Disusun oleh:
RIZKI HIDAYANTO
NPM. 1810503040
i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta sholawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga penyusunan laporan Kerja Praktik Pengganti yang
berjudul “Proyek Pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah
Surakarta PT Citra Prasasti Konsorindo” dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan untuk
mencapai derajat sarjana (S-1) pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tiidar. Saya mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segalanya Allah SWT, yang tiada henti
melimpahkan kekuatan, rizki serta kemudahan dalam segala hal.
2. Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc., selaku Rektor Universitas Tidar yang
telah memfasilitasi proses akademik mahasiswa,
3. Dr. Ir. Sapto Nisworo, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Tidar yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan kerja praktik
pengganti,
4. Muhammad Amin, S.T., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Tidar yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan kerja
praktik pengganti,
5. Herlita Prawenti, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik
Pengganti,
6. PT Citra Prasasti Konsorindo, selaku kontraktor Pembangunan Rumah
Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta,
7. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan bantuan dan semangat
kepada penulis.
8. Rekan – rekan Teknik Sipil yang telah mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih memiliki
banyak kekurangan. Baik dalam penulisan maupun penjelasan pelaksanaan Kerja
iii
Praktik. Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi kalangan Teknik Sipil.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB V PEMBAHASAN KHUSUS ..................................................................... 66
5.1 Uraian Umum ......................................................................................... 66
5.2 Permasalahan Kontruksi ......................................................................... 68
5.3 Quality Control Beton ............................................................................ 71
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 79
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 79
6.2 Saran ....................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN .......................................................................................................... 83
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 4.27 Pemasangan Bekisting Kolom ........................................................ 50
Gambar 4.28 Pemasangan Tahu Beton Kolom ..................................................... 50
Gambar 4.29 Pengecoran Kolom .......................................................................... 51
Gambar 4.30 Hasil Pengecoran Kolom ................................................................. 51
Gambar 4.31 Penggalian Tie Beam ....................................................................... 52
Gambar 4.32 Pemasangan Bekisting Tie Beam .................................................... 53
Gambar 4.33 Pembesian Tie Beam ....................................................................... 53
Gambar 4.34 Pengecoran Tie Beam ...................................................................... 54
Gambar 4.35 Pemasangan Scaffolding.................................................................. 55
Gambar 4.36 Pemasangan Bekisting Balok dan Pelat Lantai 2 ............................ 56
Gambar 4.37 Pembesian Balok dan Pelat Lantai 2 ............................................... 56
Gambar 4.38 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai 2 .............................................. 57
Gambar 4.39 Hasil Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai 2 ....................................... 57
Gambar 4.40 Safety Helmet................................................................................... 61
Gambar 4.41 Safety Googles ................................................................................. 62
Gambar 4.42 Masker ............................................................................................. 62
Gambar 4.43 Sarung Tangan................................................................................. 63
Gambar 4.44 Sepatu Boot ..................................................................................... 63
Gambar 4.45 Full Body Harnerss ......................................................................... 64
Gambar 4.46 Safety Vest ....................................................................................... 64
Gambar 5.1 Pengujian Slump Beton ..................................................................... 72
Gambar 5.2 Kerucut Abram .................................................................................. 73
Gambar 5.3 Pengujian Kuat Tekan Beton............................................................. 75
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kerja Praktik Pengganti dilaksanakan pada proyek pembangunan Rumah
Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta. Proyek ini dibangun dengan tujuan
sebagai bentuk UMS untuk pengembangan akademik dalam ilmu kedokteran dan
memberikan konstribusi dalam memperkuat pelayanan kesehatan di Indonesia
khususnya di Solo, Jawa Tengah serta memenuhi kewajiban Undang-Undang
Pendidikan Kedokteran yang mewajibkan memiliki rumah sakit pendidikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktik Pengganti (KPP) adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah wajib Kerja Praktik
Pengganti.
2. Mengaplikasikan hubungan antara teori yang diperoleh selama
perkuliahan dengan penerapannya di suatu proyek.
3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan pekerjaan
pproyek Pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
4. Memperluas pemikiran dan keterampilan dalam penyelesaian masalah
yang terjadi selama konstruksi.
5. Mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja dengan pengetahuan,
keterampilan, manajemen dan tanggung jawab selama melakukan Kerja
Praktik Pengganti.
2
1.4 Batasan Pengamatan
Batasan pengamatan yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktik
Pengganti (KPP) adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan dilaksanakan selama proses pelaksanaan pembangunan
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta pada bulan
November sampai Desember 2021.
2. Analisis dan pengamatan dilakukan pada metode pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh PT Citra Prasasti Konsorindo selama melaksanakan
pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu
pekerjaan pondasi hingga pekerjaan struktur kolom dan balok.
3. Pembahasan khusus yang dilakukan adalah pengamatan mengenai fungsi
dan peran dari Quality Control pada pembangunan Rumah Sakit
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Data yang digunakan adalah data yang diberikan oleh PT Citra Prasasti
Konsorindo dan pengamatan langsung selama pelaksanaan pembangunan
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3
3. Asistensi
Asistensi laporan dilakukan dengan dosen pembimbing Kerja Praktik
Pengganti dari Teknik Sipil Universitas Tidar dan pembimbing lapangan
dari PT Citra Prasasti Konsorindo.
4. Penulisan Laporan
Laporan disusun sesuai dengan data-data yang telah dikumpulkan dengan
studi literatur yang telah dilakukan dan dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing.
4
BAB II
GAMBARAN PROYEK
5
Gambar 2.1 Desain 3D Rumah Sakit UMS
(Sumber: Dokumen Proyek)
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta ini tidak hanya
sebagai pusat pelayanan kesehatan, tetapi juga sebagai tempat pengembangan
akademik dan riset khususnya dalam pengembangan ilmu kedokteran. Rumah Sakit
Universitas Muhammadiyah Surakarta juga digunakan untuk mengembangkan
Fakultas Kedokteran dengan membuka program-program spesialis.
6
Gambar 2.2 Peta Lokasi Proyek Pembangunan Rumah Sakit UMS
(Sumber: www.google.com)
Secara geografis Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta
memiliki batas-batas sebagai berikut:
• Utara : Jalan Adi Sucipto Solo
• Timur : Jalan Markisa
• Selatan : Jalan Markisa 1A dan Pemukiman
• Barat : Rumah Sakit Mata Solo
7
Proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta
yang dilakukan oleh PT Citra Prasasti Konsorindo menggunakan bentuk kontrak
lump sum dengan waktu pelaksanaan selama 365 hari kalender dengan Nomor
SPMK 632/D.2-VIII/BR/VII/2021.
Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa untuk
penyelesain seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga
kontrak yang pasti dan tetap, serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/ jasa atau
kontraktor pelaksana (Kapugu, 2018).
8
Konsultan Perencana : Tim Pengawas Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Sumber Dana : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nilai Kontrak : 130.000.000.000 (seratus tiga puluh milyar)
No. SPMK : 632/D.2-VIII/BR/VII/2021
No. IMB : 601/0343/L-11/IMB/VI/2021
Pelaksanaan : 365 hari (5 Juli 2021-5 Juni 2022)
Pemeliharaan : 365 hari
Data Teknis
Luas Area : 4761,542 m2
Keliling Area : 269, 684 m
Gedung Utama
Jumlah Lantai : 5 Lantai
Luas Bangunan
• Lantai 1 : 2061,56 m2
• Lantai 2 : 2213,25 m2
• Lantai 3 : 2202,88 m2
• Lantai 4 : 2181,73 m2
• Lantai 5 : 2175,44 m2
• Atap : 1586,60 m2
Gedung MEEP
Jumlah Lantai : 3 Lantai
Luas Bangunan
• Lantai 1 : 141,11 m2
• Lantai 2 : 141,11 m2
• Lantai 3 : 141,11 m2
9
BAB III
MANAJEMEN PROYEK
10
pelaksana. Dalam pelaksanaan proyek, hubungan kerja antara pemilik proyek
(owner) dan kontraktor diatur dalam kontrak kerja.
Unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek pembangunan
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
• Pemilik Proyek : Universitas Muhammadiyah Surakarta
• Konsultan Perencana : Tim Perencana UniversitasMuhammadiyah
Surakarta
• Konsultan Pengawas : Tim Pengawas Universitas Muhammadiyah
Surakarta
• Kontraktor Pelaksana : PT Citra Prasasti Konsorindo
3.2.1 Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan yang memiliki
proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar
biaya pekerjaan tersebut. Pemberi tugas dalam surat perjanjian pemborongan
adalah sebagai pihak pertama dan dapat mengambil keputusan sepihak untuk
mengambil alih pekerjaan yang dilakukan dengan cara menulis surat kepada
kontraktor apabila terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan dalam undang-
undang didalam surat perjanjian kerja (Tumembow, Tjakra, & Arsjad, 2016).
Pemilik proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah
Surakarta adalah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hak dari pemilik proyek
(owner) proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta
adalah sebagai berikut:
• Menunjuk penyedia jasa (konsultan maupun kontraktor).
• Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
sudah dilakukan oleh penyedia jasa.
• Mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan
menunjuk suatu badan atau orang yang bertindak atas nama pemilik.
• Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya sudah selesai sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
11
Sedangkan kewajiban dari pemilik proyek (owner) proyek pembangunan
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
• Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
pihak penyedia jasa untuk kelancaran proyek.
• Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
• Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
• Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
3.2.2 Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang atau badan hukum yang membuat
perencanaan bangunan secara lengkap baik di bidang arsitektur, sipil, dan bidang
lain yang melekat erat membentuk suatu sistem bangunan (Indriani, Widnyana, &
Laintarawan, 2019).
Konsultan perencana pada proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Tim Perencana Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Hak dari konsultan perencana proyek pembangunan Rumah Sakit
Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
• Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
• Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal
yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat.
Sedangkan kewajiban dari konsultan perencana proyek pembangunan
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
• Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,
rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
• Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
• Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
3.2.3 Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/badan hukum yang ditunjuk oleh
pengguna jasa untuk membantu dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan
pembangunan mulai dari awal sampai berakhimya pekerjaan yang dilaksanakan
(Indriani, Widnyana, & Laintarawan, 2019).
12
Konsultan pengawas pada proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Tim Pengawas Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Hak konsultan pengawas proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
• Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan oleh
kontraktor.
• Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar
dicapai basil akhir sesuai dengan kualitas, kuantitas serta waktu
pelaksanaan yang sudah ditetapkan.
• Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari persyaratan yang
sudah ditetapkan.
Sedangkan kewajiban konsultan pengawas proyek pembangunan Rumah
Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
• Mengadakan pengawasan dan membimbing pelaksanaan pekerjaan.
• Melakukan perhitungan kemajuan/prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor.
• Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran
informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
dengan lancar.
• Menyiapkan dan menghitung kemungkinan terjadinya pekerjaan tambah
kurang.
3.2.4 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor adalah orang atau badan yg mendapatkan dan melaksanakan
pekerjaan sesuai biaya yang sudah ditetapkan, sesuai gambar rencana dan peraturan
atau syarat - syarat yang telah ditetapkan (Permatasari, 2020).
Kontraktor utama pada proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah PT Citra Prasasti Konsorindo. Hak dari
kontraktor proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah
Surakarta adalah sebagai berikut:
• Mendapat kepastian pekerjaan pelaksanaan proyek, bahwa pemilik proyek
tidak akan membatalkan pelaksanaan proyek secara sepihak selain
13
ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam kontrak yangtelah disetujui
oleh kedua belah pihak.
• Mendapat kepastian pembayaran setelah pelaksanaan pekerjaan proyek
selesai tepat waktunya.
• Mendapat jaminan asuransi kepada tenaga kerja yang akan melaksanakan
pekerjaan proyek.
Sedangkan kewajiban dari kontraktor proyek pembangunan Rumah Sakit
Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
• Membuat gambaran kerja dan jadwal pekerjaan.
• Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak.
• Mengadakan pengujian mutu bahan dan pekerjaan bersama pengawasan.
• Menyerahkan surat jaminan penawaran dan pelaksanaan.
• Membuat berita acara kemajuan pekerjaan.
• Melaksanakan pekerjaan perawatan sebelum diserahkan seluruhnya
14
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor
(Sumber : Dokumen Proyek)
Tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari struktur organisasi PT Citra
Prasasti Konsorindo pada proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
3.3.1 Project Manager (PM)
Project Manager bertanggung jawab untuk memimpin dan mengatur
seluruh kegiatan dalam suatu proyek konstruksi. Project Manager pada
pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah Eman
Abdul Rachman, S.T. Tugas dan wewenang Site Manager adalah sebagai berikut:
• Memimpin perencanaan dan pelaksanaan proyek.
• Mendefinisikan ruang lingkup proyek, tujuan dan penyampaiannya.
• Menyusun dan mengkoordinasikan staf proyek.
• Mengelola anggaran dan alokasi sumber daya proyek.
• Perencanaan dan penjadwalan proyek.
• Memberikan arahan dan dukungan untuk tim proyek.
• Memantau dan melaporkan kemajuan proyek kepada seluruh stakeholders
terkait.
15
• Membuat laporan yang memuat kemajuan proyek, masalah dan solusi.
• Melaksanakan dan mengelola perubahan proyek dan melakukan intervensi
untuk mencapai hasil proyek.
• Melakukan evaluasi dan penilaian hasil suatu pekerjaan.
3.3.2 Site Manager
Site Manager merupakan wakil dari pimpinan tertinggi suatu proyek yang
dituntut untuk bisa memahami dan menguasai rencana kerja proyek secara
keseluruhan dan mendetail.
Site Manager pada pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Bambang Hernowo, S.T. Tugas dan wewenang
Site Manager adalah sebagai berikut:
• Merencanakan “time schedule” pelaksanaan proyek sesuai dengan
kewajiban dari perusahaan terhadap pemilik proyek atau kepentingan
perusahaan sendiri.
• Merencanakan pemakaian bahan dan alat dan pekerjaan instalasi untuk
setiap proyek yang ditangani sesuai dengan volume dan waktu
penggunaannnya.
• Memberikan instruksi pekerjaan dan pengarahan kepada pelaksana dalam
menunjang pelaksanaan proyek.
• Mengadakan kontrol terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
instruksi-instruksi yang diberikan baik segi teknis, kualitas pekerjaan,
maupun time schedule.
• Mengadakan kontrol disiplin kerja dari pelaksana-pelaksana proyek,
mandor maupun tenaga kerja sesuai dengan tugas, kewajiban dan
wewenang masing-masing.
• Membicarakan masalah-masalah khusus dan kesulitan- kesulitan teknis
dengan project manager.
• Membuat laporan mingguan untuk project manager yang mencakup
kegiatan proyek, kesulitan-kesulitan proyek, dan hal-hal khusus yang perlu
dilaporkan.
• Membicarakan kesulitan-kesulitan, rencana detail bangunan dengan
project manager.
16
• Mengatur penggunaan tenaga pekerja di proyek untuk menunjang rencana
time schedule.
• Menyetujui dan menerima tenaga pelaksana, mandor, dan pekerja sesuai
dengan target dari kantor dan menugaskan sesuai dengan tujuan masing-
masing.
• Mengusulkan hal-hal yang dapat menunjang pengarahantenaga pelaksana
kepada project manager.
3.3.3 Administrasi dan Keuangan
Peran administrasi proyek dimulai dari masa persiapan pelaksanaan
pembangunan sampai dengan pemeliharaan dan penutupan kontrak kerja.
Administrasi dan Keuangan pada pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Syifa Fauziah, S.T. Tugas dan wewenang
Administrasi dan Keuangan adalah sebagai berikut:
• Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja diproyek untuk pegawai
bulanan sampai dengan pekerja harian dengan spesialisai keahlian masing-
masing sesuai posisi organisasi proyek yang dibutuhkan.
• Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank proyek, laporan
pergudangan, laporan bobot prestasi proyek, daftar hutang dan lain-lain.
• Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan
dibayar oleh owner sebagai pemilik proyek.
• Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika kontraktor nasional
dengan banyak proyek maka bertugas juga membuat laporan ke kantor
pusat serta menyiapkan dokumen untuk permintaan dana ke bagian
keuangan pusat.
• Membantu project manager terutama dalam hal keuangan dan sumber
daya manusia sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat berjalan
dengan baik.
• Menyimpan bukti-bukti kerja administrasi proyek serta data-data proyek
3.3.4 Site Engineer (SE)
Site Engineer bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan pekerjaan
struktur, arsitek, dan MEEP di lapangan. Site Engineer pada pembangunan Rumah
Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta terdapat 3 unsur yaitu Ipnu Atmojo,
17
S.T. sebagai Site Engineer Arsitek, Candra Ruswanto, S.T. sebagai Site Engineer
Struktur, dan Imam Rahmatullah, S.T. sebagai Site Engineer MEEP. Tugas dan
wewenang site engineer adalah sebagai berikut:
• Menyiapkan perubahan desain bila diperlukan.
• Mengontrol setiap pekerjaan agar sesuai perencanaan dan mutu yang
telah disepakati.
• Memberikan usulan alternatif kepada pengguna jasa mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
3.3.5 Quantity Surveyor (QS)
Quantity Surveyor bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan
perhitungan volume, biaya, waktu dan progres pelaksnaan proyek serta
terlaporkannya hasil kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Quantity Surveyor pada pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Arifianti Kusuma, S. Amd. Tugas dan wewenang
Quantity Surveyor adalah sebagai berikut:
• Mengikuti kegiatan/hadir pada rapat rutin.
• Menghitung volume untuk seluruh komponen pekerjaan.
• Menyiapkan data progres pekerjaan.
• Membuat metode/petunjuk pelaksanaan.
• Membuat perhitungan konstruksi yang diperlukan.
• Melakukan pemeriksaan kembali shop drawing sebelum diajukan pada
site engineer manager.
• Membuat dan merencanakan schedule proyek.
• Membuat dan menyiapkan laporan mingguan, harian dan bulanan.
3.3.6 Quality Control (QC)
Quality Control bertanggung jawab untuk mengamankan seluruh
komponen secara menyeluruh dan mendetail untuk memenuhi persyaratan mutu
yang ditetapkan.
Quality Control pada pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Rachma W, S.T. Tugas dan wewenang Quality
Control adalah sebagai berikut:
• Mempelajari dan memahami spesifikasi teknis yang digunakan pada
18
proyek konstruksi tersebut
• Memeriksa kelayakan peralatan pengendalian mutu yang digunakan.
• Melaksanakan pengujian mutu terhadap bahan atau material yang
digunakan.
• Melaksanakan pengujian terhadap hasil pekerjaan di lapangan ataupun di
laboratorium.
• Mencegah terjadinya penyimpangan mutu dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
• Mempelajari metode kerja yang digunakan agar sesuai spesifikasi teknis
yang dipakai.
• Membuat teguran baik lisan maupun tulisan jika terjadi penyimpangan
dalam pekerjaan proyek.
3.3.7 Drafter
Drafter bertanggung jawab dalam hal membuat, mengatur, melaksanakan
kegiatan drawing. Drafter pada pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah A’yun Yana K, S. Ars. Tugas dan wewenang
drafter adalah sebagai berikut:
• Membuat gambar rinci bangunan, instalasi dan proyek konstruksi.
• Mengaplikasikan sketsa kasar gambar, spesifikasi dan data teknik.
• Menginformasikan kekurangan data gambar konstruksi untuk revisi
gambar kepada atasan langsung.
• Menyelesaikan, menduplikasikan dan mendokumentasikan gambar, sesuai
dengan alat bantu dan spesifikasi yang dibutuhkan.
3.3.8 Surveyor
Surveyor bertanggung jawab dalam kegiatan survei dan pengukuran dalam
suatu proyek. Surveyor pada pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Agung. Tugas dan wewenang surveyor adalah
sebagai berikut:
• Membantu kegiatan survei dan pengukuran diantaranya pengukuran
topografi lapangan, melakukan penyusunan dan penggambaran data-data
lapangan.
• Mencatat dan mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan
19
sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan melakukan tindak koreksi
dan pencegahannya.
• Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor untuk memastikan
pengukuran dilaksanakan dengan akurat telah mewakili kuantitas untuk
pembayaran sertifikat bulanan untuk pembayaran terakhir.
• Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor untuk memastikan
pengukuran dilaksanakan dengan prosedur yang benar dan menjamin data
yang diperoleh akurat sesuai dengan kondisi lapangan untuk keperluan
peninjauan desain atau detail desain.
• Melakukan pelaksanaan survei lapangan dan penyelidikan serta
pengukuran tempat-tempat lokasi yang akan dikerjakan terutama untuk
pekerjaan sesuai dengan gambar rencana.
• Melaporkan dan bertanggung jawab hasil pekerjaan kepada project
manager.
3.3.9 Logistik
Logistik bertanggung jawab terhadap ketersediaan alat dan bahan pada
suatu pekerjaan. Logistik pada pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Yudo Ratmiko, S.T. Tugas dan tanggung jawab
Logistik adalah sebagai berikut:
• Membuat jadwal pengadaan bahan di proyek.
• Melakukan survei dan memberikan informasi kepada project manager
tentang sumber dan harga bahan.
• Menyelenggarakan pembelian bahan yang telah diputuskan sesuai jadwal
pengadaan alat dan bahan.
