TUGAS AKHIR
NURAMIN MAULANA
142401044
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
NURAMIN MAULANA
142401044
PERSETUJUAN
Disetujui di
Medan, Juni 2017
Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
PENGHARGAAN
Penulis
Kehilangan minyak kelapa sawit dari stasiun perebusan yang terdapat pada air
kondensat, dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit. Penentuan kehilangan
minyak kelapa sawit atau oil losses dapat dilakukan dengan metode ekstraksi
sokletasi menggunakan pelarut n-Heksana. Dari hasil analisis diperoleh kehilangan
minyak rata-rata pada air kondensat sebesar 0,98 %. Hasil ini menunjukkan bahwa
kehilangan minyak kelapa sawit (oil losses) sudah memenuhi standar di PKS (0,8 –
1.0 %)
Kata Kunci : Kehilangan minyak, Perebusan, Ekstraksi sokletasi
Losing palm oil from boiling stations found in condensate water can affect the quality
of palm oil. Determination of loss of palm oil or oil losses can be done by sokletasi
extraction method using n-Hexane solvent. From the analysis results obtained
average oil losses in condensate water by 0.98%. These results indicate that the loss
of oil palm oil (oil losses) already meet the standards in the PKS (0.8 - 1.0%)
Keywords: Oil loss, Boiling, Socletation Extraction
DAFTAAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3
4.1 Data 25
4.2 Perhitungan 25
4.3 Pembahasan 26
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 28
5.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
PKS PT. Multimas Nabati Asahan, Kuala tanjung merupakan salah satu pabrik yang
menghasilkan minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit (PKO). Pengolahan buah
kelapa sawit menjadi minyak kasar (CPO) dan inti sawit (PKO) terdiri dari beberapa
pengempaan, pemurnian, dan pengutipan inti. Dalam setiap proses pengolahan buah
kelapa sawit menginginkan agar kehilangan minyak (Oil Losses) dapat ditekan
lancar dan ditunjang dengan cara kondisi pengoperasian yang tepat serta pemahaman
mempengaruhi proses pada tahap berikutnya. Salah satu tahap proses pertama pada
Dalam proses perebusan TBS akan direbus dengan uap (steam) pada
temperatur berkisar 135o C dan tekanan 1,5 – 2,8 bar selama 80 - 90 menit. Proses
perebusan dilakukan secara bertahap dalam sistem tiga puncak tekanan agar diperoleh
cepat pula waktu perebusan nya. Tekanan berbanding lurus dengan temperaturnya.
Tapi, bila temperatur tinggi akan dapat merusak kualitas daj juga mempengaruhi
rendemen minyak sawit dan inti sawit. Pada proses perebusan perlu dilakukan
pengurangan udara agar udara bisa keluar dan diganti oleh uap air sebagai media
rebusan.
Selain itu kehilangan minyak juga disebabkan oleh : buah lewat masak, buah
restan dilapangan, stagnasi pabrik dan penanganan di loading ramp. Oleh sebab itu,
untuk mencapai hasil yang optimal baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang
terdapat pada air kondensat dapat mempengaruhi hasil akhir kelapa sawit, sehingga
perlu dilakukan analisis kehilangan minyak pada air kondensat tersebut, dengan
Dari uraian di atas, maka karya ilmiah ini saya berjudul : “ Penentuan
Kehilangan Minyak Sawit (Oil Losses) Dari Stasiun Sterilizer Pada Buangan Air
1.2 Permasalahan
Apakah hasil analisa terhadap kehilangan minyak dari unit perebusan yang terdapat di
air kondensat sesuai dengan standar yang di tetapkan di PT MNA Kuala Tanjung.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui hasil dari metode kehilangan minyak secara Ekstraksi Sokletasi
pada sistem perebusan, maka karya ilmiah ini dapat digunakan untuk melihat
stasiun perebusan.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawi (Elais Guinensis Jacq), berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika
Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan
Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup
subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat jenis bibit kelapa sawit yang
dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman
kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1912.
