Anda di halaman 1dari 5

A.

Dasar Teori

Biomassa adalah suatu limbah benda padat yang bisa dimanfaatkan lagi sebagai sumber
bahan bakar. Biomassa meliputi limbah kayu, limbah pertanian/perkebunan/hutan, komponen
organik dari industri dan rumah tangga. Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari
limbah organik, limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan. Bahan bakar padat ini merupakan
bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti bahan bakar minyak yang paling murah dan
dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat
teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana (Widarti, Ir. Suwono, & Ridho Hantoro,
2010).
Briket adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun dari
butiran halus dari bahan yang mengandung karbon tinggi dengan sedikit campuran bahan perekat.
Briket merupakan bahan bakar padat yang dapat digunakan untuk memasak. Briket merupakan
sumber energi alternatif dan atau pengganti bahan bakar minyak dan atau kayu yang terbuat dari
limbah organik, limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan dengan metode yang mengkonversi
bahan baku padat menjadi suatu bentuk hasil kompaksi yang lebih efektif, efisien dan mudah untuk
digunakan (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006).
Biobriket adalah bahan bakar padat yang dapat diperbaharui yang dibuat dari campuran
biomassa. Limbah tersebut dibuat dari biomassa yang dimampatkan sehingga dibutuhkan perekat
didalamnya. Karakteristik briket yang baik adalah briket yang permukaannya halus dan tidak
meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi
kriteria sebagai berikut mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil pembakaran
tidak mengandung racun, kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu
lama, menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu pembakaran) yang
baik (Miskah, 2014). Kelebihan penggunaan biobriket limbah biomassa antara lain: biaya bahan
bakar lebih murah, tungku dapat digunakan untuk berbagai jenis briket, lebih ramah lingkungan
(green energy), merupakan sumber energi terbarukan (renewable energy), membantu mengatasi
masalah limbah dan menekan biaya pengelolaan limbah (Nugrahaeni, 2008).

Sumber bahan baku biobriket dari bahan hayati adalah kulit kopi, ampas tebu dan kayu
serta tongkol jagung. Butiran halus bioarang dari hasil karbonisasi bahan hayati membutuhkan
perekat sehingga biobriket tidak mudah hancur. Jenis perekat berpengaruh terhadap kadar air,
kadar abu dan nilai kalor. Kadar air semakin rendah jika jumlah bioarang semakin banyak (Karim,
2014).
Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat,
dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak
dengan sistem hidrolik maupun dengan manual dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hartoyo (1983) menyimpulkan bahwa briket arang yang dihasilkan setaraf dengan
arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena menghasilkan
kadar abu dan zat yang menguap rendah serta tinggi kadar karbon terikat dan nilai kalor.

Briket bioarang yang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal
dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu.
Briket bioarang dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya.
Selain itu harga briket bioarang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat (Hambali, dkk.,
2007).

• Keunggulan Briket Bioarang

Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara lain adalah biayanya amat
murah. Alat yang digunakan untuk pembuatan briket bioarang cukup sederhana dan bahan
bakunya pun sangat murah, bahkan tidak perlu membeli karena berasal dari sampah, daun-daun
kering, limbah pertanian. Bahan baku untuk pembuatan arang umumnya telah tersedia di sekitar
kita. Briket bioarang dalam penggunaannya menggunakan tungku yang relatif kecil dibandingkan
dengan tungku yang lainnya (Andry, 2000).

• Kelemahan Briket Bioarang

Sumber bahan baku yang melimpah di Indonesia menjadikannya sebagai sumber daya energi yang
paling menjanjikan. Namun selain sumber daya yang melimpah dan keamanan yang lebih
terjamin, biomassa juga memiliki celah-celah keterbatasan yang perlu dipertimbangkan sebelum
benar-benar menjadikannya sebagai primadona energi alternatif di Indonesia.

Semua bahan organik yang sudah berbentuk limbah beserta turunannya yang masih
memiliki sejumlah energi dapat diubah menjadi superkarbon, misalnya :

1. Sekam padi, adalah limbah buangan dari pabrik penggilingan padi (huller) yang banyak
beroperasi di pedesaan.

2. Jerami atau batang padi berasal dari sisa pemanenan padi.

3. Serbuk gergaji kayu.

4. Cocodust atau serbuk kelapa merupakan limbah buangan dari industri pengolahan sabut kelapa.

5. Eceng gondok merupakan biota air yang banyak dijumpai di rawa-rawa.

6. Dedaunan kering.
7. Rerumputan.

8. Sampah rumah tangga.

(Kurniawan dan Marsono, 2008).

Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda
melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat yang memiliki kekhususan meliputi
glue, mucilage, paste, dan cement. Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani
seperrti kulit, kuku, urat, otot dan tulang yang digunakan dalam industri kayu. Mucilage adalah
perekat yang dipersiapkn dari getah dan air yang diperuntukkan terutama untuk perekat kertas.
Paste adalah perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati dan air dan
dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang bahan
dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut (Ruhendi, dkk, 2007).

Sedangkan menurut Kurniawan dan Marsono (2008), ada beberapa jenis perekat yang
digunakan untuk briket arang yaitu :

1. Perekat aci

Perekat aci terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli dari toko makanan dan di pasar.
Perekat ini biasa digunakan untuk mengelem prangko dan kertas. Cara membuatnya sangat
mudah yaitu cukup mencampurkan tepung tapioka dengan air, lalu dididihkan di atas
kompor. Selama pemanasan tepung diaduk terus menerus agar tidak menggumpal. Warna
tepung yang semula putih akan berubah menjadi transparan setelah beberapa menit
dipanaskan dan terasa lengket di tangan.

2. Perekat tanah liat

Perekat tanah liat bisa digunakan sebagai perekat karbon dengan cara tanah liat diayak halus
seperti tepung, lalu diberi air sampai lengket. Namun penampilan briket arang yang
menggunakan bahan perekat ini menjadi kurang menarik dn membutuhkan waktu lama
untuk mengeringkannya serta agak sulit menyala ketika dibakar.

3. Perekat getah karet

Daya lekat getah karet lebih kuat dibandingkan dengan lem aci maupun tanah liat. Ongkos
produksinya relatif mahal dan agak sulit mendapatkannya. Briket arang yang menggunakan
perekat ini akan menghasilkan asap tebal berwarna hitam dan beraroma kurang sedap ketika
dibakar

4. Perekat getah pinus


Briket arang menggunakan perekat ini hampir mirip dengan briket arang dengan
menggunakan perekat karet. Namun, keunggulannya terletak pada daya benturan briket yang
kuat meskipun dijatuhkan dari tempat yang tinggi (briket tetap utuh).

5. Perekat pabrik

Perekat pabrik adalah lem khusus yang diproduksi oleh pabrik yang berhubungan langsung
dengan industri pengolahan kau. Lem-lem tersebut mempunyai daya lekat yang sangat kuat
tetapi kurang ekonomis jika diterapkan pada briket bioarang.

Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau
lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Namun,
permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat yang akan dipilih. Penentuan jenis bahan
perekat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas briket arang ketika dinyalakan dan
dibakar. Faktor harga dan ketersediaannya di pasaran harus dipertimbangkan secara seksama
karena setiap bahan perekat memiliki daya lengket yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat,
1984).

Menurut Schuchart, dkk. (1996), pembuatan briket dengan menggunakan bahan perekat
akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping
meningkatnya nilai kalor dari bioarang, kekuatan briket arang dari tekanan luar jauh lebih baik
(tidak mudah pecah).

DAFTAR PUSTAKA

Andry, H. U., 2000. Aneka Tusngku Sederhana. Penebar Swadaya. Yogyakarta.

Enik Sri Widarti, Ir. Sarwono, Mm, Ridho Hantoro, St,Mt. “Studi Eksperimental Karakteristik
Briket Organik Dengan Bahan Baku Dari Pplh Seloliman”. Jurusan Teknik Fisika FTI ITS
Surabaya. Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya 60111. 2010.

Hambali E, dkk, 2007, Teknologi Bioenergi, Agromedia, Jakarta

Hartoyo. 1983. Pembuatan Arang dari Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk Gergaji dan
Limbah Industri Perkayuan. Puslitbang Hasil Hutan Bogor

Karim, Muhammad Arief, dkk. Biobriket Enceng Gondok (Eichhornia crassipes) sebagai Bahan
Bakar Energi Terbarukan. Jurnal Reaktor, Vol. 15 No. 1, April 2014, Hal. 59-63.

Kurniawan, O. dan Marsono., 2008. Superkarbon.Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak


Tanah dan Gas. Penebar Swadaya. Jakarta
Miskah, S, dkk Pembuatan Biobriket dari Campuran Arang Kulit Kacang Tanah dan Arang Ampas
Tebu dengan Aditif KMNO 4. Jurnal Teknik Kimia Vol. 20 No. 1. hal. 55.

Nugrahaeni, Jl. 2008. Pemanfaatan Limbah Tembakau (Nicotiana tabacum, L) untuk Bahan
Pembuatan Briket sebagai Bahan Bakar Alternatif. Fakultas Teknologi: IPB.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2006. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.

Ruhendi, S., D.N. Koroh, F.A. Syahmani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, T. Sucipto, 2007. Analisis
Perekatan Kayu. Bogor: Fakultas Kehuatan, Institut Pertanian Bogor.

Schuchart, F., Wulfert, K. Darmoko, Darmosarkoro, W. Sutara E. S., 1996. Pedoman Teknis
Pembuatan Briket Bioarang. Medan : Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen
Kehutanan Sumatera Utara.

Sudrajat, R., 1984. Pengaruh Kerapatan Kayu, Tekanan Pengempa, dan Jenis Perekat Terhadap
Sifat Briket Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai