Anda di halaman 1dari 134

TOPIK 7

RUMAH SAKIT
TOPIK 8
BIOSKOP

A Pendahuluan
Bioskop adalah tempat atau gedung termasuk segala fasilitasnya didalam dimana
masyarakat berkumpul dengan membayar dapat menonton film.
Macam - Macam Bioskop
a. Film Theater : tempat pertunjukan film biasa, di Indonesia ini disebut Bioskop.
b. Drive in Theater : tempat pertunjukan film dimana para penonton dapat memasukan
mobilnya sekaligus keruang tempat pertunjukan dan menonton dari atas mobi yang
dibawanya.
c. Cyclo Rama : tempat pertunjukan film dimana para penonton seolah-olah berada
ditengah-tengah kejadian cerita dalam film yang dipertunjukan.

B Pengawasan Kualitas Limbah Cair di Bioskop


1. Pengertian
Bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya yang masyarakat umum dengan
membayar dapat menonton film di tempat tersebut.mPedoman yang digunakan dalam
pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bioskop berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman penyehatan Sarana
dan Bangunan Umum (Santoso, 2015:81).

C Pengawasan Persyaratan pembuangan air limbah adalah sebagai berikut :


a. Saluran air limbah dengan sistem tertutup,dan kedap air
b. Air limbah mengalir dengan lancar
c. Dihubungkan dengan roil kota atau diolah dengan SPAL

D Pengawasan Kualitas Udara Di Bioskop


1. Pengertian
Menurut Aulia (2009) dalam Soraya Desiana (2015) Bioskop (Belanda: bioscoop
dari bahasa Yunani βιος, bios (yang artinya hidup) dan σκοπος (yang artinya
"melihat") adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan
layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor. Menurut
KBBI (2006:125) dalam Soraya Desiana (2015) Bioskop merupakan Pertunjukan
yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang disorot menggunakan lampu
sehingga dapat bergerak (berbicara). Yang dimaksud dengan gedung bioskop adalah
suatu tempat termasuk fasilitasnya dimana umum dengan membayar dapat
menonton film di tempat tersebut. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan
Bioskop adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman
Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.

2. Pengawasan Kualitas Udara


Berikut ini adalah Persyaratan Hygiene Sanitasi Bioskop yaitu:
a. Bagian Luar Gedung
1) Letak Gedung Bioskop Di tempat yang luas, berada di kawasan yang
strategis yaitu di tengah-tengah perumahan penduduk, jauh dari faktor
pengganggu seperti kegaduhan dan terlalu ramai, dan bukan terletak di
daerah yang rawan bencana.
2) Halaman Gedung Bioskop Luas, bersih, penerangan cukup, berpagar, sisa
lahan yang tidak digunakan untuk parkir dibuat taman dan arah lalu lintas
dibuat teratur.
3) Tempat Sampah Jumlahnya memadai dan memenuhi persyaratan tempat
sampah yang baik.
4) Saluran pembuangan air hujan Tidak terdapat genangan air hujan yang
dapat menjadi tempat perkembangbiakan vektor.
5) Pemadan Kebakara
a) Masih berfungsi dan belum kadaluarsa
b) Mudah dilihat dan dijangkau oleh umum
c) Pada setiap APAR perlu adanya penjelasan tata cara penggunaannya
d) Jumlahnya memadai
6) Ruang Tunggu Bersih, terdapat tempat sampah yang jumlahnya cukup, kursi
tertatarapi, dan terdapat pot-pot bunga agar ruangan terlihat menarik dan
nyaman.
7) Exteriour Traffic
a) Jalan exterior traffic dibuat cukup lebar
b) Jalan yang menghubungkan dari bagian ke bagian lain cukup jelas dan
teratur
c) Pintu masuk dan keluar tempat pertunjukan dibuat berbeda
d) Pencahayaan yang cukup
e) Tersedia tempat puntuk rokok
b. Interiour Gedung
1) Dinding
Mencegah gema suara yang memantul dan menggaduhkan bunyi asli,
mencegah penyerapan suara (absorpsi) sehingga suara hilang dan menjadi
kurang jelas dan membantu resonansi (menguatkan suara).
2) Lantai
Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin dan mudah
dibersihkan. Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan
penonton yang dibelakang tidak terganggu oleh penonton yang dimuka.
3) Ventilasi
Suhu ruang antara 20˚C-25˚C, dengan kelembaban diantara 40%- 50%.
Ventilasi buatan dapat berupa :
a) Fan (kipas angin), fungsinya hanya memutar udara didalam ruangan,
sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.
b) Exhauster (pengisap udara), prinsip kerjanya adalah mengisap udara
kotor dalam ruangan sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.
c) Air Conditioning (AC), AC yang baik untuk gedung bioskop adalah
menggunakan AC central. Prinsip kerjanya adalah penyaringan,
pendinginan, pengaturan kelembaban serta pengaturan suhu dalam
ruangan. Yang perlu diperhatikan bila menggunakan AC adalah
ruangan harus tertutup rapat dan orang tidak boleh merokok didalam
ruangan.
4) Tempat Duduk atau Kursi
Konstruksi cukup kuat dan tidak mudah untuk bersarangnya binatang
pengganggu antara lain kutu busuk atau serangga lainnya. Ukuran kursi
yaitu :
a) Lebih kurang 40-50 cm
b) Tinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm
c) Tinggi sandaran 38-40 cm dengan lebar sandaran disesuaikan dengan
kenyamanan
d) Sandaran tangan berfungsi juga sebagai pembatas
e) Sandaran pengguna tidak boleh terlalu tegak Letak kursi agar diatur
sedemikian rupa sehingga semua penonton dapat melihat gambar secara
penuh dengan tidak terganggu. Jarak antara kursi dengan kursi di
depannya minimal 40 cm yang berfungsi untuk jalan ke tempat kursi
yang dituju. Tiap penonton harus dapat melihat dengan sudut pandang
maksimal 30˚. Penonton yang duduk di baris terdepan harus masih
dapat melihat seluruh gambar sepenuhnya. Artinya bagian tepi layar
atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum
membentuk sudut 60º- 80º dengan titik mata.
5) Pintu darurat
a) Lebar minimal pintu darurat adalah 2 kali lebar pintu biasa (160 cm)
b) Jarak pintu darurat yang satu dengan lain sedikit-dikitnya 5 m dengan
tinggi 1,8 m, dan membuka kea rah ke luar
c) Letak pintu darurat sebelah kiri dan sebelah kanan ruang pertunjukkan
harus simetris
d) Selama pertunjukan berlangsung pintu darurat tidak boleh dikunci
e) Di atas pintu harus dipasang lampu merah dengan tulisan yang jelas
―Pintu Darurat‖
6) Pencahayaan
Sistem pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata dan tidak boleh bergetar,
tersedia cukup cahaya untuk kegiatan pembersihan gedung pertunjukan,
kekuatan penerangan pada tangga adalah 3 fc.
7) Sound System
Sound system yang baik digunakan di gedung bioskop adalah sound system
stereo dengan peletakan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama
antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akanditerima merata oleh
penonton.suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80 – 85 dB.
8) Layar Film
a) Layar sebaiknya berwarna putih dan diberi warna gelap di tepi
b) Ukuran harus disesuaikan dengan proyeksi dari proyektor film yang
digunakan
c) Permukaan harus licin dan bersih
d) Jarak antara layar dengan proyektor harus sesuai sehingga gambar yang
di proyeksikan pada layar benar-benar baik (fokus harus tepat) sehingga
tidak menghasilkan gambar yang kabur.
9) Proyektor Film dan Ruangan
a) Proyektor tidak boleh bergetar, sehingga gambarpun akan ikut bergetar
b) Proyektor harus dapat memproyeksikan gambar dengan jelas
c) Ruang proyektor harus mempunyai ventilasi yang cukup untuk
pertukaran udara didalam ruangan tersebut (10% – 20%) dari luas lantai
sehingga petugas / operator tidak merasa pengap atau panas
10) Pemadam Kebakaran
a) Didalam gedung bioskop harus tersedia pemadam kebakaran yang
masih berfungsi
b) Diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan mudah di jangkau oleh
umum
c) Jumlah disesuaikan dengan besar kecilnya gedung bioskop
d) Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu adanya penjelasan tentang
cara pemakaiannya
11) Sistem Lalu Lintas Dalam Gedung (Traffic System) Lalu intas (Traffic)
yang baik untuk gedung bioskop dibuat menjadi 4 bagian yaitu:
a) Lintas utama (maintraffic) /lebar minimal 2 meter
b) Lintas block (blocktraffic) lebar minimal 80 cm
c) Lintas antar kursi (between chair traffic) lebar minimal 40 cm
d) Lintas keliling ruangan (Round the corner traffic) lebar minimal 50
cm
12) Keadaan Yang Bebas Serangga dan Binatang Pengerat
Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Kebersihan umum baik di luar dan di dalam gedung harus di jaga
b) Pemasangan kawat-kawat kasa pada lubang-lubang angin
c) Pengaturan barang-barang harus teratur jangan sampai ada sudut-sudut
mati yang menyulitkan pembersihan
d) Pencahayaan harus sempurna agar sinar dapat menyinari secara merata
keseluruhan ruangan Pencegahan terhadap binatang pengerat dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(1) Menjaga kebersihan ruangan
(2) Menghindari adanya sudut-sudut mati dan ruangan yang gelap
(3) Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan untuk
bersarangnya binatang pengerat
(4) Memasang terali pada lubang ventilasi bagian bawah

c. Peryaratan Lain Yang Diperlukan Di Gedung Bioskop


1) Kotak P3K
2) Ruang pembangkit tenaga listrik cadangan
a) Mesin harus ditempatkan di ruang khusus sehingga suara dan getaran
terendam, tidak mengganggu penonton
b) Gas buangan harus di salurkan ke atas dengan ketinggian yang cukup,
sehingga tidak mengganggu
d. Perijinan dan kewajiban pemegang ijin
1) Bioskop harus mempunyai ijin dari pemerintah daerah
2) Pemegang ijin berkewajiban memenuhi persyaratan tersebut di atas
e. Petugas generator dan petugas proyektor harus mendapatkan makanan tambahan
agar kondisi tubuhnya tetap sehat.

E Pengawasan Kualitas Sampah


1. Pengertian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau
proses alam yang berbentuk padat (Depkes RI,2008). Bioskop adalah suatu
tempat termasuk fasilitasnya yang masyarakat umum dengan membayar dapat
menonton film di tempat tersebut. Pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan
Penyehatan Lingkungan Bioskop berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor: 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman penyehatan Sarana dan
Bangunan Umum (Santoso, 2015:81).
2. Jenis-jenis sampah
a. Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makluk hidup, manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Sampah organik dibagi menjadi sampah organik basah dan
organik kering. Istilah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi contoh : kulit buah, sisa makanan dan sisa
sayuran. Berikutnya sampah organik kering adalah bahan organik lain yang
kandungan airnya sedikit contoh : Kertas, kayu, ranting pohon dan
dedaunan yang kering.
b. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non
hayati baik berupa produk sinterik maupun hasil proses teknologi
pengelolahan bahan tambang atau sumber daya alam dan tidak dapat
diuraikan oleh alam, Contohnya: botol plastik, tas plastik/kresek, kaleng.
Jenis yang termasuk ke dalam kategori bisa di daur ulang (recycle).
c. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
d. Sampah B3 Adalah merupakan jenis sampah yang beracun dan berbahaya
bagi lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya.

3. Hubungan Bioskop Dengan Kesehatan Manusia


Bioskop mempunyai peranan penting dalam penularan penyakit, timbulnya
kecelakaan dan gangguan-gangguan lain. Gangguan-gangguan yang dapat
ditimbulkan antara lain:
a. Letak kursi bagian terdepan yang terlalu dekat dengan layar ( kurang dari
6m) dapat merusak mata.
b. Letak pintu,jendela dan lain-lain lobang ventilasi yang keliru menimbulkan
gerak angin yang keras dan penonton dapat sakit karenanya.
c. Ventilasi yang kurang baik, menimbulkan tidak adanya gerak udara dalam
gedung, sehingga keadaan dalam gedung dapat panans sekali dn
menimbulkan pusing kepala.
d. Letak lampu bahaya diatas pintu-intu yang menyilaukan dapat mengganggu
mata para penonton.
e. Kurangnya pemeliharaan keersihan pada tempat tempat duduk/kursi,
menjadikan kursi tersebut menjadi tempat bersarang dan berkembang
biaknya binatang pengganggu antara lain kutu busuk, yang dapat
menimbulkan gangguan kepada para penonton.
f. Pemakaian film proyektor yang rusak ( misalnya bergetar ) atau lensa yang
sudah kabur akan menimbulkan kerusakan mata.
g. Lantai yang tidak memenuhi syarat misalnya licin akan menimbulkan
kecelakaan kepada penonton, dan lantai yang berdebu akan mengganggu
penonton.
h. WC dan urinoir yang tidak dirawat akan menimbulkan bau tidak dan
mengganggu keyamanan penonton. (jewelrahmadhanny, 2012).

4. Persyaratan Tempat sampah di Bioskop


Tersedianya tempat-tempat sampah dan tempat pengumpulan sampah sementara
Penempatan dan jumlah tempat sampah memadai. Adapun syarat-syarat dari
tempat sampah tersebut adalah :
a. Kedap Air
b. tertutup rapat
c. Mudah diangkat
d. Dapat menampung jumlah sampai pada setiap pertunjukan. (kristonimala,
2009)

5. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai pengetahuan tentang
pengendalian bagaimana sampah dapat dikendalikan dari mana sumber sampah
dihasilkan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan sampah dengan menggunakan suatu cara yang sesuai dengan
prinsip prinsip kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik pelestarian lingkungan,
keindahan, dan dengan mengindahkan tanggungjawab dan sikap masyarakat.
Dalam hal ini termasuk administrasi, keuangan, peraturan perundangan,
perencanaan, dan teknik pembuangannya. Saat ini sampah menjadi masalah
pelik yang dihadapi oleh banyak kota di Indonesia hal ini dikarenakan jumlah
penduduk yang meningkat sementara tempat pembuangan akhir terbatas.
Sampah merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari sumber penghasil sampah,
Sampah dikumpulkan untuk diangkut ke Tempat Pembuangan untuk
dimusnahkan atau sebelumnya dilakukan suatu proses pengolahan untuk
menurunkan volume dan berat sampah. Adapun proses lengkap tahapan
pengelolaan sampah dapat dilihat dibawah ini.
a. Timbulan Sampah
Banyaknya sampah yang timbul dari aktivitas manusia yang ada di Bioskop.
Timbulan (sumber) sampah ini merupakan tahap pengelolaan pertama di
mana barang-barang sudah tidak diperlukan lagi oleh pemiliknya sehingga
tidak mempunyai nilai apa-apa dan dibuang.
b. Pewadahan Sampah
Menampung sampah merupakan tahap ke dua dalam pengelolaan sampah.
Pewadahan sampah adalah menampung sampah sementara dalam suatu
wadah ditempat sumber sampah. Pola pewadahan di bioskop.
1) Level-1 : wadah sampah yang sering disebut TPS yang menampung
sampah langsung dari sumbernya. diletakkan dekat dengan sumbernya
dan terlihat oleh sipemakai, Wadah sampah jenis ini adalah tidak berat,
mudah dikosongkan tertutup dan sampahnya mudah dibawa ke wadah
sampah level-2. Volume sampah 50 – 60 liter , wadah sampah /tong yang
ada roda 120 – 140 liter peletakkannya dengan jarak 10 meter antara TPS
yang satu dengan yang lain untuk yang berada di ruangan, untuk yang
berada dliluar ruangan jaraknya 20 meter. Pola pewadahan sampah pada
level 1 disediakan 2 sampai 3 wadah dalam setiap titik lokasi. Untuk
memudahkan dan ketepatan dalam membuang sampah maka diperlukan
symbol tanda pada setiap bak sampah. Periode pemindahan sampah
tergantung dari dari komposisi sampah, semakin besar prosentase
organik, semakin kecil periode.
2) Level-2: bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang
menampung sampah dari wadah level -1 maupun langsung dari
sumbernya. Wadah sampah level-2 ini diletakkan di luar bangunan atau
tepi jalan yang mudah dilihat berfungsi sebagai titik temu antara sumber
sampah dan sistem pengumpul, maka guna kemudahan dalam
pemindahannya. Volume lebih besar dari bak sampah level- 2. Wadah
sampah ini sebaiknya terbuat dari konstruksi khusus dan ditempatkan
sesuai dengan sistem pengangkutan sampahnya. Mengingat bahaya-
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah tersebut, maka wadah
sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut: kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak mengeluarkan
bau, tidak dapat dimasuki serangga dan binatang, serta kapasitasnya
sesuai dengan sampah yang akan ditampung.
c. Pemindahan
Pemindahan sampah merupakan tahapan untuk memindah sampah dari
wadah level 1 dipindahkan dengan alat angkut manusia atau dengan
mekanik ke wadah level 2 , Periode pemindahan sampah tergantung dari
dari komposisi sampah, semakin besar prosentase organik, semakin kecil
periode pelayanannya. Pemindahan dari level II ke tempat pembuangan
akhir sampah (TPA), karena lokasi cukup jauh menggunakan truck, untuk
wadah level II yang menggunakan container pengangkutan menggunakan
truck dilakukan secara mekanik (load Haul).
d. Transportasi (Pengangkutan)
Transportasi (pengangkutan) dilakukan pada pewadahan level I diangkut ke
pewadahana level II, alat angkut di transportasi, Pengangkutan dari
pewadahan level II, sampah diangkut di tempat pembuangan akhir (TPA),
menggunakan tenaga mekanik berupa truk.
e. Pemilahan dan Pengolahan
Sampah sebelum di angkut di buang di TPA perlu dilakukan pemilahan dan
pengolahan terlebih dahulu hal ini dilakukan pada setiap level pewadahan,
tujuan pemilahan untuk mengurangi volume sampah yang akan dibuang di
tempat pembuangan akhir sampah dan memanfaatkan kembali dan
mengolah sampah menjadi nilai ekonomi.
f. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)
TPA merupakan tempat akhir sampah yang diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya dan kesehatan
masyarakat, oleh karena itu diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan
yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Di TPA,
sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah oleh bakteri.
Sampah organik dapat terurai lebih cepat contohnya sisa makanan, sayuran
kulit buah, sementara yang lain lebih lambat misalnya kertas, kayu, daun
kering ; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai
puluhan tahun; misalnya plastik, sterofoam hal ini memberikan gambaran
bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang
berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu
lingkungan.
6. Metode Meminimalisir Sampah
Metode meminimalisir sampah di Bioskop dapat dilakukan dengan cara
mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang dan mengganti barang-
barang yang berpotensi menimbulkan sampah.
a. Reduche (Mengurangi)
Penghasilan sampah bisa dikurangi dengan mengurangi pemakaian material
yang dapat menghasilkan sampah sehingga produksi sampah bisa
berkurang. Memanfaatkan kembali barang-barang yang dapat diolah
kembali, penggunaan bahan - bahan yang ramah lingkungan, mengurangi
penggunaan kantong plastik.
b. Recyle (daur ulang)
Daur ulang adalah pemanfaatan kembali sampah-sampah, melalui proses
tertentu guna merubah sampah menjadi barang-barang bermanfaat.
c. Replace (Mengganti)
Marilah kita lihat bersama-sama kita gunakan selama ini apakah ada barang-
barang yang sekali pakai kemudian dibuang? Kalau ada marilah kita ganti
dengan barang barang yang dipakai berkali-kali sehingga tidak banyak
sampah yang dihasilkan. Misalnya berpergian dengan membawa bekal
makan, sebaiknya menggunakan tempat makan yang dapat dicuci kemudian
bisa dipakai kembali tidak menggunakan boks apalagi styrofoam, karena
bahan ini tidak bisa terdegradasi secara alamiah.(sujarno:2018).

F Pengawasan keberadaan Vektor dan Tikus


1. Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor
merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi
sumber penularan penyakit pada manusia. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan
Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya, vektor adalah arthropoda
yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber penular
penyakit. Vektor yang dimaksud seperti nyamuk, lalat, kecoa, dan serangga
lainnya. Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai
hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang
menjijikan di perumahan. Kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan,
dan menularkan berbagai penyakit.
Bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya yang masyarakat umum
dengan membayar dapat menonton film di tempat tersebut. Pedoman yang
digunakan dalam pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bioskop berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 288/Menkes/SK/III/2003 tentang
Pedoman penyehatan Sarana dan Bangunan Umum (Santoso, 2015:81).

2. Persyaratan Bioskop
Keadaan Yang Bebas Serangga dan Binatang Pengerat
a. Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Kebersihan umum baik di luar dan di dalam gedung harus di jaga.
- Pemasangan kawat-kawat kasa pada lubang-lubang angin.
- –Pengaturan barang-barang harus teratur jangan sampai ada sudut-sudut
mati yang menyulitkan pembersihan.
- Pencahayaan harus sempurna agar sinar dapat menyinari secara merata
keseluruhan ruangan.
b. Pencegahan terhadap binatang pengerat dapat dilakukan dengan cara
sebagai brikut:
– Menjaga kebersihan ruangan
– Menghindari adanya sudut-sudut mati dan ruangan yang gelap.
– Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan untuk bersarangnya
binatang pengerat.
– Memasang terali pada lubang ventilasi bagian bawah. (kristonimala :
2009)

3. Pengawasan Keberadaan Vektor di Bioskop


Vektor pada saat ini masih merupakan masalah kesehatan terhadap ma usia yang
berada di Bioskop. Bangunan tempat tinggal manusia dan sekitarnya
memberikan tempat pula bagi berbagai vektor untuk berlindung, memperoleh
makanan, dan berkembang biak. Dengan kondisi lingkungan yang mendukung
perkembangbiakannya dan bebas dari musuh-musuh alaminya serta
tercukupinya kebutuhan makanan, maka populasi vektor itu dapat terus
meningkat sedemikianrupa yang berakibat pada gangguan masalah kesehatan
manusia Vektor dapat merugikan manusia, merusak lingkungan hidup manusia
dan pada gilirannya akan mengganggu kesejahteraan hidup manusia oleh karena
itu, keberadaan vektor tersebut harus dikendalikan. Pengendalian vektor adalah
merupakan suatu upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor
tersebut ke suatu tingkat yang tidak mengganggu ataupun membahayakan
kehidupan manusia.Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali melihat vektor
(nyamuk) yang berada disekitar kita baik pada siang hari maupun malam hari.
1. Penyakit Tular Vektor
Penyakit tular vektor merupakan penyakit menular melalui vektor yaitu antara
lain malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah), chikungunya, dan
Japanese encephalitis (radang otak). Penyakit tersebut hingga kini masih
menjadimasalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan
dan kematian yang cukup tinggi serta berpotensi menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan/atau wabah serta memberikan dampak kerugian ekonomi
bagi masyarakat. Dalam kaitan dengan pengawasan vektor di Bioskop maka
pada bagian ini akan dibahas tentang vektor penyakit Demam Berdarah, Vektor
penyakit malaria, lalat dan kecoa. Sebagaimana diketahui bahwa vektor-vektor
tersebut potensial untuk menimbulkan masalah kesehatan.
1. Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penular penyakit Demam Berdarah
Dengue yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia dan termasuk masalah
kesehatan.
1) Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai
dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa
bintik perdarahan, lebam atau ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah,
muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan yang dapat menjadi Shock.
2) Pengendalian Penyakit DBD
Pengendalian penyakit DBD yang tepat adalah dengan cara melakukan
pemutusan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena
vaksin dan obat masih dalam proses penelitian. Vektor DBD sudah menyebar
ke seluruh wilayah Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim
global,kemajuan teknologi transportasi, mobilitas penduduk, urbanisasi, dan
infrastruktur penyediaan air bersih yang kondusif untuk perkembangbiakan
vektor DBD, serta perilaku masyarakat yang belum mendukung upaya
pengendalian. DBD merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, oleh
karena itu pengendalian vektornya tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa
melibatkan peran serta masyarakat termasuk lintas sektor, lintas program,
LSM, tokoh masyarakat dan penyandang dana. Pengendalian vektor DBD
harus berdasarkan pada data dan informasi tentang bioekologi vektor, situasi
daerah termasuk sosial budayanya. Pada prinsipnya pengendalian penyakit
Demam Berdarah dengue adalah dengan cara melakukan:
1. Penyuluhan
2. Pemantauan jentik secara berkala
3. Larvasida selektif
4. Fogging
Pada umumnya yang dilakukan masyarakat adalah membersihkan lingkungan
dan rumah masing-masing setiap hari, terutama tempat penampungan air
sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti seperti bak mandi,
drum, ban bekas, alas pot bunga, dispenser, tempat minum burung dan lain-
lain. Melaksanakan kerja bakti secara teratur (satu minggu sekali) dilingkungan
masing- masing. Selain itu, masyarakat diminta untuk melaksanakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3 M PLUS:
1) Menguras
Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air seperti : bak mandi
dan drum.
2) Menutup
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti : drum, tempayan dan
lain- lain.
3) Mengubur
Mengubur atau menimbun barang-barang bekas serta mengumpulkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air dan dibuang ke tempat pembuangan
sementara (TPS)
4) Plus Cara Lain
Memakai obat anti nyamuk, memakai kelambu saat tidur, menghindari
kebiasaan menggantung pakaian dan memasang kawat kasa.
2. Nyamuk Anopheles
1. Siklus Hidup
Nyamuk Anopheles sp. Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu
stadium telur, larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14
hari. Tahapan ini dibagi ke dalam 2 (dua) perbedaan habitatnya yaitu
lingkungan air (aquatik) dan di daratan (terrestrial). Nyamuk dewasa muncul
dari lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial setelah menyelesaikan daur
hidupnya. Oleh sebab itu, keberadaan air sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa. Nyamuk
Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam air
atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat
pengapung, dari telur sampai menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2 sampai
3 hari, atau 2 sampai 3 minggu pada iklim-iklim lebih dingin. Pertumbuhan
larva dipengaruhi faktor suhu, nutrisi, dan ada tidaknya binatang predator yang
berlangsung sekitar 7 sampai 20 hari bergantung pada suhu. Kepompong
(pupa) merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak
memerlukan makanan. Pada stadium ini terjadi proses pembentukan alat-alat
tubuh nyamuk seperti alat kelamin, pada nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam
lebih pendek dari pupa nyamuk betina.
3. Lalat
Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain: disentri, kholera,
typhus perut, diare dan lainnya yang berakitan dengan kondisi sanitasi
lingkungan yang buruk. Penularan penyakit ini terjadi secara mekanik, dimana
kulit tubuh dan kaki- kakinya yang kotor merupakan tempat menempelnya
micro organisme penyakit yang kemudian lalat tersebut hinggap pada
makanan. Oleh karena itu, besar penyebaran penyakit yang dapat ditularkan
melalui lalat, maka perlu dilakukan pengendalian lalat dengan baik. Lalat
banyak jenisnya tetapi paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat
rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia seritica), Lalat biru (Callipohora
vomituria) dan lalat latirine (Fannia canicularis). Dari sejumlah jenis lalat
tersebut yang paling dikenal oleh masyarakat adalah lalat rumah. Lalat rumah
ini tersebar merata di berbagai negara.
1. Perilaku dan perkembangbiakan lalat
Pada siang hari lalat bergerombol atau berkumpul dan berkembang biak di
sekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya,
temperatur, kelembaban. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu seitar 350C –
400C dengan kelembaban 90 %. Lalat akan berhenti aktifitas pada temperatur
< 150C.
2. Pengendalian
1) Mengurangi atau menghilangkan tempat perkembangbiakan lalat. Cara yang
dilakukan adalah dengan cara menghindari adanya kandang ternak, kotoran
manusia, sampah basah dan sampah organik, serta tanah yang mengandung
bahan organik.
2) Mengurangi sumber yang menarik lalat. Dalam kondisi tertentu lalat akan
tertarik pada hasil olahan makanan dari bahan ikan dan tepung tulang, sirop
gula, tempat pembuatan susu, air kotor dan bau buah yang manis khususnya
mangga. Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat dapat dicegah dengan
melakukan:
a. Kebersihan lingkungan.
b. Membuat saluran air limbah.
c. Menutup tempat sampah.
d. Untuk industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat
dipasang dengan alat pembuang bau (Exhausfan).
3) Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran. Cara mencegah kontak antara
lalat dengan kotoran yang mengandung kuman, yaitu:
a. Membuat kontruksi pembuangan kotoran/WC yang memenuhi syarat
kesehatan
b. Mencegah kontak lalat dengan tempat sampah.
4) Melindungi makanan dan peralatan makan. Untuk melindungi makanan dan
peralatan makan yang digunakan dapat dilakukan dengan cara:
a. Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat.
b. Makanan disimpan di lemari makan.
c. Jendela dan tempat tempat terbuka dipasang kawat kasa.
d. Pintu dipasang dengan sistim yang dapat menutup sendiri.
e. Pintu masuk dilengkapi dengan gorden anti lalat.
f. Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.
4. Kecoa
Kecoa atau disebut juga lipas banyak terdapat di sekitar manusia, dan pada
umumnya tinggal di rumah-rumah atau tempat-tempat tersembunyi serta
memakan hampir segala macam makanan. Baunya yang tidak sedap ditambah
kotoran dan kuman yang ditinggalkan disetiap tempat yang dihinggapinya
membuat manusia menyebutnya sebagai binatang yang sangat menjijikkan.
Keberadaan kecoa dapat dijadikan sebagai indikator sanitasi yang buruk.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kecoa sudah ada dipermukaan bumi ini sejak
300 juta tahun silam. Diperkirakan jumlah kecoa saat ini mencapai 5000
spesies, termasuk diantaranya spesies kecoa raksasa yang ditemukan di hutan
belantara Kalimantan Timur pada tahun 2004 lalu. Jenis kecoa raksasa ini
dikategorikan terbesar di dunia. Namun kecoa raksasa ini sangat lamban dalam
bergerak sehingga mudah ditangkap. Jenis kecoa yang sering dijumpai
didaerah pemukiman adalah Periplanetaamericana (kecoa amerika) Blatta
orientalis, Blatella germanica, dan Suppella longipalpa. Kecoa kebanyakan
hidup didaerah tropis yang kemudian menyebar ke daerah tropis, bahkan
sampai ke daerah dingin. Serangga yang hidupnya mengalami metamorfosis
tidak sempurna ini memang sangat menyukai tempat – tempat yang kotor dan
bau. Hidup dengan kotoran dan bau tidak menjadikan kecoa rentan terhadap
penyakit. Sebaliknya serangga ini justru termasuk serangga yang mampu
bertahan hidup dalam kondisi
ekstrem dan mempunyai kemampuan beradaptasi yang sangat baik.
1. Habitat Kecoa
Kecoa menghasilkan sekresi yang baunya mengganggu dan mempengaruhi
aroma dari makanan yang dicemarinya. Pada populasi yang tinggi, sebaran bau
ini dapat menjadi ciri adanya serangan. Kecoa juga dapat menjadi penyebar
penyakit- penyakit bacterial seperti disentri, diare, dan penyakit lainnya.
Disamping menyebarkan penyakit, kecoa juga dapat merusak atau meracuni
makanan. Jenis kecoa yang sering dijumpai di daerah permukiman adalah
Periplaneta americana,Blatta orientalis, Baltela germanica dan Suppella
longpalpa. Kecoa dapat masuk melalui barang-barang bawaan dari luar
bangunan dalam bentuk nimfa dan dewasa atau telur. Kecoa juga biasa
bersembunyi dan berkembang di dalam gudang makanan dan minuman,
dicelah tumpukan barang, di celah dan retakan kontruksi bangunan,
bersembunyi dan berkembang di area dapur yaitu di celah dan retakan
kontruksi bangunan, di celah peralatan dapur seperti celah meja, celah lemari,
tempat sampah, celah refreegerator, dan lain lain.
2. Indeks Populasi
Kecoa Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya yang
dimaksud dengan Indeks populasi kecoa adalah angka rata – rata populasi
kecoa, yang dihitung berdasarkan jumlah kecoa tertangkap per perangkap per
malam menggunakan perangkap lem (sticky trap).Contoh, penangkapan kecoa
menggunakan 4 buah perangkap sticky trap pada malam hari, dua
buahdipasang di dapur dan masing – masing satu buah dipasang di dua kamar
mandi. Hasilnya mendapatkan 6 ekor kecoa.
3. Kegiatan Pengawasan
Dalam melakukan pengawasan vektor di bioskop dapat mempergunakan
formulir inspeksi sanitasi. Pada dasarnya yang harus dilakukan pengawasan
terhadap vektornya adalah meliputi:
1) Kegiatan pengendalian vektor.
2) Mengamati tanda-tanda kehidupan lalat.
3) Mengamati tanda-tanda kehidupan nyamuk.
4) Mengamati tanda-tanda kehidupan kecoa.
E. Pengawasan Keberadaan Tikus di Bioskop
1. Tikus
Tikus adalah hewan pengerat (rodentia) yang lebih dikenal sebagai hama
tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang
menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui bahwa kelompok hewan ini
juga membawa, menyebarkan berbagai penyakit kepada ternak dan hewan
peliharaan. Rodensial komensal yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat
hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan
penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi dari berbagai
agen penyakit dari kelompok virus, richetsia, bakteri, protozoa, dan cacing.
Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah,
urin dan facesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak, dan
tungau). Hewan mengerat ini menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak
sedikit , merusak bahan pangan, bangunan, instalasi listrik, dokumen atau file,
peralatan kantor, mesin-mesin komputer, perlengkapan laboratorium dan lain –
lain, serta dapat menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit penting yang dapat
ditularkan ke manusia antara lain pes, salmonelosis, leptospirosis, murin
typhus. Ditinjau dari nilai estetika keberadaan tikus akan menggambarkan
lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan
serta adanya indikasi penatalaksanaan atau manajemen kebersihan lingkungan
yang kurang baik. Tikus adalah satwa liar yang seringkali berhubungan dengan
manusia. Hubungan tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus
mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering
menimbulkan gangguan bagi manusia dibidang kesehatan, pertanian,
peternakan dan rumah tangga.
2. Perkembangbiakan
Tikus mempunyai potensi berkembangbiak yang sangat besar. Seekor tikus
betina mampu melahirkan dengan rata-rata 10 ekor anak setiap kali beranak.
Tikus betina relatif cepat matang seksual (+1 bulan). Masa kebuntingan tikus
sekitar 21 hari dan mampu kawin lagi 24-28 jam setelah beranak. Pada masa
puncak perkembangbiakan, tikus betina sangat aktif dan dapat bunting lagi
pada kondisi anak masih dalam susuan. Tikus betina mampu mengasuh antara
2-3 generasidengan selisih umur antar generasi satu bulan. Masa menyusui
berlangsung 3-4 minggu dan menyapih anaknya setelah berumur satu bulan
Daerah dengan pola tanam teratur dan serempak, perkembangbiakan tikus
terkait erat dengan ketersediaan pakan baik kualitas maupun kuantitasnya.
1. Makanan
Tikus adalah pemakan segala (omnivora), oleh sebab itu mampu
mengkonsumsi segala jenis makanan yang ada di sekitarnya mulai dari jenis
padi-padian, ubi- ubian, kacangkacangan, bahkan dapat mengkonsumsi
serangga. Pada pakan beras kemampuan konsumsinya sekitar 10 gr/hari, ubi
jalar 23,6 gr/hari, ubi kayu 20,6 gr/hari, jagung pipil 8,2 gr/hari, kacang tanah
7,2 gr/hari sedang pada ikan teri 4,0 gr/hari. Apabila makan tersebut diberikan
secara bersamaan, maka perhatian makannya tertuju pada beras. 263 Sanitasi
Transportasi, Pariwisata dan Matra.
2. Tanda-tanda keberadaan tikus
Tanda –tanda bahwa ditempat tersebut ada tikus adalah:
1) Kotoran tikus (dropping) : Ratus – ratus diardii tersebar halus dan berbentuk
kumparan (spidle shape), Ratus norvegicus terkumpul besar-besar berbentuk
sosis.
2) Jalan tikus (Runways) : tikus suka mempergunakan jalan yang sama untuk
keluar dari sarangnya untuk mencari makan dan sebagainya. Karena badan
tikus bulunya kotor dan berlemak, maka akan terdapat bulu dan kotoran yang
menempel pada jalan tikus.
3) Bekas tapak kaki (Tracks) : bekas tapak kaki tikus dapat dilihat jelas pada
tempat -tempat yang berdebu atau lembek.
4) Bekas gigitan (Gnawing) : tikus menggigit untuk tiga keperluan yakni untuk
membuat jalan (lobang) menembus tempat makanan, untuk mengunyah atau
makan, dan sebagai binatang mengerat tikus harus selalu menggigit agar gigi
serinya tetap pendek.
5) Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti
dinding, lantai,perabotan dan lain-lain.
6) Bau, tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau
kencingnya.
7) Tikus hidup, tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.
8) Tikus mati, ditemukannya bangkai tikus baru maupun lama ditempat yang
diamati.
3. Success Trap
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun 2017 tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk
Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya yang dimaksud
dengan success trap adalah persentase tikus yang tertangkap oleh perangkap,
dihitung dengan cara jumlah tikus yang didapat dibagi dengan jumlah
perangkap dikalikan 100%.
F. Pengendalian Tikus
1. Pencegahan
Pada prinsipnya untuk pengawasan tikus yang paling baik di suatu tempat
adalah mencegah tikus agar tidak menyukai untuk tinggal di tempat tersebut.
Untuk mencegah tikus agar tikus tidak menyukai tinggal di tempat tersebut
dapat dilakukan upaya –upaya sebagai berikut:
1. Semua pintu masuk tempat penyimpanan makanan harus ditutup rapat dan
pintu dapat menutup sendiri dengan baik.
2. Semua sisa makanan, sampah harus dikelola dengan baik dan terbungkus
rapi agar tidak berceceran dimana-mana. Kemudian dibuang ketempat sampah
yang tertutup dengan baik.
3. Tidak memberi kemungkinan tikus dapat bersarang dan bersembunyi
didalam usaha jasa boga.
2. Penangkapan
Tikus Penangkapan tikus dilakukan dengan tujuan memberantas atau membuat
tikus tidak tinggal di tempat tersebut. Penangkapan tikus dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Menangkap tikus dengan menggunakan perangkap tikus dan memakai
umpan.
2. Menangkap tikus dengan menggunakan pelekat tikus.
3. Racun tikus yaitu dengan memberi makanan sebagai umpan yang telah
diberi atau dicampur dengan racun tikus. Harus diperhatikan bahwa racun tikus
tidak mencemari lingkungan, bahan makanan dan minuman.
3. Kegiatan Pengawasan
Dalam melakukan pengawasan terhadap tikus di transportasi, pariwisata dan
matra dapat mempergunakan formulir inspeksi sanitasi. Pada dasarnya yang
harus dilakukan pengawasan terhadap tikus adalah meliputi:
a. Kegiatan pengendalian tikus.
b. Mengamati tanda-tanda keberadaan tikus. (Sujarno:2018).

G Contoh Formulir Ceklist


1. Nama Bioskop :
2. Alamat :
3. Nama Pengelola :
4. Jumlah Karyawan :
5. Izin Usaha No :
6. Tanggal Pemeriksaan :

- Beri tanda √ pada kotak [ ] (kolom 4, dan lingkaran nilai (kolom 5) untuk
komponen penilaian yang sesuai.
- Skore (kolom 6) adalah bobot (kolom 3) dikalikan dengan nilai (kolom 5)
pada komponen penilaian yang sesuai (kolom 4)
- Setiap variable memiliki nilai maksimum 10 dan nilai minimum 0
NO VARIABEL UPAYA BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKORE
1 2 3 4 5 6
I PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN
A UMUM
1 Lokasi 3 [√] Terhindar dari pencemaran
lingkungan
[√] Tidak terletak didaerah banjir
2 Lingkungan/Halaman 3 [√] Bersih
[√ ] Tidak terdapat genangan air
[√ ] Air limbah mengalir dengan
lancar
B KONSTRUKSI UMUM
1 Lantai 3
[√] Bersih
[√] Bahan kuat, kedap air,
permukaan rata
[√] Tidak licin
[√] Tidak memungkinkan terjadi
genangan air
2 Dinding 2 [√] Bersih
[√] Berwarna terang
3 Atap 3 [√] Tidak bocor/kuat
[√] Tidak memungkinkan terjadinya
genangan air
4 Langit-langit 2 [√] Tinggi dari lantai min 2,5 m
[√] Kuat
[√] Berwarna terang
5 Pintu 3 [√] Kuat
[√] Dapat mencegah masuknya
serangga dan tikus
6 Pagar 2 [√] Kuat
[√] Terpelihara
II BAGIAN DALAM RUANG PERTUNJUKKAN
1 Kursi 7 [√] Kuat
[√] Lebar min 40 cm
[√] Sandaran kursi tidak tegak lurus
[√] Jarak kursi terdepan dengan layar
min 6 m
2 Gang/lalu lintas 3 [√] Lebar lalu lintas utama min 1,6 m
[√] Lebar lalu lintas keliling ruang
pertunjukkan min 50 cm
[√] Lalu lintas antara baris kursi
untuk jalan penonton ke tempat
duduknya min 40 cm
3 Pintu bahaya/darurat 5 [√] Lebar min 1,6 m tinggi 1,8 m dan

NO VARIABEL UPAYA BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKORE


1 2 3 4 5 6
I PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN
A UMUM
1 Lokasi 3 [√] Terhindar dari pencemaran
lingkungan
[√] Tidak terletak didaerah banjir
2 Lingkungan/Halaman 3 [√] Bersih
[√ ] Tidak terdapat genangan air
[√ ] Air limbah mengalir dengan
lancar
B KONSTRUKSI UMUM
1 Lantai 3
[√] Bersih
[√] Bahan kuat, kedap air,
permukaan rata
[√] Tidak licin
[√] Tidak memungkinkan terjadi
genangan air
2 Dinding 2 [√] Bersih
[√] Berwarna terang
3 Atap 3 [√] Tidak bocor/kuat
[√] Tidak memungkinkan terjadinya
genangan air
4 Langit-langit 2 [√] Tinggi dari lantai min 2,5 m
[√] Kuat
[√] Berwarna terang
5 Pintu 3 [√] Kuat
[√] Dapat mencegah masuknya
serangga dan tikus
6 Pagar 2 [√] Kuat
[√] Terpelihara
II BAGIAN DALAM RUANG PERTUNJUKKAN
1 Kursi 7 [√] Kuat
[√] Lebar min 40 cm
[√] Sandaran kursi tidak tegak lurus
[√] Jarak kursi terdepan dengan layar
min 6 m
2 Gang/lalu lintas 3 [√] Lebar lalu lintas utama min 1,6 m
[√] Lebar lalu lintas keliling ruang
pertunjukkan min 50 cm
[√] Lalu lintas antara baris kursi
untuk jalan penonton ke tempat
duduknya min 40 cm
3 Pintu bahaya/darurat 5 [√] Lebar min 1,6 m tinggi 1,8 m dan

dapat membuka keluar


[√] Letak pinti bahaya sebalah kanan
dan kiri
[√] Terdapat lampu merah dengan
tulisan “Pintu Darurat”
4 Ventilasi 7 [√] Terdapat perlengkapan untuk
mengatur sirkulasi udara
[√] Kondisi udara terasa nyaman dan
tidak panas
5 Pencahayaan 5 [√] Sistim pencahyaan tidak
menimbulkan kesilauan
[√] Tersedia penerangan untuk
pembersihan
[√] Kuat penerangan pada setiap
tangga 3 fc
6 Proyektor 7 [√] Tidak bergetar
[√] Gambar terlihat jelas
[√] Pertukaran udara pada ruang
proyektor baik
7 Layar 4 [√] Berwarna putih dengan pinggiran
berwarna gelap
[√] Tinggi dasar layar sejajar dengan
pemandangan pada kursi terdepan

8 Sistim suara 4 [√] Baik dan jelas


[√] Tidak terlalu keras
[√] Tidak bergema
III FASILITAS SANITASI
1 Jamban 7 [√] Bersih dan terpelihara
[√] Jumlah jamban min 1 buah untuk
60 kursi
[√] Jamban pria dan wanita terpisah
[√] Tersedia air besih yang cukup
[√] Terdapat air bersih
2 Peturasan 7 [ ] Tersedia air besih yang cukup
[ ] Bersih, tidak berbau dan
terpelihara
[ ] Jumlah peturasan min 1 buah
untuk 80 kursi
3 Tempat Sampah 6 [√] Tersedia tempat sampah dengan
jumlah yang cukup
[√] Permukaan bagian dalam harus
dilengkapi dengan penutup
4 Pembuangan air limbah 8 [√] Saluran air limbah dengan sistim
tertutup, kedap air
[√] Air limbah mengalir dengan lancar

[√] Dihubungkan dengan riol kota atau


diolah dalam SPAL
IV LAIN-LAIN
1 Kotak P3K 4 [ ] Tersedia min 1 kotak P3K yang
berisi obat-obatan
2 Pemadam Kebakaran 5 [√] Tersedia alat pemadam kebakaran
yang berfungsi baik dan mudah
dijangkau
[√] Terdapat penjelasan tentang cara
penggunaannya
JUMLAH 100 TOTAL SKORE
Santoso, Imam. Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Gosyen Publishing,
Yogyakarta. 2015

Mengetahui Palembang, 1 juli 2023


Penanggung Jawab Bioskop Petugas / Pemeriksa

(…………….. ) ( ……………..)