Panen kelapa sawit terutama didasarkan pada saat kadar minyak mesoparp
mencapai maksimum dan kandungan asam lemak minimum, yaitu pada saat buah
mencapai tingkat kematangan yang tepat yaitu dilihat dari warna kulit buah dan
jumlah buah yang rontok dari tiap tandannya. Biasanya warna kulit buah yang telah
matang atau masak adalah merah kehitaman dan bentuk buah dengan penampang
yang bulat dan tempurung tebal. Warna daging buah adalah putih kekuningan di
waktu masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang.(Fauzi, 2004)
Kelapa sawit (Elais Guinensis Jacq) dalam klasifikasi botanis dapat diuraikan
sebagai berikut:
Kelas : Angiospermae
Ordo : Palmeles
Family : Palmaceae
Sub-Family : Palminae
Genus : Alaes
Tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian
sampai 20 m. Tanaman ini berumah satu atau Monoecious, yang artinya bunga jantan
dan betina terdapat pada tandan bunga betina. Masing - masing tandan terletak
setelah terjadi kejenuhan setiap unsur komponen maka mulailah terjadi fase
a. Perubahan karbohidrat menjadi gula, yang ditandai dengan rasa manis pada inti
c. Perobahan warna buah dari hitam kehijau-hijauan berubah menjadi hijau kekuning-
d. Fisik buah berubah yaitu malam yang berkilat berubah menjadi suram.Setelah
terjadi proses perombakan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol,
maka buah mulai lepas dari bulinya. Proses ini lebih cepat terjadi jika panas terik
Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal.
Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya.
tandan buah masak, memungut brondoloan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat
kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen
minyak yang paling tinggi dengan kualitas minyak yang baik.(Tomi. 1997)
Ada beberapa varietas kelapa sawit yang telah di kenal. Varietas – varietas itu
dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah. Selain varietas –
varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang lainnya.
Buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal tiga varietas kelapa sawit
yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian
luar tempurung. Daging buah relatif tipisi dengan persentase daging buah terhadap
buah bervariasi antara 35 – 36%. Kernel daging biji biasanya dengan kandungan
2. Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya
tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging buah
biji sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan jenis
lain. Variestas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga gugur
Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura
dan psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan saat ini.
antar 60 – 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada
dura.(Naibaho. 1996)
dipengaruhi diperlakukan sejak awal panen. Faktor yang penting yang cukup
pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai
arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan
Tabel 2.1. Hasil Rendemen Minyak dan ALB Akibat Lamanya Penginapan
Brondolan
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut diatas, ada beberapa
tingkatkan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat
mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal
Lima fraksi TBS dapat dilihat pada tabel 2.2 yang menjelaskan fraksi-fraksi
Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang
dihasilkan melalui hibridasi atau persilangan buatan antara varietas dura sebagai
induk betina dengan varietas psifera sebagai induk jantan. Terbukti dai hasil
pengujian yang dilakukan selama bertahun – tahun, bahwa varietas – varietas tersebut
lainnya.(Risza,S. 1994)
Seperti minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur – unsur C, H, O.
Minyak ini terdiri dari fraksi cair dan fraksi padat dengan perbandingan seimbang.
Penyusun fraksi padat sendiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%),
asam palmitat (45%), asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak
tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asma linoleat (11%). Komposisi
tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan minyak inti sawit dan
minyak kelapa.
Perbedaan jenis asam lemak penyusunya dan julah rantai sam lemak yang
membantu trigliserida dalam minyak inti sawit dan minyak sawit menyebabkan kedua
jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit
dalam suhu kamar bersifat padat sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit
Standar mutu special prme bleach (SPB), dibandingkan dengan mutu ordinary
Sifat fisika dan kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor,
kelaruta, titik cair, titik didih, titik penolakan, slipping, shot melting, bobot jenis,
indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala dan titik api. Warna minyak
ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena
asam – asam lemak trigiserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan
adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak. Zat warna yang terkandung dalam
kuning orange pada minyak kelapa sawit. Karotenoid larut dalam minyak dan
bersifat tidak stabil pada suhu tinggi. Jika minyak kelapa sawit dialiri uap panas,
Setiap truk pengangkut buah sawit yang tiba di pabrik terlebih dahulu
ditimbang di jembatan timbang untuk memperoleh bruto dan tarra. Selisih antara
bruto dan tarra adalah jumlah buah sawit yang diterima di Pabrik (netto).
Segar. Sortasi buah kelapa sawit berfungsi sebagai alat penilai mutu suatu buah
kelapa sawit (kelayakan buah yang akan diolah menjadi CPO).Dengan cara memilih
TBS yang berkualitas baik maupus yang bekualitas buruk . Sesuai konfirmasi
Pada kegiatan ini dilakukan pemulangan dan pemotongan pada buah – buah yang
tidak masuk dalam kriteria . Buah yang di terima di PKS ini adalah buah yang
berjenis dura dan terera , buah yang masak dan memenuhi standart . Kriteria buah
a. Buah Mentah yaitu buah yang tidak matang dimana buah dalam satu tandan
b. Buah Tandan Kosong yaitu buah sawit yang tidak memiliki brondolan, hal
ini bisa terjadi akibat proses pemanenan yang sudah lewat masa panen.
c. Buah Sakit yaitu buah yang tidak bagus. Buah yang berwarna matang tetapi
tidak dapat membrondol dan daging buah tersebut membusuk dan gugur.
d. Buah Jantan yaitu buah yang gak jadi yang berukuran kecil yang tidak
mempunyai biji.
TBS yang telah ditimbang kemudian buahnya tuang kedalam loading ramp.
Loading ramp adalah suatu bangunan bidang T dengan sudut kemiringan 45º. Pada
loading ramp dilengkapi pintu – pintu sebanyak 52 pintu dimana samping kanan /
samping kiri yaitu 14 / 4 dan depan 24 pintu yang digerakkan secara hidrolik agar
agar buah jangan berserakan dilantai dengan tujuan agar brondolan tidak tergilas
Pada stasiun sterilisasi buah-buah yang berada didalam lori direbus dengan
menginjeksi uap pada suhu dan tekanan tertentu, satu sterilizer memiliki kapasitas 6
udara, puncak kedua digunakan untuk membebaskan air dari TBS serta inaktivasi
enzim, dan puncak ketiga untuk mematangkan tandan. Ketiga puncak tersebut dapat
2. Peak 2 yaitu untuk membuang kadar air dan zat asam. Untuk menekan kembali
sisa-sisa udara yang masih tersisa dalam bejana dan membuang udara bersama uap
Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidasi yang tetap
bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu.
Enzim dapat dihentikan secara fisika dan kimia. Aktifitas enzim semakin tinggi
sampai dipabrik diusahakan agar kemarahan buah dalam presentase yang relative
kecil. Enzim pada umumnya tidak efektif lagi pada suhu 50o C. Namun jika ditinjau
Minyak dan inti sawit terdapat pada dalam buah, maka untuk mempermudah
proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepas dari
pangkal buah.
Selama perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses
non lemak (zat non-solid). Dalam proses ini mempermudah digester dalam proses
melunakkan buah dan pelumatan. Secara keseluruhan, akibat penguapan sebagian air
d. Prakondisi Untuk Biji Agar Tidak Mudah Pecah Selama Proses Pengepresan
serat biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam
alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan
Sterilisasi buah dapat menyebabkan menurunkan kadar air buah dan inti, yaitu
dengan cara penguapan baik saat perebusan sebelum saat pemipilan. Penurunan
kandungan air buah menyebabkan penyusutan pada buah sehingga terbentuk rongga-
akan bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari
f. Pemecahan Emulsi
Minyak di dalam perikarp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel
jika berubah fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan bantuan
Perebusan yang sempurna akna menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar
air yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji
tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan memebantu
fermentasi didalam nut silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik
demikian juga pemisahan inti dari cangkang dalam proses pemisahan kering atau
basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.(Hassan, 1999)
Tekanan uap dan lama perebusan sangat menetukan hasil perebusan dan
efesiensi pabrik. Tekanan uap dan lama perebusan berbanding terbalik, semakin kecil
tekanan uap semakin lama perebusan dan sebaliknya, semakin tinggi tekanan uap
2,8 - 3,0 kg/cm2 dan temperatur 130 – 140 oC serta siklus merebus selama 90 – 100
menit. Tekanan uap yang rendah (< 2,8 kg/cm2) dan waktu rebus yang tidak cukup
akan mengakibatkan:
- Buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas dari tandan yang
- Pelumatan dalam Digester tidak sempurna, sebagian daging buah tidak lepas
- Ampas basah, mengakibatkan pemakaian bahan bakar lebih boros pada proses
Temperatur di dalam rebusan sangat dipengaruhi oleh tekanan uap, udara dan
air kondensat. Semakin rendah tekanan dan semakin banyak udara atau air kondensat
di dalam rebusan, maka semakin rendah temperatur yang dicapai. Udara merupakan
penghantar panas yang rendah dan bila terjebak dalam suatu ruangan kosong daam
ketel rebusan, maka udara bisa menjadi isolator panas. Bila udara dalam ketel rebusan
tidak di keluarkan secara sempurna akan terjadi pencampuran udara dan uap yang
mengakibatkan temperatur turun dan pemindahan panas dari uap ke buah tidak
sempurna. Akibatnya adalah masih banyak brondolan masih terikut tandan kosong.
dan hasil kondensasi steam di dalam ketel rebusan. Disamping tekanan, air
menjadi turun.
- Buah yang terendam air kondensat, dipastikan tidak masak. Kalaupun buah
tidak terendam tetapi air kondensat masih ada yang tertinggal dalam
tidak tercapai.
- Pembuangan air kondensat dilakukan enam kali yaitu pada saat pembuangan
steam puncak 1, 2, dan 3 tiga kali pada saat holding time. Diharapkan dengan
Sistem pembuangan tekanan uap dan air kondensat dapat dilihat pada tabel
Merebus tidak hanya cukup dengan memasukan uap panas kedalam ketel
rebusan dengan tekanan tinggi saja, tetapi juga dengan membuat tekanan berubah-
ubah agar terjadi kejutan-kejutan pada jaringan sel buah. Maksud dari membuat
kejutan-kejutan tekanan ini agar penestrasi panas kedalam jaringan buah serta celah-
celah diantara spkilet berjalan dengan baik. Seperti sebuah kendaraan roda empat
yang rodanya terpelosok di dalam lumpur, agar terlepas dari jebakan lumpur
dilakukan gerakan mundur dan maju sehingga akhirnya terlepas dari lumpur. Seperti
itulah kerja dari sistem perebusan yang dimaksud. Pada perebusan kelapa sawit ada 3
rebusan sambil menaikkkan pada tekanna tertentu. Seelah tekanan tercapai seperti
dibandingkan dengan punck pertama. Beda tekanan puncak pertama dengan puncak
kedua serta waktu yang digunakan disesuaikan dengan karekteristik dari pabrik yang
bersangkutan. Sistem perebusan dua puncak jarang dipakai pada saat ini tetatpi masih
Sistem ini paling banyak digunakan pada saat sekarang, karena dianggap lebih
efesiensi dilihar dari segi kehilangan minyak dalam pengolahannya. Ada beberapa
variasi sistem perebusan dala upaya pabrik untuk mendapatkan hasil olahan yang
lebih optimal. Dengan menggunakan sistem tiga puncak ini tingkat kematangan buah
1998)
a. Daerasi
dengan cara membuka pipa uap masuk, katup daerasi atau katup kondensat akan
terbuak, udara dibuang dengan memasukan uap, karena uap lebih berat, maka udara
akan berada dilapisan atas dibuang melalui katup daerasi atas atau melalui pipa
kondensat. Daerasi akan berlangsung pada saat pembuangan air kondensat selama
proses perebusan tergantung pada pola perebusan. Puncak pertama dicapai denga
pupa terebut ditutup dan pipa kondensat, pipa buang (exhause pipe) dibuka dengan
tiba-tiba sehingga tekanan turun sampai 0,5 Kg/cm2 (± 3 menit), kemudian pipa
kondensat ditutup. Pipa uap masuk dibuka setelah 10 menit puncak kedua dicapai
Setelah melalui satu puncak atau dua puncak awal maka pemasakan dapat
dilanjutkan dengan membuka pipa uap masuk dan pipa kondensat by past untuk
Setelah penahanan tekanan buah selesai maka uap yang berada dalam strelizer
dibuang dengan membuka katub pipa kondensat kemudian setelah tekanan menjadi
2,5 Kg/cm2 maka pipa pembuangan uap berada diatas sterilizer dibuka denga tiba-
tiba. Setelah tekanan sama dengan tekanan atmosfer maka pintu rebusan dibuka.
Buah yang telah masak dikeluarkan dari dalam sterilizer denga membuka
Lori kemudian ditarik dengan bersamaan dengan pembukaan buah yang akan
direbus.(Weis, 1983)
Hasil utama dari tanaman kelapa sawit adalah miyak sawit atau sering
dikennal denngan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit
proses fraksinasi berdasarkan asam lemak tidak jenuh tersebut dapat dipisahkan atas
tiga fraksi yaitu olein, stearin, dan asam lemak. Olein dapat digunakan sebagai
minyak goreng dan stearin sebagai campuran lemak makanan seperti magarin. Selain
itu stearin dan asam lemak sedang dikembangkan untuk pembuatan minyak pelumas,
sabun, minyak diesel, faffty alkohol, faffty amine dan surfaktan. Minyak inti sawit
mempunyai sifat mirip minyak kelapa, sehingga dapat menggantikan kopra sebagai
bahan baku minyak goreng maupun sebagai komponen margarin dan shortening
Produk kelapa sawit dapat digunakan dalam berbagai industri hilir, meliputi
industri pangan, farmasi, olechemical, sabun, kosmetik, pulp kertas dan arang aktif,
dan hasil samping adalah cangkang memiliki sifat yang sama dengan tempurung
kelapa, jadi dapat digunakan untuk arang aktif yang banyak digunakan dalam industri
karet, farmasi dan minyak. Serabut dapat digunakan sebagai pulp, tandan kosong
(Sianturi, 1991)
METODE PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Cawan petri
- Timble
- Soklet
- Kondensor
- Oven
- Hot Plate
- Beaker Glass
- Desikator
- Neraca Analitik
- Electromanthel
- Spatula
- Labu Alas
3.1.2 Bahan
- N-Heksan
- Ditimbang contoh seberat ± 10 gram kedalam cawan porselin yang telah diketahui
beratnya
- Kemudian contoh dipanaskan dalam oven pada suhu 105o C selama 8-12 jam untuk
menghilangkan kadar airnya
- Contoh kering dimasukan dalam thimble dan ditutup dengan kapas minyak
- Labu alas dilepas dari alat soklet dan dipanaskan didalam oven selama 1 jam untuk
menghilangkan pelarut yang masih tertiggal di minyak
4.2 Perhitungan
Dimana :
= 0,1259 gram
= 0,1259 x 100 %
13,239
= 0,95 %
Dimana :
= 0,5997 gram
4.3 Pembahasan
pada pemeriksaan dari tanggal 20 febuari 2017 sampai dengan tanggal 24 febuari
2017 dperoleh data yang berbeda-beda, hal ini dapat disebabkan oleh: buah yang
lewat matang yaitu buah buah yang dengan sedikit saja pemanasan sudah
mengeluarkan minyak. Buah resta dilapangan yaitu buah yang sedang dipanen tidak
langsung dibwa ke PKS sehingga menyebabkan buah memar dan luka. Stagnasi
pabrik yaitu buah yang sudah sampai di pabrik tidak langsung diolah, hal ini juga
buah sangkut pada pintu perebusan sehingga buat tertekan dan mengeluarkan minyak.
