Anda di halaman 1dari 24

Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan

12120006

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini kebutuhan ruang akustik sangat diperlukan beberapa ruang agar saat ada
kegiatan di ruangan tersebut suaranya dapat didengar dengan jelas dan suara juga tidak
keluar ruangan sehingga orang yang berada disekitar ruangan tersebut tidak terganggu
dengan suara dari dalam ruangan.
Pencahayaan pada ruangan akustik juga harus dipehatikan sesuai dengan kebutuhan
ruangan seperti halnya gedung teater yang tidak banyak memerlukan cahaya.
Dengan gedung auditorium ISTN saat ini akan dialih fungsikan menjadi gedung teater
yang memiliki akustik ruang dan pencahayaan yang baik memanfaat kan bahan yang
mempunyai daya serap suara dan bahan yang dapat memantulkan suara dengan baik agar
suara dapat di dengar penonton dengan jelas. Juga menggunakan pencahayaan yang cukup
agar penonton dapat melihan pertunjukan dengan jelas.

1.2 TUJUAN
Mengalih fungsikan gedung auditorium ISTN menjadi gedung teater yang memiliki akustik
ruang dan pencahayaan yang baik.
1.3 SASARAN
 Pemain teater
 Penonton teater
1.4 IDENTIFIKASI MASALAH
Akustik :
 Sumber / objek yang bergetar
 Medium perambat
 Cacat akustik
Pencahayaan :
 Jenis lampu yang digunakan
 Banyak lampu yang digunakan
1.5 PERMASALAHAN
Bagaimana mengalih fungsikan bangunan auditorium ISTN menjandi gedung teater yang
memiliki akustik ruang dan pencahayaan yang baik?
1.6 PENDEKATAN MASALAH
Akustik :
 Menggunakan bahan bahan akustik yang cocok untuk gedung teater
Pencahayaan :
 Pemilihan lampu dan tata letak lampu yang sesuai dengan gedung teater.
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

BAB II TINJAUAN
2.1 AKUSTIK RUANG

Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan
perubahan bunyi atau suara yang terjadi.
Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam.
Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan
sangat memengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.
Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

 Perubahan suara karena pemantulan dan


 Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.
Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan pengalaman lapangan untuk
mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman ,
ruang pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah.
Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah RTA (Real
Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga
dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang digunakan.
Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan, misalnya TraFlex. Mempunyai
banyak variant produk yang memungkinkan untuk membuat hasil yang optimal. Tipe TraFlex 10.15,
dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif jika digunakan untuk memperjelas
suara.
2.2 WAKTU DENGUNG
Waktu Dengung (Reverberation Time – RT). RT seringkali dijadikan acuan awal dalam
mendesain akustika ruangan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. RT menunjukkan seberapa
lama energi suara dapat bertahan di dalam ruangan, yang dihitung dengan cara mengukur waktu
peluruhan energi suara dalam ruangan. Waktu peluruhan ini dapat diukur menggunakan konsep
energi tunak maupun energi impulse.RT yang didapatkan berdasarkan konsep energi tunak dapat
digunakan untuk memberikan gambaran kasar, waktu dengung ruangan tersebut secara global.RT
jenis ini dapat dihitung dengan mudah, apabila kita memiliki data Volume dan Luas permukaan
serta karakteristik absorpsi setiap permukaan yang ada dalam ruangan. Sedangkan RT yang
berbasiskan energi impulse, didapatkan dengan cara merekam response ruangan terhadap sinyal
impulse yang dibunyikan didalamnya. Dengan cara ini, RT di setiap titik dalam ruangan dapat
diketahui dengan lebih detail bersamaan dengan parameter-parameter akustik yang lainnya.
Adapun rumus untuk menghitung waktu dengung adalah
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006
𝟎, 𝟏𝟔𝒙𝑽
𝑹𝑻 =
𝑨

𝑨 = 𝒙𝑺

Keterangan
RT = Reverberation Time
V = Volume
A = total absorbtion
= Absorb coefficient(pada 500 Hz)
S = Surface area

2.3 SYARAT RUANG PERTUNJUKAN TEATER


1. Dinding
Dinding gedung pertunjukkan dibuat anti gemasuara dengan menerapkan sistem
“acoustic”dengan maksud
 mencegah gema suara yang memantul danmenggaduhkan bunyi asli
 mencegah penyerapan suara (absorpsi)sehingga suara hilang dan menjadi kurang
jelas.
 membantu resonansi (menguatkan suara).
2. Lantai
 Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras,tidak licin dan mudah dibersihkan.
 Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehinggapemandangan penonton yang
dibelakang tidak terganggu oleh penonton yang dimuka.Menurut hasil penyelidikan
yang dilakukan olehDepartemen Penerangan bersama Lembaga IlmuPengetahuan
Indonesia (LIPI) menyatakanbahwa : Jarak antara sandaran kursi adalah lebihkurang
90 cm, dengan sudut penurunan ideal kearah layar 6,28 terhadap garis horizontal,
berartiperbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10cm.
3. Ventilasi
Ventilasi untuk gedung bioskop adalahpenting oleh karena untuk mengatur
sirkulasiudara, agar udara kotor dalam ruangan keluardan udara bersih masuk sehingga
penontonmerasa nyaman.Untuk atau kamar normal 27˚Cdan kelembaban yang baik adalah
40%”.(Soebagio Reksosoebroto, 2009)“Suhu ruangantara 20˚C-25˚C, dengan kelembaban
diantara40%-50%”.(Rudi Gunawan, 2008)
Sistem ventilasi pada umumnya terbagi atasdua yaitu:

a. Ventilasi Alami (Natural Ventilation System)


Ventilasi alam ini dapat dibuat dengan jalanmemasang jendela dan lubang-
lubang angin ataudengan menggunakan bahan bangunan yangberpori-pori.
b. Ventilasi Buatan (Artificial VentilationSystem)
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

Untuk ventilasi buatan ini dapat berupa :


 Fan (kipas angin), fungsinya hanya memutarudara didalam ruangan, sehingga
masihdiperlukan ventilasi alamiah.
 Exhauster (pengisap udara), prinsip kerjanyaadalah mengisap udara kotor
dalam ruangansehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.
 Air Conditioning (AC)
AC yang baik untuk gedung bioskop adalahmenggunakan AC central. Air
Conditioning(AC), prinsip kerjanya adalah penyaringan,pendinginan,
pengaturan kelembaban sertapengaturan suhu dalam ruangan. Yang
perludiperhatikan bila menggunakan AC adalahruangan harus tertutup rapat
dan orang tidak boleh merokok didalam ruangan.
4. Tempat Duduk atau Kursi
Persyaratan dari tempat duduk atau kursi adalah :
 Konstruksi cukup kuat dan tidak mudah untuk bersarangnya binatang pengganggu
antara lainkutu busuk atau serangga lainnya.
 Ukuran kursi yaitu :
- Lebih kurang 40-50 cm.
- Tinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm.
- Tinggi sandaran 38-40 cm
denganlebarsandaran disesuaikan dengan kenyamanan.
- Sandaran tangan berfungsi juga sebagaipembatas.
- Sandaran pengguna tidak boleh terlalu tegak.
 Letak kursi agar diatur sedemikian rupa sehingga semua penonton dapat
melihatgambar secara penuh dengan tidak terganggu.Jarak antara kursi dengan
kursi didepannyaminimal 40 cm yang berfungsi untuk jalan ketempat kursi yang
dituju.
 Tiap penonton harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal 30˚.Penonton
yangduduk di baris terdepan harus masih dapatmelihat seluruh gambar
sepenuhnya. Artinyabagian tepi layar atas, bawah dan samping kiridan kanan
berturut-turut maksimummembentuk sudut 60º-80º dengan titik mata.
5. Pintu daruratPersyaratan pintu darurat adalah:

 Lebar minimal pintu darurat adalah 2 kali lebarpintu biasa (160 cm)
 Jarak pintu darurat yang satu dengan lain sedikit-dikitnya 5 m dengan tinggi 1,8
danmembuka kearah ke luar
 Letak pintu darurat sebelah kiri dan sebelahkanan ruang pertunjukkan harus simetris
 Selama pertunjukan berlangsung pintu darurattidak boleh di kunci.
 Di atas pintu harus dipasang lampu merah dengan tulisan yang jelas “Pintu Darurat”.
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

6. Pencahayaan pada dasarnya pencahayaan diperlukan sebelumdan setelah pertunjukkan.


Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pencahayaan adalah:
 System pencahayaan tidak boleh menyilaukanmata maksimal 150 lux dan tidak
bolehbergetar
 Tersedia cukup cahaya untuk kegiatanpembersihan gedung pertunjukkan.
Kekuatan penerangan pada tangga adalah 3 fc.7.
2.4 SYARAT AKUSTIK DI RUANG PERTUNJUKAN
1. Persyaratan tata akustik gedung pertunjukan yang baik dikemukakan oleh Doelle
(1990:54) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan kualitas suara yang baik,
secara garis besar gedung pertunjukan harus memenuhi syarat :
a. Kekerasan (Loudness) yang Cukup
Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran besar
disebabkan oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena
jarak tempuh bunyi terlalu panjang, dan penyerapan suara oleh penonton dan isi
ruang (kursi yang empuk, karpet, tirai ).
Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai kekerasan/loudness yang
cukup. Dalam hal ini Doelle (1990:54) mengemukakan persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk mencapainya, yaitu dengan cara memperpendek jarak
penonton dengan sumber bunyi, penaikan sumber bunyi, pemiringan lantai,
sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara, luas lantai harus sesuai
dengan volume gedung pertunjukan, menghindari pemantul bunyi paralel yang
saling berhadapan, dan penempatan penonton di area yang menguntungkan.
b. Pemilihan Bentuk Ruang yang Menguntungkan
c. Distribusi Bunyi yang merata
d. Ruang Harus Bebas Cacat Akustik
Cacat akustik merupakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pengolahan
elemen pembentuk ruang gedung pertunjukan yang menimbulkan permasalahan
akustik. Adapun cacat akustik yang biasa terjadi pada sebuah gedung pertunjukan
yang tidak di desain dengan baik menurut Doelle (1990:64) ada delapan jenis,
yakni:
- Gema (echoes) : cacat akustik yang paling berat, terjadi bila bunyi yang
dipantulkan oleh suatu permukaan tertunda cukup lama untuk dapat diterima dan
menjadi bunyi yang berbeda dari bunyi yang merambat langsung dari sumber
suara ke pendengar. Jadi pemantulan suara yang mengenai permukaan datar yang
lebar beresiko terdengar sebagai gema, yang ditandai dengan adanya penundaan
yang berulang-ulang dari bunyi langsung.
- Pemantulan yang Berkepanjangan (Long - Delayed Reflections) : cacat akustik yang
sejenis dengan gema, tetapi penundaan waktu antara penerimaan bunyi langsung
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

dan bunyi pantul agak lebih singkat, sedangkan gaung merupakan cacat akustik
yang terdiri atas gema-gema kecil yang berturutan dengan cepat. Peristiwa ini
dapat diamati bila terjadi ledakan singkat seperti tepukan tangan atau tembakan
yang dilakukan di antara dua permukaan dinding atau pemantul bunyi yang sejajar
dan rata.Waktu dengung (reverberation time) berperan penting dalam
menciptakan kualitas musik dan kemampuan untuk memahami suara percakapan
dalam ruang. Ketika permukaan ruang memiliki daya pantul yang tinggi, bunyi
akan terus memantul atau menggema secara berlebihan sehingga mengakibatkan
bunyi tidak dapat didengar dan dimengerti dengan jelas .
- Pemusatan Bunyi atau disebut juga dengan hot spots atau titik panas, merupakan
cacat akustik yang disebabkan oleh pemantulan bunyi pada permukaan-
permukaan cekung.Intensitas bunyi di titik panas sangat tinggi dan merugikan
daerah dengar karena menyebabkan distribusi energi bunyi tidak dapat merata .
- Ruang Gandeng (Coupled Spaces) merupakan cacat akustik yang terjadi bila suatu
ruang pertunjukan berhubungan langsung dengan ruang lain seperti ruang depan
dan ruang tangga, maka kedua ruang tersebut membentuk ruang gandeng. Selama
rongga udara ruang yang bergandengan tersebut terbuka maka masuknya bunyi
dengung dari ruang lain tersebut akan terasa meski dengung di dalam ruang
pertunjukan telah diatasi dengan baik.Gejala ini akan mengganggu penonton yang
duduk dekat pintu keluar masuk yang terbuka.
- Distorsi merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh perubahan kualitas bunyi
yang tidak dikehendaki. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan atau penyerapan
bunyi yang terlalu besar oleh permukaan-permukaan dinding.
- Bayangan Bunyi merupakan cacat akustik yang terjadi apabila bunyi terhalang
untuk sampai ke penonton . Gejala ini dapat diamati pada tempat duduk di bawah
balkon yang menonjol terlalu jauh dengan kedalaman lebih dari dua kali tingginya.
- Serambi Bisikan (Whispering Gallery) merupakan cacat akustik yang disebabkan
oleh adanya frekuensi bunyi tinggi yang mempunyai kecenderungan untuk
merangkak sepanjang permukaan-permukaan cekung yang besar (kubah setengah
bola). Suatu bunyi yang sangat lembut seperti bisikan yang diucapkan di bawah
kubah tersebut akan terdengar pada sisi yang lain. Meskipun gejala ini kadang
menyenangkan dan tidak merusak, akan tetapi tetap saja merupakan suatu
keadaan yang tidak diinginkan bagi akustik yang baik
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

1.4 BAHAN PENYERAP SUARA (Absorption Material)

Bahan Penyerap Suara memiliki tugas penting didalam mengendalikan medan


suara didalam ruangan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. Bahan penyerap suara ini
seringkali disebut sebagai material kedap suara, sebuah istilah yang menurut hemat
penulis adalah sebuah istilah yang tidak tepat. Dalam sebuah konsep akustik ruangan,
harus dibedakan antara fungsi kedap (sound proofing) dan fungsi pengendalian (sound
controling). Dalam kedua fungsi, diperlukan bahan penyerap suara ini.
Ada dua tipe utama bahan penyerap suara, yaitu Bahan Penyerap Suara Berpori (Porous
Absorber) dan Bahan Penyerap Suara tipe Resonansi (resonant Absorber). Kedua tipe
penyerap suara ini berbeda dalam hal mekanisme penyerapan energi suara.
Bahan berpori seperti karpet, korden, foam, glasswool, rockwool, cellulose fiber, dan
material lunak lainnya, menyerap energi suara melalui energi gesekan yang terjadi
antara komponen kecepatan gelombang suara dengan permukaan materialnya. Bahan
penyerap suara tipe ini akan menyerap energi suara lebih besar di frekuensi tinggi.
Tipikal kurva karakteristik penyerapan energi suaranya sebagai fungsi frekuensi, dapat
dilihat pada gambar berikut:

(c) D.M. Howard & J. Angus: Acoustics and Psychoacoustics, 3rd ed

Bahan penyerap suara ini akan menyerap energi suara lebih besar pada frekuensi rendah
atau menengah, apabila jarak material ke dinding atau ketebalan material bila ditempel
langsung ke dinding lebih besar daripada seperempat panjang gelombang yang ingin
dikendalikan, sebagai mana terlihat pada kurva berikut:
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

(c) D.M. Howard & J. Angus: Acoustics and Psychoacoustics, 3rd ed.

Bahan penyerap suara tipe resonansi seperti panel kayu tipis, menyerap energi suara
dengan cara mengubah energi suara yang datang menjadi getaran, yang kemudian diubah
menjadi energi gesek oleh material berpori yang ada di dalamnya (misal oleh udara, atau
material berpori). Ini berarti, material tipe ini lebih sensitif terhadap komponen tekanan
dari gelombang suara yang datang, sehingga lebih efektif apabila ditempelkan pada
dinding. Bahan penyerap tipe ini lebih dominan menyerap energi suara ber frekuensi
rendah. Frekuensi resonansi bahan ini ditentukan oleh kerapatan massa dari panel dan
kedalaman (tebal) rongga udara dibaliknya .
Tipikal respon frekuensi bahan penyerap tipe ini adalah sebagai berikut:

(c) D.M. Howard & J. Angus : Acoustics and Psychoacoustics, 4 ed.

Tipe lain dari bahan penyerap suara ini adalah apa yang disebut sebagai Resonator
Helmholtz. Efektifitas bahan penyerap suara tipe ini ditentukan oleh adanya udara yang
terperangkap di “pipa atau leher” diatas bidang berisi udara (bentukan seperti leher botol
dsb). Permukaan berlobang menjadi ciri utama resonator yang bekerja pada frekuensi
tertentu, tergantung pada ukuran lubang, leher, dan volume ruang udaranya.
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

(c) D.M. Howard & J. Angus : Acoustics and Psychoacoustics, 4 ed.

Apabila diinginkan sebuah dinding yang memiliki frekuensi kerja yang lebar (rendah,
menengah, dan tinggi), maka harus digunakan gabungan ketiga bahan penyerap suara
tersebut. Kombinasi antara proses gesekan dari komponen kecepatan gelombang suara
dan resonansi dari komponen tekanan gelombang suara, akan membuat kinerja
penyerapan energi suara oleh dinding atau partisi besar untuk seluruh daerah frekuensi.

(c) D.M. Howard & J. Angus : Acoustics and Psychoacoustics, 4 ed.


Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

1.5 SYARAT PENCAHAYAAN DI RUANG PERTUNJUKAN

Pencahayaan depan digunakan terutama untuk visibilitas dan warna. Hal ini juga
Front
digunakan untuk mengisolasi seseorang individu atau set piece. Lampu depan
Lighting
umumnya bekerja lebih baik jika ditempatkan pada sudut antara 30-50 derajat.
Penggunaan yang paling umum samping efek pencahayaan. Sisi pencahayaan
Side
sering digunakan dengan warna lebih berani untuk aksen gerakan dan warna
Lighting
kontras yang datang dari sisi yang berlawanan.
Seiring dengan pencahayaan sisi pencahayaan kembali digunakan untuk
efek. Kembali pencahayaan sering digunakan untuk membuat kedalaman di atas
panggung. Ketika digunakan dari sudut kembali pencahayaan rendah juga dapat
Kembali
memberikan rasa siluet. Satu hal yang perlu diingat ketika menggunakan
Lighting
pencahayaan belakang adalah bahwa lampu-lampu harus santai untuk para
penonton. Jika lampu diposisikan ke mata penonton tidak akan menjadi
pengalaman yang menyenangkan.
Down pencahayaan sering digunakan untuk menciptakan ilusi
Down
kedalaman. Pencahayaan ke bawah juga bekerja sangat baik untuk mengisolasi
Lighting
satu orang dari yang lain.
Latar Latar pencahayaan adalah gaya yang sangat berani pencahayaan. Hal ini lebih
Belakang cerah daripada bagian lain panggung. Ini adalah cara yang sangat kuat untuk
Lighting menciptakan sebuah gambar.
Beberapa peralatan yang sering digunakan dalam teater :

1.5.1 Ellipsoidal: Ellipsoidal dianggap sebagai perangkat utama yang digunakan dalam
pencahayaan panggung. Lampu ini milik sekelompok lampu yang disebut fokus
instrumen. Ellipsoids memungkinkan perancang dan teknisi pencahayaan untuk
membuat tepi batang lunak atau untuk memotong bagian dari berkas untuk
meninggalkan area gelap dengan menggunakan jendela.Lampu ini biasanya
ditentukan oleh jenis lensa mereka. Jika lensa ukuran 6 x 12 maka itu berarti bahwa
angka pertama yang tercantum adalah diameter lensa dalam inci. Mengukur kedua
adalah panjang fokus lensa. Panjang fokus adalah jarak dari lensa di mana sinar
cahaya berkumpul. Panjang focal, biasanya diukur dalam inci. Ketika bergerak
ellipsoids selalu merupakan praktik yang baik untuk memastikan semua jendela
benar-benar tertutup. Dengan cara ini tidak ada cara untuk jendela untuk
mendapatkan bengkok.
1.5.2 Fresnel: Fresnels umumnya digunakan untuk mencuci warna. Ketika lampu ini
digunakan balok dapat diubah dengan memindahkan lampu belakang dan ke depan
pada jalur yang dibangun ke dalam cahaya. Tepi balok di Fresnel selalu lembut
dimana pada ellipsoidal tepi dapat berubah dari keras ke lembut.
1.5.3 Scoop: lampu ini adalah cara yang sangat baik untuk memberikan pengaturan
cahaya penuh untuk panggung dengan sejumlah kecil lampu.
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

1.5.4 Par Cans: par dapat memberikan yang luas, sinar umum dan mencakup wilayah
yang luas. Par kaleng mungkin lampu yang paling mudah untuk digunakan. Mereka
sangat ringan dan mudah untuk ditangani. Mereka juga mudah untuk fokus. Lampu
ini terlihat pada pertunjukan dan band karena daya tahan mereka.
1.5.5 Followspots: Followspots dirancang untuk mengikuti aktor individu. Lampu ini
digunakan hanya untuk memberikan mobilitas para aktor di atas
panggung. Followspots memiliki banyak perbedaan dalam disain. Setup dasar gel
meskipun bersifat internal, dan juga rana kontrol.
1.5.6 Control Devices: Ketika menggunakan lampu di atas ada satu aspek yang harus
dihadapi : pengendali/ kontrol. Perangkat kontrol yang berbeda dan ada banyak
tetapi melakukan fungsi-fungsi dasar yang sama. Yang pertama adalah kontrol
untuk penggunaan. Fungsi lain yang mengontrol perangkat ini adalah tingkat
kecerahan. Banyak beroperasi seperti saklar dimmer
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

BAB III DATA


DATA TAPAK :

POTENSI TERHADAP AKUSTIK RUANG

Suara percakapan dari koridor


berpengaruh terhadap akustik
Suara percakapan dan suara ruang auditorium tepi kecil
bising kendaraan dari koridor
dan jalan berpengaru besar Suara percakapan dan suara
terhadat akustik ruang bising kendaraan dari koridor
auditorium dan jalan berpengaru besar
terhadat akustik ruang
auditorium

LEBAR JALAN :

- Selatan : 8m
- Barat : 6m
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

DATA BANGUNAN

- Panjang : 40 m
- Lebar : 24 m
- Tinggi : 7 m

ELEMEN BANGUNAN

Elemen Ukuran Jumlah Material Potensi


Pintu I 320 x 260 x 7.5 4 Kayu Permukaan kusen licin
memantulkan suara, pemukaan
pintu memecah suara/menebar
Pintu II 185 x 250 x 7.5 3 Kayu Permukaan kusen licin
memantulkan suara, pemukaan
pintu memecah suara/menebar
Jendela 350 x 150 x 5 14 Kayu,arsitrap, Permukaan kusen licin
kaca mati memantulkan suara,permukaan
arsitrap begelombang
memecah/menebar suara,
Kaca memantulkan dan
meneruskan
Bouven 350 x 50 x 5 16 Kayu, kaca Permukaan kusen licin
memantulkan suara, Kaca
memantulkan dan meneruskan
Plafon 1,2 x 2,4 33 Triplek Memantulkan suara tapi tidak
sempurna
Lantai 30 x 30 85 Teraso Memantulkan suara
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

DENAH DAN POTONGAN

Bangunan auditorium memiliki luas ruangan 6720m3 dapat


mempengaruhi akustik ruang dan pencahayaan, dan yang akan
digunakan untuk pertunjukan teater adalah 5376 m3 ,Luas
ruangan 768 m2

DATA KECEPATAN SUARA

Jarak tempuh kecepatan suara adalah 3500m/detik

1. Kecepatan suara ruang auditaorium dari panggung sampai dinding belakang 0,009142
detik
2. Kecepatan pantulan dinding 0,01104 detik
3. Kecepatan pantulan plafon 0,00923 detik
Rasyid Sidik Prakosa Fisika Bangunan
12120006

BAB IV ANALISA

ANALISA PEMANTULAN SUARA:

Dike

Arah pentulan suara tidak sempurna karena


terdapat elemen elemen bangunan yang
permukaannya tidak rata seperti kolom pintu.
Sehingga suara pantulan tidak maksimal

: Suara asli

: Suara pantulan
Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

ANALISA AKUSTIK RUANG

Rumus menghitung besar nilai absirbsi Volume ruang auditorium


P = 32 m V = V1 + V2
L = 24 m
T =7m/9m = {p x l x t} + {[½ x (a + b) x t] x t }
RT = 1,7 = {32 x 24 x 7} + {24 x 32)
= 5376 + 768
𝟎, 𝟏𝟔𝒙𝑽 = 6144 m3
𝑹𝑻 =
𝑨

𝑨 = 𝒙𝑺 Keterangan :
𝟎, 𝟏𝟔 𝒙 𝟔𝟏𝟒𝟒 RT = Reverberation
𝑨= Time
𝟏, 𝟖
A = 690,3 V = Volume
A = total absorbtion
= Absorb
coefficient(pada 500 Hz)
S = Surface are

Nilai absorsi elemen bangunan :

NO ELEMEN BAHAN ABSORBSI NILAI KOEFISIEN LUAS NILAI ABSORBSI


1 Dinding sebelah Timur dan Barat Bata Cat 0.02 448 8.96
2 Dinding belakang Bata Cat 0.02 168 3.36
3 Dinding depan Bata Cat 0.02 168 3.36
4 Lantai teraso 0.015 768 11.52
5 Plafon triplek 0.05 793 39.65
6 Pintu kayu 0.11 44.3 4.873
7 jendela dan boven kaca 0.18 126 22.68
Jumlah 94.403
nilai absorbsi ruangan 690.3
selisih 595.8
Selising absorbsi sangat banyak sehingga ruangan auditorium belum memenuhi standart ruang akustik
Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

ALTERNATIF PERBAIKAN

Merubah volume ruang

Diketahui

1. Lebar : 24m
2. Panjang : 28,9m
3. Tinggi : 6,55m

Sehingga volume menjadi 4543 m3

Maka nilai absorbsinya menjadi

0,16 𝑥4543
𝐴=
1,3
A = 580.8
A=xs

ALTERNATIVE PENGGUNAAN BAHAN AKUSTIK

A=xs

NO ELEMEN BAHAN ABSORBSI NILAI KOEFISIEN LUAS NILAI ABSORBSI


1 Dinding sebelah Timur dan Barat Bata Cat 0.02 203 7.426
2 Dinding belakang Karpet 0.14 52 7.28
3 Dinding depan Plaster 0.06 84 5.04
4 Lantai Karpet 0.45 619 278.55
5 Plafon Gypsum 0.05 672 33.6
6 Pintu Kain tebal 0.11 14.7 1.617
7 Kursi Kulit 0.6 450 270
Jumlah 603.513
Nilai Absorbsi 580.8
Selisih 22.7

Jadi jumlah absorbsi menjadi 603.513 setelah menggunakan bahan bahan tertentu.

Sebelumnya nilai absorbsi ruang auditorium 580,8 selisih 22,7

Jadi menjadi ruang akustk yang baik untuk gedung teater.


Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

ANALISA PENCAHAYAAN

1. Menggunakan fixture lampu down light


2. RCR = 2,5 x (tinggi ruangan-tinggi meja) x keliling ruangan
Luas ruangan

= 2,5 x 26,4 x 355,74

7814,6

= 3

3. CU = 3 + 0,77

= 3,77

4. NOF = 100 x 7814,6


0,8 x 1 x 5800 x 3,77

= 44 fixture
Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

BAB V

ARAHAN DESAIN

ARAH PANTULAN SUARA

plafon di buat sedemikian agar suara dapat di


pantulkan melalui panel2 dengan baik, dan dapat
sampai ke penonton jelas

Dinding barat dan timur di buat panel miring


agar suara dapat di pantulkan dengan baik, dan
dapat sampai ke penonton jelas

Dinding belakang
dilapisi karpet
agar suara tidak
mantul lagi ke
depan sehingga
tidak
mengganggu
penonton

Pada sudut depan di baut


Lantai menggunakan karpet demikian dan mengginakan bahan
untuk menyerap suara plester sehingga dapat memecah
suara yang tidak diperlukan
Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

DENAH TEMPAT DUDUK Pintu keluar dilapisi kain agar


suara tidak di pantulkan oleh
panek pintu yang tidak rata

Pintu masuk
dilapisi kain
agar suara
tidak keluar
ruangan

Pintu
masuk

Tempat duduk Pintu keluar


menggunakan kulit
untuk menyerap
suara
Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

POTONGAN

Tempat duduk di buat dengan kemiringan


11 derajat sehingga penonton yang berada
di belakang tidak terhanlang.

Jarak antara tempat duduk 40 cm untuk


berjalan.
Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

DENAH TITIK LAMPU

Lampu menggunakan fixture


downligth

Di pasang 44 titik fixture


dengan 1 fixture 1 lampu

Titik lampu ditentukan


dengan ketinggian sehingga
penbagian cahaya sama
Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

PERSPEKTIF
Fisika Bangunan Akustik Ruang dan Pencahayaan
Oleh Rasyid Sidig Prakosa / 12120006

DAFTAR PUSTAKA

 2012. “Dasar Teknik Pencahayaan Panggung” (On-line), muslimah elektro Web.

http://muslimahelektro.blogspot.com/2010/03/dasar-teknik-pencahayaan-panggung.html

 http://id.wikipedia.org/wiki/Akustik_ruang
 http://www.acoustics.com/product
 2012. “Dasar Tata Cahaya” (On-line), Bright Future Is Mine Web.
http://brightfutureismine.files.wordpress.com/2012/10/dasar-tata-cahaya1.pdf

Anda mungkin juga menyukai