PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
a. Menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat tersedia
saat diperlukan.
b. Terlaksananya pengamanan lalu lintas dan penggunaan obat tepat sampai
kepada pihak yang membutuhkan secara sah untuk melindungi
masyarakat dari kesalahan penggunaan atau penyalahgunaan.
c. Menjamin keabsahan dan mutu agar obat yang sampai ke tangan
konsumen adalah obat yang efektif, aman dan dapat digunakan sesuai
tujuan penggunaannya.
d. Menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi yang
dipersyaratkan, termasuk selama transportasi
Pasal 13
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat dan/atau bahan obat yang memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi
dan/atau sesama PBF.
3) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri
farmasi, sesama PBF dan/atau melalui importasi.
4) Pengadaan bahan obat melalui importasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) PBF Cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/atau bahan
obat dari PBF pusat.
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 17
1) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat
secara eceran.
2) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menerima dan/atau melayani
resep dokter.
Pasal 18
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau
PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. apotek;
b. instalasi farmasi rumah sakit;
c. puskesmas;
d. klinik; atau
e. toko obat
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF
dan PBF Cabang tidak dapat menyalurkan obat keras kepada toko obat.
4) Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dan PBF Cabang dapat
menyalurkan obat dan bahan obat kepada instansi pemerintah yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di wilayah
provinsi sesuai surat pengakuannya.
Pasal 20
PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat
keras berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola
apotek atau apoteker penanggung jawab.
Pasal 21
1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada
industri farmasi, PBF dan PBF Cabang lain, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan.
2) Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan surat
pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker
penanggung jawab.
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) surat
pesanan untuk lembaga ilmu pengetahuan ditandatangani oleh pimpinan
lembaga.
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
1) Gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang dapat berada pada lokasi
yang terpisah dengan syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan
intern oleh direksi/pengurus dan penanggung jawab.
2) Dalam hal gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang berada dalam
lokasi yang terpisah maka pada gudang tersebut harus memiliki
Apoteker.
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 30
1. Obat Bebas
a b c d
Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter. Tandanya berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam
(gambar a). Contoh :multivitamin (Umar, 2005).
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa
resep dokter,tapi disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus untuk obat
ini adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam ( gambar b).
Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus lingkaran biru,
diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat, karena hanya dengan
takaran dan kemasan tertentu, obat ini aman dipergunakan untuk pengobatan
sendiri. Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih
pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam. Adapun tanda-tanda peringatan
dari obat tersebut adalah sebagai berikut :
a. P.No.1 Awas Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya
c. P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan
3. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
Ciri-cirinya adalah bertanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna
hitam, dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi ( gambar 1 ). Obat
ini hanya boleh dijual di apotek dan harus dengan resep dokter pada saat
membelinya (Anonim, 2008). Contohnya antibiotic (amoksilin,
klorampenikol), asam mefenamat, obat hipertensi (hidroklortiazid, kaptopril).
4. Psikotropika
Psikotropika atau dulu lebih dikenal dengan nama obat keras tertentu,
sebenarnya termasuk golongan obat keras (gambar 1), tetapi bedanya dapat
mempengaruhi aktivitas psikis (Priyanto dan Batubara, 2008). Berdasarkan
UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika dibagi menjadi :
a) Golongan I, contohnya brolamfetamina dan etriptamina.
b) Golongan II, contohnya metamfetamina dan fenetilina.
c) Golongan III, contohnya amobarbital dan pentobarbital.
d) Golongan IV, contohnya diazepam dan lorazepam (Anonim, 1997)
5. Narkotika
PIMPINAN
APOTEKER
PENANGGUNG
JAWAB
APOTEKER
PENANGGUNG
JAWAB
PEMBAHASAN
PT. Graha Seati Medika adalah sebuah pedagang besar farmasi di Makassar
yang didirikan pada Dember 2003. PT. Graha Sejati Medika yang dipimpin oleh
Bapak Erianto Wong, Yang didampingi oleh Apoteker Penanggung Jawab, ibu
Irmayanti,. S.Farm, Apt
PENUTUP
V. I Kesimpulan
V. 2 Saran