Anda di halaman 1dari 63

PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis J.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN


TALI SERAT ALAMI

SKRIPSI

OLEH :
MARULI HAMONANGAN DABUKKE
140308043/KETEKNIKAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


PEMANFAATAN LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis J.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN
TALI SERAT ALAMI

SKRIPSI

OLEH :
MARULI HAMONANGAN DABUKKE
140308043/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

(Riswanti Sigalingging, STP, M.Si, PhD)


NIP. 198005072008122001

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

MARULI HAMONANGAN DABUKKE : Pemanfaatan Limbah Pelepah Kelapa


Sawit (Elaeis guineensis J.) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Tali Serat Alami
dibimbing oleh RISWANTI SIGALINGGING.
Pelepah kelapa sawit merupakan limbah yang dihasilkan dari kelapa sawit
setelah dilakukan kegiatan penunasan dan kegiatan pemanenan. Limbah pelepah
kelapa sawit pada luasan areal 1 Ha dapat menghasilkan 10 ton/Ha/tahun.
Pengoptimalan limbah pelepah kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara
mengolahnya menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual dan nilai guna.
Limbah pelepah kelapa sawit memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi
yaitu 50,94% dengan kekuatan serat yang dimiliki sebesar 25,6 g/tex, dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku tali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan mendapatkan nilai pengaruh usia 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun limbah pelepah
kelapa sawit terhadap beban maksimum, elastsisitas, dan daya serap tali alami
berbahan baku pelepah kelapa sawit. Tali diuji tarik menggunakan alat uji tensilon
RTF 1350. Beban maksimum yang dapat ditahan tali pelapah usia 5 tahun yaitu
99,13 kg, 10 tahun yaitu 88,57 kg dan usia 15 tahun yaitu 81,32 kg dengan
elasisitas tali usia 5 tahun yaitu 3,66 MPa, usia 10 tahun yaitu 2,93 MPa, dan Usia
15 tahun yaitu 3,26 MPa. Sedangkan daya serap perendaman 1 jam tali usia 5
tahun yaitu 77,70%, usia 10 tahun 70,05% dan usia 15 tahun yaitu 80,92% dan
daya serap perendaman 6 jam pada usia 5 tahun yaitu 89,30%, 10 tahun yaitu
83,61% dan usia 15 tahun yaitu 94,31%. Tali serat limbah pelepah kelapah sawit
tidak layak pakai dikarenakan beban maksimum dan daya serap tali tidak sesuai
berdasarakan SNI 12-0064-1987 syarat mutu tali sisal. Tali mengalami plastis
setelah melewati batas tegangan luluh atas masing-masing tali yaitu 5,05 MPa,
8,74 MPa, dan 7,23 MPa.

Kata Kunci: pelepah, serat, pintalan, uji tarik.

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

MARULI HAMONANGAN DABUKKE : Ultilization of Palm Oil Midrib(Elaeis


guineensis J.) as A Raw Material for Making Natural Fiber Ropes Supervised by
RISWANTI SIGALINGGING.
Palm oil midribs are wastes produced from palm oil after prunning and
harvesting activities are carried out. Palm oil midrib wastes in an area of 1 ha
produces 10 tons/ha/year. Optimizing palm oil midrib wastes can be done by
processing them into a product that has a selling value and utilizing value. Palm
oil midrib waste has a high crude fiber content of 50.94% with a fiber strength of
25.6 g/tex, which can be used as rope raw material. This study was aimed to find
out and get the value of the effect of the age of 5 years, 10 years, 15 years of oil
palm frond waste on maximum load, elasticity, and absorption of natural rope
made. The rope was tested using tensilon RTF 1350 test. The maximum load that
could be retained by the 5 year age rope was 99.13 kg, 10 years was 88.57 kg and
the age of 15 years was 81.32 kg with rope age of 5 years was 3.66 MPa, 10 years
was 2.93 MPa, and 15 years was 3.26 MPa. While the absorption of immersion of
1 hour of 5 year age rope was 77.70%, 10 years age was 70.05% and 15 years
age was 80.92% and absorption rate of immersion 6 hours at the age of 5 years
was 89.30%, 10 years was 83.61% and the age of 15 years was 94.31%. The rope
of palm oil midrib waste fiber was not suitable to use because the maximum load
and rope absorbency were not suitable based on SNI 12-0064-1987 quality
requirements for sisal ropes. The rope was plastic after passing the upper yield
stress of each rope, which was 5.05 MPa, 8.74 MPa, and 7.29 MPa.

Keywords: midrib, fiber, spun, tensile test

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Maruli Hamonangan Dabukke lahir di Rambung Merah pada tanggal 15

Februari 1996 dari ayah Ranto Halomoan Dabukke dan ibu Moina Pestauli

Tindaon. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara.

Pada tahun 2008 penlis lulus dari SDN 096125 Tobasari, tahun 2011 lulus

dari SMP Negeri 1 Sidamanik, tahun 2014 penulis lulus dari SMA Swasta Assisi

Siantar dan pada tahun 2014 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara

melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Fakultas Pertanian USU, anggota di

Paduan Suara Transeamus Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta

sebagai anggota aktif Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen

(UKM KMK) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis

melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit PT.

Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan Tebing Tinggi dari tanggal 24 Juli

sampai 24 Agustus 2017.

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pemanfaatan Limbah Pelepah Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis J.) Sebagai

Bahan Baku Pembuatan Tali Serat Alami” yang merupakan salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis dengan hormat mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu

Riswanti Sigalingging, STP, M.Si, Ph.D selaku komisi pembimbing yang telah

memberikan berbagai masukan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis,

dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2018

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Hal.
ABSTRACT ........................................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
Batasan Masalah ........................................................................................ 3
Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
Hipotesis .................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa Sawit ............................................................................................. 4
Potensi Limbah Pelepah Kelapa Sawit....................................................... 5
Serat............................................................................................................ 7
Serat Pelepah Sawit .................................................................................... 9
Tali Serat ................................................................................................... 12
Pemintalan .................................................................................................. 14
Uji tarik ...................................................................................................... 15
Beban Maksimum ...................................................................................... 16
Elastisitas.................................................................................................... 17
Tegangan Tarik .......................................................................................... 17
Regangan ................................................................................................... 18
Deformasi ................................................................................................... 18
Daya Serap ................................................................................................. 19
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 20
Bahan dan Alat ........................................................................................... 20
Metode Penelitian....................................................................................... 20
Prosedur Penelitian .................................................................................... 21
Pengambilan serat ............................................................................... 21
Pembuatan tali .................................................................................... 22
Parameter Penelitian ................................................................................... 23
Beban Maksimum ............................................................................... 23
Elastisitas ............................................................................................ 24
Daya Serap .......................................................................................... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beban Maksimum ...................................................................................... 26
Elastisitas ................................................................................................... 28
Daya Serap ................................................................................................. 31
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................ 33

v
Universitas Sumatera Utara
Saran .......................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Perbandingan beberapa panjang dan diameter dari beberapa serat tekstil ..... 7

2. Persyaratan mutu benang ring tunggal kapas garuk untuk benang rajut ....... 7

3. Persyaratan mutu benang ring tunggal kapas garuk untuk benang tenun ..... 8

4. Nilai rata-rata karekteristik komponen kimia (%) pelepah kelapa sawit ....... 10

5. Nilai rata-rata dimensi serat pelepah kelapa sawit ......................................... 11

6. Jumlah yarn, beban putus, panjang dan massa tali manila dan sisal .............. 16

7. Penyerapan air tali mengacu pada SNI 12-0064-1987 ................................... 19

8. Nilai rata-rata hasil uji tarik tali serat pelepah kelapa sawit usia 5 tahun,

usia 10 tahun, usia 15 tahun ........................................................................... 28

9. Uji ANOVA beban maksimum ...................................................................... 27

10. Nilai rata-rata elastisitas tali serat pelepah kelapa sawit usia 5 tahun, 10

tahun, dan 15 tahun ........................................................................................ 28

11. Uji DMRT elastisitas tali serat usia 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun ............ 29

12. Nilai rata-rata persentase daya serap perendaman 1 jam dan 6 jam............... 31

13. Uji DMRT daya serap tali usia 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun

perendaman 1 jam. ......................................................................................... 32

14. Uji DMRT daya serap tali usia 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun

perendaman 6 jam .......................................................................................... 32

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Jenis konstruksi pemintalan tali ..................................................................... 13

2. Diagram tegangan-regangan........................................................................... 15

3. Gaya yang bekerja pada luas permukaan mn ................................................. 18

4. Grafik tegangan-regangan tali usia 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun .............. 29

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart pelaksanaan penelitian ............................................................. 38

2. Uji fmax dan elastisitas.............................................................................. 39

3. Daya serap ................................................................................................. 41

4. Uji statistika beban maksimum.................................................................. 45

5. Uji statistika elastisitas .............................................................................. 46

6. Uji statisatika daya serap perendaman 1 jam ............................................. 47

7. Uji statistika daya serap perendaman 6 jam .............................................. 48

8. Dokumentasi penelitian ............................................................................. 49

ix
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit(Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman utama

dalam industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Peran penting kelapa sawit

yaitusebagai sumber panghasil devisa nonmigas bagi Indonesia. Prospek yang

jelas dari komoditi minyak kelapa sawit didukung oleh kebutuhan minyak nabati

dunia, yang juga berdampak bagi pertumbuhan usaha kelapa sawit di Indonesia

baik perkebunan rakyat, perkebuan swasta dan perkebunan milik Negara. Pada

tahun 2012 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia 9.572.715 Ha dan

mengalami perluasan lahan menjadi 12.307.677 ha (Hendaryati dan Arianto,

2017).

Pelepah sawit merupakan limbah yang dihasilkan kelapa sawit setelah

melakukan kegiatan penunasan dan kegiatan pemanenan. Menurut Elgani (2013)

pohon kelapa sawit memiliki jumlah pelepah optimum 40-56 pelepah pada usia

muda dan 40-48 pelepah pada masa usia tua, penunasan bertujuan supaya hasil

produksi maksimum dan memperkecil kehilangan produksi. Limbah pelepah

sawit pada luasan areal 1 Ha dapat menghasilkan 10 ton/ha/Tahun (Subhan, dkk.,

2004), apabila dengan jumlah pelepah yang besar ini tidak dilakukan pengolahan

khusus, maka akan menjadi masalah limbah yang memakan tempat dan biaya.

Pengoptimalan limbah pelepah sawit dapat dilakukan dengan cara

mengolahnya menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual dan nilai guna.

Limbah pelepah sawit telah banyak digunakan diberbagai bidang penelitian baik

sebagai bahan dasar pembuatan pakan ternak, biobriket, papan partikel dan lain-

Universitas Sumatera Utara


2

lain. Pelepah sawit memiliki kandungan serat, parenkim, metaxylem, protoxylem,

dan ploem (Wardani, dkk., 2014).

Tali serat alami telah banyak dibuat dengan bahan baku yang berbeda,

namun hingga saat ini belum ada penelitian yang melaporkan mutu tali serat alami

yang telah memenuhi standar SNI 12-0064-1987. Sari (2014) melaporkan bahwa

beban putus tertinggi pada tali yang direndam pada larutan 5% NaOH yaitu 4400

N (448,52 kg) dan tali tanpa perendaman ke dalam larutan 5% NaOH 2100

N(214,06 kg) dengan diameter tali samayaitu 10 mm,demikian juga pada

penelitian Ritonga (2014) dengan memanfaatkan limbah ampas tebu sebagai

bahan baku pembuatan tali masih mencapaiStandar Nasiaonal Indonesia (SNI),

tali yang dihasilkan hanya mampu menahan gaya maksimal 350 N (35,67 kg).

Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian dengan bahan baku serat kuat sehingga

diharapkan tali serat alami yang dihasilkan memenuhi SNI 12-0064-1987.

Pada penelitian ini, serat pelepah kelapa sawit merupakan salah satu yang

digunakan karena menurut Nurhayu (2014) kandungan serat kasar pelepah kelapa

sawit cukup tinggi yaitu 50,94% dan menurut Widiastuti dan Syabana, (2015)serat

pelepah kelapa sawit mempunyai kekuatan sebesar 25,6 g/tex, yangdapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tali.Dalam kehidupan sehari-hari

tali sering digunakan sebagai pengikat dan hiasan untuk karya seni klasik, oleh

karena nilai mutu kekuatan tali perlu diperhatikan agar memenuhi SNI.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan nilai pengaruh

usia 5, 10, dan 15 tahun limbah pelepah kelapa sawit terhadapbeban maksimum,

elastisitas dan daya serap tali serat alami berbahan baku pelepah kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara


3

Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya mengkaji pelepah kelapa sawit usia 5 tahun, 10 tahun

dan 15 tahun. Menggunakan EM4 untuk mengekstrak serat pelepah kelapa

sawitdan pengujian parameter sesuai SNI.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang menjadi

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi

Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian

tentang serat pelepah sawit.

3. Bagi masyarakat, sebagai informasi atau pedoman utuk pembuatan tali serat

bagi pertanian perkebunan rakyat.

Hipotesis

Diduga beda usia pelepah kelapa sawit berpengaruh terhadap beban

maksimum, elastisitas dan daya serap tali serat yang dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara


4

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq.) merupakan tanaman yang tumbuh

pada daerah tropis 15o LU – 15o LS di ketinggian 500 mdpl dengan kelembaban

80-90%, tanaman ini termasuk dalam golongan palma dan tanaman tahunan.

Kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang stabil, dengan intensitas curah hujan

diantara 2000-2500 mm/tahun. Seperti jenis palma lainnya, kelapa sawit memiliki

perakaran akar serabut, dengan daunnya yang tersusun majemuk menyirip

berwarna hijau tua. Pada pangkal pelepah sawit tersusun rapi kumpulan duri, yang

tidak terlalu keras dan tajam yang tumbuh sejajar dengan sisi pertumbuhan daun.

Batang tanaman ini diselimuti oleh pangkal pelepah dan akan rontok setelah 12

tahun. Pada klasifikasi botani kelapa sawit termasuk kedalam :

Divisi : Tracheiphyita

Subdivisi : pteropsida

Kelas : Angiospermeae

Subkelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Arecaceae

Subfamili : cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guuneensis Jacq.

( Sibuea, 2014).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) terdiri dari 3 varietas.

Berdasarkan ketebalan cangkang buah diperoleh buah jenis dura, psifera, dan

Universitas Sumatera Utara


5

tenera. Buah jenis dura memiliki cangkang yang tebal dan daging buah yang tipis

sehingga minyak yang dihasilkan juga sedikit, buah jenis psifera memiliki

cangkang yang tipis dan daging buah yang tebal dan buah jenis tenera merupakan

buah yang dihasilkan dari persilangan dura dan psifera yang memiliki cangkang

yang sangat tipis dan daging buah yang tebal (Nainggolan dan Susilawati, 2011).

Pada proses pemeliharaan dan pengolahan pasca panen dihasilkan limbah

padat, cair dan gas. Ditjen PPHP (2006) melaporkan limbah generasi pertama

adalah limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-

lain. Sedangkan limbah cair berasal dari sisa olahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

berupa NOS (Non Oil Solid) air dan minyak dan limbah gas berupa gas metana

dari kolam penampungan limbah cair.

Pengolahan limbah kelapa sawit merupakan tindakan yang bertujuan untuk

mewujudkan pembangunan industri pertanian yang ramah lingkungan dan

berkelanjutan. Salah satu tindakannya yaitu memproduksi sebuah produk yang

memiliki nilai tambah, ekonomis dan efisiensi, masa sekarang ini telah banyak

meneliti dalam pemanfaatan limbah kelapah sawit sebagai komposit, kerajinan

tangan ataupun bahan baku pembuatan papan partikel (Ditjen PPHP, 2006).

Potensi Limbah Pelepah Kelapa Sawit

Faktor pemeliharan menjadi salah satu perhatian khusus dalam mendorong

peningkatan produktivitas kelapa sawit seperti penyiangan merupakan tindakan

dalam pengendalian gulma mencakup areal sekitar piringan dan gawangan yang

bertujuan untuk mengurangi persaingan unsur hara dan air, memudahkan dalam

pengumpulan buah brondolan dan menekan populasi hama tertentu. Pemupukan

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara dari kelapa sawit yang dosisnya

Universitas Sumatera Utara


6

disesuaikan dengan kebutuhan lahan dan umur tanaman, penunasan adalah

pembuangan/pemangkasan daun-daun yang tua atau yang tidak produktif lagi

pada tanaman kelapa sawit. Katrasi merupakan pembuangan atau pemotongan

secara menyeluruh Bungah jantan (Allorerung, dkk., 2010).

Pemangkasan pelepah kelapa sawit tidak dilakukan secara sembarang

ataupun dengan perkiraan, untuk tindakan ini dibutuhkan sebuah manajemen

penunasan agar dalam pelaksanaannya optimum dan sesuai dengan pengelolohan

pelepah kelapa sawit. Jumlah pelepah diatur sesuai dengan kapasitas produksi.

Akan tetapi pada prakteknya ditentukkan berdasarkan manajemen panen buah.

Untuk tanaman menghasilkan (TM) ada teknik yang harus diperhatikan seperti

teknik songgo tiga yaitu tindakan yang dilakuakan untuk menyisahkan tiga

pelepah dari tandan buah paling bawah untuk tanaman yang berumur 4-7 tahun,

teknik songgo dua yaitu menyisahkan dua pelepah dari tandan paling bawah untuk

tanaman 8-14 tahun dan teknik songgo satu yaitu menyisahkan satu pelepah dari

tandan paling bawah untuk umur tanaman diatas 15 tahun (Sitepu, 2015).

Elgani (2013) menyatakan penunasan yang dilakukan di SBHE sesuai

dengan acuan SOP perusahaan bahwa jumlah pelepah yang dipertahankan pada

umur tanaman 5 tahun sebanyak 48-54 pelepah, umur tanaman 10 tahun

dipertahankan jumlah pelepah sebanyak 40-46 pelepah, dan uuntuk tanaman 15

tahun jumlah pelepah yang di pertahankan sebayak 32-36 pelepah. Kelapa sawit

menghasilkan 20-30 pelepah daun/pohon dengan berat 10 ton/ha/tahun (Subhan,

dkk., 2008). Menurut Nurhayu, dkk., (2014) komposisi pelepah dan daunnya

disusun oleh serat kasar berkisar 50,94% dan 21,52% diikuti oleh protein kasar

3,07% dan 14,12% , lemak kasar 1,07%.

Universitas Sumatera Utara


7

Serat

Serat merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan benang

dan kain. Serat sebuah zat yang panjang, tipis dan mudah dibengkokkan, serat

telah lama dikenal dan digunakan oleh manusia sejak dahulu kala. Berdasarkan

panjang serat ada dua jenis serat yang dikenal yaitu filamen merupakan serat yang

sangat panjang contohnya serat sutera memiliki panjang 500m. Stapel adalah serat

yang panjangnya kurang dari 10 cm dapat dilihat pada Tabel 1.Serat yang

digunakan sebagai bahan tekstil seperti benang ring memiliki standar mutu

tersendiri. Berdasarkan BSN (2006) standar mutu benang ring tunggal kapas SNI

08-0033-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Perbandingan beberapa panjang dan diameter dari beberapa serat tekstil.
Serat Panjang (mm) Diameter (mikron) Panjang diameter
Kapas 25 17,5 1400
Wol 75 25 3000
5
Sutera 5 x 10 15 33 x 106
Rami 150 50 3000
Jute 25 20 1200
Flax 25 15 170
Sisal 3 24 125
Sumber : Noerati, dkk., (2013)

Tabel 2. Persyaratan mutu benang ring tunggal kapas garuk untuk benang rajut.
Antihan/inci
Nomor Benang Kekuatan Tarik/Helai (Tenacity)
(sesuai spesifikasi)
Toleransi CV Gram, cN/tex CV (%)
tex Ne Toleransi CV
(%) (%) minimum minimum maksimum
59,1 10 933 15,5
49,2 12 787 15,7
36,9 16 596 15,9
29,5 20 481 16,0
24,6 24 401 16,0
19,7 30 ±3 5 10 12 323 16,1 18
16,4 36 271 16,2
14,8 40 246 16,3
13,1 45 219 16,4
11,8 50 198 16,5

Universitas Sumatera Utara


8

Tabel 3. Persyaratan mutu benang ring tunggal kapas garuk untuk benang tenun.
Antihan/inci
Nomor Benang Kekuatan Tarik/Helai (Tenacity)
(sesuai spesifikasi)
Toleransi CV Gram, cN/tex CV (%)
tex Ne Toleransi CV
(%) (%) minimum minimum maksimum
59,1 10 1018 16,9
49,2 12 852 17,0
36,9 16 643 17,1
29,5 20 517 17,2
24,6 24 434 17,3
19,7 30 ±3 5 10 12 349 17,4 18,0
16,4 36 301 17,5
14,8 40 286 17,6
13,1 45 236 17,7
11,8 50 214 17,8

Berdasarkan bahan baku penyusunnya serat dikenal sebagaiserat alam

yaitu serat yang berasal dari tanaman, binatang dan mineral sedangkan serat

sintetis serat yang bukan berasal dari hasil metabolisme mahkluk hidup melainkan

hasil sintesa bahan kimia misalnya petroleum, nitrogen, hidrogen dan karbon

(Noerati, dkk., 2013).

Jaringan utama pembentukan jaringan serat yaitu selulosa, hemiselulosa,

lignin dan holoselulosa. Holoselulosa merupakan kombinasi selulosa dan

hemiselulosa. Polimer ini terbuat dari gula sederhana dan kelompok hidroksil

yang berperan untuk penyerapan air melalui ikatan hidrogen. Kandungan dari

kristal selulosa tergantung pada jenis,umur tanaman dan tempat tumbuh. Kekuatan

tarik dan modulus kekakuan serat meningkat seiring dengan meningkatnya

kandungan selulosa. Teknis pemrosesan serat adalah faktor lain yang menentukan

struktur dan sifat dari serat. Ketergantungan antara kekuatan dengan panjang

spesimen dapat dilihat sebagai derajat homogenitas atau jumlah cacat dari suatu

serat. Salah satu sifat serat yaitu hidrofilik, yang dapat mempengaruhi sifat

mekanis dan fisika serat (Suryanto, 2016).

Universitas Sumatera Utara


9

Kekuatan serat dinyatakan dengan gram per tex. Satu unit tex adalah berat

1000 m serat yang dinyatakan dalam gram.Kekuatan serta dipengaruhi oleh

varietas, kekahatan kalium, ganguan mikroba dan pemanasan yang terlalu tinggi.

Kekuatan secara langsung berpengaruh terhadap perubahan kadar air dan

kelembaban udara pada saat pengujian serat. Klasifikasi kekuatan serat dibagi atas

kelompok yaitu sangat kuat >31 g/tex, kuat 29-30 g/tex, sedang 26-28 g/tex,

rendah 24-25 g/tex, sangat rendah<23 g/tex (Raghavendra dkk, 2004).

Sisal merupakan jenis serat yang dapat diperoleh dari daun tanaman.

Namun, pada umumnya serat sisal yang digunakan sebagai bahan baku industri

diperoleh dari tanaman Agave cantala L.dan Agave sisalanaL. tanaman ini

memiliki batang dan daun yang menyatu dan mempunyai serat yang kuat dan

kekuatanya lebih baik dibandingkan dengan serat lainnya, serta tahan terhadap

kadar garam yang tinggi. Serat sisal dapat digunakan sebagai alternative bahan

penguat basis gigi tiruan, sebagai penguat bodi mobil, penguat pintu dan penguat

atap. Di India, industri kendaraan menggunakan komposit serat sisal, karena

memiliki sifat yang lebih ringan,hemat energi dan hemat biaya (Basuki

dan Verona, 2017).

Serat Pelepah Sawit

Komponen kimia pelepah sawit yang disesuaikan dengan posisi pelepah

dan umur tanaman sebagai bahan baku kertas sebagi bahan baku kertas turunan

dimensi serat dan kandungan selulosa, lignin dan zat ekstraktif dihasilkan

komponen kimia selulosa yang tinggi pada umur 7 tahun dengan posisi pelepah

muda dan tua dengan kisaran 43-47% lebih tinggi dari selulosa kayu dengan

kisaran 40-45%, sebagaimana disajikanpada Tabel 4(Kamaliah, 2016).

Universitas Sumatera Utara


10

Tabel 4. Nilai rata-rata karekteristik komponen kimia (%) pelepah kelapa sawit.
Umur Pelepah Kelapa Sawit (tahun)
Parameter Nilai/Kelas
3 5 7
Air Dingin 8,08 5,96 5,77
Ekstraktif Air Panas 9,15 5,53 3,50
Kelarutan NaOH 4,76 5,53 3,64
Alben 10,76 10,88 12,64
Kadar Abu 1,74 2,35 2,12
Lignin 31,27 33,25 32,16
Holoselulosa 76,73 75,40 77,13
Selulosa 46,01 46,16 44,86
Hemiselulosa 30,73 29,07 32,27
Sumber : Kamaliah (2016).

Serat pelepah sawit dapat diperoleh dengan 3 cara yaitu :

1. Cara mekanik

Pelepah sawit terlebih dahulu dikupas bagian kulit luarnya kemudian

dimasukkan ke dalam alat dekortikator untuk memisahkan daging dan serat

atau menggunakan sikat kawat selanjutnya dibersihkan dengan air dan

dikeringkan).

2. Cara kimia

Pelepah sawit direndam ke dalam larutan NaOH.Setelah melunak serat

dipisahkan kemudian cuci dengan air dan dikeringkan.

3. Cara biologi

Pelepah kelapah sawit terlebih dahulu dikupas kulit luarnya kemudian direbus

selama 1 jam, kemudian difermentasi menggunakan bakteri EM4dengan rasio

air dan EM4 ialah 1:3 selama 1 minggu pada kantung plastik hitam, dengan

cara inilah dihasilkan serat dengan kekuatan terbaik sebesar 25,6 g/tex

(Widiastuti dan Syabana, 2015).

Bakteri EM4 (Effective Microorganism 4) merupakan kultur campuran

mikrooganisme yang dapat meningkatkan degradasi limbah atau sampah organik,

dengan kata lain bakteri ini sangat cocok sebagai aktivator mempercepat proses

Universitas Sumatera Utara


11

pembusukan bahan organik serta ramah lingkungan. Adapun bakteri penyusun

EM4 ini adalah bakteri Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomyces

sp., Streptomyces sp., dan Saccaharomyces cerevisiae (Zulkifli, 2014).

Serat pelepah kelapa sawit memiliki bentuk dimensi serat yang mirip

dengan serat sisal hal ini didukung oleh Waskita (2011) yang melaporkan bahwa

Serat pelepah kelapa sawit memiliki dimensi dan turunan serat yang berbeda-beda

pada bagian pangkal, tengah, dan ujung pelepah sawit seperti yang disajikan pada

Tabel 5. Nilai rerata dimensi serat pelepah kelapa sawit berumur <5 tahun

memiliki diameter serat, panjang serat, diameter lumen serat dan tebal dinding

serat berturut-turut 36,896 µm, 2577,2 µm, 22,671 µm dan 7,168 µm (Kamaliah,

2016).

Tabel 5. Nilai rata-rata dimensi serat pelepah kelapa sawit.


Bagian Panjang (µm) Diameter Lumen (µm) Tebal dinding
(µm) serat (µm)
Pangkal 2368,07 22,13 13,33 4,40
Tengah 1834,67 19,62 11,10 4,26
Ujung 1656,67 18,85 10,55 4,15
Sumber : Waskita (2011).

Kebutuhan dibidang transportasi (jalan raya, jembatan dan sebagainya),

alat transportasi (mobil dan helm), serta alat-alat keamanan personil (jaket anti

peluru). Limbah serat pelepah kelapa sawit dengan menggunakan rekayasa dan

teknologi tertentu. Tim peneliti Fakultas Teknik Universitas Trisakti Jakarta

membuat rompi anti peluru dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan

buatan Afrika Selatan dan Israel. Rompi diuji menggunakan senjata pistol jenis

colt pada jarak 5 m, hasil pengujian menunjukkan peluru tidak dapat menembus

rompi anti peluru berbahan baku limbah serat pelepah kelapa sawit (Basuki dan

Verona, 2017).Serat pulp jika dibuat menjadi kertas akan memiliki kekuatan tarik,

Universitas Sumatera Utara


12

lipat dan retak yang sedang-tinggi. Nilai fleksibilitas serat pelepah kelapa sawit

yang tinggi dapat menghasilkan kertas yang sangat baik (Kamaliah, 2016).

Tali Serat

Tali serat merupakan presisi produk yang banyak digunakan di berbagai

kondisi operasi. Untuk memenuhi persyaratan tali yang baik, tali menggunakan

rancangan pabrik, dan sejumlah teknik konstruksi yang berbeda sesuai dengan

beberapa jenis serat alami maupun sintetis. Tali serat alami memiliki karakteristik

yang lebih kering, lebih keras dan panjang seratnya lebih pendek (24 sampai 26

inchi) dibandingkan dengan sintetik. Tali serat besar terbuat dari manila, nilon,

polyester (dacron), polipropilen dan aramid (kevlar). Tali kecil lainnya yang

digunakan untuk mengikat, dapat dibuat dengan jenis serat yang terdiri dari sisal,

kapas, rami, jute dan rami (Newman, 1999).

Newman (1999), melaporkan tali serat yang dipilin terbuat dari serat alami

atau sintetis yang dipelintir menjadi benang. Dalam kasus sintetis, tiga benang

disatukan untuk mencegah serat terlepas.Benang-benang ini kemudian

digabungkan bersama untuk membentuk untaian, dengan ukuran dan jumlah

benang di setiap untaian yang bervariasi sesuai dengan ukuran untaian yang

diperlukan untuk membuat ukuran tali tertentu.Serat-serat dipintal menjadi yarn,

kemudian kumpulan dipilin menjadi untaian strand. Pada akhirnya beberapa

strand dipintal bersama untuk membuat tali. Kebanyakan tali terbuat dari 3

strand, namun pada beberapa tali yang dibuat bergantung pada jenis serat yang

digunakan Airasian, dkk(2005). Jenis konstruksi yang dibuat dapat dilihat pada

gambar 1.

Universitas Sumatera Utara


13

Gambar 1. Jenis konstruksi pemintalan tali (BSN, 1987).

Tali 3 strand menggunakan susunan Z atau pintalan kanan, tali 9 strand

menggunakan susunan S atau pintalan kiri dari tiga susunan Z. Berdasarkan beban

putusnya, tali manila dibagi dalam dua kelas, sedangkan tali sisal hanya satu

kelas. Serat yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tali harus terbebas

dari cacat/kotoran-kotoran dan diperoleh dengan cara menyikat dengan sikat besi,

sehingga mutu yang diperoleh sesuai seharusnya (BSN, 1987).

Kondisi serat batang pisang yang keringmaupun basah tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kuat tarik tali, tegangan maksimum yang menurun

dengan kenaikan diameter tali, diakibatkan serat benang tidak tersusun dengan

rapat.Tali dibentuk dengan diameter yang lebih besar membutuhkan gaya yang

lebih besar untuk menghasilkan tali yang rapat dan kuat, sehingga gaya yang

diterima tali bekerja pada satu kesatuan benang yang utuh, tidak pada setiap

satuan serat benang (Yuliono dkk, 2013).

Berdasarkan penelitian Ritonga (2014) tali dengan bahan baku limbah

ampas tebu dengan perlakuan pemilinan Ulangan 1, Ulangan 2 dan Ulangan 3

diperoleh tegangan tarik masing-masing 123,8 x 105 N/m2, 99,4 x 105 N/m2 dan

Universitas Sumatera Utara


14

93,7 x 105 N/m2. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar luas penampang maka

semakin kecil pula tegangan tarik tali untuk menahan beban yang diterima.

Berbeda dengan penelitian Sari (2014) menggunakan bahan baku gedebok pisang

raja, ada 2 jenis tali yang dibuat yaitu non perlakuan dan perendaman selama 2

jam kedalam 5% larutan NaOH. Teganga tarik maksimum yang dihasilkan

masing-masing 267 x 105 N/m2 dan 389,38 x 105 N/m2. Tali serat dapat ditambah

tegangan tarik nya dengan melakukan perendaman sampel kedalam NaOH.

Pemintalan

Sistem pemintalan untuk serat tanaman, sistem pemintalan kapas

merupakan yang tertua. Serat yang lebih halus dibutuhkan mesin pengkovesi serat

menjadi yarn. Pemintalan dapat dilakukan secara konvensional dan mesin

pemintal (rope machine). Dalam hal ini proses pemintalan menggunakan alat

pemintal yang tidak mengunakan tenaga pengerak (motor). Sebelum pemintalan

dilakukan, serat terlebih dahulu disusun dengan panjang yang sama dan diameter

yang telah ditentukan kemudian serat-serat tersebut dikaitkan pada rol

penggulung.Kemudian, kumpulan serat dimasukkan kedalam corong pemuntir

selanjutnya dipuntir dan ditekan oleh rol pemuntir, lalu serat yang keluar

selanjutnya menuju ke rol penggulung (Sinurat,2000).

Muherjee, dkk (1993) menyatakan penyebab berkurangnya kekuatan tarik

pada serat terjadi karena adanya komponen kimia seperti hemiselulosa yang larut

ataupun hilang dan beberapa faktor lainnya dijelaskan oleh Munandar, dkk (2013)

bahwa semakin kecil diameter serat maka kekuatan tariknya akan semakin besar

dikarenakan rongga pada serat akan semakin kecil dan ikatan antar

molekulsemakin kuat.

Universitas Sumatera Utara


15

Uji Tarik

Sifat-sifat khas bahan industri perlu dikenal karenal bahan tersebut akan

dipergunakan pada berbagai macam keadaan dan keadaan, termasuk sifat

mekaniknya seperti kekerasan kekakuan, keliatan, keuletan, kepekaan tekikan atau

kekuatan impak. Kebanyakan sifat-sifat tersebut ditentukan oleh jenis dan atom

yang membentuk bahan, seperti unsur dan komposisinya (Surdia dan Saito, 1987).

Gambar 2. Diagram tegangan-regangan (Sastranegara, 2018).

Uji tarik merupakan pengujian yang dilakukan pada bahan uji (sampel)

yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bahan uji menerima

pembebanan yang mengakibatkan sampel mengalami perpanjangan, deformasi

dan akhirnya putus. Adapun tahapanya tegangan (), regangan, batas

proporsionalitas dan batas elastis,yield point (batas lumer), yield strength/proof

stress, ultimate tensile strength (Tegangan Tarik Maksimum). Pengecilan

penampang (kontraksi) yang dapat diliat pada Gambar 2 (Hasbi dan Effendi,

2014).

Berdasarkan SNI 12-0064-1987 BSN (1987), tali dibentuk hingga

mempunyai mata tali yang akan dikaitkan pada pengait alat uji. Jarak antara kedua

mata tali adalah 2 meter, tali dipasang pada pengait mesin yang diameternya 100

mm untuk tali dengan diameter sampai 40 mm sedangkan diameter tali yang lebih

Universitas Sumatera Utara


16

besar dari 40 mm mengunakan pengait yang berdiameter 150 mm, tali ditarik

dengan kecepatan 150 mm/menit hingga putus. Jumlah yarn, beban putus,

panjang dan massa tali manila dan sisal dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah yarn, beban putus, panjang dan massa tali manila dan sisal.
Beban putus minimum Panjang
Panjang Massa
Diameter Jumlah Manila tiap 10
tiap tiap
Nominal Yarn/strand pintal
Kelas Kelas sisal gulung gulung
(mm) (minimum) maksimum
1 2 (m) (kg)
(mm)
7 2 370 330 330 250 330 11,5
8 3 540 480 480 290 250 13,5
10 4 710 635 635 360 220 15,0
12 6 1070 950 950 430 220 23,1
14 8 1440 1280 1280 505 220 30,1
16 11 2030 1780 1780 575 220 41,8
18 13 2440 2130 2130 650 220 48,4
20 16 3250 2840 2840 700 220 60,5
22 19 3860 3400 3400 770 220 72,6
24 23 4570 4060 4060 840 220 88,0
28 31 6100 5330 5330 980 220 117,0
Sumber : BSN (1987)

Beban Maksimum

Gaya merupakan besaran yang menyebabkan benda bergerak, gaya juga

dapat menyebabkan perubahan pada benda misalnya bentuk, sifak gerak benda,

kecepatan dan arah gerak benda. Suatu gaya total yang diberikan pada benda

dapat menyebabkan kecepatan bertambah atau berkurang, tergantung arah gaya.

Gaya total pada benda dapat menyebabkan percepatan, atau jika resultan gaya

pada benda tidak nol maka benda akan mengalami percepatan. Hukum II Newton

menyatakan bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total

yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massanya.

Persamaan 1 arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja pada

benda:

∑F = m.a................................................................................................................ (1)

Universitas Sumatera Utara


17

Di mana a adalah percepatan (m/s2), madalah massa benda (kg) dan Fadalah

resultan gaya (N) (Surawan, 2018).

Elastisitas

Elastisitas (daya mulur) merupakan kemampuan bahan kembali ke ukuran

dan bentuk semula setelah mengalami gaya tarikan atau tekanan. Setiap bahan

memiliki nilai modulus elastisitas yang berbeda. Menurut Klust (1987) besarnya

nilai kemuluran tergantung pada tingkat kekerasan atau kerapatan dari masing-

masing anyaman. Modulus Elastisitas (E) atau modulus young (Psi, Mpa)

dihitungan dengan menggunakan Persamaan 2 :

......................................................................................................... (2)

Menurut Ritonga (2014) suatu benda uji dapat dikatakan elastis jika nilai E

yang didapat kecil. Semakin kecil nilai elastisitas yang dihasilkan maka akan

semakin mudah mulur yaitu mengalami perpanjangan dan perpendekan. Jika

bahan berdeformasi melewati batas elastis, tegangan tidak lagi proporsional

terhadap regangan maka daerah ini disebut daerah plastis.

Tegangan Tarik

Tegangan tarik memiliki satuan gaya per satuan luas(N/m 2 atau Psi), biasa

dilambangkan dengan (sigma) secara matematis dirumuskan dengan

menggunakan Persamaan 3 :

................................................................................................................... (3)

di mana P (gaya aksial) merupakan beban yang diarahkan sepanjang sumbuh

bidang sentuh dan A (luas penampang) merupakan struktural yang lurus dengan

penampang yang konstan sepanjang bidang sentuh seperti pada Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara


18

Gambar 3. Gaya yang bekerja pada luas permukaan mn (Gere, 2004).

Ketika silinder diberi gaya P, tekanannya bersifat tarik tekan. Jika kekuatan

berbalik arah, maka akan menyebabkan silinder terkompresi. Sejauh tekanan yang

bekerja tegak lurus pada permukaan bidang sentuh dapat dikatakan bekerja pada

keadaan normal (Gere, 2004).

Regangan

Batang yang secara terus menerus diberi gaya aksial akan mengalami

perpanjangan ataupun peregangan untuk gaya tarik dan pemendekan ketika di beri

gaya tekan pada elemen material batang merupakan hasil kumulatif perpanjangan

dan L adalah panjang awal batang. Pemanjangan persatuan panjang atau

peregangan dilambangkan diformulasikan menjadi Persamaan 4 :

................................................................................................... (4)

Di mana adalah perubahan panjang (l - l0). Regangan normal terjadi karena

terkait oleh tekanan normal, jika bar dalam keadaan kompresi regangangannya

disebut regangan tekan (Gere, 2004).

Deformasi

Deformasi atau perubahan bentuk dibedakan menjadi dua jenis yaitu

deformasi elastis dan deformasi plastis. Deformasi elastis merupakan perubahan

bentuk yang bersifat sementara, perubahan bentuk akan hilang apabila tidak diberi

gaya. Dapat dikatakan apabila beban ditiadakan maka benda akan kembali ke

Universitas Sumatera Utara


19

bentuk dan ukuran semula. Berbeda dengan deformasi plastis yang perubahan

bentuknya bersifat permanen atau tidak dapat kembali ke bentuk dan ukuran

semula. Menurut Surdia dan Saito (2005) deformasi dilambangkan dengan

yang apabila diformulasikan menjadi Persamaan 5 :

................................................................................................................ (5)

Daya Serap

Daya serap adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap zat cair.

Untuk menghitung air yang diserap bahan dapat dilihat dari pertambahan berat

pada tali tersebut dapat dihitung dengan Persamaan 6 :

Daya Serap = × 100% ........................................ (6)

Nilai serapan air tali berdasarkan SNI 12-0064-1987 dapat dilihat pada Tabel

7(BSN, 1987).

Tabel 7. Penyerapan air tali mengacu pada SNI 12-0064-1987.


Penyerapan air maksimum (%)
Diameter Nominal (mm)
Direndam 1 jam Direndam 6 jam
18 7 15
18 12 25
Sumber : BSN (1987)

Universitas Sumatera Utara


20

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018 sampai dengan bulan

Juni 2018 di Laboratorium Energi dan Biosistem Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dan uji tarik dilakukan di Laboratorium

Impact And Fracture Research Centre Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan penelitian ini adalah limbah pelepah kelapa

sawit usia tanaman 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun sebagai bahan yang akan

diteliti, bakteri EM4 digunakan sebagai starter fermentasi dan air sebagai

campuran untuk starter .

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah parang digunakan

untuk memotong dan menguliti pelepah sawit, ember tempat untuk merendam

pelapah dengan starter, sikat kawat digunakan untuk mengambil serat dari

pelepahnya, alat pemintal sederhana sebagai pemintal serat menjadi tali, tensilon

RTF 1350 kapasitas 50 KN yang digunakan uji tarik tali, mistar untuk mengukur

panjang tali, jangka sorong/mikrometer skrup untuk mengukur diameter tali,

kalkulator digunakan untuk menghitung data, timbangan digital untuk menghitung

berat tali yang akan di uji, gelas ukur utuk mengukur volume starter dan air yang

akan dicampur, kamera sebagai alat dokumentasi penelitian, kantung plastik

sebagai wadah yang akan digunakan untuk memfermentasi bahan, kertas label

sebagai penanda pada setiap beda perlakuan, dan roller untuk memipihkan bahan

yang telah difermentasi.

Universitas Sumatera Utara


21

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode percobaan rancangan acak lengkap

(RAL) non faktorial dengan 3 taraf, yaitu :

U1 = 5 tahun

U2 = 10 tahun

U3 = 15 tahun

Model Rancangan yang digunakan yaitu :

Yij = µ + Ti + Єij ......................................................................(5)

Dimana :

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan faktor usia tanaman pada taraf

ke-i dan pada ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum

Ti = pengaruh perlakuan ke-i

Єij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan lama perendaman pada

taraf ke-i dan ulangan ke-j

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata. Data

dianalisis dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) sebagai beda

nyata dari hasil analisis ragam dengan taraf nyata 5%.

Prosedur Penelitian

Pengambilan serat

- Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam pelaksanaan

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


22

- Mengambil pelepah kelapa sawit berdasarkan usia tanaman 5 tahun, 10

tahun, dan 15 tahun pada posisi pelepah paling bawah dan masih segar

(pemanenan dan pemangkasan) supaya diperoleh serat terbaik.

- Memotong pelepah kelapa sawit dengan panjang 30 cm, kemudian

mengupas kulit luar pelepah kelapa sawit.

- Merebus pelepah kelapa sawit selama 1 jam.

- Mendiamkan pelepah kelapa sawit yang telah direbus pada udara

terbuka hingga dingin.

- Merendam pelepah kelapa sawit dengan rasio konsentrasi EM4 3 : 1

terhadap air.

- Bahan difermentasi dalam kantung plastik berwarna hitam hingga

pelepah lunak dan berjamur.

- Memisahkan serat menggunakan sikat kawat.

- Mencuci serat yang telah dipisahkan dengan air dan dikeringkan selama

2 jam.

Pembuatan tali

- Mengambil serat yang telah disiapkan.

- Menyusun serat-serat sepanjang 1 meter untuk mempermudah dalam

penyambungan pemintalan yarn dan tebal 5 mm untuk mendapatkan

diameter yarn 1 mm.

- Memintal serat yang telah disusun mengunakan alat pemintal untuk

membentuk 1 yarn.

- Memintal beberapa yarn untuk membentuk 1 strand.

- Memintal 3 strand untuk membentuk 1 tali.

Universitas Sumatera Utara


23

- Mengikat bagian ujung tali dan digulung.

Parameter Penelitian

1. Beban Maksimum

Beban maksimum diperoleh dengan cara melakukan penarikan

menggunakan alat uji tensilon RTF 1350atau menghitung dengan Persamaan 1,

tali diberi gaya atau tegangan tarik yang bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar beban yang dapat ditahan hingga tali putus, pengujian ini dilakukan

sebanyak 6 kali ulangan. Pengujian dilaksanakan sebagai berikut:

- Menghidupkan panel pada tensilon yang letaknya di bawah kanan pada

panel di lab IFRC.

- Menghidupkan tensilon dengan menekan tombol on pada tensilon.

- Menghidupkan UPS dan PC yang tersambung pada alat uji tensilon.

- Membukasoftware Tens Comp Bend Addon.

- Menentukan pengujian yang akan dilakukan.

- Test type : Tensile, Compression, dan Bending

- Control Methode: Tetap C constant crosshead speed

- Test Speed

- Mengklik Machine Detail di jendela Machine Condition.

- Mengganti Limitmenjadi stop, dan load limitmenjadi 40 kN.

- Mengklik Sample yang mau diisi.

- Sample Name

- Lot. No. :1

- Preparation :1

- Operator : IFRC

Universitas Sumatera Utara


24

- User : Penguji

- Mengatur Sample Shape: plate, tube, rod, yarn, fibre, and other.

- Mengatur enter size dengan memilih use same size jika ukuran specimen

semua sama. Lalu masukkan dimensi specimen di sample size.

- Mengisi angka sesuai jumlah spesimen yang diuji.

- MemilihTabel View untuk menentukan hasil yang diinginkan penguji dari

specimen yang telah diuji.

- Memilih Save as sesuai sample name.

- MengklikMeasure lalu klik Load Calibration. Setelah di Kalibrasi atur

chuck specimen. Setelah mengatur chuck, klik clear extension dan klik zero.

2. Elastisitas

Elastisitas merupakan kemampuan benda kembali ke bentuk semua setelah

diberi gaya tarik atau gaya tekan. Jika bahan yang berdeformasi melewati batas

elastis maka daerah ini disebut daerah plastis. Semakin kecil nilai elastisitas maka

akan semakin mudah benda mengalami kemuluran. Elastisitas dihitung dengan

Persamaan 2.

3. Daya serap

Daya serap merupakan kemampuan bahan dapat menyerap zat cair,

parameter ini dihitung menggunakan Persamaan 4. Pengujian daya serap

dilakuakan sebanyak 3 kali ulangan. Proses pengujian dilaksanakan dengan

prosedur sebagai berikut :

a. Mengambil contoh tali, sebelum dipotong kedua ujung tali diikat erat-erat

supaya diperoleh ujung yang rapi/rata.

Universitas Sumatera Utara


25

b. Mencelupkan kedua ujung tali ke dalam ter sampai ikatan tali juga tercelup

untuk mencegah masuknya air melalui ujung tali secara kapiler, kemudian

ditimbang.

c. Memasukkan tali ke dalam air sampai seluruh tali terendam selama 1 jam.

d. Mengeringkan tali delakukan dengan mengibaskan tali enam kali dan air

yang menempel di permukaan tali dikeringgkan dengan kain kemudian

ditimbang .

e. Menghintung daya serap dengan Persamaan 4.

f. Merendam lagi tali ke dalam air selama 5 jam, sehingga seluruh

perendaman adalah 6 jam.

g. Melakukan kembali prosedur d dan e.

Universitas Sumatera Utara


26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Beban Maksimum (Fmax)

Beban maksimum Uji tarik merupakan pengujian yang dilakukan pada

bahan uji (sampel) yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

bahan uji dapat menerima pembebananyang mengakibatkan sampel mengalami

perpanjangan, deformasi dan akhirnya putus (Hasbi dan Effendi, 2014).

Tabel8. Nilai rata-ratahasil uji tarik tali serat pelepah kelapa sawit usia 5 tahun,
usia 10 tahun, usia 15 tahun.
Fmax
Perlakuan
(N) (kg)
U1 972,43 99,13*
U2 868,86 88,57*
U3 797,78 81,32*
Keterangan: U1 = Usia 5 Tahun, U2 = Usia 10 Tahun, U3 = 15 Tahun *g = 9,81 m/s2

Tabel di atas menunjukkan bahwa gaya maksimum (Fmax) pada tali serat

limbah pelepah kelapa sawit memiliki nilai rerata Fmax tertinggi pada perlakuan

usia 5 tahun (U1) yaitu 972,43 N (99,13 kg), tertinggi ke dua pada usia 10 tahun

yaitu 868,86 N (88,57 kg)dan Fmax terendah pada usia 15 Tahun yaitu 797,78 N

(81,32 kg) dengan diameter dan panjang tali sama pada setiap ulangan yaitu 8

mm dan 10 cm. Hasil pengujian ini jika dibandingkan dengan syarat mutu beban

putus minimum tali sisal berdasarkan SNI 12-0064-1987 pada Tabel 4. Diameter

tali 8 mm beban putus minimum yaitu 480 kg. Hal ini menunjukan bahwa tali

serat limbah pelepah kelapa sawit yang dihasilkan belum memenuhi standar.

Adapun penyebab rendahnya beban putus tali serat limbah pelepah kelapa

sawit dibandingkan syarat mutu tali sisal yaitu kekuatan serat dari serat pelepah

kelapa sawit yang dihasilkan menurun dikarenakan telah melalui proses

perebusan, fermentasi, dan pemintalan. Kamaliah (2016) menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara


27

komponen kimia pelepah kelapa sawit akan larut pada air panas, termasuk juga

komponen kimia serat pelepah kelapa sawit. Raghavendra dkk, (2004) juga

menjelaskan bahwa kekuatan serat secara langsung dipengaruhi oleh varietas,

kekahatan kalium, gangguan mikroba dan pemanasan yang terlalu tinggi.

Menurut Widiastuti dan Syabana (2015), kekuatan serat limbah pelepah

kelepah sawit hasil fermentasi yaitu 25,6 g/tex. Dapat dikatakan bahwa kekuatan

serat pelepah kelapa sawit rendah, sehingga tali yang dihasilkan pun tidak dapat

mengimbangi beban putus minimal tali sisal. Kekuatan serat limbah pelepah

kelapa sawit dapat dimanfaatkan menjadi benang ring yang digunakan menjadi

benang tenun dan benang rajut berdasarkan SNI 08-0033-2008 BSN (2006).

Basuki dan Verona (2017) juga menyatakan serat limbah pelepah kelapa sawit

dapat dimanfaatkan menjadi bahan komposit pembuatan rompi anti peluru dengan

menggunakan rekayasa dan teknologi tertentu. Hasil uji ANOVA dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji ANOVA beban maksimum


F tabel
SK db JK KT F.hit
Notasi 0,05 0,01
Perlakuan 2 961,83 480,92 3,55 tn 3,68 6,36
Galat 15 2030,28 135,35 -
Total 17 2992,11 - -

Hasil uji ANOVA beban maksimum pada Tabel 9, menunjukkan bahwa

perlakuan berbeda usia kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap beban

maksimum yang dihasilkan tali usia 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun. Oleh sebab

itu uji DMRT tidak dilanjutkan. Beban maksimum terhadap usia tidak

berpengaruh nyata disebabkan diameter pelepah kelapa sawit memiliki perbedaan

signifikan pada satu pelepah, dimana diameter serat dari pangkal ke ujung pelepah

akan semakin kecil. Waskita (2011) menyatakan bahwa diameter serat pangkal,

Universitas Sumatera Utara


28

tengah, dan ujung pelepah kelapa sawit berturut-turut 22,13 µm, 19,62 µm dan

18,85 µm,sehingga dapat diasumsikan bahwa diameter serat pada usia 5 tahun, 10

tahun, dan 15 tahun lebih kurang sama. Menurut Kamaliah (2016), menjelaskan

bahwa perlakuan beda usia pelepah kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap

komponen kimia pada masing-masing usia pelepah kelapa sawit.

Elastisitas

Suatu benda uji dapat dikatakan elastis jika nilai Elastisitas(E) yang

didapat kecil. Semakin kecil nilai elastisitas yang dihasilkan maka akan semakin

mudah mulur yaitu mengalami perpanjangan dan perpendekan (Ritonga, 2014).

Adapun hasil uji elastisitas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai rata-rata elastisitas tali serat pelepah kelapa sawit usia 5 tahun, 10
tahun, dan 15 tahun.
Tegangan Maksimum Elastisitas
Perlakuan
MPa MPa
U1 19,35 3,66
U2 17,29 2,93
U3 15,87 3,26
Keterangan: U1 = Usia 5 Tahun, U2 = Usia 10 Tahun, U3 = 15 Tahun

Dari hasil uji pada Tabel 10, diperoleh elastisitas tertinggi pada perlakuan

usia 5 tahun yaitu rata-rata 3,66 MPa, tertinggi kedua yaitu usia 15 tahun dengan

rata-rata nilai elastisitas sebesar 3,26 MPa, dan elastisitas terendah pada perlakuan

usia 10 tahun yaitu rata-rata 2,93 MPa. Hal ini menunjukkan bahwa tali serat

limbah pelepah kelapa sawit memiliki batas elastisitas maksimal yaitu 3,66 lebih

lebih dari batas maksimal elastisitas tali akan mengalami deformasi plastis,

dimana tali tidak dapat kembali ke bentuk semula.Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 4. Grafik tersebut menjelaskan bahwa pada tali serat pelepah kelapa sawit

usia 5 tahun akan mengalami deformasi plastis setelah pembebanan yang

diberikan melebihi teganganan luluhnya yaitu 5,05 MPa, berbeda dengan usia 10

Universitas Sumatera Utara


29

tahun yang memiliki tenggangan luluh yaitu 8,74 MPa dan usia 15 tahun memiliki

tegangan luluh yaitu 7,29 MPa.

Gambar 4. Grafik tegangan-regangan tali usia 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun

Dilakukan uji ANOVA, untuk mengetahui pengaruh perbedaan usia

terhadap elastisitas tali pada tabel sidik ragam Lampiran 5.Berdasarkan Tabel

sidik ragam Lampiran 5, perlakuan berbeda usia pada usia 5 tahun,10 tahun dan

15 tahun berpengaruh berbeda sangat nyata, oleh karena itu dilanjutkan dengan uji

DMRT pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji DMRT elastisitas tali serat usia 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun
Jarak LSR Notasi
Perlakuan Rata-rata
(P) 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - U2 2,93 a A
2 0,42 0,58 U3 3,26 ab AB
3 0,44 0,60 U1 3,66 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Universitas Sumatera Utara


30

Hasil Uji DMRT menunjukan bahwa perlakuan berbeda usia pada tali

berpengaruh sangat nyata terhadap elastisitas tali serat pelepah kelapa sawit.

Elastisitas paling tinggi diperoleh pada pelepah kelapa sawit usia 5 tahun, hal ini

diduga adanya faktor susunan komponen kimia serat dan kerapian pemintalan.

Diduga perbedaan ini dikarekan pada saat pengambilan pelepah kelapa sawit,

pelepah usia 5 tahun berasal dari perkebunan rakyat sedangkan pelepah kelapa

sawit usia 10 tahun dan 15 tahun berasal dari lahan perkebunan afdeling 6 PTPN

IV Buah Pasir Mandoge. Menurut Kamaliah (2016) kadar lignin hanya

berpengaruh pada usia 5 Tahun. Kenaikan kadar lignin dipengaruhi oleh tempat

tumbuh, iklim dan jenis tanah.

Serat yang mulur dan elastisitasnya baik, memiliki stabilitas dimensi yang

baik, dimana semakin tinggi derajat penarikan semakin rendah mulurnya. Hal ini

sesuai dengan Yuliono (2013), tegangan maksimum yang menurun diperkirakan

akibat tali memiliki susunan serat benang yang kurang rapat sehingga gaya yang

diberikan seolah-olah hanya bekerja pada setiap satuan serat benang bukan serat

benang dengan satu kesatuan yang utuh. Menurut Klust (1987) besarnya nilai

kemuluran tergantung pada tingkat kekerasan atau kerapatan dari masing-masing

anyaman.

Serat limbah pelepah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan kertas dengan kualitas baik, dikarenakan serat pelepah kelapa sawit

memiliki daya tenun kualitas I dan Flexibility ration kelas I yang jika

dimanfaatkan dapat menghasilkan kertas dengan kekuatan tarik, kekuatan lipat

dan kekuatan retak yang cukup tinggi berdasarkan standarisasi sifat pulp (Basuki

dan Verona, 2017).

Universitas Sumatera Utara


31

Daya Serap

Hasil pemanfaatan serat limbah pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku

pembuatan tali serat alami, serat alami merupakan partikel yang sangat mudah

menyerap air. Oleh karena itu tali yang dibuat diuji dengan cara direndam selama

1 jam dan 6 jam untuk mengetahui persentase daya serap tali yang dihasilkan oleh

tali serat limbah pelepah kelapa sawit.

Tabel 12. Nilai rata-ratapersentase daya serap perendaman 1 jam dan 6 jam
Perlakuan Daya Serap 1 jam (%) Daya Serap 6 jam (%)
U1 77,70 89,30
U2 70,05 83,61
U3 80,92 94,31
Keterangan: U1 = Usia 5 Tahun, U2 = Usia 10 Tahun, U3 = 15 Tahun

Hasil pengujian daya serap tali dengan perendaman selama 1 jam

diperoleh persentase daya serap tertinggi pada usia15 tahun yaitu 80,92% dan

persentase terendah pada usia 10 tahun yaitu 70,05%, kemudian setelah

perendaman selama 6 jam, persentase daya serap tali mengalami kenaikan, dengan

persentase daya serap tertinggi pada usia 15 Tahun yaitu 94,31% dan terendah

pada usia 10 tahun yaitu 83,61%.

Hasil pengujian di atas, dibandingkan dengan daya serap tali serat sisal

standar mutu SNI 12-0064-1987 pada Tabel 6. Tali serat limbah pelepah kelapa

sawit belum memenuhi syarat mutu SNI dimana daya serap maksimum tali sisal

yang harus dipenuhi yaitu pada perendaman 1 jam persentase daya serap tali yaitu

7 % dan perendaman 6 yaitu 15%, atau perendaman 1 jam maksimal 12% dan

perendaman 6 jam 25%. Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh usia

terhadap daya serap air data di uji ANOVA pada tabel sidik ragam Lampiran 6

dan Lampiran 7.

Universitas Sumatera Utara


32

Hasil uji pada tabel sidik ragam, diperoleh bahwa daya serap tali

berpengaruh beda nyata terhadap beda usia 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun.

Sehingga dilanjutkan dengan uji DMRT pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji DMRT Daya serat tali usia 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun
perendaman 1 jam.
LSR Notasi
Jarak (P) Perlakuan Rata-rata
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - U2 70,05 a A
2 9,81 10,15 U1 77,70 ab AB
3 14,86 15,40 U3 80,92 b B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata
pada taraf 1%.

Tabel 14. Uji DMRT Daya serat tali usia 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun
perendaman 6 jam.
LSR Notasi
Jarak (P) Perlakuan Rata-rata
0.05 0.01 0,05 0,01
- - - U2 83,61 a A
2 1,61 1,66 U1 89,30 b B
3 2,43 2,52 U3 94,31 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata
pada taraf 1%.

Hasil uji DMRT menunjukkan daya serap berpengaruh berbeda sangat

nyata pada perlakuan usia 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun, hal ini disebabkan oleh

sifat komponen kimia holoselulosa yang berperan dalam pernyerapan air,

memiliki perbedaan kandungan holoselulosa pada pelepah tua berbeda usia. Hal

ini sesuai Suryanto (2016) menyatakan bahwa holoselulosa merupakan kombinasi

selulosa dan hemiselulosa dan gula sederhana lainnya, polimer yang kaya akan

hidroksil yang berperan untuk penyerapan air. Kamaliah (2016) melaporkan

bahwa holoselulosa memiliki interaksi yang nyata terhadap usia dan posisi

pelepah, dimana dari usia 3 tahun, 5 tahun dan 7 tahun, holoselulosa tertinggi

pada pelepah tua usia 3 tahun.

Universitas Sumatera Utara


33

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan beda usia berpengaruh tidak nyata pada uji DMRT dan beban

maksimum tali serat limbah pelepah kelapah sawit tidak layak pakai

berdasarkan SNI 12-0064-1987 syarat mutu tali sisal.

2. Perlakuan berbeda usia 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun limbah pelepah kelapa

sawit berpengaruh sangat nyata terhadap elastisitas tali serat dan akan

mengalami daerah plastis setelah melewati batas tegangan luluh atas masing-

masing tali yaitu 5,05 MPa, 8,74 MPa, dan 7,2 MPa.

3. Daya serap tali serat limbah pelepah kelapa sawit berpengaruh sangat nyata

terhadap usia 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun pada perendaman 1 jam dan

perendaman 6 jam, hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan

holoselulosa pada usia yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara


34

Saran

1. Diharapkan ada penelitian lanjutan pemanfaatan serat pelepah kelapa sawit

sebagai bahan baku kertas.

2. Perlu dilakukan penelitan lanjutan pemisahan serat pelepah kelapa sawit

dengan metode makanis.

Universitas Sumatera Utara


35

DAFTAR PUSTAKA

Airasian, C., K.Flanagan,K. H. Hillson, N.O’Connel dan M.Zavorski, 2005.


Twisted Strand : Simple Machines and Rope Making in the Charlestown
Navy Yard. Boston National Historical Park. America.

Allorerung, D., M.Syakir, Z.Poeloengan, Syafaruddin, dan W.Rumini, 2010.


Budidaya Kelapa Sawit. Aska Media. Bogor.

Basuki, T. dan L. Verona, 2017. Manfaat Serat (Agave sisalana L.) dan Bambu
(Bambusoideae) untuk Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Modern. Jurnal
ilmu-ilmu Pertanian “AGRIKA”.11 : 123-134.

[BSN] Badan StandarisaiNasional, 1987. Tali Manila dan Sisal, Mutu dan Cara
Uji.SNI 12-0064-1987, Jakarta.

[BSN] Badan Standarisai Nasional, 2006. Benang Ring Tunggal Kapas.SNI 08-
0033-2006, Jakarta.

Ditjen PPHP, Depertemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Industri


Kelapa Sawit. Jakarta.

Elgani, H. A.R., 2013. Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis


Jacq) di Sungai Bahar Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi. Kalimantan
Tengah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gere, J. M., 2004. Mechanics of Materials Sixth Edition. Thomson Learning, Inc,
USA.

Hasbi, M. dan M. S.Effendi, 2014. Perbaikan Kualitas Kekuatan Tarik Produk


Baling-Baling Kapal Kuningan Pada Industri Kecil Pengecoran Logam
Negara Kalimantan Selatan. Jurnal Poros Teknik. 6:1-54.

Hendaryati, D. D. danY. Arianto, 2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-


2017 Kelapa Sawit Palm Oil. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.
Jakarta.

Kamaliah, 2016. Pengaruh Umur Tanaman dan Posisi Pelepah Kelapa Sawit
terhadap Komponen Kimia Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis).Jurnal Media Ilmiah Teknik Lingkungan.1: 22-28.

Kamaliah, 2016 . Variasi Sifat Makroskopis dan Mikroskopis Pelepah Kelapa


Sawit (Macroscopic Nature of Variation and Micriscopic Midrib Palm).
Jurnal Daun. 3 : 63-71.

Klust, G. 1987. Badan Jaring untuk Alat Penangkapan IkanEdisi Kedua. Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang.

Universitas Sumatera Utara


36

Mukherjee, A.,P.Ganguly, dan D. J.Sur, 1993. Structural mechanics of jute: The


effects of hemicellulose or lignin removal. Journal of the Textile Institute
Transactions.84: 348-353.

Munandar, I.,S.Shirley dan Sugiyanto. 2013. Kekuatan Tarik Serat Ijuk (Arengga
Pinnata Merr).Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. 1:52-58.

Nainggolan, H. dan Susilawati, 2011. Pengolahan Limbah Cair Industry


Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih. USU press. Medan.

Newman, D., 1999. Naval Ships’ Technical Manual Chapter 613 Wire and Fiber
Rope and Rigging. Direction of Commander, Naval Sea Systems command.

Noerati, S., Gunawan, M.Ichwan, danA.Sumihartati, 2013. Teknologi Tekstil.


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. http://educloud.fkip.unila.ac.id [22 maret
2018].

Nurhayu, A.A.L. B. Ishak, dan A. Ella, 2014. Pelepah dan Daun Kelapa Sawit
Sebagai pakan subtitusi Hijauan pada Pakan Ternak Sapi Potong di
Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian teknologi
Pertanian, Sulawesi Selatan.

Raghavendra, R., Hegde, A.,Dahiya dan M. G.,Kamath, 2004. Cotton fibres.


http:www.nonwovens.com[22 maret 2018].

Ritonga, C., 2014.Pemanfaatan Serat Alami Limbah Ampas Tebu Sebagai Tali
Serat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sari, A, M., 2014, Uji Ketahanan Tarik Tali Serat Gedebok Pisang Raja (Musa
textilia). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sastranegaramm, S., 2009. Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam.
http://www.infometrik.com [Diakses pada 3 Desember 2018].

Sibuea, P., 2014. Minyak Kelapa Sawit: Teknologi dan Manfaatnya untuk Pangan
Nutrasetikal. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Sinurat, M., 2000. Kinerja Pemintalan Secara Mekanik Untuk Serat Sabut Kelapa.
Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. Prosiding Seminar Nasional
Mekanisasi Pertanian 2004. [21 maret 2018].

Sitepu, H. M. P., 2015. Manajemen Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis


Jacq.) di Kebun Bangun Bandar, PT Socfin Indonesia, Serdang Bedagai,
Sumatera Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Subhan, A., E. S., Rohaenidan,A., Hamdan, 2004. Potensi Pemanfaatan Limbah


Perkebunan Sawit Sebagai Pakan Alternati Ternak Sapi Pada musim

Universitas Sumatera Utara


37

Kemarau di Kabupaten Tanah Laut. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian


Kalimantan Selatan.Prosiding Seminar Optimalisasi Hasil Perkebunan
Kelapa Sawit dan Industri Utamanya Sebagai Pakan Ternak 2008.

Surawan, T., 2018. Hukum Newton. Staff Gunadarma.


http//:tri_surawan.staff.gunadarma.ac.id [24 april 2018].

Surdia, T. dan S.Saito, 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita.


Jakarta.

Suryanto, H., 2016. Review Serat Alam : Komposisi, Struktur dan Sifat Mekanis.
Artikel. Universitas Negeri Malang. Malang.

Yuliono, E. N., A.Yulianto dan M. P.Aji, 2013. Kuat Tarik Tali Berbahan Dasar
Serat Batang Pisang. Jurnal Fisika. 3: 1.

Wardani, L., F.Mahdie, dan Y. S.Hadi, 2014. Struktur dan Dimensi Serat Pelepah
Kelapa sawit. Jurnal Hutan Tropis. 2: 47-51.

Waskita, R.S., 2011. Dimensi Dan Nilai Turunan Serat Pelepah Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis) Berdasarkan Letak Pada Pelepah Kelapa Pohon. Skripsi.
Politeknik Negeri Samarinda. Samarinda.

Widiastuti, R., dan D. K.Syabana, 2015. Serat pelepah Kelapa Sawit (Sepawit)
Untuk Bahan Baku Produk Kerajinan. Prosiding Seminar Nasional.
Yogyakarta.

Zulkifli, A., 2014. Pengelolaan Limbah Berkelanjutan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


38

Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian.

Mulai

Menyiapkan bahan
bahan

Mengambil pelepah kelapa sawit berdasarkan variasi umur tanaman


yang akan diteliti (5 tahun, 10 tahun, 15 tahun)

Memotong pelepah kelapa sawit dengan panjang 30 cm,


kemudian mengupas kulit luar pelepah kelapa sawit

Merebus pelepah kelapa sawit selama 1 jam

Mendinginkan pada udara bebas dan Memfermentasi pelepah


dengan rasio EM4 dan air 3:1 pada wadah plastik hitam

Mengambil serat dari pelepah sawit dengan sikat


besi, kemudian menbersikan dan mengerikannya

Pemintalan
serat

Pengujian

Pengukuran parameter:
1. Gaya Maksimal
2. Elastisitas
3. Daya Serap

Selesai

Universitas Sumatera Utara


39

Lampiran 2. Uji Fmax dan Elastisitas

a. Usia 5 Tahun
Tegangan Tegangan Tegangan Modulus
Ulangan A L maksimum Beban putus luluh luluh elastisitas Kecepatan
maksimum atas bawah
mm2 mm MPa N MPa MPa MPa mm/menit mm
1 50,27 100 19,29 969,66 7,26 7,2556 3,76 7,50 41,21
2 50,27 100 19,55 982,81 5,78 5,7742 3,57 7,50 49,43
3 50,27 100 15,91 799,50 4,58 4,5827 3,31 7,50 37,84
4 50,27 100 19,97 1003,60 4,48 4,4805 4,07 7,50 49,17
5 50,27 100 17,87 898,11 4,11 4,106 3,51 7,50 53,72
6 50,27 100 23,49 1180,90 4,08 4,0748 3,72 7,50 46,50
Rataan 50,27 100 19,35 972,43 5,0476 5,0456 3,66 7,50 46,31

b. Usia 10 Tahun
Tegangan Tegangan Tegangan Modulus
Kecepatan
Ulangan A L maksimum Beban putus luluh luluh elastisitas
maksimum atas bawah
mm2 mm MPa N MPa MPa MPa mm/menit mm
1 50,27 100 19,47 979,04 18,60 18,59 3,07 7,5 41,69
2 50,27 100 13,94 700,77 3,24 3,24 2,83 7,50 56,28
3 50,27 100 17,36 872,52 3,51 3,51 2,76 7,50 52,44
4 50,27 100 16,44 826,54 3,03 3,03 2,99 7,50 58,93
5 50,27 100 15,58 783,21 3,45 3,45 2,32 7,50 51,99
6 50,27 100 20,91 1051,1 20,62 20,61 3,61 7,50 39,95
Rataan 50,27 100 17,29 868,86 8,742 8,74 2,93 7,50 50,21

Universitas Sumatera Utara


40

c. Usia 15 Tahun
Tegangan Tegangan Tegangan Modulus
Kecepatan
Ulangan A L maksimum Beban putus luluh luluh elastisitas
maksimum atas bawah
mm2 mm MPa N MPa MPa MPa mm/menit mm
1 50,27 100 17,47 877,95 17,44 17,44 3,66 7,50 41,21
2 50,27 100 14,28 717,73 3,74 3,73 3,30 7,50 37,87
3 50,27 100 15,87 797,56 12,93 12,91 3,36 7,50 34,41
4 50,27 100 14,11 709,35 3,18 3,18 2,86 7,50 40,62
5 50,27 100 15,49 778,46 3,30 3,33 3,49 7,50 38,85
6 50,27 100 18,02 905,61 3,14 3,14 2,91 7,50 43,94
Rataan 50,27 100 15,87 897,776 7,29 7,29 3,26 7,50 39,48

Universitas Sumatera Utara


41

Lampiran 3. Daya Serap


Berat Berat
Perlakuan Berat Persentase Persentas
Perendaman 1 Perendaman 6
(U) Kering (g) (%) e (%)
Jam jam
U1n1 60,25 107,37 78,21 114,03 89,26
U1n2 62,89 110,23 75,27 118,14 87,85
U1n3 57,58 103,43 79,63 109,85 90,78
U2n1 62,4 105,23 68,64 113,79 82,36
U2n2 63,62 107,08 68,31 116,96 83,84
U2n3 60,02 103,95 73,19 110,81 84,62
U3n1 58,33 104,18 78,60 113,91 95,29
U3n2 57,85 103,59 79,07 112,14 93,85
U3n3 54,04 100,03 85,10 104,73 93,80
Keterangan : U1 = Usia 5 Tahun, U2 = Usia 10 Tahun, U3 = Usia 15 Tahun, n1 =
Ulangan 1, n2 = Ulangan 2, n3 = Ulangan 3.

Daya Serap 1 Jam


a. Usia 5 tahun

1. Daya Serap =

= 78,21%

2. Daya Serap =

= 75,27%

3. Daya Serap =

= 79,63%

Universitas Sumatera Utara


42

b. Usia 10 tahun

1. Daya Serap =

= 68,64%

2. Daya Serap =

= 68,31%

3. Daya Serap =

= 73,19%

c. Usia 15 tahun

1. Daya Serap =

= 78,60%

2. Daya Serap =

= 79,07%

Universitas Sumatera Utara


43

3. Daya Serap =

= 85,10%

Daya Serap 6 Jam

a. Usia 5 tahun

1. Daya Serap =

= 89,26%

2. Daya Serap =

= 87,85%

3. Daya Serap =

= 90,78%

b. Usia 10 tahun

1. Daya Serap =

= 82,36%

Universitas Sumatera Utara


44

2. Daya Serap =

= 83,84%

3. Daya Serap =

= 84,62%

c. Usia 15 tahun

1. Daya Serap =

= 95,29%

2. Daya Serap =

= 93,85%

3. Daya Serap =

= 93,80%

Universitas Sumatera Utara


45

Lampiran 4. Uji statistika beban maksimum


Perlakuan Ulangan (n) Rata-
Total (Y)
(t) 1 2 3 4 5 6 rata

U1 969,66 982,81 799,50 1003,60 898,11 1180,90 5834,58 972,43


U2 979,04 700,77 872,52 826,54 783,21 1051,10 5213,18 868,86
U3 877,95 717,73 797,56 709,35 778,46 905,610 4786,66 797,78
Total 15834,42

Rataan 879,69

Analisa sidik ragam


F tabel
SK db JK KT F.hit F F
Notasi
0,05 0,01
Perlakuan 2 92566,31 46283,16 3,55 tn 3,68 6,36
Galat 15 195376,29 13025,09 -
Total 17 287942,60 - -
Keterangan:
tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata

Universitas Sumatera Utara


46

Lampiran 5. Uji statistika elastisitas


Ulangan (n) Total Rata-
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 (Y) rata
U1 3,76 3,56 3,31 4,07 3,51 3,72 21,93 3,66
U2 3,07 2,83 2,76 2,98 2,32 3,61 17,57 2,93
U3 3,66 3,29 3,36 2,86 3,49 2,91 19,57 3,26
Total 59,07
Rataan 3,28

Analisa sidik ragam


F tabel
SK db JK KT F.hit F F
0,05 0,01
Perlakuan 2 1,59 0,79 6,85 ** 3,68 6,36
Galat 15 1,74 0,12 -
Total 17 3,33 - -
Keterangan:
tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata

Uji DMRT
Jarak LSR Notasi
Perlakuan rata-rata
(P) 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - U2 2,93 a A
2 0,42 0,58 U3 3,26 ab AB
3 0,44 0,60 U1 3,66 b B

Universitas Sumatera Utara


47

Lampiran 6. Uji statisatika daya serap perendaman 1 jam


Ulangan (n)
Perlakuan (U) Jumlah Rata-rata
1 2 3
U1 78,21 75,27 79,63 233,11 77,70
U2 68,64 68,31 73,19 210,14 70,05
U3 78,6 79,07 85,1 242,77 80,92
Total 686,02
Rataan 76,22

Analisa sidik ragam


F tabel
SK db JK KT F.hit F F
0,05 0,01
Perlakuan 2 187,29 93,65 11,00 ** 5,14 10,92
Galat 6 51,04 8,51 -
Total 8 238,34 - -
Keterangan:
tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata

Uji DMRT
LSR Rata- Notasi
Jarak (P) Perlakuan
0,05 0,01 rata 0,05 0,01
- - - U2 70,05 a A
2 9,81 10,15 U1 77,70 ab AB
3 14,86 15,40 U3 80,92 b B

Universitas Sumatera Utara


48

Lampiran 7. Uji statistika Daya serap perendaman 6 jam


Ulangan (n)
Perlakuan (U) Jumlah Rataan
1 2 3
U1 89,26 87,85 90,78 267,89 89,30
U2 82,36 83,84 84,62 250,82 83,61
U3 95,29 93,85 93,8 282,94 94,31
Total 801,65
Rataan 89,07

Analisa sidik ragam


F tabel
SK db JK KT F.hit F F
0,05 0,01
Perlakuan 2 172,18 86,09 61,77 ** 5,14 10,92
Galat 6 8,36 1,39 -
Total 8 180,54 - -
Keterangan:
tn = tidak nyata
* = nyata
** = sangat nyata

Uji DMRT
LSR Notasi
Jarak (P) Perlakuan Rataan
0.05 0.01 0,05 0,01
- - - U2 83,61 a A
2 1,61 1,66 U1 89,30 b B
3 2,43 2,52 U3 94,31 c C

Universitas Sumatera Utara


49

Lampiran 8. Dokumentasi penelitian

Pelepah kelapa Sawit Pelepah kelapa Sawit Pelepah kelapa Sawit


Usia 5 tahun Usia 10 tahun Usia 15 tahun

Perebusan daging Perendaman kedalam


Daging pelepah kelapa
pelepah kelapa sawit larutan EM4 dan air (3:1)
sawit

Serat yang telah


Fermentasi selesai disikat

Universitas Sumatera Utara


50

Serat pelepah kelapa Serat pelepah kelapa Serat pelepah kelapa


Sawit Usia 5 tahun Sawit Usia 10 tahun Sawit Usia 15 tahun

Tali serat pelepah kelapa Tali serat pelepah kelapa Tali serat pelepah kelapa
Sawit Usia 5 tahun Sawit Usia 10 tahun Sawit Usia 15 tahun

Pelelehan aspal Pencelupan ujung-ujung


tali

Universitas Sumatera Utara


51

Menimbang berat kering


Perendaman pada uji daya Mengeringkan permukaan
dan berat setelah
serap tali
perendaman

Alat pemintal tali Alat pemintal yarn

Tali setelah uji tarik


Alat uji tarik

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai