SKRIPSI
OLEH
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
SKRIPSI
Oleh
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
PERNYATAAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
ABSTRAK
Penghematan energi melalui sistem tata udara (air conditioning system) merupakan
program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mendorong
konservasi energi pada kantor pemerintahan. Pada bangunan gedung, sistem tata
udara mengkonsumsi energi paling banyak untuk mengatasi beban pendinginan
yang terdiri dari beban internal, yaitu panas dari dalam bangunan yang ditimbulkan
oleh lampu, penghuni serta peralatan lainnya dan beban eksternal yaitu panas
matahari yang masuk melalui selubung bangunan melalui proses konveksi,
konduksi dan radiasi. Untuk mengurangi beban eksternal dalam upaya konservasi
energi, SNI 03-6389-2011 menentukan kriteria desain dinding selubung bangunan
yang dikenal dengan OTTV (Overall Thermal Transfer Value) dibatasi maksimum
35 Watt/m². Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantifikasi, yaitu
mengevaluasi nilai OTTV. Studi dilakukan pada bangunan Kantor Pengadilan
Tinggi Medan dan diperoleh hasil bahwa OTTV tidak memenuhi kriteria yang
disyaratkan. Dalam upaya konservasi energi maka dilakukan penurunan nilai
OTTV hingga memenuhi kriteria dengan simulasi modifikasi WWR, modifikasi
warna cat dan modifikasi kaca ganda.
ABSTRACT
Save the energy through the air conditioning system is a program from the Ministry
of Energy and Mineral Resources to encourage energy conservation in government
offices. In buildings, the air conditioning systems consume the most energy to
overcome cooling loads which consist of internal loads, heat from inside the
building caused by lights, occupants and other equipment and external loads that
enter through solar heat through building envelopes through convection process,
conduction, and radiation. To reduce the external burden in energy conservation
efforts, SNI 03-6389-2011 determines the criteria for building wall covering design,
known as OTTV (Overall Thermal Transfer Value) limited to a maximum of 35
Watts / m2. The method used in this study is quantification, which evaluates the
value of OTTV. The study was conducted in the Pengadilan Tinggi Medan office
building and obtained results that OTTV did not meet the required criteria. In an
effort to save energy, the OTTV value has been reduced to meet the criteria by
modifying WWR simulations (window to wall ratio), modification of paint color
and double glass modification.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas
berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
Kota Medan (Studi Kasus: Pengadilan Tinggi Medan)”. Skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen
Dalam penulisan skripsi, tentunya Penulis tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
1. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. selaku Ketua Departemen Arsitektur
2. Ibu Ir. Basaria Talarosha, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan ilmu, arahan, dan saran serta meluangkan waktu dalam
3. Bapak Yulesta Putra, ST., MSc. dan Ibu Amy Marisa, ST., M.Sc., Ph.D.
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan serta ilmu
4. Bapak Dr. Ir. Nelson Siahaan, Dipl. TP., M.Arch. selaku Dosen
6. Bapak Timbul Jansen, ST. MT. selaku Ketua Bagian Umum kantor
br Pardede) yang selalu memberikan doa dan kasih sayang yang tak
8. Kepada saudara yang terkasih kakak dan abang yang telah banyak
Pasaribu.
waktu mulai dari awal proses penulisan skripsi ini hingga selesai, sekaligus
yang telah menjadi motivator terbaik yang telah banyak membantu Penulis.
11. Kepada para waluyo Unika St. Thomas (Wika, Teus, Riki, Jekson, Bg Jhon,
menjadi teman travelling serta refreshing ketika Penulis mulai jenuh dengan
masa-masa perkuliahan.
12. Kepada seluruh teman Arsitektur 2014, terkhusus teman seperjuangan 2014
(Kristin, Frigga, Cynthia, Albert, Brama, Deden, Uli, Ferdi, Gibka, Gustina,
Hizkia, Ivana, Joel, Maria, Odelia, Oscar, Rini, Velinda, dan Yosua)
13. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan
sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
Penulis
Sepani Nurmala Pasaribu
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. ii
ABSTRAK........................................................................................................... vi
ABSTRACT.......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
2.4.1 OTTV................................................................................ 11
2.4.2 RTTV................................................................................ 25
BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 84
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Grafik faktor radiasi matahari kota Jakarta, Bandung dan
Medan........................................................................................... 22
Gambar 4.1 Material dinding cat kuning medium dan dinding keramik
coklat............................................................................................ 54
Gambar 4.17 Grafik nilai koefisien kaca ganda terhadap nilai OTTV............... 82
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk dinding luar dan atap tidak
transparan...................................................................................... 14
Tabel 2.2 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaan dinding
luar................................................................................................. 15
Tabel 2.3 Nilai R lapisan udara permukaan untuk dinding dan atap............. 17
BAB I
PENDAHULUAN
(ACEEE, 2016) yaitu 40% untuk bangunan, 29% untuk transportasi, 23% untuk
industri, dan 8% untuk energi lainnya. Menurut GBCI (2014) konsumsi energi pada
lainnya (23%). Di daerah iklim tropis yang suhu rata-ratanya tinggi seperti
mengkonsumsi energi listrik hingga mencapai 60% dari total energi yang
pendinginan yang bersumber dari dalam bangunan (internal heat gain) dan luar
bangunan (external heat gain). Internal heat gain merupakan beban panas yang
berasal dari dalam bangunan yang disebabkan oleh aktivitas dari penghuni,
pencahayaan dengan lampu, mesin-mesin dan peralatan lainnya. External heat gain
adalah panas yang berasal dari matahari yang masuk ke dalam bangunan melalui
proses radiasi dan konduksi lewat selubung bangunan (dinding dan atap). Desain
dan pemilihan material selubung bangunan yang tepat mampu mengurangi jumlah
yang identik dengan pengurangan jumlah konsumsi energi untuk AC. Untuk
bangunan yang dikenal sebagai OTTV (Overall Thermal Transfer Value) dibatasi
udara (AC) untuk memperoleh dan mempertahankan kondisi nyaman termal yang
pusat maupun daerah harus melaksanakan program penghematan energi listrik pada
sistem tata udara (air conditioning system), sistem tata cahaya dan peralatan
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai OTTV pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut data Outlook Energi Indonesia 2017, konsumsi energi final terus
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Konsumsi energi final selama tahun
2010-2015 meningkat relatif terbatas sekitar 1,3% per tahun. Dengan meningkatnya
rumah tangga, sektor komersial, dan sektor lainnya (pertanian, konstruksi dan
kebutuhan energi final diperkirakan akan meningkat dari 3,6% pada tahun 2015
menjadi menjadi 6,3% (skenario dasar) dan 6,4% (skenario tinggi) pada tahun 2050.
energi yang didukung dengan penetapan kebijakan yang tepat dan dapat
dilaksanakan.
upaya penghematan untuk menghindari dampak yang lebih buruk dari apa yang kita
telah rasakan sekarang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu melalui
pengembangan konsep arsitektur baru yang lebih sadar energi. Konsep bangunan
hemat energi dinilai sangatlah penting karena bila melihat pada penggunaan energi
secara global, sektor bangunan menyerap jumlah energi yang sangat besar.
2) Sistem ventilasi
e) Peralatan yang mengkonsumsi bahan bakar minyak dan gas: boiler, genset, dan
lain-lain.
6) Sistem Peralatan lain (lift eskalator dan boiler) pada bangunan gedung
System/BAS)
Audit energi adalah alat, jadi bukan hasil kerja atau bukti keberhasilan
konservasi energi di gedung adalah pemilihan teknologi yang tepat serta kreatifitas
untuk membuat disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif dalam
Beban Pendinginan adalah jumlah total energi panas yang harus dihilangkan
dalam satuan waktu dari ruangan yang didinginkan. Beban ini diperlukan untuk
mengatasi beban panas eksternal dan internal. Beban panas eksternal diakibatkan
oleh panas yang masuk melalui konduksi (dinding, langit-langit, kaca, partisi,
lantai), radiasi (kaca), dan konveksi (ventilasi dan infiltrasi). Beban panas internal
peralatan/mesin. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh (Feri Harianto, 2013)
didapatkan hasil perhitungan external heat gain lebih besar dibandingkan dengan
internal heat gain yang disebabkan adanya radiasi matahari secara langsung
dalam bangunan, pada penelitian gedung 6 lantai dengan luas bangunan 1000 m2
per lantai, temperatur udara luar 30oC dan temperatur udara dalam 25oC.
Internal heat gain adalah beban panas yang berasal dari dalam bangunan
1. Manusia, dimana tubuh melepas panas melalui empat cara yaitu konveksi,
External Heat Gain adalah panas berasal dari matahari (solar heat gain).
Panas yang masuk ke dalam ruangan menjadi beban panas dalam bangunan. Aliran
panas (heat transfer) didefinisikan sebagai perpindahan energi antara dua daerah
karena perbedaan suhu (Bradshaw, 1993). Pada daerah dengan suhu rendah (dingin)
mengandung energi panas lebih sedikit daripada daerah yang bersuhu tinggi
(hangat). Perpindahan panas selalu terjadi dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke
daerah yang bersuhu lebih rendah. Perpindahan panas tidak lagi terjadi antara dua
daerah yang terisolasi satu sama lain, dan memiliki suhu yang sama. Keadaan ini
permukaan benda hitam sempurna yang dipancarkan adalah 1,0 sementara obyek
secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Radiasi matahari yang mengenai kaca
diserap oleh bahan (absorbed), dan sebagian lagi akan diteruskan oleh kaca ke
dalam bangunan (transmitted). Panas yang diteruskan oleh kaca ini menjadi beban
Qs = A x SHGF x SC
dimana:
SHGF = faktor penambahan kalor matahri, sesuai orientasi, asimut, jam dan bulan.
SC = koeffisien peneduh.
radiasi, juga secara konveksi oleh udara sekitar dinding, sebagian akan diserap oleh
bahan (absorbed) dan akan masuk ke dalam bangunan secara konduksi. Besarnya
Qc = A. U. ∆T
dimana:
atau utara. Orientasi ini dapat meniadakan radiasi langsung dari cahaya matahari
(Lippsmeier, 1994).
bangunan gedung, yaitu dinding dan atap transparan atau yang tidak transparan
dimana sebagian besar energi termal berpindah lewat elemen tersebut (SNI 03-
iklim, seperti radiasi matahari, hujan, angin, dan kelembaban. Faktor panas yang
berasal dari luar bangunan akan masuk kedalam ruang melalui selubung bangunan,
baik melalui dinding maupun atap yang merupakan beban pendingin yang harus
panas tersebut harus dibatasi. Perambatan panas (heat transfer) adalah proses
perpindahan kalor dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas.
1. Perambatan panas konduktif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas
2. Perambatan panas konvektif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas
ke benda yang kurang panas melalui aliran angin (atau zat alir lainnya)
3. Perambatan panas radiatif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke
1. Berlaku hanya untuk komponen dinding dan atap pada bangunan gedung yang
2. Perpindahan termal menyeluruh untuk dinding dan atap tidak boleh melebihi
2.4.1 OTTV
menyeluruh untuk dinding. OTTV merupakan suatu nilai yang ditetapkan sebagai
kriteria perancangan untuk dinding dan kaca bagian luar bangunan gedung yang
dikondisikan. Konsep OTTV ini mencakup tiga elemen dasar perpindahan panas
matahari yang diterima, koefisien peneduh dari kaca dan dari alat peneduh (jika
ada). Konduksi panas melalui dinding dan kaca dipengaruhi oleh harga transmitansi
(U) dari dinding dan dari kaca, beda temperatur udara di luar terhadap temperatur
udara didalam bangunan (ΔT) dan absortansi radiasi matahari dari permukaan luar
dari dinding. Ketiga masukan panas ini dirata-ratakan pada seluruh permukaan dari
dinding luar bangunan. Dengan memberikan harga batas tertentu untuk OTTV,
maka besarnya beban eksternal dapat dibatasi. Besarnya OTTV dipengaruhi oleh
perencanaan dari selubung bangunan, antara lain: luas dan jenis kaca, luas dan jenis
bahan dinding serta ketebalannya, warna pemukaan luar dinding dan orientasinya.
dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu, harus dihitung melalui
persamaan:
dimana:
OTTV = Nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki
WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi
yang ditentukan;
(diambil 5°C)
dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu dengan lebih dari satu jenis
OTTV = [α1 {Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR)
dimana:
ΣA = A1+A2+…………+An
sebagai berikut :
dimana:
Aoi = luas dinding pada bagian dinding luar i (m2). Luas total ini termasuk
a. Absorbtans termal
radiasi matahari pada suatu bahan dan ditentukan pula oleh warna bahan tersebut.
Nilai absorbtans termal (α) untuk beberapa jenis permukaan dinding tak transparan
Tabel 2.1 Nilai Absorbtans Radiasi Matahari untuk Dinding Luar dan Atap
tidak Transparan
Tabel 2.2 Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari untuk Cat Permukaan Dinding
Luar
Bila α material dan warna diketahui, nilai α yang diambil adalah nilai α
lapisan terluar. Namun pada konstruksi dinding tirai (curtain wall) yang memiliki 2
b. Transmitans Termal
Nilai transmitans termal dinding tidak transparan (Uw) yang terdiri dari
U=1/Rtotal................................................................................................(4)
dimana:
Tabel 2.3 Nilai R lapisan udara permukaan untuk dinding dan atap
Keterangan:
reflektif)
alumunium foil
Nilai resistansi termal untuk masing masing bahan dihitung dengan rumus:
R=t/k.........................................................................................................(5)
dimana:
Besarnya nilai k untuk berbagai jenis bahan terdapat dalam tabel 2.4.
dan temperatur dinding luar atau atap yang diakibatkan oleh efek radiasi matahari
dan temperatur udara luar untuk keadaan yang di anggap quasistatik yang
menimbulkan aliran kalor melalui dinding atau atap yang ekuivalen dengan aliran
• Kondisi perancangan
126 ~ 195 12
Dari data yang diterima dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
untuk wilayah Medan hanya memiliki data radiasi global per tahunnya. Berikut
2017 189 205 210 208 192 237 226 211 198 214 176 184
BT)
Karena data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah faktor radiasi
matahari dari berbagai orientasi (SF). Maka data yang dipakai bukan data radiasi
dari BMKG sehingga dilakukan pengambilan data dari simulasi software Ecotect
Weather Tool.
Faktor radiasi matahari (SF) adalah laju rata rata setiap jam dari radiasi
matahari pada selang waktu tertentu yang sampai pada suatu permukaan. Faktor
radiasi matahari dihitung antara jam 07.00 sampai dengan jam 18.00. Nilai SF dapat
Orientasi U TL T TGR S BD B BL
Faktor radiasi matahari (SF) pada tabel diatas di dapat dari tiga sumber yang
berbeda, yaitu pada kota Jakarta yang bersumber dari SNI tentang Konservasi
Energi Selubung Bangunan, pada kota Bandung yang bersumber dari Peraturan
Walikota Bandung nomor 1023 tahun 2016 tentang Bangunan Gedung Hijau dan
pada kota Medan yang di simulasikan pada software Ecotect Weather Tool 2011.
Jika dilihat pada tabel diatas terdapat perbedaan besar radiasi matahari
antara kota Jakarta, Bandung dan Medan. Dapat kita lihat pada grafik dibawah ini.
400 400
380
350
0
U TL T TGR S BD B BL
Gambar 2.3 Grafik faktor radiasi matahari kota Jakarta, Bandung dan
Medan
Dari grafik diatas dapat kita lihat perbedaan yang signifikan antara faktor
radiasi matahari kota Jakarta dan Bandung terhadap faktor radiasi matahari kota
Medan. Terlihat dari ketiganya bahwa radiasi di kota Medan memiliki nilai rata-
rata radiasi yang paling tinggi yaitu mencapai angka 400 W/m2.
Terlihat juga persamaan dari data radiasi ketiga kota tersebut yaitu paling
tinggi berada pada orientasi barat yaitu masing-masing pada kota Jakarta 243 W/m2,
pada kota Bandung 155 W/m2 dan pada kota Medan 400 W/m2. Pada kota Medan
radiasi paling kecil berada pada orientasi utara yaitu 190 W/m2. Sedangkan pada
kota Jakarta dan Bandung radiasi terkecil berada pada orientasi selatan yaitu
bangunan dengan luasan dinding pada bidang yang sama. Proporsi luas jendela
total perolehan panas yang masuk kedalam bangunan. Hal ini dikarenakan jendela
kaca dapat memasukkan panas kedalam bangunan jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan dinding masif. Oleh karena itu rasio luas jendela terhadap dinding (WWR)
Mengurangi luas jendela adalah salah satu solusi paling efektif untuk mengurangi
beban pendinginan dan konsumsi energi bangunan secara keseluruhan. Tetapi akan
Gubernur No. 38/2012 WWR untuk perkatoran, retai dan rumah sakit antara 30%
sampai 70%. Standar global menetapkan batas maksimum dari rasio bidang jendela
ke dinding (window to wall ratio) antara 25% dan 50%. Intensitas konsumsi energi
pada ruang berbanding lurus dengan WWR. Semakin besar nilai WWR, maka
tingkat konsumsi energi pada ruang tersebut juga akan semakin besar (Athoillah,
2014).
perbedaan suhu iklim lokasi dan desain suhu internal Standar Thailand yang ada
sehingga digunakan ΔT= 5°C (Pramesti, 2017). Sebagaimana 5°C juga telah
antara perolehan kalor melalui fenestrasi dengan atau tanpa peneduh yang
ditempatkan pada fenetrasi yang sama. Pada rumus OTTV, faktor radiasi matahari
kaca bening setebal 3 mm. Untuk sistem bukaan yang lain, arus perolehan kalor
SC = SCk x SCEff............................................................................................
(6)
dimana :
Angka koeffisien peneduh kaca didasarkan atas nilai yang dicantumkan oleh
normal.
2.4.2 RTTV
RTTV (Roof Thermal Transfer Value) adalah nilai perpindahan termal dari
penutup atap bangunan. Nilai perpindahan termal dari penutup atap bangunan
dengan :
50 ~ 230 2) 0.8
Keterangan:
1)
Atap genteng
2)
Atap beton ringan
3)
Atap beton ketebalan > 6 inchi (15 cm)
Berat atap per satuan luas (kg/m2) Beda temperatur ekuivalen (TDEK),
Di bawah 50 1) 24
50 ~ 230 2) 20
energi dan rekomendasi dari selubung bangunan pada bangunan gedung yang
iklim tropis lembab lebih diutamakan mengarah ke utara, selatan dan timur, untuk
di dalam ruangan dan penggunaan penerangan alami yang memadai untuk kegiatan
di dalam ruang. Jumlah panas yang berlebihan di iklim tropis belum dimanfaatkan
secara langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi
ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu
durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko,
2005).
lahan yang dimiliki, tetap diupayakan agar rumah dan lingkunganya tetap nyaman
menyerupai tembok tanaman yang berefek pada pengurangan panas. Disamping itu
daun yang hijau dalam proses fotosintesis bisa menghasikan udara yang lebih baik
rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif maupun
sebagian besar melalui kaca pada jendela. Cara menghindarinya yaitu meletakkan
bidang kaca pada daerah yang terlindung oleh bidang penangkal sinar matahari
(sun shading device), atau bahkan tidak terkena matahari secara langsung sama
sekali. Lebar sirip penghalang sinar matahari tergantung pada jam perlindungan
• Sinar matahari yang langsung mengenai bidang kaca akan merambatkan panas
Untuk mengurangi radiasi panas dan kesilauan dari sinar matahari, dapat
payung atau perisai yang dilakukan dengan cara seperti: penanaman vegetasi
rapat/blinden, penggunaan papan atau bidang yang dapat disetel pada poros
vertikal, kerai, tenda jendela dan jerambah, penjulangan atap pada cucuran
(tritisan), gimbal atap dan galeri, atap rapat pada rumah, selasar, galeri dan
doorloop
hari yang masuk agar tidak terlalu menyilaukan, dilakukan dengan cara:
Berdasarkan SNI, konservasi energi atau cara menurunkan nilai OTTV pada
1. mengganti warna cat dinding luar dari warna gelap ke warna yang lebih terang,
misalnya dengan mengganti warna cat dinding luar dari abu-abu tua menjadi
WWR)
Penataan masa bangunan dilakukan dengan cara mengatur orientasi bangunan yang
optimal dengan cara memperkecil luasan sisi bangunan pada arah timur dan barat.
sisi bangunan agar panas radiasi dari matahari tidak langsung mengenai sisi
bangunan. Penggunaan material yang tepat pada setiap sisi bangunan juga akan
kerja mesin pendingin udara semakin ringan. Dengan semakin ringannya kerja
dikurangi.
1. ANALISA menganalisa meskipun kantor pemerintahan Kantor metodologi penelitian kuantifikasi • WWR berbanding lurus terhadap
KONSERVASI seberapa jauh didesain telah sesuai PERMEN Walikota dengan menghitung OTTV dan OTTV. Semakin besar WWR maka
ENERGI PADA pengaruh PU 45/PRT/M/2007 dan respon Surabaya dan RTTV berdasarkan SNI 03-6389- semakin besar pula OTTV
BANGUNAN
KANTOR
tipologi fasade terhadap iklim, namun suhu ruang Kantor DPRD 2011 (secara manual) • Desain bangunan Kantor DPRD dan
PEMERINTAH DI
dalam dalam bangunan dirasa tidak Kota Surabaya Kantor Walikota telah memenuhi
SURABAYA mendukung mampu mengatasi kenyamanan kriteria bangunan hemat energi dengan
konservasi pengguna, sehingga memaksa OTTV keseluruhan kedua bangunan
Wa Ode Alfian, energi digunakannya AC. Radiasi memenuhi standar yang disyaratkan,
IGN Antaryama, matahari dan temperatur udara yakni OTTV ≤ 35Watt/m2
Ima Defiana (2015) yang tinggi menyebabkan
kebutuhan energi untuk
mendinginkan bangunan menjadi
besar
2. ANALISA meneliti apakah Greenship yang dikeluarkan oleh Gedung P1 Metode input data ecotect Kedua nilai OTTV pada gedung P1 dan
KONSERVASI nilai OTTV GBCI mulai disadari pentingnya dan P2 berdasarkan denah autocad. P2 ini kurang dari 35 W/m2 yang
ENERGI gedung P1 dan oleh para stakeholder proyek dan Universitas • menghitung variabel yang berarti desain kedua bangunan sudah
SELUBUNG P2 Universitas bahkan dalam waktu dekat akan Kristen Petra memenuhi syarat OTTV sesuai SNI 03-
terdapat di dalam rumus OTTV,
BANGUNAN
BERDASARKAN
Kristen Petra menjadi salah satu persyaratan Surabaya antara lain α, U, SC, SF, Tdeq, 6389-2011
SNI 03-6389-2011. Surabaya sudah mengajukan Ijin Mendirikan luas selubung, dan WWR
STUDI KASUS: memenuhi Bangunan (IMB) di Surabaya. (perhitungan OTTV gedung P1
GEDUNG P1 DAN standar. Pengurangan beban pendinginan dan P2 akan dipisah)
P2 UNIVERSITAS bangunan merupakan awal dari • OTTV dihitung untuk masing-
KRISTEN PETRA penghematan energi dan masing orientasi selubung, yaitu
SURABAYA pengurangan pemakaian air orientasi utara, selatan, timur,
conditioning yang menyebabkan barat, barat daya, dan tenggara
Ricky Gendo, efek urban heat island dan untuk gedung P1. Orientasi
Jimmy Priatman, pemanasan global. Nilai OTTV utara, selatan, timur, barat, dan
Sandra Loekita ini diatur oleh SNI 03-6389-2011 timur laut untuk gedung P2.
dengan maksimum sebesar 35
W/m2.
3. ANALISIS mencari Sistem tata udara menggunakan 5 Bangunan • menghitung OTTV (Overall • Selubung bangunan dengan WWR ≤
KONSERVASI Window to Wall 50-70% energi dari keseluruhan gedung kantor Thermal Transfer Value) 0,40 menghasilkan nilai OTTV yang
ENERGI Ratio (WWR) energi listrik yang digunakan tingkat banyak menurut SNI 03-6389-2000 memenuhi standar.
MELALUI
SELUBUNG
yang dapat dalam sebuah bangunan gedung (lebih dari 8 (manual) • Selubung bangunan dengan WWR ≥
BANGUNAN
memenuhi perkantoran. Beban pendinginan lantai): • menghitung beban Pendinginan 0,60 menghasilkan nilai OTTV yang
OTTV yang dari suatu bangunan gedung 1. Menara dengan metode Cooling Load melewati standar.
Sandra Loekita disyaratkan terdiri dari beban internal, yaitu Batavia, Temperature Difference (CLTD) • Selubung bangunan dari lima gedung
(2006) beban yang ditimbulkan oleh 2. Menara yang diteliti dapat menghasilkan nilai
lampu, penghuni serta peralatan Global, OTTV yang memenuhi standar bila
lain yang menimbulkan panas 3. Wisma dilakukan perubahanperubahan pada:
dan beban external yaitu panas Dharmala WWR; jenis, tebal dan warna dinding
yang masuk dalam bangunan Manulife luar; alat peneduh; konduktansi kaca;
diakibatkan oleh radiasi matahari, 4. Wisma insulasi atap dan dinding.
konduksi dan ventilasi/infiltrasi Dharmala
melalui selubung bangunan Sakti
5. Wisma
SMR
4. KAITAN DESAIN Mengetahui Krisis energi mendorong arsitek Perumahan hitung persentase pembayangan Konfigurasi kolompok atau deretan
SELUBUNG kaitan antara untuk semakin peduli akan energi Graha Padma baik pada bidang tidak tembus rumah pada komplek perumahan harus
BANGUNAN bentuk tampilan dalam merancang bangunan yang Semarang cahaya (dinding) maupun pada memperhatikan lintasan matahari
TERHADAP dan orientasi hemat energi. Ada tiga faktor bidang yang tembus cahaya terutama untuk penentuan jarak
PEMAKAIAN
ENERGI DALAM
selubung utama yang sangat berpengaruh (bukaan/jendela) bangunan, model fasade, model atap
BANGUNAN bangunan terhadap penghematan energi dsb. Sehingga penyelesaian disain
(STUDI KASUS dengan pada bangunan, yaitu : desain fasade yang dibuat tidak diseragamkan
PERUMAHAN pemakaian selubung bangunan, manajemen antara yang menghadap barat, timur
GRAHA PADMA energi dalam energi dan kesadaran pengguna. selatan atau utara. Karena pada
SEMARANG) bangunan. Arsitek mempunyai peran penting prisipnya deretan rumah yang
dalam penghematan energi, untuk menghadap ke barat dan ke selatan
Sukawi (2010) meminimalkan penggunaan memiliki permasalahan yang berlainan
energi tanpa membatasi fungsi apabila dilihat dari aspek lintasan
bangunan maupun kenyamanan matahari, jika solusi yang diterapkan
atau produktivitas penghuninya. tidak sesuai justru akan menimbulkan
masalah yang merugikan.
5. KONSERVASI bagaimana cara Penghematan energi pada Kantor di Metode penelitian yang Dengan semakin rendahnya nilai
ENERGI merancang bangunan juga dapat dilakukan Jakarta digunakan adalah dengan OTTV, maka suhu di dalam ruangan
MELALUI bangunan kantor dengan cara pengoptimalan Selatan. pengumpulan data kuantitatif menjadi semakin rendah. Dengan
SELUBUNG yang hemat penggunaan energi alami juga Lokasi berada dimana variabel kuantitatif dapat semakin rendahnya suhu di dalam
BANGUNAN PADA
BANGUNAN
energi dengan dilakukan seperti pengoptimalan di Jalan TB dilihat dari pembayangan ruangan sehingga mengurangi kerja
KANTOR DI memfokuskan penggunaan ventilasi alami, Simatupang, matahari. Analisa dilakukan dari sistem pendingin udara.
JAKARTA menggunakan pengoptimalan cahaya matahari, Jakarta dengan menggunakan Software Pemakaian listrik pada bangunan dapat
SELATAN sistem selubung dsb. Penghematan energi dengan Selatan Autodesk Ecotect Analysis dan dikurangi karena sistem pendingin
bangunan cara mengoptimalkan penggunaan Open Studio udara yang bekerja tidak terlalu berat.
Davin, Firza Utama dengan energi alami dilakukan
Sjarifudin, memperhatikan berdasarkan hasil rancangan
Nofriyon Nasir nilai OTTV bangunan yang dilakukan oleh
(2015) arsitek karena dipengaruhi dari
desain rancangan bangunan yang
dirancang oleh arsitek.
6. KONSERVASI mengetahui Permasalahan yang diangkat Gedung Graha menggunakan pengumpulan data bangunan yang nilai OOTV dan RTTV
ENERGI bagaimana adalah mengenai cara Galaxy sekunder, yaitu berupa gambar nya besar akan memberatkan beban dari
SELUBUNG pengaruh dari penghematan energi untuk sistem Surabaya proyek, data meteorologi, foto sistem pendingin udara di dalam
BANGUNAN PADA besaran nilai penghawaan buatan pada sebuah dan survey. ruangan, solusi yang diberikan berupa
GEDUNG GRAHA
GALAXY
OTTV (overall gedung di Kota Surabaya. memasang tanaman hijau yang dapat
SURABAYA thermal transfer membayangi bangunan, mengganti cat
value) dan bangunan dengan warna yang lebih
Feri Harianto dan RTTV (Roof cerah, dan mengganti AC konvensional
Anastasia Fairanie thermal transfer dengan AC hemat energi.
Gozali value) terhadap
jumlah energi
yang dibutuhkan
pada beban
pendingin udara
(Air
Conditioner).
7. PENGARUH untuk Negara beriklim tropis Perkantoran Menggunakan metode eksperimen • WWR yang baik untuk perkantoran
KOMPOSISI DAN merumuskan memperoleh cahaya matahari Bertingkat dengan bantuan simulasi dengan tanpa eksternal shading di Surabaya
MATERIAL WWR yang sepanjang tahun, hal ini Menengah software ecotec 2011. Penelitian adalah lebih kecil dari 40%, bangunan
SELUBUNG optimum pada merupakan suatu potensi sangat Surabaya dilakukan dengan mengevaluasi dengan bukaan lebar harus
BANGUNAN
setiap sisi memungkinkan seorang arsitek pengaruh desain selubung dalam menggunakan kaca dan dinding yang
TERHADAP
EEFISIENSI
selubung merancang bangunan dengan hal ini WWR dan material memiliki u-value rendah dan asg kecil
ENERGI bangunan serta pencahayaan alami sehingga selubung terhadap efisiensi energi serta dibantu dengan eksternal shading
PENDINGINAN material memungkinkan untuk pendinginan. Evaluasi efisiensi device.
PADA selubung yang menciptakan bangunan yang lebih energi didasarkan pada standar • Penambahan luas bukaan di sisi barat
PERKANTORAN efisien pada hemat energi, namun sering kali penggunaan energi listrik untuk dan timur akan banyak mempengaruhi
BERTINGKAT middlerise office cahaya matahari yang masuk juga AC, beban pendinginan dan panas yang masuk secara radiasi.
MENENGAH di Surabaya membawa panas kedalam OTTV Untuk panas secara konduksi, orientasi
SURABAYA bangunan sehingga kenyamanan bukaan tidak terlalu berpengaruh
termal dalam bangunan tidak • Dengan WWR yang sama, Bangunan
Dian Pramita tercapai. dengan bukaan utara dan selatan lebih
besar akan memiliki beban
pendinginan lebih kecil dibanding
bangunan dengan luas bukaan sama
besar di tiap sisi.
8. INDONESIAN mengetahui Permasalahan yang diangkat Rumah single Metode penelitian yang Hasil penelitian yang di dapatkan
BUILDING CODES jenis-jenis adalah menemtukan jenis material landed dan digunakan adalah dengan adalah batako merupakan material
AND ITS material yang pada bangunan yang tepat agar bangunan high mencoba beberapa jenis material yang paling tepat untuk bangunan di
INFLUENCE ON tepat agar dapat mengurangi nilai OTTV yang rise dan disimulasikan dengan Indonesia karena memiliki nilai OTTV
FUTURE
ELECTRICITY
mengurangi masuk ke dalam bangunan. menggunakan software Ecotect yang lebih rendah daripada bata dan
DEMAND beban Analysis. ekonomis dengan mempertim-bangkan
penggunaan harga dan kemudahan produksinya.
N.A. Utama, energi di dalam
K.N.Ishihara, T. bangunan.
Tezuka,
S.H.Gheewala, Q.
Zhang
9. CONCEPT OF Tujuan yang Permasalahan yang diangkat Bangunan Metode penelitian yang digunakan Hasil penelitian yang di dapatkan
OVERALL ingin dicapai adalah pada saat ini banyaknya pendidikan adalah mengamati setiap bagian adalah desain yang dapat mengurangi
THERMAL adalah desain sebuah bangunan akan sisi bangunan dan menghitung pancaran radiasi langsung pada
TRANSFER VALUE mengamati mempengaruhi penggunaan energi nilai OTTV pada setiap sisi bangunan akan dapat mengurangi nilai
(OTTV) IN
DESIGN OF
hubungan antara yang akan digunakan oleh tersebut. OTTV pada setiap sisi bangunan.
BUILDING penggunaan bangunan tersebut.
ENVELOPE TO energi pada
ACHIEVE ENERGI bangunan
EFFICIENCY dengan desain
bangunan
J. Vijayalaxmi tersebut dengan
memfokuskan
pengamatan
pada OTTV
10. PENGEMBANGAN studi awal Standar material selubung Ruang kelas Simulasi program Ecotect • Ketentuan WWR yang optimal yang
STANDAR standar material bangunan yang efisien energi pada disesuaikan dengan tipologi bangunan.
MATERIAL untuk selubung akan membantu bangunan • Besarnya lebar elemen peneduh
UNTUK bangunan arsitek dan bahkan masyarakat di sekolah
SELUBUNG
eksternal merupakan salah satu
BANGUNAN
pendidikan dalam merancang selubung properti material penting yang
DALAM RANGKA yang efisien bangunan yang efisien energi. ditetapkan, selain SC kaca, U dan α
KONSERVASI energi sebagai • Standar material untuk semua tipologi
ENERGI batu pijakan bangunan didasarkan pada prediksi
BANGUNAN pengembangan kondisi iklim yang akan datang akan
standar nasional menjadi program konservasi energi
F. Binarti, AD. konservasi yang efektif di dalam mengatasi
Istiadji energi pada permasalahan pemanasan global
bangunan
gedung yang
lengkap dan
tanggap
terhadap kondisi
saat ini
BAB III
METODE PENELITIAN
memperhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik dan
bersifat objektif. Fakta atau fenomena yang diamati memiliki realitas objektif yang
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai objek
penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas (X) pada penelitian ini
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
Objek yang dipilih adalah kantor Pengadilan Tinggi Medan dimana objek
1. Data Internal
b) Desain bangunan antara lain orientasi bangunan, sun shading, data ukuran
waktu berbeda
2. Data Eksternal
bangunan
4) Software pendukung (Ecotect Analysis versi 2011, Autocad versi 2016, Sketch
Up versi 2016, Microsoft Word versi 2016, Microsoft Excel versi 2016)
Objek yang dipilih oleh peneliti adalah Kantor Pengadilan Tinggi Medan.
Lokasi penelitian berada pada Jalan Ngumban Surbakti No. 38A, Sempakata,
Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara. Lokasi dapat dilihat pada gambar
3.1.
Tinggi Medan berkedudukan di Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara dengan alamat
di Jalan Ngumban Surbakti. Jam kerja pada kantor ini pada hari Senin s/d Kamis
pukul 08.00 wib – 16.30 wib dan Jumat pukul 08.00 wib – 17.00 wib. Dengan
dibangun diatas lahan seluas 3.372 m2 dengan luas bangunan 1.090 m2. Seluruh
• Denah
• Tampak
Tampak depan
tampak belakang
bangunan yang diteliti telah memenuhi aspek teknis konservasi energi selubung
bangunan atau belum. Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini apakah telah
memenuhi syarat konservasi selubung bangunan yang ditetapkan dalam SNI 03-
W/m2.
Hitung nilai OTTV menyeluruh sesuai rumus. Urutan proses yang harus
1) Menentukan nilai absorbtansi radiasi matahari (α) dinding yang mengacu pada
2) Ketahui dahulu nilai resistansi termal total (Rtotal). Komponen Rtotal adalah
ketebalan bahan (t) dan nilai konduktivitas termal bahan (k). setelah
mengetahui hasil Rtotal baru bisa menentukan nilai transmitansi termal dinding
perbandingan antara bukaan kaca dengan luas bidang pada sisi yang dihitung.
paling dominan dalam satu struktur dinding sisi yang dihitung. Nilai yang dapat
sama dengan mencari nilai transmitansi termal dinding tak tembus cahaya
(Uw).
7) Setelah semua nilai diketahui maka nilai OTTV dinding pada orientasi yang
ditentukan dapat diidentifikasi. Setelah itu dapat dicari nilai OTTV secara
yaitu ≤ 35 W/m2. Nilai OTTV yang baik tidak boleh melebihi 35 W/m2.
8) Jika nilai OTTV melebihi atau ≥ 35 W/m2, maka perlu dilakukan penurunan
BMKG Kota Medan belum dapat menfasilitasi seluruh kebutuhan data iklim
software adalah data iklim per-jam dari temperatur udara luar, radiasi matahari
(direct solar dan indirect solar), kelembaban udara per-jam, pergerakan angin.
1) Tanggal diatur pada 4 tanggal ekstrim periode iklim tropis tahunan, yaitu
2) Jam diatur pada rentang 07.00 wib -17.00 wib dengan interval 1 jam.
e. Output yang dihasilkan dari simulasi adalah presentase solar shade per-jam
SS : Solar Shade
BAB IV
rumus Overall Thermal Transfer Value (OTTV) pada seluruh orientasi fasad
bangunan.
Konsep OTTV ini mencakup tiga elemen dasar perpindahan panas melalui
Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung” ini merupakan revisi dari SNI 03-
6389-2011, nilai perpindahan termal menyeluruh untuk setiap bidang dinding luar
bangunan gedung dengan orientasi tertentu, akan dihitung melalui persamaan (1).
𝑶𝑻𝑻𝑽= 𝛂 (𝐔𝐰 𝐱 (𝟏−𝐖𝐖𝐑))𝐱 𝐓𝐃𝐞𝐤 + (𝐒𝐂 𝐱 𝐖𝐖𝐑 𝐱 𝐒𝐅)+ (𝐔𝐟 𝐱 𝐖𝐖𝐑 𝐱 𝚫𝐓)
dimana:
OTTV : Nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki
WWR : Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada
Pada bangunan ini terdapat 2 material pada dinding luarnya, yaitu dinding bata
merah yang di cat warna kuning medium dan dinding keramik berwarna cokelat.
dinding di cat
kuning medium
dinding keramik
coklat
Gambar 4.1 Material dinding di cat kuning medium dan dinding keramik
coklat
Maka masing-masing nilai absorbtansinya (α1 dan α2) adalah sebagai berikut.
• Nilai α1
warna cat kuning medium (0,58). Nilai absorbtansi hanya memakai nilai α
α1 = α color
= 0,58
• Nilai α2
berwarna coklat tidak ada terdapat pada SNI. Karena keterbatasan data yang
ada maka diambil nilai absorbtansi yang mendekati jenis material tersebut
α2 = 0,85
= 2,85 W/m2K
• Bahan keramik
= 2,57 W/m2K
3. WWR
Mencari nilai WWR (window to wall ratio) dengan cara membandingkan luas
dinding tembus cahaya dengan luas keseluruhan dinding pada orientasi yang telah
ditentukan.
Thickness = 0,1 m
TDEK = 12
difus, langsung dan total dari BMKG yang ditransmisikan melalui sebuah kaca
standar 3 mm. Namun karena data-data radiasi matahari untuk perhitungan tersebut
tidak tersedia maka data intensitas radiasi matahari untuk kebutuhan perhitungan
koefisien peneduh efektif dapat diambil dari SNI 638:2011 tabel 8 s.d. tabel 11
lampiran A.
Perolehan kalor karena radiasi matahari didapat dari data Ecotect yang
(ID) dan diffuse radiation (Id) (SNI 638:2011), sehingga rumus disederhanakan
menjadi:
dimana:
ID = radiasi langsung
Id = radiasi tersebar
SS = solar shade
Untuk menghitung koefisien peneduh (SC) dari peralatan peneduh pada setiap
hari, perolehan kalor matahari dihitung dan dijumlah selama 12 jam waktu siang.
harus dibuat selama 12 bulan dalam setahun. Akan tetapi, karena perhitungan akan
menjadi membosankan dan derajat akurasi bukan suatu faktor yang kritis, maka
perhitungan SC dapat didasarkan pada 4 bulan saja yaitu bulan Maret, Juni,
September dan Desember. Sedangkan hari yang dapat mewakili adalah tanggal 21
dimana:
SCM = SC Maret
SCJ = SC Juni
SCS = SC September
SCD = SC Desember
Prosedur yang sama diulang untuk untuk setiap orientasi selatan, utara, timur
dan barat. Selanjutnya nilai SC setiap orientasi dirata-ratakan lagi untuk mendapat
coefficient orientasi selatan, utara, timur dan barat pada bangunan kantor
a. Orientasi Selatan
b. Orientasi utara
c. Orientasi timur
d. Orientasi barat
mempunyai nilai koefisien: 0,66 yang didapat dari data pabrikan kaca tersebut.
Faktor radiasi matahari dihitung antara jam 07.00 WIB sampai dengan jam
18.00 WIB. Karena keterbatasan data yang ada di kota Medan, data faktor radiasi
matahari (solar factor-SF) dari berbagai orientasi belum tersedia. Maka nilai SF
diambil dari simulasi software Ecotect Weather Tool 2011, pada gambar grafik dan
400
380
190 200
Tabel 4.9 Faktor Radiasi Matahari Kota Medan (SF, W/m2) Berbagai
Orientasi
U TL T TGR S BD B BL
Orientasi
190 280 380 290 200 310 400 300
Uf = 1/(Rext+ R + Rint)
= 4,598 W/m2K
bangunan pada orientasi selatan dengan luas dinding 305,36 m2, bagian belakang
bangunan pada orientasi utara dengan luas dinding 320,59 m2, bagian kiri bangunan
pada orientasi timur dengan luas dinding 465,05 m2, dan bagian kanan bangunan
A1 A2 Uw1 Uw2 α1 α2
Selatan 185,29 120,07 0,115 12 0,54 200 2,85 2,57 4,59 5 0,58 0,85
Utara 218,48 102,11 0,121 12 0,59 190 2,85 2,57 4,59 5 0,58 0,85
Timur 343,24 121,81 0,165 12 0,48 380 2,85 2,57 4,59 5 0,58 0,85
Barat 343,28 121,81 0,142 12 0,46 400 2,85 2,57 4,59 5 0,58 0,85
Σ A1= Σ A2=
1090,29 465,8
= [α1{Uw1 x A1/
ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
= [0,58{2,85 x 0.169 (1- 0,115) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,25 (1-0,115) x 12}] +
[{2,63}] + [{12,42}]
= 24,04 W/m2
= [α1{Uw1 x A1/
ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
= [0,58 {2,85x 218,48/1090,29 (1- 0,121) x 12} + 0,85 {2,57 x 102,11/465,8 (1-0,121)
= [0,58{2,85 x 0,2 (1- 0,121) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,21 (1-0,121) x 12}] +
[{2,77}] + [{13,56}]
= 24,65 W/m2
= [α1{Uw1 x A1/
ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] +
[{3,78}] + [{30,09}]
= 44,68 W/m2
= [α1{Uw1 x A1/
ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,142) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,142) x 12}] +
[{3,25}] + [{26,12}]
= 41,01 W/m2
Maka total nilai OTTV untuk bangunan Kantor Pengadilan Tinggi Medan adalah:
= 55095,16 / 1556,09
= 35,40 W/m2
Pada perolehan OTTV pada tiap orientasi, dinding orientasi selatan dan
utara memenuhi kriteria yang disyaratkan OTTV ≤ 35 W/m2. Yaitu nilai masing-
masing adalah 24,04 W/m2 pada dinding selatan dan 24,65 W/m2 pada dinding
utara. Sedangkan dinding orientasi timur dan barat tidak memenuhi kriteria yang
W/m2 pada dinding timur dan 41,01 W/m2 pada dinding barat. Secara keseluruhan
Kantor Pengadilan Tinggi Medan juga kurang memenuhi kriteria konservasi energi
50 18,00%
16,50%
45 16,00%
44,68 41,01
40 14,00%
12,10% 14,20%
35 11,50% 12,00%
30
10,00%
25
24,04 24,65 8,00%
20
6,00%
15
10 4,00%
5 2,00%
0 0,00%
selatan utara timur barat
OTTV WWR
Dari gambar di atas, maka dapat dilihat kondisi nilai WWR terhadap nilai
OTTV. Nilai OTTV tertinggi berada pada dinding orientasi timur, yaitu 44,68
W/m2 dengan WWR 0,165. Sedangkan OTTV terendah berada pada dinding
50 0,7
44,68
45 0,59 41,01
0,54 0,6
40
35 0,5
0,48
30 0,46 0,4
25
20 24,04 24,65 0,3
15 0,2
10
0,1
5
0 0
selatan utara timur barat
OTTV SC
Dari gambar di atas, maka dapat dilihat kondisi nilai SC terhadap nilai
OTTV. Pada orientasi utara nilai OTTV 24,65 W/m2 dengan nilai SC 0,59. Pada
orientasi barat nilai OTTV 41,01 W/m2 dengan nilai SC 0,46. Nilai OTTV tertinggi
berada pada dinding orientasi timur, yaitu 44,68 W/m2 dengan nilai SC 0,48.
Sedangkan OTTV terendah berada pada dinding orientasi selatan, yaitu 24,04 W/m2
Dilihat dari seluruh perhitungan, nilai OTTV total pada kantor Pengadilan
Tinggi Medan berada diambang batas 35 W/m2, yaitu 35,40 W/m2. Maka akan
Berdasarkan SNI Konservasi energi atau cara menurunkan nilai OTTV pada
Nilai OTTV tertinggi pada orientasi timur yaitu 44,68 W/m2, sehingga
penurunan nilai OTTV yang mungkin dilakukan pada bangunan kantor Pengadilan
WWR), mengganti warna cat dinding luar (modifikasi nilai α) dan memasang
Salah satu faktor dalam perhitungan nilai OTTV adalah perbandingan luas
dinding tembus cahaya/jendela kaca dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi
tertentu. Pada langkah ini yang dilakukan adalah dengan mensimulasi orientasi sisi
yang memiliki nilai OTTV tertinggi yaitu pada orientasi timur, dengan OTTV 44,68
W/m2. Hasil modifikasi simulasi perhitungan dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut:
2 15 % 41,81 W/m2
50 16,50% 18%
45 41,81 16%
40 44,68 36,99
15% 14%
35 33,14
12%
30 12,50%
10%
25 10,50%
8%
20
6%
15
10 4%
5 2%
0 0%
1 2 3 4
OTTV WWR
Pada simulasi perubahan nilai rasio WWR menunjukkan nilai WWR yang
rendah berbanding lurus terhadap penurunan nilai OTTV. Pada saat WWR
diturunkan menjadi 0,150 nilai OTTV juga turun menjadi 41,81 W/m2, ketika
WWR 0,125 nilai OTTV menjadi 36,99 W/m2, dan ketika WWR diturunkan lagi
menjadi 0,105 nilai OTTV turun menjadi 33,14 W/m2. Dan pada saat inilah nilai
Dari hasil simulasi penurunan nilai WWR terhadap nilai OTTV timur, maka
dilakukan kembali perhitungan untuk nilai OTTV total. Nilai yang dipilih adalah
nilai WWR 0,150 dengan nilai OTTV dinding timur menjadi 41,81 W/m2.
Perhitungan nilai OTTV total pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan
menurunkan nilai WWR dari 16,5 % menjadi 15 % sudah dapat menurunkan nilai
OTTV total yang memenuhi standar pada bangunan kantor Pengadilan Tinggi
Medan menjadi 34,54 W/m2. Dalam hal ini maka jendela dikurangi sebesar 1,5%
dari sebelumnya. Jendela yang dipilih untuk dikurangi dapat dilihat pada gambar
dibawah.
barat
timur
1,33 cm
Pada langkah ini yang akan dilakukan adalah merubah warna cat pada
permukaan dinding luar fasad bangunan (α1) dengan koefisien tingkat penyerapan
45 44,68 0,7
44,5
0,6
44
0,58 0,5
43,5
43 0,4
42,5 42,21
42 0,25 0,3
0,3
41,5 41,67 0,2
41
0,1
40,5
40 0
Kuning medium Putih semi kilap Putih kilap
OTTV Koefisien absorbtansi
Berdasarkan tabel diatas, pada saat warna cat diganti menjadi putih semi
kilap dengan nilai α= 0,30 nilai OTTV turun menjadi 42,21 W/m2 dan jika diganti
putih kilap dengan nilai α= 0,25 nilai OTTV menjadi 41,67 W/m2. Perubahan warna
perubahannya.
Dari hasil simulasi merubah warna cat pada permukaan dinding luar fasad
bangunan, maka dilakukan kembali perhitungan untuk nilai OTTV total, dengan
warna cat putih semi mengkilap nilai OTTV dinding timur menjadi 41,67 W/m2.
W/m2
timur 465,05 41,67 19378,63
Jika semua bidang dinding di ganti dengan warna cat dengan nilai
absorbtansi (α) yang lebih rendah maka dipastikan OTTV pada bidang dinding
lainnya juga akan turun. Perhitungan nilai OTTV total pada tabel diatas dapat
dilihat bahwa dengan mengganti warna cat dinding dengan nilai absorbtansi (α)
yang lebih rendah dapat menurunkan nilai OTTV dinding timur menjadi 41,67
W/m2 dan secara otomatis mengubah nilai OTTV total pada bangunan kantor
Pada langkah ini upaya yang akan dilakukan untuk menurunkan nilai
OTTV adalah memasang kaca ganda (double glazing) dan mensimulasi ketebalan
Berdasarkan tabel diatas, kaca di buat ganda dengan tetap memakai kaca
jenis rayben. Selain itu disimulasikan dengan tebal kaca yang berbeda-beda. Jika
Dapat dilihat bahwa semakin tebal kaca, nilai Uf semakin menurun dan
9 42,86 42,9
8 42,8
8
7 42,7
7
6 42,6
6
5 42,5
5
4 42,44 42,4
42,39
3 42,34 42,3
2 42,2
1 42,1
0 42
Ketebalan kaca OTTV
Gambar 4.17 Grafik nilai koefisien kaca ganda terhadap nilai OTTV
Dari hasil simulasi membuat kaca ganda pada jendela, maka dilakukan
kembali perhitungan untuk nilai OTTV total, dengan ketebalan kaca 5 mm nilai
W/m2
timur 465,05 42,86 19932,04
Perhitungan nilai OTTV total pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan
mengganti kaca pada bagian timur dengan kaca ganda (double glazing) dapat
menurunkan nilai OTTV total yang memenuhi standar pada bangunan kantor
Pengadilan Tinggi Medan. Hanya dengan kaca ganda ketebalan 5 mm sudah dapat
BAB V
KESIMPULAN
OTTV bangunan kantor Pengadilan Tinggi Medan sejumlah 35,40 W/m2, melebihi
standar yang disyaratkan SNI yaitu maksimum 35 W/m2. Nilai OTTV pada masing-
masing sisi dinding berbeda, secara berurutan (tinggi ke rendah) yaitu orientasi
timur 44,68 W/m2, barat 41,01 W/m2, utara 24,65 W/m2, dan selatan 24,04 W/m2.
Untuk mengurangi nilai OTTV dalam upaya memenuhi persyaratan SNI 03-6389-
jendela terhadap dinding (WWR), mengubah warna cat pada dinding, dan
mengganti kaca jendela dengan kaca ganda. Modifikasi dilakukan pada sisi dinding
diturunkan dari 35,40 W/m2 menjadi 34,86 W/m2 dengan mengganti kaca rayben
ketebalan 5 mm. Nilai OTTV juga dapat diturunkan menjadi 34,54 W/m2 dengan
menurunkan nilai WWR yang sebelumnya 16,5% menjadi 15%, dan menjadi 34,50
W/m2 dengan mengganti warna cat yang sebelumnya kuning medium menjadi putih
semi mengkilap.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Wa Ode, IGN Antaryama dan Ima Defiana (2015). Analisa Konservasi
7th, 2015.
Juli 2011.
Bradshaw V. (1993). Building Control System, Second edition. John wiley &
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. (2011), Kantor
Energi, Jakarta.
Green Building Council Indonesia (2014). Rating Tools and Energy Efficiency in
Indonesia.
Harianto, Feri (2013). Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Gedung Graha
Kreider, Jan F., dan Frank Kreith (1982). Solar Heating and Cooling (Active and
ISSN 1410-9530.
Bersih. Jakarta: Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia
(PTSEIK).
Listrik. Jakarta.
Perwal Bandung (2016). Peraturan Walikota Bandung nomor 1023 Tahun 2016
UMS.
Yogyakarta.
Utama, N.A., dkk (2011). Indonesian Building Codes and Its Influence on Future
21-25.
1. Perhitungan modifikasi nilai WWR untuk menurunkan nilai OTTV pada dinding
timur
OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,150) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0, 0,150)
x 12}] + {4,59 x 0,150 x 5} + {0,48 x 0,150 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,150) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,150) x 12}] +
[{3,44}] + [{27,36}]
= [0,58 (9,01) + 0,85 (6,81)] + {3,44} + {27,36}
= 11,01 + 3,44 + 27,36
= 41,81 W/m2
OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
343,24 121,81
= [0,58{2,85x /1090,29 (1- 0,125) x 12} + 0,85 {2,57 x /465,8 (1-0,125) x
12}] + {4,59 x 0,125 x 5} + {0,48 x 0,125 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,125) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,125) x 12}] +
[{2,86}] + [{22,8}]
= [0,58 (9,27) + 0,85 (7,01)] + {2,86} + {22,8}
= 11,33 + 2,86 + 22,8
= 36,99 W/m2
2. Perhitungan modifikasi warna cat dinding luar (mod. α) untuk menurunkan nilai
OTTV pada dinding timur
• Putih semi kilap
α1 = 0,3
OTTV= [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,25{2,85x 343,24/ (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/ (1-0,165) x
1090,29 465,8
3. Perhitungan modifikasi kaca untuk menurunkan nilai OTTV pada dinding timur
• double glazing 5 mm
Uf = 1/(Rext+ R + Rint)
= 1/(0,05 + (0,05/1,053) + 0,12 + 0,25)
= 1/(0,05 + 0,047 + 0,047 + 0,12 + 0,25)
= 2,38 W/m2K
• double glazing 7 mm
Uf = 1/(Rext+ R + Rint)
= 1/(0,05 + (0,07/1,053) + 0,12 + 0,25)
= 1/(0,05 + 0,066 + 0,066 + 0,12 + 0,25)
= 1,81 W/m2K
OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165) x 12}]
+ {1,75 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] + [{1,44}]
+ [{30,09}]
= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + {1,44} + {30,09}
= 10,81 + 1,44+ 30,09
= 42,34 W/m2