Anda di halaman 1dari 7

Media Eksakta 16 (2) : 98-104, November 2020 ISSN : 0216-3144

PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI SEBAGAI BAHAN BAKU BRIKET

Pratiwi Nova Sari dan Sitti Aminah

Jurusan Pendidikan MIPA


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Palu

Abstract
Wood sawdust is one of the wastes from wood processing industry such as sawdust and peel
residues. They are cheap raw materials and potential as a source of alternative energy by processing it
into charcoal briquettes. The use of charcoal briquettes as a substitute for fossil energy sources has
several advantages including the relatively less smoke emitted because it has been released during the
carbonization process. They can be stored for a long time and the calor value is higher than wood.
Charcoal briquettes are made from wood sawdust which is added by tapioca flour as glue. This study was
conducted in two main stages, processing charcoal briquette and characterization. The characterization
of charcoal briquettes are including density, moisture, ash, volatile substances levels, carbon bound, long
flame and calor value. The results obtained from the charcoal briquettes are a density of 0.384 gr/cm3, a
moisture of 2.44%, an ash of 4.82%, a volatile substance of 19.13%, a carbon bond of 74.44%, a
briquette flame of 6.75 minutes/gr and the calor value of 5127 cal/gr. This study concluded that wood
sawdust briquette has the potential to be used potentially as substitued for fuel.

Keywords: wood sawdust, briquette charcoal and tapioca flour

PENDAHULUAN sedangkan briket itu sendiri merupakan biomassa


Indonesia merupakan negara yang kaya akan dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar.
sumber daya alam yang sangat berlimpah, baik Biomassa yang berasal dari limbah hasil pertanian
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan kehutanan merupakan bahan yang tidak
maupun tidak dapat diperbaharui. Sumber daya bernilai guna, tetapi dapat dimanfaatkan menjadi
alam yang dapat diperbaharui seperti ekosistem sumber energi bahan bakar alternatif, yaitu
hutan dan ekosistem hewan sedangkan sumber dengan mengubahnya menjadi suatu bahan bakar
daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak padat yang disebut biobriket (Dewi & Hasfita,
bumi, pertambangan emas, dan lain-lain (Indah 2016).
Suryani, M. Yusuf Permana U., 2012) Pengalihan penggunaan bahan bakar gas
Pada saat ini bahan bakar minyak (BBM) yang (elpiji) membuat sebagian masyarakat mengalami
ada di pasaran disintesa dari produk petrokimia ketakutan akibat terjadinya beberapa ledakan
yang menggunakan bahan baku berasal dari tabung gas. Mengubah kebiasaan masyarakat
minyak bumi. Ketersediaan minyak bumi sangat yang semula menggunakan bahan bakar minyak
terbatas dan merupakan sumber daya alam yang dan kayu yang sudah berlangsung turun temurun
tidak dapat diperbaharui, sehingga harganya akan bukanlah hal yang mudah. Namun hal ini harus
semakin meningkat. Indonesia yang saat ini dilakukan mengingat kebijakan pemerintah
dikenal sebagai salah satu negara pengekspor tentang harga minyak tanpa subsidi, sementara itu
minyak bumi diperkirakan juga akan mengimpor bahan bakar kayu kini kian sulit untuk di
bahan bakar minyak pada 20 tahun mendatang, dapatkannya karena banyak beralihnya fungsi
karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi lahan tanaman pohon beralih menjadi pemukiman
memenuhi permintaan pasar yang meningkat dan kawasan industri. Hal ini perlu diberikan solusi,
cepat akibat pertumbuhan penduduk dan Industry dengan memberikan bahan bakar yang mudah
(Muzi & Mulasari, 2014). didapat, terjangkau harganya dan tidak beresiko,
Cara mengatasi krisis Bahan bakar minyak terutama masyarakat yang merasa takut
(BBM) ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan menggunakan bahan bakar gas (Brožek, 2016)
penghematan BBM yang dituangkan dalam Salah satu potensi pemanfaatan biomassa
Instruksi Presiden No. 10 tahun 2005. Inpres ini yang bisa dilakukan di Indonesia adalah
mengatur tentang langkah-langkah yang harus pemanfaatan limbah serbuk gergaji kayu menjadi
dilaksanakan dalam rangka penghematan BBM. bahan bakar briket, untuk limbah serbuk gergaji
Selain upaya penghematan, maka upaya untuk kayu berdasarkan data nasional badan pusat
mengatasi krisis BBM juga dapat dilakukan statistik (BPS) tahun 2008, produksi serbuk gergaji
dengan mengalihkan pemanfaatan energi fosil kayu di Indonesia sebesar 679.247 m3 dengan
(minyak) kepada energi yang terbarukan densitas 600 kg/m3 maka didapat 407.548,2 ton.
(Renewable energy) atau bahan bakar nabati Jika dari kayu yang tersedia tedapat 40% yang
(Indah Suryani, M. Yusuf Permana U., 2012) menjadi limbah serbuk gergaji, maka akan didapat
Beberapa energi alternatif yang dapat potensi pembuatan briket sebesar 163.319,28
dikembangkan sebagai pengganti dari minyak ton/tahun. Berdasarkan data tersebut, diperoleh
bumi adalah gas bumi dan biomassa. Gas bumi sebuah kesimpulan bahwa Indonesia dengan
dan batubara merupakan energi dari fosil banyaknya potensi limbah serbuk gergaji sangat

98
Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Baku Briket
(Pratiwi Nova Sari)
layak dimanfaatkan untuk pembuatan bahan bakar 0,5 kg tepung tapioka. Tepung tapioka terlebih
alternatif berupa briket dengan tujuan untuk dahulu di rebus dengan air secukupnya lalu
mengurangi pemakaian konsumsi bahan bakar tak serbuk kayu di masukan dan di aduk hingga
terbarukan (Arman, 2018). merata. Bahan yang sudah di campur lalu di cetak
Biomassa merupakan salah satu sumber dan di tekan.Yang perlu diperhatikan dalam
energi yang melimpah serta dapat diperbaruhi. proses ini adalah komposisi dari arang gergajian
Biomassa umumnya berasal dari hasil sisa dan campuran air serta tepung tapioka Pada
pengolahan pertanian. Biomassa ini dapat proses pencairan tepung tapioka komposisi air
digunakan sebagai bahan bakar alternatif harus tepat sehingga tidak terlalu encer atau
pengganti minyak bumi yang cocok dikembangkan sebaliknya tidak boleh kental, faktor ini sangat
di masyarakat. Limbah pertanian tersebut dapat penting dalam proses perekekatan briket
diolah menjadi suatu bahan bakar padat buatan (Ariwidyanata dkk., 2019)
sebagai bahan bakar alternatif yang disebut briket
(Purnomo dkk., 2015) Pembriketan
Briket dengan kualitas baik memerlukan Arang yang telah halus dicampurkan dengan
komposisi yang tepat sehingga panas yang bahan perekat tepung tapioka kemudian
dihasilkan baik dan sesuai kebutuhan. Masalah dimasukkan kedalam alat pencetak briket
utama dalam pembuatan briket adalah kemudian ditekan. Hasil cetakan kemudian di
menentukan komposisi yang tepat sehingga nilai oven 105°C selama ± 24 jam sampai benar-benar
kalor briket semakin tinggi dan penggunaannya kering.
semakin meningkat. Selain itu tipe jenis perekat
yang digunakan dalam pembuatan briket harus Pengujian/Karakterisasi
diperhatikan agar dapat diketahui ketahanan Setelah briket arang selesai dikeringkan
panasnya pada saat pembakaran (Purnomo dkk., dilakuan pengujian nilar kalor, kadar air, densitas,
2015) zat mudah menguap, kadar abu, dan kadar karbon
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan (terikat).
mengkaji bagaimana memanfaatkan limbah Arang briket serbuk gergaji kayu jati yang
serbuk kayu jati yang potensinya sangat besar dihasilkan kemudian dikarakterisasi atau diuji sifat-
sebagai bahan baku pembuatan arang briket sifatnya yaitu nilai kalor, densitas, kadar air, kadar
sebagai bahan bakar alternatif yang diharapkan abu, kadar zat mudah menguap, karbon terikat
dapat meningkatkan nilai ekonomis dari serbuk dan lama nyala arang briket.
kayu jati serta bisa membuka peluang dan
pengadaan lapangan kerja baru. Densitas
Langkah pengujian kerapatan yaitu
METODE menyiapkan peralatan yang digunakan termasuk
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur, oven, benda uji, menimbang berat briket, mengukur
ayakan 45 (mesh), drum, ember, neraca digital, volume briket (volume silinder) dan menghitung
bomb kalorimeter, cetakan briket manual (pipa densitas dengan rumus :
paralon), cawan porselin, desikator, tanur, panic,
spatula dan gelas kimia. ρ = m/v
Bahan yang digunakan yaitu sampel serbuk (Kurniawan & Syukron, 2019)
gergaji kayu , tepung tapioka dan aquades.
Dimana, ρ = Berat jenis briket ; m= massa
Pembuatan arang briket (gr); v =volume briket (cm3)
Serbuk gergaji kayu jati dicuci dengan air untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel Kadar air
pada serbuk gergaji kayu, lalu mengeringkan Memanaskan cawan porselin yang telah bersih
dibawah sinar matahari sampai kering 1 jam. ke dalam oven pada suhu 105o C selama 30 meni
Kemudian mengarangkannya sebanyak 5 kg t, kemudian mendinginkan di dalam desikator
dengan cara memasukkan serbuk gergaji ke selanjutnya menimbang bobot kosongnya (A).
dalam drum pembakaran, lalu membakarnya Menimbang sampel ±1 gram ke dalam cawan
kemudian drum ditutup 11 jam. Mengeluarkan porselin yang telah diketahui bobotnya (B).
arang dari drum pembakaran. Setelah menjadi Memanaskan sampel ke dalam oven pada suhu
arang, lalu keringkan dibawah sinar matahari. 105oC selama 1 jam. Mengangkat cawan
Kemudian menghaluskan arang menggunakan kemudian mendinginkannya ke dalam desikator
lumpang dan alu, lalu mengayak arang (C). Menghitung kadar air sampel dengan rumus
menggunakan ayakan 45 mesh (Dzulhijjah,2018). berikut:

