Anda di halaman 1dari 110

KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN PADA

KANTOR PEMERINTAHAN DI KOTA MEDAN


(STUDI KASUS: KANTOR PENGADILAN TINGGI MEDAN)

SKRIPSI

OLEH

SEPANI NURMALA PASARIBU


140406020

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


i

KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN PADA


KANTOR PEMERINTAHAN DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS: KANTOR PENGADILAN TINGGI MEDAN)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Dalam Departemen Arsitektur Pada Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

SEPANI NURMALA PASARIBU


140406020

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ii

PERNYATAAN

KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN PADA KANTOR


PEMERINTAHAN DI KOTA MEDAN
(STUDI KASUS: KANTOR PENGADILAN TINGGI MEDAN)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 05 Oktober 2018

Sepani Nurmala Pasaribu

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
vi

ABSTRAK

Penghematan energi melalui sistem tata udara (air conditioning system) merupakan
program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mendorong
konservasi energi pada kantor pemerintahan. Pada bangunan gedung, sistem tata
udara mengkonsumsi energi paling banyak untuk mengatasi beban pendinginan
yang terdiri dari beban internal, yaitu panas dari dalam bangunan yang ditimbulkan
oleh lampu, penghuni serta peralatan lainnya dan beban eksternal yaitu panas
matahari yang masuk melalui selubung bangunan melalui proses konveksi,
konduksi dan radiasi. Untuk mengurangi beban eksternal dalam upaya konservasi
energi, SNI 03-6389-2011 menentukan kriteria desain dinding selubung bangunan
yang dikenal dengan OTTV (Overall Thermal Transfer Value) dibatasi maksimum
35 Watt/m². Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantifikasi, yaitu
mengevaluasi nilai OTTV. Studi dilakukan pada bangunan Kantor Pengadilan
Tinggi Medan dan diperoleh hasil bahwa OTTV tidak memenuhi kriteria yang
disyaratkan. Dalam upaya konservasi energi maka dilakukan penurunan nilai
OTTV hingga memenuhi kriteria dengan simulasi modifikasi WWR, modifikasi
warna cat dan modifikasi kaca ganda.

Kata Kunci: konservasi energi, selubung bangunan, OTTV

Universitas Sumatera Utara


vii

ABSTRACT

Save the energy through the air conditioning system is a program from the Ministry
of Energy and Mineral Resources to encourage energy conservation in government
offices. In buildings, the air conditioning systems consume the most energy to
overcome cooling loads which consist of internal loads, heat from inside the
building caused by lights, occupants and other equipment and external loads that
enter through solar heat through building envelopes through convection process,
conduction, and radiation. To reduce the external burden in energy conservation
efforts, SNI 03-6389-2011 determines the criteria for building wall covering design,
known as OTTV (Overall Thermal Transfer Value) limited to a maximum of 35
Watts / m2. The method used in this study is quantification, which evaluates the
value of OTTV. The study was conducted in the Pengadilan Tinggi Medan office
building and obtained results that OTTV did not meet the required criteria. In an
effort to save energy, the OTTV value has been reduced to meet the criteria by
modifying WWR simulations (window to wall ratio), modification of paint color
and double glass modification.

Keyword: energy conservation, building envelope, OTTV

Universitas Sumatera Utara


viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas

berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Kantor Pemerintahan di

Kota Medan (Studi Kasus: Pengadilan Tinggi Medan)”. Skripsi ini dimaksudkan

untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen

Arsitektur Fakultas Teknik di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi, tentunya Penulis tidak terlepas dari dukungan dan

bantuan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc. selaku Ketua Departemen Arsitektur

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Basaria Talarosha, M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan ilmu, arahan, dan saran serta meluangkan waktu dalam

proses penulisan untuk skripsi ini.

3. Bapak Yulesta Putra, ST., MSc. dan Ibu Amy Marisa, ST., M.Sc., Ph.D.

selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan serta ilmu

kepada Penulis dalam proses pengerjaan skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Nelson Siahaan, Dipl. TP., M.Arch. selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang selalu memotivasi dan mengarahkan Penulis.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya selama Penulis mengikuti

perkuliahan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Universitas Sumatera Utara


ix

6. Bapak Timbul Jansen, ST. MT. selaku Ketua Bagian Umum kantor

Pengadilan Tinggi Medan yang telah memberikan izin melakukan penelitian

dan selalu mengarahkan serta memberikan bantuan yang Penulis butuhkan.

7. Teristimewa kedua orangtua terhebat, Bapak (R.T.Pasaribu) dan Mamak (D.

br Pardede) yang selalu memberikan doa dan kasih sayang yang tak

terhingga untuk Penulis.

8. Kepada saudara yang terkasih kakak dan abang yang telah banyak

membantu dan selalu mendukung serta memotivasi Penulis, Adrianto

Pasaribu/Tarida Sinurat (A.Christo), Cosmas Sipayung/Glorista Pasaribu

(A.Callysta), Wilson Pasaribu/Andes Natalia (A.Kembar), dan Van Basti

Pasaribu.

9. Kepada Marteus Partogi Hamongan Sihombing yang selalu memberikan

waktu mulai dari awal proses penulisan skripsi ini hingga selesai, sekaligus

yang telah menjadi motivator terbaik yang telah banyak membantu Penulis.

10. Sahabatku Angel Christine Aritonang, SSC dan D’Happy Rainbow.

11. Kepada para waluyo Unika St. Thomas (Wika, Teus, Riki, Jekson, Bg Jhon,

Bg Rioko, Bg Randa, dll) yang sama-sama berjuang untuk skripsi dan

menjadi teman travelling serta refreshing ketika Penulis mulai jenuh dengan

masa-masa perkuliahan.

12. Kepada seluruh teman Arsitektur 2014, terkhusus teman seperjuangan 2014

(Kristin, Frigga, Cynthia, Albert, Brama, Deden, Uli, Ferdi, Gibka, Gustina,

Hizkia, Ivana, Joel, Maria, Odelia, Oscar, Rini, Velinda, dan Yosua)

Universitas Sumatera Utara


x

13. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan

satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih jauh dari

sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak khususnya bagi peneliti.

Medan, 5 Oktober 2018

Penulis
Sepani Nurmala Pasaribu

Universitas Sumatera Utara


xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii

ABSTRAK........................................................................................................... vi

ABSTRACT.......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR........................................................................................ viii

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah.................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 3

1.5 Batasan Penelitian....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Krisis Energi............................................................................... 4

2.2 Penggunaan Energi Pada Bangunan........................................... 4

2.3 Beban Pendinginan..................................................................... 7

2.3.1 Internal Heat Gain............................................................ 7

2.3.2 External Heat Gain........................................................... 8

Universitas Sumatera Utara


xii

2.4 Selubung Bangunan.................................................................... 10

2.4.1 OTTV................................................................................ 11

2.4.2 RTTV................................................................................ 25

2.5 Konservasi Energi Selubung Bangunan..................................... 27

2.5.1 Aspek Perancangan Konservasi Energi............................ 27

2.5.1.1 Matahari dan Pembayangan.................................. 27

2.5.1.2 Pengurangan Radiasi Matahari............................. 28

2.5.1.3 Penurunan Nilai OTTV......................................... 30

2.6 Penelitian Sebelumnya (Studi Literatur).................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian................................................................ 37

3.2 Variabel Penelitian..................................................................... 37

3.3 Tahapan Penelitian..................................................................... 38

3.3.1 Penentuan Objek Penelitian (Studi Kasus)..................... 38

3.3.2 Pengumpulan Data.......................................................... 38

3.4 Instrumen Penelitian................................................................... 39

3.5 Lokasi Penelitian........................................................................ 40

3.6 Deskripsi Objek Penelitian......................................................... 41

3.6.1 Kantor Pengadilan Tinggi Medan..................................... 41

3.6.2 Denah dan Tampak........................................................... 42

3.7 Metode dan Pelaksanaan Penelitian........................................... 45

3.7.1 Menghitung nilai OTTV secara manual............................ 45

3.7.2 Menentukan Shading Coefficient menggunakan Ecotect.. 46

Universitas Sumatera Utara


xiii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis OTTV........................................................................... 51

4.1.1 Penentuan Nilai Variabel dalam OTTV............................ 52

4.1.2 Perhitungan OTTV............................................................ 66

4.2 Kondisi Nilai WWR terhadap nilai OTTV................................. 72

4.3 Kondisi Nilai SC Terhadap Nilai OTTV.................................... 73

4.4 Rekomendasi Penurunan Nilai OTTV........................................ 74

4.4.1 Menurunkan nilai WWR (Modifikasi WWR)................... 74

4.4.2 Merubah Warna Cat Dinding Luar (Modifikasi α)........... 78

4.4.3 Memasang Jendela Kaca Ganda (Modifikasi Uf)............. 80

BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 84

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsumsi Energi pada Bangunan gedung.................................... 6

Gambar 2.2 Faktor radiasi matahari kota Medan............................................. 20

Gambar 2.3 Grafik faktor radiasi matahari kota Jakarta, Bandung dan

Medan........................................................................................... 22

Gambar 3.1 Lokasi penelitian.......................................................................... 40

Gambar 3.2 Denah lantai 1 dan 2..................................................................... 42

Gambar 3.3 Tampak eksisting bangunan......................................................... 43

Gambar 3.4 Tampak bangunan........................................................................ 44

Gambar 3.5 Pemodelan pada sofware Ecotect................................................. 47

Gambar 3.6 Penginputan data iklim pada software......................................... 48

Gambar 3.7 Pengaturan tanggal pada software................................................ 48

Gambar 3.8 Pengaturan interval waktu............................................................ 49

Gambar 3.9 Tabel solar shade.......................................................................... 49

Gambar 3.10 Stereographic diagram.................................................................. 50

Gambar 4.1 Material dinding cat kuning medium dan dinding keramik

coklat............................................................................................ 54

Gambar 4.2 Diagram Stereographic selatan..................................................... 59

Gambar 4.3 Diagram Stereographic utara........................................................ 60

Gambar 4.4 Diagram Stereographic timur....................................................... 61

Gambar 4.5 Diagram Stereographic barat........................................................ 62

Gambar 4.6 Faktor radiasi kota Medan............................................................ 64

Gambar 4.7 Orientasi selatan (depan).............................................................. 67

Universitas Sumatera Utara


xv

Gambar 4.8 Orientasi utara (belakang)............................................................ 68

Gambar 4.9 Orientasi timur (samping kiri)...................................................... 69

Gambar 4.10 Orientasi barat (samping kanan)................................................... 70

Gambar 4.11 Grafik kondisi nilai WWR terhadap nilai OTTV......................... 73

Gambar 4.12 Grafik kondisi nilai SC terhadap nilai OTTV.............................. 74

Gambar 4.13 Grafik rasio WWR terhadap nilai OTTV..................................... 76

Gambar 4.14 Posisi jendela yang dikurangi....................................................... 78

Gambar 4.15 Jendela.......................................................................................... 78

Gambar 4.16 Grafik nilai koefisien α terhadap nilai OTTV.............................. 79

Gambar 4.17 Grafik nilai koefisien kaca ganda terhadap nilai OTTV............... 82

Universitas Sumatera Utara


xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk dinding luar dan atap tidak

transparan...................................................................................... 14

Tabel 2.2 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaan dinding

luar................................................................................................. 15

Tabel 2.3 Nilai R lapisan udara permukaan untuk dinding dan atap............. 17

Tabel 2.4 Nilai k Bahan Bangunan................................................................ 18

Tabel 2.5 Beda temperatur ekuivalen untuk dinding..................................... 19

Tabel 2.6 Intensitas Radiasi Matahari (W/m2) kota Medan.......................... 20

Tabel 2.7 Faktor Radiasi Matahari (SF, W/m2) Berbagai Orientasi............. 21

Tabel 2.8 Nilai transmitans termal atap (Ur) maksimum............................. 26

Tabel 2.9 Beda temperatur ekuivalen berbagai penutup atap....................... 26

Tabel 2.10 Studi Literatur terkait Konservasi Energi Selubung Bangunan.... 32

Tabel 4.1 Menentukan nilai masing-masing variabel OTTV....................... 52

Tabel 4.2 Material bangunan Kantor Pengadilan Tinggi.............................. 53

Tabel 4.3 Perhitungan nilai WWR................................................................ 56

Tabel 4.4 Perhitungan nilai SCeff orientasi selatan....................................... 59

Tabel 4.5 Perhitungan nilai SCeff orientasi utara.......................................... 60

Tabel 4.6 Perhitungan nilai SCeff orientasi timur......................................... 61

Tabel 4.7 Perhitungan nilai SCeff orientasi barat.......................................... 62

Tabel 4.8 Perhitungan nilai SC setiap orientasi............................................ 62

Tabel 4.9 Faktor radiasi matahari kota Medan............................................. 64

Tabel 4.10 Luas dinding pada berbagai orientasi............................................ 65

Universitas Sumatera Utara


xvii

Tabel 4.11 Nilai setiap variabel untuk berbagai orientasi.............................. 66

Tabel 4.12 Perhitungan OTTV total............................................................... 71

Tabel 4.13 Rasio WWR Orientasi Timur Terhadap Nilai OTTV.................. 75

Tabel 4.14 Perhitungan OTTV Total Setelah Modifikasi WWR................... 76

Tabel 4.15 Perbandingan Koefisien α Terhadap OTTV................................. 78

Tabel 4.16 Perhitungan OTTV Total Setelah Modifikasi Koefisien α........... 79

Tabel 4.17 Perbandingan koefisien kaca ganda terhadap OTTV................... 80

Tabel 4.18 Perhitungan OTTV Total Setelah Modifikasi kaca (Uf)............... 81

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis energi dunia terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan

bertambahnya jumlah manusia. Konsumsi energi di Indonesia pada tahun 2013

(ACEEE, 2016) yaitu 40% untuk bangunan, 29% untuk transportasi, 23% untuk

industri, dan 8% untuk energi lainnya. Menurut GBCI (2014) konsumsi energi pada

bangunan digunakan untuk sistem pengudaraan (55%), pencahayaan (22%), dan

lainnya (23%). Di daerah iklim tropis yang suhu rata-ratanya tinggi seperti

Indonesia, sistem pengudaraan menggunakan AC (Air Conditioner) dapat

mengkonsumsi energi listrik hingga mencapai 60% dari total energi yang

digunakan (Satwiko, 2009).

Banyaknya konsumsi energi pada AC ditentukan oleh jumlah beban

pendinginan yang bersumber dari dalam bangunan (internal heat gain) dan luar

bangunan (external heat gain). Internal heat gain merupakan beban panas yang

berasal dari dalam bangunan yang disebabkan oleh aktivitas dari penghuni,

pencahayaan dengan lampu, mesin-mesin dan peralatan lainnya. External heat gain

adalah panas yang berasal dari matahari yang masuk ke dalam bangunan melalui

proses radiasi dan konduksi lewat selubung bangunan (dinding dan atap). Desain

dan pemilihan material selubung bangunan yang tepat mampu mengurangi jumlah

panas yang masuk ke dalam bangunan sehingga mengurangi beban pendinginan

Universitas Sumatera Utara


2

yang identik dengan pengurangan jumlah konsumsi energi untuk AC. Untuk

mengurangi beban pendinginan (cooling load) dalam rangka mendukung upaya

konservasi energi, maka perolehan panas eksternal melalui dinding selubung

bangunan yang dikenal sebagai OTTV (Overall Thermal Transfer Value) dibatasi

maksimum 35 W/m2 (SNI 03-6389-2011).

Gedung perkantoran pada umumnya menggunakan sistem pengkondisian

udara (AC) untuk memperoleh dan mempertahankan kondisi nyaman termal yang

dibutuhkan untuk mendukung produktivitas kerja, sebagaimana gedung kantor

pemerintahan Pengadilan Tinggi Medan. Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM) nomor 13 tahun 2012 tentang Penghematan Pemakaian

Energi Listrik mensyaratkan seluruh bangunan gedung kantor pemerintah baik di

pusat maupun daerah harus melaksanakan program penghematan energi listrik pada

sistem tata udara (air conditioning system), sistem tata cahaya dan peralatan

pendukung lainnya. Mengingat bahwa sistem tata udara paling banyak

menggunakan energi pada bangunan, dan konservasi energi dapat dilakukan

melalui pembatasan nilai OTTV, maka penelitian bertujuan untuk mengevaluasi

nilai OTTV pada bangunan kantor Pengadilan Tinggi Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemilihan judul, permasalahan penelitian adalah

apakah bangunan kantor Pengadilan Tinggi Medan sudah memenuhi standar

konservasi energi selubung bangunan?

Universitas Sumatera Utara


3

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai OTTV pada

objek studi bangunan kantor Pengadilan Tinggi Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang peranan selubung bangunan terhadap konservasi energi pada bangunan

perkantoran yang menggunakan AC.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya akan membahas tentang konservasi energi melalui

selubung bangunan yang digunakan. Nilai OTTV yang memenuhi persyaratan

konservasi energi menurut SNI 03-6389-2011 adalah maksimum 35 W/m². Objek

yang diteliti pada selubung bangunan yaitu hanya dinding bangunan.

Universitas Sumatera Utara


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Krisis Energi

Menurut data Outlook Energi Indonesia 2017, konsumsi energi final terus

meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, harga energi, dan

kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Konsumsi energi final selama tahun

2010-2015 meningkat relatif terbatas sekitar 1,3% per tahun. Dengan meningkatnya

perekonomian dan penduduk diproyeksikan penggunaan energi final di sektor

rumah tangga, sektor komersial, dan sektor lainnya (pertanian, konstruksi dan

pertambangan) akan terus bertambah. Peranan sektor komersial terhadap total

kebutuhan energi final diperkirakan akan meningkat dari 3,6% pada tahun 2015

menjadi menjadi 6,3% (skenario dasar) dan 6,4% (skenario tinggi) pada tahun 2050.

Sektor komersial terdiri atas perdagangan, hotel, restoran, keuangan, badan

pemerintah, sekolah, rumah sakit, komunikasi dan lainnya. Tingginya peningkatan

kebutuhan energi final perlu diantisipasi dengan menerapkan upaya konservasi

energi yang didukung dengan penetapan kebijakan yang tepat dan dapat

dilaksanakan.

2.2 Penggunaan Energi pada Bangunan

Persoalan krisis energi dan pemanasan global sama-sama mendesak adanya

upaya penghematan untuk menghindari dampak yang lebih buruk dari apa yang kita

telah rasakan sekarang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu melalui

Universitas Sumatera Utara


5

pengembangan konsep arsitektur baru yang lebih sadar energi. Konsep bangunan

hemat energi dinilai sangatlah penting karena bila melihat pada penggunaan energi

secara global, sektor bangunan menyerap jumlah energi yang sangat besar.

Peralatan-peralatan yang mengkonsumsi energi pada bangunan terdiri atas:

a) Peralatan-peralatan untuk mengubah kondisi termal:

1) Sistem penyegaran udara (AC)

2) Sistem ventilasi

b) Peralatan-peralatan untuk mengubah kondisi visual/lighting (pencahayaan):

lampu dan alat-alat kontrolnya.

c) Peralatan untuk sistem transportasi: lift/eskalator

d) Peralatan pendukung listrik lainnya: motor-motor listrik, komputer, TV,

dispenser, dan lain-lain.

e) Peralatan yang mengkonsumsi bahan bakar minyak dan gas: boiler, genset, dan

lain-lain.

Berdasarkan data Green Building Council Indonesia (GBCI, 2014), proporsi

konsumsi energi di sektor bangunan gedung secara berturut-turut adalah untuk

penggunaan AC, pencahayaan dan lainnya. Konsumsi energi terbesar di sektor

bangunan adalah sistem AC yang mencapai 55%, untuk sistem pencahayaan

sebesar 22% dan 23% untuk sistem energi lainnya.

Universitas Sumatera Utara


6

Gambar 2.1 Konsumsi energi pada bangunan gedung


Sumber: Green Building Council Indonesia, 2014

Kegiatan audit energi pada bangunan gedung harus melihat aspek-aspek

yang terkait dengan gedung yaitu:

1) Sistem kelistrikan pada bangunan gedung

2) Sistem refrigerasi dan tata udara pada bangunan gedung

3) Sistem tata cahaya pada bangunan gedung

4) Sistem selubung bangunan gedung pada bangunan gedung

5) Sistem pompa dan perpompaan pada bangunan gedung

6) Sistem Peralatan lain (lift eskalator dan boiler) pada bangunan gedung

7) Sistem otomasi terintegrasi gedung (Building Automation

System/BAS)

Audit energi adalah alat, jadi bukan hasil kerja atau bukti keberhasilan

konservasi energi di gedung. Hal-hal yang menjadi faktor keberhasilan kegiatan

konservasi energi di gedung adalah pemilihan teknologi yang tepat serta kreatifitas

untuk membuat disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif dalam

menghemat energi serta tentunya pengalaman yang baik.

Universitas Sumatera Utara


7

2.3 Beban Pendinginan

Beban Pendinginan adalah jumlah total energi panas yang harus dihilangkan

dalam satuan waktu dari ruangan yang didinginkan. Beban ini diperlukan untuk

mengatasi beban panas eksternal dan internal. Beban panas eksternal diakibatkan

oleh panas yang masuk melalui konduksi (dinding, langit-langit, kaca, partisi,

lantai), radiasi (kaca), dan konveksi (ventilasi dan infiltrasi). Beban panas internal

diakibatkan oleh panas yang timbul karena orang/penghuni, lampu, dan

peralatan/mesin. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh (Feri Harianto, 2013)

didapatkan hasil perhitungan external heat gain lebih besar dibandingkan dengan

internal heat gain yang disebabkan adanya radiasi matahari secara langsung

sehingga tingginya external heat gain akan mempengaruhi kondisi temperatur

dalam bangunan, pada penelitian gedung 6 lantai dengan luas bangunan 1000 m2

per lantai, temperatur udara luar 30oC dan temperatur udara dalam 25oC.

2.3.1 Internal Heat Gain

Internal heat gain adalah beban panas yang berasal dari dalam bangunan

yaitu panas yang dihasilkan oleh:

1. Manusia, dimana tubuh melepas panas melalui empat cara yaitu konveksi,

konduksi, radiasi, dan penguapan.

2. Penerangan, cahaya buatan menghasilkan panas dalam ruangan sehingga

diperlukan pemilihan dan desain yang baik agar penggunaannya sesuai

dengan tujuan yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara


8

3. Peralatan, dimana pada saat digunakan dapat menghasilkan panas dalam

ruang. Panas ini menjadi beban penyejukan mesin AC.

2.3.2 External Heat Gain

External Heat Gain adalah panas berasal dari matahari (solar heat gain).

Panas yang masuk ke dalam ruangan menjadi beban panas dalam bangunan. Aliran

panas (heat transfer) didefinisikan sebagai perpindahan energi antara dua daerah

karena perbedaan suhu (Bradshaw, 1993). Pada daerah dengan suhu rendah (dingin)

mengandung energi panas lebih sedikit daripada daerah yang bersuhu tinggi

(hangat). Perpindahan panas selalu terjadi dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke

daerah yang bersuhu lebih rendah. Perpindahan panas tidak lagi terjadi antara dua

daerah yang terisolasi satu sama lain, dan memiliki suhu yang sama. Keadaan ini

dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangan termal. Perpindahan panas dapat

terjadi melalui media apapun yang memisahkan dua daerah.

Emisivitas Bahan. Material diatas suhu nol mutlak memancarkan radiasi

elektromaknetik. Emisivitas (e) permukaan adalah kemampuan material untuk

meradiasikan kembali energi yang diserapnya. Nilai maksimum emisivitas

permukaan benda hitam sempurna yang dipancarkan adalah 1,0 sementara obyek

yang sesungguhnya memiliki nilai emisivitas kurang dari satu (ASHRAE

Handbook Committee, 2001).

Proses perpindahan panas. Perpindahaan panas ke dalam bangunan terjadi

secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Radiasi matahari yang mengenai kaca

sebagian akan dipantulkan kembali ke lingkungan (reflected), sebagian akan

Universitas Sumatera Utara


9

diserap oleh bahan (absorbed), dan sebagian lagi akan diteruskan oleh kaca ke

dalam bangunan (transmitted). Panas yang diteruskan oleh kaca ini menjadi beban

pendinginan dalam bangunan. Besarnya dapat dihitung dengan persamaan:

Qs = A x SHGF x SC

dimana:

A = luas permukaan atap atau dinding luar,dihitung dari gambar bangunan.

SHGF = faktor penambahan kalor matahri, sesuai orientasi, asimut, jam dan bulan.

SC = koeffisien peneduh.

Radiasi matahari yang mengenai dinding sebagian akan dipantulkan

kembali ke lingkungan (reflected), sebagian akan dipancarkan kembali secara

radiasi, juga secara konveksi oleh udara sekitar dinding, sebagian akan diserap oleh

bahan (absorbed) dan akan masuk ke dalam bangunan secara konduksi. Besarnya

dapat dihitung dengan persamaan:

Qc = A. U. ∆T

dimana:

U = koefisien perpindahan kalor rancangan untuk kaca

∆T = perbedaan temperatur luar dan dalam

Meminimalkan penyerapan radiasi panas matahari dapat diusahakan antara

lain dengan mengorientasikan bangunan ke arah utara-selatan, apabila orientasi

timur-barat tidak dapat dihindari, usahakan sisi timur-barat bangunan terbayangi

secara maksimal (Satwiko, 2008). Fasad terbuka sebaiknya menghadap ke selatan

atau utara. Orientasi ini dapat meniadakan radiasi langsung dari cahaya matahari

Universitas Sumatera Utara


10

rendah dan konsentrasi tertentu yang menimbulkan pertambahan panas

(Lippsmeier, 1994).

Transmitan (U-Value). Bahan bangunan turut menentukan nilai

transmitansi termal, kesalahan dalam menentukan transmitansi termal dapat

menimbulkan kesalahan dalam perhitungan beban pendinginan. Angka konduktan

elemen bangunan yang sudah memasukkan faktor konduktan permukaan disebut

transmitan (transmitance, U).

2.4 Selubung Bangunan

Selubung bangunan merupakan elemen bangunan yang membungkus

bangunan gedung, yaitu dinding dan atap transparan atau yang tidak transparan

dimana sebagian besar energi termal berpindah lewat elemen tersebut (SNI 03-

6389-2011). Selubung bangunan memiliki peran penting dalam menjawab masalah

iklim, seperti radiasi matahari, hujan, angin, dan kelembaban. Faktor panas yang

berasal dari luar bangunan akan masuk kedalam ruang melalui selubung bangunan,

baik melalui dinding maupun atap yang merupakan beban pendingin yang harus

dinetralisir oleh sistem pendingin (AC) dengan menggunakan energi.

Untuk itu dalam rangka pemikiran penghematan energi, maka perolehan

panas tersebut harus dibatasi. Perambatan panas (heat transfer) adalah proses

perpindahan kalor dari benda yang lebih panas ke benda yang kurang panas.

Terdapat tiga cara perambatan panas:

1. Perambatan panas konduktif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas

ke benda yang kurang panas melalui kontak (sentuhan).

Universitas Sumatera Utara


11

2. Perambatan panas konvektif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas

ke benda yang kurang panas melalui aliran angin (atau zat alir lainnya)

3. Perambatan panas radiatif: perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke

benda yang kurang panas dengan cara pancaran.

Berdasarkan SNI Konservasi Energi Selubung Bangunan, kriteria selubung

bangunan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Berlaku hanya untuk komponen dinding dan atap pada bangunan gedung yang

dikondisikan (memiliki sistem tata udara)

2. Perpindahan termal menyeluruh untuk dinding dan atap tidak boleh melebihi

nilai perpindahan termal menyeluruh yaitu ≤ 35 W/m².

2.4.1 OTTV

OTTV (Overall Thermal Transfer Value) adalah nilai perpindahan termal

menyeluruh untuk dinding. OTTV merupakan suatu nilai yang ditetapkan sebagai

kriteria perancangan untuk dinding dan kaca bagian luar bangunan gedung yang

dikondisikan. Konsep OTTV ini mencakup tiga elemen dasar perpindahan panas

melalui dinding luar bangunan antara lain:

a. Konduksi panas melalui dinding tidak tembus cahaya.

b. Konduksi panas melalui kaca.

c. Transmisi radiasi matahari melalui kaca.

Besarnya transmisi radiasi matahari dipengaruhi oleh intensitas radiasi

matahari yang diterima, koefisien peneduh dari kaca dan dari alat peneduh (jika

ada). Konduksi panas melalui dinding dan kaca dipengaruhi oleh harga transmitansi

Universitas Sumatera Utara


12

(U) dari dinding dan dari kaca, beda temperatur udara di luar terhadap temperatur

udara didalam bangunan (ΔT) dan absortansi radiasi matahari dari permukaan luar

dari dinding. Ketiga masukan panas ini dirata-ratakan pada seluruh permukaan dari

dinding luar bangunan. Dengan memberikan harga batas tertentu untuk OTTV,

maka besarnya beban eksternal dapat dibatasi. Besarnya OTTV dipengaruhi oleh

perencanaan dari selubung bangunan, antara lain: luas dan jenis kaca, luas dan jenis

bahan dinding serta ketebalannya, warna pemukaan luar dinding dan orientasinya.

Untuk membatasi perolehan panas akibat radiasi matahari lewat selubung

bangunan, maka ditentukan nilai perpindahan termal menyeluruh untuk selubung

bangunan tidak melebihi 35 W/m2.

Nilai perpindahan termal menyeluruh atau OTTV untuk setiap bidang

dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu, harus dihitung melalui

persamaan:

OTTV = α [(UW x (1- WWR) x TDEk] + (UfxWWRxT) + (SCxWWRxSF)....(1)

dimana:

OTTV = Nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki

arah atau orientasi tertentu (W/m2);

α = absorbtans radiasi matahari.

UW = Transmitans termal dinding tidak tembus cahaya (W/m2.K);

WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi

yang ditentukan;

TDEk = Beda temperatur ekuivalen;

Universitas Sumatera Utara


13

SF = Faktor radiasi matahari (W/m2);

SC = Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi;

Uf = Transmitansi termal fenestrasi (W/m2.K);

T = Beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam.

(diambil 5°C)

Nilai perpindahan termal menyeluruh atau OTTV untuk setiap bidang

dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu dengan lebih dari satu jenis

material dinding, harus dihitung melalui persamaan:

OTTV = [α1 {Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR)

x TDEK} + ……………………………………… αn {Uwn x An/ΣA (1- WWR) x

TDEK}] + { Uf x WWR x ΔT } + { SC x WWR x SF }...........................................(2)

dimana:

A1 = area dinding dengan material 1.

A2 = area dinding dengan material 2.

A3 = area dinding dengan material n.

ΣA = A1+A2+…………+An

Universitas Sumatera Utara


14

Untuk menghitung OTTV seluruh dinding luar, digunakan persamaan

sebagai berikut :

(𝐀𝐨𝟏 𝐱 𝐎𝐓𝐓𝐕𝟏)+(𝐀𝐨𝟐 𝐱 𝐎𝐓𝐓𝐕𝟐)+.........+(𝐀𝐨𝐢 𝐱 𝐎𝐓𝐓𝐕𝐢)


𝑶𝑻𝑻𝑽 = .........................(3)
𝐀𝐨𝟏+𝐀𝐨𝟐+............𝐀𝐨𝐢

dimana:

Aoi = luas dinding pada bagian dinding luar i (m2). Luas total ini termasuk

semua permukaan dinding tidak tembus cahaya dan luas permukaan

jendela yang terdapat pada bagian dinding tersebut;

OTTVi = nilai perpindahan termal menyeluruh pada bagian dinding I (Watt/m2)

sebagai hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan (1 atau 2)

a. Absorbtans termal

Absorbtans termal (α) merupakan nilai penyerapan energi termal akibat

radiasi matahari pada suatu bahan dan ditentukan pula oleh warna bahan tersebut.

Nilai absorbtans termal (α) untuk beberapa jenis permukaan dinding tak transparan

dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2.

Tabel 2.1 Nilai Absorbtans Radiasi Matahari untuk Dinding Luar dan Atap
tidak Transparan

Bahan dinding luar α


Beton berat* 0,91

Bata merah 0,89


Bituminous felt 0,88
Batu sabak 0,87

Universitas Sumatera Utara


15

Beton ringan 0,86


Aspal jalan setapak 0,82
Kayu permukaan halus 0,78
Beton ekspos 0,61
Ubin putih 0,58
Bata kuning tua 0,56
Atap putih 0,50
Cat alumunium 0,40
Kerikil 0,29
Seng putih 0,26
Bata glazur putih 0,25
Lembaran alumunium yang
0,12
dikilapkan
Sumber: SNI 6389:2011 *untuk bangunan nuklir

Tabel 2.2 Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari untuk Cat Permukaan Dinding
Luar

Cat permukaan dinding luar α

Hitam merata 0,95


Pernis hitam 0,92
Abu-abu tua 0,91
Pernis biru tua 0,91
Cat minyak hitam 0,90
Coklat tua 0,88
Abu-abu/biru tua 0,88
Biru/hijau tua 0,88
Coklat medium 0,84

Universitas Sumatera Utara


16

Pernis hijau 0,79


Hijau medium 0,59
Kuning medium 0,58
Hijau/biru medium 0,57
Hijau muda 0,47
Putih semi kilap 0,30
Putih kilap 0,25
Perak 0,25
Pernis putih 0,21
Sumber: SNI 6389:2011

Bila α material dan warna diketahui, nilai α yang diambil adalah nilai α

lapisan terluar. Namun pada konstruksi dinding tirai (curtain wall) yang memiliki 2

nilai maka α total sama dengan α1 x α2.

b. Transmitans Termal

Nilai transmitans termal dinding tidak transparan (Uw) yang terdiri dari

beberapa lapis komponen bangunan, dihitung dengan rumus:

U=1/Rtotal................................................................................................(4)

dimana:

Rtotal= resistansi termal total = ∑R

Resistans termal terdiri dari:

a) Resistans lapisan udara luar (RUL)

Besarnya nilai RUL ditunjukkan pada tabel 2.3

Universitas Sumatera Utara


17

Tabel 2.3 Nilai R lapisan udara permukaan untuk dinding dan atap

Jenis permukaan Resistans Termal R


(m2.K/W)
Permukaan dalam (RUP) Emisivitas tinggi 1) 0,120

Emisivitas rendah 2) 0,299

Permukaan luar (RUL) Emisivitas tinggi 0,044

Sumber: SNI 6389:2011

Keterangan:

1) Emisivitas tinggi adalah permukaan halus yang tidak mengkilap (non

reflektif)

2) Emisivitas rendah adalah permukaan dalam yang sangat reflektif, seperti

alumunium foil

b) Resistans termal bahan (RK)

Nilai resistansi termal untuk masing masing bahan dihitung dengan rumus:

R=t/k.........................................................................................................(5)

dimana:

t = tebal bahan (m)

k = nilai konduktivitas termal bahan (W/m.K)

Besarnya nilai k untuk berbagai jenis bahan terdapat dalam tabel 2.4.

Universitas Sumatera Utara


18

Tabel 2.4 Nilai k Bahan Bangunan

No Bahan bangunan Densitas k (W/m.K)


(kg/m3)
1 Beton 2400 1,448
2 Beton ringan 960 0,303
3 Bata dengan lapisan plester 1760 0,807
Bata langsung dipasang tanpa -
4 1,154
plester, tahan terhadap cuaca
5 Plesteran pasir semen 1568 0,533
6 Kaca lembaran 2512 1,053
7 Papan gypsum 880 0,170
8 Kayu lunak 608 0,125
9 Kayu keras 702 0,138
10 Kayu lapis 528 0,148
11 Glasswool 32 0,035
12 Fibreglass 32 0,035
13 Paduan Alumunium 2672 211
14 Tembaga 8784 385
15 Baja 7840 47,6
16 Granit 2640 2,927
17 Marmer/Batako/terazo/keramik/mozaik 2640 1,298
Sumber: SNI 6389:2011

Universitas Sumatera Utara


19

c. Beda temperatur ekuivalen

Beda temperatur ekuivalen (TDEK) adalah beda antara temperatur ruangan

dan temperatur dinding luar atau atap yang diakibatkan oleh efek radiasi matahari

dan temperatur udara luar untuk keadaan yang di anggap quasistatik yang

menimbulkan aliran kalor melalui dinding atau atap yang ekuivalen dengan aliran

kalor sesungguhnya. Beda temperatur ekuivalen (TDEK ) dipengaruhi oleh:

• Tipe, massa dan densitas konstruksi

• Intensitas radiasi dan lama penyinaran

• Lokasi dan orientasi bangunan

• Kondisi perancangan

Nilai TDEK bisa dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini.

Tabel 2.5 Beda Temperatur Equivalen untuk Dinding

Berat/satuan luas (kg/m²) TDEK

kurang dari 125 15

126 ~ 195 12

lebih dari 195 10

Sumber: SNI 6389:2011

d. Faktor rerata radiasi matahari

Dari data yang diterima dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

untuk wilayah Medan hanya memiliki data radiasi global per tahunnya. Berikut

tertera pada tabel dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


20

Tabel 2.6 Intensitas Radiasi Matahari (W/m2) Kota Medan


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2017 189 205 210 208 192 237 226 211 198 214 176 184

Sumber: Stasiun Klimatologi Deli Serdang (koordinat: 3.620863 LU; 98.714852

BT)

Karena data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah faktor radiasi

matahari dari berbagai orientasi (SF). Maka data yang dipakai bukan data radiasi

dari BMKG sehingga dilakukan pengambilan data dari simulasi software Ecotect

Weather Tool.

U:0° ; TL:45° ; T:90° ; TGR:135° ; S:180° ; BD:-135° ; B:-90° ; BL:-45°

Gambar 2.2 Faktor radiasi matahari kota Medan


Sumber: Ecotect Weather Tool 2011

Universitas Sumatera Utara


21

Faktor radiasi matahari (SF) adalah laju rata rata setiap jam dari radiasi

matahari pada selang waktu tertentu yang sampai pada suatu permukaan. Faktor

radiasi matahari dihitung antara jam 07.00 sampai dengan jam 18.00. Nilai SF dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.7 Faktor Radiasi Matahari (SF, W/m2) Berbagai Orientasi

Orientasi U TL T TGR S BD B BL

Faktor radiasi kota


Jakarta
(Sumber: SNI 130 113 112 97 97 176 243 211
6389:2011)
Faktor radiasi kota
Bandung
(Sumber: Perwal 133 146 150 120 98 123 155 150
Bandung no. 1023,
2016)
Faktor radiasi kota
Medan
190 280 380 290 200 310 400 300
(Sumber: Ecotect
Weather Tool 2011)

Faktor radiasi matahari (SF) pada tabel diatas di dapat dari tiga sumber yang

berbeda, yaitu pada kota Jakarta yang bersumber dari SNI tentang Konservasi

Energi Selubung Bangunan, pada kota Bandung yang bersumber dari Peraturan

Walikota Bandung nomor 1023 tahun 2016 tentang Bangunan Gedung Hijau dan

pada kota Medan yang di simulasikan pada software Ecotect Weather Tool 2011.

Jika dilihat pada tabel diatas terdapat perbedaan besar radiasi matahari

antara kota Jakarta, Bandung dan Medan. Dapat kita lihat pada grafik dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


22

Faktor radiasi matahari SF (W/m2)


450

400 400
380
350

300 310 300


290
280
250
200 243
200 211
190
146 150 176
150 133 120 150
98 155
100 130 113 112 123
97 97
50

0
U TL T TGR S BD B BL

Jakarta Bandung Medan

Gambar 2.3 Grafik faktor radiasi matahari kota Jakarta, Bandung dan
Medan

Dari grafik diatas dapat kita lihat perbedaan yang signifikan antara faktor

radiasi matahari kota Jakarta dan Bandung terhadap faktor radiasi matahari kota

Medan. Terlihat dari ketiganya bahwa radiasi di kota Medan memiliki nilai rata-

rata radiasi yang paling tinggi yaitu mencapai angka 400 W/m2.

Terlihat juga persamaan dari data radiasi ketiga kota tersebut yaitu paling

tinggi berada pada orientasi barat yaitu masing-masing pada kota Jakarta 243 W/m2,

pada kota Bandung 155 W/m2 dan pada kota Medan 400 W/m2. Pada kota Medan

radiasi paling kecil berada pada orientasi utara yaitu 190 W/m2. Sedangkan pada

kota Jakarta dan Bandung radiasi terkecil berada pada orientasi selatan yaitu

berturut-turut 87 W/m2 dan 98 W/m2.

Universitas Sumatera Utara


23

e. Window to wall ratio (WWR)

Window to wall ratio merupakan proporsi luas bukaan pada dinding

bangunan dengan luasan dinding pada bidang yang sama. Proporsi luas jendela

memiliki pengaruh sangat besar terhadap beban pendinginan karena menentukan

total perolehan panas yang masuk kedalam bangunan. Hal ini dikarenakan jendela

kaca dapat memasukkan panas kedalam bangunan jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan dinding masif. Oleh karena itu rasio luas jendela terhadap dinding (WWR)

yang lebih tinggi biasanya menyebabkan beban pendinginan lebih tinggi.

Mengurangi luas jendela adalah salah satu solusi paling efektif untuk mengurangi

beban pendinginan dan konsumsi energi bangunan secara keseluruhan. Tetapi akan

menjadi pertimbangan juga untuk pencahayaan di dalam bangunan.

Panduan Pengguna Bangunan Gedung Hijau Jakarta berdasarkan Peraturan

Gubernur No. 38/2012 WWR untuk perkatoran, retai dan rumah sakit antara 30%

sampai 70%. Standar global menetapkan batas maksimum dari rasio bidang jendela

ke dinding (window to wall ratio) antara 25% dan 50%. Intensitas konsumsi energi

pada ruang berbanding lurus dengan WWR. Semakin besar nilai WWR, maka

tingkat konsumsi energi pada ruang tersebut juga akan semakin besar (Athoillah,

2014).

f. Beda Temperatur Luar dan Dalam (ΔT)

Beda temperatur luar dan dalam bangunan digunakan untuk menghitung

konduksi panas dinding transparan untuk bangunan apapun, ΔT mewakili

perbedaan suhu iklim lokasi dan desain suhu internal Standar Thailand yang ada

Universitas Sumatera Utara


24

sehingga digunakan ΔT= 5°C (Pramesti, 2017). Sebagaimana 5°C juga telah

ditetapkan pada Standar Nasional Indonesia untuk menghitung nilai OTTV.

g. Koefisien peneduh (SC)

Koefisien peneduh (Shading Coefficient) merupakan angka perbandingan

antara perolehan kalor melalui fenestrasi dengan atau tanpa peneduh yang

ditempatkan pada fenetrasi yang sama. Pada rumus OTTV, faktor radiasi matahari

dihitung berdasarkan radiasi matahari tahunan yang ditransmisikan melalui jendela

kaca bening setebal 3 mm. Untuk sistem bukaan yang lain, arus perolehan kalor

matahari dimodifikasi dengan koefisien peneduh yang didefinisikan sebagai

perbandingan antara perolehan kalor matahari melalui sistem bukaan yang

mempunyai kombinasi glazing dan koefisien peneduh dengan perolehan kalor

matahari yang melalui kaca bening dengan tebal 3 mm.

Koefisien peneduh tiap sistem fenestrasi dapat diperoleh dengan cara

mengalikan besaran SC kaca dengan SC effektif dari kelengkapan peneduh luar,

sehingga persamaannya menjadi:

SC = SCk x SCEff............................................................................................

(6)

dimana :

SC = koeffisien peneduh sistem fenestrasi.

SCk = koeffisien peneduh kaca.

SCEff = koeffisien peneduh effektif alat peneduh.

Universitas Sumatera Utara


25

Angka koeffisien peneduh kaca didasarkan atas nilai yang dicantumkan oleh

pabrik pembuatnya, yang ditentukan berdasarkan sudut datang 45 ° terhadap garis

normal.

2.4.2 RTTV

RTTV (Roof Thermal Transfer Value) adalah nilai perpindahan termal dari

penutup atap bangunan. Nilai perpindahan termal dari penutup atap bangunan

gedung dengan orientasi tertentu, harus dihitung melalui persamaan:

RTTV = [(Ar x Ur x TDEK) + (As x Us x ΔT) + (As x SC x SF)] / Ao

dengan :

RTTV = nilai perpindahan termal menyeluruh untuk atap (W/m2)

α = absorbtans radiasi matahari

Ar = luas atap yang tidak transparan (m2)

As = luas skylight (m2)

Ao = luas total atap = Ar + As (m2)

Ur = transmitans termal atap tidak transparan (W/m2.K)

TDEK = beda temperatur ekuivalen (K)

SC = koefisien peneduh dari sistem fenestrasi

SF = faktor radiasi matahari (W/m2)

Nilai transmitans termal maksimum penutup atap (Ur), ditunjukkan pada

tabel 2.8 dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


26

Tabel 2.8 Nilai transmitans termal atap (Ur) maksimum

Berat per satuan luas atap (kg/m2) Transmitans termal maksimum


(W/m2.K)
Di bawah 50 1) 0.4

50 ~ 230 2) 0.8

lebih dari 230 3) 1.2

Sumber: SNI 6389:2011

Keterangan:
1)
Atap genteng
2)
Atap beton ringan
3)
Atap beton ketebalan > 6 inchi (15 cm)

Nilai beda temperatur ekuivalen untuk berbagai konstruksi atap ditentukan

sesuai angka-angka pada tabel 2.9.

Tabel 2.9 Beda Temperatur Ekuivalen Berbagai Penutup Atap

Berat atap per satuan luas (kg/m2) Beda temperatur ekuivalen (TDEK),

Di bawah 50 1) 24

50 ~ 230 2) 20

lebih dari 230 3) 16

Sumber: SNI 6389:2011

Universitas Sumatera Utara


27

2.5 Konservasi Energi Selubung Bangunan

Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung merupakan

standar yang memuat kriteria perancangan, prosedur perancangan, konservasi

energi dan rekomendasi dari selubung bangunan pada bangunan gedung yang

optimal, sehingga penggunaan energi dapat evisien tanpa mengorbankan

kenyamanan dan produktivitas kerja penghuni (SNI 03-6389:2011).

2.5.1 Aspek Perancangan Konservasi Energi

2.5.1.1 Matahari dan Pembayangan

Orientasi bangunan merupakan salah satu faktor utama untuk

meminimalkan konsumsi energi pada bangunan. Orientasi bangunan di wilayah

iklim tropis lembab lebih diutamakan mengarah ke utara, selatan dan timur, untuk

bukaan yang memadai sebagai penangkap angin dalam meningkatkan pendinginan

di dalam ruangan dan penggunaan penerangan alami yang memadai untuk kegiatan

di dalam ruang. Jumlah panas yang berlebihan di iklim tropis belum dimanfaatkan

secara optimal oleh beberapa perancang pada bangunan.

Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari

secara langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi

isolator panas atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk

mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya. Pada skala

lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan

suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar

ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu

Universitas Sumatera Utara


28

durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko,

2005).

Bila melihat pada beberapa desain bangunan tropis, walaupun terbatasnya

lahan yang dimiliki, tetap diupayakan agar rumah dan lingkunganya tetap nyaman

untuk ditinggali. Macam-macam cara yang dilakukan, misalnya teras depan

digunakan untuk menggantung dan menanam berbagai macam tanaman sehingga

menyerupai tembok tanaman yang berefek pada pengurangan panas. Disamping itu

daun yang hijau dalam proses fotosintesis bisa menghasikan udara yang lebih baik

bagi kesehatan lingkungan. Inisiatif yang ditempuh oleh masyarakat untuk

menerapkan konsep ekologis bagi lingkunganya merupkan suatu upaya yang

sederhana dalam mewujudkan keberlanjutan.

Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk

meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun

kenyamanan atau produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya

rancang bangun hemat energi dapat dilakukan dengan pendekatan aktif maupun

pasif. Pendekatan pasif mengandalkan kemampuan perancang untuk

mengantisipasi fluktuasi iklim luar melalui solusi arsitektural, sedangkan

pendekatan aktif mutlak memerlukan kolaborasi perancang dan engineering

melalui solusi teknologi.

2.5.1.2 Pengurangan Radiasi Matahari

Radiasi sinar matahari yang masuk secara langsung ke dalam bangunan

sebagian besar melalui kaca pada jendela. Cara menghindarinya yaitu meletakkan

Universitas Sumatera Utara


29

bidang kaca pada daerah yang terlindung oleh bidang penangkal sinar matahari

(sun shading device), atau bahkan tidak terkena matahari secara langsung sama

sekali. Lebar sirip penghalang sinar matahari tergantung pada jam perlindungan

yang dikehendaki dan letak lintang daerah tersebut.

Secara nyata lebar bidang penangkal dapat didesain dengan

menggunakan Diagram Matahari dan Pengukur Sudut Bayangan, dengan

perbandingan sebagai berikut:

• Sinar matahari yang langsung mengenai bidang kaca akan merambatkan panas

sebesar 80% - 90%.

• Pemasangan tabir matahari di sebelah dalam akan mengurangi panas, sehingga

tinggal 30% - 40%.

• Pemasangan tabir matahari di luar jendela akan mengurangi masuknya panas,

sehingga tinggal 5%- 10%.

Untuk mengurangi radiasi panas dan kesilauan dari sinar matahari, dapat

dilakukan dengan dua macam cara, yaitu:

• Pembayangan/shading untuk mematahkan sinar matahari, dengan prinsip

payung atau perisai yang dilakukan dengan cara seperti: penanaman vegetasi

berupa pohon-pohon tinggi di dekat bangunan, penggunaan jendela-jendela

rapat/blinden, penggunaan papan atau bidang yang dapat disetel pada poros

vertikal, kerai, tenda jendela dan jerambah, penjulangan atap pada cucuran

(tritisan), gimbal atap dan galeri, atap rapat pada rumah, selasar, galeri dan

doorloop

Universitas Sumatera Utara


30

• Penyaringan/filtering, untuk memperlembut sinar matahari, terutama siang

hari yang masuk agar tidak terlalu menyilaukan, dilakukan dengan cara:

penanaman vegetasi berupa tanaman, bunga, perdu, krepyak, louvre, jalousie,

kisi-kisi, kerawang/roster, kerai, pergola, horisontal overhangs.

2.5.1.3 Penurunan Nilai OTTV

Berdasarkan SNI, konservasi energi atau cara menurunkan nilai OTTV pada

selubung bangunan bisa diperoleh dengan:

1. mengganti warna cat dinding luar dari warna gelap ke warna yang lebih terang,

misalnya dengan mengganti warna cat dinding luar dari abu-abu tua menjadi

warna putih (modifikasi nilai α)

2. memasang jendela dengan kaca ganda (modifikasi Uf)

3. memasang isolasi dinding dan atap (modifikasi Uw dan Ur)

4. mengurangi angka perbandingan jendela luar dan dinding luar (modifikasi

WWR)

5. memasang alat peneduh pada jendela luar (modifikasi SC).

Universitas Sumatera Utara


31

2.6 Penelitian Sebelumnya (Studi Literatur)

Berdasarkan jurnal-jurnal ilmiah nasional maupun internasional di bawah

ini, mengenai pengaruh selubung bangunan di dalam konservasi energi terdapat

faktor-faktor yang dapat meminimalkan penggunaan energi di dalam bangunan,

seperti penataan masa bangunan dan penataan lingkungan di sekitar bangunan.

Penataan masa bangunan dilakukan dengan cara mengatur orientasi bangunan yang

optimal dengan cara memperkecil luasan sisi bangunan pada arah timur dan barat.

Sementara penataan lingkungan dapat dilakukan dengan penataan penghijauan agar

tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat membuat bayangan yang dapat membayangi

sisi bangunan agar panas radiasi dari matahari tidak langsung mengenai sisi

bangunan. Penggunaan material yang tepat pada setiap sisi bangunan juga akan

memperkecil nilai OTTV.

Dengan mengontrol nilai OTTV diharapkan dapat mengurangi suhu di

dalam bangunan. Dengan semakin rendahnya suhu di dalam ruang, mengakibatkan

kerja mesin pendingin udara semakin ringan. Dengan semakin ringannya kerja

mesin pendingin udara, mengakibatkan penggunaan listrik pada bangunan dapat

dikurangi.

Universitas Sumatera Utara


32

Tabel 2.10 Studi Literatur Terkait Konservasi Energi Selubung Bangunan

Judul/Sumber Tujuan Permasalahan Obyek Studi Metoda Hasil Penelitian

1. ANALISA menganalisa meskipun kantor pemerintahan Kantor metodologi penelitian kuantifikasi • WWR berbanding lurus terhadap
KONSERVASI seberapa jauh didesain telah sesuai PERMEN Walikota dengan menghitung OTTV dan OTTV. Semakin besar WWR maka
ENERGI PADA pengaruh PU 45/PRT/M/2007 dan respon Surabaya dan RTTV berdasarkan SNI 03-6389- semakin besar pula OTTV
BANGUNAN
KANTOR
tipologi fasade terhadap iklim, namun suhu ruang Kantor DPRD 2011 (secara manual) • Desain bangunan Kantor DPRD dan
PEMERINTAH DI
dalam dalam bangunan dirasa tidak Kota Surabaya Kantor Walikota telah memenuhi
SURABAYA mendukung mampu mengatasi kenyamanan kriteria bangunan hemat energi dengan
konservasi pengguna, sehingga memaksa OTTV keseluruhan kedua bangunan
Wa Ode Alfian, energi digunakannya AC. Radiasi memenuhi standar yang disyaratkan,
IGN Antaryama, matahari dan temperatur udara yakni OTTV ≤ 35Watt/m2
Ima Defiana (2015) yang tinggi menyebabkan
kebutuhan energi untuk
mendinginkan bangunan menjadi
besar
2. ANALISA meneliti apakah Greenship yang dikeluarkan oleh Gedung P1 Metode input data ecotect Kedua nilai OTTV pada gedung P1 dan
KONSERVASI nilai OTTV GBCI mulai disadari pentingnya dan P2 berdasarkan denah autocad. P2 ini kurang dari 35 W/m2 yang
ENERGI gedung P1 dan oleh para stakeholder proyek dan Universitas • menghitung variabel yang berarti desain kedua bangunan sudah
SELUBUNG P2 Universitas bahkan dalam waktu dekat akan Kristen Petra memenuhi syarat OTTV sesuai SNI 03-
terdapat di dalam rumus OTTV,
BANGUNAN
BERDASARKAN
Kristen Petra menjadi salah satu persyaratan Surabaya antara lain α, U, SC, SF, Tdeq, 6389-2011
SNI 03-6389-2011. Surabaya sudah mengajukan Ijin Mendirikan luas selubung, dan WWR
STUDI KASUS: memenuhi Bangunan (IMB) di Surabaya. (perhitungan OTTV gedung P1
GEDUNG P1 DAN standar. Pengurangan beban pendinginan dan P2 akan dipisah)
P2 UNIVERSITAS bangunan merupakan awal dari • OTTV dihitung untuk masing-
KRISTEN PETRA penghematan energi dan masing orientasi selubung, yaitu
SURABAYA pengurangan pemakaian air orientasi utara, selatan, timur,
conditioning yang menyebabkan barat, barat daya, dan tenggara
Ricky Gendo, efek urban heat island dan untuk gedung P1. Orientasi
Jimmy Priatman, pemanasan global. Nilai OTTV utara, selatan, timur, barat, dan
Sandra Loekita ini diatur oleh SNI 03-6389-2011 timur laut untuk gedung P2.
dengan maksimum sebesar 35
W/m2.

Universitas Sumatera Utara


33

3. ANALISIS mencari Sistem tata udara menggunakan 5 Bangunan • menghitung OTTV (Overall • Selubung bangunan dengan WWR ≤
KONSERVASI Window to Wall 50-70% energi dari keseluruhan gedung kantor Thermal Transfer Value) 0,40 menghasilkan nilai OTTV yang
ENERGI Ratio (WWR) energi listrik yang digunakan tingkat banyak menurut SNI 03-6389-2000 memenuhi standar.
MELALUI
SELUBUNG
yang dapat dalam sebuah bangunan gedung (lebih dari 8 (manual) • Selubung bangunan dengan WWR ≥
BANGUNAN
memenuhi perkantoran. Beban pendinginan lantai): • menghitung beban Pendinginan 0,60 menghasilkan nilai OTTV yang
OTTV yang dari suatu bangunan gedung 1. Menara dengan metode Cooling Load melewati standar.
Sandra Loekita disyaratkan terdiri dari beban internal, yaitu Batavia, Temperature Difference (CLTD) • Selubung bangunan dari lima gedung
(2006) beban yang ditimbulkan oleh 2. Menara yang diteliti dapat menghasilkan nilai
lampu, penghuni serta peralatan Global, OTTV yang memenuhi standar bila
lain yang menimbulkan panas 3. Wisma dilakukan perubahanperubahan pada:
dan beban external yaitu panas Dharmala WWR; jenis, tebal dan warna dinding
yang masuk dalam bangunan Manulife luar; alat peneduh; konduktansi kaca;
diakibatkan oleh radiasi matahari, 4. Wisma insulasi atap dan dinding.
konduksi dan ventilasi/infiltrasi Dharmala
melalui selubung bangunan Sakti
5. Wisma
SMR
4. KAITAN DESAIN Mengetahui Krisis energi mendorong arsitek Perumahan hitung persentase pembayangan Konfigurasi kolompok atau deretan
SELUBUNG kaitan antara untuk semakin peduli akan energi Graha Padma baik pada bidang tidak tembus rumah pada komplek perumahan harus
BANGUNAN bentuk tampilan dalam merancang bangunan yang Semarang cahaya (dinding) maupun pada memperhatikan lintasan matahari
TERHADAP dan orientasi hemat energi. Ada tiga faktor bidang yang tembus cahaya terutama untuk penentuan jarak
PEMAKAIAN
ENERGI DALAM
selubung utama yang sangat berpengaruh (bukaan/jendela) bangunan, model fasade, model atap
BANGUNAN bangunan terhadap penghematan energi dsb. Sehingga penyelesaian disain
(STUDI KASUS dengan pada bangunan, yaitu : desain fasade yang dibuat tidak diseragamkan
PERUMAHAN pemakaian selubung bangunan, manajemen antara yang menghadap barat, timur
GRAHA PADMA energi dalam energi dan kesadaran pengguna. selatan atau utara. Karena pada
SEMARANG) bangunan. Arsitek mempunyai peran penting prisipnya deretan rumah yang
dalam penghematan energi, untuk menghadap ke barat dan ke selatan
Sukawi (2010) meminimalkan penggunaan memiliki permasalahan yang berlainan
energi tanpa membatasi fungsi apabila dilihat dari aspek lintasan
bangunan maupun kenyamanan matahari, jika solusi yang diterapkan
atau produktivitas penghuninya. tidak sesuai justru akan menimbulkan
masalah yang merugikan.

Universitas Sumatera Utara


34

5. KONSERVASI bagaimana cara Penghematan energi pada Kantor di Metode penelitian yang Dengan semakin rendahnya nilai
ENERGI merancang bangunan juga dapat dilakukan Jakarta digunakan adalah dengan OTTV, maka suhu di dalam ruangan
MELALUI bangunan kantor dengan cara pengoptimalan Selatan. pengumpulan data kuantitatif menjadi semakin rendah. Dengan
SELUBUNG yang hemat penggunaan energi alami juga Lokasi berada dimana variabel kuantitatif dapat semakin rendahnya suhu di dalam
BANGUNAN PADA
BANGUNAN
energi dengan dilakukan seperti pengoptimalan di Jalan TB dilihat dari pembayangan ruangan sehingga mengurangi kerja
KANTOR DI memfokuskan penggunaan ventilasi alami, Simatupang, matahari. Analisa dilakukan dari sistem pendingin udara.
JAKARTA menggunakan pengoptimalan cahaya matahari, Jakarta dengan menggunakan Software Pemakaian listrik pada bangunan dapat
SELATAN sistem selubung dsb. Penghematan energi dengan Selatan Autodesk Ecotect Analysis dan dikurangi karena sistem pendingin
bangunan cara mengoptimalkan penggunaan Open Studio udara yang bekerja tidak terlalu berat.
Davin, Firza Utama dengan energi alami dilakukan
Sjarifudin, memperhatikan berdasarkan hasil rancangan
Nofriyon Nasir nilai OTTV bangunan yang dilakukan oleh
(2015) arsitek karena dipengaruhi dari
desain rancangan bangunan yang
dirancang oleh arsitek.
6. KONSERVASI mengetahui Permasalahan yang diangkat Gedung Graha menggunakan pengumpulan data bangunan yang nilai OOTV dan RTTV
ENERGI bagaimana adalah mengenai cara Galaxy sekunder, yaitu berupa gambar nya besar akan memberatkan beban dari
SELUBUNG pengaruh dari penghematan energi untuk sistem Surabaya proyek, data meteorologi, foto sistem pendingin udara di dalam
BANGUNAN PADA besaran nilai penghawaan buatan pada sebuah dan survey. ruangan, solusi yang diberikan berupa
GEDUNG GRAHA
GALAXY
OTTV (overall gedung di Kota Surabaya. memasang tanaman hijau yang dapat
SURABAYA thermal transfer membayangi bangunan, mengganti cat
value) dan bangunan dengan warna yang lebih
Feri Harianto dan RTTV (Roof cerah, dan mengganti AC konvensional
Anastasia Fairanie thermal transfer dengan AC hemat energi.
Gozali value) terhadap
jumlah energi
yang dibutuhkan
pada beban
pendingin udara
(Air
Conditioner).

Universitas Sumatera Utara


35

7. PENGARUH untuk Negara beriklim tropis Perkantoran Menggunakan metode eksperimen • WWR yang baik untuk perkantoran
KOMPOSISI DAN merumuskan memperoleh cahaya matahari Bertingkat dengan bantuan simulasi dengan tanpa eksternal shading di Surabaya
MATERIAL WWR yang sepanjang tahun, hal ini Menengah software ecotec 2011. Penelitian adalah lebih kecil dari 40%, bangunan
SELUBUNG optimum pada merupakan suatu potensi sangat Surabaya dilakukan dengan mengevaluasi dengan bukaan lebar harus
BANGUNAN
setiap sisi memungkinkan seorang arsitek pengaruh desain selubung dalam menggunakan kaca dan dinding yang
TERHADAP
EEFISIENSI
selubung merancang bangunan dengan hal ini WWR dan material memiliki u-value rendah dan asg kecil
ENERGI bangunan serta pencahayaan alami sehingga selubung terhadap efisiensi energi serta dibantu dengan eksternal shading
PENDINGINAN material memungkinkan untuk pendinginan. Evaluasi efisiensi device.
PADA selubung yang menciptakan bangunan yang lebih energi didasarkan pada standar • Penambahan luas bukaan di sisi barat
PERKANTORAN efisien pada hemat energi, namun sering kali penggunaan energi listrik untuk dan timur akan banyak mempengaruhi
BERTINGKAT middlerise office cahaya matahari yang masuk juga AC, beban pendinginan dan panas yang masuk secara radiasi.
MENENGAH di Surabaya membawa panas kedalam OTTV Untuk panas secara konduksi, orientasi
SURABAYA bangunan sehingga kenyamanan bukaan tidak terlalu berpengaruh
termal dalam bangunan tidak • Dengan WWR yang sama, Bangunan
Dian Pramita tercapai. dengan bukaan utara dan selatan lebih
besar akan memiliki beban
pendinginan lebih kecil dibanding
bangunan dengan luas bukaan sama
besar di tiap sisi.

8. INDONESIAN mengetahui Permasalahan yang diangkat Rumah single Metode penelitian yang Hasil penelitian yang di dapatkan
BUILDING CODES jenis-jenis adalah menemtukan jenis material landed dan digunakan adalah dengan adalah batako merupakan material
AND ITS material yang pada bangunan yang tepat agar bangunan high mencoba beberapa jenis material yang paling tepat untuk bangunan di
INFLUENCE ON tepat agar dapat mengurangi nilai OTTV yang rise dan disimulasikan dengan Indonesia karena memiliki nilai OTTV
FUTURE
ELECTRICITY
mengurangi masuk ke dalam bangunan. menggunakan software Ecotect yang lebih rendah daripada bata dan
DEMAND beban Analysis. ekonomis dengan mempertim-bangkan
penggunaan harga dan kemudahan produksinya.
N.A. Utama, energi di dalam
K.N.Ishihara, T. bangunan.
Tezuka,
S.H.Gheewala, Q.
Zhang

Universitas Sumatera Utara


36

9. CONCEPT OF Tujuan yang Permasalahan yang diangkat Bangunan Metode penelitian yang digunakan Hasil penelitian yang di dapatkan
OVERALL ingin dicapai adalah pada saat ini banyaknya pendidikan adalah mengamati setiap bagian adalah desain yang dapat mengurangi
THERMAL adalah desain sebuah bangunan akan sisi bangunan dan menghitung pancaran radiasi langsung pada
TRANSFER VALUE mengamati mempengaruhi penggunaan energi nilai OTTV pada setiap sisi bangunan akan dapat mengurangi nilai
(OTTV) IN
DESIGN OF
hubungan antara yang akan digunakan oleh tersebut. OTTV pada setiap sisi bangunan.
BUILDING penggunaan bangunan tersebut.
ENVELOPE TO energi pada
ACHIEVE ENERGI bangunan
EFFICIENCY dengan desain
bangunan
J. Vijayalaxmi tersebut dengan
memfokuskan
pengamatan
pada OTTV

10. PENGEMBANGAN studi awal Standar material selubung Ruang kelas Simulasi program Ecotect • Ketentuan WWR yang optimal yang
STANDAR standar material bangunan yang efisien energi pada disesuaikan dengan tipologi bangunan.
MATERIAL untuk selubung akan membantu bangunan • Besarnya lebar elemen peneduh
UNTUK bangunan arsitek dan bahkan masyarakat di sekolah
SELUBUNG
eksternal merupakan salah satu
BANGUNAN
pendidikan dalam merancang selubung properti material penting yang
DALAM RANGKA yang efisien bangunan yang efisien energi. ditetapkan, selain SC kaca, U dan α
KONSERVASI energi sebagai • Standar material untuk semua tipologi
ENERGI batu pijakan bangunan didasarkan pada prediksi
BANGUNAN pengembangan kondisi iklim yang akan datang akan
standar nasional menjadi program konservasi energi
F. Binarti, AD. konservasi yang efektif di dalam mengatasi
Istiadji energi pada permasalahan pemanasan global
bangunan
gedung yang
lengkap dan
tanggap
terhadap kondisi
saat ini

Universitas Sumatera Utara


37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan metode

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian empiris dimana data

adalah dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/angka. Penelitian kuantitatif

memperhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik dan

bersifat objektif. Fakta atau fenomena yang diamati memiliki realitas objektif yang

bisa diukur. Variabel - variabel penelitian dapat diidentifikasi dan interkorelasi

variabel dapat diukur.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai objek

penelitian yang ditetapkan dan dipelajari sehingga memperoleh informasi untuk

menarik kesimpulan. Sugiyono (2009: 61) menyampaikan bahwa variabel

penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Variabel bebas (independent variable)

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas (X) pada penelitian ini

adalah material selubung bangunan.

Universitas Sumatera Utara


38

2. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat, merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel

terikat (Y) pada penelitian ini adalah konservasi energi.

3.3 Tahapan Penelitian

3.3.1 Penentuan Objek Penelitian (Studi Kasus)

Objek yang dipilih adalah kantor Pengadilan Tinggi Medan dimana objek

tersebut merupakan salah satu bangunan kantor perintahan di Medan yang

menggunakan mesin pengkondisian udara (AC). Hal tersebut akan mempengaruhi

konsumsi energi bangunan tersebut.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah lokasi dan objek penelitian ditentukan

berdasarkan kriteria. Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi,

pengukuran, dan pemotretan. Dalam penelitian ini terdapat 2 macam data,

berdasarkan asal data yaitu:

1. Data Internal

a) Karakteristik dari material selubung bangunan yang berupa material

transparan dan masif (koefisien bahan, tingkat absorpsi dan reflektivitas,

spesifikasi bahan, dan lain-lain)

b) Desain bangunan antara lain orientasi bangunan, sun shading, data ukuran

fisik bangunan (draft, denah, situasi, tampak, potongan, detail spesifikasi

teknis dari objek penelitian)

Universitas Sumatera Utara


39

c) Data hasil pengukuran temperatur dan kelembaban ruangan pada beberapa

waktu berbeda

d) Nilai perpindahan panas matahari berdasarkan perhitungan (OTTV)

2. Data Eksternal

a) Data geografis objek

b) Data iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

c) Berbagai literatur mengenai teori yang sesuai dengan objek penelitian

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam suatu penelitian sangat penting khususnya di dalam tahap

pengumpulan data. Instrumen yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1) Gambar/draft bangunan sebagai media menentukan titik pengukuran pada

bangunan

2) Kamera yang berfungsi sebagai alat dokumentasi objek dan lingkungannya.

3) Kompas sebagai penunjuk arah dan patokan lintasan sinar matahari

4) Software pendukung (Ecotect Analysis versi 2011, Autocad versi 2016, Sketch

Up versi 2016, Microsoft Word versi 2016, Microsoft Excel versi 2016)

Universitas Sumatera Utara


40

3.5 Lokasi Penelitian

Objek yang dipilih oleh peneliti adalah Kantor Pengadilan Tinggi Medan.

Lokasi penelitian berada pada Jalan Ngumban Surbakti No. 38A, Sempakata,

Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara. Lokasi dapat dilihat pada gambar

3.1.

Gambar 3.1 Lokasi penelitian

Universitas Sumatera Utara


41

3.6 Deskripsi Objek Penelitian

3.6.1 Kantor Pengadilan Tinggi Medan

Kantor Pengadilan Tinggi Medan berfungsi untuk menerima,

memeriksa dan menyelesaikan setiap perkara di tingkat banding yang diajukan

kepadanya serta tugas lain yang ditentukan oleh Undang-undang. Pengadilan

Tinggi Medan berkedudukan di Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara dengan alamat

di Jalan Ngumban Surbakti. Jam kerja pada kantor ini pada hari Senin s/d Kamis

pukul 08.00 wib – 16.30 wib dan Jumat pukul 08.00 wib – 17.00 wib. Dengan

jumlah pegawai sekitar 116 orang.

Kantor Pengadilan Tinggi Medan menempati gedung parmanen dua lantai,

dibangun diatas lahan seluas 3.372 m2 dengan luas bangunan 1.090 m2. Seluruh

ruangan pada kantor Pengadilan Tinggi Medan ini menggunakan AC di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara


42

3.6.2 Denah dan Tampak

• Denah

Gambar 3.2 Denah lantai 1 dan 2

Universitas Sumatera Utara


43

• Tampak

Berikut ini dapat dilihat tampak bangunan eksisting dari objek

penelitian (Kantor Pengadilan Tinggi Medan) pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Tampak eksisting bangunan

Universitas Sumatera Utara


44

Tampak depan

tampak belakang

Tampak samping kiri

Tampak samping kanan

Gambar 3.4 Tampak bangunan

Universitas Sumatera Utara


45

3.7 Metode dan Pelaksanaan Penelitian

Tahap perhitungan nilai OTTV adalah proses untuk menentukan apakah

bangunan yang diteliti telah memenuhi aspek teknis konservasi energi selubung

bangunan atau belum. Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini apakah telah

memenuhi syarat konservasi selubung bangunan yang ditetapkan dalam SNI 03-

6389-2011 atau belum. Indikator keberhasilan adalah apabila nilai OTTV ≤ 35

W/m2.

3.7.1 Menghitung nilai OTTV secara manual

Hitung nilai OTTV menyeluruh sesuai rumus. Urutan proses yang harus

dilakukan dalam menghitung nilai OTTV yaitu sebagai berikut:

1) Menentukan nilai absorbtansi radiasi matahari (α) dinding yang mengacu pada

tabel nilai α yang ada.

2) Ketahui dahulu nilai resistansi termal total (Rtotal). Komponen Rtotal adalah

ketebalan bahan (t) dan nilai konduktivitas termal bahan (k). setelah

mengetahui hasil Rtotal baru bisa menentukan nilai transmitansi termal dinding

tak tembus cahaya (Uw).

3) Selanjutnya mencari nilai Window Wall Rasio (WWR). WWR adalah

perbandingan antara bukaan kaca dengan luas bidang pada sisi yang dihitung.

4) Beda temperature ekuivalen (TDeq) ditentukan berdasarkan material yang

paling dominan dalam satu struktur dinding sisi yang dihitung. Nilai yang dapat

dikonversikan dengan tabel TDeq yang ada.

5) Menentukan nilai SC dari software autodesk ecotect analysis 2011.

Universitas Sumatera Utara


46

6) Untuk menentukan nilai transmitansi termal sistem fenestrasi (Uf) langkahnya

sama dengan mencari nilai transmitansi termal dinding tak tembus cahaya

(Uw).

7) Setelah semua nilai diketahui maka nilai OTTV dinding pada orientasi yang

ditentukan dapat diidentifikasi. Setelah itu dapat dicari nilai OTTV secara

keseluruhan selubung bangunan. Hasilnya dapat dibandingkan dengan yang

sudah ditentukan di SNI 03-6389-2011 Konservasi Energi Selubung Bangunan

yaitu ≤ 35 W/m2. Nilai OTTV yang baik tidak boleh melebihi 35 W/m2.

8) Jika nilai OTTV melebihi atau ≥ 35 W/m2, maka perlu dilakukan penurunan

nilai OTTV dengan memodifikasi variabelnya.

9) Setelah dilakukan modifikasi variabel pada OTTV, dilakukan kembali

perhitungan sampai OTTV memenuhi standar ≤ 35 W/m2.

3.7.2 Menentukan Shading Coefficient menggunakan Ecotect

Langkah - langkah dalam melakukan simulasi Ecotect untuk mendapatkan

nilai Shading Coefficient Effective (SC 2) adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pemodelan (modelling) bangunan kantor Pengadilan Tinggi Medan

sesuai dengan kondisi di lapangan.

Universitas Sumatera Utara


47

Gambar 3.5 Pemodelan pada Software Ecotect

b. Untuk memperoleh model pembayangan yang riil saat simulasi, dilakukan

input data klimatologi wilayah Medan. Dikarenakan data klimatologi dari

BMKG Kota Medan belum dapat menfasilitasi seluruh kebutuhan data iklim

yang dipersyaratkan ecotect. Data iklim yang dibutuhkan untuk simulasi

software adalah data iklim per-jam dari temperatur udara luar, radiasi matahari

(direct solar dan indirect solar), kelembaban udara per-jam, pergerakan angin.

Universitas Sumatera Utara


48

Gambar 3.6 Penginputan data iklim pada software

c. Untuk parameter waktu:

1) Tanggal diatur pada 4 tanggal ekstrim periode iklim tropis tahunan, yaitu

tanggal 21 Maret, 22 Juni, 23 September dan 22 Desember.

Gambar 3.7 Pengaturan tanggal pada software

Universitas Sumatera Utara


49

2) Jam diatur pada rentang 07.00 wib -17.00 wib dengan interval 1 jam.

Gambar 3.8 Pengaturan Interval Waktu

d. Untuk masing-masing tanggal tersebut, dilakukan simulasi untuk mendapatkan

persentase solar shade. Data berupa:

1) Tabel persentase solar shade per jam pada tanggal tertentu.

Gambar 3.9 Tabel Solar Shade

Universitas Sumatera Utara


50

2) Stereographic Diagram yang menunjukan gradasi pembayangan per jam

dalam sun path diagram.

Gambar 3.10 Stereographic Diagram

e. Output yang dihasilkan dari simulasi adalah presentase solar shade per-jam

pada waktu-waktu ekstrim di periode tahunan iklim tropis. Persentase solar

shade tersebut kemudian dikalkulasikan dengan Normal Direct Radiation (ID)

dan Diffuse Radiation (Id) (Standar Nasional Indonesia 03-6389-2011).

𝑺𝑪−𝒅𝒂𝒚= 𝚺[(𝟏𝟎𝟎% – 𝐒𝐒)𝐱 𝐈𝐃 – 𝐈𝐝] / 𝚺(𝐈𝐃 + 𝐈𝐝)

SC-day : Shading Coefficient per hari

SS : Solar Shade

ID : Normal Direct Radiation (W/m2)

Id : Diffuse Radiation (W/m2)

Universitas Sumatera Utara


51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis OTTV

Kantor Pengadilan Tinggi Medan merupakan bangunan 2 lantai yang

memiliki orientasi menghadap arah selatan. Untuk mengetahui perpindahan panas

pada gedung Kantor Pengadilan Tinggi Medan, dilakukan kalkulasi menggunakan

rumus Overall Thermal Transfer Value (OTTV) pada seluruh orientasi fasad

bangunan.

Konsep OTTV ini mencakup tiga elemen dasar perpindahan panas melalui

dinding luar bangunan, yaitu:

a) Konduksi panas melalui dinding tidak tembus cahaya.

b) Konduksi panas melalui kaca.

c) Transmisi radiasi matahari melalui kaca.

Sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai “Konservasi Energi

Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung” ini merupakan revisi dari SNI 03-

6389-2011, nilai perpindahan termal menyeluruh untuk setiap bidang dinding luar

bangunan gedung dengan orientasi tertentu, akan dihitung melalui persamaan (1).

𝑶𝑻𝑻𝑽= 𝛂 (𝐔𝐰 𝐱 (𝟏−𝐖𝐖𝐑))𝐱 𝐓𝐃𝐞𝐤 + (𝐒𝐂 𝐱 𝐖𝐖𝐑 𝐱 𝐒𝐅)+ (𝐔𝐟 𝐱 𝐖𝐖𝐑 𝐱 𝚫𝐓)

dimana:

OTTV : Nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki

arah atau orientasi tertentu (W/m²)

Universitas Sumatera Utara


52

α : Absorbstansi radiasi matahari.

Uw : Transmitansi termal dinding tidak tembus cahaya (W/m².K).

WWR : Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada

orientasi yang ditentukan.

TDek : Beda temperatur ekuivalen (K).

SC : Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi.

SF : Faktor radiasi matahari (W/m²).

Uf : Transmitansi termal fenestrasi (W/m².K).

ΔT : Beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam.

4.1.1 Penentuan Nilai Variabel dalam OTTV

Pada proses analisis ini, untuk menentukan nilai dari masing-masing

variabel adalah dengan cara sebagai berikut:

Tabel 4.1 Menentukan Nilai Masing-Masing Variabel OTTV


No. Jenis Variabel Cara Menentukan Nilai

1 Absortansi Radiasi Matahari α Telah diketahui dalam SNI,


sesuai dengan jenis material
2 Transmitansi termal dinding Uw Telah diketahui dalam SNI,
tak tembus cahaya sesuai dengan jenis material
3 Perbandingan luas jendela WWR Dihitung manual, sesuai
dengan luas seluruh dinding dengan kondisi bangunan
luar pada orientasi yang
ditentukan
4 Beda temperatur ekuivalen TDek Telah diatur dalam SNI

Universitas Sumatera Utara


53

5 Koefisien peneduh dari SC Simulasi ECOTECT


sistem fenestrasi
6 Faktor radiasi matahari SF Telah diatur dalam SNI

7 Transmitansi termal fenestrasi Uf Telah diketahui dalam SNI,


sesuai dengan jenis material
8 Beda temperatur perencanaan ΔT Telah diatur dalam SNI,
antara bagian luar dan bagian diketahui = 5
dalam

Tabel 4.2 Material Bangunan Kantor Pengadilan Tinggi

Orientasi Kantor Pengadilan Tinggi


Foto Material
Selatan - dinding bata
- dinding dicat kuning medium
-atap bahan genteng keramik
-jendela kaca rayben, t= 5mm
-Luas dinding cat kuning= 185,29m2
-Luas dinding keramik= 120,07m2
Utara - dinding bata
- dinding dicat kuning medium
- atap bahan genteng keramik
- jendela kaca rayben, t= 5mm
- Luas dinding cat kuning= 218,48m2
- Luas dinding keramik= 102,11m2

Universitas Sumatera Utara


54

Timur - dinding bata


- dinding dicat kuning medium
- atap bahan genteng keramik
- jendela kaca rayben, t= 5mm
- Luas dinding cat kuning= 343,24m2
- Luas dinding keramik= 121,81m2
Barat - dinding bata
- dinding dicat kuning medium
- atap genteng keramik
- jendela kaca rayben, t= 5mm
- Luas dinding cat kuning= 343,28m2
- Luas dinding keramik= 121,81m2

1. Nilai absorbtansi radiasi matahari bahan bangunan (α)

Pada bangunan ini terdapat 2 material pada dinding luarnya, yaitu dinding bata

merah yang di cat warna kuning medium dan dinding keramik berwarna cokelat.

dinding di cat
kuning medium

dinding keramik
coklat

Gambar 4.1 Material dinding di cat kuning medium dan dinding keramik

coklat

Universitas Sumatera Utara


55

Maka masing-masing nilai absorbtansinya (α1 dan α2) adalah sebagai berikut.

• Nilai α1

Nilai absorbtansi radiasi matahari bahan dinding bata merah (0,89),

warna cat kuning medium (0,58). Nilai absorbtansi hanya memakai nilai α

lapisan terluar sebagaimana yang terdapat pada SNI.

α1 = α color

= 0,58

• Nilai α2

Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk bahan dinding keramik

berwarna coklat tidak ada terdapat pada SNI. Karena keterbatasan data yang

ada maka diambil nilai absorbtansi yang mendekati jenis material tersebut

yaitu brown concrete, dengan nilai absorbtansi 0,85 (Kreider, 1982:160)

α2 = 0,85

2. Nilai transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (Uw)

• Bahan dinding bata merah

Uw1 = 1/(Rul + R + Rup)

= 1/(Rul + (t/k) + Rup)

= 1/(0,044 + (0,15/0,807) + 0,12

= 1/(0,044 + 0,185 + 0,12)

= 2,85 W/m2K

Universitas Sumatera Utara


56

• Bahan keramik

Uw2 = 1/(Rul + R + Rup)

= 1/(Rul + (t/k) + Rup)

= 1/(0,044 + (0,06/1,298) + 0,299

= 1/(0,044 + 0,046 + 0,299)

= 2,57 W/m2K

3. WWR

Mencari nilai WWR (window to wall ratio) dengan cara membandingkan luas

dinding tembus cahaya dengan luas keseluruhan dinding pada orientasi yang telah

ditentukan.

Tabel 4.3 Perhitungan nilai WWR


Orientasi Luas dinding Luas dinding WWR
tembus cahaya keseluruhan

selatan 31,68 273,68 0,115 (11,5%)

utara 34,83 285,76 0,121 (12,1%)

timur 65,93 399,12 0,165 (16,5%)

barat 57,89 407,2 0,142 (14,2%)

4. Beda temperatur ekuivalen (TDEK)

Nilai beda temperatur ekuivalen material dinding adalah bata:

Density = 1760 kg/m3

Thickness = 0,1 m

Weight = 176 kg/m2

Universitas Sumatera Utara


57

TDEK = 12

(berdasarkan tabel 2.5 acuan pembahasan TDEK pada bab 2)

5. Koefisien peneduh sistem fenetrasi (SC)

Untuk menghitung koefisien peneduh efektif, dibutuhkan data radiasi matahari

difus, langsung dan total dari BMKG yang ditransmisikan melalui sebuah kaca

standar 3 mm. Namun karena data-data radiasi matahari untuk perhitungan tersebut

tidak tersedia maka data intensitas radiasi matahari untuk kebutuhan perhitungan

koefisien peneduh efektif dapat diambil dari SNI 638:2011 tabel 8 s.d. tabel 11

lampiran A.

Perolehan kalor karena radiasi matahari didapat dari data Ecotect yang

menyediakan data solar shade kemudian dikalkulasikan dengan dirrect radiation

(ID) dan diffuse radiation (Id) (SNI 638:2011), sehingga rumus disederhanakan

menjadi:

Q = (ID + Id) – (SS x ID)

dimana:

Q = perolehan kalor matahari

ID = radiasi langsung

Id = radiasi tersebar

SS = solar shade

Untuk menghitung koefisien peneduh (SC) dari peralatan peneduh pada setiap

hari, perolehan kalor matahari dihitung dan dijumlah selama 12 jam waktu siang.

Untuk mendapatkan SC efektif dari peralatan peneduh, secara teoritis perhitungan

Universitas Sumatera Utara


58

harus dibuat selama 12 bulan dalam setahun. Akan tetapi, karena perhitungan akan

menjadi membosankan dan derajat akurasi bukan suatu faktor yang kritis, maka

perhitungan SC dapat didasarkan pada 4 bulan saja yaitu bulan Maret, Juni,

September dan Desember. Sedangkan hari yang dapat mewakili adalah tanggal 21

Maret, 22 Juni, 23 September dan 22 Desember.

SC effektif dihitung masing-masing berdasarkan orientasinya berdasarkan 4

bulan yang mewakili. Kemudian setelah didapat nilai masing-masing bulan,

selanjutnya dirata-ratakan dengan rumus:

SCorientasi = SCM + SCJ + SCS + SCD / 4

dimana:

SCM = SC Maret

SCJ = SC Juni

SCS = SC September

SCD = SC Desember

Prosedur yang sama diulang untuk untuk setiap orientasi selatan, utara, timur

dan barat. Selanjutnya nilai SC setiap orientasi dirata-ratakan lagi untuk mendapat

nilai SCeff pada bangunan, dengan rumus:

SCeff= SCselatan + SCutara + SCtimur + SCbarat / 4

Hasil simulasi Autodesk Ecotect Analysis untuk mendapatkan nilai shading

coefficient orientasi selatan, utara, timur dan barat pada bangunan kantor

Pengadilan Tinggi Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


59

a. Orientasi Selatan

Tabel 4.4 Perhitungan nilai SCeff orientasi selatan


21 Maret 22 Juni
Waktu ID Id Solar Q ID + Id Waktu ID Id Solar Q ID + Id
(W/m2) (W/m2) shade (W/m2) (W/m2) shade
07.00 0 13 69 % 13 13 07.00 60 25 100 % 25 85
08.00 0 48 92 % 48 48 08.00 145 63 100 % 63 208
09.00 0 76 92 % 76 76 09.00 187 91 100 % 91 278
10.00 0 98 92 % 98 98 10.00 208 114 100 % 114 322
11.00 0 118 92 % 118 118 11.00 219 131 100 % 131 350
12.00 0 129 100 % 129 129 12.00 222 141 100 % 141 363
13.00 0 133 100 % 133 133 13.00 225 141 100 % 141 366
14.00 0 123 84 % 123 123 14.00 219 134 100 % 134 353
15.00 0 104 84 % 104 104 15.00 209 119 100 % 119 328
16.00 0 85 69 % 85 85 16.00 195 98 100 % 98 293
17.00 0 60 69 % 60 60 17.00 156 71 100 % 71 227
18.00 0 28 61 % 28 28 18.00 81 33 100 % 33 114
1015 1015 1161 3317
SC-day 1,00 SC-day 0,35
23 September 22 Desember
Waktu ID Id Solar Q ID + Id Waktu ID Id Solar Q ID + Id
(W/m2) (W/m2) shade (W/m2) (W/m2) shade
07.00 0 13 69 % 13 13 07.00 0 15 46 % 15 15
08.00 0 48 92 % 48 48 08.00 0 48 46 % 48 48
09.00 0 76 92 % 76 76 09.00 0 71 53 % 71 71
10.00 0 98 92 % 98 98 10.00 0 91 61 % 91 91
11.00 0 118 92 % 118 118 11.00 0 109 69 % 109 109
12.00 0 129 100 % 129 129 12.00 0 117 69 % 117 117
13.00 0 133 92 % 133 133 13.00 0 116 61 % 116 116
14.00 0 123 84 % 123 123 14.00 0 108 61 % 108 108
Gambar 4.2 Diagram Stereographic selatan
15.00 0 104 69 % 104 104 15.00 0 93 46 % 93 93 Sumber: Autodesk Ecotect Analysis 2011
16.00 0 85 69 % 85 85 16.00 0 73 46 % 73 73
17.00 0 60 69 % 60 60 17.00 0 50 46 % 50 50
18.00 0 28 100 % 28 28 18.00 0 20 46 % 20 20
1015 1015 911 911
SC-day 1,00 SC-day 1,00
SC- 0,83
annual

Universitas Sumatera Utara


60

b. Orientasi utara

Tabel 4.5 Perhitungan nilai SCeff orientasi utara


21 Maret 22 Juni
Waktu ID Id Solar Q ID + Waktu ID Id Solar Q ID + Id
(W/m2) (W/m2) shade Id (W/m2) (W/m2) shade
07.00 0 13 100 % 13 13 07.00 60 25 40 % 61 85
08.00 0 48 100 % 48 48 08.00 145 63 40 % 150 208
09.00 0 76 100 % 76 76 09.00 187 91 53 % 179 278
10.00 0 98 100 % 98 98 10.00 208 114 60 % 197 322
11.00 0 118 100 % 118 118 11.00 219 131 66 % 205 350
12.00 0 129 100 % 129 129 12.00 222 141 66 % 216 363
13.00 0 133 100 % 133 133 13.00 225 141 66 % 218 366
14.00 0 123 100 % 123 123 14.00 219 134 66 % 208 353
15.00 0 104 100 % 104 104 15.00 209 119 66 % 190 328
16.00 0 85 100 % 85 85 16.00 195 98 40 % 215 293
17.00 0 60 100 % 60 60 17.00 156 71 40 % 165 227
18.00 0 28 100 % 28 28 18.00 81 33 40 % 82 114
1015 1015 2086 3317
SC-day 1,00 SC-day 0,62
23 September 22 Desember
Waktu ID Id Solar Q ID + Waktu ID Id Solar Q ID + Id
(W/m2) (W/m2) shade Id (W/m2) (W/m2) shade
07.00 0 13 100 % 13 13 07.00 0 15 100 % 15 15
08.00 0 48 100 % 48 48 08.00 0 48 100 % 48 48
09.00 0 76 100 % 76 76 09.00 0 71 100 % 71 71
10.00 0 98 100 % 98 98 10.00 0 91 100 % 91 91
11.00 0 118 100 % 118 118 11.00 0 109 100 % 109 109
12.00 0 129 100 % 129 129 12.00 0 117 100 % 117 117
13.00 0 133 100 % 133 133 13.00 0 116 100 % 116 116
14.00 0 123 100 % 123 123 14.00 0 108 100 % 108 108
15.00 0 104 100 % 104 104 15.00 0 93 100 % 93 93 Gambar 4.3 Diagram Stereographic utara
16.00 0 85 100 % 85 85 16.00 0 73 100 % 73 73
17.00 0 60 100 % 60 60 17.00 0 50 100 % 50 50 Sumber: Autodesk Ecotect Analysis 2011
18.00 0 28 40 % 28 28 18.00 0 20 100 % 20 20
1015 1015 911 911
SC-day 1,00 SC-day 1,00
SC- 0,9
annual

Universitas Sumatera Utara


61

c. Orientasi timur

Tabel 4.6 Perhitungan nilai SCeff orientasi timur


21 Maret 22 Juni
Waktu ID Id Solar Q ID + Id Waktu ID Id Solar Q ID + Id
(W/m2) (W/m2) shade (W/m2) (W/m2) shade
07.00 136 25 28 % 123 161 07.00 159 33 28 % 147 192
08.00 429 88 28 % 397 517 08.00 374 83 42 % 299 457
09.00 504 121 42 % 413 625 09.00 427 110 42 % 357 537
10.00 435 139 42 % 391 574 10.00 360 126 42 % 335 486
11.00 282 146 57 % 267 428 11.00 213 131 57 % 223 344
12.00 74 141 100 % 141 215 12.00 44 126 71 % 139 170
13.00 0 133 100 % 133 133 13.00 0 116 100 % 116 116
14.00 0 123 100 % 123 123 14.00 0 109 100 % 109 109
15.00 0 104 100 % 104 104 15.00 0 93 100 % 93 93
16.00 0 85 100 % 85 85 16.00 0 76 100 % 76 76
17.00 0 60 100 % 60 60 17.00 0 53 100 % 53 53
18.00 0 28 100 % 28 28 18.00 0 23 100 % 23 23
2265 3053 1970 2656
SC-day 0,74 SC-day 0,74
23 September 22 Desember
Waktu ID Id Solar Q ID + Id Waktu ID Id Solar Q ID + Id
(W/m2) (W/m2) shade (W/m2) (W/m2) shade
07.00 136 25 28 % 123 161 07.00 159 30 28 % 144 189
08.00 429 88 42 % 337 517 08.00 394 86 42 % 314 480
09.00 504 121 42 % 413 625 09.00 445 114 42 % 372 559
10.00 435 139 71 % 265 574 10.00 373 129 42 % 345 502
11.00 282 146 71 % 227 428 11.00 216 134 57 % 227 350
12.00 74 141 100 % 141 215 12.00 41 126 85 % 132 167
13.00 0 133 100 % 133 133 13.00 0 116 100 % 116 116
14.00 0 123 100 % 123 123 14.00 0 108 100 % 108 108
15.00 0 104 100 % 104 104 15.00 0 93 100 % 93 93 Gambar 4.4 Diagram Stereographic timur
16.00 0 85 100 % 85 85 16.00 0 73 100 % 73 73
17.00 0 60 100 % 60 60 17.00 0 60 100 % 60 60 Sumber: Autodesk Ecotect Analysis 2011
18.00 0 28 100 % 28 28 18.00 0 20 100 % 20 20
2039 3053 2004 2717
SC-day 0,67 SC-day 0,73
SC- 0,72
annual

Universitas Sumatera Utara


62

d. Orientasi barat

Tabel 4.7 Perhitungan nilai SCeff orientasi barat


21 Maret 22 Juni
Waktu ID Id Solar Q ID + Id Waktu ID Id Solar Q ID + Id
(W/m2) (W/m2) shade (W/m2) (W/m2) shade
07.00 0 60 100 % 60 60 07.00 0 53 100 % 53 53
08.00 0 85 100 % 85 85 08.00 0 76 100 % 76 76
09.00 0 104 100 % 104 104 09.00 0 93 100 % 93 93
10.00 0 123 100 % 123 123 10.00 0 109 100 % 109 109
11.00 0 133 100 % 133 133 11.00 0 116 100 % 116 116
12.00 74 141 100 % 141 215 12.00 44 126 100 % 126 170
13.00 282 146 100 % 146 428 13.00 213 131 75 % 184 344
14.00 435 139 50 % 356 574 14.00 360 126 50 % 306 486
15.00 504 121 37 % 438 625 15.00 427 110 37 % 379 537
16.00 429 88 37 % 358 517 16.00 374 83 37 % 318 457
17.00 136 25 37 % 110 161 17.00 159 33 37 % 133 192
18.00 0 0 25 % 0 0 18.00 0 0 25 % 0 0
2054 3025 1893 2633
SC-day 0,67 SC-day 0,71
23 September 22 Desember
Waktu ID Id Solar Q ID + Id Waktu ID Id Solar Q ID + Id
(W/m2) (W/m2) shade (W/m2) (W/m2) shade
07.00 0 60 100 % 60 60 07.00 0 60 100 % 60 60
08.00 0 85 100 % 85 85 08.00 0 73 100 % 73 73
09.00 0 104 100 % 104 104 09.00 0 93 100 % 93 93
10.00 0 123 100 % 123 123 10.00 0 108 100 % 108 108
11.00 0 133 100 % 133 133 11.00 0 116 100 % 116 116
12.00 74 141 87 % 150 215 12.00 41 126 100 % 126 167
13.00 282 146 75 % 216 428 13.00 216 134 87 % 162 350
14.00 435 139 37 % 413 574 14.00 373 129 50 % 315 502 Gambar 4.5 Diagram Stereographic barat
15.00 504 121 37 % 438 625 15.00 443 114 37 % 393 557
16.00 429 88 37 % 358 517 16.00 394 86 37 % 334 480
Sumber: Autodesk Ecotect Analysis 2011
17.00 136 25 25 % 127 161 17.00 159 30 37 % 130 189
18.00 0 0 25 % 0 0 18.00 0 0 12 % 0 0
2207 3025 1910 2695
SC-day 0,72 SC-day 0,7
SC- 0,7
annual

Universitas Sumatera Utara


63

Koefisien peneduh efektif (SC) dari kaca rayben dengan ketebalan 5 mm

mempunyai nilai koefisien: 0,66 yang didapat dari data pabrikan kaca tersebut.

Maka nilai SC untuk setiap orientasi adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8 Perhitungan nilai SC setiap orientasi

Orientasi SCk SCeff SC (SCk x SCeff)

selatan 0,66 0,83 0,54

utara 0,66 0,9 0,59

timur 0,66 0,72 0,48

barat 0,66 0,7 0,46

6. Faktor radiasi matahari (SF)

Faktor radiasi matahari dihitung antara jam 07.00 WIB sampai dengan jam

18.00 WIB. Karena keterbatasan data yang ada di kota Medan, data faktor radiasi

matahari (solar factor-SF) dari berbagai orientasi belum tersedia. Maka nilai SF

diambil dari simulasi software Ecotect Weather Tool 2011, pada gambar grafik dan

tabel dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


64

400
380

190 200

U:0° ; TL:45° ; T:90° ; TGR:135° ; S:180° ; BD:-135° ; B:-90° ; BL:-45°

Gambar 4.6 Faktor radiasi matahari kota Medan


Sumber: Ecotect Weather Tool 2011

Tabel 4.9 Faktor Radiasi Matahari Kota Medan (SF, W/m2) Berbagai
Orientasi

U TL T TGR S BD B BL
Orientasi
190 280 380 290 200 310 400 300

7. Nilai transmitansi termal sistem fenetrasi (Uf)

Kaca lembaran 5mm

Uf = 1/(Rext+ R + Rint)

= 1/(0,05 + (0,05/1,053) + 0,12)

= 4,598 W/m2K

Universitas Sumatera Utara


65

8. Luas dinding yang dihitung

Luas dinding ini merupakan luas dinding keseluruhan termasuk di dalamnya

kusen jendela dll.

Tabel 4.10 Luas Dinding pada Berbagai Orientasi

Orientasi Luas dinding

Selatan (depan) 305,36 m2

Utara (belakang) 320,59 m2

Timur (kiri) 465,05 m2

Barat (kanan) 465,09 m2

Setiap orientasi memiliki luas dinding yang berbeda-beda. Bagian depan

bangunan pada orientasi selatan dengan luas dinding 305,36 m2, bagian belakang

bangunan pada orientasi utara dengan luas dinding 320,59 m2, bagian kiri bangunan

pada orientasi timur dengan luas dinding 465,05 m2, dan bagian kanan bangunan

pada orientasi barat dengan luas dinding 465,09 m2.

Universitas Sumatera Utara


66

4.1.2 Perhitungan OTTV

Tabel 4.11 Nilai setiap variabel untuk berbagai orientasi

Orientasi WWR TDEK SC SF Uw Uf ΔT α

A1 A2 Uw1 Uw2 α1 α2

Selatan 185,29 120,07 0,115 12 0,54 200 2,85 2,57 4,59 5 0,58 0,85

Utara 218,48 102,11 0,121 12 0,59 190 2,85 2,57 4,59 5 0,58 0,85

Timur 343,24 121,81 0,165 12 0,48 380 2,85 2,57 4,59 5 0,58 0,85

Barat 343,28 121,81 0,142 12 0,46 400 2,85 2,57 4,59 5 0,58 0,85

Σ A1= Σ A2=

1090,29 465,8

Universitas Sumatera Utara


67

OTTV dinding Selatan

Gambar 4.7 Orientasi selatan (depan)

OTTV = {Konduksi panas melalui dinding tidak tembus cahaya} + {konduksi

panas melalui kaca} + {transmisi radiasi matahari melalui kaca}

= [α1{Uw1 x A1/
ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x

TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]


185,29
= [0,58{2,85 x /1090,29 (1- 0,115) x 12} + 0,85 {2,57 x 120,07/465,8 (1-0,115)

x 12}] + {4,59 x 0,115 x 5 } + {0,54 x 0,115 x 200}

= [0,58{2,85 x 0.169 (1- 0,115) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,25 (1-0,115) x 12}] +

[{2,63}] + [{12,42}]

= [0,58 (5,51) + 0,85 (6,82)] + { 2,63 } + {12,42}

= 8,99 +2,63 + 12,42

= 24,04 W/m2

Universitas Sumatera Utara


68

OTTV dinding Utara

Gambar 4.8 Orientasi utara (belakang)

OTTV = {Konduksi panas melalui dinding tidak tembus cahaya} + {konduksi

panas melalui kaca} + {transmisi radiasi matahari melalui kaca}

= [α1{Uw1 x A1/
ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x

TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58 {2,85x 218,48/1090,29 (1- 0,121) x 12} + 0,85 {2,57 x 102,11/465,8 (1-0,121)

x 12}] + { 4,59 x 0,121x 5 } + {0,59 x 0,121 x 190}

= [0,58{2,85 x 0,2 (1- 0,121) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,21 (1-0,121) x 12}] +

[{2,77}] + [{13,56}]

= [0,58 (6,01) + 0,85 (5,69)] + { 2,77 } + {13,56}

= 8,32 +2,77 + 13,56

= 24,65 W/m2

Universitas Sumatera Utara


69

OTTV dinding Timur

Gambar 4.9 Orientasi Timur (samping kiri)

OTTV = {Konduksi panas melalui dinding tidak tembus cahaya} + {konduksi

panas melalui kaca} + {transmisi radiasi matahari melalui kaca}

= [α1{Uw1 x A1/
ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x

TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165)

x 12}] + { 4,59 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] +

[{3,78}] + [{30,09}]

= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 3,78 } + {30,09}

= 10,81 +3,78 + 30,09

= 44,68 W/m2

Universitas Sumatera Utara


70

OTTV dinding Barat

Gambar 4.10 Orientasi barat (samping kanan)

OTTV = {Konduksi panas melalui dinding tidak tembus cahaya} + {konduksi

panas melalui kaca} + {transmisi radiasi matahari melalui kaca}

= [α1{Uw1 x A1/
ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x

TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]

= [0,58{2,85x 343,28/1090,29 (1- 0,142) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,142)

x 12}] + { 4,59 x 0,142x 5 } + {0,46 x 0,142 x 400}

= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,142) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,142) x 12}] +

[{3,25}] + [{26,12}]

= [0,58 (9,09) + 0,85 (6,87)] + { 3,25 } + {26,12}

= 11,11 + 3,78 + 26,12

= 41,01 W/m2

Universitas Sumatera Utara


71

OTTV pada berbagai orientasi:

• Orientasi Selatan : 24,04 W/m2

• Orientasi Utara : 24,65 W/m2

• Orientasi Timur : 44,68 W/m2

• Orientasi Barat : 41,01 W/m2

Maka total nilai OTTV untuk bangunan Kantor Pengadilan Tinggi Medan adalah:

OTTV = Σ(Aoi x OTTVi) / Σ Aoi

= [(305,36 x 24,04) + (320,59 x 24,65) + (465,05 x 44,68) +

(465,09 x 41,01) / (305,36 + 320,59 + 465,05 + 465,09)

= (7340,85 + 7902,54 + 20778,43 + 19073,34) / 1556,09

= 55095,16 / 1556,09

= 35,40 W/m2

Tabel 4.12 Perhitungan OTTV Total

Orientasi Aoi OTTVi Aoi x OTTVi OTTV total

selatan 305,36 24,04 7340,85

utara 320,59 24,65 7902,54 35,40

timur 465,05 44,68 20778,43 W/m2

barat 465,09 41,01 19073,34

Universitas Sumatera Utara


72

Pada perolehan OTTV pada tiap orientasi, dinding orientasi selatan dan

utara memenuhi kriteria yang disyaratkan OTTV ≤ 35 W/m2. Yaitu nilai masing-

masing adalah 24,04 W/m2 pada dinding selatan dan 24,65 W/m2 pada dinding

utara. Sedangkan dinding orientasi timur dan barat tidak memenuhi kriteria yang

disyaratkan, karena OTTV ≥ 35 W/m2. Yaitu nilai masing-masing adalah 44,68

W/m2 pada dinding timur dan 41,01 W/m2 pada dinding barat. Secara keseluruhan

Kantor Pengadilan Tinggi Medan juga kurang memenuhi kriteria konservasi energi

karena nilai OTTV ≥ 35 W/m2.

4.2 Kondisi Nilai WWR Terhadap Nilai OTTV

50 18,00%
16,50%
45 16,00%
44,68 41,01
40 14,00%
12,10% 14,20%
35 11,50% 12,00%
30
10,00%
25
24,04 24,65 8,00%
20
6,00%
15
10 4,00%

5 2,00%
0 0,00%
selatan utara timur barat
OTTV WWR

Gambar 4.11 Grafik kondisi nilai WWR terhadap nilai OTTV

Universitas Sumatera Utara


73

Dari gambar di atas, maka dapat dilihat kondisi nilai WWR terhadap nilai

OTTV. Nilai OTTV tertinggi berada pada dinding orientasi timur, yaitu 44,68

W/m2 dengan WWR 0,165. Sedangkan OTTV terendah berada pada dinding

orientasi utara, yaitu 24,04 W/m2 dengan WWR 0,121.

4.3 Kondisi Nilai SC Terhadap Nilai OTTV

50 0,7
44,68
45 0,59 41,01
0,54 0,6
40
35 0,5
0,48
30 0,46 0,4
25
20 24,04 24,65 0,3
15 0,2
10
0,1
5
0 0
selatan utara timur barat
OTTV SC

Gambar 4.12 Grafik kondisi nilai SC terhadap nilai OTTV

Dari gambar di atas, maka dapat dilihat kondisi nilai SC terhadap nilai

OTTV. Pada orientasi utara nilai OTTV 24,65 W/m2 dengan nilai SC 0,59. Pada

orientasi barat nilai OTTV 41,01 W/m2 dengan nilai SC 0,46. Nilai OTTV tertinggi

berada pada dinding orientasi timur, yaitu 44,68 W/m2 dengan nilai SC 0,48.

Sedangkan OTTV terendah berada pada dinding orientasi selatan, yaitu 24,04 W/m2

dengan nilai SC 0,54.

Universitas Sumatera Utara


74

Dilihat dari seluruh perhitungan, nilai OTTV total pada kantor Pengadilan

Tinggi Medan berada diambang batas 35 W/m2, yaitu 35,40 W/m2. Maka akan

dilakukan simulasi perhitungan untuk mengetahui pendekatan yang efektif dalam

menurunkan nilai OTTV.

4.4 Rekomendasi Penurunan Nilai OTTV

Berdasarkan SNI Konservasi energi atau cara menurunkan nilai OTTV pada

selubung bangunan bisa diperoleh dengan:

1. mengganti warna cat dinding luar (modifikasi nilai α)

2. memasang jendela kaca ganda (modifikasi Uf);

3. memasang isolasi dinding (modifikasi Uw dan Ur);

4. memasang alat peneduh pada jendela luar (modifikasi SC)

5. mengurangi angka perbandingan jendela (modifikasi WWR)

Nilai OTTV tertinggi pada orientasi timur yaitu 44,68 W/m2, sehingga

orientasi bangunan tersebut menjadi fokus simulasi perhitungan. Rekomendasi

penurunan nilai OTTV yang mungkin dilakukan pada bangunan kantor Pengadilan

Tinggi Medan yaitu dengan mengurangi angka perbandingan jendela (modifikasi

WWR), mengganti warna cat dinding luar (modifikasi nilai α) dan memasang

jendela kaca ganda (modifikasi Uf).

4.4.1 Menurunkan nilai WWR (Modifikasi WWR)

Salah satu faktor dalam perhitungan nilai OTTV adalah perbandingan luas

dinding tembus cahaya/jendela kaca dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi

tertentu. Pada langkah ini yang dilakukan adalah dengan mensimulasi orientasi sisi

Universitas Sumatera Utara


75

yang memiliki nilai OTTV tertinggi yaitu pada orientasi timur, dengan OTTV 44,68

W/m2. Hasil modifikasi simulasi perhitungan dapat dilihat pada tabel dan grafik

berikut:

Tabel 4.13 Rasio WWR Orientasi Timur Terhadap Nilai OTTV

No. WWR OTTV

1 16,5 % 44,68 W/m2

2 15 % 41,81 W/m2

3 12,5 % 36,99 W/m2

4 10,5 % 33,14 W/m2

50 16,50% 18%
45 41,81 16%
40 44,68 36,99
15% 14%
35 33,14
12%
30 12,50%
10%
25 10,50%
8%
20
6%
15
10 4%
5 2%
0 0%
1 2 3 4
OTTV WWR

Gambar 4.13 Grafik rasio WWR terhadap nilai OTTV

Universitas Sumatera Utara


76

Pada simulasi perubahan nilai rasio WWR menunjukkan nilai WWR yang

rendah berbanding lurus terhadap penurunan nilai OTTV. Pada saat WWR

diturunkan menjadi 0,150 nilai OTTV juga turun menjadi 41,81 W/m2, ketika

WWR 0,125 nilai OTTV menjadi 36,99 W/m2, dan ketika WWR diturunkan lagi

menjadi 0,105 nilai OTTV turun menjadi 33,14 W/m2. Dan pada saat inilah nilai

OTTV parsial pada dinding timur memenuhi standar ≤ 35 W/m2.

Dari hasil simulasi penurunan nilai WWR terhadap nilai OTTV timur, maka

dilakukan kembali perhitungan untuk nilai OTTV total. Nilai yang dipilih adalah

nilai WWR 0,150 dengan nilai OTTV dinding timur menjadi 41,81 W/m2.

Tabel 4.14 Perhitungan OTTV Total Setelah Modifikasi WWR

Orientasi Aoi OTTVi Aoi x OTTVi OTTV total

selatan 305,36 24,04 7340,85

utara 320,59 24,65 7902,54 34,54

timur 465,05 41,81 19443,74 W/m2

barat 465,09 41,01 19073,34

Perhitungan nilai OTTV total pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan

menurunkan nilai WWR dari 16,5 % menjadi 15 % sudah dapat menurunkan nilai

OTTV total yang memenuhi standar pada bangunan kantor Pengadilan Tinggi

Medan menjadi 34,54 W/m2. Dalam hal ini maka jendela dikurangi sebesar 1,5%

dari sebelumnya. Jendela yang dipilih untuk dikurangi dapat dilihat pada gambar

dibawah.

Universitas Sumatera Utara


77

barat

Ruang panitera pengganti

timur

Gambar 4.14 Posisi jendela yang dikurangi

1,33 cm

Jendela yang dikurangi berada pada orientasi timur

tepatnya di ruang panitera pengganti, dengan ukuran


1,98 cm

jendela 1,98 cm x 1,33 cm. Dengan mengurangi 2 jendela

dari sebelumnya dengan ukuran tersebut menjadikan nilai

WWR dari 16,5 %. menjadi 15%.

Gambar 4.15 Jendela

Universitas Sumatera Utara


78

4.4.2 Merubah Warna Cat Dinding Luar (Modifikasi α)

Pada langkah ini yang akan dilakukan adalah merubah warna cat pada

permukaan dinding luar fasad bangunan (α1) dengan koefisien tingkat penyerapan

(absorbtansi) radiasi matahari yang berbeda-beda. Hasil modifikasi simulasi

perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15 Perbandingan Koefisien α Terhadap OTTV

Warna dinding Koefisien absorbtansi OTTV

Kuning medium 0,58 44,68 W/m2

Putih semi kilap 0,30 42,21 W/m2

Putih kilap 0,25 41,67 W/m2

45 44,68 0,7
44,5
0,6
44
0,58 0,5
43,5
43 0,4
42,5 42,21
42 0,25 0,3
0,3
41,5 41,67 0,2
41
0,1
40,5
40 0
Kuning medium Putih semi kilap Putih kilap
OTTV Koefisien absorbtansi

Gambar 4.16 Grafik nilai koefisien α terhadap nilai OTTV

Universitas Sumatera Utara


79

Berdasarkan tabel diatas, pada saat warna cat diganti menjadi putih semi

kilap dengan nilai α= 0,30 nilai OTTV turun menjadi 42,21 W/m2 dan jika diganti

putih kilap dengan nilai α= 0,25 nilai OTTV menjadi 41,67 W/m2. Perubahan warna

cat mempengaruhi nilai OTTV namun tidak begitu signifikan terhadap

perubahannya.

Dari hasil simulasi merubah warna cat pada permukaan dinding luar fasad

bangunan, maka dilakukan kembali perhitungan untuk nilai OTTV total, dengan

warna cat putih semi mengkilap nilai OTTV dinding timur menjadi 41,67 W/m2.

Tabel 4.16 Perhitungan OTTV Total Setelah Modifikasi Koefisien α

Orientasi Aoi OTTVi Aoi x OTTVi OTTV total

selatan 305,36 24,04 7340,85

utara 320,59 24,65 7902,54 34,5

W/m2
timur 465,05 41,67 19378,63

barat 465,09 41,01 19073,34

Jika semua bidang dinding di ganti dengan warna cat dengan nilai

absorbtansi (α) yang lebih rendah maka dipastikan OTTV pada bidang dinding

lainnya juga akan turun. Perhitungan nilai OTTV total pada tabel diatas dapat

dilihat bahwa dengan mengganti warna cat dinding dengan nilai absorbtansi (α)

yang lebih rendah dapat menurunkan nilai OTTV dinding timur menjadi 41,67

W/m2 dan secara otomatis mengubah nilai OTTV total pada bangunan kantor

Pengadilan Tinggi Medan menjadi 34,5 W/m2.

Universitas Sumatera Utara


80

4.4.3 Memasang Jendela Kaca Ganda (Modifikasi Uf)

Pada langkah ini upaya yang akan dilakukan untuk menurunkan nilai

OTTV adalah memasang kaca ganda (double glazing) dan mensimulasi ketebalan

kaca sesuai dengan karakteristik teknis fabrikan kaca.

Tabel 4.17 Perbandingan koefisien kaca ganda terhadap OTTV

Kaca Ketebalan kaca OTTV

Rayben Double Glazing 5 mm 42,86 W/m2

Rayben Double Glazing 6 mm 42,44 W/m2

Rayben Double Glazing 7 mm 42,39 W/m2

Rayben Double Glazing 8 mm 42,34 W/m2

Berdasarkan tabel diatas, kaca di buat ganda dengan tetap memakai kaca

jenis rayben. Selain itu disimulasikan dengan tebal kaca yang berbeda-beda. Jika

digunakan dengan ketebalan 5 mm, OTTV= 42,86 W/m2, ketebalan 6 mm OTTV=

42,44 W/m2, ketebalan 7 mm OTTV= 42,39 W/m2, dan dengan ketebalan 8 mm

OTTV= 42,34 W/m2.

Dapat dilihat bahwa semakin tebal kaca, nilai Uf semakin menurun dan

membuat nilai OTTV juga ikut turun.

Universitas Sumatera Utara


81

9 42,86 42,9
8 42,8
8
7 42,7
7
6 42,6
6
5 42,5
5
4 42,44 42,4
42,39
3 42,34 42,3
2 42,2
1 42,1
0 42
Ketebalan kaca OTTV

Gambar 4.17 Grafik nilai koefisien kaca ganda terhadap nilai OTTV

Dari hasil simulasi membuat kaca ganda pada jendela, maka dilakukan

kembali perhitungan untuk nilai OTTV total, dengan ketebalan kaca 5 mm nilai

OTTV dinding timur menjadi 42,86 W/m2.

Tabel 4.18 Perhitungan OTTV Total Setelah Modifikasi kaca (Uf)

Orientasi Aoi OTTVi Aoi x OTTVi OTTV total

selatan 305,36 24,04 7340,85

utara 320,59 24,65 7902,54 34,86

W/m2
timur 465,05 42,86 19932,04

barat 465,09 41,01 19073,34

Universitas Sumatera Utara


82

Perhitungan nilai OTTV total pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan

mengganti kaca pada bagian timur dengan kaca ganda (double glazing) dapat

menurunkan nilai OTTV total yang memenuhi standar pada bangunan kantor

Pengadilan Tinggi Medan. Hanya dengan kaca ganda ketebalan 5 mm sudah dapat

menurunkan nilai OTTV menjadi memenuhi standar yaitu 34,86 W/m2.

Universitas Sumatera Utara


83

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data diperoleh nilai total

OTTV bangunan kantor Pengadilan Tinggi Medan sejumlah 35,40 W/m2, melebihi

standar yang disyaratkan SNI yaitu maksimum 35 W/m2. Nilai OTTV pada masing-

masing sisi dinding berbeda, secara berurutan (tinggi ke rendah) yaitu orientasi

timur 44,68 W/m2, barat 41,01 W/m2, utara 24,65 W/m2, dan selatan 24,04 W/m2.

Untuk mengurangi nilai OTTV dalam upaya memenuhi persyaratan SNI 03-6389-

2011, dilakukan beberapa alternatif modifikasi yaitu modifikasi terhadap rasio

jendela terhadap dinding (WWR), mengubah warna cat pada dinding, dan

mengganti kaca jendela dengan kaca ganda. Modifikasi dilakukan pada sisi dinding

yang memiliki nilai OTTV paling tinggi yaitu dinding timur.

Hasil modifikasi menunjukkan bahwa nilai OTTV bangunan dapat

diturunkan dari 35,40 W/m2 menjadi 34,86 W/m2 dengan mengganti kaca rayben

ketebalan 5 mm (single glassing) menjadi kaca ganda (double glassing) dengan

ketebalan 5 mm. Nilai OTTV juga dapat diturunkan menjadi 34,54 W/m2 dengan

menurunkan nilai WWR yang sebelumnya 16,5% menjadi 15%, dan menjadi 34,50

W/m2 dengan mengganti warna cat yang sebelumnya kuning medium menjadi putih

semi mengkilap.

Universitas Sumatera Utara


84

DAFTAR PUSTAKA

ACEE. American Council for An Energy-Efficient Economy (2016). The 2016

International Energy Efficiency Scorecard.

Alfian, Wa Ode, IGN Antaryama dan Ima Defiana (2015). Analisa Konservasi

Energi Pada Bangunan Kantor Pemerintah Di Surabaya. Proceedings of The

2nd ECO-Architecture Conference (EAC 2) Architecture Department,

Qur’anic Science University Wonosobo, Central Java, Indonesia, April 6th –

7th, 2015.

ASHRAE (American Society of Heating, Refrigeration, and Air Conditioning

Engineers) Handbook Committee. 2001. ASHRAE Fundamental HandBooks-

2001. ASHRAE 1791 Tullie Circle. Atlanta.

Athoillah, Muhammad Rofiqi (2014). Optimasi Penggunaan Pencahayaan Alami

Pada Ruang Kerja Dengan Mengatur Perbandingan Luas Jendela Terhadap

Dinding. Surabaya: Jurnal Teknik Pomits Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6.

Badan Standardisasi Nasional (2011). Konservasi Energi Selubung Bangunan pada

Bangunan Gedung. SNI 03-6389-2011. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional (2011). Prosedur Audit Energi pada Bangunan

Gedung. SNI 03-6196-2011. Jakarta.

Binarti, F (2011). Pengembangan Standar Material Untuk Selubung Bangunan

Dalam Rangka Konservasi Energi Bangunan (Studi Kasus Pada Bangunan

Universitas Sumatera Utara


85

Pendidikan). Yogyakarta: Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Yogyakarta, 14

Juli 2011.

Bradshaw V. (1993). Building Control System, Second edition. John wiley &

Sons,Inc. New York.

Davin (2015). Konservasi Energi Melalui Selubung Bangunan Pada Bangunan

Kantor di Jakarta Selatan. Jakarta Barat.

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. (2011), Kantor

Hemat Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi

Energi, Jakarta.

Green Building Council Indonesia (2014). Rating Tools and Energy Efficiency in

Commercial Green Buildings Concepts. Focus Group Discussion Indonesia

2050 Pathway Calculator 28 Agustus 2014. Jakarta: Green Building Council

Indonesia.

Harianto, Feri (2013). Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Gedung Graha

Galaxy Surabaya. Surabaya: Jurnal Dimensi Utama Teknik Sipil.

International Energy Agency (IEA), Energy Efficiency 2017. France.

Kreider, Jan F., dan Frank Kreith (1982). Solar Heating and Cooling (Active and

Passive Design). USA: Hemisphere Publishing Corporation.

Lippsmeier G (1994). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.

Loekita, Sandra (2006). Analisis Konservasi Energi Melalui Selubung Bangunan.

Surabaya: Civil Engineering Dimension, Vol. 8, No. 2, 93–98, September 2006

ISSN 1410-9530.

Universitas Sumatera Utara


86

Outlook Energi Indonesia (2017). Inisiatif Pengembangan Teknologi Energi

Bersih. Jakarta: Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia

(PTSEIK).

Panduan Penghematan Energi di Gedung Pemerintahan Sesuai Amanat Peraturan

Menteri ESDM nomor 13 tahun 2012 Tentang Penghematan Pemakaian

Listrik. Jakarta.

Perwal Bandung (2016). Peraturan Walikota Bandung nomor 1023 Tahun 2016

Tentang Bangunan Gedung Hijau di Kota Bandung. Bandung.

Pramesti, Previari Umi (2017). Pengaruh Desain Dan Material Selubung

Bangunan Terhadap Transfer Termal Pada Bangunan Kaca Berlantai Banyak

Studi Kasus: Menara Suara Merdeka Semarang. Masters thesis, Undip.

Semarang: Perpustakaan Magister Teknik Arsitektur.

Pramita, Dian (2013). Pengaruh Komposisi dan Material Selubung Bangunan

terhadap Efisiensi Energi Pendinginan pada Perkantoran Bertingkat

Menengah Surabaya. Surabaya: Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT

UMS.

Satwiko, Prasasto (2009). Fisika Bangunan. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Yogyakarta.

Sujatmiko, W (2010). Studi Peluang Penghematan Pemakaian Energi Pada

Gedung Sekretariat Jenderal Pekerjaan Umum. Bandung: Jurnal

Permukiman, Vol. 5 No. 3 November 2010: 124-131.

Universitas Sumatera Utara


87

Sukawi (2010). Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap Pemakaian Energi

dalam Bangunan (Studi Kasus Perumahan Graha Padma Semarang).

Semarang: Jurnal Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi 2010

Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Surapong, Chirarattananon, & Juntakan Taveekun (2004). “An OTTV-based energy

estimation model for commercial buildings in Thailand”, Science Direct,

Energy and Buildings 36 (2004) 680–689

Utama, N.A., dkk (2011). Indonesian Building Codes and Its Influence on Future

Electricity Demand. Journal of Sustainable Energy & Environment 2 (2011)

21-25.

UU Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

Vijayalaxmi, J (2010). Concept of Overall Thermal Transfer Value (OTTV) in

Design of Building Envelope to Achieve Energy Efficiency. Int. Journal. of

Thermal & Environmental Engineering Volume 1, No. 2 (2010) 75-80.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

1. Perhitungan modifikasi nilai WWR untuk menurunkan nilai OTTV pada dinding
timur

WWR diturunkan menjadi 0,150

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,150) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0, 0,150)
x 12}] + {4,59 x 0,150 x 5} + {0,48 x 0,150 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,150) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,150) x 12}] +
[{3,44}] + [{27,36}]
= [0,58 (9,01) + 0,85 (6,81)] + {3,44} + {27,36}
= 11,01 + 3,44 + 27,36
= 41,81 W/m2

WWR diturunkan menjadi 0,125

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
343,24 121,81
= [0,58{2,85x /1090,29 (1- 0,125) x 12} + 0,85 {2,57 x /465,8 (1-0,125) x
12}] + {4,59 x 0,125 x 5} + {0,48 x 0,125 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,125) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,125) x 12}] +
[{2,86}] + [{22,8}]
= [0,58 (9,27) + 0,85 (7,01)] + {2,86} + {22,8}
= 11,33 + 2,86 + 22,8
= 36,99 W/m2

Universitas Sumatera Utara


WWR diturunkan menjadi 0,105

OTTV = [α1{Uw1 x A1/


ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,105) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1- 0,105)
x 12}] + {4,59 x 0,105 x 5} + {0,48 x 0,105 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,105) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1- 0,105) x 12}] +
[{2,4}] + [{19,15}]
= [0,58 (9,48) + 0,85 (7,17)] + {2,4} + {19,15}
= 11,59 + 2,4 + 19,15
= 33,14 W/m2

2. Perhitungan modifikasi warna cat dinding luar (mod. α) untuk menurunkan nilai
OTTV pada dinding timur
• Putih semi kilap
α1 = 0,3

OTTV = [α1{Uw1 x A1/


ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,30{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165)
x 12}] + { 4,59 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}
= [0,30{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] +
[{3,78}] + [{30,09}]
= [0,30 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 3,78 } + {30,09}
= 8,34 + 3,78 + 30,09
= 42,21 W/m2

Universitas Sumatera Utara


• Putih kilap
α1 = 0,25

OTTV= [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,25{2,85x 343,24/ (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/ (1-0,165) x
1090,29 465,8

12}] + { 4,59 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}


= [0,25{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] +
[{3,78}] + [{30,09}]
= [0,25 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 3,78 } + {30,09}
= 7,8 + 3,78 + 30,09
= 41,67 W/m2

3. Perhitungan modifikasi kaca untuk menurunkan nilai OTTV pada dinding timur
• double glazing 5 mm
Uf = 1/(Rext+ R + Rint)
= 1/(0,05 + (0,05/1,053) + 0,12 + 0,25)
= 1/(0,05 + 0,047 + 0,047 + 0,12 + 0,25)
= 2,38 W/m2K

OTTV = [α1{Uw1 x A1/


ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165)
x 12}] + {2,38 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] +
[{1,96}] + [{30,09}]
= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 1,96} + {30,09}
= 10,81 + 1,96+ 30,09
= 42,86 W/m2

Universitas Sumatera Utara


• double glazing 6 mm
Uf = 1/(Rext+ R + Rint)
= 1/(0,05 + (0,006/1,053) + 0,12 + 0,25)
= 1/(0,05 + 0,056 + 0,056 + 0,12 + 0,25)
= 1,87 W/m2K

OTTV = [α1{Uw1 x A1/


ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165)
x 12}] + {1,87 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] +
[{1,54}] + [{30,09}]
= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 1,54} + {30,09}
= 10,81 + 1,54 + 30,09
= 42,44 W/m2

• double glazing 7 mm
Uf = 1/(Rext+ R + Rint)
= 1/(0,05 + (0,07/1,053) + 0,12 + 0,25)
= 1/(0,05 + 0,066 + 0,066 + 0,12 + 0,25)
= 1,81 W/m2K

OTTV = [α1{Uw1 x A1/


ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/
ΣA (1- WWR) x
TDEK}] + [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165)
x 12}] + {1,81 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] +
[{1,49}] + [{30,09}]
= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + { 1,49} + {30,09}
= 10,81 + 1,49 + 30,09
= 42,39 W/m2

Universitas Sumatera Utara


• double glazing 8 mm
Uf = 1/(Rext+ R + Rint)
= 1/(0,05 + (0,08/1,053) + 0,12 + 0,25)
= 1/(0,05 + 0,075 + 0,075 + 0,12 + 0,25)
= 1,75 W/m2K

OTTV = [α1{Uw1 x A1/ΣA (1- WWR) x TDEK} + α2 {Uw2 x A2/ΣA (1- WWR) x TDEK}]
+ [{ Uf x WWR x ΔT }] + [{ SC x WWR x SF}]
= [0,58{2,85x 343,24/1090,29 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 121,81/465,8 (1-0,165) x 12}]
+ {1,75 x 0,165 x 5 } + {0,48 x 0,165 x 380}
= [0,58{2,85 x 0,31 (1- 0,165) x 12} + 0,85 {2,57 x 0,26 (1-0,165) x 12}] + [{1,44}]
+ [{30,09}]
= [0,58 (8,85) + 0,85 (6,69)] + {1,44} + {30,09}
= 10,81 + 1,44+ 30,09
= 42,34 W/m2

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai