Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN CANGKANG KELAPA SAWIT DALAM PEMBUATAN

BRIKET DENGAN PENAMBAHAN PELEPAH KELAPA SAWIT

Utilization Of Oil Palm Shell Into Briquettes With The Addition Of Palm
Midrib
Leo Candra Wiranata1, Faizah Hamzah2 and Fajar Restuhadi3
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau Indonesia
Kode Pos 28293 leo.candra@unri.ac.id

ABSTRACT
Briquettes is one of the renewable energy alternatives that have uniformity
of size, shape, density, and energy content. The purpose of this study was to
examine the characteristics of briquettes consisting of a mixture of shells and
midrib, and to determine the composition of the raw materials that can produce a
briquettes with the best quality. The raw materials used were a mixture of shells
and midrib with the proportion of 90%:10%, 80%: 20%%, 70%: 30%, 60%: 40%,
and 50%: 50%. Types of tests performed on briquettes include crushing strength,
moisture content, volatile matter, ash content, carbon bonded, and calorific value.
The results of the tests showed briquettes crushing strength 3,54-6,07 kg/cm2,
moisture content 3,24-4,14%, volatile matter 11,55-16,61%, ash content 4,94-
5,23%, carbon bonded 74,01-80,25%, and calorific value 4181,04-6122,40 kal/g.
The best quality of biopelet was in the percentage of shells and fronds was 80%:
20%.
Keywords: Briquettes, palm shell, palm midrib, renewable energy
PENDAHULUAN

Latar Belakang abrasi. Jika hutan bakau dirusak


Krisis energi yang karena penggunaan kayu sebagai
menimpa Indonesia ditandai dengan arang maka sudah dapat dipastikan
semakin langkanya BBM di tengah ancaman kerusakan ekosistem pantai
masyarakat serta harga BBM yang dan ancaman abrasi bahkan yang
merangkak naik disebabkan harga lebih dahsyat adalah bencana
minyak dunia yang melonjak tinggi. tsunami dapat dengan mudah
Kenaikan ini mempengaruhi daya menghancurkan desa desa di pantai
beli masyarakat golongan ekonomi karena tidak adanya penyangga
lemah dan mengurangi kemampuan antara pantai dengan lautan.
dari industri kecil yang
menggunakan BBM. Penggunaan Menurut Widarto dan Suryanta
kayu bakar dan arang yang berasal (1995), Indonesia khususnya Provinsi
dari kayu bakau menyebabkan Riau mempunyai potensi energi
lingkungan rusak, seperti yang kita biomassa yang besar termasuk limbah
ketahui bahwa hutan bakau dipantai pertanian. Biomassa dapat berupa sisa
kayu, sampah organik, jerami, cangkang
merupakan habitat dari beberapa
sawit maupun sisa proses pertanian.
spesies laut dan merupakan daerah Biomassa berupa limbah pertanian dapat
penyangga pantai dari ancaman digunakan secara langsung sebagai

1 Universitas Riau
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian,
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
sumber energi panas atau bahan bakar dari dari cangkang sawit dengan
karena biomassa tersebut mengandung penambahan pelepah sawit.
energi yang dihasilkan dalam proses
fotosintesis saat tumbuhan tersebut BAHAN DAN METODE
masih hidup. Bahan bakar akan
dihasilkan dari biomassa ini adalah Tempat dan Waktu
bahan bakar yang berujud padat dan Penelitian ini dilaksanakan di
berasal dari sisa-sisa bahan organik yang Laboraturium Pengolahan Hasil
telah mengalami proses pemampatan Pertanian dan Laboratorium Analisis
dengan daya tekan tertentu dan dikenal Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
dengan briket. Universitas Riau, Laboratorium
Riau merupakan salah satu Teknologi Bahan Fakultas Teknik
daerah di Indonesia dengan luas lahan Universitas Riau, serta Dinas
sawit yang sangat potensial. Luas lahan Pertambangan dan Energi Provinsi Riau.
perkebunan sawit di Riau hingga tahun Waktu penelitian enam bulan yaitu dari
2011 mencapai 1,781,667 ha atau bulan Desember 2015 sampai Juni 2016.
mencapai 58% dari alokasi total lahan
perkebunan seluas 3,2 juta ha yang Bahan dan Alat
tersebar di 11 Kabupaten dan Kota. Bahan yang digunakan dalam
(Badan Pusat Statistik Provinsi Riau). penelitian ini adalah cangkang kelapa
Potensi cangkang dan pelepah sawit sawit yang didapat dari PKS PTPN V
yang sangat besar ini belum Nusantara Sei Galuh kabupaten Kampar
termanfaatkan secara sempurna, Provinsi Riau, pelepah sawit diambil
sehingga energi berbasis biomassa dari kebun percobaan Fakultas Pertanian
menjadi salah satu alternatif yang tepat Universitas Riau, serta tepung kanji dan
dalam pengolahan limbah samping air.
pohon industri kelapa sawit ini. (anonim, Peralatan yang digunakan dalam
2011). penelitian ini adalah kiln drum, saringan,
Salah satu energi berbasis termometer, gelas ukur, ember, baskom,
biomassa adalah briket. briket adalah lesung, elpiji 3 Kg, alu, timbangan, bom
arang yang diperoleh dengan membakar kalirometer, kompor, batang pengaduk,
biomassa kering dengan sedikit udara alat press, desikator dan tanur serta
atau juga disebut karbonisasi (Johannes, cawan.
1991).
Beberapa penelitian mengenai Metode Penelitian
briket dari cangkang kelapa sawit telah Penelitian ini dilakukan secara
banyak dilakukan di beberapa daerah eksperimen non faktorial dengan
salah satunya adalah yang dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap
Mulia (2007) yang mengkombinasikan (RAL) dengan lima perlakuan dan empat
cangkang kelapa sawit dan tandan kali ulangan, sehingga diperoleh 20 unit
kosong dengan mendapatkan percobaan sebagai berikut :
karakteristik nilai bakar mencapai P1= 90% Arang Cangkang Sawit : 10%
5303,07 kal/gr dan kadar air serta kadar Arang Pelepah sawit
abu yang cukup tinggi sehingga perlu P2= 80% Arang Cangkang Sawit : 20%
dilakukan penelitian lanjutan agar Arang Pelepah sawit
mendapatkan kombinasi bahan baku P3= 70% Arang Cangkang Sawit : 30%
briket yang sesuai dengan karakteristik Arang Pelepah sawit
yang telah ditetapkan oleh SNI. P4= 60% Arang Cangkang Sawit : 40%
Arang Pelepah sawit
Tujuan Penelitian P5= 50% Arang Cangkang Sawit : 50%
Tujuan penelitian ini adalah untuk Arang Pelepah sawit.
menghasilkan briket yang berkualitas

2
Analisis Data dimasukkan kedalam suatu tabung
Data yang diperoleh dianalisis silinder dengan ukuran 4×5 cm
secara statistik dengan menggunakan kemudian pada bagian atas tabung
analisis sidik ragam (ANOVA). Jika silinder diberi alat berupa kayu sebagai
F hitung lebih besar atau sama dengan pemampat yang telah disesuaikan
F tabel maka dilanjutkan dengan uji dengan ukuran tabung selanjutnya bahan
Duncan’s Multiple New Range Test diletakkan hingga padat (Triono, 2006)
(DNMRT) pada taraf 5%. Briket arang kemudian dikeringkan
dengan oven pada suhu 60 0C selama
Pelaksanaan Penelitian 2×24 jam. Kemudian briket diuji
Menurut Hendra dan Darmawan karakteristiknya meliputi kadar air,
(2000), pengarangan dilakukan dengan kadar abu dan nilai kalor (Hendra, 2012)
kiln drum modifikasi selama 5-7 jam. Semua sampel perlakuan dianalisis dan
Untuk memudahkan proses pembakaran dilakukan penentuan perlakuan terbaik
digunakan bahan bakar umpan yang berdasarkan analisis nilai kalor,
diletakkan dibagian tengah kiln. Setelah keteguhan tekan, kadar air, kadar abu,
bahan bakar umpan dinyalakan dan api kadar zat volatil dan karbon terikat
menyala dengan stabil, kiln ditutup lalu (Hendra, 2012)
cerobong asap dipasang pada bagian
tengah kiln tersebut. Selanjutnya HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan pengaturan buka tutup lubang 4.1. Kadar Air
udara pada dinding kiln dan pembakaran Hasil kadar air dapat dilihat pada
terus dilakukan sampai asap yang keluar Gambar. kadar air briket berkisar antara
menipis dan berwarna kebiruan.
3,24-4,14%. kadar air tertinggi terdapat
Pelepah sawit yang akan
pada briket dengan komposisi pada P5
dijadikan arang terlebih dahulu dibuang
daunnya dan dipotong dengan pisau (50% cangkang : 50% pelepah).
kemudian dikeringkan dengan cara Sedangkan kadar air terendah terdapat
dijemur untuk menurunkan kadar air pada komposisi P1 (10% cangkang :
sehingga proses pengarangan lebih 90% pelepah). Hasil sidik ragam
cepat, kemudian di bakar didalam kiln menunjukkan bahwa penambahan
drum sehingga menjadi arang. campuran pelepah berpengaruh nyata
Setelah proses pengarangan, (taraf 5%) terhadap kadar air briket.
arang pelepah dan arang cangkang Penambahan pelepah dapat
kelapa sawit digiling dan disaring meningkatkan kadar air briket. Uji lanjut
dengan ayakan 80 mesh (Hendra, 2012) Duncan menunjukkan bahwa kadar air
Tepung tapioka ditimbang briket pada campuran pelepah 10%,
sebanyak 5% dari berat bahan baku per
berbeda tidak nyata dengan kadar air
satuan briket, lalu dicampur dengan air,
dengan perbandingan konsentrasi briket pada campuran pelepah 20% dan
perekat dan air 1:4. Air yang dipanaskan 30%, tetapi berbeda nyata dengan kadar
ditambah dengan tepung tapioka air pada campuran pelepah 40% dan
kemudian dipanaskan di atas kompor 50%.
hingga perekatnya merata sempurna.
Arang pelepah dan arang cangkang
sawit yang telah disaring kemudian
dibuat briket beberapa komposisi bahan
baku setelah terlebih dahulu dicampur
dengan perakat kanji sebanyak 5% dari
berat bahan baku per satuan briket.
Masing-masing komposisi bahan baku
yang telah dibuat selanjutnya dicetak
dengan menggunakan alat press, bahan

3
Pengujian pembakaran briket Kadar Abu
dengan komposisi pelepah sawit 50% Hasil kadar abu dapat dilihat
menunjukkan nyala api yang rendah pada Gambar. Kadar abu berkisar antara
dan asap yang dihasilkan berwarna 4.94%-5.23%. kadar abu tertinggi
hitam (Gambar 3). Nyala api yang terdapat pada komposisi pada perlakuan
rendah dan asap berwarna hitam ini P5 (50% cangkang : 50% pelepah)
disebabkan oleh kadar air yang sedangkan kadar abu terendah terdapat
cukup tinggi, peningkatan kadar air pada perlakuan P1 (10% cangkang : 90%
ini diduga terjadi karena briket yang pelepah). Hasil sidik menunjukkan
seluruh bahan bakunya berupa arang bahwa penambahan campuran pelepah
mempunyai ruang kosong atau pori- berpengaruh nyata (taraf 5%) terhadap
pori yang lebih kecil sebab ukuran kadar abu briket. Penambahan pelepah
partikelnya halus, hal ini dapat meningkatkan kadar abu briket.
menyebabkan air yang terikat Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
didalam pori-pori lebih banyak dan kadar abu briket pada perlakuan P1,
sulit dikeluarkan. Bahan perekat berbeda nyata dengan kadar abu briket
juga mempengaruhi kadar air briket pada perlakuan P2, P3, P4, dan P5.
karena perekat pati menahan kadar Perlakuan P2 dan P3 berbeda nyata
air yang ada dalam sel untuk keluar dengan perlakuan P4 dan P5, Perlakuan
(Suryani, 1996). Selain itu adanya P4 berbeda nyata dengan perlakuan P5
penambahan arang pelepah kelapa tetapi pada perlakuan P2 dan P3 berbeda
sawit memberikan pengaruh nyata tidak nyata.
terhadap kenaikan kadar air briket
karena pelepah kelapa sawit
mempunyai kerapatan yang rendah
dan memiliki kadar air yang tinggi.
Triono (2006) menyatakan bahwa
briket yang berasal dari bahan baku
yang berkerapatan rendah memiliki
kadar yang lebih tinggi daripada
briket arang dengan bahan baku yang
berkerapatan tinggi. Peningkatan kadar abu pada
briket dengan penambahan konsentrasi
Tingginya kadar air pada briket arang pelepah disebabkan oleh tingginya
dengan komposisi pelepah sebanyak komponen abu pada pelepah. Pelepah
50% dapat dipengaruhi oleh kadar air mempunyai komponen abu yang lebih
pelepah yang lebih tinggi dibandingkan tinggi dibandingkan dengan cangkang.
dengan cangkang. Kadar air pelepah Komponen abu pada pelepah sebesar
sebesar 15.1% (Yazid dan Banun 2012), 2.6% (Yazid dan Banun 2012),
sedangkan kadar air cangkang sebesar sedangkan komponen abu pada
cangkang sebesar 0.6% (Prananta 2007).
8.0% (Prananta 2007). Standar kadar air
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
briket disajikan pada Tabel 4. pada perlakuan P1, P2 dan P3 masih
Berdasarkan standar tersebut, kadar sesuai dengan SNI-01-6235-2000 yaitu
briket pada perlakuan P1, P2, P3, P4 dan sebesar 8%, akan tetapi pada perlakuan
P5 telah memenuhi SNI-01-6235-2000 P4 dan P5 sudah melebihi standar yang
yaitu maksimal 8%. ditetapkan.

4
Zat Volatil Semakin tinggi kadar zat ekstraktif dan
Hasil kadar zat volatil dapat kadar air, maka kadar zat terbangnya
dilihat pada Gambar. Kadar zat akan semakin tinggi. Meningkatnya
volatil berkisar antara 11.55%- kandungan zat volatil dengan
16.61%. kadar zat volatil tertinggi penambahan konsentrasi pelepah pada
terdapat pada komposisi pada penelitian ini disebabkan Kandungan zat
perlakuan P5 (50% cangkang : 50% ekstrakrif pelepah lebih tinggi
pelepah) sedangkan kadar zat volatil dibandingkan cangkang yaitu 13.84%
terendah terdapat pada perlakuan P1 (Yazid dan Banun 2012), sedangkan
(10% cangkang : 90% pelepah). cangkang mengandung zat ekstraktif dan
Hasil sidik ragam menunjukkan kadar air sebesar 4.2% (Prananta 2007).
bahwa penambahan campuran Briket yang memiliki kadar zat volatil
pelepah berpengaruh nyata (taraf yang tinggi akan menimbulkan asap
5%) terhadap kadar zat volatil briket. lebih banyak pada saat dinyalakan
Penambahan pelepah dapat dibandingkan dengan briket yang
meningkatkan kadar zat volatil memiliki kadar zat terbang yang rendah
briket. Uji lanjut Duncan (Hendra 2012). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kadar zat volatil menunjukkan bahwa pada perlakuan P1,
briket pada campuran pelepah 10%, P2, dan P3 kadar zat volatil masih
berbeda tidak nyata dengan kadar dibawah standar maksimum tetapi pada
zat volatil briket pada campuran perlakuan P4 dan P5 telah melebihi
pelepah 20% dan 30%, tetapi maksimum standar yang telah ditetapkan
berbeda nyata dengan kadar zat SNI-01-6235-2000 yaitu sebesar 15%
volatil pada campuran pelepah 40%
dan 50%. 4.4. Karbon Terikat
Hasil karbon terikat disajikan
pada Gambar. Kadar karbon terikat
briket berkisar antara 74,01- 79,88%.
Karbon terikat tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 dengan persentase
campuran pelepah 10%, sedangkan
karbon terikat terendah terdapat pada
briket pada P5 dengan persentase
campuran pelepah 50%. Semakin besar
persentase campuran pelepah, maka
kadar karbon terikat akan semakin
menurun. Hasil sidik ragam
Triono (2006) menyebutkan menunjukkan bahwa penambahan
Tinggi rendahnya kadar zat menguap campuran pelepah berpengaruh nyata
pada briket arang diduga disebabkan (taraf 5%) terhadap kadar karbon terikat
oleh kesempurnaan proses karbonisasi briket. Penambahan pelepah dapat
dan juga dipengaruhi oleh waktu dan menurunkan kadar karbon terikat briket.
suhu pada proses pengarangan, Semakin Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
besar suhu dan waktu pengarangan maka kadar karbon terikat briket pada
semakin banyak zat menguap yang campuran pelepah 10%, berbeda tidak
nyata dengan kadar karbon briket pada
terbuang. Kadar zat volatil yang tinggi
campuran pelepah 20% dan 30%, tetapi
dipengaruhi oleh zat ekstrakif,
berbeda nyata dengan kadar karbon
hemiselulosa, dan air yang mudah terikat pada campuran pelepah 40% dan
menguap saat pembakaran pada suhu 50%.
tinggi (Fuwape dan Akindele 1997).

