TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
OCTA GLORY
14 0404 014
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas
melengkapi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
1. Ibu Nursyamsi, S.T., M.T., selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik
3. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T., M.T., Ph.D, selaku Ketua Departemen
4. Bapak Dr. Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T., Ph.D, IP-U, selaku Dosen Penguji
5. Bapak M. Agung Putra Handana, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji yang telah
ii
Universitas Sumatera Utara yang memberikan bantuan selama ini kepada saya.
8. Kepada kedua orangtua ; Ayahanda Ir. Abulim dan Ibunda Martha Christian
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, nasihat, dukungan dan materi yang
Akhir.
9. Kepada saudara penulis, Abangda Jacko Gainers Rimba yang telah memberikan
saran, masukan, dukungan, serta bantuan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Seluruh asisten Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton Departemen Teknik
Sipil yang telah banyak membantu selama pelaksanaan Tugas Akhir ini.
11. Senior-senior angkatan 2011, 2012, dan 2013 yang telah memberikan saran,
masukan, dan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir ini, Abangda Iqbal
12. Kepada teman-teman angkatan 2014 yang selalu membantu dan mendukung
dalam penyelesaian Tugas Akhir ini Rebeca, Sem, Abdany, Yayang, Cindy,
Fera, Anita, Elisabet, Maylisa, Anggi, Fachri, Willy, Billy, Moses, Tonny,
13. Junior angkatan 2017, Endrico, Aldi, Adam, Fandy, Frans, Joshua, Rimpun,
David, Wesly, Yogi, Bill dan semua junior yang tidak bisa disebutkan satu-
14. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dari segi apapun,
iii
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Bapak
dan Ibu Staf Pengajar serta rekan – rekan mahasiswa demi penyempurnaan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga laporan
Penulis
Octa Glory
14 0404 014
iv
Halaman
ABSTRAK.............................................................................................................. i
2.2 Batako..................................................................................................... 16
vi
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 62
vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
Halaman
Tabel 4.2 Perbandingan Penyimpangan Ukuran Rata-rata Benda Uji Batako ..... 53
Tabel 4.3 Perbandingan Berat Isi Rata-rata Benda Uji Batako ............................ 53
Tabel 4.4 Perbandingan Berat Isi Rata-rata Benda Uji Kubus ............................. 54
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Absorbsi Batako dengan Subsitusi HDPE ................. 55
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Absorbsi Kubus dengan Subsitusi HDPE .................. 57
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Batako HDPE dan PP ............. 59
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Kubus HDPE dan PP .............. 59
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Kuat Tekan Dinding Batako HDPE dan PP............... 60
ix
Halaman
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Absorbsi Batako HDPE dan PP ................. 57
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Absorbsi Kubus HDPE dan PP .................. 58
BI : Berat Isi
Wa : Water Absorption(%)
xi
PENDAHULUAN
Mengacu pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah:
Total 40
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini disusun per bab, pada setiap bab
terdiri dari beberapa bagian yang diurakan secara rinci. Sistematika penulisan
pada masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, diagram alir penelitian serta
sistematika penulisan dalam tugas akhir yang digunakan.
Pada bab ini dibahas tentang uraian dari literatur atau referensi yang menjadi
acuan dalam penulisan tugas akhir yaitu materi tentang limbah plastik HDPE ,
limbah plastik PP, dan kuat tekan dinding batako,
Pada bab ini dibahas tentang tahapan-tahapan penelitian serta metode analisis data
yang digunakan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Pada bab ini berisikan pembahasan tentang analisis data dari hasil penelitian yang
didapatkan dari pengujian kuat tekan dinding batako campuran limbah plastik
HDPE dan PP.
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari bab-bab
sebelumnya.
Nov-17 Des-17 Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 Mei-18 Jun-18 Jul-18 Ags-18
No. Kegiatan
1 8 15 22 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31 7 14 21 28 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30 6 13 20 27 4 11 18 25 1 8 15 22
1 Pengajuan Proposal
1.a Studi Literatur dan Pengumpulan Data
1.b Persiapan dan Pengujian Bahan
1.c Trial Pembuatan Benda Uji (Batako dan kubus)
1.d Analisis Data
1.e Penulisan dan Pengesahan Proposal
1.f Seminar Proposal
2 Pembuatan Benda Uji
2.a Pembuatan benda uji batako dan kubus
2.b Pembuatan pasangan dinding batako
3 Pengujian Benda Uji
4 Analisis Data
5 Penyusunan Laporan Tugas Akhir
6 Seminar Hasil
7 Perbaikan Laporan Hasil Seminar Hasil
8 Sidang Tugas Akhir
9 Perbaikan Laporan Hasil Sidang Tugas Akhir
10 Pengumpulan Tugas Akhir
10
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dinding
Bahan pembuat dinding yang sering digunakan adalah bata merah, batako PC,
batako tras, dan hebel. Batako tras terbuat dari tanah tras dan batu kapur, sedangkan
batako PC terbuat dari pasir dan semen. Batako tras dan batako semen merupakan
bahan dinding yang paling murah dan ekonomis. Di antara kedua jenis batako
tersebut, batako PC menjadi pilihan yang ideal, dengan alasan sebagai berikut:
1. Batako tras terlalu rapuh sehingga banyak yang hancur saat pemasangan,
apalagi jika batako masih basah.
2. Dinding batako tras memiliki resiko retak tembok atau retak rambut lebih
besar dibandingkan dengan batako PC
3. Batako tras mudah menyimpan air sehingga menyebabkan dinding lembap
dan berjamur.
4. Melakukan plesteran pada batako tras lebih sulit karena antara adukan dan
plesteran dan bataji tras tidak dapat langsung menyatu.
5. Pemasangan batako PC lebih cepat, kuat, dan tidak mudah pecah.
11
12
13
d. Dinding Partisi
Dinding partisi adalah dinding yang digunakan sebagai pembatas antar
rungan. Dinding ini tidak dapat memikul beban dari struktur suatu bangunan. Pada
umunya dinding ini memiliki desain yang lebih praktis dan ringan disbanding
dengan dinding lainnya. Dinding partisi dapat juga menambah estetika dari suatu
ruangan. Adapun jenis-jenis material dinding partisi yang sering digunakan adalah
gypsum, kaca, triplek, tepas ataupun papan. Karena bahan pembuatan dari dinding
partisi tidak tahan terhadap cuaca dan iklim, dinding hanya dapat digunakan pada
daerah dalam bangunan (interior).
14
e. Dinding batako
Dinding batako merupakan dinding yang terdiri dari batuan yang dipress dan
dicetak menjadi bentuk bata. Pada umumnya batako terbuat dari semen dan pasir
dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir . Ukuran batako yaitu 40cm x 20cm x 10cm.
Dinding batako relatif lebih hemat dikarenakan ukurannya lebih besar, sehingga
jumlah pemakaian batako per m2 yang lebih sedikit dan pengerjaannya lebih cepat
dibandingkan dengan bata merah.
16
Berdasarkan bahan bakunya batako dibedakan menjadi tiga (Theresa, 2017), yaitu:
2. Batako semen.
Batako semen atau sering juga disebut batako press merupakan bata yang
dibuat dari campuran semen, pasir dan air. Dalam proses pembuatannya batako
press ini dapat dibedakan menjadi batako press dengan mesin dan batako press
konvensional atau dengan kata lain menggunakan tangan dalam proses
pemadatannya. Perbedaan kepadatan dan permukaan antara batako press mesin
dengan batako press tangan dapat dilihat secara langsung.
Batako press memiliki ukuran serta model yang lebih beragam dibandingkan
dengan batako putih. Batako ini biasanya menggunakan dua lubang atau tiga lubang
17
3. Bata ringan.
Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan lain
yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat jenis sebesar
1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya,
meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi. Dimensinya yang lebih besar dari bata
konvensional yaitu 60 cm x 20 cm dengan ketebalan 7 hingga 10 cm menjadikan
pekerjaan dinding lebih cepat selesai dibandingkan bata konvensional.
Batako terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Istilah batako berhubungan
dengan bentuk persegi panjang yang digunakan untuk dinding beton. Batako dapat
digolongkan menjadi dua kelompok antara lain batako padat dan batako berlubang.
Batako berlubang mempunyai daya hantar panas yang lebih baik dibandingkan
dengan batako padat. Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu
bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun
empat kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya
18
Keterangan:
a) Panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding luar.
b) Panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus
sebagai penutup pada sudut-sudut dan pertemuan.
c) Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding
pengisi dengan tebal 10 cm.
d) Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus
sebagai penutup pada dinding pengisi.
e) Panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus
untuk dinding pengisi dan pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut
dan pertemuan.
f) Panjang 40 cm, lebar 8 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus
untuk dinding pengisi (Rahman, 2016).
19
Agar dapat mencapai mutu batako yang berkualitas, terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi mutu batako. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Faktor air semen
b. Umur batako
c. Kepadatan batako
d. Bentuk dan struktur
e. Ukuran agregat, dan lain-lain
Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan batako. Keuntungan
yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah :
1. Setiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika
dibandingkan dengan batu bata.
2. Proses pembuatannya mudah, dan dapat dicetak dengan ukuran yang
sama.
3. Ukuran batako besar, sehingga waktu dan biaya pemasangannya lebih
hemat.
4. Jika pekerjaan pemasangannya rapi, dinding batako tidak perlu diplester
lagi.
5. Batako berlubang berfungsi sebagai isolasi udara.
20
Bahan dasar pembentuk batako pada penelitian ini terdiri dari semen, pasir,
cacahan plastik High Density Polyethylene (HDPE), cacahan plastik PolyPropylene
(PP), air dan zat penambah sikapaver HC-1 ID dan Silica Fume. Sedangkan pada
batako normal hanya menggunakan semen, pasir, dan air.
Dalam Mulyono, 2004, semen merupakan bahan ikat yang penting dan
banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika
ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta
semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan
menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
(concrete). Fungsi utama dari semen adalah untuk mengikat butiran-butiran agregat
sehingga nantinya akan membentuk suatu komposisi yang padat karena semen
mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat.
Semen hidrolis pada mulanya dibuat oleh Joseph Parker pada tahun 1796
dengan membakar batu kapur argilasius yaitu batu kapur yang mengandung ± 20 %
oksida silika, alumina dan besi. Pada tahun 1824 Joseph Aspdin mengusulkan
nama “Portland Cement” karena berbentuk bubuk yang dicampurkan dengan air,
21
22
2.3.2 Pasir
Pasir adalah material alam yang berbentuk butiran kecil selain lumpur atau
tanah. Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter.
Material pembentuknya adalah debu letusan gunung berapi untuk pasir gunung
yang terdiri dari silikon dioksida, sementara pasir pantai berasal dari batu kapur.
Warna pasir ditentukan oleh material pembentuknya. Karena pasir sedikit sekali
kandungan lumpur dan mineral yang dapat menjadi media tumbuhan, maka pasir
sangat cocok digunakan dalam suatu konstruksi bangunan. .
Pasir adalah bahan bangunan yang banyak dipergunakan dari struktur paling
bawah hingga paling atas dalam bangunan. Baik sebagai pasir urug, adukan hingga
campuran beton. Pemakaian pasir dalam bangunan dapat dijumpai pada:
Penggunaan sebagai urugan, misalnya pasir urug bawah pondasi, pasir urug
bawah lantai, pasir urug di bawah pemasangan paving block dan lain lain.
Penggunaan sebagai mortar atau spesi, biasanya digunakan sebagai adukan
untuk lantai kerja, pemasangan pondasi batu kali, pemasangan dinding bata,
spesi untuk pemasangan keramik lantai dan keramik dinding, spesi untuk
pemasangan batu alam , plesteran dinding dan lain lain.
Penggunaan sebagai campuran beton baik untuk beton bertulang maupun
tidak bertulang, bisa kita jumpai dalam struktur pondasi beton bertulang,
sloof, lantai, kolom , plat lantai, cor dak, ring balok dan lain -lain.
Disamping itu masih banyak penggunaan pasir dalam bahan bangunan yang
dipergunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan material cetak seperti
pembuatan paving block, kansteen, batako dan lain lain.
23
Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai dengan
ASTM C 33– 74, batasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
24
2.3.3 Air
Salah satu bahan yang diperlukan dalam pembentukan batako adalah air. Air
berfungsi untuk memicu proses kimiawi semen sehingga mengikat dan mengeras,
membasahi agregat dan untuk mempermudah pengerjaannya (Rahman, 2016).
Syarat air yang dapat digunakan pada campuran batako adalah sebagai
berikut:
1. Air tidak boleh mengandung banyak minyak, asam, alkali, garam-garam,
bahan organis, dan lain yang dapat merusak mutu beton, seperti :
- Clorida dapat menimbulkan korosi pada logam
- Sulfur dapat menimbulkan korosi pada beton dan tulangan
25
Polimer adalah senyawa molekul dasar berbentuk rantai atau jaringan yang
tersusun dari gabungan ribuan hingga jutaan uit pembangun yang berulang. Plastik,
pembungkus, botol plastik, Styrofoam, nilon, dan pipa paralon termasuk material
yang disebut polimer (Purnomo, 2017).
Umumnya, plastik terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen,
nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. Tulang-belakang adalah bagian
dari rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan.
Terdapat beberapa jenis plastik, antara lain :
1. PET (PolyEthylene Terephthalate).
2. HDPE (High Density PolyEthylene)
3. PVC (PolyVinyl Chloride)
4. LDPE (Low Density PolyEthylene)
5. PP (PolyPropylene)
6. PS (PolyStyrene)
27
28
Selain jenis HDPE terdapat jenis polimer Polypropylene (PP), disebut juga
dengan polipropen, merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses
polimerisasi gas propilena. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus
uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi
dan cukup mengkilap.
Polipropylene pertama kali dipolimerisasikan oleh Dr. Karl Rehn di Hoechst
AG, Jerman, pada 1951, yang tidak menyadari pentingnya penemuan itu.
Ditemukan kembali pada 11 Maret 1954 oleh Giulio Natta, polipropylene pada
awalnya diyakini lebih murah daripada polyethylene.
Polypropylene mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190 – 200 oC),
sedangkan titik kristalisasinya antara 130 – 135 oC. Salah satu properti terkait
dengan polypropylene adalah berat jenis. Polypropylene mempunyai berat jenis
lebih kecil dari air, yang memungkinkan membuat suatu barang terapung di atas
air. Berat jenis polypropylene tergolong rendah dengan nilai antara 0,90 – 0,91
gram/cm³ (Kevin, 2017). Polypropylene termasuk kelompok yang paling ringan
29
30
Pada tahun 2010, Chidiac & Mihaljevic melakukan penelitian yaitu dengan
mencampurkan limbah pada blok beton cetak kering atau disebut dengan
batako. Bubuk kaca bekas dicampurkan pada batako sebagai pengganti dari
semen hingga 25% dan agregat halus pada batako juga digantikan dengan
polietilena berdensitas tinggi (HDPE) atau polimer polietilen berdensitas
rendah (LDPE) yang diproduksi dari pabrik industri.
Penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rahim et al., 2013
dengan judul “Use of Plastic Waste (HDPE) in Concrete Mixture as
Aggregate Replacement”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengurangi
sampah plastik terutama dengan jenis HDPE. Rahim dkk. mensubsitusikan
cacahan HDPE yang lolos saringan 4,75-20 mm pada agregat kasar dalam
campuran beton.
Soebandono et al., 2013, dalam penelitiannya mengenai kekuatan kuat tekan
dan kuat tarik beton yang menggunakan limbah plastik HDPE sebagai
substitusi agregat kasar.
Penelitian selanjutnya yaitu dengan penelitian yang dilakukan oleh Yang,
et al., 2015. Yang et al., memodifikasi sampah plastik jenis PET pada variasi
10%, 15%, 20% dan 30% terhadap subsitusi pasir pada pembuatan Self
Compacting Lightweight Concrete (SCLC).
Ahyat & Nursyamsi, 2016 dalam penelitiannya membahas kuat tekan, kuat
tarik, dan daya serap dari batako yang terbuat dari pemanfaatan limbah botol
plastik jenis PET dan abu batu sebagai bahan substitusi pasir.
Rizqy & Nursyamsi , 2016 melakukan penelitian dengan mengolah limbah
plastik jenis HDPE menjadi agregat kasar buatan utnik campuran beton
ringan dengan menggunakan bahan tambah Silica Fume.
Ramadhan , 2016, membuat penelitan dengan judul “Pengaruh Penggunaan
Limbah Plastik LDPE Sebagai Agregat Halus Pada Batako Beton Ringan”,
dimana plastik LDPE sudah dalam bentuk biji plastik yang telah dipotong-
potong.
31
Menurut standar ”Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement
Concrete and Mortar” (ASTM.C.1240,1995: 637-642), Silica Fume adalah
material pozzolan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak dihasilkan dari
tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon (dikenal sebagai
gabungan antara micro silica dengan Silica Fume).
Silica Fume merupakan salah satu zat additive yang dapat digunakan sebagai
pengganti semen, meskipun tidak ekonomis. Silica Fume juga merupakan material
tambahan yang digunakan untuk memperbaiki sifat beton segar maupun yang telah
mengeras (Liang, 2017).
Silica Fume telah banyak dimanfaatkan di Indonesia sebagai bahan produksi
blok beton atau batako. Zat pozzolanic yang terdapat pada Silica Fume menjadikan
Silica Fume itu sebagai pengganti semen parsial. Dengan pencampuran mineral
berupa Silica Fume, telah menghasilkan sifat fisik, mekanik dan daya tahan yang
32
Pengukuran berat isi adalah pengukuran berat setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi berat suatu benda maka semakin berat pula berat setiap volumenya.
Semakin besar berat volume suatu benda, maka semakin rendah porositasnya
(Rahman, 2016). Untuk menghitung besarnya berat isi dari suatu benda uji
digunakan persamaan berikut:
Dimana:
BI = Berat Isi (kg/m3)
W = Berat Benda Uji (kg)
V = Volume Benda Uji (m3)
2.7.3 Pengujian Absorbsi
Daya serap air atau biasa disebut dengan absorbsi merupakan persentase berat
air yang mampu diserap oleh agregat di dalam air, sedangkan banyaknya air yang
terkandung dalam agregat disebut dengan kadar air. Penyerapan air dipengaruhi
33
Dimana:
Wa = Water Absorbtion (%)
Mk = Massa benda kering (gr)
Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh (gr)
Pengujian kuat tekan batako dan kubus kecil adalah pengujian pemberian
beban terhadap batako dan kubus kecil untuk mengetahui gaya tekan yang dapat
ditahan oleh sampel. Kuat tekan adalah besar beban maksimum yang dapat ditahan
oleh benda uji per satuan luas penampang yang menerima beban tersebut.
Kekuatan tekan merupakan salah satu tolak ukur batako. Pengertian kuat
tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton. Mengacu pada pada SK SNI
M–14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton, yang dimaksud kuat tekan beton
adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur
bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Teori
teknologi beton menjelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
kekuatan beton antara lain faktor air semen (FAS), kepadatan, umur beton, jenis
semen, jumlah semen dan sifat agregat (Tjokrodimulyo, 1996 dalam Rahman,
2016).
34
𝑃 = 𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐴
(2.3)
Dimana:
P = Kuat Tekan (kg/cm2)
Fmaks = Gaya Maksimum (kg)
A = Luas permukaan benda uji (cm2)
35
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
36
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton
Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
2. Waktu Penelitian
Pembuatan dan pengujian dilakukan dari mulai bulan Maret 2018.
Semen Portland yang digunakan adalah semen Portland tipe I, merk Semen
Padang dengan kemasan 1 sak 50 kg.
3.4.2 Pasir
Pasir yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pasir alam yang
diambil dari quarry Sei Wampu, Binjai.