• Menyelenggarakan administrasi pergudangan tentang penerimaan,
penyimpanan, dan pemakaian alat dan bahan.
• Membuat laporan manajerial tentang pemakaian serta persediaan alat dan
bahan pada suatu proyek.
3.3.10 Health Safety Environment (HSE)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu bidang yang berkaitan
dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan orang yang bekerja. Hal tersebut
berfungsi untuk melindungi para pekerja dari segala kemungkinan terburuk yang
20
terjadi di lapangan. Koordinator HSE pada pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Sugeng Riyadi.
Tugas dan tanggung jawab Health Safety Environment (HSE) adalah
sebagai berikut:
• Membuat kajian dokumen kontrak serta metode kerja pelaksanaan pada
penawaran konstruksi.
• Membuat usulan perubahan bila terdapat kekeliruan atau kesalahan pada
metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3.
• Membuat perencanaan, mengelola program, mengevaluasi dan
menyusun program K3.
• Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan
terkait K3 Konstruksi.
• Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3.
• Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program,
prosedur kerja dan instruksi kerja K3.
• Mengevaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman
teknis K3 konstruksi
• Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakitakibat kerja serta
keadaan darurat.
21
fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kontraktual yaitu hubungan yang
berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak
Pada organisasi proyek diperlukan batasan-batasan agar dapat
menghindari adanya tumpang tindih tugas, maupun pelemparan tanggung jawab,
sehingga semua permasalahan yang timbul dapat ditanggulangi secara menyeluruh,
terpadu, dan tuntas. Pada proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta terdapat beberapa pihak yang terlibat dan memiliki
hubungan kerja satu sama lain dalam menjalankan tugas dan kewajibannya masing-
masing. Hubungan kerja unsur pelaksanaan proyek pembangunan Rumah Sakit
Universitas Muhammadiyah Surakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Pemilik Proyek
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kontraktor Pelaksana
PT. Citra Prasasti Konsorindo
22
• Hubungan antara pemilik proyek dan konsultan pengawas
Pemilik proyek memberikan jasa/ biaya pengawasan terhadap pelaksanaan
proyek kepada konsultan pengawas. Konsultan pengawas bertanggung
jawab melaporkan kemajuan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.
• Hubungan antara pemilik proyek dan kontraktor pelaksana
Pemilik proyek memberikan jasa pelaksanaan pekerjaan kepada
Kontraktor dan Kontraktor menyerahkan hasil pekerjaan kepada pemilik
proyek.
• Hubungan antara pemilik proyek dan konsultan perencana
Pemilik proyek memberikan jasa/ biaya atas desain baik dari segi struktur,
arsitektur maupun data analisa yang telah dibuat oleh konsultan perencana
dan memberikan masukan kepada kosultan perencana sehingga gambar-
gambar rencana yang dihasilkan sesuai dengan keinginan dari owner.
• Hubungan antara konsultan pengawas dan konsultan perencana
Konsultan pengawas berfungsi sebagai penghubung antara konsultan
perencana dengan kontraktor dalam menjelaskan gambar kerja maupun
perhitungan konstruksinya. Konsultan perencana dan konsutan pengawas
bekerjasama dan berkonsultasi bila ada perubahan desain dari pemberi
tugas.
• Hubungan antara konsultan pengawas dan kontraktor
Konsultan pengawas berhak menegur atau menuntut kontraktor untuk
membongkar atau memperbaikinya apabila dalam pelaksanaan tidak
sesuai dengan spek yang telah ditentukan. Kontraktor wajib
melaporkannya kepada konsultan pengawas atas pekerjaan yang
dikerjakan yang hasilnya akan dilaporkan kepada pemberi tugas.
3.4.2 Pengambilan Keputusan di Lapangan
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak kontraktor dalam
proyek pembangunan Rumah Sakit Muhammadiyah Surakarta selalu
dikonsultasikan kepada konsultan pengawas dan kepada owner apabila terjadi suatu
permasalahan yang cukup besar dan tidak bisa dilakukan pengambilan keputusan
secara sepihak, seperti kemunduran progres maupun permasalahan yang terjadi
23
diluar rencana yang memerlukan lebih banyak waktu untuk pengambilan
keputusan.
Dalam pengambilan keputusan pada suatu permasalahan hal teknis di
lapangan, dilakukan oleh seorang pelaksana dan site manager secara langsung
tanpa perlu berkonsultasi kepada owner dan cukup memberitahu kepada konsutan
pengawas. Koordinasi antara setiap pihak yang bekerja pada suatu proyek sangatlah
penting, karena setiap pekerjaan yang ada di lapangan akan saling berhubungan satu
sama lain, baik pada waktu yang sama maupun yang akan datang.
Permasalahan yang sering terjadi di lapangan adalah tentang pemahaman
dari seorang perencana, pelaksana dan para pekerja yang melaksanakan suatu
pekerjaan. Banyak dijumpai permasalahan yang tidak sesuai dengan gambar
rencana. Hal tersebut perlu mempertimbangkan hal-hal lain untuk merubah
pekerjaan yang telah selesai atau merubah gambar untuk menyesuaikan pekerjaan
yang telah selesai.
Untuk meminimalisir kesalahan dan memperlancar pekerjaan, dilakukan
rapat koordinasi antara pihak-pihak yang terkait pada suatu pekerjaan. Rapat
koordinasi dilakukan setiap seminggu sekali untuk mengetahui hasil dan
permasalahan yang dihadapi tiap minggu dan rapat koordinasi juga dilaksanakan
pada saat diperlukan apabila terjadi permasalahan yang memerlukan penanganan
cepat.
Identifikasi Masalah
Rapat Koodinasi
Pekerjaan di
Lapangan
Gambar 3.3 Pengambilan Keputusan Lapangan
24
3.4.3 Pengambilan Keputusan Khusus
Permasalahan tidak hanya terjadi selama pelaksanaan di lapangan saja dan
dapat diselesaikan secara langsung pada saat yang sama. Terdapat permasalahan-
permasalahan yang timbul dan memerlukan pertimbangan serta koordinasi dengan
berbagai pihak yang terlibat. Dalam memutuskan solusi dari suatu permasalahan
yang ada diperlukan suatu rapat koordinasi.
Rapat koordinasi yaitu pertemuan yang dilakukan oleh pihak pemilik
pekerjaan, konsultan pengawas, dan penyedia jasa. Rapat koordinasi dilakukan
dengan maksud untuk membahas mengenai kemajuan proyek, masalah-masalah
yang dihadapi di lapangan, serta membicarakan tentang kemungkinan perubahan
struktur, revisi gambar, persetujuan mengenai material yang digunakan dan
sebagainya. Pada kasus permasalahan tertentu, pihak kontraktor maupun owner
dapat mengajukan perubahan kontrak akibat dari permasalahan yang ada dalam
proyek.
Kontrak hanya dapat diubah melalui addendum/perubahan kontrak.
Addendum/perubahan kontrak dapat dilaksanakan apabila terdapat perbedaan
antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi
teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak dan disetujui oleh para pihak,
meliputi:
• Menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam kontrak
• Menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan.
• Mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangaan.
• Mengubah jadwal pelaksanaan.
Apabila terjadi suatu perubahan kontrak, dari pihak Universitas
Muhammadiyah Surakarta selaku owner akan membuat surat atau addendum
mengenai perubahan yang dilakukan serta meminta pihak konsultan perencana
melakukan perencanaan ulang dengan data terakhir yang diperoleh dari lapangan.
Sedangkan apabila terjadi permasalahan yang merupakan kesalahan dari
pihak kontraktor, pihak owner dapat melakukan klaim atas permasalahan yang
terjadi seperti meminta ganti rugi kepada pihak kontraktor karena tidak
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah disepakati.
25
Identifikasi Masalah
Tidak
Rapat Koordinasi
Perubahan Ya Perencanaan
Kontrak ulang proyek
Tidak
Melakukan klaim
dari pihak lain
26
memperoleh barang/jasa oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat
daerah/institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk
menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang seat diantara
penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan
tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait
secara taat sehingga terpilih penyedia terbaik (Ervianto, 2005).
Pelelangan dalam proyek konstruksi adalah suatu sistem penawaran
pekerjaan kepada kontraktor untuk mendapatkan kesempatan mengajukan besarnya
biaya pekerjaan melaksanakan suatu pekerjaan. Tujuan pelelangan adalah
diperolehnya penawaran yang beragam yaitu suatu harga bangunan yag dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan persyaratan dari bangunan tersebut. Proses
pelelangan pekerjaan melibatkan dua pihak, sebagai pihak satu pemberi tugas dan
pihak dua kontraktor (Tripoli & Mubarak, 2013).
3.5.1 Sumber Hukum Pengadaan Barang/Jasa
Suatu pengadaan barang/jasa diatur oleh beberapa sumber hukum
diantaranya sebagai berikut:
• Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi.
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
• Kepmen PUPR Nomor 7 Tahun 2019 Standar Dan Pedoman Pengadaan
Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.
27
3.5.2 Jenis Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan jenis kepemilikan, pelelangan dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut:
3.5.2.1 Proyek Pemerintah
Pengadaan barang/jasa di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan pedoman
Keputusan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 beserta peruahannya dalam
pelaksanaannya melalui mtode pelelangan umum pemilihan atau seleksi penyedia
jasa yang terbagi menjadi 5 (lima) metode, yaitu :
• Pelelangan Umum
Metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka
dengan pengumuman secara luas memalui media massa dan papan
pengumuman resmi, sehingga badan usaha yang berniat dan memenuhi
kualifikasi dapat mengikutinya.
• Pelelangan Terbatas
Metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan
konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksankan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
• Pemilihan Langsung
Metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan yang
bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
• Penunjukan Langsung
Metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara menunjuk langsung
1 (satu) penyedia barang/jasa.
• Pengadaan Langsung
Pengadaan barang/jasa langsung kepada penyedia baarang/jasa, tanpa
melalui pelelangan/seleksi/penunjukan langsung.
3.5.2.2 Proyek Swasta
Ketentuan mengenai tender proyek milik swasta biasanya diatur sendiri
oleh masing-masing pemilik. Pada umumnya dilakukan dengan cara tender
terbatas, dengan mengundang beberapa kontraktor yang sudah dikenal.
Perkembangan saat ini adalah dalam memilih kontraktor diundang, pemilik (owner)
28
terlebih dahulu mengundang beberapa calon kontraktor untuk melakukan presentasi
tentang kemampuan mereka dalam melaksanakan proyek yang akan dilelangkan.
3.5.3 Pelaksanaan Pengadaan Proyek
Pengadaan jasa kontruksi pada proyek pembangunan Rumah Sakit
Universitas Muhammadiyah Surakarta dilaksanakan langsung oleh Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pengadaan barang dan jasa Universitas Muhammadiyah Surakarta
dilakukan secara terpusat oleh Tim Pengadaan Barang Universitas (Biro
Administrasi Umum, Biro Keuangan, dan Wakil Rektor II) bekerja sama dengan
unit pengusul.
3.5.3.1 Teknis Pelaksanaan
Pengadaan yang dilakukan adalah pengadaan terbuka dan dapat diikuti
oleh semua peserta pengadaan yang berbentuk badan usaha yang terdaftar di sistem
pengadaan Biro Administrasi Umum (BAU) Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Pengadaan ini menggunakan sistem pengadaan dari Biro Administrasi
Umum (BAU) UMS yang dilaksanakan dengan online di website sistem Pengadaan
barang dan jasa BAU UMS yang beralamat di https://lelang.ums.ac.id dengan
proses dan aturan yang digunakan berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pengadaan Barang dan Jasa Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3.5.3.2 Pengumuman Pemenang
Keputusan yang diambil dalam pelelangan ini adalah hasil dari rapat
internal dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pemenang ditentukan dari
peserta yang penawarannya dinyatakan memenuhi spesifikasi dengan penawaran
harga yang paling rendah.
Untuk menentukan pemenang, panitia lelang memilih dua kontraktor
dengan penawaran terendah. Setelah itu, panitia lelang mengevaluasi dua
kontraktor tersebut dengan sistem nilai.
Sistem nilai adalah evaluasi penilaian dengan cara memberikan nilai angka
tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah
ditetapkan, kemudian membandingkan jumlah nilai dari peserta dengan peserta
29
lainnya. Kriteria yang dinilai dalam memilih kontraktor pelaksana adalah material
dan metode pekerjaan yang digunakan.
3.5.3.3 Penetapan Kontrak
Peserta yang dinyatakan sebagai pemenang akan dihubungi oleh panitia
pengadaan untuk proses klarifikasi dan kesanggupan melaksanakan pekerjaan,
apabila peserta yang dinyatakan sebagai pemenang tidak sanggup melaksanakan
maka panitia akan menetapkan peserta dengan harga terendah kedua sebagai
pemenang dan bagi peserta yang dinyatakan sebagai pemenang tapi tidak sanggup
melaksanakan pekerjaan akan dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku di sistem
pengadaan UMS. Setelah peserta menandatangi kontrak, Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) akan mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK).
3.5.4 Pelaksanaan Pengadaan Alat
Manajemen peralatan merupakan salah satu bagian dari unsur-unsur
manajemen secara menyeluruh dalam kaitannya dengan pengertian manajemen,
yaitu: pencapaian tujuan melalui orang lain, dilengkapi unsur-unsur uang (money),
mesin atau peralatan (machine), serta bahan (material), yang tergabung bersama-
sama dalam proses pencapaian sasarannya berdasarkan metode pelaksanaan yang
digariskan (method).
Beberapa hal utama yang penting diketahui dalam perencanaan kebutuhan
peralatan adalah:
• Sasaran pekerjaan yang harus dihasilkan (volume, jangka
waktupelaksanaan, dan spesifikasi teknis pekerjaan yang harus dicapai).
• Kondisi medan atau kondisi lapangan.
• Jadwal untuk masing-masing jenis peralatan dan jumlahnya serta jenis
kegiatan pekerjaan dan kondisi medan yang ada, serta spesifikasi dan
kapasitas peralatan peralatan yang bersangkutan dibutuhkan.
• Mobilisasi peralatan dilaksanakan agar pada waktu yang diperlukan sudah
tersedia di lapangan dengan kondisi yang sudah siap operasi untuk jangka
waktu pelaksanaan proyek.
30
Perencanaan
Pengadaan
Pemeliharaan dan
Perbaikan
31
• Penghapusan Data
Apabila peralatan sudah tidak digunakan pada suatu pekerjaan, maka
dilakukan penghapusan data peralatan dari inventarisasi.
3.5.5 Pelaksanaan Pengadaan Material
Prosedur pengadaan material secara garis besar dibagi menjadi beberapa
tahap yaitu: perencanaan, seleksi, pembelian, penerimaan, pembayaran, dan
evaluasi.
32
• Tahap Penerimaan
Kegiatan penerimaan material dilakukan oleh seorang Logistik dan
dilakukan pengendalian mutu oleh Quality Control terhadap kualitas dari
material yang diterima, sesuai dengan yang telah dipesan atau tidak.
Material harus sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang telah
disyaratkan. Apabila telah memenuhi syarat, material disimpan di dalam
gudang dan dicatat.
• Tahap Pembayaran
Tahapan pembayaran dilakukan setelah material di cek oleh Quality
Control oleh seorang administrasi dan keuangan suatu poryek berdasarkan
kesepakatan yang telah dibuat dan tercantum dalam Surat Pesanan.
Apabila kualitas dan kuantitas tidak sesuai dengan yang dipesan, maka dari
pihak kontraktor dapat membatalkan pesanan.
• Tahap Evaluasi
Setelah beberapa tahapan telah dilaksanakan, pihak kontraktor yaitu
bagian Logistik dan Site Manager melakukan evaluasi kepada pemasok
terhadap kualitas dan waktu pengiriman dengan tujuan dapat menjamin
material yang dipasok sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.
Apabila kualitas dan waktu pengiriman tidak sesuai kesepakatan, maka
kontraktor akan mengganti pemasok untuk kebutuhan material berikutnya.
3.5.6 Pelaksanaan Pengadaan Tenaga Kerja
Dalam pengadaan tenaga kerja pada proyek pembangunan Rumah Sakit
Muhammadiyah Surakarta sebagian menggunakan pekerja yang telah bekerja sama
dengan kontraktor sebelumnya dan pekerja tambahan dari warga sekitar yang
memiliki profesi tukang bangunan.
Site Manager mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja pada suatu
pekerjaan, dan mengajukan penambahan tenaga kerja baru dengan persetujuan
project manager. Setelah ditentukan jumlah pekerja tambahan, mandor mencari
pekerja tambahan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Pekerja melaksanakan proses administrasi untuk dilakukan pendataan dan
untuk mengetahui jumlah pekerja. Upah pekerja dibayar dengan hitungan gaji
harian dan dibayarkan setiap seminggu sekali.
33
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
34
Gambar 4.3 Excavator
4.1.1.3 Dump Truck
Dump truck merupakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
material tanah merah, sirtu, serta balas, dari tempat pengambilan bahan ke lokasi
proyek.
35
Gambar 4.5 Concrete Pump Truck
4.1.1.5 Crawler Crane
Crawler Crane atau yang sering disebut sebagi service crane adalah alat
yang mempunyai fungsi sama dengan tower crane yaitu untuk memindahkan
material maupun peralatan yang diperlukan dalam proyek.
36
Gambar 4.7 Tower Crane
4.1.1.7 Concrete Mixer Truck
Concrete mixer truck adalah alat yang digunakan untuk mengangkut beton
ready mix dari pabrik pembuatan ke lokasi pekerjaan dengan volume yang lebih
besar. Kendaraan ini merupakan truk khusus yang dilengkapi dengan mixer yang
terus berputar selama perjalanan menuju lokasi proyek, hal tersebut dimaksudkan
agar campuran adukan beton tidak mengeras selama pengangkutan ke lokasi proyek
serta adukan beton dapat merata.
37
Gambar 4.9 Scaffolding
4.1.1.9 Concrete Vibrator
Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan untuk meratakan proses
pengecoran agar tidak ada rongga dalam pengecoran atau kecacatan strukur.
38
Gambar 4.11 Lampu Penerang
4.1.2 Material
4.1.2.1 Beton Ready Mix
Beton merupakan campuran dari anggregat kasar (kerikil), anggregat halus
(pasir), semen, dan air. Pada proyek ini digunakan beton dengan mutu beton fc’ 30
MPa dan fc’ 35 MPa.
Beton ready mix merupakan beton yang sudah siap untuk di aplikasikan
kedalam pekerjaan yang berada di lapangan. Pada pengadaan beton ready mix pada
proyek ini menggunakan beton ready mix dari PT. Pionerbeton Surakarta.
4.1.2.2 Semen Portland
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan
dalam pekerjaan pembuatan beton. Menurut ASTM C-150, semen portland
didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau
lebih banyak kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama
dengan bahan utamanya.
Menurut SNI 15 2049:2004 tentang Semen Portland dan ASTM C150
semen dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
• Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen portland tipe I merupakan jenis semen yang umum digunakan
untuk berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mana tidak terkena efek
sulfat pada tanah atau berada di bawah air.
39
• Tipe II (Modified Cement)
Semen portland tipe II merupakan semen dengan panas hidrasi sedang atau
di bawah semen portland tipe I serta tahan terhadap sulfat. Semen ini cocok
digunakan untuk daerah yang memiliki cuaca dengan suhu yang cukup
tinggi serta pada struktur drainase.
• Tipe III (Rapid-Hardening Portland Cement)
Semen portland tipe III memberikan kuat tekan awal yang tinggi.
Penggunaan tipe III ini jika cekatan akan segera dibuka untuk penggunaan
berikutnya atau kekuatan yang diperlukan untuk konstruksi lebih lanjut.
Semen tipe III ini hendaknya tidak digunakan untuk konstruksi beton
massal atau dalam skala besar karena tinggi panas yang dihasilkan dari
reaksi beton tersebut.
• Tipe IV (Low-Heat Portland Cement)
Semen portland tipe IV digunakan jika pada kondisi panas yang dihasilkan
reaksi beton harus diminimalisasi. Namun peningkatan kekuatan lebih
lama dibandingkan semen tipe lainnya tetapi tidak mempengaruhi kuat
akhir.
• Tipe V (Sulphate-Resisting Cement)
Semen portland tipe V digunakan hanya pada beton yang berhubungan
langsung dengan sulfat, biasanya pada tanah atau air tanah yang memiliki
kadar sulfat yang cukup tinggi.
40
digunakan dalam pembuatan tahu beton dan sebagai lantai kerja suatu struktur pada
lantai 1.
4.1.2.3 Agregat Halus
Sesuai dengan SNI 03–2847–2002, bahwa agregat halus merupakan
agregat yang mempunyai ukuran butir maksimum sebesar 5,00 mm. Menurut PBI
1971, syarat-syarat agregat halus (pasir) adalah sebagai berikut.
• Agregat halus berbentuk butiran-butiran yang kuat serta tajam, bersifat
tidak mudah hancur karena cuaca panas ataupun hujan.
• Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat agregat
kering. Apabila mengandung lumpur lebih dari 5%, agregat halus harus
dicuci terlebih dahulu
• Tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.
• Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang beranekaragam besarnya
dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam PBI
1971 harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- Sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
- Sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
- Sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% - 90% berat.
41
Menurut PBI (1971), syarat-syarat agregat kasar (kerikil) adalah sebagai
berikut:
• Disebut agregat kasar karena tidak memiliki pori-pori yang lebih dari 20%
dari berat agregat seluruhnya. Agregat kasar harus memiliki ketahanan
yang baik dalam keadaan cuaca panas ataupun dingin.
• Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% yang ditentukan terhadap
berat kering. Jika melebihi 1% maka agregat kasar tersebut harus dicuci
terlebih dahulu.
• Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
Menurut SNI 2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung, ukuran maksimum agregat kasar harus tidak melebihi:
• 1/5 jarak terkecil antara sisi cetakan.
• 1/3 ketebalan slab.
• ¾ jarak bersih minimum antara tulangan atau kawat, bundel tulangan, atau
tendon prategang, atau selongsong.
42
Gambar 4.15 Tangki Air
Menurut SNI 03-6861.1-2002, persyaratan air untuk campuran beton
adalah sebagai berikut:
• Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual
• Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
• Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton
(asam-asam, zat organik dsb) lebih dari 15 gram/liter.
• Kandungan khlorida (Cl) < 0,50 gram/liter, dan senyawa sulfat < 1
gram/liter sebagai SO3
• Bila dibandingkaan dengan kekuatan tekan adukan beton yang
menggunakan air suling, maka penurunan kekuatan beton yang
menggunakan air yang diperiksa tidak lebih dari 10%.
• Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat diatas, air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0,05 gram/liter.
4.1.2.6 Baja Tulangan
Baja tulangan digunakan pada kontruksi beton untuk memberikan
kekuatan tarik dan tekan pada beton bertulang. Baja tulangan merupakan besi yang
digunakan untuk penulangan konstruksi beton atau yang lebih dikenal sebagai
beton bertulang.
43
Gambar 4.16 Baja Tulangan
4.1.2.7 Kawat Bendrat
Kawat bendrat merupakan pengikat antar besi tulangan agar dapat
membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat yang digunakan
berdiameter 1 mm.
44
Gambar 4.18 Playwood Multiplex
45
4.2 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan struktur yang dilakukan dalam proyek pembangunan
Rumah Sakit UMS adalah sebagai berikut:
4.2.1 Pekerjaan Pile Cap
Pile cap merupakan salah satu elemen penting dari suatu struktur. Hal ini
dikarenakan pile cap memiliki peranan penting dalam pendistribusian beban
struktur ke bore pile untuk kemudian diteruskan ke dalam tanah. Pile cap digunakan
sebagai pondasi untuk mengikat bore pile yang sudah terpasang dengan struktur
yang berada di atasnya.
4.2.1.1 Pekerjaan Persiapan
Sebelum melakukan pemasangan pile cap, tanah perlu digali terlebih
dahulu sebagai lokasi pemasangan pile cap dengan bantuan excavator. Kedalaman
penggalian disesuaikan dengan dimensi pile cap yang telah direncanakan.
46
Gambar 4.22 Pembobokan Tulangan Bore Pile
4.2.1.2 Pemasangan Bekisting Pile Cap
Setelah lahan untuk pekerjaan pile cap siap, dilakukan pemasangan
bekisting. Bekisting dalam pekerjaan pile cap menggunakan bekisting batako untuk
mempermudah pekerjaan karena bekisting batako mudah dalam pekerjaannya dan
tidak perlu melepas bekisting dibandingkan menggunakan bekisting kayu yang
perlu dilepas ketika selesai tahap pengecoran.
47
Gambar 4.24 Pembesian Pile Cap
4.2.1.4 Pengecoran Pile Cap
Sebelum dilakukan pengecoran, tulangan dan dimensi dari pile cap perlu
diperiksa terlebih dahulu oleh Tim Pengawas. Apabila pile cap sudah sesuai dengan
perencanaan, maka dilakukan pengecoran kepada pile cap. Pengecoran pada pile
cap menggunakan beton dengan f’c 30 MPa.
48
Tabel 4.1 Desain Penulangan K1 dan K3 Lantai 1
Tipe Kolom K1 K3
Dimensi 600/700 500/600
Tulangan 26-D25 16-D25
Sengkang D13-100-150 D13-100-150
D13-100-150 D13-100-150
Pengikat
X:2 Y:2 X:2 Y:2
4.2.2.1 Pembesian Kolom
Dalam proses pemasangan besi tulangan kolom dilantai dasar dilakukan
bersamaan dengan proses pembesian pile cap. Sedangkan untuk perakitan
pembesian kolom lainnya dilakukan di area fabrikasi untuk mempermudah dalam
pemasangan. Besi tulangan disambung dan diikat menggunakan kawat besi/kawat
bendrat.
49
Gambar 4.27 Pemasangan Bekisting Kolom
Sebelum pemasangan bekisting, diperlukan proses pemasangan tahu beton
pada beberapa titik di tulangan kolom sebelum memasang bekisting, dan
memastikan semua ukuran tahu beton sama agar semua tebal selimut beton di
segala sisi kolom sama. Tebal tahu beton sama denga ukuran selimut beton kolom
yaitu 4 cm.
50
pump. Agar pengecoran beton merata, digunakan alat vibrator concrete agar
meminalisir kecacatan struktur atau adanya gelembung udara dalam beton.
51
Tabel 4.2 Desain Penulangan Tie Beam TB1 dan TB3
TB1 TB3
Tipe Balok
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Ukuran 350 x 700 300 x 600
Tul. Atas 5 D22 4 D22 4 D22 3 D22
Tul. Bawah 4 D22 7 D22 3 D22 4 D22
Sengkang 2 D10-100 2 D10-150 1 D10-100 1 D10-200
Tul. Badan 2 D13 2 D13 2 D13 2 D13
4.2.3.1 Pekerjaan Persiapan
Sebelum melakukan pemasangan tie beam, tanah perlu digali terlebih
dahulu sebagai lokasi pemasangan tie beam. Kedalaman penggalian disesuaikan
dengan dimensi pile cap yang telah direncanakan. Penggalian dilakukan secara
manual oleh tukang karena dimensi dari tie beam lebih kecil dibandingkan dengan
pile cap yang memerlukan bantuan excavator.
52
Gambar 4.32 Pemasangan Bekisting Tie Beam
4.2.3.3 Pengerjaan Pembesian Tie Beam
Pekerjaan pembesian tie beam dilakukan bersama pekerjaan pembesian
pada kolom dan pile cap. Pemasangan tulangan tie beam disesuaikan dengan
rencana yang telah dibuat. Terdapat tie beam yang terletak diatas permukaan pile
cap dan berada di bawah permukaan pile cap.
53
Gambar 4.34 Pengecoran Tie Beam
4.2.4 Pekerjaan Pelat Lantai dan Balok
Balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan
dirancang untuk menerima dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom
penopang. Sedangkan, pelat adalah konstruksi struktural yang berfungsi menerima
beban yang akan disalurkan ke balok dan kolom. Pelat dan balok pada proyek ini
menggunakan mutu beton f’c = 30 Mpa dengan tipe penulangan pelat lantai S1 dan
S5 yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan tipe penulangan balok B1 dan B3 dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.3 Desain Penulangan Pelat Lantai S1 dan S5
S1 S5
Tipe Pelat
Lx Ly Lx Ly
Tinggi 130 mm 180 mm
Tul. Atas D10-200 D10-200 D10-150 D10-150
Tul. Bawah D10-200 D10-200 D10-150 D10-150
Tabel 4.4 Desain Penulangan Balok B1 dan B3
B1 B3
Tipe Balok
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Ukuran 400 x 800 300 x 600
Tul. Atas 9 D22 5 D22 5 D22 3 D22
Tul. Bawah 7 D22 8 D22 4 D22 4 D22
Sengkang 1,5 D13-100 1,5 D13-100 1 D10-100 1 D10-125
Tul. Badan 6 D13 6 D13 2 D13 2 D13
54
4.2.4.1 Pemasangan Scaffolding
Semua bagian dari scaffolding harus diperiksa secara berkala dan dirawat
dengan baik sehingga perancah tidak rusak dan dapat menopang semua beban saat
mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan platform perancah.
55
Gambar 4.36 Pemasangan Bekisting Balok dan Pelat Lantai 2
4.2.4.3 Pengerjaan Pembesian Pelat Lantai dan Balok
Tulangan dibentuk dengan cara dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan
ukuran yang direncanakan. Tulangan akan diangkat secara manual dan
menggunakan katrol ke titik-titik pemasangan. Besi tulangan disambung dan diikat
menggunakan kawat besi/kawat bendrat.
56
pump. Agar pengecoran beton merata, digunakan alat vibrator concrete agar
meminalisir kecacatan struktur atau adanya gelembung udara dalam beton.
57
Pedoman dalam melaksanakan pengendalian proyek ini terdapat dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Tiga hal perlu dikendalikan dalam
pelaksanaan proyek yaitu pengendalian mutu, pengendalian biaya, pengendalian
waktu.
4.3.1 Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pengendalian mutu merupakan suatu peristiwa yang dilakukan dengan
cara mengontrol pekerjaan dan kualitas bahan agar bisa mendapatkan mutu yang
berkualitas sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
Kegiatan pengendalian mutu dilakukan oleh seorang Quality Control dan
seorang pengawas yaitu dengan melakukan pengawasan dalam pelaksanaan
pekerjaan, pengawasan mutu bahan dan pengujian bahan. Pengendalian mutu
pekerjaan di lapangan antara lain adalah mengawasi dan melakukan kontrol
pekerjaan seperti pekerjaan pembesian dengan melakukan pengecekan pada
struktur sebelum dilakukan pengecoran maupun pekerjaan selanjutnya dengan
mengisi formulir maupun melakukan checklist pada pekerjaan yang sudah dianggap
sesuai dengan rencana. Pengendalian mutu pada bahan dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dan pengujian bahan agar mutu yang digunakan sesuai
dengan mutu yang direncakanan seperti pengendalian mutu beton dan besi. Bahan
akan diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan pada pekerjaan tertentu oleh
seorang Quality Control dan seorang konsultan pengawas.
4.3.2 Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu proyek adalah suatu cara untuk mengendalikan waktu
pelaksanaan agar waktu pelaksanaan proyek selesai dan sesuai dengan rencana
awal. Penjadwalan kegiatan proyek yaitu mengatur waktu pelaksanaan pekerjaan
menjadi sangat penting dalam rangka pengendalian waktu. Hal ini dibuat untuk
mengatur komponen-komponen pekerjaan agar suatu pekerjaan dengan pekerjaan
yang lainnya dapat saling berhubungan dan tidak saling tumpang tindih.
Pengendalian waktu dimaksudkan untuk mengetahui apakah proyek berjalan sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan.
Pengendalian waktu dilakukan berdasarkan time schedule yang telah
dibuat sebelumnya dan kemudian dibandingkan dengan laporan bulanan.
Pengendalian waktu diatur dalam pendjadwalan proyek menggunakan kurva-s yang
58
telah diatur oleh seorang Quantity Surveyor. Berdasarkan time schedule dapat
dilihat berapa persen kemajuan atau kemunduran pekerjaan yang telah terlaksana
berdasarkan perencanaan awal.
4.3.3 Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya bertujuan untuk memastikan tidak ada pembengkakan
biaya yang merugikan kontraktor maupun owner. Penggunaan metode kerja sangat
mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Metode yang efisisen serta efektif menjadi
kunci penggunaan biaya minimal dengan hasil pekerjaan yang sesuai dengan
standar yang ada. Kenyataan di lapangan terdapat beberapa perubahan baik
perubahan metode maupun perubahan volume pekerjaan, hal ini berdampak pada
penambahan biaya yang tidak sesuai dengan rencana awal. Untuk mengontrol setiap
perubahan yang ada maka pengendalian biaya dilakukan dengan melihat RAB yang
ada.
Pengendalian biaya dilakukan oleh seorang Quantity Surveyor dengan
melakukan pengawasan dan pengendalian biaya agar dapat melaksanakan proyek
tersebut sesuai dengan rencana anggaran dengan mutu pekerjaan yang maksimal
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengendalian dan pengawasan biaya
suatu proyek dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan
berdasarkan laporan keuangan bulanan yang dibandingkan dengan progres yang
telah dicapai. Biaya yang terekapitulasi berupa untuk pembelian material,
pembelian atau penyewaan alat, pembayaran tenaga kerja.
Pemakaian bahan pada proyek diusahakan dapat digunakan secara optimal
supaya tidak ada yang terbuang secara cuma-cuma. Seperti contoh dalam
pembuatan tulangan, pemotongan dan pembengkokan dilakukan dengan efisien dan
diusahakan agar besi tidak ada yang tersisa. Pemakaian alat harus digunakan
dengan efektif dan efisien supaya alat tersebut tidak berhenti produksi dan harus
disesuaikan dengan pekerjaan yang ada.
59
menjadi perhatian tidak hanya terbatas pada para pekerja di lapangan namun juga
berkaitan dengan masyarakat dan beraktivitas di sekitar lokasi pekerjaan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. Per. 50/PP/2012 Pasal 3 menjelaskan
bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang
atau lebih dan mengandung potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja, seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen K3.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian, pengkajiandan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman (Permenaker No : PER. 05/MEN/1996).
4.4.1 Persyaratan Umum K3
Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
syarat penerapan keselamatan kerja di tempat kerja diantaranya sebagai berikut:
• mencegah dan mengurangi kecelakaan;
• mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
• mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
• memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
• memberi pertolongan pada kecelakaan;
• memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
• mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran;
• mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
• memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
• menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
60
• menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
• memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
• memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
• mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
• mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
• mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
• mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
• menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
4.4.2 Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan APD diwajibkan kepada semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek kontruksi untuk menjamin keselamatan pekerja pada saat
pelaksanaan pekerjaan. Penggunaan alat pelindung diri dapat berbeda – beda,
tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. APD yang digunakan dalam
proyek ini adalah sebagai berikut:
• Helm pelindung (safety helmet)
Helm pelindung berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang dapat
mengenai kepala secara langsung serta benturan secara langsung.
61
• Pelindung mata (goggles, spectacles)
Pelindung mata yaitu kacamata safety digunakan untuk melindungi mata
dari berbagai bunga api akibat proses pengelasan dan melindungi dari
material halus seperti pasir dan/atau lainnya yang dapat mengakibatkan
iritasi oada mata.
62
Gambar 4.43 Sarung Tangan
(Sumber: www.lazada.co.id)
• Sepatu keselamatan (safety shoes)
Safety shoes berfungsi untuk menghindari kecelakaan fatal pada kaki
akibat tertimpa oleh benda berat ataupun menginjak benda tajam.
63
Gambar 4.45 Full Body Harnerss
(Sumber: www.shopee.co.id)
• Rompi keselamatan (safety vest)
Rompi digunakan sebagai penanda bahwa terdapat pekerja yang sedang
berada pada tempat tersebut khususnya pada area yang kurang
mendapatkan cahaya.
64
pembangunan infrastruktur harus menerapkan program K3 dengan basis protokol
kesehatan. Pada proyek ini, kegiatan yang dilakukan untuk meminimalisir
penyebaran Covid-19 adalah sebagai berikut:
• Cek suhu menggunakan thermo gun kepada seluruh pekerja sebelum
memasuki lokasi proyek yang dilakukan oleh penjaga keamanan
(security).
• Seluruh pekerja diwajibkan mengunakan masker untuk mencegah
penularan Covid-19 sesuai anjuran dari pemerintah.
• Menyediakan westafel untuk mencuci tangan di lokasi proyek. Seluruh
pekerja diwajibkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki
lokasi proyek untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri melalui
kontak fisik.
• Pemasangan rambu-rambu K3 untuk memberitahu dan meminimalisir
kecelakaan kerja.
65
BAB V
PEMBAHASAN KHUSUS
66
bangunan. Dalam tugasnya, seorang Quality Control memiliki tanggung jawab
diantaranya yaitu:
• Melakukan pemeriksaan peralatan yang dipakai dalam proyek.
• Melakukan pengendalian mutu pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan
seperti jumlah tulangan dan volume pekerjaan.
• Melakukan pengecekan (checklist) pada pekerjaan sebelum dilakukan
pekerjaan lainnya.
Contohnya sebelum melakukan pengecoran kolom, seorang Quality
Control dan seorang Pengawas melakukan pengecekan terhadap
kesesuaian kolom dengan gambar rencana.
• Melakukan pengecekan terhadap pekerjaan struktur, baik sebelum maupun
sesudah pekerjaan untuk meminimalisir kecacatan struktur.
• Melakukan pengujian terhadap mutu beton, yaitu pengujian slump dan
pengujian kuat tekan beton.
• Melakukan pengujian terhadap mutu besi, yaitu pengujian kuat tarik besi.
• Melakukan evaluasi atau uji kelayakan hasil pekerjaan di lapangan
maupun laboratorium.
• Membuat pelaporan sebagai pendataan dan bukti dari mutu pekerjaan telah
sesuai dengan rencana kerja.
Seorang Quality Control dan seorang konsultan pengawas akan
melakukan pengawasan dan pengecekan di lapangan ketika setiap pekerjaan telah
selesai dilaksanakan untuk melakukan checklist pada pekerjaan tertentu dengan
membawa peralatan dan formulir yaitu dibutuhkan, yaitu:
• Gambar rencana (shop drawing).
• Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) jika dibutuhkan pada saat
pengecekan.
• Formulir checklist seperti formulir pengujian.
• Meteran untuk mengecek ukuran suatu pekerjaan seperti volume dan jarak.
• Jangka sorong untuk mengecek diameter tulangan.
• Kamera sebagai alat dokumentasi.
• Kebutuhan lain yang dibutuhkan dalam pengecekan dan pengawasan.
67
Contoh pekerjaan yang dilakukan oleh seorang Quality Control pada saat
di lapangan adalah pengecekan terhadap struktur kolom, yaitu:
• Pengecekan terhadap tulangan yang digunakan pada kolom (jarak antar
tulangan, jumlah tulangan, dan spesifikasi tulangan)
• Pengecekan terhadap dimensi kolom termasuk tebal tahu beton sebagai
selimut beton yang digunakan.
• Pengecekan terhadap kemiringan pada kolom dengan cara memasang tali
pada bagian atas kolom dan diukur jarak dari kolom dengan tali tersebut
pada bagian atas dan bawah kolom. Toleransi yang digunakan adalah ± 2
cm untuk kemiringan kolom. Apabila kemiringan kolom melebihi
toleransi, maka akan dilakukan penyesuaian terhadap kemiringan kolom
dengan mendorong maupun menarik sisi kolom.
68
pengecoran, hal ini biasa terjadi pada struktur yang memiliki elevasi yang
lebih rendah.
69
instruksi yang lebih jelas dari seorang mandor maupun pelaksana
lapangan.
• Kecacatan struktur
Dalam suatu proyek sering terdapat struktur yang cacat khususnya pada
hasil pengecoran yang tidak sempurna. Hal ini disebabkan pada saat proses
pengecoran beton kurang merata dan pada saat pengecoran, pekerja yang
bertugas untuk mengeluarkan beton dari mixer secara buru-buru sehingga
beton yang keluar menjadi lebih cepat tetapi tidak merata.
70
dilakukan dengan melakukan rapat mingguan dengan konsultan maupun
owner dan koordinasi langsung dengan para pekerja di lapangan.
• Dalam mengatasi permasalahan beton yang keropos, dapat menggunakan
metode perbaikan seperti penambalan (patching) apabila beton yang
keropos masih belum parah.
71
direncanakan, baik itu secara visual maupun struktural. Pengedalian mutu beton
meliputi pengujian slump dan pengujian kuat tekan.
5.3.1 Data Beton
Beton yang diamati oleh penulis adalah sampel beton untuk struktur pile
cap. Data beton yang digunakan dalam struktur pile cap adalah sebagai berikut:
Mutu beton (f’c) : 30 Mpa
Nilai slump : 12 ± 2 cm
5.3.2 Pengujian Slump
Sebelum dilakukan proses pengecoran, beton ready mix dicek terlebih
dahulu oleh seorang Quality Control (QC) untuk memastikan kelayakan dan
kesesuaian dari beton ready mix yang digunakan.
Slump test bertujuan untuk untuk memantau homogenitas dan workability
(kemudahan pengerjaan beton segar) adukan beton segar dengan suatu kekentalan
tertentu yang dinyatakan dengan satu nilai slump. Dalam pengujian slump
digunakan pedoman dari SNI 1972-2008 tentang Pengujian Slump Beton.
72
• Batang besi penusuk
Batang penusuk harus merupakan suatu batang baja yang lurus,
penampang lingkaran dengan diameter 16 mm dan panjang sekira 600 mm,
memiliki salah satu atau kedua ujung berbentuk bulat setengah bola
dengan diameter 16 mm.
• Alas
Cetakan harus diletakan diatas permukaan datar, dalam kondisi lembab,
tidak menyerap air dan kaku.
73
Sepertiga dari volume cetakan slump diisi hingga ketebalan 67 mm , dua
pertiga dari volume diisi hingga ketebalan 155 mm.
• Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang pemadat.
Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan setiap lapisan.
Untuk lapisan bawah akan ini akan membutuhkan penusukan secara
miring dan membuat sekira setengah dari jumlah tusukan dekat ke batas
pinggir cetakan, dan kemudian lanjutkan penusukan vertikal secara spiral
pada seputar pusat permukaan. Padatkan lapisan bawah seluruhnya hingga
kedalamannya. Hindari batang penusuk mengenai pelat dasar cetakan.
Padatkan lapisan kedua dan lapisan atas seluruhnya hingga kedalamannya,
sehingga penusukan menembus batas lapisan di bawahnya.
• Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di
atas cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila pemadatan menghasilkan
beton turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk
tetap menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan.
Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada
bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di
atasnya. Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat
dalam arah vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan dengan jarak 300 mm
dalam waktu 5 ± 2 detik tanpa gerakan lateral atau torsional. Selesaikan
seluruh pekerjaan pengujian dari awal pengisian hingga pelepasan cetakan
tanpa gangguan, dalam waktu tidak lebih dari 2 ½ menit.
• Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera
slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan
dan bagian pusat permukaan atas beton. Bila terjadi keruntuhan atau
keruntuhan geser beton pada satu sisi atau sebagian massa beton, abaikan
pengujian tersebut dan buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh.
5.3.2.3 Hasil Pengujian Slump
Sebagai sampel pengujian slump, diambil beton ready mix dari beberapa
mixer truck secara acak sebanyak 5 buah mixer truck. Pengujian slump dilakukan
sebelum proses pengecoran yang dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2021.
74
Hasil dari pengujian slump beton yang telah dilakukan dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Uji Slump
Nama Sampel Nilai Slump (cm)
Sampel 1 13,00
Sampel 2 11,00
Sampel 3 11,00
Sampel 4 12,00
Sampel 5 14,00
Berdasarkan hasil dari pengujian kuat tekan beton yang telah dilakukan,
dapat dilihat bahwa hasil pengujian slump yang diperoleh telah memenuhi
persyaratan yang ada, yaitu 12 ± 2 cm.
Apabila hasil slump tidak sesuai dengan persyaratan, maka dari pihak
kontraktor pelaksana dapat menolak atau membatalkan proses pengecoran.
5.3.3 Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton adalah suatu hal yang dilalukan untuk
mengetahui bagaimana kekuatan dari beton. Dalam pengujian diambil beberapa
sampel dari beton ready mix dan kemudian dicetak menggunakan silinder ukuran
15x30cm. Lalu kemudian sampel tersebut akan diberikan tekanan dengan
menggunakan alat uji CTM (Compression Testing Machine) yang memberikan
beban bertahap dengan kecepatan peningkatan beban tertentu pada benda uji
silinder sampai hancur.
75
Pengujian kuat tekan beton menggunakan acuan SNI 1974-2011 tentang
Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder dengan rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
𝑃
𝑓′𝑐 =
𝐴
Dimana:
f’c = Kuat tekan beton dengan benda uji silinder (MPa)
P = Beban maksimum (Newton)
A = Luas penampang benda uji (mm2)
Pengujian beton dilakukan pada beton yang akan digunakan untuk struktur
pada umur 7, 14 dan 28 hari. Pada proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah dilakukan pengujian pada sampel beton pile cap pada umur 9, 16
dan 31 hari. Hal ini dikarenkanan pada umur beton 7, 14 dan 28 hari bertepatan
dengan hari libur.
Pengujian beton umur 9 dan 16 hari dilakukan di PT. Pionirbeton Industri,
Solo. Sedangkan pengujian beton umur 31 hari dilakukan di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Data beton yang digunakan sebagai sampel pengujian
kuat tekan adalah sebagai berikut:
Mutu beton (f’c) : 30 Mpa
Ukuran : Silinder 15 x 30 cm
Tanggal Pembuatan : 18 Oktober 2021
Tanda Benda Uji : PILECAP
Hasil dari pengujian kuat tekan beton yang dilakukan oleh PT. Pionirbeton
Industri Solo pada umur 9 hari dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Uji Kuat Tekan Umur 9 Hari
No. Kode Berat (Kg) Beban (kN) Kuat Tekan (MPa)
1. PILECAP 12,400 433,70 24,56
2. PILECAP 12,200 432,40 24,48
3. PILECAP 12,100 429,30 24,31
Hasil dari pengujian kuat tekan beton yang dilakukan oleh PT. Pionirbeton
Industri Solo pada umur 16 hari dapat dilihat pada Tabel 5.3.
76
Tabel 5.3 Uji Kuat Tekan Umur 16 Hari
No. Kode Berat (Kg) Beban (kN) Kuat Tekan (MPa)
1. PILECAP 12,400 506,2 28,66
2. PILECAP 12,300 519,8 29,43
3. PILECAP 12,500 509,4 28,84
Hasil dari pengujian kuat tekan beton yang dilakukan oleh Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada umur 31 hari dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Uji Kuat Tekan Umur 31 Hari
No. Kode Berat (Kg) Beban (kN) Kuat Tekan (MPa)
1. PILECAP 12,725 630 35,640
2. PILECAP 12,740 625 35,360
3. PILECAP 12,645 625 35,360
Rata-rata 35,453
Estimasi kuat tekan beton pada umur 28 hari dilakukan dengan cara
perbandingan kuat tekan beton normal dengan PBI N.I-2 1971 yang dapat dilihat
pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Perbandingan Kuat Tekan Beton Pada Berbagai Umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 120
Semen portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen portland dengan
0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
kekuatan awal tinggi
(Sumber: PBI N.I-2, 1971)
Berdasarkan Tabel 5.5 diperoleh nilai konversi untuk beton umur 31 hari
menggunakan semen portland biasa dengan cara interpolasi dan diperoleh nilai
konversi adalah 1,009677. Hasil konversi estimasi kuat tekan pada umur 28 hari
dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Estimasi Kuat Tekan Umur 28 Hari
Kuat Tekan (MPa)
No. Kode
31 hari 28 hari
1. PILECAP 35,640 35,30
2. PILECAP 35,360 35,02
77
Lanjutan Tabel 5.6
Kuat Tekan (MPa)
No. Kode
31 hari 28 hari
3. PILECAP 35,360 35,02
Rata-rata 35,453 35,113
Berdasarkan hasil dari pengujian kuat tekan beton yang telah dilakukan,
dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh telah memenuhi persyaratan yang ada,
dengan nilai rata-rata kuat tekan pada umur 28 hari adalah 35,113 MPa > 30 MPa.
Berdasarkan pelaksanaan pengendalian mutu terhadap beton, seorang
Quality Contol memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin mutu beton
yang digunakan. Pengawasan dan pengecekan terhadap mutu beton dapat dilakukan
dengan pengontrolan material ataupun agregat yang digunakan sebagai campuran,
perawatan beton, pengujian nilai slump, dan pengujian kuat tekan beton. Seorang
Quality Control bertanggung jawab penuh terhadap pengendalian mutu beton yaitu:
• Persiapan awal pengecoran.
• Pengujian slump sebelum beton masuk proyek dan melakukan
pengecoran.
• Pembuatan benda uji untuk pengujian kuat tekan beton.
• Perawatan terhadap beton hingga pengujian.
• Pengujian terhadap benda uj beton pada umur 7, 14, dan 28 hari.
• Pengendalian terhadap pengecoran struktur di lapangan.
• Pembuatan laporan terhadap hasil pengujian kuat tekan beton.
Setelah dilakukan pengendalian mutu terhadap beton, seorang Quality
Control akan membuat laporan dari hasil pengujian beton yang akan diserahkan
kepada project manager dan konsultan pengawas sebagai bukti bahwa beton yang
digunakan telah sesuai dengan persyaratan yang ada. Apabila beton yang digunakan
telah sesuai dengan persyaratan maka seorang Quality Control akan membuat
checklist dan berkoordinasi kepada Project Manager untuk melanjutkan pekerjaan
lainnya.
78
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pelaksanaan Kerja Praktik
Pengganti (KPP) pada proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta
dilakukan oleh PT Citra Prasasti Konsorindo menggunakan bentuk
kontrak lump sum dengan nilai kontrak Rp. 130.000.000.000 dan waktu
pelaksanaan selama 365 hari kalender dengan Nomor SPMK 632/D.2-
VIII/BR/VII/2021.
2. Proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta
berlokasi di Jalan Adi Sucipto No. 167, Karangasem, Kec. Laweyan, Kota
Surakarta, Jawa Tengah.
3. Unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek pembangunan
Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta adalah sebagai
berikut:
• Pemilik Proyek : Universitas Muhammadiyah Surakarta
• Konsultan Perencana : Tim Perencana Universitas Muhammadiyah
Surakarta
• Konsultan Pengawas : Tim Pengawas Universitas Muhammadiyah
Surakarta
• Kontraktor Pelaksana : PT Citra Prasasti Konsorindo
4. Pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah pada bulan November-Desember 2021 yaitu pekerjaan
pile cap, tie beam, kolom, pelat dan struktur lantai 2 yaitu pekerjaan balok
dan pelat lantai.
5. Pengendalian mutu beton bertujuan agar hasil kekuatan pada struktur
memenuhi syarat yang sudah direncanakan, baik itu secara visual maupun
struktural. Pengedalian beton meliputi pengujian slump dan pengujian kuat
tekan.
79
6. Pengendalian mutu dilakukan oleh seorang Quality Control yang tugasnya
mencakup monitoring, mencari masalah teknis yang diketahui,
mengurangi penyimpangan/perubahan yang tidak perlu serta usaha-usaha
untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pekerjaan. Pengendalian mutu
pekerjaan dilakukan dengan melakukan pengawasan selama pekerjaan
berlangsung. Beberapa hal-hal yang selalu diperhatikan antara lain adalah
pembesian, mutu beton, serta kualitas dari pekerjaan lainnya.
7. Berdasarkan hasil dari pengujian slump dan kuat tekan beton pile cap yang
telah dilakukan, dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh telah memenuhi
persyaratan yang ada. Hasil pengujian slump telah memenuhi syarat beton
normal dengan nilai 12 ± cm dan nilai rata-rata kuat tekan pada umur 28
hari adalah 35,113 MPa > 30 MPa.
8. Beberapa permasalahan yang dialami dalam proyek pembangunan Rumah
Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu cuaca yang tidak
mendukung, sumber daya manusia yang tidak cukup, ketidaksesuaian
pelaksanaan dengan rencana kerja, dan kecacatan struktur.
6.2 Saran
Saran dari penulis berdasarkan pelaksanaan Kerja Praktik Pengganti
(KPP) pada proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah
Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek baik pemilik proyek (owner), kontraktor pelaksana, konsultan
pengawas, maupun pekerja yang ada dilapangan.
2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kontruksi dengan
pengawasan yang lebih tegas untuk kedisiplinan dan menjaga keselamatan
pekerja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Penataan ruang dalam suatu proyek sangat penting dalam hal keefektifan
dan efisiensi pekerjaan, sehingga tidak mengganggu dan menghambat
pekerjaan lain.
80
DAFTAR PUSTAKA
81
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. (1996). Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : PER. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Mutmainah. (2018). Analisa Kontrak Kerja Konstruksi Pada Proyek Rehab Bengkel
Untuk Ruang Widyaiswara, Penyuluh Dan Lab. It. Di Dinas Pangan,
Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Sipil.
Permatasari, D. I. (2020). Pengetahuan Manajemen pada Perusahaan Lokal.
Tecnoscienza.
PT Citra Prasasti Konsorindo. (2021). Dokumen Proyek Pembangunan Rumah
Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Tripoli, & Mubarak. (2013). Faktor-Faktor Penentu Pemenang Pelelangan Jasa
Pelaksana Konstruksi. jurnal Teknik Sipil Vol. 2.
Tumembow, W. Y., Tjakra, J., & Arsjad, T. T. (2016). Analisis Kontrak Kerja
Owner Terhadap Kontraktor (Studi Kasus: Perumahan Taman Mapanget
Raya). Jurnal Sipil Statik.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
82
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 2. SK Dosen Pembimbing Kerja Praktik Pengganti (KPP)
Lampiran 3. Kartu Bimbingan Kerja Praktik Pengganti (KPP)
Lampiran 4. Struktur Organisasi Kontraktor
Lampiran 5. Rekap Bill of Quantity (BoQ)
PEKERJAAN : PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DAFTAR URAIAN PEKERJAAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
PENJUMLAHAN TOTAL
HALAMAN : 1 REVISI : 0
PENJUMLAHAN TOTAL
DAFTAR NO. 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN, PRASARANA DAN PENUNJANG Rp. 4.305.175.000,00
SUB TOTAL I Rp. 4.305.175.000,00
PEKERJAAN GEDUNG UTAMA SUB TOTAL II Rp. 61.435.617.157,09
DAFTAR NO. 2 : PEKERJAAN PONDASI Rp. 6.170.385.093,67
DAFTAR NO. 3 : PEKERJAAN TANAH Rp. 156.726.570,79
DAFTAR NO. 4 : PEKERJAAN BETON BERTULANG Rp. 21.786.996.649,13
DAFTAR NO. 5 : PEKERJAAN ATAP Rp. 2.500.741.882,13
DAFTAR NO. 6 : PEKERJAAN DINDING DAN PELAPIS DINDING Rp. 13.140.048.610,07
DAFTAR NO. 7 : PEKERJAAN KOSEN PINTU, JENDELA DAN PARTISI Rp. 4.122.604.371,14
DAFTAR NO. 8 : PEKERJAAN PELAPIS LANTAI DAN WATER PROOFING Rp. 6.119.257.494,76
DAFTAR NO. 9 : PEKERJAAN PLAFOND Rp. 2.010.122.929,75
DAFTAR NO. 10 : PEKERJAAN CAT Rp. 1.296.697.834,52
DAFTAR NO. 11 : PEKERJAAN SANITARY Rp. 1.362.102.500,00
DAFTAR NO. 12 : PEKERJAAN LAIN - LAIN Rp. 2.769.933.221,13
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR NO. 13 PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL SUB TOTAL III Rp. 42.331.899.658,03
DAFTAR NO. 13.1 : PEKERJAAN ELEKTRIKAL
PEKERJAAN ELEKTRIKAL STANDAR
13.1.1 : PEKERJAAN PANEL TEGANGAN MENENGAH Rp. 138.600.000,00
13.1.2 : PEKERJAAN TRAFO Rp. 250.000.000,00
13.1.3 : PEKERJAAN PANEL TEGANGAN RENDAH Rp. 2.859.170.800,00
13.1.4 : PEKERJAAN KABEL FEEDER Rp. 3.451.942.382,14
13.1.5 : PEKERJAAN GROUNDING Rp. 52.200.000,00
13.1.6 : PEKERJAAN KABEL TRAY Rp. 400.070.040,49
13.1.7 : PEKERJAAN INSTALASI PENERANGAN & STOP KONTAK Rp. 2.429.960.340,00
13.1.8 : PEKERJAAN PENANGKAL PETIR Rp. 70.928.000,00
Rp. 9.652.871.562,64
PEKERJAAN ELEKTRIKAL NON STANDAR
13.1.9 : PEKERJAAN GENSET Kap. 1.500 KVA - SILENT TYPE Rp. 3.826.170.000,00
13.1.10 : PEKERJAAN PENYAMBUNGAN PLN Rp. 1.600.500.000,00
13.1.11 : PEKERJAAN PENGGANTIAN KABEL PLN & TELKOM Rp. 75.000.000,00
Rp. 5.501.670.000,00
DAFTAR NO. 13.2 : PEKERJAAN MEKANIKAL
PEKERJAAN MEKANIKAL STANDAR
13.2.1 : PEKERJAAN AIR BERSIH Rp. 1.370.710.762,27
13.2.2 : PEKERJAAN AIR KOTOR & BEKAS Rp. 408.164.960,97
13.2.3 : PEKERJAAN STP Rp. 609.650.800,00
13.2.4 : PEKERJAAN AIR HUJAN Rp. 200.863.245,09
Rp. 2.589.389.768,33
PEKERJAAN MEKANIKAL NON STANDAR
13.2.5 : PEKERJAAN AIR CONDITIONING ( AC ) Rp. 10.832.155.411,99
13.2.6 : PEKERJAAN FAN Rp. 241.410.800,00
13.2.7 : PEKERJAAN HYDRANT & SPRINKLER Rp. 1.692.739.979,54
13.2.8 : PEKERJAAN HOSPITAL BED LIFT Rp. 2.723.625.000,00
13.2.9 : PEKERJAAN DEEP WELL Rp. 90.000.000,00
13.2.10 : PEKERJAAN SOLAR CELL Rp. 1.331.668.000,00
13.2.11 : PEKERJAAN GAS MEDIS Rp. 2.531.390.843,82
13.2.12 : PEKERJAAN GONDOLA Rp. 1.597.017.267,86
Rp. 21.040.007.303,21
DAFTAR NO. 13.3 : PEKERJAAN ELEKTRONIK
13.3.1 : PEKERJAAN SOUND SYSTEM Rp. 346.194.042,86
13.3.2 : PEKERJAAN INSTALASI 3PLAY - (EQUIPMENT BY PROVIDER) Rp. 105.100.000,00
13.3.3 : PEKERJAAN FIRE ALARM Rp. 1.003.113.400,00
13.3.4 : PEKERJAAN IP CCTV Rp. 442.624.000,00
13.3.5 : INSTALASI DATA (EQUIPMENT BY OWNER) Rp. 45.082.000,00
13.3.6 : PEKERJAAN NURSE CALL + CODE BLUE Rp. 417.206.000,00
13.3.7 : INSTALASI TELEPON (EQUIPMENT BY OWNER) Rp. 45.523.000,00
13.3.8 : PEKERJAAN SISTEM ANTRIAN POLIKLINIK UNTUK LANTAI 1 DAN 2 Rp. 626.480.000,00
13.3.9 : PEKERJAAN CCTV THERMAL SENSOR UNTUK POLIKLINIK LANTAI 1 DAN 2 Rp. 70.400.000,00
Rp. 3.101.722.442,86
PEKERJAAN : PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KEGIATAN : PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DAFTAR URAIAN PEKERJAAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
PENJUMLAHAN TOTAL
HALAMAN : 2 REVISI : 0
1. Pada perencanaan pile cap, bentuk dari pile cap bermacam-macam. Mengapa
bentuk dari pile cap tidak diseragamkan?
Satria Adi Prakoso (1810503025)
Jawab :
Bentuk dan dimensi dari pile cap ditentukan oleh jumlah bore pile yang telah
direncakanan oleh Tim Perencana. Apabila terdapat bore pile berjumlah 3
buah, makan akan direncakanan pile cap dengan bentuk segitiga. Apabila
terdapat bore pile berjumlah 4 buah dilapangan, maka direncakanan pile cap
dengan bentuk persegi empat, dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan dan
perencanaan dari Tim Perencana.
2. Pada perencanaan tie beam terdapat tie beam yg berada diatas permukaan dan
dibawah permukaan pile cap. Alasannya apa?
Pramesti Clara C. (2010503014)
Jawab:
Pada perencanaan struktur bangunan, juga mengutamakan segi arsitek dari
suatu bangunan. Pile cap pada proyek ini direncanakan dengan elevasi yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan. Contohnya pada samping bangunan atau
bagian jalan, perencanaan pile cap akan diturunkan agar tidak terlihat pada
bagian arsitek ketika bangunan sudah didirikan. Elevasi jalan akan lebih rendah
daripada elevasi lantai dasar pada lantai 1 (0±00)
3. Mengapa bekisting pada tie beam dan pile menggunakan bekisting batako
sedangkan kolom dan plat memakai bekisting multiplex?
Afrizzal Risna Nugraha (1810503027)
Jawab:
Hal ini karena struktur tie beam dan pile cap berada didasar tanah atau dibawah
elevasi dasar (± 0.00). Sehingga dapat mempermudah pekerjaan karena
bekisting batako mudah dalam pekerjaannya dan tidak perlu melepas bekisting
dibandingkan menggunakan bekisting kayu yang perlu dilepas ketika selesai
tahap pengecoran.
4. Permasalahan dari proyek kan cukup beragam, solusi yg telah dilakukan pada
permasalahan yg ada bagaimana?
Febrilian Ahmad Hakiki (1810503019)
Jawab:
Penyelesaian permasalahan yang telah dilakukan guna mendukung suksenya
pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut:
• Kemunduran progres dari pelaksanaan proyek dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu akibat cuaca, kekurangan jumlah pekerja, maupun hal
lain. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan cara penjadwalan
ulang atau melakukan penambahan jam kerja (lembur) untuk meminimalisir
ketertinggalan dari jadwal yang telah direncakanan.
• Komunikasi antar semua pihak yang terkait pada suatu pekerjaan sangatlah
penting dalam hal kelancaran proyek. Komunikasi dan koordinasi dapat
dilakukan dengan melakukan rapat mingguan dengan konsultan maupun
owner dan koordinasi langsung dengan para pekerja di lapangan.
• Dalam mengatasi permasalahan beton yang keropos, dapat menggunakan
metode perbaikan seperti penambalan (patching) apabila beton yang
keropos masih belum parah.
Lampiran 11. Dokumentasi Seminar KPP
DOKUMENTASI SEMINAR KPP