Anda di halaman 1dari 10

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah

BAB II. ISI


2.1 Metode Pembuatan Arang Briket
2.2 Sifat Arang Briket
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Arah Briket

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
Sumber Internet
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan terhadap energi saat ini menjadi masalah yang dihadapi oleh semua negara baik
negara-negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Kebutuhan terhadap
energi terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang juga semakin
meningkat. Nilai konsumsi energi di Indonesia melebihi konsumsi energi dunia yaitu 2,6%
per tahun penggunaan energi yang paling dominan di Indonesia adalah pada sektor rumah
tangga.

Hampir 95% konsumsi energi Indonesia dicukupi dari bahan bakar fosil, dan, hampir
50%-nya merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang keberadaannya sangat terbatas dan
akan terus mengalami kelangkaan.

Tingginya harga bahan bakar saat ini baik cair maupun gas, maka perlunya dilakukan
inovasi sebagai sumber energi yang secara ekonomis dapat menjadi sumber energi
pengganti bahan bakar dari fosil. Alternatif yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar
adalah pemanfaatan kayu, selain lebih ekonomis bahan baku nya juga mudah untuk
diperbaharui.

Kayu akan memberikan energi dua kali lipat lebih tinggi apabila dalam bentuk arang karena
arang mempunyai nilai kalor lebih tinggi dari bentuk aslinya. Briket arang merupakan salah
satu energi biomassa alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah kritis
energi.

Briket arang merupakan arang yang diperoleh dengan proses lebih lanjut menjadi bentuk
briket (oval, kotak, dan penampilan lain yang menarik) yang dapat digunakan untuk
keperluan energi sehari-hari dengan ukuran dan kerapatannya menjadi produk yang lebih
praktis dalam penggunaannya sebagai bahan bakar.

Briket arang memiliki kelebihan dibandingkan arang, bentuknya lebih seragam dan padat,
kualitas pembakaran lebih baik jika menggunakan bahan yang sesuai, dan bahan baku dari
kayu yang digunakan tidak terbatas hanya pada satu jenis kayu, tetapi hampir semua jenis
kayu bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket arang (Martawijaya, et.al.,
1989).

Bahan baku pembuatan briket arang yang banyak digunakan saat ini selain kayu juga
banyak digunakan tempurung kelapa. Salah satu peluang pengembangan potensi dengan
pemanfaatan limbah. Perkebunan kelapa menghasilkan sisa atau limbah yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Limbah yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa ada tiga
macam yaitu limbah padat, limbah cair dan gas. Briket arang yang diproduksi dari bahan
baku arang tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dengan nilai kalor
sekitar 6500-7600 Kkal/kg, dan menghasilkan sedikit asap dibandingkan bahan lain.
Menurut Ardiawan (2011) tempurung kelapa memiliki komposisi kimia mirip dengan kayu,
seperti mengandung pentosa, lignin, dan selulosa. Tempurung kelapa biasanya banyak
digunakan sebagai bahan pokok pembuatan arang dan arang aktif.

Pembuatan briket arang tempurung kelapa mempunyai berbagai masalah dikarenakan


banyaknya permintaan pasar untuk produksi briket arang ini dan semakin banyak juga
pabrik-pabrik yang mengolah briket arang dari kelapa, sehingga untuk mendapatkan
tempurung kelapa dalam jumlah banyak susah didapat, oleh karena itu perlu adanya
campuran bahan lain sebagai bahan tambahan. Untuk itu bahan tambahan yang akan
digunakan adalah dari jenis kayu Ulin.

Kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu sangat awet dan kuat, dengan kelas kuat I, kelas
awet I, dan memiliki berat jenis 1,04. Kayu ulin juga merupakan jenis kayu yang tahan
(resistant) akan serangan rayap dan serangga penggerek batang, memiliki ketahanan akan
suhu dan perubahan kelembaban serta tahan pula terhadap air laut. Memiliki kelas kuat I
menjadikan kayu ulin sangat sukar dipaku dan digergaji tetapi mudah untuk dibelah. Akan
tetapi kayu ulin banyak digunakan sebagai bahan konstruksi berat.

Limbah gergaji kayu ulin yang dihasilkan hampir tidak dimanfaatkan dan hanya dibuang
saja, oleh karena itu perlunya pemanfaatan untuk bahan briket arang sebagai energi
alternatif mengingat kualitas yang sangat bagus dari kayu ulin. Selain itu juga, pemanfaatan
limbah padat kelapa dan serbuk gergaji dengan memanfaatkannya sebagai sumber energi
terbarukan atau sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu bentuk pemanfaatan keduanya
adalah sebagai briket arang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana karakteristik dari briket arang
menggunakan bahan baku tempurung kelapa (Cocos nucifera) dan kayu ulin (Eusideroxylon
zwageri) dengan penambahan kanji dan molasses terhadap sifat fisis dan mekanis briket
arang.

