Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS MUTU SAMPEL DARI PROSES BIODIESEL

DI PT LDC INDONESIA

Oleh

AGIL AR RAUF

NIS 145983

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


SMK-SMAK PADANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN

LAPORAN INI DISUSUN BERDASARKAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI


LABORATORIUM PT LDC INDONESIA, TELAH DI PERIKSA DAN DISETUJUI PADA
TANGGAL: ......................................2017

Quality Manager Pembimbing

Firman Taufan Tirto Raharjo


HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH

LAPORAN INI DISUSUN BERDASARKAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI


LABORATORIUM PT LDC INDONESIA DAN TELAH DIPERIKSA SERTA DISETUJUI
PADA TANGGAL: ........................................

Pembimbing

Eli Gusti S.Pd


NIP 19720919 200212 2 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik kerja industri ini dengan judul
ANALISIS MUTU SAMPEL PADA BIODIESEL DI PT LDC INDONESIA. Laporan ini
disusun sebagai tugas akhir PRAKERIN yang dilaksanakan dari tanggal 10 Juli 2017 sampai 10
Desember 2017. Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat bimbingan, petunjuk, saran,
dukungan moril maupun materil dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Nasir, selaku Kepala Sekolah SMK SMAK PADANG
2. Bapak Firman selaku Quality Manager PT LDC Indonesia
3. Bapak Taufan Tirto Raharjo selaku pembimbing prakerin di PT LDC Indonesia
4. Ibu Eli Gusti, selaku guru pembimbing sekolah
5. Seluruh staf dan karyawan PT LDC Indonesia, teristimewa staff dan karyawan
Laboratorium Quality Control PT LDC Indonesia (Kak Diah, Kak Asariyanto, Kak
Faried, Kak Dedi, Kak Eko, Kak Fauzi, Kak Romi, Kak Anda)
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan
7. Teman-teman Alphabet Union 50 yang telah ikut membantu Serta semua pihak yang
telah membantu demi tercapainya tujuan laporan ini

Penyusunan laporan ini telah di usahakan semaksimal mungkin, namun penulis menyadari
tentu masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam
memperluas cakrawala pengetahuan penulis dan para pembaca.

Bandar Lampung, 10 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ii
HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri 5

1.2.1 Tujuan Umum 5


1.2.2 Tujuan Khusus 5
1.3 Manfaat Praktik Kerja Industri 5

1.3.1 Manfaat Bagi Siswa 5


1.3.2 Manfaat Bagi Sekolah 5
1.3.3 Manfaat Bagi Perusahaan 6

BAB II PROFIL PERUSAHAAN


2.1 Sejarah PT LDC Indonesia 7
2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan 8
2.2 Struktur Organisasi 8
2.3 Gambaran Proses Industri 11
2.3.1 Produk yang dihasilkan / Komoditi 11
2.3.2 Proses Produksi 11
2.3.2.1 Proses reaksi Transesterifikasi 15
2.3.2.2 Proses Pencucian 16
2.3.2.3 Proses Pengeringan 17
2.3.2.4 Proses Rectyfication Section 17
2.3.2.5 Proses Glyserin Water Evaporation Section 18
2.4 Ruang Lingkup Laboratorium 18
2.4.1 Kebijakan Perusahaan 18
2.4.1.1 Kebijakan Mutu 18
2.4.1.2 Kebijakan Halal 19
2.4.2 Dasar dasar Pengolahan 19
2.4.2.1 Fungsi Laboratorium 19
2.4.2.2 Keselamatan Kerja 20
2.4.2.3 Keselamatan Kerja Karyawan 20
2.4.2.4 Ketenagakerjaan 21

BAB III PELAKSANAAN PRAKERIN


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Prakerin 23
3.1.2 Waktu Pengujian 23
3.2.2 Tempat Pengujian 23
3.2 Pengujian yang dilakukan Pada Analisis Mutu Sampel dari Proses Biodeisel 23
A. Analisis Pada feed RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) 23
B. Analisis Pada FAME (Fatty Acid Methyl Ester) 23
3.3 Tinjauan Pustaka 24
A. RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) 24
B. FAME (Fatty Acid Methyl Ester) 24
3.4 Tinjauan Pustaka Parameter Pengujian 25
A. Analisa FFA (Free Fatty Acid) 25
B. Analisa AV (Acid Value) 25
C. Analisa Moisture 26
D. Analisa Ester Content 26
E. Analisa Flash Point 27
F. Analisa Density 27
G. Analisa MG, DG dan TG 28
H. Analisa Water and Sediment 30
3.5 Metodologi Pengujian 31
1. Analisa FFA (Free Fatty Acid) 31
2. Analisa AV (Acid Value) 33
3. Analisa Moisture 34
4. Analisa Ester Content 35
5. Analisa Flash Point 38
6. Analisa Density 39
7. Analisa MG, DG dan TG 40
8. Analisa Water and Sediment 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengujian 44
4.1.1 Standar Spesifikasi untuk Analisis Sampel FAME 44
4.1.2 Standar Spesifikasi untuk Analisis Sampel Feed RBDPO 45
4.1.3 Hasil Analisis Kualitas Sampel Pada Proses Biodiesel 46
4.1.3.1 Hasil Analisis Kualitas Sampel feed RBDPO dan FAME September 46
4.1.3.2 Hasil Analisis Kualitas Sampel feed RBDPO dan FAME Oktober 46
4.2 Pembahasan 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 52
5.2 Saran 52
5.2.1 Saran Untuk Perusahaan 52
5.2.2 Saran Untuk Penulis 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 55
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit 1


Tabel 2. Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit 1
Tabel 3. Komposisi Asam Lemak dalam Kelapa Sawit 29
Tabel 4. Berat timbangan sampel 31
Tabel 5. Standard mutu untuk FAME (Fatty Acid Methyl Ester) 44
Tabel 6. Standar PORAM (Palm Oil Refiners Association of Malayan) RBDPO 45
Tabel 7. Hasil Analisis Feed RBDPO tanggal 11-16 september 2017 45
Tabel 8. Hasil Analisis FAME tanggal 11-16 september 2017 46
Tabel 9. Hasil Analisis Feed RBDPO tanggal 5-11 Oktober 2017 46
Tabel 10. Hasil Analisis FAME tanggal 5-11 Oktober 2017 47
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Buah sawit dan bagian-bagiannya 2


Gambar 2. Diagram alir pengolahan kelapa sawit 2
Gambar 3. Reaksi Transeserifikasi 12
Gambar 4. Flow Process Biodiesel Plant 13
Gambar 5. RBDPO (Refined Bleached Palm Oil) 24
Gambar 6. Reaksi Hidrolisa Minyak Kelapa Sawit 25
Gambar 7. Struktur trigliserida 28
Gambar 8. Struktur monogliserida dan digliserida 30
Gambar 9. Reaksi Saponifikasi 48
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan dan Laboratorium 56


Lampiran 2. Raw Material dan Produk PT LDC Indonesia 57
Lampiran 3. Diagram Alir proses Biodiesel 58
Lampiran 4. Contoh sampel FAME dan Form request analisa 60
Lampiran 5. Alat dan Reagent yang digunakan untuk analisa 61
Lampiran 6. Contoh perhitungan 66
Lampiran 7. Foto Perusahaan dan Laboratorium 68
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak kelapa sawit diperoleh dari hasil pengolahan buah kelapa sawit segar dengan
kandungan asam lemak yang bervariasi, baik dalam panjang maupun struktur rantai karbonnya.
Panjang rantai karbon dalam minyak kelapa sawit berkisar antara atom karbon C12-C20.
Komposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa sawit sangat menentukan sifat
fisik dan kimianya.

Asam Lemak Jumlah (%)


Asam kaprilat -
Asam kaproat -
Asam miristat 0,9 1,5
Asam palmitat 41,8 46,8
Asam laurat 0,1 1,0
Asam stearat 4,2 5,1
Asam palmitoleat 0,1 0,3
Asam oleat 37,3 40,8
Asam linoleat 9,1 11,0
Sumber : Hui, 1996
Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit

Sifat Jumlah
Bilangan Penyabunan (mg KOH/ mg
190,1 - 201,7
minyak)
Bilangan iod (wijs) 50,6 - 55,1
Melting point (0C) 31,1 - 37,6

Indeks refraksi (500C) 1,455 - 1,456

Tabel 2. Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit


Kelapa sawit merupakan sumber bahan baku penghasil minyak terefisien dibandingkan
dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Salah satunya adalah sebagai bahan baku
pembuatan bioenergi, yaitu biodiesel. Secara garis besar, minyak kelapa sawit dihasilkan dari
pengolahan daging buah menjadi CPO (crude palm oil) dan pengolahan inti buah atau kernel
yang menjadi PKO (palm kernel oil).

Gambar 1. Buah sawit dan bagian-bagiannya

Produk-produk turunan minyak kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku
biodiesel di antaranya CPO ( crude palm oil ) CPO low grade, RBD stearin, RBDPO, dan RBD
olein. Sebelum diolah menjadi biodiesel, CPO membutuhkan proses pemurnian (Degumming)
yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang terdapat dalam minyak,
seperti gum dan fosfatida. Secara umum, proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO dan
PKO ditnjukkan oleh gambar berikut.

Gambar 2. Diagram alir pengolahan kelapa sawit


Di Indonesia sendiri, perkebunan kelapa sawit sudah dikembangkan dalam skala besar dan
saat ini Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak kelapa sawit terbesar. Oleh
sebab itu, minyak kelapa sawit ini sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi bioenergi
karena pasokan untuk bahan baku pembuatan biodiesel tersedia dengan cukup banyak di
Indonesia. (Djalal Romansyah, September 2012)

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkil ester dari rantai

panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternative bagi bahan bakar dari mesin diesel dan

terbuat dari sumber terbaharui sepetri minyak nabati atau lemak hewan. (Soerawidjaja,2005;

National Biodiesel Board NBB, 2003).

Biodiesel merupakan bahan bakar dari proses transesterifikasi lipid untuk mengubah minyak

dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang lemak bebas. Setelah melewati proses ini

tidak seperti minyak nabati langsung biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan

diesel dari minyak bumi dan dapat menggantikan minyak bumi dalam banyak kasus. Namun

biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum. (Anggi Yudi

Tiawarman, 31 May 2013 )

Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat pengganti bensin

dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Diesel. Pemerintah Indonesia

telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan

hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu

solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.

Biodiesel pertama kali dikenalkan di Afrika selatan sebelum perang dunia II sebagai bahan

bakar kenderaan berat. Minyak sawit didominasi oleh trigliserida sehingga memiliki viskositas

dinamik yang sangat tinggi dibandingkan dengan solar (bisa mencapai 100 kali lipat, misalkan

pada Castor Oil). Oleh karena itu, penggunaan minyak sawit secara langsung di dalam mesin
diesel umumnya memerlukan modifikasi/tambahan peralatan khusus pada mesin, misalnya

penambahan pemanas bahan bakar sebelum sistem pompa dan injektor bahan bakar untuk

menurunkan angka viskositas. Viskositas (atau kekentalan) bahan bakar yang sangat tinggi akan

menyulitkan pompa bahan bakar dalam mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Aliran bahan

bakar yang rendah akan menyulitkan terjadinya atomisasi bahan bakar yang baik. Buruknya

atomisasi berkorelasi langsung dengan kualitas pembakaran, daya mesin, dan emisi gas buang.

Konsep penggunaan minyak tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pembuatan bahan bakar

sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel (Jerman, 1858-1913)

mengembangkan mesin kompresi pertama yang secara khusus dijalankan dengan minyak

tumbuh-tumbuhan. Mesin diesel atau biasa juga disebut Compression Ignition Engine yang

ditemukannya itu merupakan suatu mesin motor penyalaan yang mempunyai konsep penyalaan

di akibatkan oleh kompressi atau penekanan campuran antara bahan bakar dan oxygen didalam

suatu mesin motor, pada suatu kondisi tertentu. Konsepnya adalah bila suatu bahan bakar

dicampur dengan oxygen (dari udara) maka pada suhu dan tekanan tertentu bahan bakar tersebut

akan menyala dan menimbulkan tenaga atau panas. Pada saat itu, minyak untuk mesin diesel

yang dibuat oleh Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayuran. Tetapi

karena pada saat itu produksi minyak bumi (petroleum) sangat melimpah dan murah, maka

minyak untuk mesin diesel tersebut digunakan minyak solar dari minyak bumi. Hal ini menjadi

inpirasi terhadap penerus Karl Diesel yang mendesain motor diesel dengan spesifikasi minyak

diesel.
1.2 Tujuan praktik kerja industri
1.2.1 Tujuan umum
1. Mengembangkan dan menerapkan hasil pembelajaran baik dari segi teori maupun praktik
yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan di SMK-SMAK padang
2. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan sikap profesional siswa dalam rangka
memasuki dunia kerja
3. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam dunia kerja,
diantaranya struktur organisasi, disiplin, lingkungan, dan sistem kerja
4. Memperoleh masukan-masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di Sekolah Menengah Analis Kimia Padang
5. Menjalin hubungan baik antara pihak sekolah dengan pihak industri
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui secara langsung proses Biodiesel di plant LDC Indonesia
2. Siswa mampu menganalisis sampel pada proses Biodiesel sesuai prosedur yang
ditetapkan oleh PT LDC Indonesia
3 Siswa dapat mempelajari pengaruh temperature dan waktu pada proses transesterifikasi
4. Siswa dapat mempelajari pengaruh katalis pada pembuatan biodiesel

1.3 Manfaat Praktik Kerja Industri


1.3.1 Manfaat Bagi Siswa
a. Menberi motivasi kepada siswa agar terpacu untuk terjun langsung kedalam dunia
industri.
b. Menerapkan teori yang diperoleh dari sekolah terhadap masalah yang terjadi di dunia
kerja.
c. Memperoleh pengalaman dan keterampilan operasional yang akan membentuk jiwa
profesional.

1.3.2 Manfaat Bagi Sekolah


a. Memperoleh umpan balik informasi atau teknologi antara instansi atau siswa.
b. Memperoleh bahan dasar bagi study pengembangan pendidikan.
c. Memperoleh kerja sama antara perguruan tinggi dan instuisi atau perusahaan.
1.3.3 Manfaat Bagi Perusahaan / Lembaga Lokasi Praktik Kerja Industri
a. Memperoleh bantuan tenaga kerja sementara yang mempunyai latar belakang pendidikan
yang memadai dalam bidangnya masing-masing.
b. Memperoleh kesempatan untuk menjaring calon tenaga kerja yang profesional dan
terdidik.
c. Memperoleh bahan masukan dari peserta Praktik Kerja Industri sebagai sarana kontrol
kebijakan.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT LDC Indonesia membuka kantor pertamanya di Indonesia pada tahun 2001 di Jakarta.
Sejak saat itu, telah menjadi pemain kunci di sektor agroindustri yang berfokus pada minyak,
kopi, gula, biji-bijian, dan kapas. Dan merupakan perusahaan yang aktif dalam komoditas ekspor
berupa Olein, Stearin, Crude gliserin, dan Biodiesel. Di Indonesia, PT LDC memproduksi,
memproses, dan mengirimkan masukan bahan baku yang menjadi jantung sistem agroindustri
modern.

PT LDC Indonesia Kemudian membuka perusahaan baru di Lampung yang berdiri pada
tahun 2013. Proses Refinery dan Fractionation di PT LDC Indonesia mulai beroperasi pada bula
Juni 2014 dan memiliki kapasitas pengolahan 2.000 ton minyak sawit per hari, untuk
penyulingan dan fraksinasi.

PT LDC Indonesia Panjang, Bandar Lampung mengalami kemajuan yang sangat pesat,
sehingga memungkinkan untuk memulai produksi Biodiesel yang mulai beroperasi pada bulan
Februari 2015 Dan diresmikan pada tanggal 6 APRIL 2016 oleh CEO LDC Global Gonzalo
Ramirez Martiarena, Gubernur Lampung M Ridho Ficardo, Direktur Bioenergi ESDM Sudjoko
Harsono Adi, Dubes Swiss untuk Indonesia Yvonne Baumann dan Wali Kota Bandar Lampung
Herman HN.

PT LDC Indonesia merupaka perusahaan biodiesel milik LDC ( Louis Dryfus Company )
yang pertama di Asia dan pabrik LDC ke-lima di dunia setelah pembangunan pabrik biodiesel di
Argentina, Jerman, dan Amerika Serikat. Pendirian pabrik biodiesel pertama di Asia ini untuk
memenuhi kebutuhan Indonesia sebagai market utama. Indonesia sebagai negara terbesar
penghasil sawit menjadi alasan utama kebutuhan bahan bakar kendaraan yang lebih efisien dan
murah. Biodisel LDC Indonesia memproduksi FAME/Biodisel dengan kapasitas produksi
tahunan hingga 420.000 ton Palm Methyl Ester (PME) dan 50.000 ton gliserin mentah. Pada saat
ini PT LDC Indonesia Bandar Lampung dipimpin oleh bapak Arie Rizki.
2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan
Visi :
Menciptakan lingkungan kerja yang aman di manapun kami beroperasi di seluruh dunia,
memastikan orang-orang kami kembali ke rumah dengan selamat dan tanpa cedera setiap
hari, dan dengan dampak minimal terhadap lingkungan
Misi :
Untuk menggunakan pengetahuan dan jangkauan global untuk membawa produk yang tepat
untuk lokas yang tepat pada waktu yang tepat.
Motto :
Memenuhi dan memberi kebutuhan pelanggan.

2.2 Struktur Organisasi


Struktur organisasi adalah suatu susunan dari hubungan antara tiap bagian serta posisi
yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan
kegiatan pekerjaan yang satu dengan yang lain. Adanya struktur organisasi menunjukkan bahwa
suatu organisasi atau perusahaan telah ada pelimpahan serta pembagian tugas, wewenang, dan
tanggung jawab penuh kepada pemilik perusahaan.

Diagram struktur organisasi umum PT LDC Indonesia dimulai dari jabatan Plant
Manager yang membawahi Production Manager, Quality Manager, Engineering Utility
Manager, PPIC (Production Planning Inventory Control), HRGA Manager, Manager SHE
(Safety, Health Environment), Controller,dan Finance Manager. Adapun tugas dari masing-
masing departement tersebut adalah sebagai berikut :
a. Plant Manager
Plant Manager berwenang untuk mengendalikan dan mengarahkan seluruh
aktivitas di sekitar area operasional pabrik serta mengatur dan memimpin seluruh area
fungsional termasuk Production Manager, Quality Manager, Engineering Utility
Manager, PPIC (Production Planning Inventory Control), HRGA Manager, Manager
SHE (Safety, Health Environment), Controller,dan Finance Manager.
b. Production Manager
Tujuan Manajer Produksi adalah untuk mengelola, memimpin, dan
mengendalikan departemen produksi untuk menghasilkan produksi sesuai dengan
rencana produksi untuk memelihara dan mengontrol pelaksanaannya untuk mencapai
target produksi sesuai dengan kebijakan, prosedur, dan standar yang telah ditetapkan.

c. Quality Manager
Tujuan Manajer Quality adalah untuk menentukan standar pemakaian bahan
kimia dan prosedur kerja, menentukan tindakan untuk mencegah terjadinya produk yang
berada diluar standar, menentukan apakah suatu jenis produk dapat dikirim atau tidak,
serta mengambil keputusan mengenai produk non standar apakah harus dikerjakan ulang
atau di reject.

d. Engineering Utility Manager


Tujuan Manajer Engineering Utility adalah untuk mengelola, memimpin, dan
mengendalikan departemen engineering untuk memberikan layanan maintenance
menyeluruh untuk seluruh asset utility, instrumen listrik umum, bangunan, dan
pemesinan lini produksi sebagai bentuk upaya menjaga performa aset berdasar pada
utilitas kapasitas aset dan waktu pakai sesuai anggaran perusahaan, kebijakan, dan
prosedur standar.

e. PPIC (Production Planning Inventory Control)


Tujuan PPIC adalah untuk mengelola, memimpin, dan mengendalikan
departemen logistic dalam menjaga aspek supply chain di pabrik, seperti perencanaan dan
pengendalian produksi, manajemen gudang, dan manajemen pengadaan barang agar tetap
terjaga untuk mencapai target produksi pabrik sesuai dengan kebijakan perusahaan dan
prosedur standar.
f. HRGA Manager
Tujuan Manajer HRGA adalah mengelola, memimpin, dan mengendalikan
departemen HR (Human Resource) untuk memberikan layanan sumber daya manusia
yang menyeluruh termasuk administrasi pekerja, pengembangan sumber daya (rekrutasi,
pelatihan, dan pengembangan karir), hubungan antar pekerja, general affair, dan
keamanan untuk mendukung tercapainya target rencana strategis dan operasional pabrik
dalam jangka panjang dan jangka pendek sesuai dengan anggaran HR, kebijakan,
prosedur, dan panduan.

g. SHE Manager (Safety, Health, and Environment)


Tujuan Manajer SHE (Safety, Health, and Environment) adalah untuk mengatur
dan memimpin departemen SHE untuk menjaga pemenuhan peraturan standar dan
prosedur SHE baik yang berasal dari perusahaan dan pemerintah terkait area sumber air,
pabrik dan lini distribusi produk untuk menghindari dan mengantispasi kecelakaan SHE
di lingkungan kerja sekaligus meminimalkan gangguan terhadap aktivitas bisnis.

h. Controller
Tujuan Controller adalah menjadi koordinator administrasi pabrik,
pengadministrasian, dan ketepatan laporan atau data antar bagian dan data pabrik,
pembuatan PR manual (budgeting pabrik), dan kelancaran produksi yang berkaitan
dengan Production Order (PO).

i. Finance Manager
Tujuan Manajer Finansial adalah untuk memaksimalkan nilai yang dimiliki
perusahaan atau memberikan nilai tambah terhadap asset yang dimiliki oleh pemegang
saham. Dan juga melakukan planning atau perencanaan keuangan, budgeting atau
anggaran, controlling atau pengendalian keuangan, auditing atau pemeriksaan keuangan,
dan reporting atau pelaporan keuangan.
2.3 Gambaran Proses Industri dan Komoditi
2.3.1 Produk yang dihasilkan / Komoditi
Produk yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit mentah CPO (crude palm
oil) yang diproduksi di PT LDC Indonesia :
RBDPO (Refinery Bleached Deodorized Palm Oil)
Olein
Stearin
PFAD (Palm Fatty Acid Destilate)
Biodisel
Crude Glyserin

2.3.2 Proses Produksi

PT. LDC Indonesia memulai produksi Biodiesel yang mulai beroperasi pada bulan
Februari 2015 dan di resmikan pada tanggal 6 April 2016 dan menjadi perusahaan Biodesel
milik LDC pertama di Asia dan pabrik LDC ke-lima di dunia.
Dalam proses pembuatan Biodiesel di PT LDC (Louis Dreyfus Company) Indonesia
melewati proses Transesterifikasi, Washing, Pengeringan, Rectyfication Section dan Glyserin
Water Evaporation Section yaitu :

Proses Transesterifikasi, merupakan proses transformasi kimia molekul trigliserida


yang besar, bercabang dari minyak nabati dan lemak menjadi molekul yang lebih
kecil, molekul rantai lurus dan hampir sama dengan molekul dalam bahan bakar
diesel. Minyak nabati bereaksi dengan alkohol (biasanya menggunakan metanol)
dengan bantuan katalis basa yang menghasilkan alkil ester.
Gambar reaksi Transesterifikasi :

Gambar 3. Reaksi Transeserifikasi

Proses pencucian bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan


seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55C.
Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).

Proses pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil
ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130C. Pengeringan
dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95C
secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada
alat pengering.

Proses Rectyfication Section bertujuan untuk memisahkan gliserin dengan fatt matter
yang terdapat di dalam crude gliserin dengan cara di reaksikan dengan asam dan di
pisahkan dengan bantuan alat separator, berdasarkan massa jenisnya.

Proses Glyserin Water Evaporation Section bertujuan untuk memurnikan crude


gliserin dari metanol, sodium metilat, air dan zat pengotor lain dengan bantuan vakum
destilation untuk mendapatkan crude gliserin 80%.
Flow process Biodiesel :

Raw Material

MeOH Filtering

Catalyst

Pre-Reactor 163
MeOH
RI

Catalyst

st
1 Loop Glycerine to
MeOH
Reactor 163 V1 hold up vessel
163 V8
Catalyst

nd Recovery
2 Loop MeOH
MeOH
Reactor 163 V2

Catalyst

3rd Loop
Reactor 163 A1

163 V3A

Citric Acid Flash Chamber


163 V4

Water Glycerine from


166 V1
Washing FAME
Buffer Tank 163
V7
Washing FAME
Buffer Tank 163
V7

Water Crude Heavy Centrifugal


Glycerine Phase to Separator
166 V2 163 S2
HCl
Acidification
Reactor 166 Light Phase
V2 to 163 S1

Centrifugal NaOH
Separator FAME
166 S1 Buffer Tank
Citrit Acid 163 V20

Water
Fatty Matter Netralisasi Centrifugal
Crude Separator
Glycerine 163 S20
166 A1
Fatty Matter
Storage Tank

Glycerine Buffer FAME


Vessel 166 V3 Destilation
Column 163
C1

Crude Glycerine
Destilation
Column FAME Cooler

Crude
Glycerine to FAME to
Storage Tank Storage Tank

Gambar. 4 Flow Process Biodiesel Plant


Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari trigliserida. Trigliserida
merupakan penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani, sehingga dapat dikatakan
bahwa biodiesel bisa dibuat dari sumber minyak nabati. Sumber minyak nabati ini bisa berupa
minyak sawit, minyak kelapa, minyak biji jarak, dan lain-lain.
Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR-CH2COOR, dimana R, R,
dan Rmasing-masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam
lemak RCOOH,RCOOH dan RCOOH bisa jadi semuanya sama, semuanya berbeda ataupun
hanya dua diantaranya sama.
Pada prinsipnya, pembuatan biodiesel didasarkan kepada proses transesterifikasi trigliserida
menjadi metil ester (biodiesel). Dalam reaksinya terjadi penggantian gugus alkohol dari ester
dengan alkohol lain. Pada umumnya, alkohol yang digunakan dalam proses transesterifikasi
adalah metanol (CH3OH). Selain itu, untuk mempercepat terjadinya reaksi, digunakan pula
katalis yaitu Sodium Metilat (NaOCH3). Pada proses transesterifikasi ini dihasilkan juga
gliserol yang menjadi produk samping dalam pembuatan biodiesel ini.

2.3.2.1 Proeses Reaksi Transesterifikasi

Proses transesterifikasi meliputi empat tahap. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan


pemanas dan pengaduk. Selama proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Minyak akan di
pompa ke vessel Pre-reactor (163 RI) atau di sebut juga dengan transesterifikasi tahap I
dimana pencampuran antara Sodium Metilat (NaOCH3) dengan dosing 1.8% dan metanol
(CH30H) 14% dengan minyak sawit yang akan mengahsilkan Crude gliserol dan Crude
FAME, reaksi transesterifikasi berlangsung sekitar 30 menit pada suhu 58-65C di sertai
dengan pengadukan,lalu lanjut ke transesterifikasi tahap II yaitu minyak di pompa ke 1st loop
reactor (163 V1) percampuran Sodium Metilat (NaOCH3) dengan dosing 0% dan metanol
(CH30H) 2% di sini akan terjadi pemisahan Crude gliserol dengan Crude FAME
berdasarkan berat jenisnya, dimana Crude FAME berada di lapisan atas dan Crude gliserol
berada di lapisan bawah karena massa jenisnya lebih besar dari Crude FAME reaksi
transesterifikasi berlangsung sekitar 60 menit pada suhu 50-60C. Crude gliserol akan di
pompa ke vessel hold up Glycerine (163 V8), sedangkan Crude FAME masuk ke
Transesterifikasi tahap III, minyak di pompa ke 2nd loop reactor (163 V2) juga di
tambahkan Sodium Metilat( NaOCH3) dengan dosing 2.5% dan metanol (CH3OH) 5% di sini
masih terjadi pemisahan Crude FAME dengan Crude gliserol,reaksi transesterifikasi tahap
III ini berlangsung sekitar 30 menit pada suhu 50-60C, setelah melewati transesterifikasi
tahap III Crude FAME yang telah di pisahkan dari Crude gliserol masuk ke transesterifikasi
tahap IV, Crude FAME di pompa ke 3rd loop reactor (163 A1) di sini di tambahkan Sodium
Metilat (NaOCH3) dengan dosing 0.20% dan metanol (CH3OH) 0% di sertai dengan
pengadukan, reaksi ini berlangsung sekitar 60 menit, lalu Crude FAME yang telah melewati
empat tahap reaksi transesterifikasi ini di panaskan di dalam vessel 163 V3A untuk
merecovery metanol. Faktor utama yang mempengaruhi rendemen metil ester yang
dihasilkan pada reaksi transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis
katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan asam lemak
bebas. Besarnya kandungan asam lemak yang terkandung dalam trigliserida akan
mempengaruhi reaksi.
Selain itu, suhu yang terlalu tinggi pada saat proses transesterifikasi bisa menyebabkan
minyak berbusa karena terjadi reaksi penyabunan yang disebabkan oleh NaOCH3 yang
bereaksi dengan minyak pada suhu tinggi. Umumnya suhu reaksi ideal pada transesterifikasi
ini antara 50-60C. Setelah proses transesterifikasi selesai Crude FAME yang telah di
pisahkan dari Gliserol masuk ke proses washing (pencucian) atau permunian .

2.3.2.2 Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi bertujuan untuk menghilangkan
senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada
suhu sekitar 55C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH
6,8-7,2).
Ligh phase atau crude FAME yang dihasilkan dari transesterifikasi tahap IV kemudian
dimasukkan ke separator (163 S2) dimana fungsinya sama untuk memisahkan ligh phase
dengan heavy phase berdasarkan berat jenisnya, heavy phase yang terpisah kemudian di
pompa menuju 166 V2 sedangkan ligh phase akan kembali mengalami pencucian sebanyak
dua kali untuk lebih memastikan crude FAME benar-benar terpisah dari gliserol. Dalam tahap
ini akan kita lakukan washing untuk pemurnian FAME. Untuk pemurnian FAME ini kita
gunakan dosing Citirit Acid dengan menjaga PH air pencuci adalah 2. Pemurnian crude metil
ester dilakukan dengan tiga tahap pencucian, yang disebut dengan methode counter
current.Maksud dari aliran counter current disini adalah air pencuci separator final (163 S20)
yang merupakan heavy phase digunakan kembali untuk air pencuci 163 S1,namun disini
harus di jaga PH separator final 3 4. Tujuan ditambahkan air pencuci adalah untuk
menghentikan reaksi dan mengikat gum-gum maupun methanol yang terkandung dalam
biodiesel. setelah itu phase ringan yang berasal dari separator 163 S2 dialirakan ke tangki
buffer tank FAME . Dari tangki ini kita pompakan ke vacum dryer (destilasi) dengan
temperaturnya berkisar antara 140 oC-160 oC. Untuk mendapatkan temperatur tersebut maka
kita masukkan terlebih dahulu ke heat exchanger atau steam yang bertujuan untuk
memudahkan vacum menarik uap air dalam biodiesel itu sendiri.Selain itu vacum juga
berfungsi untuk menguragi kadar methanol dan soap dalam metil ester. Setelah dari FAME
dryer minyak biodiesel dipompakan ke dalam exchanger cooler atau didinginkan dan
kemudian di simpan ke tangki biodiesel (FAME Storage Tank).

2.3.2.3 Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester.
Pengeringan dilakukan pada suhu 140-160C. Pengeringan dilakukan dengan cara vakum
destilasi secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada
alat pengering.

2.3.2.4 Rectyfication Section


Pada proses ini heavy phase yang berasal dari fase berat keluaran separator berupa
glyserin-metahanol-air dialirkan ke reaktor mixer tetapi sebelumnya ditambahkan HCl supaya
terjadi netralisasi dari sodium methylate didalam campuran dan menjaganya dalam kondisi
asam (PH 3-4),di dalam reaktor mixer dijamin terjadinya reaksi yang Sempurna, kemudian
campuran ini dialirkan ke split box (fatty acid separator) yang terdiri dari beberapa ruang
sebagai tempat untuk pemisahan fatty acid. Fatty acid yang berada pada lapisan atas dialirkan
ke kolom fatty matter dengan tekanan vacum dimana hasil fatty matter dialirkan ketangki
penampungan akhir. Dari split box setelah terpisah dari fatty acid, glyserin metahnol dan air
dialirkan kekolom distilasi yang sebelumnya di injeksikan dengan caustic soda (sodium
hydroxide) untuk menjaga kondisi netral PH 6-7, pada kolom distilation ini suhu top dijaga 65
C dan bottom 155C dimana uap metahnol yang keluar dari top kolom di kondensasi
ketangki methanol sementara dan sebagaian ada yang dijadikan refluks dan di alirkan
ketangki raw material untuk digunakan kembali pada tahap transesterification section, produk
bottom berupa glyserin dan air recovery dipompa ketangki crude glyserin sementara.

2.3.2.5 Glyserin Water Evaporation Section


Pada section ini crude gliserin diproses didalam vakum destillation dimana vakum yang
berfungi untuk menghilangkan kadar air yang ada didalam crude gliserin sehingga dapat
dihasilkan crude gliserin sebesar 80%. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh suhu maka dalam
proses ini disetting suhu maksimum 155 0C ini pun tergantung flow dari crude gliserin
tersebut.,dimana hasil produk gliserin ini disimpan ditangki penyimpanan sementara sebelum
adanya pengapalan terhadap konsumen

2.4 Ruang Lingkup Laboratorium


2.4.1 Kebijakan Perusahaan
PT LDC Indonesia berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan
sehat untuk semua orang kami, memelihara keutuhan aset perusahaan dan melindungi
lingkungan.
2.4.1.1 Kebijakan Mutu
Manajemen PT LDC Indonesia berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang
terbaik dalam hal kualitas produk dan layanan yang akan memuaskan kebutuhan
pelanggan kami sekarang dan di masa yang akan datang. Untuk mencapai komitmen ini,
manajemen akan :
1. Menerapkan dan memelihara Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan
bersertifikat untuk Standard HACCP.
2. Memastikan perbaikan kualitas berkelanjutan dengan secara berkala melakukan
peninjauan terhadap target dan sasaran mutu.
3. Memasang standar yang tinggi untuk kualitas produk dan layanan yang akan
memuaskan pelanggan.
4. Investasi di pelatihan dan praktik terbaik yang akan meningkatkan kualitas
produk dan memenuhi kebutuhan pelanggan serta menghemat biaya produksi.
5. Memastikan bahwa kebijakan ini dipahami dan diikuti oleh seluruh karyawan
PT LDC Indonesia dalam konteks pekerjaan mereka.
2.4.1.2 Kebijakan Halal
PT LDC Indonesia berjanji akan :
1. Memahami sepenuhnya semua persyaratan Sistem Jaminan Halal yang
berlaku.
2. Menerapkan Sistem Jaminan Halal secara konsisten dalam pengadaan dan
penggunaan bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong serta proses
produksi untuk semua produk yang didaftarkan sebagai produk halal di LP
POM MUI.
3. Meninjau Sistem Jaminan Halal secara berkala dan terus menerus.
2.4.2 Dasar dasar Pengolahan
2.4.2.1 Fungsi laboratorium
FungsiLaboratorium di PT LDC Indonesia dalam scope Quality Control :
1. Menjaga kualitas pada proses refinery dari bahan baku, bahan tambahan hingga produk
yang dihasilkan.
2. Menjaga kualitas pada proses fractionationdari bahan baku, bahan tambahan hingga
produk yang dihasilkan.
3. Menjaga kualitas pada proses biodiesel dari bahan baku, bahan tambahan hingga produk
yang dihasilkan.
4. Menjaga kualitas pada proses WTP (Water Treatment Plant) dari bahan baku, bahan
tambahan hingga produk yang dihasilkan.
5. Menjaga kualitas pada proses WWTP (Waste Water Treatment Plant)dari bahan baku,
bahan tambahan hingga produk yang dihasilkan.
6. Memeriksa sample air Boiler sehingga perlakuan kimia terhadap air baku dapat dilakukan
dengan tepat.
7. Memeriksa air limbah agar proses dekomposisi dapat berjalan dengan baik.
2.4.2.2 Keselamatan kerja

Hampir semua pabrik mempunyai bagian keselamatan kerja dimana bagian ini
membidangi semua hal yang berhubungan dengan keselamatan dan keselamatan kerja.
Demikian pula PT.LDC Indonesia merupakan pabrik menempatkan keselamatan kerja
sebagai prioritas utama. Sasaran utama keselamatan kerja PT. LDC Indonesia ini adalah
mencegah bahaya-bahaya yang biasanya timbul dan bahaya-bahaya khusus agar tidak
dapat terjadi. Sehingga setiap pagi dilaksanakan safety breafing Dengan semboyan atau
motto yakni Safety First yang berarti mengutamakan keselamatan. Dan setelahnya baru
Focus On Quality.

2.4.2.3 Keselamatan Kerja Karyawan

Keselamatan Kerja Karyawan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang
harus lengkap, terdiri dari :

a. Pelindung kepala (helmet)


Helmet diperuntukkan bagi seluruh karyawan dan tamu yang berada diarea pabrik,
gedung, bengkel dan tempat lainnya yang dianggap rawan bahaya kecelakaan.
Penggunaan helmet dimaksudkan untuk meminimalkan akibat dan bahaya yang dapat
mengancam kepala jika kejatuhan benda keras atau berat. Helmet umumnya
digunakan oleh karyawan bagiann produksi, maintanance, dan WTP.
b. Pelindung mata (googles atau spectacles)
Pelindung mata diperuntukan bagi karyawan dan tamu saat memasuki ruang
produksi atau melakukan pekerjaan tertentu yang dapat membahayakan mata.

c. Pelindung telinga (ear plug atau ear muff)


Pelindung telinga diperuntukan bagi karyawan dan tamu yang sedang berada
dilokasi yang mempunyai intensitas kebisingan yang tinggi (>95 dB) untuk kurun
waktu yang lama (misal di ruang produksi TLP).

d. Pelindung pernafasan
Contoh pelindung pernafasan yang digunakan, antara lain : masker debu, masker
gas, self contained breathing apparatus dan airline house. Pelindung pernafasan
diperuntukan bagi karyawan dan tamu yang sedang berada di lokasi yang mempunyai
faktor bahaya debu, gas berbahay, gas beracun, dan di ruangan yang berkonsentrasi
O2 lebih kecil dan 19 V % volume udara.

e. Pelindung tangan (gloves)


Ada tiga jenis gloves yang digunakan yaitu : gloves karet diperuntukan bagi
karyawan pada saat menuangkann bahan kimia. Gloves kulit dan katun diperuntukan
bagi karyawan pada saat menempa, menggerinda, menyemprotkan cat dan lain-lain.

f. Pelindung kaki
Pelindung kaki diperuntukan bagi karyawan dan tamu yang sedang berada di
seluruh area produksi, gudang dan bengkel. Pelindung kaki bertujuan untuk
melindungi kaki dari bahaya benturan, jepitan, kejatuhan benda seperti zat kimia dan
tergilas kendaraan (terutama forklift).

2.4.2.4 Ketenagakerjaan

Di PT. LDC Indonesia, karyawan terbagi dalam dua kelompok yaitu karyawan
non -shift dan karyawan shift.

a. Jam kerja karyawan non-shift.


Hari kerja adalah lima hari dalam satu minggu, delapan jam kerja sehari, dan
empat puluh delapan jam dalam seminggu. Yaitu pada hari Senin sampai dengan hari
Jumat.

b. Karyawan shift
Di PT LDC Indonesia jadwal kerja karyawan shift dibagi menjadi tiga shift yaitu

Shift I : pukul 08.00 16.00 WIB.

Shift II : pukul 16.00 24.00 WIB.

Shift III : pukul 24.00 08.00 WIB.


Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam
satu hari yaitu hari senin sampai jumat dan 40 jam dalam satu minggu.

Jam Kerja bagi para pekerja diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.

Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan


jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas disebutkan
diatas yaitu:

7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu
atau 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat puluh)
jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu
kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur.

Ketentuan mengenai pembagian jam kerja, saat ini mengacu pada UU No.13/2003. Ketentuan
waktu kerja diatas hanya mengatur batas waktu kerja untuk 7 atau 8 sehari dan 40 jam seminggu
dan tidak mengatur kapan waktu atau jam kerja dimulai dan berakhir.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKERIN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

3.1.2 Waktu Pengujian


Pengujian dilakukan pada tanggal 10 Juli 2017 sampai 10 Desember 2017.
3.2.2 Tempat Pengujian
Pengujian dilakukan di Laboratorium PT LDC Indonesia.

3.2 PENGUJIAN YANG DILAKUKAN PADA ANALISIS MUTU SAMPEL DARI


PROSES BIODIESEL DI PT LDC INDONESIA
A. ANALISIS PADA FEED RBDPO
Analisis FFA (Free Fatty Acid)
Kadar Air (moisture) metode Karl Fischer
B. ANALISIS PADA FAME (Fatty Acid Methyl Ester)
Analisis AV (Acid Value)

Analisis Kadar Air (Moisture) metode Karl Fischer

Analisis Ester Content by GC (Gas Cromathography)

Analisis Flash Point

Analisis Density

Analisis MG, DG dan TG by GC (Gas Cromathography)

Analisis Water Sediment


3.3 TINJAUAN PUSTAKA
A. Feed RBDPO (Refined Bleached Palm Oil)
RBDPO (Refined Bleached Palm Oil) adalah minyak sawit yang telah mengalami proses
penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menurunkan
warna dan menghilangkan bau.

Gambar 5. RBDPO (Refined Bleached Palm Oil)

B. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)


Biodiesel merupakan bahan bakar dari proses transesterifikasi lipid untuk mengubah minyak
dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang lemak bebas. Setelah melewati proses ini
tidak seperti minyak nabati langsung biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan
diesel dari minyak bumi dan dapat menggantikan minyak bumi dalam banyak kasus.
3.4 TINJAUAN PUSTAKA PARAMETER PENGUJIAN
Analisis FFA (Free Fatty Acid)

Free Fatty Acid atau Asam Lemak Bebas adalah grup dari asam organik yang terdapat
dalam minyak sawit. Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau trigliserol. Trigliserida
adalah triester yang terbentuk dari gliserol dengan asam lemak. FFA terbentuk akibat adanya
air dan katalis melalui reaksi hidrolisa.
Minyak (Trigliserida) + Air FFA + Gliserol

Gambar. 6 Reaksi Hidrolisa Minyak Kelapa Sawit


(sumber: http://www.fao.org/docrep/field/003/ab470e/AB470E13.gif)

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas yang ada dalam sampel.
Analisa FFA ini dilakukan dengan metode titrasi asam basa antara minyak dengan NaOH.
Sampel minyak atau lemak dilarutkan dengan IPA (Isopropil Alkohol) netral dan
ditambahkan indikator PP 1% dan di titrasi dengan basa yaitu NaOH 0,1 N (WQC001, 2014).

Analisis AV (Acid Value)

Dalam ilmu kimia, bilangan asam (acid value) atau angka netralisasi atau angka asam
adalah massa dari Kalium Hidroksida (KOH) dalam miligram yang di butuhkan untuk
menetralkan satu gram zat kimia. Angka asam merupakan satu ukuran dari jumlah gugus
asam karboksilat dalam suatu senyawa kimia, seperti asam lemak, atau sebagai campuran
senyawa. Dalam sebuah prosedur khusus, jumlah sampel yang diketahui dilarutkan dalam
pelarut organik IPA (isopropil alkohol), yang di titrasi dengan Kalium Hidroksida (KOH)
dengan kosentrasi yang diketahui dan indikator PP (Fenolftalein). Bilangan asam digunakan
untuk menentukan asam yang ada di dalam sampel, misalnya biodiesel. Bilangan asam
adalah kadar basa, yang dinyatakan dalam miligram Kalium Hidroksida yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam dalam satu gram sampel.

Analisis Kadar Air (Moisture)

Kadar air biodiesel yang tinggi dapat menyebabkan mikroba mudah tumbuh, sehingga
mengotori biodiesel, korosi pada mesin, dan pada suhu rendah menyebabkan pemisahan
biodiesel murni maupun blending. Selain itu adanya air dalam biodiesel dalam jangka waktu
yang lama akan meningkatkan kadar FFA (bilangan asam).
Peningkatan kadar air ini dapat mendorong terjadinya proses hidrolisis antara trigliserida dan
molekul air, sehingga membentuk gliserol dan asam lemak bebas.
Dalam melakukan analisa kadar air yang terkandung di dalam biodiesel menggunakan alat
moisture meter dengan metode Karl Fischer
Pada analisa metode ini digunakan untuk mengukur kadar air dalam sampel dengan
prinsip reaksi redoks. Titran yang digunakan adalah pereaksi Karl Fisher, yaitu campuran
iodin sulfur dioksida dan piridin dalam metanol.
Titrasi Karl Fischer adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk mengukur
kandungan air di dalam berbagai sampel. Prinsip pokoknya didasarkan pada Reaksi Bunsen
antara Iodium dan Sulfudioksida dalam suatu medium yang mengandung air. Penentuan air
di atur dalam USP 34 <921>Water Determination. Titrasi Karl Fischer ini hanya kadar air
yang diukur.
Analisis Ester Content

Analisa ini bertujuan untuk menentukan kandungan ester dalam FAME sekaligus
memprediksi apakah proses reaksi Transesterifikasi di plant berjalan dengan sempurna atau
tidak, hal ini dapat dilihat dari hasil analisa ester contentnya. Semakin tinggi nilai ester
contentnya maka FAME semakin bagus begitu sebaliknya. Analisa ester content ini
menggunakan alat instrument GC (Gas Cromatography).
Analisis Flash Point

Flash point atau titik nyala adalah suhu terendah dimana minyak ( uap minyak ) dan
produknya dalam campuran dengan udara akan menyala apabila terkena percikan api
kemudian mati kembali..
Minyak bumi yang mempunyai flash point terendah akan membahayakan, karena minyak
tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut mempunyai titik nyala tinggi juga kurang
baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi kalau ditinjau dari segi keselamatan
maka minyak yang baik mempunyai flash point yang tinggi karena tidak mudah terbakar,
Contohnya Biodiesel yang terbuat dari minyak nabati dengan nilai flash point 170 C.
Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan pemanasan yang tetap,
setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan pada permukaan
sample. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan sample dengan berganti-ganti
sehingga mencapai atau terjadi semacam terbakarnya minyak karena adanya tekanan dan api
yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut dengan flash point.
Penentuan flash point dimana apabila contoh akan terbakar / menyala kurang lebih lima
detik maka lihat suhunya sebagai flash point . Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan
pada produk-produk yang volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena
mempunyai flash point dibawah temperatur normal.

Analisis Density

Kerapatan (density) Kerapatan atau density dinyatakan dengan ( adalah huruf kecil
Yunani yang dibaca rho), didefinisikan sebagai mass per satuan volume. = (2-1) dimana
= kerapatan (kg/m3) m = massa benda (kg) v = volume (m3) Pada persamaan 2-1 diatas,
dapat digunakan untuk menuliskan massa, dengan persamaan sebagai berikut : M =
v [ kg ] (2-2) Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni. Benda tersusun
atas bahan murni, misalnya emas murni, yang dapat memiliki berbagai ukuran ataupun
massa, tetapi kerapatannya akan sama untuk semuanya. Satuan SI untuk kerapatan adalah
kg/m3. Kadang kerapatan diberikan dalam g/cm3. Dengan catatan bahwa jika kg/m3 = 1000
g/(100 cm)3, kemudian kerapatan yang diberikan dalam g/cm3 harus dikalikan dengan 1000
untuk memberikan hasil dalam kg/m3. Dengan demikian kerapatan air adalah 1,00 g/cm3,
akan sama dengan 1000 kg/m3.

Analisis MG (Monogliserida), DG (Digliserida) dan TG (Trigliserida)

Minyak kelapa sawit / Crude Palm Oil (CPO) merupakan material utama dalam
pembuatan dan pengolahan produk-produk turunannya, baik dalam produk makanan, atau
yang bukan makanan. Sehingga untuk dapat melakukan analisa dalam produk produk
turunan dari CPO, perlu diketahui terlebih dahulu komponen-komponen yang terkandung
dalam CPO terlebih dahulu. Adapun komponen-komponen yang terkandung di dalamnya
antara lain :

a) TG ( Trigliserida )
Trigliserida adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel
tumbuhan dan hewan. Trigliserida merupakan suatu lipida yang paling sederhana dan paling
banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusun dan merupakan ester dari alkohol
gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Sifat fisika dan kimia bahan gliserida dalam
minyak sawit inilah yang menunjukkan kualitas minyak sawit, yang pada gilirannya akan
menentukan kesesuaian minyak dalam berbagai proses dan aplikasi. Minyak dan lemak
dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya berbeda dalam bentuk wujud.
Disebut minyak jika berbentuk cair dan lemak jika bentuknya padatan. Trigliserida adalah
senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak.

Gambar .7 Struktur trigliserida


Adapun asam lemak penyusun dari minyak sawit sendiri pun terdiri dari bermacam-macam
asam lemak. Komposisi asam lemak pada minyak kelapa saawit ditunjukkan dalam tabel
berikut.

% Terhadap Asam Lemak


Asam Lemak Total
Kisaran Rata-rata
C12:0 Laurat 0.1 - 1.0 0.2
C14:0 Miristat 0.9 - 1.5 1.1
C16:0 Palmitat 41.8 - 45.8 44.0
C18:0 Stearat 4.2 - 5.1 4.5
C18:1 Oleat 37.3 - 40.8 39.2
C18:2 Linoleat 9.1 - 11.0 10.1
C18:3 Linolenat 0.0 - 0.6 0.4
C20:0 Arachidat 0.2 - 0.7 0.4

Tabel. 3 Komposisi Asam Lemak dalam Kelapa Sawit

b) MG ( Monogliserida ) dan DG ( Digliserida )


Monogliserida dapat dihasilkan melalui reaksi antara berbagai substrat dengan gliserol.
Monogliserida dan digliserida, keduanya mempunyai sifat hidrofilik karena gugus hidroksil
bebas yang dimilikinya dan juga bersifat hidrofobik karena adanya residu asam lemak.
Monogliserida dan digliserida larut parsial dalam air dan dalam lemak, sehingga
monogliserida dan digliserida merupakan zat pengemulsi yang baik. Adapun struktur kimia
mongliserida dan digliserida sebagai berikut.
Gambar 8. Struktur monogliserida dan digliserida

Analisis Water dan Sediment

uji ini digunakan sebagai indikasi air bebas dan sedimen yang tersuspensi seperti kabut,
keruh, atau tetesan pada bahan bakar distilat menengah seperti minyak bakar kelas 1 dan 2
(Spesifikasi D396 ), Kelas No. 1-D dan 2- D bahan bakar diesel (Spesifikasi D975 ), Jumlah
air dan sedimen yang cukup besar dalam bahan bakar minyak cenderung menyebabkan
fouling pada fasilitas penanganan bahan bakar dan memberikan masalah pada sistem bahan
bakar burner atau mesin.Penumpukan sedimen di tangki penyimpanan dan pada layar
saringan dapat menghalangi aliran minyak dari tangki ke pembakaran. Air bebas di bahan
bakar distilat menengah dapat menyebabkan korosi pada tangki dan peralatan, dan jika
deterjen ada, air dapat menyebabkan emulsi atau kabut. Air bebas dapat mendukung
pertumbuhan mikrobiologis pada antarmuka air bahan bakar dalam sistem bahan bakar.
3.5 METODOLOGI PENGUJIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Juli sampai dengan 10 Desember 2017,
bertempat di Laboratorium PT LDC Indonesia.
1. Analisis FFA (Free Fatty Acid)

Acuan: AOCS Official Method and Recommended Practices Ca 5a-40 Free Fatty
Acid.
Peralatan
NeracaAnalitik
Erlenmeyer 300 mL
Pipet Tetes
Digital buret 50 mL
Dispensete 50 mL
Hot Plate (jika diperlukan)

Bahan
NaOH 0,1 N
Phenolphtealin 1%
Sampel (CPO, BPO, RBDPO, dan PFAD)
IPA (Isopropyl Alcohol) Netral

Cara Kerja
Timbang sampel yang telah di homogenkan sesuai dengan ketentuan dalam
Erlenmeyer 300 mL. Catat berat sampel dalam W.
Jumlah
Jenis Sampel Penimbangan
RBDPO 20 gram
Olein 20 gram
Stearin 20 gram

Tabel 4. Berat timbangan sampel


Tambahkan 50 mL IPA Netral, homogenkan. Jika minyak belum terlarut
sempurna panaskan dengan hot plate hingga minyak larut.
Tambahkan 2-5 tetes Indikator PP 1%.
Titar dengan larutan NaOH 0,1 N hingga titik akhir titrasi tercapai yaitu merah
muda. Catat volume penitaran.
Hitung kadar FFA dari sampel.

Rumus

Free Fatty Acid = V N 25,6


W
Keterangan :
V = Volume 0,1N NaOH yang diperlukan dalam titrasi
N = Normalitas NaOH
W = Berat sampel dalam gram
2. Analisis AV (Acid Value)

Acuan : AOCS Official Method and Recommended Practices Cd 3d-63 Acid Value.
Peralatan
Erlenmeyer asah 300 mL
Pipet tetes
Digital buret 50 mL
Timbangan Analitik
Spatula

Reagent
Larutan NaOH 0.1 N
Indikator pp
IPA Netral

Prosedur Kerja

Timbang sampel 20 g (W) ke dalam erlenmeyer dengan teliti lalu tambahkan


larutan IPA Netral, kemudian kocok hingga sampel terlarut sempurna. Panaskan
jika perlu.
Masukkan 2 3 tetes indikator PP (phenolphthalein) .
Titrasi dengan NaOH 0.1 N sampai tepat warna pink yang stabil. Catat hasil
sebagai (A) (warna tidak berubah 30 detik).
Perhitungan
( A B) N 56.1
Acid Value
W
Dimana : A = Volume titrasi
B = Blanko
N = Normalitas NaOH
W = Berat s
3. Analisis Kadar Air (Moisture) metode Karl Fischer

Acuan : Manual Book CA 200 moisturemeter mitsubishi (Karl Fischer


Coulometri titration).
Peralatan

Syringe 3mL
CA-200 moisturemeter mitsubishi

Reagent
Aquamicron CXU
Aquamicron AXI

Prosedur Kerja
Hidupkan CA-200 moisturemeter mitsubishi dengan menekan tombol power.
Tekan tombol titrasi.
Tunggu hingga stabil & Ready.
Inject sample oil (liquid) ke dalam syringe 3mL.
Hilangkan gelembung udara pada sample dengan mengeluarkan sebagian sample
pada syringe .
Pasang silicone rubber pada jarum syringe agar sample tidak keluar
Timbang dan catat sample di dalam syringe sebagai berat awal (W)
Tekan tombol start.
Inject sample pada beaker karl fisher (berat sample sesuai kisaran kadar air)
Timbang dan catat sample sisa di syringe sebagai berat akhir (w).
Tekan tombol sample .
Masukan id sample, berat awal (W) dan berat akhir (w) lalu tekan enter.
Tunggu hasil hingga stabil kemudian catat.
4. Analisis Ester Content by GC (Gas Cromatography)

Acuan : Manual Book Biodiesel All-in-One Analyzer On Agilent 7890 dengan


metode EN 14103.
Peralatan

7890B GC System

Vial 10 mL + tutup

Vial GC 2 mL + tutup

Crimper

G1888 Network Headspace Sampler

Volumetric pippete 10 mL

Reagent

Toluene

Prosedur Kerja

Pastikan kondisi tekanan tabung gas Helium, Hidrogen, Syntetic Air dan Nitrogen
tidak habis.

Hidupkan Air Compressor .

Hidupkan monitor, komputer dan printer.

Hidupkan unit GC dengan menekan tombol ON.

Jalankan software Biodiesel All-in-one (Online).

Pilih metoda Esther Content.M pada kolom Method and Run Control.

Persiapan sampel.

o Timbang sampel 100 mg dalam vial 10 mL.


o Tambahkan 10 mL n-heptane.

o Aduk hingga homogen.

o Masukkan dalam vial GC 2 mL, tutup dan kencangkan dengan Crimper.

Letakkan vial pada Autosampler Injector bagian belakang.

Buat Sequence dengan memilih menu sequence pada menu bar software
Biodiesel All-in-One (Online).

Pilih New Sequence Template.

Pilih Sequence Parameter.

o Berikan nama pada subdirectory dengan format tanggal, jam dan nama
sampel tanpa tanda baca.

Contoh : Tanggal = 02 Oktober 2017 menjadi 021017


Waktu = 14:10 menjadi 1410
Nama sample = 163E3B
Maka input dalam subdirectory menjadi 0210171410163E3B
o Klik OK, bila muncul pesan you want to created it ? maka klik YES lalu
OK.

Pilih Squence Table.

o Klik insert line atau append lines sesuai dengan jumlah sampel yang akan
diukur.

o Isi sample location dengan angka antara 201 216 sesuai urutan sampel
dalam Autosampler Injector.

Contoh : Jika sampel diletakkan pada nomor urut 5 maka diketik 205
o Isi sample name dengan nama sample.

o Pilih method Esther Content.


o Pilih Injector location Back.

o Isi sample amount dengan berat sampel .

o Klik OK.

Pilih save sequence template as....

Isi file name dengan format analisa dan nama sample.

Contoh : Analisa = Esther Content menjadi Ester


Nama sampel = 163A1
Maka input dalam file name menjadi : Ester163A1
o Klik OK..
Pilih Run Control pada menu bar lalu klik Run Sequence.
Tunggu hingga proses analisa selesai.
Jika ingin menambahkan proses analisa Glyserida dan metanol pada sampel yang
sama, cukup mengganti data sequence table (menu sequence) dengan urutan
sampel, metoda yang sesuai dan berat sampel lalu klik OK.
Pilih save sequence template as.. lalu isi file name dengan format analisa yang
sesuai.
Klik OK.
Pilih Run Control pada menu bar lalu klik Run Sequence.
Bila muncul pesan Start Sequence? klik YES, lalu muncul lagi pesan Start
Sequence? klik YES.
Tunggu hingga proses analisa selesai.
Pengolahan data hasil analisa GC.
o Buka software Biodiesel All-In-One (Offline).
o Pilih metoda dengan klik icon folder method pada menu bar.
o Pilih nama metoda Esther Content lalu klik OK.
o Klik dua kali pada folder data yang telah selesai dianalisa pada kolom
Data Analysis.
o Klik dua kali file data.
o Klik dua kali hasil analisa pada kolom sequence (recalculate mode).
o Klik calibration.
o Klik icon identify peak, calculate and preview results.
o Klik kanan pada hasil report lalu pilih print.

5. Analisis Flash Point

Acuan : Manual Book OPTIFLASH HERZOG metode ASTM D93.


Peralatan
Optiflash Herzog
Reagent
Hexane

Prosedur Kerja
Hidupkan OPTIFLASH HERZOG dengan menekan tombol power.
Masukan sample oil (liquid) ke dalam cup sampai tanda batas (60mL)
Tutup cup dengan penutup cup yang dilengkapi stirer.
Letakan Cup pada OPTIFLAH HERZOG
Pasangkan termometer dan ignation pada tempatnya (sesuai Gambar 1)
Pilih menu run
Masukkan nama opetrator dan id sample
Pilih program sesuai metode yang akan di jalankan dan jenis sample (Tabel 1).
Masukan temperatur expected (10C dari perkiraan hasil)
Klik start
Tunggu hingga mendapatkan hasil FP
6. Analisis Density

Acuan : Manual Book Desitymeter Vida 40 (ASTM D4052, ASTM D5002, IP 365,
ISO 12185, DIN 51757).
Peralatan

Syringe 3mL
Density meter VIDA 40
REAGENT
Toluene
Acetone

PROSEDUR
Inject sample oil (liquid) ke dalam syringe 3mL
Letakkan syringe pada VIDA 40
Klik menu RUN
Input Operator dan ID sample
Input Product sesuai sample.
Tunggu sampai sistem Ready atau temp sudah mencapai temp pengukuran.
Klik start.
Tunggu Hasil sampai selesai pengukuran.
7. Analisis Analisis MG, DG dan TG by GC ( Gas Cromathography )

Acuan : Manual Book Biodiesel All-in-One Analyzer ON Agilent 7890 dengan


Metode EN 14105.
PERALATAN

7890B GC System

G1888 Network Headspace Sampler

Volumetric pippete 10 mL

Vial 10 mL + tutup

Vial GC 2 mL + tutup

Crimper

Microsyringe 100 uL

Microsyringe 250 uL

REAGENT

1, 2, 4 butanetriol

Standard Glycerides Stock Solution

Pyridine

MSTFA (N-Methyl-N-(trimethylsilyl)trifluoroacetamide)

N-Heptane

PROSEDUR
Pastikan kondisi tekanan tabung gas Helium, Hidrogen, Syntetic Air dan Nitrogen
tidak habis.
Hidupkan Air Compressor dengan menurunkan tuas berwarna merah pada posisi
horizontal.
Hidupkan monitor, komputer dan printer.
Hidupkan unit GC dengan menekan tombol ON pada bagian depan alat.
Hidupkan unit Headspace Sampler dengan menekan tombol ON pada bagian
belakan alat (diatas input kabel power).
Jalankan software Biodiesel All-In-One (Online).
Pilih metoda Esther Content.M pada kolom Method and Run Control.
Persiapan sampel.
o Timbang 100 mg sampel dalam vial 10 mL.
o Tambahkan 10 mL n-heptane.
o Aduk perlahan hingga homogen.
o Masukkan dalam vial GC 2 mL, tutup lalu eratkan dengan Crimper.
Letakkan vial pada Autosampler Injector bagian belakang.
Buat Sequence dengan memilih menu sequence pada menubar software
Biodiesel All-In-One (Online).
Pilih New Sequence Template.
Pilih Sequence Parameter.
o Berikan nama pada subdirectory dengan format tanggal, jam dan nama sampel
tanpa tanda baca.
Contoh : Tanggal = 02 Juni 2017 menjadi 020617
Waktu = 03:20 menjadi 0320
Nama sampel = 163V2
Maka input dalam subdirectory menjadi : 0206170320163V2
o Klik OK, bila muncul pesan you want to created it? maka klik YES lalu OK.
Pilih Sequence Table.
o Klik insert line atau append lines sesuai dengan jumlah sampel yang akan diukur.
o Isi sample location dengan angka antara 201 216 sesuai urutan sampel dalam
Autosampler Injector.
Contoh : Jika sampel diletakkan pada nomor urut 7 maka pada kolom sampler
location dituliskan 207.
o Isi sample name dengan nama sampel.
o Pilih method name Esther Content.
o Pilih injector location Back.
o Isi sample amount dengan berat sampel.
o Klik OK.
Pilih save sequence template as...
o Isi file name dengan format analisa dan nama sampel.
Contoh : Analisa = Esther Content menjadi Ester
Nama sampel = 163A1
Maka input dalam file name menjadi : Ester163A1
o Klik OK.
Pilih Run Control pada menu bar lalu klik Run Sequence.
Tunggu hingga proses analisa selesai.
Jika ingin menambahkan proses analisa Glyserida dan metanol pada sampel yang
sama, cukup mengganti data sequence table (menu sequence) dengan urutan
sampel, metoda yang sesuai dan berat sampel lalu klik OK.
Pilih save sequence template as.. lalu isi file name dengan format analisa yang
sesuai.
Klik OK.
Pilih Run Control pada menu bar lalu klik Run Sequence.
Bila muncul pesan Start Sequence? klik YES, lalu muncul lagi pesan Start
Sequence? klik YES.
Tunggu hingga proses analisa selesai.
Pengolahan data hasil analisa GC.
o Buka software Biodiesel All-In-One (Offline).
o Pilih metoda dengan klik icon folder method pada menu bar.
o Pilih nama metoda Esther Content lalu klik OK.
o Klik dua kali pada folder data yang telah selesai dianalisa pada kolom
Data Analysis.
o Klik dua kali file data.
o Klik dua kali hasil analisa pada kolom sequence (recalculate mode).
o Klik calibration.
o Klik icon identify peak, calculate and preview results.
o Klik kanan pada hasil report lalu pilih print.

8. Analisis Water Sediment

Acuan : ASTM D 2709-96 Standard test for Water and Sediment in Middle
Distillate Fuel by Centrifuge.
Peralatan

Centrifuge, Hettich rotanta 460


Centrifuge tube, bentuk kerucut, kapasitas 100 ml dengan ujung tube mempunyai
tingkatan 0.05 ml pada rentang 0-0.0 ml

Reagent
-

Prosedur Kerja
Dinginkan sampel hingga mencapai suhu antara 21 sampai 32oC.

sesegera mungkin, secara langsung isi centrifuge tube sampai tanda dari botol
sampel 100 mL.

tutup dan tempatakan dalam mangkuk yang berlawanan untuk membentuk


kondisi yang seimbang.

Putar 10 menit dengan kecepatan 1820 rpm.

Setelah 10 menit amati dan catat volume gabungan sediment dan air pada bawah
tabung mendekati 0.05 mL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian


4.1.1 Standar Spesifikasi untuk Analisis Sampel FAME Pada Proses Biodiesel yang
digunakan di PT LDC Indonesia sesuai dengan parameter yang di analisa

Satuan.
No Parameter Uji min/maks Persyaratan Test Method

1 Density pada suhu 40 C kg/m3 850 -890 ASTM D4052 atau SNI bagian 9.1
2 Flash Point C, min 120 ASTM D93 atau SNI bagian 9.4
Angka Asam (Acid mg-KOH/g, AOCS Cd 3d-63 atau SNI bagian
3 Value) maks 0,5 9.13
4 Air dan Sediment %-vol, maks 0,05 ASTM D2709 atau SNI bagian 9.8
5 Monogliserida % massa, maks 0,8 SNI 7182:2015 bagian 9.18
6 Digliserida % massa, maks 0,2 SNI 7182:2015 bagian 9.18

7 Trigliserida % massa, maks 0,2 SNI 7182:2015 bagian 9.18


8 Ester Content %-massa, min 96,5 SNI bagian 9.15
9 Kadar Air mg/kg, maks 500 ASTM D2709 atau SNI bagian 9.8
Syarat Mutu Biodiesel SNI 7182:2015
*EN 14214

Tabel 5. Standard mutu untuk FAME (Fatty Acid Methyl Ester)


4.1.2 Standar Spesifikasi untuk Analisis Sampel Feed RBDPO Pada Proses Biodiesel yang
digunakan di PT LDC Indonesia sesuai dengan parameter yang di analisa

RBDPO
0,1 % max
FFA (As Palmitic)
0,1 % max
M&I

Tabel 6. Standar PORAM (Palm Oil Refiners Association of Malayan) RBDPO (Refined
Bleached Palm Oil)

4.1.3 Hasil Analisis Kualitas Sampel Pada Proses Biodiesel


4.1.3.1 Hasil Analisis Kualitas Sampel feed RBDPO dan FAME Pada Proses Biodiesel di
Bulan September
A. Feed RBDPO (Refined Bleached Palm Oil)

RBDPO
FFA M&I
Date
% %
11-Sept-17 0,094 0,03
12-Sept-17 0,068 0,02
13-Sept-17 0,078 0,03
14-Sept-17 0,085 0,02
15-Sept-17 0,070 0,03
16-Sept-17 0,070 0,02

Tabel 7. Hasil Analisis Feed RBDPO tanggal 11-16 september 2017


B.FAME (Fatty Acid Methyl Ester)

FAME

Flash Density Ester


AV Water WS MG DG TG
Date Point pada 40 C Content

% mg / kg Vol.% C kg/m3 % % % %

11-Sept-17 0,185 128,600 0,04 169,0 855,640 98,23 0,29 0,050 0,020
12-Sept-17 0,140 153,100 0,05 170,8 856,847 98,23 0,29 0,048 0,025
13-Sept-17 0,190 148,290 0,05 169,0 856,175 98,17 0,31 0,050 0,020
14-Sept-17 0,204 159,182 0,03 170,0 855,633 98,19 0,30 0,045 0,022
15-Sept-17 0,180 157,080 0,04 170,5 855,980 98,17 0,30 0,050 0,030
16-Sept-17 0,160 143,110 0,05 170,0 856,925 98,07 0,29 0,050 0,020

Tabel 8. Hasil Analisis FAME tanggal 11-16 september 2017

4.1.3.2 Hasil Analisis Kualitas Sampel FAME Pada Proses Biodiesel di Bulan Oktober
A. Feed RBDPO (Refined Bleached Palm Oil)
RBDPO
FFA M&I
Date
% %
05-Okt-17 0,075 0,02
06-Okt-17 0,070 0,02
07-Okt-17 0,068 0,03
08-Okt-17 0,072 0,03
09-Okt-17 0,070 0,02
10-Okt-17 0,068 0,02
11-Okt-17 0,068 0,03

Tabel 9. Hasil Analisis Feed RBDPO tanggal 5-11 Oktober 2017


A. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)

FAME

Flash Density Ester


AV Water WS MG DG TG
Date Point pada 40 C Content

% mg / kg Vol.% C kg/m3 % % % %

05-Okt-17 0,278 136,875 0,03 170,5 856,900 98,15 0,328 0,055 0,035
06-Okt-17 0,240 167,750 0,04 170,5 856,900 98,25 0,310 0,040 0,020
07-Okt-17 0,208 158,625 0,04 170,5 856,850 98,28 0,300 0,040 0,020
08-Okt-17 0,235 155,893 0,04 168,5 856,730 98,16 0,313 0,045 0,023
09-Okt-17 0,259 165,300 0,04 169,8 856,967 98,05 0,323 0,050 0,027
10-Okt-17 0,258 182,670 0,04 173,2 856,750 98,18 0,310 0,050 0,030
11-Okt-17 0,266 147,750 0,04 172,5 857,070 98,18 0,310 0,048 0,028

Tabel 10. Hasil Analisis FAME tanggal 5-11 Oktober 2017

4.2 Pembahasan
Secara stoikhiometri 1 mol alkohol bereaksi dengan 3 mol trigliserida, tetapi untuk
menggeser reaksi kearah produk, digunakan pereaksi yang berlebih, dalam hal ini metanol dibuat
berlebih. Sesuai dengan hukum kesetimbangan kimia, jika reaktan yang berada disebelah kiri
panah reaksi ditambah kuantitasnya, maka kesetimbangan akan bergeser kearah produk yang
berada di sebelah kanan panah reaksi, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, ketika reaktan
ditambah, maka produk akan terbentuk hingga terjadi kesetimbangan antara produk dan
reaktan, begitu juga ketika produk yang terbentuk diambil, maka reaktan akan
terkonversi menjadi produk hingga terjadi kesetimbangan.
PT LDC Indonesia memproduksi biodiesel dari material yang telah melalui proses Refinery
seperti Olein, Stearin dan RBDPO. Biasanya PT LDC Indonesia menggunakan bahan baku
pembuatan Biodiesel dari RBDPO dengan memperhatikan juga quality dari RBDPO tersebut
yaitu kandungan FFA dan Air karena parameter tersebut dapat mempengaruhi hasil dari reaksi
transesterifikasi dan pembuatan Biodiesel itu sendiri

A. Feed RBDPO
Nilai FFA yang dianjurkan untuk feed RBDPO adalah sebesar maksimal 0.1% , jika FFA
(Free Fatty Acid) atau asam lemak bebas melebihi standar tersebut itu akan menyebabkan reaksi
saponifikasi dan akan mempengaruhi proses reaksi transesterifikasi, karena asam lemak jika
bereaksi dengan Basa maka akan terjadi reaksi saponifikasi seperti gambar di bawah ini

Asam Lemak Bebas Basa Sabun Air

Gambar 9. Reaksi Saponifikasi

Selain FFA kadar air yang terkandung didalam bahan baku juga akan mempengaruhi reaksi
transesterifikasi karena air akan bereaksi dengan katalis yang menyebabkan katalis bekerja
kurang sempurna dan memperlambat waktu dan hasil dari proses reaksi transesterifikasi, juga
menyebabkan reaksi saponifikasi yang mengahasilkan padatan sabun jika kadar air dan FFA
bahan bakunya tinggi bereaksi dengan basa kuat

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil reaksi transesterifikasi adalah perbandingan mol
trigliserida dan metanol yang di gunakan, semakin banyak metanol yang di pakai maka hasil dari
proses transesterifikasi pun akan bagus juga, karena metanol itulah yang akan mempengaruhi
hasil FAME dan akan memperbesar nilai ester contentnya

Pada hasil analisis mutu sampel feed RBDPO pada proses Biodiesel di bulan September
dapat dilihat pada tabel 7 diketahui bahwa hasil analisis feed RBDPO yang didapatkan bagus .
Standar itu sendiri berasal dari PT LDC Indonesia. RBDPO tersebut masih memenuhi syarat
mutu yang telah ditentukan dengan kadar asam lemak bebas yaitu 0,1% maks dan M & I 0,1%
maks. Untuk kualitas feed RBDPO pada bulan tersebut bagus hal ini dikarenakan RBDPO
tersebut memenuhi standar mutu. Hasil rata-rata dari analisis feed RBDPO untuk di proses
menjadi FAME yaitu, FFA 0,08% dan M & I 0,02% .

B. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)


Hasil analisis FAME pada bulan september dapat dilihat pada tabel 8 yang memenuhi
standard yang di pakai di PT LDC Indonesia .
AV (Acid Value)
Nilai asam atau Acid value merupakan nilai asam yang terkandung didalam FAME
dinyatakan sebagai miligram kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan 1 g
sampel, semakin tinggi nilai asam FAME semakin kurang bagus produk FAME yang
dihasilkan. Standar dari nilai AV adalah 0.5% max. Pada bulan September didapat kadar
AV rata-rata sebesar 0,176% dan pada bulan Oktober didapatkan kadar AV sebesar
0,249%, nilai ini masih masuk dalam standar mutu yang ditetapkan di PT LDC Indonesia.

Kadar Air (Moisture)


Kadar air juga mempengaruhi kualitas dari FAME yang dihasilkan selama produksi, hal
ini di karenakan jika kadar air terlalu tinggi maka bisa menyebabkan hidrolisis FAME
dan mengurangi hasil dari nilai ester contentnya. Standar yang ditetapkan di PT LDC
Indonesia untuk produk FAME 500 mg / kg max. Dari hasil analisa rata-rata pada bulan
September didapatkan kadar air 148,227 mg / kg dan pada bulan Oktober didapatkan
kadar air 159,266 mg / kg. Berdasarkan dari hasil analisa, FAME masih
memenuhi standar mutu yang di pakai di PT LDC Indonesia.

WS (Water and Sediment)


WS merupakan sisa air dan kandungan sediment yang tidak terpisah dari FAME selama
proses produksi berlangsung, salah satu faktor kandungan WS dari FAME tinggi itu di
pengaruhi saat proses pencucian yang kurang sempurna yang mengakibatkan
pemurniannya tidak efektif dan kadar WS menjadi tinggi. Standar WS adalah sebesar
0.05 Vol.% dari hasil analisa pada bulan September didapatkan kadar WS 0,04 Vol.%
dan pada bulan Oktober 0,04 Vol.%, berdasarkan hasil analisa WS masih memenuhi
standar mutu.

Titik Nyala (Flash Point)


FAME merupakan bahan bakar yang berasal dari hasil minyak nabati yang direaksikan
dengan metanol melalui reaksi transesterifikasi, dimana trigliserida yang terkandung
didalam minyak di konversi menjadi methyl ester oleh metanol. Standar Titik nyala
(Flash Point) pada FAME 120 C min. Pada bulan September didapatkan hasil rata-rata
analisa Flash Point sebesar 169 C dan pada bulan Oktober sebesar 170,7 C. Semakin
tinggi nilai titik nyala maka semakin bagus juga FAME.

Density pada suhu 40 C


Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa
jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-
rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya..Standar yang di
pakai di PT LDC Indonesia untuk Density 850 -890 kg/m3. Pada bulan September dan
Oktober didapatkan massa jenis FAME sebesar 856,2 kg/m3 dan 856,881 kg/m3

Ester Content
Ester content adalah kandungan ester yang terdapat didalam FAME untuk mengetahui
seberapa besar hasil konversi trigliserida menjadi ester oleh metanol. Pada umumnya
metanol digunakan berlebih untuk mendapatkan hasil ester yang tinggi dengan
perbandingan 1 mol trigliserida : 9 mol metanol dengan konversi rata-rata ester content
96%. Standar yang digunakan di PT LDC Indonesia untuk kandungan ester didalam
FAME sebesar 96,5% min. Hasil yang didapatkan pada bulan September dan Oktober
yaitu sebesar 98,17% dan 98,17%. Semakin tinggi nilai dari ester dalam FAME maka
hasil yang diperoleh akan bagus juga karena reaksi transesterifikasi yang berlangsung
sangat bagus yang menghasilkan nilai ester tinggi atau sesuai standar yang ditetapkan.
MG, DG dan TG
MG, DG dan TG merupakan senyawa yang tidak terkonversi menjadi FAME pada proses
reaksi transesterifikasi oleh metanol, jika kandungan MG, DG dan TG tinggi di dalam
FAME bisa dikatakan hasil produk yang akan didapat kurang bagus terutama pada nilai
ester contentnya. Standar yang ditetapkan di PT LDC Indonesia untuk MG 0,8%, DG
0,2% dan TG 0,2%.
Berdasarkan hasil rata-rata yang di dapatkan pada bulan September MG (monogliserida)
0,29%, DG (Digliserida) 0,048%, TG (Trigliserida) 0,022%. Pada bulan Oktober
didapatkan hasil rata-rata MG (monogliserida) 0,31%, DG(Digliserida) 0,046%,
TG(Trigliserida) 0,026%.

Berdasarkan hasil analisis mutu sampel FAME pada proses Biodiesel di bulan September
dan Oktober, hasil yang didapatkan memenuhi standard persyaratan mutu yang di pakai di PT
LDC Indonesia dan feed RBDPO yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan FAME pada
proses Biodiesel juga memenuhi standard yang di pakai di LDC Indonesia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan di PT LDC Indonesia
dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses produksi Biodiesel di PT LDC indonesia biasanya menggunakan feed dari
minyak yang telah di murnikan yaitu RBDPO.
2. Proses Biodiesel adalah proses pembuatan FAME dengan feed minyak nabati yang
telah dimurnikan dengan melalui tahapan-tahapan proses reaksi Transesterifikasi,
Pencucian (Washing), Rectyfication Section, dan Glycerine Water Evaporation
3. Analisis mutu yang dilakukan pada proses Fraksinasi ini meliputi analisis FFA
(Free Fatty Acid), AV (Acid Value), Kadar Air (Moisture), Ester Content, MG, DG
dan TG, Titik Nyala (Flash Point), Density dan WS (Water and Sediment).
4. Analisis pada bulan September dan Oktober telah memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan di PT LDC Indonesia untuk feed RBDPO dan standar SNI 7182:2015
EN 14214 yang telah ditetapkan oleh PT LDC Indonesia untuk produk FAME
sehingga kualitas produk secara umum masih menunjukkan batas aman dan berada
di bawah standar maksimum yang diizinkan sehingga produk yang dihasilkan dapat
dipasarkan kepada konsumen.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Perusahaan
Setelah penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan di PT LDC Indonesia penulis akan
memberikan saran yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk lebih meningkatkan
perkembagan perusahaan di masa mendatang, yaitu :
a. Kepada para staf dan karyawan hendaknya selalu menjaga kesehatan dan keselamatan
pada saat bekerja dan untuk selalu menggunakan Alat Pelindung Diri agar dapat terhindar
dari resiko kecelakaan kerja dan terlindung dari bahan-bahan kimia berbahaya.
b. Tetap menjaga lingkungan tempat kerja yang nyaman dan menjaga kebersihan alat-alat
laboratorium yang digunakan untuk analisis agar memajukan kinerja laboratorium.
5.2.2 Saran Untuk Penulis
a. Untuk siswa-siswi PKL agar lebih inisiatif dan aktif serta selalu bertanya selama
melakukan bimbingan pada masa PKL.
b. Dan dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama masa PKL di lingkungan kerja
ataupun sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Hambarli, Erlizaet al. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta : AgroMedia Pustaka.


Anonim, 2003, National Biodiesel board, website, www.biodiesel.org.

Encinar, J. M., Gonzales, J.F., Rodriguez, J.J., Tejedor, A., 2002, Biodiesel Fuels from
Vegetable Oils : Transesterefication of Cynara cardunlus L. Oils with Ethanol, Energy &
Fuels. J.A.C.S.,16.

Fauzi, Y., 2005, Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran, edisi revisi, Penebar Swadaya, Jakarta.

Juwita, A., 2005, Kajian Pengaruh Rasio Mol Metanol Minyak Kelapa Terhadap Kuantitas dan
Kualitas Biodiesel Hasil Transesterifikasi Minyak Kelapa dengan katalis NaOH, Skripsi,
Jurusan Kimia, FMIPA UGM, Yogyakarta.

Herlina, Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Medan: Fakultas Teknik,
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Anonim. 2010. Minyak Jelantah. www. id.wikipedia.org. Diakses tanggal 5 Oktober 2010: 877
LAMPIRAN
STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM PT LDC INDONESIA

GENERAL MANAGER

ARIE RIZKIE

QUALITY MANAGER

FIRMAN

QUALITY SUPERVISIOR

TAUFAN TIRTO .R

QUALITY ANALYST
-FAUZI ROHMAN
- DEDI NURYANTO
-ROMI ERLANGGA
-ASARIYANTO
-FARIED SURYA DILAGA
-EKO SETYONO
-ANDA WIJAYA
-DIAH KUSUMA WARDANI
Lampiran 2

Raw Material dan Produk di PT LDC Indonesia

CPO RBDPO RBD RBD


(Crude Palm Oil) (Refined, Bleached Palm Olein Palm Stearin
& Deodorized )

PFAD Biodiesel Crude Glycerine


(Palm Fatty Acid Distillated)
Lampiran 3
Diagram Alir Proses Biodiesel

Raw Material

MeOH Filtering

Catalyst

Pre-Reactor 163
MeOH
RI

Catalyst

st
1 Loop Glycerine to
MeOH
Reactor 163 V1 hold up vessel
163 V8
Catalyst

nd Recovery
2 Loop MeOH
MeOH
Reactor 163 V2

Catalyst

3rd Loop
Reactor 163 A1

163 V3A

Citric Acid Flash Chamber


163 V4

Water Glycerine from


166 V1
Washing FAME
Buffer Tank 163 V7
Washing FAME
Buffer Tank 163
V7

Water Crude Heavy Centrifugal


Glycerine Phase to Separator
166 V2 163 S2
HCl
Acidification
Reactor 166 Light Phase
V2 to 163 S1

Centrifugal NaOH
Separator FAME
166 S1 Buffer Tank
Citrit Acid 163 V20

Water

Fatty Matter Netralisasi Centrifugal


Crude Separator
Glycerine 163 S20
166 A1
Fatty Matter
Storage Tank

Glycerine Buffer FAME


Vessel 166 V3 Destilation
Column 163
C1

Crude Glycerine
Destilation
Column FAME Cooler

Crude
Glycerine to FAME to
Storage Tank Storage Tank

Lampiran 4
Contoh Sampel FAME pada Proses Biodiesel
Form request analisa

Sampel Biodiesel
(FAME)

Format Request dan Result


dari sampel yang akan dianalisis
Lampiran 5

Peralatan dan Reagent yang digunakan untuk Analisis Mutu pada Sampel Biodiesel

Alat dan Reagent untuk Analisis FFA Alat dan Reagent untuk Analisis AV
(Free Fatty Acid) (Acid Value)

Alat dan Reagent untuk Analisis IV secara manual


(Iodine Value)
Alat Centrifuge untuk analisis WS
dalam FAME

Moisture Meter untuk analisa


kadar air dalam FAME
Alat Spektofotometer FT. NIR
untuk Analisis IV secara Instrument

Neraca Analitik
GC (Gas Cromatography) untuk analisis
Ester Content, MG, DG, dan TG
dalam FAME

Flash Point untuk analisis


Titik Nyala FAME
Density Meter alat untuk anlisis
Massa jenis pada FAME
Lampiran 6

Contoh Perhitungan Analisis Mutu


pada Proses Biodiesel

a. Analisis FFA (Free Fatty Acid)


Diketahui :
Berat sampel = 20,3923 gram
Volume titrasi = 0,76 mL
Normalitas NaOH = 0,1001 N

Perhitungan :
% FFA = V x N x 25,6
W
= 0,76 mL x 0,1001 N x 25,6
20,3923 gram
= 0,095 %

b. Analisis AV (Acid Value)


Diketahui :
Berat sampel = 20,0893 gram
Volume titrasi = 0,94 mL
Normalitas NaOH = 0,1001 N

Perhitungan :
% AV = V x N x 56,1
W
= 0,94 mL x 0,1001 N x 56,1
20,0893 gram
= 0,262 %
c. Contoh Perhitungan Analisa IV
Berat sampel (gram) V.penitaran (mL) V. Blanko (mL)
0,5191 18,32 42,12

( )
IV =

= 58, 15 g/100g I2

Lampiran 7
Foto Perusahaan dan Laboratorium PT LDC Indoensia

PT LDC Indonesia
Laboratorium PT LDC Indonesia

Laboratorium PT LDC Indonesia

Anda mungkin juga menyukai