Anda di halaman 1dari 14

Tugas Individu

TUGAS INTERAKSI OBAT


“INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIEPILESPSI”

OLEH :

NAMA : NUR AMALIYAH


NIM : O1A1 18 229
KELAS : D
DOSEN : PARAWANSAH, S.Farm., M. Kes., Apt.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tida akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “INTERAKSI
OBAT GOLONGAN ANTIEPILESPSI” sebagai tugas mata kuliah INTERAKSI
OBAT.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya


kepada teman-teman dan kepada dosen kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.

Kendari, 9 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................
1.3 TUJUAN ..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 MEKANISME INTERAKSI OBAT ANTIEPILEPSI...................................


2.2 MEKANISME TERJADINYA EPILEPSI YANG MELALUI KANAL Cl
ATAU ION Cl DAN RESEPTOR GABA.......................................................
2.3 CONTOH OBAT ANTIEPILEPSI..................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Epilepsi (dari bahasa Yunani Kuno “Epilepsia”) adalah gangguan neurologis umum


kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa alasan. Ini adalah tanda-tanda
kejangsementara dan / atau gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau
sinkron diotak. Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia memiliki epilepsi, dengan hampir 90%
dari orang-orang yang di negara-negara berkembang.Epilepsi lebih mungkin terjadi pada
anak-anak muda, atau orang di atas usia 65 tahun,namun dapat terjadi setiap saat. Epilepsi
biasanya dikontrol, tapi tidak sembuh, denganpengobatan, meskipun operasi dapat
dipertimbangkan pada kasus yang sulit. Namun, lebih dari30% orang dengan epilepsi tidak
memiliki kontrol kejang bahkan dengan obat terbaik yang tersedia. Tidak semua sindrom
epilepsi seumur hidup - beberapa bentuk terbatas pada stadium tertentu dari masa kanak-
kanak. Epilepsi tidak harus dipahami sebagai gangguan tunggal, tetapilebih sebagai sindrom
dengan gejala jauh berbeda tetapi semua yang melibatkan aktivitas listrik episodik abnormal
di otak.Epilepsi adalah sebuah kondisi otak yang dicirikan dengan kerentanan untuk kejang
berulang(peristiwa serangan berat, dihubungkan dengan ketidaknormalan pengeluaran
elektrik dari neuron pada otak). Kejang merupakan manifestasi abnormalitas kelistrikan
pada otak yang menyebabkan perubahan sensorik, motorik, tingkah laku.
Obat antiepilepsi bekerja di SSP dengan mengurangi gangguan elektrik
yang patologis atau menghambat perkembangan aktivitas elektrik yang
menyimpang. Hal ini dapat terjadi melalui efek spesifik terhadap kanal ion,
inhibisi atau induksi neurotransmiter. Antiepilepsi bekerja untuk menghambat
proses inisiasi dan penyebaran kejang. Namun umumnya obat antiepilepsi
lebih cenderung bersifat membatasi proses penyebaran kejang
daripadamencegah proses inisiasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme Interaksi obat antiepilepsi dengan obat golongan
Barbiturate, Kontrasepsi, Azol dan Asam Valproat ?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya epilepsi yang melalui kanal Cl atau ion
Cl dan Reseptor GABA ?
3. Bagaimana contoh obat dan dosis yang sesuai antara obat antiepilepsi
dengan obat golongan Barbiturate, Kontrasepsi, Azol dan Asam Valproat ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme Interaksi obat antiepilepsi dengan obat
golongan Barbiturate, Kontrasepsi, Azol dan Asam Valproat ?
2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya epilepsi yang melalui kanal Cl
atau ion Cl dan Reseptor GABA ?
3. Untuk mengetahui contoh obat dan dosis yang sesuai antara obat
antiepilepsi dengan obat golongan Barbiturate, Kontrasepsi, Azol dan
Asam Valproat?
BAB II

PEMBAHASAN
2.2 MEKANISME INTERAKSI OBAT ANTIEPILEPSI

1. Interaksi obat fenintion dengan obat golongan barbiturate


Fenitoin adalah obat utama untuk hampir semua jenis epilepsy, kecuali bangkitan
lena. Adanya gugus fenil atau aromatic lainnya pada atom C penting untuk efek
pengendalian bangkitan tonik-klonik, sedangkan gugus alkilbertalian dengan efek
sedasi, sifat yang terdapat pada mefenitoin dan barbiturat, tetapi tidak padafenitoin.
Adanya gugus metal pada atom N akan mengubah spectrum aktivitas
misalnyamefenitoin, dan hasil N dimetilisasi oleh enzim mikrosom hati menghasilkan
metabolit tidak aktif.

Fenitoin berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP.Dosis toksik


menyebabkan eksitasi dan dosis letal menimbulkan rigditas
deserebrasi.Sifat antikonvulsi fenitoin didasarkan pada penghambatan penjalaran
rangsang dari fokus ke bagianlain otak. Efek stabilitasi membran sel oleh fenitoin juga
terlihat pada saraf tepi dan membran sel lainnya yang juga mudah terpacu misalnya sel
sistem konduksi jantung. Fenitoin mempengaruhi perpindahan ion melintasi membran
sel, dalam hal ini khususnya dengan menggiatkan pompano + neuron.

Kadar fenition dalam plasma dapat mengalami perubahan yakni


meningkat atau menurun apabila digunakan bersamaan dengan obat
goongan barbiturate seperti fenobarbital tetapi kontrol kejang biasanya
tidak terlalu berpengaruh. Fenobarbital, asam 5,5-fenil-etil barbiturate,
merupakan senyawa organik pertama yang digunakan dalam pengobatan
antiepilepsi. Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikkan
ambang rangsang. Fenobarbital, dapat menekan saraf abnormal secara
selektif, menghambat penyebaran dan menekan cetusan listrik.
Barbiturat menekan korteks sensor,menurunkan aktivitas motorik,
mempengaruhi fungsi serebral dan menyebabkan kantuk, efek sedasi
dan hipnotik.

2. Interaksi Okskarbazepin dengan golongan Kontrasepsi


Okskarbazpin adalah epilepsi umum, tonik-klonik primer dan
epilepsi parsial dengan atau tidak dengan generalisasi sekunder, dengan
efek samping yaitu rasa lelah, kadang mengantuk, sel darah putih
berkurang, hiponatremia, depresi, psikis labil, trombositopenia,
pansitopenia, sindrom Stevens Johnson. Okskarbazepin dapat berinteraksi
dengan obat antipirin, warfarin, felodipin, fenitoin, asam valproat, obat
penghambat enzim, penyekat MAO, alkohol, kontrasepsi oral. Ketika
okskarbazepin digunakan bersama estrogen atau progesterone maka
okskarbazepin dapat mempercepat metabolism atau mengurangi efek
kontrasepsi.

3. Interaksi obat Benzodiazepin dengan Golongan Azol


Benzodiazepin merupakan inhibitor reseptor GABA (gamma-
aminobutyric acid) .Pengikatan GABA pada reseptornya dapat
menyebabkan pembukaan kanal Cl- sehingga memungkinkan masuknya
ion Cl melewati membran sel syaraf yang dapat meningkatkan potensial
elektrik sepanjang membran sel, sehingga sel sukar tereksitasi. Sedangkan
ikatan benzodiazepin dengan reseptor GABA tidak menyebabkan
terbukanya kanal Cl yang menghambat neuron yang mngakibatkan
timbulnya efek depresi. Efek depresi SSP benzodiazepin meliputi :
ansiolitik, relaksan otot, antiamnesia, antikonvulsan, dan sedatif.
Interaksi benzodiazepin meliputi interaksi farmakokinetik maupun
farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik terutama melalui inhibisi atau
induksi enzim sitokrom P450 yang memetabolisme benzodiazepin.
Interaksi farmakodinamik terutama terjadi dengan obat-obat SSP yang lain
seperti (etanol, opiat, barbiturat, dll).Mekanisme inhibisi enzim
metabolisme oleh golongan azol dapat meningkatkan kadar plasma
benzodiazepin .

4. Interaksi Okskarbazepin dengan asam Valproat


Asam valproat adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi
kejang, terutama yang disebabkan oleh epilepsi. Obat ini bekerja dengan
cara memengaruhi keseimbangan senyawa alami di otak atau yang disebut
neurotransmiter untuk menghentikan kejang. Asam valproat juga
digunakan untuk menangani kondisi ketidakstabilan mood atau suasana
hati pada penderita gangguan bipolar, terutama fase mania, yaitu fase di
mana suasana hati penderita gangguan bipolar menjadi senang berlebihan.
Selain itu, asam valproat juga digunakan untuk mencegah migrain.
Okskarbazepin merupakan produk yang didalam tubuh akan
segera dirubah menjadi bentuk aktifnya, yaitu suatu turunan 10-
monohidroksi dan dieliminasi melalui ekskresi ginjal. Okskarbazepin
digunakan untuk pengobatan kejang parsial. Penggunaan okskarbazepin
dengan asam valproate terkadang dapat menurunkan kadar plasma
metabolit dari okskarbazepin itu sendiri. Selain kskarbazepin, asam
valproate juga sering meningkatkan kadar plasma metabolit aktif
karbamazepin dan lamotrigin,primidon, fenobarbital dan fenitoin, namun
dapat juga menurunkan.

Mekanisme kerja obat antiepilepsi

Pada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses


inisiasi dan penyebaran kejang. Namun, umumnya obat antiepilepsi lebih
cenderng bersifat membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah
prosesinisiasi. Dengan demikian secara umum ada dua mekanisme kerja,
yakni : peningkatan inhibisi dan penurunan eksitasi yang kemudian
memodifikasi konduksi ion : Na+,Ca2+,K+, dan Cl- atau aktivitas
neuroransmitor, meliputi :
1. Inhibisi kanal Na+ pada membran sel akson.
Contoh : fenition dan karbamazepin (pada dosis terapi), fenobarbital dan
asam valproat (dosis tinggi), lamotrigin topiramat, zonisamid.
2. Inhibisi kanal Ca2+ tipe T pada neuron talamus (yang berperan sebagai
pace-maker untuk membangkitkan cetusan listrik umum di korteks).
Contoh : etosuksimid, asam valproat, dan clonazepam.
3. Peningkatan inhibisi GABA
4. Penurunan Ekssitasi glutamate

2.2 MEKANISME TERJADINYA EPILEPSI YANG MELALUI KANAL


CL ATAU ION CL DAN RESEPTOR GABA

Mekanisme inhibisi diperankan olch neurotransmiter Gamma


Aminobutyric Acid (GABA). Neurotransmiter GABA dihasilkan oleh neuron
GABAncergik di presinaps, dengan bantuan enzem glutamic acid decarboxylase
(GAD). Neurotransmiter Gamma Aminobutyric Acid (GABA) yang di respon
oleh reseptor GABA-A mengakibatkan pintu kanal ion Cr terbuka, schingga
permeabilitas membran sel terhadap cr meningkat. Neurotransmiter Gamma
Aminobutyric Acid (GABA) yang direspon oleh reseptor GABA-B
mengakibatkan pintu kanal ion K+ terbuka, schingga permeabilitas membran sel
terhadap K+ meningkat. Hiperpolarisasi membran sel post sinapsis dapat terjadi
bila neurotransmiter Gamma Aminobutyric Acid (GABA) direspon oleh kedua
reseptor GABA-A dan GABA-B yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas
membran sel terhadap CI dan K+. Keadaan hiperpolarisasi mengakibatkan
hambatan terhadap timbulnya potensial aksi di postsinapsis.Bangkitan kejang
dapat terjadi apabila 1) adanya depolarisasi membran, 2) mekanisme eksitator
lebih dominan dibanding inhibitor. (eksitator > inhibitor).

MEKANISME KERJA PADA INHIBISIS GABA

GABA merupakan neurotransmiter inhibisi interneuron lokal, bekerja


melalui reseptor GABAA dan GABA-B. Reseptor GABA-A merupakan ligand-
gated chloride channel tipe Cys-loop yang merupakan target dari banyak OAE.
Reseptor GABA-B merupakan reseptor heterodimer G protein-coupled yang
mengaktivasi kanal kalium dan menghambat kanal kalium. GABA-B berbeda baik
fungsi dan strukturnya dengan GABA-A, dan bukan merupakan target dari OAE.
Jumlah neuron GABA hanya seperlima dari seluruh neuron, akan tetapi kelompok
tersebut berperan penting dalam mengontrol firing rate dan waktu eksitasi neuron,
serta sinkronisasi neuron yang menuju ke arah epileptik.

Modulator Reseptor GABA-A

Benzodiazepine (diazepam, lorazepam, clonazepam, barbiturat/fenobarbital)


bekerja pada reseptor GABA-A sebagai modulator allosteric positif. Pada
konsentrasi tinggi barbiturat dapat mengaktivasi reseptor GABA-A secara
langsung meskipun tidak terdapat GABA. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh
benzodiazepine. Benzodiazepine spesifik untuk sinap reseptor GABA-A yang
mengandung subunit γ2 dan secara alosterik memodulasi reseptor tersebut
sehingga meningkatkan frekuensi pembukaan kanal, dan akhirnya meningkatkan
sinap inhibisi. Khusus pada epilepsi absans, benzodiazepine diduga mampu
melakukan desinkronisasi osilasi talamokortikal yang menyebabkan spike wave
discharge melalui sub unit α3 dari reseptor GABA-A di nucleus retikular talamus.
Barbiturat tidak spesifik untuk sub unit tersebut, sehingga tidak berperan aktif
dalam terapi epilepsi absans, bahkan mungkin dapat memperburuk bangkitan.
Barbiturat juga tidak meningkatkan frekuensi pembukaan kanal klorida yang
diinduksi GABA, akan tetapi lebih pada modulasi sistem kanal ion seperti kanal
kalsium dan natrium.

2.3 CONTOH OBAT DOSIS YANG SESUAI ANTARA OBAT


ANTIEPILEPSI DENGAN OBAT GOLONGAN BARBITURATE,
KONTRASEPSI, AZOL DAN ASAM VALPROAT

1. golongan barbiturat
Fenitoin adalah obat utama untuk hampir semua jenis epilepsy, kecuali bangkitan lena.
Adanya gugus fenil atau aromatic lainnya pada atom C penting untuk efek pengendalian
bangkitan tonik-klonik, sedangkan gugus alkilbertalian dengan efek sedasi, sifat yang
terdapat pada mefenitoin dan barbiturat, tetapi tidak padafenitoin. Adanya gugus metal pada
atom N akan mengubah spectrum aktivitas misalnyamefenitoin, dan hasil N dimetilisasi oleh
enzim mikrosom hati menghasilkan metabolit tidak aktif.

Fenitoin atau difenilhidantoin tersedia sebagai garam Nadalam bentuk kapsul 100 mg
dan tablet kunyah 30 mg untuk pemberian oral, sedangkan sediaan suntik 100mg/2ml.
Disamping itu juga tersedia bentuk sirup dengan takaran 125mg/5ml.Harus diperhatikan agar
kadar plasma optimal, yaitu berkisar antara 10-20µg/ml. kadardibawahnya kurang efektif
untuk pengendalian konvulsi, sedangkan jika kadar lebih tinggi akan bersifat toksik. Dosis
fenitoin selalu harus disesuaikan untuk masing-masing individu, patokan kadar terapi antara
10-20µg/ml bukan merupakan angka mutlak karena beberapa pasien menunjukan efektivitas
fenitoin yang baik pada kadar 8µg/ml, sedangkan pada pasien lain,nistagmus sudah terjadi
pada kadar 15µg/ml. Untuk pemberian oral, dosis awal untuk dewasa 300 mg, dilanjutkan
dengan dosis penunjang antara 300-400mg, maksimum 600mg sehari. Anak diatas 6 tahun,
dosis awal sama dengan dosis dewasa, sedangkan untuk anak dibawah 6 tahun, dosis awal
1/3 dosis dewasa, dosis penunjang ialah 4-8 mg/kgBB sehari, maksimum 300mg. Dosis awal
dibagi dalam 2-3 kali pemberian.

2. golongan kontrasepsi
Okskarbazepin merupakan analog keto karbamazepin. Karbamazepin
memperlihatkan efek analgesic selektif, misalnya pada tabes dorsalis danneuropati lainnya
yang sukar diatasi dengan analgesik biasa. Okskarbazepin merupakan produk yang
didalam tubuh akan segera dirubah menjadi bentuk aktifnya, yaitu suatu
turunan 10-monohidroksi dan dieliminasi melalui ekskresi ginjal.
Okskarbazepin digunakan untuk pengobatan kejang parsial.

Dosis anak di bawah 6 tahun, 100mg sehari, 6-12 tahun, 2 kali 100mgsehari. Dosis
dewasa : dosis awal 2 kali 200 mg hari pertama selanjutnya dosis di tingkatkan secara
bertahap. Dosis penunjang berkisar antara 800-1200 mg sehari untuk dewasa atau 20-30
mg/kgBB untuk anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai kadar terapi dalam serum 6-
8µg/ml.

3. Golongan azol
 Diazepam merupakan obat golongan benzodiazepin yang digunakan
untuk mengurangi tingkat kecemasan, gejala putus alkohol, dan kejang. Obat
ini juga digunakan untuk meredakan kejang otot dan sebagai obat penenang
sebelum dilakukan prosedur medis. Obat ini bekerja dengan cara
menenangkan otak dan saraf. Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan
rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on.
Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam
air.

dosis dewasa: 2-10 mg 2-4 kali sehari, untuk anak-anak usia diatas 6
bulan: 1-2,5 mg 3-4 kali sehari. Injeksi (Dewasa) : 2-10 mg, dapat diulang
dalam 3-4 jam bila perlu.

4. Golongan asam valproat


Asam valproat adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi
kejang, terutama yang disebabkan oleh epilepsi. Mekanisme kerja obat ini
adalah meningkatkan GABA dengan menghambat degradasinya atau
mengaktivasi sintesis GABA. Asam valproat juga berpotensi terhadap rsepon
GABA post sinaptik yang langsung menstabilkan serta mempengaruhi kanal
kalium.
Dosis : penggunaan asam valproat 10-15 mg/kg/hari.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Epilepsi adalah sebuah kondisi otak yang dicirikan dengan kerentanan untuk kejang

berulang(peristiwa serangan berat, dihubungkan dengan ketidaknormalan pengeluaran elektrik

dari neuron pada otak). Kejang merupakan manifestasi abnormalitas kelistrikan pada otak yang

menyebabkan perubahan sensorik, motorik, tingkah laku.


DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba


Medika. Jakarta.

Machlusil H, Shahdevi N.K.,2017, MEKANISME KERJA OBAT ANTI


EPILEPSI SECARA BIOMOLEKULER, Biomolecular Mechanism of Anti
Epileptic Drugs, Vol.1(1).

Anda mungkin juga menyukai