Untuk mengatasi hal ini dapa dilakukan cara-cara sebagai berikut: Buah yang
sudah masak harus segera dipanen untuk mencegah buat lewat matang, buah yang
sudah dipanen langsung diangkut ke pabrik untuk mencegah buah restan, buah yang
sudah tiba di pabrik harus segera diolah untuk mencegah buah yang memar dan luka.
Pengisian lori tidak perlu terlalu penuh untuk menghindari buah tersangkut pada
pintu strelizer.
pada air kondensat sebesar 0,98 %. Jadi kehilangan minyak pada sistem perebusan
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kehilangan minyak kelapa sawit dari sistem perebusan pada air kondensat adalah
0,98 %
2. Kehilangan minyak kelapa sawit pada air kondensat dengan metode ekstraksi
5.2 Saran
pengambilan sampel air kondensat dan menggunakan metode yang lain. Agar hasil
Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit, Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah,
dan Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Penebar
Swadaya; Jakarta
Hassan, A.H dkk. 1999. Perusahaan Kelapa Sawit. Institut Penyelidikan Minyak
Kelapa Sawit: Malaysia
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.
Universitas Indonesia Press: Jakarta
Naibaho, M.P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit: Medan
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Penerbit Kosinius: Yogyakarta
Sianturi, H. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Medan: Fakultas Pertanian USU.
Sunarko. 2001. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Dalam
Tetty Yulia (ed). Cetakan 1. Jakarta: Acromedia Pustaka
Tomi, N. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya
Weis, J.T. 1983. Food Oils And Their Uses. Second Edition. California: Avi
Publishing Company, Inc
Analisa
No. Sample Analisa Frekuensi Point
Composite
1 Kali Sekali
1. Condensate Oil Losses 1.0 %
Tiap Shift Sehari
Empty Bunch 2.15 %
USB 2.0 %
Fruit Loss Oil Losses dan 2 Jam Sekali 0.75 %
2.
Kerenel Loss Kernel Losses Sekali Sehari 0.75 %
Empty Bunch
Press 2.0 %
Oil Losses 2 Jam Sekali 4.0 %
3. Press Cake
Broken Nut Sekali Sehari 20%
Oil 2 Jam Sekali 36 - 45 %
4. Crude Oil Tank
Moisture Sekali Sehari 19 - 25 %
2 Jam Sekali
5. Slurry Decanter Oil Losses Sekali Sehari 1.0 %
Solid Decanter 3.5 %
2 Jam Sekali
6. Heavy Phase Oil Losses
Sekali Sehari
Decanter 1.0 %
Before Purifier 2 Jam Sekali 1.5 %
7. Moisture
After Purifier Sekali Sehari 0.5 %
Separator Inlet 2 Jam Sekali 2.0 %
8. Oil Losses
Separator Outlet Sekali Sehari 1.0 %
FFA 5.0 %
2 Jam Sekali
9. Vakum Driyer Moisture 0.20 %
Sekali Sehari
Dirt 0.020 %
FFA 1 Kali 5.0 %
Moisture Tiap Sekali 0.20 %
10. Storage Tank
Akhir Sehari
Dirt Shift 0.020 %
2 Jam Sekali
11. Effluent Oil Losses Sekali Sehari 1.0 %
Crecked 2 Jam Sekali
12. Ripple Mill Efisiency Sekali Sehari 95.0%
FFA 3.0 %
Moisture Sekali Sekali 8.0 %
13. PK Produksi
Dirt Sehari Sehari 8.0 %
Broken 15.0 %