1.3 Tujuan Makalah

Makalah bertujuan mengetahui karakteristik dari briket arang menggunakan bahan baku
tempurung kelapa (Cocos nucifera) dan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) dengan
penambahan kanji dan molasses terhadap sifat fisis dan mekanis briket arang.
BAB II
ISI

2.1 Metode Pembuatan Briket Arang

Bahan yang digunakan adalah arang tempurung kelapa (Cocus mucifera), arang kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri), tapioka, molasses dan air. Alat yang digunakan adalah kapiler,
kuas, kertas label, oven, desokator, penjepit, tanur, Universal Machine (UTM), kamera, alat
pencetak briket, Willey mill, Calorimeter Bomb, termometer, timbangan, stopwatch, dan
kalorimeter.

Prosedur briket arang (Sidiq, 2017) terdiri dari :

1. Persiapan bahan baku

Kedua arang disediakan untuk dilakukan proses penumbukan dan dimasukkan kedalam
mesin penggilingan.

2. Penumbukan dan penggilingan arang

Kedua arang dilakukan proses penggerusan dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
60 derajat C selama 48 jam. Setelah itu masing-masing arang digiling dengan mesin willey
mill sehingga menghasilkan serbuk berukuran ±20 mesh, kemudian dilakukan penyaringan
sehingga menghasilkan ukuran serbuk ±40 mesh.

3. Pembuatan perekat

Tepung tapioka dan molasses dengan air dicampur dengan perbandingan 1:10. Setiap briket
arang yang dibuat, ditambahkan perekat 5% dari bobot briket arang. Campuran tapioka dan
air dimasukkan pada wajan diatas kompor hingga campuran tersebut mengental, begitupun
dengan perekat molasses sehingga siap dibuat briket arang.
4. Pencampuran perekat dan pencetakan briket

Arang yang berukuran 40 mesh dicampur menjadi 14 komposisi berbeda dengan


penambahan perekat. Hasilnya disiapkan dalam cetakan dan dikempa menggunakan sistem
hidrolik dengan besar tekanan 4 ton.

2.2 Sifat Briket Arang

Briket arang mempunyai beberapa sifat atau ciri khas yang dimiliki oleh briket arang
berdasarkan faktor yang mempengaruhinya. Sifat briket arang mempunyai perbedaan di
setiap wilayah, akibat adanya perbedaan iklim dan geografisnya.

Sifat Briket Arang adalah Badan Litbang Kehutanan (1994) dalam Sidiq (2017):

1. Kadar Air. Jepang (6-8%), Inggris (3,6%), USA (6,2%), dan SNI 01-6235-2000 (<8%)
2. Kadar zat terbang. Jepang (15-30%), Inggris (16,4%), USA (19-28%), dan SNI
01-6235-2000 (<15%).
3. Kadar abu. Jepang (3-6%), Inggris (5,9%), USA (8,3%), dan SNI 01-6235-2000
(<8%).
4. Kerapatan (g/cm3). Jepang (1,0-1,2), Inggris (0,46), USA (1), dan SNI 01-6235-2000
(0,44).
5. Keteguhan tekan (g/cm3). Jepang (60-65), Inggris (12,7), USA (62), dan SNI
01-6235-2000 (-).
6. Nilai kalor (kal/g). Jepang (6000-7000), Inggris (7289), USA (6230), dan USA
(>5000).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Briket Arang

1. Kerapatan

Kerapatan mempengaruhi briket arang yaitu apabila semakin besar kerapatan maka volume
atau ruang yang diperlukan lebih kecil untuk massa yang sama. Besar atau kecilnya nilai
kerapatan dipengaruhi oleh kehomogenan bahan dan ukuran bahan pembuat briket arang.
Sehingga kerapatan yang besar akan menyebabkan pembakaran lebih lama daripada briket
kerapatan kecil.
Sidiq (2017) menyatakan bahwa komposisi sangat berpengaruh nyata terhadap kerapatan
briket arang. Semakin banyak penambahan kayu ulin yang ditambahkan pada briket arang
perekat tapioka atau molasses, maka nilai kerapatan berpengaruh nyata terhadap briket
arang.

2. Keteguhan Tekan

Faktor ini merupakan kemampuan briket untuk memberikan daya tahan atau kekompakan
briket terhadap pecah atau hancurnya briket jika diberikan beban pada benda tersebut
(Wijayanti, 2009). Semakin besar nilai keteguhan tekan maka daya tahan briket terhadap
pecah semakin baik, daya tahan keteguhan tekan berfungsi untuk mengetahui daya tahan
briket saat pengangkutan dan pengemasan.

Sidiq (2017) menyatakan bahwa komposisi dan jenis perekat menunjukkan pengaruh yang
sangat nyata terhadap briket arang yang dihasilkan. Bahan baku dengan kerapatan tinggi
akan menghasilkan briket dengan nilai keteguhan tekan yang tinggi. Setiap bahan baku
memiliki nilai kerapatan yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan nilai keteguhan tekan
yang berbeda-beda untuk setiap jenis bahan baku briket arang (Hendra, 2007).

