DI PT LDC INDONESIA
Oleh
AGIL AR RAUF
NIS 145983
Pembimbing
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik kerja industri ini dengan judul
ANALISIS MUTU SAMPEL PADA BIODIESEL DI PT LDC INDONESIA. Laporan ini
disusun sebagai tugas akhir PRAKERIN yang dilaksanakan dari tanggal 10 Juli 2017 sampai 10
Desember 2017. Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat bimbingan, petunjuk, saran,
dukungan moril maupun materil dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Nasir, selaku Kepala Sekolah SMK SMAK PADANG
2. Bapak Firman selaku Quality Manager PT LDC Indonesia
3. Bapak Taufan Tirto Raharjo selaku pembimbing prakerin di PT LDC Indonesia
4. Ibu Eli Gusti, selaku guru pembimbing sekolah
5. Seluruh staf dan karyawan PT LDC Indonesia, teristimewa staff dan karyawan
Laboratorium Quality Control PT LDC Indonesia (Kak Diah, Kak Asariyanto, Kak
Faried, Kak Dedi, Kak Eko, Kak Fauzi, Kak Romi, Kak Anda)
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan
7. Teman-teman Alphabet Union 50 yang telah ikut membantu Serta semua pihak yang
telah membantu demi tercapainya tujuan laporan ini
Penyusunan laporan ini telah di usahakan semaksimal mungkin, namun penulis menyadari
tentu masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam
memperluas cakrawala pengetahuan penulis dan para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ii
HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
Minyak kelapa sawit diperoleh dari hasil pengolahan buah kelapa sawit segar dengan
kandungan asam lemak yang bervariasi, baik dalam panjang maupun struktur rantai karbonnya.
Panjang rantai karbon dalam minyak kelapa sawit berkisar antara atom karbon C12-C20.
Komposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa sawit sangat menentukan sifat
fisik dan kimianya.
Sifat Jumlah
Bilangan Penyabunan (mg KOH/ mg
190,1 - 201,7
minyak)
Bilangan iod (wijs) 50,6 - 55,1
Melting point (0C) 31,1 - 37,6
Produk-produk turunan minyak kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku
biodiesel di antaranya CPO ( crude palm oil ) CPO low grade, RBD stearin, RBDPO, dan RBD
olein. Sebelum diolah menjadi biodiesel, CPO membutuhkan proses pemurnian (Degumming)
yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang terdapat dalam minyak,
seperti gum dan fosfatida. Secara umum, proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO dan
PKO ditnjukkan oleh gambar berikut.
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkil ester dari rantai
panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternative bagi bahan bakar dari mesin diesel dan
terbuat dari sumber terbaharui sepetri minyak nabati atau lemak hewan. (Soerawidjaja,2005;
Biodiesel merupakan bahan bakar dari proses transesterifikasi lipid untuk mengubah minyak
dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang lemak bebas. Setelah melewati proses ini
tidak seperti minyak nabati langsung biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan
diesel dari minyak bumi dan dapat menggantikan minyak bumi dalam banyak kasus. Namun
biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum. (Anggi Yudi
Bahan bakar nabati bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat pengganti bensin
dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Diesel. Pemerintah Indonesia
telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua macam bahan bakar tersebut, bukan
hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera bangsa namun juga sebagai salah satu
Biodiesel pertama kali dikenalkan di Afrika selatan sebelum perang dunia II sebagai bahan
bakar kenderaan berat. Minyak sawit didominasi oleh trigliserida sehingga memiliki viskositas
dinamik yang sangat tinggi dibandingkan dengan solar (bisa mencapai 100 kali lipat, misalkan
pada Castor Oil). Oleh karena itu, penggunaan minyak sawit secara langsung di dalam mesin
diesel umumnya memerlukan modifikasi/tambahan peralatan khusus pada mesin, misalnya
penambahan pemanas bahan bakar sebelum sistem pompa dan injektor bahan bakar untuk
menurunkan angka viskositas. Viskositas (atau kekentalan) bahan bakar yang sangat tinggi akan
menyulitkan pompa bahan bakar dalam mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Aliran bahan
bakar yang rendah akan menyulitkan terjadinya atomisasi bahan bakar yang baik. Buruknya
atomisasi berkorelasi langsung dengan kualitas pembakaran, daya mesin, dan emisi gas buang.
sudah dimulai pada tahun 1895 saat Dr. Rudolf Christian Karl Diesel (Jerman, 1858-1913)
mengembangkan mesin kompresi pertama yang secara khusus dijalankan dengan minyak
tumbuh-tumbuhan. Mesin diesel atau biasa juga disebut Compression Ignition Engine yang
ditemukannya itu merupakan suatu mesin motor penyalaan yang mempunyai konsep penyalaan
di akibatkan oleh kompressi atau penekanan campuran antara bahan bakar dan oxygen didalam
suatu mesin motor, pada suatu kondisi tertentu. Konsepnya adalah bila suatu bahan bakar
dicampur dengan oxygen (dari udara) maka pada suhu dan tekanan tertentu bahan bakar tersebut
akan menyala dan menimbulkan tenaga atau panas. Pada saat itu, minyak untuk mesin diesel
yang dibuat oleh Dr. Rudolf Christian Karl Diesel tersebut berasal dari minyak sayuran. Tetapi
karena pada saat itu produksi minyak bumi (petroleum) sangat melimpah dan murah, maka
minyak untuk mesin diesel tersebut digunakan minyak solar dari minyak bumi. Hal ini menjadi
inpirasi terhadap penerus Karl Diesel yang mendesain motor diesel dengan spesifikasi minyak
diesel.
1.2 Tujuan praktik kerja industri
1.2.1 Tujuan umum
1. Mengembangkan dan menerapkan hasil pembelajaran baik dari segi teori maupun praktik
yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan di SMK-SMAK padang
2. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan sikap profesional siswa dalam rangka
memasuki dunia kerja
3. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam dunia kerja,
diantaranya struktur organisasi, disiplin, lingkungan, dan sistem kerja
4. Memperoleh masukan-masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di Sekolah Menengah Analis Kimia Padang
5. Menjalin hubungan baik antara pihak sekolah dengan pihak industri
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui secara langsung proses Biodiesel di plant LDC Indonesia
2. Siswa mampu menganalisis sampel pada proses Biodiesel sesuai prosedur yang
ditetapkan oleh PT LDC Indonesia
3 Siswa dapat mempelajari pengaruh temperature dan waktu pada proses transesterifikasi
4. Siswa dapat mempelajari pengaruh katalis pada pembuatan biodiesel
PT LDC Indonesia membuka kantor pertamanya di Indonesia pada tahun 2001 di Jakarta.
Sejak saat itu, telah menjadi pemain kunci di sektor agroindustri yang berfokus pada minyak,
kopi, gula, biji-bijian, dan kapas. Dan merupakan perusahaan yang aktif dalam komoditas ekspor
berupa Olein, Stearin, Crude gliserin, dan Biodiesel. Di Indonesia, PT LDC memproduksi,
memproses, dan mengirimkan masukan bahan baku yang menjadi jantung sistem agroindustri
modern.
PT LDC Indonesia Kemudian membuka perusahaan baru di Lampung yang berdiri pada
tahun 2013. Proses Refinery dan Fractionation di PT LDC Indonesia mulai beroperasi pada bula
Juni 2014 dan memiliki kapasitas pengolahan 2.000 ton minyak sawit per hari, untuk
penyulingan dan fraksinasi.
PT LDC Indonesia Panjang, Bandar Lampung mengalami kemajuan yang sangat pesat,
sehingga memungkinkan untuk memulai produksi Biodiesel yang mulai beroperasi pada bulan
Februari 2015 Dan diresmikan pada tanggal 6 APRIL 2016 oleh CEO LDC Global Gonzalo
Ramirez Martiarena, Gubernur Lampung M Ridho Ficardo, Direktur Bioenergi ESDM Sudjoko
Harsono Adi, Dubes Swiss untuk Indonesia Yvonne Baumann dan Wali Kota Bandar Lampung
Herman HN.
PT LDC Indonesia merupaka perusahaan biodiesel milik LDC ( Louis Dryfus Company )
yang pertama di Asia dan pabrik LDC ke-lima di dunia setelah pembangunan pabrik biodiesel di
Argentina, Jerman, dan Amerika Serikat. Pendirian pabrik biodiesel pertama di Asia ini untuk
memenuhi kebutuhan Indonesia sebagai market utama. Indonesia sebagai negara terbesar
penghasil sawit menjadi alasan utama kebutuhan bahan bakar kendaraan yang lebih efisien dan
murah. Biodisel LDC Indonesia memproduksi FAME/Biodisel dengan kapasitas produksi
tahunan hingga 420.000 ton Palm Methyl Ester (PME) dan 50.000 ton gliserin mentah. Pada saat
ini PT LDC Indonesia Bandar Lampung dipimpin oleh bapak Arie Rizki.
2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan
Visi :
Menciptakan lingkungan kerja yang aman di manapun kami beroperasi di seluruh dunia,
memastikan orang-orang kami kembali ke rumah dengan selamat dan tanpa cedera setiap
hari, dan dengan dampak minimal terhadap lingkungan
Misi :
Untuk menggunakan pengetahuan dan jangkauan global untuk membawa produk yang tepat
untuk lokas yang tepat pada waktu yang tepat.
Motto :
Memenuhi dan memberi kebutuhan pelanggan.
Diagram struktur organisasi umum PT LDC Indonesia dimulai dari jabatan Plant
Manager yang membawahi Production Manager, Quality Manager, Engineering Utility
Manager, PPIC (Production Planning Inventory Control), HRGA Manager, Manager SHE
(Safety, Health Environment), Controller,dan Finance Manager. Adapun tugas dari masing-
masing departement tersebut adalah sebagai berikut :
a. Plant Manager
Plant Manager berwenang untuk mengendalikan dan mengarahkan seluruh
aktivitas di sekitar area operasional pabrik serta mengatur dan memimpin seluruh area
fungsional termasuk Production Manager, Quality Manager, Engineering Utility
Manager, PPIC (Production Planning Inventory Control), HRGA Manager, Manager
SHE (Safety, Health Environment), Controller,dan Finance Manager.
b. Production Manager
Tujuan Manajer Produksi adalah untuk mengelola, memimpin, dan
mengendalikan departemen produksi untuk menghasilkan produksi sesuai dengan
rencana produksi untuk memelihara dan mengontrol pelaksanaannya untuk mencapai
target produksi sesuai dengan kebijakan, prosedur, dan standar yang telah ditetapkan.
c. Quality Manager
Tujuan Manajer Quality adalah untuk menentukan standar pemakaian bahan
kimia dan prosedur kerja, menentukan tindakan untuk mencegah terjadinya produk yang
berada diluar standar, menentukan apakah suatu jenis produk dapat dikirim atau tidak,
serta mengambil keputusan mengenai produk non standar apakah harus dikerjakan ulang
atau di reject.
h. Controller
Tujuan Controller adalah menjadi koordinator administrasi pabrik,
pengadministrasian, dan ketepatan laporan atau data antar bagian dan data pabrik,
pembuatan PR manual (budgeting pabrik), dan kelancaran produksi yang berkaitan
dengan Production Order (PO).
i. Finance Manager
Tujuan Manajer Finansial adalah untuk memaksimalkan nilai yang dimiliki
perusahaan atau memberikan nilai tambah terhadap asset yang dimiliki oleh pemegang
saham. Dan juga melakukan planning atau perencanaan keuangan, budgeting atau
anggaran, controlling atau pengendalian keuangan, auditing atau pemeriksaan keuangan,
dan reporting atau pelaporan keuangan.
2.3 Gambaran Proses Industri dan Komoditi
2.3.1 Produk yang dihasilkan / Komoditi
Produk yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit mentah CPO (crude palm
oil) yang diproduksi di PT LDC Indonesia :
RBDPO (Refinery Bleached Deodorized Palm Oil)
Olein
Stearin
PFAD (Palm Fatty Acid Destilate)
Biodisel
Crude Glyserin
PT. LDC Indonesia memulai produksi Biodiesel yang mulai beroperasi pada bulan
Februari 2015 dan di resmikan pada tanggal 6 April 2016 dan menjadi perusahaan Biodesel
milik LDC pertama di Asia dan pabrik LDC ke-lima di dunia.
