Anda di halaman 1dari 86

ANALISIS TINGKAT PENCAHAYAAN TERHADAP

KELELAHAN MATA OPERATOR PADA BAGIAN QUALITY


CONTROL DI PT PABRIK ES SIANTAR

TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh
MOUNIQUE ARDITA
120403124

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya

yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini

dengan baik.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi

oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik

Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini berjudul

“Analisis Tingkat Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata Operator pada

Bagian Quality Control di PT. Pabrik Es Siantar”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum

sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir

kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penulis

Medan, Desember 2016 Mounique Ardita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik

Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan

laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, M.T., selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, M.T.,selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T., dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc.,

selaku Koordinator Tugas Akhir atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan

masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana

ini.

4. Ibu Ir. Anizar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan,

pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian

Tugas Sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Bapak Erwin Sitorus, ST, M.T, selaku Dosen Pembimbing II atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Ayahanda Dr. Fransciscus Ginting, Sp,PD dan Ibunda dr. Berlian

Simanungkalit yang selalu memberi dukungan materil maupun moril sehingga

laporan Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tanpa

dukungan dari kedua orang tua penulis, laporan Tugas Sarjana ini tidak dapat

diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini adalah wujud rasa hormat dan

terimakasih penulis kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.

7. Adik-adik tercinta, Damian Pascal Christian Ginting dan Pius Sebastian

Ginting yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan memotivasi penulis

untuk menyelesaikan penulisan tugas sarjana ini.

8. Keluarga besar P.S.Ginting dan dr. Posma Simanungkalit, terkhusus kepada

dr. Rodinda Hutabarat dan Astrid Sitepu, SE yang telah memberikan

semangat, mendukung dan memotivasi kepada penulis untuk menyelesaikan

penulisan tugas sarjana.

9. Seluruh dosen Teknik Industri, Fakultas Teknis, Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan sebagai bekal untuk

penulisan tugas sarjana ini.

10. Sahabat terbaik penulis Regina Zalukhu, S.Ked, S.Pd yang selalu memberikan

motivasi, semangat, doa, dukungan dan juga telah meluangkan waktunya

secara tidak langsung telah ikut serta dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Sahabat HC, Sheren, Putri Batubara, SE, Tito, Bobby, Piter, ST, Paulinus, ST,

Steven, SH, Meta, Anthony, S.Ked, Heidi, SH yang selalu memberikan

motivasi, dukungan serta hiburan kepada penulis.

12. Sahabat selaku satu team TA di PT. Pabrik Es Siantar, Merin dan Elsa yang

selalu memotivasi penulis dan membantu dalam pengerjaan tugas sarjana ini.

Sahabat seperjuangan Gebrina Astari, Eunike Andara, Naomi, ST, Claudia,

ST, Yolanda, ST, Reny, Marlyn, yang selalu memberikan motivasi, dukungan

dan semangat kepada penulis. Teman-teman selaku satu bimbingan TA,

Teguh, Hardyanto, Nael dan Oka yang memberikan masukan kepada penulis.

13. Teman-teman stambuk 2012 (DUABELATI) serta abang kakak senior dan

junior di Departemen Teknik Industri yang telah mendukung dan membantu

penulis dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

14. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak

Rahma, Kak Mia, Bang Ridho dan Ibu Ani, terima kasih atas bantuannya

dalam bagian administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

15. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin

disebutkan satu per satu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................ iv

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................. v

DAFTAR ISI .......................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR .............................................................. xx

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xx

ABSTRAK............................................................................... xxi

I PENDAHULUAN ................................................................... I-1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... I-1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................... I-3

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................... I-3

1.4 Asumsi dan BatasanMasalah ........................................ I-4

1.5 Sistematika Penulisan Laporan..................................... I-5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................... II-1

2.1 Sejarah Perusahaan ....................................................... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha...................................... II-3

2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan ....................... II-3

2.3.1. Struktur Organisasi ............................................. II-3

2.3.2. Jam Kerja ............................................................ II-3

2.4. Proses Produksi ............................................................ II-6

2.4.1. Bahan Baku ........................................................ II-6

2.4.2. Bahan Penolong .................................................. II-7

2.4.3. Bahan Tambahan ................................................ II-7

2.5. Uraian Proses ................................................................ II-8

III LANDASAN TEORI .............................................................. III-1

3.1. Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Kegiatan

Manusia ........................................................................ III-1

3.2. Pencahayaaan ............................................................... III-1

3.3. Pencahayaan Buatan dan Pencahayaan Merata ............ III-2

3.4. Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan ....... III-3

3.5. Cahaya Alam dan Cahaya Buatan ................................ III-5

3.6. Standar Pencahayaan di Tempat Kerja ......................... III-6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.7. Pengukuran Pencahayaan ............................................. III-7

3.7.1. Pengukuran Tingkat Iluminasi ........................... III-8

3.7.2.Pengukuran Tingkat Luminansi .......................... III-10

3.7.3. Pengukuran Reflektansi ...................................... III-10

3.8. Perhitungan Kebutuhan Penerangan Ruangan ............. III-11

3.8.1. Metode Titik ...................................................... III-11

3.8.2. Metode Lumen.................................................... III-12

3.9. Efek Iluminasi terhadap Mata ..................................... III-16

3.10. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov – Smirnov . III-17

3.11. Uji Kenormalan Data .................................................... III-18

3.12. Regresi Linear .............................................................. III-19

3.13. Uji Korelasi Pearson Product Moment ........................ III-21

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ............................................................. IV-1

4.3. Objek Penelitian ........................................................... IV-1

4.4. Variabel Penelitian ....................................................... IV-2

4.5 Kerangka Konseptual ................................................... IV-2

4.6. Definisi Operasional ..................................................... IV -3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.7. Pelaksanaan Penelitian ................................................. IV -4

4.8. Kesimpulan dan Saran .................................................. IV-7

4.9. Rancangan Penelitian ................................................... IV-

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ............... V-1

5.1. Pengumpulan Data........................................................ V-1

5.1.1. Tingkat Iluminasi pada Lantai Produksi ........... V-1

5.1.2. Data Tingkat Luminansi dan Tingkat Iluminasi

Material Objek Stasiun Kerja Quality Control

1 dan Quality Control 2 ...................................... V-3

5.1.3. Kelelahan Mata Operator pada Stasiun Quality

Control 1 ........................................................... V-4

5.1.4. Kelelahan Mata Operator pada Stasiun Quality

Control 2 ........................................................... V-6

5.2. Pengolahan Data ........................................................... V-8

5.2.1. Perhitungan Tingkat Iluminasi Rata-rata .......... V-8

5.2.2. Perhitungan Angka Reflektansi Material Objek V-10

5.2.3. Perhitungan Jumlah dan Pemilihan Jenis Lampu V-13

5.2.1. Uji Kenormalan Data…………………………. V-17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.4.1. Uji Kenormalan Tingkat Iluminasi di

Stasiun Quality Control 1 ................... V-18

5.2.4.2. Uji Kenormalan Kelelahan Mata

Operator 1 di Stasiun Kerja Quality

Control 1 ............................................. V-20

5.2.4.3. Uji Kenormalan Kelelahan Mata

Operator 2 di Stasiun Kerja Quality

Control 1 ............................................. V-22

5.2.4.4. Uji Kenormalan Tingkat Iluminasi di

Stasiun Quality Control 2 ................... V-23

5.2.4.5. Uji Kenormalan Kelelahan Mata

Operator 1 di Stasiun Kerja Quality

Control 2 ............................................. V-24

5.2.4.6. Uji Kenormalan Kelelahan Mata

Operator 2 di Stasiun Kerja Quality

Control 2 ............................................. V-25

5.2.5. Uji Kecukupan Data ......................................... V-26

5.2.5.1. Uji Kecukupa Iluminasi pada Quality

Control 1 ............................................. V-27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.5.2. Uji Kecukupa Iluminasi pada Quality

Control 2 ............................................. V-28

5.2.5.3. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata

Operator 1 pada Quality Control 1 ..... V-29

5.2.5.4. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata

Operator 2 pada Quality Control 1 ..... V-31

5.2.5.5. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata

Operator 1 pada Quality Control 2 ..... V-32

5.2.5.6 Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata

Operator 2 pada Quality Control 2 ..... V-33

5.2.6. Perhitungan Persamaan Regresi ....................... V-35

5.2.6.1. Perhitungan Persamaan Regresi

Tingkat Iluminasi dengan Kelelahan

Mata Operator 1 di Stasiun Quality

Control 1 ............................................. V-35

5.2.6.2. Perhitungan Persamaan Regresi

Tingkat Iluminasi dengan Kelelahan

Mata Operator 2 di Stasiun Quality

Control 1 ............................................. V-37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.6.3. Perhitungan Persamaan Regresi

Tingkat Iluminasi dengan Kelelahan

Mata Operator 1 di Stasiun Quality

Control 2 ............................................. V-38

5.2.6.4. Perhitungan Persamaan Regresi

Tingkat Iluminasi dengan Kelelahan

Mata Operator 2 di Stasiun Quality

Control 2 ............................................. V-40

5.2.7. Uji Korelasi ....................................................... V-41

5.2.7.1. Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun

Quality Control 1 ................................ V-41

5.2.7.2. Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun

Quality Control 1 ................................ V-43

5.2.7.3. Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun

Quality Control 2 ................................ V-45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.7.4. Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun

Quality Control 2…………………….. V-47

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................ VI-1

6.1. Analisis ........................................................................ VI-1

6.1.1. Analisis Iluminasi Rata-Rata............................ V-1

6.1.2. Analisis Perhitungan Angka Reflektansi ......... V-1

6.1.3. Analisis Perhitungan Jumlah dan Jenis

Lampu……………………………………….. V-2

6.1.4. Analisis Uji Kenormalan Data ......................... V-2

6.1.5. Analisis Uji Kecukupan Data ........................... V-3

6.1.6. Analisis Uji Regresi ......................................... V-4

6.1.7. Analisis Uji Korelasi ........................................ V-5

6.2. Pembahasan Masalah.................................................... V-6

6.2.1. Pembahasan Perhitungan Tingkat Iluminasi

Rata-rata ........................................................... V-6

6.2.2. Pembahasan Perhitungan Angka Reflektansi... V-6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.2.3. Pembahasan Perhitungan Jumlah dan Jenis

Lampu .............................................................. VI-7

6.2.4. Pembahasan Uji Kenormalan Data .................. VI-7

6.2.5. Pembahasan Uji Kecukupan Data .................... VI-8

6.2.6. Pembahasan Uji Regresi .................................. VI-8

6.2.7. Pembahasan Uji Korelasi ................................. VI-10

VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. VII-1

7.1 Kesimpulan ................................................................... VII-1

7.2. Saran ............................................................................. VII-2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Intensitas Cahaya di Ruang Kerja ............................................ III-5

5.1. Tingkat Iluminasi di Area Pengukuran Quality Control 1 ....... V-1

5.2. Tingkat Iluminasi di Area Pengukuran Quality Control 2 ....... V-2

5.3. Tingkat Iluminasi dan Tingkat Luminansi di Stasiun Kerja

Quality Control 1 dan Quality Control 2.................................. V-4

5.4. Kelelahan Mata Operator pada Stasiun Kerja Quality Control

1 ................................................................................................ V-5

5.5. Kelelahan Mata Operator pada Stasiun Kerja Quality Control

2 ................................................................................................ V-6

5.6. Rata-rata Tingkat Iluminasi Stasiun Kerja Quality Control 1

dan Quality Control 2 di PT. Pabrik Es Siantar ....................... V-8

5.7. Rekomendasi Nilai Reflektansi Material untuk Pencahayaan

Industri ...................................................................................... V-10

5.8. Hasil Perhitungan Reflektansi Material Objek di Stasiun Kerja

Quality Control 1 dan Quality Control 2.................................. V-11

5.9. Uji Kenormalan Data Tingkat Iluminasi di Quality Control 1 . V-19

5.10. Uji Kenormalan Data Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun

Quality Control 1 ...................................................................... V-21

5.11. Uji Kenormalan Data Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun

Quality Control 1 ...................................................................... V-22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.12. Uji Kenormalan Data Tingkat Iluminasi di Quality

Control 2 ................................................................................. V-23

5.13. Uji Kenormalan Data Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun

Quality Control 2 .................................................................. V-24

5.14. Uji Kenormalan Data Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun

Quality Control 2 .................................................................. V-26

5.15. Uji Kecukupan Data Iluminasi pada Quality Control 1 ........ V-27

5.16. Uji Kecukupan Data Iluminasi pada Quality Control 2 ........ V-28

5.17. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata Operator 1 pada Quality

Control 1 ............................................................................... V-30

5.18. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata Operator 2 pada Quality

Control 1 ............................................................................... V-31

5.19. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata Operator 1 pada Quality

Control 2 ............................................................................... V-32

5.20. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata Operator 2 pada Quality

Control 2 ............................................................................... V-34

5.21. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun Quality Control 1 ..... V-35

5.22. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun Quality Control 1 ..... V-37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.23. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun Quality

Control 2 ............................................................................... V-38

5.24. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun Quality

Control 2 ............................................................................... V-40

5.25. Perhitungan Koefisien Korelasi Variabel X dan Y pada

Operator 1 di Quality Control 1 ............................................ V-42

5.26. Perhitungan Koefisien Korelasi Variabel X dan Y pada

Operator 2 di Quality Control 1 ............................................ V-44

5.27. Perhitungan Koefisien Korelasi Variabel X dan Y pada

Operator 1 di Quality Control 2 ............................................ V-46

5.28. Perhitungan Koefisien Korelasi Variabel X dan Y pada

Operator 2 di Quality Control 2 ............................................ V-48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Pabrik Es Siantar .......................... II-5

3.1. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan untuk Luas

Ruangan Kurang dari 10m2 ................................................. III-6

3.2. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan untuk Luas

Ruangan Kurang dari 10m2-100m2 ..................................... III-7

4.1. Kerangka Konseptual Penelitan .......................................... IV-3

4.2. Layout Titik Pengukuran Iluminasi di Stasiun Qualtiy

Control 1 ............................................................................ IV-4

4.3. Layout Titik Pengukuran Iluminasi di Stasiun Qualtiy

Control 2 ............................................................................ IV-5

4.4. Block Diagram Prosedur Penelitian .................................... IV-9

5.1. Lampu yang Berada di Stasiun Kerja Quality Control 1

dan Quality Control 2.......................................................... V-4

5.2. Grafik Kelelahan Mata Quality Control 1........................... V-6

5.3. Grafik Kelelahan Mata Quality Control 2........................... V-7

5.4. Rata-rata Tingkat Iluminasi pada Lantai Produksi di PT.

Pabrik Es Siantar ................................................................. V-9

5.5. Angka Reflektansi Dinding ................................................. V-11

5.6. Angka Reflektansi Lantai .................................................... V-12

5.7. Angka Reflektansi Langit-Langit ........................................ V-1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 ........................................................ L-1

2. Tabel Kolmogorov Smirnov .......................................................... L-2

3. Tabel Z .......................................................................................... L-3

4. Tabel IES ...................................................................................... L-4

5. Surat Permohonan Tugas Sarjana ................................................. L-5

6. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ............................................... L-6

7. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana ........................................ L-7

8. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana ............................ L-8

9. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa ................................. L-9

10. Form Asistensi Dosen Pembimbing I ........................................... L-10

11. Form Asistensi Dosen Pembimbing II .......................................... L-11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat objek-objek


secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang kurang
mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha
melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata akan mengakibatkan
pula lelahnya mental dan bisa menimbulkan kerusakannya mata. Sesuai dengan
Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, standar minimum pencahayaan
pada pekerjaan yang dilakukan terus menerus sebesar 200 lux.
PT. Pabrik Es Siantar merupakan perusahaan yang bergerak dalam
produksi es batangan dan minuman. Produk utama yang dihasilkan PT. Pabrik Es
Siantar adalah sarsaparilla dan soda water dengan merek dagang “badak”. PT.
Pabrik Es Siantar terdiri dari 5 stasiun kerja, yaitu sterilisasi botol, quality control
1, pengisian sirup, quality control 2, dan packaging. Proses inspeksi pada PT.
Pabrik Es Siantar dilakukan pada 2 stasiun kerja yaitu quality contol 1 dan quality
control 2. Pengamatan pertama kali diketahui bahwa tingkat pencahayaan di
quality control berada di bawah standar sehingga menyebabkan pusing dan
turunnya ketelitan pada operator. Jumlah operator pada setiap stasiun quality
control berjumlah dua orang. Operator stasiun kerja quality control 1 dan quality
control 2 melakukan pengamatan dengan kasat mata dalam mengamati hasil
pencucian botol dan pengisian sarsaparilla kebotol.
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi
pencahayaan terhadap kelelahan mata operator pada quality control 1 dan quality
control 2. Temuan yang ditargetkan adalah tingkat pencahayaan yang tepat
sehingga operator dapat bekerja tanpa adanya keluhan terhadap kelelahan mata.
Penelitian dilakukan selama lima hari di PT. Pabrik Es Siantar yang
berlokasi di Siantar, Sumatera Utara. Penelitian dimulai dengan melakukan
wawancara langsung kepada operator di quality control, pengukuran dimensi
stasiun quality control, pengukuran waktu respon operator, penentuan titik ukur
pencahayaan, pengukuran iluminasi, pengukuran angka reflektansi dan jumlah
lumen

Kata Kunci: Pencahayaan, Iluminasi, Kelelahan Mata Operator, Metode


Lumen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan,

dalam arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri (intern) atau mungkin dari

pengaruh luar (extern). Salah satu faktor yang berasal dari luar ialah kondisi

lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja

seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain yang dalam hal ini akan

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia.1

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan termasuk salah satu hal yang

penting untuk diperhatikan. Lingkungan kerja yang baik yaitu apabila operator

dapat melaksanakan kegiatan secara efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien.

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja yaitu pencahayaan,

temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, kebisingan, getaran, dan bau-bauan.

Lingkungan kerja memerlukan perhatian khusus dari pihak perusahaan demi

menciptakan kenyamanan bagi pekerjanya sehingga mendukung produktivitas dan

kelancaran kerja.

1
Sritomo Wignjosoebroto. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Cetakan
Kedua. Surabaya: Guna Widya. Hal. 83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


P. Hebert (2014) melakukan penelitian mengenai dampak lingkungan kerja

terhadap pemilihian penerangan di Oklahoma. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

intensitas penerangan pada ruangan seharusnya sesuai dengan kebutuhan ruangan

tersebut. Setiap ruangan mempunyai kebutuhan intensitas penerangan yang berbeda-beda.

Penerangan yang akan diterapkan pada penelitian ini harus sesuai standar penerangan

pada area industri.2

Dr. Devanand Uttam (2015) melakukan penelitian mengenai penerangan di

industri tekstil. Penelitian ini membahas banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh

operator di pabrik ini berkaitan dengan penerangan. Penerangan yang baik meningkatkan

performa operator dalam melakukan tugasnya. Setiap aktivitas di tekstil industri ini

membutuhkan penerangan yang cukup pada bagian meja kerja. Penerangan yang baik

sangat penting untuk kualitas produk dan keselamatan kerja. Kurangnya penerangan akan

mengakibatkan kecelakaan. Selain itu, penerangan yang terlalu berlebihan mengakibatkan

permasalahan dalam kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini dapat dipenuhi dengan

menyediakan tipe lampu, level daya, tipe luminer, ketinggian luminer, dan frekuensi

perawatan kelompok luminer secara tepat.3

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah tingkat pencahayaan di stasiun

quality control 1 dan quality control 2 berada di bawah standar berdasarkan Kepmenkes

No. 1405 Tahun 2002 sehingga peneliti ingin mengetahui pengaruh tingkat pencahayaan

terhadap kelelahan mata operator.

2
P. Hebert, The Environmental Impact Of Workplace Lighting Choices In Rural Oklahoma,
Oklahoma: Oklahoma State University,2014.
3
Dr. Devanand Uttam, Lighting in Textile Industry, India: Giani Zail Singh Punjab Technical
University, 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk melakukan perbaikan tingkat

pencahayaan sehingga sesuai standar Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 dan untuk

mengurangi kelelahan mata operator pada bagian quality control di PT Pabrik Es Siantar.

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah

1. Mengetahui kondisi pencahayaan di quality control 1 dan quality control 2

PT. Pabrik Es Siantar.

2. Mengetahui tingkat iluminasi dan luminansi di quality control 1 dan quality

control 2 PT. Pabrik Es Siantar.

3. Mengetahui hubungan tingkat iluminasi quality control 1 dan quality control

2 PT. Pabrik Es Siantar terhadap kelelahan mata operator.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan dalam penelitian ini antara lain adalah:

1. Penelitian dilakukan pada bagian quality control.

2. Jumlah operator yaitu 4 orang.

3. Metode yang digunakan yaitu luminansi dan iluminasi.

4. Faktor lingkungan kerja yang diteliti hanya pencahayaan.

5. Penelitian ini tidak dipengaruhi pencahayaan alami.

6. Pengukuran luminansi hanya sebatas pada bagian sortasi.

7. Penelitian ini tidak membahas tentang biaya.

8. Pengamatan yang dilakukan hanya 1 shift kerja.

9. Produk yang diukur pada penelitian ini hanya minuman sarsaparilla.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen pengukuran yang digunakan berada dalam kondisi yang baik dan

bekerja sesuai fungsinya.

2. Sistem produksi tidak mengalami kendala.

3. Operator yang menjadi objek penelitian dalam keadaan normal dan sehat.

4. Tidak ada pergantian pekerja selama penelitian.

5. Ruang kontrol tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Bab I berisi tentang pendahuluan, yaitu menguraikan latar belakang

permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, dimana permasalahan

dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat pencahayaan terhadap kelelahan

mata operator. Kedua, perumusan permasalahan, yaitu tingkat penerangan pada

stasiun quality control 1 dan quality control 2 dibawah standar. Ketiga, tujuan

penelitian untuk melakukan perbaikan terhadap rendahnya tingkat pencahayaan

dan mengurangi kelelahan mata operator. Batasan dan asumsi yang digunakan

dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian.