Petunjuk Pengisiam Formulir


1) Komponen yang dinilai (kolom 4)
Apabila kenyataan yang ada tidak memenuhi persyaratan sebagaimana ]
tercantum pada komponen yang dinilai, maka nilainya adalah 0 (nol), ]
sebaliknya apabila memenuhi persyaratan maka nilainya adalah sebesar nilai
yang tercantum pada kolom 5.
2) Variable upaya (kolom 2)
Setiap bagian atau kegiatan dari variable upaya memiliki nilai antara (nol) sampai
dengan 100.
3) Skore (kolom 6)
Skore adalah perkalian antara bobot (kolom 3) dengan nilai yang diperoleh
(kolom 5)
DAFTAR PUSTAKA

AKL, Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU), Akademi Kesehatan Lingkungan,
Palembang, 2012.
____, Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU), Akademi Kesehatan Lingkungan,
Palembang, 2007.
Arifin, Munif, Dasar Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bioskop adalah Kep. Menkes
288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Saran dan Bangunan Umum,
Jakarta, 2009.
Baroroh, Azzumrotul. Laporan Sanitasi Bioskop. 2015. Diakses dari
https://id.scribd.com/doc/269929621/Laporan-Sanitasi-Bioskop-Kel-8 Pada 17 Maret
2023
Depkes RI, Sanitasi Tempat-Tempat Umum, Akademi Kesehatan Lingkungan. Jakarta.
2003.
Direktorat Jenderal PPM & PLP Depkes, Buku Petunjuk Pengawasan Sanitasi TempatTempat
Umum, Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman Direktorat Jenderal PPM &
PLP departemen kesehatan RI, Jakarta, 1985.
Mala, Kristoni, Sanitasi Bioskop, 2023, http://kristonimala.wordpress.com/ Diakses pada
Tanggal 18 Maret 2023.
Puspawati, Catur dkk., Kesehatan Lingkungan : Teori dan Aplikasi. Jakarta:EGC 2019.
Santoso, Imam. Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Gosyen Publishing, Yogyakarta. 2015
TOPIK 9
RESTORAN DAN RUMAH MAKAN

A Pendahuluan
Sanitasi yang baik merupakan aspek penting dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan di tempat-tempat umum, terutama restoran dan rumah makan. Dalam konteks
ini, sanitasi merujuk pada serangkaian langkah-langkah yang dilakukan untuk
memastikan bahwa lingkungan, peralatan, bahan makanan, serta praktik pelayanan di
tempat-tempat tersebut tetap bersih dan aman.
Tujuan utama dari sanitasi adalah melindungi kesehatan pelanggan dengan
mengurangi risiko penularan penyakit melalui kontaminasi mikroba patogen seperti
bakteri, virus, atau parasit. Oleh karena itu, pemilik restoran dan rumah makan memiliki
tanggung jawab besar dalam menjaga standar sanitasi yang tinggi guna memberikan
pengalaman kuliner yang aman bagi para pelanggan mereka.

B Definisi sanitasi restoran dan rumah makan


Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian
atau seluruh bangunan yang permanen di lengkapi dengan peralatan dan perlengkapan
untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan
minuman bagi umum di tempat usahanya. (Kepmenkes RI, 2003).
Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang Iingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya
(Kepmenkes RI, 2003).
Menurut Permenkes No. 69 Tahun 2013 tentang Tempat Penyedia Makanan dan
Minuman, restoran didefinisikan sebagai usaha yang menyediakan makanan dan
minuman untuk dikonsumsi di tempat tersebut. Restoran juga dapat meliputi penyediaan
layanan pengiriman atau bawa pulang. Dalam peraturan ini, terdapat beberapa
klasifikasi restoran berdasarkan kapasitas tempat duduk dan jenis makanannya.
Restoran dibagi menjadi tiga kategori utama:
1. Restoran Kelas A: Merupakan restoran dengan kapasitas tempat duduk lebih dari
100 orang serta menyajikan makanan prasmanan (buffet) atau ala carte.
2. Restoran Kelas B: Merupakan restoran dengan kapasitas tempat duduk antara 51
hingga 100 orang serta menyajikan makanan prasmanan (buffet) atau ala carte.
3. Restoran Kelas C: Merupakan restoran dengan kapasitas tempat duduk kurang dari
50 orang serta hanya menyajikan makanan ala carte.

C Pengawasan kualitas air di restoran


Menurut Kementerian Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 Tentang Pesyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran, tercantum bahwa persyaratan kualitas
dan kuantitas air bersih pada rumah makan dan restoran harus sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang masih berlaku dan jumlahnya
cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia setiap tempat - tempat kegiatan.
Air Untuk Keperluan Hygiene Sanitasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Hygiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus Per Aqua, dan pemandian umum, dalam Permenkes RI persyaratan
kualitas air bersih ialah sebagai berikut :
Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan untuk Media Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna CTU 50
3. Zat Padat Terlarut mg/l 1000
(Total Dissolved Solid)
4. Suhu °C Suhu udara ±3
5. Rasa Tidak berasa
6. Bau Tidak berbau

Tabel 5. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu


Kesehatan Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi
No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
1. Total Coliform CFU/100ml 50
2. E. Coli CFU/100ml 0
Tabel 6. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
Wajib
1. Ph mg/l 6,5 – 8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan (Ca ) mg/l 500
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrir, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida lotal mg/l 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Kadmium mg/l 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15
7. Sulfat mg/l 400
8. Timbal mg/l 0,05
9. Benzene mg/l 0,01
10. Zat organik ( ) mg/l 10

D Pengawasan kualitas limbah cair di restoran dan rumah makan

Menurut Subagyo (2015) Saluran untuk air limbah berupa air bekas cucian dari
dapur, W.C. dan dari kamar mandi, harus diatur sedemikian rupa sehingga:
a. Semua jenis air limbah ini dapat dicurahkan dan disalurkan dalam saluran induk
air limbah dari Kotamadya.
b. Bila tidak disambung dengan riool maka perlu restoran tersebut membuat
instalasi sendiri berupa septictank.
c. Kotoran dari W.C. dan kamar mandi bagi restoran sama sekali dilarang untuk
dibuang melalui saluran terbuka.
d. Air kotor bekas cucian dari dapur sedapat-dapatnya dibuang melalui saluran
tertutup, tetapi untuk ini dapat pula melalui saluran terbuka dengan syarat:
1) Cukup terdapat banyak air yang dapat menghanyutkan sisa-sisa makanan
lain sampai ke tempat pembuangan.
2) Senantiasa (setiap selesai hari kerja) dibersihkan.
3) Tidak timbul penggenangan air kotor di halaman.
4) Tidak menyebabkan lembabnya tanah di sekeliling restoran.

E Pengawasan kualitas makanan dan minuman di restoran dan rumah makan

Menurut Santoso(2015) ,Bagian yang khusus mendapat pengawasan dan perhatian


ialah meliputi bahan:
a. Daging sapi, kerbau, unggas
Untuk pemeriksaan daging, diperlukan 3 hal yaitu:
1) Warna
Warna daging tergantung dari hewannya, keadaan tempat pemotongan ,
dan bagian-bagian darimana daging tersebut diambil umum. Contohnya,
daging sapi warnanya lain dengan daging kerbau dalam serat-serat atau
jaringannya pun lain pula.
2) Bau
Daging yang masih baik adalah daging yang tidak berbau, dan hanya
memiliki bau yang khusus dari macam dagingnya saja. Daging kambing
mempunyai bau dimana lain-lain daging tidak mempunyainya. Bau- bauan
yang abnormal disebabkan karena:
a) Pisau pemotong/lain-lain alat yang dipakai atau yang digunakan kotor.
b) Kurang bersihnya tempat penyimpanan.

c) Penyayatan yang salah. Cara mengenal pembusukan:


a) Karena bau yang abnormal.
b) Bau busuk yang keluar dari sekitar sendi-sendi tulang.
c) Cara memeriksa dengan ―steel treir‖ yang dimasukkan dalam
daging sampai tulang.
d) Daging busuk punya permukaan yang berlendir dan Mengkilat.
e) Daging yang busuk ditempati oleh serangga-serangga.
3) Consistensi
Daging yang baik adalah sebagai berikut:
a) Tegang lembek tetapi elastis.
b) Bila ditekan terasa kenyal dan dapat kembali ke keadaan semula
(berdenyut).
c) Jaringan nampak turgescent.
d) Bila dipegang dengan jari agak basah kering.
e) Bila disayat bagian dalamnya sama dengan bagian luarnya.

Untuk memeriksa konsistensi daging dalam praktik maka perlu


sekelompok daging itu disayat dan dilihat bagian dalamnya, sebab banyak
sekali pemalsuan dengan menghilangkan bagian yang busuk dengan larutan
cuka-cuka, sedangkan warnanya dapat dipalsukan dengan zat pewarna.
Daging unggas: Yang dimaksud dengan daging unggas (poultry) ialah
sebangsa ayam-ayaman seperti; ayam, bebek, angsa, kalkun, dan lain-lain.
Yang dipelihara, dipotong, dimakan. Cara pemeriksaan sama dengan daging-
daging lain.

b. Telur
Telur yang utuh dan dalam keadaan baik umumnya tidak membusuk karena
diliputi oleh selaput keras. Telur yang diterima pecah-pecah, retakretak, harus
dilarang untuk dimasak dan diberikan kepada tamu-tamu. Hal-hal yang harus
diperhatikan dari telur ialah:
1) Kebersihannya
Yang dimaksud ialah setelah telur itu dibeli harus disimpan dalam
keadaan bersih dan bila akan dipakai sebelum dipecah harus disikat dan
dicuci untuk menghindarkan kontaminasi yang masuk ke dalamnya melalui
kulit telur.
2) Kesegarannya
Telur yang segar dapat dilihat dari kulit telur yang berwarna jernih dan
jelas kelihatan pori-pori kulitnya. Dalam keadaan meragukan dapat dipecah
dan dilihat bagian dalamnya.
3) Busuk tidaknya telur
Umumnya bila kulit telur itu retak-retak, pecah-pecah, maka dapat diduga
menyebabkan terjadinya pembusukan/sedang dalam proses pembusukan.
Oleh karena itu restoran dilarang memasak telur yang telah berada dalam
keadaan semacam itu untuk menghidangkan pada tamu. Busuk tidaknya telur
dapat dilihat bagian dalamnya setelah pecah, telur yang busuk dilarang
dipakai.

c. Ikan dan lain-lain.


Makanan dari laut Semua ikan dan semua bahan makanan yang diambil dari
laut harus senantiasa mendapat perhatian mulai dari tempat-tempat pengambilan
dari dalam air sampai di meja untuk dimakan. Sebab jenis bahan makanan ini cepat
membusuk. Untuk itu maka perhatian harus ditujukan pada cara mengangkutnya,
cara menyimpannya, cara mengolahnya.

d. Hasil pemerahan (susu, keju dan lain-lain. Bahan dari susu) Yang termasuk dari
hasil pemerahan ialah susu dan lain-lain. Bahan makanan yang terbuat dari susu,
misalnya : mentega dan keju. Susu ini mengambil peranan yang penting sekali
dipandang dari sudut kesehatan.

e. Makanan dari kaleng


Banyak sekali restoran yang menggunakan makanan dalam kaleng, untuk itu
yang penting untuk diperiksa dan diperhatikan adalah :
1) Adanya kaleng-kaleng yang bocor (leaker)
Kaleng bocor memudahkan pembusukan yang mana mengganggu
kesehatan masyarakat. Sebab-sebab bocor: Dalam proses pengawetan makanan
dalam kaleng adalah dengan membuat kaleng-kaleng itu hampa udara (vacum).
Kebocoran terjadi (meskipun sedikit) karena kalengnya berkarat dan lain-lain.
Tetapi sedikit demi sedikit udara dapat masuk dan mempercepat pembusukan,
akhirnya makanan dalam kaleng tersebut tidak dapat dimakan (bahaya
keracunan).
2) Kaleng yang tutupnya lepas (springer) :
Kaleng yang rusak dan tutupnya lepas akibat kaleng menggelembung.
Keadaan ini dapat terjadi karena berbagai hal diantaranya :
a) Karena ada organisme yang mengeluarkan gas dan pada saat
mempasteurisis/mengawetkan bahan makanan gas yang terjadi mendesak
kaleng ke berbagai jurusan dan dapat mengakibatkan tutupnya lepas.
b) Karena patri yang dipergunakan untuk menutup kaleng kurang kuat.

3) Kaleng yang menggelembung (sweller) :


Kaleng yang menggelembung umumnya disebabkan karena hal-hal yang
sama seperti springer. Hanya perbedaannya tidak sampai lepas tutupnya dan
penggelembungan terutama terlihat pada tutup bagian tengah. Catatan : ketiga
kejadian ini dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit.

f. Minuman yang ber CO2


Limun-limun dan lain-lain yang mengandung CO2 harus memenuhi syarat-
syarat dalam daftar persyaratan untuk kualitas makanan dan minuman. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi:
1) Zat warna
2) Zat pengawet
3) Zat antioksidasi
4) Bahan pemanis
5) Kadar alcohol dalam minuman keras.

Cara Menyimpan Makanan, harus diperhatikan:


a. Dalam suatu tempat/gudang harus khusus dan bersih
b. Diatur dan disusun dengan baik-baik hingga:
1) Mudah cara mengambil
2) Tak memberi kesempatan untuk bersarang tikus
3) Rapat alat-alat dan rapat tikus
4) Bahan makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan dalam lemari
es
5) Tak diperbolehkan pipa-pipa pembuangan air kotor melalui tempat- tempat
penyimpanan/gudang.

Cara pengolahan ialah hal-hal yang ditujukan pada:

a. Tempat pengolahan
1) Dalam dapur yang bersih dan sehat
2) Harus digunakan air yang memenuhi syarat-syarat air minum
3) Kebersihan alat-alat yang dipakai harus diperhatikan
4) Harus ada saluran pipa air kotor untuk memenuhi syarat- syarat kesehatan
5) Harus ada tempat sampah
6) Harus ada ventilasi yang cukup untuk mengeluarkan asap dengan cepat/baik.
7) Harus ada wastafel
8) Dapat digunakan kain lap. Untuk kebersihan alat-alat dengan syarat:
a) Khusus digunakan untuk keperluan itu
b) Harus selalu dalam keadaan bersih (setiap selesai hari kerja harus dicuci)
b. Tenaga yang mengolah
Yang dimaksud tenaga pemasak/pengolah adalah:
1) Orang-orang yang mengolah
2) Orang-orang yang memegang dan mempersiapkan dan menghidangkan ialah
orang yang langsung berhubungan dengan makanan Hal-hal yang harus
diperhatikan:
a) Tidak memiliki penyakit menular
b) Tidak berpenyakit kulit
c) Bukan Carrier

c. Cara mengolahnya
Yang dimaksud dengan cara pengolahan ialah tidak hanya ditujukan pada cara
teknik memasaknya supaya enak dan lain-lain, tetapi perhatian harus ditujukan
pada :
1) Kebersihan perorangan dari petugas-petugas yang mengolah (pakaian, kuku,
tangan, dan sebagainya)
2) Kebersihan alat-alat yang digunakan, kebersihan tempat- tempat fasilitas untuk
kerja (meja, papan, pemotong daging dan lain-lain)
Cara Pengangkutan Makanan yang Masak :
Makanan yang diangkut ke tempat penyimpanan makanan masuk dan tempat untuk
dimakan sebagai berikut:
a. Jaga kebersihan jangan sampai kena debu dan lain-lain, kotoran, bebas dari
lalat/serangga lainnya.
b. Jaga kebersihan alat-alat yang dipakai.
c. Jaga kebersihan tenaga yang melayani.

Cara Menyimpan Makanan yang Telah Siap :


a. Bebas dari debu, kotoran dan lain-lain
b. Bebas dari lalat, serangga, tikus
c. Tempat penyimpanan harus mempunyai ventilasi yang cukup
d. Alat-alat yang dipakai untuk menyimpan dan fasilitasnya (lemari dan lain-
lain) harus dalam keadaan bersih
e. Semua makanan yang mudah dan cepat membusuk perlu dimasukkan dalam
lemari es seperti : buah-buahan, selai, susu, dan lainnya.

Cara Menyajikan :
Untuk menyajikan makanan yang dimaksud adalah tidak hanya asal saja
mengeluarkan makanan dengan cepat, tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Harus ada pengertian cara-cara menyajikan adalah:
1) Menjaga kesopanan
2) Kebersihan badan dan pakaian
3) Teknik membawa dan menyimpan.
b. Pelayanan yang cepat
c. Tempat-tempat penyajian/perabotan-perabotan dalam ruangan makanan dalam
keadaan bersih.

F Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran


Menurut Kementerian Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 Tentang Pesyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran. Persyaratan hygiene sanitasi rumah
makan dan restoran sebagai berikut:
1. Persyaratan Lokasi Dan Bangunan
1. Lokasi
Rumah makan dan restoran terletak pada lokasi yang terhindar dari
pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu, asap, serangga dan tikus.
2. Bangunan
a. Umum
1). Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2). Terpisah dengan tempat tinggal.
b. Tata ruang
1). Pembagian ruang minimal terdiri dari dapur, gudang, ruang makan, toilet,
ruang karyawan dan ruang administrasi.
2). Setiap ruangan mempunyai batas dinding serta ruangan satu dan lainnya
dihubungkan dengan pintu.
3). Ruangan harus ditata sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan
arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta
barang-barang lainnya yang dapat mencemari terhadap makanan.
c. Konstruksi
1). Lantai :
a). Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
b). Pertemuan lantai dengan dinding harus conus atau tidak boleh
membuat sudut mati
2) Dinding
a). Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, mudah dibersihkan.
b). Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.
c). Permukaan dinding yang terkena percikan air harus dibuat kedap air
atau dilapisi dengan bahan kedap air dan mudah dibersihkan seperti
porselen dan sejenisnya setinggi 2 (dua) meter dari lantai
3). Ventilasi
a). Ventilasi alam harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Cukup menjamin peredaran udara dengan baik.
 Dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan.
b). Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi
persyaratan.
4). Pencahayaan :
a). Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan
pembersihan ruang.
b). Di setiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan
dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10 foot
candle.
c). Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata
sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan yang nyata.
5). Atap
Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga
lainnya.
6). Langit-langit :
a). Permukaan rata, berwarna terang serta mudah dibersihkan.
b). Tidak terdapat lubang-lubang.
c). Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 meter.
7). Pintu
a). Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
b). Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar
c). Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam
d). Jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.

G Persyaratan Fasilitas Sanitasi


Menurut Kementerian Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 Tentang Pesyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran. Persyaratan fasilitas sanitasi rumah
makan dan restoran sebagai berikut:

1. Air Bersih
a. Harus sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
yang berlaku
b. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada
setiap tempat kegiatan.
2. Air Limbah
a. Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,
tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya memakai saluran tertutup,
septic tank dan riot.
b. Sistem perpipaan pada bangunan bertingkat harus memenuhi persyaratan
menurut Pedoman Plumbing Indonesia.
c. Saluran air limbah dari dapur harus dilengkapi perangkap lemak (grease trap).
3. Toilet
a. Letak tidak berhubungan langsung (terpisah) dengan dapur, ruang persiapan
makanan, ruang tamu dan gudang makanan.
b. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan bak air.
c. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria.
d. Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet untuk pengunjung.
e. Toilet dibersihkan dengan detergent dan alat pengering.
f. Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok serta sabun.
g. Luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan.
h. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kelandaiannya/
kemiringannya cukup.
i. Ventilasi dan penerangan baik.
j. Air limbah dibuang ke septic tank, roil atau lubang peresapan yang tidak
mencemari air tanah.
k. Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air.
I. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan
saluran pembuangan.
m. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup.
n. Peturasan dilengkapi dengan air mengalir.
o. Jamban harus dibuat dengan type leher angsa dan dilengkapi dengan air
penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue).
p. Jumlah toilet untuk pengunjung pria dan wanita sebagai berikut:
Jumlah Luas bangunan Wanita Pria Ket.
tempat duduk 2
(m ) WC Bak cuci WC Bak cuci
-150 -250 1 1 1 1
151 - 350 251 - 500 2 2 2 2
351 - 950 501 - 750 4 2 2 2
951 - 1500 751 - 1000 4 2 3 3
Tiap tambah - 1 1 1 1
1000 orang
ditambah
q. Jumlah toilet untuk tenaga kerja sebagai berikut :
Wanita Pria Wanita Pria
WC Bak cuci WC Bak cuci Peturasan
+ 20 1 – 25 1 1 1 2 2
21 – 40 26 – 50 2 2 2 3 3
41 – 70 51 – 100 3 3 3 5 5
71 – 100 - 4 4 - - -
- Setiap - - 1 2 1
Penambahan
50 - 100
101 - 140 - 5 5 - - -
141 – 180
Setiap
penambahan - 1 1 - - -
40 - 100
r. Diberi tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci
tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.

4. Tempat Sampah
a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.
Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa
bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk.
b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah
yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
c. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan
restoran.
e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga, tikus
atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah.

5. Tempat Cuci Tangan


a. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan kapasitas tempat
duduk sebagai berikut :
Kapasitas tempat duduk Jumlah tempat cuci tangan (buah)
1- 60 orang 1
61- 120 orang 2
121- 200 orang 3
Setiap penambahan 150 orang ditambah 1
buah
Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat pengering.
b. Apabila tidak tersedia fasilitas seperti butir (1) di atas dapat disediakan :
 Sapu tangan kertas (tissue) yang mengandung alkohol 70%
 Lap basah dengan suhu 43,3°C
 Air hangat dengan suhu 43,3°C
c. Tersedia tempat cuci tangan khusus untuk karyawan dengan kelengkapan
seperti tempat cuci tangan pada butir (1) yang jumlahnya disesuaikan dengan
banyaknya karyawan sebagai berikut :
1 sampai 10 orang,. 1 buah; dengan penambahan 1 (satu) buah untuk setiap
penambahan 10 orang atau kurang
d. Fasilitas cuci tangan di tempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai
oleh tamu atau karyawan.
e. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak
penampungan yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnya
dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
6. Tempat mencuci Peralatan
a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
b. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dengan suhu
40°C - 80°C dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2).
c. Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air
limbah.
d. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 (tiga) bilik/bak pencuci yaitu
untuk mengguyur, menyabun dan membilas.
7. Tempat Pencuci Bahan Makanan
a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan:
b. Bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang mengandung
larutan Kalium Permanganat 0,02%.
c. Tempat pencucian dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.,
8. Fasilitas Penyimpanan Pakaian (Locker) Karyawan
a. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat.
b. Jumlah locker disesuaikan dengan jumlah karyawan.
c. Locker ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan gudang.
d. Locker untuk pria dan wanita dibuat terpisah.

9. Peralatan Pencegahan Masuknya Serangga dan Tikus


a. Tempat penyimpanan air bersih harus tertutup sehingga dapat menahan
masuknya tikus dan serangga termasuk juga nyamuk aedes Aegypti serta
Albopictos.
b. Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah
masuknya serangga (kawat kassa berukuran 32 mata per inchi) dan tikus
(teralis dengan jarak 2 cm).
c. Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat sehingga tidak dapat
dimasuki serangga.
H Persyaratan Dapur, Ruang Makan Dan Gudang Makanan
Menurut Kementerian Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 Tentang Pesyaratan
Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran. Persyaratan Dapur, Ruang Makan
Dan Gudang Makanan sebagai berikut:

1. Dapur
a. Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas
bangunan.
b. Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air
limbah.
c. Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur,
permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
d. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun bau-
bauan/exhauster yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai dan
kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.
e. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap
asap, cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.
f. Semua tungku terletak di bawah sungkup asap (hood).
g. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan
pintu bagian luar membuka ke arah luar.
h. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya
serangga yang dapat menutup sendiri.
i. Ruangan dapur terdiri dari :
1). Tempat pencucian peralatan
2). Tempat penyimpanan bahan makanan
3). Tempat pengolahan
4). Tempat persiapan
5). Tempat administrasi
j. Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle (fc)
k. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin
kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu.
l. Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
m. Udara di dapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5
juta/gram.
n. Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas penyimpanan
dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi dan terpelihara
dengan baik.
o. Harus dipasang tulisan "Cucilah tangan anda sebelum menjamah makanan
dan peralatan" di tempat yang mudah dilihat.
p. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir
kamar mandi dan tempat tinggal.

2. Ruang Makan
a. Setiap kursi tersedia ruangan minimal 0,85 m2.

b. Pintu yang berhubungan dengan halaman dibuat rangkap, pintu bagian luar
membuka ke arah luar.
c. Meja, kursi dan taplak meja harus dalam keadaan bersih.
d. Tempat untuk menyediakan/peragaan makanan jadi harus dibuat fasilitas
khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan.
e. Rumah makan dan restoran yang tidak mempunyai dinding harus terhindar
dari pencemaran.
f. Tidak boleh mengandung gas-gas beracun sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
g. Tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.
h. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir,
kamar mandi dan tempat tinggal.
i. Harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
j. Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih, warna terang
k. Perlengkapan set kursi harus bersih
I. Perlengkapan set kursi tidak boleh mengandung kutu busuk/kepinding dan
serangga pengganggu lainnya.

3. Gudang Bahan Makanan


a. Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran gudang.
b. Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain
makanan.
c. Pencahayaan gudang minimal 4 foot candle pada bidang setinggi lutut.
d. Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan makanan.
e. Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara.
f. Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus.

I Persyaratan Pengolahan Makanan


1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung
dari kontak Iangsung dengan tubuh.
2. Perlindungan kontak Iangsung dengan makanan jadi dilakukan dengan :
a. Sarung tangan plastik.
b. Penjepit makanan.
c. Sendok garpu dan sejenisnya.
3. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai :
a. Celemek/apron.
b. Tutup rambut.
c. Sepatu dapur.
d. Berperilaku :
1). Tidak merokok.
2). Tidak makan atau mengunyah.
3). Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias.
4). Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk
keperluannya.
5). Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari
kamar kecil.
6). Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.
7). Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di
luar tempat rumah makan atau restoran.
4. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat vaksinasi chotypa dan
buku kesehatan yang berlaku.

J Persyaratan Peralatan
Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat
beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan antara lain :
a. Timah (Pb)
b. Arsenikum (As)
c. Tembaga (Cu)
d. Seng (Zn)
e. Cadmium (Cd)
f. Antimony (Sb)

1. Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan pencemaran


terhadap makanan.
2. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau tidak
ada sudut mati, rata, halus dan mudah dibersihkan.
3. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
4. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak
boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas dan tidak boleh
mengandung E. coli per cm2 permukaan alat.
5. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/detergent air dingin, air
panas sampai bersih.
b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau iodophor
12,5 ppm, air panas 80°C, dilap dengan kain.
6. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan :
Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat
sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin
dan tidak boleh dilap dengan kain.
7. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam
keadaan kering dan bersih.
b. Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.
c. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.
d. Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya.
e. Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber
pengotoran/kontaminasi dan binatang perusak.

K Instrumen Pengawasan Di Restoran Dan Rumah Makan

Instrumen pengawasan menggunakan lembar checklist pengawasan terhadap


penyelenggaraan lingkungan kesehatan rumah sakit dikutip dari DEPKES RI NO. 1098
TAHUN 2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.
Pemeriksaan Kelaikan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan Dan Restoran

1. Nama rumah makan/restoran : …………………………..


2. Alamat : …………………………..
3. NamaPengusaha/penanggungjawab : …………………………….
4. Jumlah karyawan : …………………………….
5. Jumlah penjamah makanan : …………………………….
6. Nomor izin usaha : ………………………….
7. Nama pemeriksa : ………………………….
Cara pengisian :
a. Kolom 3, beri tanda lingkaran O pada salah satu nilai yang paling sesuai
dengan petunjuk dan penilaian RM.
b. Kolom 4, adalah hasil perkalian kolom 2 dengan nilai yang dipilih pada kolom 3.
c. Nilai 0, adalah wujud fisik sarana tidak ada.
d. Batas skore tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal 700.

Variabe Bobot Nilai Skore


l
1 2 3 4
A. Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi 2 4, 6, 10
2. Bangunan 2 2, 4, 6, 8, 10
3. Pembagian ruang 1 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
4. Lantai 0,5 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
5. Dinding 0,5 0, 4, 6, 7, 10
6. Ventilasi 1 2, 3, 5, 7, 8, 10
7. Pencahayaan/penerangan 1 2, 3, 5, 7, 8, 10
8. Atap 0,5 2, 3, 5, 7, 8, 10
9. Langit-langit 0,5 0, 2, 4, 6, 8, 10
10.Pintu 1 0, 3, 4, 6, 7, 10
B. Fasilitas Sanitasi
11. Air bersih 3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
12. Pembuangan air limbah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
13. Toilet 1 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
14. Tempat sampah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
15. Tempat cuci tangan 2 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
16. Tempat mencuci peralatan 1 0, 2, 4, 6, 8, 10
17. Tempat mencuci bahan makanan 1 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10
18. Locker karyawan 1 0, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10
19.Peralatan pencegah 2 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
masuknya
serangga dan tikus
C. Dapur, Ruang Makan dan
Gudang Bahan Makanan
20. Dapur 7 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
21. Ruang makan 5 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
22. Gudang bahan makanan 3 0, 2, 4, 6, 8, 10
D. Bahan Makanan dan Makanan
Jadi
23. Bahan makanan 5 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
24. Makanan Jadi 6 3, 4, 6, 7, 10
E. Pengolahan Makanan
25. Proses pengolahan 5 2, 3, 5, 7, 8, 10
F. Tempat Penyimpanan
Bahan Makanan dan Makanan
Jadi
26. Penyimpanan bahan makanan 4 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
27. Penyimpanan makanan 5 4, 6, 10
G. Penyajian Makanan
28. Cara penyajian 5 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
H. Peralatan
29. Ketentuan peralatan 15 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
I. Tenaga Kerja
30. Pengetahuan/sertifikat 4 0, 2, 4, 6, 8, 10
Hygiene
sanitasi makanan
31. Pakaian kerja 2 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
32. Pemeriksaan kesehatan 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
33. Personal hygiene 7 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10

…………….,
……………………
200………

Mengetahui Pemeriksa
Pengusaha/Penanggung Jawab Rumah ……………………….
Makan/Restoran

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR RM.2


1. Untuk tiap variabel yang diperiksa, diberikan nilai sesuai dengan keadaan
kualitas variabel.
2. Nilai setiap variabel ditunjukkan dengan memberikan tanda lingkaran pada salah
satu angka kolom nilai yang paling sesuai menurut hasil pengamatan pemeriksa.
3. Angka nilai yang paling sesuai merupakan hasil penjumlahan nilai dari
beberapa komponen yang memenuhi syarat.
Contoh :

No. Variabel Bobot Nilai Skore


2. Bangunan 2 2, 4, 6, 8, 10 16

Untuk variabel nomor 2 yaitu : bangunan dengan angka nilai ialah = 2, 4, 6, 8,


10. Angka nilai 8 adalah yang paling sesuai. Angka ini merupakan penjumlahan
komponen a, b, dan c yang terdapat pada kolom nilai yang memenuhi syarat.

4. Skore diperoleh dengan cara : bobot x nilai. Sebagaimana contoh di atas, maka
skor bangunan : 2 x 8 = 16 Skore seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.

5. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah bila jumlah skor
seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.

6. Uraian detail setiap variabel

No Variabe Komponen yang dinilai Besar


l Nilai
1 2 3 4
A. Lokasi & bangunan
1. Lokasi a. Tidak berada pada arah angin dan sumber 6
pencemaran debu, asap, bau dan cemaran
Iainnya.
b. Tidak berada pada jarak < 100 meter dari 4
sumber pencemaran debu, asap, bau dan
cemaran lainnya.
2. Bangunan a. Terpisah dengan tempat tinggal termasuk 4
tempat tidur. 2
b. Kokoh / kuat / permanen.
c. Rapat serangga 2
d. Rapat tikus 2
3. Pembagian ruang a. Terdiri dari dapur dan ruang makanan. 4
b. Ada toilet/jamban 2
c. Ada gudang bahan makanan 1
d. Ada ruang karyawan 1
e. Ada ruang administrasi 1
f. Ada gudang peralatan 1
4. Lantai a. Bersih 4
b. Kedap air 2
c. Tidak licin 1
d. Rata 1
e. Kering 1
f. Konus 1
5. Dinding a. Kedap air 4
b. Rata 3
c. Bersih 3
Ventilasi a. Tersedia dan berfungsi baik 5
b. Menghilangkan bau tak enak 3
c. Cukup menjamin rasa nyaman 2
7. Pencahayaan/penerangan a. Tersebar merata di setiap ruangan 5
b. Intensitas cahaya 10 fc 3
c. Tidak menyilaukan 2
8. Atap a. Tidak menjadi sarang tikus dan serangga 5
b. Tidak bocor 3
C. Cukup landai 2
9. Langit-langit a. Tinggi minimal 2,4 meter 4
b. Rata dan bersih 4
c. Tidak terdapat lubang-lubang 2
10. Pintu a. Rapat serangga dan tikus 4
b. Menutup dengan baik dan membuka arah luar 3
c. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah 3
dibersihkan
B. Fasilitas sanitasi 5
11. Air bersih a. Jumlah mencukupi 2
b. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak
berwama 2
c. Angka kuman tidak melebihi nilai ambang
batas. 1
d. Kadar bahan kimia tidak melebihi nilai
ambang batas.
12. Pembuangan a. Air limbah mengalir dengan lancar. 3
b. Terdapat grease trap. 3
c. Saluran kedap air. 2
d. Saluran tertutup 2

13. Toilet a. Bersih 3


b. Letaknya tidak berhubungan Iangsung 2
dengan dapur atau ruang makan 2
c. Tersedia air bersih yang cukup 2
d. Tersedia sabun dan alat pengering 1
e. Toilet untuk pria terpisah dengan wanita
14. Tempat sampah a. Sampah diangkut tiap 24 jam 4
b. Di setiap ruang penghasil sampah 3
tersedia tempat sampah.
c. Dibuat dari bahan kedap air dan 2
mempunyai tutup
d. Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1
seorang petugas sampah
15. Tempat cuci tangan a. Tersedia air cuci tangan yang mencukupi 5
b. Tersedia sabun/detergent dan alat 3
pengering/lap
c. Jumlahnya cukup untuk pengunjung dan 2
karyawan
16. Tempat mencuci peralatan a. Tersedia air dingin yang cukup memadai 2
b. Tersedia air panas yang cukup memadai 2
c. Terbuat dari bahan yang kuat, aman dan 2
halus.
d. Terdiri dari tiga bilik/bak pencuci 4
17. Tempat pencuci bahan a. Tersedia air pencuci yang cukup 5
makanan b. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, dan halus 3
c. Air pencuci yang dipakai mengandung 2
larutan cuci hama
18. Locker karyawan a. Tersedia locker karyawan dari bahan yang kuat, 2
mudah dibersihkan, dan mempunyai tutup
rapat. 3
b. Jumlahnya cukup. 3
c. Letak locker dalam ruang tersendiri. 2
d. Locker untuk karyawan pria terpisah dengan
locker untuk wanita.
19. Peralatan pencegah a. Setiap Iubang ventilasi dipasang kawat kassa 3
masuknya serangga dan tikus serangga. 2
b. Setiap lubang ventilasi dipasang terali tikus. 2
c. Persilangan pipa dan dinding tertutup rapat.
d. Tempat tandon air mempunyai tutup dan 3
bebas jentik nyamuk
C. Dapur, ruang makan dan.
gudang bahan makanan
20. Dapur a. Bersih 3
b. Ada fasilitas penyimpanan makanan (kulkas, 2
freezer).
c. Tersedia fasilitas penyimpanan makanan panas 2
(thermos panas, kompor panas, heater)
d. Ukuran dapur cukup memadai 1
e. Ada cungkup dan cerobong asap 1
f. Terpasang tulisan pesan-pesan hygiene bagi 1
penjamah/karyawan
21. Ruang makan a. Perlengkapan ruang makan selalu bersih. 3
b. Ukuran ruang makan minimal 0,85 m2 per kursi 2
tamu.
c. Pintu masuk buka tutup otomatis. 2
d. Tersedia fasilitas cuci tangan . yang 2
memenuhi estetika.
e. Tempat peragaan makanan jadi tertutup. 1
22. Gudang bahan makanan a. Tidak terdapat bahan lain selain bahan 4
makanan.
b. Tersedia rak-rak penempatan bahan 2
makanan sesuai dengan ketentuan
c. Kapasitas gudang cukup memadai 2
d. Rapat serangga dan tikus 2
D. Bahan makanan dan
makanan jadi
23. Bahan makanan a. Kondisi fisik bahan makanan dalam 3
keadaan baik.
b. Angka kuman dan bahan kimia bahan 3
makanan memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
c. Bahan makanan berasal dari sumber 2
resmi.
d. Bahan makanan kemasan terdaftar pada 2
Depkes. RI.
24. Makanan jadi a. Kondisi fisik makanan jadi dalam keadaan 4
baik
b. Angka kuman dan bahan kimia makanan 3
jadi memenuhi persyaratan yang
ditentukan
c. Makanan jadi kemasan tidak ada tanda- 3
tanda kerusakan dan terdaftar pada
Depkes. RI
E. Pengolahan makanan
25. Proses pengolahan a. Tenaga pengolah memakai pakaian kerja 5
dengan benar dan cara kerja yang bersih.
b. Pengambilan makanan jadi menggunakan 3
alat yang khusus.
c. Menggunakan peralatan dengan benar. 2

F. Tempat penyimpanan
bahan makanan dan
makanan jadi
26. Penyimpanan bahan a. Suhu dan kelembaban penyimpanan sesuai 3
makanan dengan persyaratan jenis makanan.
b. Ketebalan penyimpanan sesuai dengan
persyaratan jenis makanan. 2
c. Penempatannya terpisah dengan
makanan jadi. 2
d. Tempatnya bersih dan terpelihara.
e. Disimpan dalam aturan sejenis dan 2
disusun dalam rak-rak. 1

27. Penyimpanan makanan jadi a. Suhu dan waktu penyimpanan dengan 6


persyaratan jenis makanan jadi.
b. Cara penyimpanan tertutup. 4
G. Penyajian makanan
28. Cara penyajian Suhu penyajian makanan hangat tidak 3
kurang dari 60°C
b. Pewadahan dan penjamah makanan 3
jadi menggunakan alat yang bersih.
c. Cara membawa dan menyajikan 2
makanan dengan tertutup.
2
d. Penyajian makanan harus pada
tempat yang bersih.
H. Peralatan
29. Ketentuan peralatan a. Cara pencucian, pengeringan dan 4
penyimpanan peralatan memenuhi
persyaratan agar selalu dalam
keadaan bersih sebelum digunakan.
b. Peralatan dalam keadaan baik dan
utuh. 2
c. Peralatan makan dan minum tidak
boleh mengandung angka kuman 2
yang melebihi nilai ambang batas
yang ditentukan.
d. Permukaan alat yang kontak 1
langsung dengan makanan tidak
ada sudut mati dan halus.
e. Peralatan yang kontak langsung
dengan makanan tidak mengandung 1
zat beracun.
30. Tenaga kerja
Pengetahuan/sertifikat a. Pemilik/pengusaha pemah 2
mengikuti
hygiene sanitasi makanan kursus/temu karya.

b. Supervisor pemah mengikuti kursus. 2


c. Semua penjamah makanan pemah
4
mengikuti kursus.
d. Salah seorang 2
penjamah pernah mengikuti
kursus.
31. Pakaian kerja a. Bersih 3
b. Tersedia pakaian kerja seragam 2 stel 2
atau lebih. 2
c. Penggunaan khusus waktu kerja saja.
d. Lengkap dan rapi. 3
e. Tidak tersedia pakaian kerja seragam 0
32. Pemeriksaan kesehatan a. Karyawan/penjamah 6 bulan sekali 3
check up kesehatan.
b. Pernah divaksinasi chotypha/ thypoid. 2
c. Check up penyakit khusus.
1
d. Bila sakit tidak bekerja dan
berobat ke dokter. 2
e. Memiliki buku kesehatan karyawan. 2
33. Personal hygiene a. Setiap karyawan/penjamah 3
makanan berperilaku bersih dan
berpakaian rapi.
b. Setiap mau kerja cuci tangan. 3
c. Menutup mulut dengan sapu
2
tangan bila batuk-batuk atau
bersin.
d. Menggunakan alat yang sesuai dan
bersih bila mengambil makanan. 2

DAFTAR PUSTAKA

AKL, Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU), Akademi Kesehatan Lingkungan,
Palembang, 2012.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi
Rumah Makan Dan Restoran. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Higiene
Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 69 tahun 2013 Tentang tempat penyediaan makanan dan
minuman

Santoso, Imam. Inspeksi Sanitasi Tempat-tempat Umum. Gosyen Publishing, Yogyakarta


2005

Subagyo, Agus. Kondisi Sanitasi Pada Alas sholat (karpet) di Masjid. 2015.
TOPIK 10
TEMPAT IBADAH

A. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua


faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama
yang sifatnya merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia.

Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik
secara insidental maupun terus- menerus, (Suparlan 1977). Suatu tempat dikatakan
tempat umum bila memenuhi kriteria :

1. Fasilitas kerja pengelola


a. Diperuntukkan masyarakat umum.
b. Mempunyai bangunan tetap/ permanen.
c. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha.
d. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :
2. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar
mandi.

Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya
dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul
dari tempat- tempat umum. Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat- tempat
umum dapat berupa :
a. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor lingkungan dan faktor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
b. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan
kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat- tempat
umum.

Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk
menjamin :

a. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :


1) Kualitas kesehatan.
2) Kualitas sanitasi.
b. Psikologis bagi masyarakat :
1) Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak
menimbulkan rasa takut bagi pengunjung.
2) Kenyamanan (conformity) : misalnya kesejukkan.
3) Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian
kendaraan.

B. Sanitasi Tempat Ibadah (Masjid)

Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang


dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu
tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Dasar pelaksanaan
Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang
Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Berdasarkan Instruksi Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama Nomor :
06 tahun 1991, tanggal 19 februari 1991, dan Surat Edaran Ketua Badan Kesejahteraan
Masjid (BKM) Pusat, nomor :
K.019/BKMP/IV/1991 tentang tingkatan- tingkatan masjid adalah sebagai berikut;

1. Masjid pada tingkat Pusat disebut Masjid Nasional


2. Masjid pada tingkat Provinsi disebut Masjid Raya
3. Masjid pada tingkat Kabupaten/Kotamadya disebut Masjid Agung
4. Masjid pada tingkat Kecamatan disebut Masjid Besar
5. Masjid pada tingkat Desa/Kelurahan disebut Masjid Jami’
6. Masjid pada tingkat RK/RW disebut Masjid Kampung
7. Masjid pada tingkat RT disebut Masjid Tetangga

Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu


diperhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah
tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan
lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna
mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan. Dengan peran serta dari pengurus tempat-tempat ibadah diharapkan :

1. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan
yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh jelek
terhadap kesehatan.
2. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah dalam pelestarian
dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat- tempat ibadah.
3. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain dalam
pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat- tempat ibadah.
4. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat - tempat ibadah.
C. Persyaratan Kesehatan Tempat Ibadah (Masjid/Musholla)
1. Letak / Lokasi
a. Sesuai dengan rencana tata kota
b. Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran (debu,asap,bau dan
cemaran lainya).
c. Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau
& cemaran lainnya
2. Bangunan
a. Kuat, kokoh dan permanen
b. Rapat serangga dan tikus
3. Lantai
a. Kuat
b. Tidak terbuat dari tanah
c. Bersih
d. Rapat air
e. Tidak licin dan mudah dibersihkan.
4. Dinding
a. Dinding bersih
b. Berwarna terang,
c. Kedap air dan mudah dibersihkan.
5. Atap
a. Menutup bangunan
b. Kuat
c. Bersih
d. Cukup landai dan tidak bocor
6. Penerangan/Pencahayaan
a. Pencahayaan terang
b. Tersebar merata
c. Tidak menyilau (min 10 fc).
7. Ventilasi
a. Minimal 10% dari luas bangunan
b. Sejuk dan nyaman (tidak pengap dan tidak panas).
8. Pintu
a. Rapat serangga dan tikus
b. Menutup dengan baik dan membuka ke arah luar
c. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan
9. Langit – langit
a. Tinggi minimal 2,4 m dari lantai
b. Kuat, tdk terdapat lubang-lubang
c. Berwarna terang dan mudah dibersihkan
10. Pagar
a. Kuat
b. Aman dan dapat mencegah binatang pengganggu masuk.
11. Halaman masjid
a. Bersih
b. Tidak berdebu dan becek
c. Tidak terdapat genangan air
d. Terdapat terdapat temapat sampah yang cukup.
12. Jaringan instalasi
a. Aman (bebas cross connection)
b. Terlindung
13. Saluran air limbah
a. Tertutup
b. Mengalir dengan lancar

D. Fasilitas Sanitasi
1. Air Bersih
a. Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat
b. Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna
c. Angka kuman tidak melebihi NAB
d. Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB
2. Pembuangan Air Kotor
a. Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga
b. Air limbah mengalir dengan lancar
c. Saluran kedap air
d. Saluran tertutup
3. Toilet/ WC
a. Bersih
b. Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama
c. Tersedia air yang cukup
d. Tersedia sabun dan alat pengering
e. Toilet pria dan wanita terpisah
f. Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak
g. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
h. Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau Saluran
pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau(water seal).
4. Peturasan
a. Bersih
b. Dilengkapi dengan kran pembersih
c. Jumlahnya mencukupi
5. Tempat Sampah
a. Tempat sampah kuat, kedap air, tahan karat, dan dilengkapi dengan penutup.
b. Jumlah tempat sampah mencukupi
c. Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA
d. Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang
6. Tempat Wudhu
a. Bersih
b. Terpisah dari toilet, peturasan, dan ruang masjid
c. Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus dan jumlahnya mencukupi.
d. Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
e. Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
f. Limbah air wudhu mengalir lancar
g. Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah
7. Tempat Sembahyang
a. Bersih, tidak berbau dan berdebu
b. Bebas kutu busuk dan serangga lainnya
c. Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar
30 cm sebagai tempat sujud
8. Tempat Sandal Dan Sepatu
a. Tersedia tempat sandal dan sepatu yang khusus
b. Bersih dan kuat.
c. Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus dan jumlahnya mencukupi.
d. Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
e. Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
f. Limbah air wudhu mengalir lancar
g. Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah

FORMULIR INSPEKSI SANITASI TEMPAT IBADAH (MASJID)

Berdasarkan Kepmenkes 288/ MENKES/ SK/ III/ 2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana
dan Bangunan Umum

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN


(INSPEKSI SANITASI MASJID/LANGGAR/SURAU)

1. Nama Masjid/Langgar/Surau : ……………………………

2. Alamat : ……………………………………………………

3. Nama Pengurus : ……………………………………………

1. Tanggal pemeriksaan : ……………………………………

2. a. Beri tanda V pada kotak [ ] (kolom 4, dan lingkari nilai (kolom 5) untuk komponen

penilaian yang sesuai.

b. Skore (kolom 6) adalah bobot (kolom 3) dikalikan dengan nilai (kolom 5) pada

komponen penilaian yang sesuai (kolom 4)

c. Setiap variabel memiliki nilai maksimum 10 dan nilai minimum 0

No Variabel Upaya Bobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor


1 2 3 4 5 6
I. PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN
A. UMUM
1. LOKASI 4 ( ) Tidak terletak di 5
daerah banjir
( ) Sesuai dengan 5
perencanaan tata kota
2. LINGKUNGAN / 4 ( ) Bersih dan tertata 4
HALAMAN rapih
( ) Sistem drainase 3
berfungsi baik
( ) Tidak terdapat 3
genangan air
B. BAGIAN
DALAM
1. LANTAI 6 ( ) Bersih 4
( )Kuat, kedap air dan 3
permukaan rata
( ) Tidak licin 3
2. DINDING 5 ( ) Bersih 5
( ) Permukaan yang 3
selalu kontak dengan air
kedap air
( ) Berwarna terang 2
3. ATAP 6 ( ) Tidak bocor/kuat 6
( ) Tidak memungkinkan 4
terjadinya genangan
4. LANGIT-LANGIT 5 ( ) Tinggi dari lantai min 5
2,5 m
( ) Kuat 3
( ) Berwarna terang 2
5. PAGAR 4 ( ) Kuat 6
( ) Terpelihara 4
6. PENCAHAYAAN 8 ( ) Cukup terang 10
7. VENTILASI 8 ( ) Terdapat 5
perlengkapan untuk
mengatur sirkulasi udara
( ) Kondisi udara ruang 5
terasa nyaman
8. ALAS SHOLAT 10 ( ) Bersih dan dijemur 6
secara periodik
( ) Dibersihkan dan 4
dijemur secara periodik
II. FASILITAS SANITASI
1. AIR BERSIH 12 ( ) Tersedia dengan 4
jumlah yang cukup
( ) Memenuhi 3
persyaratan fisik
( ) Air wudhu keluar 3
melalui kran-kran khusus
2. PEMBUANGAN 10 ( ) Air limbah mengalir 6
AIR LIMBAH dengan lancar
( ) Saluran air limbah 4
kedap air dan system
tertutup
3. TEMPAT 8 ( ) Tersedia dengan 5
SAMPAH jumlah konsep
( ) Tempat sampah 5
terbuat dari bahan yang
kuat, tahan karat, kedap
air dan tertutup
( ) Tersedia TPS yang 2
memenuhi syarat
4. JAMBAN DAN 10 ( ) Bersih dan tidak
URINOIR berbau
( ) Lantai kedap air,
miring kearah saluran
pembuangan
( ) Jamban pria dan
Wanita terpisah
TOTAL 100

Mengetahui, …….,……………….……….
Pengurus Masjid/Surau/Langgar Petugas/Pemeriksa

( ) ( )

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DAN PENENTUAN LAIK SEHAT


MASJID/LANGGAR/SURAU

1 Komponen yang dinilai (kolom 4)


Apabila kenyataan yang ada tidak memenuhi pernyataan sebagaimana tercantum I komponen yang
dinilai, maka nilainya adalah 0 (nol), sebaliknya apabila memenuhi persyaratan maka
nilainya adalah sebesar nilai yang tercantum pada kolom 5.
2 Variabel upaya (kolom 2)
Setiap bagian atau kegiatan dari variabel upaya memiliki nilai antara (nol) sampai dengan 100
3 Skore (kolom 6)
Skore adalah perkalian antara bobot (kolom 3) dengan nilai yang diperoleh (kolom)

KESIMPULAN HASIL PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN


MASJID MASJID/LANGGAR/SURAU
1. Masjid/langgar/surau dinyatakan LAIK SEHAT apabila memperoleh nilai sekurang-
kurangnya 70% dengan catatan skor minimal untuk masing-masing variabel upaya
adalah seperti tabel berikut :

VARIABEL UPAYA
I II
70 % 75 %
DAFTAR PUSTAKA

Laporan Inspeksi Sanitasi masjid (no date) Scribd. Available at:


https://www.scribd.com/document/377683348/LAPORAN-INSPEKSI-
SANITASI-MASJID (Accessed: 30 June 2023).

Laporan Sanitasi Tempat Ibadah - Laporan Analisis Sanitasi tempat ibadah masjid baitul
mustaqim (no date) Studocu. Available at:
https://www.studocu.com/id/document/universitas-dian-nuswantoro/dasar-
kesehatan-dan-keselamatan-kerja/laporan-sanitasi-tempat-ibadah/41799003
(Accessed: 30 June 2023).

Laporan Inspeksi Sanitasi masjid (no date) Scribd. Available at:


https://id.scribd.com/document/377683348/LAPORAN-INSPEKSI-SANITASI-
MASJID (Accessed: 30 June 2023).
TOPIK 11
SANITASI KOLAM RENANG

A Latar Belakang
Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 32 tahun 2017 tentang
standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene
sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum. Kolam Renang adalah tempat dan
fasilitas umum berupa konstruksi kolam berisi air yang telah diolah yang dilengkapi dengan
fasilitas kenyamanan dan pengamanan baik yang terletak di dalam maupun di luar bangunan
yang digunakan untuk berenang, rekreasi, atau olahraga air lainnya. Kolam renang dapat
diartikan sebagai tempat dimana orang bisa melakukan suatu kegiatan mandi atau
membersihkan badan baik yang bertujuan untuk olah raga maupun hanya sekadar mencari
kesenangan.

B Sanitasi Kolam Renang


Kolam renang yang ideal adalah kolam renang yang senantiasa memenuhi syarat
keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Suatu kolam renang diharapkan mampu memberikan
kenyamanan bagi para pengunjung namun tetap harus mengedepankan faktor keamanan,
terutama untuk semua fasilitas penunjang yang berada di dalam area kolam renang. Selain itu,
menurut Mukono (2010) dalam Rozanto (2015), aspek kebersihan juga merupakan hal penting
untuk diperhatikan karena berkaitan erat dengan aspek kesehatan khususnya faktor penularan
penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan di kolam renang meliputi semua penyakit
food and water borne disease, seperti penyakit mata, penyakit kulit, penyakit kuning
(hepatitis), dan penyakit yang berhubungan dengan pencernaan. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.061 Tahun 1991, suatu kolam renang harus memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan kolam renang, antara lain:
1. Persyaratan umum

a. Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat mencegah
kemungkinan terjadinya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang dan
perkembangbiakan vektor penular penyakit.

b. Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan kesehatan serta dapat mencegah tejadinya kecelakaan.
2. Persyaratan tata bangunan
Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata sesuai fungsinya dan harus
memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak menyebabkan pencemaran terhadap air kolam
renang.
3. Persyaratan konstruksi bangunan

a. Lantai

1) Lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki permukaan yang rata, tidak
licin, dan mudah dibersihkan.
2) Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus memiliki
kemiringan yang cukup (2-3 persen) ke arah saluran pembuangan air limbah.
b. Dinding kolam renang

1) Permukaan dinding harus mudah dibersihkan.

2) Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus terbuat dari bahan yang
kuat dan kedap air.
c. Ventilasi

Sistem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam ruang dengan baik.
d. Sistem pencahayaan

1) Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai.

2) Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari harus dilengkapi dengan
lampu berkapasitas 12 volt.
e. Atap

Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya genangan air.

f. Langit-langit

Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter dari lantai dan mudah
dibersihkan.
g. Pintu

Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lain.
4. Persyaratan kelengkapan kolam renang

Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan diantaranya: bak cuci kaki, kamar
dan pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan barang, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak
sampah, jamban dan peturasan, serta tempat cuci tangan) dan gudang bahan-bahan kimia dan
perlengkapan lain.
5. Persyaratan bangunan dan fasilitas sanitasi

a. Area kolam renang

1) Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan area lainnya.
2) Kolam harus selalu terisi air dengan penuh.

3) Jumlah maksimum perenang adalah sebanding dengan luas permukaan kolam


dibagi 3 m2.
4) Lantai dan dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan. Sudut dinding dan dasar kolam harus melengkung.
5) Saluran air yang masuk ke kolam renang harus terjamin tidak terjadi kontak antara
air bersih yang masuk dengan air kotor. Lubang pembuangan air kotor harus berada
di dasar kolam renang yang paling rendah dan berseberangan dengan lubang
masuknya air.
6) Lubang saluran pembunagan air kolam dilengkapi dengan ruji dan tidak
membahayakan perenang.
7) Kolam berkedalaman < 1,5 meter, kemiringan lantai tidak > 10%. Pada kedalaman >
1,5 meter kemiringan lantai kolam tidak > 30%.
8) Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat injakan maka pegangan
dan tangga tidak boleh ada penonjolan, terbuat dari bahan berbentuk bulat dan tahan
karat.
9) Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah sisinya.

10) Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1 meter, tidak licin,
dan permukaannya miring keluar kolam.
11) Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman kolam dan tanda
pemisah untuk orang yang dapat berenang dan tidak dapat berenang.
12) Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi ketentuan teknis
untuk mencegah kecelakaan.
b. Bak cuci kaki

1) Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5 meter, lebar 1,5
meter, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air yang penuh.
2) Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.

c. Kamar dan pancuran bilas

1) Minimal terdapat 1 pancuran bilas untuk 40 perenang.

2) Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas untuk wanita.

d. Tempat sampah

1) Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.


2) Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
3) Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume yang sesuai untuk
menampung sampah dari tiap kegiatan.
4) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat dari beton
permanen dan tidak menjadi ternpat perindukan vektor penyakit.
5) Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan minimal 3 x 24 jam.
e. Jamban dan peturasan

1) Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1 buah jamban untuk
tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara jamban untuk pria dan wanita.
2) Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.

3) Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung diatas, maka harus
disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah peturasan untuk pria dan 3 buah
jamban untuk wanita.
4) Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna terang, jamban leher
angsa, memiliki ventilasi dan penerangan cukup, tersedia air pembersih yang cukup,
dan memiliki luas lantai minimal 1 m2.
5) Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat, sistem leher angsa,
luas lantai minimal 1,5 m2.
6) Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk tiap satu peturasan
panjangnya minimal 60 m.
f. Tempat cuci tangan

Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau dan berdekatan dengan
jamban peturasan dan kamar ganti pakaian serta dilengkapi dengan sabun, pengering
tangan dan cermin.
g. Gudang bahan kimia

1) Tersedia gudang khusus untuk tempat pengelolaan bahan kimia.

2) Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium sulfat atau bahan-
bahan kimia lainnya.
h. Perlengkapan lain

1) Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan berenang bagi penderita
penyakit kulit, penyakit kelamin, penyakit epilepsi, penyakit jantung dan lain-lain.
2) Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain: pelampung, tali
penyelamat dan lain-lain.
3) Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam
renang secara berkala. Hasil pengukuran sisa khlor dan pH air kolam
renang harian, diumumkan kepada pengunjung melalui papan
pengumuman.
4) Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan.

C Macam-macam Kolam Renang

Berbagai macam kolam dibuat orang dan dilengkapi dengan fasilitas dan
perlengkapan lainnya berdasarkan arsitekstur dan konstruksi yang memadai.
Kolam renang ini biasanya disebut dengankolam renang buatan atau “tempat
berendam buatan”. Kolam renang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut
pemakaian, letak, dan cara pengisian airnya (Rozanto, 2015).

1. Berdasarkan segi lokasi Menurut Elpizunianti, macam-macam kolam renang


dilihat dari segi lokasinya,dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Kolam renang dalam ruangan yaitu kolam renang yang berlokasi di
halaman perumahan atau pemukiman penduduk. Kolam renang seperti ini
biasanya dimiliki dan diperuntukan bagi pribadi atau kelompok yang
digunakan untuk keluargaatau tamu-tamunya.
b) Kolam renang terbuka, yaitu kolam renang yang berlokasi di luar halaman
pemukiman penduduk. Kolam renang semacam ini biasanya
diperuntukkan bagi umum.
2. Berdasarkan pemakaiannyaKolam renang dapat dibedakan menjadi beberapa
tipe menurut pemakaian, letak,dan cara pengisian airnya (Rozanto, 2015).
Berdasarkan pemakaiannya, kolamrenang dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Kolam renang pribadi (kolam renang pribadi) adalah kolam renang milik
pribadi yang terletak di rumah perseorangan.
b) Kolam renang semi umum ( kolam renang semi umum) adalah kolam
renang yang biasanya terdapat di hotel, sekolah, atau perumahan sehingga
tidak semua orang dapat menggunakannya.
c) Kolam renang umum (kolam renang umum) adalah kolam renang yang
diperuntukan untuk umum dan biasanya terdapat di perkotaan.
3. Berdasarkan cara pengisian Menurut Elpizunianti dalam Rozanto,
berdasarkan cara pengisian air pada pemandian buatan termasuk kolam
renang, dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
a) Fills and pictures of the pool, yaitu mengisi air pada kolam renang yang
apabila kondisi airnya kotor akan diganti secara keseluruhan.
b) Pemeliharaan kondisi air tersebutditetapkan dengan melihat kondisi fisik
air atau dari jumlah perenang yang menggunakan.
c) Flow trough pool, yaitu sistem aliran dimana air didalam kolam akan terus
menerus secara bergantian dengan yang baru. Tipe ini dianggap yang
terbaik namun membutuhkan banyak udara yang berasal dari satu mata air
di alam.
d) Recirculation pool, merupakan tipe pengisian air kolam renang dimana
airnya dialirkan secara sirkulasi dan menyaring air kotor dalam filter-filter.

D STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN AIR UNTUK


KOLAM RENANG
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang
meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia. Parameter fisik dalam Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang meliputi bau,
kekeruhan, suhu, kejernihan dan kepadatan. Untuk kepadatan, semakin dalam
Kolam Renang maka semakin luas ruang yang diperlukan untuk setiap perenang.

Tabel 1. Paramater Fisik Dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan


untuk Media Air Kolam Renang
Parameter biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
media air Kolam Renang terdiri dari 5 (lima) parameter. Empat parameter tersebut
terdiri dari indikator pencemaran oleh tinja (E. coli), bakteri yang tidak berasal dari
tinja (Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus aureus dan Legionella spp).
Sedangkan parameter Heterotrophic Plate Count (HPC) bukan merupakan indikator
keberadaan jenis bakteri tertentu tetapi hanya mengindikasikan perubahan kualitas
air baku atau terjadinya pertumbuhan kembali koloni bakteri heterotrophic
dibandingkan dengan konsentrasi khlorin. Masing-masing konsentrasi minimum
terdapat pada tabel 3

Tabel 3. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan


untuk media Air Kolam Renang
E PERSYARATAN KESEHATAN AIR UNTUK KOLAM RENANG

1 Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang pembawa


penyakit, dan tempat perkembangbiakan vektor
a. Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa
penyakit.
b. Penggantian air Kolam Renang dilakukan sebelum kualitas air melebihi
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang.
2 Aman dari kemungkinan kontaminasi

a. Tersedia kolam kecil untuk mencuci/disinfeksi kaki sebelum berenang


yang letaknya berdekatan dengan Kolam Renang.
b. Dilakukan pemeriksaan pH dan sisa khlor secara berkala sesuai Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang dan
hasilnya dapat terlihat oleh pengunjung.
c. Tersedia informasi tentang larangan menggunakan Kolam Renang bila
berpenyakit menular.
d. Air Kolam Renang kuantitas penuh dan harus ada resirkulasi air.

F PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KOLAM RENANG

Suatu kolam renang harus memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan


kolam renang, antara lain : (Depkes RI)
a. Persyaratan umum

1) Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat
mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit serta tidak menjadi
sarang dan perkembangbiakan vektor penular penyakit.
2) Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus
memenuhi persyaratan kesehatan serta dapat mencegah tejadinya
kecelakaan
b. Persyaratan tata bangunan

Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata sesuai


fungsinya dan harus memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak
menyebabkan pencemaran terhadap air kolam renang.

c. Persyaratan konstruksi bangunan

1) Lantai

a) Lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki permukaan yang
rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan
b) Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus memiliki
kemiringan yang cukup (2-3 persen) ke arah saluran pembuangan air
limbah.
2) Dinding kolam renang

a) Permukaan dinding harus mudah dibersihkan

b) Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus terbuat dari

c) bahan yang kuat dan kedap air.

3) Ventilasi

Sistem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam ruang


dengan baik.
4) Sistem pencahayaan

a) Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai

b) Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari harus


dilengkapi dengan lampu berkapasitas 12 volt.
5) Atap

Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya genangan air.

6) Langit-langit

Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter dari lantai


dan mudah dibersihkan
7) Pintu

Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti serangga,


tikus, dan binatang pengganggu lain.
d. Persyaratan fasilitas Tempat sampah
a) Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.

b) Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya
c) Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume yang
sesuai untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.

d) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat


dari beton permanen dan tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
e) Tempat pengumpulan sampah sementara harus dikosongkan minimal
3x24 jam.
f) Karakteristik wadah sampah dibedakan menjadi logam, plastic,
fiberglass, kayu, bambu, atau rotan.
g) Pembuangan sampah dilakukan setiap hari dan diangkut oleh truk
pembawa sampah DKP. Di TPS tidak terlihat adanya perindukan
serangga dan binatang pengerat serta binatang lain.
h) Lokasi TPS mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkutan.

e. Persyaratan kelengkapan kolam renang

Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan diantaranya: bak cuci


kaki, kamar dan pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan barang, kamar
P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan peturasan, serta tempat
cuci tangan) dan gudang bahan-bahan kimia dan perlengkapan lain.
f. Persyaratan bangunan dan fasilitas sanitasi

1. Area kolam renang

 Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan area
lainnya.

 Kolam harus selalu terisi air dengan penuh.

 Jumlah maksimum perenang adalah sebanding dengan luas permukaan


kolam dibagi 3 m2.
 Lantai dan dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, berwarna terang,
dan mudah dibersihkan. Sudut dinding dan dasar kolam harus
melengkung.
 Saluran air yang masuk ke kolam renang harus terjamin tidak terjadi
kontak antara air bersih yang masuk dengan air kotor. Lubang
pembuangan air kotor harus berada di dasar kolam renang yang paling
rendah dan berseberangan dengan lubang masuknya air.
 Lubang saluran pembunagan air kolam dilengkapi dengan ruji dan tidak
membahayakan perenang.
 Kolam berkedalaman < 1,5 meter, kemiringan lantai tidak > 10%. Pada
kedalaman > 1,5 meter kemiringan lantai kolam tidak > 30%.

 Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat injakan
maka pegangan dan tangga tidak boleh ada penonjolan, terbuat dari
bahan berbentuk bulat dan tahan karat.
 Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah sisinya.

 Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1 meter,
tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam.
 Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman
kolam dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan tidak
dapat berenang.
 Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi
ketentuan teknis untuk mencegah kecelakaan.
2. Bak cuci kaki

 Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5
meter, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air yang
penuh.
 Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.

3. Kamar dan pancuran bilas

 Minimal terdapat 1 pancuran bilas untuk 40 perenang.

 Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas untuk
wanita.

4. Tempat sampah

 Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.

 Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
 Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume yang
sesuai untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.
 Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat
dari beton permanen dan tidak menjadi ternpat perindukan vektor
penyakit.
 Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan minimal 3
x 24 jam.
5. Jamban dan peturasan

 Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1 buah
jamban untuk tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara jamban untuk
pria dan wanita.
 Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.

 Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung diatas,


maka harus disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah peturasan
untuk pria dan 3 buah jamban untuk wanita.
 Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna
terang, jamban leher angsa, memiliki ventilasi dan penerangan cukup,
tersedia air pembersih yang cukup, dan memiliki luas lantai minimal 1
m2.
 Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat, sistem
leher angsa, luas lantai minimal 1,5 m2.
 Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk tiap
satu peturasan panjangnya minimal 60 m.
6. Tempat cuci tangan

Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau dan


berdekatan dengan jamban peturasan dan kamar ganti pakaian serta
dilengkapi dengan sabun, pengering tangan dan cermin
7. Gudang bahan kimia

 Tersedia gudang khusus untuk tempat pengelolaan bahan kimia.

 Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium sulfat


atau bahan- bahan kimia lainnya.
8. Perlengkapan lain

 Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan berenang


bagi penderita penyakit kulit, penyakit kelamin, penyakit epilepsi,
penyakit jantung dan lain-lain.
 Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain:
pelampung, tali penyelamat dan lain-lain.
 Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam renang
secara berkala. Hasil pengukuran sisa khlor dan pH air kolam renang
harian, diumumkan kepada pengunjung melalui papan pengumuman.
 Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan

G PRINSIP-PRINSIP KOLAM RENANG


1. Pengendalian terhadap kotoran atau bahan infektif yang termasuk kedalam
kolam dengan jalan :
a) Kebersihan dengan hygine perorangan dari perenang perlu diperhatikan

b) Desain konstruksi dari kolam renang yang tepat dapat menghalangi


pencemaran air kolam dari air kotor, debu, sampah, dan daun-daunan yang
ada disekitar kolam renang.
2. Menghilangkan secepatnya setiap kotoran dan bahan infektif yang masuk
kedalam dengan jalan :
a) Desinfeksi terus menerus untuk membantu dan memelihara kondisi air
kolam renang yang memenuhi syarat.
b) Resirkulasi dan penyaringan yang tepat akan menjaga kondisi air kolam
yang memenuhi syarat
c) Konstruksi dan cara pengoprasian kolam renang yang benar dapat
dilakukan bila
 Peralatan dan perlengkapan kolam renang terjamin

 Perenang setiap hari selalu diawasi

 Jumlah perenang dibatasi (terkontrol)

H PENYEDIAAN AIR KOLAM RENANG


Penyediaan air kolam renang yang bersih dan sanitasi yang tepat sangat penting
untuk menjaga kesehatan dan keamanan pengguna kolam renang.

Berikut adalah beberapa langkah yang perlu diambil dalam sanitasi lingkungan
untuk menjaga kualitas air kolam renang:

1. Filtrasi Air: Penggunaan sistem filtrasi yang efektif sangat penting dalam
menjaga kualitas air kolam renang. Sistem filtrasi akan membantu
menghilangkan partikel-partikel kecil, seperti debu, daun, serbuk sari, dan
kotoran lainnya yang bisa masuk ke dalam kolam. Pastikan untuk
membersihkan atau mengganti filter secara teratur sesuai dengan petunjuk
produsen.
2. Kandungan Klorin: Klorin adalah bahan kimia yang umum digunakan
dalam kolam renang untuk membunuh kuman, alga, dan organisme patogen
lainnya. Penting untuk menjaga kandungan klorin dalam rentang yang tepat
sesuai dengan standar sanitasi yang dianjurkan. Penggunaan klorin dalam
jumlah yang sesuai akan membantu menjaga air kolam renang tetap steril.
3. Keseimbangan pH: pH air kolam renang juga perlu dijaga agar tetap
seimbang. Rentang pH yang ideal untuk kolam renang biasanya antara 7,2
hingga 7,6. Jika pH air terlalu rendah atau terlalu tinggi, dapat menyebabkan
masalah seperti iritasi mata dan kulit pada pengguna kolam renang.
Penggunaan bahan kimia seperti pH increaser atau pH reducer dapat
membantu menyesuaikan pH air kolam renang.
4. Pembersihan Rutin: Melakukan pembersihan rutin pada kolam renang
sangat penting. Ini meliputi penyaringan kolam, membersihkan dinding dan
dasar kolam, serta memeriksa dan membersihkan saluran air dan sistem
filtrasi. Pembersihan rutin ini akan membantu mencegah pertumbuhan alga
dan memastikan kualitas air tetap optimal.
5. Pengaturan Jumlah Pengguna: Penting untuk memperhatikan jumlah
pengguna yang tepat dalam kolam renang agar tidak melebihi kapasitas
maksimal yang ditentukan. Jumlah pengguna yang terlalu banyak dapat
menyebabkan penurunan kualitas air dan meningkatkan risiko kontaminasi.
6. Kebersihan Pengguna: Mengajarkan pengguna kolam renang untuk menjaga
kebersihan diri mereka sendiri sebelum masuk ke dalam kolam dapat
membantu mencegah masuknya kotoran ke dalam air. Disarankan agar
pengguna kolam renang mandi sebelum menggunakan kolam, menggunakan
kolam renang dengan kondisi kesehatan yang baik, dan tidak memasukkan
bahan-bahan yang dapat mencemari air, seperti minyak atau produk
perawatan pribadi lainnya.
7. Pemeriksaan Kualitas Air: Rutin melakukan pemeriksaan kualitas air kolam
renang adalah langkah yang penting. Pengukuran seperti kandungan klorin,
pH, alkalinitas, dan kejernihan air perlu diperiksa secara berkala. Jika ada
masalah dengan kualitas air, langkah-langkah perbaikan dapat diambil
segera untuk memastikan kolam tetap aman untuk digunakan.

Dengan menerapkan langkah-langkah sanitasi lingkungan yang tepat, penyediaan


air kolam renang dapat dijaga dengan baik. Penting untuk mengikuti pedoman dan
standar sanitasi yang dianjurkan oleh otoritas setempat atau ahli sanitasi untuk
memastikan keselamatan dan kualitas air yang optimal dalam kolam renang.

I BENTUK KOLAM DAN DASAR KOLAM RENANG


Dalam sanitasi lingkungan, bentuk kolam renang dan dasar kolam juga memainkan
peran penting dalam menjaga kebersihan dan kualitas air. Berikut adalah beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam desain kolam renang dan dasarnya:

1. Bentuk Kolam: Bentuk kolam renang dapat mempengaruhi sirkulasi air dan
kebersihan kolam. Idealnya, kolam renang harus memiliki bentuk yang
memungkinkan sirkulasi air yang baik dan mengurangi kemungkinan
terjadinya zona mati di mana air tidak mengalir dengan baik. Bentuk kolam
yang berkelok-kelok atau dengan sudut-sudut yang tajam dapat menyulitkan
sirkulasi air dan memungkinkan penumpukan kotoran.
2. Sistem Sirkulasi: Sistem sirkulasi yang baik sangat penting untuk menjaga
kebersihan kolam renang. Hal ini meliputi penggunaan saluran air, pompa,
pipa, dan jet air yang dirancang dengan baik untuk memastikan aliran air
yang efektif di seluruh kolam. Sirkulasi yang baik akan membantu dalam
distribusi bahan kimia, seperti klorin, secara merata di seluruh kolam.
3. Dasar Kolam: Dasar kolam renang juga perlu diperhatikan dalam sanitasi
lingkungan. Dasar kolam yang rata dan halus akan memudahkan
pembersihan dan penggunaan sistem filtrasi. Permukaan dasar yang halus
akan mengurangi kemungkinan terjadinya penumpukan kotoran dan
memungkinkan partikel-partikel kecil lebih mudah terangkat oleh sistem
filtrasi.
4. Kemiringan Dasar: Kemiringan dasar kolam renang juga penting dalam
sanitasi lingkungan. Kemiringan yang tepat pada dasar kolam akan
membantu dalam aliran air dan mencegah penumpukan kotoran di area yang
tidak diinginkan. Biasanya, dasar kolam direncanakan dengan kemiringan
yang mengarah ke saluran air atau sistem filtrasi untuk memudahkan
pengelolaan kotoran dan sirkulasi air.
5. Kedalaman Kolam: Kedalaman kolam juga memainkan peran penting dalam
sanitasi lingkungan. Kolam renang yang terlalu dalam atau terlalu dangkal
dapat mempengaruhi sirkulasi air dan penggunaan sistem filtrasi. Idealnya,
kolam renang harus memiliki kedalaman yang cukup untuk memungkinkan
penggunaan sistem filtrasi yang efektif dan mempertahankan sirkulasi air
yang baik.
6. Material Kolam: Jenis material yang digunakan untuk kolam renang juga
dapat mempengaruhi sanitasi lingkungan. Material yang digunakan harus
tahan terhadap keausan, tahan terhadap bahan kimia, dan mudah
dibersihkan. Pemilihan material yang tepat dapat membantu mencegah
pertumbuhan alga atau bakteri yang sulit dibersihkan dan memastikan
kebersihan kolam renang.
Dalam merancang kolam renang, penting untuk mempertimbangkan aspek-aspek di
atas agar sanitasi lingkungan dapat dijaga dengan baik. Menggabungkan desain
yang baik dengan langkah-langkah sanitasi yang tepat akan membantu menjaga air
kolam renang tetap bersih, aman, dan menyenangkan bagi pengguna.

J PENGARUH KESEHATAN

Secara epidemiologis menunjukan bahwa walaupun konstruksi dan pengoperasian


kolam renang/pemandian umum telah dilakukan dengan baik bukan merupakan
jaminan untuk tidak menimbulkan masalah kesehatan masyarakat. Keadaan ini
mendorong kita perlu melakukan pengawasan sanitasi kolam renang/ pemandian
agar jangan sampai timbul masalah kesehatan masyarakat.

Beberapa penyakit yang erat hubungnnya dengan kolam renang adalah sebagai
berikut :

1. Kelompok penyakit perut (intestinal diseases) :

Typhus, parathypus, dysentri amuba, leptospira, dysentri basilair

Hal ini bisa ditimbulkan melalui air kolam renang yang tercemar oleh limbah
rumah tangga atau kotoran binatang.

2. Kelompok penyakit pernafasan (respiratory diseases), seperti : pilek, sinusitis,


radang tenggorokan.

3. Kelompok penyakit infeksi pada mata, telinga, hidung, kerongkongan dengan


kulit.

4. Kecelakaan-kecelakaan

Kecelakaan dan kematian merupakan masalah besar di kolam renang, penyebab


utama adalah dari kurangnya pengawasan pada konstruksi, cara penggunaan dan
pemeliharaan peralatan di kolam renang.
Masalah kecelakaan yang sering terjadi di kolam renang adalah disebabkan antara
lain :

– Patahnya papan loncat

– Penempatan peluncur air yang salah

– Salahnya pemasangan atau pemeliharaan perawatan listrik

– Kurang tepatnya pemasangan atau pemeliharaan perawatan listrik

– Adanya pecahan gelas ataupun kacamata didalam kolam

Dari semua penyakit / kecelakaan tersebut yang paling umum terjadi pada perenang
adalah :

• iritasi mata akibat dosis khlor yang tinggi

• Ph yang terlalu asam

• penyakit rangen (swimming itch)

Dari kenyataan yang ada, banyak membuktikan bahwa teori jelas berbeda dari
kenyataan yang terjadi. maka, akan lebih bijak ketika lewat pembahasan menganai
kolam renang ini diharapkan ketika kunjungan lapangan dapat memberikan
pelajaran lebih lagi mengenai sanitasi kolam renang.

K PENGARUH KESEHATAN

Secara epidemiologis menunjukan bahwa walaupun konstruksi dan pengoperasian


kolam renang/pemandian umum telah dilakukan dengan baik bukan merupakan
jaminan untuk tidak menimbulkan masalah kesehatan masyarakat. Keadaan ini
mendorong kita perlu melakukan pengawasan sanitasi kolam renang/ pemandian
agar jangan sampai timbul masalah kesehatan masyarakat.
Beberapa penyakit yang erat hubungnnya dengan kolam renang adalah sebagai
berikut :

1. Kelompok penyakit perut (intestinal diseases) :

Typhus, parathypus, dysentri amuba, leptospira, dysentri basilair

Hal ini bisa ditimbulkan melalui air kolam renang yang tercemar oleh limbah
rumah tangga atau kotoran binatang.

2. Kelompok penyakit pernafasan (respiratory diseases), seperti : pilek, sinusitis,


radang tenggorokan.

3. Kelompok penyakit infeksi pada mata, telinga, hidung, kerongkongan dengan


kulit.

4. Kecelakaan-kecelakaan

Kecelakaan dan kematian merupakan masalah besar di kolam renang, penyebab


utama adalah dari kurangnya pengawasan pada konstruksi, cara penggunaan dan
pemeliharaan peralatan di kolam renang.

Masalah kecelakaan yang sering terjadi di kolam renang adalah disebabkan antara
lain :

– Patahnya papan loncat

– Penempatan peluncur air yang salah

– Salahnya pemasangan atau pemeliharaan perawatan listrik

– Kurang tepatnya pemasangan atau pemeliharaan perawatan listrik

– Adanya pecahan gelas ataupun kacamata didalam kolam

Dari semua penyakit / kecelakaan tersebut yang paling umum terjadi pada perenang
adalah :
• iritasi mata akibat dosis khlor yang tinggi

• Ph yang terlalu asam

• penyakit rangen (swimming itch)

Dari kenyataan yang ada, banyak membuktikan bahwa teori jelas berbeda dari
kenyataan yang terjadi. maka, akan lebih bijak ketika lewat pembahasan menganai
kolam renang ini diharapkan ketika kunjungan lapangan dapat memberikan
pelajaran lebih lagi mengenai sanitasi kolam renang.

L PERSYARATAN KUALITAS AIR KOLAM RENANG


Untuk menjaga agar kolam renang tidak menjadi tempat penularan
penyakit, maka kualitas airnya harus benar-benar dijaga dan diawasi agar
senantiasa memenuhi persyaratan dan standar yang telah ditetapkan. Adapun
persyaratan air kolam renang yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Syarat fisik

a. Bau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Bau pada air kolam renang dapat disebabkan oleh bau tumbuhan
algae yang berlebihan, serta dari kontaminasi limbah. Selain itu, bau pada air
juga dapat disebabkan karena kandungan klor yang tinggi dalam air kolam
renang akibat proses desinfeksi (Adriana, 2016).
b. Kejernihan

Air kolam renang harus jernih atau tidak keruh. Kejernihan air kolam
renang dapat dilihat dengan piringan yang diletakkan pada dasar kolam yang
terdalam. Air kolam renang dapat dikatakan jernih apabila piringan tersebut
dapat

dilihat dengan jelas dari tepi kolam pada jarak lurus tujuh meter (Rozanto,N.E.
2015).
c. Suhu

Suhu air kolam renang haruslah 16-40oC karena pada suhu tersebut
kebanyakan orang lebih merasa nyaman untuk belajar berenang atu sekedar
rekreasi. Namun setiap kalangan tentu memiliki tingkat suhu nyaman yang
berbeda-beda, dimana untuk olahraga renang suhu yang direkomendasikan
adalah 26-28oC, untuk rekreasi suhu yang direkomendasikan adalah 27-29oC
(Dewi,A.K. 2018).
2. Syarat kimia

a. pH

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan identitas


keadaan asam atau basa suatu larutan (Adriana, 2016). Air yang memiliki pH
lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan yang memiliki pH
lebih besar dari pH normal akan bersifat basa. Batas pH air kolam renang yang
diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.32 Tahun 2017 yaitu
antara 7 – 7,8 apabila menggunakan khlorin. Apabila pH lebih rendah dari 7
akan menyebabkan item logam menimbulkan korosi dan meninggalkan noda di
dinding dan lantai kolam renang, sedangkan apabila pH lebih tinggi dari 7,8
akan menyebabkan pertumbuhan abnormal alga yang akan menyumbat filter
kolam renang. Air juga mungkin agak kusam atau berawan dan keputih putihan.
Efek pada manusia bisa menimbulkan iritasi mata dan kulit kering (Fathin,R.W.
2015).

Pengaruh pH terhadap jumlah HOCl- dan ClO- dalam air


b. Sisa klor

Klor merupakan senyawa kimia yang bersifat bakteriosid dan digunakan


sebagai bahan desinfektan air kolam renang. Adanya sisa klor diakibatkan dari
proses klorinasi yaitu pemberian klorin kedalam air yang menjalani proses
filtrasi (Adriana, 2016). Penggunaan klorin dalam air kolam renang bertujuan
untuk menjaga kejernihan air agar bertahan lebih lama serta untuk membunuh
bakteri dalam air kolam renangm terutama pada air kolam renang yang tidak
berasal dari mata air. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2017, batas pemberian senyawa khlor yang diperbolehkan
untuk kolam yang tidak beratap/beratap yaitu 1 – 1,5 mg/l. Penggunaan klorin
yang berlebihan dapat memberikan efek yang negatif pada pengguna air kolam
renang seperti iritasi mata, hidung terasa gatal, rambut kusam dan kasar, serta
susah bernafas (Pakaya,L.S. 2014).

M CARA PENGOLAHAN AIR KOLAM RENANG

Kualitas air kolam renang tipe resirkulasi sangat tergantung pada cara
pengolahannya, karena pengolahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas air kolam renang. Pada dasarnya tindakan pengolahan air kolam renang
berkisar pada dua macam yaitu proses kimia dan proses fisika.

1. Proses Kimia

Proses kimia pada pengolahan air kolam renang adalah proses pembubuhan zat
kimia ke dalam air pada saat pengolahan. Proses pengolahan air kolam meliputi:

a. Khlorinasi

Proses pendesinfeksian air dengan menggunakan khlor aktif ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas air secara bakteriologis sehingga dapat mengendalikan atau
mengurangi jumlah bakteri yang ada dalam air kolam renang. Zat khlor merupakan
bahan yang aktif dan mudah terurai sehingga dapat cepat bereaksi dengan bahan-
bahan organik atau anorganik di dalam air. Untuk proses khlorinasi yang baik maka
pH air yang diperlukan adalah berkisar antara 7,2 – 7,6 sebab suasana basa akan
mempercepat terurainya khlor aktif membentuk asam hipoklorit dan kedua ini
adalah sangat taksis terhadap mikroorganisme (Chandra, 2009).

Sumber senyawa khlorinasi aktif yang biasanya dipakai untuk bahan desinfektan
adalah:

1) Kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit, dengan rumus kimia
(Ca(COCl)2) yaitu senyawa khlor aktif yang berbentuk bubuk putih atau granula
dengan kadar khlor aktif mulai dari 25 – 30%.

2) Natrium hipoklorit dengan rumus kimia NaCl yaitu senyawa khlorit aktif yang
berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dengan kadar khlor aktif antara 12 –
25%.

3) Hepta oksida dikhlor aktif dengan rumus kimianya Cl2O, yaitu senyawa khlor
aktif yang berupa cairan kental seperti minyak kelapa dan tidak berwarna.

b. Koagulasi (penggumpalan)

Proses ini bertujuan untuk penjernihan air yang dilakukan dengan cara pembubuhan
bahan-bahan koagulasi seperti Al2(SO4)3 atau yang biasa disebut tawas, FeCL3
atau ferri khlorida, FeCl2 atau ferro khlorida. Tujuan dari pembubuhan zat
koagulasi adalah untuk mengingat kotoran-kotoran yang ada di dalam air kolam
menjadi gumpalan-gumpalan kotoran yang lebih besar lagi, sehingga mudah
mengendap untuk kemudian disedot/disaring. Untuk memperoleh efektifitas yang
tinggi dalam proses koagulasi, maka diperlukan suasana pH antara 7,4 – 7,6 dan
harus dilakukan pengadukan yang baik sehingga zat koagulan yang diberikan dapat
tercampur rata dengan air kolam secara merata (Sitanggang, 2012).

c. Pengendalian lumut
Lumut dan alga merupakan tumbuhan air yang dapat berkembang biak dalam air
kolam renang sehingga dapat mempengaruhi kualitas air kolam. Tumbuhan ini
tumbuh disebabkan adanya kandungan lumpur yang terdapat pada dinding kolam,
dan dasar kolam. Secara fisiologis, dapat menimbulkan gangguan estetika karena

adanya bercak-bercak atau noda sehingga air kolam tampak kotor. Untuk
menghilangkan atau mengendalikan alga dan lumut tersebut dapat digunakan bahan
kimia seperti senyawa cupri sulfat (zat prusi, vitriol bitu). Pemberian prusi ini harus
dilakukan penyikatan dinding dan dasar kolam dengan prusi pada setiap kali
diadakan pembersihan umum. penggunaan prusi yang berlebihan akan
membahayakan karena dapat berakibat hilangnya warna rambut pada perenang
disamping itu dapat membuat air kolam menjadi biru (Sitanggang, 2012).

d. Netralisasi

Netralisasi adalah proses pembubuhan bahan kimia untuk membantu atau


mempercepat penetralan bahan-bahan yang digunakan dalam pengolahan air, yaitu
dengan jalan menaikkan atau menurunkan pH air, dalam hal ini ditujukan untuk
menetralkan kandungan alumunium dan bahan membahayaka lainnya yang terdapat
di dalam air kolam (Sitanggang, 2012).

2. Proses Fisika

Menurut Sitanggang (2012), dalam pengolahan air kolam renang yang


dimaksudkan dengan proses fisika adalah proses pengolahan air melalui tahapan
pengadukan, pengendapan, dan penyaringan.

a. Pengadukan

Proses pengadukan ini adalah proses pencampuran bahan kimia yang digunakan
dalam pengolahan air dengan seluruh air yang ada dengan cara mengadukkannya,
di dalam instilasi pengolahan proses pengadukan dilakukan setelah pembubuhan
bahan-bahan kimia. Idealnya suatu unit pengaduk yang komplit dapat menjangkau
volume air kolam renang sehingga dapat merata.

b. Pengendapan

Proses ini dimaksudkan untuk mengendapkan flok-flok kotoran yang terbentuk


pada proses koagulasi. Pengendapan ini diharapkan dapat membantu dan
mempermudah dalam proses penyaringan.

c. Penyaringan

Pada proses penyaringan ini bertujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang


masih melayang di dalam air karena kotoran tersebut tidak dapat mengendap
sehingga melalui filter ini air diharapkan dapat jernih kembali.

N PENGAWASAN KUALITAS AIR (KOLAM RENANG)

Pengawasan kualitas air kolam renang sangat penting untuk menjaga kebersihan
dan keamanan kolam. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam
pengawasan kualitas air kolam renang:

1. Pengukuran Kandungan Kimia: Melakukan pengukuran rutin terhadap


kandungan kimia air kolam renang sangat penting. Parameter yang perlu
diukur termasuk klorin, pH, alkalinitas, kekeruhan (turbidity), dan kadar
bahan kimia lainnya yang digunakan dalam sanitasi kolam renang.
Pengukuran ini dapat dilakukan menggunakan alat pengukur kualitas air
yang sesuai atau dengan mengirimkan sampel air ke laboratorium
terakreditasi.
2. Monitoring Klorin: Klorin adalah bahan kimia yang umum digunakan
dalam kolam renang untuk membunuh kuman dan organisme patogen.
Penting untuk memantau kandungan klorin secara teratur dan memastikan
bahwa konsentrasinya berada dalam rentang yang aman, sesuai dengan
standar sanitasi yang dianjurkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pengukur klorin atau menggunakan strip tes klorin yang
tersedia secara komersial.
3. pH Monitoring: pH air kolam renang juga perlu dipantau secara teratur.
Rentang pH yang ideal untuk kolam renang biasanya antara 7,2 hingga 7,6.
pH yang tidak seimbang dapat menyebabkan masalah seperti iritasi kulit
dan mata pada pengguna kolam renang. Penggunaan alat pengukur pH atau
strip tes pH dapat membantu memantau pH air kolam dengan mudah.
4. Kekeruhan Air: Kekeruhan air merujuk pada kejernihan atau transparansi
air kolam renang. Kekeruhan yang tinggi dapat menunjukkan adanya
partikel-partikel padat atau zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air.
Pengukuran kekeruhan air dapat dilakukan menggunakan turbidimeter atau
dengan menggunakan kit uji kekeruhan air.
5. Kebersihan Fisik: Selain pengukuran parameter kimia, penting juga untuk
memantau kebersihan fisik air kolam renang. Ini melibatkan pemeriksaan
visual untuk memastikan tidak ada kotoran, daun, serangga, atau benda-
benda lain yang mengambang di permukaan atau terendap di dasar kolam.
Pembersihan rutin dan penyaringan kolam harus dilakukan untuk menjaga
kebersihan fisik kolam renang.
6. Penggunaan Teknologi Pemantauan Otomatis: Saat ini, ada teknologi
pemantauan otomatis yang tersedia untuk memantau kualitas air kolam
renang secara real-time. Sistem ini menggunakan sensor yang terhubung
dengan sistem manajemen kolam renang dan memberikan informasi
langsung tentang kandungan kimia dan kualitas air. Ini dapat membantu
pemilik kolam renang dalam memantau dan mengatur parameter air secara
efisien.

Pengawasan kualitas air kolam renang harus dilakukan secara rutin dan
konsisten. Jika ada perubahan atau ketidaknormalan dalam kualitas air,
langkah-langkah perbaikan dan penyesuaian harus diambil segera untuk
menjaga air kolam renang tetap bersih dan aman untuk digunakan.

O PENGAWASAN KUALITAS LIMBAH CAIR (KOLAM RENANG)


Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah yang berbentuk cair berasal dari
kegiatan /usaha atau aktivitas manusia (Puspawati, 2019:346). Menurut Chandra B.
(dalam Pupawati, 2019:346) secara umum limbah cair terbagi atas:
1. Human excreta (feces dan urine) Merupakan hasil akhir dari proses yang
berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan
zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Untuk mengurangi pencemaran, perlu
dilakukan suatu cara pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi agar
tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan di
sekitarnya.

2. Sewage (air limbah). Air limbah merupakan sisa dari hasil usaha dan atau
kegiatan yang berwujud cair. Sisa buangan tersebut dapat berasal dari rumah
tangga, industry dan tempattempat umum lainnya. Kandungan air limbah rumah
tangga sebagian besar terdiri atas bahan organic. Namun demikian, pengawasan
terhadap kualitas air limbah sangat penting dilakukan mengingat bahaya yang
ditimbulkan dari pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan
berdampak bagi pencemaran tanah, air, udara, makanan, bahkan menjadi tempat
perkembangbiakan vector dan binatang pengganggu lainnya.

Pencemaran pada air kolam renang dapat disebabkan oleh pencemaran kimia dan
mikrobiologis. Pencemaran kimia air kolam renang dapat berasal dari bahan kimia
yang melekat pada tubuh prenang seperti keringat,urin,sisa sabun dan komestik
(WHO,2006:60). Sedangkan pencemaran mikrobiologis air kolam renang dapat
berasal dari kontaminasi kotoran dari perenang ,kontaminasi kotoran dari hewan
yang ada dilingkungan kolam renang,serta kontaminasi kotoran dari hewan yang
ada dilingkungan kolam renang,serta kontaminasi kotoran yang terdapat pada
sumber air yang digunakan sebagai kolam renang (WHO,2006:26). Adanya
kontaminasi kotoran tersebut akan menyebabkan tingginya kandungan
mikrobiologis dalam air kolam renang yang dapat menimbulkan dampak negatif
pada kesehatan pengguna kolam renang. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan
melalui media air kolam renang antara lain penyakit mata,penyakit kulit,penyakit
hepatitis,serta penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan seperti diare
dan typus (Mukono,2000:107). Penyakit-penyakit tersebut dapat ditularkan oleh
mikroorganisme pathogen dalam air kolam renang seperti bakteri ,virus,jamur dan
protozoa (WHO,2006:27).
P PENGAWASAN KUALITAS UDARA (KOLAM RENANG)

Pengawasan kualitas udara di sekitar kolam renang sangat penting untuk menjaga
kenyamanan dan kesehatan pengguna. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
diambil dalam pengawasan kualitas udara kolam renang:

1. Ventilasi yang Adekuat: Pastikan kolam renang dilengkapi dengan sistem


ventilasi yang baik. Ventilasi yang memadai akan membantu mengurangi
akumulasi uap air dan zat-zat kimia di udara sekitar kolam. Sistem ventilasi
yang baik akan mengarahkan udara segar ke area kolam dan mengeluarkan
udara terkontaminasi keluar.
2. Pengendalian Kelembaban: Jaga kelembaban udara di sekitar kolam renang
tetap dalam rentang yang sehat. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kondensasi dan penumpukan air, sementara kelembaban yang
terlalu rendah dapat mengakibatkan keringnya udara dan iritasi pada saluran
pernapasan. Gunakan peralatan pengontrol kelembaban jika diperlukan.
3. Penggunaan Produk Kimia dengan Bijak: Pastikan penggunaan produk
kimia seperti klorin dan bahan kimia lainnya sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan. Penggunaan yang berlebihan dapat menghasilkan uap
kimia yang tidak sehat di udara sekitar kolam renang. Selalu ikuti panduan
penggunaan yang tepat dan pastikan ventilasi cukup saat melakukan
pengolahan kimia.
4. Monitoring Kualitas Udara: Lakukan pengukuran rutin terhadap kualitas
udara di sekitar kolam renang. Monitor parameter seperti konsentrasi klorin,
kelembaban, suhu udara, dan partikel debu di udara. Pengukuran ini dapat
membantu mengidentifikasi masalah kualitas udara dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.
5. Pembersihan dan Pemeliharaan: Jaga kebersihan area sekitar kolam renang
dengan rajin membersihkan debu, serbuk sari, daun, atau kotoran lainnya
yang dapat masuk ke udara di sekitar kolam. Pastikan sistem filtrasi dan
pembersihan kolam berfungsi dengan baik untuk menghilangkan partikel-
partikel yang dapat terlarut dalam udara.
6. Edukasi Pengguna: Sosialisasikan kepada pengguna kolam renang
mengenai pentingnya kualitas udara yang baik dan bagaimana mereka dapat
berkontribusi dalam menjaga kebersihan udara. Berikan informasi tentang
tindakan yang dapat mereka lakukan, seperti menghindari menghirup uap
langsung dari permukaan air, menjaga kebersihan pribadi sebelum masuk ke
kolam, dan mengenali gejala iritasi atau masalah pernapasan yang mungkin
terkait dengan kualitas udara.

Pengawasan kualitas udara di sekitar kolam renang harus dilakukan secara teratur
dan proaktif. Dengan langkah-langkah yang tepat, kualitas udara di sekitar kolam
renang dapat dijaga agar tetap sehat dan nyaman bagi pengguna.

Q PENGAWASAN KUALITAS SAMPAH (KOLAM RENANG)

Pengawasan kualitas sampah di kolam renang sangat penting untuk menjaga


kebersihan, keindahan, dan kesehatan kolam. Berikut adalah beberapa langkah yang
dapat diambil dalam pengawasan kualitas sampah kolam renang:

1. Pembersihan Rutin: Lakukan pembersihan rutin secara teratur untuk


menghilangkan sampah yang terdapat di permukaan air kolam renang.
Gunakan alat pembersih seperti jaring atau penyaring untuk mengumpulkan
daun, serbuk sari, atau sampah lainnya yang mengapung di kolam.
2. Sistem Penyaringan: Pastikan sistem penyaringan kolam renang berfungsi
dengan baik. Filter kolam harus dirawat dan dibersihkan secara teratur
untuk menjaga kemampuan mereka dalam menyaring partikel-partikel kecil
dari air kolam. Pastikan pompa dan sistem sirkulasi juga beroperasi dengan
baik agar partikel sampah terus terjaga dalam pergerakan untuk dapat
ditangkap oleh sistem penyaringan.
3. Kerjasama Pengguna: Sosialisasikan kepada pengguna kolam renang
tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menghindari membuang
sampah ke dalam kolam. Berikan tempat sampah yang cukup di sekitar
kolam renang agar pengguna dapat dengan mudah membuang sampah
mereka dengan benar.
4. Penggunaan Penutup Kolam: Gunakan penutup kolam saat kolam renang
tidak digunakan untuk mencegah masuknya daun, serbuk sari, dan sampah
lainnya ke dalam kolam. Penutup kolam juga membantu mempertahankan
kualitas air kolam dengan mencegah terjadinya penguapan yang berlebihan
dan kontaminasi eksternal.
5. Pembersihan Dasar Kolam: Selain pembersihan permukaan air, perhatikan
juga kebersihan dasar kolam. Jika ada penumpukan lumpur, kerak, atau
sedimen lainnya di dasar kolam, lakukan pembersihan secara teratur untuk
menjaga kebersihan dan kualitas air kolam.
6. Edukasi dan Pengawasan: Edukasi pengguna kolam renang mengenai
pentingnya menjaga kebersihan dan pengelolaan sampah yang baik sangat
penting. Berikan informasi kepada mereka tentang tindakan yang dapat
mereka lakukan, seperti tidak membuang sampah ke dalam kolam,
menggunakan tempat sampah yang disediakan, dan melaporkan jika mereka
melihat sampah yang mengapung di kolam.

Pengawasan kualitas sampah di kolam renang harus dilakukan secara teratur dan
konsisten. Dengan langkah-langkah di atas, kebersihan kolam renang dapat terjaga
dengan baik, menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi pengguna.

R PENGAWASAN KUALITAS VEKTOR (KOLAM RENANG)

Pengawasan kualitas vektor (serangga, nyamuk, dll.) di sekitar kolam renang sangat
penting untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam pengawasan kualitas
vektor kolam renang:

1. Pengelolaan Vegetasi: Jaga vegetasi di sekitar kolam renang tetap terawat


dengan baik. Potong rumput secara teratur dan pastikan tidak ada tumbuhan
berlebih yang dekat dengan kolam renang. Tanaman yang berlebihan atau
semak-semak dapat menjadi tempat persembunyian bagi serangga dan vektor
lainnya.
2. Pengendalian Nyamuk: Nyamuk adalah vektor yang umum di sekitar kolam
renang. Untuk mengendalikan populasi nyamuk, pastikan tidak ada air yang
tergenang di sekitar kolam, seperti di wadah kosong, bak mandi burung, atau
genangan air lainnya. Pasang jaring atau layar pada ventilasi atau lubang saluran
air untuk mencegah nyamuk masuk ke area kolam renang.
3. Penggunaan Repelen: Sarankan kepada pengguna kolam renang untuk
menggunakan repelen nyamuk yang efektif pada kulit mereka sebelum masuk ke
dalam kolam. Ini dapat membantu mencegah gigitan nyamuk dan mengurangi
risiko penularan penyakit yang terkait dengan nyamuk.
4. Kebersihan Kolam: Jaga kebersihan air kolam renang dengan baik untuk
mencegah penyebaran serangga dan vektor lainnya. Pastikan sistem filtrasi dan
penyaringan berfungsi dengan baik untuk menghilangkan partikel-partikel kecil
yang dapat menjadi tempat persembunyian bagi vektor. Bersihkan permukaan
dan dasar kolam secara rutin untuk menghilangkan sisa makanan atau organik
lainnya yang dapat menarik serangga.
5. Pemeriksaan Rutin: Lakukan pemeriksaan rutin terhadap vektor dan serangga di
sekitar kolam renang. Perhatikan adanya sarang serangga, tanda-tanda infestasi
nyamuk, atau tanda-tanda aktivitas vektor lainnya. Jika ditemukan masalah,
segera ambil tindakan pencegahan atau pemusnahan yang tepat, seperti
membersihkan sarang atau menggunakan insektisida yang disetujui.
6. Edukasi Pengguna: Edukasi pengguna kolam renang mengenai pentingnya
pengawasan kualitas vektor dan langkah-langkah yang dapat mereka lakukan
untuk membantu menjaga lingkungan kolam renang bebas dari serangga dan
vektor. Ajarkan mereka untuk tidak meninggalkan makanan atau minuman
terbuka di sekitar kolam, serta membuang sampah dengan benar agar tidak
menarik serangga.
7. Pengawasan kualitas vektor di sekitar kolam renang harus dilakukan secara
terus-menerus dan proaktif. Dengan langkah-langkah di atas, risiko terhadap
vektor dan serangga yang mengganggu dapat dikurangi, menciptakan
lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi pengguna kolam renang.
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, imam, 2015. Inspeksi sanitasi tempat tempat umum . Yogyakarta : Gosyen
Publishing

Adriana. 2016. Analisis Kualitas Air Kolam Renang Indoor dan Outdoor Depok Sport
Center dan Tirta Sari di Kabupaten Sleman Berdasarkan KetentuanKetentuan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990. Tersedia dalam
http://repository.usd.ac.id. Diakses tanggal 20 September 2018

Cita dan Adriani, 2009. Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pengguna Kolam Renang
di Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 7 (1) : 26-31

Dewi,A.K. 2018. Gambaran Sanitasi Kolam Renang Tirta Srinadi Klungkung Tahun
2018. Karta Tulis Ilmiah. Denpasar. Politeknik Kesehatan Denpasar

Maulana,F. 2012. Gambaran Kualitas Air Kolam Renang Tirta Lontara Makassar
Tahun 2012. Tersedia dalam : http://repositori.uin-alauddin.ac.id. Diakses tanggal
14 Oktober 2018

Pakaya,L.S. 2014. Analisis Kadar Klorin pada Air Kolam Renang di Tempat Wisata
Gorontalo. Artikel. Tersedia dalam : http://kim.ung.ac.id. Diakses tanggal 12 Juni
2019

Permenkes RI No 32, 2017. Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,
Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum

Santoso,I. 2015. Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Yogyakarta : Gosyen


Publishing

Suryatni,S. 2016. Tinjauan Sanitasi Kolam Renang dan Tingkat Kenyamanan


Pengunjung di Kolam Renang Tirta Bayu Kuta Utara Badung. Karya Tulis
Ilmiah. Denpasar. Politeknik Kesehatan Denpasar
Menteri Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
Tentang Syarat - Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1991. Peraturan Menteri Kesehatan


No.061/Menkes/Per/I/1991 Tentang Persyaratan Kesehatan Kolam Renang Dan
Pemandian Umum Untuk Fasilitas Dan Konstruksi Bangunan Di Kolam
Renang. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
TOPIK 12
SALON KECANTIKAN

Salon kecantikan merupakan sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan


kecantikan khususnya memelihara dan merawat kesehatan kulit dan rambut dengan
menggunakan kosmetik secara manual, preparatif, aparatif, dan dekoratif tanpa
adanya tindakan operasi.
Salon kecantikan merupakan salah satu tempat yang terdapat pada
persyaratan sanitasi tempat-tempat umum (STTU) menurut UU No. 11 tahun 1962:
hygiene untuk usaha-usaha bagi umum . Oleh karena itu, diperlukan sanitasi salon
kecantikan karena tempat umum banyak sekali masalah yang dapat ditimbulkan
seperti banyaknya penularan penyakit dan masalah lingkungan lain yang sampai
saat ini belum ditemukan cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
Sanitasi umumnya mengacu pada penyediaan layanan untuk pembuangan
aman manusia. Sanitasi yang tidak memadai merupakan penyebab utama penyakit
di seluruh dunia. Peningkatan sanitasi dikenal memiliki dampak yang bermanfaat
pada kesehatan rumah tangga maupun di komunitas. Kata “sanitasi” juga merujuk
kepada pemeliharaan kondisi yang higienis, melalui layanan seperti pembuangan
sampah, pengumpulan dan pengolahan air limbah (WHO, 2008).
Keamanan salon merupakan kebutuhan masyarakat, karena salon yang
aman akan melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya. Setiap salon harus memiliki izin usaha dan sertifikat hygiene sanitasi dari
pemerintahan daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dapat dikatakan bahwa kegiatan sanitasi ini sebagai ajang pelatihan bagi
mahasiswa sebelum nantinya terjun ke dunia kerja secara langsung. Sehingga
mahasiswa nantinya dapat menerapkannya secara langsung, tidak ragu dan
canggung dalam dunia kerja. Pada kesempatan kali ini, kami melalukan observasi
sanitasi di Flamingo Salon & SPA Palembang
Pengertian Salon

Salon kecantikan, kap salon dan sejenisnya adalah tempat-tempat umum


yang menetap dimana disediakan fasilitas salon kecantikan, kap salon bagi umum.
Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Salon Kecantikan adalah Kep. Menkes
288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan
Umum Salon kecantikan menurut Nelly Hakim (2001:169) adalah sarana
pelayanan umum untuk kesehatan kulit, rambut dan tubuh dengan perawatan
kosmetik secara manual, preventif dan yang modern maupun tradisional tanpa
tindakan operasi (bedah).

Salon kecantikan adalah suatu tempat yang menetap dimana disediakan


pelayanan perawatan, kecantikan bagi umum (kamus besar bahasa indonesia.
1987). Dan (menurut kamus besar bahasa Indonesia, 2003) Salon adalah suatu
tempat yang menetap (gedung) orang merawat kecantikan (merias muka, menata
rambut dan sebagainya).

Salon kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan


khususnya memelihara dan merawat kesehatan kulit, rambut dengan menggunakan
kosmetik secara manual, preparatif, aparatif dan dekoratif tanpa tindakan operasi.
(peraturan walikota kota Yogyakarta no 70 tahun 2009). sedangkan menurut
depkes RI 2003, salon adalah suatu tempat yang menetap dimana disediakan
pelayanan perawatan kecantikan bagi umum.

Jenis-jenis salon kecantikan


Jenis-jenis salon kecantikan menurut pelayanan yang dilakukan ada 3 macam,
yaitu:

1. Salon kecantikan rambut.

2. Salon kecantikan kulit

3. Salon kecantikan rambut dan kulit.

Berdasarkan bahan kosmetik salon kecantikan dibedakan menjadi:


1. Salon kecantikan modem
Di buat dari bahan kimia dan di formulasikan secara ilmiah modem. Diantara yang
termasuk golongan ini adalah yang disebut dengan cosmetics medicated,
2. Kosmetika tradisional.
Di buat dari bahan-bahan alam dan di olah menurut resep dan cara
tradisional yang turun temurun.
Menurut jumlah Kosmetik Yang Dilakukan:
a. Salon yang menggunakan satu jenis kosmetika produk pabrik tertentu, salon
ini bertugas untuk promosi.

b. Salon yang menggunakan lebih dari satu jenis (merk) kosmetika yang
terdaftar didepartemen kesehatan sesuai kebutuhan layanan. Salon yang
menggunakan kosmetika buatan sendiri, tidak menggunakan bahan
terlarang dan tidak diperjual belikan.

2.1.1 Fungsi dan Syarat salon kecantikan


1) Fungsi salon kecantikan
Sebagai tempat untuk melakukan perawatan kecantikan. Berkaitan
dengan fungsi tersebut maka setiap salon kecantikan harus
mengusahakan tersedianya tempat dan suasana yang memungkinkan
untuk dilakukannya tempat perawatan, kecantikan seperti facial,
manicure, ataupun pedicure.

2) Syarat salon kecantikan


I. Persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan.
A. Umum
1. Lokasi :
a. Terhindar dari pencemaran lingkungan
b. Tidak terletak di daerah banjir
2. Lingkungan halaman :
a. Bersih
b. Tidak terdapat genangan air
B. Bagian dalam :
1) Lantai :
a. Bersih
b. Kuat
c. Kedap air permukaan rata
d. Tidak licin
2) Dinding :
a. Bersih
b. Permukaan yang selalu kontak dengan air kedap air
c. Berwarna terang
3) Langit-langit :
a. Berwarna terang
b. Mudah dibersihkan
c. Tinggi minimal 2,5 m dari lantai.
4) Atap :
a. Tidak bocor/kuat
b. Tidak memungkinkan terjadinya genangan air
5) Langit – langit :
a. Tinggi dari lantai min 2,5 m
b. Kuat
c. Berwarna terang
6) Pintu :
a. Kuat
b. Dapat mencegah masuknya serangga dan tikus
7) Pagar :
a. Terpelihara
b. Kuat
8) Pencahayaan : cukup terang (min 100 lux)
9) Ventilasi :
a. Terdapat perlengkapan untuk mengatur sirkulasi udara
b. Kondisi udara ruang terasa nyaman
II. Fasilitas sanitasi
1) Penyediaan air :
a. tersedia dengan jumlah yang cukup
b. memenuhi persyaratan fisik
2) Pembuangan limbah :
a. air limbah mengalir dengan lancar
b. saluran air limbah kedap air dan sistim tertutup
3) Toilet :
a. bersih dan tidak bau
b. lantai kedap air dan miring kesaluran pembuangan
c. toilet pria terpisah dengan wanita
4) Pembuangan sampah :
a. tersedia dengan jumlah yang cukup
b. tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
dengan penutup

A. ALAT KERJA
1) Alat yang berhubungan dengan kulit :
a. Sisir selalu dalam keadaan bersih dan baik
b. Gunting selalu dalam keadaan bersih dan baik
c. Mesin selalu dalam keadaan bersih
d. Tempat bedak dan sabun selalu dalam keadaan bersih dan
baik
2) Handuk :
a. Bersih
b. Tersedia dalam jumlah yang cukup
3) Kain penutup
a. Bersih
b. Berwarna putih/terang
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup
B. BAHAN-BAHAN
a. Pisau, gunting, dan lain-lain didesinfeksi dangan larutan
kimia atau air panas
b. Komestik/wangi-wangian diperoleh dari sumber yang
dipercaya
IV. KARYAWAN
a. Pemangkas rambut/juru rias dalam keadaan sehat
b. Dilengkapi pakaian kerja
V. LAIN-LAIN
1) Kotak P3K
a. Tersedia min.1 kotak P3K yang berisi obat-obatan
sederhana
L Klasifikasi salon kecantikan

Menurut tipenya salon di klasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu:


1) Salon kecantikan tipe D
Salon tipe D merupakan usaha kecil-kecilan dengan ciri fisik
Rumah sendiri tempat lain dengan ukuran minimal 9 m². Jumlah kursi
perawatan untuk rambut maksimal 4 kursi, kulit maksimal 2 dipan. Jenis
kegiatan yang dapat dilayani pada salon ini adalah Tata kecantikan
rambut, Pencucian kulit kepala rambut. Pemangkasan /pemotongan dan
pengeringan rambut, Penataan rambut. Pengeritingan, Pengecatan (tanpa
pemucatan). Perawatan kulit kepala /rambut (creambath). Tata
kecantikan kulit wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur) tanpa
kelainan, Merias wajah sehari-hari (pagi, siang, sore).

2) Salon kecantikan tipe C


Salon tipe C memiliki ciri fisik: Rumah sendiri/ tempat lain
dengan ukuran minimal 30 m², Jumlah kursi perawatan untuk rambut
maksimal 6 kursi, kulit maksimal 3 dipan. Jenis kegiatan yang dapat
dilayani pada salon ini adalah Tata kecantikan rambut, Pencucian kulit
kepala / rambut. Pemangkasan / pemotongan dan pengeringan rambut.
Penataan rambut, Pengeritingan, Pengecatan (dengan pemucatan).
Perawatan kulit kepala/ rambut (creambath), Pelurusan. Perawatan rambut
dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokkan ). Tata
kecantikan, Merawat kulit wajah. tangan (menikur) dan kaki (pedikur)
dengan kelainan, Merias wajah sehari- hari (pagi,siang,sore), panggung,
disko, karakter, cacat dan usia lanjut, Penambahan buku mata,
Menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki, Perawatan kulit
dengan menggunakan alat listrik sederhana (2 jenis seperti frimator dan
sauna).

3) Salon Kecantikan tipe B


Salon kecantikan kulit atau rambut tipe B memberikan pelayanan
kecantikan dan rambut dengan perawatan manual, preparative, aparatif
dan dekoratif, Disini alat kecantikan (alat listrik) yang digunakan masih
terbatas Salon ini diselenggarakan dengan manajemen yang baik yang
memiliki pimpinan, staf administrasi dan staf teknik: memiliki cirri-ciri
fisik, yaitu Rumah sendiri tempat lain dengan ukuran minimal 50 m.
Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimal 8 kursi, kulit maksimal 4
dipan.
Jenis kegiatan yang dapat dilayani pada salon ini adalah Tats
kecantikan rambut. Pencucian kulit kepala rambut. Pemangkasan
/pemotongan dan pengeringan rambut. Penataan rambut. Pengeritingan,
Pengecatan (dengan pemucatan). Perawatan kulit kepala rambut
(creambath), Pelurusan, Perawatan rambut dengan kelainan ringan
(kebotakan, ketombe, kerontokkan). Penambahan rambut kepala, Tata
kecantikan, Merawat kulit wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur)
dengan kelainan, Merias wajah sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung,
disko, karakter, cacat dan usia lanjut, Penambahan buku mata,
Menghilangkan bulu- bulu yang tidak dikehendaki, Perawatan kulit
dengan menggunakan alat listrik, Perawatan badan (body massage).

4) Salon Kecantikan tipe A


Salon kecantikan tipe A merupakan tempat pusat pelayanan
kecantikan kulit dan rambut (beauty center) yang member pelayanan
perawatan lengkap baik manual, preparative, aparatif dan dekoratif
ditambah perawatan khusus seperti obesitas, diet dan seram. Peralatan
listrik yang digunakan lebih lengkap. Salon ini dikelola secara
institusional dengan manajemen yang baik seperti tipe B, tetapi disini
lebih lengkap terutama staf ahli teknis. Jenis perawatan yang diberikan
pada tipe A: Tata kecantikan sama dengan salon kecantikan tipe B. Tata
kecantikan kulit seperti pada salon kecantikan tipe B ditambah perawatan
yang lebih luas baik secara tradisional Indonesia (empiric timur) maupum
modern (empiric barat) seperti: Akupresur, aroma terapi, reflekzone,
Perawatan dengan alat listrik : helioterapy, hydrotherapy, mekanoterapy
dan elektroterapi. Perawatan tradisional yang spesifik seperti:
perawatanpengantin, ibu hamil, ibu setelah melahirkan, dll.

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN (INSPEKSI


SANITASI)

SALON

1. NAMA SALON :
2. ALAMAT :
3. NAMA PENGELOLA :
4. JUMLAH KARYAWAN :
5. TANGGAL PEMERIKSAAN :
6. a. Beri tanda ü pada kotak [ ] (kolom 4, dan lingkaran nilai (kolom 5) untuk
komponen penilaian yang sesuai.
b. Skore (kolom 6)adalah bobot (kolom 3) dikalikan dengan nilai (kolom
5)pada komponen penilaian yang sesuai (kolom 4).
c. Setiap variabel memiliki nilai maksimum 10 dan nilai minimum 0
KOMPONEN YANG
NO VARIABEL UPAYA BOBOT NILAI SKORE
DINILAI
1 2 3 4 5 6
I Persyaratan Kesehatan
lingkungan dan
bangunan
A UMUM
1. Lokasi (ü) terhindar dari
pencemaran
4 lingkungan
(ü) tidak terletak di
daerah banjir
2. lingkungan / halaman (ü) bersih
3. 4 (ü) tidak terdapat
genangan air

KOMPONEN YANG
NO VARIABEL UPAYA BOBOT NILAI SKORE
DINILAI
1 2 3 4 5 6
B BAGIAN DALAM
1. Lantai (ü) Bersih
(ü) Kuat, kedap air
3
permukaan rata
(ü) Tidak licin
2. Dinding (ü) Bersih
(ü) Permukaan yang
5 selalu kontak dengan
air kedap air

(ü) Berwarna terang


3. Atap (ü) Tidak bocor / kuat
(ü) Tidak
6 memungkinkan
terjadinya genangan
air
4. Langit-langit (ü) Tinggi dari lantai
min 2,5
5 (ü) Kuat
(ü) Berwarna terang
5. Pintu (ü) Kuat
(ü) Dapat mencegah
4
masuknya serangga
dan tikus
6. Pagar 8 (ü) Terpelihara
(ü) Kuat
7. Pecahayaan (ü) Cukup terang (min
5
100 lux)
8. Ventilasi ( ) Terdapat
perlengkapan untuk
mengatur sirkulasi
5
udara
(ü) Kondisi udara
ruang terasa nyaman

KOMPONEN
NO VARIABEL UPAYA BOBOT NILAI SKORE
YANG DINILAI
1 2 3 4 5 6
II FASILITAS
SANITASI
1. Penyediaan air (ü) Tersedia dengan
8
jumlah yang cukup
(ü) Memenuhi
persyaratan fisik
2. Pembuangan air ( ) Air limbah
limbah mengalir dengan
lancar
10
(ü) Saluran air limbah
kedap air dan sistim
tertutup
3. Toilet (ü) Bersih dan tidak
bau
(ü) Lantai kedap air
6 miring ke saluran
pembuangan
( ) Toilet pria terpisah
dengan wanita

4. Pembuangan sampah (ü) Tersedia dengan


jumlah yang cukup
(ü) Tempat sampah
6
terbuat dari bahan
yang kuat, kedap air,
dengan penutup
A. ALAT KERJA
1. Alat yang (ü) Sisir selalu dalam
berhubungan dengan keadaan bersih dan
kulit baik
(ü) Gunting selalu
dalam keadaan bersih
10
dan baik
(ü) Mesin selalu
dalam keadaan bersih
(ü) Tempat bedak dan
baik
2. Handuk (ü) Bersih
10 (ü) Tersedia dalam
jumlah yang cukup

KOMPONEN YANG
NO VARIABEL UPAYA BOBOT NILAI SKORE
DINILAI
1 2 3 4 5 6
3. Kain penutup (ü) Bersih
(ü) Berwarna
8 putih/terang
(ü) Tersedia dalam
jumlah yang cukup
B. BAHAN-BAHAN (ü) Pisau, gunting, dan
7 lain-lain didesinfeksi

dangan larutan kimia


atau air panas
(ü) Komestik/wangi-
wangian diperoleh
dari sumber yang
dipercaya
IV KARYAWAN (ü) Pemangkas
rambut/juru rias dalam
6 keadaan sehat
(ü) Dilengkapi
pakaian kerja
V LAIN-LAIN
1. Kotak P3K (ü) Tersedia min.1
4 kotak P3K yang berisi 10 40
obat-obatan sederhana
TOTAL BOBOT 100 TOTAL SCORE 1049
…………, ……………
2023

Mengetahui,

Pengurus Salon petugas /


pemeriksaan
( ) ( )
CARA PENILAIAN CHECKLIST

Variabel
Upaya
I II III IV V

55% 75% 70% 60% 100%

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒄𝒐𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏


Variabel Upaya I =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒄𝒐𝒓𝒆 𝑲𝒆𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 (𝟏𝟎𝟖)
× 100%

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒄𝒐𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏


Variabel Upaya II =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒄𝒐𝒓𝒆 𝑲𝒆𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 (𝟑𝟒𝟓)
× 100%

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒄𝒐𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏


Variabel Upaya III =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒄𝒐𝒓𝒆 𝑲𝒆𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 (𝟓𝟗𝟔)
× 100%

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒄𝒐𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏 X 100


Variabel Upaya IV =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒄𝒐𝒓𝒆 𝑲𝒆𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 (𝟔𝟎

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒄𝒐𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏 x 100 %


Variabel Upaya V=
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒄𝒐𝒓𝒆 𝑲𝒆𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 (𝟒𝟎)

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒄𝒐𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏 x 100 %


Skore Keseluruhan =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒄𝒐𝒓𝒆 𝑲𝒆𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏 (𝟏𝟏𝟒𝟗)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.


Ida Puspita Sari, d. (2017, mei). LAPORAN SANITASI LINGKUNGANDI ALFAFA
SALON & SPA. Retrieved from scribd:
https://id.scribd.com/document/488972405/Inspeksi-Sanitasi-Salon-docx
santoso, i. (2019). seri kesehatan lingkungan inspeksi sanitasi tempat tempat umum. In
G. Publishing,
inspeksi sanitasi tempat tempat umum. yogyakarta.

Telepon, Salon Kecantikan Palembang, 2011, https://telepon.info Diakses pada Tanggal


15 September 2012.

Yeollipop, N. (2019). LAPORAN HYGIENE SANITASI PADASALON


KECANTIKAN. Retrieved from
Academia: https://www.academia.edu/20351178/laporan_sanitasi_pada_salon
TOPIK 13
GEDUNG PERTUNJUKAN

Tinjauan Gedung Pertunjukan


Sejarah Gedung Pertunjukan di Indonesia

Pada mulanya berupa pertunjukan tradisional pada upacara-upacara


religius dan upacara-upacara lainnya, seperti pertunjukan wayang di kraton
dan tarian-tarian di pura-pura di Bali. Sejalan dengan perkembangan dan
peradaban yang lebih maju dan unsur-unsur budaya barat yang ditanamkan
bersama dengan masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia, maka seni
pertunjukan mengalami perkembangan pula, sehingga pada saat sekarang
cenderung untuk dipertunjukan di atas pentas.
Baru pada abad XIX di Jakarta pada zaman Rafles, dibangun
gedung pertunjukan yang pertama, yaitu gedung kesenian (City Hall) yang
berfungsi sebagai tempat pementasan seni pertunjukan modern, dimana
materi, struktur, dan pengolahannya didasarkan pada seni pertunjukan
barat, misalnya : seni opera, tari balet.

Fungsi dan Peranan Gedung Pertunjukan

Gedung pertunjukan sebagai wadah di dalam kegiatan masyarakat


mempunyai fungsi (Seminar Arsitektur, 1976) :
 Sebagai wadah untuk meningkatkan apresiasi seni.
 Sebagai wadah pendidikan yang bersifat hiburan.
 Sebagai wadah untuk mempertemukan buah pikiran seniman dengan
masyarakat sehingga terjadi suatu penilaian dan komunikasi.
 Sebagai wadah untuk menampung seni pertunjukan yang merupakan
hasil budaya dari suatu budaya atau masyarakat.
Dalam usaha kebudayaan nasional Indonesia, gedung pertunjukan
mempunyai peranan :
 Memelihara kelangsungan hidup kebudayaan seni pertunjukan baik
tradisional maupun bukan, sebagai warisan kebudayaan sebelumnya.
 Merangsang dan membangkitkan kreativitas para seniman dan
budayawan dalam menghimpun dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
 Meningkatkan daya penghayatan budaya di dalam masyarakat luas.
 Membantu memupuk kerjasama dibidang kebudayaan dengan bangsa-
bangsa lainnya.

Teater
Jenis-jenis Teater
Penggolongan jenis gedung pertunjukan atau teater dapat
berdasarkan bentuk maupun sistem pertunjukannya.
a. Teater berdasarkan bentuknya (Roderick, 1972)
 Teater terbuka : pertunjukan seni dilakukan pada ruangan
terbuka.
 Teater tertutup : pertunjukan seni dilakukan pada ruangan
tertutup.
b. Teater berdasarkan hubungan antara pertunjukan dengan
penontonnya (Roderick, 1972)
 Tipe Arena : dimana penonton mengelilingi pertunjukan, tidak
memerlukan penghayatan yang serius.
 Tipe Transverse : merupakan perkembangan dan variasi dari tipe
arena, dimana penonton duduk pada dua sisi yang berlawanan
menghadap panggung.
 Tipe ¾ Arena : merupakan variasi dari tipe arena, dimana
pemain atau aktor/aktris dapat naik kepanggung tanpa
melalui ruang penonton.
 Tipe ¼ Arena : dimana penonton menyaksikan pertunjukan
dalam satu arah. Luasan panggung kecil.
 Tipe Procenium : merupakan perkembangan tipe ¼ arena
akibat kurangnya luasan panggung. Penonton menyaksikan
pertunjukan dalam satu arah di depan panggung.
 Tipe Calliper Stage/Extended Stage : Panggung mengelilingi
sebagian dari penonton.
Gambar 10.1. Tipe-tipe Teater

(Sumber : Buildings For The Performing Arts, Ian Appleton : 105-109)

Ruang Penonton dan Panggung/Area Pertunjukan


Ukuran ruang penonton: jumlah penonton menentukan luas area
yang diperlukan. Untuk penonton diperlukan ≥ 0,5 m2/penonton.

Gambar 10.2. Ukuran Tempat Duduk


(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 :
138)

Di setiap 3 atau 4 baris tempat duduk tersedia pintu keluar


dengan lebar 1 m.

Gambar 10.3. Letak Pintu Keluar Pada Ruang Teater


(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 138)
Proporsi Ruang Penonton
Dihasilkan dari sudut persepsi psikologi dan sudut pandang
penonton, atau dari tuntutan pandangan yang baik dari semua
tempat duduk.
 Pandangan yang baik, tanpa gerakan kepala tetapi mudah
menggerakan mata kira-kira 30°.
 Pandangan yang baik, dengan sedikit gerakan kepala dan mudah
menggerakan mata kira-kira 60°.
 Maksimal sudut persepsi(pandangan) tanpa gerakan kepala kira- kira
110°, ini berarti pada bidang ini orang dapat menangkap hampir
semua jalannya peristiwa.

Proporsi Ruang Penonton Klasik


Jarak baris tempat duduk terakhir dari garis pintu gerbang (tepian
panggung) maksimal 24 m, ini merupakan jarak maksimal untuk
menglihat perubahan ekspresi wajah.

Gambar 10.4. Perbandingan Ruang Penonton Tradisional.

Pengawasan/kontrol

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 138)

Tinggi Tempat Duduk


Di ruang penonton, tinggi tempat duduk terletak pada garis
pandangan. Konstruksi garis pandang berlaku untuk semua tempat
duduk di ruang penonton (tempat duduk di lantai bawah dan juga di
balkon). Setiap baris membutuhkan ketinggian pandangan secara
penuh 12 cm.
Gambar 10.5. Tinggi Tempat Duduk (Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 139)

Ruang Latihan
Setiap teater menuntut minimum 1 panggung percobaan untuk
percobaan dari panggung utama, ukuran panggung disesuaikan
dengan panggung utama.

Gambar 10.6. Panggung Percobaan (Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 145)

Ruang Persediaan Teknik


Ruang untuk trafo atau tegangan listrik, AC atau pengatur suhu,
pengatur pencahayaan, dan suara.

Ruang Publik
Dalam teater tradisional lobby di bagi menjadi lobby sebenarnya
(lobby), restoran atau cafe, dan lobby khusus perokok. Luas
lobby 0,8– 2 m2/penonton, realistiknya 0,6 – 0,8 m2/penonton.

Ruang Rias dan Ganti Pakaian


Ruangan ini berfungsi sebagai tempat berias dan mengganti
kostum untuk pertunjukan yang akan ditampilkan diatas panggung.

Gambar 10.7. Ruang Ganti Pakaian


(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 144)

Pintu Darurat
Tujuannya adalah agar para pengunjung dapat segera menuju
ketempat yang aman dalam kurun waktu tertentu. Jalur
keselamatan adalah dari tempat duduk sepanjang area bebas, dan
gang, dan melalui pintu keluar dengan cepat. Atau melalui koridor.
Waktu yang ditetapkan menyediakan jarak tempuh maksimum dari
tempat duduk menuju pintu keluar auditorium, dan jumlah tempat
duduk menyediakan lebar dan jumlah rute keluar.

Jarak tempuh
Evakuasi dari tiap tingkat dalam teater dalam suatu kurun
waktu tertentu diperlukan apabila terjadi kebakaran. Untuk
tempat duduk tradisional jarak yang dianjurkan 18 m diukur
dari gang, untuk tempat duduk kontinental 15 m dari tempat
duduk manapun. Tujuannya adalah untuk mengevakuasi
pengunjung dari tiap tingkat dalam waktu 2,5 menit.

Jumlah pintu keluar


Setidaknya dua pintu keluar terpisah yang independent harus
terdapat pada tiap tingkat dalam teater. Pintu keluar harus
terletak secara terjangkau antara masing-masing untuk
menyediakan jalan keluar alternatif. Jalan keluar pertingkat
sebanyak dua dengan kapasitas tempat duduk 500, dan pintu
keluar tambahan diperlukan untuk tiap 250 tempat duduk.

Lebar pintu keluar


Besaran pintu keluar yang ditetapkan adalah 45 orang per menit
dalam lebar 520-530 mm.
Tabel 10.1
Perbandingan Jumlah Orang Dengan Lebar Pintu Evakuasi

Jumlah orang Lebar pintu (m)


200 2,2
200-300 2,4
300-400 2,8
400-500 3,2
500-1000 4,8
1000-2000 6,4
2000-3000 14,4
3000 20,8
Sumber : Buildings For The Performing Arts, Ian Appleton : 120

Rute keluar
Pintu keluar dari auditorium harus menuju tempat yang aman.
Rute keluar harus memiliki lebar yang sama dengan pintu
keluar dan dengan konsisten untuk menghindari efek leher
botol. Semua pintu keluar dalam rute keluar harus memiliki
arah bukaan pintu yang sama dengan arah arus pengunjung.
Tangga pada rute keluar harus memiliki jumlah maksimum 16
anak tangga dan minimum 2 anak tangga, dengan tinggi dan
lebar anak tangga 18 cm dan 275 cm. ramp harus dalam
kemiringan 1,12° dengan panjang 4,5 m. Rute keluar untuk
pengguna kursi roda harus terpisah dengan rute lain. Rute
keluar harus dilapisi dari bahan tahan api.

Akustik Ruang
Perencanaan akustik ruang harus menghasilkan dialog dan musik
yang optimal bagi pendengarnya di ruang pagelaran. Bermacam-macam
pengaruh terpenting yang diperhatikan adalah:
 Waktu bunyi susulan
Nilai optimal bergantung pada penentuantujuan dan volume ruang.
Tabel 10.2

Jangkauan Waktu Bunyi Susulan Yang Optimal

Fungsi ruang Waktu bunyi susulan


dalam detik
Dialog Kabaret 0.8
Tonil 1.0
Ceramah
Musik Musik kamar 1.0 . . . 1.5
Opera 1.3 . . . 1.6
Konser musik 1.7 . . . 2.1
Musik orgel 2.5 . . . 3.0
Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 122

Waktu bunyi susulan pada umumnya bergantung pada frekuensi,


lebih panjang pada frekuensi rendah, dan lebih pendek pada
frekuensi tinggi. Untuk f = 500Hz diperoleh dari pemeriksaan,
perkiraan sesuai dengan toleransi waktu bunyi susulan sebagai nilai
optimal.
Grafik 10.1
Toleransi Waktu Bunyi Susulan ± 20%

Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 122

Kejelasan terdengarnya dialog perlu dibakukan bagi penilaian jelas


terdengarnya kata yang diucapkan. Jika tidak dibakukan, maka ada
bermacam-macam istilah kejelasan terdengarnya kalimat, kejelasan
terdengarnya suku kata, penilaian dengan logat membingungkan.
Pada pengukuran dengan logat berlaku 70 % sebagai kejelasan
terdengarnya dialog yang terbaik.

Grafik 10.2

Kejelasan Terdengarnya Dialog


Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 122

 Pantulan sebagai akibat struktur primer dan sekunder ruang


 Struktur primer ruang
Bentuk ruang: untuk musik, ruang yang sempit dan tinggi dengan
dinding bersekat-sekat sangat cocok digunakan. Di dekat panggung
diperlukan bidang refleksi untuk refleksi permulaan. Dinding
dibelakang ruang tidak boleh menyebabkan refleksi kearah
panggung, karena ini dapat bekerja sebagai gema.
Langit-langit ruang berguna untuk menghantar bunyi untuk
jangkuan ruang dibagian belakang dengan cara membuat lipatan-
lipatan pada langit-langit kearah panggung.

Gambar 10.8. Bentuk Langit-langit Yang Menguntungkan


(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)

Sedangkan pada bentuk langit-langit yang tidak menguntungkan


timbul perbedaan kerasnya suara oleh konsentrasi bunyi.
Gambar 10.9. Bentuk Langit-langit Yang Tidak Menguntungkan
(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)

Ruang dengan dinding yang mengarah terpisah kebelakang kurang


menguntungkan karena refleksi dari samping suara dapat menjadi
terlalu lemah. Dengan bidang refleksi tambahan atau dinding diberi
suatu lipatan kuat untuk menghantarkan bunyi di dalam ruang,
kerugian ini dapat di kompensasikan.

Gambar 10.10. Bentuk Denah Yang Kurang Menguntungkan


(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)

Gambar 10. 11. Dinding di Beri Lipatan Untuk Menghantar Bunyi


(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)

Ruang serba guna dengan panggung yang disusun secara variabel


dan tempat duduk yang datar seringkali merupakan problem bagi
musik. Panggung jelas harus lebih tinggi daripada tempat duduk di
lantai bawah, untuk menunjang penyebarluasan suara langit-langit
harus menyempit.
Gambar 10.12. Turunnya Volume Suara Melalui Bidang Yang Menyerap Bunyi
(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)

Dari alasan akustis peninggian deret tempat duduk menguntungkan


dan bunyi langsung merata pada semua tempat

Gambar 10.13. Peninggian Deret Tempat Duduk Sebagai Spiral Yang Logis
(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)

 Struktur sekunder
Bidang refleksi selanjutnya dapat mengkompensasi struktur
primer yang tidak menguntungkan, misalnya dinding yang
mengarah terpisah dengan lipatan permukaan atau dengan
pemasangan layar yang digantung pada langit-langit.

Gambar 10.14. Lapisan Dinding (Sumber :


Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)
Gambar 10.15. Layar Untuk Penghantar Bunyi
(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)

Bidang yang dibengkokan dapat menyebabkan pembentukan


titik api (kubah). Yang sangat tidak menguntungkan adalah
ruang yang berbentuk setengah bola karena menyebabkan
konsentrasi suara yang tiga dimensional.

Gambar 10.16. Pembentukan Titik Api Pada Bidang Yang di Bengkokan


(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 124)

Berpedoman pada waktu bunyi suatu pelengkungan langit-


langit yang tepat dapat dicapai dengan suatu mekanisme
pengaliran bunyi yang baik.

Gambar 10.17. Penghantar Bunyi Yang Menguntungkan Oleh


Pembengkokan Yang di Sesuaikan

(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 124)


Insulasi bunyi
Auditorium membutuhkan insulasi dari sumber kebisingan dari luar
seperti lalu lintas dan fungsi lain didekatnya. Beberapa pertunjukan
memiliki batasan kebisingan yang diperbolehkan seperti pada
music klasik, opera dan tari noise rating (NR) berada pada angka
20 dan pada drama serta pertunjukan musik NR 20, bila pada
pertunjukan terdapat perekaman langsung maka NR harus dibawah
angka 15, semakin rendah NR semakin sulit untuk dicapai.
Beberapa cara untuk meredam kebisingan suara dari luar adalah
sebagai berikut :
 Isolasi auditorium secara struktural dari ruang lain atau
penggunaan dinding ganda, penggunaan konstruksi dobel pada
penutup atap bila terdapat kebisingan dari pesawat udara,
pengunaan struktur dengan anti vibrasi untuk menghindari
kebisingan getaran tanah.
 Penahan bunyi pada setiap pintu dan entry kedalam teater.
 Penggunaan peredam bunyi pada lantai dan dinding.
DAFTAR PUSTAKA
McNeil, Rhoderick J. 2002. Sejarah Musik 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia
Neufert, Ernst, 1996, Data Arsitek Edisi 33 Jilid 1, Erlangga, Jakarta. ( Alih Bahasa oleh
Sunarto Tjahjadi )
Sarana Kebudayaan”, Seminar arsitektur 1976, Bagian Arsitektur Universitas Katolik
Parayangan

Anda mungkin juga menyukai