Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Prakerin


Kesehatan sebagai unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan
dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia, yang meliputi
kesehatan jasmani dan rohani. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan yang
di lakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan (prepentif), pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif),
pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitative), yang dilaksanakan
secara menyeluruh.
Upaya kesehatan sebagaimana dimaksudkan diatas diselenggarakan
untuk mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi individu dan
masyarakat.
Dalam rangka mempersiapkan diri menjadi tenaga farmasi yang
profesional, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bakti Indonesia Kabupaten
Kuningan perlu mengenal, mengetahui dan mengembangkan lebih dalam
berupa ilmu, teori, dan praktek yang telah didapat dalam kegiatan proses
belajar mengajar di sekolah dengan menerapkan dan mengaplikasikan dalam
Praktek Kerja Industri (Prakerin).
Praktek Kerja Industri juga sebagai salah satu modal dasar atau sumber
acuan bagi para siswa, khususnya siswa SMK Bakti Indonesia Kuningan,
apabila telah lulus dari sekolah melalui Praktek Kerja Industri, penyusun juga
mendapatkan informasi-informasi tentang kesempatan kerja sehingga
penyusun dapat mempersiapkan tambahan ilmu yang mungkin tidak
didapatkan di sekolah. Selain itu, diadakannya Prakerin ini diharapkan para
siswa / siswi dapat mengenal dan mengetahui lebih jauh tentang dunia kerja
yang nyata sekaligus dapat terjun langsung ke masyarakat dan diharapkan
pula siswa / siswi SMK Bakti Indonesia Kuningan mendapatkan ilmu dan
pengetahuan baru tentang dunia kesehatan karena terkadang teori tidak
selamanya sama dengan kenyataan.
1.2 Maksud danTujuan Prakerin

1
Tujuan penulis prakerin di RSUD 45 Kuningan adalah untuk mencapai target
kompetensi yang harus di capai di rumah sakit. Adapun target kompetensi
yang harus dicapai adalah :
1. Dapat menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
2. Dapat mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
3. Dapat melakukan perencanaan perbekalan farmasi ke PBF.
4. Dapat melakukan tugas-tugas administrasi.
5. Dapat melakukan pelayanan dan peracikan sediaan farmasi berdasarkan
kebutuhan dokter.
6. Dapat melakukan pendistribusian perbekalan kesehatan dari instalasi
farmasi ke unit unit yang lebih kecil.
7.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit


2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
Berdasarkan Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit :

a. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat.
b. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.


c. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit

atau kekhususan lainnya

2.1.2 Tugas Rumah Sakit


Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan
serta pelaksanaan upaya rujukan.
2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

3
Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
fungsi rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatn.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang
kesehatan.

Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit


umum menyelenggarakan kegiatan :

a. Pelayanan medis.

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.

c. Pelayanan penunjang medis dan non medis.

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.

f. Administrasi umum dan keuangan.

2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan
berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan,
kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan, dan afiliasi pendidikan.
A. Berdasarkan Jenis pelayanannya rumah sakit dapat digolongkan
menjadi :
1. Rumah Sakit Umum.

4
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan
subspesialistik.Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada
berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi
pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik,
seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil,
dan sebagainya.
2. Rumah Sakit Khusus.
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai
fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk
penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah
atau non bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit
Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak,
dan lain-lain.
B. Berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dibagi atas :
1. Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum
milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen
Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik
Negara. Rumah sakit umum pemerintah dapat dibedakan
berdasarkan unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan
menjadi empat kelas yaitu rumah sakit umum Kelas A, B, C,
dan D.
a. Rumah sakit tipe A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis Spesialistik Luas dan Sub
Spesialistik Luas.
1) Penyakit dalam.
2) Kebidanan dan penyakit kandungan.
3) Bedah.
4) Kesehatan anak.
5) Telinga, hidung dan tenggorokan.
6) Mata.
7) Syaraf.

5
8) Jiwa.
9) Kulit dan kelamin.
10) Jantung.
11) Paru.
12) Radiologi.
13) Anesthesi.
14) Rehabilitasi medis.
15) Patologi klinis.
16) Patologi anatomi.
b. Rumah sakit tipe B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya11
Spesialistik dan Sub Spesialistik Terbatas.
1) Penyakit dalam.
2) Kesehatan anak.
3) Kebidanan dan penyakit kandungan.
4) Bedah.
5) Anesthesi.
6) THT.
7) Kulit dan Kelamin.
8) Radiologi.
9) Pathologi klinik.
10) Psikiatri.
11) Neurologi.
12) Mata.
13) Bedah Digestif/Ortopedi.
14) Kardiologi
c. Rumah sakit tipe C
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis Spesialitik Dasar yang meliputi
spesialis :
1) Penyakit dalam.

6
2) Kesehatan anak.
3) Kebidanan dan kandungan.
4) Bedah.
d. Rumah sakit tipe D
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis Dasar.
1) Rumah Sakit Umum Swasta, terdiri atas :
a) Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah
kelas D.
b) Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara
dengan rumah sakit pemerintah kelas C.
c) Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik, setara
dengan rumah sakit pemerintah kelas B.

C. Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur :


1. Rumah Sakit Kelas A, yaitu rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari
1000 tempat tidur.
2. Rumah Sakit Kelas B, dibagi menjadi :
a. Rumah sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan
medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum
memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500
tempat tidur.
b. Rumah sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan
medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan
kapasitas 500-1000 tempat tidur.
3. Rumah Sakit Kelas C, yaitu rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau

7
kandungan, dan kesehatan, dengan kapasitas 100-500 tempat
tidur.
4. Rumah Sakit Kelas D, yaitu rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar,
dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.

2.1.5 IFRS (Instalasi Farmasi Rumah sakit)


A. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan
sebagai suatu departemen atau unit atau bagian disuatu rumah sakit
dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
orang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang - undangan
yang berlaku, berkompeten secara professional, tempat atau
fasilitas penyelenggara yang bertanggungjawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan
paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpanan perbekalan kesehatan / sediaan farmasi : dispensing
obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal dan rawat jalan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan di rumah sakit.
Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup
pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang
merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.

B. Tujuan IFRS
1. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit dan kepada
profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang kompeten dan
memenuhi syarat.
2. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh
apoteker rumah sakit yang memenuhi syarat.
3. Menjamin praktek profesional yang bermutu tinggi melalui
penetapan dan pemeliharaan standar etika profesional,
pendidikan dan pencapaian melalui peningkatan kesejahteraan
ekonomi.

8
4. Meningkatkan penelitian dalam praktek farmasi rumah sakit
dan dalam ilmu farmasetik pada umumnya.
5. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan
pertukaran informasi antara para apoteker rumah sakit, anggota
profesi dan spesialis yang serumpun.
6. Memperluas dan memperkuat kemampuan apoteker rumah
sakit untuk:
1) Secara efektif mengelola suatu pelayanan farmasi yang
terorganisasi.
2) Mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik.
3) Melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian klinik dan
farmasi dalam program edukasi untuk praktisi kesehatan,
penderita, mahasiswa dan masyarakat.
7. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktek farmasi
rumah sakit kontemporer bagi masyarakat, pemerintah, industri
farmasi, dan profesional kesehatan lainnya.
8. Membantu menyediakan personel pendukung yang bermutu
untuk IFRS.
9. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi
kefarmasian.
Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan
mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan,
peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan
pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan dalam rumah sakit, baik untuk penderita rawat inap,
rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah
sakit.
Tugas dan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan yaitu mulai dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, penyiapan dan peracikan sediaan farmasi.
b. Pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan
pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan

9
digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat jalan,
rawat inap maupun untuk semua unit termasuk poliklinik
rumah sakit.
c. Bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi
yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat.

B.2 Resep
B.2.1 Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau
dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Resep
disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu
resep yang tercantum dalam buku Farmakope atau buku lainnya dan
merupakan standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang ditulis
oleh dokter).Lembaran resep umumunya berbentuk empat persegi
panjang, ukuran ideal lebar 10 - 12 cm dan panjang 15 - 20.
B.2.2 Bagian-Bagian Resep
Resep terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Tanggal dan tempat ditulisnya resep (incriptio).
2. Tanda buka penulisan resep dengan R/ (invocatio).
3. Nama obat, jumlah dan cara membuatnya (praescriptio atau
ordinatio).
4. Aturan pakai dari obat yang tertulis (signatura).
5. Paraf atau tanda tangan dokter yang menulis resep
(subscriptio).

B.2.3 Orang yang Berhak Menulis Resep


a. Dokter.
b. Dokter gigi, terbatas untuk gigi dan mulut.
Dokter gigi diberi izin menulis resep dari segala macam obat untuk
pemakaian melalui mulut, injeksi (parentral) atau cara pemakaian
lainnya, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut.
Sedangkan pembiusan/patirasa secara umum tetap dilarang bagi
dokter gigi (S.E.) Depkes No. 19/Ph/62 Mei 1962.
c. Dokter hewan, terbatas pada pengobatan untuk hewan.

10
B.2.4 Hal-Hal yang Harus Ada di dalam Resep
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi,
dan dokter hewan.
b. Tanggal penulisan resep (inscription).
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama
setiap obat atau komposisi obat (invocation).
d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature).
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep
dokter hewan.
g. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung
obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.

B.2.5 Komponen Resep Menurut Fungsi


Menurut fungsi bahan obatnya, resep terbagi atas :
1. Remidium Cardinal, adalah obat
yang berkhasiat utama.
2. Remidium Ajuvans, adalah obat yang
menunjang bekerjanya bahan obat utama.
3. Corrigens, adalah zat tambahan yang
digunakan untuk memperbaiki warna, rasa, dan bau obat utama.
a. Corrigens Actionis,
digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama.
Contohnya pulvis doveri terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae
radix, dan opii pulvis. Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama
menyebabkan orang sukar buang air besar, karena itu diberi
kelii sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja opii
pulvis tersebut.
b. Corrigens Odoris,
digunakan untuk memperbaiki bau dari obat. Contohnya oleum
cinnamommi dalam emulsi minyak ikan.
c. Corrigens Saporis,
digunakan untuk memperbaiki rasa obat. Contohnya saccharosa
atau sirupus simplek untuk obat-obatan yang pahit rasanya.
d. Corrigens Coloris,
digunakan untuk memperbaiki warna obat. Contohnya obat
untuk anak diberi warna merah agar menarik untuk diminum.

11
e. Corrigens Solubilis,
digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama.
Contohnya Iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat
KI/NaI.
4. Constituens/Vehiculum/Exipiens,
merupakan zat tambahan. Adalah bahan obat yang bersifat netral
dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga
menjadi obat yang cocok.Contohnya laktosum pada serbuk,
amylum dan talkum pada bedak tabur.

B.2.6 Salinan Resep


Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, selain
memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli juga harus
memuat :
Nama dan alamat apotek.
Nama dan nomor izin apoteker pengelola apotek.
Tanda tangan atau paraf apteker pengelola apotek.
Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda
nedet (nedetur) untuk obat yang belum diserahkan, pada resep
dengan tanda ITERX diberi tanda detur orig/detur. X
Nomor resep dan tanggal pembuatan.

Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrif.


Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya,
penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep dilakukan
oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan
mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita sendiri dan petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-
undangan yang berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan
untuk suatu perkara).
Salinan Resep harus diberikan jika :

a. Obat yang diminta dalam resep dokter belum terpenuhi semuanya


karena berbagai sebab.

12
b. Atas permintaan pasien.
Salinan resep diberikan oleh apotek yang melayani resep dokter dan
harus ditandatangani atau diparaf oleh apoteker.

B.2.7 Penyimpanan Resep


Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telah dikerjakan
menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Resep harus
disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep yang
mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya. Resep
yang disimpan melebihi jangka 3 tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan
cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama-
sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek. Pada
pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan
bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan ditanda tangani oleh APA
bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.
Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar
resep yang sama apabila pada resep aslinya tercantum tanda n.i (ne
iteratur = tidak boleh diulang) atau obat narkotika atau obat lain yang
oleh Menkes (khususnya Dir.Jen POM) yang ditetapkan sebagai obat
yang tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter.

B.3 Obat
B.3.1 Definisi
Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan
dan menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit.

B.3.2 Penggolongan Obat


1. Obat Bebas
Obat Bebas merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran
berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam.Obat bebas
umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok,
beberapa analgetik - antipiretik dan beberapa antasida.Obat

13
golongan ini dapat dibeli bebas di apotek, toko obat, toko
kelontong dan warung.
Tanda khusus untuk obat bebas yaitu Lingkaran bulat
berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas Terbatas merupakan obat yang ditandai dengan

lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam.


Obat - obat yang umumnya masuk ke dalam golongan ini antara
lain obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan
penurun panas pada saat demam (analgetik - antipiretik),
beberapa suplemen vitamin dan mineral dan obat - obat antiseptika,
obat tetes mata untuk iritasi ringan.
Obat golongan ini hanya dapat dibeli di apotek dan toko obat
berizin, bila penyerahannyaharus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkus asli dari
pabriknya atau pembuatnya.
b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus
mencantumkan tanda peringatan tersebut berwarna hitam
berukuran panjang 5 cm lebar 2 cm dan memuat
pemberitahuan berwarna putih.

Tanda Khusus obat bebas terbatas berupa Lingkaran


berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam dan tanda
peringatan.

14
3. Obat Keras
Obat Keras merupakan obat yang pada kemasannya ditandai
dengan lingkaran yang didalamnya terdapat huruf K berwarna
merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam.Obat
keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep
dokter.
Obat - obat yang umumnya masuk ke dalam golongan ini
antara lain obat jantung, obat darah tinggi / hipertensi, obat darah
rendah / antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika dan
beberapa obat ulkus lambung.Obat golongan ini hanya dapat
diperoleh di apotek dengan resep dokter.

Tanda khusus untuk obat keras adalah Lingkaran bulat


berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan
huruf K yang menyentuh garis tepi.
4. Obat Psikotropika.
Pengertian psikotropika menurut Undang-undang No 5 Tahun
1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah
maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
nenyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

15
Penandaan:Tanda khusus untuk obat psikotropika yaitu
lingkaran bulat berwarna merah dengan huruf K berwarna
hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.
Ruang lingkup pengaturan Psikotropika dalam Undang-undang
ini adalah psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan
ketergantungan, yang menurut UU RI No. 5 tahun 1997,
psikotropika dibagi menjadi 4 golongan :
a. Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi yang amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan, psikotropika golongan I terdiri dari 26
macam antara lain : Lisergida, Moma, Meskalina dan lain - lain.
b. Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi dan atau ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma,
ketergantungan psikotropika golongan II terdiri dari 14 macam,
antara lain Amfetamina, Metakualon, Sekobarbital dan lain -
lain.
c. Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan, psikotropika golongan III terdiri dari
9 macam, antara lain Amobarbital, Flunitazepam, Siklobarbital,
Kartina dan lain - lain.
d. Golongan IV berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika golongan IV terdiri dari 60
macam, antara lain Allobarbital, Bromazepan, Diazepam,

16
Phenobarbital, Fluazepam, Klobazepam, Klordiazepoksida,
Merobamat, Nitrazepami, Triazolam dan lain - lain.
5. Obat Golongan Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat
dalam Ordonasi Obat bius yaituPalang Medali Merah .

Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika dibagi atas 3 golongan :


Golongan I
Adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Dan dilarang keras digunakan
untuk pelayanan kesehatan. Terdiri dari 26 macam, antara lain :
tanaman Papaver Somniferum I, Opium Mentah, Opium Masak,
tanaman Koka.
Golongan II
Adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, contohnya terdiri
dari 87 macam antara lain : Dihidromorfina, Fentanil, Morfina,
Opium, Petidina.
Golongan III
Adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu

17
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Codeina, Dihidrokoderin,
Nikodikodeina, Nikokodeina, Norkodeina.

B.4 Alat Kesehatan ( Alkes )


B.4.1 Definisi Alat Kesehatan
Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ada beberapa
pengertian antara lain : Alat kesehatan adalah bahan, instrument,
aparatus mesin, implant yang tidak mengandung obat yang digunakan
untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit. Merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada
manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Jadi alat kesehatan bukanlah sediaan farmasi tetapi sediaan farmasi
dan alat kesehatan merupakan perbekalan kesehatan sebagai bagian
dari UU ini, dalam bagian ke lima belas tentang pengamanan dan
penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pada pasal 98
dinyatakan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat
/ bermanfaat, bermutu dan terjangkau.
B.4.2 Kategori dan sub kategori alat kesehatan antara lain :
a) Peralatan kimia klinik dan toksikologi klinik.
(sistem tes kimia klinik, sistem tes toksikologi klinik dan lain -
lain)
b) Peralatan hematologi dan patologi.
(peralatan dan asesori patologi, pereaksi hematologi dan lain -
lain).
c) Peralatan imunologi dan mikrobiologi.
(sistem tes imunologika, peralatan mikrobiologi dan lain - lain).
d) Peralatan anestesi.
(peralatan anestesi diagnostik, peralatan anestesi terapetik dan
lainlain).
e) Peralatan kardiologi
(peralatan kardiologi bedah, peralatan kardiologi terapetik dan
lainlain).

B.4.3 Klasifikasi kelas Alat Kesehatan


Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1190 / Menkes / Per / VIII / 2010

18
a) Kelas I : alat kesehatan yang kegagalan atau salahpenggunaannya
tidak menyebabkan akibatyang berarti.
b) Kelas II a:akibatnya berarti, tetapi tidak menyebabkankecelakaan
yang serius.
c) Kelas II b:akibatnya sangat berarti, tetapi tidak menyebabkan
kecelakaan yang serius.
d) Kelas III : akibatnya sangat serius dan sebelum
beredarmemerlukan uji klinis.

2.4.4 Secara umum alat kesehatan terbagi atas :


a) Produk Diagnostik invitro.
b) Alat Kesehatan Non - Elektromedik Non - Steril.
c) Alat Kesehatan Non - Elektromedik Steril.
d) Alat Kesehatan Elektromedik Non - Radiasi.
e) Alat Kesehatan Elektromedik Radiasi.

19
BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUD 45 KUNINGAN

3.1 RSUD 45 Kuningan


3.1.1 Sejarah RSUD 45 Kuningan
Keberadaan Badan Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan
dimulai sejak zaman penjajahan Belanda yaitu kurang lebih antara
tahun 1920 sampai 1930 dengan diawali penempatan seorang dokter
yang bernama dr. Djoendjoenan di Kuningan, kemudian pada tahun
1932 di Kuningan ada Garnisiun tentara Belanda dimana terdapat
seorang dokter Militer Belanda yang bertugas mengurusi kesehatan
rakyat Kuningan pada saat itu.
Pada akhir tahun 1932 Garnisiun tentara Belanda dibubarkan
dan dokter militernya pun dipindahkan. Pemerintah Belanda mengutus
seorang dokter yang bernama dr. Gadroen untuk mengunjungi pusat
pelayanan di Kuningan yang pada saat itu belum punya nama.
Kemudian pada tahun 1934 beliau diangkat Inspeksi Dokter kesehatan
sebagai dokter pemerintahan dan diperbantukan kepada Regenchep
Kuningan.
Sekitar tahun 1941 di Kuningan ada penambahan seorang dokter
lagi yaitu dr. Sanusi. Pada tahun 1945 Institusi kesehatan di Kuningan
membantu mengembangkan perluasan bangunan pusat pelayanan
walaupun dengan dana yang sangat terbatas.
Sedangkan pemberian nama Rumah Sakit 45 Kuningan
disesuaikan dengan semangat juang dari para pejuang kemerdekaan
angkatan 45 karena beliau - beliau mempunyai semangat untuk
membangun rumah sakit tersebut.
(Denah lokasi RSUD 45 & denah ruangan RSUD 45 dapat lihat
pada lampiran 1)

20
3.1.2 Kedudukan danTugas Pokok RSUD 45Kuningan
a. Kedudukan Badan Rumah Sakit umum Daerah 45 Kuningan.
Rumah Sakit umum Daerah 45Kuningan adalah Badan
Layanan Umum Daerah di bidang kesehatan.
b. Tugas Pokok RSUD 45 Kuningan.
Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan,
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya
peningkatan serta pencegahan dengan melaksanakan upaya
rujukan.

3.1.3 Fungsi RSUD 45 Kuningan


a. Menyelenggarakan pelayanan medis.
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis.
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawanan.
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
f. Menyelenggarakan pelayanan penelitian dan pengembangan.
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

3.1.4 Visi dan Misi RSUD 45 Kuningan


Visi
Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kabupaten Kuningan
sebagai Rumah Sakit yang bermutu dan pilihan utama
masyarakat.
Misi
1) Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang
di kemas dengan sikap santun.
2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan kegiatan
pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan kompetensi
SDM.
3) Mengembangkan luas lahan fasilitas pelayanan dan bangunan
rumah sakit yang aman dan nyaman.
4) Meningkatkan ketersediaan peralatan kesehatan dan
kedokteran yang sesuai standar.
5) Meningkatkan keamanan pasien (Patien Safety).
6) Meningkatkan kerjasama kemitraan dengan pihak ketiga.

3.1.5 Susunan Organisasi RSUD 45 Kuningan

21
1. Direktur
2. Wakil Direktur Bidang Administrasi meliputi:
a) Kepala Bagian Tata Usaha diantaranya :
a. Kepala Sub Bagian Kesekretariatan dan RT.
b. Kepala Sub Bagian Perlengkapan.
c. Kepala Sub Bagian Kepegawaian.
b) Kepala Bagian Keuangan.
a. Kepala Sub Bagian Perbendaharaan.
b. Kepala Sub Bagian Veripikasi.
c. Kepala Sub Bagian Penerimaan Pendapatan.
c) Kepala bagian Perencanaan.
a. Kepala Sub Bagian Perencanaan.
b. Kepala Sub Bagian SDK / DIKLAT.
c. Kepala Sub Bagian Rekam Medis.
3. Wakil Direktur Bidang Pelayanan meliputi :
a) Kepala Bidang Pelayanan.
a. Kepala Seksi Pelayanan Medis.
b. Kepala Seksi Penunjang Medis.
b) Kepala Seksi Perawatan.
a. Kepala Seksi Asuhan dan Penunjang Pelaksanaan
Keperawatan.
b. Kepala Seksi Etika dan Mutu Pelayanan Kesehatan.
4. Instalasi
RSUD 45 menyelenggarakan Instalasi sebagai berikut :
a. Instalasi Rawat Jalan.
b. Instalasi Rawat Inap.
c. Instalasi Gawat Darurat.
d. Instalasi Bedah Sentral.
e. Instalasi Anesthesi dan Perawatan Intensif / Khusus.
f. Instalasi Radiologi.
g. Instalasi Farmasi.
h. Instalasi Laboratorium.
i. Instalasi Gizi.
j. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
k. Instalasi Pemasaran Sosial dan Penyuluhan Kesehatan.
( Struktur organisasi Instalasi Farmasi dapat dilihat pada lampiran 2)

3.1.6 Jenis Pelayanan Rumah Sakit


1. Instalasi Rawat Jalan.
a. Klinik Kesehatan Anak.
b. Klinik Penyakit Dalam.
c. Klinik Kebidanan dan Kandungan.
d. Klinik THT.
e. Klinik Bedah.
f. Klinik Mata.
g. Klinik Rehabilitasi Medik.
h. Klinik Kesehatan Jiwa.

22
i. Klinik Gigi dan Mulut.
j. Klinik Syaraf.
k. Klinik Penyakit Jantung.
l. Klinik Radiologi.
m. Klinik Ortopedi.
n. Klinik Kulit.
o. Klinik Paru.
2. Instalasi Rawat Inap.
a. Ruang Anggrek / Perawatan Penyakit Anak.
b. Ruang Mawar dan Bougenville / Perawatan Penyakit Bedah.
c. Ruang Cempaka Atas, Cempaka Bawah dan Flamboyan /
Perawatan Penyakit Dalam.
d. Ruang Dahlia / Perawatan Kebidanan dan Kandungan.
e. Ruang Teratai / Perawatan Perinatologi
f. Ruang ICU dan NICU
g. Ruang Melati / VIP
3. Instalasi Penunjang medis.
a. Instalasi Farmasi / apotek.
b. Instalasi Gizi.
c. Instalasi Kamar Mayat.
d. Instalasi Laboratorium.
e. Instalasi Radiologi.

3.2 Sistem Pengelolaan Instalasi Farmasi RSUD 45


A. Perencanaan.
Yaitu suatu proses kegiatan seleksi obat dan menentukan jumlah obat
dalam rangka pengadaan. Setiap awal bulan disusun sesuai rencana
kebutuhan obat yang berdasarkan atas penerimaan dan penggunaan obat
pada bulan yang lalu mencakup:
1. Jumlah obat yang diterima.
2. Jumlah obat yang digunakan.
3. Sisa obat pada akhir bulan.
B. Pengadaan.
Pada dasarnya untuk pelayanan pengobatan di RSUD 45 Kuningan
mengadakan obat sendiri yang melakukan pemesanan kepada PBF.
Setelah obat dipesan didalam surat pesanan obat dikirimkan kepada
PBF yang sesuai dan setelah itu obat akan datang ke Instalasi Farmasi
dan di periksa kembali oleh panitia pemeriksaan barang bila terjadi
kesalahan pengiriman. Maksud dari tujuan pengadaan tersebut yaitu agar
obat yang dibutuhkan untuk pelayanan lebih terjamin kualitasnya.
( Alur pengadaan dan distribusi barang dapat dilihat pada lampiran 3 ).

23
C. Penerimaan.
PBF mengirim barang beserta faktur pembelian, sesuai dengan
yang tercantum dalam surat pesanan baik jumlah maupun jenisnya
kadang ada obat yang tidak sesuai dengan jumlah obat di kartu stok.
D. Penyimpanan.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat - obatan yang diterima pada tempat yang
di nilai aman dari pencurian serta gangguan fisik mutu obat dan
menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
1. Pengaturan Tata Ruang.
a. Gudang.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,
penyusunan, pencarian dan pengawasan obat maka diperlukan tata
ruang yang baik. Pembagian ruang gudang IFRS berdasarkan
urutan golongan dimana obat disusun menurut sediaan dan alfabetis
alat kesehatan dan bahan medis disusun berdasarkan
alfabetis.Kondisi gudang farmasi sudah cukup memenuhi syarat.
b. Ruang peracikan.
Penyimpanan obat pada ruang peracikan di apotek RSUD 45
Kuningan berdasarkan atas bentuk persediaan, dimana sediaan
padat terdiri dari tablet, baik bersalut maupun yang tidak bersalut
dan kapsul terpisah dengan bentuk sediaan untuk injeksi, sirup dan
suppositoria, sedangkan untuk alat medis dan alat kesehatan
memiliki ruang tersendiri dalam kompleks unit farmasi.
c. Penyusunan Stok Obat.
Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menggunakan prinsip FIFO dan FEFO, yaitu obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus
digunakan lebih awal pula.
b) Menyusun obat dalam kemasan besar di atas rak secara rapi dan
teratur.
c) Menggunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan
psikotropika.
d) Menyimpan obat yang dapat dipengaruhi temperatur pada
tempat yang sesuai.
e) Memisahkan obat dalam dengan obat - obatan pemakaian luar.
f) Mencantumkan nama masing - masing obat pada rak.

24
g) Bentuk sirup dan cairan pada rak bagian depan.
h) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka obat dibiarkan
tetap dalam box masing - masing dan diambil seperlunya.
E. Distribusi.
Yaitu suatu kegiatan yang meliputi penyerahan obat, alat kesehatan
dan reagensi ke tempat unit pelayanan distribusi dilakukan oleh gudang
obat rumah sakit lalu di distribusikan ke sub unit terdiri dari apotek rawat
inap, apotek rawat jalan, depo IGD dan depo OK.
F. Pencatatan.
Semua penggunaan obat dicatat sesuai dengan pedoman
pengelolaan obat pada akhir bulan. Pencatatan obat mempunyai maksud
dan tujuan agar :
1. Selalu dapat di jaga keadaan obat - obatan di rumah sakit.
2. Mempermudah dalam pengecekan jumlah obat dan mengetahui
jumlah keluar masuknya obat.

3.3 Sistem Penyimpanan Obat IFRS


Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat - obatan yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik mutu obat. Tujuan
penyimpanan obat antara lain :
1. Pengaturan Tata Ruang.
a. Gudang.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,
penyusunan, pencarian dan pengawasan obat maka diperlukan tata
ruang yang baik. Pembagian ruang gudang IFRS berdasarkan urutan
golongan dimana : obat disusun menurut sediaan dan alfabetis alkes
dan bahan medis disusun berdasarkan alfabetis kondisi gudang
farmasi sudah cukup memenuhi syarat.
b. Apotek dan Depo.
Penyimpanan obat di apotek RSUD 45 Kuningan berdasarkan
atas bentuk sediaan, dimana sediaan padat terdiri dari tablet, baik
yang bersalut maupun yang tidak bersalut dan kapsul terpisah
dengan bentuk sediaan untuk injeksi, sirup dan suppositoria,
sedangkan untuk alat medis dan alat kesehatan memiliki ruang
tersendiri dalam komplek unit farmasi.
c. Penyusunan stok obat.

25
Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah
- langkah sebagai berikut :
a) Menggunakan prinsip FIFO dan FEFO, yaitu obat yang masa
kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus
digunakan lebih awal pula.
b) Menyusun obat dalam kemasan besar diatas rak secara rapih dan
teratur.
c) Menggunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika.
d) Menyimpan obat yang dapat dipengaruhi temperatur pada tempat
yang sesuai.
e) Memisahkan obat dalam dengan obat - obatan pemakaian luar
f) Mencantumkan nama masing - masing obat pada rak.
g) Bentuk sirup dan cairan pada rak bagian depan
h) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka obat dibiarkan
tetap dalam box masing - masing dan diambil seperlunya.

26
d. Pencatatan Stok Obat.
Di IFRS RSUD 45 Kuningan, setiap barang yang masuk dan
keluar dari gudang dicatat dalam kartu stok, kemudian dilakukan juga
pencatatan ke dalam komputer. Pencatatan ini dimaksudkan agar
jumlah dan stok obat dapat segera diketahui, sehingga dapat
menghindari terjadinya kekosongan obat.
( Format kartu stock dapat dilihat pada lampiran 4 )

3.4 Sistem Pengadaan dan Pelaporan Narkotika dan Psikotropika IFRS


Instalasi Farmasi RSUD 45 Kuningan juga memiliki laporan
penggunaan obat narkotika dan psikotropika, yang dilaporkan ke dinas
kesehatan kota. Ada juga pencatatan surat pesanan dan faktur pada saat
barang datang dari PBF, pencatatan tersebut dilakukan di buku dan di
komputer.
1. Cara Pemesanan Narkotika dan Psikotropika.
Khususnya untuk produk narkotika pemerintah mempercayakan
kepada PT. Kimia Farma, sedangkan untuk satu lembar formulir
pemesanan narkotika, hanya dapat digunakan untuk pemesanan 1 item
obat narkotika.Sedangkan satu formulir pemesanan psikotropika dapat
digunakan untuk beberapa item obat.Instalasi farmasi RSUD 45
Kuningan memesan narkotika dan psikotropika hanya berdasarkan
kebutuhan untuk persediaan di apotek.
( Format surat pesanan narkotika dapat dilihat pada lampiran 5 )
( Format surat pesanan psikotropika dapat dilihat pada lampiran 6 )
2. Cara Menyimpan Narkotika dan Psikotropika.
Obat - obatan yang masuk ke dalam golongan narkotika dan
psikotropika disimpan dalam lemari terkunci dan lemari tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Terbuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b. Harus mempunyai kunci.
c. Lemari harus terbagi menjadi dua bagian dengan kunci berlainan.
d. Lemari tersebut tidak dapat diangkat oleh seseorang.
e. Kunci lemari tersebut di pegang oleh pegawai yang dikuasakan.
3. Cara membuat Laporan Narkotika dan Psikotropika.
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan

penggunaan obat narkotika di lakukan melalui online SIPNAP (Sistem

Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya

27
menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP

lalu setelah data telah terinput data tersebut di import (paling lama

sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan

pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut,

nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan), pasword dan

username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.

3.5 Sistem pelayanan IFRS


3.5.1 Apotek Rawat Jalan
A. Umum
1. Pasien datang membawa resep ke apotek rawat jalan dan pasien

diberi nomor antrean.


( Contoh resep dapat dilihat pada lampiran 7 )
2. Petugas apotek memeriksa kelengkapan resepnya.
3. Kemudian petugas memberi harga sesuai resep dan obat yang

tersedia.
4. Pasien diberi struk / rincian pembayaran untuk melakukan

pembayaran obat.
5. Setelah pasien menyetujui, pasien membayar biaya obat di

loket pembayaran obat.

6. Bukti pembayaran obat diserahkan ke petugas apotek rawat


jalan
7. Petugas apotek menyiapkan obat sesuai resep dan membuat
salinan resep untuk obat yang tidak tersedia di apotek rawat
jalan.
( Format salinan resep dapat dilihat pada lampiran 8 )
8. Sebelum obat diserahkan pada pasien, periksa ulang terlebih
dahulu oleh petugas / apoteker untuk memastikan kesesuaian
obat dengan resep.
9. Obat diserahkan pada pasien dengan mencocokkan nomor
antrean dengan nomor resep yang sudah ada.
10. Resep dicatat oleh petugas administrasi apotek rawat jalan dan
diarsipkan.

28
B. BPJS
1. Pasien datang membawa resep ke apotek rawat jalan dan diberi
nomor antrean oleh petugas apotek.
2. Petugas apotek memeriksa kelengkapan resepnya.
3. Setelah itu petugas apotek menyiapkan obat sesuai dengan resep
dan membuat salinan resep untuk obat yang tidak tersedia di
apotek rawat jalan.
4. Jika obat generiknya tidak ada maka diberikan obat paten.
5. Pasien tidak dipungut biaya atas penggunaan obat - obatan
tersebut.
6. Sebelum obat diserahkan pada pasien periksa ulang terlebih
dahulu oleh petugas apotek / apoteker untuk memastikan
kesesuaian obat dengan resep.
7. Obat diserahkan pada pasien dengan mencocokkan nomor
antrean dengan nomor resep yang sudah ada.
8. Resep dicatat oleh petugas administrasi apotek rawat jalan dan
diarsipkan
C. Pasien BPJS Kronis
1. Pasien datang membawa buku kronis dan resep ke depo rawat

jalan dan diberi nomor antrean oleh petugas apotek.


2. Petugas apotek memeriksa kelengkapan resep dan buku kronis.
3. Setelah itu petugas apotek menyiapkan obat sesuai dengan resep

dan membuat salinan resep untuk obat yang tidak tersedia di

depo rawat jalan.


4. Jika obat generiknya tidak ada maka diberikan obat paten.
5. Pasien tidak dipungut biaya atas penggunaan obat - obatan

tersebut.
6. Sebelum obat diserahkan pada pasien periksa ulang terlebih

dahulu oleh petugas apotek / apoteker untuk memastikan

kesesuaian obat dengan resep.


7. Obat diserahkan pada pasien untuk pemakaian selama 30 hari

dengan mencocokkan nomor antrean dengan nomor resep yang

sudah ada dan mengembalikan buku kronisnya


8. Resep dicatat oleh petugas administrasi depo rawat jalan dan

diarsipkan

29
3.5.2 Apotek Rawat Inap
Pelayanan obat di depo Rawat Inap dengan sistem UDD (Unit

Dose Dispensing). UDD (Unit Dose Dispensing) adalah suatu sistem

distribusi obat ke pasien dimana obat diberikan oleh farmasi ke pasien

atau perawat sudah terbagi menjadi dosis sekali konsumsi.


Kelebihan dari sistem UDD ini adalah mampu menekan jumlah

stock yang beredar di pasien rawat inap, sekaligus juga dapat menekan

jumlah obat yang direturkan oleh pasien bersangkutan saat pulang, hal

ini dikarenakan obat yang hendak dikonsumsi pasien saat itu saja yang

diserahkan ke pasien, sedangkan obat yang belum waktunya diminum

masih berada di apotek.


Dalam proses UDD obat dikemas diberi etiket dan diletakkan

dalam wadah / plastik dengan warna berbeda untuk mempermudah

perawat dalam memberikan obat sesuai waktu yang ditentukan dan

untuk menghindari kesalahan dalam jadwal penyerahan obat. Misalkan

pagi warna putih, siang warna kuning, sore warna hijau, malam warna

merah muda, sedangkan warna biru hanya diberikan dengan kondisi

tertentu.
Untuk pasien umum dan BPJS perbedaan hanya cara pembayaran

pasien umum obat di bon selama pasien dirawat, pada saat pulang,

pasien baru membayar total obat. Sedangkan pasien BPJS pasien tidak

dipungut biaya apapun hanya menyerahkan persyaratan BPJS.


Depo rawat inap terdiri dari kamar obat yaitu :
a. Ruang racikan
b. UDD Cempaka 1 (atas)
c. UDD Cempaka 2 (bawah)
d. UDD Melati (VIP)
e. UDD Anggrek
f. UDD Dahlia
g. UDD Flamboyan

30
h. UDD Baugenville
i. UDD ICU

3.5.3 Depo IGD


1. Resep dari IGD dibawa oleh petugas IGD / keluarga pasien ke
DEPO obat IFRS.
2. Jika pasien tidak dirawat, keluarga pasien membayar biaya obat
diloket pembayaran obat.
3. Bukti pembayaran obat diserahkan ke petugas depo obat IGD.
4. Jika pasien akan dirawat obat di bon dahulu dan dibayar pada saat
pasien akan pulang, kepada pasien diberikan bukti bon obat.
5. Jika obat dalam resep tidak tersedia di depo IGD maka petugas
apotek membuat salinan resep untuk dibeli di apotek luar rumah
sakit.
6. Petugas depo IGD membuat laporan harian jumlah resep masuk
dari IGD dan jumlah yang dilayani.

3.5.4Depo OK
Depo melayani permintaan obat-obat untuk operasi dan anestesi,

obat dan alat-alat untuk operasi diminta sesuai kebutuhan dan sesuai

jenis operasi. Sedangkan paket anestesi terdiri dari :


a. Paket Narkose Umum OBGIN ( dapat dilihat pada lampiran 10 )
b. Paket Spinal OBGIN ( dapat dilihat pada lampiran 11 )
c. Paket Operasi Secsio Cessar ( dapat dilihat pada lampiran 12 )
d. Paket Narkose Umum Bedah ( dapat dilihat pada lampiran 13 )
e. Paket Spinal Bedah ( dapat dilihat pada lampiran 14 )
f. Paket Curret / MOW ( dapat dilihat pada lampiran 15 )
g. Paket Pelayanan Unit Bedah Sentral (dapat dilihat pada lampiran

16)
h. Paket Operasi Mata ( dapat dilihat pada lampiran 17 )

Prosedurnya adalah sebagai berikut :


1. Obat - obatan untuk kebutuhan pelayanan pasien Instalasi Bedah

Sentral ( IBS ) dan Anastesi disediakan di depo obat IBS dan

Anastesi.

31
2. Petugas IBS dan Anastesi meminta obat dan alkes yang akan

dibutuhkan sesuai paket operasi yang akan dilaksanakan.


3. Jika ada kekurangan obat selama operasi berjalan, petugas IBS

dan Anastesi minta tambahan obat dan petugas Depo

mencatatnya dilembar permintaan obat atas nama pasien yang

sedang dioperasi tersebut.


4. Petugas IBS mengembalikan obat - obatan dan alkes jika dari

obat paket operasi tersebut yang masih ada obat tersisa.


5. Petugas Depo menghitung obat dan alkes yang digunakan.

Daftar rincian obat yang digunakan dilampirkan dalam berkas rincian

biaya operasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Selama penulis prakerin di RSUD 45 Kuningan penulis dapat
melakukan:
4.1.1 Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.

32
a. Dapat melakukan penyimpanan barang sesuai dengan bentuk
sediaannya.
b. Dapat melakukan penyimpanan barang sesuai dengan
golongan golongan obatnya.
c. Dapat melakukan penyimpanan barang sesuai dengan khasiat
farmakologinya.
d. Dapat melakukan penyimpanan barang sesuai alfabetisnya.
e. Dapat melakukan pengamanan barang terhadap resiko
kerusakan, kehilangan dan kesalahan pengambilan.
f. Dapat melakukan penyusunan barang di ruang penjualan
langsung (Display).

4.1.2 Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan.
a. Dapat membaca dan membuat kartu stock.
b. Dapat mengisi kartu stock dengan lengkap setiap ada lalu
lintas barang.
c. Dapat menyesuaikan kartu stock dengan jumlah barang /
fisiknya.
d. Dapat mengidentifikasi barang barang yang stockout, rusak
atau kadaluarsa.

4.1.3 Mengetahui alur perencanaan perbekalan farmasi.


a. Dapat menerima sediaan farmasi dan perbekalan keshatan.
b. Dapat meneliti kesesuaian dokumen pengiriman barang dengan
arsip SP.
c. Dapat meneliti kesesuaian dokumen pengiriman barang dengan
jumlah, jenis dan kondisi barang.
d. Dapat melengkapi no.batch dan kadaluarsa pada bukti
pengiriman barang sesuai dengan fisik barang.
e. Dapat melakukan validasi bukti pengiriman.

4.1.4 Melakukan tugas tugas administrasi.


a. Dapat melakukan penyimpanan resep sesuai aturan.
b. Dapat membuat laporan harian psikotropika narkotika.
c. Dapat membuat laporan bulanan psikotropika narkotika.
d. Dapat membuat laporan pemakaian obat obatan secara
berkala.
e. Dapat membuat laporan permintaan obat obatan ke Supplier
( PBF ).

33
4.1.5 Melakukan pelayanan dan peracikan sediaan farmasi
berdasarkan kebutuhan dokter.
a. Dapat mengetahui proses pelayanan resep di rumah sakit.
b. Dapat melakukan persiapan obat yang akan diracik / langsung
diserahkan.
c. Dapat melakukan peracikan untuk resep resep racikan.
d. Dapat mengemas sediaan obat sesuai bentuk dan jenisnya.
e. Dapat memberikan etiket / label yang tepat dan jelas sesuai
dengan resep dokter.
f. Dapat melakukan pengecekan ulang atas kesesuaian etiket,
jumlah obat dan signa dengan resep dokter.
4.1.6Melakukan pendistribusian perbekalan kesehatan dari instalasi
ke unit unit yang lebih kecil.

4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
a. Dapat melakukan penyimpanan barang sesuai dengan bentuk
sediaannya.
Dalam penyimpanan barang sesuai bentuk sediaannya dilakukan
dengan melihat bentuk sediaannya, bila sediaannya dalam bentuk
tablet maka disimpan di bagian lemari tablet, sedangkan untuk sirup
dan drop disimpan di lemari rak bawah guna meminimalisir terjadinya
barang jatuh yang menyebabkan kerusakan serta untuk bentuk sediaan
injeksi disimpan di rak dan ada yang dilemar pendingin
b. Dapat melakukan penyimpanan barang sesuai alfabetisnya.
Barang yang disimpan sesuai alfabetis dilakukan dengan
menyusunnya sesuai alfabet yang dimulai dari huruf A sampai dengan
Z, penyimpanan secara alfabetis guna memudahkan dalam pencarian
saat pengambilan obat tersebut dibutuhkan.
c. Dapat melakukan pengamanan barang terhadap resiko kerusakan,
kehilangan dan kesalahan pengambilan.
Pengamanan barang terhadap resiko kerusakan dilakukan
dengan cara menyimpan barang menggunakan sistem FIFO dan
FEFO, selain itu juga diatur suhu ruangan dan sebagainya. Kemudian
untuk pengamanan barang terhadap resiko kehilangan yaitu selalu
mencatatkan setiap ada lalu lintas barang ke dalam kartu stok, juga
memasukkan data ke dalam komputer.Sedangkan untuk pengamanan

34
terhadap kesalahan pengambilan dilakukan penyimpanan berdasarkan
farmakologi, alfabetis dan bentuk sediaannya.

4.2.2 Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.


a. Dapat membaca dan membuat kartu stock.
Kartu stock yang terdapat di Rumah Sakit 45 Kuningan,
terutama di bagian instalasi farmasi terdapat dua jenis yaitu manual
dan computerize. Kartu stock manual disimpan berdasarkan status
pasien yaitu BPJS ( Jamkesmas, Askes, Gakin ) dan umum, yang
disimpan berdasarkan bentuk sediaannya, seperti tablet, sirup, injeksi
dan sebagainya untuk memudahkan dalam pencarian dan
berdasarkan alfabetiknya.
b. Dapat mengisi kartu stock dengan lengkap setiap ada lalu lintas
barang.
Kartu stock diisi jika ada mutasi barang, penulis dibimbing
bagaimana cara mengisi kartu stock. Sebelum penulis mengisi kartu
stock, terlebih dahulu penulis akan menginput data ke dalam
komputer kemudian diprint, setelah itu penulis akan memasukkan
data tersebut ke dalam kartu stock dengan tepat dan benar. Selain itu
penulis juga akan mengisi no.batch dan expired date barang tersebut.
c. Dapat menyesuaikan kartu stock dengan jumlah barang / fisiknya.
Di Rumah Sakit 45 setiap bulan akan diadakan stock opname
yaitu penyesuaian antara kartu stock dengan jumlah barang ( fisiknya
), caranya adalah sebagai berikut : penulis akan menghitung semua
jumlah barang yang ada di gudang dan akan mencatatnya ke dalam
sebuah kertas, setelah itu penulis akan mengambil semua kartu stock
yang ada dan menyesuaikan antara jumlah barang dengan kartu
stock. Jika terjadi ketidaksesuaian antara kartu stock dengan jumlah
barang, maka penulis akan melaporkannya kepada petugas dan
petugas akan menyesuaikannya dengan data yang ada di dalam
komputer.
d. Dapat mengidentifikasi barang barang yang stockout, rusak atau
kadaluarsa.
Untuk barang barang yang rusak atau kadaluarsa akan
dipisahkan dengan obat obat yang masih berkondisi baik dan akan

35
dimusnahkan. Obat yang rusak dapat diketahui dengan melihat obat
tersebut apakah masuk ke dalam ciri ciri obat yang rusak atau
tidak. Sedangkan untuk obat yang kadaluarsa dapat diketahui dengan
melihat expired date yang tertera pada obat tersebut.

4.2.3 Mengetahui alur perencanaan perbekalan farmasi.


a. Dapat menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di RSUD 45
diperoleh dari PBF (Pedagang Besar Farmasi), yang sebelumnya
petugas obat membuat SP (Surat Pesanan) yang dikirimkan ke PBF
yang bersangkutan.
b. Dapat meneliti kesesuaian dokumen pengiriman barang dengan arsip
SP.
Saat barang datang di gudang rumah sakit, hal yang dilakukan
oleh petugas gudang adalah menyesuaikan surat pesanan dengan
dokumen pengiriman barang (faktur).
( Format surat pesanan dapat dilihat pada lampiran 16 )
c. Dapat meneliti kesesuaian dokumen pengiriman barang dengan
jumlah, jenis dan kondisi barang dengan cermat.
Setelah menyesuaikan SP dengan faktur, hal yang dilakukan
selanjutnya adalah menyesuaikan faktur dengan jumlah, jenis dan
kondisi barang.
( Format faktur dapat dilihat pada lampiran 17)
d. Dapat melengkapi no. batch dan kadaluarsa pada bukti pengiriman
sesuai dengan fisik barang.
Tidak semua faktur sudah lengkap datanya, maka sebelum
diterima lengkapi terlebih dahulu no.batch dan tanggal kadaluarsanya,
karena akan membantu dalam proses pencatatan di kartu stock.
e. Dapat melakukan validasi bukti pengiriman.
Validasi bukti pengiriman adalah kegiatan yang telah disebutkan
di atas, yaitu menyesuaikan SP dengan faktur, kemudian faktur dengan
fisik / barang.

4.2.4 Melakukan tugas tugas administrasi.


a. Dapat melakukan penyimpanan resep resep sesuai aturan.
Di RSUD 45, khususnya di bagian apotek rawat jalanresep
dipisahkan berdasarkan poly / klinik tempat pasien diperiksa,

36
kemudian dipisahkan berdasarkan jenis pasiennya, yaitu umum dan
BPJS yang dibindel setiap harinya, jika terdapat resep yang berisi
narkotika maka dipisahkan untuk memudahkan dalam pencarian jika
akan dilakukan pelaporan dan sebagainya. Sedangkan untuk di apotek
rawat inap resep dipisahkan per ruangan, misalnya resep ruang bedah,
ruang anak, vip, dan sebagainya. Untuk resep narkotika, dipisahkan
dan disimpan di dalam lemari narkotika.
b. Dapat membuat laporan harian psikotropika dan narkotika.
Untuk pelaporan harian psikotropika dan narkotika dilakukan di
semua bagian baik di apotek rawat inap, apotek IGD maupun depo
OK dengan mencatat setiap mutasi obat ke dalam kartu stock dan akan
dilaporkan ke bagian instalasi farmasi setiap akhir bulan oleh bagian
sub unit.
c. Dapat membuat laporan bulanan psikotropika dan narkotika.
Untuk pelaporan bulanan menggunakan data dari kartu stok
gudang Instalasi Farmasi bukan dari laporan setiap apotek.Tujuannya
agar dalam membuat pelaporan menjadi lebih mudah dan angkanya
bulat. Laporan psikotropika dan narkotika setiap bulan dilaporkan
selambat - lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya dan
dilaporkan secara online maupun langsung dengan surat laporan
narkotika dan psikotropika.
d. Dapat membuat laporan pemakaian obat secara berkala.
Untuk laporan penggunaan obat harian, dilakukan secara
computerize, baik itu di instalasi farmasi, apotek, ataupun depo obat.
Setiap ada pengeluaran barang selalu di entry ke dalam komputer, jadi
secara otomatis pengeluaran atau pemasukan barang akan terpantau.
e. Dapat membuat laporan permintaan obat obatan ke supplier (PBF).
Obat atau alkes yang sudah mencapai bufferstock, akan
dilakukan pemesanan ulang kepada PBF, biasanya PBF ini sudah
menjadi langganan, jadi tidak perlu memilih kembali PBF mana yang
akan dipakai. Dalam SP ( Surat Pesanan ) dituliskan nama barang dan
jumlah yang akan dipesan, kemudian dikirim kepada PBF.

4.2.5 Melakukan pelayanan dan peracikan sediaan farmasi berdasarkan


kebutuhan dokter.
a. Dapat mengetahui proses pelayanan resep di rumah sakit .

37
Pelayanan resep di Rumah Sakit 45, salah satunya di apotek rawat
jalan adalah sebagai berikut :
a) Pasien datang dan memberikan resepnya sesuai dengan status
pasien ( BPJS dan Umum ).
b) Cek kelengkapan resepnya, kemudian pasien diberi nomor dan
petugas obat menuliskan nomor tersebut ke dalam resep.
c) Jika pasien tersebut kronis maka data pasien akan dientry ke dalam
komputer, jika tidak kronis maka akan disiapkan obatnya.
d) Setelah obat disiapkan baik diracik maupun tidak diracik maka
tugas selanjutnya yaitu memberi etiket pada obat tersebut.
e) Kemudian cek kembali kesesuaian antara obat dengan resepnya.
f) Panggil nama pasien beserta alamatnya, kemudian cocokan
nomornya, jika sudah sesuai berikan obatnya beserta informasi
yang dibutuhkan oleh pasien.
b. Dapat melakukan persiapan obat yang akan diracik / langsung
diserahkan.
Resep datang dari pasien BPJS maupun pasien Umum, ataupun
dari ruangan anak, ruangan penyakit dalam, ruangan kebidanan,
ruangan icu, ruangan paviliun, ruangan vip dan sebagainya, setelah
resep datang ke apotek :
a) Baca resep.
b) Cek kelengkapan resepnya.
c) Resep disiapkan kemudian serahkan kepada pasien.
c. Dapat melakukan peracikan untuk resep-resep racikan.
Ambil obat yang akan diracik sesuai dengan yang tertera pada
resep, kemudian masukkan obat tersebut ke dalam mortir gerus
sampai halus. Siapkan kertas perkamen sejumlah yang
ditentukan.Bungkus dan masukkan ke dalam plastik obat dan beri
etiket.
d. Dapat mengemas sediaan obat sesuai bentuk dan jenisnya.
Setelah selesai diracik lalu resep dibungkus sesuai dengan
bentuk dan jenisnya, baik puyer, kapsul sirup dan sebagainya.
( Contohkantong puyer RSUD 45 dapat dilihat pada lampiran 18 )
e. Dapat memberikan etiket / label yang tepat dan jelas sesuai dengan
resep dokter.

38
Setelah obat obatan yang tertera pada resep disiapkan maka
beri etiket sesuai bentuk sediaannya, untuk sediaan oral menggunakan
etiket berwarna putih, sedangkan untuk obat luar ( salep, krim, injeksi
dan sebagainya ) menggunakan etiket berwarna biru.
( Contoh etiket RSUD 45 dapat dilihat pada lampiran 19 )
f. Dapat melakukan pengecekan ulang atas kesesuaian etiket, jumlah
obat , signa dengan resep dokter
Setelah obat obatan siap untuk diberikan pada pasien cek
kembali kesesuaian antara nama obat, jumlah obat, signa dan
sebagainya untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.

4.2.6 Melakukan pendistribusian perbekalan kesehatan dari instalasi


farmasi ke unit unit yang lebih kecil.
Setiap harinya apotek rawat inap, apotek arwat jalan, apotek IGD
dan depo OK akan melakukan piket / mencatat barang barang yang
sudah kosong atau hampir habis ke dalam lembar amprahan atau lembar
permintaan yang akan diserahkan ke bagian instalasi farmasi. Kemudian
bagian instalasi farmasi akan memproses permintaan dari sub unit
tersebut dan akan mengantarkan barang tersebut ke bagian sub unit.
(Format lembar permintaan dari sub unit dapat dilihat pada lampiran
2)

39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telah penulis dapatkan selama prakerin di
RSUD 45 adalah sebagai berikut :
1. Penulis dapat mengetahui mengenai penyimpanan barang yang dilakukan
di RSUD 45, yaitu lebih banyak menggunakan sistem penyimpanan
barang berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaanya akan tetapi untuk
penyimpanan psikotropika dan narkotika dipisah yakni disimpan dilemari
khusus yang dapat dikunci.
2. Penulis dapat mengetahui gambaran dunia kerja yang sesungguhnya.
3. Penulis dapat memberikan informasi obat yang sederhana dan tepat seperti
aturan pakai dan cara pemakaian obat.
4. Penulis dapat mengetahui alur pelayanan resep (rawat inap dan rawat
jalan) di RSUD 45.
5. Penulis mampu melaksanakan target praktek lapangan dalam rangka
memenuhi standar kompetensi.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk DU / DI
1) Penyusunan obat berdasarkan alfabetisnya lebih disusun rapi
untuk memudahkan dalam pencarian dan pelayanan kepada
pasien.
2) Sebaiknya untuk palet obat menggunakan palet obat yang seragam
agar lebih terlihat indah dan rapi.
3) Lebih diperhatikan dalam hal pelayanan khususnya di apotek
rawat jalan, lebih sabar dalam menghadapi pasien.
4) Lebih menerapkan 5S ( senyum, sapa, salam, sopan dan santun )
dalam pelayanan kepada pasien.

5.2.2 Saran Untuk SMK Bakti Indonesia Kuningan


1) Lebih dipersiapkan dalam hal pembekalan materi kepada siswa /
siswi sebelum terjun langsung ke lapangan.

40
2) Untuk pemberian Materi ALKES alangkah lebih baiknya di berikan
kepada siswa / siswi dari mulai kelas X dalam mempersiapkan diri
menghadapi Prakerin.

41
DAFTAR PUSTAKA

Laporan prakerin RSUD45 kuningan tahun 2015


peraturan menkes RI No 58 tahun 2014,tentang rumah sakit
Anwar,K.2010.Ilmu resep,Bakti Husada : jakarta
Anief,M. 1997.Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada : jogjakarta
Anwar,K.2010.Undang-Undang Kesehatan. Bakti Husada : jakarta
Anwar,K. 2011,Manejemen Farmasi. Bakti Husada : jakarta

42

Anda mungkin juga menyukai