Anda di halaman 1dari 18

TUGAS FARMAKOLOGI

antiepilepsi Etosuksimid

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Aulia Padma H.
Eva Yunita
Imam Nugraha
Nur Indah Septiani
Nova Parlindani
Riani Novianti
Rosita
Widiawati
Zarima Sukma

XI Farmasi C

SMK BAKTI INDONESIA KUNINGAN


TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................


B. Rumusan Masalah .............................................................................

1
1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Pengertian ..........................................................................................
Dosis...................................................................................................
Efek Samping.....................................................................................
Penggolongan ....................................................................................
Mekanisme kerja obat antiepilepsi.....................................................
Kadar antiepilepsi dalam plasma........................................................
Interaksi obat pengaruh obat lain terhadap obat antiepilepsi.............
Prinsip pemilihan obat pada terapi epilepsi.......................................

2
2
2
2
6
7
11
12

BAB III PENUTUP......................................................................................

15

Kesimpulan ......................................................................................

15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kondisi normal sinyal-sinyal elektrik yang berjalan di sepanjang selsel syaraf di otak secara normal terkoordinir dengan baik dalam menghasilkan
gerakan-gerakan tertentu. Pada keadaan tertentu sinyal-sinyal elektrik tersebut
dapat secara tiba-tiba melonjak dan tak terkontrol lagi sehingga muncul
gerakan-gerakan ritmis yang tak terkendali bahkan hingga kejang (konvulsi).
Penyebab terbesar terjadinya kejang adalah suatu penyakit yang
dinamakan EPILEPSI. Dikatakan EPILEPSI bila kejang terjadi secara berkala
dan dalam jangka waktu yang lama. Sekitar 20 40 juta orang menderita
epilepsi, umumnya dialami oleh anak-anak sebelum masa pubertas
Epilepsi (Yunani = Serangan tiba-tiba),Hughlings Jackson, adalah
penemu pertama yang mendefinisikan konsep modern tentang epilepsi sejak
lebih dari 100 tahun yang lalu. Ia mendefinisikan epilepsi sebagai suatu
eposode gangguan sistem syaraf dimana terjadi kenaikan yang tiba-tiba pada
potensial listrik di sekelompok neuron di otak.
Definisi saat ini Gangguan syaraf yang timbul secara tiba-tiba dan
berkala akibat aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar sel-sel
syaraf di otak . Aksi ini disertai dengan pelepasan muatan listrik yang
berlebihan dari neuron.Serangan kejang (konvulsi) pada penderita epilepsi
dapat dipicu oleh keadaan hipoglikemi, eclamsia, meningitis, encefalitis,
trauma otak, atau adanya tumor di otak. Beberapa obat seperti klorpromazin,
alkohol, dan MAO inhibitor dilaporkan juga memiliki ESO demikian. Obatobat antikonvulsi bekerja menstabilkan sinyal-sinyal listrik di otak.
B. Rumusan Masalah
- Apa Pengertian antiepilepsi Etosuksimid?
- Bagaimana penggunaan obat antiepilepsi Etosuksimid?
- Bagaimana interaksi antiepilepsi Etosuksimid?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Etosuksimid kadang digunakan pada kejang absans sederhana; dapat juga
digunakan pada kejang mioklonik dan pada absans atipikal, atonik, dan kejang
tonik.
Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan
epileptik yang berulang (lebih dari satu episode). International League
Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada
tahun 2005 merumuskan kembali definisi epilepsi yaitu suatu kelainan otak
yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan
bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya
konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya
satu riwayat bangkitan epilepstik sebelumnya. Sedangkan bangkitan epileptik
didefinisikan sebagai tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien)
akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak
B. Dosis
Dosis penggunaan etosuksimid untuk anak-anak usia 3-6 tahun adalah 250 mg
per hari, untuk dosis awal dan 20 mg per hari untuk dosis pemeliharaan.
Sedangkan untuk dosis anak dnegan usia lebih dari 6 tahun dan dewasa 500
mg per hari.
C. Efek Samping
Efek yang muncul akibat penggunaan obat etosuksimid ini adalah seperti mual
dan muntah. Efek samping lainnya dari penggunaan obat etosuksimid ini
adalah ketidak seimbangan tubuh, mengantuk, gangguan pencernaan, tubuh
menjadi goyah, pusing dan juga cegukan.
D. Penggolongan
Antiepilepsi digolongkan dalam 5 golongan kimiawi, yakni hidantoin,
barbiturat, oksazolidindion, suksimid dan asetil urea. Akhir-akhir ini
karbamazepin dan asam valproat memegang peran penting dalam terapi
pengobatan epilepsi.
Farmakokinetik obat antiepilepsi. Sebagian besar obat antiepilepsi
dimetabolisme di hati, kecuali vigabatrin dan gabapentin yang dieliminasi oleh
sekresi ginjal.
GOLONGAN HIDANTOIN

Fenitoin

Fenitoin merupakan obat pilihan pertama untuk kejang umum, kejang


tonik-klonik, dan pencegahan kejang pada pasien trauma kepala/bedah
saraf . Fenitoin memiliki range terapetik sempit sehingga pada beberapa
pasien dibutuhkan pengukuran kadar obat dalam darah . Mekanisme aksi
fenitoin adalah dengan menghambat kanal sodium (Na+)

yang

mengakibatkan influk (pemasukan) ion Na+ kedalam membran sel


berkurang . dan menghambat terjadinya potensial aksi oleh depolarisasi
terus-menerus pada neuron . Dosis awal penggunaan fenitoin 5 mg/kg/hari
dan dosis pemeliharaan 20 mg/kg/hari tiap 6 jam . Efek samping yang
sering terjadi pada penggunaan fenitoin adalah depresi pada SSP, sehingga
mengakibatkan lemah, kelelahan, gangguan penglihatan (penglihatan
berganda), disfungsi korteks dan mengantuk. Pemberian fenitoin dosis
tinggi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan tubuh dan nystagmus.
Salah satu efek samping kronis yang mungkin terjadi adalah gingival
hyperplasia (pembesaran pada gusi). Menjaga kebersihan rongga mulut
dapat mengurangi resiko gingival hyperplasia .
-

mefenitoin
etotoin dengan fenitoin sebagai prototipe

GOLONGAN BARBITURAT

Fenobarbital
Fenobarbital merupakan obat yang efektif untuk kejang parsial dan kejang
tonik-klonik . Efikasi, toksisitas yang rendah, serta harga yang murah
menjadikan fenobarbital obat yang penting utnuk tipe-tipe epilepsi ini.
Namun, efek sedasinya serta kecenderungannya menimbulkan gangguan
perilaku pada anak-anak telah mengurangi penggunaannya sebagai obat
utama . Aksi utama fenobarbital terletak pada kemampuannya untuk
menurunkan konduktan Na dan K. Fenobarbital menurunkan influks
kalsium dan mempunyai efek langsung terhadap resept0R GABA
(aktivasi reseptor barbiturat akan meningkatkan durasi pembukaan
reseptor GABAA dan meningkatkan konduktan post-sinap klorida). Selain
itu, fenobarbital juga menekan glutamate excitability dan meningkatkan
postsynaptic GABAergic inhibition . Dosis awal penggunaan fenobarbital
1-3 mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan 10-20 mg/kg 1kali sehari . Efek

samping SSP merupakan hal yang umum terjadi pada penggunaan


fenobarbital. Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah kelelahan,
mengantuk, sedasi, dan depresi. Penggunaan fenobarbital pada anak-anak
dapat menyebabkan hiperaktivitas. Fenobarbital juga dapat menyebabkan
kemerahan kulit, dan Stevens-Johnson syndrome
-

Primidon
Primidon digunakan untuk terapi kejang parsial dan kejang tonik-klonik .
Primidon mempunyai efek penurunan pada neuron eksitatori . Efek anti
kejang primidon hampir sama dengan fenobarbital, namun kurang poten.
Didalam tubuh primidon dirubah menjadi metabolit aktif yaitu
fenobarbital dan feniletilmalonamid (PEMA) . PEMA dapat meningkatkan
aktifitas fenobarbotal . Dosis primidon 100-125 mg 3 kali sehari . Efek
samping yang sering terjadi antara lain adalah pusing, mengantuk,
kehilangan keseimbangan, perubahan perilaku, kemerahan dikulit, dan
impotensi .

GOLONGAN OKSAZOLIDININDIO
GOLONGAN SUKSINIMID

etosuksimid
KARBAMAZEPIN

Karbamazepin secara kimia merupakan golongan antidepresan trisiklik .


Karbamazepin digunakan sebagai pilihan pertama pada terapi kejang
parsial dan tonik-klonik . Karbamazepin menghambat kanal Na + , yang
mengakibatkan influk (pemasukan) ion Na+ kedalam membran sel
berkurang dan menghambat terjadinya potensial aksi oleh depolarisasi
terus-menerus pada neuron . Dosis pada anak dengan usia kurang dari 6
tahun 10-20 mg/kg 3 kali sehari, anak usia 6-12 tahun dosis awal 200 mg 2
kali sehari dan dosis pemeliharaan 400-800 mg. Sedangkan pada anak
usia lebih dari 12 tahun dan dewasa 400 mg 2 kali sehari . Efek samping
yang sering terjadi pada penggunaan karbamazepin adalah gangguan
penglihatan (penglihatan berganda), pusing, lemah, mengantuk, mual,
goyah (tidak dapat berdiri tegak) dan Hyponatremia. Resiko terjadinya
efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan usia .

GOLONGAN BENZODIAZEPIN

diazepam
klonazepam
nitrazepam

ASAM VALPROAT

Asam valproat merupakan pilihan pertama untuk terapi kejang parsial,


kejang absens, kejang mioklonik, dan kejang tonik-klonik . Asam valproat
dapat meningkatkan GABA dengan menghambat degradasi nya atau
mengaktivasi sintesis GABA. Asam valproat juga berpotensi terhadap
respon GABA post sinaptik yang langsung menstabilkan membran serta
mempengaruhi kanal kalium . Dosis penggunaan asam valproat 10-15
mg/kg/hari . Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan
pencernaan (>20%), termasuk mual, muntah, anorexia, dan peningkatan
berat badan. Efek samping lain yang mungkin ditimbulkan adalah pusing,
gangguan keseimbangan tubuh, tremor, dan kebotakan. Asam valproat
mempunyai efek gangguan kognitif yang ringan. Efek samping yang berat
dari penggunaan asam valproat adalah hepatotoksik. Hyperammonemia
(gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar amonia
dalam darah) umumnya terjadi 50%, tetapi tidak sampai menyebabkan
kerusakan hati .
Interaksi valproat dengan obat antiepilepsi lain merupakan salah satu
masalah terkait penggunaannya pada pasien epilepsi. Penggunaan fenitoin
dan valproat secara bersamaan dapat meningkatkan kadar fenobarbital dan
dapat memperparah efek sedasi yang dihasilkan. Valproat sendiri juga
dapat menghambat metabolisme lamotrigin, fenitoin, dan karbamazepin.
Obat yang dapat menginduksi enzim dapat meningkatkan metabolisme
valproat. Hampir 1/3 pasien mengalami efek samping obat walaupun
hanya kurang dari 5% saja yang menghentikan penggunaan obat terkait
efek samping tersebut .
ANTIEPILEPSI LAIN

asetazolamid
vigabatrin
lamotrigin

- gabapentin
- tiagabin
- zonisamid
- levetirasetam
E. MEKANISME KERJA OBAT ANTIEPILEPSI
Pada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses inisiasi
dan penyebaran kejang. Namun, umumnya obat antiepilepsi lebih cenderng
bersifat

membatasi

proses

penyebaran

kejang

daripada

mencegah

prosesinisiasi. Dengan demikian secara umum ada dua mekanisme kerja,


yakni : peningkatan inhibisi dan penurunan eksitasi yang kemudian
memodifikasi

konduksi

ion

Na+,Ca2+,K+,

dan

Cl-

atau

aktivitas

neuroransmitor, meliputi :
1. Inhibisi kanal Na+ pada membran sel akson.
Contoh : fenition dan karbamazepin (pada dosis terapi), fenobarbital dan asam
valproat (dosis tinggi), lamotrigin topiramat, zonisamid.
2. Inhibisi kanal Ca2+ tipe T pada neuron talamus (yang berperan sebagai
pace-maker untuk membangkitkan cetusan listrik umum di korteks).
Contoh : etosuksimid, asam valproat, dan clonazepam.
3. Peningkatan inhibisi GABA
4. Penurunan Ekssitasi glutamat

F. KADAR ANTIEPILEPSI DALAM PLASMA


Penetapan kadar antiepilepsi yang merupakan kegiatan Theraupetis drug
Monotoring beerperan penting dalam individualisasi dosis antiepilepsi, karena
berbagai faktor menyebabkan obat yang diminum mengahasilkan kadar yang
berbeda antar invidu. Perbedaan faktor genetik dan fisiologik akan
mempengaruhi absorbsi, distribusi, biotransformasi maupun ekskresi obat.
Pengukuran kadar obat akan membantu untuk penetuan:

1. kebutuhan pasien
2. apakah kadar sudah dicapai dengan dosis yang diberikan
3. apakah peningkatan dosis masih dapat dilakukan pada bangkitan yang
terkendali tanpaamenimbulkan efek toksik
4. besarnya dosis untuk penyesuaian bila terjadi interaksi obat, perubahan
keadaan fisiologis maupun penyakit
Manfaat penetapan kadar antiepilepsidalam darah pasien sudah jelas, yaitu
80% pasien dapat dikendalikan kejangnya dengan antiepilepsi yang tersedia
saat ini, bila kadar obat memberikan terapi yang optimal.
Meskipun demikian, kadar terapi tidak boleh menjadi acuan keberhasilan
terapi Monitoring kadar obat memberi panduan penyesuaian dosis terapi
keputusan akhir tetap berdasarkan observasi klinisnya. Jadi tidak perlu
meningkatkan dosis yang ternyata dibawah dosis terapi bila tidak ada
serangan.

DOSIS, KADARTERAPI DAN SEDIAAN OBAT


ANTIKONVULSI YANG BEREDAR DI INDONESIA
OBAT

1. Asam Valproat

2. Diazepam

3. Fenitoin

DOSIS

DD : 5-15
mg/kgBB/hari
DA : 10-30
mg/kgBB/hari
DD :
0.2mg/kgBB/hari
DA : 0.150.3mg/kgBB/hari

Kadar terapi
Dalam Serum
(Range,g/mL
)
50-100

Kadar
mantap
Tercapai
(hari)
1-4

0.6

1-4 jam

10-20

7-8

DD : 300 mg/hari
DA : 5 mg/hari

10-40

14-21

DD : 2-3
mg/kgBB/hari

4-12

3-4

Sediaan

Sirup 250
mg/5 ml
Tablet
250 mg

Kapsul
100 mg
Ampul
100 mg/2
ml

DA : 35mg/kgBB/hari

4. Fenobarbital

5. Karbamazepin

6. Klonazepam

7. Lamotrigin

DD : 1000-2000
mg/hari
DA : 15-25
mgkgBB/hari
DD : 1.5 mg/hari
DA : 0.01-0.03
mg/kgBB/hari
DD : 100-500
mg/hari
DA : 1.2
mg/kgBB/hari
DD : 2x500mg/hari
atau
2x1500mg/hari
DA : -

0.02-0.008

3-5

24 jam

4-8

Kaplet
salut film
2 mg

Tablet
salut film
2 mg

Tablet 50
gr, 100
mg

Tablet
250 mg
dan
500 mg

DD : 900 mg 2.4
g/hari
DA : -

8. Levetiraseram

Tablet
300 mg

DD : 200-600
mg/hari

Tablet 25
mg, 50
mg
100 mg

9. Gabapentin*

10. Topiramat

PEMILIHAN OBAT ANTIKONVULSI


Jenis Bangkitan
I
Bangkitan parsial
1. Parsial Sederhana

Obat Pilihan Utama

Obat alternatif

Karbamazepin, fenition,
valproat

Fenobarbital, lamotrigin,
gabapentin, levetiraseram,
tiagabin, topiramat, zonisami

Karbamazepin, fenition,
valproat

Lamotrigin, primidon,
gabapentin, levotirasetam,
tiagabin,topiramat, zonisamid

Karbamazepin, fenition,
valproat, fenobarbital,
primidon

Gabapentin, lamotrigin,
levetiraseram, tiagabin,
toipramat, zonisamid

Karbamazepin, fenitoin,
valproat,fenobarbital,
primidon

Lamotrigin, topiramat,
zonisamid, felbamat

Valproat,etosuksimid

Lamotrigin, klonazepam

Valproat, klonazepam

Lamotrigin, felbamat, topiram

Fenobarbital

Primidon

Diazepam, fenitoin,
fosfenitoin

Fenobarbital, lidokain

Benzodiazepin

Valproat IV

2. Parsial Kompleks

II
3. Parsial yang menjadi
umum

Bangkitan umum
1. Bangkitan umum
tonik-klonik (grand
mal)

III

2. Bangkitan lena (petit


mal)/absence

3. Bangkitan lena yang


tidak khas (atipikal)
Bangkitan
tonik-mioklonikatonik
Obat-obat untuk keadaan
konvulsi yang khusus
1. Kejang demam pada
anak

2. Status epileptikus
tipe grand mal

3. Status epileptikus
tipe absence

EFEK SAMPING OBAT ANTIEPILEPSI YANG SERING


TERJADI
Jaringan yang
terkena
Sistem Saraf

Bentuk efek samping

Obat-obat yang berperan

Sedasi
Iritabilitas paradoks
dan hiperkinesis
Nigtagmus,ataksia,
diplopia

Semua obat anti epilepsi


Barbiturat, klonazepam
Terutama fenition tapi juga
disebabkan oleh barbiturat,
karbamazepin, gabapentin

Diskinesia
Tremor
Penurunan tingkat
intelektualitas
Perburukan epilepsi
Neuropati perifer
Sistem
Pernafasan

Sistem
Kardiovaskular
Sistem
Gastrointestinal

Penurunan kapasitas
difusi paru
Peningkatan sekresi
bronkus

Sindrom
10

Overdosis fenition atau


karbamazepin
Fenitoin, karbamazepin,barbiturat
Fenitoin
Klonazepam, nitrazepam

Hipotensi

Fenitoin Intravena

Mual, muntah,
gangguan hati

Fenitoin, etosuksimid, asam


valproat
Asam valproat, fenitoin,
fenobarbital

Sistem saluran
kemih
Sistem
muskuloskeletal

Fenitorin, karbamazepin, barbiturat


Asam alproat
Semua obat antiepilepsi

Nefritis
Kristaluria
Osteomalasia dan
hipokalsemia
Leukopenia
Penurunan asam folat
Trombositopenia
Sindrom

Fenitoin
Primidon
Fenitoin, barbiturat,karbamazepin
Fenitoin, karbamazepin, etosusimid
Barbiturat, fenitoin, karbamazepin
Asam valproat

endokrin

pseudolimfoma

Fenitoin

Kulit

Hiperglikemia
Tiroiditis
Hiponaremia

Fenitoin
Fenitoin
Okskarbazepin,karbamazepin

Gusi

Kemerahan
Wajah Kasar
Rambut rontok
Hirsutisme

Fenitoin,karbamazepin, lamotrigin
Fenitoin
Asamvalproat
Fenitoin

Teratogenisitas

Hipertrofi gusi

Fenitoin

Bibir sumbing,
kelainan jantung
kongenital spina bifida

Fenitooin, fenobarbital,primidon

G. INTERAKSI OBAT PENGARUH OBAT LAIN TERHADAP

OBAT ANTIEPILEPSI
Obat
Fenitoin

Perubahan
konsentrasi
plasma
Meningkat
Menurun

Fenobarbital
Karbamazepi
n

Meningkat
Menurun
Meningkat
Menurun
Menurun

Okskarbazepi
n

Menigkat
Menurun

Primidon
Meningkat
Menurun
Etoksuksimid
Meningkat
menurun
Diazepam
Meningkat
Menurun
11

Interaksi obat
Kloramfenikol, dikumarol, simetidin,
sulfonamid, isoniazid dan
hipoalbuminemia,asam valproat
Karbamazepin, fenobarbital
Metsuksimid, fenitoin, asam valproat,
furosemid
Kloramfenikol, dikumarol, folat
Eritromisin, simetidin
Fenitoin, fenobarbital
Verapamil
Isoniazid, nikotinamid, klonazepam
Fenitoin, karbamazepin, asetalzolamid
Metilfenobarbital, asam valproat, isoniazid
Karbamazepim
Halotan
Alkohol

Asam
valproat
Lamotrigin

Meningkat
Menurun

Salisilat, isoniazid
Antasid, klorpromazin, cisplatin,
doksorubisin
Asam valproat
karbamazepin

H. PRINSIP PEMILIHAN OBAT PADA TERAPI EPILEPSI


Tujuan pook terapi epilepsi adalah membebaskan pasien dari bangkitan
epilepsi, tanpa menggagu fungsi normal SSP agar pasien dapat menunaikan
tugasnya tanpa gangguan. Terapi dapat dijalankan dengan berbagai cara, dan
sebaiknya mempertahankan pedoman berikut :
1. melakukan pengobatan kausal kalau perlu, dengan pembedahan,
umpamanya : pada tumor serebri.
2. menghindari faktor pencetus suatu bangkitan, umpamanya minum alkohol,
emosi, kelelahan fisik maupun mental.
3. penggunaan anti konvulsi/antiepilepsi
Diagnosa bangkitan harus tepat, pilih obat antiepilepsi tunggal yang
efektif sesuai untuk jenis bangkitannya. Pasien atau keluarganya sangat
dianjurkan untuk membuat catatan mengenai waktu arDisamping itu perlu
berbagai pemeriksaan lain untuk mendeteksi timbulnya efek samping sedini
mungkin yang dapat merugikan, antara lain pemeriksaan darah, kimia darah
maupun kimia obat dalam darah. Dengan memperhatikan semua ini umumnya
pasien dapatdinyatakan sembuh. kemungkinan ini lebih besarpada pasien usia
muda.
Untuk mncapai terapi yang optimal perlu diperhatikan hal berikut.
Pengobatan awal harus dimulai dengan obat tunggal. Obat perlu dimulai
dengan dosis kecil dan dinaikkan secara bertahap dan efek terapi tercapai atau
timbul efek samping yang idak dapat ditoleransi lagi oleh pasien. Interval
penyesuaian dosis tergantung dari obat yang digunakan. Sebelum penggunaan
obat kedua sebagai pengganti, bila fasilitas laboratorium memungkinkan,
sebaiknya kadar obat dalam plasma diukur. Bila obat melebihi kadar terapi

12

sedangkan efek terapaibelum tercapai atau efek toksik telah muncul maka
penggunaan obat pengganti merupakan keharusan. Obat pertama harus
diturunkan secara bertahap untuk menghindarkan status epileptikus. Bilimana
dianggap perlu terapi kombinasi masih dibenarkan. Kegagalan terapi epilepsi
paling sering disebabkan oleh ketidakpatuhan pasien. Dalam menanggulangi
epilepsi pasien perlu membuat catatan mengenai penyakitnya, kunjungan
ntertur pada awal pengobatan merupakan suatu keharusan untuk mendeteksi
efek samping maupun efek toksik yang biasanya terjadi pada awal terapi. Pada
pengobatan jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan EEG ulanagan
maupun pemeriksaan neurologis.pemilihan obata dalam terapi antiepilepsi
didasarkan pada bentuk bangkitan dan gambarab EEG.
Tidak jarang terjadi kegagalan terapi akibat (1) tidak tepatnya diagnosis
bentuk epilepsi (2) tidak tepatnya pilihan obat d an dosis yang digunakan (3)
tarlalu sering mengganti obat tanpa cukup untuk peralihan keadaan penyakit
setelah tiap kali tercapai taraf mantap kadar obat dalam darah (4)
gagalmemanfaatkan sepenuhnya kelebihan terapi kombinasi (5) kurang
memperhatikan aspek yang berkaitan dengan penyakit dan pengobatan (6)
ketidakpatuhan pasien.
Fenitoin dan karbamazepin merupakan obat pilihan utama untuk terapi
pilepsi, kecuali terhadap bangkitan lena. Fenobarbital masih sering digunakan,
didasarkan pada batas keamanan obat yang lebar serta harga yang murah dan
umumnya tersedia ni puskesmas. Valproat semakin banyak digunakan karena
efek sampingnya lebih ringan kecuali hepatotoksitasnya yang bersif
idiosinkratik. Obat yang relatif baru umumnya memperlihatkan spektrum yang
antiepilepsi lebih luas dan keterterimaan yang tinggi tetapi kurang dapat
diandalkan di banding yang lama. Selain itu umumnya lebih mahal. Terhadap
bangkitan tonik-klonik, manfaat f enitoinsedikit melebihi feno barbital; 60-65
% dari pasien dapat dibebaskan dari bangkitan, dan pada 20% lainnya
berkurang frekuensi dan kekuatan bangkitannya.
Kombinasi beberapa oybat sesekali diperlukan . kombinasi yang paling
disukai untuk bangkitan tonik-klonik adalah fenitoin dan feno barbital dan

13

masing-masingdapat diberikan dalam dosis penuh bila diperlukan karena


toksisitasnya berbeda.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Etosuksimid kadang digunakan pada kejang absans sederhana; dapat juga
digunakan pada kejang mioklonik dan pada absans atipikal, atonik, dan kejang
tonik.

14

Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan


epileptik yang berulang (lebih dari satu episode).
Pada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses inisiasi
dan penyebaran kejang. Namun, umumnya obat antiepilepsi lebih cenderng
bersifat membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah prosesinisiasi.

15

Anda mungkin juga menyukai