Dalam proses pembuatan Biodiesel di PT LDC (Louis Dreyfus Company) Indonesia
melewati proses Transesterifikasi, Washing, Pengeringan, Rectyfication Section dan Glyserin
Water Evaporation Section yaitu :
Proses pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil
ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130C. Pengeringan
dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95C
secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada
alat pengering.
Proses Rectyfication Section bertujuan untuk memisahkan gliserin dengan fatt matter
yang terdapat di dalam crude gliserin dengan cara di reaksikan dengan asam dan di
pisahkan dengan bantuan alat separator, berdasarkan massa jenisnya.
Raw Material
MeOH Filtering
Catalyst
Pre-Reactor 163
MeOH
RI
Catalyst
st
1 Loop Glycerine to
MeOH
Reactor 163 V1 hold up vessel
163 V8
Catalyst
nd Recovery
2 Loop MeOH
MeOH
Reactor 163 V2
Catalyst
3rd Loop
Reactor 163 A1
163 V3A
Centrifugal NaOH
Separator FAME
166 S1 Buffer Tank
Citrit Acid 163 V20
Water
Fatty Matter Netralisasi Centrifugal
Crude Separator
Glycerine 163 S20
166 A1
Fatty Matter
Storage Tank
Crude Glycerine
Destilation
Column FAME Cooler
Crude
Glycerine to FAME to
Storage Tank Storage Tank
2.3.2.2 Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi bertujuan untuk menghilangkan
senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada
suhu sekitar 55C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH
6,8-7,2).
Ligh phase atau crude FAME yang dihasilkan dari transesterifikasi tahap IV kemudian
dimasukkan ke separator (163 S2) dimana fungsinya sama untuk memisahkan ligh phase
dengan heavy phase berdasarkan berat jenisnya, heavy phase yang terpisah kemudian di
pompa menuju 166 V2 sedangkan ligh phase akan kembali mengalami pencucian sebanyak
dua kali untuk lebih memastikan crude FAME benar-benar terpisah dari gliserol. Dalam tahap
ini akan kita lakukan washing untuk pemurnian FAME. Untuk pemurnian FAME ini kita
gunakan dosing Citirit Acid dengan menjaga PH air pencuci adalah 2. Pemurnian crude metil
ester dilakukan dengan tiga tahap pencucian, yang disebut dengan methode counter
current.Maksud dari aliran counter current disini adalah air pencuci separator final (163 S20)
yang merupakan heavy phase digunakan kembali untuk air pencuci 163 S1,namun disini
harus di jaga PH separator final 3 4. Tujuan ditambahkan air pencuci adalah untuk
menghentikan reaksi dan mengikat gum-gum maupun methanol yang terkandung dalam
biodiesel. setelah itu phase ringan yang berasal dari separator 163 S2 dialirakan ke tangki
buffer tank FAME . Dari tangki ini kita pompakan ke vacum dryer (destilasi) dengan
temperaturnya berkisar antara 140 oC-160 oC. Untuk mendapatkan temperatur tersebut maka
kita masukkan terlebih dahulu ke heat exchanger atau steam yang bertujuan untuk
memudahkan vacum menarik uap air dalam biodiesel itu sendiri.Selain itu vacum juga
berfungsi untuk menguragi kadar methanol dan soap dalam metil ester. Setelah dari FAME
dryer minyak biodiesel dipompakan ke dalam exchanger cooler atau didinginkan dan
kemudian di simpan ke tangki biodiesel (FAME Storage Tank).
2.3.2.3 Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester.
Pengeringan dilakukan pada suhu 140-160C. Pengeringan dilakukan dengan cara vakum
destilasi secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada
alat pengering.
Hampir semua pabrik mempunyai bagian keselamatan kerja dimana bagian ini
membidangi semua hal yang berhubungan dengan keselamatan dan keselamatan kerja.
Demikian pula PT.LDC Indonesia merupakan pabrik menempatkan keselamatan kerja
sebagai prioritas utama. Sasaran utama keselamatan kerja PT. LDC Indonesia ini adalah
mencegah bahaya-bahaya yang biasanya timbul dan bahaya-bahaya khusus agar tidak
dapat terjadi. Sehingga setiap pagi dilaksanakan safety breafing Dengan semboyan atau
motto yakni Safety First yang berarti mengutamakan keselamatan. Dan setelahnya baru
Focus On Quality.
Keselamatan Kerja Karyawan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang
harus lengkap, terdiri dari :
d. Pelindung pernafasan
Contoh pelindung pernafasan yang digunakan, antara lain : masker debu, masker
gas, self contained breathing apparatus dan airline house. Pelindung pernafasan
diperuntukan bagi karyawan dan tamu yang sedang berada di lokasi yang mempunyai
faktor bahaya debu, gas berbahay, gas beracun, dan di ruangan yang berkonsentrasi
O2 lebih kecil dan 19 V % volume udara.
f. Pelindung kaki
Pelindung kaki diperuntukan bagi karyawan dan tamu yang sedang berada di
seluruh area produksi, gudang dan bengkel. Pelindung kaki bertujuan untuk
melindungi kaki dari bahaya benturan, jepitan, kejatuhan benda seperti zat kimia dan
tergilas kendaraan (terutama forklift).
2.4.2.4 Ketenagakerjaan
Di PT. LDC Indonesia, karyawan terbagi dalam dua kelompok yaitu karyawan
non -shift dan karyawan shift.
b. Karyawan shift
Di PT LDC Indonesia jadwal kerja karyawan shift dibagi menjadi tiga shift yaitu
Jam Kerja bagi para pekerja diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.
7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu
atau 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat puluh)
jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu
kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur.
Ketentuan mengenai pembagian jam kerja, saat ini mengacu pada UU No.13/2003. Ketentuan
waktu kerja diatas hanya mengatur batas waktu kerja untuk 7 atau 8 sehari dan 40 jam seminggu
dan tidak mengatur kapan waktu atau jam kerja dimulai dan berakhir.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKERIN
Analisis Density
Free Fatty Acid atau Asam Lemak Bebas adalah grup dari asam organik yang terdapat
dalam minyak sawit. Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau trigliserol. Trigliserida
adalah triester yang terbentuk dari gliserol dengan asam lemak. FFA terbentuk akibat adanya
air dan katalis melalui reaksi hidrolisa.
Minyak (Trigliserida) + Air FFA + Gliserol
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas yang ada dalam sampel.
Analisa FFA ini dilakukan dengan metode titrasi asam basa antara minyak dengan NaOH.
Sampel minyak atau lemak dilarutkan dengan IPA (Isopropil Alkohol) netral dan
ditambahkan indikator PP 1% dan di titrasi dengan basa yaitu NaOH 0,1 N (WQC001, 2014).
Dalam ilmu kimia, bilangan asam (acid value) atau angka netralisasi atau angka asam
adalah massa dari Kalium Hidroksida (KOH) dalam miligram yang di butuhkan untuk
menetralkan satu gram zat kimia. Angka asam merupakan satu ukuran dari jumlah gugus
asam karboksilat dalam suatu senyawa kimia, seperti asam lemak, atau sebagai campuran
senyawa. Dalam sebuah prosedur khusus, jumlah sampel yang diketahui dilarutkan dalam
pelarut organik IPA (isopropil alkohol), yang di titrasi dengan Kalium Hidroksida (KOH)
dengan kosentrasi yang diketahui dan indikator PP (Fenolftalein). Bilangan asam digunakan
untuk menentukan asam yang ada di dalam sampel, misalnya biodiesel. Bilangan asam
adalah kadar basa, yang dinyatakan dalam miligram Kalium Hidroksida yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam dalam satu gram sampel.
Kadar air biodiesel yang tinggi dapat menyebabkan mikroba mudah tumbuh, sehingga
mengotori biodiesel, korosi pada mesin, dan pada suhu rendah menyebabkan pemisahan
biodiesel murni maupun blending. Selain itu adanya air dalam biodiesel dalam jangka waktu
yang lama akan meningkatkan kadar FFA (bilangan asam).
Peningkatan kadar air ini dapat mendorong terjadinya proses hidrolisis antara trigliserida dan
molekul air, sehingga membentuk gliserol dan asam lemak bebas.
Dalam melakukan analisa kadar air yang terkandung di dalam biodiesel menggunakan alat
moisture meter dengan metode Karl Fischer
Pada analisa metode ini digunakan untuk mengukur kadar air dalam sampel dengan
prinsip reaksi redoks. Titran yang digunakan adalah pereaksi Karl Fisher, yaitu campuran
iodin sulfur dioksida dan piridin dalam metanol.
Titrasi Karl Fischer adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk mengukur
kandungan air di dalam berbagai sampel. Prinsip pokoknya didasarkan pada Reaksi Bunsen
antara Iodium dan Sulfudioksida dalam suatu medium yang mengandung air. Penentuan air
di atur dalam USP 34 <921>Water Determination. Titrasi Karl Fischer ini hanya kadar air
yang diukur.
Analisis Ester Content
Analisa ini bertujuan untuk menentukan kandungan ester dalam FAME sekaligus
memprediksi apakah proses reaksi Transesterifikasi di plant berjalan dengan sempurna atau
tidak, hal ini dapat dilihat dari hasil analisa ester contentnya. Semakin tinggi nilai ester
contentnya maka FAME semakin bagus begitu sebaliknya. Analisa ester content ini
menggunakan alat instrument GC (Gas Cromatography).
Analisis Flash Point
Flash point atau titik nyala adalah suhu terendah dimana minyak ( uap minyak ) dan
produknya dalam campuran dengan udara akan menyala apabila terkena percikan api
kemudian mati kembali..
Minyak bumi yang mempunyai flash point terendah akan membahayakan, karena minyak
tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut mempunyai titik nyala tinggi juga kurang
baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi kalau ditinjau dari segi keselamatan
maka minyak yang baik mempunyai flash point yang tinggi karena tidak mudah terbakar,
Contohnya Biodiesel yang terbuat dari minyak nabati dengan nilai flash point 170 C.
Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan pemanasan yang tetap,
setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan pada permukaan
sample. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan sample dengan berganti-ganti
sehingga mencapai atau terjadi semacam terbakarnya minyak karena adanya tekanan dan api
yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut dengan flash point.
Penentuan flash point dimana apabila contoh akan terbakar / menyala kurang lebih lima
detik maka lihat suhunya sebagai flash point . Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan
pada produk-produk yang volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena
mempunyai flash point dibawah temperatur normal.
Analisis Density
Kerapatan (density) Kerapatan atau density dinyatakan dengan ( adalah huruf kecil
Yunani yang dibaca rho), didefinisikan sebagai mass per satuan volume. = (2-1) dimana
= kerapatan (kg/m3) m = massa benda (kg) v = volume (m3) Pada persamaan 2-1 diatas,
dapat digunakan untuk menuliskan massa, dengan persamaan sebagai berikut : M =
v [ kg ] (2-2) Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni. Benda tersusun
atas bahan murni, misalnya emas murni, yang dapat memiliki berbagai ukuran ataupun
massa, tetapi kerapatannya akan sama untuk semuanya. Satuan SI untuk kerapatan adalah
kg/m3. Kadang kerapatan diberikan dalam g/cm3. Dengan catatan bahwa jika kg/m3 = 1000
g/(100 cm)3, kemudian kerapatan yang diberikan dalam g/cm3 harus dikalikan dengan 1000
untuk memberikan hasil dalam kg/m3. Dengan demikian kerapatan air adalah 1,00 g/cm3,
akan sama dengan 1000 kg/m3.
Minyak kelapa sawit / Crude Palm Oil (CPO) merupakan material utama dalam
pembuatan dan pengolahan produk-produk turunannya, baik dalam produk makanan, atau
yang bukan makanan. Sehingga untuk dapat melakukan analisa dalam produk produk
turunan dari CPO, perlu diketahui terlebih dahulu komponen-komponen yang terkandung
dalam CPO terlebih dahulu. Adapun komponen-komponen yang terkandung di dalamnya
antara lain :
a) TG ( Trigliserida )
Trigliserida adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel
tumbuhan dan hewan. Trigliserida merupakan suatu lipida yang paling sederhana dan paling
banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusun dan merupakan ester dari alkohol
gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Sifat fisika dan kimia bahan gliserida dalam
minyak sawit inilah yang menunjukkan kualitas minyak sawit, yang pada gilirannya akan
menentukan kesesuaian minyak dalam berbagai proses dan aplikasi. Minyak dan lemak
dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya berbeda dalam bentuk wujud.
Disebut minyak jika berbentuk cair dan lemak jika bentuknya padatan. Trigliserida adalah
senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak.
uji ini digunakan sebagai indikasi air bebas dan sedimen yang tersuspensi seperti kabut,
keruh, atau tetesan pada bahan bakar distilat menengah seperti minyak bakar kelas 1 dan 2
(Spesifikasi D396 ), Kelas No. 1-D dan 2- D bahan bakar diesel (Spesifikasi D975 ), Jumlah
air dan sedimen yang cukup besar dalam bahan bakar minyak cenderung menyebabkan
fouling pada fasilitas penanganan bahan bakar dan memberikan masalah pada sistem bahan
bakar burner atau mesin.Penumpukan sedimen di tangki penyimpanan dan pada layar
saringan dapat menghalangi aliran minyak dari tangki ke pembakaran. Air bebas di bahan
bakar distilat menengah dapat menyebabkan korosi pada tangki dan peralatan, dan jika
deterjen ada, air dapat menyebabkan emulsi atau kabut. Air bebas dapat mendukung
pertumbuhan mikrobiologis pada antarmuka air bahan bakar dalam sistem bahan bakar.
3.5 METODOLOGI PENGUJIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Juli sampai dengan 10 Desember 2017,
bertempat di Laboratorium PT LDC Indonesia.
1. Analisis FFA (Free Fatty Acid)
Acuan: AOCS Official Method and Recommended Practices Ca 5a-40 Free Fatty
Acid.
Peralatan
NeracaAnalitik
Erlenmeyer 300 mL
Pipet Tetes
Digital buret 50 mL
Dispensete 50 mL
Hot Plate (jika diperlukan)
Bahan
NaOH 0,1 N
Phenolphtealin 1%
Sampel (CPO, BPO, RBDPO, dan PFAD)
IPA (Isopropyl Alcohol) Netral
Cara Kerja
Timbang sampel yang telah di homogenkan sesuai dengan ketentuan dalam
Erlenmeyer 300 mL. Catat berat sampel dalam W.
Jumlah
Jenis Sampel Penimbangan
RBDPO 20 gram
Olein 20 gram
Stearin 20 gram
Rumus
Acuan : AOCS Official Method and Recommended Practices Cd 3d-63 Acid Value.
Peralatan
Erlenmeyer asah 300 mL
Pipet tetes
Digital buret 50 mL
Timbangan Analitik
Spatula
Reagent
Larutan NaOH 0.1 N
Indikator pp
IPA Netral
Prosedur Kerja
Syringe 3mL
CA-200 moisturemeter mitsubishi
Reagent
Aquamicron CXU
Aquamicron AXI
Prosedur Kerja
Hidupkan CA-200 moisturemeter mitsubishi dengan menekan tombol power.
Tekan tombol titrasi.
Tunggu hingga stabil & Ready.
Inject sample oil (liquid) ke dalam syringe 3mL.
Hilangkan gelembung udara pada sample dengan mengeluarkan sebagian sample
pada syringe .
Pasang silicone rubber pada jarum syringe agar sample tidak keluar
Timbang dan catat sample di dalam syringe sebagai berat awal (W)
Tekan tombol start.
Inject sample pada beaker karl fisher (berat sample sesuai kisaran kadar air)
Timbang dan catat sample sisa di syringe sebagai berat akhir (w).
Tekan tombol sample .
Masukan id sample, berat awal (W) dan berat akhir (w) lalu tekan enter.
Tunggu hasil hingga stabil kemudian catat.
4. Analisis Ester Content by GC (Gas Cromatography)
7890B GC System
Vial 10 mL + tutup
Vial GC 2 mL + tutup
Crimper
Volumetric pippete 10 mL
Reagent
Toluene
Prosedur Kerja
Pastikan kondisi tekanan tabung gas Helium, Hidrogen, Syntetic Air dan Nitrogen
tidak habis.
Pilih metoda Esther Content.M pada kolom Method and Run Control.
Persiapan sampel.
Buat Sequence dengan memilih menu sequence pada menu bar software
Biodiesel All-in-One (Online).
o Berikan nama pada subdirectory dengan format tanggal, jam dan nama
sampel tanpa tanda baca.
o Klik insert line atau append lines sesuai dengan jumlah sampel yang akan
diukur.
o Isi sample location dengan angka antara 201 216 sesuai urutan sampel
dalam Autosampler Injector.
Contoh : Jika sampel diletakkan pada nomor urut 5 maka diketik 205
o Isi sample name dengan nama sample.
o Klik OK.
Prosedur Kerja
Hidupkan OPTIFLASH HERZOG dengan menekan tombol power.
Masukan sample oil (liquid) ke dalam cup sampai tanda batas (60mL)
Tutup cup dengan penutup cup yang dilengkapi stirer.
Letakan Cup pada OPTIFLAH HERZOG
Pasangkan termometer dan ignation pada tempatnya (sesuai Gambar 1)
Pilih menu run
Masukkan nama opetrator dan id sample
Pilih program sesuai metode yang akan di jalankan dan jenis sample (Tabel 1).
Masukan temperatur expected (10C dari perkiraan hasil)
Klik start
Tunggu hingga mendapatkan hasil FP
6. Analisis Density
Acuan : Manual Book Desitymeter Vida 40 (ASTM D4052, ASTM D5002, IP 365,
ISO 12185, DIN 51757).
Peralatan
Syringe 3mL
Density meter VIDA 40
REAGENT
Toluene
Acetone
PROSEDUR
Inject sample oil (liquid) ke dalam syringe 3mL
Letakkan syringe pada VIDA 40
Klik menu RUN
Input Operator dan ID sample
Input Product sesuai sample.
Tunggu sampai sistem Ready atau temp sudah mencapai temp pengukuran.
Klik start.
Tunggu Hasil sampai selesai pengukuran.
7. Analisis Analisis MG, DG dan TG by GC ( Gas Cromathography )
7890B GC System
Volumetric pippete 10 mL
Vial 10 mL + tutup
Vial GC 2 mL + tutup
Crimper
Microsyringe 100 uL
Microsyringe 250 uL
REAGENT
1, 2, 4 butanetriol
Pyridine
MSTFA (N-Methyl-N-(trimethylsilyl)trifluoroacetamide)
N-Heptane
PROSEDUR
Pastikan kondisi tekanan tabung gas Helium, Hidrogen, Syntetic Air dan Nitrogen
tidak habis.
Hidupkan Air Compressor dengan menurunkan tuas berwarna merah pada posisi
horizontal.
Hidupkan monitor, komputer dan printer.
Hidupkan unit GC dengan menekan tombol ON pada bagian depan alat.
Hidupkan unit Headspace Sampler dengan menekan tombol ON pada bagian
belakan alat (diatas input kabel power).
Jalankan software Biodiesel All-In-One (Online).
Pilih metoda Esther Content.M pada kolom Method and Run Control.
Persiapan sampel.
o Timbang 100 mg sampel dalam vial 10 mL.
o Tambahkan 10 mL n-heptane.
o Aduk perlahan hingga homogen.
o Masukkan dalam vial GC 2 mL, tutup lalu eratkan dengan Crimper.
Letakkan vial pada Autosampler Injector bagian belakang.
Buat Sequence dengan memilih menu sequence pada menubar software
Biodiesel All-In-One (Online).
Pilih New Sequence Template.
Pilih Sequence Parameter.
o Berikan nama pada subdirectory dengan format tanggal, jam dan nama sampel
tanpa tanda baca.
Contoh : Tanggal = 02 Juni 2017 menjadi 020617
Waktu = 03:20 menjadi 0320
Nama sampel = 163V2
Maka input dalam subdirectory menjadi : 0206170320163V2
o Klik OK, bila muncul pesan you want to created it? maka klik YES lalu OK.
Pilih Sequence Table.
o Klik insert line atau append lines sesuai dengan jumlah sampel yang akan diukur.
o Isi sample location dengan angka antara 201 216 sesuai urutan sampel dalam
Autosampler Injector.
Contoh : Jika sampel diletakkan pada nomor urut 7 maka pada kolom sampler
location dituliskan 207.
o Isi sample name dengan nama sampel.
o Pilih method name Esther Content.
o Pilih injector location Back.
o Isi sample amount dengan berat sampel.
o Klik OK.
Pilih save sequence template as...
o Isi file name dengan format analisa dan nama sampel.
Contoh : Analisa = Esther Content menjadi Ester
Nama sampel = 163A1
Maka input dalam file name menjadi : Ester163A1
o Klik OK.
Pilih Run Control pada menu bar lalu klik Run Sequence.
Tunggu hingga proses analisa selesai.
Jika ingin menambahkan proses analisa Glyserida dan metanol pada sampel yang
sama, cukup mengganti data sequence table (menu sequence) dengan urutan
sampel, metoda yang sesuai dan berat sampel lalu klik OK.
Pilih save sequence template as.. lalu isi file name dengan format analisa yang
sesuai.
Klik OK.
Pilih Run Control pada menu bar lalu klik Run Sequence.
Bila muncul pesan Start Sequence? klik YES, lalu muncul lagi pesan Start
Sequence? klik YES.
Tunggu hingga proses analisa selesai.
Pengolahan data hasil analisa GC.
o Buka software Biodiesel All-In-One (Offline).
o Pilih metoda dengan klik icon folder method pada menu bar.
o Pilih nama metoda Esther Content lalu klik OK.
o Klik dua kali pada folder data yang telah selesai dianalisa pada kolom
Data Analysis.
o Klik dua kali file data.
o Klik dua kali hasil analisa pada kolom sequence (recalculate mode).
o Klik calibration.
o Klik icon identify peak, calculate and preview results.
o Klik kanan pada hasil report lalu pilih print.
Acuan : ASTM D 2709-96 Standard test for Water and Sediment in Middle
Distillate Fuel by Centrifuge.
Peralatan
Reagent
-
Prosedur Kerja
Dinginkan sampel hingga mencapai suhu antara 21 sampai 32oC.
sesegera mungkin, secara langsung isi centrifuge tube sampai tanda dari botol
sampel 100 mL.
Setelah 10 menit amati dan catat volume gabungan sediment dan air pada bawah
tabung mendekati 0.05 mL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Satuan.
No Parameter Uji min/maks Persyaratan Test Method
1 Density pada suhu 40 C kg/m3 850 -890 ASTM D4052 atau SNI bagian 9.1
2 Flash Point C, min 120 ASTM D93 atau SNI bagian 9.4
Angka Asam (Acid mg-KOH/g, AOCS Cd 3d-63 atau SNI bagian
3 Value) maks 0,5 9.13
4 Air dan Sediment %-vol, maks 0,05 ASTM D2709 atau SNI bagian 9.8
5 Monogliserida % massa, maks 0,8 SNI 7182:2015 bagian 9.18
6 Digliserida % massa, maks 0,2 SNI 7182:2015 bagian 9.18
RBDPO
0,1 % max
FFA (As Palmitic)
0,1 % max
M&I
Tabel 6. Standar PORAM (Palm Oil Refiners Association of Malayan) RBDPO (Refined
Bleached Palm Oil)
RBDPO
FFA M&I
Date
% %
11-Sept-17 0,094 0,03
12-Sept-17 0,068 0,02
13-Sept-17 0,078 0,03
14-Sept-17 0,085 0,02
15-Sept-17 0,070 0,03
16-Sept-17 0,070 0,02
FAME
% mg / kg Vol.% C kg/m3 % % % %
11-Sept-17 0,185 128,600 0,04 169,0 855,640 98,23 0,29 0,050 0,020
12-Sept-17 0,140 153,100 0,05 170,8 856,847 98,23 0,29 0,048 0,025
13-Sept-17 0,190 148,290 0,05 169,0 856,175 98,17 0,31 0,050 0,020
14-Sept-17 0,204 159,182 0,03 170,0 855,633 98,19 0,30 0,045 0,022
15-Sept-17 0,180 157,080 0,04 170,5 855,980 98,17 0,30 0,050 0,030
16-Sept-17 0,160 143,110 0,05 170,0 856,925 98,07 0,29 0,050 0,020
4.1.3.2 Hasil Analisis Kualitas Sampel FAME Pada Proses Biodiesel di Bulan Oktober
A. Feed RBDPO (Refined Bleached Palm Oil)
RBDPO
FFA M&I
Date
% %
05-Okt-17 0,075 0,02
06-Okt-17 0,070 0,02
07-Okt-17 0,068 0,03
08-Okt-17 0,072 0,03
09-Okt-17 0,070 0,02
10-Okt-17 0,068 0,02
11-Okt-17 0,068 0,03
FAME
% mg / kg Vol.% C kg/m3 % % % %
05-Okt-17 0,278 136,875 0,03 170,5 856,900 98,15 0,328 0,055 0,035
06-Okt-17 0,240 167,750 0,04 170,5 856,900 98,25 0,310 0,040 0,020
07-Okt-17 0,208 158,625 0,04 170,5 856,850 98,28 0,300 0,040 0,020
08-Okt-17 0,235 155,893 0,04 168,5 856,730 98,16 0,313 0,045 0,023
09-Okt-17 0,259 165,300 0,04 169,8 856,967 98,05 0,323 0,050 0,027
10-Okt-17 0,258 182,670 0,04 173,2 856,750 98,18 0,310 0,050 0,030
11-Okt-17 0,266 147,750 0,04 172,5 857,070 98,18 0,310 0,048 0,028
4.2 Pembahasan
Secara stoikhiometri 1 mol alkohol bereaksi dengan 3 mol trigliserida, tetapi untuk
menggeser reaksi kearah produk, digunakan pereaksi yang berlebih, dalam hal ini metanol dibuat
berlebih. Sesuai dengan hukum kesetimbangan kimia, jika reaktan yang berada disebelah kiri
panah reaksi ditambah kuantitasnya, maka kesetimbangan akan bergeser kearah produk yang
berada di sebelah kanan panah reaksi, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, ketika reaktan
ditambah, maka produk akan terbentuk hingga terjadi kesetimbangan antara produk dan
reaktan, begitu juga ketika produk yang terbentuk diambil, maka reaktan akan
terkonversi menjadi produk hingga terjadi kesetimbangan.
PT LDC Indonesia memproduksi biodiesel dari material yang telah melalui proses Refinery
seperti Olein, Stearin dan RBDPO. Biasanya PT LDC Indonesia menggunakan bahan baku
pembuatan Biodiesel dari RBDPO dengan memperhatikan juga quality dari RBDPO tersebut
yaitu kandungan FFA dan Air karena parameter tersebut dapat mempengaruhi hasil dari reaksi
transesterifikasi dan pembuatan Biodiesel itu sendiri
A. Feed RBDPO
Nilai FFA yang dianjurkan untuk feed RBDPO adalah sebesar maksimal 0.1% , jika FFA
(Free Fatty Acid) atau asam lemak bebas melebihi standar tersebut itu akan menyebabkan reaksi
saponifikasi dan akan mempengaruhi proses reaksi transesterifikasi, karena asam lemak jika
bereaksi dengan Basa maka akan terjadi reaksi saponifikasi seperti gambar di bawah ini
Selain FFA kadar air yang terkandung didalam bahan baku juga akan mempengaruhi reaksi
transesterifikasi karena air akan bereaksi dengan katalis yang menyebabkan katalis bekerja
kurang sempurna dan memperlambat waktu dan hasil dari proses reaksi transesterifikasi, juga
menyebabkan reaksi saponifikasi yang mengahasilkan padatan sabun jika kadar air dan FFA
bahan bakunya tinggi bereaksi dengan basa kuat
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil reaksi transesterifikasi adalah perbandingan mol
trigliserida dan metanol yang di gunakan, semakin banyak metanol yang di pakai maka hasil dari
proses transesterifikasi pun akan bagus juga, karena metanol itulah yang akan mempengaruhi
hasil FAME dan akan memperbesar nilai ester contentnya
Pada hasil analisis mutu sampel feed RBDPO pada proses Biodiesel di bulan September
dapat dilihat pada tabel 7 diketahui bahwa hasil analisis feed RBDPO yang didapatkan bagus .
Standar itu sendiri berasal dari PT LDC Indonesia. RBDPO tersebut masih memenuhi syarat
mutu yang telah ditentukan dengan kadar asam lemak bebas yaitu 0,1% maks dan M & I 0,1%
maks. Untuk kualitas feed RBDPO pada bulan tersebut bagus hal ini dikarenakan RBDPO
tersebut memenuhi standar mutu. Hasil rata-rata dari analisis feed RBDPO untuk di proses
menjadi FAME yaitu, FFA 0,08% dan M & I 0,02% .
Ester Content
Ester content adalah kandungan ester yang terdapat didalam FAME untuk mengetahui
seberapa besar hasil konversi trigliserida menjadi ester oleh metanol. Pada umumnya
metanol digunakan berlebih untuk mendapatkan hasil ester yang tinggi dengan
perbandingan 1 mol trigliserida : 9 mol metanol dengan konversi rata-rata ester content
96%. Standar yang digunakan di PT LDC Indonesia untuk kandungan ester didalam
FAME sebesar 96,5% min. Hasil yang didapatkan pada bulan September dan Oktober
yaitu sebesar 98,17% dan 98,17%. Semakin tinggi nilai dari ester dalam FAME maka
hasil yang diperoleh akan bagus juga karena reaksi transesterifikasi yang berlangsung
sangat bagus yang menghasilkan nilai ester tinggi atau sesuai standar yang ditetapkan.
MG, DG dan TG
MG, DG dan TG merupakan senyawa yang tidak terkonversi menjadi FAME pada proses
reaksi transesterifikasi oleh metanol, jika kandungan MG, DG dan TG tinggi di dalam
FAME bisa dikatakan hasil produk yang akan didapat kurang bagus terutama pada nilai
ester contentnya. Standar yang ditetapkan di PT LDC Indonesia untuk MG 0,8%, DG
0,2% dan TG 0,2%.
Berdasarkan hasil rata-rata yang di dapatkan pada bulan September MG (monogliserida)
0,29%, DG (Digliserida) 0,048%, TG (Trigliserida) 0,022%. Pada bulan Oktober
didapatkan hasil rata-rata MG (monogliserida) 0,31%, DG(Digliserida) 0,046%,
TG(Trigliserida) 0,026%.
Berdasarkan hasil analisis mutu sampel FAME pada proses Biodiesel di bulan September
dan Oktober, hasil yang didapatkan memenuhi standard persyaratan mutu yang di pakai di PT
LDC Indonesia dan feed RBDPO yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan FAME pada
proses Biodiesel juga memenuhi standard yang di pakai di LDC Indonesia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan di PT LDC Indonesia
dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses produksi Biodiesel di PT LDC indonesia biasanya menggunakan feed dari
minyak yang telah di murnikan yaitu RBDPO.
2. Proses Biodiesel adalah proses pembuatan FAME dengan feed minyak nabati yang
telah dimurnikan dengan melalui tahapan-tahapan proses reaksi Transesterifikasi,
Pencucian (Washing), Rectyfication Section, dan Glycerine Water Evaporation
3. Analisis mutu yang dilakukan pada proses Fraksinasi ini meliputi analisis FFA
(Free Fatty Acid), AV (Acid Value), Kadar Air (Moisture), Ester Content, MG, DG
dan TG, Titik Nyala (Flash Point), Density dan WS (Water and Sediment).
4. Analisis pada bulan September dan Oktober telah memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan di PT LDC Indonesia untuk feed RBDPO dan standar SNI 7182:2015
EN 14214 yang telah ditetapkan oleh PT LDC Indonesia untuk produk FAME
sehingga kualitas produk secara umum masih menunjukkan batas aman dan berada
di bawah standar maksimum yang diizinkan sehingga produk yang dihasilkan dapat
dipasarkan kepada konsumen.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Perusahaan
Setelah penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan di PT LDC Indonesia penulis akan
memberikan saran yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk lebih meningkatkan
perkembagan perusahaan di masa mendatang, yaitu :
a. Kepada para staf dan karyawan hendaknya selalu menjaga kesehatan dan keselamatan
pada saat bekerja dan untuk selalu menggunakan Alat Pelindung Diri agar dapat terhindar
dari resiko kecelakaan kerja dan terlindung dari bahan-bahan kimia berbahaya.
b. Tetap menjaga lingkungan tempat kerja yang nyaman dan menjaga kebersihan alat-alat
laboratorium yang digunakan untuk analisis agar memajukan kinerja laboratorium.
5.2.2 Saran Untuk Penulis
a. Untuk siswa-siswi PKL agar lebih inisiatif dan aktif serta selalu bertanya selama
melakukan bimbingan pada masa PKL.
b. Dan dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama masa PKL di lingkungan kerja
ataupun sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Encinar, J. M., Gonzales, J.F., Rodriguez, J.J., Tejedor, A., 2002, Biodiesel Fuels from
Vegetable Oils : Transesterefication of Cynara cardunlus L. Oils with Ethanol, Energy &
Fuels. J.A.C.S.,16.
Fauzi, Y., 2005, Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran, edisi revisi, Penebar Swadaya, Jakarta.
Juwita, A., 2005, Kajian Pengaruh Rasio Mol Metanol Minyak Kelapa Terhadap Kuantitas dan
Kualitas Biodiesel Hasil Transesterifikasi Minyak Kelapa dengan katalis NaOH, Skripsi,
Jurusan Kimia, FMIPA UGM, Yogyakarta.
Herlina, Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Medan: Fakultas Teknik,
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Anonim. 2010. Minyak Jelantah. www. id.wikipedia.org. Diakses tanggal 5 Oktober 2010: 877
LAMPIRAN
STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM PT LDC INDONESIA
GENERAL MANAGER
ARIE RIZKIE
QUALITY MANAGER
FIRMAN
QUALITY SUPERVISIOR
TAUFAN TIRTO .R
QUALITY ANALYST
-FAUZI ROHMAN
- DEDI NURYANTO
-ROMI ERLANGGA
-ASARIYANTO
-FARIED SURYA DILAGA
-EKO SETYONO
-ANDA WIJAYA
-DIAH KUSUMA WARDANI
Lampiran 2
Raw Material
MeOH Filtering
Catalyst
Pre-Reactor 163
MeOH
RI
Catalyst
st
1 Loop Glycerine to
MeOH
Reactor 163 V1 hold up vessel
163 V8
Catalyst
nd Recovery
2 Loop MeOH
MeOH
Reactor 163 V2
Catalyst
3rd Loop
Reactor 163 A1
163 V3A
Centrifugal NaOH
Separator FAME
166 S1 Buffer Tank
Citrit Acid 163 V20
Water
Crude Glycerine
Destilation
Column FAME Cooler
Crude
Glycerine to FAME to
Storage Tank Storage Tank
Lampiran 4
Contoh Sampel FAME pada Proses Biodiesel
Form request analisa
Sampel Biodiesel
(FAME)
Peralatan dan Reagent yang digunakan untuk Analisis Mutu pada Sampel Biodiesel
Alat dan Reagent untuk Analisis FFA Alat dan Reagent untuk Analisis AV
(Free Fatty Acid) (Acid Value)
Neraca Analitik
GC (Gas Cromatography) untuk analisis
Ester Content, MG, DG, dan TG
dalam FAME
Perhitungan :
% FFA = V x N x 25,6
W
= 0,76 mL x 0,1001 N x 25,6
20,3923 gram
= 0,095 %
Perhitungan :
% AV = V x N x 56,1
W
= 0,94 mL x 0,1001 N x 56,1
20,0893 gram
= 0,262 %
c. Contoh Perhitungan Analisa IV
Berat sampel (gram) V.penitaran (mL) V. Blanko (mL)
0,5191 18,32 42,12
( )
IV =
= 58, 15 g/100g I2
Lampiran 7
Foto Perusahaan dan Laboratorium PT LDC Indoensia
PT LDC Indonesia
Laboratorium PT LDC Indonesia