Anda di halaman 1dari 6

Tugas Individu

FARMAKOTERAPI I

Oleh :

NAMA : NUR AMALIYAH

NIM : O1A118229

KELAS :D

DOSEN : SUNANDAR IHSAN, S.Farm., M.Sc., Apt.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
PENDAHULUAN

Kanker payudara adalah suatu pertumbuhan abnormal sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan
penunjang payudara yang tumbuh infiltratif dan dekstrutif, serta dapat bermetastasis.Ditinjau dari biomolekuler,
kanker payudara merupakan penyakit akibat mutasi gen yang dipicu oleh multifaktor seperti faktor diet, faktor
lingkungan, dan faktor keturunan yang dikenal sebagai faktor risiko. Faktor risiko yang erat kaitannya dengan
peningkatan insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan
genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat penyakit payudara
sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi), menarche dini (< 12
tahun) atau menstruasi lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui),
hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada dan faktor lingkungan.

Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di dunia. Kanker payudara
merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada wanita di seluruh dunia. Menurut data Globocan
tahun 2012 diketahui bahwa terdapat 1,67 juta kasus baru yang terdiagnosis pada tahun 2012 atau sekitar 25%
dari seluruh kanker. Kanker payudara lebih sering terjadi pada negara berkembang dibandingkan negara maju.
Angka kejadian untuk daerah Afrika dan Asia yaitu sebesar 27/100.000 penduduk.

Faktor hormonal termasuk salah satu faktor risiko penting terhadap kejadian kanker payudara.
Peningkatan eksposur terhadap hormon estrogen akan meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara,
sedangkan mengurangi eksposur ini dapat meproteksi terjadinya kanker payudara. Faktor lain adalah: usia
menarche, status menopause, usia melahirkan anak pertama, jumlah paritas, menyusui, penggunaan kontrasepsi
oral dan terapi hormon pengganti. Beberapa faktor lain yang juga berperan dalam terjadinya kanker payudara
yaitu faktor genetik, gaya hidup serta lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola diet makanan
berlemak dengan frekuensi yang tinggi dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

Kanker payudara stadium 4 disebut juga dengan kanker payudara metastasis. Sel kanker umumnya
sudah berkembang cukup lama di payudara sampai akhirnya bisa dikategorikan pada tahapan ini. Kanker
payudara stadium 4 merupakan tahap paling akhir dan merupakan kondisi serius yang mengancam jiwa. Pada
stadium ini, kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar getah bening di sekitarnya ke organ tubuh lain,
seperti paru-paru, kelenjar getah bening yang jauh dari payudara, kulit, tulang, hati, atau otak. Penyebaran ini
bisa ke satu atau lebih dari organ-organ tubuh tersebut. Pada tahap ini, sistem TNM bisa digambarkan dengan T
(1-4) N(1-3) M1. Gejala kanker payudara metastasis umumnya berbeda. Selain gejala kanker payudara pada
umumnya, pasien pada tahap ini pun kerap merasakan gejala di bagian tubuh lain, tergantung pada organ mana
yang telah terpapar. Bila sudah menyebar ke tulang, penderita kanker payudara tahap ini mungkin akan
merasakan nyeri di bagian tulang tertentu. Jika ke paru-paru, Anda mungkin akan merasakan batuk atau sesak
napas, sedangkan jika ke hati Anda mungkin akan merasakan kelelahan, demam, nafsu makan berkurang, dan
sebagainya. Bahkan, kanker yang telah menyebar ke paru-paru bisa membuat paru-paru Anda rentan terhadap
infeksi, seperti pneumonia.
Contoh kasus :

Ny. Mn umur 65 tahun telah menopause didiagnosis kanker payudara saat belum menopause di umur 48
tahun. Terapi yang telah didapat adalah bedah radikal mastektomi yang telah dimodifikasi untuk massa sel 1,5
cm ductus carcinoma in situ bagian kanan payudara. Sel positif telah mencapai kelenjar limfe 2 dari 10 bagian.
Hasil tes patologi menunjukkan ER/PR (+) dengan HER (-).
Ny. Mn telah menyelesaikan terapi dengan regimen kemoterapi AC 4 siklus ditambah paklitaksel tiap minggu
selama 12 minggu. Setelah kemoterapi komplit, dilanjutkan tamoksifen selama 5 tahun. 10 tahun kemudian
setelah komplit seluruh terapi, Ny. Mn mengalami nyeri di lengan bagian kanan dan tulang rusuk. Hasil scan
tulang sel kanker telah metastase (mencapai tulang). Bagaimana tatalaksana terapi pada Ny. Mn mendapat
terapi hormon, apa yang harus diberikan?
Apa yang harus di monitoring?
Jika Ny. Mn menerima golongan Aromatase Inhibitor/Al, apa terapi suportif yang harus diberikan?

Penyelesaian kasus :
1. Identifikasi permasalahan pasien
- pasien dengan umur 65 tahun
- jenis kelamin : perempuan
- Tanda dan gejala: nyeri lengan bagian kanan dan tulang rusuk
 Diagnosis
Didiagnosis kanker payudara saat sebelum menopause di umur 48 tahun.
 Data Laboratorium
Sel positif telah mencapai kelenjar limfe 2 dari 10 bagian. Hasil tes patologi menunjukkan ER/PR (+)
dengan HER2 (-).
 Identifikasi Penetapan Stadium Kanker Payudara
Stadium dalam kanker payudara adalah tahapan yang menentukan apakah sel kanker telah menyebar
dari payudara ke bagian tubuh lainnya. Berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC),
pembagian tahapan kanker payudara ini menggunakan sistem “TNM”, yaitu:
 T (Tumour) — menunjukkan ukuran tumor dan apakah sudah tumbuh dan menyebar ke jaringan
terdekat.
 N (Node/kelanjar getah bening) — menunjukkan sel kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah
bening.
 M (Metastasis) — menunjukkan metastasis atau penyebaran sel kanker ke organ lain di luar payudara,
seperti paru-paru.
Berdasarkan AJCC pasien mengalami kanker payudara stadium IV sesuai kriteria T apapun , N apapun
dan M1. Angka harapan hidup dalam lima tahun untuk pasien adalah 25%.

2. Penatalaksanaan Terapi
Tujuan perawatan kanker payudara metastatik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang kelangsungan hidup. Karena itu penting untuk memilih terapi aktivitas yang baik sambil
meminimalkan toksisitas. Pengobatan metastasis kanker payudara dengan terapi sitotoksik, biologis, atau
endokrin sering menghasilkan regresi penyakit dan peningkatan kualitas hidup.
Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat (termasuk
penetapan stadium). Diagnosa dan terapi pada kanker payudara haruslah dilakukan dengan pendekatan
humanis dan komprehensif. Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium
dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-signaling.Terapi pada kanker payudara selain
mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse
effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus
dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia,
comorbid, evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end
of life isssues.
Berdasarkan permasalahan dari pasien di atas maka terapi yang digunakan adalah terapi hormonal:

 Terapi hormonal
Obat-obatan anti-estrogen (tamoksifen. toremifen), penyekat aromatase selektif (anastrazol, letrozol)
atau agen progestasional (imegesterol asetat). Diberikan trutama untuk pasien dengan reseptor ER (+) atau
PR (+).
Pada kasus ini, digunakan tamoxifen sebelum penggunaan aromatase inhibitor (anastrazol) apalagi pada
pasien yang sudah monopause dan Her2. Tamoxifen adalah obat dengan fungsi untuk mengobati kanker
payudara yang telah menyebar ke bagian tubuh lain (kanker payudara metastasis), untuk mengobati kanker
payudara pada pasien tertentu setelah terapi pembedahan dan radiasi, dan untuk mengurangi kemungkinan
kanker payudara pada pasien yang berisiko tinggi. Anastrozole digunakan untuk pengobatan kanker
payudara metastatik lanjut yang tergantung pada estrogen pada wanita yang telah melewati masa menopause
atau yang ovariumnya diangkat. Anastrozole adalah obat yang diindikasikan dalam pengobatan kanker
payudara pada wanita pasca-menopause. Ini digunakan baik dalam terapi ajuvan (yaitu setelah operasi) dan
kanker payudara metastatik. Ini mengurangi jumlah estrogen yang dibuat tubuh. Anastrozole termasuk
dalam kelas obat yang dikenal sebagai aromatase inhibitor. Ini menghambat enzim aromatase, yang
bertanggung jawab untuk mengubah androgen (diproduksi oleh wanita di kelenjar adrenal) menjadi estrogen
Anastrozole ditoleransi secara keseluruhan, kecuali untuk nyeri sendi dan risiko patah tulang yang lebih
tinggi karena osteoporosis yang diinduksi. Efek samping yang terakhir mungkin dapat sedikit diatasi dengan
pengobatan dengan bifosfonat.
 Tamoxifen
Manfaat : Salah satu terapi kanker payudara menurunkan risiko kanker payudara pada wanita risiko tinggi.
Dosis : 20-40 mg/hari
Aturan pakai : penggunaan di atas 20 mg biasanya dibagi menjadi 2 kali sehari.
Efek samping : Rasa nyeri pada tumor atau tulang meningkat, Perubahan suasana hati, Tubuh terasa lelah,
Mual,Sakit kepala,Muncul rasa seperti terbakar, Sembelit, Kulit kering, Rambut rontok.
 Anastrazole 1 mg (tablet)
Indikasi: Untuk pengobatan hormonal kanker payudara stadium lanjut pada wanita pasca-menopause. Juga
digunakan untuk mengobati ginekomastia pubertas dan sindrom McCune-Albright; Namun, pabrikan
menyatakan bahwa kemanjuran untuk indikasi ini belum ditetapkan.
Dosis : 1 mg
Aturan pakai: 1 mg/ hari
Efek samping: kekeringan pada vagina, rambut tipis, anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala, artralgia,
retak tulang, kemerahan (termasuk sindrom Stevens-Johnson); astenia dan mengantuk.
 Bifosfonat
Bifosfonat digunakan sebagai obat yang mengurangi efek samping anastrazole (golongan aromatase
inhibitor).
Indikasi : Bisfosfonat digunakan pada pengobatan penyakit Paget, hiperkalsemia karena keganasan dan
metastase tulang pada kanker payudara.
Dosis : 4 mg
Aturan pakai: 4 mg diberikan dalam bentuk infus selama 15 menit. Jika perlu dapat ditambahkan 4 mg
sebagai infus setelah 7 hari dosis pertama. (pengobatan hiperkalsemia akibat komplikasi kanker)

3. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)


 Cara Pemakaian Obat
Obat anastazole diminum 1 tablet sekali sehari. Gunakan anastazole secara teratur untuk mendapatkan
manfaat maksimal dan datang lagi 7 hari kedepan agar diberikan infuse Bisfosfonat.
 Informasi Efek Samping
Efek samping obat anastazole dapat menyebabkan kekeringan pada vagina, rambut tipis, anoreksia, mual,
muntah, diare, sakit kepala, artralgia, retak tulang, kemerahan (termasuk sindrom Stevens-Johnson); astenia
dan mengantuk. Jadi efek samping dari obat anastazole dapat dikurangi dengan pemberian bisofonat.
 Edukasi
Untuk memastikan obat ini tidak menimbulkan efek berbahaya, melakukan mammogram dan melakukan
pemeriksaan payudara rutin secara rutin. Fungsi hati mungkin juga perlu diuji. Kunjungi dokter secara
teratur.

4. Monitoring dan follow up


Monitoring dilakukan dengan dua langkah yaitu memonitoring efek obat setelah dikonsumsi dan
memonitoring kesehatan pasien diantaranya yaitu :
 Pastikan kepatuhan pasien dalam pengobatan kanker payudara stadium IV, dimana obat anastazole
diminum 1 tablet sekali sehari dan pastikan diberikan infuse bifosfonat tiap 7 hari untuk mengurangi efek
obat anastrazole.
 Setelah menyelesaikan terapi ajuvan (hormonal), pasien dipantau setiap 3 bulan untuk dilakukan
pemeriksaan fisik guna melihat ada/tidaknya kekambuhan kanker pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai