Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Energi terbarukan sebagaimana disebutkan dalam UU no 30 tahun 2007 tentang energi, merupakan
energi yang berasal dari sumber-sumber terbarukan antara lain
 panas bumi,
 angin,
 bioenergi,
 sinar matahari,
 aliran dan terjunan air,
 serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.
Terkait dengan pembangunan berkelanjutan, pengembangan dan implementasi sumber energi
terbarukan yang ramah lingkungan perlu mendapatkan perhatian serius. Untuk itu, makalah ini
bertujuan memaparkan peluang pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Dari beberapa jenis
energi terbarukan tersebut, penulis mengusulkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH)
sebagai model energi terbarukan yang sesuai untuk wilayah Sumtera Utara khususnya Kabupaten
Humbang Hasundutan.
 Energi merupakan masalah penting yang banyak mewarnai sejarah perdebatan lingkungan.
 Di satu sisi, pihak yang ingin melestarikan lingkungan berpendapat konsumsi energi yang
diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi menghasilkan produk sampingan yang berbahaya bagi
lingkungan hidup. Kubu ini disebut kubu Club of Rome.
 Mereka berpendapat bahwa pertumbuhan masalah lingkungan yang merupakan konsekuensi
pertumbuhan ekonomi akan selalu melampaui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mengatasinya.
 Penggunaan bahan bakar fossil diyakini menghasilkan produk sampingan yang mencemari
lingkungan.
 Antara lain yang telah banyak didokumentasikan adalah kandungan sulfur dan gas buang yang
menggangu kesehatan.
 Kandungan sulfur menjadi penyebab hujan asam. Gas rumah kaca (CO2) berakibat pada
perubahan iklim. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik berakibat
akumulasi kandungan radioaktiv disekitar lokasi pembangkit.
 Di sisi lain, pihak yang pro pembangunan berpendapat bahwa pengurangan kemiskinan hanya
dapat dicapai melalui pembangunan. Tanpa pembangunan tidak ada pertumbuhan ekonomi.
 Pertumbuhan ekonomi membutuhkan energi.
 Pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kesemuanya ini diharapkan akan dapat meminimalkan dampak lingkungan.
 Seiring dengan ditemukannya teknologi yang hemat energi, kedua kubu akhirnya dapat
bersepakat dan mengakhiri perdebatan lingkungan.
 Saat ini, teknologi baru memungkinkan sejumlah energi yang sama dapat memindahkan
barang jauh lebih banyak dari teknologi yang biasa digunakan pada tahuntahun
berlangsungnya perdebatan lingkungan sekitar 1970 an.
 Puncak dari kesepakatan ini adalah Bruntland Report yang mencetuskan konsep Sustainable
Development dalam laporannya pada tahun 1987 yang terkenal dengan konsep “ .... memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang
memenuhi kebutuhannya.”
 Konsep sustainable development ataupun “pembangunan yang berkelanjutan“
memiliki 3 pilar yaitu pilar-pilar lingkungan, ekonomi dan sosial. Pembangunan
yang baik harus menunjukkan kebaikan pada ke tiga pilar tersebut. Dalam
pidatonya pada International Student Energy Summit di Bali, Sri Mulyani (2015)
mengatakan : “ Penggunaan energi memiliki potensi yang sangat tinggi untuk
mengentaskan kemiskinan. Tanpa listrik, perempuan dan anak perempuan
harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengambil air, klinik kesehatan
tidak bisa menyimpan vaksin, anak-anak tidak bisa mengerjakan pekerjaan
rumah di malam hari, pengusaha kurang kompetitif, dan negara tidak bisa
menggerakkan ekonomi. Akses kepada energi sangat penting dalam melawan
kemiskinan” Selanjutnya, Sri Mulyani mengatakan bahwa energi yang kita
gunakan haruslah efisien, berkelanjutan dan terbarukan
 Pentingnya konsep efisien, berkelanjutan dan terbarukan ini tidak lepas dari kesadaran
akan ancaman bahaya pemanasan global, efek rumah kaca dan perubahan iklim.
Penggunaan energi bersumber bahan bakar fosil menghasilkan gas rumah kaca berupa
CO2 yang mengakibatkan perubahan iklim. Sebagai negara kepulauan Indonesia sangat
rentan terhadap bencana terkait pemanasan global dan perubahan iklim.

 Dalam pidatonya di Paris pada COP 21 tahun 2015, Presiden Jokowi mengatakan : ”
Indonesia memiliki kondisi geografis yang rentan terhadap perubahan iklim; dua per tiga
wilayah terdiri dari laut, memiliki 17 ribu pulau, banyak diantaranya pulau-pulaperubahan
iklim.”

 Selanjutnya Presiden Jokowi juga menyatakan komitmen Indonesia untuk menurunkan u


kecil, 60% penduduk tinggal di pesisir, 80% bencana selalu terkait dengan emisi sebesar
29% pada tahun 2030 dan bahkan bisa mencapai 40% apabila mendapatkan bantuan
internasional. Penurunan emisi dilakukan dengan melakukan langkah-langkah di beberapa
bidang seperti bidang energi, tata kelola lahan dan hutan serta bidang maritim. Khusus
untuk bidang energi upaya tersebut antara lain melalui : (1) pengalihan subsidi BBM ke
sektor produktif, (2) peningkatan penggunaan sumber energi terbarukan hingga 23% dari
konsumsi energi nasional tahun 2025, dan (3) pengolahan sampah menjadi sumber energi.
 Khusus untuk energi terbarukan, target angka 23% menunjukkan adanya kesadaran bahwa
masih banyak peluang untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan di Indonesia. Dalam
kenyataan potensi energi terbarukan di Indonesia yang dimanfaatkan hingga saat ini baru
sekitar 8,28 % dari potensi sumber daya energi terbarukan yang tersedia (diolah dari
PEMAPARAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN, Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Oktober
2015). Sedangkan bauran energi terbarukan hanya sekitar 5% yang setara dengan 59 juta
SBM (setara barel minyak) dalam setahun (Jurnal Energi 2016).

 Selain keuntungan terkait emisi CO2 yang hampir tidak ada, pemanfaatan energi terbarukan
harus digalakkan mengingat semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan
ketidakstabilan harga bahan bakar fosil. Terkait dengan pembangunan berkelanjutan,
pengembangan dan implementasi sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan perlu
mendapatkan perhatian serius. Untuk itu, makalah ini bertujuan memaparkan peluang
pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Dari beberapa jenis energi terbarukan
tersebut, penulis mengusulkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) sebagai
model energi terbarukan yang sesuai untuk wilayah Sumtera Utara.
ENERGI TERBARUKAN
 Energi terbarukan sebagaimana disebutkan dalam UU no 30 tahun 2007 tentang
energi, merupakan energi yang berasal dari sumber-sumber terbarukan antara lain
panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan
perbedaan suhu lapisan laut. Energi terbarukan memanfaatkan sumber energi ramah
lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi
terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Hal ini karena energi yang
didapatkan berasal dari proses alam yang berkelanjutan, seperti sinar matahari, angin,
air, biofuel, dan geothermal. Ini menegaskan bahwa sumber energi telah tersedia, tidak
merugikan lingkungan, dan menjadi alasan utama mengapa EBT sangat terkait
dengan masalah lingkungan dan ekologi
 Indonesia memiliki potensi besar
dalam mengembangkan energi
terbarukan. Potensi tersebut
sebagaimana dilaporkan dalam
Liputan Utama Jurnal Energi Edisi
02 tahun 2016 – Jurnal Energi
merupakan media komunikasi
Kementrian Energi dan Sunber
Daya Mineral, diantaranya :
POTENSI SUMBER ENERGI
TERBARUKAN DI INDONESIA
1. PANAS BUMI (GEOTHERMAL)
2. BIOENERGI
3. ENERGI AIR (HYDRO POWER)
4. ENERGI SURYA
5. ENERGI ANGIN
6. ENERGI LAUT
PANAS BUMI (GEOTHERMAL)
 Sampai dengan akhir tahun 2015, kapasitas terpasang pembangkit tenaga panas bumi (PLTP)
mencapai 1.438,5 MW (Jurnal Energi 2016). Indonesia memiliki sumber panas bumi yang sangat
melimpah, tersebar sepanjang jalur sabuk gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Sulawesi Utara, dan Maluku serta merupakan potensi panas bumi terbesar di dunia. Mengacu pada
hasil penyelidikan panas bumi yang telah dilakukan oleh Badan Geologi, KESDM hingga tahun 2013
telah teridentifikasi sebanyak 312 titik potensi panas bumi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia
dengan total potensi sebesar 28.910 MW.
 Namun, pemanfaatan panas bumi untuk pembangkitan tenaga listrik, saat ini masih rendah jika
dibandingkan dengan potensi sumber daya dan cadangan yang ada, dimana pengembangan energi
panas bumi baru mencapai 1.403,5 MW atau sebesar 4,8% dari potensi yang ada.
 Kajian oleh Lubis (2007) melaporkan biaya yang dibutuhkan dalam pemanfaatan panas bumi terdiri dari
dua macam. Pertama biaya eksplorasi dan pengembangan sebesar 500-1.000 dollar AS/kW. Kedua,
biaya pembangkit sebesar 1.500 dollar/kW (kapasitas 15 MW), 1.200 dollar/kW (kapasitas 30 MW), dan
910 dollar/kW (kapasitas 55 MW). Biaya energi dari panas bumi adalah 3-5 sen/kWh.

Anda mungkin juga menyukai