RUMAH SAKIT
TOPIK 8
BIOSKOP
A Pendahuluan
Bioskop adalah tempat atau gedung termasuk segala fasilitasnya didalam dimana
masyarakat berkumpul dengan membayar dapat menonton film.
Macam - Macam Bioskop
a. Film Theater : tempat pertunjukan film biasa, di Indonesia ini disebut Bioskop.
b. Drive in Theater : tempat pertunjukan film dimana para penonton dapat memasukan
mobilnya sekaligus keruang tempat pertunjukan dan menonton dari atas mobi yang
dibawanya.
c. Cyclo Rama : tempat pertunjukan film dimana para penonton seolah-olah berada
ditengah-tengah kejadian cerita dalam film yang dipertunjukan.
5. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai pengetahuan tentang
pengendalian bagaimana sampah dapat dikendalikan dari mana sumber sampah
dihasilkan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan sampah dengan menggunakan suatu cara yang sesuai dengan
prinsip prinsip kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik pelestarian lingkungan,
keindahan, dan dengan mengindahkan tanggungjawab dan sikap masyarakat.
Dalam hal ini termasuk administrasi, keuangan, peraturan perundangan,
perencanaan, dan teknik pembuangannya. Saat ini sampah menjadi masalah
pelik yang dihadapi oleh banyak kota di Indonesia hal ini dikarenakan jumlah
penduduk yang meningkat sementara tempat pembuangan akhir terbatas.
Sampah merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari sumber penghasil sampah,
Sampah dikumpulkan untuk diangkut ke Tempat Pembuangan untuk
dimusnahkan atau sebelumnya dilakukan suatu proses pengolahan untuk
menurunkan volume dan berat sampah. Adapun proses lengkap tahapan
pengelolaan sampah dapat dilihat dibawah ini.
a. Timbulan Sampah
Banyaknya sampah yang timbul dari aktivitas manusia yang ada di Bioskop.
Timbulan (sumber) sampah ini merupakan tahap pengelolaan pertama di
mana barang-barang sudah tidak diperlukan lagi oleh pemiliknya sehingga
tidak mempunyai nilai apa-apa dan dibuang.
b. Pewadahan Sampah
Menampung sampah merupakan tahap ke dua dalam pengelolaan sampah.
Pewadahan sampah adalah menampung sampah sementara dalam suatu
wadah ditempat sumber sampah. Pola pewadahan di bioskop.
1) Level-1 : wadah sampah yang sering disebut TPS yang menampung
sampah langsung dari sumbernya. diletakkan dekat dengan sumbernya
dan terlihat oleh sipemakai, Wadah sampah jenis ini adalah tidak berat,
mudah dikosongkan tertutup dan sampahnya mudah dibawa ke wadah
sampah level-2. Volume sampah 50 – 60 liter , wadah sampah /tong yang
ada roda 120 – 140 liter peletakkannya dengan jarak 10 meter antara TPS
yang satu dengan yang lain untuk yang berada di ruangan, untuk yang
berada dliluar ruangan jaraknya 20 meter. Pola pewadahan sampah pada
level 1 disediakan 2 sampai 3 wadah dalam setiap titik lokasi. Untuk
memudahkan dan ketepatan dalam membuang sampah maka diperlukan
symbol tanda pada setiap bak sampah. Periode pemindahan sampah
tergantung dari dari komposisi sampah, semakin besar prosentase
organik, semakin kecil periode.
2) Level-2: bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang
menampung sampah dari wadah level -1 maupun langsung dari
sumbernya. Wadah sampah level-2 ini diletakkan di luar bangunan atau
tepi jalan yang mudah dilihat berfungsi sebagai titik temu antara sumber
sampah dan sistem pengumpul, maka guna kemudahan dalam
pemindahannya. Volume lebih besar dari bak sampah level- 2. Wadah
sampah ini sebaiknya terbuat dari konstruksi khusus dan ditempatkan
sesuai dengan sistem pengangkutan sampahnya. Mengingat bahaya-
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah tersebut, maka wadah
sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut: kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak mengeluarkan
bau, tidak dapat dimasuki serangga dan binatang, serta kapasitasnya
sesuai dengan sampah yang akan ditampung.
c. Pemindahan
Pemindahan sampah merupakan tahapan untuk memindah sampah dari
wadah level 1 dipindahkan dengan alat angkut manusia atau dengan
mekanik ke wadah level 2 , Periode pemindahan sampah tergantung dari
dari komposisi sampah, semakin besar prosentase organik, semakin kecil
periode pelayanannya. Pemindahan dari level II ke tempat pembuangan
akhir sampah (TPA), karena lokasi cukup jauh menggunakan truck, untuk
wadah level II yang menggunakan container pengangkutan menggunakan
truck dilakukan secara mekanik (load Haul).
d. Transportasi (Pengangkutan)
Transportasi (pengangkutan) dilakukan pada pewadahan level I diangkut ke
pewadahana level II, alat angkut di transportasi, Pengangkutan dari
pewadahan level II, sampah diangkut di tempat pembuangan akhir (TPA),
menggunakan tenaga mekanik berupa truk.
e. Pemilahan dan Pengolahan
Sampah sebelum di angkut di buang di TPA perlu dilakukan pemilahan dan
pengolahan terlebih dahulu hal ini dilakukan pada setiap level pewadahan,
tujuan pemilahan untuk mengurangi volume sampah yang akan dibuang di
tempat pembuangan akhir sampah dan memanfaatkan kembali dan
mengolah sampah menjadi nilai ekonomi.
f. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)
TPA merupakan tempat akhir sampah yang diisolasi secara aman agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya dan kesehatan
masyarakat, oleh karena itu diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan
yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Di TPA,
sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah oleh bakteri.
Sampah organik dapat terurai lebih cepat contohnya sisa makanan, sayuran
kulit buah, sementara yang lain lebih lambat misalnya kertas, kayu, daun
kering ; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai
puluhan tahun; misalnya plastik, sterofoam hal ini memberikan gambaran
bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang
berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu
lingkungan.
6. Metode Meminimalisir Sampah
Metode meminimalisir sampah di Bioskop dapat dilakukan dengan cara
mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang dan mengganti barang-
barang yang berpotensi menimbulkan sampah.
a. Reduche (Mengurangi)
Penghasilan sampah bisa dikurangi dengan mengurangi pemakaian material
yang dapat menghasilkan sampah sehingga produksi sampah bisa
berkurang. Memanfaatkan kembali barang-barang yang dapat diolah
kembali, penggunaan bahan - bahan yang ramah lingkungan, mengurangi
penggunaan kantong plastik.
b. Recyle (daur ulang)
Daur ulang adalah pemanfaatan kembali sampah-sampah, melalui proses
tertentu guna merubah sampah menjadi barang-barang bermanfaat.
c. Replace (Mengganti)
Marilah kita lihat bersama-sama kita gunakan selama ini apakah ada barang-
barang yang sekali pakai kemudian dibuang? Kalau ada marilah kita ganti
dengan barang barang yang dipakai berkali-kali sehingga tidak banyak
sampah yang dihasilkan. Misalnya berpergian dengan membawa bekal
makan, sebaiknya menggunakan tempat makan yang dapat dicuci kemudian
bisa dipakai kembali tidak menggunakan boks apalagi styrofoam, karena
bahan ini tidak bisa terdegradasi secara alamiah.(sujarno:2018).
2. Persyaratan Bioskop
Keadaan Yang Bebas Serangga dan Binatang Pengerat
a. Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Kebersihan umum baik di luar dan di dalam gedung harus di jaga.
- Pemasangan kawat-kawat kasa pada lubang-lubang angin.
- –Pengaturan barang-barang harus teratur jangan sampai ada sudut-sudut
mati yang menyulitkan pembersihan.
- Pencahayaan harus sempurna agar sinar dapat menyinari secara merata
keseluruhan ruangan.
b. Pencegahan terhadap binatang pengerat dapat dilakukan dengan cara
sebagai brikut:
– Menjaga kebersihan ruangan
– Menghindari adanya sudut-sudut mati dan ruangan yang gelap.
– Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan untuk bersarangnya
binatang pengerat.
– Memasang terali pada lubang ventilasi bagian bawah. (kristonimala :
2009)
- Beri tanda √ pada kotak [ ] (kolom 4, dan lingkaran nilai (kolom 5) untuk
komponen penilaian yang sesuai.
- Skore (kolom 6) adalah bobot (kolom 3) dikalikan dengan nilai (kolom 5)
pada komponen penilaian yang sesuai (kolom 4)
- Setiap variable memiliki nilai maksimum 10 dan nilai minimum 0
NO VARIABEL UPAYA BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKORE
1 2 3 4 5 6
I PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN
A UMUM
1 Lokasi 3 [√] Terhindar dari pencemaran
lingkungan
[√] Tidak terletak didaerah banjir
2 Lingkungan/Halaman 3 [√] Bersih
[√ ] Tidak terdapat genangan air
[√ ] Air limbah mengalir dengan
lancar
B KONSTRUKSI UMUM
1 Lantai 3
[√] Bersih
[√] Bahan kuat, kedap air,
permukaan rata
[√] Tidak licin
[√] Tidak memungkinkan terjadi
genangan air
2 Dinding 2 [√] Bersih
[√] Berwarna terang
3 Atap 3 [√] Tidak bocor/kuat
[√] Tidak memungkinkan terjadinya
genangan air
4 Langit-langit 2 [√] Tinggi dari lantai min 2,5 m
[√] Kuat
[√] Berwarna terang
5 Pintu 3 [√] Kuat
[√] Dapat mencegah masuknya
serangga dan tikus
6 Pagar 2 [√] Kuat
[√] Terpelihara
II BAGIAN DALAM RUANG PERTUNJUKKAN
1 Kursi 7 [√] Kuat
[√] Lebar min 40 cm
[√] Sandaran kursi tidak tegak lurus
[√] Jarak kursi terdepan dengan layar
min 6 m
2 Gang/lalu lintas 3 [√] Lebar lalu lintas utama min 1,6 m
[√] Lebar lalu lintas keliling ruang
pertunjukkan min 50 cm
[√] Lalu lintas antara baris kursi
untuk jalan penonton ke tempat
duduknya min 40 cm
3 Pintu bahaya/darurat 5 [√] Lebar min 1,6 m tinggi 1,8 m dan
(…………….. ) ( ……………..)
AKL, Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU), Akademi Kesehatan Lingkungan,
Palembang, 2012.
____, Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU), Akademi Kesehatan Lingkungan,
Palembang, 2007.
Arifin, Munif, Dasar Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bioskop adalah Kep. Menkes
288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Saran dan Bangunan Umum,
Jakarta, 2009.
Baroroh, Azzumrotul. Laporan Sanitasi Bioskop. 2015. Diakses dari
https://id.scribd.com/doc/269929621/Laporan-Sanitasi-Bioskop-Kel-8 Pada 17 Maret
2023
Depkes RI, Sanitasi Tempat-Tempat Umum, Akademi Kesehatan Lingkungan. Jakarta.
2003.
Direktorat Jenderal PPM & PLP Depkes, Buku Petunjuk Pengawasan Sanitasi TempatTempat
Umum, Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman Direktorat Jenderal PPM &
PLP departemen kesehatan RI, Jakarta, 1985.
Mala, Kristoni, Sanitasi Bioskop, 2023, http://kristonimala.wordpress.com/ Diakses pada
Tanggal 18 Maret 2023.
Puspawati, Catur dkk., Kesehatan Lingkungan : Teori dan Aplikasi. Jakarta:EGC 2019.
Santoso, Imam. Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Gosyen Publishing, Yogyakarta. 2015
TOPIK 9
RESTORAN DAN RUMAH MAKAN
A Pendahuluan
Sanitasi yang baik merupakan aspek penting dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan di tempat-tempat umum, terutama restoran dan rumah makan. Dalam konteks
ini, sanitasi merujuk pada serangkaian langkah-langkah yang dilakukan untuk
memastikan bahwa lingkungan, peralatan, bahan makanan, serta praktik pelayanan di
tempat-tempat tersebut tetap bersih dan aman.
Tujuan utama dari sanitasi adalah melindungi kesehatan pelanggan dengan
mengurangi risiko penularan penyakit melalui kontaminasi mikroba patogen seperti
bakteri, virus, atau parasit. Oleh karena itu, pemilik restoran dan rumah makan memiliki
tanggung jawab besar dalam menjaga standar sanitasi yang tinggi guna memberikan
pengalaman kuliner yang aman bagi para pelanggan mereka.
Menurut Subagyo (2015) Saluran untuk air limbah berupa air bekas cucian dari
dapur, W.C. dan dari kamar mandi, harus diatur sedemikian rupa sehingga:
a. Semua jenis air limbah ini dapat dicurahkan dan disalurkan dalam saluran induk
air limbah dari Kotamadya.
b. Bila tidak disambung dengan riool maka perlu restoran tersebut membuat
instalasi sendiri berupa septictank.
c. Kotoran dari W.C. dan kamar mandi bagi restoran sama sekali dilarang untuk
dibuang melalui saluran terbuka.
d. Air kotor bekas cucian dari dapur sedapat-dapatnya dibuang melalui saluran
tertutup, tetapi untuk ini dapat pula melalui saluran terbuka dengan syarat:
1) Cukup terdapat banyak air yang dapat menghanyutkan sisa-sisa makanan
lain sampai ke tempat pembuangan.
2) Senantiasa (setiap selesai hari kerja) dibersihkan.
3) Tidak timbul penggenangan air kotor di halaman.
4) Tidak menyebabkan lembabnya tanah di sekeliling restoran.
b. Telur
Telur yang utuh dan dalam keadaan baik umumnya tidak membusuk karena
diliputi oleh selaput keras. Telur yang diterima pecah-pecah, retakretak, harus
dilarang untuk dimasak dan diberikan kepada tamu-tamu. Hal-hal yang harus
diperhatikan dari telur ialah:
1) Kebersihannya
Yang dimaksud ialah setelah telur itu dibeli harus disimpan dalam
keadaan bersih dan bila akan dipakai sebelum dipecah harus disikat dan
dicuci untuk menghindarkan kontaminasi yang masuk ke dalamnya melalui
kulit telur.
2) Kesegarannya
Telur yang segar dapat dilihat dari kulit telur yang berwarna jernih dan
jelas kelihatan pori-pori kulitnya. Dalam keadaan meragukan dapat dipecah
dan dilihat bagian dalamnya.
3) Busuk tidaknya telur
Umumnya bila kulit telur itu retak-retak, pecah-pecah, maka dapat diduga
menyebabkan terjadinya pembusukan/sedang dalam proses pembusukan.
Oleh karena itu restoran dilarang memasak telur yang telah berada dalam
keadaan semacam itu untuk menghidangkan pada tamu. Busuk tidaknya telur
dapat dilihat bagian dalamnya setelah pecah, telur yang busuk dilarang
dipakai.
d. Hasil pemerahan (susu, keju dan lain-lain. Bahan dari susu) Yang termasuk dari
hasil pemerahan ialah susu dan lain-lain. Bahan makanan yang terbuat dari susu,
misalnya : mentega dan keju. Susu ini mengambil peranan yang penting sekali
dipandang dari sudut kesehatan.
a. Tempat pengolahan
1) Dalam dapur yang bersih dan sehat
2) Harus digunakan air yang memenuhi syarat-syarat air minum
3) Kebersihan alat-alat yang dipakai harus diperhatikan
4) Harus ada saluran pipa air kotor untuk memenuhi syarat- syarat kesehatan
5) Harus ada tempat sampah
6) Harus ada ventilasi yang cukup untuk mengeluarkan asap dengan cepat/baik.
7) Harus ada wastafel
8) Dapat digunakan kain lap. Untuk kebersihan alat-alat dengan syarat:
a) Khusus digunakan untuk keperluan itu
b) Harus selalu dalam keadaan bersih (setiap selesai hari kerja harus dicuci)
b. Tenaga yang mengolah
Yang dimaksud tenaga pemasak/pengolah adalah:
1) Orang-orang yang mengolah
2) Orang-orang yang memegang dan mempersiapkan dan menghidangkan ialah
orang yang langsung berhubungan dengan makanan Hal-hal yang harus
diperhatikan:
a) Tidak memiliki penyakit menular
b) Tidak berpenyakit kulit
c) Bukan Carrier
c. Cara mengolahnya
Yang dimaksud dengan cara pengolahan ialah tidak hanya ditujukan pada cara
teknik memasaknya supaya enak dan lain-lain, tetapi perhatian harus ditujukan
pada :
1) Kebersihan perorangan dari petugas-petugas yang mengolah (pakaian, kuku,
tangan, dan sebagainya)
2) Kebersihan alat-alat yang digunakan, kebersihan tempat- tempat fasilitas untuk
kerja (meja, papan, pemotong daging dan lain-lain)
Cara Pengangkutan Makanan yang Masak :
Makanan yang diangkut ke tempat penyimpanan makanan masuk dan tempat untuk
dimakan sebagai berikut:
a. Jaga kebersihan jangan sampai kena debu dan lain-lain, kotoran, bebas dari
lalat/serangga lainnya.
b. Jaga kebersihan alat-alat yang dipakai.
c. Jaga kebersihan tenaga yang melayani.
Cara Menyajikan :
Untuk menyajikan makanan yang dimaksud adalah tidak hanya asal saja
mengeluarkan makanan dengan cepat, tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Harus ada pengertian cara-cara menyajikan adalah:
1) Menjaga kesopanan
2) Kebersihan badan dan pakaian
3) Teknik membawa dan menyimpan.
b. Pelayanan yang cepat
c. Tempat-tempat penyajian/perabotan-perabotan dalam ruangan makanan dalam
keadaan bersih.
1. Air Bersih
a. Harus sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
yang berlaku
b. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada
setiap tempat kegiatan.
2. Air Limbah
a. Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,
tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya memakai saluran tertutup,
septic tank dan riot.
b. Sistem perpipaan pada bangunan bertingkat harus memenuhi persyaratan
menurut Pedoman Plumbing Indonesia.
c. Saluran air limbah dari dapur harus dilengkapi perangkap lemak (grease trap).
3. Toilet
a. Letak tidak berhubungan langsung (terpisah) dengan dapur, ruang persiapan
makanan, ruang tamu dan gudang makanan.
b. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan bak air.
c. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria.
d. Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet untuk pengunjung.
e. Toilet dibersihkan dengan detergent dan alat pengering.
f. Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok serta sabun.
g. Luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan.
h. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kelandaiannya/
kemiringannya cukup.
i. Ventilasi dan penerangan baik.
j. Air limbah dibuang ke septic tank, roil atau lubang peresapan yang tidak
mencemari air tanah.
k. Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air.
I. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan
saluran pembuangan.
m. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup.
n. Peturasan dilengkapi dengan air mengalir.
o. Jamban harus dibuat dengan type leher angsa dan dilengkapi dengan air
penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue).
p. Jumlah toilet untuk pengunjung pria dan wanita sebagai berikut:
Jumlah Luas bangunan Wanita Pria Ket.
tempat duduk 2
(m ) WC Bak cuci WC Bak cuci
-150 -250 1 1 1 1
151 - 350 251 - 500 2 2 2 2
351 - 950 501 - 750 4 2 2 2
951 - 1500 751 - 1000 4 2 3 3
Tiap tambah - 1 1 1 1
1000 orang
ditambah
q. Jumlah toilet untuk tenaga kerja sebagai berikut :
Wanita Pria Wanita Pria
WC Bak cuci WC Bak cuci Peturasan
+ 20 1 – 25 1 1 1 2 2
21 – 40 26 – 50 2 2 2 3 3
41 – 70 51 – 100 3 3 3 5 5
71 – 100 - 4 4 - - -
- Setiap - - 1 2 1
Penambahan
50 - 100
101 - 140 - 5 5 - - -
141 – 180
Setiap
penambahan - 1 1 - - -
40 - 100
r. Diberi tanda/tulisan pemberitahuan bahwa setiap pemakai harus mencuci
tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.
4. Tempat Sampah
a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.
Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa
bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk.
b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah
yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
c. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan dan
restoran.
e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga, tikus
atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah.
1. Dapur
a. Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas
bangunan.
b. Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air
limbah.
c. Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur,
permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
d. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun bau-
bauan/exhauster yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai dan
kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.
e. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap
asap, cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.
f. Semua tungku terletak di bawah sungkup asap (hood).
g. Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan
pintu bagian luar membuka ke arah luar.
h. Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya
serangga yang dapat menutup sendiri.
i. Ruangan dapur terdiri dari :
1). Tempat pencucian peralatan
2). Tempat penyimpanan bahan makanan
3). Tempat pengolahan
4). Tempat persiapan
5). Tempat administrasi
j. Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle (fc)
k. Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin
kenyamanan kerja di dapur, menghilangkan asap dan debu.
l. Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
m. Udara di dapur tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5
juta/gram.
n. Tersedia sedikitnya meja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas penyimpanan
dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi dan terpelihara
dengan baik.
o. Harus dipasang tulisan "Cucilah tangan anda sebelum menjamah makanan
dan peralatan" di tempat yang mudah dilihat.
p. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir
kamar mandi dan tempat tinggal.
2. Ruang Makan
a. Setiap kursi tersedia ruangan minimal 0,85 m2.
b. Pintu yang berhubungan dengan halaman dibuat rangkap, pintu bagian luar
membuka ke arah luar.
c. Meja, kursi dan taplak meja harus dalam keadaan bersih.
d. Tempat untuk menyediakan/peragaan makanan jadi harus dibuat fasilitas
khusus yang menjamin tidak tercemarnya makanan.
e. Rumah makan dan restoran yang tidak mempunyai dinding harus terhindar
dari pencemaran.
f. Tidak boleh mengandung gas-gas beracun sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
g. Tidak boleh mengandung angka kuman lebih dari 5 juta/gram.
h. Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC, peturasan/urinoir,
kamar mandi dan tempat tinggal.
i. Harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
j. Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu bersih, warna terang
k. Perlengkapan set kursi harus bersih
I. Perlengkapan set kursi tidak boleh mengandung kutu busuk/kepinding dan
serangga pengganggu lainnya.
J Persyaratan Peralatan
Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat
beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan antara lain :
a. Timah (Pb)
b. Arsenikum (As)
c. Tembaga (Cu)
d. Seng (Zn)
e. Cadmium (Cd)
f. Antimony (Sb)
…………….,
……………………
200………
Mengetahui Pemeriksa
Pengusaha/Penanggung Jawab Rumah ……………………….
Makan/Restoran
4. Skore diperoleh dengan cara : bobot x nilai. Sebagaimana contoh di atas, maka
skor bangunan : 2 x 8 = 16 Skore seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.
5. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah bila jumlah skor
seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.
F. Tempat penyimpanan
bahan makanan dan
makanan jadi
26. Penyimpanan bahan a. Suhu dan kelembaban penyimpanan sesuai 3
makanan dengan persyaratan jenis makanan.
b. Ketebalan penyimpanan sesuai dengan
persyaratan jenis makanan. 2
c. Penempatannya terpisah dengan
makanan jadi. 2
d. Tempatnya bersih dan terpelihara.
e. Disimpan dalam aturan sejenis dan 2
disusun dalam rak-rak. 1
DAFTAR PUSTAKA
AKL, Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU), Akademi Kesehatan Lingkungan,
Palembang, 2012.
Subagyo, Agus. Kondisi Sanitasi Pada Alas sholat (karpet) di Masjid. 2015.
TOPIK 10
TEMPAT IBADAH
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik
secara insidental maupun terus- menerus, (Suparlan 1977). Suatu tempat dikatakan
tempat umum bila memenuhi kriteria :
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya
dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul
dari tempat- tempat umum. Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat- tempat
umum dapat berupa :
a. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap faktor lingkungan dan faktor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
b. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan
kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat- tempat
umum.
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk
menjamin :
1. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan
yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh jelek
terhadap kesehatan.
2. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah dalam pelestarian
dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat- tempat ibadah.
3. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain dalam
pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat- tempat ibadah.
4. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat - tempat ibadah.
C. Persyaratan Kesehatan Tempat Ibadah (Masjid/Musholla)
1. Letak / Lokasi
a. Sesuai dengan rencana tata kota
b. Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran (debu,asap,bau dan
cemaran lainya).
c. Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau
& cemaran lainnya
2. Bangunan
a. Kuat, kokoh dan permanen
b. Rapat serangga dan tikus
3. Lantai
a. Kuat
b. Tidak terbuat dari tanah
c. Bersih
d. Rapat air
e. Tidak licin dan mudah dibersihkan.
4. Dinding
a. Dinding bersih
b. Berwarna terang,
c. Kedap air dan mudah dibersihkan.
5. Atap
a. Menutup bangunan
b. Kuat
c. Bersih
d. Cukup landai dan tidak bocor
6. Penerangan/Pencahayaan
a. Pencahayaan terang
b. Tersebar merata
c. Tidak menyilau (min 10 fc).
7. Ventilasi
a. Minimal 10% dari luas bangunan
b. Sejuk dan nyaman (tidak pengap dan tidak panas).
8. Pintu
a. Rapat serangga dan tikus
b. Menutup dengan baik dan membuka ke arah luar
c. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan
9. Langit – langit
a. Tinggi minimal 2,4 m dari lantai
b. Kuat, tdk terdapat lubang-lubang
c. Berwarna terang dan mudah dibersihkan
10. Pagar
a. Kuat
b. Aman dan dapat mencegah binatang pengganggu masuk.
11. Halaman masjid
a. Bersih
b. Tidak berdebu dan becek
c. Tidak terdapat genangan air
d. Terdapat terdapat temapat sampah yang cukup.
12. Jaringan instalasi
a. Aman (bebas cross connection)
b. Terlindung
13. Saluran air limbah
a. Tertutup
b. Mengalir dengan lancar
D. Fasilitas Sanitasi
1. Air Bersih
a. Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat
b. Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna
c. Angka kuman tidak melebihi NAB
d. Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB
2. Pembuangan Air Kotor
a. Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga
b. Air limbah mengalir dengan lancar
c. Saluran kedap air
d. Saluran tertutup
3. Toilet/ WC
a. Bersih
b. Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama
c. Tersedia air yang cukup
d. Tersedia sabun dan alat pengering
e. Toilet pria dan wanita terpisah
f. Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak
g. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
h. Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau Saluran
pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau(water seal).
4. Peturasan
a. Bersih
b. Dilengkapi dengan kran pembersih
c. Jumlahnya mencukupi
5. Tempat Sampah
a. Tempat sampah kuat, kedap air, tahan karat, dan dilengkapi dengan penutup.
b. Jumlah tempat sampah mencukupi
c. Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA
d. Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang
6. Tempat Wudhu
a. Bersih
b. Terpisah dari toilet, peturasan, dan ruang masjid
c. Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus dan jumlahnya mencukupi.
d. Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
e. Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
f. Limbah air wudhu mengalir lancar
g. Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah
7. Tempat Sembahyang
a. Bersih, tidak berbau dan berdebu
b. Bebas kutu busuk dan serangga lainnya
c. Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar
30 cm sebagai tempat sujud
8. Tempat Sandal Dan Sepatu
a. Tersedia tempat sandal dan sepatu yang khusus
b. Bersih dan kuat.
c. Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus dan jumlahnya mencukupi.
d. Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
e. Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
f. Limbah air wudhu mengalir lancar
g. Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah
Berdasarkan Kepmenkes 288/ MENKES/ SK/ III/ 2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana
dan Bangunan Umum
2. Alamat : ……………………………………………………
2. a. Beri tanda V pada kotak [ ] (kolom 4, dan lingkari nilai (kolom 5) untuk komponen
b. Skore (kolom 6) adalah bobot (kolom 3) dikalikan dengan nilai (kolom 5) pada
Mengetahui, …….,……………….……….
Pengurus Masjid/Surau/Langgar Petugas/Pemeriksa
( ) ( )
VARIABEL UPAYA
I II
70 % 75 %
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Sanitasi Tempat Ibadah - Laporan Analisis Sanitasi tempat ibadah masjid baitul
mustaqim (no date) Studocu. Available at:
https://www.studocu.com/id/document/universitas-dian-nuswantoro/dasar-
kesehatan-dan-keselamatan-kerja/laporan-sanitasi-tempat-ibadah/41799003
(Accessed: 30 June 2023).
A Latar Belakang
Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 32 tahun 2017 tentang
standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene
sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum. Kolam Renang adalah tempat dan
fasilitas umum berupa konstruksi kolam berisi air yang telah diolah yang dilengkapi dengan
fasilitas kenyamanan dan pengamanan baik yang terletak di dalam maupun di luar bangunan
yang digunakan untuk berenang, rekreasi, atau olahraga air lainnya. Kolam renang dapat
diartikan sebagai tempat dimana orang bisa melakukan suatu kegiatan mandi atau
membersihkan badan baik yang bertujuan untuk olah raga maupun hanya sekadar mencari
kesenangan.
a. Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat mencegah
kemungkinan terjadinya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang dan
perkembangbiakan vektor penular penyakit.
b. Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan kesehatan serta dapat mencegah tejadinya kecelakaan.
2. Persyaratan tata bangunan
Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata sesuai fungsinya dan harus
memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak menyebabkan pencemaran terhadap air kolam
renang.
3. Persyaratan konstruksi bangunan
a. Lantai
1) Lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki permukaan yang rata, tidak
licin, dan mudah dibersihkan.
2) Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus memiliki
kemiringan yang cukup (2-3 persen) ke arah saluran pembuangan air limbah.
b. Dinding kolam renang
2) Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus terbuat dari bahan yang
kuat dan kedap air.
c. Ventilasi
Sistem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam ruang dengan baik.
d. Sistem pencahayaan
2) Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari harus dilengkapi dengan
lampu berkapasitas 12 volt.
e. Atap
Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya genangan air.
f. Langit-langit
Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter dari lantai dan mudah
dibersihkan.
g. Pintu
Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lain.
4. Persyaratan kelengkapan kolam renang
Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan diantaranya: bak cuci kaki, kamar
dan pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan barang, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak
sampah, jamban dan peturasan, serta tempat cuci tangan) dan gudang bahan-bahan kimia dan
perlengkapan lain.
5. Persyaratan bangunan dan fasilitas sanitasi
1) Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan area lainnya.
2) Kolam harus selalu terisi air dengan penuh.
10) Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1 meter, tidak licin,
dan permukaannya miring keluar kolam.
11) Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman kolam dan tanda
pemisah untuk orang yang dapat berenang dan tidak dapat berenang.
12) Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi ketentuan teknis
untuk mencegah kecelakaan.
b. Bak cuci kaki
1) Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5 meter, lebar 1,5
meter, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air yang penuh.
2) Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.
2) Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas untuk wanita.
d. Tempat sampah
1) Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1 buah jamban untuk
tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara jamban untuk pria dan wanita.
2) Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.
3) Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung diatas, maka harus
disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah peturasan untuk pria dan 3 buah
jamban untuk wanita.
4) Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna terang, jamban leher
angsa, memiliki ventilasi dan penerangan cukup, tersedia air pembersih yang cukup,
dan memiliki luas lantai minimal 1 m2.
5) Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat, sistem leher angsa,
luas lantai minimal 1,5 m2.
6) Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk tiap satu peturasan
panjangnya minimal 60 m.
f. Tempat cuci tangan
Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau dan berdekatan dengan
jamban peturasan dan kamar ganti pakaian serta dilengkapi dengan sabun, pengering
tangan dan cermin.
g. Gudang bahan kimia
2) Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium sulfat atau bahan-
bahan kimia lainnya.
h. Perlengkapan lain
1) Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan berenang bagi penderita
penyakit kulit, penyakit kelamin, penyakit epilepsi, penyakit jantung dan lain-lain.
2) Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain: pelampung, tali
penyelamat dan lain-lain.
3) Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam
renang secara berkala. Hasil pengukuran sisa khlor dan pH air kolam
renang harian, diumumkan kepada pengunjung melalui papan
pengumuman.
4) Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan.
Berbagai macam kolam dibuat orang dan dilengkapi dengan fasilitas dan
perlengkapan lainnya berdasarkan arsitekstur dan konstruksi yang memadai.
Kolam renang ini biasanya disebut dengankolam renang buatan atau “tempat
berendam buatan”. Kolam renang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut
pemakaian, letak, dan cara pengisian airnya (Rozanto, 2015).
1) Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat
mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit serta tidak menjadi
sarang dan perkembangbiakan vektor penular penyakit.
2) Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus
memenuhi persyaratan kesehatan serta dapat mencegah tejadinya
kecelakaan
b. Persyaratan tata bangunan
1) Lantai
a) Lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki permukaan yang
rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan
b) Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus memiliki
kemiringan yang cukup (2-3 persen) ke arah saluran pembuangan air
limbah.
2) Dinding kolam renang
b) Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus terbuat dari
3) Ventilasi
Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya genangan air.
6) Langit-langit
b) Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya
c) Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume yang
sesuai untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.
Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan area
lainnya.
Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat injakan
maka pegangan dan tangga tidak boleh ada penonjolan, terbuat dari
bahan berbentuk bulat dan tahan karat.
Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah sisinya.
Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1 meter,
tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam.
Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman
kolam dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan tidak
dapat berenang.
Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi
ketentuan teknis untuk mencegah kecelakaan.
2. Bak cuci kaki
Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5
meter, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air yang
penuh.
Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.
Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas untuk
wanita.
4. Tempat sampah
Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume yang
sesuai untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.
Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat
dari beton permanen dan tidak menjadi ternpat perindukan vektor
penyakit.
Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan minimal 3
x 24 jam.
5. Jamban dan peturasan
Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1 buah
jamban untuk tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara jamban untuk
pria dan wanita.
Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.
Berikut adalah beberapa langkah yang perlu diambil dalam sanitasi lingkungan
untuk menjaga kualitas air kolam renang:
1. Filtrasi Air: Penggunaan sistem filtrasi yang efektif sangat penting dalam
menjaga kualitas air kolam renang. Sistem filtrasi akan membantu
menghilangkan partikel-partikel kecil, seperti debu, daun, serbuk sari, dan
kotoran lainnya yang bisa masuk ke dalam kolam. Pastikan untuk
membersihkan atau mengganti filter secara teratur sesuai dengan petunjuk
produsen.
2. Kandungan Klorin: Klorin adalah bahan kimia yang umum digunakan
dalam kolam renang untuk membunuh kuman, alga, dan organisme patogen
lainnya. Penting untuk menjaga kandungan klorin dalam rentang yang tepat
sesuai dengan standar sanitasi yang dianjurkan. Penggunaan klorin dalam
jumlah yang sesuai akan membantu menjaga air kolam renang tetap steril.
3. Keseimbangan pH: pH air kolam renang juga perlu dijaga agar tetap
seimbang. Rentang pH yang ideal untuk kolam renang biasanya antara 7,2
hingga 7,6. Jika pH air terlalu rendah atau terlalu tinggi, dapat menyebabkan
masalah seperti iritasi mata dan kulit pada pengguna kolam renang.
Penggunaan bahan kimia seperti pH increaser atau pH reducer dapat
membantu menyesuaikan pH air kolam renang.
4. Pembersihan Rutin: Melakukan pembersihan rutin pada kolam renang
sangat penting. Ini meliputi penyaringan kolam, membersihkan dinding dan
dasar kolam, serta memeriksa dan membersihkan saluran air dan sistem
filtrasi. Pembersihan rutin ini akan membantu mencegah pertumbuhan alga
dan memastikan kualitas air tetap optimal.
5. Pengaturan Jumlah Pengguna: Penting untuk memperhatikan jumlah
pengguna yang tepat dalam kolam renang agar tidak melebihi kapasitas
maksimal yang ditentukan. Jumlah pengguna yang terlalu banyak dapat
menyebabkan penurunan kualitas air dan meningkatkan risiko kontaminasi.
6. Kebersihan Pengguna: Mengajarkan pengguna kolam renang untuk menjaga
kebersihan diri mereka sendiri sebelum masuk ke dalam kolam dapat
membantu mencegah masuknya kotoran ke dalam air. Disarankan agar
pengguna kolam renang mandi sebelum menggunakan kolam, menggunakan
kolam renang dengan kondisi kesehatan yang baik, dan tidak memasukkan
bahan-bahan yang dapat mencemari air, seperti minyak atau produk
perawatan pribadi lainnya.
7. Pemeriksaan Kualitas Air: Rutin melakukan pemeriksaan kualitas air kolam
renang adalah langkah yang penting. Pengukuran seperti kandungan klorin,
pH, alkalinitas, dan kejernihan air perlu diperiksa secara berkala. Jika ada
masalah dengan kualitas air, langkah-langkah perbaikan dapat diambil
segera untuk memastikan kolam tetap aman untuk digunakan.
1. Bentuk Kolam: Bentuk kolam renang dapat mempengaruhi sirkulasi air dan
kebersihan kolam. Idealnya, kolam renang harus memiliki bentuk yang
memungkinkan sirkulasi air yang baik dan mengurangi kemungkinan
terjadinya zona mati di mana air tidak mengalir dengan baik. Bentuk kolam
yang berkelok-kelok atau dengan sudut-sudut yang tajam dapat menyulitkan
sirkulasi air dan memungkinkan penumpukan kotoran.
2. Sistem Sirkulasi: Sistem sirkulasi yang baik sangat penting untuk menjaga
kebersihan kolam renang. Hal ini meliputi penggunaan saluran air, pompa,
pipa, dan jet air yang dirancang dengan baik untuk memastikan aliran air
yang efektif di seluruh kolam. Sirkulasi yang baik akan membantu dalam
distribusi bahan kimia, seperti klorin, secara merata di seluruh kolam.
3. Dasar Kolam: Dasar kolam renang juga perlu diperhatikan dalam sanitasi
lingkungan. Dasar kolam yang rata dan halus akan memudahkan
pembersihan dan penggunaan sistem filtrasi. Permukaan dasar yang halus
akan mengurangi kemungkinan terjadinya penumpukan kotoran dan
memungkinkan partikel-partikel kecil lebih mudah terangkat oleh sistem
filtrasi.
4. Kemiringan Dasar: Kemiringan dasar kolam renang juga penting dalam
sanitasi lingkungan. Kemiringan yang tepat pada dasar kolam akan
membantu dalam aliran air dan mencegah penumpukan kotoran di area yang
tidak diinginkan. Biasanya, dasar kolam direncanakan dengan kemiringan
yang mengarah ke saluran air atau sistem filtrasi untuk memudahkan
pengelolaan kotoran dan sirkulasi air.
5. Kedalaman Kolam: Kedalaman kolam juga memainkan peran penting dalam
sanitasi lingkungan. Kolam renang yang terlalu dalam atau terlalu dangkal
dapat mempengaruhi sirkulasi air dan penggunaan sistem filtrasi. Idealnya,
kolam renang harus memiliki kedalaman yang cukup untuk memungkinkan
penggunaan sistem filtrasi yang efektif dan mempertahankan sirkulasi air
yang baik.
6. Material Kolam: Jenis material yang digunakan untuk kolam renang juga
dapat mempengaruhi sanitasi lingkungan. Material yang digunakan harus
tahan terhadap keausan, tahan terhadap bahan kimia, dan mudah
dibersihkan. Pemilihan material yang tepat dapat membantu mencegah
pertumbuhan alga atau bakteri yang sulit dibersihkan dan memastikan
kebersihan kolam renang.
Dalam merancang kolam renang, penting untuk mempertimbangkan aspek-aspek di
atas agar sanitasi lingkungan dapat dijaga dengan baik. Menggabungkan desain
yang baik dengan langkah-langkah sanitasi yang tepat akan membantu menjaga air
kolam renang tetap bersih, aman, dan menyenangkan bagi pengguna.
J PENGARUH KESEHATAN
Beberapa penyakit yang erat hubungnnya dengan kolam renang adalah sebagai
berikut :
Hal ini bisa ditimbulkan melalui air kolam renang yang tercemar oleh limbah
rumah tangga atau kotoran binatang.
4. Kecelakaan-kecelakaan
Dari semua penyakit / kecelakaan tersebut yang paling umum terjadi pada perenang
adalah :
Dari kenyataan yang ada, banyak membuktikan bahwa teori jelas berbeda dari
kenyataan yang terjadi. maka, akan lebih bijak ketika lewat pembahasan menganai
kolam renang ini diharapkan ketika kunjungan lapangan dapat memberikan
pelajaran lebih lagi mengenai sanitasi kolam renang.
K PENGARUH KESEHATAN
Hal ini bisa ditimbulkan melalui air kolam renang yang tercemar oleh limbah
rumah tangga atau kotoran binatang.
4. Kecelakaan-kecelakaan
Masalah kecelakaan yang sering terjadi di kolam renang adalah disebabkan antara
lain :
Dari semua penyakit / kecelakaan tersebut yang paling umum terjadi pada perenang
adalah :
• iritasi mata akibat dosis khlor yang tinggi
Dari kenyataan yang ada, banyak membuktikan bahwa teori jelas berbeda dari
kenyataan yang terjadi. maka, akan lebih bijak ketika lewat pembahasan menganai
kolam renang ini diharapkan ketika kunjungan lapangan dapat memberikan
pelajaran lebih lagi mengenai sanitasi kolam renang.
a. Bau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Bau pada air kolam renang dapat disebabkan oleh bau tumbuhan
algae yang berlebihan, serta dari kontaminasi limbah. Selain itu, bau pada air
juga dapat disebabkan karena kandungan klor yang tinggi dalam air kolam
renang akibat proses desinfeksi (Adriana, 2016).
b. Kejernihan
Air kolam renang harus jernih atau tidak keruh. Kejernihan air kolam
renang dapat dilihat dengan piringan yang diletakkan pada dasar kolam yang
terdalam. Air kolam renang dapat dikatakan jernih apabila piringan tersebut
dapat
dilihat dengan jelas dari tepi kolam pada jarak lurus tujuh meter (Rozanto,N.E.
2015).
c. Suhu
Suhu air kolam renang haruslah 16-40oC karena pada suhu tersebut
kebanyakan orang lebih merasa nyaman untuk belajar berenang atu sekedar
rekreasi. Namun setiap kalangan tentu memiliki tingkat suhu nyaman yang
berbeda-beda, dimana untuk olahraga renang suhu yang direkomendasikan
adalah 26-28oC, untuk rekreasi suhu yang direkomendasikan adalah 27-29oC
(Dewi,A.K. 2018).
2. Syarat kimia
a. pH
Kualitas air kolam renang tipe resirkulasi sangat tergantung pada cara
pengolahannya, karena pengolahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas air kolam renang. Pada dasarnya tindakan pengolahan air kolam renang
berkisar pada dua macam yaitu proses kimia dan proses fisika.
1. Proses Kimia
Proses kimia pada pengolahan air kolam renang adalah proses pembubuhan zat
kimia ke dalam air pada saat pengolahan. Proses pengolahan air kolam meliputi:
a. Khlorinasi
Proses pendesinfeksian air dengan menggunakan khlor aktif ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas air secara bakteriologis sehingga dapat mengendalikan atau
mengurangi jumlah bakteri yang ada dalam air kolam renang. Zat khlor merupakan
bahan yang aktif dan mudah terurai sehingga dapat cepat bereaksi dengan bahan-
bahan organik atau anorganik di dalam air. Untuk proses khlorinasi yang baik maka
pH air yang diperlukan adalah berkisar antara 7,2 – 7,6 sebab suasana basa akan
mempercepat terurainya khlor aktif membentuk asam hipoklorit dan kedua ini
adalah sangat taksis terhadap mikroorganisme (Chandra, 2009).
Sumber senyawa khlorinasi aktif yang biasanya dipakai untuk bahan desinfektan
adalah:
1) Kalsium hipoklorit atau yang biasa disebut kaporit, dengan rumus kimia
(Ca(COCl)2) yaitu senyawa khlor aktif yang berbentuk bubuk putih atau granula
dengan kadar khlor aktif mulai dari 25 – 30%.
2) Natrium hipoklorit dengan rumus kimia NaCl yaitu senyawa khlorit aktif yang
berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dengan kadar khlor aktif antara 12 –
25%.
3) Hepta oksida dikhlor aktif dengan rumus kimianya Cl2O, yaitu senyawa khlor
aktif yang berupa cairan kental seperti minyak kelapa dan tidak berwarna.
b. Koagulasi (penggumpalan)
Proses ini bertujuan untuk penjernihan air yang dilakukan dengan cara pembubuhan
bahan-bahan koagulasi seperti Al2(SO4)3 atau yang biasa disebut tawas, FeCL3
atau ferri khlorida, FeCl2 atau ferro khlorida. Tujuan dari pembubuhan zat
koagulasi adalah untuk mengingat kotoran-kotoran yang ada di dalam air kolam
menjadi gumpalan-gumpalan kotoran yang lebih besar lagi, sehingga mudah
mengendap untuk kemudian disedot/disaring. Untuk memperoleh efektifitas yang
tinggi dalam proses koagulasi, maka diperlukan suasana pH antara 7,4 – 7,6 dan
harus dilakukan pengadukan yang baik sehingga zat koagulan yang diberikan dapat
tercampur rata dengan air kolam secara merata (Sitanggang, 2012).
c. Pengendalian lumut
Lumut dan alga merupakan tumbuhan air yang dapat berkembang biak dalam air
kolam renang sehingga dapat mempengaruhi kualitas air kolam. Tumbuhan ini
tumbuh disebabkan adanya kandungan lumpur yang terdapat pada dinding kolam,
dan dasar kolam. Secara fisiologis, dapat menimbulkan gangguan estetika karena
adanya bercak-bercak atau noda sehingga air kolam tampak kotor. Untuk
menghilangkan atau mengendalikan alga dan lumut tersebut dapat digunakan bahan
kimia seperti senyawa cupri sulfat (zat prusi, vitriol bitu). Pemberian prusi ini harus
dilakukan penyikatan dinding dan dasar kolam dengan prusi pada setiap kali
diadakan pembersihan umum. penggunaan prusi yang berlebihan akan
membahayakan karena dapat berakibat hilangnya warna rambut pada perenang
disamping itu dapat membuat air kolam menjadi biru (Sitanggang, 2012).
d. Netralisasi
2. Proses Fisika
a. Pengadukan
Proses pengadukan ini adalah proses pencampuran bahan kimia yang digunakan
dalam pengolahan air dengan seluruh air yang ada dengan cara mengadukkannya,
di dalam instilasi pengolahan proses pengadukan dilakukan setelah pembubuhan
bahan-bahan kimia. Idealnya suatu unit pengaduk yang komplit dapat menjangkau
volume air kolam renang sehingga dapat merata.
b. Pengendapan
c. Penyaringan
Pengawasan kualitas air kolam renang sangat penting untuk menjaga kebersihan
dan keamanan kolam. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam
pengawasan kualitas air kolam renang:
Pengawasan kualitas air kolam renang harus dilakukan secara rutin dan
konsisten. Jika ada perubahan atau ketidaknormalan dalam kualitas air,
langkah-langkah perbaikan dan penyesuaian harus diambil segera untuk
menjaga air kolam renang tetap bersih dan aman untuk digunakan.
2. Sewage (air limbah). Air limbah merupakan sisa dari hasil usaha dan atau
kegiatan yang berwujud cair. Sisa buangan tersebut dapat berasal dari rumah
tangga, industry dan tempattempat umum lainnya. Kandungan air limbah rumah
tangga sebagian besar terdiri atas bahan organic. Namun demikian, pengawasan
terhadap kualitas air limbah sangat penting dilakukan mengingat bahaya yang
ditimbulkan dari pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan
berdampak bagi pencemaran tanah, air, udara, makanan, bahkan menjadi tempat
perkembangbiakan vector dan binatang pengganggu lainnya.
Pencemaran pada air kolam renang dapat disebabkan oleh pencemaran kimia dan
mikrobiologis. Pencemaran kimia air kolam renang dapat berasal dari bahan kimia
yang melekat pada tubuh prenang seperti keringat,urin,sisa sabun dan komestik
(WHO,2006:60). Sedangkan pencemaran mikrobiologis air kolam renang dapat
berasal dari kontaminasi kotoran dari perenang ,kontaminasi kotoran dari hewan
yang ada dilingkungan kolam renang,serta kontaminasi kotoran dari hewan yang
ada dilingkungan kolam renang,serta kontaminasi kotoran yang terdapat pada
sumber air yang digunakan sebagai kolam renang (WHO,2006:26). Adanya
kontaminasi kotoran tersebut akan menyebabkan tingginya kandungan
mikrobiologis dalam air kolam renang yang dapat menimbulkan dampak negatif
pada kesehatan pengguna kolam renang. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan
melalui media air kolam renang antara lain penyakit mata,penyakit kulit,penyakit
hepatitis,serta penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan seperti diare
dan typus (Mukono,2000:107). Penyakit-penyakit tersebut dapat ditularkan oleh
mikroorganisme pathogen dalam air kolam renang seperti bakteri ,virus,jamur dan
protozoa (WHO,2006:27).
P PENGAWASAN KUALITAS UDARA (KOLAM RENANG)
Pengawasan kualitas udara di sekitar kolam renang sangat penting untuk menjaga
kenyamanan dan kesehatan pengguna. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
diambil dalam pengawasan kualitas udara kolam renang:
Pengawasan kualitas udara di sekitar kolam renang harus dilakukan secara teratur
dan proaktif. Dengan langkah-langkah yang tepat, kualitas udara di sekitar kolam
renang dapat dijaga agar tetap sehat dan nyaman bagi pengguna.
Pengawasan kualitas sampah di kolam renang harus dilakukan secara teratur dan
konsisten. Dengan langkah-langkah di atas, kebersihan kolam renang dapat terjaga
dengan baik, menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi pengguna.
Pengawasan kualitas vektor (serangga, nyamuk, dll.) di sekitar kolam renang sangat
penting untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam pengawasan kualitas
vektor kolam renang:
Santoso, imam, 2015. Inspeksi sanitasi tempat tempat umum . Yogyakarta : Gosyen
Publishing
Adriana. 2016. Analisis Kualitas Air Kolam Renang Indoor dan Outdoor Depok Sport
Center dan Tirta Sari di Kabupaten Sleman Berdasarkan KetentuanKetentuan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990. Tersedia dalam
http://repository.usd.ac.id. Diakses tanggal 20 September 2018
Cita dan Adriani, 2009. Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pengguna Kolam Renang
di Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 7 (1) : 26-31
Dewi,A.K. 2018. Gambaran Sanitasi Kolam Renang Tirta Srinadi Klungkung Tahun
2018. Karta Tulis Ilmiah. Denpasar. Politeknik Kesehatan Denpasar
Maulana,F. 2012. Gambaran Kualitas Air Kolam Renang Tirta Lontara Makassar
Tahun 2012. Tersedia dalam : http://repositori.uin-alauddin.ac.id. Diakses tanggal
14 Oktober 2018
Pakaya,L.S. 2014. Analisis Kadar Klorin pada Air Kolam Renang di Tempat Wisata
Gorontalo. Artikel. Tersedia dalam : http://kim.ung.ac.id. Diakses tanggal 12 Juni
2019
Permenkes RI No 32, 2017. Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,
Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum
b. Salon yang menggunakan lebih dari satu jenis (merk) kosmetika yang
terdaftar didepartemen kesehatan sesuai kebutuhan layanan. Salon yang
menggunakan kosmetika buatan sendiri, tidak menggunakan bahan
terlarang dan tidak diperjual belikan.
A. ALAT KERJA
1) Alat yang berhubungan dengan kulit :
a. Sisir selalu dalam keadaan bersih dan baik
b. Gunting selalu dalam keadaan bersih dan baik
c. Mesin selalu dalam keadaan bersih
d. Tempat bedak dan sabun selalu dalam keadaan bersih dan
baik
2) Handuk :
a. Bersih
b. Tersedia dalam jumlah yang cukup
3) Kain penutup
a. Bersih
b. Berwarna putih/terang
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup
B. BAHAN-BAHAN
a. Pisau, gunting, dan lain-lain didesinfeksi dangan larutan
kimia atau air panas
b. Komestik/wangi-wangian diperoleh dari sumber yang
dipercaya
IV. KARYAWAN
a. Pemangkas rambut/juru rias dalam keadaan sehat
b. Dilengkapi pakaian kerja
V. LAIN-LAIN
1) Kotak P3K
a. Tersedia min.1 kotak P3K yang berisi obat-obatan
sederhana
L Klasifikasi salon kecantikan
SALON
1. NAMA SALON :
2. ALAMAT :
3. NAMA PENGELOLA :
4. JUMLAH KARYAWAN :
5. TANGGAL PEMERIKSAAN :
6. a. Beri tanda ü pada kotak [ ] (kolom 4, dan lingkaran nilai (kolom 5) untuk
komponen penilaian yang sesuai.
b. Skore (kolom 6)adalah bobot (kolom 3) dikalikan dengan nilai (kolom
5)pada komponen penilaian yang sesuai (kolom 4).
c. Setiap variabel memiliki nilai maksimum 10 dan nilai minimum 0
KOMPONEN YANG
NO VARIABEL UPAYA BOBOT NILAI SKORE
DINILAI
1 2 3 4 5 6
I Persyaratan Kesehatan
lingkungan dan
bangunan
A UMUM
1. Lokasi (ü) terhindar dari
pencemaran
4 lingkungan
(ü) tidak terletak di
daerah banjir
2. lingkungan / halaman (ü) bersih
3. 4 (ü) tidak terdapat
genangan air
KOMPONEN YANG
NO VARIABEL UPAYA BOBOT NILAI SKORE
DINILAI
1 2 3 4 5 6
B BAGIAN DALAM
1. Lantai (ü) Bersih
(ü) Kuat, kedap air
3
permukaan rata
(ü) Tidak licin
2. Dinding (ü) Bersih
(ü) Permukaan yang
5 selalu kontak dengan
air kedap air
KOMPONEN
NO VARIABEL UPAYA BOBOT NILAI SKORE
YANG DINILAI
1 2 3 4 5 6
II FASILITAS
SANITASI
1. Penyediaan air (ü) Tersedia dengan
8
jumlah yang cukup
(ü) Memenuhi
persyaratan fisik
2. Pembuangan air ( ) Air limbah
limbah mengalir dengan
lancar
10
(ü) Saluran air limbah
kedap air dan sistim
tertutup
3. Toilet (ü) Bersih dan tidak
bau
(ü) Lantai kedap air
6 miring ke saluran
pembuangan
( ) Toilet pria terpisah
dengan wanita
KOMPONEN YANG
NO VARIABEL UPAYA BOBOT NILAI SKORE
DINILAI
1 2 3 4 5 6
3. Kain penutup (ü) Bersih
(ü) Berwarna
8 putih/terang
(ü) Tersedia dalam
jumlah yang cukup
B. BAHAN-BAHAN (ü) Pisau, gunting, dan
7 lain-lain didesinfeksi
Mengetahui,
Variabel
Upaya
I II III IV V
DAFTAR PUSTAKA
Teater
Jenis-jenis Teater
Penggolongan jenis gedung pertunjukan atau teater dapat
berdasarkan bentuk maupun sistem pertunjukannya.
a. Teater berdasarkan bentuknya (Roderick, 1972)
Teater terbuka : pertunjukan seni dilakukan pada ruangan
terbuka.
Teater tertutup : pertunjukan seni dilakukan pada ruangan
tertutup.
b. Teater berdasarkan hubungan antara pertunjukan dengan
penontonnya (Roderick, 1972)
Tipe Arena : dimana penonton mengelilingi pertunjukan, tidak
memerlukan penghayatan yang serius.
Tipe Transverse : merupakan perkembangan dan variasi dari tipe
arena, dimana penonton duduk pada dua sisi yang berlawanan
menghadap panggung.
Tipe ¾ Arena : merupakan variasi dari tipe arena, dimana
pemain atau aktor/aktris dapat naik kepanggung tanpa
melalui ruang penonton.
Tipe ¼ Arena : dimana penonton menyaksikan pertunjukan
dalam satu arah. Luasan panggung kecil.
Tipe Procenium : merupakan perkembangan tipe ¼ arena
akibat kurangnya luasan panggung. Penonton menyaksikan
pertunjukan dalam satu arah di depan panggung.
Tipe Calliper Stage/Extended Stage : Panggung mengelilingi
sebagian dari penonton.
Gambar 10.1. Tipe-tipe Teater
Pengawasan/kontrol
Ruang Latihan
Setiap teater menuntut minimum 1 panggung percobaan untuk
percobaan dari panggung utama, ukuran panggung disesuaikan
dengan panggung utama.
Gambar 10.6. Panggung Percobaan (Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 2 : 145)
Ruang Publik
Dalam teater tradisional lobby di bagi menjadi lobby sebenarnya
(lobby), restoran atau cafe, dan lobby khusus perokok. Luas
lobby 0,8– 2 m2/penonton, realistiknya 0,6 – 0,8 m2/penonton.
Pintu Darurat
Tujuannya adalah agar para pengunjung dapat segera menuju
ketempat yang aman dalam kurun waktu tertentu. Jalur
keselamatan adalah dari tempat duduk sepanjang area bebas, dan
gang, dan melalui pintu keluar dengan cepat. Atau melalui koridor.
Waktu yang ditetapkan menyediakan jarak tempuh maksimum dari
tempat duduk menuju pintu keluar auditorium, dan jumlah tempat
duduk menyediakan lebar dan jumlah rute keluar.
Jarak tempuh
Evakuasi dari tiap tingkat dalam teater dalam suatu kurun
waktu tertentu diperlukan apabila terjadi kebakaran. Untuk
tempat duduk tradisional jarak yang dianjurkan 18 m diukur
dari gang, untuk tempat duduk kontinental 15 m dari tempat
duduk manapun. Tujuannya adalah untuk mengevakuasi
pengunjung dari tiap tingkat dalam waktu 2,5 menit.
Rute keluar
Pintu keluar dari auditorium harus menuju tempat yang aman.
Rute keluar harus memiliki lebar yang sama dengan pintu
keluar dan dengan konsisten untuk menghindari efek leher
botol. Semua pintu keluar dalam rute keluar harus memiliki
arah bukaan pintu yang sama dengan arah arus pengunjung.
Tangga pada rute keluar harus memiliki jumlah maksimum 16
anak tangga dan minimum 2 anak tangga, dengan tinggi dan
lebar anak tangga 18 cm dan 275 cm. ramp harus dalam
kemiringan 1,12° dengan panjang 4,5 m. Rute keluar untuk
pengguna kursi roda harus terpisah dengan rute lain. Rute
keluar harus dilapisi dari bahan tahan api.
Akustik Ruang
Perencanaan akustik ruang harus menghasilkan dialog dan musik
yang optimal bagi pendengarnya di ruang pagelaran. Bermacam-macam
pengaruh terpenting yang diperhatikan adalah:
Waktu bunyi susulan
Nilai optimal bergantung pada penentuantujuan dan volume ruang.
Tabel 10.2
Grafik 10.2
Gambar 10.13. Peninggian Deret Tempat Duduk Sebagai Spiral Yang Logis
(Sumber : Data arsitek edisi 33 jilid 1 : 123)
Struktur sekunder
Bidang refleksi selanjutnya dapat mengkompensasi struktur
primer yang tidak menguntungkan, misalnya dinding yang
mengarah terpisah dengan lipatan permukaan atau dengan
pemasangan layar yang digantung pada langit-langit.