Pencampuran arang serbuk kayu dan perekat 퉠म


Kadar Air % = 퉠ᅣ × 100 %
Pencampuran perekat dengan arang serbuk
(Kurniawan & Syukron, 2019)
kayu menggunakan tepung tapioka untuk
menyatukan arang serbuk kayu tersebut,
perbandingannya adalah 1 kg Arang gergajian dan

99
Media Eksakta 16 (2) : 98-104, November 2020 ISSN : 0216-3144

Diamana, A = Massa cawan dengan karbon mula- Dimana, Ka = Kadar Air (%); Vm = Kadar zat
mula (gram) ; B = Massa cawan dengan karbon mudah menguap (%); Abu = Kadar abu (%)
yang telah dikeringkan (gram); C = Massa Cawan
(gram) Nilai kalor
Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan
Kadar abu menggunakan alat bom calorimeter . Mula-mula
Memanaskan cawan porselin ke dalam oven menimbang sampel ±1 gram ke dalam cawan.
pada suhu 105oC selama 30 menit, kemudian Menyiapkan rangkaian bom kalorimeter dan
mendinginkan di dalam desikator selanjutnya memasang cawan ke rangkaian bom kalorimeter.
menimbang bobot kosongnya (G). Menimbang Menghubungkan rangkaian bom kalorimeter
sampel ±1 gram ke dalam cawan porselin yang dengan kawat platina dan mengaturnya hingga
telah diketahui bobotnya (B). Memanaskan sampel menyetuh sampel. Memasukkan aquades
ke dalam tanur dengan suhu 700oC selama 1 jam. sebanyak 1 mL ke dalam bejana bom calorimeter
Memindahkan cawan dari tanur kemudian lalu memasukkan rangkaian bom kedalam becana.
mendinginkannya ke dalam desikator selama 30 Menutup rapat lalu mengisi gas dengan tekanan
menit (F) kemudian menghitung Kadar abu sampel 130 atm. Mengisi ember bom dengan dua liter
dengan rumus Berikut : aquades dan memasukkan ke dalam jaket bom.
Memasukkan bejana bom kedalam ember lalu
퉠ᅣ
Kadar abu (%)= 퉠ᅣ × 100% menutupnyan kemudian menjalankan mesin dan
mencatat suhu awal setelah lima menit, menekan
(Kurniawan & Syukron, 2019)
tombol pembakar dan membiarkan selama 7 menit.
Mencatat suhu akhir dan mematikan mesin.
Dimana, B = Massa cawan dengan Karbon mula-
Menghitung nilar kalor dengan rumus berikut :
mula (gram); F = Massa cawan dengan karbon
yang telah dikeringkan (gram); G = Massa Cawan 鰐ᅣ鰐 ݇ᅣ݄ 퉠 鰐ᅣ鰐 鰐
(gram) Kalori = ݁ ‫݁ݏ‬
× 2458 kalori
(Kholik, 2019)
Laju nyala arang Briket
Meletakkan berdiri arang briket uji, membakar HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan cara seperti pembakaran terhadap arang,
perhitungan dimulai ketika arang briket menyala Densitas
hingga arang briket habis atau telah menjadi abu Densitas menunjukkan perbandingan antara
dan perhitungan ini menggunakan stopwatch atau berat dan volume arang briket. Besar kecilnya nilai
jam. densitas dipengaruhi oleh ukuran dan
kehomogenan arang penyusun arang briket
Kadar zat mudah menguap (VM) tersebut (Silviana & Anggoro, 2017). Oleh karena
Prosedur pengukuran volatile matter (VM) yaitu itu arang briket serbuk gergaji pada penelitian ini
cawan porselin yang telah bersih di oven dengan dibuat dari arang serbuk gergaji kayu yang telah
suhu 105oC selama 1 jam. Mendinginkan dalam diayak terlebih dahulu mengunakan ayakan 45
desikator selama 30 menit kemudian ditimbang mesh sehingga diperoleh arang serbuk gergaji
bobot kosongnya (A gram). Menimbang briket yang homogen. Arang serbuk gergaji kayu
sebanyak 1 gram dan dimasukkan kedalam cawan homogen tersebut kemudian dibuat briket dengan
porselin yang sudah ditimbang bobot kosongnya menambahkan perekat tepung tapioka. Sifat
(B gram). Mentanurkan pada suhu 350oC selama alamiah bubuk arang cenderung saling memisah,
1 jam dan didiamkan sampai dingin (C). tetapi dengan bantuan bahan perekat tapioka,
Menghitung Kadar zat mudah menguap (VM) butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk
sampel dengan rumus berikut : sesuai dengan kebutuhan (Olugbade dkk., 2019).
Hal ini disebabkan karena bertambahnya bahan
퉠म
Kadar VM (%) = × 100% - Kadar air perekat maka ikatan antara partikel akan semakin
퉠ᅣ
(Salim, 2016) kuat, kerapatan antara material juga semakin
besar dan ruang pori lebih sedikit. Semakin tinggi
Dimana, A = Massa cawan dengan karbon mula- kerapatan maka akan menghasilkan berat jenis
mula (gram) ; B = Massa cawan dengan karbon atau densitas yang tinggi pula (Ariwidyanata dkk.,
yang telah dikeringkan (gram) ; C = Massa Cawan 2019). Densitas atau berat jenis suatu bahan
(gram) bakar berkaitan dengan nilai kalor bahan bakar
tersebut. Semakin tinggi berat jenis bahan bakar,
Karbon terikat (Fixed Carbon ) maka semakin tinggi nilai kalor yang diperoleh
Penentuan karbon terikat adalah fraksi karbon (Bimantara & Hidayah, 2019).Densitas arang
dalam arang selain fraksi abu, zat mudah briket serbuk gergaji kayu pada perlakuan pertama
menguap dan air, perhitungan kadar karbon 0,384. Belum memenuhi standar SNI
adalah sebagai berikut :

Kadar Karbon terikat (%) = 100 – ( Ka + Vm + Abu)

