Anda di halaman 1dari 22

POTENSIOMETRI

Oleh: Prof. Dr. Harmita, Apt.

Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia
Depok 2015
POTENSIOMETRI

Tujuan
Penetapan kadar secara volumetri dengan menggunakan
potensiometer sebagai penunjuk titik akhir titrasi.

Potensiometri: cabang ilmu kimia yang


mempelajari pengukuran potensial dari
elektroda.
Pengukuran potensial dari elektroda banyak
dipergunakan dalam ilmu kefarmasian terutama
untuk pengukuran pH larutan dan titrasi
potensiometrik.
Elektroda parsial → HARUS DIPELAJARI !!!
Teori
 Suatu senyawa / ion pada suhu tertentu dalam suatu larutan
akan mampu melepaskan / mengikat elektron sehingga
mempunyai besaran potensial tertentu, misalnya pada suhu
25ºC:

 Perbedaan kemampuan mengikat elektron atau mengikat proton


menyebabkan perbedaan potensial
 Perbedaan potensial dapat diukur dengan Galvanometer.
 Berdasarkan prinsip ini dapat dibuat macam elektroda untuk berbagai
kepentingan pengukuran titrasi potensiometrik, baik asidi-
alkalimetri, oksidimetri maupun presipitasi.

CuO dan ZnO yang berada dalam air


akan melepaskan sebagian ionnya.
perbedaan potensial dapat diukur,
terlihat pada gerakan jarum
galvanometer G.

• Potensiometer P: untuk memperbesar arus yang ditimbulkan oleh


elektroda ZnO dan CuO → gerakan jarum galvanometer menjadi lebih
jelas.
• S: pipa yang mengandung larutan jenuh KCl yang berfungsi untuk
menetralkan perbedaan gerak ion-ion pembawa muatan.
 Dalam hal ini lepasnya ion Cu dan Zn ke dalam larutan sukar diukur
berapa besarnya, karena tidak ada pembanding. Untuk mengatasi hal
ini dipilihlah :

Elektroda yang dapat digunakan sebagai pembanding.

Larutan berkadar berapa yang dapat digunakan untuk mengukur perbedaan potensial elektroda.

Pada suhu berapa percobaan harus dilakukan.


 Telah disetujui oleh para ahli bahwa:

Elektroda hidrogen
Kadar larutan yang dapat
digunakan sebagai
digunakan untuk
elektroda baku (Standard
pengukuran tidak lebih dari
hydrogen elektrode, 1 molar.
SHE).

Suhu
pengamatan/percobaan
25ºC.
Mengapa dipilih hidrogen
sebagai elektroda baku ?
Bila suatu sistem digambarkan sebagai berikut:

Berarti bahwa Pt / H merupakan satu sel dan begitu pula Cu2+ / Cu


merupakan satu sel → kedua sel itu harus ada penghubung
(jembatan garam KCl). Oleh Nernst dirumuskan:

 E : Potensial pada 1 sel


 E0 : Potensial dari SHE
 (oks) : Kadar oksidator dalam molar
 (red) : Kadar reduktor dalam molar
 n : perbedaan jumlah elektron dari reduktor dan oksidator
Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Bila suatu elektoda ternyata lebih positif dan lebih besar dari Eº
maka harus dituliskan di sebelah kiri persamaan.

2. Bila penguji emf (electromotive force) dari suatu sel, maka


potensial elektroda sebelah kanan harus selalu sama dengan
potensial sebelah kiri:
Ec = E1 − Er

3. Bila menuliskan reaksi kimia yang terjadi secara spontan dalam


setengah sel, unsur kimia yang mempunyai valensi tinggi ditulis
pada sebelah kiri dari persamaan reaksi kimia yang terjadi dalam
setengah sel :
4. Harga positif dari emf suatu sel berarti bahwa elektron bergerak
dari kanan ke kiri dan terjadi dalam hubungan arus pendek dan
persamaan ditulis seperti di atas.

Sebaliknya bila harga itu negatif maka elektron bergerak dari kiri
ke kanan dan persamaan reaksi ditulis berlawanan dengan
penulisan di atas.

5. Zat padat dan larutan murni harus merupakan satu kesatuan.


Reaksi kimia yang terjadi

Reaksi
Reaksi oksidasi-
netralisasi reduksi

Reaksi
presipitasi
Dalam titrasi potensiometrik digunakan beberapa macam
elektroda:
1. Elektroda Kalomel, biasanya digunakan untuk referensi.
2. Elektroda gelas untuk standard, untuk pengukuran pH dan
untuk titrasi asidi-alkalimetri.
3. Elektroda Pt sebagai elektroda baku untuk titrasi presipitasi.
4. Elektroda Ag sebagai elektroda baku untuk titrasi presipitasi.

Untuk elektroda Ag dan Pt susunannya lebih sederhana,


karena kedua logam tersebut dapat langsung berhubungan
dengan cairan yang diuji.
Alat dan Bahan

Bahan:
- Kalium hidrogen ftalat (KHP)
Alat: - Tiamin HCl
- Piridoksin HCl
- pH meter
- Papaverin HCl
- Beaker glass 100,0 mL - Asam salisilat
- Stirrer/pengaduk - Asam askorbat
- Buret 10,0 mL - Aqua destilata
- Botol semprot - Etanol p.a
- NaOH 0,1 N
- Larutan dapar pH 3,0; pH 7,0; pH 14,0
- Kertas tissue
Cara Kerja

Pembakuan NaOH 0,1 N menggunakan KHP.

Penetapan kadar sampel menggunakan larutan


NaOH.
Pembakuan NaOH 0,1 N menggunakan
KHP
1. Siapkan larutan dapar pH 3,1 dan pH 7,0

2. Siapkan beaker glass untuk pencucian elektroda

3. Kalibrasi Elektroda dengan larutan dapar pH 3,1 dan pH 7,0

4. pH yang ditunjukkan harus sesuai dengan yang tercantum pada tabel


larutan dapar. Jika tidak sesuai atur pH meter dengan cara memutar
tombol pengatur pH.

5. Timbang ± 60,0 mg KHP, masukkan ke dalam beaker glass, larutkan


dalam 120 ml aqua destilata. Aduk dengan bantuan magnetic stirrer

6. Celupkan elektroda yang sudah dikalibrasi pada larutan KHP, hingga


diafragma tenggelam. CATAT PH pada alat
Pembakuan NaOH 0,1 N
menggunakan KHP
7. Titrasi larutan KHP menggunakan larutan NaOH 0,1 N
sampai volume 2,7 ml. Catat pH yang terbaca pada alat.

8. Lanjutkan titrasi dengan cara penambahan NaOH 0,1 N sebanyak 0,1


ml, catat pHnya pada setiap penambahan ini. Titrasi dihentikan setelah
pH menunjukkan angka ± 10. Tentukan titik akhir titrasi

9. Keluarkan elektroda dari larutan, kemudian dicuci pada


beaker glass (ad. 2), keringkan dengan kertas tissue

10. Lanjutkan titrasi ke-2 dengan memulai dari penimbangan


KHP. Titrasi dihentikan 0,3 ml setelah titik akhir tercapai (3 x
0,1 ml).
TUGAS

1. Buat grafik yang menggambarkan


hubungan pH (ordinat) dengan volume
NaOH 0,1 N (absis); ΔpH/ ΔV sebagai
ordinat dengan NaOH 0,1 N (absis)
2. Hitunglah normalitas baku sekunder NaOH
0,1 N
3. Hitunglah pKa dari KHP. Bandingkan
dengan pKa literatur. Jelaskan mengapa
terjadi perbedaan
Penetapan kadar sampel menggunakan larutan
NaOH

1. Timbang ± 60,0 mg sampel, masukkan ke dalam beaker glass, larutkan


dalam 30 ml aquadest . Aduk dengan bantuan stirrer/batang pengaduk

2. Letakkan elektroda yang sudah dikalibrasi pada larutan sampel, hingga


diafragma tenggelam

3. Catat pH yang terbaca pada alat.

4. Titrasi larutan sampel tiap kali dengan 0,1 ml larutan NaOH 0,1 N, catat
pHnya setiap kali penambahan

5. Hentikan titrasi setelah pH menunjukkan angka ± 10. tentukan titik


akhir titrasi..
6. Keluarkan elektroda dari larutan, kemudian dicuci pada beaker glass,
keringkan dengan kertas tissue.

7. Lanjutkan titrasi ke-2. Titrasi dihentikan 0,3 ml setelah titik akhir titrasi
tercapai (3 x 0,1 ml).
TUGAS

1. Hitunglah kadar sampel (%)


2. Hitunglah pKa dari KHP. Bandingkan
dengan pKa literatur. Jelaskan mengapa
terjadi perbedaan
3. Buatlah kurva titrasi pada kertas grafik
dengan pH sebagai ordinat dan volume
sebagai absis pada titrasi KHP dan
penetapan kadar sampel.
Titik ekuivalensi dapat ditentukan
dengan grafik / perhitungan
Contoh
 Dari hasil uji menggunakan alat potensiometer diperoleh grafik dibawah
ini. Maka dapat dilakukan perhitungan dengan cara menentukan
terlebih dahulu titik ekuivalen (TE), normalitas pereaksi dan berat
sampel.
 Jika alat potensiometer tidak dimiliki maka dapat dilakukan
secara manual menggunakan buret untuk mentitrasi dan
pH meter untuk mengamati perubahan pH.

 Titrasi dilakukan tiga titik diatas TE dan dibawah TE.


Perubahan volume dianjurkan konstan (0,1 ml) dan
perubahan pH akibat perubahan volume dicatat. Dari data
yang diperoleh tersebut dihitung

Anda mungkin juga menyukai