3. Kadar Air

Kadar air merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai kalor yang dimiliki
briket arang itu sendiri. Dimana tinggi kadar air akan menyebabkan penurunan nilai kalor
pada briket arang. Hal ini dapat terjadi akibat adanya panas yang tersimpan dalam briket
terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian
menghasilkan panas yang dipergunakan sebagai panas pembakaran (Hendra, 2010).

Sidiq (2017) menyatakan bahwa komposisi dan jenis perekat sangat berpengaruh nyata
terhadap nilai kadar air yang dihasilkan. Briket arang penambahan tapioka dengan
bertambahnya ulin, nilai kadar air cenderung menurun. Sehingga nilai rata-rata kadar air
briket dengan penambahan tapioka lebih tinggi dibandingkan dengan briket penambahan
molasses.

4. Kadar Zat Terbang

Kadar zat terbang merupakan faktor yang hasil dikomposisi zat-zat penyusun arang akibat
proses pemanasan selama pengarangan dan bukan komponen penyusun arang. Briket
arang yang kadar zat menguap yang tinggi akan menghasilkan asap pembakaran yang
tinggi pula (Fauziah 2009).

Sidiq (2017) menyatakan bahwa semakin bertambahnya ulin pada briket arang penambahan
tapioka ataupun molasses trenya semakin meningkat. Perekat molasses menghasilkan nilai
kadar zat terbang lebih rendah daripada briket arang perekat tapioka. Tinggi rendahnya
kadar zat menguap briket arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan baku,
sehingga perbedaan jenis bahan baku berpengaruh nyata terhadap kadar zat menguap
briket arang (Pane et.al., 2015).

5. Kadar Abu

Kadar abu merupakan faktor yang berasal dari bagian sisa proses pembakaran yang
memiliki penyusun unsur silika. Semakin tinggi kandungan silika maka semakin tinggi pula
kadar abu yang dihasilkan. Nilai kadar abu yang tinggi menghasilkan emisi debu yang
menyebabkan polusi udara dan mempengaruhi volume pembakarannya.

Sidiq (2017) menyatakan bahwa jenis perekat tidak berpengaruh terhadap nilai kalor abu,
untuk komposisi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata. Adanya penambahan kayu ulin
menghasilkan nilai kadar abu yang menurun khususnya pada briket arang penambahan
molasses. Jenis bahan baku sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kadar abu
briket arang yang dihasilkan. Hal ini terjadi akibat adanya komposisi kimia dan jumlah
mineral yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan kadar abu briket arang yang
dihasilkan berbeda pula.
6. Kadar Karbon Terikat

Kadar karbon terikat merupakan faktor yang terjadi akibat fraksi karbon yang terikat di
dalam arang selain fraksi air, zat menguap dan abu (Wijayanti, 2009). Briket arang yang
bermutu baik adalah memiliki nilai kalor dan kadar karbon terikat yang tinggi namun kadar
abu rendah. Menurut Sidiq (2017) menyatakan bahwa jenis perekat dan komposisi
berpengaruh sangat nyata terhadap nilai kadar karbon terikat. Penambahan kayu ulin baik
perekat tapioka dan molasses memiliki nilai rata-rata karbon terikat cenderung menurun.

7. Nilai Kalor

Nilai kalor merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas briket arang. Semakin
tinggi nilai kalor briket arang maka semakin baik pula kualitas briket arang yang dihasilkan.
Nilai kalor diperoleh berdasarkan pengukuran pada volume tetap, dimana arang yang
dibakar akan menaikkan suhu air sehingga nilai kalor arang dapat diukur berdasarkan
perbedaan suhu air (Triono, 2006).

Menurut Sidiq (2017) menyatakan bahwa jenis perekat dan komposisi mempunyai pengaruh
yang sangat nyata terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Penambahan kayu ulin baik perekat
tapioka dan molasses memiliki nilai kalor cenderung menurun. Setiap bahan baku memiliki
nilai karbon terikat yang berbeda-beda, sehingga mengakibatkan nilai kalor bakar yang
berbeda-beda pula untuk setiap jenis bahan baku briket arang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan makalah ini adalah bahwa karakteristik briket arang dari komposisi tempurung
kelapa dan kayu ulin berpengaruh terhadap kerapatan, kadar air, kadar zat terbang, kadar
abu, kadar karbon terikat dan nilai kalor, namun tidak berpengaruh terhadap keteguhan
tekan.

3.2 Saran

Saran pada makalah ini adalah perlu dilakukan lanjutan tentang manfaat briket arang ini
berdasarkan faktornya.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiawan. 2011. Prospek dan Manfaat Tanaman Kelapa di Indonesia. Artikel. Malang.

Sidiq, M. H. 2017. Karakteristik Briket Arang dari Tempurung Kelapa (Cocos nucifera) dan
Ulin (Eusideroxylon zwageri). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika
(Maesopsis Eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan
Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L.). Skripsi. IPB. Bogor.

Wijayanti, D. S. 2009. Karakteristik Briket Arang dari Serbuk Gergaji dengan Penambahan
Arang Cangkang Kelapa Sawit. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
SUMBER INTERNET

https://www.panehutan.com.

http://eprints.upnjatim.ac.id

http://e-journal.uajy.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai