Anda di halaman 1dari 38

AGONIS KOLINERGIK

LANGSUNG

Obat Agonis Kolinergik BERDASARKAN TARGET AKSINYA

INHIBITOR
KOLINESTERASE
AGONIS KOLINERGIK
LANGSUNG
Obat ini merupakan aksi secara langsung pada reseptor asetilkolin
(muskarinik atau nikotinik). Oleh karena itu, agonis kolinergik dibedakan
menjadi
1. Agonis Muskarinik
2. Agonis Nikotinik
AGONIS MUSKARINIK

Berdasarkan struktur kimianya, obat


agonis muskarinik dibedakan menjadi
dua yaitu golongan Ester dan golongan
Alkaloid
Golongan Ester

Obat golongan ester hampir mempunyai spesifikasi yang relative


tinggi terhadap reseptor muskarinik dibandingkan reseptor nikotinik,
obat yang termasuk golongan ini adalah : betanekol dan metakolin.

Sedangkan karbakol mempunyai spesifitas pada kedua


reseptor
Betanekol

Betanekol mempunyai struktur yang berkaitan dengan asetilkolin,


asetatnya diganti dengan karbamat dan kolinnya dimetilasi. Oleh karena
itu, senyawa ini tidak dihidrolisis oleh asetilkolin esterase, walaupun
sebenarnya dapat dihidrolisis oleh esterase lainnya. Kerja nikotiniknya kecil
atau tidak ad sama sekali, tetapi kerja muskariniknya sangat kuat. Kerja
utamanya adalah terhadap otot polos kandung kemih atau saluran cerna.
Masa kerjanya berlangsung 1 jam.
Sediaan dan dosis

Betanekol klorida tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg atau dalam ampul yang
mengandung 5 mg/ml. dosis oral adalah 10 – 30 mg, sedangkan subkutan
2,5 – 5,0 mg. tidak boleh diberikan IV atau IM.
Mekanisme kerja betanekol

Betanekol memacu langsung reseptor muskarinik dengan


mengikat dan mengaktifkan reseptor tersebut, sehingga tonus
dan motilitas usus meningkat, dan memacu pula otot detrusor
kandung kemih serta merelaksasi trigonum dan sfingter kemih
melemas, sehingga urin terpancar keluar. Otot ini memiliki efek
utama terhadap otot polos kandung kemihdan saluran cerna.
Dan masa kerja dari obat ini sekitar satu jam.
Indikasi
Untuk pengobatan urologi, obat ini digunakan untuk memacu
kandung kemih yang mengalami atoni ( “ atonic bladder” ),
terutama retensi urin pasca persalinan atau pasca bedah non –
obstruksi
Kontra indikasi
Hiprsensitifitas dan beberapa produk
mengandung tartazim dan harus dihindari
pada pasien – pasien yang diketahui.
Efek samping
Betanekol dapat menimbulkan pacuan kolinergik umum.
Termasuk dalam pacuan in adalah berkeringat, salivasi,
kemerahan, penurunan tekanan darah, mual, nyeri abdomen,
diare, dan bronkospasme.
Obat golongan alkaloid
Tidak memiliki struktur yang mirip dengan asetilkolin,
dan merupakan senyawa golongan alkaloid yang
diisolasi dari tanaman. Obat golongan ini tidak di
metabolism oleh asetilkolinesterase. Obat golongan
alkaloid misalnya: arekolin, pilokarpin, muskarin dan
oksotremorin.
Pilokarpin

Alkaloid pilokarpin adalah suatu ami tersier dan stabil


dari hidrolisis dari asetilkolinesterase. Dibandingkan
dengan asetilkolin turunannya, senyawa ini ternyata
sangat lemah. Pilokarpin menunjukkan aktivitas
muskarinik dan terutama digunakan untuk oftalmologi.
Sediaan dan dosis
Sediaan obat pilokarpin ini biasanya dalam
bentuk tetes mata, untuk dosis diberikan
berdasarkan kondisi berikut
1. Glaucoma akut sudut tertutup : dosis diberikan 1
tetes tiap 5 menit, hingga kondisi membaik
2. Glaucoma akut sudut terbuka : teteskan pilokarpin
dengan kandungan 0,5-4% pada mata yang terkena,
hingga 4 kali sehari atau sesuai dengan anjuran
dokter.
Mekanisme kerja

Penggunaan topikal pada kornea dapat menimbulkan miosis dengan


cepat dan kontraksi otot siliaris. Pada mata akan terjadi suatu spasme
akomodasi, dan penglihatan akan terpaku pada jarak tertentu, sehingga
sulit untuk memfokus pada suatu objek. Pilokarpin adalah suatu
pemacu sekresi kelenjar yang terkuat pada kelenjar keringat, air mata,
dan saliva, tetapi obat ini tidak digunkan untuk maksud demikian.
Indikasi

Glaucoma sudut terbuka kronis ( glaucoma simple


kronis), glaucoma sudut tertutup akut, glaucoma sudut
tertutup sinekia kronis, glaucoma sekunder akibat blok
pupil dan setelah operasi
Kontra indikasi

Radang iris akut, radang uve akut, beberapa bentuk glaucoma


sekunder, radang akut segmen mata depan. Penggunaan pasca
bedah sudut tertutup tidak dianjurkan. Hati hati pada penyakit
retina, kerusakan konjungtiva atau kornea, penyakit jantung,
hipertensi, asma, tukak lambung, sumbatan saluran kemih,
penyakit Parkinson.
Efek samping

Pilokarpin dapat mencapai otak dan menimbulkan ganguuan SSP.


Obat ini merangsang keringat dan saliva yang berlebihan. Selain
itu pilokarpin ini juga dapat menyebabkan pusing, nyeri disekitar
alis mata, penglihatan buram, sulit melihat di lingkungan gelap,
terasa gatal atau terbakar saat obat diteteskan di mata, dan
mata menjadi merah.
Agonis nikotinik
Agonis kolinergik yang lain adalah agonis nikotinik. Obat ini
mempengaruhi baik reseptor nikotinik pada motor endplate
(pada neuromuscular junction) dan ganglia otonom. Obat agonis
yang cenderung mengaktivasi reseptor asetikolin nikotinik pada
ganglia otonom antara lain : Nikotin, Lobelin, Epibatidin
Nikotin
Nikotin adalah zat aktif dalam tembakau. Meskipun obat ini sekarang tidak

lagi digunakan dalam terapi (kecuali dalam terapi penghentian merokok).

Tergantung pada dosis, nikotin mendepolarisasi ganglia,

menimbulkan pertama kali gejala pacuan dan kemudian diikuti oleh

paralisis dari semua ganglia.


Mekanisme kerja
Pada dosis rendah, nikotin menyebabkan stimulasi ganglion dengan depolarisasi. Pada

dosis tinggi, nikotin menyebabkan penghambatan ganglionik. tempat kerja serupa

terjadi.

1. SSP

Nikotin sangat larut dalam lipid dan dengan mudah melewati sawar

otak darah. Dengan merokok atau memberikan dosis nikotin yang

rendah akan menyebabkan euphoria ringan dan meningkatkan

kesadaran, serta relaksasi dan memperbaiki atensi, daya belajar,

menyelesaikan masalah dan waktu reaksi. Nikotin dosis tinggi

menyebabkan paralisis pernapasan pusat dan hipotensi hebat karena

paralisis medula.
2. Efek Perifer

Efek perifer nikotin cukup kompleks. Stimulasi ganglion simpatik dan medula

adrenal meningkatkan tekanan darah dan nadi. Penggunaan tembakau berbahaya

pada pasien hipertensi. Banyak pasien dengan penyakit vaskular perifer

mengalami eksaserbasi gejala setelah merokok. Sebagai contoh, vasokonstriksi

akibat nikotin dapat menurunkan aliran darah koroner, mempengaruhi pasien

angina. Stimulasi ganglia parasimpatik juga meningkatkan aktifitas motorik

pencernaan. Pada dosis tinggi, tekanan darah turun dan aktifitas saluran

pencernaan dan otot kandung kemih berhenti akibat penghambatan nikotin pada

ganglia parasimpatik.
Efek samping

Efek nikotin pada SSP termasuk iritasi dan tremor. Nikotin


dapat juga menyebabkan kram pencernaan, diare dan
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Selain itu,
merokok meningkatkan metabolisme beberapa obat.
Obat agonis tidak langsung atau inhibitor
kolinesterase

Inhibitor reversible

Obat golongan inhibitor reversible, bersifat larut dalam air, beraksi

menghambat dengan berkompetisi dengan asetilkolin pada sisi anionic

pada enzim AChE, interaksi ini bersifat terbalikkan atau dapat kembali ke

bentuk semula. Pada dasarnya, efek utama maupun efek samping obat

golongan ini sama dengan obat golongan agonis kolinergik langsung.,

karena aksi obat ini adalah meningkatkan konsentrasi asetilkolin pada

celah sinaptik.
Disamping itu, obat ini juga mempunyai efek pada
reseptor nikotinik termasuk pada neuromuscular
junction. Contoh obat golongan ini adalah
edroponium, neostigmine, piridostigmin, fisostigmin,
ambenonium.
Fisostigmin

Fisostigmin adalah suatu alkaloid ( senyawa nitrogen


yang terdapat pada tumbuhan ) yang merupakan amin
tersier. Obat ini merupakan substrat untuk asetilkolin
esterase, dan membentuk senyawa perantara enzim –
substrat yang relative stabil yang berfungsi mng-
inaktifkan secara reversible asetilkolinesterase. Akibatnya
terjadi potensiasi aktivitas kolinergik di seluruh tubuh.
Sediaan dan dosis

Tetes mata, fisostigmina salisilat 0,25%


Mekanisme kerja

Fisostigmin bekerja cukup luas karena memacu tidak


saja tempat muskarinik dan nikotinik dari sistem saraf
otonom tapi juga reseptor nikotinik sambungan
neuromuscular. Lama kerja sekitar 2-4 jam obat ini
dapat mencapai dan memacu SSP.
Indikasi
Obat ini meningkatkan gerakan usus dan kandung kemih, sehingga

berkhasiat untuk mengobati kelumpuhan kedua organ tersebut. Bila

diteteskan pada mata maka akan timbul miosis dan kekakuan akomodasi

dan penurunan tekanan bola mata. Obat ini digunakan untuk mengobati

glaucoma, tetapi pilokarpin sebenarnya lebih efektif. Isostigmin

digunakan pula untuk mengobati kerja antikolinergik yang berlebihan

seperti atropine dalam dosis berlebihan, dan obat antidepresan trisiklik


Kontra indikasi

Penderita yang tidak memerlukan kontriksi


seperti pada iritasi akut
Efek samping

Efek fisostigmin terhadap ssp mungkin menimbulkan kejang bila


diberikan dlam dosis besar. Dapat terjadi pula bradikardia.
Hambatan terhadap asetilkolinesterase pada sambungan
neuromuscular justru menimbulkan penumpukan asetilkolin dan
pasti terjadi kelumpuhan otot rangkan. Namun demikian, efek
tadi jarang ditemukan bila obat digunakan dalam dosis
terapeutik.
Inhibitor irreversible
Isoflurofat
Isoflurofat adalah organosfat yang terikat secara kofalen pada serin –OH 
pada sisi aktif asetikolinesterase. Sekali terikat, maka enzim menjadi tidak
aktif secara permanen, dan restorasi (pemulihan kembali) aktifitas
asetikolinesterase memerlukan sintesis molekul enzim baru. Setelah terjadi
modifikasi kovalen asetikolinesterase, maka enzim yang terfosforikasi akan
melepas secara perlahan satu gugus isopropilnya. Kehilangan satu gugus akil.
Yang sering disebut penuaan, menjadi sulit sekali bagi reaktivator kimia
seperti pradiloksin, untuk memecah ikatan antarasisa obat dan enzim. Obat
saraf yang baru, ditujukan untuk militer, bekerja setelah beberapa menit atau
detik, sedangkan DFT dalam 6-8 jam.
Mekanisme Kerja

Kerja obat ini meliputi pacuan kolinergik umum,


kelumpuhan fungsi motor (yang menimbulkan kesulitan
bernafas) dan kejang. Koflurofat menimbulkan pola
miosis kuat dan bermanfaat  terapeutik. Atropin dosis
besar mampu melawan semua efek sentral isoflurofat.
Indikasi

Bentuk salep mata ini digunakan secara topikal dalam


jangka panjang pada pengobatan glaukoma sudut
terbuka. Efeknya berakhir mendekati satu minggu
setelah penetesan tunggal
Antagonis Kolinegik

• Obat  Antimuskarinik
• Obat Antinikotinik
Obat  Antimuskarinik

Antimuskarinik ini bekerja dialat persarafi serabut pascaganglion


kolinergik. Pada ganglion otonom dan otot rangka, tempat
asetilkolin juga bekerja penghambatan oleh atropin hanya terjadi
pada dosis sangat besar.
Atropine
Atropin alkaloid belladonna, memiliki afinitas kuat terhadap
reseptor muskarinik, di mana obat ini terikat secara kompetitif,
sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di
reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik
di sentral maupun di saraf tepi. Kerja obat ini berlangsung sekitar
4 jam kecuali bila diteteskan ke dalam mata, maka kerjanya
bahkan sampai berhari-hari.
Sediaan dan Dosis
Atropin umumnya berkisar antara seperempat sampai 1 mg.
Untuk keracunan antikolinesterase digunakan dosis 2 mg/kali.
Dosis untuk mengatasi keracunan kolinergik pada anak adalah
0,04 mg/kgBB per kali.

Anda mungkin juga menyukai