2017
Syahputra, Joko
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/20252
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN
TUGAS SARJANA
Oleh:
JOKO SYAHPUTRA
NIM. 110403009
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk
metode lean sixsigma untuk mengurangi waste di PT. Bamindo agra persada”.
Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis
kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat
pembaca lainnya.
OKTOBER, 2016
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas
sarjana ini.
dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun
administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
Sarjana ini.
2. Dr. Meilita T. Sembiring ST, MT. selaku Dosen Pembimbing I atas waktu,
4. Ayahanda dan Ibunda yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara
menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari
tercinta.
6. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Nurmansyah, Bang Ridho, Bang Mijo,
Kak Dina, Kak Rahma dan Kak Ani, terimakasih atas bantuannya dalam hal
7. Pak Ginting yang telah memberikan izin dan berbagai fasilitas di PT.
data.
ini.
laporan ini.
11. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin
disebutkan satu per satu, hanya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
TABEL HALAMAN
1.1 Data Persentase Waste yang Dihasilkan Tahun 2015 ...................... I-4
5.7 Rekapitulasi Hasil Uji Keseragaman Waktu Siklus untuk Setiap Proses
TABEL HALAMAN
5.13 Diagram Five Why untuk Kecacatan logo emas tidak merata ......... V-30
5.14 Diagram Five Why untuk Kecacatan potongan tidak rata ................ V-31
5.16 Waste Kertas Sembahyang pada Tahun 2015 dan Usulan Perbaikan V-42
5.17 Jumlah Waste yang Dihasilkan dari Kedua Proses ......................... V-43
GAMBAR HALAMAN
5.3 Value Strean Mapping untuk produksi kertas sembahyan ........... V-14
Data mengenai persentase waste yang dihasilkan selama tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
bahwa. PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi transformator.
Kendala yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah adanya pemborosan (waste)
kegiatan yang tidak bernilai tambah dan tingginya produk cacat (30,3%) sehingga
1
Ummi Isti Izzati , Quality Control Analysis of Milk Powder Production Process Productiv
Process Using Lean Six Sigma Method” (2013)
Penelitian ini menerapkan konsep pengendalian mutu dengan pendekatan Lean Six
dilantai produksi akibat non value added activity pada proses sehingga waktu
saat ini adalah PCE (Process Cycle Efficency) sebesar 82%, dengan kinerja
kualitas pada saat ini untuk tahap inspeksi II dan III masing-masing sebesar 3,38 σ
dan 4,01 σ.
Kajian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah penerapan lean six
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka pokok permasalahan yang akan
dicari pemecahannya melalui penelitian ini ialah banyaknya jumlah waste yaitu 11,85%
serta adanya kegiatan yang tidak bernilai tambah selama proses produksi seperti waktu
menunggu, pemindahan bahan dan pemeriksaan selama proses produksi. Untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, maka dilakukan perbaikan dengan menggunakan
pendekatan Lean Six Sigma.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tingginya waste yang dihasilkan.
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Perusahaan
Untuk mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan (PT. Bamindo Agra
Persada) dengan Departemen Teknik Industri USU.
pemotongan.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada produk kertas sembahyang (Joss Paper) di PT
Bamindo Agrapersada
3. Data kualitas produk yang diperoleh adalah waste selama periode yaitu Januari -
Desember 2015.
2. Tidak ada mesin dan peralatan yang rusak ketika melakukan operasi.
produksi
4. Tidak terjadi hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan perusahaan seperti bencana
manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian dan
teori atau literatur yang digunakan diambil dari referensi buku-buku dan jurnal
penelitian yang berhubungan dengan topik tersebut dan disertakan pada daftar
pustaka.
sekunder. Data primer yang diperoleh yaitu penilaian rating factor, penentuan
factor allowance dan data waktu proses. Data sekunder yaitu data uraian proses
produksi, data penggunaan material, jumlah produksi dan jumlah waste yang
Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari
hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi PT. Bamindo
Agra Persada.
BAB II
didirikan oleh Bapak Amran Yunus pada tahun 1989, bergerak di bidang industri
Perusahaan ini mulai memproduksi kertas sembahyang budaya cina pada tahun
1993 karena adanya permintaan dari Taiwan. Pada awal tahun 1993, perusahaan
kertas sembahyang budaya cina dan minimnya peralatan serta mesin produksi
yang digunakan. Namun, seiring berjalannya waktu pada tahun 1996 terjadi
hanya fokus terhadap produksi chopstick namun kertas sembahyang budaya cina
juga. Pada awal merintis usaha produksi kertas sembahyang budaya cina,
perusahaan hanya memiliki 2 unit mesin rolling & drilling namun sekarang
jumlah mesin bertambah hingga 3 unit sehingga total mesin rolling & drilling
menghasilkan dua jenis produk yaitu sumpit (chopstick) dan kertas sembahyang
budaya cina (Joss Paper). Produk sumpit terdiri dari dua jenis tipe produk yaitu
digunakan sebagai alat makan, dan sumpit Tipe II yang berukuran panjang 15 cm
dan diameter 2,5 mm yang biasa digunakan sebagai alat tusuk makanan.
Sedangkan untuk produk kertas sembahyang budaya cina, jenis produk beragam
dan tidak dapat disebutkan satu persatu sebab ukuran dan kaligrafi produk
tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Struktur
organisasi ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan
dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada
mengetahui dengan jelas apa tugasnya dari mana ia mendapatkan perintah dan
struktur organisasi lini dan fungsional. Struktur organisasi lini merupakan struktur
aktivitas dan tugas yang sama untuk membentuk unit-unit kerja seperti
Fungsional
Asisten
Dewan Direksi
Kepala Pabrik
Tenaga kerja di PT. Bamindo Agrapersada terdiri atas tenaga kerja tetap
dan tenaga borongan. Jumlah tenaga kerja tetap pada PT. Bamindo Agrapersada
sebanyak 102 orang. Rincian jumlah tenaga tetap kerja dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Agrapersada
Bagian Produksi
Total
No. Kertas
Orang
Sembahyang
12 Chopping 3
13 Extenaution 5
14 Mushing 5
15 Rolling & Drying 5
16 Printing 5
17 Cutting 20
18 Packing 7
Total 50
Jumlah hari kerja pada bagian produksi PT. Bamindo Agrapersada adalah
6 hari kerja selama seminggu (senin s/d sabtu) dan dibagi atas 3 shift kerja per
1. Karyawan tetap
Karyawan ini adalah tenaga kerja di kantor dan juga pabrik digaji secara
bulanan.
2. Karyawan borongan
Tenaga kerja ini adalah sebagian besar dari tenaga kerja langsung yang
dibayar untuk masa tertentu yang besarnya sesuai dengan kesepakatan antara
sebagian lagi pada bagian pergudangan, yang mana gajinya sesuai dengan
keahlian, kecakapan, prestasi kerja, serta status dan sebagainya dari karyawan
yang bersangkutan. Penggajian yang diberikan setiap akhir bulan untuk pekerja
a. Gaji pokok
antara lain:
(Joss Paper) PT. Bamindo Agrapersada yaitu 100% ekspor ke Negara Taiwan dan
kepada para retailer. Sementara daerah pemasaran dan distribusi chopstick yaitu
Binjai dan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena susahnya dalam pengadaan
bahan baku mengingat lahan bambu di daerah sekitar pabrik semakin berkurang
dan apabila memasok bambu dari luar daerah akan membutuhkan biaya yang
lebih tinggi.
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada
seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan dana agar lebih bermanfaat bagi
kebutuhan manusia. Tipe proses produksi pada PT. Bamindo Agrapersada adalah
make to order, hal ini ditunjukkan dengan produk akhir yang dihasilkan
mendapat nilai lebih di mata pelanggan. Oleh karenanya, perlu adanya standar
standar mutu bahan maupun produk yang khusus. Perusahaan ini menyesuaikan
mutu yang biasa diajukan oleh pelanggan untuk produk chopstick dan joss paper
Selain itu, ukuran kertas sembahyang yang biasa dipesan pelanggan yaitu
3,05 x 3,55 inch, 2,65 x 3,45 inch dan 3,45 x 5,35 inch.
utama, bahan penolong dan bahan tambahan. Bahan utama merupakan bahan yang
membantu proses produksi dan tidak menjadi bagian yang esensial dari suatu
membantu proses produksi dan merupakan bahan yang bersifat esensial dalam
(chopstick) dan kertas sembahyang budaya cina (joss paper) dapat dilihat pada
tabel 2.6.
(chopstick) dan kertas sembahyang budaya cina (joss paper). Adapun proses
1. Pemotongan (Cutting)
2. Pembelahan (Splitting)
potongan bambu menjadi dua bagian, yaitu bagian kulit bambu dengan
3. Pembentukan (Shaping)
4. Perendaman (Soaking)
5. Pengeringan (Drying)
6. Penghalusan (Polishing)
halus.
7. Peruncingan (Sharpening)
sendiri.
8. Pengemasan (Packing)
gambar 2.4.
Pembelahan
Pembentukan
Perendaman
Pengeringan
Penghalusan
Peruncingan
Pengemasan
1. Pencacahan (Chopping)
2. Pelunakan (Extenuation)
dibawa ke kolam untuk disiram dan direndam dengan air dan ditambahkan
dengan soda api (NaOH) konsentrasi 7% lalu direndam selama 3-4 hari
hingga bambu menjadi lebih lunak dan lebih mudah untuk dibuburkan.
3. Pembuburan (Mashing)
mengubah tekstur bambu yang sudah lunak mejadi bubur hingga mudah
Rolling & Drying adalah proses pembentukan kertas. Bambu yang sudah
steam hingga kadar air dalam kertas yang diproduksi berkurang yaitu
antara 7-9%.
5. Pencetakan (Printing)
Pada proses ini, lembaran kertas yang dihasilkan dari proses rolling &
x 60 cm.
6. Pemotongan (Cutting)
7. Pengepakan (Packing)
Pencacahan
Pelunakan
Pembuburan
Pembentukan
Pencetakan
Pemotongan
Pengepakan
Jumlah : 2 unit
Power : 2HP-220VAC
Daya : 18-22 Kw
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 50 m/menit
Daya : 18-22 Kw
Jumlah : 4 unit
Kapasitas : 50 m/menit
Daya : 18-22 Kw
Tahun: 2001
Jumlah : 4 unit
Power : 2HP-3.7A
Tahun: 2002
5. Mesin Peruncingan
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 100-150 kg
Power : 1pk
Tahun : 2000
6. Mesin Pengemasan
Jumlah : 2 unit
Tahun : 2003
a. Jumlah : 2 unit
b. Kapasitas : 2 ton/jam
c. Daya : 18-22 Kw
e. Tahun : 2001
a. Jumlah : 2 unit
c. Daya : 18-22 Kw
d. Tahun : 2000
a. Jumlah : 5 unit
b. Kapasitas : 65 m/menit
e. Tahun: 2000
a. Jumlah : 5 unit
b. Kapasitas : 55 m/menit
e. Tahun : 2002
a. Jumlah : 6 unit
b. Kapasitas : 2 ton/jam
c. Daya : 2 HP
f. Tahun: 2003
a. Jumlah : 4 unit
b. Daya : 2HP
d. Tahun : 2003
LANDASAN TEORI
3.1.Pengertian Lean2
yang tidak bernilai tambah (non value-added activities) melalui peningkatan terus
kesempurnaan..
kesalahan paling banyak berjumlah 3,4 cacat per satu juta kemungkinan. Jika
mempunyai peluang untuk cacat atau melakukan kesalahan sebanyak 3,4 kali dari
kapabilitas proses dalam menghasilkan produk (barang dan jasa) yang bebas
2
Vincent Gasperz, Continuous Cost Redution Through Lean-Sigma Approach (Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum, 2006), hal. 2
3
James R. Evans dan William M. Lindsay, An Introduction to Six Sigma & Process Improvement,
(Jakarta: Penerbit Salemba Empat,2007), hal 12-15
menerus. Integrasi lean dan six Sigma (lean six sigma) akan meningkatkan kinerja
bisnis dan industri melalui peningkatan kecepatan dan akurasi. Pendekatan lean
akan menunjukkan nonvalue added activity dan value vdded activity serta
membuat value added activity mengalir secara lancar sepanjang value stream
processes dan six sigma akan mereduksi variasi value added activity tersebut.
Lean six sigma dapat memaksimumkan nilai yang didapatkan secara terus-
4
Michael L. George, Op. Cit. hal 5-6
Analyze, Improve dan Control) yang paling banyak digunakan. Metodologi ini
3. Analyze adalah fase ketiga dalam siklus DMAIC, dimana detail proses
diperiksa dengan cermat. Hal yang perlu diperhatikan yaitu data diinvestigasi
4. Improve adalah fase keempat dalam siklus DMAIC, dimana solusi-solusi dan
ide-ide secara kreatif dibuat dan diputuskan. Sekali sebuah masalah telah
5. Control adalah tahap terakhir dalam metode DMAIC, dimana setelah solusi-
5
Peter S. Pande, dkk, The Six Sigma Way, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009), hal. 427-435
komponen berikut:
1. Business Case, berisi pernyataan yang menyatakan latar belakang umum dari
konsumen. Diagram ini merupakan gambaran mengenai model proses kerja dalam
bentuk lain disamping big picture mapping. Adapun elemen diagram SIPOC
output. Termasuk informasi dan energi yang akan digunakan di dalam proses.
6
Praveen Gupta, The Six Sigma Performance Handbook, (New York: McGraw-Hill Inc, 2005),
hal. 166-173
7
Praven Gupta. Ibid, hal. 158-161
langkah yang memberikan nilai tambah terhadap produk maupun yang tidak,
untuk membuat produk mulai dari bahan mentah sampai menjadi produk jadi.
4. Output (Keluaran), adalah produk jadi, baik itu barang ataupun jasa atau
informasi, yang dihasilkan oleh proses dimana hasil ini kemudian dikirimkan
kepada konsumen
Value Stream Mapping adalah salah satu metode untuk pemetaan aliran
produksi dan aliran informasi pada keseluruhan produksi, baik itu produksi satu
produk atau satu famili produk. Value Stream Mapping juga mengidentifikasi
kegiatan yang termasuk value added dan non value added. Value Stream Mapping
secara visual memetakan aliran material dan informasi secara menyeluruh dimulai
dari kedatangan bahan baku dari supplier kemudian melalui semua tahap proses
produksi hingga pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Tujuan pemetaan ini
8
Michael L. George, Rowlands, David Rowlands, Mark Price dan John Maxey, The Lean Six
Sigma Pocket Toolbook, (New York: McGraw-Hill), hal. 45-47.
4. Value stream mapping menggabungkan antara teknik dan konsep lean yang
yang asal-asalan.
konsep lean.
aliran material.
lainnya yang menghasilkan perhitungan non value added, lead time, jarak
secara terperinci.
Dalam value stream mapping, ada dua pemetaan yang harus digambarkan
yaitu pembuatan current state map dan future state map. Lambang-lambang yang
digunakan pada Value Stream Mapping dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Operator
Menunjukkan jumlah operator
yang dibutuhkan dalam proses.
Merepresentasikan pergerakan
raw material dari supplier
hingga menuju gudang
Shipments penyimpanan akhir di pabrik.
Atau pergerakan dari produk
akhir di gudang penyimpanan
pabrik hingga sampai ke
konsumen.
Merepresentasikan pergerakan
Push Arrows
material dari satu proses
menuju proses berikutnya.
Melambangkan pengiriman
yang dilakukan dari supplier ke
Shipments konsumen atau pabrik ke
konsumen dengan
menggunakan
pengangkutan eksternal (di luar
pabrik).
3.6. Measure
Lean. Perhitungan metrik lean terdiri dari perhitungan process cycle efficiency,
Efisiensi dari tiap siklus proses merupakan suatu metrik atau ukuran untuk
melihat sejauh mana efisiensi waktu dari proses terhadap waktu siklus proses
Kecepatan proses adalah seberapa tahapan yang ada di dalam proses dapat
dilakukan dalam setiap satuan waktu. Berikut ini adalah rumus yang
Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma untuk data atribut dapat dilakukan
1. Defect Per Unit (DPU). Ukuran ini merefleksikan jumlah rata-rata dari cacat,
10
Peter S. Pande dkk, Ibid. hal 237-246
D = jumlah defective atau jumlah kecacatan yang terjadi dalam proses produksi
2. Defect Per Opportunity (DPO). Menunjukkan proporsi cacat atas jumlah total
3.7. Analyze
hipotesis akar masalah dan penyebab potensial untuk sebuah efek khusus. Pada
11
Peter S. Pande dkk., Ibid. hal. 428
sebagai berikut:
Diagram five whys adalah suatu metode yang mendorong untuk berpikir
tentang akar dari suatu penyebab permasalahan. Diagram five whys ini berasal dari
Dalam penggunaannya tidak harus sampai five whys, terkadang setelah dua atau
tiga whys solusi sudah diperoleh. Langkah langkah dalam melakukan analisa five
whys, yaitu:
akibat atau grafik batang tertinggi pada diagram pareto) pastikan pengertian
3. Menentukan salah satu dari alasan untuk Why 2 dan bertanya “Mengapa hal
3.9. Control
3.9.1. SOP12
digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah atau tindakan dan
suatu organisasi agar berjalan secara efektif, konsisten, standar dan sistematis.
SOP harus tertulis dan menjelaskan secara singkat langkah demi langkah serta
dalam tampilan yang mudah dibaca. SOP terdiri dari beberapa jenis yaitu prosedur
organisasi dapat memiliki sistem yang baik apabila tersedianya SOP yang baik
dan begitu pula sebaliknya. Manfaat dari SOP ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.
bersangkutan.
12
Rudi, M. Tambunan, Standard Operating Procedures (SOP) (Jakarta: Malestas Publishing,
2008) hal. 4-6
diperlukan.
4. Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.
METODOLOGI PENELITIAN
PT. Bamindo Agra Persada berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 155
Binjai, Sumatera Utara dengan total luas areal yaitu 3 ha. Berikut ini merupakan
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat
tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. (Sukaria, 2011).
berikut:
1. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh nilai variabel lain.
2. Variabel independen
secara positif maupun secara negatif. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu
penelitian. Pada analisa awal penyebab jumlah waste yang tinggi adalah manusia ,
mesin dan metode, pada manusia kurangnya kemampuan dan pengetahuan akan
pelatihan dan sop. Pada mesin saat pencetakan dari kertas budaya cina sehingga
kualitas rendah dan pada metode adanya aktifitas non value added activity
(NVAA), maka dari itu diperlukan perbaikan dengan pendekatan Lean Six Sigma
Measure
Mesin Perbaikan dengan
Waste Analyze pendekatan Lean
Metode Six Sigma
Improve
Material Control
kapasitas produksi, jumlah operator, jam kerja dan data kriteria perbaikan.
MULAI
Studi Pendahuluan
1. Kondisi Perusahaan Studi Literatur
2. Proses Produksi 1. Teori Buku
3. Informasi pendukung 2. Referensi Jurnal Penelitian
Pengumpulan Data
1. Data primer
- Pengelompokan aktivitas produksi
- Perbaikan aktivitas produksi
- Penyebab kualitas yang tidak sesuai standar
- Akar permasalahan penyebab kualitas yang tidak
sesuai standar
- Penentuan alternatif perbaikan
2. Data sekunder
- gambaran umum perusahaan
- struktur organisasi perusahaan
- data mesin dan peralatan
- jumlah penjualan
- waktu produksi
- kapasitas produksi
- jumlah operator
- jam kerja
- data kriteria perbaikan.
Pengolahan Data
Perhitungan produktivitas material awal dan produktivitas material
usulan serta pendekatan Lean Six Sigma metode DMAIC
- Define : project statement, diagram SIPOC, value stream
mapping
- Measure : perhitungan waktu siklus, perhitungan waktu
normal dan baku, perhitungan metrik lean, dan
perhitungan tingkat sigma
- Analyze : diagram sebab akibat dan diagram five why
- Improve : usulan perbaikan
- Control : standar operating procedure (SOP)
SELESAI
1. Observasi (Pengamatan)
2. Wawancara
pengolahan data adalah Tahap Define, Measure, Anaylze, Improve, dan Control
1. Tahap Define
2. Tahap Measure
Pada tahap ini dilakukan dengan perhitungan waktu siklus, waktu normal dan
3. Tahap Analyze
sebab akibat dan diagram five why untuk analisis scrap yang dihasilkan
dengan melihat permasalahan yang terjadi dari beberapa faktor yaitu manusia,
4. Tahap Improve
Pada tahap ini akan dilakukan usulan perbaikan untuk memecahkan masalah
5. Tahap Control
Pada tahap ini akan dilakukan suatu usaha pengendalian berupa SOP agar
usulan perbaikan yang diberikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
pemberian saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT. Bamindo
Agra Persada.
produksi kertas sembahyang (Joss Paper), data tersebut meliputi uraian proses
produksi dimulai dari proses chopping hingga menjadi produk akhir, waktu dari
setiap proses, data kapasitas produksi, data jumlah mesin/peralatan, data aliran
proses, data penilaian rating factor setiap operator, data waktu siklus tiap proses,
hari memiliki kapasitas produksi dengan rata-rata 962 unit ketas sembahyang
55m/menit.
16. Kertas doa dibungkus dengan plastic dan diikat dengan tali menggunakan
manual dan operator yang bekerja dengan menggunakan mesin. Penilaian rating
factor dilakukan untuk menentukan operator yang bekerja normal, sehingga waktu
kerja yang diambil sebagai waktu proses adalah waktu kerja operator normal.
Skor Tot
Kegiatan Faktor Rating (Kelas) Rf
Penyesuaian al
Keterampilan Excellent (B1) 0.11
Stasiun Usaha Good (C1) 0.07
0.23 1.23
Chopping Kondisi Good 0.02
Konsistensi Excellent 0.04
Keterampilan Excellent (B1) 0.11
Stasiun Usaha Good (C1) 0.05
0.19 1.19
Extenuation Kondisi Good 0.02
Konsistensi Good 0.01
Keterampilan Excellent (B2) 0.08
Stasiun Usaha Good (C1) 0.05
0.16 1.16
Mushing Kondisi Good 0.02
Konsistensi Good 0.01
Keterampilan Excellent (B1) 0.11
Stasiun Usaha Excellent (B1) 0.10
0.24 1.24
Rolling & Drying Kondisi Good 0.02
Konsistensi Good 0.01
Keterampilan Excellent (B1) 0.11
Stasiun Usaha Good (C1) 0.05
0.19 1.19
Printing Kondisi Average 0
Konsistensi Average 0
Keterampilan Excellent (B1) 0.11
Stasiun Usaha Good (C2) 0.02
0.16 1.16
Cutting Kondisi Average 0
Konsistensi Average 0
Keterampilan Good (C1) 0.06
Allowance Total
Jenis Proses Faktor
(%) (%)
Kebutuhan pribadi Pria 1
Tenaga yang dikeluarkan Sangat Ringan 5
Sikap kerja Berdiri diatas dua kaki 1
Gerakan kerja Normal 0
Stasiun Pandangan yang terputus- 11
Chopping Kelelahan mata putus 2
Keadaan temperature Normal 0
Keadaan atmosfer Baik 0
Keadaan lingkungan siklus kerja berulang-ulang
yang baik antara 5-10 detik 2
Kebutuhan pribadi Pria 1
Tenaga yang dikeluarkan Sangan Ringan 6
Sikap kerja Berdiri diatas dua kaki 1
Gerakan kerja Normal 0
Stasiun Pandangan yang terputus- 12
Extenuation Kelelahan mata putus 2
Keadaan temperature Normal 0
Keadaan atmosfer Baik 0
Keadaan lingkungan siklus kerja berulang-ulang
yang baik antara 5-10 detik 2
Kebutuhan pribadi Pria 1
Tenaga yang dikeluarkan Sangan Ringan 6
Sikap kerja Berdiri diatas dua kaki 1
Gerakan kerja Normal 0
Stasiun Pandangan yang terputus- 12
Mushing Kelelahan mata putus 2
Keadaan temperature Normal 0
Keadaan atmosfer Baik 0
Keadaan lingkungan siklus kerja berulang-ulang
yang baik antara 5-10 detik 2
Kebutuhan pribadi Pria 1
Stasiun
Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 2
Rolling & 12
Drying Sikap kerja Duduk 1
Gerakan kerja Agak Terbatas 2
Allowance Total
Jenis Proses Faktor
(%) (%)
Kebutuhan pribadi Pria 1 12
Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan 3
Sikap kerja Duduk 1
Gerakan kerja Agak Terbatas 2
Stasiun
Printing Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 2
Keadaan temperature Normal 0
Keadaan atmosfer Cukup 2
Keadaan lingkungan yang Sangat bising 2
baik
Kebutuhan pribadi Pria 1
Tenaga yang dikeluarkan Sangan Ringan 6
Sikap kerja Berdiri diatas dua kaki 1
Gerakan kerja Normal 0
Stasiun Kelelahan mata Pandangan yang terputus-
2 12
Cutting putus
Keadaan temperature Normal 0
Keadaan atmosfer Baik 0
Keadaan lingkungan siklus kerja berulang-ulang
2
yang baik antara 5-10 detik
Kebutuhan pribadi Pria 1
Tenaga yang dikeluarkan Sangan Ringan 6
Sikap kerja Berdiri diatas dua kaki 1
Gerakan kerja Normal 0
Stasiun Kelelahan mata Pandangan yang terputus-
2 12
Packing putus
Keadaan temperature Normal 0
Keadaan atmosfer Baik 0
Keadaan lingkungan siklus kerja berulang-ulang
2
yang baik antara 5-10 detik
berasal dari pihak perusahaan. Data waktu yang diperoleh yaitu data waktu siklus
produk kertas sembahyang (Joss Paper) dengan jumlah input yang sama setiap
siklusnya yaitu 40,1 unit. Data waktu siklus untuk proses pembuatan kertas
14. Dibawa ke stasiun pengepakan secara manual 9.42 9.85 9.23 9.51 8.59 9.78
15. Kertas doa menunggu pada penumpukan untuk proses
2.9 2.9 2.8 2.8 3.0 2.9
pengepakan
16. Kertas sembahyang dibungkus dengan plastik dan diikat
6.57 6.65 6.61 6.42 6.24 6.51
dengan tali menggunakan mesin packing.
Atribut kualitas pada penelitian ini adalah data jumlah kecacatan yang terjadi
dengan cara penelusuran laporan hasil produksi pada tahun 2015. Jenis kecacatan
atribut yang terjadi pada produk kertas sembahyang dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Jenis Waste
Persentase Waste
Produksi Produk (unit) Total
Bulan
(unit) Waste (unit) Pencetakan Pemotongan Pencetakan Pemotongan (%)
(unit) (unit) (%) (%)
Januari 21920 2838 2128.59 709.41 10.51 2.49 13
Februari 21159 1916 1440.46 475.54 6.63 2.47 9.1
Maret 20338 2247 1497.57 749.43 7.76 3.34 11.1
April 22350 2573 2012.60 560.40 9.43 2.17 11.6
Mei 21995 2578 1933.46 644.54 9.31 2.49 11.8
Juni 22596 2778 1982.98 795.02 9.44 2.86 12.3
Juli 22798 3002 2251.30 750.70 10.71 2.49 13.2
Agustus 22780 2698 2023.25 674.75 9.51 2.49 12
September 22768 2693 2017.27 675.73 9.49 2.51 12
Oktober 22275 2750 2059.59 690.41 9.89 2.51 12,4
November 22580 2811 2108.52 702.48 10.01 2.49 12,5
Desember 21591 1797 1346.48 450.52 10.39 2.61 13
Total 265151 30681 22802,07 7978.93
2000
1500
1000
Pencetakan
500
Pemotongan
0
Bulan
2015 masih tinggi dengan total 30681 unit dari total produksi 265151 unit. Oleh
karena itu dibutuhkan perbaikan untuk mengurangi jumlah kecacatan yang dihasilkan
dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma agar sesuai dengan batas yang
diizinkan.
perusahaan.
diselesaikan. Tahap define yang akan dijelaskan berupa Project Statement, diagram
komponen, yaitu:
Kualitas produk yang baik merupakan hal yang diutamakan oleh perusahaan untuk
dapat bersaing dengan perusahaan lain dengan produk yang sejenis. Perusahaan
perusahaan saat ini adalah tingginya jumlah kecacatan yang disebabkan oleh mutu
Masalah yang ditemukan dalam perusahaan adalah tingginya jumlah waste yang
melebihi standar perusahaan dan adanya kegiatan yang tidak bernilai tambah
pemeriksaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor penyebab utama masalah
yang tidak bernilai tambah (non value added activities) sehingga waktu proses
Batas waktu pengerjaan penelitian ini yaitu sampai bulan Juni 2016.
Process, Output dan Customer yang terlibat dalam produksi kertas sembahyang.
Cutting, Packing
5. Customer : Storage
Chopping
Bambu
Extenuation
Raw Material
Storage AIR
Mushing
Na(OH)
Rolling & Drying
Kertas Sembahyang
STORAGE
Tinta (Joss Papper)
Printing
Cutting
Plastik
Packing
Warehouse
Tali Plastik
secara menyeluruh, dimana setiap proses didalamnya dinilai apakah memberikan nilai
tambah terhadap pelanggan atau tidak. Data yang digunakan adalah data yang
berkaitan dengan proses produksi beserta dengan waktunya yang diperoleh dari data
aliran proses. Selain itu juga dilakukan pengamatan mengenai kegiatan perusahaan
Perencanaan
Gudang DAILY Produksi
DAILY DAILY
DAILY
Supplier customer
DAILY DAILY
Op :2 Op :4 Op :2 Op :2 Op :2 Op :1
Op :1
C/T : 28,82 menit C/T : 57,54 menit C/T : 7,41 menit C/T : 6,80 menit C/T : 6,75 menit C/T : 4,45 menit
C/T : 6,92 menit
C/O :- C/O :- C/O :- C/O :- C/O :- C/O :-
C/O :-
1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift
1 shift
Pelanggan dari produk kertas sembahyang ini adalah beberapa Negara di Asia
tenggara antara lain Vietnam, India, Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja dan
produk kertas sembahyang yang sesuai dengan keinginan pelanggan baik. Seluruh
kebutuhan pelanggan harus dapat dijaga dengan baik oleh perusahaan melalui
inspeksi yang ketat, sehingga tidak ada produk cacat yang lolos ke tangan konsumen.
Pada tahap measure dilakukan perhitungan data waktu siklus, waktu normal
dan waktu baku, perhitungan metric lean yang mencakup perhitungan manufacturing
lead time, perhitungan process cycle efficiency, serta perhitungan process lead time
dan process velocity. yang mencakup perhitungan critical to quality (CTQ) dan
Waktu siklus yang telah dikumpulkan akan diolah terlebih dahulu dengan
melakukan uji keseragaman dan uji kecukupan data. Pengujian ini hanya dilakukan
pada proses produksi dan tidak berlaku untuk waktu WIP (Work In Process).
Penelitian menggunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Pengujian
proses berada dalam batas kontrol atau tidak pada peta kontrol. Contoh pengujian
1. Perhitungan Rata-rata
_
14 + 17 + 11 + ... + 16
x= = 15.5 detik
10
(x i − x) 2
= i =1
n −1
3. Perhitungan
(14-15.5) Batas
2
Kelas
+ (17 Atas dan
-15.5)
2
Batas
+ ... Kelas
+ (16 Bawah
-15,5)
2
=
10 − 1
= 1.41
Pembuatan peta kontrol dilakukan dengan memasukkan data waktu siklus yang
dilengkapi dengan nilai BKA, BKB, dan nilai rata-rata. Peta kontrol untuk
20
18
16
Waktu Pengamatan (Menit)
14
12 Waktu Siklus
10 X Bar
BKA
8
BKB
6
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
untuk semua proses adalah seragam yang dapat dilihat dalam tabel 5.9.
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah
dikumpulkan telah memenuhi jumlah yang semestinyan. Untuk uji kecukupan data
𝑘 2
√𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2
N’ =[ 𝑠
∑𝑋
]
Jika N’<N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan, jika N’>N
maka data belum cukup untuk melakukan perancangan. Data waktu siklus untuk
Waktu Siklus
No. Waktu Pengamatan X2
(Detik)
1 I 76 5776
2 II 70 4900
3 III 72 5184
4 IV 70 4900
5 V 78 6084
6 VI 68 4624
7 VII 76 5776
8 VIII 73 5329
9 IX 73 5329
10 X 76 5776
Total 732 53678
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai N’ = 0.67 yang berarti N>N’ (10>0.67)
sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah data waktu siklus pada aktivitas
pemotongan diambil selama pengamatan. Hasil rekapitulasi uji kecukupan data waktu
siklus untuk proses produksi kertas sembahyang dapat dilihat pada Tabel 5.9.
jumlah data untuk semua waktu siklus produksi kertas sembahyang telah cukup
dengan rating factor (RF) yang bertujuan untuk menyesuaikan kecepatan antara
operator yang satu dengan operator lainnya, sehingga waktu yang diambil adalah
waktu normal operator (operator yang bekerja dengan wajar dan normal). Untuk
perhitungan waktu normal pada setiap proses yang menggunakan mesin adalah waktu
mesin ditambah dengan waktu muat operator pada mesin tersebut yang telah
allowance pada waktu normal. Contoh perhitungan waktu normal dan waktu baku
pada aktivitas lembaran kertas sembahyang dibawa kemesin cetalk adalah sebagai
berikut:
Allowance = 12%
= 15.54 menit
Rekapitulasi perhitungan waktu baku proses produksi dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Rekapitulasi Perhitungan Waktu Baku Proses Produksi
Waktu Waktu Waktu
No. Aktivitas Siklus Rf Normal All Baku
(Menit) (Menit) (Menit)
1. Bambu dirajang menggunakan Chipper 27.09 1.00 27.09 6 28.82
Bambu direndam dalam bak penampungan
2. 54.04 1.00 54.04 6 57.49
dengan air dan NaOH
3. Dibawa kemesin musher menggunakan truk 21.89 1.00 21.89 6 23.28
Rajangan bambu yang sudah lunak digiling
5. 5.34 1.22 6.52 12 7.41
dimusher menjadi bubur kertas
Bubur kertas dibawa ke rolling dan drying
6. 4.95 1.00 4.95 6 5.27
melalui pipa
Bubur kertas dikeringkan hingga menjadi
7. 6.39 1.00 6.39 6 6.80
lembaran kertas dengan papermill
Lembaran kertas dibawa ke mesin cetak
8. 11.50 1.19 13.68 12 15.54
dengan convenyor
Kertas sembahyang dicetak menggunakan
10. 6.35 1.00 6.35 6 6.75
mesin cetak
Kertas sembahyang dibawa ke stasiun
12. 15.34 1.19 18.25 12 20.74
pemotongan dengan kereta sorong
Dipotong dengan cutter sesuai dengan
13. 4.19 1.00 4.19 6 4.45
ukuran
14. Dibawa ke stasiun pengepakan secara 9.38 1.16 10.88 12 12.36
manual
16. Kertas sembahyang dibungkus dengan 6.50 1.00 6.50 6 6.92
plastik dan diikat dengan tali menggunakan
mesin packing.
5.2.2.3.Perhitungan MetricLean
sudut pandang lean dengan tujuan dapat memberi usulan berdasarkan prinsip-prinsip
Manufacturing lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses
produksi dari awal sampai dengan akhir berdasarkan waktu baku. Perhitungan
manufacturing lead time ini dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh waktu
proses kerja yang terdiri dari 16 proses kerja. Uraian proses kerja dan waktu baku
dilakukan terlebih dahulu adalah memisahkan kegiatan atau proses kerja yang
bernilai tambah dari kegiatan atau proses yang tidak bernilai tambah. Suatu
process cycle efficiency sebesar 30% yang artinya waktu proses untuk proses kerja
atau kegiatan yang bernilai tambah mencapai 30% dari waktu proses atau kegiatan
secara keseluruhan. Pemisahan kegiatan value added dan non-value added dapat
Total Lead Time Manufacturing = Value Added Time+ Non Value Added Time
111.84
Process Cycle Efficiency = x 100% = 54.4%
205.41
Process lead time adalah metrik Lean yang digunakan untuk mengetahui berapa
lama waktu yang diperlukan untuk memproses sejumlah barang dari awal hingga
= 84,9 unit/hari
Jumlah produk di dalam proses
Process Lead Time=
Rata-rata kecepatan penyelesaian
2077
Process Lead Time=
84,9
= 24.47 = 25 hari
Jumlah aktivitas yang terdapat di dalam proses
Process velocity=
Process Lead Time
16
Process Velocity =
24.47
= 0.65 proses/hari
Tujuan dari pengolahan data kualitas produk yaitu untuk mengetahui kualitas
produk yang dihasilkan. Di dalam pengolahan data ini terdapat penentuan critical to
pada saat dalam proses produksi maupun pada saat digunakan oleh pelanggan.
Karakteristik kualitas dari setiap pemeriksaan yaitu pencetakan logo emas dan
total cacat
DPU=
total unit produksi
30681
DPU= = 0,11
265151
Defect opportunities (CTQ) = 2
DPU
DPMO= x 1.000.000
CTQ
0,11
DPMO= x 1.000.000 = 55000
2
Perhitungan tingkat sigma dilakukan dengan menggunakan Ms. Excel, yaitu dengan
rumus:
= 3,09
Dari perhitungan tingkat sigma diperoleh nilai sigma sebesar 3,09. Hal ini
menunjukkan masih jauh dengan nilai sigma yang ingin dicapai yaitu 6 sigma. Nilai
DPMO yang diperoleh 55.000 yang berarti untuk setiap 1.000.000 kali produksi
ini, perlu dilakukan identifikasi dan analisis penyebab proses yang menghasilkan
5.2.3. Analyze
(fishbone diagram) dan diagram (five why). Penjelasan mengenai diagram sebab
akibat (fishbone diagram) dan diagram five why adalah sebagai berikut:
Analisis yang akan dilakukan meliputi analisis manusia, metode kerja, dan mesin dan
peralatan terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Diagram ini dibuat dengan
Manusia Metode
Operator kurang
terampil
Mesin dan
peralatan tidak
bekerja optimum
akar dari permasalahan dari penyebab ketidaksesuaian, yang diperoleh dari diagram
sebab akibat agar dapat diperbaiki dengan tepat dengan bertanya terus mengapa
data yang diperoleh dari diagram sebab akibat dan dari pengamatan di lantai produksi
serta wawancaradengan pihak perusahaan maka diagram five why untuk setiap
Tabel 5.13. Diagram Five Why untuk Kecacatan logo emas tidak merata
5.2.4. Improve
Jenis pemborosan (waste) yang banyak terjadi pada proses produksi kertas
proses produksi yaitu material, manusia, mesin dan peralatan. Selain itu pemborosan
juga disebabkan oleh kecacatan produk yang disebabkan oleh adanya kekurangan dari
beberapa faktor pendukung proses produksi seperti mesin, manusia, materia dan,
Five Why, ditemukan permasalahan yang menyebabkan kecacatan yaitu tidak adanya
Akibat
proses tidak stabil dikarenakan adanya salah satu sumber penyebab timbulnya variasi
diagram sebab akibat yang ditunjukkan pada Gambar 5.13 dan Gambar 5.14.
Diagram ini sering disebut diagram tulang ikan (fishbone diagram) yang digunakan
untuk menganalisis suatu proses atau situasi dan menemukan kemungkinan penyebab
suatu persoalan atau masalah yang sedang terjadi (Marimin, 2004). Penyebab
terjadinya waste dikelompokkan menjadi empat faktor utama, yaitu manusia, mesin,
1.1. Manusia
Terjadinya waste yang disebabkan faktor manusia dipengaruhi oleh tiga hal
(IM) produksi dan kurang teliti atau konsentrasinya operator. Adanya perbedaan
sehingga operator tidak dapat mengoperasikan mesin dengan optimal. Pelatihan perlu
disebabkan karena adanya operator yang merasa kelelahan atau sakit serta
Kelelahan dapat diakibatkan karena pembagian shift yang kurang tepat maupun
terlalu cepat, dimana pekerja pada satu shift harus bertugas kembali pada shift
berikutnya serta pertukaran shift dilakukan setiap dua hari sekali. Selain itu masih
banyak operator yang belum memahami salah satu jenis SOP proses produksi yakni
Instruksi Manual (IM) dikarenakan belum adanya penjelasan mengenai instruksi kerja
tersebut. Instruksi Manual dalam melaksanakan tahapan proses produksi yang dibuat
tersebut sangat diperlukan agar tiap-tiap tenaga kerja paham dengan tugas masing-
masing dan juga paham akan tujuan dari pelaksanaan tugas tersebut.
1.2. Mesin
Kecacatan produk yang disebabkan oleh faktor mesin antara lain kondisi mesin
kotor, setting mesin yang kurang tepat, serta adanya komponen yang aus. Kondisi
mesin yang kotor disebabkan adanya sisa tinta yang tertinggal dan menempel pada
terjadinya cetakan tidak merata. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan
pembersihan rutin oleh operator pada cetakan sehingga potensi cetakan tidak merata
dapat dikurangi. Kemudian setting mesin cetakan berupa seal temperature dan seal
force yang tidak sesuai juga mempengaruhi terjadinya cetakan tidak merata karena
temperature adalah 168 C dan seal force adalah ±18007 N. Karena itu, dalam
dengan menjaga dan meningkatkan kontrol setting mesin yaitu seal force dan seal
temperature, sehingga apabila tejadi kesalahan dapat segera terdeteksi dan segera
dilakukan perbaikan.
1.3. Material
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya cetakan tidak merata yaitu material
tinta dan bahan baku. Apabila kualitas tinta yang digunakan terlalu rendah maka
dapat menyebabkan mudahnya cetakan tersebut rusak saat proses perekatan (sealing)
karena panas mesin. Untuk itu perlu diperhatikan penggunaan tinta yang berkualitas
baik. Selain itu cetakan juga yang terlalu aus juga dapat menyebabkan rentannya
terjadi cetakan tidak menempel. Hasil cetakan yang tidak merata berpotensi dapat
menimbulkan waste. Pengujian kualitas pada hasil cetakan perlu dilakukan sebelum
dilakukan proses produksi, apakah hasil cetakan tersebut layak digunakan atau tidak.
terjadinya waste produk. Selama ini cetakan digunakan untuk proses produksi
Salah satu kesalahan metode yang menjadi penyebab penyimpangan produk yaitu
metode setting mesin. Metode setting mesin yang kurang baik disebabkan karena
kurangnya analisa serta pengalaman operator. Kontrol setting mesin dilakukan secara
berkala saat melakukan proses produksi untuk memastikan bahwa produk yang
dihasilkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan, pada saat proses
harus segera melakukan perbaikan setting mesin. Operator yang kurang tanggap
5.2.5. Control
disebabkan oleh tidak adanya pelatihan dan prosedur penggunaan mesin atau
peralatan, untuk mengatasi hal tersebut dapat diatasi dengan membuat suatu prosedur
kerja yang baik pada stasiun kerja yang bermasalah. Berikut ini adalah prosedur-
prosedur kegiatan yang diberikan untuk pengontrolan bahan baku, proses pencetakan.
Tanggung jawab
Pelaksana : 2 operator
Prosedur Kerja
1. Operator memakai alat pelindung diri (APD)
2. Operator mengambil peralatan
3. Operator mengambil sampel dari tumpukan bambu yang telah
ditebang
4. Operator membawa sampel ke tempat pengujian sampel
5. Operator menentukan kecukupan umur bambu
6. Operator menyortir bambu
7. Operator menentukan kelayakan bahan baku
Tanggung Jawa
Pelaksana : 2 operator
Prosedur Kerja
1. Operator menggunakan alat pelindung diri (APD)
2. Operator melakukan pemeriksaan kondisi cetakan
3. Operator menyalakan mesin cetakan
4. Operator menaikkan cetakan ulir dan bersihkan dari kotoran
atau sisa tinta emas yang melekat
5. Operator menurunkan cetakan tepat pada compound
6. Operator ketika selesai proses cetakan maka angkat cetakan
7. Apabila selesai bersihkan mesin dari segala kotoran yang
melekat
8. Semprotkan air untuk kestabilan suhu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.3. Usulan Untuk Peningkatan Kecepatan Proses
dilakukan untuk memproduksi kertas sembahyang ada sebanyak 16 proses kerja. Dari
seperti kegiatan transportasi dan menunggu. Untuk itu dilakukan perbaikan dengan
cara mengeleminasi waktu transportasi dan waktu menunggu yang mungkin dapat
dieliminasi. Uraian proses kerja perbaikan pada produksi kertas sembahyang dapat
2501
Rata-rata kecepatan penyelesaian=
26
= 921 unit/hari
Jumlah produk di dalam proses
Process Lead Time= Rata-rata kecepatan penyelesaian
2354
Process Lead Time=
962
= 24.27 hari = 25 hari
Jumlah aktivitas yang terdapat di dalam proses
Process velocity=
Process Lead Time
12
Process Velocity=
24.27
= 0.50 proses/hari
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa process cycle efficiency
awal 54,4% dan process cycle efficiency usulan 58% dimana terjadi peningkatan
process cycle efficiency sebesar 3,6%. Hal ini disebabkan oleh pengurangan waktu
pada aktivitas non-value added. Meningkatnya process cycle efficiency juga akan
dapat mengurangi waste yang dihasilkan. Gambar value stream mapping setelah
jumlah kecacatan yang terjadi pada proses produksi kertas sembahyang dengan cara
penelusuran laporan hasil produksi pada tahun 2015 dikurangi dengan usulan
perbaikan process cycle efficiency sebesar 3,6%. Jenis kecacatan atribut yang terjadi
Tabel 5.16. Waste Kertas Sembahyang pada Tahun 2015 dan Usulan Perbaikan
Jenis Waste
Persentase Waste
Produksi Produk (unit) Total
Bulan
(unit) Waste (unit) Pencetakan Pemotongan Pencetakan Pemotongan (%)
(unit) (unit) (%) (%)
Januari 21920 2838 2128.59 709.41 10.51 2.49 13
Februari 21159 1916 1440.46 475.54 6.63 2.47 9.1
Maret 20338 2247 1497.57 749.43 7.76 3.34 11.1
April 22350 2573 2012.60 560.40 9.43 2.17 11.6
Mei 21995 2578 1933.46 644.54 9.31 2.49 11.8
Juni 22596 2778 1982.98 795.02 9.44 2.86 12.3
Juli 22798 3002 2251.30 750.70 10.71 2.49 13.2
Agustus 22780 2698 2023.25 674.75 9.51 2.49 12
September 22768 2693 2017.27 675.73 9.49 2.51 12
Oktober 22275 2750 2059.59 690.41 9.89 2.51 12,4
November 22580 2811 2108.52 702.48 10.01 2.49 12,5
Desember 21591 1797 1346.48 450.52 10.39 2.61 13
Total 265151 30681 22802,07 7978.93
Bulan
pemotongan maka dapat dihitung jumlah waste keseluruhan yang dihasilkan dari
dihasilkan dan dapat dihitung persentase jumlah waste setelah dilakukan perbaikan
Persentase
Bulan Waste Keseluruhan Waste Perbaikan Waste
Perbaikan
Januari 2838 2667 9.4
Februari 1916 1053 5.5
Maret 2247 1685 7.5
April 2573 2058 8
Mei 2578 2113 8.2
Juni 2778 2416 8.7
Juli 3002 2881 9.6
Agustus 2698 2266 8.4
September 2693 2262 8.4
Oktober 2750 2420 8.8
November 2838 2525 8.9
Desember 1916 1801 9.4
Grafik mengenai jumlah waste perbaikan yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 5.9.