100
Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Baku Briket
(Pratiwi Nova Sari)
Analisis kadar air Abu adalah bahan yang tersisa apabila kayu
Kadar air briket adalah perbandingan berat air dipanaskan hingga berat konstan (Riwan Manalu,
yang terkandung dalam briket dengan berat kering 2010). Kadar abu ini sebanding dengan
briket tersebut setelah diovenkan (Firdaus dkk., kandungan bahan anorganik di dalam kayu. Salah
2019). Arang briket mempunyai sifat higroskopis satu unsur utama yang terkandung dalam abu
yang tinggi. Sehingga penetapan kadar air adalah silica dan pengaruhnya kurang baik
bertujuan untuk mengetahui higroskopis arang terhadap nilai kalor dihasilkan (Anwari, 2015).
briket hasil penelitian. Kadar abu yang tinggi didalam bahan bakar tidak
Penetapan kadar air arang briket sangat mempengaruhi proses pembakaran tetapi
penting karena kadar air yang tinggi akan mempersulit penyalaan bahan bakar. Menurut
menyulitkan penyalaan dan mengurangi Hendra dan Darmawan dalam (Mardan ., 2019)
temperatur pembakaran. Selain itu,(Mardan dkk., Nodali Ndaraha (2010), semakin rendah kadar abu
2019), mengemukakan bahwa kadar air briket maka semakin baik kualitas briket yang dihasilkan.
sangat mempengaruhi nilai kalor atau nilai panas Menurut (Nurmalasari & Afiah, 2017), semakin
yang dihasilkan. Tingginya kadar air akan tinggi kadar perekat maka kadar abu yang
menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini dihasilkan akan semakin tinggi pula. Selain itu,
disebabkan karena panas yang tersimpan dalam tinggi rendahnya kadar abu juga dipengaruhi oleh
briket terlebih dahulu digunakan untuk tingginya kandungan bahan anorganik yang
mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian terdapat pada limbah biomassa.
menghasilkan panas yang dapat dipergunakan Abu halus yang dihasilkan dari proses
sebagai panas pembakaran. Air yang berada pada pembakaran arang briket serbuk gergaji untuk
permukaan briket akan langsung menguap, penetapan kadar abu berwarna keputih-putihan.
sedangkan untuk air yang berada di dalam akan Hasil penelitian Houston,D.F (1972) menunjukkan
mengalir keluar melalui pori-pori arang briket bahan abu serbuk gergaji mengandung silika (SiO2)
tersebut dan menguap. sebagai komponen utama (86,90-97,30%) dan
Kadar air briket berpengaruh terhadap nilai oksida lainnya dalam jumlah kecil (13,1-2.7%)
kalor. Semakin kecil nilai kadar air maka semakin seperti K2O, Na2O, CaO, MgO, Fe2O3, P2O5 dan
bagus nilai kalornya. Briket arang mempunyai sifat SO3 serta CI dalam jumlah yang sangat kecil
yang tinggi. Sehingga penghitungan kadar air (Joddy Arya Laksmono). Hasil tersebut juga dapat
bertujuan untuk mengetahui rendahnya kadar air menunjukkan komponen-komponen penyusun abu
pada briket arang. Hasil pengujian kadar air yang dari arang briket serbuk gergaji karena serbuk
paling rendah yaitu 2,38 % Sedangkan pengujian gergaji merupakan bahan bakunya.
kadar yang paling tinggi terdapat pada perlakuan Kadar abu arang briket serbuk gergaji pada
ke 2 yaitu 2,41 %. Hal ini disebabkan karena penelitian ini cawan pertama 4,82 dan cawan
jumlah pori-pori masih cukup banyak dan mampu kedua 1,08. Menurut penelitian (Djajaeng
menyerap air, selain itu serbuk gergaji kayu masih Sumangat & Wisnu B, 2016) kadar abu yang tinggi
mengandung komponen-komponen kimia seperti berpengaruh terhadap nilai kalor yang dihasilkan,
selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Secara umum semakin tinggi kadar abu, maka semakin rendah
kadar air dari briket yang dihasilkan pada kualitas briket yang dihasilkan. Dikarenakan di
penelitian ini sudah memenuhi standar yang telah dalam abu terdapat silika yang dapat menurunkan
ditetapkan oleh beberapa negara untuk nilai kalor. kadar abu yang dihasilkan pada
menggunakan briket sebagai bahan bakar, penelitian ini sesuai dengan standar briket
diantaranya Jepang (6-8%),Amerika (maksimum menurut SNI dengan nilai kadar abu maksimal 8%.
6,2%), indonesia (maksimum 8%). sesuai dengan standar briket dunia yaitu standar
Selain itu, kadar air briket dipengaruhi pula oleh briket Inggris, yang dimana kadar abu briket
waktu pada saat pengempaan dan pengeringan. Inggris berkisar antara 8-10%.
Semakin lama pengempaan dan pengeringan
yang dilakukan semakin banyak air yang terbuang. Kadar karbon terikat
Hal ini disebabkan pada saat pengemipaan dan Kadar karbon terikat (Fixed Carbon) adalah
pengeringan yang dilakukan air akan ikut terbuang fraksi karbon (C) yang terikat didalam briket arang
keluar . selain fraksi air, abu dan zat mudah menguap.
Menurut juga mengemukakan bahwa faktor Nilai kadar karbon terikat diperoleh melalui
lain yang mempengaruhi kadar air adalah suhu perhitungan berat sampel (100%) dikurangi
dan cara penyimpanan. Hal ini disebabkan suhu dengan jumlah kadar air, kadar abu dan kadar zat
akan menyebabkan kelembaban udara yang mudah menguap. Dari hasil perhitungan diperoleh
berdampak pada kadar air, begitu juga dengan kadar karbon terikat pada serbuk gergaji lebih
cara penyimpanan akan mempengaruhi besar dibandingkan pada batubara.
penyerapan air pada briket. (Yuliah dkk., 2017) Besarnya nilai karbon pada briket sangat
bahwa luas permukaan bahan yang besar akan bergantung pada hasil kadar air, kadar abu dan
mengalami penguapan kadar air lebih cepat. zat mudah menguap. Semakin rendah hasil kadar
air, kadar abu dan zat mudah menguap, maka
Analisis kadar abu kadar karbon akan semakin besar. Begitu juga
sebaliknya, jika semakin besar hasil kadar air,