Bab II membahas tentang gambaran umum perusahaan, ruang lingkup

perusahaan, lokasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, dan jam kerja

operator pada PT. Pabrik Es Siantar. Bab III berisi teori tentang intensitas cahaya,

metode pengukuran cahaya dan sumber-sumber cahaya.

Pada Bab IV membahas tentang metodologi penelitian yang menguraikan

tahap-tahap dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual, defenisi

operasional, identifikasi variabel penelitian, instrumen pengumpulan data,

populasi, sumber data, metode pengolahan data, blok diagram prosedur penelitian

dan pengolahan data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran.

Bab V membahas tentang penyelesaian kendala pada penelitian yang berisi

Pengumpulan dan Pengolahan Data. Analisis Pemecahan Masalah dibahas pada

Bab VI yang meliputi analisis perhitungan tingkat intensitas pencahayaan. Bab

VII kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Pabrik Es Siantar merupakan satu-satunya pabrik tertua di Pematang

Siantar yang sudah berdiri sejak tahun 1916 dengan nama NV Ijs Fabriek. PT.

Pabrik Es Siantar didirikan oleh seorang berkebangsaan Swiss bernama Heinrich

Surbeck. Heinrich Surbeck merupakan sarjana teknik kimia dan pertama kali

datang ke Sumatera Utara pada tahun 1902. Beberapa tahun kemudian, Surbeck

mendirikan pabrik gambir di Gunung Melayu (Asahan), mendirikan pembangkit

listrik dan hotel, pabrik es dan minuman di Pematang Siantar di bawah nama NV.

Ijs Fabriek. NV Ijs Fabriek atau PT. Pabrik Es Siantar berdiri pada tahun 1916

yang pada awalnya memproduksi es batangan.

Pada tahun 1920-an bukan hanya es batangan yang diproduksi tetapi mulai

merambah ke produksi minuman. Minuman yang diproduksi pabrik PT. Pabrik Es

Siantar terdiri dari berbagai rasa. Ada delapan minuman yang diproduksi yaitu

Orange Pop, Sarsaparilla, Raspberry, Nanas, Grape Fruit Soda, American Ice

Cream Soda, Coffe Bear, dan Soda Water. Dari hasil penelitian para peneliti

sampai saat ini belum ada perusahaan yang memproduksi es batangan dalam

jumlah besar selain NV Ijs Fabriek Siantar. NV Ijs Fabriek Siantar juga menjadi

pemasok listrik bagi Pematang Siantar sebelum masuk PLN. Listrik yang

didapatkan oleh NV Ijs Fabriek Siantar ini didapatkan dengan membendung

sungai Bah Bolon yang ada di depan pabrik tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pemilihan nama “badak” sebagai merek minuman yang dicetuskan oleh

Heinrich Surbeck memang kurang jelas. Wawancara yang dilakukan peneliti bahwa

badak mempunyai arti filosofi yaitu badak mempunyai kulit dan tanduk yang keras,

yang mengartikan bahwa perubahan zaman kearah globalisasi tidak akan membuat

minuman dan es batangan surut.

Pada tahun 1971 PT. Pabrik Es dijual kepada Julius Hutabarat karena

Heinrich Surbeck dan keluarganya memutuskan untuk kembali ke Swiss.

Keputusan keluarga Heinrich Surbeck menjual pabrik tersebut kepada keluarga

Hutabarat sangat tepat karena di tangan Hutabarat, pabrik ini bertambah maju

ditunjukkan dengan penambahan gedung baru, pergantian mesin lama dengan

mesin baru dan fasilitas lainnya. PT. Pabrik Es Siantar tetap berproduksi sampai

tahun 1990 walaupun mengalami pengurangan produksi minuman. Globalisasi,

dana serta banyaknya kendala yang dihadapi perusahaan tersebut menyebabkan

pengurangan produksi, pada awalnya ada delapan minuman yang diproduksi

berubah menjadi dua minuman yaitu sarsaparilla dan soda water dan tentu saja es

batangan. Pengurangan produksi minuman terjadi sekitar tahun 1990-an, tetapi

minuman cap badak menjadi primadona bagi warga sekitar.

Pada beberapa tahun belakangan ini minuman ber cap “badak” kembali

menarik perhatian pasar, dan mengalami peningkatan permintaan yang tinggi. PT.

Pabrik Es Siantar merupakan sebuah perusahaan minuman yang sudah berdiri

hampir satu abad bersaing dengan perusahaan minuman asing lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Pabrik Es Siantar bergerak dalam usaha produksi es batangan dan

minuman sarsaparilla dan soda water. Pada PT. Pabrik Es Siantar produk

minuman menjadi produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan ini. Minuman

tersebut ialah sarsaparilla dan soda water. Per harinya menghasilkan 46.000 botol

minuman.

Bahan baku atau bahan utama berupa air, konsetrat (essence sarsaparilla),

gas CO2 cair dan gula murni. Bahan konsetrat (essence sarsaparilla) diimpor dari

luar negeri, melalui distributor bernama IFF (International Flavor & Fragrance).

Daerah pemasaran produk minuman PT. Pabrik Es Siantar adalah Aceh, Sumatera

Utara, Padang, Pekan Baru, Kepulauan Riau, Palembang, Batam, bandung,

Surabaya dan Jakarta.

2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan

2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Pabrik Es Siantar berbentuk lini, karena pelimpahan

wewenang langsung secara vertikal dan sepenuhnya dari pemimpinan terhadap

bawahannya. Bentuk hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.3.2. Jam Kerja

PT. Pabrik Es Siantar beroperasi secara kontinu selama 16 jam/hari.

Tenaga kerja secara umum bekerja 48 jam/minggu. Waktu kerja bagi karyawan

PT. Pabrik Es Siantar dapat dikelompokkan menjadi dua shift, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Waktu Kerja Shift I

a. Senin-Sabtu : Pukul 08.00-16.00 WIB

b. Minggu : Libur

2. Waktu Kerja Shift II

a. Senin-Sabtu : Pukul 16.00-24.00 WIB

b. Minggu : Libur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MANAGER

Ka Bag Ka Bag Ka Adm & Ka Bag Ka Bag Ka Bag


Produksi Personali Keuangan Pengadaan Penjualan Tekhnik

Sub. Bag Sub. Bag


Personali Kredit
Produksi Minuman Sub Bag Sub. Bag
Produksi Es Salesman
Badak Penerimaan Bengkel

Sub. Bag Sub. Bag


Keamanan Kasir
Quality
Control Sub. Bag
Bagian
Pembelian
Mandor
Sub. Bag Adm Bahan

Syrup Room

Sub. Bag
Bagian
Bagian Derek Bahan Baku
Bongkar

Sub. Bag
Barang Jadi
Bagian
Mandor
Unit Prod. Cap
Badak:
- Bagian Washer
- Bagian Mesin
- Bagian Facer Crat
- Bag Supir Forklit
- Maintenance

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Pabrik Es Siantar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4. Proses Produksi

Proses produksi adalah upaya untuk menciptakan atau menambah nilai

suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada yaitu

material, tenaga kerja, mesin, metode dan lainnya. Sistem produksi yang

dillakukan perusahaan ialah make to stock, yaitu kegiatan produksi dilakukan

untuk mengisi persediaan yang jumlahnya ditentukan berdasarkan peramalan

terhadap potensi permintaan pelanggan terhadap produk jadi.

2.4.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses

produksi dengan komposisi persentase yang tinggi dan merupakan bahan yang

membentuk bagian integral dari suatu produk jadi. Bahan baku yang digunakan

pada produksi minuman di PT. Pabrik Es Siantar adalah :

1. Air

Air yang digunakan pada proses produksi ini diperoleh langsung dari sumber

mata air yang berada di kawasan perusahaan sehingga meminimumkan biaya.

Air tersebut tidak hanya digunakan sebagai bahan baku tetapi juga sebagai

pembangkit listrik pada PT. Pabrik Es Siantar ini dengan menggunakan turbin.

2. Konsentrat (Essence Sarsaparilla)

Konsentrat yang digunakan ialah Essence Sarsaparilla yang diimpor dari luar

negeri melalui distributor bernama IFF (International Flavor & Fragrance).

Konsentrat ini digunakan untuk memberikan rasa sarsaparilla pada produk jadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Gas CO2 Cair

Gas CO2 cair digunakan untuk memberikan gas pada produk, sehingga rasanya

lebih enak dan juga sebagai pengawet produk. Gas ini diperoleh dari Medan

melalui distributor yaitu PT. Andalas Jaya Perkasa.

4. Gula Murni

Gula murni ini digunakan untuk memberikan rasa manis kepada produk

sehingga lebih enak.

2.4.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak tampak dalam produk jadi tetapi

hanya menolong proses produksi agar berjalan dengan lancar dan digunakan

sebagai pelengkap produk saja. Bahan penolong yang digunakan adalah Sitrid

acid yang digunakan untuk memberikan sedikit rasa asam pada produk, Sitrid

acid diperoleh dari Medan melalui distributor yaitu PT. Sarijaya.

2.4.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu

produk, tetapi pemakaiannya sangat sedikit atau cukup kompleks yang dapat

mempengaruhi kualitas produk. Bahan tambahan yang digunakan adalah:

1. Pewarna Alami

Pewarna digunakan untuk memberikan warna pada minuman yang dihasilkan.

Pewarna yang digunakan pada produk ini ialah caramel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Botol Minuman

Botol minuman digunakan sebagai wadah tempat syrup sarsaparilla. Botol ini

terdiri atas dua bagian, yaitu tutup botol dan badan botol. Tutup botol diperoleh

dari Bandung yaitu PT. IGLAS dan badan botol diperoleh dari Surabaya yaitu

PT. Altimex.

2.5. Uraian Proses

Tahapan proses pembuatan minuman ber cap “badak” di PT. Pabrik Es

Siantar adalah:

1. Persiapan Produksi

Persiapan produksi dilakukan selama 2 jam. Kegiatan yang dilakukan pada

tahapan persiapan produksi ini adalah

a. Mempersiapkan tabung sirup yang digunakan untuk mentransfer sirup ke

mesin trimex.

b. Sanitasi filler, yaitu membersihkan mesin filler dengan menyiram mesin

menggunakan air panas.

c. Menghidupkan boiler yang digunakan untuk mentransfer uap panas ke

mesin washer.

2. Pembuatan Limun

Pembuatan limun dimulai dengan memasak gula yang dicampur dengan air

sebanyak 600 liter dengan suhu 100oC sampai gula larut. Setelah gula larut,

dilakukan penyaringan sebanyak 2 kali dengan mesin filter karlson untuk

menyaring partikel-partikel yang sangat kecil dari gula yang telah cair. Setelah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diperoleh larutan gula yang sangat bersih, larutan tersebut ditransfer ke tabung

sirup yang didalamnya telah ada larutan air sebanyak 600 liter. Sirup

diproduksi dan dicampur konsentrat essence sarsaparilla, sitrid acid dan

pewarna alami kedalam tabung sirup. Setelah semuanya larut, sirup

sarsaparilla di transfer ke mesin trimex yang didalamnya telah ada air

sebanyak 270 liter dan gas CO2 cair dan diaduk selama beberapa menit. Sirup

yang berada pada mesin trimex akan di masukkan ke dalam botol dengan

menggunakan mesin filler.

3. Pencucian Botol

Botol yang akan digunakan dicuci terlebih dahulu pada mesin washer sehingga

bersih dan layak untuk digunakan.

4. Penegendalian Kualitas Botol

Sebelum botol digunakan untuk diisi sirup, maka dilakukan pengujian kualitas

terhadap botol, penilaian yang dilakukan berupa kebersihan botol dan kondisi

botol yang retak atau tidak sehingga diputuskan layak untuk digunakan.

5. Pengisian Sirup Sarsaparilla ke Dalam Botol

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap botol, maka botol diteruskan ke mesin

filler dan kemudian diisi sirup yang telah ada di mesin filler.

6. Pengendalian Kualitas Produk

Botol yang telah diisi sirup diteruskan ke bagian pengendalian kualitas produk

akhir pada meja yang telah disediakan dan ada juga yang diambil sebagai

sampel secara acak untuk dilakukan tes laboratorium untuk menilai keasaman

produk dan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Pemberian Tanggal Kadaluwarsa

Setelah produk dinyatakan lulus uji kualitas dan layak dikonsumsi, botol

minuman ditutup dengan penutup botol dan diberikan tanggal kadaluwarsanya.

8. Pengepakan

Tahapan ini merupakan tahapan akhir yaitu produk yang telah jadi di susun

pada krat botol yang berisi 24 botol/ krat dan siap untuk dipasarkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kondisi Lingkungan Fisik Kerja yang Mempengaruhi Aktivitas

Kerja Manusia 4

Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan,

dalam arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut bias datang dari dirinya sendiri (intern) atau mungkin dari

pengaruh luar (extern). Salah satu faktor yang berasal dari luar ialah kondisi

lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja

seperti temperature, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain yang dalam hal ini akan

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia.

3.2. Pencahayaan5

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat objek-objek

secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang kurang

mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata aka berusaha

melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata ini akan mengakibatkan

pula lelahnya mental dan lebih jauh lagi bisa menimbulkan kerusakannya mata.

4
Sritomo Wignjosoebroto. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Cetakan
Kedua. Surabaya: Guna Widya. Hal. 83
5
Ibid ., h. 85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas akan ditentukan oleh

ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan sekelilingnya, lumnisi

(brightness) serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk

menghindari silau (glare) karena letak dari sumber cahaya yang kurang tepat

maka sebaiknya mata tidak secara langsung menerima cahaya dari sumbernya

akan tetapi cahaya tersebut harus mengenai objek yang akan diliihat yang

kemudian dipantulkan oleh objek tersebut kemata kita.

3.3. Pencahayaan Buatan dan Pencahayaan Merata6

Pencahayaan buatan diperlukan karena tidak dapat sepenuhnya tergantung

pada ketersediaan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan diperlukan dalam

beberapa kondisi berikut ini, yaitu:

1. Tidak tersedia cahaya alami siang hari dan saat antara matahari terbenam dan

terbit.

2. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari, saat mendung tebal, dan saat

intensitas cahaya bola langit akan berkurang.

3. Cahaya alami dari matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam

ruangan yang jauh dari jendela.

4. Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar, sebab hanya lokasi di sekitar

jendela saja yang terang sedangkan bagian tengah akan menjadi redup. Hal ini

terutama terjadi pada ruangan lebar, luas, dan terletak di bawah lantai lain

sehingga tidak memungkinkan untuk membuat lubang cahaya di atap.

6
Prasasto Satwiko. Fisika Bangunan. (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2008), h. 189-190

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Diperlukan intensitas cahaya konstan dan pencahayaan dengan warna dan arah

penyinaran yang mudah diatur.

Dalam pencahayaan buatan, dikenal pencahayaan merata. Dinyatakan

bahwa perencanaan pencahayaan dalam praktik umumnya bertujuan untuk

tercapainya tingkat iluminasi merata pada seluruh bidang kerja. Pencahayaan yang

sepenuhnya merata memang tidak mungkin dalam praktik, tetapi standar yang

dapat diterima adalah tingkat iluminasi minimum serendah-rendahnya 80% dari

tingkat iluminasi rata-rata ruang.7

3.4. Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan8

Cahaya, (light) adalah gelombang elektromagnet yang mempunyai

panjang antara 380 hingga 700 nm (nanometer, 1nm = 10-9m), dengan urutan

warna: (ungu-ultra), ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, (merah-infra).

Ungu-ultra dan merah-infra hanya dapat dilihat dengan bantuan alat optik khusus.

Spektrum radiasi Ungu-ultra (290-380 nm) berdaya kimia, sedangkan merah-infra

(700-2300 nm) berdaya panas. Kecepatan cahaya adalah 3x108 m/dtk. Sinar

adalah berkas cahaya yang mengarah ke satu tujuan.

Cahaya matahari (sunlight, daylight) mempunyai panjang gelombang

antara 290 hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ungu-ultra

hingga merah-infra. Mata manusia paling peka terhadap cahaya kuning (550nm).

7
D.C. Pritchard. Interior Lighting Design 6th Edition, dalam Luciana Kristanto, Penelitian
Terhadap Kuat Penerangan dan Hubungannya dengan Angka Reflektansi Warna Dinding Studi
Kasus Ruang Kelas Unika Widya Mandala Surabaya. Jurnal internet. 2004.
8
Prasasto Satwiko. Op cit. Hal. 144-145

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang

dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar matahari langsung. Sinar

matahari langsung akan sangat menyilaukan dan membawa panas, sehingga tidak

dipakai untuk menerangi ruangan. Catatan: hindari kekacauan antara sky light dan

skylight (disambung) yang berarti kaca atap atau jendela loteng.

Cahaya buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang

bersumber dari alat yang diciptakan manusia, seperti lampu pijar, lilin, lampu

minyak tanah dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya alami, yaitu

cahaya yang bersumber dari alam, misalnya: matahari, lahar panas, fosfor di

pohon-pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya alami

sekunder karena dia sebenarnya hanya memantulkan cahaya matahari.

Dalam pembicaraan kuantitatif cahaya, kita akan menemukan istilah-

istilah berikut:

1. Arus cahaya (luminos flux, flow diukur dengan lumen) adalah banyaknya

cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya

persatuan waktu.

2. Intensitas sumber cahaya (light intensity, luminos intensity diukur dengan

cendela) adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya ke arah

tertentu. Sebuah sumber cahaya berintensitas 1 cendela (1 lilin) mengeluarkan

cahaya total ke segala arah sebanyak 12,57 lumen. (12,57 adalah luas kulit

bola berjari-jari 1 meter dengan sumber cahaya sebagai titik pusatnya.)

Dengan kata lain, 1 cendela = 1 lumen per 1 sudut bola (steradian).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Iluminan (illuminance, diukur dengan lux, lumen/m2) adalah banyak arus

cahaya yang datang pada satu unit bidang. Illuminasi (illumination) adalah

datangnya cahaya ke suatu objek.

4. Luminan (Luminance, diukur dengan candela/m2 adalah intensitas cahaya

yang dipancarkan, dipantulkan, atau diteruskan oleh satu unit bidang yang

diterangi. Tetapi kita mengukur terang yang dipantulkan oleh sebuah bidang

dengan cendela/m2, demikian juga kita mengukur terang bidang yang

meneruskan cahaya, seperti kaca lampu, dengan candela/m2. Pada buku

referensi lama sering digunakan satuan footLambert (fL), untuk membedakan

satuan luminan dari iluminan. FootLambert = (Footcandle) x (Reflection

Factor). Luminasi (lumination) adalah perginya cahaya dari suatu objek.

3.5. Cahaya Alam dan Cahaya Buatan9

Keuntungan penggunaan cahaya alam yang sering disebut cahaya siang

(daylight) adalah kemampuannya membantu visualisasi benda sampai pada bagian

yang terkecil dan membedakan warna-warna pada permukaan. Cahaya alam selalu

merubah intensitas cahaya dan warna karna dipengaruhi oleh peredarannya dalam

tata surya serta kondisi cuaca dalam kondisi mendung hujan atau pergantian

musim. Cahaya matahari dipastikan tidak konstan, oleh karena itu untuk obyek

yang terlindung dari penyinaran langsung matahari perlu dibantu dengan cahaya

buatan. Pola warna dari cahaya alam selalu berubah, sehingga kita tidak bisa

menikmati kecerahan warna untuk jaringan waktu yang lama.

9
J Pamudji Suptandar. 2007. Sistem Pencahayaan pada Desain Interior. Jakarta: Penerbit
Universitas Trisakti. Hal 7-10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cahaya buatan, mayoritas bisa diatur sesuai keinginan dan kebutuhan

kita yaitu cahaya dari tenaga listrik karena bisa diatur dengan berbagai cara guna

mendukung kegiatan yang sesuai fungsi ruang. Spesifikasi sumber cahaya buatan

yang perlu diperhatikan yaitu temperatur, warna, jarak dan brntuk cahaya. Dalam

sistem pencahayaan buatan yang biasa disebut cahaya artificial banyak digunakan

dengan kombinasi dari berbagai macam elemen, seperti: sumber cahaya, kekuatan

cahaya, permukaan dan warma-warna yang secara keseluruhan diatur secara

terpadu. Pemcapaian kondisi pencahayaan dalam desain dengan

memperhitungkan efek atau dampak yang ditimbulkan. Pada hakekatnya sumber

cahaya listrik bisa dibedakan dalam dua sifat, yaitu:

1. Lampu Pijar

2. Lampu Neon

3.6. Standar Pencahayaan di Tempat Kerja10

Pencahayaan di tempat kerja harus disesuaikan dengan kompleksitas detail

pekerjaannya. Di Indonesia, standar pencahayaan diatur oleh Menteri Kesehatan

Republik Indonesia melalui Kepmenkes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Lampiran II

mengenai Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan

Kerja Industri bagian V membahas mengenai pencahayaan. Standar pencahayaan

yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI ditunjukkan pada Tabel 3.1.