10
Persentase Waste
6 Persentase Waste
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Berdasarkan Gambar 5.9. dapat dilihat bahwa persentase jumlah waste usulan
Perencanaan
Gudang DAILY
Produksi
DAILY DAILY
DAILY
Supplier
DAILY
Op :2 Op :4 Op :2 Op :2 Op :2 Op :1
C/T : 28,82 menit C/T : 57,54 menit C/T : 7,41 menit C/T : 6,80 menit C/T : 6,75 menit C/T : 4,45 menit
C/O :- C/O :- C/O :- C/O :- C/O :- C/O :-
1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift
Gambar 5.7. Value Stream Mapping untuk Produksi Kertas Sembahyang sesudah perbaikan
Perencanaan
Gudang DAILY
Produksi
DAILY DAILY
DAILY
Supplier customer
DAILY DAIL
Op :2 Op :4 Op :2 Op :2 Op :2 Op :1
Op
C/T : 28,82 menit C/T : 57,54 menit C/T : 7,41 menit C/T : 6,80 menit C/T : 6,75 menit C/T : 4,45 menit
C/T
C/O :- C/O :- C/O :- C/O :- C/O :- C/O :-
C/O
1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift
1 shift
23,28' 5,27' 15,54, 20,74' 12,36'
28,82' 57,49' 7,41' 6,80' 6,75' 4,45'
Non Value Ad
Gambar 5.3. Value Stream Mapping untuk Produksi Kertas Sembahyang
Value Added
Process Cycle
6.1.1 Define
Pada tahapan define dilakukan dalam tiga metode yaitu project statement,
diagram SIPOC dan Value Stream Mapping. Pada project statement dipaparkan
bahwa masalah perusahaan yaitu mengenai jumlah waste yang dihasilkan berada
dalam perusahaan adalah banyaknya waste yang terjadi selama proses produksi
adalah produk precured liner, batas waktu penelitian ini dimulai dari bulan Feb
maret 2016 sampai bulan juni 2016. Melalui tahapan project statement penelitian
yang dilakukan akan fokus pada pemecahan permasalah sesuai dengan jangka
Material storage dan Warehouse input yaitu Bambu, Air, Na(OH), Tinta, Plastik,
Tali Plastik, process yaitu Chopping, Ekstenuation, Mushing, Rolling & Drying,
Printing, Cutting, Packing, output yaitu Kertas Sembahyang (Joss Papper) dan
6.1.2 Measure
yang dengan hasilnya dapat disimpulkan bahwa data seragam dan cukup sehingga
dapat dilanjutkan dengan perhitungan waktu normal dan waktu baku yang
hasilnya masing-masing 13,68 menit dan 15,54 menit. Pada perhitungan matrik
lean process cycle efficiency didapatkan hasil 54,4% yang menandakan nilai
angka ini masih mungkin dilakukan peningkatan persentase nya karena terdapat
Process velocity didapatkan hasil 0,65 proses per hari. Angka ini
menunjukkan bahwa dalam satu hari proses yang dapat dilakukan oleh
Departemen Precured Liner sebesar 0,65 proses. Nilai DPMO 3,09 berarti dalam
tiap 1.000.000 kali produksi kemungkinan terjadinya kecacatan adalah 9.000 kali
dan ini menandakan masih jauh dari nilai 6 sigma yang diharapkan.
6.1.3 Analyze
Pada tahap ini akan dilakukan analisis dengan membuat diagram sebab
akibat (fishbone diagram) dan diagram five why yang dijadikan sebagai alat untuk
menganalisis lebih lanjut hasil yang telah didapatkan pada tahap measure. Hasil
analisa dari dua tools ini didapatkan bahwa mutu bahan baku yang kurang baik
bamboo dan tinta emas yang kurang baik serta terdapatnya kotoran yang
menempel pada kertas sembahyang. Tidak ada nya standardisasi dari perusahaan
salah satu indikatornya adalah jumlah waste yang rendah adalah keterampilan
operator. Hasil analisa yang ditemukan terkait dengan operator adalah operator
yang kurang terampil karena tidak mendapatkan pelatihan yang cukup. Adapun
sehingga luaran dari pelatihan kurang bisa dirasakan operator dan belum
teraplikasikan dengan baik. Fokus perusahaan saat ini masih untuk mencapai
angka produksi yang tinggi namun abai dalam pengembangan SDM sehingga
waste yang dihasilkan. Hal ini disebabkan mesin dan peralatan tidak bekerja
optimum karena sudah tua yang ada pada mesin pemotongan mata pisau tidak
tajam sehingga banyak bahan berlebih dari hasil potongan tidak merata yang
menjadi waste.
sorotan sebagai sebab tinggi nya jumlah waste yang dihasilkan perusahaan. Akar
hingga abai terakait dengan proses kerja yang berjalan sehingga pengawasan pun
hanya dilakukan untuk memastikan berapa jumlah produksi namun tidak diamati
sosialisasiya sehingga operator atau karyawan tidak paham urgensi dari SOP
tersebut dan metode pengerjaan pun tidak sesuai dengan SOP yang sudah
ditetapkan perusahaan.
6.1.4 Improve
pengembagan SDM sehingga pelatihan dilakukan secara teratur dan sesuai dengan
Perbaikan juga perlu dilakukan pada mesin agar menjadi presisi sehingga tidak
6.1.5 Control
pemotongan. Hal ini sebagai tidak lanjut dari tidak diperhatikannya SOP saat
karyawan melakukan proses produksi. Adanya SOP tentu harus dibarengi dengan
7.1 Kesimpulan
2. Process cycle efficiency awal 54,4% dan process cycle efficiency usulan
3. Nilai sigma yang diperoleh sebesar 3,09 hal ini menunjukkan masih jauh
dengan nilai sigma yang ingin dicapai yaitu 6 sigma. Nilai DPMO yang
terhadap semua sumber dari produk cacat yaitu, dari faktor bahan baku
dengan cara melakukan inspeksi secara rutin terhadap bahan baku yang
7.2 Saran
2. Sebaiknya pihak perusahaan memeriksa takaran dan kadar bahan baku yang
dengan SOP.