101
Media Eksakta 16 (2) : 98-104, November 2020 ISSN : 0216-3144

kadar abu dan zat mudah menguap, semakin devolatilisasi terjadi setelah bahan bakar padat
rendah kadar karbonnya. Berdasarkan hasil mengalami proses pengeringan dimana molekul
tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi air dalam bahan bakar padat diuapkan untuk
kandungan karbon dalam briket, maka semakin partikel yang besar hasil devolatilisasi berpindah
lama waktu pembakaran dan waktu penyalaan dari pusat partikel ke permukaan untuk kemudian
relatif singkat. Dengan kata lain, jika kadar karbon keluar. Ketika zat mudah menguap keluar dari
dalam briket semakin tinggi maka semakin baik pori-pori bahan bakar padat, oksigen luar tidak
briket tersebut dijadikan bahan bakar (Aziz dkk., dapat menembus ke dalam partikel, sehingga
2019). proses devolatilisasi dapat diistilahkan sebagai
Kadar karbon terikat pada penelitian ini adalah tahap pirolisis (M. Syamsiro dan Harwin Saptoadi,
arang briket serbuk gergaji kayu yaitu perlakuan 2007).
pertama 74,44% dan perlakuan kedua 77,38%. Kadar zat mudah menguap pada penelitian ini
Menurut (Ariwidyanata dkk., 2019) faktor jenis pada perlakuan pertama 18,49% dan peralakuan
kayu sangat berpengaruh pada besarnya kadar kedua 19,13% Dilihat dari kadar zat mudah
karbon terikat dalam briket arang karena menguap konsentrasi tersebut, sesuai dengan
kandungan kimia didalamnya. Besarnya standar briket menurut SNI yaitu minimal 15%.
kandungan selulosa dalam kayu akan Dan briket yang dihasilkan sesuai dengan standar
mempengaruhi kadar karbon terikat dalam briket briket dunia yaitu Jepang, dengan standar briket
arang. Kandungan selulosa yang tinggi akan Jepang berkisar antra 15-30%.
menyebabkan kadar karbon terikat yang tinggi Menurut (Kurniawan & Syukron, 2019), tinggi
pula. Hal ini disebabkan komponen penyusun rendahnya zat mudah menguap briket arang yang
selulosa sebagian besar adalah karbon. Kadar dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan baku,
karbon terikat ini memenuhi syarat mutu briket sehingga perbedaan jenis bahan baku
arang kayu (Minimal 69%), standar jepang (60- berpengaruh nyata terhadap zat mudah menguap
80%) dan standar Inggris (75,33%). briket arang. Semakin tinggi zat mudah menguap,
maka suatu bahan bakar akan semakin cepat
Kadar zat mudah menguap terbakar dan akan menimbulkan asap yang lebih
Zat mudah menguap adalah hasil dari proses banyak pada saat briket arang dinyalakan. Hal ini
devolatilisasi. Zat mudah menguap terdiri dari gas- disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon
gas yang dihasilkan dari bahan yang dapat monoksida (CO) dengan turunan alkohol yang ada
terbakar (combustible matter) dan gas-gas yang pada arang.
dihasilkan dari bahan yang tidak dapat terbakar
(non combustible matter) serta hidrokarbon . Lama nyala
Bahan yang dapat terbakar setelah proses Uji lama nyala dilakukan untuk mengetahui
pembakaran menghasilkan gas antara lain CO2, berapa waktu arang briket serbuk gergaji menyala
SO2, dan uap air yang keluar sebagai gas asap hingga arang briket serbuk gergaji kayu tersebut
atau gas buang sedangkan bahan yang tidak habis atau telah menjadi abu. Semakin lama waktu
terbakar menghasilkan gas antara lain O2 dan N2 nyala arang briket serbuk gergaji kayu, maka
yang keluar sebagai gas asap. semakin bagus pula kualitas arang briket serbuk
Proses devolatilisasi yaitu proses dimana gergaji kayu tersebut. Pada penelitian ini nyala
bahan bakar padat mulai mengalami dekomposisi, arang briket serbuk gergaji kayu jati paling lama
yaitu pecahnya ikatan kimia secara termal dan zat 6.75 menit/g.
mudah menguap akan keluar dari partikel. Proses

Sampel Lama nyala arang briket (menit/g)


6,75
Arang Briket

6,24

Rata-rata 6,495

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa lama nyala banyak arang yang ditambahkan, maka semakin
arang briket serbuk gergaji dari dua perlakuan banyak arang serbuk gergaji kayu yang terikat dan
dengan komposisi arang serbuk gergaji kayu dan semakin lama nyala arang briket tersebut.
bahan perekat (tepung tapioka) cenderung
mengalami kenaikan walaupun turun sedikit pada Nilai kalor
perlakuan ke dua. Hal ini disebabkan karena Penentuan nilai kalor bahan bakar sangat
adanya tepung tapioka yang mengikat arang diperlukan karena berpengaruh pada
serbuk gergaji kayu, sehingga memperlambat pemanfaatannya, Nilai kalor adalah besarnya
lamanya waktu nyala dari arang briket pada saat panas/energi yang diperoleh dari pembakaran
proses pembakaran briket tersebut. Semakin suatu jumlah tertentu bahan bakar (Silviana &

102
Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Baku Briket
(Pratiwi Nova Sari)
Anggoro, 2017). nilai kalor sangat menentukan Menjadi Bioarang Dengan Menggunakan
kualitas briket arang. Semakin tinggi nilai kalor Perekat Campuran Getah Sukun Dan Tepung
bakar briket arang, semakin baik pula kualitas Tapioka. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 5(1),
briket arang yang dihasilkan. Menurut Masturin 105.
(2002) nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air dan Djajaeng Sumangat & Wisnu B. (2016). Kajian
kadar abu briket arang. Semakin tinggi kadar air Teknis dan Ekonomis Pengolahan Briket
dan kadar abu briket arang, maka akan Bungkil Biji Jarak Pagar Sebagai Bahan
menurunkan nilai kalor bakar briket arang yang Bakar Tungku. Buletin Teknologi Pasca
dihasilkan. Menurut (Indrawijaya, 2019), pada Panen, 5(1), 18–26.
umumnya serbuk kayu memiliki nilai kalor 4018,25 Firdaus, M., Nurdin, H., Sawit, B. K., Tapioka, T., &
kal/g hingga 5975,58 kal/g dan memiliki komposisi Kalor, N. (2019). Menggunakan Perekat
kimia yang bervariasi, bergantung pada varietas, Tapioka Dan Damar. Jurnal of
jenis dan media tumbuh. Multidicsiplinary Research and Development,
Pada perlakuan pertama menunjukkan bahwa 491–496.
nilai kalor tertinggi sebesar 5127 kal/g sedangkan Indah Suryani, M. Yusuf Permana U., M. H. D.
nilai terendah terdapat pada perlakuan kedua yaitu (2012). Pembuatan briket arang Dari
5125 kal/g. peningkatan nilai kalor pada briket Campuran Buah Bintaro Dan Tempurung
yang dihasilkan menunjukan bahwa arang serbuk Kelapa Menggunakan Perekat Amilum. Jurnal
gergaji memang memiliki nilai kalor tinggi. Teknik Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012,
Berdasarkan dari hasil penelitian ini standar nilai 18(1), 24–29.
kalor briket sesuai dengan nilai SNI dengan Indrawijaya, B. (2019). Pemanfaatan Limbah
standar nilai kalor minimal 5000 kalori/gram Plastik Ldpe Sebagai Pengganti Agregat
sedangkan menurut Sudarsi nilai kalor briket Untuk Pembuatan Paving Blok Beton. Jurnal
arang sebesar 6000 kalori/gram(Nilai dkk., 2013) Ilmiah Teknik Kimia, 3(1), 1–7.
Kholik, M. (2019). Pengaruh konsentrasi perekat
UCAPAN TERIMA KASIH terhadap karakteristik briket arang campuran
Penulis mengucapkan terimah kasih kepada serbuk gergaji dan tempurung kelapa. Jurnal
pihak yang membantu penelitian ini khususnya Simetris, 10(2), 713–716.
kepala Laboratorium Kimia Fakultas Keguruan dan Kurniawan, F. A., & Syukron, A. A. (2019).
Ilmu Pendidikan Univesitas Tadulako, sehingga Karakteristik Briket Bioarang dari Campuran
penelitian ini berjalan dengan baik. Limbah Baglog Jamur Tiram (Pleurotus
Ostreatus) dan Sekam Padi. Indonesian
DAFTAR PUSTAKA Journal of Applied Physics, 9(02), 76.
Ariwidyanata, R., Wibisono, Y., & Ahmad, M. Mardan, E. F., Elektro, F. T., & Telkom, U. (2019).
(2019). Karakteristik Fisik Briket dari Analisa Pengaruh Penambahan Bahan Aditif
Campuran Serbuk Teh dan Serbuk Kayu Pada Briket Analysis The Effect Of Additive
Trembesi ( S amanea Saman ) dengan Materials Addition On Nilai Kalor Kadar Air >
Perekat Tepung Tapioka Physical 4000 kalori / gram. 6(2), 4876–4883.
Characteristics of Briquettes from Tea Powder Muzi, I., & Mulasari, S. A. (2014). Perbedaan
Mixture with Adhesives from Tapioca. 7(3), Konsentrasi Perekat Antara Briket Bioarang
245–252. Tandan Kosong Sawit Dengan Briket
Arman, M. (2018). Pirolisis Bahan Batubara Dan Bioarang Tempurung Kelapa Terhadap Waktu
Serbuk Gergaji. Journal Of Chemical Process Didih Air. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Engineering, 03(02), 27–32. (Journal of Public Health), 8(1), 1–10.
Aziz, M. R., Siregar, A. L., Rantawi, A. B., & Nilai, T., Dan, K., Pembakaran, K., Malakauseya, J.
Rahardja, I. B. (2019). Pengaruh Jenis J., & Sasongko, M. N. (2013). Pengaruh
Perekat Pada Briket Cangkang Kelapa Sawit Prosentase Campuran Briket Limbah Serbuk
Terhadap Kayu Gergajian Dan Limbah Daun Kayuputih.
WaktuBakar.Jurnal.Umj.Ac.Id/Index.Php/Sem Jurnal Rekayasa Mesin, 4(3), 194–198.
nastek, 04, 1–10. Nurmalasari, & Afiah, N. (2017). Briket Kulit Batang
Bimantara, S. E., & Hidayah, E. N. (2019). Sagu (Metroxylon Sagu) Menggunakan
Pemanfaatan Limbah Lumpur Ipal Kawasan Perekat Tapioka Dan Ekstrak Daun Kapuk
Industri Dan Serbuk Gergaji Kayu Menjadi (Ceiba pentandra). Jurnal Dinamika, 08(1), 1–
Briket. Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan), 10.
5(1),21–27. Olugbade, T., Ojo, O., & Mohammed, T. (2019).
https://doi.org/10.20527/jukung.v5i1.6192 Influence of Binders on Combustion
Brožek, M. (2016). The effect of moisture of the raw Properties of Biomass Briquettes: A Recent
material on the properties briquettes for Review. Bioenergy Research, 241–259.
energy use. Acta Universitatis Agriculturae et Purnomo, R. H., Hower, H., & Padya, I. R. (2015).
Silviculturae Mendelianae Brunensis, 64(5), Pemanfaatan Limbah Biomassa untuk Briket
1453–1458. Sebagai Energi Alternatif. Prosiding Seminar
Dewi, R., & Hasfita, F. (2016). Pemanfaatan Agroindustri Dan Lokakarya Nasional FKPT-
Limbah Kulit Jengkol (Pithecellobium Jiringa) TPI, September, 2–3.

103
Media Eksakta 16 (2) : 98-104, November 2020 ISSN : 0216-3144

Salim, R. (2016). Karakteristik dan Mutu Arang epoxidized waste cooking oil as bioplasticizer
Kayu Jati (Tectona grandis) dengan Sistem of sago starch-based biocomposite reinforced
Pengarangan Campuran pada Metode microfibrillated cellulose of bamboo.
Tungku Drum (The Quality and Advanced Science Letters, 23(3), 2591–2594.
Characteristics of Teak (Tectona grandis) Yuliah, Y., Suryaningsih, S., & Ulfi, K. (2017).
Charcoal Made by Mixed Carbonisation in Penentuan Kadar Air Hilang dan Volatile
Drum Kiln). Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, Matter pada Bio-briket dari Campuran Arang
8(2), 53–64. Sekam Padi dan Batok Kelapa. Jurnal Ilmu
Silviana, & Anggoro, D. D. (2017). Use of Dan Inovasi Fisika, 1(1), 51–57.

104

Anda mungkin juga menyukai