10
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.1. Intensitas Cahaya di Ruang Kerja

No Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan Keterangan


Minimal (Lux)
1 Pekerjaan kasar dan tidak 100 Ruang penyimpanan &
terus menerus ruang peralatan/instansi
yang memerlukan
pekerjaan yang kontinu
2 Pekerjaan kasar dan terus 200 Pekerjaan dengan mesin
menerus dan perakitan kasar
3 Pekerjaan rutin 300 R. administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin
dan perakitan/penyusun
4 Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin
kantor Pekerja
pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
5 Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna,
pemrosesan tekstil,
pekerjaan mesin halus dan
perakitan halus
6 Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,
Tidak menimbulkan pemeriksaan pekerjaan
bayangan mesin dan perakitan yang
sangat halus
7 Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan
Tidak menimbulkan dan perakitan sangat halus
bayangan

3.7. Pengukuran Pencahayaan

Komponen pencahayaan di antaranya terdiri dari tingkat iluminasi, tingkat

luminansi, dan reflektansi. Ketiga komponen ini dapat diukur nilainya dengan

menggunakan alat ukur, yaitu lux meter. Metode pengukuran komponen pencahayaan

ini akan diuraikan pada sub bab berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.7.1. Pengukuran Tingkat Iluminasi11

Pada penggunaan luxmeter, tingkat iluminasi untuk bidang kerja diukur

secara horizontal sejauh 75 cm di atas permukaan lantai, sedangkan untukluasan

tertentu tingkat iluminasi diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata dari

beberapa titik pengukuran (SNI 03-6575-2001).

Penentuan titik pengukuran tingkat iluminasi diatur dalam SNI 16-7062-

2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Metode

penentuan titik pengukuran tingkat penerangan dibagi berdasarkan kegunaannya

menjadi penerangan setempat dan penerangan umum. Pengukuran tingkat

penerangan setempat dilakukan pada objek kerja yang akan diukur, misalnya meja

kerja ataupun peralatan. Sedangkan pada penerangan umum, metode penentuan

titik pengukuran dibagi berdasarkan luas ruangan dengan menentukan grid-grid

dengan ukuran tertentu. Titik pertemuan grid-grid tersebut akan menjadi titik-titik

pengukuran tingkat penerangan. Uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Luas ruangan kurang dari 10 m2 maka titik potong garis horizontal panjang dan

lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 meter. Gambar 3.1. menunjukkan

denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan < 10 m2.

Gambar 3.1. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan untuk Luas

Ruangan Kurang dari 10 m2

11
Republik Indonesia. SNI 16-7062-2004: Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja,
2004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Luas ruangan antara 10 m2 – 100 m2 maka titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Gambar 3.2.

menunjukkan denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas

ruangan 10 m2 – 100 m2.

Gambar 3.2. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan untuk Luas Ruangan

10 m2 – 100 m2

3. Luas ruangan > 100 m2 maka titik potong garis horizontal panjang dan lebar

ruangan adalah pada jarak setiap 6 meter. Gambar 3.3. menunjukkan denah

pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan > 100 m2.

Gambar 3.3. Denah Pengukuran Intensitas Penerangan untuk Luas Ruangan

Lebih dari 100 m2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.7.2. Pengukuran Tingkat Luminansi12

Tingkat luminansi untuk bidang kerja diukur dengan menggunakan

luxmeter. Pengukuran tingkat luminansi dilakukan dengan meletakkan sensor

cahaya menghadap ke permukaan objek yang akan diukur tingkat luminansinya

pada jarak 2 sampai 4 inchi hingga angka pembacaan pada layar luxmeter stabil.

Posisi sensor harus diatur sedemikian rupa untuk menghindari jatuhnya bayangan

alat ataupun operator pada area yang akan diukur.

3.7.3. Pengukuran Reflektansi 13

Metode pengukuran reflektansi terbagi menjadi dua cara, yaitu metode

perbandingan sampel diketahui dan metode cahaya datang-cahaya pantul. Metode

perbandingan sampel diketahui menggunakan suatu kartu pengukur reflektansi

dan digunakan untuk mengukur reflektansi pada permukaan yang memantulkan

cahaya secara difusi (menyebar). Metode cahaya datang-cahaya pantul digunakan

untuk menentukan reflektansi (dalam persen) pada permukaan yang memantulkan

cahaya atau tidak mengkilap. Metode ini terdiri dari tiga langkah, yaitu sebagai

berikut:

1. Mengukur intensitas cahaya yang jatuh ke permukaan objek

2. Mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan dari permukaan objek

3. Menghitung reflektansi permukaan objek dengan cara membagi angka

intensitas cahaya pantul dengan intensitas cahaya yang diterima

12
M. David Egan. Concepts in Architectural Lighting. (New York: McGraw Hill School Education
Group, 1983), h. 87
13
Ibid., h.85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.8. Perhitungan Kebutuhan Penerangan Ruangan14

Terdapat dua cara menghitung penerapan yang umum dilakukan, yaitu

metode titik dan metode lumen. Metode titik sangat sederhana dan digunakan

untuk menghitung penerangan dari sumber cahaya yang dapat dianggap sebagai

titik, misalnya penerangan sebuah lampu ke bidang kerja atau ke lukisan di

dinding. Metode ini mengabaikan faktor pantulan dari permukaan sekitar.

Sedangkan metode lumen digunakan untuk menghitung penerangan dari sumber

cahaya yang berbentuk bidang seperti fluorescent di langit-langit.

3.8.1. Metode Titik15

Untuk menghitung iluminasi di satu titik oleh satu lampu maka digunakan

rumus sebagai beriku :

Dengan,

E = Iluminasi (lux)

I = Arus cahaya dari sumber cahaya ke arah titik yang disinari (lm)

d = Jarak lampu ke titik bidang yang disinari (m)

β = Sudut datang sinar (dihitung antara garis tegak lurus bidang dan sinar)

14
Prasasto Satwiko, Op.cit. h. 220
15
Prasasto Satwiko, Op.cit. h. 221

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.8.2. Metode Lumen16

Untuk menghitung penerangan di satu titik oleh suatu sumber cahaya,

terdapat hubungan:

E = ϕ/A

Dengan,

E = Iluminasi rata-rata (lux)

Φ = Total arus cahaya di bidang bersangkutan (lumen)

A = Luas area (m2)

Namun pada kenyataannya terdapat berbagai faktor lain yang

mempengaruhi perhitungan penerangan di suatu titik, yaitu distribusi intensitas

cahaya luminer, efisiensi, bentuk dan ukuran ruang, pemantulan permukaan,

ketinggian lampu dari bidang kerja, faktor kehilangan cahaya yang menunjukkan

penyusutan lumen pada lampu serta berkurangnya terang lampu akibat timbunan

debu selama usia nyalanya. Sehingga untuk menghitung iluminasi menjadi:

(L. N). CU. LLF


𝐸=
𝐴

Di mana:

L :Total lumen awal per luminer

N : Jumlah luminer

CU : Coeffiecient of utillization

LLF : Light-loss factor

A : Luas ruangan

16
Prasasto Satwiko, Op.cit. h. 223-229

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Coefficient of utilization (CU) adalah perbandingan lumen pada permukaan

bidang kerja dengan lumen yang dipancarkan oleh lampu. Nilai CU yang tinggi

menunjukkan bahwa banyak cahaya yang sampai pada permukaan bidang kerja. Nilai

CU dipengaruhi oleh reflektansi permukaan ruangan, ukuran dan bentuk ruangan,

lokasi luminer, dan rancangan luminer. Ukuran dan bentuk ruangan memiliki

pengaruh yang besar terhadap nilai CU. Sebagai contoh, pada ruangan yang kecil

akan lebih banyak cahaya yang diserap oleh dinding daripada ruangan luas dengan

langit-langit yang rendah. Dalam perhitungan nilai CU diperlukan pembagian ruangan

menjadi tiga zona, yaitu rongga langit-langit (ceiling cavity), rongga ruang (room

cavity), dan rongga lantai (floor cavity). Proporsi geometris rongga langit-langit ruang

dan lantai disebut perbandingan rongga (cavity ratio). Rumus umum dari

perbandingan rongga adalah sebagai berikut:

Keliling ruang
Perbandingan rongga = hc
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔

Dalam beberapa buku tentang pencahayaan akan ditemukan singkatan sebagai

berikut:

CCR (Ceiling Cavity Ratio) : Perbandingan rongga langit-langit

RCR (Room Cavity Ratio) : Perbandingan rongga ruang

FCR (Floor Cavity Ratio) : Perbandingan rongga lantai

Hc : Jarak bidang luminer ke langit-langit (tinggi rongga langit-langit)

Hr : Jarak bidang luminer ke bidang kerja (tinggi rongga ruang)

Hf : Jarak bidang kerja ke lantai (tinggi rongga lantai)

Dengan demikian untuk menghitung CCR, rumus cavity ratio dapat

diubah menjadi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keliling ruang
CCR = 5 hcc
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔

Untuk RCR menjadi:

Keliling ruang
RCR = 5 hrc
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔

Untuk FCR, dengan ruang berdenah bujur sangkar atau persegi panjang menjadi:

W+L
FCR = 5 hfc
𝑊𝐿

Setelah nilai CU ditentukan, maka perlu memproyeksikan kemungkinan lain

yang dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang akan mencapai permukaan bidang

kerja. The Illuminating Engineering Society mengidentifikasikan faktor-faktor berikut

ini sebagai kemungkinannya yang disebut sebagai Light Loss Factor (LLF)

1. Luminaire Ambient Temperature (LAT)

2. Voltage to Luminaire (LV)

3. Ballast Factor (BF)

4. Luminaire Surface Depreciation (LSD)

5. Room Surface Dirt Depreciation (RSDD)

6. Luminaire Dirt Depreciation (LDD)

7. Lamp Lumen Depreciation (LLD)

8. Lamp Burnouts (LBO)

Empat faktor pertama termasuk faktor non-recoverable yang berarti bahwa

perawatan secara konvensional tidak akan meningkatkan ataupun memperbaiki

keempat faktor ini. Sedangkan empat faktor terakhir termasuk faktor

recoverableini berarti bahwa perawatan secara konvensional dapat memperbaiki

ataupun memperburuk tiap-tiap faktor tersebut12. LLD dan LBO dapat diperbaiki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melalui penggantian lampu secara individual ataupun berkelompok sedangkan RSDD

dan LDD ditingkatkan nilainya melalui pembersihan luminer 13. LLF kemudian

dihitung dengan mengalikan semua faktor tersebut:

LLF = LAT × LV × BF × LSD × RSDD × LDD × LLD × LBO

Berikut ini diuraikan mengenai kedelapan faktor LLF tersebut:

1. LAT, yaitu suhu di sekitar luminer. Jika lampu beroperasi di lingkungan

dengan suhu sesuai dengan desain pabrik maka LAT bernilai 1

2. LV (Voltage Variation), yaitu variasi tegangan listrik. Jika lampu dioperasikan

pada voltase seusai desainnya maka VV = 114

3. BF (Ballast Factor), yaitu faktor kehilangan yang ikut berperan dalam

ketidakmampuan lampu untuk beroperasi pada level daya tertentu dikarenakan

ketidaksesuaian desain balas atau ketidaksesuaian fungsi antar balas dengan

lampu

4. LSD (Luminaire Surface Depreciation), yaitu menunjukkan penurunan kualitas

material yang digunakan pada struktur luminer, termasuk perubahan warna

pada permukaannya. Walaupun faktor ini diakui di komunitas pencahayaan,

tetapi LSD tidak memiliki nilai yang terpublikasi.

5. RSDD dan LDD dikuantifikasikan dalam bentuk tabel yang disajikan oleh

IESNA. Prosesnya kemudian disederhanakan dengan menggunakan persamaan

berikut untuk menemukan persen depresiasi akibat pengotoran:

LDD = e−AtB16

6. LBO (Lamp Burnout), yaitu perkiraan jumlah lampu yang mati sebelum waktu

penggantian yang direncanakan. Apabila lampu diganti seluruhnya secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bersamaan, maka LBO bernilai 1 sedangkan apabila penggantian hanya pada

lampu yang mati maka LBO bernilai 0,95.

7. LLD (Lamp Lumen Depreciation), yaitu faktor depresiasi lumen yang

tergantung pada jenis lampu dan waktu penggantiannya. Nilainya biasa tertera

pada produk.

3.9. Efek Iluminasi terhadap Mata17

Lelah visual terjadi karena ketegangan yang intensif pada sebuah fungsi

yang tunggal dari mata. Ketegangan yang terus menerus pada otot siliar terjadi

pada waktu menginspeksi benda kecil yang berkepanjangan dan ketegangan pada

retina dapat timbul oleh kontras cerah yang terus menerus menimpa secara lokal.

lebih visual mengakibatkan:

1. Gangguan, berair dan memerah pada konjunktiva mata.

2. Pandangan dobel.

3. Sakit kepala.

4. Menurunnya kekuatan akomodasi.

5. Menurunnya tajam visual, peka kontras dan kecepatan persepsi.

Gejala tersebut terjadi umumnya bila pencahayaan tidak mencukupi dan bila

mata mempunyai kelainan refraksi. Jika persepsi visual menderita ketegangan

yang amat sangat, tanpa efek lokal pada otot atau retina, gejala lelah syaraf akan

nampak. Hal ini terjadi pada kegiatan yang membutuhkan gerakan yang amat

persis. Lelah syaraf seperti itu mengakibatkan waktu reaksi yang memanjang,

17
Muhammad Yusuf.2015. Efek Pencahayaan Terhadap Prestasi Dan Kelelahan Kerja Operator,
Yogyakarta : Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melambatnya gerakan serta terganggunya fungsi psikologis dan motor lainnya.

Prestasi kerja seseorang yang mengandalkan kemampuan visualnya dalam

bekerja dipengaruhi oleh pencahayaan yang diterapkan dalam lingkungan kerja.

Pencahayaan yang baik memungkinkan seorang tenaga kerja untuk bekerja

dengan lebih cermat, jelas dan cepat. Sebaliknya pencahayaan yang buruk akan

mengakibatkan kelelahan visual yang pada akhirnya akan menimbulkan kelelahan

kerja.

Usaha untuk meningkatkan prestasi kerja dan menurunnya kelelahan banyak

dilakukan dengan menerapkan pencahayaan yang tepat pada suatu lingkungan

kerja dengan memperhatikan faktor yang berpengaruh. Salah satu usaha yang

meningkatkan prestasi kerja dan menurunnya kelelahan dilakukan dengan

meningkatkan kadar cahaya.

3.10. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov – Smirnov18

Uji kolmogorov-smirnov adalah uji yang digunakan untuk mengganti uji

kuadrat chi untuk menguji hipotesa bahwa distribusi variable yang diamati

berbeda dengan distribusi variable yang diharapkan. Uji kplmogorov dapat

digunakan dengan sampel yang lebih kecil dibandingkan dengan dasar sampel

yang diperlukan untuk uji kuadrat chi. Dalam uji kolmogorov, diperlukan suatu

distribusi kumulatif relatif dari sampel dan dari populasi yang diharapkan.

Langkah-langkah pengujian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyusun data hasil pengamatan mulai dari nilai pengamatan terkecil hingga

18
Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 484

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terbesar

2. Menyusun distribusi kumulatif relatif dari nilai pengamatan tersebut dan

menotasikannya dengan Fa (X)

3. Menghitung nilai Z dengan rumus Z = (X - X )/σ, di mana Z adalah standar

baku pada distribusi normal, X adalah nilai data, X adalah rata-rata, dan σ

merupakan standar deviasi

4. Menghitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis yang dinotasikan dengan Fe

(X)

5. Menghitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X) sebagai nilai D

6. Menentukan angka maksimum dari nilai D

7. Membandingkan nilai D maksimum dengan Dalpha lalu menarik kesimpulan di

mana H0 diterima (data berdistribusi normal) bila D maksimum ≤ Dalpha dan

H0 ditolak apabila diperoleh sebaliknya.

3.11. Uji Kecukupan Data19

Uji kecukupan data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil

pengukuran dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian tertentu jumlahnya

telah memenuhi atau tidak. Untuk menetapkan berapa jumlah observasi yang

seharusnya dibuat (N’), maka terlebih dahulu harus ditetapkan tingkat

kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk

pengukuran rancangan.

19
Sritomo Wignjosoebroto. op cit. Hal. 172

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Uji kecukupan data dilakukan jika ukuran populasi cukup besar dan

terdistribusi secara normal. Pengujian ini juga untuk memastikan data yang

dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan untuk menguji

kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah:

 k / s N . X 2 − ( X )2
2

N'= 
  

 X 


Dimana,

k = tingkat keyakinan

s = tingkat ketelitian

N’ = jumlah data yang diperoleh

x = data yang diperoleh dari pengamatan

3.12. Regresi Linear20

Persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai

suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas disebut

persamaan regresi.Istilah ini berasal dari telaah kebakaan yang dilakukan oleh Sir

Francis Galton (1882-1911) yang membandingkan tinggi badan anak laki-laki

dengan tinggi badan ayahnya. Galton menunjukkan bahwa tinggi badan anak laki-

laki dari ayah yang tinggi setelah beberapa generasi cenderung mundur

(regressed) mendekati nilai tengah populasi. Dengan kata lain, anak laki-laki dari

ayah yang badannya sangat pendek cenderung lebih tinggi daripada ayahnya.

20
Ronald E, Walpole. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta: Erlangga. Hal. 340-343

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sekarang istilah regresi diterapkan pada semua jenis peramalan, dan tidak harus

berimplikasi suatu regresi mendekati nilai tengah populasi.

Dalam pasal ini kita akan membicarakan masalah pendugaan atau peramalan

nilai peubah tak bebas Y berdasarkan peubah bebas X yang telah diketahui

nilainya. Misalkan kita ingin meramalkan nilai kimia mahasiswa tingkat persiapan

berdasarkan skor tes intelegensia yang diberikan sebelum mulai kuliah.Untuk

membuat peramalan semacam ini, pertama-tama kita perhatikan sebaran nilai

kimia untuk berbagai skor tes intelegensia yang dicapai oleh mahasiswa-

mahasiswa tahun sebelumnya. Dengan melambangkan nilai kimia seseorang

dengan y dan skor tes intelegensianya dengan x, maka data setiap anggota

populasi dapat dinyatakan dalam koordinat (x,y).Contoh regresi, tentukanlah garis

regresi bagi data pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2. Skor Tes Intelegesia dan Nilai Kimia Mahasiswa Baru

Mahasiswa Skor Tes, X Nilai Kimia, Y


1 65 85
2 50 74
3 55 76
4 65 90
5 55 85
6 70 87
7 65 94
8 70 98
9 55 81
10 70 91
11 50 76
12 55 74
Maka diperoleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12 12 12

∑ xi =725, ∑ yi =1011 , ∑ xi yi =61685


i=1 i=1 i=1

12

∑ xi 2 =44475 x̅ =60417, y̅=84.250


i=1

Sehingga,

(12)(61685)-(725)(1011)
b= =0.897
(12)(44475)-(725)2

a=84.250=(0.897)(60.417)=30.056

Dengan demikian garis regresinya adalah

ŷ =30.056+0.897x

3.13. Uji Korelasi Pearson Product Moment21

Korelasi Pearson Product Moment (r) digunakan untuk menguji hipotesis

hubungan antara satu variabel independen dangan suatu variabel dependen.

Koefisien korelasi ukuran hubungan linear antara dua peubah X dan Y dihitung

dengan rumus:

nΣxy-(Σx)(Σy)
r=
√{nΣx2 - (Σx)2 }{nΣy2 - (Σy)2 }

Dimana,

n = banyaknya data

x = variabel dependen

y = variabel independen

21
Ibid., Hal.370

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Uji Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r) dengan

ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1< r < + 1). Apabilah nilai r = -1 artinya

korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti

korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel

interpretasi nilai r yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R

Tingkat
Interval Koefisien
Hubungan
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Kuat
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,000 – 0,100 Sangat rendah
Sumber : Cindy Viane Bertan, Pengaruh Pendayagunaan Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja)

terhadap Hasil Pekerjaan (Studi Kasus Perumahan Taman Mapanget Raya (TAMARA))

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Pabrik Es Siantar yang berproduksi membuat

minuman sarsaparilla yang berlokasi di Jln. Pematang No. 3 (Siantar Barat), Kota

Pematangsiantar, Sumatera, Indonesia. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

September 2016 sampai dengan bulan Januari 2017.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif korelasional

yang merupakan jenis penelitian yang menjelaskan fakta lapangan dari objek yang

diteliti serta mendeteksi sejauh mana hubungan antar variabel dalam penelitian

berdasarkan koefisien korelasi yaitu tingkat iluminasi terhadap kelelahan mata

operator pada quality control 1 dan quality control 2. Penelitian ini juga termasuk

dalam jenis penelitian asosiatif dari kemampuannya dalam menjelaskan yaitu

mengetahui hubungan antar variabel yang diamati.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pencahayaan dan kelelahan

mata operator pada bagian quality control PT. Pabrik Es Siantar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat variabel-variabel yang dikelompokkan ke

dalam variabel independen dan variabel dependen, yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel

lain. Variabel dependen merupakan variabel utama karena fokus investigasi

pada umumnya ditekankan pada perubahan yang terjadi pada variabel ini.

Variabel yang termasuk ke dalam variabel ini adalah kelelahan mata operator.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen

baik secara negatif maupun positif. Variabel yang termasuk ke dalam variabel

ini yaitu daya iluminasi dan luminansi.

4.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang

dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah. Biasanya

kerangka penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan

hubungan antar variabel dalam proses analisisnya. Kerangka konseptual penelitian

ini dilihat pada Gambar 4.1.

4.6. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan sistematis dari konsep dan

variabel yang membentuk kerangka teoritis. Definisi operasional berkaitan erat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan identifikasi indikator-indikator (elemen pengukur) nilai setiap variabel

dalam kerangka teoritis.22 Definisi operasional dari kerangka konseptual

penelitian ini adalah :

1. Iluminasi adalah intensitas cahaya yang datang dari objek/bidang yang diukur.

Pada penelitian ini menggunakan alat luxmeter.

2. Luminansi adalah intensitas cahaya yang dipantulkan oleh objek/bidang yang

diterangi.

22
Sukaria Sinulingga. 2014. Metode Penelitian. Medan: USU Press. Hal. 102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah tingkat iluminasi, tingkat

luminansipada material objek dan kelelahan mata operator di stasiun kerja quality

control1 danquality control 2.

5.1.1. Tingkat Iluminasi pada Lantai Produksi

Pengumpulan data tingkat iluminasi di area pengukuran quality control 1

dapat dilihat pada Tabel 5.1.

5.1.2. Data Tingkat Luminansi dan Tingkat Iluminasi Material Objek

Stasiun Kerja Quality Control 1 dan Quality Control 2

Tingkat luminansi dan tingkat iluminasi diukur pada material objek yang

berada di stasun kerja quality control 1 dan quality control 2. Tingkat luminansi

dan tingkat iluminasi yang diukur berasal dari lampu yang berada di depan

operator, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.1.

5.1.3. Kelelahan Mata Operator pada Stasiun Quality Control 1

Pengamatan hasil kelelahan mata dengan menggunkan alat flicker fusion-

frequency dilakukan selama 5 hari dilihat pada Tabel 5.4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.4. Kelelahan Mata Operator pada Stasiun Kerja Quality Control 2

Pengamatan hasil kelelahan mata dengan menggunkan alat flicker vuission

dilakukan selama 5 hari dapat dilihat pada Tabel 5.5.

5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan adalah meliputi uji kecukupan data,

perhitungan tingkat iluminasi rata-rata lantai produksi, menguji hubungan tingkat

iluminasi dan luminansi terhadap kelelahan mata operator di quality control 1 dan

quality control 2 dengan menggunakan perhitungan persamaan regresi,

menghitung angka reflektansi material objek, uji korelasi antara tingkat iluminasi

dengan kelelahan mata operator stasiun kerja quality control 1 dan quality control

2 dan menghitung jumlah dan pemilihan jenis lampu untuk lampu yang berada di

depan operator pada stasiun quality control 1 dan quality control 2.

5.2.1. Perhitungan Tingkat Iluminasi Rata-rata

Data hasil tingkat iluminasi lantai produksi yang diperoleh dari hasil

pengukuran, dapat dihitung tingkat iluminasi rata-rata stasiun kerja quality control

1 danquality control 2. Rekapitulasi rata-rata tingkat iluminasi dapat dilihat pada

Tabel 5.6.

5.2.2. Perhitungan Angka Reflektansi Material Objek

Setiap objek memantulkan sebagian dari cahaya yang mengenainya.

Perbandingan dari cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang diterima oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


objek tersebut dikali dengan 100% disebut dengan angka reflektansi material.

Reflektansi yang direkomendasikan untuk pencahayaan industri ditunjukkan pada

Tabel 5.7.

5.2.3. Perhitungan Jumlah dan Pemilihan Jenis Lampu

Jenis lampu yang digunakan pada setiap stasiun quality control PT.

Pabrik Es Siantar yang berada di depan operator.

Prosedur perhitungan jumlah bola lampu di setiap stasiun quality control secara

aktual adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan ceiling cavity ratio (CCR)

2. Perhitungan room cavity ratio (RCR)

3. Perhitungan floor cavity ratio (FCR)

4. Perhitungan effective ceiling cavity reflectance (ρcc)

5. Perhitungan effective floor cavity reflectance (ρfc)

6. Perhitungan coefficient of utilization (CU)

7. Penentuan nilai luminaire dirt depreciation (LDD)

Lampu yang dipilih termasuk kategori IV dimana menggunakan pencahayaan

langsung.

8. Penentuan nilai room surface dirt depreciation (RSDD)

Jenis pencahayaan yang digunakan.

9. Penentuan nilai lamp lumen depreciation (LLD)

Jenis lampu yang digunakan.

10. Penentuan nilai lamp burnout (LBO)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penggantian lampu dilakukan hanya pada lampu yang mati .

11. Penentuan nilai luminaire ambient temperature (LAT)

Lampu beroperasi dilingkungan normal sesuai desain pabrik

12. Penentuan nilai voltage variation (VV)

Lampu diasumsikan beroperasi sesuai desain voltase

13. Penentuan nilai luminaire surface depreciation (LSD)

Faktor ini menunjukkan penurunan kualitas struktur luminer, namun faktor

ini tidak memiliki nilai yang dipublikasikan (Joseph B. Murdock, 1994)

14. Penentuan nilai ballast factor (BF)

Ballast diasumsikan sesuai dengan desain lampu

15. Perhitungan light loss factor (LLF)

LLF = {(BF)(VV)(LSD)(LAT)}{(LDD)(RSDD)(LLD)(LBO)}

16. Perhitungan flux luminous (jumlah cahaya) yang diperlukan (F)

(E) x (A)
F=
(CU)x (LLF)

Usulan dalam perhitungan jumlah dan pemilihan jenis lampu adalah

dengan menggunakan jenis lampu yang berbeda, jenis lampu yang digunakan.

5.2.4. Uji Kenormalan Data

Uji kenormalan data yang digunakan adalah uji kolmogorov-smirnov.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.4.1.Uji Kenormalan Tingkat Iluminasi di Stasiun Quality Control 1

Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

untuk data tingkat iluminasi di stasiun quality control 1 dapat dilihat pada Tabel

5.9. Artinya sebaran data tingkat iluminasi di stasiun quality control 1 menyebar

secara normal.

5.2.4.2. Uji Kenormalan Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun Kerja

Quality Control 1

Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

untuk data kelelahan mata operator 1 di stasiun kerja quality control 1 dapat

dilihat pada Tabel 5.10. Artinya sebaran data kelelahan mata operator 1 di stasiun

kerja quality control 1 menyebar secara normal.

5.2.4.3. Uji Kenormalan Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun Kerja

Quality Control 1

Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

untuk data kelelahan mata operator 2 di stasiun kerja quality control 1 dapat

dilihat pada Tabel 5.11. Artinya sebaran data kelelahan mata operator 1 di stasiun

kerja quality control 1 menyebar secara normal.

5.2.4.4. Uji Kenormalan Tingkat Iluminasi di Stasiun Quality Control 2

Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

untuk data tingkat iluminasi di stasiun quality control 2 dapat dilihat pada Tabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.12. Artinya sebaran data tingkat iluminasi di stasiun quality control 2 menyebar

secara normal.

5.2.4.5. Uji Kenormalan Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun Kerja

Quality Control 2

Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

untuk data kelelahan mata operator 1 di stasiun kerja quality control 2 dapat

dilihat pada Tabel 5.13. Artinya sebaran data kelelahan mata operator 1 di stasiun

kerja quality control 2 menyebar secara normal.

5.2.4.6. Uji Kenormalan Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun Kerja

Quality Control 2

Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

untuk data kelelahan mata operator 2 di stasiun kerja quality control 2 dapat

dilihat pada Tabel 5.14. Artinya sebaran data kelelahan mata operator 1 di stasiun

kerja quality control 2 menyebar secara normal.

5.2.5. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari hasil pengukuran telah cukup atau tidak. Untuk menguji kecukupan

data dengan tingkat. Untuk menguji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5%,

maka rumus yang digunakan adalah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


( X ) 
2


2
k /s N . X 2

N' 
=

 X 


Dimana, k = tingkat keyakinan dengan nilai 2

s = tingkat ketelitian dengan nilai 0,05

N = jumlah data

X = data yang diuji

5.2.5.1. Uji Kecukupan Data Iluminasi pada Quality Control 1

Uji kecukupan data iluminasi pada quality control 1 dapat dilihat pada

Tabel 5.15. Dari perhitungan di atas didapatkan N’ < N maka data telah cukup.

5.2.5.2. Uji Kecukupan Data Iluminasi pada Quality Control 2

Uji kecukupan data iluminasi pada quality control 1 dapat dilihat pada

Tabel 5.16. Dari perhitungan di atas didapatkan N’ < N maka data telah cukup.

5.2.5.3. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata Operator 1 pada Quality

Control 1

Uji kecukupan data kelelahan mata operator 1 pada quality control 1

dapat dilihat pada Tabel 5.17. Dari perhitungan di atas didapatkan N’ < N maka

data telah cukup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.5.4. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata Operator 2 pada Quality

Control 1

Uji kecukupan data kelelahan mata operator 2 pada quality control 1

dapat dilihat pada Tabel 5.18. Dari perhitungan di atas didapatkan N’ < N maka

data telah cukup.

5.2.5.5. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata Operator 1 pada Quality

Control 2

Uji kecukupan data kelelahan mata operator 1 pada quality control 2

dapat dilihat pada Tabel 5.19. Dari perhitungan di atas didapatkan N’ < N maka

data telah cukup.

5.2.5.6. Uji Kecukupan Data Kelelahan Mata Operator 2 pada Quality

Control 2

Uji kecukupan data kelelahan mata operator 2 pada quality control 2

dapat dilihat pada Tabel 5.20. Dari perhitungan di atas didapatkan N’ < N maka

data telah cukup.

5.2.6. Perhitungan Persamaan Regresi

Persamaan yang digunakan dalam perhitungan persamaan regresi adalah

ŷ =a+bx

Persamaan garis regresi diatas dapat diperoleh dari rumus:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


n ∑ni=1 xi yi – (∑n n
i=1 xi )(∑i=1 yi )
b= 2
n ∑ni=1 xi 2 - ( ∑ni=1 xi )

dan,

a= y̅ -bx̅

5.2.6.1. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun Quality Control 1

Perhitungan persamaan regresi tingkat iluminasi dengan kelelahan mata

operator 1 di stasiun quality control 1 dapat dilihat pada Tabel 5.21.

5.2.6.2. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun Quality Control 1

Perhitungan persamaan regresi tingkat iluminasi dengan kelelahan mata

operator 2 di stasiun quality control 1 dapat dilihat pada Tabel 5.22.

5.2.6.3. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 1 di Stasiun Quality Control 2

Perhitungan persamaan regresi tingkat iluminasi dengan kelelahan mata

operator 1 di stasiun quality control 2 dapat dilihat pada Tabel 5.23.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.6.4. Perhitungan Persamaan Regresi Tingkat Iluminasi dengan

Kelelahan Mata Operator 2 di Stasiun Quality Control 2

Perhitungan persamaan regresi tingkat iluminasi dengan kelelahan mata

operator 2 di stasiun quality control 2 dapat dilihat pada Tabel 5.24.

5.2.7. Uji Korelasi

5.2.7.1. Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan Kelelahan Mata Operator

1 di Stasiun Quality Control 1

Setelah dilakukan pengujian distribusi normal, langkah selanjutnya

adalah melakukan uji korelasi terhadap kedua data tersebut dan jenis uji korelasi

yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson digunakan

untuk menguji korelasi antar dua varian yang berdistribusi normal dan berjenis

data interval atau rasio.

Perhitungan koefisien korelasi pearson antara tingkat iluminasi di stasiun

quality control 1 dengan kelelahan mata operator 1 di quality control 1dapat

dilihat pada Tabel 5.25.

5.2.7.2. Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan Kelelahan Mata Operator

2 di Stasiun Quality Control 1

Uji korelasi Pearson digunakan untuk menguji korelasi antar dua

varian yang berdistribusi normal dan berjenis data interval atau rasio.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perhitungan koefisien korelasi pearson antara tingkat iluminasi di stasiun

quality control 1 dengan kelelahan mata operator 2 di quality control 1dapat

dilihat pada Tabel 5.26.

5.2.7.3. Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan Kelelahan Mata Operator

1 di Stasiun Quality Control 2

Setelah dilakukan pengujian distribusi normal, langkah selanjutnya

adalah melakukan uji korelasi terhadap kedua data tersebut dan jenis uji korelasi

yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson digunakan

untuk menguji korelasi antar dua varian yang berdistribusi normal dan berjenis

data interval atau rasio.

Perhitungan koefisien korelasi pearson antara tingkat iluminasidi stasiun

quality control 2 dengan kelelahan mata operator 1 di quality control 2dapat

dilihat pada Tabel 5.27.

5.2.7.4. Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan Kelelahan Mata Operator

2 di Stasiun Quality Control 2

Uji korelasi Pearson digunakan untuk menguji korelasi antar dua

varian yang berdistribusi normal dan berjenis data interval atau rasio.

Perhitungan koefisien korelasi pearson antara tingkat iluminasidi stasiun

quality control 2 dengan kelelahan mata operator 2 di quality control 2 dapat

dilihat pada Tabel 5.28.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

6.1. Analisis

6.1.1. Analisis Iluminasi Rata-Rata

Perhitungan iluminasi rata-rata lantai produksi PT. Pabrik Es Siantar

dilakukan untuk mengetahui jumlah iluminasi dan membandingkan dengan

standar Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.

6.1.2. Analisis Perhitungan Angka Reflektansi

Material objek yang diukur reflektansinya adalah dinding, lantai danlangit-

langit. Perhitungan angka reflektansi material objek menunjukkan bahwa terdapat

angka yang masih dibawah nilai rekomendasi untuk pencahayaan industri.

6.1.3. Analisis Perhitungan Jumlah dan Jenis Lampu

Jenis lampu yang digunakan pada quality control, tepatnya pada bagian

depan operator PT. Pabrik Es Siantar. Berdasarkan perhitungan jumlah dan

pemilihan jenis lampu, jumlah lampu aktual yang terdapat di lantai produksi PT.

Pabrik Es Siantar masih belum memenuhi kebutuhan minimum jumlah lampu

yang seharusnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.1.4. Analisis Uji Kenormalan Data

Uji kenormalan data yang digunakan adalah uji kolmogorov-smirnov. Data

yang diuji adalah tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator pada stasiun

quality control 1 dan quality control 2. Dengan kriteria pengambilan data :

H0 = data berdistribusi normal

H1 = data tidak berdistribusi normal

H0 diterima apabila D ≤ Dσ dan H0 ditolak apabila D ≥ Dσ

1. Pada uji kenormalan tingkat iluminasi di stasiun quality control 1, maka D ≤

Dσ, sehingga Ho diterima.

2. Uji kenormalan kelelahan mata operator 1 di stasiun quality control 1, maka D

≤ Dσ, sehingga Ho diterima.

3. Uji kenormalan kelelahan mata operator 2 di stasiun quality control 1, maka D

≤ Dσ, sehingga Ho diterima.

4. Pada uji kenormalan tingkat iluminasi di stasiun quality control 2, maka D ≤

Dσ, sehingga Ho diterima.

5. Uji kenormalan kelelahan mata operator 1 di stasiun quality control 2, maka D

≤ Dσ, sehingga Ho diterima.

6. Uji kenormalan kelelahan mata operator 2 di stasiun quality control 2, maka D

≤ Dσ, sehingga Ho diterima.

6.1.5. Analisis Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari hasil pengukuran telah cukup atau tidak. Data yang diuji adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator di stasiun quality control 1 dan

quality control 2. Hasil dari uji kecukupan data iluminasi pada quality control 1

data tersebut telah cukup. Uji kecukupan data iluminasi pada quality control 2

data tersebut telah cukup.

Hasil dari uji kecukupan data kelelahan mata operator pada quality control

1 data tersebut telah cukup. Sedangkan hasil uji kecukupan data kelelahan mata

operator pada quality control 2 data telah cukup.

6.1.6. Analisis Uji Regresi

Uji regresi digunakan untuk mengetahui persamaan antara tingkat

pencahayaan dan kelelahan mata operator, maka akan diketahui berapa tingkat

kelelahan mata operator jika menggunakan tingkat pencahayaan sesuai dengan

standar.

6.1.7. Analisis Uji Korelasi

Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi pearson. Uji korelasi

pearson digunakan untuk menguji korelasi antar dua varian yang berdistribusi

normal. Hal tersebut menyatakan adanya hubungan berbanding terbalik antara

iluminasi dan kelelahan mata operator 1 di stasiun quality control 1. Artinya,

semakin besar tingkat iluminasi yang digunakan maka semakin rendah kelelahan

mata operator.

Hasil uji korelasi tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator 2 di

stasiun quality control 1 menyatakan adanya hubungan berbanding terbalik antara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iluminasi dan kelelahan mata operator 1 di stasiun quality control 1. Artinya,

semakin besar tingkat iluminasi yang digunakan maka semakin rendah kelelahan

mata operator.

Hasil uji korelasi tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator 1 di

stasiun quality control 2 menyatakan adanya hubungan berbanding terbalik antara

iluminasi dan kelelahan mata operator 1 di stasiun quality control 2. Artinya,

semakin besar tingkat iluminasi yang digunakan maka semakin rendah kelelahan

mata operator.

Hasil uji korelasi tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator 2 di

stasiun quality control menyatakan adanya hubungan berbanding terbalik antara

iluminasi dan kelelahan mata operator 2 di stasiun quality control 2. Artinya,

semakin besar tingkat iluminasi yang digunakan maka semakin rendah kelelahan

mata operator.

6.2. Pembahasan Masalah

6.2.1. Pembahasan Perhitungan Tingkat Iluminasi Rata-rata

Perhitungan iluminasi rata-rata lantai produksi PT. Pabrik Es Siantar

masih jauh dari standar tingkat pencahayaan untuk pekerjaan kasar dan terus-

menerus yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 yaitu sebesar

200 lux, untuk itu perlu dilakukan perbaikan pencahayaan. Perbaikan

pencahayaan yang dilakukan untuk mengurangi kelelahan mata operator adalah

lampu yang berada di depan operator quality control dengan menambah jumlah

lampu dan mengganti jenis bola lampu yang telah digunakan sebelumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.2.2. Pembahasan Perhitungan Angka Reflektansi

Pada perhitungan reflektansi objek, yang dihitung adalah angka reflektansi

dinding, lantai dan langit-langit. Angka reflektansi untuk dinding dan langit-langit

telah sesuai dengan nilai reflektansi objek yang direkomendasikan.Terdapat angka

reflektansi material objek yang berada dibawah nilai rekomendasi, yaitu pada

material objek lantai.

6.2.3. Pembahasan Perhitungan Jumlah dan Jenis Lampu

Kondisi pencahayaan pada lampu bagian atas bidang kerja di quality

control PT. Pabrik Es Siantar dan tidak memenuhi standar Kepmenkes No

1405/MENKES/SK/XI/2002. Untuk itu dilakukan perhitungan kebutuhan

pencahayaan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

6.2.4. Pembahasan Uji Kenormalan Data

Hasil uji kenormalan data dengan uji kolmogorov smirnov pada hasil

pengukuran tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator di stasiun quality

control diperoleh bahwa semua data berdistribusi normal karena nilai Dmaks ≤ Dα.

Karena semua data dari hasil pengukuran tingkat iluminasi dan kelelahan mata

operator telah berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji kecukupan

data untuk mengetahui apakah semua data yang telah dikumpulkan telah cukup

atau tidak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.2.5. Pembahasan Uji Kecukupan Data

Berdasarkan perhitungan uji kecukupan data pada hasil pengukuran

tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator di stasiun quality control diperoleh

nilai N’ < N. Untuk tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator. Oleh karena

itu, maka data yang dikumpulkan sudah cukup.

6.2.6. Pembahasan Uji Regresi

Pada persamaan uji regresi, diperoleh bahwa tingkat iluminasi yang

dibutuhkan pada stasiun quality control di PT. Pabrik Es Siantar untuk

mengurangi kelelahan mata operator memiliki angka yang berbeda antara stasiun

quality control 1 dan stasiun quality control 2.

6.2.7. Pembahasan Uji Korelasi

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi yang diperoleh antara tingkat

iluminasi dan kelelahan mata operator di stasiun quality control 1 dan quality

control 2, hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan berbanding

terbalik antara tingkat iluminasi dan kelelahan mata operator. Artinya, semakin

tinggi tingkat iluminasi maka akan semakin rendah tingkat kelelahan mata

operator dan sebaliknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisa pembahasan adalah

sebagai berikut:

1. Intensitas cahaya rata-rata pada stasiun quality control 1 di PT. Pabrik Es

Siantar tersebut belum memenuhi standar yang direkomendasikan oleh

Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 sebesar 200 lux, sehingga perlu dilakukan

perbaikan tingkat pencahayaan pada stasiun quality control di PT. Pabrik Es

Siantar.

2. Perhitungan regresi dan korelasi pada stasiun quality control 1, hal tersebut

menyatakan adanya hubungan berbanding terbalik antara iluminasi dan

kelelahan mata operator di stasiun quality control. Artinya, semakin besar

tingkat iluminasi yang digunakan maka semakin rendah kelelahan mata

operator. Untuk stasiun quality control 2, hal tersebut menyatakan adanya

hubungan berbanding terbalik antara iluminasi dan kelelahan mata operator

di stasiun quality control. Artinya, semakin besar tingkat iluminasi yang

digunakan maka semakin rendah kelelahan mata operator.

3. Mengganti jenis lampu yang berada di depan operator di stasiun quality

control yang sesuai di PT. Pabrik Es Siantar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan

yaitu:

1. Sebaiknya PT. Pabrik Es Siantar memperhatikan kenyamanan pekerja

terutama pada pencahayaan untuk mengurangi kelelahan mata operator.

2. Sebaiknya PT. Pabrik Es Siantar dapat meningkatkan angka reflektansi

material objek pada lantai.

3. PT. Pabrik Es Siantar mengganti jenis lampu dan jumlah lampu untuk lampu

yang berada di stasiun quality control yang berada di depan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Egan, M. David. 1983. Concepts in Architectural Lighting. New York: McGraw

Hill School Education Group.

Hebert,P. 2014. The Environmental Impact Of Workplace Lighting Choices In

Rural Oklahoma, Oklahoma: Oklahoma State University

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002

Kristanto, Luciana. 2004. Penelitian Terhadap Kuat Penerangan dan

Hubungannya dengan Angka Reflektansi Warna Dinding Studi Kasus

Ruang Kelas Unika Widya Mandala. Surabaya

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: ANDI.

Sinulingga, Sukaria. 2014. Metode Penelitian. Medan: USU Press.

Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja.

SNI 16-7062-2004

Suptandar, J. Pamudji. 2007. Sistem Pencahayaan pada Desain Interior. Jakarta:

Penerbit Universitas Trisakti.

Uttam, Dr. Devanand. 2015. Lighting in Textile Industry, India: Giani Zail Singh

Punjab Technical University

Walpole, Ronald E. 1992. Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai