digunakan untuk menilai bahaya
yang ditujukan ke manusia dan lingkungan oleh pemaparan ke bahan-bahan kimia
tertentu.
Jadi, toksikologi deskriptif adalah uji toksikologi untuk mendapatkan
gambaran informasi yang digunakan untuk mengevaluasi resiko ang timbul oleh
bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan.
E. Toksikologi Mekanistik (Mechanistic Toxicology)
Mechanistic Toxicology merupakan ilmu yang mempelajari tentang
mekanisme kerja dari zat beracun didalam tubuh. Dengan kata lain, mekanistik
toksikologi adalah studi tentang bagaimana agen kimia atau fisik berinteraksi dengan
organisme hidup untuk menyebabkan toksisitas.

F. Toksikologi Regulatori (Regulatory Toxicology)


Regulatory toxicology merupakan bagian ilmu yang bertanggung jawab
dalam memutuskan terhadap data yang di dapat berdasarkan hasil dari deskriptif dan
mekanistik dalam menentukan ketoksikan suatu zat.
Pembagian regulator toksikologi:

1. Food and Drug Administration (FDA)


Mengatur perihal obat, peralatan medis, kosmetik dan bahan
tambahan makanan yang digunakan dalam bidang kesehatan maupun
tujuan komersil.
2. Environmental Protection Agency (EPA)
Bertanggung jawab menagatur pestisida, bahan kimia beracun,
limbah berbahaya, dan polutan di air dan udara.
3. Consumer Product Safety Commision
Mengatur segala barang dagangan yang digunakan dirumah dan
sekolah yang belum diatur oleh FDA dan EPA.
4. Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
Menentukan tempat kerja itu aman atau tidak aman bagi
pekerja.
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM
Lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-
obatan dan makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas badan ini
menyerupai fungsi dan tugas Food and Drug Administration (FDA) di
Amerika Serikat dan European Medicines Agency di Uni Eropa.
G. Toksikologi Analitik
Ilmu mempelajari berbagai motode dan teknik analisis racun atau
senyawa berbahaya dalam sampel biologis yang menyebabkan keracunan.Ilmu
ini digunakan untuk menangani pemeriksaan zat berbahaya dalam kasus
keracunan pada klinik, forensik, industri, lingkungan, makanan, dan
pertanian.Metodenya sebagai berikut :
1. Analisis klinik
Analisis toksikologi klinik mencakup analisis kuantitatif dan
kualitatif toksikan serta menentukan efek toksik yang ditimbulkan.
Sehingga dalam hal ini tugas utamanya adalah :
a Mendeteksi dan mengidentifikasi toksikan yang terlibat.
b Menentukan keadaan toksikan dan metabolitnya.
c Bersama-sama dengan dokter dan toksikolog klinik
melakukan interpretasi temuaan analisis dan data – data klinis,
guna menyusun diagnosa akhir.
2. Analisis Forensik
Secara umum tugas analisis toksikologi forensik dan
toksikologi klinik dalam melakukan analisis dikelompokkan dalam 3
tahap :
1. Penyiapan sampel
2. Analisis meliputi uji penapisan (screening test) dan uji
konfirmasi (uji dentifikasi dan kuantifikasi)
3. Interpretasi temuan analisis dan penulisan laporan analisis

H. Toksikologi Makanan
Toksikologi makanan adalah ilmu yang mempelajari pengaruh buruk
makanan bagi manusia.Food Barne Diseases (FDB) merupakan penyakit akut
karena konsumsi makanan.Pada umumnya makanan yang bersifat toksik
karena terkontaminasi patogen atau toksin.Patogen pada umumnya seperti:
- Salmonella
- Escherichia coli
- Staphylococcus aureus
- Bacillus cereus
Gejala klinis :
- Gastroenteritis yang disertai dengan mual, muntah, nyeri perut
dan diare.
- Demam, feses berdarah dan ditemukannya leukosit di feses
orang yang terkontaminasi.

Diagnosa :
- Uji kultur feses penderita untuk jenis bakterinya.
- Uji kultur bakteri dan toksin pada makanan.
- Uji elektrolit, glukosa, BUN, kreatin dan fungsi hati pasien.
Akses yang lebih mendalam dari bakteri supaya dapat memulai
proses infeksi dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Invasi ekstraseluler, terjadi apabila mikroba merusak barrier
jaringan untuk menyebar ke dalam tubuh inang baik melalui
peredaran darah maupun limfa.
2. Invasi intraseluler terjadi apabila mikroba benar-benar
berpenetrasi dalam sel inang dan hidup di dalamnya.Contoh
makanan yang terkontaminasi yaitu tempe bongkrek makanan
yang dibuat dari ampas kelapa parut yang telah diperas
santannya untuk pembuatan minyak kelapa.

Anda mungkin juga menyukai