PENDAHULUAN
1
dimulai dari pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian sediaan farmasi
ke sarana pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
2
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di PT. Graha Sejati
Medika adalah 2 minggu terhitung sejak tanggal 16 s/d 28 September
dimana waktu prakteknya adalah :
Senin s/d Jumat : 08.30 – 12.00
12.00 – 16.00
Sabtu : 08.30– 14.00
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Perka BPOM.
2018).
Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan salah satu unit terpenting
dalam kegiatan penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas pelayanan kesehatan
seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko
obat agar dapat sampai ke tangan masyarakat. Apoteker sebagai penanggung
jawab di PBF harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi di PBF dimulai dari pengadaan, penyimpanan hingga
pendistribusian sediaan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Setiap PBF harus memiliki apoteker penanggung jawab yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat danatau bahan obat. Apoteker
penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.(Kementerian Kesehatan RI, 2011 )
Pedagang Besar Farmasi (PBF) tidak boleh lagi mengimpor obat dari
luar negeri. Registrasi obat impor hanya boleh dilakukan industri farmasi
dalam negeri yang mendapat persetujuan tertulis dari industri farmasi di luar
negeri. Ketentuan ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
1010/MENKES/PER/XI/2008 tanggal 3 November 2008 tentang Registrasi
Obat.(Kementerian Kesehatan RI, 2011 )
Berdasarkan Permenkes No. 1010 Tahun 2008 tentang registrasi obat,
registrasi obat baik produksi dalam negeri, obat impor, obat khusus untuk
ekspor, maupun obat yang dilindungi paten hanya bisa dilakukan industri
farmasi. Impor obat diutamakan untuk obat program kesehatan masyarakat,
obat penemuan baru dan obat yang dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi
di dalam negeri.(Kementerian Kesehatan RI, 2011)
4
2. Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi ke
sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi : apotek,
rumah sakit, toko obat berizin dan sarana pelayanan kesehatan
masyarakat lain serta PBF lainnya.
3. Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, perbekalan farmasi sehingga dapat di pertanggung
jawabkan setiap dilakukan pemeriksaan. Untuk toko obat berizin,
pendistribusian obat hanya pada obat-obatan golongan obat bebas
dan obat bebas terbatas, sedangkan untuk Apotek, rumah sakit dan
PBF lain melakukan pendistribusian obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras dan obat keras tertentu.
4. Untuk toko obat berizin,pendistribusian obat hanya pasa obat-obat
golongan obat bebas dab obat bebas terbatas, sedangkan untuk
apotek,rumah sakit dan PBF lain melakukan pendistribusian obat
bebas obat bebas bebas terbatas dan obat keras tertentu.
5
a. Menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat tersedia
saat diperlukan.
b. Terlaksananya pengamanan lalu lintas dan penggunaan obat tepat sampai
kepada pihak yang membutuhkan secara sah untuk melindungi
masyarakat dari kesalahan penggunaan atau penyalahgunaan.
c. Menjamin keabsahan dan mutu agar obat yang sampai ke tangan
konsumen adalah obat yang efektif, aman dan dapat digunakan sesuai
tujuan penggunaannya.
d. Menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi yang
dipersyaratkan, termasuk selama transportasi
6
mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup untuk
memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, serta
area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai
untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan
aman.
Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah,
terlindung dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta
dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Akses masuk ke area
penerimaan, penyimpanan dan pengiriman hanya diberikan kepada
personil yang berwenang yakni dengan adanya sistem alarm dan kontrol
akses yang memadai.
Selain itu harus disediakan area khusus, antara lain:
1. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat yang menunggu
keputusan lebih lanjut mengenai statusnya, meliputi obat yang
diduga palsu, yang dikembalikan, yang ditolak, yang akan
dimusnahkan, yang ditarik, dan yang kedaluwarsa dari obat yang
dapat disalurkan.
2. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat yang
membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai dengan
peraturan perundangundangan (misalnya narkotika).
3. Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat yang
mengandungbahan radioaktif dan bahan berbahaya lain yang dapat
menimbulkan risiko kebakaran atau ledakan (misalnya gas
bertekanan, mudah terbakar, cairan dan padatan mudah menyala)
sesuai persyaratan keselamatan dan keamanan. Bangunan dan
fasilitas penyimpanan harus bersih, bebas dari sampah dan debu
serta harus dirancang dan dilengkapi, sehingga memberikan
perlindungan terhadap masuknya serangga, hewan pengerat atau
hewan lain. Selain itu, ruang istirahat, toilet dan kantin untuk
personil harus terpisah dari area penyimpanan.
C. Perlengkapan PBF
Suatu PBF baru yang ingin beroperasi harus memiliki perlengkapan
yang memadai agar dapat mendukung pendistribusian obat jadi.
7
Perlengkapan yang harus dimiliki antara lain (Permenkes No 34 Tahun
2014 ) :
1. Peralatan dan tempat penyimpanan obat seperti lemari obat
jadi,lemari pendingin (kulkas), lemari untuk menyimpan produk
kembalian, container untuk pengiriman barang dan box es untuk
pengiriman obat dengan suhu penyimpanan rendah
2. Perlengkapan administrasi terkait dokumen penjualan, pembelian
dan penyimpanan. Dokumen tersebut seperti blanko pesanan,
blanko faktur, blanko faktur, bilyet giro, blanko faktur pajak, blanko
surat jalan, kartu stok obat, bukti penerimaan pembayaran, form
retur, blanko faktur pajak dan stempel PBF
3. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan
perundangundangan yang berhubungan dengan kegiatan di PBF.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan suatu
PBF adalah sebagai berikut: (Permenkes No 34 Tahun 2014 )
a. Harus ada izin dari Menteri Kesehatan RI
b. Dilakukan oleh badan hukum berbentuk perseroan
terbatas,koperasi, atau perusahaan modal asing yang telah
memiliki izin usaha industri farmasi indonesia dengan
perusahaan nasional.
c. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)
d. Memiliki apoteker penanggung jawab (AP)
e. Anggota direksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan
perundang-undangan di bidang farmasi.
8
Pelengkapan pengadaan barang adalah:
1. Estimasi pesanan barang
Sebelum membuat pesanan barang, terlebih dahulu harus membuat
perkiraan pemesanan barang yang berguna untuk menentukan
seberapa banyak kita menjua dan untuk menentukan jumlah stok
bulan berikutnya serta menghindari terjadinya penumpukan barang.
2. Surat pesanan (Purchase Order)
Surat ini dibuat setelah berdasarkan estimasi pesanan yang sudah
disetujui oleh semua pihak (team penjualan, marketing, bag.
Keuangan agen gudang dan pimpinan), surat pesanan ini dibagi
atas tiga macam. Surat pesanan obat keras tertentu (OKT), surat ini
berisikan nama dan jumlah pesanan obat OKT periode tertentu.
Surat pesanan obat prekursor, ini berisikan obat golongan prekursor
(jumlah dan nama obatnya). Obat prekursor adalah obat yang bisa
di salah gunakan, kegunaannya dari yang seharusnya. Contohnya
formalin, lacoldin, efedrin Hcl, quantidex tab, lapifed. Surat
pesanan obat bebas dan obat keras untuk periode tertentu dapat
digabungkan Perbedaan dari surat pesanan di atas adalah:
a. Jenis surat pesanan
b. Lembaran surat pesanan untuk golongan obat OOT dan
prekursor surat pesanannya dibuat terpisah sementara surat
pesanan obat keras bisa digabung dengan surat pesanan obat
bebas.
B. Penerimaan Barang ( Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012 )
Saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
1. Kebenaran nama, jenis, nomor batch, ED, jumlah dan kemasan harus
sesuai dengan surat pengantar atau pengiriman barang dan atau
faktur penjualan.
2. Kondisi kontainer pengiriman dan atau kemasan termasuk segel,
label dan atau penandaan.
3. Kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar
atau pengiriman barang dan atau faktur penjualan harus sesuai
dengan arsip surat pesanan.
9
4. Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan telah sesuai,
penanggung jawab fasilitas distribusi harus menandatangani surat
pengantar atau pengiriman barang dan atau faktur penjualan dan
dibubuhi stempel fasilitas distribusi. Kemudian dicatat pada kartu
stock.
C. Pendistribusian Perbekalan Farmasi ( Badan Pengawas Obat dan
Makanan,2012 )
Pedagang besar Farmasi (PBF) dalam hal pendistribusian obat
wajib menerapkan pedoman teknis CDOB. Pabrik Farmasi dapat
menyalurkan hasil produksinya langsung ke PBF, Apotik, Toko Obat
dan saran pelayanan kesehatan lainnya.
Cara distribusi Obat yang Baik (CDOB) yaitu memastikan bahwa
kualitas produk yang dicapai melalui CDOB dipertahankan sepanjang
jalur distribusi. PBF hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF lain,
dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik dan toko obat.
D. Penyimpanan ( Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012 )
Penyimpanan obat harus disesuaikan dengan suhu tertentu sesuai
jenis obatnya. Tetapi tidak semua obat harus disimpan pada suhu
tertentu, ada pula obat yang disimpan pada suhu normal. Pengaturan
suhu dilakukan dengan tujuan agar kualitas obat tetap terjaga.
Penyimpanan barang pada gudang berdasarkan :
a. Kelompok produk
Kelompok produk ini didasarkan pada OTC, Principal, Ethical
Brand, Generik dan Lisensi tetapi tetap dibedakan berdasarkan
bentuk sediaan obat, hal ini untuk mempermudah dalam memantau
stok obat dalam gudang, dan juga untuk menghindari kontaminasi
sehingga distribusi obat di monitoring.
b. Abjad
Penyusunan obat berdasarkan alphabet dilakukan agar dalam
mengakses atau mengambil obat lebih mudah dan cepat, karena telah
tersusun rapi berdasarkan susunan alphabet tersebut.
10
Barang yang datang pertama kali harus dikeluarkan terlebih dahulu
dari pada yang baru datang, agar tidak terjadi penumpukan barang
atau produk mati yang kemungkinan dapat kadaluarsa sehingga
berakibat pada kerugian.
d. First Expired First Out (FEFO)
Barang yang masa kadaluarsanya lebih awal harus dikeluarkan
terlebih dahulu dari pada masa kadaluarsanya yang masih lama. Hal
ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan penumpukan obat
kadaluarsa yang mengakibatkan kerugian.
e. Penarikan Kembali ( Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012 )
Proses ini dilakukan untuk suatu nomor batch atau satu kode
produksi tertentu yang dinyatakan tidak layak untuk dikonsumsi.
Contohnya setelah Balai POM melakukan pengamatan untuk produk
quantidex tab ditemukan ketidak cocokan dengan keadaan fisiknya,
maka balai POM memberi surat kepada pabrik untuk menarik
quantidex tab dari pasaran melalui distributor-distributor yang
memesan produk quantidex tersebut. Dari distributor akan mengirim
surat kepada pelanggan seperti toko obat, apotek dan rumah sakit.
II.6 Peraturan dan Perundang- undangan Sarana Distribusi Farmasi
Pasal 13
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat dan/atau bahan obat yang memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi
dan/atau sesama PBF.
3) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri
farmasi, sesama PBF dan/atau melalui importasi.
4) Pengadaan bahan obat melalui importasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) PBF Cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/atau bahan
obat dari PBF pusat.
11
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
12
1) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat
secara eceran.
2) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menerima dan/atau melayani
resep dokter.
Pasal 18
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau
PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. apotek;
b. instalasi farmasi rumah sakit;
c. puskesmas;
d. klinik; atau
e. toko obat
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF
dan PBF Cabang tidak dapat menyalurkan obat keras kepada toko obat.
4) Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dan PBF Cabang dapat
menyalurkan obat dan bahan obat kepada instansi pemerintah yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di wilayah
provinsi sesuai surat pengakuannya.
Pasal 20
PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat
keras berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola
apotek atau apoteker penanggung jawab.
Pasal 21
13
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada
industri farmasi, PBF dan PBF Cabang lain, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan.
2) Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan surat
pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker
penanggung jawab.
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) surat
pesanan untuk lembaga ilmu pengetahuan ditandatangani oleh pimpinan
lembaga.
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
14
1) Gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang dapat berada pada lokasi
yang terpisah dengan syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan
intern oleh direksi/pengurus dan penanggung jawab.
2) Dalam hal gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang berada dalam
lokasi yang terpisah maka pada gudang tersebut harus memiliki
Apoteker.
Pasal 26
Pasal 27
15
Pelaporan kegiatan PBF Menurut Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1148 / Menkes / Per / VI / 2011:
Pasal 30
a b c d
16
Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter. Tandanya berupa lingkaran hijau dengan garis tepi
berwarna hitam (gambar a). Contoh :multivitamin.
17
d. P.No.4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar
Contoh : Sulfanilamide
f. P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan ditelan
Contoh : Superhoid
3. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter. Ciri-cirinya adalah bertanda lingkaran bulat merah dengan garis
tepi berwarna hitam, dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis
tepi ( gambar 1 ). Obat ini hanya boleh dijual di apotek dan harus
dengan resep dokter pada saat membelinya Contohnya antibiotic
(amoksilin, klorampenikol), asam mefenamat, obat hipertensi
(hidroklortiazid, kaptopril). (Anonim, 2008).
4. Psikotropika
Psikotropika atau dulu lebih dikenal dengan nama obat keras
tertentu, sebenarnya termasuk golongan obat keras (gambar 1), tetapi
bedanya dapat mempengaruhi aktivitas psikis (Priyanto dan Batubara,
2008). Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Psikotropika,
psikotropika dibagi menjadi :
a) Golongan I, contohnya brolamfetamina dan etriptamina.
b) Golongan II, contohnya metamfetamina dan fenetilina.
c) Golongan III, contohnya amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital.
d) Golongan IV, contohnya barbital, allobarbital, alprazolam, aminorex,
delorazepam.
5. Narkotika
18
Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya
karena dapat menimbulkan adiksi (ketergantungan) dan toleransi. Obat
ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Dalam kemasannya
narkotika ditandai dengan lingkaran berwarna merah dengan dasar putih
yang didalamnya ada gambar palang medali berwarna merah (gambar
a) (Priyanto dan Batubara, 2008). Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika,narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a) Golongan I, contohnya, Opium, tanaman koka, daun koka, kokain
mentah, ganja, heroina,dll
b) Golongan II, contohnya , dipipanona, Morfina, dll.
c) Golongan III, contohnya, Dihidrokodenia, etilmorphina, kodeina, dll
6. Prekursor.
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia tertentu
yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri dan apabila disimpangkan dapat digunakan
dalam memproses pembuatan narkotika dan atau psikotropika.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:
647/MPP/Kep/10/2004), Berikut pembagian prekursor, yaitu :
a) Tabel I (14 jenis)
Anhidrida asetat, Asam N asetil antranilat Ephedrin, Ergometrin,
Ergotamin, Isosafrol, Asam Lisergat, 3,4-Metilenedioksi fenil-2
propanon, Norefedrin (Phenylpropanolamine (PPA) 1-fenil 2-
propanon Piperonal, Kalium Permanganat, Pseudoefedrin, Safrol.
b) Tabel II (9 jenis)
Acetone, Asam antranilat, Etil eter, Asam klorida, Metil etil
keton, Phenylacetic Acid, Piperidin, Asam sulfat, Toluen.
19
Obat-Obat Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan
syaraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan
di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku. ( Badan Pengawas Obat dan
Makanan No. 28. Tahun 2018).
Kriteria Obat-Obat Tertentu dalam Peraturan Badan ini terdiri atas
obat atau bahan obat yang mengandung: ( Badan Pengawas Obat dan
Makanan No. 28. Tahun 2018 )
a. Tramadol
b. Triheksifenidil
c. Klorpromazin;
d. Amitriptilin;
e. Haloperidol
II.8 Suhu
Produk farmasi (obat) menurut CPOB harus disimpan pada suhu (dan
kelembapan) tertentu untuk mencegah/meminimalkan risiko degradasi obat
yang tentu akan mengurangi kualitas dan keamanan obat. Selain pada semua
ruangan proses produksi dalam ruang bersih, pada penyimpanan di gudang
produk jadi juga harus dijaga suhu penyimpanannya. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemetaan suhu ruangan gudang untuk mengetahui sebaran suhu
gudang. Informasi sebaran suhu ini dapat dijadikan landasan untuk
mengetahui suhu di gudang masuk persyaratan yang telah ditentukan atau
tidak. Bila tidak, informasi pemetaan suhu dapat dijadikan rekomendasi
perbaikan gudang. ( WHO, 2011 ).
Suhu penyimpanan barang dibedakan menjadi 7 yaitu: ( FI Edisi IV)
a. Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8 derajat
b. Lemari pendingin memiliki suhu antara 2-8 derajat
c. Lemari pembeku mempunyai suhu antara -20 s/d -10 derajat
d. Sejuk adalah suhu antara 8 s/d 15 derajat. Kecuali dinyatakan lain dapat
disimpan di lemari pendingin
e. Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali
adalah suhu yang diatur antara 15 s/d 30 derajat.
f. Hangat adalah suhu antara 30 s/d 40 derajat
20
g. Panas berlebih adalah suhu diatas 40 derajat
Kecuali dinyatakan lain semua suhu di dalam farmakope dinyatakan
dalam derajat celcius dan semua pengukuran dilakukan pada suhu kamar
terkendali, yang dimaksud adalah suhu 15 dan 30 derajat. ( FI Edisi IV)
A. OWA No.1
Keputusan Menteri kesehatan Nomor: 347/MenKes/SK/VlI/1990
21
Norgestrel - etinil estradiol Linestrenoil –
etinil estradiol Etinodiol diasetat – etinil
estradiol Levonorgestrel- etinil estradiol
Norethindrone - mestranol Desogestrel
Papaverin/Hiosin Butil - bromide/Atropin
SO4/ ekstrak beladon Maksimal 20 tablet
Metamizole, Penpivennium bromide Maksimal 20 tablet
Metoklopramid HCL Maksimal 20 tablet
Hexetidine Maksimal 1 botol
Triamcinolone Acetonide Maksimal 1 tube
Salbutamol Maksimal 20 tablet
Maksimal 6 tablet sirup
Mebendazol 1 botol
Eritromisin Maksimal 1 tube
Betametason Maksimal 1 tube
Nistatin Maksimal1 tube
Ekonazol Maksimal 1 tube
Heparinoid/Heparin Na Maksimal 1 tube
Hidroquinon Maksimal 1 tube
22
Dexbrompheniramine Obat Keras
Malleat Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas
Diphenhydramine Terbatas Obat Bebas Terbatas
Docusate Sodium Obat Keras Obat Bebas
Obat Keras/Obat
Wajib
Hexetidin Apotik Obat Bebas Terbatas
Ibuprofen Obat Keras Obat Bebas Terbatas
Lidocain Obat Keras Obat Bebas Terbatas
Obat Keras/Obat
Wajib
Mebendazole Apotik Obat Bebas Terbatas
Oxymetazoline Obat Keras Obat Bebas Terbatas
Obat Keras dalam
Theophylline substansi Obat Bebas Terbatas
Obat Keras/Obat
Tolnaftate Wajib Apotik Obat Bebas
Triprolidine Obat Keras Obat Bebas Terbatas
C. OWA No. 2
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 924|MENKES/PER/X/1993
23
JUMLAH MAX TIAP
D.
NAMA OBAT JENIS OBAT PER
PASIEN
tab 200mg, 6 tab
Albendazol
tab 400mg, 3 tab
Bacitracin 1 tube
Benorilate 10 tablet
Bismuth subcitrate 10 tablet
Carbinoxamin 10 tablet
Clindamicin 1 tube
Dexametason 1 tube
Dexpanthenol 1 tube
Diclofenac 1 tube
Diponium 10 tablet
Fenoterol 1 tabung
Flumetason 1 tube
Hydrocortison butyrate 1 tube
tab 400 mg, 10 tab
Ibuprofen
tab 600 mg, 10 tab
Isoconazol 1 tube
kadar <2%
Ketokonazole
krim 1 tube
Levamizole tab 50 mg, 3 tab
Methylprednisolon 1 tube
Niclosamide tab 500mg, 4 tab
Noretisteron 1 siklus
Omeprazole 7 tab
Oxiconazole Kadar <2%,>
Pipazetate sirup 1 botol
Piratiasin Kloroteofilin 10 tablet
Pirenzepine 20 tablet
Piroxicam 1 tube
Polymixin B Sulfate 1 tube
Prednisolon 1 tube
Scopolamin 10 tablet
Silver Sulfadiazin 1 tube
Sucralfate 20 tablet
Sulfasalazine 20 tablet
Tioconazole 1 tube
Urea 1 tube
OWA No.3
24
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 1176/MENKES/SK/X/l 999
JUMLAH MAX TIAP
NAMA OBAT JENIS OBAT PER
PASIEN
Klemastin Max 10 tab
Mequitazin Max 10 tab / btl 60 ml
Orsiprenalin Max 1 tube inhaler
Prometasin teoklat Max 10 tab / btl 60 ml
Setirizin Max 10 tab
Siproheptadin Max 10 tab
Gentamisin Max 1 tube 5 g
Kloramfenikol Max 1 tube / btl 5 ml
Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga
dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar
royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan
obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat
aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama
(merek). Zat aktif amoxicillin misalnya, oleh pabrik ”A” diberi merek
”inemicillin”, sedangkan pabrik ”B” memberi nama ”gatoticilin” dan
seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut,
bahannya sama: amoxicillin. ( Anonim , 2011 )
1. Zat aktif
Dari sisi zat aktifnya (komponen utama obat) , antara obat generik
(baik berlogo maupun bermerek dagang), persis sama dengan obat
paten. Namun Obat generik lebih murah dibanding obat yang
dipatenkan. ( Anonim , 2011 )
2. Mutu
Mutu obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena bahan
bakunya sama. Ibarat sebuah baju, fungsi dasarnya untuk melindungi
25
tubuh dari sengatan matahari dan udara dingin. Hanya saja, modelnya
beraneka ragam. Begitu pula dengan obat. Generik kemasannya dibuat
biasa, karena yang terpenting bisa melindungi produk yang ada di
dalamnya. Namun, yang bermerek dagang kemasannya dibuat lebih
menarik dengan berbagai warna. Kemasan itulah yang membuat obat
bermerek lebih mahal. ( Anonim , 2011 )
26
sedangkan garis-garis putih menunjukkan OGB dapat digunakan oleh
berbagai lapisan masyarakat. ( Anonim , 2011 )
Obat paten atau specialite adalah obat milik perusahaan tertentu dengan
nama khas yang diberikan produsennya dan dilindungi hukum, yaitu merek
terdaftar (proprietary name). Dalam pustaka lain, obat paten adalah obat
yang memiliki hak paten (Jas, 2007; Depkes, 2010).
27
BAB III
28
2. Menyediakan produk bermutu guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan harga terjangkau dan berkualitas
III. 3 Kegiatan Sarana Distribusi PT. Graha Sejati Medika
Kegiatan perbekalan farmasi di PT. Graha Sejati Medika meliputi :
PIMPINAN
APOTEKER
PENANGGUNG
JAWAB
SUPERVISOR
29
BAB IV
PEMBAHASAN
PT. Graha Seati Medika adalah sebuah pedagang besar farmasi di Makassar
yang didirikan pada Dember 2003. PT. Graha Sejati Medika yang dipimpin oleh
Bapak Erianto Wong, Yang didampingi oleh Apoteker Penanggung Jawab, ibu
Irmayanti,. S.Farm, Apt
30
Pada saat penerimaan barang, pertama kali dilakukan adalah menerima bukti
permintaan barang dari pengantar obat kemudian melakukan pengecekan atau
pemeriksaan barang sesuai dengan faktur , jika terdapat ketidaksesuain PO maka
dari pihak PBF memberikan informasi kepada sales yang bersangkutan, dan jika
sesuai dengan PO maka dilakukan proses pembongkaran barang dan pemasukan
barang ke gudang sesuai dengan faktur pesanan obat. Setelah itu dilakukan
pengecekan fisik barang yang diterima meliputi nama barang, bentuk dari sediaan
obat, nomor batch, dan expire date, jumlah, kemudian dilakukan pengecekan fisik
dan kemasan dari obat.
Penjualan barang (obat) PBF PT. Graha Sejati Medika hanya menyalurkan
obat kepada PBF lain, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan toko obat
(selain obat keras), melalui surat pesanan (SP) dari apotek melalui sales dan dapat
pula melakukan pemesanan melalui via telfon atau whatsapp. Kemudian orderan
disampaikan ke pada fakturis yang telah di periksa oleh apoteker, setelah itu
orderan atau pesanan di fakturkan dan disiapkan.Pengeluaran barang yaitu dengan
mengeluarkan barang-barang yang telah di periksa kelengkapan dari barang
31
tersebut, berdasarkan faktur penjualan kemudian dilakukan penyiapan dan
pengemasan barang, dan setelah barang siap untuk dikirim, dan di cek kembali
berapa banyak yang akan dikirim ke masing-masing Apotek, setelah itu
dipisahkan barang yang akan dikirim ke luar daerah dan dalam daerah, dan siap
untuk dikirim.
Adapun pelaporan yang dipakai di PT. Graha Sejati Medika yaitu pelaporan
sebanyak 3 kali dalam setahun (tri wulan) melalui E-Report. Dulu sebelum
muncul E-Report, perusahaan harus menyurat ke Dinas Kesehatan provinsi,
kemudian ditembuskan ke Balai Besar POM setempat untuk melakukan
pelaporan. Sedangkan sistem peloporan untuk Obat- obat tertentu (OOT) dan
Prekursor dilakukan melaui E- NAPZA.
32
BAB V
PENUTUP
V. I Kesimpulan
V. 2 Saran
33
b. Diharapkan agar mampu menerapkan CDOB yang lebih maksimal,
agar bisa menjadi PBF yang lebih berkualitas dan lebih baik untuk
kedepannya lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor 28 tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan. Jakarta: Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI.
34
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MENKES/SK/X/1999 Tentang
Daftar Obat Wajib Apotik No.3. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
35