Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN ( PBL )

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK


DI BTKLPP KELAS I PALEMBANG

DIBUAT OLEH :
KELOMPOK 1
ANGGOTA :
1. BIMANTARA ILHAM SETYAWAN ( PO7133121003 )
2. FATIMAH AZZAHRAH ( PO7133121007 )
3. KIRAN ADELIA ( PO7133121015 )
4. ANNISA KHUSNUL KHOTIMAH ( PO7133121027 )
5. INDAH YULIA PURNAMA SARI ( PO7133121038 )
6. DHEA RIZKI ADELIA ( PO7133121063 )
7. MUHAMMAD REZA HANAFI ( PO7133121069 )

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D-III SANITASI
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa laporan kegiatan praktik belajar lapangan di BTKL PP
Kelas 1 Palembang pada Mahasiswa semester III Program Studi D-III Sanitasi Jurusan
kesehatan lingkungan poltekkes kemenkes palembang.

1. Bimantara Ilham Setyawan ( PO7133121003 )


2. Fatimah Azzahrah ( PO7133121007 )
3. Kiran Adelia ( PO7133121015 )
4. Annisa Khusnul Khotimah ( PO7133121027 )
5. Indah Yulia Purnama Sari ( PO7133121038 )
6. Dhea Rizki Adelia ( PO7133121063 )
7. Muhammad Reza Hanafi ( PO7133121069 )

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Febriansyah Yahya
NIP. NIP.

Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Kepala BTKLPP Kelas 1 Palembang

Diah Navianti, S.Pd.,M.Kes Imam Sjahbandi,S.KM.,M.Kes


NIP.196911251992032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Belajar Lapangan
( PBL ) di BTKLPP KELAS 1 Palembang.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Diah Navianti, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua Prodi D-III Sanitasi.
2. Bapak Priyadi,SKM.,M.Kes dan Kamsul,S.ST.,M.Kes. selaku Pembimbing
Akademik.
3. Ibu Dr.Rismarini selaku Pembimbing Praktik Belajar Lapangan ( PBL ).
4. Bapak selaku Imam Sjahbandi,S.KM.,M.Kes. selaku Kepala BTKLPP KELAS 1
Palembang.
5. Bapak Febriansyah dan Bapak KM. Yahya selaku pembimbing kelompok 1
6. Kepala Instansi Ibu Desmawati K3
7. Seluruh Staf BTKLPP KELAS 1 Palembang
8. Semua pihak yang membantu pada saat pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan
( PBL ).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna dan
masih ada kesalahan baik ditinjau dari segi materi maupun tehnik penulisannya, untuk
memperbaiki dan kesempurnaan pembuatan laporan ini maka penulis tidak segan
mendapat saran sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Palembang, November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vi
DAFTAR BAGAN................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktik Belajar Lapangan (PBL)......................................... 3
1.4.1 Bagi Mahasiswa................................................................. 3
1.4.2 Bagi Instansi BTKLPP Kelas 1 Palembang....................... 3
1.4.3 Bagi Prodi D-III Sanitasi Polkesbang................................ 3
BAB 2 GAMBARAN UMUM BTKLPP KELAS 1 PALEMBANG. 4
2.1 Sejarah BTKLPP Kelas 1 Palembang............................................... 4
2.2 Struktur Organisasi............................................................................ 5
2.3 Visi dan Misi..................................................................................... 6
2.4 Tujuan dan Fungsi............................................................................. 7
2.4.1 Kegiatan............................................................................. 7
2.4.2 Jenis Instansi...................................................................... 7
2.4.3 Jabatan Fungsional............................................................. 7
BAB 3 PELAKSANAAN MAGANG................................................... 9
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................ 9
3.1.1 Waktu Pelaksanaan............................................................ 9
3.1.2 Tempat Praktik Belajar Lapangan...................................... 9
3.2 Bidang Khusus yang Didalami.......................................................... 9
3.2.1 Pengertian Air Limbah....................................................... 9
3.2.2 Sumber Air Limbah............................................................ 10
3.2.3 Karakteristik Air Limbah................................................... 11

iv
3.2.4 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah.................. 12
3.2.5 Kriteria Perencanaan IPAL Biofilter Anaerob dan Aerob. 16
3.3 Metodologi Penyelesaian Tugas........................................................ 18
3.3.1Pengolahan Instansi IPAl................................................................ 18
3.3.2 Hasil Pemeriksaan.......................................................................... 23
3.4 Pembelajaran Hal Baru...................................................................... 25
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 26
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 26
4.2 Saran.................................................................................................. 26
4.2.1 Bagi Instansi BTKLPP Kelas 1 Palembang....................... 26
4.2.2 bagi mahasiswa/I................................................................ 27
LAMPIRAN........................................................................................... 28

v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR BAGAN

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) adalah bentuk penyelenggaraan kegiatan
pendidikan dan pelatihan dengan bekerja secara langsung, secara sistematik dan
terarah dengan supervisi yang kompeten. Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan secara teoritis dari materi perkuliahan.
Dengan adanya program Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) ini mahasiswa/i
diharapkan mendapatkan ilmu dari instansi tempat Praktik Belajar Lapangan
( PBL ) dan dapat mengaplikasikan langsung teori yang didapatkan dalam
kegiatan perkuliahan.

