Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK

DIURETIK

Nama : Dinnia Akhawany

NIM : 1801013

Kelas : S1-4A

Kelompok : 5(Lima), Grup A

Hari, Jam Praktikum: Rabu, 14:00-17:00 WIB

Dosen Pengampu : Dra. Syilfia Hasti, M.Farm., Apt

Asisten Dosen : 1. Asri Nurul Ismi

2. Cahya Ningsih

3. Sri Rahayu

PROGRAM STUDI SI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

2020
OBJEK 4

DIURETIKA

I. Tujuan Praktikum
1. Memahami teknik evaluasi obat diuretic.
2. Memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis.

II. Tinjauan Pustaka


Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air
dan natrium klorida. Secara normal, reabsobsi garam dan air dikendalikan masing – masing
oleh aldosteron vasopiesin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian basar  diuretik bekarja
dengan menurukan reabsorbsi elektrolit oleh tubulus. Ekskresi elektolit yang meningkat
diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi udema pada gagal jantung kongesif,
beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis (Neal,2010).
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang
diproduksidan yang kedua menujjukan jumlh pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam
air.Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembal imenjadi
normal (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :


 Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik
yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
 Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
 Interaksi antara obat dengan reseptor.
Penggolongan Obat

Pada umumnya, diuretika dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :

1. Diuretik kuat
Berkhasiat kuat dan agak pesat tetapi agak singkat (4-6 jam) dan terutama
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru – paru. Diuretic kuat
terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit Na2+/K2+/2CL- di ansa
henle asendens bagian epitel tebal; tempat kerjanya di permukaan sel epitel bagian
luminal     ( yang menghadap ke lumen tubuli). Misalnya : Furosemid, Bumetanida, dan
etarkrinat.
2. Derivat Tiazid
Efeknya lebih lemah dan lembut tapi juga lebih lama (6-48 jam) dan terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Bekerja pada
tubulus kontrotus dustal ginjal sesudah ansa henle dengan meningkatkab ekskresi sesudah
ansa henle dengan meningkatkan sekresi natrium klorida dan air. Misalnya :
Hidroklorotiazid, Klortalidon, mefrosida, Indapamida, Xipamida dan kropamida.
3. Diuretik hemat Kalium.
Efek obat ini lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
untuk menghambat ekskresi kalium. Aldosterem menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi
kalium. Proses ini di hambat secara kompetitif (saingan) oleh antagonis dan aldosterm.
Diuretic hemat kalium bekerja pada tubulus distal ginjal untuk meningkatkan ekskresi
natrium dari air dan resistensi kalium. Misalnya : Antagonis aldosteron (spironolakton ),
amilomida, dan triamteren.
4. Diuretika Osmotis.
Hanya direabsorpsi sedikit atau ditubuli hingga reabsorpsi air juga terbatas.
Efeknya adlah diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan relative sedikit ekskresi.
Diuretic osmotic bekerja meningkatkan osmolabilita (konsentrasi) plasma dan cairan
dalam tubulus ginjal natrium, kalium dan air di ekskresikan. Misalnya : Manitol dan
Sorbitol.
5. Perintang – karbonhidrase
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase ditubuli proksimal sehingga disamping
karbonat, juga Nadan K diekskresi lebih banyak bersamaan dengan air. Misalnya :
asetazolamid, Diklorofenamid , metazolamid.
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja 2002, hal 490).

Obat Tempat kerja utama Cara kerja


Diuretic osmotic a. Tubuli prroksimal Penghambat reabsorbsi Na & air melalui daya
osmotik.

Penghambat reansorbsi Na & air oleh karena


b. Ansa henle
hipertonisitas daerah medulla menurun.
desenden

Penghambat reansirbsi Na & air oleh karena


c. Duktus penghambat ADH.
koligenesis
Penghambat e- Tubuli proksimal Penghambat terhadap reabsorbsi HCO3-, H+, dan
anhidrase Na.
Tiazida Hulu tubuli distal Penghambat terhadap reabsorbsi natrium klorida.
Diuretic hemat -hilir tubuli distal & - penghambat antiport N+ / K+ (reabsorbsi natrium
kalium duktus koligentes dan sekresi kalium) dengan jalan antagonism
daerah korteks. (spironolakton) atau secara langsung (triamteren
dan amiloria)
-ansa henle
Diuretic kuat
asenden bagian epitel - penghambatan terhadap kontraseptor Na+/K+/cL-
tebal.

( Gunawan, salistia Gan, 2007)

Diuretik dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Dimana istilah diuresis

mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang

diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat- zat terlarut

dan air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali

menjadi normal (Elisabeth, 2007).

Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan

tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik.

Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (Ganiswara, 2007) :

1. Diuretik osmotik

2. Penghambat mekanisme transport elektrolit

Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli

ginjal terdiri atas (Ganiswara, 2007) :

1. Penghambat karbonik anhidrase.

2. Benzotiadiazid

3. Diuretik hemat kalium

4. Diuretik kuat

Sebagian besar diuretika bekerja pada segmen anatomis tunggal dari nefron ginjal.

Karena segmen ini punya fungsi- fungsi transport yang khusus. Kerja dari setiap diuretik

paling dapat dimengerti dengan baik dalam hubungan antara titik tangkap kerjanya pada

nefron dan fisiologi normal dari segmen tersebut (Katzung, 2001).

III. Alat dan Bahan


a. Alat
- Kandang metabolism,
- pH meter
- Alat oral
- Alat suntik
- Gelas ukur
- Stopwatch
- Alat gelas lainnya.
b. Bahan
- Hewan tikus
- Furosemid natrium 0,5 dan 1 mg/kgbb
- Kopi 5 dan 10 ml/200gbb
- NaCl fisiologis
- Air hangat 10 ml/200gbb
- Kertas lakmus

IV. Prosedur Kerja


1. Semua tikus dipuasakan semalam ( ± 16 jam ).
2. Timbang tikus dan tandai.
3. Hitung dosis untuk hewan.
4. Untuk kelompok 1 dan 3, berikan air hangat secara oral pada masing-masing tikus
sebanyak 10ml/200gbb.
5. Suntikkan 1 ekor hewan dengan furosemid pada masing-masing 0,5 dan
1mg/kgbb secara subkutan segera setelah pemberian air hangat.
6. Untuk kelompok 2 dan 4, berikan air seduhan kopi hangat sebanyak 10 dan 5ml
secara oral pada satu ekor hewan. Untuk kelompok 4, cukupkan volume seduhan
kopi yangdiberikan dengan air hangat sampai volume menjadi 10ml/200gbb.
7. Untuk masing-masing hewan kontrol, tiap kelompok, berikan air hangat secara
oral 10ml/200gbb dan urea 1g/kgbb juga secara oral.
8. Masukkan tikus kekandang metabolisme.
9. Ukur volume pengeluaran urine pada waktu 15, 30, 45, 60 menit.
V. Hasil

Dosis furosemid

1. 20mg x 0,018 = 0,36 mg/200gbb


2. 40mg x 0,018 = 0,72 mg/200gbb
3. 80mg x 0,018 = 1,44 mg/200gbb
VAO Furosemide

1. 193 x 0,36/10 =6,94ml/200gbb = 0,03474 ml


2. 190 x 0.72 /10 = 13,68ml/200gbb = 0,0684 ml
3. 201 x 1,44 /10 = 28,944/200gbb = 0,14472 ml

VAO Kopi

1. 198 / 200 X 5 = 4,95 ml


2. 190 / 200 X 5 = 4,75 ml

VAO Air Panas

1. 182/200 X 5 = 4,55 ml
2. 193/200x 5 = 4,82 ml
3. 190/200 x 5 = 4,75 ml
4. 201/200 x 5 = 5,02 ml
5. 198/200 x 5 = 4,95 ml
6. 190/200 x 5 = 4,75 ml

Berat VAO ( ml) Total volume urine (ml) per


Dosis Dosis menit
pada pada badan
Air Furo kopi 15 30 45 60
hangat Semide
manusia tikus tikus (gr)
Control air 182 4,55 - - 0 0 1 1
hangat
5ml/200bb
Nacl 1%

Furosemide air hangat 4,28 -


20mg 5ml/200bb 193 0,0347 2 3 5 5
dan dosis 0,36 4
Furosemide air hangat 190 4,75 0,0684 - 2 4 8 8
40mg 5ml/200bb
dan dosis 0,72
Furosemide air hangat 201 5,02 0,1447 - 4 7 8 9
80mg 5ml/200bb
dan dosis 1,44
air hangat 198 4,95 - 4,95 1 1 1 2
5ml/200bb
dan kopi
20%5ml
air hangat 190 4,75 - 4,75 1 1 2 2
5ml/200bb
dan kopi 30%
5ml
Konsentrasi furosemide 1%

VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Pertanyaan
1. Gambarkanlah sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat diuretik.
Berikan contoh obat masing-masingnya dengan mekanisme kerja yang berbeda.
Jawab :

Mekanisme kerja diuretik.


Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi ion-ion Na sehingga
pengeluarannya bersama air di perbanyak. Obat-obat diuretic bekerja khusus terhadap tubulus
ginjal di tempat berlainan.

1. Pada tubulus proksimal, disini 70% ultra fltrat seperti glukosa, ureum, ion Na dan Cl di serap
kembali, filtrate tidak berubah dan tetap isotonic terhadap plasma. Diuretic osmotic seperti
manitol, sorbitol, dan gliserol juga bekerja disini dengan mengurangi reabsorbsi ion Na dan
Cl.
2. Pada lengkung henle, disini 20% ion Cl di angkut secara aktif ke dalam sel tubulus dan
disusul dengan pengangkutan Na secara pasif, tetapi tanpa air sehingga filtrate menjadi
hipotonik terhadap plasma. Diuretic yang bekerja di lengkung henle biasanya adalah diuretic
dengan kerja kuat seperti furosemide, asam etakrinat dengan merintangi transport Cl.
3. Pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam cortex, disini ion Na diserap
kembali secara aktif tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih cair dan hipotonik.
Zat-zat seperti thiazid, clortalidon, mefrusid bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi ion
Na dan Cl.
4. Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na diserap kembali secara aktiv, dan terjadi
pertukaran dengan ion K, H, NH4. Proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal,
aldosteron. Zat- zat penghemat kalium seperti Spironolacton, dan triamteren bekerja disini
dengan mengurangi pertukaran ion K dengan ion Na, yang berakibat retensi kalium
(antagonis aldosteron), Reabsorbsi air terutama terjadi di  ductus colligens, dan disini juga
tempat bekerjanya hormon anti diuretic.

2. Dengan memahami mekanisme kerja obat diuretik, kemukakan efek samping


yang dapat muncul akibat penggunaannya.
Jawab :
-Diuretic osmotic Efek samping : GGA,sakit kepala,mual,muntah.
-Penghambat Karbonik anhidrase Efek samping : diorientasi mental pada CH.
-Benzotiadiazide Efek samping : Purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas
Penggunaan lama menjadi hiperglikemia : Sekresi insulin menurun (respon dari
glukosa darah meningkat). Glikogenolisis meningkat. Glikogenesis menurun.
Kadar kolesterol meningkat dan TG meningkat, Hipokalemia, Depresi mental dan
kom.
-Diuretic hemat kalium Efek samping : Hiperkalemia, ginekomastia.

3. Bagaimana pendekatan yang dapat di tempuh untuk mengetahui bahwa


penggunaan suatu obat sudah membahayakan?
Jawab : Toksisitas

4. Untuk penyakit apa diuretik di gunakan secara klinis? Jelaskan.


Jawab :
1.Hipertensi digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga
tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi
ini. Diuretic lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti
hipertensinya, maka hanya digunakan bila ada kontra indikasi pada thiazida,
seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan
penurunan daya tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek
antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretic. Thiazida
memperkuat efek-efek obat hipertensi  betablockers dan ACE-inhibitor sehingga
sering dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada
lansia tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala
kelemahan  jantung dan peningkatan tensi.Diuretik golongan Tiazid, merupakan
pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita. Diuretik hemat kalium,
digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.

2.Payah jantung kronik kongestif Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi
ginjal normal. Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada
penderita dengan gangguan fungsi ginja. Diuretik hemat kalium, digunakan
bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.

3.Udem paru akut Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)


4Sindrom nefrotik Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan
spironolakton.

5.Payah ginjal akut Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume
cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.

6.Penyakit hati kronik spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik
kuat).

7.Udem otak Diuretik osmotic

8.Hiperklasemia Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.

9.Batu ginjal Diuretik tiazid

10.Diabetes insipidus Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam

11.Open angle glaucoma Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.

12.Acute angle closure glaucoma Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan


prabedah. Untuk pemilihan obat Diuretik a yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

5. Sebutkan penggolongan diuretik berdasarkan mekanisme kerjanya.


Jawab :

1.Diuretik Kuat

2.Diuretik Thiazid

3.Diuretik Penghemat Kalium

4.Diuretik Osmotic

5.Diuretik Perintang Karbonanhidrase


6. Apa yang di maksud dengan Renal Clearence? Bagaimana cara menentukannya?
Dan kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil renal clearance?
Jawab : Renal Clearence adalah kemampuan ginjal membersihkan sejumlah
volume darah dari suatu bahan tertentu yang dikeluarkan urin dalam waktu 1
menit. Dipengaruhi oleh berat badan, umur, kelamin, zat yang digunakan dalam
test, luas permukaan tubuh (setiap 1,73 m2)
Normal : 120 mL/ 1,73 m2 utk inulin (eksogen)
100 mL/ 1,73 m2 utk kreatinin (endogen)

Anda mungkin juga menyukai