Pada penelitian ini menggunakan limbah plastik yang telah dicacah. Cacahan
plastik tersebut diperoleh dari limbah botol-botol shampoo, detergen, dan lain
nya yang berjenis HDPE dan PP yang telah dicacah dan dibersihkan dari
tempat daur ulang.
3.4.4 Air
37
Penelitian ini menggunakan additive Silica Fume dengan nama Sika Fume
yang diproduksi oleh PT. Sika Indonesia.
1. Tujuan Percobaan
a. Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir
b. Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir
2. Peralatan
a. Sieve shaker machine
b. 1 set ayakan
c. Timbangan
d. Oven
e. Sample splitter
3. Bahan
Pasir kering oven sebanyak 1000 gram.
4. Prosedur Percobaan
a. Ambil pasir yang telah kering oven (110±5)ºC;
b. Pasir disediakan sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr
dengan menggunakan sampel splitter;
c. Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm;
2,38 mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;
d. Tempatkan susunan ayakan diatas sieve shaker machine;
e. Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;
38
5. Rumus
Ket :
FM = Fineness Modulus
6. Hasil Percobaan
Modulus kehalusan pasir (FM) = 2,1
Pasir dapat dikategorikan sebagai pasir halus (2,20 < FM < 2,60).
1. Tujuan Percobaan
Menentukan berat isi agregat halus (pasir)
2. Peralatan
a. Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel
b. Batang perojok
c. Bejana besi
d. Termometer
e. Sekop Kecil
3. Bahan
a. Pasir ≤ Saringan Ø 4,76 mm kering oven suhu 110 ± 5ºC
b. Air
39
40
1. Tujuan Percobaan
Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus.
2. Peralatan
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml
b. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
c. Standar warna Gardner
d. Timbangan
e. Mistar
f. Sendok pengaduk
g. Sampel splitter
3. Bahan
a. Pasir kering oven lolos ayakan Ø 4,76 mm
b. NaOH padat
c. Air
4. Prosedur percobaan
a. Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter
sehingga terbagi seperempat bagian;
b. Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar
botol;
c. Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal
NaOH kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga
kristal NaOH larut;
41
1. Tujuan Percobaan
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.
2. Peralatan
a. Ayakan no. 200
b. Oven
c. Timbangan
d. Pan
42
1. Tujuan Percobaan
Untuk memeriksa kandungan liat pada pasir.
2. Peralatan
a. Ayakan no. 200
b. Oven
43
Ket :
A = Berat pasir mula-mula (sisa pencucian kadar lumpur)
B = Berat pasir setelah di oven
Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1%
(dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus dicuci.
6. Hasil Percobaan :
Kandungan liat pada pasir = 0,5% < 1% , memenuhi persyaratan.
44
Silica
Cacahan
SikaPaver Fume
Semen Pasir Air HDPE
(g) (g)
Keterangan (g) (g) (ml) (g)
0,4% dari 10%
1 6 0,32 10% dari
semen dari
pasir
semen
Per Buah 1616,94 8731,82 517,43 970,20 6,46 161,69
FS 1,2 1940,33 10478,19 620,91 1164,24 7,76 194,03
23 Buah 44627,59 240998,37 14280,93 26777,52 178,48 4462,69
45
Silica
Cacahan
SikaPaver Fume
Semen Pasir Air PP
(g) (g)
Keterangan (g) (g) (ml) (g)
0,4% dari 10%
1 6 0,32 10% dari
semen dari
pasir
semen
Per Buah 1616,94 8731,82 517,43 970,20 6,46 161,69
FS 1,2 1940,33 10478,19 620,91 1164,24 7,76 194,03
23 Buah 44627,59 240998,37 14280,93 26777,52 178,48 4462,69
Cacahan Silica
SikaPaver
Semen Pasir Air PP Fume
(g)
Keterangan (g) (g) (ml) (g) (g)
0,4% dari
1 6 0,32 10% dari 10% dari
semen
pasir semen
Per Buah 682,17 4093,04 218,29 409,30 3,72 68,22
FS 1,2 818,61 4911,65 261,95 491,16 3,27 81,86
5 Buah 18828,03 112967,95 6024,85 11296,68 75,21 1882,78
46
47
48
49
50
Identifikasi masalah
Persiapan bahan
Pengujian bahan
Batako 40x20x10 cm (HDPE dan PP) Kubus 15x15x15 cm (HDPE dan PP)
Analisis data
Selesai
51
1. Bidang-bidang
a. kerataan Rata Rata
b. keretakan Tidak Retak Tidak Retak
c. halus Halus Halus
2. Rusuk-rusuk
a. Kesikuan Siku Siku
b. Ketajaman Tajam Tajam
c. kekuatan Kuat Kuat
Pada tabel 4.1, batako dengan pemanfaatan limbah plastik HDPE dan PP
yang menggunakan SikaPaver HC-1 ID dan Silicafume telah memenuhi syarat
tampak luar menurut ketentuan yang telah tercantum pada SNI 03-0349-1989, yaitu
bidang permukaan yang tidak cacat, rusuk-rusuknya siku satu terhadap yang lain,
dan sudut rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan (tidak
rapuh).
52
*Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Theresa dan Kevin (2017)
53
Dari tabel 4.3 dan tabel 4.4, benda uji batako maupun kubus yang
menggunakan subsitusi cacahan limbah plastik PP memiliki berat isi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan benda uji yang menggunakan subsitusi cacahan limbah
plastik HDPE. Hal tersebut membuktikan benda uji yang menggunakan cacahan
limbah plastik PP memiliki kepadatan rata-rata yang lebih baik.
Terdapat persamaan hasil pengujian berat isi yang dilakukan oleh Vincent
(2017) dan Kevin (2017), dimana berat isi batako dengan subsitusi 10% PP lebih
besar nilainya jika dibandingkan dengan berat isi batako dengan subsitusi 10%
HDPE meskipun tanpa adanya penambahan admixture dan zat additive seperti yang
dilakukan pada penelitian ini. Dalam penelitian Vincent, berat isi batako HDPE
yaitu 1750 Kg/m3 sedangkan dalam penelitian oleh Kevin, berat isi batako PP
sebesar 1760 Kg/m3.
Dari hasil pengujian berat isi yang telah dilakukan, baik batako HDPE
maupun batako PP memiliki berat isi yang lebih kecil dibandingkan dengan batako
normal. Maka dapat dikatakan bahwa penggunaan subsitusi jenis plastik HDPE dan
PP dapat mengurangi berat dari batako. Selain itu, adanya pengaruh penambahan
sikapaver HC-1ID sebagai admixture dan sikafume jenis silicafume sebagai zat
additive menambah berat isi dari batako HDPE maupun batako PP.
Pengujian absorbsi (daya serap) pada penelitian ini menggunakan benda uji
yang sama dengan pengujian berat isi, yaitu batako ukuran 40 cm x 20 x 10 cm dan
kubus 15 x 15 x 15 cm dengan dua variasi subsitusi yaitu cacahan HDPE dan
cacahan PP. Pengujian absorbsi menggunakan batako yang telah berumur 28 hari.
54
55
56
% ABSORBSI BATAKO
9.00
8.00
% ABSORBSI (DAYA SERAP)
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
% Absorbsi HDPE
2.00 % Absorbsi PP
1.00
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
BENDA UJI
57
% AB S O RB S I KUB US
18.00
%ABSORBSI (DAYA SERAP)
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00 % Absorbsi HDPE
6.00 % Absorbsi PP
4.00
2.00
0.00
0 1 2 3 4 5
BENDA UJI
Dari tabel 4.5, tabel 4.6, tabel 4.7 dan tabel 4.8, dapat dilihat bahwa daya
serap dari batako maupun kubus dengan pemanfaatan limbah plastik HDPE dan PP
yang menggunakan SikaPaver HC-1 ID dan Silicafume telah memenuhi
persyaratan dengan batas toleransi batako mutu 1 yang tercantum pada SNI 03-
0349-1989, yaitu dibawah 25%. Penyerapan air (absorbsi) yang lebih besar terjadi
58
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Batako HDPE dan PP
Kuat Tekan
Luas (kg/cm2)
Pembacaan
Jenis Umur Daerah SNI
No. Sampel Dial Rata- Mutu
Batako (Hari) Tekan Benda 03-
rata (KN)
(cm2) Uji 0349-
1989
1. 10% HDPE B1 28 166.8 280 69.21 70 II
2. 10% PP B2 28 250.4 280 86.26 70 II
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Kubus HDPE dan PP
Kuat Tekan
Luas (kg/cm2)
Pembacaan
Jenis Sampe Umur Daerah SNI
No. Dial Rata- Mutu
Kubus l (Hari) Tekan Benda 03-
rata (KN)
(cm2) Uji 0349-
1989
1. 10% HDPE K1 28 166.8 225 75.62 70 II
2. 10% PP K2 28 250.4 225 113.51 100 I
Ditinjau dari data hasil pengujian dari kuat tekan pada tabel 4.9 dan tabel 4.10,
kuat tekan batako HDPE, batako PP, dan kubus HDPE termasuk dalam klasifikasi
batako mutu II . sedangkan kubus PP termasuk dalam klasifikasi batako mutu I.
59
Setelah benda uji batako telah berumur 28 hari dengan perawatan, batako
disusun menjadi pasangan dinding dengan ukuran 105 x 95 cm dengan dua variasi
campuran yaitu dengan plastik HDPE dan PP. Dua variasi benda uji batako
direkatkan dan diratakan dengan menggunakan mortar setebal 2,5m dan dibiarkan
hingga 7 hari dan dilakukan pengujian kuat tekan dinding dengan Jack Hydraulic.
Lapisan bawah dinding dan lapisan atas masing-masing dinding memiliki lapisan
perata setebal 3 cm. Benda uji diberikan tekanan sapai diperoleh beban maksimum
yang dapat ditahan oleh pasangan dinding (retak).
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Kuat Tekan Dinding Batako HDPE dan PP
Kuat
Jenis Pasangan Dinding Umur Pembacaan
No. Sampel Tekan
Batako (Hari) Dial (Psi)
(kg/cm2)
1 Dinding Batako HDPE D1 7 2200 154.67
2 Dinding Batako PP D2 7 2800 196.86
60
61
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
62
63
Bakri, A.M.M.A., Tamizi, S.M. & Rafiza, A. R., 2011. Investigation Of HDPE
Plastic Waste Aggregate On The Properties Of Concrete. Journal of Asian
Scientific Research, 1(7), pp. 340-345
Bierley, A.W., Heat, R.J. & Scott, M.J.,1988. Plastic Materials Properties and
Aplications. Chapman and Hall Publishing: New York.
Chidiac, S.E. & Mihaljevic, S.N., 2011. Performance of dry cast concrete blocks
containing waste glass powder or polyethylene aggregates. Elsevier Publ.
: Cem Concr Compos 855-863.
Frick, H. & Koesmartadi, Ch., 1999. Ilmu Bahan Bangunan. Kanisius.
Yogyakarta.
Kevin. 2017. Pengaruh Penambahan Limbah Plastik Polyproplene terhadap
Properties Batako. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Liang, W., 2017. Analisa Kuat Tekan Batako dengan Campuran Serbuk Kaca
dan Silica Fume. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Mulyono, T., 2005. Teknologi Beton. Andi.Yogyakarta.
Naipospos, H., 2017. Coba Tebak Berapa Jumlah Sampah di Kota Medan
Perhari? Anda Pasti Akan Tercengang. Diambil dari:
http://medan.tribunnews.com/2017/09/29/coba-tebak-berapa-jumlah
sampah-di-kota-medan-per-hari-anda-pasti-akan-tercengang (2 Januari
2018)
Nugraha, P. & Antoni. 2004. Teknologi Beton. Andi.Yogyakarta.
Pešic, N., Zˇivanovic´, S., Garcia, R. & Papastergiou, P., 2016. Mechanical
properties of concrete Reinforced with Recycled HDPE Plastic Fibres.
Elsevier Publ.:Constr. Build. Mater 115 (2016) 362–370.
Purnomo, 2017, Material Teknik, Seribu Bintang, Malang.
Rahim, N.L., Salehuddin, S., Ibrahim, N.M., Amat, R.C. & Jalil, M.F.A., 2013.
Use of Plastic Waste (High Density Polyethylene) In Concrete Mixture as
Aggregate Replacement. Advanced Materials Research. , Vol. 701, pp
265-269. Trans Tech Publications, Switzerland.
1. Callibration Of Measure
Suhu Ruangan °C 28
Suhu Air °C 26
Berat Bejana Kg 0.46
Berat Air Kg 1.8
3
Berat Isi Air Kg/m 996.77
Faktor Koreksi, (C=(B/A) 539.96
Diameter Agregat Maksimum Mm 5
2. Hasil Pemeriksaan
Berat
Keterangan
Cara Merojok Cara Longgar
Sampel 1 (kg) 3.125 2.993
Sampel 2 (kg) 3.297 3.081
Total (kg) 6.422 6.074
Rata-rata (kg) 3.211 3.037
Net Weight (G) kg 2.752 2.578
Berat Isi (G*K) kg/m3 1527.888 1431.226
Berat Berat
Benda Volume Berat Isi
No. Jenis Batako Basah Kering
Uji (m3) (Kg/m3)
(Kg) (Kg)
1 B1.1 0.008 15.231 14.285 1785.625
2 B1.2 0.008 15.168 14.228 1778.5
3 B1.3 0.008 15.446 14.536 1817
4 B1.4 0.008 15.444 14.596 1824.5
5 B1.5 0.008 15.249 14.419 1802.375
6 B1.6 0.008 15.092 14.188 1773.5
7 B1.7 0.008 15.407 14.682 1835.25
8 B1.8 0.008 15.685 14.433 1804.125
9 B1.9 0.008 15.633 14.657 1832.125
10 Batako+ 10% Cacahan B1.10 0.008 15.021 14.268 1783.5
11 Limbah Plastik HDPE B1.11 0.008 14.986 14.179 1772.375
12 B1.12 0.008 15.229 14.144 1768
13 B1.13 0.008 15.277 14.237 1779.625
14 B1.14 0.008 15.021 14.353 1794.125
15 B1.15 0.008 15.328 14.289 1786.125
16 B1.16 0.008 15.295 14.482 1810.25
17 B1.17 0.008 14.994 14.085 1760.625
18 B1.18 0.008 15.069 14.128 1766
19 B1.19 0.008 15.108 14.023 1752.875
20 B1.20 0.008 15.141 14.001 1750.125
Rata-rata 0.008 15.241 14.311 1788.831
Berat Berat
Benda Volume Berat Isi
No. Jenis Batako Basah Kering
Uji (m3) (Kg/m3)
(Kg) (Kg)
1 B2.1 0.008 15.683 14.855 1856.875
2 B2.2 0.008 15.915 14.901 1862.625
3 B2.3 0.008 15.752 15.027 1878.375
4 B2.4 0.008 15.708 14.946 1868.25
5 B2.5 0.008 16.463 15.491 1936.375
6 B2.6 0.008 15.602 14.749 1843.625
7 B2.7 0.008 16.012 14.98 1872.5
8 B2.8 0.008 15.721 14.671 1833.875
9 B2.9 0.008 15.627 14.652 1831.5
10 Batako+ 10% Cacahan B2.10 0.008 15.982 14.894 1861.75
11 Limbah Plastik PP B2.11 0.008 15.827 14.93 1866.25
12 B2.12 0.008 15.891 14.927 1865.875
13 B2.13 0.008 15.771 14.875 1859.375
14 B2.14 0.008 15.805 14.829 1853.625
15 B2.15 0.008 15.981 14.95 1868.75
16 B2.16 0.008 15.832 14.871 1858.875
17 B2.17 0.008 15.822 14.924 1865.5
18 B2.18 0.008 15.601 14.833 1854.125
19 B2.19 0.008 15.767 14.868 1858.5
20 B2.20 0.008 15.814 14.893 1861.625
Rata-rata 0.008 15.829 14.903 1862.913
Berat Berat
Benda Volume Berat Isi
No. Jenis Batako Basah Kering
Uji (m3) (Kg/m3)
(Kg) (Kg)
1 K1.1 0.000225 6.907 5.956 26471.11
2 K1.2 0.000225 6.785 5.85 26000.00
Kubus + 10% Cacahan
3 K1.3 0.000225 6.812 5.852 26008.89
Limbah Plastik HDPE
4 K1.4 0.000225 6.913 6.013 26724.44
5 K1.5 0.000225 6.788 5.898 26213.33
Rata-rata 0.000225 6.841 5.914 26283.56
Berat Berat
Benda Volume Berat Isi
No. Jenis Batako Basah Kering
Uji (m3) (Kg/m3)
(Kg) (Kg)
1 K2.1 0.000225 7.241 6.351 28226.67
2 K2.2 0.000225 7.012 6.132 27253.33
Kubus + 10% Cacahan
3 K2.3 0.000225 7.19 6.27 27866.67
Limbah Plastik PP
4 K2.4 0.000225 7.121 6.251 27782.22
5 K2.5 0.000225 7.036 6.136 27271.11
Rata-rata 0.000225 7.120 6.228 27680.00
Kuat Tekan
Luas (Kg/cm2)
Umur Pembacaan Daerah SNI
No. Jenis Batako Sampel Mutu
(Hari) Dial (KN) Tekan Benda 03-
(cm2) Uji 0349-
1989
1 Batako+10% B1.1 28 206 280 75.04 65 2
2 Cacahan B1.2 28 184 280 67.03 65 2
3 Limbah B1.3 28 190 280 69.21 65 2
4 Plastik B1.4 28 182 280 66.30 65 2
5 HDPE B1.5 28 188 280 68.49 65 2
Rata-rata 190 280 69.21 70 2
Kuat Tekan
Luas (Kg/cm2)
Umur Pembacaan Daerah SNI
No. Jenis Batako Sampel Mutu
(Hari) Dial (KN) Tekan Benda 03-
(cm2) Uji 0349-
1989
1 B2.1 28 236 280 85.97 65 2
Batako+10%
2 B2.2 28 254 280 92.53 65 2
Cacahan
3 B2.3 28 230 280 83.79 65 2
Limbah
4 B2.4 28 236 280 85.97 65 2
Plastik PP
5 B2.5 28 228 280 83.06 65 2
Rata-rata 236.8 280 86.26 70 2
Kuat Tekan
Luas (Kg/cm2)
Jenis Umur Pembacaan Daerah SNI
No. Sampel Mutu
Batako (Hari) Dial (KN) Tekan Benda 03-
(cm2) Uji 0349-
1989
1 Kubus+10% K1.1 28 154 225 69.81 65 2
2 Cacahan K1.2 28 176 225 79.79 65 2
3 Limbah K1.3 28 164 225 74.35 65 2
4 Plastik K1.4 28 182 225 82.51 65 2
5 HDPE K1.5 28 158 225 71.63 65 2
Rata-rata 166.8 225 75.62 70 2
Kuat Tekan
Luas (Kg/cm2)
Jenis Umur Pembacaan Daerah SNI
No. Sampel Mutu
Batako (Hari) Dial (KN) Tekan Benda 03-
(cm2) Uji 0349-
1989
1 K2.1 28 254 225 115.15 90 1
Kubus+10%
2 K2.2 28 226 225 102.45 90 1
Cacahan
3 K2.3 28 270 225 122.40 90 1
Limbah
4 K2.4 28 264 225 119.68 90 1
Plastik PP
5 K2.5 28 238 225 107.89 90 1
Rata-rata 250.4 225 113.51 100 1
Kuat
Jenis Pasangan Umur Pembacaan
No. Sampel Tekan
Dinding Batako (Hari) Dial (Psi)
(kg/cm2)
1 Dinding Batako HDPE D1 7 2200 154.67
2 Dinding Batako PP D2 7 2800 196.86