2018
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9629
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2018
1
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Di dalam Nama Allah Tritunggal Yang Maha Kuasa. Segala pujian dan
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan penyertaanNya yang
dicurahkan kepada kita semua. Khususnya kepada penulis, atas kasih dan
penyertaan Tuhan yang memberikan pertolonganNya sehingga Skripsi ini dapat
dikerjakan oleh penulis. Skripsi ini di laksanakan dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Teknik jurusan Teknik Elektro di
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Dalam menyusun Skripsi ini saya
menyadari bahwa proses penulisan Skripsi ini melibatkan banyak pihak. Oleh
karena itu saya ingin mengucapkan Terima kasih kepada:
1. Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk menyumbangkan ide-ide dan
pemikiran serta mengarahkan saya dalam penyusunan Skripsi saya ini.
2. Ir. Eddy Warman, M.T dan Muhammad Safril S.T, M.T selaku dosen
penguji saya yang memberikan kritik dan saran yang membangun demi
kelengkapan Skripsi ini.
3. Kedua Orang Tua saya, Ayahanda S. Sihite dan ibunda H.R. Manalu, Atas
dukungan moral dan finansial kepada saya dalam menjalani masa
perkuliahan hingga dalam menyelesaikan Skripsi ini. Abang Saya Rizal
Sihte ST, Adik-adik saya Destrina Sihite, SKG, Novita Sihite & Adelia
Sihite atas dukungan nya dalam keseharian saya dalam mengerjakan Skripsi
ini.
4. Bang Syamsyarief Baqaruzi, S.T, M.T, yang banyak memberikan arahan
dan masukan kepada penulis.
5. Rekan-rekan angkatan 2011 yang selalu memberi semangat dan saran dalam
pengerjaan Tugas akhir ini.
6. Dinas kebersihan dan pertamanan kota medan.
7. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
ii
Universitas Sumatera Utara
8. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini
kepada penulis.
9. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut di sini atas jasa-jasanya dalam
mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan penulis, maka penulis
menyadari bahwa laporan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca diharapkan untuk
penyempurnaan laporan Skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Skripsi
ini bermanfaat bagi para pembaca.
ANDRI S. F. SIHITE
110402079
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Abstrak ..................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. iv
iv
Universitas Sumatera Utara
2.4 Nilai Kalori Sampah ............................................................................... 17
2.6.1 Insenerasi......................................................................................... 22
2.6.2 Gasifikasi......................................................................................... 24
2.6.3 Pirolisis............................................................................................ 25
v
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran ....................................................................................................... 51
Lampiran ............................................................................................................... 53
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
viii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
langsung memberikan dampak buruk ke atmosfer berupa polusi gas-gas
rumah kaca dan gas beracun lainnya.
2
Universitas Sumatera Utara
2.
3. Bagaimana potensi sampah untuk menjadi sumber energi/bahan bakar
PLTSa di Kawasan Medan Sunggal?
4. Bagaimana kelayakan pembangunan PLTSa di Medan Sunggal ditinjau
dari analisa ekonomis dan analisa SWOT.
3
Universitas Sumatera Utara
3. Pada penelitian ini hanya membahas produksi listrik berdasarkan nilai
kalor sampah.
4. Penelitian ini hanya membahas analisa ekonomi dan analisa SWOT
5. Biaya bahan bakar PLTSa dianggap Rp.1,-
6. Biaya pengangkutan disubsidi PEMKO Medan
7. Tidak membahas pengolahan gas buang PLTSa
8. Penelitian ini tidak membahas zat organik yang dihasilkan PLTSa secara
spesifik.
9. Tidak membahas AMDAL secara spesifik
10. Metode konversi sampah adalah metode Thermokimia
Pada bab ini berisikan tentang kerangka teori dan kerangka berpikir yang
akan mendukung analisis dan pembahasan tentang pengertian sampah, sumber
4
Universitas Sumatera Utara
dan komposisi sampah, volume sampah, karakteristik dari sampah,
manajemen pengolahan sampah, potensi sampah, prinsip kerja PLTSa.
BAB 3:METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian
ini,penelitian ini dilakukan dengan studi literatur,pengambilan dan cara
pengolahan data, analisis datadan pemecahan masalah.
BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, disajikan berupa data hasil penelitian, dan analisis dari data
diolah serta membandingkan dengan literature yang didapat.
BAB 5: PENUTUP
Pada bab ini kesimpulan dapat diambil berdasarkan tujuan penelitian, studi
literature dan analisi data yang dilakukan. Pada bab ini juga terdapat saran terkait
dengan penelitian yang dilakukan.
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Sampah merupakan limbah atau material sisa berbentuk padat dari suatu
proses alamiah maupun dari aktivitas manusia (UU No.18 Tahun 2008). Menurut
SNI 15-2454-2002 sampah adalah sampah adalah limbah padat yang terdiri dari
zat organik dan anorganik yang dianggap tidak berguna dan harus dikelolah
kembali supaya tidak membahayakan lingkungan untuk melindungi investasi
pembangunan.
Sampah pada umumnya dikategorikan menjadi tiga bagian besar yaitu
sampah organik, sampah anorganik dan sampah bahan beracun dan berbahaya
(B3). Sampah organik adalah sampah yang dapat terdegradasi atau membusuk
dengan proses alamiah oleh bakteri pengurai (bio degradable) seperti: sisa
makanan, kotoran hewan, kertas, daun, kayu dan lain-lain. Sampah anorganik
adalah sampah yang sulit terdegradasi (unbio degradable) yang membutuhkan
waktu yang lama untuk terurai sendiri sehingga, membutuhkan tindakan lanjutan
untuk mengolahnya hingga terurai kembali dengan cepat supaya tidak mencemari
lingkungan. Adapun contoh sampah anorganik adalah plastik, logam, kaca, karet,
dll. Komposisi sampah diperlukan dalam memetakan sampah untuk diteliti dan
memudahkan kita dalam pengolahan sampah tersebut. Pengelompokan sampah
yang paling sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya
dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik,
logam, kaca, kain, makanan, dan sampah lain-lain.
6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Pengelompokan sampah berdasarkan Asal (Sumbernya).
Perkebunan Plastik
Ladang Kaleng
PERTANIAN Sawah Hama
Peternakan Pestisida
Sampah Kebun
Kotoran ternak
Taman Sisa makanan
FASILITAS UMUM Pantai Plastik
Tempat rekreasi Kertas, karton
Sampah Taman,dll
Sumber: Juwita Sari, Anugrah. 2012. Potensi Sampah TPA Cipayung Sebagai Bahan BakuRefused
Derified Fuel (RDF).
7
Universitas Sumatera Utara
Pengelompokan sampah bertujuan untuk mengetahui komponen–komponen
sampah dan untuk mengetahui cara pengelolaan yakni, sampah yang dapat
menbusuk, seperti (sisa makan, daun, sampah kebun, pertanian, dan lainnya), sampah
yang berupa debu, sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampa-sampah
yang berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisik
berbahaya. Sampah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Sampah Organik
Sampah Organik merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai
dan dibuang oleh pemilik / pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa
dipakai, dikelola dan dimanfaatkan dengan prosedur yang benar. Sampah
ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah organik
merupakan sampah yang mudah membusuk seperti, sisa daging, sisa
sayuran, daun-daun, sampah kebun dan lainnya.
2. Sampah Anorganik
Sampah nonorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah ini merupakan sampah yang tidak
mudah menbusuk seperti, kertas, plastik, logam, karet, abu gelas, bahan
bangunan bekas dan lainnya.
3. Sampah B3 (Bahan berbahaya beracun)
Pada sampah berbahaya atau bahan beracun (B3), sampah ini terjadi dari
zat kimia organik dan nonorganik serta logam-logam berat, yang
umunnya berasal dari buangan industri. Pengelolaan sampah B3 tidak
dapat dicampurkan dengan sampah organik dan nonorganik. Biasanya ada
badan khusus yang dibentuk untuk mengelola sampah B3 sesuai peraturan
berlaku.
8
Universitas Sumatera Utara
2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi
masyarakat, semakin banyak pula jumlah per kapita sampah yang dibuang
tiap harinya.
3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah
maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin
beragam, cara pengemasan dan produk manufaktur yang semakin
beragam dapat mempengaruhi jumlah dan jenis sampahnya.
4. Frekuensi pengumpulan. Jika periode pengumpulan dilakukan semakin
sering maka sampah yang terkumpul akan semakin banyak juga.
5. Musim, Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang
sedang berlangsung.
6. Kondisi Ekonomi, Kondisi ekonomi yang berbeda menghasilkan sampah
dengan komponen yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi
suatu masyarakat, produksi sampah kering seperti kertas, plastik, dan
kaleng cenderung tinggi, sedangkan sampah makanannya lebih rendah.
Hal ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih
praktis dan bersih.
7. Cuaca, daerah yang memiliki kelembaban yang cukup tinggi, akan
memberi pengaruh terhadap kadar air dari sampah di daerah tersebut.
8. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi komposisi sampah. Negara maju seperti Amerika banyak
menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang
seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas
9
Universitas Sumatera Utara
Adapun gambaran umum karakteristik sampah perkotaan di Indonesia dapat
diperlihatkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Karakteristik Sampah Kota Di Indonesia
No Karakteristik Indonesia
1 Kadar air 60 %
2 Nilai Kalor 1272,22 Kcal/Kg
3 Kadar Abu 10,59 %
4 Berat Jenis 150 - 250 Kg/m3
Sumber: ade, siti fatimah 2009, Analisis kelayakan usaha pengolahan sampah
menjadi PLTSa.
10
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum Mendefinisikan perencanaan TPA dan hal-
hal yang diperlukan untuk setiap lokasi yang berbeda. Pasal 19 sampai 22
dari PP ini mengharuskan setiap TPA memiliki zona penyangga dan
menerapkan metode pembuangan terkendali. Kota-kota besar/metropolitan
diwajibkan menyediakan fasilitas sanitary landfill, sedangkan kota-kota
sedang/keci perlu menyediakan fasilitas controlled landfill.
Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Upaya pelestarian lingkungan melalui pengelolaan sampah
sebagai sumber daya. Peraturan tersebut memungkinkan penetapan target
pengurangan sampah, dengan menekankan pentingnya pemilahan sampah
di sumber asal, serta mengimbau agar dilakukan daur ulang dan
pemanfaatan kembali dalam desain produk dan kemasan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT /M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Perencanaan dan pelaksanaan solusi rencana induk bagi sampah padat
perkotaan (municipal solid waste/MSW) secara menyeluruh di tingkat
regional atau lokal dan mencakup perencanaan umum pengelolaan
sampah, standar desain infrastruktur TPA, penyediaan fasilitas
pengolahan/pemrosesan sampah dan penutupan/rehabilitasi TPA
Pengolahan sampah yang telah diaturkan tersebut tidak terlaksana
dengan baik dan sistematis sehingga menimbulkan dampak buruk terhadap
berbagai aspek kehidupan seperti kesehatan, kenyamanan, kebersihan
lingkungan, pariwisata dan sosial ekonomi.
11
Universitas Sumatera Utara
sampah berbasis PLTSa mini dikawasan kota dianggap lebih efisien karena
berkurangnya biaya pengangkutan sampah (TPS-TPA) oleh truk, hasil sampingan
berupa listrik dapat dijual, tidak adanya lagi bau busuk saat truk – truk
mengangkut sampah dari kawasan pemukiman. Adapun pada Gambar 2.1
merupakan tempat pemisahan sampah dari tingkat produsen sampah.
Gambar 2.1 Penyediaan tempat sampah untuk pemisahan sampah sejak awal.
12
Universitas Sumatera Utara
menambah tingkat kesulitan pengolahan sampah yang berdampak langsung
terhadap keberlangsungan operasional PLTSa karena sampah akan sulit dibakar.
Maka demi menjaga ketersediaan sampah untuk operasional PLTSa maka kita
perlu tampil trengginas memburu sampah. Periode pengumpulan sampah harus
ditetapkan supaya pemulung tidak akan mengacak-acak sampah di TPS, dan
diperlukan upaya persuasif kepada masyarakat untuk berperan serta dalam
mengolah sampah. Masyarakat diwajibkan membuang sampah dengan terlebih
dahulu memisahkannya sesuai sifat dan jenisnya ke tempat yang disediakandan
tindakan tegas terhadap masyarakat yang tidak taat terhadap peraturan tersebut.
13
Universitas Sumatera Utara
2.3 Jenis-Jenis TPA di Indonesia
2.3.1 TPA Tradisional/ Non-saniter/ Pembuangan Terbuka
Tempat pembuangan sampah tradisional, atau non-saniter, atau lazim
disebut sebagai pembuangan terbuka, umum ditemukan di seluruh Indonesia,
khususnya di kawasan kabupaten kecil. Pembuangan terbuka umumnya tidak
memiliki rencana desain, peralatan, anggaran atau operasional dan pemeliharaan,
tidak terdapat sel-sel pelapis dan sistem penampungan sampah dan pengolahan
lindi, dan penuangan sampah dilakukan berdasarkan kontur alami lokasi.
Pembuangan sampah tidak terkoordinasi atau direncanakan, yaitu pengemudi truk
sampah biasanya menuangkan sampah yang diangkutnya di lokasi yang paling
mudah mereka capai. Tumpukan sampah tidak diuruk karena peralatan untuk
memadatkan atau menguruk sampah tidak tersedia. TPA tersebut tidak memiliki
pagar atau kontrol akses sehingga pemulung dan hewan ternak bebas berkeliaran,
hingga kebakaran biasa terjadi di TPAjenis ini akibat adanya ulah dari pihak yang
tidak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan demi mendapatkan material
logam. Adapun TPA terbuka dapat dilihat pada gambar 2.3
14
Universitas Sumatera Utara
lempung yang dipadatkan, High-density polyethylene/HDPE, Geosynthetic Clay
Liners/ GCL), sistem penampungan lindi, sistem pengolahan lindi pasif, zona
penyangga, ventilasi/pembakaran gas, penutupan sampah ± 1,5 meter dilaksaakan
setiap tujuh hari dan beberapa peralatan berat berupa buldoser dan/atau eskavator
untuk operasional pembuangan. TPA terkendali dapat dilihat pada gambar 2.4.
15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 TPA Sanitary Landfil.
16
Universitas Sumatera Utara
Lokasi tidak berada dalam wilayah seismik aktif yang rawan gempa,
tanah longsor, banjir dan lain-lain;
Lokasi tidak berada dalam zona yang dilindungi, seperti hutan lindung.
17
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Nilai kalori sampah menurut Tchobanoglus 1993
KOMPONEN SAMPAH NILAI KALOR (KJ/Kg) NILAI KALOR (KCal/Kg)
18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Hasil Pengujian Rata-rata kondisi sampah
Proximate Analysis:
Ultimate Analysis:
19
Universitas Sumatera Utara
menjadi uap panas yang kemudian digunakan untuk menggerakkan steam turbin
generator untuk menghasilkan listrik, sedangkan teknologi gasifikasi diperoleh
melalui pembakaran parsial biomassa dengan lingkungan yang sedikit oksigen dan
menghasilkan syngas berupa CO, CO2, H2O, char, tar, dan hidrogen (H).
( )
H ar= ( ) {
( )
} …….......(2.1)
Dimana:
Selanjutnya mencari nilai dari NCV Termokimia dengan rumus yang dijelaskan
pada bab dua dengan memasukkan parameter nilai hasil pengujian dan nilai GCV
ada pada tabel 2.4:
Diamana:
20
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
𝑊 = 𝑊𝐺 𝑊𝐶..........................…….....……….....…..........(2.4)
dimana:
dimana :
dimana:
21
Universitas Sumatera Utara
P = ERP/24 ......................................................................................... (2.7)
dimana:
2.6.1 Insenerasi
Insinerasi adalah istilah umum yang diberikan untuk konversi termal
langsung pada sampah melalui pembakaran dengan kadar oksigen tinggi, pada
suhu di atas 850 °C. sampah diubah menjadi panas, yang digunakan untuk
memanaskan air dalam boiler untuk menghasilkan uap. Uap dapat didistribusikan
untuk dijual (biasanya kepada manufaktur industri/ kimia) atau dapat dikonversi
menjadi listrik melalui turbin uap. efisiensi yang untuk menghasilkan listrik
berada di kisaran 18% - 27%) untuk pembangkit dengan ukuran 25.000 sampai
dengan 600.000 ton per tahun. teknologi tersebut juga memproduksi residu
sampah berupa abu, abu boiler, abu terbang, dan residu scrubber dari operasi
pembersihan cerobong gas. Insinerasi dengan alas bergerak/conveyer belt adalah
teknologi yang sudah terbukti keandalannya untuk pembakaran sampah sehingga
teknologi ini lebih tepat untuk diterapkan. Di Indonesia, teknologi ini sendiri
22
Universitas Sumatera Utara
cukup sederhana, dengan permasalahan utama terletak pada pengoptimalan panas
dan pemulihan energi serta minimalisasi emisi hasil insinerasi. Sampah yang
belum dipilah dapat langsung dimasukkan ke pembakaran sampah tanpa perlu
dipilah terlebih dahulu. Meskipun kadar air yang tinggi dalam sampah Indonesia
akan mengurangi efisiensi termal jika dibandingkan dengan apa yang dicapai di
Eropa, pengoperasian insinerator harus dijaga dalam suhu operasi kritis. Apabila
suhu lebih rendah, senyawa beracun organik volatil (VOC) yang berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan tidak terurai sempurna, serta emisi gas
pembangkit akan melanggar aturan standar keamanan nasional. Untuk mencapai
dan mempertahankan suhu operasi minimum yang aman, di saat volume aliran
sampah mungkin rendah dan/atau memiliki kadar air yang tinggi, diperlukan
bahan bakar tambahan. Hal ini dapat menyebabkan metode pengolahan sampah
yang seharusnya murah menjadi sangat mahal, dan untuk gasbuang insinerator
masih membutuhkan perawatan dengan sistem pendinginan gas dan scrubber
untuk menghilangkan dioksin karsinogenik berbahaya. Sistem pengolahan gas
buang ini memakan biaya yang cukup mahal dan membutuhkan pengoperasian
dan pemeliharaan yang hati-hati. Adapun PLTSa Thermal dan sitem pengolahan
gas buangnya dapat dilihat seperti pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) tipe Insinerasi dan
pengolahan Gas buang
23
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Gasifikasi
Pengelolaan sampah akan membutuhkan beberapa bentuk perlakuan untuk
menghasilkan bahan baku yang konsisten dalam bentuk dan ukuran, yang
biasanya menggunakan pemisahan bahan kaca, logam dan lain lain. Bahan baku
tersebut kemudian dimanfaatkan proses oksidasi parsial yaitu dengan adanya
keterbatasan oksigen/udara, dengan suhu konversi 900°- 1.100°C dengan kadar
udara dan 1.000°- 1.400°C dengan kadar oksigen. Proses konversi ini relatif
efisien, dengan 80% dari energi kimia dalam sampah yaitu karbon dan hidrogen
diubah menjadi energi kimia dalam bentuk gas. Gas ini disebut sebagai gas
sintesis (syngas) dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti
menyediakan energi untuk boiler uap atau mesin gas dan konversi berikutnya
berupa panas dan/atau energi. Karena udara yang lebih umum digunakan dalam
proses konversi menghasilkan energi gas sintesis yang lebih rendah daripada yang
dihasilkan menggunakan gasifikasi oksigen maka nilai kalor bersih (NCV) dari
syngas menjadi 4-6 MJ/Nm3, untuk gasifikasi udara dan 10-18 MJ/Nm3 untuk
gasifikasi oksigen sebagai perbandingan, gas alam memiliki nilai NCV 38
MJ/Nm3. Komponen- komponen dan prinsip kerja pembangkit Listrik dengan
prinsip gasifikasi seperti pada gambar 2.7
24
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Pirolisis
Pirolisis menggunakan degradasi termal sampah dengan kondisi tanpa
oksigen. Seperti gasifikasi, pengolahan sampah berteknologi pirolisis mungkin
membutuhkan beberapa bentuk prapengolahan untuk menghasilkan bahan baku
yang konsisten yaitu pemisahan materi kaca, logam, puing-puing dll, namun
gasifikasi pengolahan sampah komersial berskala global saat ini masih terbatas.
Instalasi pirolisis memerlukan sumber panas eksternal dan suhu pembakaran yang
harus dipertahankan pada 400°-850° Celcius. Teknologi ini menghasilkan syngas,
minyak pirolisis untuk bahan bakar, residu padat atau arang, dan residu
abu/logam. Syngas pirolisis dari sampah diperkirakan memiliki Net Calorific
Value/ NCV sebesar 10-20 MJ/Nm3. Adapun prinsip prilosis dapat dilihat gambar
2.8
25
Universitas Sumatera Utara
Dua bentuk boiler yang paling umum adalah stoker dan Fluidised bed, uap yang
dihasilkan di dalam boiler di injeksi ke dalam steam turbin untuk mengubah panas
yang terkandung di dalamnya uap menjadi energi mekanik, untuk menggerakkan
generator yang akan menghasilkan listrik. Ada tiga tipe utama steam turbin
dengan masing-masing memiliki spesifikasinya dan karakteristiknya:
1. Steam Turbin Kondensasi Umumnya digunakan dalam pembangkit listrik
konvensional. Uap super panas bertekanan tinggi yang diproduksi dalam
suatu boiler dialirkan masuk ke turbin dimana uap tersebut mengembang
dan mendingin (kondensasi). Energi kinetik yang terlepas akibat
pengembangan uap akan memutar bilah-bilah turbin berikut alternatornya,
sehingga menghasilkan listrik. Jika pembangkit listrik tersebut
dimaksimalkan, maka sangat diharapkan dapat tercapai tekanan dan suhu
pembuangan yang paling rendah. Pembuangan suhu rendah akan
menghasilkan sedikit energi useful dari uap yang keluar dari turbin, dan
sebagian besar dari sisa panasnya biasanya dibuang ke dalam air
pendingin atau ke udara.
2. Steam Turbin Ekstraksi
Efisiensi termal dari suatu sistem turbin ekstraksi dan kondensasi ini tidak
setinggi sistem pembangkit Kombinasi panas dan daya (Combine Heat
and Power/CHP), tekanan balik karena tidak semua energi dalam uap
pembuangan diekstraksi. Sebagian daripadanya (10% sampai 20%) hilang
dalam kondensator. Efisiensi pembangkitan listrik pada sistem pembangkit
uap kondensasi dengan ekstraksi panas tergantung pada jumlah panas yang
diproduksi. Dalam suatu kondisi terkondensasi penuh, ketika tidak ada
panas useful yang diproduksi, maka efisiensinya dapat mencapai 40%.
Dalam aplikasinya di industri, sistem turbin ekstraksi dan kondensasi ini
digunakan jika beban listrik tinggi dikombinasi dengan suatu kebutuhan
panas yang berubah-ubah. Turbin ekstraksi dan kondensasi ini sangat
fleksibel dalam merubah output uap untuk proses industri maupun panas
distrik. Sebaliknya, turbin tekanan balik konvensional digunakan bila
hanyaterdapat sedikit variasi dari beban termal. Sistem turbin ekstraksi dan
kondensasi umumnya dipakai pada pembangkitpembangkit skala besar.
26
Universitas Sumatera Utara
Hal ini terutama terjadi di Eropa Utara dimana sistem ini dapat
membangkikan listrik dan panas distrik pada musim dingin tetapi pada
musim panas beroperasi dalam kondisi terkondensasi penuh untuk hanya
menghasilkan listrik. Listrik yang demikian ini yang disebut “tenaga
kondensasi “tidak dianggap sebagai pembangkit CHP. Steam Turbin
Tekanan Balik kandungan energi uap buangan terutama tergantung pada
tekanannya, sehingga dengan merubah tekanan buangan dapat
dimungkinkan mengontrol rasio panas terhadap listrik suatu turbin tenaga
balik. Meningkatkan tekanan balik akan menurunkan produksi listrik
tetapi meningkatkan produksi panas. Kadang kala memungkinkan untuk
mengekstraksi (mengeluarkan) uap dari turbin pada suatu tekanan
menengah yang mengakibatkan produksi panas ditingkatkan. Bila air
panas diperlukan, seperti dalam hal pemanasan distrik daerah perkotaan,
uap buangan dari turbin akan terkondensasi dalam suatu “kondensor
panas” dimana panas diekstrasksi oleh air yang akan mengalir ke jaringan
air panas distrik. Listrik yang dibangkitkan dari suatu turbin tekanan balik
dapat dianggap secara menyeluruh sebagai produksi CHP. Turbin tekanan
balik merupakan suatu jenis sistem CHP yang paling umum dipakai di
industri. Sistem tersebut dapat menggunakan bahan bakar apapun, baik
dalam bentuk padat, cair, maupun gas. Berbeda dengan mesin pembakaran
internal dan turbin gas yang pilihan pemakaiannya disesuaikan dengan
ukuran yang tersedia di pasaran, maka dengan turbin
uap,pembangunannya, dalam batasan-batasan tertentu, dapat direncanakan
khusus sesuai dengan kebutuhan listrik pembangkit tersebut. Unit-unit
turbin uap tekanan balik mempunyai karakteristik efisiensi panas yang
tinggi, yang kadang-kadang dapat lebih dari 90%. Efisiensi pembangkitan
listriknya biasanya dalam kisaran 15% sampai 25%. Adapun perbandingan
efisiensi turbin konvensionl dengan CHP seperti pada gambar 2.9
27
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 Perbandingan Efisiensi turbin konvensional dan CHP
28
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10 Sistem Co-generation
Jika uapnya adalah jenis kondensasi penuh tanpa adanya ekstraksi panas,
listrik yang dibangkitkan oleh seluruh sistem tidak dianggap sebagai suatu produksi
CHP. Namun, jika sistem uap panas memiliki kemampuan ekstraksi, listrik yang
dihasilkan oleh sistem turbin gas dan sistem uap diperhitungkan sebagai listrik CHP
ketika panasnya di manfaatkan untuk pemanasan proses atau distrik. Jenis
pembangkit seperti ini dapat mencapai efisiensi termal yang tinggi ketika melakukan
konversi energi primer menjadi energi panas dan listrik. Hal ini disebabkan karena
adanya suatu perubahan suhu yang nyata mendekati 1000°C dari keseluruhan sistem
bila dibandingkan dengan perubahan suhu sekitar 550°C sampai 600°C yang dicapai
sistem turbin uap dan turbin gas modern ketika beroperasi hanya sebagai fasilitas
listrik saja. Efisiensi termal dari pendekatan segmen listrik tersebut dan juga dari unit-
unit lebih besar yang paling baru, dapat melebihi 50%. Keunggulan dari sistem ini
adalah pemanfaatan lebih penuh panas buangan yang biasanya akan hilang begitu
saja.
29
Universitas Sumatera Utara
a) Melalui pengumpulan sampah dan pemanfatan gas metana dengan
teknologi Sanitary Landfill, Anaerob Disgestion atau yang sejenis.
Sampai dengan 20 MW
Tabel 2.6 harga beli Energi Listrik oleh PLN terhadap PLTSa thermal
30
Universitas Sumatera Utara
menggunakan simulasi dan analisis keekonomian yang meliputi analisis NPV (Net
Present Value), PBP (Pay Back Period).
Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan batasan kondisi suatu keputusan dapat
ditentukan.
1. Depresiasi
Umur ekonomis pembangkit yang diperkirakan sekitar 20 tahun dan pada
akhir umur pembangkit tersebut masih ada nilai residu yang tersisa sekitar
10% dari masa pemakaiannya.
a) Residu
Nilai residu (10%) = Investasi awal
Depresiasi = …………………….….(2.8)
Dimana:
Depresiasi = nilai penyusutan (Rp)
Investasi = nilai biaya awal pembangunan (Rp)
Residu = nilai sisa di akhir umur barang (Rp)
T = umur/ periode pemakakaian (tahun)
2. Penyusunan Cashflow
Penyusunan cashflow menggunakan beberapa asumsi diantaranya :
• Discount rate (%)
• Discount Faktor ( %)
• Umur ekonomis pembangkit ( n Tahun)
• Load Faktor= m ( bilangan bulat); berdasarkan asumsi
3. NPV (Net Present Value)
NPV adalah nilai sekarang dari keseluruhan Discounted Cash Flow atau
gambaran ongkos total atau pendapatan total proyek dilihat dengan nilai
sekarang (nilai pada awal proyek). Secara matematik nilai NPV dapat
dinyatakan seperti Persamaan:
NPV= 𝐶 +( ………………..……..(2.9)
( ) ) ( )
31
Universitas Sumatera Utara
C = Cash in flow pada periode t
n = Periode terakhir cash flow diharapkan.
NPV = Biaya investasi – Biaya penerimaan
a) Payback Periode (PP)
PBP = ……......…………………….......…(2.10)
Dimana :
PBP = Pay back periode /periode pengembalian investasi (tahun)
Investmen cost = Beasr biaya investasi (Rp)
Annual CIF = Biaya pendapatan tahunan (RP)
32
Universitas Sumatera Utara
eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri
adalah internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya
merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik
pertemuan antara - internal dan eksternal yang dapat dilihat pada tabel 2.7
33
Universitas Sumatera Utara
ii. Melakukan pengurangan antara jumlah total S dengan W (d) dan
O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y)
selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
iii. Mencari posisi hasil yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT.
Opportunity
Kuadran II Kuadran I
Weakness Strenght
Threath
Gambar 2. 11 Grafik kuadran SWOT
Posisi ini menandakan sebuah hasil yang kuat tetapi kita menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya dalam kondisi mantap namun menghadapi
sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan hasil akan mengalami
kesulitan sehingga disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi.
34
Universitas Sumatera Utara
- Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah hasil yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya hasil
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.
Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah hasil yang lemah dan menghadapi tantangan
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,
artinya kondisi internal hasil berada pada pilihan dilematis. Oleh
karenanya hasil disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok . Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
35
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada salah satu kawasan kota Medan di
Kec. Medan Sunggal. Penelitian ini akan dilaksanakan setelah selesai seminar
proposal dan telah disetujui. Lamanya penelitian ini direncanakan selama 2 (dua)
bulan.
36
Universitas Sumatera Utara
3.4 Diagram Alur Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan data
Pengolahan
Data
Perhitungan kalor Sampah
Selesai
37
Universitas Sumatera Utara
3.5 Jadwal Penelitian
NO Kegiatan Bulan
Penelitian
Bulan ke I Bulan ke II Bulan ke III BulanKe IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
Tugas Akhir
2 Penyusunan
Proposal Tugas
Akhir
3 Seminar Proposal
Tugas Akhir
4 Perbaikan
Proposal Tugas
Akhir
5 Pelaksanaan
Penelitian
6 Pengumpulan
data,
Pengelolahan data
dan penyusunan
laporan Penelitian
7 Perbaikan
Laporan
Penelitian
8 Seminar Hasil
Penelitian Tugas
Akhir
38
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase (%)
35%
31%
30%
25%
20% 18%
16%
14%
15%
10% 8%
5% 4%
5% 2% 2%
0%
Daun- Sisa kayu kertas plastik karet logam kaca lain lain
daunan makanan
Daun- daunan Sisa makanan kayu kertas plastik karet logam kaca lain lain
39
Universitas Sumatera Utara
a. Tabel 4.1.a Kapasitas dan Wilayah Kerja Mobil Pengangkut Sampah
40
Universitas Sumatera Utara
4.3 Perhitungan Berat Sampah Dan Produksi Daya Listrik
Pada tahun 2017, volume sampah Kecamatan Medan Sunggal > 132
m /hari. Dengan asumsi setiap 1 m3 sampah adalah 216 kg/m3(Berat jenis sampah
3
di TPA Bantar gerbang diasumsikan memiliki berat yang sama dengan sampah
dikota lainnya di Indonesia).
Hasil akhir komposisi dan volume sampah akan mendapatkan berat jenis sampah,
dan dihasilkan data bahwa berat jenis sampah yang masuk ke TPA memiliki nilai
rata rata adalah sebesar 216 kg/m3 sampah. Untuk menghitung potensi energi dari
sampah kita akan mengunakan nilai kalor NCV (Net Calorific Value) dengan
menggunakan data hasil pengujian pada tabel
( )
H ar= ( ) {
( )
}
H ar = 8,95%
Nilai NCV ini diperlukan untuk menghitung ERP pada perhitungan selanjutnya
dalam proses termokima.
41
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan persamaan 2.3 yang terdapat pada bab 2
menggunakan nilai perhitungan berat sampah di atas adalah sebagai berikut :
Wnet = W Gross XWc
W daun = W gross xWc
W daun = 28.512 kg x 31% = 8.838,72 kg
Akan tetapi tidak semua sampah dapat dijadikan bahan bakar untuk
PLTSa. Jenis sampah yang digunakan adalah kertas, plastik, karet/ tekstil, kayu
dan dedaunan / sampah taman yang berkisar 70 % dari volume sampah, sehingga
berat sampah yang digunakan adalah 19.958 kg, adapun perhitungannya dapat
dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 komposisi Sampah yang dapat digunakan
42
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan persamaan 2.4 yang terdapat pada bab 2
menggunakan nilai perhitungan berat sampah di atas adalah sebagai berikut :
𝐸𝑅𝑃daun = 𝑁𝐶𝑉 Gross 𝑊 1000 / 860
= 2667.87 x 6.187,10 kg/860
= 19,193.46 kwh
Perhitungan seperti diatas dilakukan pada semua komposisi sampah yang
ada, adapun nilai yang diperoleh dari hasil masing-masing perhitungan dapat
dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil perhitungan Energy Recovery Potential
Total 43,340.11
Jumlah total potensi energi dari tabel diatas akan diubah untuk mendapatkan
potensi daya pembangkitan selama 24 jam yang ditampilkan pada tabel 4.5
Setiap komponen PLTSa memiliki efisiensi yang mempengaruhi hasil dari kinerja
komponen tersebut. Adapun efisiensi PLTSa 25-30%
43
Universitas Sumatera Utara
4.4 Analisa Ekonomi
Biaya potensial pada energi sampah adalah biaya modal dan operasional.
Salah satu kelemahan utama untuk menyiapkan fasilitas energi sampah adalah
biaya modal yang tinggi. Menurut organisasi penelitian utama di Waste To Enegy
di Amerika Serikat (Limbah-Untuk-Energi Riset dan Teknologi Council 2012),
biaya modal berkisar dari $ 150.000 hingga $ 200.000 per ton, harian Capacity di
Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu
dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu
proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek
investasi, yaitu
a) Biaya investasi awal
Biaya invesrasi pembangkit diperoleh dari biaya pembangunan
pembangkit yang berkapasitas hampir sama sehingga akurasi data yang di pakai
tidak terlalu berbeda dengan kenyatan dilapangan. Adapun biaya
investasinyadapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Biaya nvestasi Pembanguna PLTSa
No Uraian Harga (Rp)
1 Paket Generator dan Turbin ( 1mw) 12,811,543,053.00
44
Universitas Sumatera Utara
b) Biaya Penerimaan
•Depresiasi = ……………………………….….(4.2)
45
Universitas Sumatera Utara
=
= Rp. 1,288,905,021.11
e) Penyusunan Cashflow
Penyusunan cashflow menggunakan beberapa asumsi di antaranya :
• Discount rate = 15%
• Discount Faktor = 25 %
• Umur ekonomis pembangkit = 20 Tahun
• Load Faktor= 0,65
Penyusunan cash flow dapat dilakukan dengan metode Least cost sebagai mana
dapat dilihat pada tabel 4.8
f) Evaluasi Ekonomi
Dimana:
I = Discount rate yang digunakan
COF = Cash outflow /Investasi
C = Cash in flow pada periode t
n = Periode terakhir cash flow diharapkan.
46
Universitas Sumatera Utara
= Rp. 17,917,061,218.75
PBP =
PBP =
= 6,5 tahun
=3,09
47
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Penyusunan Cash flow dengan metode least cost
Tahun ke - Biaya investasi Manfaaat O&M Manfaat bersih DR (15%) (d) PV Biaya PV Manfaat
(a) (juta) (b) DF= 1/(1+i)t (e=a.b) (f=b.d)
48
Universitas Sumatera Utara
18 7.294.148.928,00 2.866.729.795,00 4.427.419.133,00 0,08 354.193.530,64 583.531.914,24
49
Universitas Sumatera Utara
4.5 ANALISA S-W-O-T
a) Kekuatan (Strenght)
1) Sarana/prasarana
2) Retribusi sampah
5) Peraturan perundang-undangan
b) Kelemahan (Weakness)
50
Universitas Sumatera Utara
4.5.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan yang berada di luar pengendalian Pemerintah
kota Medan. ini akan berpengaruh langsung terhadap kinerja Pemerintah dalam
kegiatan perencanaan pengelolaan di Medan Sunggal. Pengaruh ini dapat
berkontribusi positif sehingga dapat memberikan peluang (opportunity) adanya
akselerasi pelaksanaan kegiatan. Namun, terdapat pula yang menjadi ancaman
(threat) dalam pelaksanaan kegiatan.
a) Peluang (Opportunity)
b) Ancaman (Threat)
51
Universitas Sumatera Utara
c) Peluang (Opportunity)
52
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 Saran
53
Universitas Sumatera Utara
sehingga demi kesuksesan PLTSa maka diperlukan koordinasi dan
sinergi anatara Pemerintah, masyarakat dan pihak pengembang.
4. Pengolahan gas buang perlu di perhitungkan untuk mengkaji
kelayakan dari aspek lingkungan hidup serta biaya pengolahan nya.
54
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Ade, Siti Fatimah. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah
Menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (Pltsa) Di Kota Bogor.
Skripsi Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas
Pertanian Institut Pertanian: Bogor.
[2]. Baqaruzi, Syamsyarief, ST. 2017.Analisis Potensi Sampah DKI Jakarta
Yang Optimal Dan Penerapan Teknologi Untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (Pltsa). Tesis Program Magister Manajemen Energi Dan
Ketenagalistrikan Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia:
Depok.
[3]. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan, 2013. Kajian Model
Pengelolaan Sampah dan SDM Kebersihan Di Kota Medan, Pemerintah
Kota: Medan.
[4]. Juwita Sari, Anugrah. 2012. Potensi Sampah TPA Cipayung Sebagai
Bahan Baku Refused Derified Fuel (RDF). Tugas Akhir. Fakultas Teknik,
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia: Depok.
[5]. Nikanor Purba, 2016 “Analisis Kelayakan Perencanaan Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (Pltsa) Di Kota Medan”, Skripsi Program Sarjana
Teknik Elektro USU, Fakultas Teknik USU: Medan.
[6]. Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta: Sekretariat Negara.
[7]. Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengolahan Sampah. Jakarta: Sekretariat Negara.
[8]. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya
Mineral Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Pembelian Tenaga Listrik Oeh
Perusahaan Listrik Negara (PESERO) Dari Pembangkit Listrik Berbasis
Tenaga Sampah. Jakarta: Sekretariat Negara.
[9]. Safrizal. 2014 “Distributed Generation Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (Pltsa) Type Incenerator Solusi Listrik Alternatif Kota Medan”.
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU): Jepara.
55
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
1. Peta Kota Medan
56
Universitas Sumatera Utara
2. Kondisi di TPS dan sekitarnya
57
Universitas Sumatera Utara
58
Universitas Sumatera Utara