Poltekkes Kemenkes Palembang sebagai salah satu Lembaga Perguruan Tinggi


Negeri yang menekankan pada pendidikan yang profesional dengan tujuan untuk
membentuk kompetensi yang menghasilkan mahasiswa/i yang berdedikasih
tinggi, disiplin, terampil, dan bertanggung jawab. Untuk itu, Poltekkes
Kemenkes Palembang menerapkan program Praktik Belajar Lapangan ( PBL )
sebagai salah satu kegiatan yang wajib bagi mahasiswa/i Jurusan Kesehatan
Lingkungan Program Studi D-III Sanitasi untuk memperoleh pengenalan dan
pengalaman terhadap dunia kerja.

Adanya program Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) yaitu untuk memenuhi mata
kuliah Penyehatan Udara dan Pengolahan Limbah Cair .

Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah
cair ini umumnya akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan mengalami
proses pengolahan ataupun kadangkala langsung di buang ke perairan atau
lingkungan. Pembuangan limbah cair langsung ke lingkungan akan sangat
membahayakan karena kemungkinan adanya bahan-bahan berbahaya dan
beracun ataupun kandungan limbah yang ada tidak mampu dicerna oleh
mikroorganisme yang ada dilingkungan (Hidayat, 2016).

1
Dalam upaya mengurangi bahaya limbah cair pada lingkungan saat dibuang
maka pengetahuan tentang karakeristik limbah sangat penting, Karakteristik
limbah umumnya dikelompokkan dalam karakteristik fisik, kimia, dan biologis.
Karakteristik fisik mencakup suhu, warna, bau, dan kekeruhan. Karakteristik
kimia mencakup BOD, COD, kesadahan. PH, dan sebagainya sedangkan
karakteristik biologis adalah ragam organisme yang ada pada limbah tersebut
(Hidayat. 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diuraikan rumusan masalah dari
Laporan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) ini yaitu Bagaimana Pengolahan
Limbah Cair yang dilakukan oleh Instansi BTKLPP KELAS 1 Palembang ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dilakukan Praktik Belajar Lapangan (PBL) di BTKLPP Kelas 1
Palembang adalah untuk memenuhi mata kuliah penyehatan udara dan
pengolahan air limbah.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengelolaan limbah cair di BTKLPP kelas 1 Palembang
b. Mengetahui metode-metode pengolahan limbah cair
c. Mengetahui cara kerja IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah

2
1.4 Manfaat Praktik Belajar Lapangan ( PBL )
1.4.1 Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengikuti praktik pengambilan sampel limbah cair.
b. Dapat melakukan pengujian limbah cair di laboratorium.
1.4.2 Bagi Instansi BTKLPP KELAS 1 Palembang
Menjalin kerja sama dengan Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Palembang dan menjalankan fungsi BTKLPP Kelas 1
Palembang bagian Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan.
1.4.3 Bagi Prodi D-III Sanitasi Poltekkes Kemenkes Palembang
a. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja
praktis sehingga secara langsung dapat melaksanakan penyehatan
limbha cair dan penyehatan udara.
b. Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan
teori yang diterima di jenjang akademik dengan praktik yang
dilakukan di lapangan.
c. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara
teori dan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi
mahasiswa untuk terjun ke masyarakat.

3
BAB 2
GAMBARAN UMUM BTKLPP KELAS 1 PALEMBANG

2.1 Sejarah Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit


(BTKL-PP) Kelas 1 Palembang
BTKL-PP Palembang merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Direktur Jenderal PP dan PL. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 267/MENKES/SK/III/2004 dan diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 2349/MENKES/PER/XI/2011, tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit, BTKLPP Palembang mempunyai tugas melaksanakan
surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan,
kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan
teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB di bidang
pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra. Guna
menyelenggarakan tugas pokok tersebut BTKLPP Palembang mempunyai fungsi
:

1. Pelaksanaan surveilans epidemiologi.


2. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL).
3. Pelaksanaan laboratorium rujukan.
4. Melaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna.
5. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi.
6. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan
penanggulangan KLB/wabah dan bencana.
7. Pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular.
8. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
9. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pengendalian penyakit,
kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.
10. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

4
Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi ini diupayakan melalui peningkatan
jejaring kerja dan kemitraan Lintas Program, Lintas Sektor, Institusi dan Swasta
baik Lokal Regional, Nasional maupun Internasional.

2.2 Struktur Organisasi


BTKL PP Palembang merupakan Unit Pelaksana Teknis Eselon III di
lingkungan Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Permenkes RI Nomor
2349/MENKES/PER/XI/2011 mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari
satu Kepala Balai, satu Sub Bagian Tata Usaha, dan tiga Seksi. Selain Struktural
BTKLPP dilengkapi dengan sepuluh Instalasi, dan kelompok jabatan fungsional.
Adapun bagan organisasinya sebagai berikut :

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BTKL PP Kelas 1 Palembang

5
2.3 Visi dan Misi
Visi
Pusat Unggulan Regional Faktor Risiko Penyakit dan Kesehatan Lingkungan
Berbasis Laboratorium.
Misi
1. Menguji, mengkaji dan mengupayakan solusi terhadap faktor risiko
lingkungan dan penyakit
2. Menyiapkan, menyusun, mengembangkan dan menerapkan Teknologi Tepat
Guna di masyarakat
3. Mengembangkan Teknologi Laboratorium dan Rujukan
4. Melakukan advokasi dan mengembangkan komunikasi, informasi dan
edukasi
5. Melakukan peningkatan SDM dan pemberdayaan masyarakat melalui
pelatihan
Kebijakan dan Strategi
1. Mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi faktor
risiko dan kewaspadaan dini dengan fokus pemantauan wilayah kerja
2. Meningkatkan cakupan pengendalian dampak/faktor risiko lingkungan
3. Meningkatkan kualitas layanan Laboratorium dengan Akreditasi
Laboratorium
4. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan alat, bahan, dan reagensia guna
mendukung penyelenggaraan program
5. Meningkatkan dan memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor
masyarakat dan swasta melalui advokasi, sosialisasi dan pelatihan
6. Meningkatkan kemampuan SDM melalui pendidikan dan pelatihan

6
2. 4 Tugas dan Fungsi
2.4.1. Kegiatan
Kinerja dicapai melalui 3 (tiga) kegiatan utama dan 1 (satu) kegiatan penunjang
yaitu:
1. Pelaksanakan Surveilans Epidemiologi
2. Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
3. Penyelenggaraan Laboratorium dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna
4. Dukungan Administrasi dan Manajemen

2.4.2. Jenis Instansi


Jenis instalasi disesuaikan dengan kebutuhan dan pengembangan pelayanan.
Jumlah dan jenis instalasi yang ditetapkan oleh Kepala BTKLPP dan telah
mendapat persetujuan tertulis dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan sampai saat ini ada 10 (sepuluh) Instalasi. Instalasi-
instalasi tersebut adalah :
1. Instalasi Lab. Kimia
2. Instalasi Lab. Biologi
3. Instalasi Lab. Kimia Udara
4. Instalasi Lab. Entomologi dan Pengendalian Vektor
5. Instalasi Media Reagensia
6. Instalasi Pemeliharaan Alat, Kendali Mutu dan Kalibrasi
7. Instalasi Teknologi Tepat Guna
8. Instalasi Pengendalian Penyakit Menular
9. Instalasi Pengendalian Penyakit Tidak menular
10. Instalasi Pelayanan Teknologi

7
BAB 3
PELAKSANAAN MAGANG

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


3.1.1 Waktu Pelaksanaan
Praktik Belajar lapangan dilaksanakan pada tanggan 1 November 2022
sampai dengan 15 November 2022.
3.1.2 Tempat Praktik Belajar Lapangan
Selatan Lokasi Praktikum dilaksanakan di Instalasi Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Palembang
yang terletak di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin II KM. 11 No. 55
Palembang, Sumatera 30154.

3.2 Bidang Khusus yang Didalami


3.2.1 Pengertian Air Limbah
Air limbah adalah air sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan. Sedangkan
yang dimaksud dengan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
aktivitas hidup sehari - hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
Baku mutu air limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Baku mutu
air limbah domestik yaitu pH, BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, amonia dan
Total Coliform (PermenLHK No. 68 tahun 2016)

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Sedangkan menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water)
adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari
industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya. Begitupun dengan
Metcalf & Eddy (2003) mendefinisikan limbah berdasarkan titik sumbernya
sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman), instansi
perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air

8
hujan. Pengelolaan limbah cair dalam proses produksi dimaksudkan untuk
meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi
dan toksisitas yang juga minimal.

Pengelolaan limbah cair setelah proses produksi dimaksudkan untuk


menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung
didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang.
Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang
efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang
dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upaya minimisasi
limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga
pembuangan limbah produksi (disposal).

3.2.2 Sumber Air Limbah


Air limbah berasal dari berbagai sumber secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok, diantaranya air buangan domestik, industri, dan
kotapraja.
Dengan mengetahui data sumber-sumber dari air limbah ini, dapat diperkirakan
jumlah rata-rata aliran air limbah. Dan dari data tersebut dapat dihitung
pertumbuhan dan perkembangan sebelum merencanakan sebuah bangunan
pengolahan air limbah dan pemasangan saluran pembawanya.

Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic waste water)
merupakan salah satu dari sumber limbah. Air buangan tersebut berasal dari
pemukiman penduduk. Secara umum air buangan rumah tangga terdiri dari
ekskresi (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi.

Air limbah domestik dibedakan menjadi tiga jenis air limbah yang dibedakan
berdasar pada jenis air buangannya. Tiga jenis air limbah tersebut adalah grey
water, black water, dan strom water. Grey water (air bekas) adalah air limbah
yang berasal dari floor drain, wastafel dan juga tempat cuci piring (sink). Black
water (air kotor padat) adalah air limbah yang berasal dari kloset dan urinoir.

9
Air limbah ini termasuk dalam golongan limbah padat organik, dimana limbah
padat organik tersebut dapat membusuk sehingga harus diolah dengan benar.
Strom water atau limbah air hujan yang dapat disalurkan secara langsung
menuju buangan akhir.

3.2.3 Karakteristik Air Limbah


Air limbah memiliki karakteristik yang perlu diperhatikan untuk menentukan
cara pengolahan yang tepat. Dengan pemilihan yang tepat, pencemaran terhadap
lingkungan hidup dapat dihindari. Karakteristik air limbah ini digolongkan
menjadi sebagai berikut :
1. Karakteristik fisik
Air limbah yang terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat
dan suspensi. Biasanya air limbah rumah tangga berwarna suram seperti larutan
sabun dan sedikit berbau. Tak jarang pula mengandung seperti bagian-bagian
tinja, sisa-sisa kertas, bekas cucian sayur dan beras, dan sebagainya. Parameter
yang berada pada karakteristik ini adalah solid (zat padat), temperatur, warna,
dan bau.
2. Karakteristik biologis
Kandungan bakteri pathogen dan organisme golongan coli terdapat dalam air
limbah tergantung darimana sumbernya. Namun kedua bakteri tersebut tidak
berperan dalam proses pengolahan air buangan. Sifat biologis ini perlu diketahui
untuk mengetahui tingkat pencemaran air limbah sebelum dibuang ke badan air.
3. Karakteristik kimiawi
Yang terkandung dalam air buangan ini merupakan campuan zat-zat kimia
anorganik dan zat organik. Zat kimia anorganik berasal dari air bersih dan zat
organic berasal dari penguraian tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya.
Sehingga secara umum air buangan bersifat basa pada waktu masih baru, dan
cenderung bersifat asam apabila sudah mulai terjadi pembusukan. Substansi
organik dalam air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni gabungan yang
mengandung nitrogen dan gabungan yang tak mengandung nitrogen. Istilah
BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
merupakan istilah yang biasa digunakan dalam menyatakan polusi zat organik.

10
3.2.4 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Seluruh air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik seluruhnya dialirkan
ke bak pemisah lemak. Bak pemisah lemak berfungsi untuk memisahkan lemak
yang berasal dari kegiatan dapur, dan juga berfungsi untuk mengendapkan
kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai secara biologis.
Setelah dari bak pemisah lemak, air limpasan dialirkan ke bak ekualisasi (sum
pit). Bak ekualisasi berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol
aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dialirkan ke unit IPAL.

1. Biofilter
Biofilter merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah yang dapat
digunakan. Sistem ini memanfaatkan mikroorganisme yang tumbuh dan
berkembang terlekat pada permukaan media sebagai media kontak. Media
kontak terendam oleh air limbah yang dialirkan secara terus-menerus melewati
celah atau rongga antar media. Secara ilmiah, mikroorganisme tesebut melekat
pada permukaan media dan membentuk lapisan lendir yang disebut dengan
lapisan biofilm. Media filter berupa media padat dan/atau berongga, bersifat
tidak beracun
terhadap mikroorganisme.
Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter Anaerob-Aerob secara
sederhana dapat ditujukkan seperti pada gambar berikut :

11
Gambar 4. Instalasi Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter Anaerob-
Aerob

Gambar 5. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan


2. Sistem Biofilter Anaerob-Aerob
Bahan material yang dapat digunakan sebagai media biofilter dapat berupa
bahan organic ataupun anorganik. Bahan dengan bentuk butiran yang tidak
teratur, tali, jaring, ataupun bentuk yang lebih solid seperti papan sarang tawon
atau bentuk lainnya merupakan cotoh dari bahan material organik. Untuk bahan
anorganik sebagai contoh materialnya berupa batu pecah, kerikil batu marmer,
dan lain-lain.
Karakter media biofilter anorganik ini dengan diameter bahan yang semakin
kecil akan membuat luas permukaan media biofilter yang semakin besar.
Sehingga mikroorganisme yang berkembang pada permukaan media akan
berjumlah semakin banyak, namun volume rongga media akan menjadi kecil.
Apabila sistem yang digunakan pada aliran dilakukan dari atas menuju bawah
atau yang disebut dengan down flow, maka akan terjadi efek filtrasi. Efek filtrasi
tersebut akan mengakibatkan penyumbatan karena adanya proses penumpukan
lumpur organik dibagian atas media biofilter sehingga perlu adanya proses
pencucian secukupnya.

12
Untuk media biofilter dengan bahan organik secara umum dibuat dengan cara
dicetak dari bahan tahan karat dan ringan, contoh bahan tersebut ialah bahan
PVC atau bahan lainnya. Dengan luas permukaan spesifik yang besar dan
volume rongga yang besar, mikroorganisme dapat melekat dalam jumlah besar
dengan resiko mengalami penyumbatan yang sangat kecil. Dengan demikian
memungkinkan pengolahan air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggan
serta efisiensi pengolahan yang cukup besar. Salah Satu contoh media biofilter
yang banyak digunakan yakni media dalam bentuk sarang tawon (honeycomb
tube) dari bahan PVC.
Perbandingan Luas Permukaan Spesifik Media Biofilter

a. Batuan dan Kerikil


Batuan dan kerikil banyak digunakan sebagai media dalam biofilter. Bahan
media dengan batuan dan kerikil bersifat inert dan tidak pecah dengan kekuatan
mekanikal yang baik, sifat kebasahannya pun bagus. Akan tetapi salah satu
kelemahan dari bahan ini adalah fraksi volume rongga nya sangat rendah dan
juga berat. Hal ini dapat menyebabkan rawan terjadi penyumbatan. Kelemahan
lain dari media kerikil adalah berat jenis yang besar, hal ini dapat menyebabkan
memerlukan kontruksi reaktor yang cukup besar.
b. Fiber Mesh Pads
Bahan ini dapat berperan baik sebagai filter fisik maupun sebagai filter biologis.
Beratnya cukup ringan dan luas permukaan per unit volume lebih besar
dibanding dengan media biofilter yang lain. Akan tetapi diameter celah bebas

13
sangat kecil yang menyebabkan bahan ini sering tersumbat. Selain itu
pemasangan media dalam jumlah yang besar cukup sulit.

c. Brillo Pads
Media ini mirip dengan mesh pads. Bahan ini lebih ringan dan mempunyai luas
permukaan yang besar dengan harga yang murah. Akan tetapi kekuatan
mekanikalnya kecil.
d. Random atau Dumped Packing
Umumnya packing ini memiliki berat yang ringan, fraksi rongga yang baik dan
relatif tahan terhadap penyumbatan. Akan tetapi dalam perawatannya sulit
dipindahkan dari vessel besar apabila telat terpasang. Selain itu pemasanganya
pun sangat rumit, sangat diperlukan kehati-hatian agar kerapatannya sesuai.
Bahan dari media ini ada yang terbuat dari stainless steel, keramik, poselain, dan
termoplastik. Media ini adalah media yang modern sehingga harganya sangat
mahal.
e. Media Terstruktur
Salah satu contoh media terstruktur adalah bentuk sarang tawon Berbahan PVC.
Harga dari media ini tergolong murah. Pada awalnya media ini bersifat
hidrophobic, namun setelah satu minggu terkena air akan memiliki sifat
kebasahan yang baik. Media terstruktur sarang tawon memiliki luas permukaan
yang beragam tergantung pada diameter celah bebas atau volume rongganya.
Selain itu kekutan mekaniknya cukup besar.

3.2.5 Kriteria Perencanaan IPAL Biofilter Anaerob-Aerob


Dalam pedoman teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan sistem biofilter
anaerob aerob dijelaskan bahwa tahapan perencanaan IPAL Biofilter Anaerob-
Aerob meliputi kriteria perencanaan bak pengendapan awal, reaktor biofilter
anaerob, reaktor bofilter aerob, bak pengendapan akhir, sirkulasi serta desain
beban organik.

14
Seluruh air limbah dikumpulkan di bak ekualisasi, selanjutnya di pompa ke bak
pengendapan awal. Setelah itu air limpasan dari bak pengendapan awal dialirkan
ke reaktor anaerob. Selanjutnya air limpasan dari reaktor anaerob diakirkan ke
reaktor aerob. Pada reaktor aerob dan anaerob diisi media sarang tawon. Dengan
demikian mikroorganisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel
pada permukaan media tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, deterjen, dan mempercepat proses nitrifkasi. Sehingga efisiensi
penghilangan ammoniak menjadi lebih besar.
Selanjutnya, air dialirkan ke bak pengendapan terakhir. Pada bak ini lumpur
aktif yang mengandung mikroorganisme diendapkan dan dipompakan kembali
ke inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Dalam pedoman teknis
Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan sistem biofilter anaerob aerob
dijelaskan adapun parameter perencanaan biofilter Anaerob-aerob sebagai
berikut:
1. Bak Pemisah Lemak
Jumlah minyak atau lemak terbilang cukup besar sebagai penyumbang
polutan organik sehingga perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu
terhadap air limbah dengan minyak. Pemisahan ini dilakukan agar beban
pengolahan pada unit IPAL dapat berkurang. Apabila kandungan minyak
yang masuk cukup besar akan menimbulkan hambatan pada proses
transfer oksigen di dalam bak aerasi. Pemisahan minyak yang dilakukan
pada bak pemisah lemak dapat dilakukan dengan sederhana secara
gravitasi. Dalam pemisahan lemak ini, bak dirancang sederhana dengan
waktu tinggal hidrolik berkisar antara 30 – 60 menit.
2. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang akan
diolah serta untuk menyeragaman konsentrasi zat pencemarnya agar
homogen dan proses pengolahan air limbah dapat berjalan dengan stabil.
Selain itu dapat juga digunakan sebagai bak aerasi awal pada saat terjadi
beban yang besar secara tiba-tiba.

15
Waktu tinggal di dalam bak ekualisasi umumnya berkisar antara 6 – 10
jam. Untuk menghitung volume bak ekualisasi yang diperlukan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

3. Bak Pengendapan Awal


Bak pengendapan awal digunakan untuk menghilangkan atau
mengendapkan kotoran berupa padatan tersuspensi yang ada di dalam air
limbah. Lumpur anorganik adalah salah satu contoh padatan tersuspensi
yang menyerupai tanah liat yang mengendap pada dasar bak
pengendapan. Lumpur anorganik tersebut tidak dapat terurai secara
biologis dan akan menyebabkan penurunan efisiensi pengolahan apabila
terjadi pengendapan pada media biofilter yang menjadikan hambatan
transfer oksigen ke dalam lapisan biofilter.
Waktu tinggal hidrolik (Hydraulic Retention Time, WTH) adalah waktu
yang dibutuhkan untuk mengisi bak dengan kecepatan seragam yang
sama dengan aliran rata-rata per hari. Waktu tinggal dihitung dengan
membagi volume bak dengan laju alir masuk.

Beban permukaan (surface loading) sama dengan laju alir (debit volume)
rata-rata per hari dibagi luas permukaan bak.
Berikut kriteria dalam perencanaan bak pengendapan awal :

16
3.3 Metodologi Penyelesaian Tugas
Metode yang digunakan adalah deskriftif berdasarkan praktikum yang
dilaksanakan di IPAL BTKLPP Kelas 1 Palembang.
3.3.1. Pengolahan Instalasi IPAL
1. Buffer Tank

Gambar 4.1 Buffer Tank


Didalam proses ini digunakan untuk mengumpulkan air hasil dari
kegiatan seluruh proses yang ada dilaboratorium untuk diatur
kestabilannya dan di dalam proses ini dapat menurunkan
kandungan bahan-bahan organik dan anorganik secara fisika
(gaya gravitasi) dan penguraian minyak lemak oleh bakteri
anaerobik (seperti Biodekstran). sehingga akan memudahkan
pengolahan pada proses berikutnya.
2. Chemical Tank

17
Gambar 4.2 Bak 1 Gambar 4.3 Bak 2
Pengolahan di dalam bak 2 dan bak 3 tersebut digunakan untuk
menurunkan kandungan bahan bahan organik dan anorganik
secara kimia dengan menggunakan PAC (Poly Aluminium
Chlorida), Polymer anionic, NaOH, HCI bahan-bahan polutan
menjadi flock agar lebih mudah mengendap dan memudahkan
dalam proses berikutnya.

3. Sedimentation Tank 1

Gambar 4.4 Sedimentation Tank 1


Pengolahan tersebut dimaksudkan untuk menurunkan endapan/
flock endapan hasil dari proses kimia. Pada tahap proses ini
dengan adanya bakteri pengurai Biodekstran yang bekerja secara
anaerob dapat menyempurnakan dalam proses penguraian bahan
pencemar yang ada sehingga akan memudahkan dalam proses
selanjutnya.

Pengolahan Biologis Pada Kolam Aerasi

18
Gambar 4.5 Pengolahan Biologis Pada Kolam Aerasi

Dalam perencanaan ini dimaksudkan untuk menurunkan


kandungan zat organik dan anorganik secara biologis dengan
menggunakan bakteri (Micro Plus) merupakan bakteri aerobik,
dengan bantuan penambahan udara bebas (blower) ini terjadi
pada kolam aerasi, pada proses ini akan terjadi penurunan dan
siklus rantai kimia secara biologi yang amat menyolok sekali
untuk parameter BOD, COD, H2S, NH3-N, NO2-N. NO3-N, PO4,
Minyak lemak sehingga akan memudahkan pengolahan pada
proses berikutnya.

4. Sedimentation Tank 2

Gambar 4.6 Sedimentation Tank 2


Pengolahan tersebut dimaksudkan untuk menurunkan kandungan
bahan-bahan organik dan anorganik pengolahan secara kimia
biologis agar lebih sempurna dengan dimanfaatkannya kembali
biomassa bakteri dikembalikan kembali kedepan untuk
melakukan penguraian untuk kembali terhadap limbah cair yang
baru datang, diharapkan pada proses ini sudah sempurna di dalam

19
daya kerja bakteri untuk menurunkan parameter BOD, COD,
H2S, NH3-N, NO2N, NO3-N, PO4, Zat padat terlarut (TDS), TSS.
5. Airlift Tank

Gambar 4.7 Airlift Tank


Dalam pengolahan ini dengan menambahkan supplai oksigen dan
penambahan kaporit agar meningkatkan proses oksidasi dan
melepaskan gas gas yang terperangkap didalam air limbah hasil
dari proses sebelumnya. Didalam proses inipula terjadi proses
desinfeksi.

6. Final Tank

Gambar 4.8 Final Tank


Dalam pengolahan ini diharapkan proses yang terjadi telah
sempurna dengan melakukan penanaman ikan sebagai indikator
keberhasilan proses.

7. Rumah Mesin

20
Gambar 4.9 Rumah Mesin
Digunakan sebagai rumah pelindung mesin operasi IPAL dan
tanki bahan kimia yang mengatur banyak bahan kimia yang
diperlukan dalam pengolahan IPAL. Operasional IPAl pada
bagian proses kimia :
a. PAC dengan ukuran 2Kg untuk 100lt.
b. NaOH dengan ukuran 1Kg untuk 100lt
c. HCl dengan ukuran 1lt yang 36% untuk teknis untuk 100lt
d. Polymer anionic dengan ukuran 5 sendok the untuk 100lt
e. Microplus dengan ukuran 2 Kg untuk 100lt
f. Biodekstran dengan ukuran 2Kg untuk 100lt
g. Buka valve sesuai dosis awal
h. Dalam operasional harian valve akan terbuka secara
outomatic
i. Lakukan pemeriksaan pada tanki dan lakukan pengisisan
bila telah habis/berkurang.
8. Sludge Tank

Gambar 4.10 Slugde Tank


Dalam perencanaan ini lumpur - lumpur sebelum dibuang baik
dari proses IPAL sebelum keluar/ dibuang harus ditambahkan
kaporit, diharapkan lumpur yang dibuang sudah terbebas dari

21
bakteri patogen dan virus. Proses pembuangan lumpur yang pada
unit IPAL dilakukan satu tahun 2 kali dengan bekerja sama
dengan dinas kebersihan setempat.

3.3.2. Hasil Pemeriksaan


HASIL PEMERIKSAAN
No. Tanggal INLET OUTLET
Debit
SUHU pH TSS SUHU pH TSS
1. 1 Oktober 2022 26,5 7,5 39,5 26,6 7,2 21,5 5,5
2. 2 Oktober 2022 26,3 7,2 38,9 26,3 7,1 20,5 5,6
3. 3 Oktober 2022 26,0 7,3 35,7 26,2 7,1 21,5 5,5
4. 7 Oktober 2022 26,5 7,1 36,5 26,5 7,1 20,2 5,6
5. 8 Oktober 2022 26,2 7,0 40,7 26,1 7,0 22,5 5,6
6. 9 Oktober 2022 26,0 7,1 39,5 26,0 7,0 21,0 5,5
7. 10 Oktober 2022 26,1 7,2 38,7 26,0 7,1 20,1 5,5

Sumber : Instalasi K3 dan Limbah BTKL PP Kelas 1 Palembang

Persyaratan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kesehatan RI


Nomor : P.068/Menlhk.Sesjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu
Limbah Domestik.
pH : 6-9
BOD : 30mg/L
COD : 100mg/L
TSS : 30mg/L
Minyak dan lemak : 5 mg/L
Amoniak : 10 mg/L
Total Coliform : 3000/100ml
Debit : 100L/orang/hari

22
3.4 Pembelajaran Hal Baru
Dalam pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) ini penulis mendapatkan
banyak pengetahuan secara nyata dalam menerapkan ilmu yang diperoleh di
bangku kuliah, sehingga dapat dipraktekkan secara maksimal dan optimal ketika
melaksanakan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ).

Selain itu Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) adalah sarana bagi mahasiswa/i
untuk mengenal dunia kerja nyata sekaligus mengenal lingkungan dan kondisi
kerja yang nantinya akan dihadapi mahasiswa/i setelah lulus kuliah.

3.4 Peraturan Terkait pengolahan Limbah Cair


3.4.1 Permen LHK Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
Limbah domestik yang dihasilkan oleh perusahaan tidak boleh langsung
dibuang, karena pengolahan air limbah domestik wajib dilakukan sesuai
Peraturan Menteri LHK Republik Indonesia. Melalui Pasal 3 Ayat (1)
PERMEN LHK Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik, pemerintah menyebutkan bahwa setiap usaha atau kegiatan
yang menghasilkan air limbah domestik wajib melakukan pengolahan
terhadap air limbah yang dihasilkan.

3.4.2 Permen LHK Nomor 5 Tahun 2014 Mengatur Baku Mutu Air
Limbah.
Limbah yang dihasilkan oleh industry, perhotelan, fasilitas pelayanan
Kesehatan, rumah pemotongan hewan, pemukiman, rumah tangga, dan
asrama tidak boleh langsung dibuang, karena pengolahan air limbah wajib
dilakukan sesuai Permen LHK nomor 5 tahun 2014 mengatur baku mutu
air limbah.

23
3.4.3 UU Nomor 32 Tahun 2009 Yang Mengatur Perlindungan Serta
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup bertujuan untuk melindungi NKRI dari pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan
hingga antisipasi isu lingkungan global, mengakui bahwa lingkungan
hidup yang baik dan sehat adalah hak yang harus diperoleh warga negara.

3.4.4 PP nomor 82 tahun 2001 mengenai pengelolaan air serta pengendalian


pencemarannya.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 ini ditetapkan dengan
pertimbangan :
a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki
fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia,
serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan
modal dasar dan faktor utama pembangunan;
b. bahwa air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi
kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya;
c. bahwa untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan
memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta
keseimbangan ekologis;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, dan huruf c serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14
ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

24
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam Laporan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ), maka
dapat disimpulkan bahwa dalam dunia kerja diperlukan tanggung jawab,
ketelitian, kesabaran yang tinggi atas semua pekerjaan yang dikerjakan dan
disiplin dalam mengikuti peraturan bekerja dan disiplin waktu menjadi tanggung
jawab kita agar tugas- tugas yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.

Adapun kesimpulan dari Laporan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) yaitu :


1. Mahasiswa/i praktik banyak mendapatkan ilmu dari BTKLPP KELAS I
Palembang baik secara teori maupun praktek.
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui bahan dan alat yang belum diketahui dari
kampus.
3. Mahasiswa/i dapat mempelajari tentang APAR, pengambilan sampel
IPAL, pengambilan teknik sampling udara ambien.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Instansi BTKLPP KELAS I Palembang :
1. BTKLPP KELAS I Palembang terus saling bekerja sama dengan
Instansi - Instansi Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta agar
pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) dapat berjalan
dengan lancar.
2. BTKLPP KELAS I Palembang memberikan kesempatan bagi
mahasiswa/i untuk belajar lebih dalam lagi mengenai kegiatan
instansi, agar mahasiswa/i mempunyai pengalaman dan ilmu
yang lebih jelas.
3. BTKLPP KELAS I Palembang agar memberikan bimbingan
kepada mahasiswa/i Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) dengan
lebih baik dan jelas.

25
4.2.2 Bagi Mahasiswa/i :
1. Dalam melaksanakan Praktik Belajar Lapangan ( PBL ), sebelum
terjun langsung ke lapangan kita harus sudah memiliki bekal
materi tentang apa yang akan dipraktikkan, baik itu di dapat dari
referensi - referensi maupun bertanya secara langsung kepada
pembimbing.
2. Kita harus memperhatikan keaktifkan untuk memperoleh
keterangan apa saja yang masih belum diketahui dengan bertanya
kepada pembimbing.
3. Membekali diri dengan keterampilan yang cukup seperti yang
telah di ajarkan.

26
Lampiran

27
28

Anda mungkin juga menyukai