5
briket. Uji lanjut Duncan (Lampiran 8c)
menunjukkan bahwa nilai keteguhan
tekan briket pada campuran pelepah
10%, berbeda tidak nyata pada
campuran pelepah 20% dan 30%, tetapi
berbeda nyata dengan campuran pelepah
40% dan 50%.

Kadar karbon terikat berbanding


terbalik dengan kadar zat volatil. Hendra
dan Darmawan (2002) menyatakan
semakin besar kadar zat terbang, maka
akan menurunkan kadar karbon terikat.
Briket dengan komposisi campuran
pelepah 10% mempunyai kadar karbon
terikat yang tertinggi dan briket dengan
campuran pelepah 50% mempunyai Peningkatan nilai keteguhan
kadar karbon terikat terendah. Hal ini tekan disebabkan oleh adanya
dapat terjadi karena ada penambahan kandungan lignin pada pelepah yang
konsentrasi pelepah sawit yang mana berperan sebagai perekat, sehingga
penambahan konsentrasi dapat semakin besar persentase penambahan
meningkatkan zat volatil. sehingga pelepah sawit maka keteguhan tekan
semakin meningkat zat volatil maka akan semakin meningkat. lignin
kadar karbon terikat akan semakin merupakan jaringan polimer yang
menurun. Hasil penelitian ini berfungsi merekatkan serat selulosa
menunjukkan bahwa pada semua sehingga menjadi kaku (Mohammad,
perlakuan kadar karbon terikat masih 2007). Struktur dan gugus kimia lignin
sesuai dengan standar yang telah dapat dilihat pada Gambar 7. pada saat
ditetapkan SNI-01-6235-2000 yaitu pembakaran hingga suhu mencapai 5000
minimal 70%. C lignin masih terbentuk karena struktur
dan ikatan lignin terdiri dari ikatan
rangkap dan rantai benzen yang sukar
Keteguhan tekan
putus sehingga tahan terhadap thermal,
Hasil uji keteguhan tekan
hal ini menjadikan arang pelepah sawit
disajikan pada Gambar. Keteguhan
masih memiliki senyawa lignin
tekan briket berkisar antara 3,54 kg/cm2-
didalamnya yang bersifat sebagai
6,07kg/cm2. nilai keteguhan tekan
perekat (Puspita dan Ardhyananta,
tertinggi terdapat pada perlakuan P5
2007).
dengan persentase campuran pelepah
50%, sedangkan nilai keteguhan tekan
terendah terdapat pada briket pada P1 Nilai Kalor
dengan persentase campuran pelepah Hasil nilai kalor disajikan pada
10%. Semakin besar persentase Gambar. Nilai kalor briket berkisar
campuran pelepah, maka nilai keteguhan antara 4181.041-6122.405 Kj/gr. nilai
tekan akan semakin meningkat. Hasil kalor tertinggi terdapat pada perlakuan
analisis sidik ragam menunjukkan P1 dengan persentase campuran pelepah
bahwa penambahan campuran pelepah 10%, sedangkan nilai kalor terendah
berpengaruh nyata terhadap nilai terdapat pada briket pada P5 dengan
keteguhan tekan briket. Penambahan persentase campuran pelepah 50%.
pelepah dapat meningkatkan daya tekan Semakin besar persentase campuran

6
pelepah, maka nilai kalor akan semakin 157195 Kj/kg sedangkan cangkang
menurun. Hasil analisis sidik ragam kelapa sawit lebih tinggi yaitu
menunjukkan bahwa penambahan berkisar 200937 Kj/kg (Goenadi,
campuran pelepah berpengaruh nyata 2005). Pada hasil penelitian ini
(taraf 5%) terhadap nilai kalor briket. menunjukkan bahwa pada perlakuan
Penambahan pelepah dapat menurunkan P1, P2, dan P3 masih sesuai dengan
nilai kalor briket. Uji lanjut Duncan standar yang telah ditetapkan tetapi
menunjukkan bahwa nilai kalor briket pada perlakuan P4 dan P5 nilai kalor
pada campuran pelepah 10%, berbeda tidak mencapai kriteria SNI-01-
tidak nyata dengan kadar karbon briket 6235-2000 yaitu minimal 5000 kal/gr
pada campuran pelepah 20%, tetapi
berbeda nyata dengan kadar karbon Kesimpulan
terikat pada campuran pelepah 30%, Berdasarkan hasil penelitian
40% dan 50%. yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa : Penambahan pelepah sawit
memberikan pengaruh yang nyata
P(≤0.05) terhadap kadar air, kadar abu,
kadar zat volatil, karbon terikat, nilai
kalor, dan keteguhan tekan
briket.Penambahan pelepah sawit
menghasilkan kadar air, kadar abu dan
kadar zat volatil serta keteguhan tekan
meningkat, tetapi nilai kadar karbon
terikat dan nilai kalor mengalami
penurunan.
Onu dkk (2010) menyatakan
bahwa semakin tinggi kadar air dan Perlakuan tepilih pada penelitian ini
kadar abu maka nilai kalor akan adalah perlakuan P2 (80%cangkang
:20% pelepah). Dengan karakteristik
semakin rendah. Hendra dan Winarni
kadar air sebesar 3,26%, kadar abu
(2003) menyatakan Semakin tinggi 4,96%, kadar zat volatil 11,98%, karbon
kadar karbon terikat, maka nilai kalor terikat 79,79%, nilai kalor 5940,70
akan semakin tinggi. Gambar kal/g, dan keteguhan tekan sebesar 3,42
menunjukkan bahwa semakin besar kg/cm2.
konsentrasi penambahan arang
pelepah sawit maka nilai kalor briket DAFTAR PUSTAKA
cenderung semakin menurun. hal ini
disebabkan kadar air dan kadar abu Anonim. 2011. Pemanfaatan limbah
pelepah sawit yang lebih tinggi dan tanaman kelapa sawit sebagai
kadar karbon terikat yang lebih bahan baku pulp dan kertas.
rendah. briket dengan campuran www.balitbangsumut.go.id.
pelepah lebih mempunyai kadar air Diakses pada tanggal 20 oktober
dan kadar abu yang tinggi dan kadar 2015.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau.
karbon terikat yang rendah, sehingga
2010. Pabrik kelapa sawit
nilai kalor yang dihasilkan akan (PKS) Provinsi Riau. www.
rendah. Selain itu penurunan nilai Riau.bps.go. diakses pada
kalor briket dengan penambahan tanggal 26 agustus 2015.
pelepah sawit ini juga diakibatkan Goenadi, D. H, Wayan, R, S, dan Isroi.
oleh nilai kalor pelepah sawit yang 2005. Pemanfaatan produk
rendah, nilai kalor pelepah berkisar samping kelapa sawit sebagai

7
sumber energi alternatif Prananta, J. 2007. Pemanfaatan sabut
terbarukan. dan tempurung kelapa serta
www.isroi.wordpress.com cangkang sawit untuk
Hendra, D. 2012. Rekayasa Pembuatan pembuatan asap cair sebagai
Mesin Pellet dan Pengujian pengawet makanan alami
Hasilnya. Jurnal Penelitian skripsi. Universitas Malikusaleh
Hasil Hutan. 30(2): 144-154 Lhokseumawe.
Hendra, D., dan darmawan, S. 2000. Tano, E. 1997. Pedoman Membuat
Pembuatan briket arang dari Perekat Sintetis. Jakarta :
serbuk gergajian dengan Rineka Putra.
penambahan tempurung Triono, A. 2006. Karakteristik briket
kelapa. Bul. Penelitian Hasil arang dari campuran serbuk
Hutan 18:1-9 gergajian kayu Afrika
Johannes, H. 1991. Menghemat kayu (maesipsus emili) dan sengon
bakar dan arang kayu untuk (parasserianthis falcataria)
memasak di pedesaan dengan dengan penambahan
briket bioarang. UGM press. tempurung kelapa (cocos
Yogyakarta nucifera l). skripsi. Institut
Mulia, A. 2007. Pemanfaatan tandan Pertanian Bogor.
kosong dan cangkang kelapa Widarto dan Suryanta. 1995. Membuat
sawit sebagai briket arang. bioarang dari kotoran lembu.
Tesis Sekolah Pasca Sarjana Yogyakarta: Penebar Swadaya.
Universitas Sumatera Utara. Yazid., Banun, D.P. 2012. Studi Fisik
Onu, F., Sudarja, Rahman. 2010. dan Mekanik Parenkhim
Pengukuran nilai kalor bahan Pelepah Daun Kelapa Sawit
bakar briket arang kombinasi Untuk Pemanfaatan Sebagai
cangkang pala (Myristica Bahan Anyaman. Agrointek.
fragan Houtt) dan limbah 6(1): 36-4
sawit (Elaeis guineensis, Jacq).
Seminar Nasional Teknik Mesin
UMY 2010; Yogyakarta,
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai