SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
RISTIANTO PUTRO
070911001
Bagian atau keseluruhan isi Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademis pada bidang studi dan/atau universitas lain dan tidak pernah
Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
Penyusun,
Ristianto Putro
NIM 070911001
2
STUDI DESKRIPTIF DAMPAK PERUBAHAN FUNGSI WILAYAH
PESISIR PADA TINGKAT KESEJAHTERAAN EKONOMI
MASYARAKAT
SKRIPSI
Maksud: sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Fakultas
Disusun oleh
Ristianto Putro
NIM. 070911001
3
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Dosen Pembimbing
4
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI
Hari/Tanggal :
Tempat:
Pukul :
Ketua Penguji
Dr. xxxx
NIP. 196302291988101001
Anggota Anggota
5
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan doa, moril, maupun materiil dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati penulis sampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak, Ibu, saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan,
perhatian serta dorongan sehingga bisa membuat saya semangat lagi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. My second family, Pak Didik Achmady, bu Evy, Syavidi Pratama, Mbak
Niar
3. Dosen-dosen AN UNAIR yaitu Bapak Sunaryo, Bapak Roestoto yang
menjadi dosen wali saya selama ini, Bapak Prof Yusuf, Bapak Bintoro,
Bapak Antun, Bapak Falih, Bapak Eko, Bapak Gitadi, Bapak Keban,
Bapak Nanang, Ibu Erna yang luar biasa mempercayai saya dalam hal
apapun, Ibu Wahyuni dan Alm. Bapak Gatot yang telah memberikan ilmu-
ilmu terbaiknya dan berbagai pengalaman selama saya belajar di jurusan
ilmu administrasi negara. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih yang
kedua kalinya kepada Bapak Sunaryo yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing saya selama satu tahun ini.
4. Pihak Teluk Lamong yang bersedia memberikan akses Informasi dan data
penelitian saya, bapak Yusak, Bapak Atta, bapak Hari, pihak kelurahan dan
warga kelurahan Tambak Sarioso Surabaya juga mbak Indah, yang telah
membantu saya dalam penyelesaian penelitian ini.
5. Nadhifa Alim Hapsari, yang sudah memberikan perhatian, kasih sayang
sekaligus tekanan jiwa dan raga selama 25 jam penuh dalam proses
penyelesaian skripsi saya.
6. Rekan-rekan Bem Unair 2009-2012 yang luar biasa memotivasi saya
untuk menyelesaikan studi (mas Arif, Mascha Davi, Mas Udin, Mas
Mubin, Mas Ilyas, Mas Hilman, Saupil, Busthomi Menggugat, Arif
6
Syaifurissal, Febrita, Indah, Kawaiyuni, mbak Tata, Mbak Yayas dan
Yayan, Subandi, Iklil, Danu, Wahab, Marcha, Dira, Gladys, Mas Yan
Aswari, Alifah, Dini, Vici, Erica, Ratna dan semua yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu. Semoga kesuksesan selalu berada dalam
genggaman kita semua.
7. Kawan-kawan saya Administrasi Negara 2009, Arif Ripah, Kholis Beruk,
Yudhis kudet, Nila rock and roll, Lita Raisah kwalitas premium, Imam
Aris artis Bojonegoro, Rizky Pratama Komting saya tercinta, Ainul yakin
rekan seperbimbingan dan seluruh TemAN 09 yang luar biasa kompak.
Semoga kelak kita bertemu dalam kesuksesan.
8. Team 39 Jatim, mentor spiritual sekaligus ibu, Yulyani yeyen, Mba Trie
Setiawati, Mbak Attila, Mbak Sephi, Mbak Hamim, April, Fathi, Salma,
Hikmah, Anis, Musyafak, Ilham, Wildan, Dalu
9. Kepada kakak sekaligus mentor bisnis Mas M.Ali Affandi yang tiada
hentinya membuat saya semakin stress dalam menyelesaikan skrispis ini
(hahaha), Rekan-Rekan HIPMI Jawa Timur, Mas Giri, Mas Ubaidillah,
Mas Chandra, Mas Mufty Anam, Mas Agit, Mas Lesag, Mas Agung Rizky,
Mas Chandra, Harboed, Ijal Nahrawi, mbak Dhika serta keluarga Mattalitti
yang luar biasa memberikan support. Tak lupa saya sampaikan kepada PT
Satu Naga Utama, mas Ditto, mas Yuga, Mas Bismoko, Mas Ridho, Mas
Hari yang telah membantu dalam akses ke Teluk lamong.
10. Pihak-pihak lainnya baik yang secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini.
7
ABSTRAK
8
ABSTRACT
9
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Tambak Sarioso Surabaya. Pengambilan tema ini didasari pada pengamatan sing
kat yang pernah dilakukan peneliti pada saat melakukan community development
Penulis sangat sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
mengharapkan masukan, kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini. Dan pada
akhirnya penulis mohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan
baik di sengaja maupun tidak disengaja. Penulis juga tak lupa mengucapkan
ini.
Penulis
10
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah …………………………………………………...... I-1
I.2. Perumusan Masalah…………………………………………………….......... I-14
I.3. Tujuan Penelitian……………………………………………………….......... I-14
I.4. Manfaat Penelitian……………………………………………….................... I-14
I.5. Kerangka Teori…………………………………………………………......... I-15
I.5.1 Perkembangan Wilayah Kota…..………………………………......... I-15
I.5.1.1 Kebutuhan Penambahan Terminal Distribusi Barang …...... I-19
I.5.1.2 Kebutuhan Penambahan Infrastruktur Pelabuhan ……........ I-27
I.5.2 Peralihan Fungsi Wilayah Pesisir………………………………........ I-29
I.5.2.1 Pemilihan Lokasi Pelabuhan……………………………..... I-29
I.5.2.2 Kebutuhan Reklamasi…………………………………........ I-36
I.5.2.3 Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan…………………...... I-40
I.5.2.4 Konflik-Konflik Komunitas ................................................. I-45
I.5.3 Tingkat Kesejahteraan……………………………………………...... I-50
I.5.3.1 Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat…………............. I-57
I.5.3.2 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Baru………….................... I-60
I.5.4 Dampak Perubahan Fungsi Wilayah Pesisir pada Tingkat
Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat ................................................... I-63
Peningkatan Status Sosial Ekonomi Masyarakat
I.5.4.1 Nelayan…............................................................................... I-65
I.5.4.2 Penambahan Penghasilan……………………………........... I-68
1.5.4.3 Penggabungan Wilayah…………………………………...... I-71
I.6 Definisi Konsep…..…………………...…………………………………….... I-74
I.6.1. Konsep Perubahan Fungsi Lahan......................................................... I-74
I.6.2. Definisi Wilayah Pesisir....................................................................... I-77
I.6.3. Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat.................................................... I-80
I.6.4. Konsep Masyarakat Pesisir................................................................... I-82
I.7 Metodologi Penelitian ……………………………………………….............. I-87
11
I.7.1 Metode dan Prosedur Penelitian………............................................... I-87
I.7.2 Tipe Penelitian………………………….….…………….................... I-89
I.7.3 Lokasi dan Waktu Penelitian………………..………………….......... I-90
I.7.4 Teknik Penentuan Informan Penelitian………………………............. I-91
I.7.5 Teknik Pengumpulan Data…………………...………………............. I-92
I.7.6 Teknik Analisis Data ………………..………………………............. I-95
I.7.7 Teknik Keabsahan Data……………………………………................ I-97
12
IV.2 Saran ……………………………………............................................. IV-8
13
DAFTAR TABEL
14
DAFTAR GAMBAR
15
Bagan Judul Hal
I.1 Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah ……...……...…….... I-17
II.1 Keamanan Umum dan Ketertiban ……...……...……....... II-15
II.2 Jenis Kejahatan yang Pernah Ada ……...……...……...… II-16
II.3 Penyelesaian Kejahatan ……...……...……...……...……. II-16
DAFTAR BAGAN
16
BAB I
PENDAHULUAN
2015. Pembentukan MEA ini berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN
dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur,
sebagai tujuan dari integrasi ekonomi kawasan pada 2020 1. Namun demikian, para
di kawasan ASEAN menjadi tanpa kendala, sehingga daya saing ekonomi kawasan
program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif antar negara
I-1
operasional mampu ditekan sehingga akan menguntungkan bagi negara-negara
ASEAN.
Meski demikian, ada beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak
aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, arus bebas jasa, arus bebas investasi,
arus tenaga kerja terampil dan dampak arus bebas modal. Oleh karena itu, Indonesia
sebagai negara dengan wilayah dan jumlah penduduk terbesar di ASEAN harus
mampu meningkatkan produktifitas produksi barang dan jasa. Jika tidak, Indonesia
hanya akan menjadi pasar dan penampung bagi produk barang dan jasa dari negara-
infrastuktur terkait distribusi barang dan jasa. Jika pembangunan infrastruktur tidak
dilakukan dengan baik, maka biaya yang ditimbulkan dalam peningkatan ekonomi
menjadi sangat tinggi. Kondisi tersebut justru akan membuat perekonomian Indonesia
simpul transportasi darat, laut dan udara harus saling terintegrasi agar bisa
perhubungan yang kurang baik, biaya logistik di tanah air mencapai 14% dari total
I-2
biaya produksi. Padahal jika ingin kompetitif, maka biaya logistik harus diturunkan
menjadi 10%.2
Hasil penelitian dari Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok ITB pada
tahun 2005 menyatakan bahwa prosentase biaya logistik di Indonesia mencapai 27%
dari Produk Domestik Bruto (PDB)3. Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), tahun 2013 biaya logistik di Indonesia mencapai 25-30% dari PDB4. Adapun
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), biaya logistik mencapai 24% dari
PDB5. Adapun menurut Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), biaya logistik I ndonesia
bahwa biaya logistik di Indonesia jauh lebih tinggi dari biaya logistik di negara-
menghabiskan biaya logistik hanya sekitar 15% dari PDB. Korea Selatan
menghabiskan sekitar 16.3%, Jepang 10.6% dan Amerika Serikat 9.9%. Bahkan rata-
2 Siahaan, Anthony. 2014, Konektivitas Infrastruktur Transportasi Kunci Utama Menghadapi Mea
2015, diakses pada 1 Juni 2015, tersedia di http://hariansib.co/view/Medan-Kita/31835/-
Konektivitas-Infrastruktur-Transportasi-Kunci-utama-Menghadapi-MEA-
2015.html#.VMSVYCuUe5s
3 Perpres Nomor 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional
(lampiran 2)
4 http://www.antarajatim.com/lihat3/berita/144971/masa-depan-itu-ada-di-laut
5 ibid
6 Data dari Asosiasi Logistik Indonesia diunduh dari http://www.ali.web.id/detail_article.php?id=69
pada Sabtu 4 Juli 2015
I-3
infrastruktur transportasi. Padahal, konektivitas infrastruktur transportasi menjadi
kunci utama menghadapi MEA pada akhir tahun 2015. Infrastruktur transportasi yang
baik akan menjadikan arus barang menjadi lebih mudah, murah dan mampu
luasnya mencapai 7,7 Juta km2. Dari luas tersebut, sekitar 70% berupa lautan
sehingga sebagian besar distribusi barang dan jasa, baik yang didistribusikan secara
sepanjang 1/8 (satu per delapan) garis khatulistiwa dengan kekayaan alam yang
ini semestinya mampu menjadikan Indonesia sebagai “supply side” yang dapat
memasok dunia dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki dan hasil industri
olahannya. Sekaligus menjadi pasar yang besar atau “demand side” dalam rantai
pasok global karena jumlah penduduknya yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan
Sistem Logistik Nasional yang terintegrasi, efektif dan efisien untuk mendukung
Sayangnya, saat ini kinerja Sistem Logistik Nasional masih belum optimal,
karena masih tingginya biaya logistik nasional. Ditambah lagi dengan belum
I-4
kualitas;
b. masih adanya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang menyebabkan
biaya ekonomi tinggi;
c. masih tingginya waktu pelayanan ekspor-impor dan adanya hambatan
operasional pelayanan di pelabuhan;
d. masih terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa logistik
nasional;
e. masih terjadinya kelangkaan stok dan fluktuasi harga kebutuhan bahan
pokok masyarakat, terutama pada hari-hari besar nasional dan keagamaan;
f. masih tingginya disparitas harga pada daerah perbatasan, terpencil dan
terluar.
(Logistics Performance Index/LPI) oleh Bank Dunia, dimana pada tahun 2010 posisi
Indonesia berada pada peringkat ke-75 dari 155 negara dengan LPI terbaik di dunia.
Peringkat Indonesia pada saat itu berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand,
Filipina dan Vietnam. Hanya dua negara anggota ASEAN yang tidak masuk dalam
I-5
Kamboj 2,5 2,3 2,5 2,7
81 129 101 83
a 0 7 6 4
Myanma 1,8 2,3 2,3 2,2
147 133 129 145
r 6 3 7 5
in the Global Economy” yang dimuat di laman resmi Bank Dunia, 160 negara yang
Indonesia (ALI)8 menyatakan bahwa dari enam komponen yang diukur dalam LPI,
Selain survei yang dilakukan oleh Bank Dunia, survei tentang logistik juga
Angel Gurria9 menyatakan bahwa Indonesia termasuk negara dengan indeks kinerja
logistik terendah dengan skor di kisaran 2,5 dari 1-5 level skor penilaian. Terdapat 11
negara yang disurvei dengan hasil kinerja logistik terbaik dicapai oleh Singapura.
Berturut-turut negara dengan kinerja logistik terbaik adalah Afrika Selatan, Malaysia,
Chili, Thailand, Brasil, Meksiko, India, Filipina dan Vietnam. Adapun Indonesia
I-6
Kondisi infrastruktur yang ada sekarang ini baik pelabuhan, bandar udara,
jalan dan jalur kereta api dinilai masih kurang memadai untuk mendukung kelancaran
lalu lintas logistik. Demikian juga halnya dengan sistem transportasi intermoda
ataupun multimoda yang belum dapat berjalan dengan baik. Ini karena akses
belum dapat berjalan lancar akibat belum optimalnya infrastruktur pelabuhan dan
bandara. Hal ini menyebabkan kualitas pelayanan menjadi rendah dan tarif jasa
menjadi mahal.
segera dilakukan. Ini karena Indonesia merupakan negara bahari, sehingga sebagian
sangat dibutuhkan untuk menghubungkan antar pulau di Indonesia, yang berarti pula
satu yang terbesar tentunya adalah angkutan barang koridor Jawa-Sumatera. Sekitar
jalan atau truk yang dipadukan dengan angkutan penyeberangan. Seperti yang
disajikan di dalam Tabel I.2, data menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi
I-7
penting. Semua aktifitas penyeberangan tentunya membutuhkan pelabuhan, baik itu
Tabel I.2. Jumlah Penumpang, Barang dan Kendaraan yang Diangkut oleh
Angkutan Penyeberangan Koridor Jawa - Sumatera
No Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2002 tentang Hak dan
Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur
Laut Kepulauan Melalui Alur Laut Kepulauan yang Ditetapkan, Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) dibagi menjadi tiga, yaitu ALKI I yang difungsikan untuk
pelayaran dari Laut Cina Selatan ke Samudera Hindia dan sebaliknya, ALKI II yang
difungsikan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi ke Samudera Hindia dan sebaliknya,
serta ALKI III yang difungsikan untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu dan sebaliknya.
geolokasi, Indonesia berada di posisi yang sangat strategis di dunia. Dua diantara
ALKI tersebut, yaitu ALKI 1 dan 3, merupakan jalur perdagangan global dan
I-8
internasional yang sangat ramai. Diantaranya pada tahun 2011 tercatat arus
pergerakan peti kemas dunia dengan jalur Asia-Amerika sebesar 42.27 juta teus,
related-Asia sebesar 100.5 juta teus dan lain-lain. Idealnya, Indonesia dapat dengan
mudah menggunakan keunggulan ini untuk lebih menjadi pemain global atau
pengumpul dan 990 pelabuhan pengumpan. Dari total 1.241 buah pelabuhan, 111
diantaranya dikelola oleh PT. Pelindo I, II, III dan IV. Pelabuhan-pelabuhan yang ada
ini, masih tidak diimbangi oleh moda angkutan laut. Tahun 2009, Indonesia
membayar biaya transshipment S$ 3 billion dan feeder shipping cost sekitar Rp. 100
Triliun. Hal ini menyebabkan Indonesia sangat sulit untuk membangun kemandirian
merupakan pembentukan jalur utama pelayaran domestik (Main Sea Corridor) yang
menjadi penghubung kawasan Timur dan Barat Indonesia sebagai upaya menekan
10 Pendapat dari Dr. Joubert B Maramis, SE. MSi, dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Sam
Ratulangi, Manado. Dikutip dari http://inspirasibangsa.com/infrastruktur-dan-global-hub-maritim-
indonesia/ pada Senin, 22 Juni 2015 pukul 06.34
11 Pernyataan Bambang Susantono selaku Wakil Menteri Perhubungan ketika berbicara tentang
pembangunan Pelabuhan Teluk Lamong, diunduh Senin 15 Juni 2015 dari
http://www.beritasatu.com/bisnis/66217-pelindo-iii-kucurkan-rp1-28-t-bangun-pelabuhan-teluk-
lamong.html
I-9
kapal akan bergerak seperti pendulum yaitu dari barat ke timur dan sebaliknya.
pelabuhan. Dari program ini juga akan dibentuk satu operator dengan sumber daya,
pelayanan dan tarif sama serta menggunakan windows system (tanpa antrian).
utama angkutan peti kemas domestik. Keenam pelabuhan tersebut adalah Pelabuhan
Belawan, Batam, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar dan Sorong. Diantara
keenam pelabuhan tersebut, Pelabuhan Tanjung Perak memiliki peran yang sangat
vital. Tak hanya sebagai salah satu pelabuhan besar dan masuk dalam program
I-10
Sumber: Pelindo III12
strategis tidak saja dalam pelayaran nasional tetapi juga internasional. Semua jalur
peti kemas internasional dari kelima benua yaitu Asia, Amerika, Australia, Eropa dan
Afrika dapat ditempuh melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan yang terletak di
Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya, ini juga merupakan pintu gerbang
bagi jalur pelayaran Indonesia Bagian Timur sebagaimana terlihat dari gambar I.2
berikut ini.
I-11
Salah satu realisasi Pemerintah dalam pelaksanaan MP3EI yang telah
Multipurpose Teluk Lamong adalah sebuah terminal laut berkonsep Eco Green Port
dan Abu Dhabi (Timur Tengah)14. Terminal Multipurpose Teluk Lamong di bangun
sering mengalami overload menerima arus logistik peti kemas yang tahun lalu sudah
mencapai 2,9 juta TEUs (peti kemas ukuran 20 kaki) sebagaimana terlihat dari
I-12
ARUS PETIKEMAS 2005 - 2025
10,000,000
8,000,000
6,000,000
4,000,000
TEU's 2,000,000
0
0 05 007 009 011 013 015 017 019 021 023 025
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Arus Petikemas
Sumber: www.tempo.com
Gambar I.3. Arus Peti Kemas pada Pelabuhan Tanjung Perak
Adanya pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong ini tentu akan
negatif. Bentuk konsekuensi tersebut dapat terjadi dalam aspek ekonomi, sosial
Multipurpose Teluk Lamong berada pada daerah cekungan selat Madura yang
memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Madura, dimana daerah tersebut merupakan area
fishing ground bagi masyarakat nelayan sekitar khususnya pada masyarakat nelayan
Selain itu, peneliti meyakini bahwa masih ada beberapa bentuk konsekuensi
Lamong. Hal ini didasarkan pada pengamatan singkat yang pernah dilakukan peneliti
pada saat melakukan community development pada tahun 2012 terhadap kehidupan
I-13
masyarakat nelayan pada daerah tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti
ini, dapat diketahui bahwa perubahan fungsi wilayah pesisir yang ditimbulkan dari
permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah “Bagaimana dampak
perubahan fungsi wilayah pesisir pada tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat dari
Sarioso?”
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas,
fungsi wilayah pesisir pada tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat dari adanya
I-14
I.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis:
b. Manfaat praktis:
akan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini
sosial masyarakat.
16 Sirojuzilam. 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional dan dari buku Regional Planning and
Development. Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Vol.1 Nomor 1
Agustus 2005
I-15
tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik. Pengembangan wilayah
juga menunjukkan lebih banyak sarana dan atau prasana, barang dan jasa yang
tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis,
maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri
maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam
hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada umumnya pengembangan wilayah
a. Sosial Usaha
lain sebagainya.
b. Ekonomi Usaha
I-16
Usaha mempertahankan dan memacu perkembangan dan pertumbuhan
c. Wawasan Lingkungan
dapat bersifat tak berubah lagi (irreversible change). Untuk mencegah hal-
oleh enam (6) pilar, yaitu: (1) aspek biogeofisik; (2) aspek ekonomi; (3) aspek sosial
budaya; (4) aspek kelembagaan; (5) aspek lokasi dan (6) aspek lingkungan.
18 Sugeng Budiharsono. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Cetakan
ke-2. Jakarta: Pradnya Paramita.
I-17
Sumber: Budiharsono, 2005
Bagan I.1. Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah
hayati, sumber daya nirhayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada di
wilayah tersebut. Adapun aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di
sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik dan pertahanan keamanan
(hankam) yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia. Aspek lokasi
menunjukkan keterkaitan antar wilayah yang satu dengan yang lainnya berhubungan
kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah merusak atau
I-18
tidak. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam
dari aspek sosial budaya, ekonomi dan ekologi (lingkungannya). Di dalam aspek
yang terjadi dengan adanya Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Aspek ekologi
melihat bagaimana kondisi lingkungan sekitar kawasan Teluk Lamong berubah akibat
intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi sumber daya alam akan mampu
konsep hirarki kota-kota dan dan hirarki prasarana jalan melalui orde kota. Dalam
terdapat di daerah tersebut. Menurut Sutami, wilayah dengan pusat industri akan
menarik masyarakat untuk datang karena potensi lapangan pekerjaan terbuka luas.
Demikian pula yang terjadi dalam penelitian ini, dimana pembangunan Terminal
19 Teori Pengembangan Wilayah ditulis oleh Agus Siswadi, diunduh pada hari Senin, 7 September
2015 dari http://agusfasis.blogspot.co.id/2010/11/teori-pengembangan-wilayah.html,
I-19
Multipurpose Teluk Lamong diharapkan akan mampu merubah dan meningkatkan
penduduk sekitar.
Logistik atau manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain
efektivitas aliran dan penyimpanan barang, jasa, dan informasi terkait dari titik awal
Logistics Management (CLM), 1986). Pada prinsipnya, dalam suatu sistem logistik
terdapat dua aliran utama. Aliran pertama adalah aliran barang dari pemasok, ke
pemasok.
mengacu pada pergerakan produk dari satu lokasi ke lokasi lain, sebagai fungsinya
untuk mengirimkan produk dari awal jaringan (supply chain) sampai pada tangan
konsumen21. Menurut Chopra dan Meindl ada dua pihak yang berperan dalam
transportasi:
20 Council of Logistics Management (CLM) 1986 dalam “Analisis Pendirian Pusat Distribusi
Regional” yang dikeluarkan oleh Pusat Kebijakan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdagangan kementerian Perdagangan, 2013.
21 Chopra, Sunil and Meindl, Peter. 2004. Supply Chain Management: Strategy, Planning
and Operation. New Jersey: Prentice-Hall, Inc
I-20
1. Pihak pengirim (shipper), adalah pihak yang memerlukan pemindahan
produknya dari satu titik ke titik lain dalam supply chain. Keputusan yang
yang ada. Tujuan dari pengirim adalah untuk meminimalisasi total biaya
keputusannya adalah:
I-21
keputusan desain strategis tetapi dianggap tetap untuk semua
d. Biaya proses, adalah biaya loading dan unloading dan semua biaya
antara lain:
produk. Biaya ini tetap ada meskipun kendaraan digunakan atau tidak
terminal, airport dan tenaga kerja tetap ada walaupun kendaraan tidak
I-22
c. Biaya yang berkaitan dengan perjalanan, biaya ini mencakup gaji
d. Biaya yang berkaitan dengan jumlah barang, biaya ini mencakup biaya
loading dan unloading dan sebagian biaya bahan bakar yang berubah
biasanya berupa barang (goods) atau suku cadang (parts), dari pabrik ke pelanggan.
Dalam sistem distribusi, berbagai pihak yang interdependent terlibat dalam proses
penyampaian barang sehingga barang tersebut pada akhirnya dapat digunakan atau
channel).
I-23
Chopra dan Meindl22 menjelaskan bahwa distribusi adalah langkah-langkah
yang diambil untuk memindahkan dan menyimpan produk dari tingkat pemasok ke
tingkat konsumen dalam supply chain. Distribusi adalah kunci penggerak dari
agar produk dapat diterima konsumen dengan cepat, tepat dan dalam kondisi yang
sesuai yang diharapkan baik produsen maupun konsumen. Oleh karena itu, perlu
- Pemindahan barang jadi dari akhir lini produksi kepada para pelanggan.
22 Ibid
I-24
pesanan, analisis lokasi dan jaringan komunikasi yang diperlukan untuk manajemen
yang efektif.
Chopra dan Miendl juga mengemukakan persoalan yang biasa dihadapi dalam
yang meliputi dimana pusat distribusi akan didirikan, produk apa yang
dua dimensi yaitu: kebutuhan konsumen yang dipenuhi dan biaya untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Oleh karena itu pemilihan desain jaringan distribusi harus
antara lain:
23 Ibid
I-25
2. Variasi produk, yaitu jumlah perbedaan dari produk atau konfigurasinya
Gudang, misalnya, bisa sekaligus berfungsi sekaligus sebagai pusat konsolidasi dan
pusat distribusi. Berkaitan dengan fasilitas distribusi, beberapa hal perlu menjadi
dicapai. Sebelum tahun 1970-an, sistem distribusi yang banyak digunakan adalah
sistem ”Point to Point”. Pada sistem ini, distribusi dilakukan dengan mengirimkan
barang dari suatu titik ke titik yang lain tanpa terlalu memerhatikan aliran atau rute
I-26
frekuensi pengiriman barang menjadi tinggi dan berdampak pada total biaya
distribusi.
and Spoke”. Sistem ini dikembangkan dengan memerhatikan keseluruhan titik asal
dan titik tujuan pengiriman barang. Pengiriman barang dari suatu titik ke titik yang
lain dilakukan dengan menggunakan suatu titik sebagai “hub”. Dengan sistem ini,
efisiensi dapat dicapai melalui frekuensi pengiriman barang yang lebih rendah. Selain
itu, tingkat penggunaan armada menjadi lebih baik pada rute jarak jauh. Pemilihan
kapasitas armada pada suatu rute juga dapat disesuaikan dengan volumenya.
belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka
penambahan terminal distribusi barang untuk menekan biaya logistik agar Indonesia
salah satu usaha dalam memenuhi kebutuhan akan adanya terminal distribusi barang.
I-27
I.5.1.2. Kebutuhan Penambahan Infrastruktur Pelabuhan
promoting sector) serta pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan
kegiatan ekonomi dengan kebutuhan menyeluruh angkutan. Ini berarti kalau aktivitas
ekonomi meningkat maka kebutuhan angkutan meningkat pula. Oleh karena itu, guna
Transportasi air lebih cocok digunakan untuk membawa muatan yang sangat
besar dalam biaya yang rendah. Meskipun begitu, sarana ini paling lama waktu
tempuhnya dibanding sarana yang lain karena adanya waktu tunggu di pelabuhan.
Transportasi air dapat digunakan untuk membawa apa saja25. Transportasi air ini juga
kriteria pengembangan, persyaratan operasi, klasifikasi rute, dan model operasi kapal
di suatu wilayah.
I-28
2. Transportasi sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan aktivitas
jalan raya. Artinya, prasarana yang ada bisa melayani berbagai tingkatan demand
serta dapat dilalui setiap saat. Oleh karena itu, angkutan penyeberangan harus
2. Pelayanan terjadwal.
transportasi laut yang telah ada dan penambahan jalur pelayaran atau penyeberangan
baru pada daerah yang dianggap berpotensi untuk dikembangkan. Peningkatan dapat
berupa penambahan atau peningkatan sarana angkut (kapal) yang sesuai untuk
kemas sebagai salah satu wahana transportasi barang juga terus meningkat. Jika tahun
2010, pelabuhan-pelabuhan dunia membongkar muat 547 juta unit peti kemas ukuran
I-29
731 juta unit TEUs. Ini pulalah yang menjadi salah satu alasan perlunya penambahan
pelabuhan maupun efisiensi pelabuhan yang sudah ada27. Salah satunya adalah yang
Lamong sebagai salah satu cara dari Pemerintah Indonesia untuk menambah
menyatakan bahwa pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik
turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
gelombang dan arus, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut. Fasilitas tersebut
meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-
kran untuk bongkar muat barang, gudang laut dan tempat-tempat penyimpanan
27 Majalah “Sustaining Partnership: Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta, edisi khusus
Pelabuhan 2011.
I-30
dimana kapal membongkar muatannya. Termasuk pula gudang-gudang dimana
barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu
1. Segi penyelenggaraan
a. Pelabuhan Umum
Ujungpandang.
b. Pelabuhan Khusus
dan dengan izin khusus dari Pemerintah. Pelabuhan ini dibangun oleh
I-31
untuk mengirim hasil produksi perusahaan. Contoh pelabuhan jenis ini
Utara.
2. Segi pengusahaannya
jasa pandu, jasa tunda, jasa dermaga, jasa penumpukan dan lain
sebagainya.
3. Segi penggunaannya
a. Pelabuhan Minyak
I-32
melainkan cukup membuat jembatan perancah atau tambatan yang
kepentingan umum.
b. Pelabuhan Barang
barang ini bisa dibuat oleh pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau
c. Pelabuhan Penumpang
sebagainya.
d. Pelabuhan Campuran
I-33
Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk
biasanya tetap terpisah. Tetapi bagi pelabuhan kecil atau masih dalam
e. Pelabuhan Militer
letak tempat bongkar muat yang terpisah dan memiliki letak yang
f. Pelabuhan Ikan
I-34
1. Interface, yaitu pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua moda atau
2. Link (mata rantai), yaitu pelabuhan merupakan mata rantai dari sistem
I-35
b. Penyediaan sarana yang dapat memberikan kenyamanan, penyediaan
darat.
lainnya.
negeri.
Pemilihan lokasi pelabuhan terkait pula dengan berbagai fungsi, jenis dan
Lamong yang pemilihan lokasinya karena sebagai penghubung dan penyangga dari
I-36
I.5.2.2. Kebutuhan Reklamasi
prasarana dan sebagainya. Reklamasi adalah salah satu cara yang dapat dipergunakan
menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan
reklamasi pantai termasuk dalam kategori kawasan yang terletak di tepi pantai,
dimana pertumbuhan dan perkembangannya baik secara sosial, ekonomi, dan fisik
31 Ruchyat Deni. 2013. Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan. Sekretaris
Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU.
32 Joy Irman. 2013. Kawasan Reklamasi Pantai. http://www.penataanruang.com/reklamasi-
pantai.html, diunduh pada Sabtu, 29 Agustus 2015
I-37
Menurut Irman33, pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan
sisi daratan;
Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan
yang sesuai di wilayah tersebut. Pemanfaatan lahan hasil reklamasi adalah untuk
pemukiman. Selain untuk tujuan di atas, kegiatan reklamasi ini juga dapat
bilamana suatu wilayah sudah tererosi atau terabrasi cukup parah sehingga perlu
dikembalikan seperti kondisi semula, karena lahan tersebut mempunyai arti penting
bagi Negara.
33 Ibid
I-38
pendukung lainnya. Dengan adanya reklamasi, diharapkan kebutuhan akan lahan
akan terpenuhi, namun di sisi lain dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya
nelayan dari pemukiman pantai. Untuk menghindari dampak tersebut di atas, maka
adalah kegiatan konsultasi publik yaitu kegiatan untuk menjelaskan maksud dan
tujuan kegiatan reklamasi ke seluruh stake holder atau pemakai kawasan pantai. Di
samping kegiatan tersebut perlu dilakukan pula perencanaan reklamasi pantai yang
benar dengan dasar akademik dan data-data primer yang diambil secara langsung
laut dengan melakukan penimbunan pada wilayah pantai dan laut merupakan hal
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4739). Butir 23 pada peraturan tersebut memberikan definisi bahwa
reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan
manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan
cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Terkait dengan penelitian ini,
34Flora Pricilla Kalalo, Implikasi Hukum Kebijakan Reklamasi Pantai & Laut di
Indonesia Buku I, Logoz Publishing, Jakarta, 2009
I-39
reklamasi dilakukan untuk pemanfaatan ruang pada Teluk Lamong. Hal tersebut
setidaknya diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 56 Tahun 2012
pelabuhan laut dan udara, energi, irigasi, sistem keuangan, jaringan komunikasi,
35 Kodoatie, Robert J. Kodoatie. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
I-40
melakukan investasi infrastruktur secara baik menandakan kegagalan menjaga serta
pendapatan masyarakat.
pembangunan berkelanjutan.
I-41
Apabila infrastruktur tidak tersedia secara memadai maka akan mendatangkan
bangsa.
wilayah atau sektor dan di sisi lain sering terjadi suatu integrasi yang
I-42
2. Penambahan infrastruktur belum mampu memenuhi peningkatan
Australia.
laut serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP). Sektor transportasi
dalam mendukung aktivitas perekonomian dan sosial perlu diperhatikan secara serius.
Hal ini karena prasarana tersebut dapat menjadi penunjang dalam mendorong
pengembangan wilayah.
I-43
Tahun 2011, di kawasan ASEAN, Indonesia adalah negara yang memiliki
jumlah pelabuhan laut terbanyak, yaitu 2.328 unit dengan rincian 2.187 unit
dilihat dari segi jumlah pelabuhan, Indonesia hanya membutuhkan sedikit tambahan
pelabuhan laut untuk pulau-pulau terluar. Akan tetapi persoalan mendasar yang
dihadapi pelabuhan di Indonesia adalah minimnya jumlah dan luas terminal peti
penunjang pelabuhan laut yang masih minim pada sebagian besar pelabuhan laut di
kepada nelayan asing yang mengakibatkan kerugian bagi negara. Oleh sebab itu,
panjang dermaga, pelabuhan atau terminal peti kemas dan sarana penunjang
infrastruktur kelautan.
sendiri, baik yang berada di kapal maupun yang disimpan di pelabuhan. Kekurangan
tempat untuk penyimpanan dan pengisian peti kemas adalah masalah lain yang
I-44
pemakaian armada truk putar untuk mengantar kargo langsung kepada pelanggan atau
pos pengangkutan peti kemas (CFS) langsung dari kapal yang menyebabkan lebih
banyak keterlambatan, kemacetan pelabuhan yang lebih parah (baik di sisi darat
daerah perkotaan besar yang aksesnya melalui jalan-jalan raya kota yang padat.
okupansi tambatan kapal yang tinggi, kehadiran kapal penumpang dan barang yang
orang lain. Dalam kajian sosiologis, kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
I-45
orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-
Interaksi sosial sendiri dimulai ketika dua orang bertemu (tatap muka), saling
menegur (kontak suara), dan berjabat tangan (kontak fisik). Lebih lanjut, interaksi
sosial menurut ditentukan oleh ciri-ciri fisik dan penampilan. Ciri-ciri fisik meliputi
jenis kelamin, usia, ras, sedangkan penampilan meliputi daya tarik, bentuk tubuh,
konflik sebagai proses pertentangan yang diekspresikan di antara dua pihak atau lebih
yang saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan
interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik. Secara sosiologis, konflik lahir
karena adanya perbedaan-perbedaan yang tidak atau belum dapat diterima oleh satu
individu dengan individu lain atau antara suatu kelompok dengan kelompok tertentu.
38 Soenarto, Kamanto. 2003. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Press.
39 Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori. Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba
Humanika.
I-46
Adapun Giddens (dalam Susan)40 mengemukakan bahwa pendekatan
kelompok identitas, seperti; identitas yang berbasis pada etnis, keagamaan, budaya,
geografis, bangsa, bahasa, tribal, kepercayaan, religius, kasta, dan lain sebagainya.
melalui sosialisasi dalam institusi keluarga. Adanya hal ini memperkuat asumsi
bahwa potensi tersebut telah mengakar dalam diri individu. Dalam konteks ini,
ekstrim.
suatu kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra
tersebut. Dalam pandangan sosiologis, stereotip memiliki dua sifat yakni positif dan
stereotip yang bersifat negatif justru menjadi potensi konflik antar kelompok, baik
40 Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.
41 Soenarto, op.cit
I-47
Thung Ju Lan42 mengemukakan bahwa setiap etnik atau ras cenderung
kelompoknya lebih superior daripada kelompok etnik atau ras lain. Terjadinya tidak
prasangka terhadap orang lain, berupa sikap antipati yang didasarkan pada kesalahan
dominatif daripada kelompok yang lain dari suatu kondisi yang dipenuhi oleh
ketegangan sosial, sehingga akan melakukan cara-cara yang tidak berjiwa sosial dan
Sebagai suatu proses sosial yang sifatnya dinamis, konflik sangat rentan
terhadap pengaruh-pengaruh yang berasal dari berbagai aspek. Sifatnya yang dinamis
cenderung membuat konflik dapat dikelola untuk mencapai suatu resolusi, dimana
I-48
sumber daya yang ada, disertai strategi yang tepat, sehingga tujuan dari resolusi
dicapai dengan dua cara, yakni pengaturan sendiri oleh pihak-pihak yang berkonflik
(self regulation), dan melalui intervensi pihak ketiga (third party intervention). Dalam
mencapai tujuannya. Sementara apabila melibatkan pihak ketiga, terdiri atas: resolusi
45 Wirawan. op.cit
I-49
d. Proses (process), yakni bagaimana konflik diawali dan berlangsung
hingga saat ini. Proses konflik juga meliputi sampai sejauh mana konflik
seperti: ucapan (verbal), tulisan, gerak tubuh (gesture), dan kontak fisik.
f. Hasil akhir (result), meliputi bagaimana hasil akhir dari konflik yang
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial.
makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empaat indikator yaitu:
1. Rasa Aman
2. Kesejahteraan
3. Kebebasan
4. Jati diri
46 Dr. Nasikun 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. PT. Tiara Wacana.Yogyakarta.
I-50
Biro Pusat Statistik Indonesia47 menerangkan bahwa guna melihat tingkat
kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat
Dari beberapa definisi dapat ditarik beberapa pikiran pokok pikiran dari
kesejahteraan:
1. Konsep kesejahteraan sebagai suatu kondisi atau keadaan yang sejahtera baik
dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti tandang, pangan, papan, kesehatan
kebutuhannya
47Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics). Jakarta: BPS
I-51
4. Indikator dari kesejahteraan yaitu terpenuhinya kebutuhan hidup baik secara
pelaksanaan ibadah)
erat akan kebutuhan manusia tersebut, suatu kebutuahn yang dianggap penting oleh
suatu kelompok manusia belum tentu menjadi suatu kebutuhan yang dianggap
penting oleh suatu kelompok manusia belum tentu menjadi suatu kebutuhan bagi
kelompok lain. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu standar yang bersifat universal untuk
kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Setelah kebutuhan primer dan sekunder
mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi
fisiologis), safety and security needs(kebutuhan akan rasa aman), love and belonging
needs (kebutuhan akan rasa kasih saying dan rasa memiliki), esteem needs
(kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).
I-52
Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua
juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa
sakit, dan seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan
menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses
untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku
pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak
terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan
maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat
3. Kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (Love and Belonging Needs)
maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki.
Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan
teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu
komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. Jika
I-53
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan
higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan
kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan
inferior.
akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan
kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan
secara sempurna.
individu, keluarga dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, yang mana itu
disebabkan oleh berbagai hal. Di dalam konteks keluarga masalah ekonomi dapat
keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhannya meski pada tahap yang minimal
I-54
sekalipun selain itu ketidakmampuan atau ketidaktahuan kepala keluarga didalam
(economic indicator) indikator sosial (social indicator) juga penting untuk melihat
kemungkinan untuk memantau apa yang telah dicapai dalam pembangunan nasional
Indonesia. Hal ini tercermin dari dirumuskannya indikator sosial di Indonesia pada
2. Kesehatan
3. Gizi
6. Kesejahteraan sosial
7. Perumahan
9. Agama
10. Umum
48 Hendra Esmara. 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
I-55
Dalam perkembangan pada tahun 1980 indikator sosial Indonesia kemudian
4. Angkatan kerja
49 Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. Politik Pembangunan: Sebuah Analisis Konsep, Arah, Dan
I-56
3. Keluarga sejahtera tahap II keluarga yang disamping telah dapat
4. Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
5. Keluarga sejahtera tahap III plus yaitu keluarga yang telah dapat
masyarakat adalah suatu tujuan utama dari pembangunan yang menekankan pada
keadaan ekonomi, dan kualitas hidup rakyat yang dapt diukur dari tingkat pergeseran
tingkat akumulasi aset dan tabungan, tingkat pertumbuhan aktivitas ekonomi baru,
I-57
tingkat kemudahan akses layanan pendidikan, tingkat kemudahan akses layanan
sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan merupakan mata pencaharian
utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian sampingan adalah mata
lain:
peternakan;
3. Buruh industri meliputi buruh kasar industri, buruh pengrajin, operasi mesin,
50 A.Susanto. 1993. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Bina Cipta
51 Mubyarto. 1985. Peluang Kerja dan berusaha di Pedesaan. Yogyakarta: BPFE UGM
I-58
6. Pekerjaan angkutan yaitu sopir, kenek, tukang becak, pengusaha angkutan,
ojek;
memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah
pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan
kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan
pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk
hidup dan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan
I-59
(peningkatan taraf hidup). Perubahan mata pencaharian ini ditandai dengan adanya
kemudian hari, dari pekerjaan pokok masyarakat yang dahulunya bergeser atau
pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam realitas
di masyarakat54.
perubahan mata pencaharian mungkin juga berhubungan dengan nilai sosial budaya
memberikan pengaruh pada nilai sosial budaya masyarakat, karena ketika perubahan
mata pencaharian memberikan dampak pada satu aspek dalam masyarakat, maka
secara otomatis akan memberikan dampak pada aspek lain terutama pada nilai
sosial budaya yang ada dalam masyarakat. Hal tersebut mungkin ditandai dengan
adanya pergeseran atau perubahan bentuk nilai sosial budaya masyarakat, menurun
atau meningkatnya kualitas nilai sosial budaya itu sendiri dan berubahnya fungsi dari
54 Pajar Hatma Indrajaya. 2003.Transformasi Tenaga Kerja Pedesaan: Studi Deskriptif Kualitatif
Mengenai Perubahan Mata Pencaharian Penduduk Desa antar Generasi dari Sektor Agraris ke Sektor
Non Agraris di Desa Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul. Surakarta: UNS
I-60
I.5.3.2. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Baru
Suatu kebijakan dapat dikatakan atau dinilai berhasil jika kebijakan tersebut
menghasilkan dampak seperti yang diinginkan. Menurut William Dunn yang dikutip
oleh Wibawa (1994) menyebutkan “dampak kebijakan adalah perubahan kondisi fisik
maupun sosial sebagai akibat dari output kebijakan”. Output adalah barang, jasa atau
fasilitas lain yang diterima oleh sekelompok masyarakat tertentu, baik kelompok
sasaran maupun kelompok lain yang dimaksud untuk disentuh oleh kebijakan.
Sedangkan output dan dampak itu sendiri merupakan sebuah konsekuensi dari
kebijakan.
Menurut Weiss seperti yang dikutip oleh Wibawa 55 mengatakan bahwa ada
tiga persoalan yang perlu diperhatikan dalam melihat dampak kebijakan. Pertama,
atau desa. Kedua, ukuran program, berapa jumlah individu yang dilayani untuk setiap
satuan wilayah program. Ketiga, kebaruan program, apakah dampak yang diharapkan
kebijakan atau policy outcomes, bukan hanya hasil atau policy outputs dari sebuah
kebijakan publik. Maka di sini perlu ditegaskan bahwa hasil kebijakan berbeda
dengan dampak kebijakan. Menurut Islamy56 hasil kebijakan adalah apa-apa yang
55 Samodra Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
56 M Irfan Islamy. 2007. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bina Aksara
I-61
kebijakan adalah akibat-akibat dari konsekuensi yang ditimbulkan dengan
hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga berguna untuk menentukan
arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang positif
suatu negara dipengaruhi oleh akumulasi modal (investasi pada tanah, peralatan,
prasarana dan sarana dan sumber daya manusia), sumber daya alam, sumber daya
jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.
57 Michael P. Todaro. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jilid I. Edisi ke VII. Jakarta:
Erlangga
I-62
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekomian akan
produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh
Jawa Timur. Investasi swasta yang masuk akan mendorong perekonomian Jawa
Timur ke arah yang lebih modern, meningkatkan status provinsi sebagai pusat
pendapatan per kapita Jawa Timur secara konsisten berada pada posisi kedua tertinggi
di Jawa dan masuk dalam sepuluh besar di Indonesia. Akan tetapi dibandingkan
beberapa derah lain di Asia Timur pertumbuhan Produk Domestik Bruto Jawa Timur
Ekonomi Masyarakat
58 Diagnosa Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur oleh World Bank, REDI dan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2011 diterbitkan oleh Pemprov Jatim bekerjasama dengan World Bank
I-63
Setiap pembangunan yang dilakukan akan selalu berimbas pada wilayah di
ekonomi pembangunan saling berkaitan satu dengan yang lainnya komponen yang
8. Kesehatan masyarakat
59 Suratmo. Op.cit
I-64
Dampak merupakan suatu impact yang dihasilkan dari proses input,
Setelah adanya output maka akan menhasilkan outcome, dimana outcomenya dapat
pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan, keamanan dan lain lain. Dari outcome
tersebut maka akan menghasilkan suatu impact atau dampak dari outcome yaitu
keejahteraan masyarakat.
Sosial ekonomi dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang
diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur
masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban
I-65
1. Pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki
yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang
lain;
disimpulkan pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah latar
belakang ekonomi keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan,
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi
1. Tingkat Pendidikan
I-66
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara
2. Jenis Pekerjaan
maka segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai
nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan
imbalan atau upah, berupa barang dan jasa serta akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.
bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja
mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. ninya.
3. Tingkat Pendapatan
maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan
I-67
barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho61 mengemukakan bahwa pendapatan yang
diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.
Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang
lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang
lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat
organisasi-organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi,ongkos, dan
yang memenuhi tingkat hidup masyarakat. Pendapatan yang dimiliki oleh masyarkat
61 Joshua Yerikho. 2007. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Pendidikan Anak. Jurnal
Pendidikan,UPI Bandung.
62Sumitro Djojohadikusumo. 1994. Perkembangan Pemikirab Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES
I-68
dapat memenuhi segala kebutuhan masyarakat tersebut. Pendapatan rata-rata yang
dimiliki oleh setiap jiwa disebut juga dengan pendapatan perkapita yang menjadi
(transitory income).
seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan (saving), dan sebaliknya
bila pendapatan.
63 Milton Friedman. 1993. Capitalism and Freedom. Chicago: Chicago University Press
64 Guritno Mangkoesoebroto. 1998. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia: Substansi dan Urgensi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
65 Soediyono Reksoprayitno. 2000. Ekonomi Makro. Yogyakarta:BPFE
I-69
Aktivitas ekonomi merupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukan
I-70
a. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi adalah usaha untuk menghasilkan atau menambah
barang dan jasa dari prdusen ke konsumen. Dalam hal ini peranan para
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini juga merupakan
I-71
bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Makna mengatur ialah melahirkan berbagai bentuk kebijakan atau peraturan
kebudayaan atau kearifan lokal yang dimiliki, selanjutnya makna mengurus ialah
mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan
kepada aparat pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau dapat menugaskan
I-72
persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan
wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi
dari Menteri Dalam Negeri sebagaimana disebutkan di atas. Syarat teknis meliputi
otonomi daerah.
Evaluasi terhadap kemampuan daerah adalah penilaian dengan menggunakan
proses, keluaran dan dampak. Pengukuran dari indikator kinerja ini, digunakan untuk
membandingkan antara satu daerah dengan daerah lain, dengan angka-angka secara
terjadinya penggabungan atau penghapusan suatu daerah yang antara lain mencakup
nama, cakupan wilayah, batas, ibu kota, pengalihan personel, pendanaan, peralatan
dan dokumen, perangkat daerah, serta akibat-akibat lain. Guna menilai persyaratan
teknis ini, biasanya dibentuk tim terpadu dengan standar pelayanan yang telah
I-73
suatu daerah pemekaran, tidak dilibatkan aspek pertahanan dan keamanan. Oleh
sebab itu undang-undang ini mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini
disebabkan adanya implikasi bahwa di setiap pembentukan daerah baru selalu terjadi
konflik kepentingan dan konflik horizontal antar masyarakat yang pro dan kontra atas
lembaga penegak hukum, antara lain lembaga kepolisian, kejaksaan dan lembaga
lainnya.
Pembentukan daerah harus mampu melaksanakan otonomi daerahnya sesuai
Pembentukan suatu daerah otonom baru, tidak boleh mengakibatkan daerah induk
tidak mampu lagi melakukan otonomi daerahnya. Dengan demikian, baik daerah
yang dibentuk maupun daerah yang dimekarkan atau daerah induk secara sendiri-
Demikian pula bagi daerah provinsi,daerah kabupaten atau kota dapat dihapus apabila
otonominya.
I-74
I.6 Definisi Konseptual
Menurut Vink66, lahan merupakan suatu daerah yang ada di permukaan bumi
yang memiliki sifat-sifat tertentu seperti geologi, atmosfer, hidrologi, vegetasi dan
penggunaan lahan. Lahan merupakan kenampakan geografi yang perlu dikaji. Salah
yang diberikan oleh alam. Menurut Bintarto68, manusia dalam usaha dan upaya
beraneka ragam sesuai dengan kemampuan dan potensi tata geografisnya. Jayadinata
(1999), lahan merupakan tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya
dimiliki dan dimanfaatkan oleh perorangan atau lembaga untuk dapat diusahakan.
I-75
Pola pemanfaatan lahan pada hakikatnya adalah hasil perpaduan antara faktor sejarah,
faktor fisik, faktor sosial budaya dan ekonomi. Pola pemanfaatan lahan di suatu
seperti tingkat kehidupan sosial dan ekonomi, budaya dan teknologi. Jumlah
penduduk dan perubahan, penyebaran dan bidang nafkah adalah sesuatu yang
struktur tata ruang kota atau wilayah berkaitan dengan 3 sistem yang ada, yaitu:
aktivitas kehidupan.
c. Sistem lingkungan berkaitan dengan kondisi biotik dan abiotik dengan air,
Menurut Sandy (1960) perubahan penggunaan lahan dapat saja terjadi apabila
adanya perubahan atau perbedaan nilai fungsi lahan sebelumnya dan sesudahnya
yang bernilai ekonomi lebih tinggi dari sebelumnya. Salah satu pendorongnya adalah
dalam penggunaan lahan. Sifat perubahan pemanfaatan lahan secara garis besar dapat
dibagi dua yaitu bersifat musiman dan permanen. Perubahan pemanfaatan lahan
69 Tesis Fadillah, Pengaruh Perubahan Kegiatan Pemanfaatan Lahan Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Kasus : Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir (Magister
Perencanaan Kota dan Daerah (MPKD-UGM Tahun 2003)
I-76
musiman biasanya terjadi pada lahan pertanian tanaman pangan yang juga disebut
rotasi tanaman. Perubahan pemanfaatan lahan musiman ini tidak hanya karena faktor
musim saja, tetapi kehendak manusia juga akan menentukan perubahan pemanfaatan
lahan.
pemanfaatan lahan yang bersifat lama ini disebabkan karena faktor perubahan alam,
atau karena faktor kehendak manusianya sendiri. Seperti pemanfaatan daerah pesisir
pantai sebagai pelabuhan sebagaimana yang terjadi di Teluk Lamong seperti yang
Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Demikian definisi wilayah pesisir yang
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Menurut Dahuri et al. (1996), hingga saat ini
masih belum ada definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat
kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan
Perairan pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat
dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih
I-77
mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air
laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan
benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti
kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain
mempunyai potensi besar wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang mudah
Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka wilayah pesisir
mempunyai dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai (long
shore) dan batas yang tegak lurus garis pantai (cross shore). Untuk kepentingan
pengelolaan, batas ke arah darat suatu wilayah pesisir ditetapkan dalam dua macam,
yaitu wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan
nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan. Ini berarti
batas wilayah perencanaan lebih luas dari wilayah pengaturan. Dalam day-to-day
I-78
management, pemerintah atau pihak pengelola memiliki kewenangan penuh untuk
kewenangan semacam ini berada di luar batas wilayah pengaturan (regulation zone),
maka akan menjadi tanggung jawab bersama antara instansi pengelola wilayah pesisir
dalam regulation zone dengan instansi/lembaga yang mengelola daerah hulu atau laut
lepas.
waters), dan laut dalam sampai dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Ksemuanya
mempunyai hubungan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Wilayah pesisir juga
dicirikan oleh sejumlah bentuk ekologis seperti pantai berbatu (rocky shores), pantai
pasir (sandy beaches), estuaria (estuaries), laguna (lagoons), daerah pasang surut
(intertidal flats), lahan basah (wetlands), dan pulau-pulau kecil (small islands).
communities), hutan mangrove (mangroves), padang lamun (sea grass beds), terumbu
karang (coral reefs), dan komunitas-komunitas laut dalam atau laut lepas. Habitat-
habitat yang berbeda ini memiliki hubungan yang dekat dan dapat dianggap sebagai
satu kesatuan ekosistem. Kesemua ekosistem ini mengandung sejumlah sumber daya
yang merupakan sumber kehidupan utama bagi sebagian besar masyarakat miskin di
pesisir70.
I-79
Dalam kacamata ekonomi wilayah, berbagai kawasan pesisir yang memiliki
posisi strategis di dalam struktur alokasi dan distribusi sumberdaya ekonomi disebut
memiliki locational rent yang tinggi. Nilai ekonomi kawasan pesisir, selain
ditentukan oleh rent lokasi (locational rent), setidak-tidaknya juga mengandung tiga
unsur economic rent lainnya, yakni: ricardian rent, environmental rent dan social
rent.
pesisir adalah nilai atau fungsi kawasan yang didasarkan atas fungsinya di dalam
padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indikator
yaitu:
2. Kesejahteraan (welfare);
3. Kebebasan (freedom);
I-80
4. Jati diri (Identity).
tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat
Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari
1. Melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan
2. Melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan
3. Melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan
4. Melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan
I-81
5. Melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan,
6. Melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian
kesejahteraan dari tiga aspek; (1) dengan melihat pada tingkat perkembangan fisik
(somatic status), seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagianya; (2) dengan
pekerjaan, dan sebagainya; (3) dengan melihat pada integrasi dan kedudukan sosial
(social status).
lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas
masyarakat.
antara lain : (1) sosial ekonomi rumah tangga atau masyarakat, (2) struktur kegiatan
ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga atau
I-82
kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala
yang hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber daya di wilayah
karakteristik secara sosial ekonomis sangat terkait dengan sumber perekonomian dari
wilayah laut (Prianto, 2005). Demikian pula jenis mata pencaharian yang
memanfaatkan sumber daya alam atau jasa-jasa lingkungan yang ada di wilayah
pesisir seperti nelayan, petani ikan, dan pemilik atau pekerja industri maritim.
masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak mempunyai pilihan mata
wilayah pesisir umumnya tidak memiliki status hukum (legalitas), terutama area yang
I-83
nelayan. Secara umum nelayan lebih miskin dibanding petani. Hal ini terutama
disebabkan oleh:
musim;
2. Pola kerja yang homogen dan bergantung hanya pada satu sumber
penghasilan;
manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama, mendiami suatu
wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar
kegiatannya di dalam kelompok tersebut. Ralph Linton (1956), dalam Sitorus et. al.
(1998), mengartikan masyarakat sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dan menganggap diri
mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan secara jelas.
I-84
4. sadar sebagai suatu sistem hidup bersama.
dan pesisir; mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan
dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, pemasok faktor sarana
produksi perikanan. Dalam bidang nonperikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari
penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta kelompok lainnya yang
kehidupannya.
Nelayan, pembudidaya ikan, dan pedagang merupakan kelompok masyarakat
melalui kegiatan penangkapan dan budidaya. Kelompok ini pula yang mendominasi
(Nikijuluw, 2003). Masyarakat pesisir ada yang menjadi pengusaha skala kecil dan
menengah, namun lebih banyak dari mereka yang bersifat subsistem, menjalani usaha
dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi keluarga sendiri, dengan skala yang
begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendek.
Dari sisi usaha perikanan, kelompok masyarakat pesisir yang miskin terdiri
dari rumah tangga perikanan yang menangkap ikan tanpa menggunakan perahu,
menggunakan perahu tanpa motor, dan perahu bermotor tempel. Dengan skala usaha
I-85
seperti ini, nelayan hanya mampu menangkap ikan di daerah dekat pantai. Dalam
kasus tertentu, nelayan dapat bekerja sama atau bermitra dengan perusahaan besar,
sehingga mereka dapat pergi menangkap ikan lebih jauh dari pantai (Nikijuluw,
2003). Namun demikian, peningkatan penghasilan dari hasil kerja sama ini tidak
banyak berarti karena jumlah anggota rumah tangga yang besar menyebabkan jumlah
disebabkan oleh tiga hal pokok, yaitu kemiskinan struktural, superstruktural, dan
karena faktor tersebut tidak disadari atau tidak diketahui oleh individu
yang bersangkutan.
I-86
Kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya nelayan, lebih banyak disebabkan
yang digunakan. Smith (1979) dan Anderson (1979) berkesimpulan bahwa kekuatan
aset perikanan adalah alasan utama kenapa nelayan tetap bergelut dengan kemiskinan
dan sepertinya tidak ada upaya mereka untuk keluar dari kemiskinan itu. Kekakuan
aset adalah sifat aset perikanan yang sulit untuk dilikuidasi atau diubah bentuk dan
fungsinya untuk digunakan bagi kepentingan lain. Akibatnya, pada saat produktivitas
aset tersebut rendah, nelayan tidak mampu untuk mengalihfungsikan atau melikuidasi
aset tersebut. Oleh sebab itu, meskipun rendah produktivitas, nelayan tetap
melakukan operasi penangkapan ikan yang sesungguhnya tidak lagi efisien secara
ekonomis.
Subade dan Abdullah (1993) mengemukakan pendapat lain, bahwa nelayan
Opportunity cost nelayan adalah kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila
saja mereka tidak menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah, maka nelayan
senang memiliki kepuasan hidup yang diperoleh dari hasil menangkap ikan
hidup seperti ini sulit untuk mengeluarkan nelayan dari kemiskinan karena nelayan
I-87
I.7 Metodologi Penelitian
kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, metode dapat diartikan sebagai cara mendekati, mengamati dan
Penelitian menurut Supranto adalah suatu kegiatan untuk memeroleh data dan
penelitian adalah cara yang sistematis dan terorganisasi dalam menyelidiki suatu
masalah untuk memeroleh data dan informasi penting yang digunakan sebagai
Pada suatu paparan ilmiah, terdapat beberapa jenis penelitian yang dapat
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
untuk umum atau generalisasi. Pengertian penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
71 Silalahi, Uber. 2010, Metode Penelitian Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, h. 12.
72 Suharso, Puguh. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisinis, PT Indeks, Jakarta, h. 2.
I-88
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan
cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus dan
berorientasi pada kasus dari sejumlah kecil kasus, termasuk satu studi kasus. 73 Karena
Inti utama dari metode kualitatif yaitu memeroleh pemahaman atas tindakan, dan
makna gejala sosial dalam sudut pandang subyek penelitian. Tujuan peneliti
Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah deskriptif, yaitu data
yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal itu
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi,
Penelitian kualitatif lebih bersifat pada tipe deskriptif karena analisis data
yang dilakukan tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada) melainkan
I-89
berupa deskripsi atau gejala-gejala yang diamati, yang tidak harus selalu berbentuk
klasifikasi.74
mengenai gejala secara lengkap sesuai dengan fokus penelitian, agar jelas keadannya
sehingga penelitian ini bersifat nyata dan obyektif. Dan pada akhirnya akan
memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai fenomena yang diteliti yaitu
Surabaya.
I-90
ekonomi masyarakat nelayan Kelurahan Tambak Sarioso Surabaya, maka akan di
terdapat pusat koordinasi nelayan yang bernama Sontoh Laut yang sekaligus
menjadi etalase produk dari nelayan setempat. Oleh karena itu, daerah
PT. Teluk Lamong dengan nelayan setempat pada tahun 2012, namun karena saat itu
masih berupa grand design dan terminal peti kemas teluk lamong berlum beroperasi,
maka secara disiplin ilmu Administrasi Negara penelitian tersebut tidak memenuhi
syarat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan kembali pada Januari- Juni 2014.
75 Idrus, Muhammad. 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Erlangga, Jakarta, h. 91.
I-91
teknik purposive sampling, yaitu pemilihan informan, subjek atau elemen yang
dipilih karena karakteristik atau kualitas tertentu, dan mengabaikan mereka yang
berbagai sumber data baik sumber data primer maupun sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah data/informasi yang diperoleh dari informan di lapangan
secara langsung, sedangkan data sekunder adalah data/informasi yang berasal dari
dokumen instansi yang bersangkutan. Data kualitatif amat bersifat subjektif, maka
peneliti harus berusaha sedapat mungkin untuk menghindari sikap subjektif yang
sebagai berikut:
I-92
1) Observasi/Pengamatan
informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam keadaan yang wajar
Hal ini dilakukan karena peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktivitas
tidak terstruktur karena jenis wawancara ini memberi peluang kepada peneliti
I-93
peneliti telah memiliki fokus pembicaraan yang ingin ditanyakan sejak awal
sehingga seluruh wawancara yang dilakukan diarahkan pada fokus yang telah
ditentukan.
3) Studi Dokumentasi
(indepth interview).
Dalam penelitian kali ini sumber data yang tersedia berbentuk profil daerah
data lainnya, metode dokumentasi relatif lebih mudah karena data sudah tersedia.
Hanya saja, jika masih terdapat kekurangan dalam memenuhi kebutuhan data
data yang lainnya. Jika masih ada atau informasi yang dipandang penting dan
berkaitan dengan fenomena yang diamati, meskipun di luar penelitian yang telah
didesain, bisa juga dilakukan pencatatan guna melengkapi kebutuhan dalam proses
analisis data
79 Satori, Djama’an & Aan, K. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, h. 145.
I-94
I.7.6. Teknik Analisis Data
pengumpulan data dinyatakan selesai. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan
akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis menurut Miles dan Huberman.
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kulitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan
penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu:80
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data juga masuk dalam kegiatan analisis data. Hal ini dilakukan
I-95
dengan cara membandingkan atau menyimpulkan data-data sehingga
sebelumnya.
2) Reduksi data
reduksi data pada saat awal hingga berakhirnya penelitian. Peneliti akan
dan mengorganisasikan data yang diperoleh. Hal ini dilakukan agar data
Sarioso Surabaya.
3) Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk narasi, matriks, skema, diagram
dan gambar. Namun dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang paling
sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif. Hal ini dilakukan untuk
I-96
Verifikasi dan penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi terhadap data
sebab akibat yang mungkin terjadi sebagai suatu kesimpulan yang sangat
memenuhi dua syarat utama yaitu harus valid (sahih) dan harus reliable (dapat
with which instance are assigned to the same category by different observers or by
dan penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan disetujui
I-97
a. Memperpanjang observasi
c. Triangulasi
menyarankan tiga teknik agar data dapat memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas,
triangulasi.
melalui berbagi metode dan sumber perolehan data, dan membandingkan informasi
tersebut dengan perspektif teori yang relevan. Seperti contoh pada sub bab yang
teknik triangulasi data untuk mendapatkan jawaban yang valid. Hal ini dilakukan
Terminal Teluk Lamong dan masyarakat nelayan yang merasa di rugikan. Peneliti
berupaya untuk dapat merangkum dan mengambil kesimpulan dari seluruh jawaban
I-98
informan dan menyesuaikan jawaban-jawaban tersebut dengan fakta yang ada
dilapangan. Selain itu, peneliti juga berupaya untuk tidak melakukan penyimpulan
makna sebuah perilaku yang ditampilkan informan pada awal pertemuan. Peneliti
melakukan paling tidak dua kali pertemuan dengan informan-informan. Hal ini
dilakukan karena biasanya pada awal pertemuan informan masih menjaga jarak dan
data yang valid dan reliable sehingga dapat menghasilkan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
I-99
BAB II
Lamong dibangun oleh PT. Terminal Teluk Lamong sebagai salah satu anak
perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero). Adapun PT. Pelabuhan Indonesia
III (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam sektor
perhubungan. Tugas, wewenang dan tanggung jawab PT. Pelabuhan Indonesia III
(Persero) mengelola 43 pelabuhan yang tersebar di tujuh provinsi yaitu Jawa Timur,
Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur. PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) juga memiliki 10
anak perusahaan dan afiliasi. Bisnis inti PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) adalah
Salah satu pelabuhan besar yang dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia III
Perak, PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan anak usahanya saat ini
II-1
PT.Pelabuhan Indonesia III (Persero). Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk
Lamong diharapkan dapat menjadi alternatif bagi pengguna jasa dan pelaku bisnis
logistik dalam hal distribusi maupun pengiriman via kapal laut. Baik untuk
pengiriman barang maupun material curah termasuk didalamnya adalah gas alam dan
bahan lainnya.
windows system, yaitu metode penyediaan fasilitas penambatan kapal dengan pola
throughput sebesar 85% dari kapasitas kapal dalam TEU’s. Perusahaan pelayaran
juga wajib menyampaikan nama dan schedule kapal yang dipakai untuk windows
II-2
operasional baik untuk PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)sebagai Terminal
aktivitas bongkar muat peti kemas internasional maupun domestik hingga 600.000
TEU’s, serta curah kering hingga 1.000.000 ton. Adapun fasilitas dan sarana pada
meter yang terdiri dari dermaga internasional di sisi luar dan dermaga
direncanakan tersedia lima (5) unit Container Crane (CC), 30 unit Headtruck, dan 10
unit Automatic Stacking Crane (ASC) untuk bongkar muat peti kemas, satu (1) unit
Shipunloader dan satu (1) unit Conveyor untuk bongkar muat curah kering.
II-3
Secara administratif Terminal Multipurpose Teluk Lamong berada di wilayah
4,1 Triliun yang diklaim sebagai pelabuhan hemat energi pertama di Indonesia.
Seluruh pengoperasian alat-alat dan listrik tak menggunakan bahan bakar minyak,
melainkan gas. Selain itu Terminal Multipurpose Teluk Lamong (TMTL) akan
menjadi pelabuhan paling modern di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Ini karena,
Terminal Multipurpose Teluk Lamong akan memakai auto stacking crane (ASC)
terminal baru yang lebih besar dan efisien. Adapun latar belakang pembangunan
85 Tempo.co, 2014, Teluk Lamong Beroperasi Spetember 2014, diakses pada 3 Januari 2015, tersedia
di http://www.tempo.co/read/news/2014/06/23/090587305/Terminal-Teluk-Lamong-Beroperasi-
September-2014
II-4
Terminal Multipurpose Teluk Lamong antara lain disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
kapasitas.
Pada kondisi tertentu, lambatnya atau lamanya waktu antrian untuk tambat
ikut berkembang.
II-5
Pada awalnya pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong hanya
seluas 40 Ha. Namun, pada perkembangannya nanti ada penambahan wilayah sebagai
area penunjang seluas 386,12 Ha. Hal ini sesuai dengan Izin Pemanfaatan Ruang
Indonesia III (Persero) melalui anak perusahaanya PT Teluk Lamong akan melakukan
sebagai berikut:
dengan perincian:
II-6
c. Zona Port Associated Industry (PAI) Pendukung Terminal Petikemas
+50,12 Ha.
d. Area Power Plant berbahan bakar Liquid Natural Gas (LNG) seluas
+7 Ha.
e. Area Power Plant berbahan bakar Liquid Natural Gas (LNG) seluas
+7 Ha.
yang sebelumnya dikenal dengan nama Kelurahan Tambak Langon dan Kelurahan
Penggabungan ini dilakukan sebagai tindak lanjut Permendagri No. 31/2006 tentang
Bali. Penggabungan kelurahan tersebut bertujuan untuk efisiensi baik tenaga maupun
dana anggaran.
Surabaya. Luas wilayah Kelurahan Tambak Sarioso lebih kurang 696,287 Ha. Batas
II-7
b Batas Wilayah Sebelah Timur : Kelurahan Genting Kalianak, Kecamatan
Asemrowo
Batas Wilayah Sebelah Selatan : KelurahanKarangpoh, Kecamatan Tandes;
Sukomanunggal
d Batas Wilayah Sebelah Barat : Kelurahan Tambak Osowilangun,
Kecamatan Benowo
Secara topografi, Kelurahan Tambak Sarioso terletak dua meter di atas
permukaan air laut (dpl). Lokasi yang cukup rendah ini menyebabkan Kelurahan
Tambak Sarioso merupan kawasan rentan banjir. Beberapa sungai dan anak sungai
sungai tersebut antara lain adalah: Kali Lamong, Kali Sememi, Kali Branjangan, Kali
Manukan dan Kali Greges. Diantara banyak sungai dan anak sungai yang bermuara di
Selat Madura, terdapat satu sungai besar yaitu Kali Lamong yang memiliki luas
Daerah Aliran Sungai (DAS) sekitar 720 km2, dengan panjang sungai sekitar 92 km
dan jumlah anak sungainya sebanyak tujuh (7). Namun, oleh karena lokasi yang
strategis, kemudian muara Kali Lamong inilah yang dipilih untuk dijadikan Terminal
II-8
Sumber: PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
untuk fasilitas umum sebesar 3.577 hektar. Selain itu, lahan juga digunakan untuk
industri atau pergudangan seluas 357 hektar. Adapun penggunaan lahan untuk tambak
hanya 40 hektar, perumahan sembilan hektar, kawasan perdagangan dua hektar, serta
orang terdiri dari laki laki 3.748 orang dan perempuan 3.578 orang. Sex ratio sebesar
perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 1.941 orang. Dalam hal kelembagaan
II-9
Tabel II.1
Tabel 2.2
Sarioso didominasi penduduk dengan usia 19 tahun ke atas. Dari total penduduk yang
mencapai 7.312 jiwa, jumlah penduduk berusia 19 tahun ke atas mencapai 52,68
persen. Prosentase kedua terbesar adalah penduduk berusia 7-12 tahun. Penduduk
Sarioso, terlihat warga yang beragama Islam mendominasi di kelurahan ini. Pemeluk
II-10
Islam di Kelurahan Tambak Sarioso mencapai 99,22 persen atau sebanyak 7.255
orang. Adapun penganut agama Kristen hanya 19 orang, penganut agama Katholik 19
orang, Hindu satu (1) orang dan Budha 18 orang. Komposisi penduduk brdasarkan
banyak. Data yang ada di kelurahan tersebut sampai dengan bulan Juni 2015
sebanyak 350 orang. Adapun perinciannya meliputi penduduk laki-laki sebanyak 185
Jika dilihat dari mobilitas penduduknya, terlihat bahwa tidak terlalu banyak
terjadi mobilitas penduduk di Kelurahan Tambak Sarioso. Selama kurun waktu enam
bulan tahun ini (Januari-Juni 2015) hanya ada 14 kelahiran, tujuh kematian, 11
kedatangan dan tujuh orang yang pindah. Hal ini terlihat dari Tabel II.4 berikut ini:
Tabel II.3
II-11
Tabel II.4
tingkat pendidikan SMP 1.728 orang, tingkat pendidikan SD 1.759 orang, Akademi
442 orang dan Sarjana 710 orang. Kesemuanya terangkum dalam Tabel II.5 berikut
ini:
Tabel II.5
II-12
Berdasarkan pendidikan non formal, masyarakat di Kelurahan Tambak
Sarioso didominasi oleh pendidikan dari madrasah. Sebanyak 95,6 persen yang
berpendidikan non formal adalah dari madrasah. Baru setelah itu disusul pendidikan
non formal dari pondok pesantren dan kursus ketrampilan. Kesemuanya dapat dilihat
Tabel II.6
penduduk Kelurahan Tambak Sarioso terhadap hal-hal baru relatif baik. Hal ini
setidaknya terangkum dari hasil wawancara dengan Bapak Abridin selaku Sekeretaris
Kelurahan Tambak Sarioso rata-rata adalah SMA ke atas (jenjang menengah ke atas)
sebanyak 46 persen. Hal itu menjadikan penduduk lebih mudah untuk menerima
II-13
masukan dan hal-hal baru yang dirasa akan memberi dampak positif bagi kehidupan
Kelurahan Tambak Langon dan Greges. Oleh karena itu belum banyak data dan
informasi konflik dikelurahan ini. Meski demikian, hasil penelitian dari PT.
Multipurpose Teluk Lamong ada beberapa catatan konflik yang terjadi di Kelurahan
ditemukan bahwa penduduk merasakan jika keamanan dan ketertiban umum dijamin
II-14
(92%). Adapun
2% dari populasi
merasakan bahwa
kondisi
lingkungan tidak
II-15
Sumber: PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)
Gambar II.3. Penyelesaian Kejahatan
41-56 tahun dan 20-26 tahun. Penduduk berusia 41-56 tahun tersebut mencapai 29,86
persen. Adapun penduduk berusia 20-26 tahun mencapai 21,57 persen dari total
jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Tambak Sarioso. Kondisi tersebut tergambar
Sarioso ini merupakan ibu rumah tangga. Selanjutnya baru penduduk yang sebagai
pelajar atau mahasiswa dan pekerja swasta. Semuanya terangkum dalam Tabel II.8
II-16
N
2 n 40
3 Wiraswasta 590
4 Tani/Ternak 14
5 Pelajar/mahasiswa 1.532
6 Buruh tani -
7 Dagang 174
8 Nelayan 792
9 Ibu Rumah tangga 2.415
10 Belum bekerja 241
Sumber: Profil Kelurahan Tambak Sarioso Juni 2015
gabungan Kelurahan Tambak Langon dan Kelurahan Greges. Oleh karena itu belum
II-17
ada data terbaru tentang penghasilan masyarakat di Kelurahan Tambak Sarioso.
sebagai berikut:
1. Kelurahan Greges
Hasil dari survei Amdal dan persiapan pembangunan oleh teluk lamong,
300.000,00.
II-18
701.000,00 – Rp 1.000.000,00 dan sisanya sebanyak empat persen memiliki
nelayan, namun Jumlah nelayan di kelurahan baru ini tidak bisa di katakana sedikit
yaitu 11,5 persen dari total penduduk. Sebagian lainnya memiliki usaha sampingan
sebagai pembuat perahu, tukang servis. Ada pula yang memiliki usaha sampingan
buruh di pelabuhan. Adapun profesi sebagian masyarakat lainnya adalah guru dan
pegawai swasta.
Namun, penduduk dari kelurahan ini sejak awal sebagian besar adalah nelayan, baik
itu penduduk dari Kelurahan Tambak Langon maupun Kelurahan Greges. Meski awal
II-19
dianggap akan berimbas pada hasil tangkapan mereka. Namun, saat ini aktivitas
nelayan tetap berjalan. Tetapi, memang sebagian dari nelayan beralih tidak menjadi
nelayan tangkap di lautan tetapi menjadi nelayan keramba. Adapula yang menjadi
sehingga belum mempunyai data detail rata-rata hasil tangkapan nelayan setempat
setiap harinya, Meski demikian, dari hasil wawancara dengan Bapak Abridin selaku
Sekeretaris Kelurahan Tambak Sarioso, hasil dari tangkapan nelayan adalah ikan dan
sehingga belum ada data tentang kesejahteraan ekonomi nelayan kelurahan ini.
Namun, dari hasil wawancara dengan Bapak Abridin selaku Sekeretaris Kelurahan
Tambak Sarioso, didapatkan hasil bahwa nelayan Kelurahan Tambak Sarioso saat ini
lebih banyak beralih ke keramba sehingga hasilnya bisa lebih stabil. Setidaknya,
sebagian besar penduduk kelurahan ini, sekarang sudah mampu memenuhi kebutuhan
primer mereka. Menurut Bapak Abridin juga, nelayan Kelurahan Tambak Sarioso saat
ini lebih banyak mengolah hasil perikanan mereka. Sebagian penduduk berencana
II-20
membuat tempat wisata kuliner berbahan dasar hasil laut atau keramba mereka. Saat
ini, sebagian penduduk atau nelayan sudah mampu mengambil kredit motor.
II-21
BAB III
Penyajian data merupakan salah satu cara untuk menampilkan semua data
yang diperoleh selama proses penelitian berlangsung. Data hasil penelitian akan
dipaparkan setelah diolah sehingga menjadi sebuah data atau informasi yang mudah
dipahami dan dibaca sebagai upaya menjawab permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini.
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses yang dimulai dengan
menelaah seluruh datayang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya86. Analisis data merupakan proses
uraian dasar. Proses ini terdiri atas penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan
terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan antara dimensi-
dimensi uraian.
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah model
analisis interaktif. Model analisis interaktif ini dilakukan dengan tiga langkah analisis
data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Pada tahap awal,
86Moleong, op.cit
III-1
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang diperoleh dalam penggalian data
awal dilapangan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses
menjadi satu tahap penting. Data yang diperoleh akan dibuat ringkasan, dilakukan
pengkodean, menelaah garis besar alur berfikir, membuat partisi serta membuat
memo hasil telaah. Proses reduksi akan terus dilakukan hingga proses penyusunan
Bagian penting yang kedua dalam kegiatan analisis adalah penyajian data.
hari.Data dapat tersajikan dari proses dialog, surat kabar, sampai data dari layar
komputer. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh. Berdasar penyajian data ini
maka dapat dilakukan analisa atau mungkin diambil tindakan berdasarkan atas
Penyajian data yang baik merupakan bagian penting dalam analisis kualitatif
meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, bagan dan resume hasil wawancara.
bentuk yang padu dan mudah dipahami. Dengan demikian seorang peneliti dapat
III-2
melihat apa yang sedang terjadi serta menentukan dan menarik kesimpulan yang
pengumpulan oleh peneliti akan dianalisa, diamati serta mulai dicari arti benda-
benda, mencatat keteraturan yang terjadi dan mencari penjelasan, konfigurasi yang
mungkin terjadi, alur sebab-akibat serta proposisi. Peneliti yang berkompeten akan
Namun, kesimpulan sudah disediakan yang pada awalnya belum jelas kemudian
data berakhir. Hal ini tergantung pada proses pengumpulan catatan lapangan,
pengkodean, penyimpanan dan metode pencarian ulang data yang digunakan serta
berlangsung.
Penggalian informasi dari catatan lapangan serta diskusi untuk memaknai pemaparan
data serta pemaknaan atas data di lapangan akan terus dilakukan hingga rentang
jangka waktu penggalian data penelitian selesai. Makna-makna yang muncul dari
III-3
wawancara dan data harus diuji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya sehingga
yang diperoleh selama penelitian di lapangan yang dianggap relevan untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Dalam penyajian data, akan disajikan data hasil temuan di
lapangan yang diolah menjadi sebuah data yang mudah untuk dibaca dan sebagai
upaya menjawab permasalahan yang telah diajukan dalam penelitian ini. Data yang
Lamong. Penelitian telah dilakukan kurang lebih enam bulan mulai Januari-Juni
2015. Penelitian dilakukan dengan intensif yaitu mendatangi lebih dari satu kali ke
Tambak Sarioso terjadi karena adanya pembangunan terminal tersebut. Oleh karena
itu perlu dikaji lebih mendalam bagaimana kondisi sosial ekonomi di Kelurahan
Tambak Sarioso dari perspektif mereka. Termasuk didalamnya bagaimana cara yang
III-4
Ketika semua data dan informasi yang dibutuhkan yang terkait dengan tujuan
penelitian ini sudah didapatkan, maka informan selanjutnya adalah dari pihak
Kelurahan Tambak Sarioso. Informan akanterbagi menjadi dua yaitu dari pihak
birokrat yang dalam hal ini adalah petugas di Kelurahan Tambak Sarioso serta
masyarakat pada umumnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang
komprehensif baik dari sudut pandang pemerintah maupun dari masyarakat sebagai
aktor yang langsung merasakan dampak dari perubahan lingkungan yang terjadi
atau masyarakat Kelurahan Tambak Sarioso pada awalnya dipilih adalah ketua
berprofesi sebagai nelayan. Dari sini, peneliti mendapat informasi tentang tokoh
kunci lainnya yang akan mampu memberikan informasi terkait tujuan penelitian ini.
Teluk Lamong.
Lamong.
III-5
3. Bapak Abridin, selaku sekretaris Kelurahan Tambak Sarioso Surabaya.
mewakili profesi buruh pabrik dan sekarang beralih jadi tukang parkir di
10. Bapak Halimun, salah satu Ketua RT sekaligus nelayan di Kelurahan Tambak
Sarioso Surabaya
12. Ibu Siti warga Kelurahan Tambak Sarioso Surabaya yang berprofesi sebagai
III-6
13. Ibu Hamidah warga Kelurahan Tambak Sarioso Surabaya yang berprofesi
14. Ibu Nurul warga Kelurahan Tambak Sarioso Surabaya yang berprofesi sebagai
15. Ibu Fatimah warga Kelurahan Tambak Sarioso Surabaya yang berprofesi
16. Ibu Susiati warga Kelurahan Tambak Sarioso Surabaya yang berprofesi
ingin semakin maju dan berkembang. Menurut Ir. Sutami, pembangunan infrastruktur
yang intensif untuk mendukung pemanfaatan potensi sumber daya alam akan mampu
jumlah penduduk lebih dari 3 juta jiwa, secara otomatis kebutuhan akan barang dan
jasa juga sangat tinggi. Menurut topografinya, Surabaya yang merupakan kota dengan
pelabuhan yang berfungsi sebagai pintu gerbang distribusi barang dari Indonesia
barat ke timur maka sudah dapat di simpulkan secara general bahwa aktivitas
pelabuhan Tanjung perak sangat akan sangat padat. Maka solusinya adalah kota ini
III-7
tidak memungkinkan untuk melakukan pengembangan sehingga dicarilah wilayah
lain yang tidak terlalu jauh dan masih memungkinkan untuk pengembangan.
penambahan terminal distribusi barang untuk menekan biaya logistik agar Indonesia
Terminal Multipurpose Teluk Lamong merupakan salah satu usaha dalam memenuhi
kebutuhan akan adanya terminal distribusi barang. Menurut Bapak Hari selaku
satu hal yang mendasari pembangunan Teluk Lamong adalah perlunya terminal
distribusi barang. Selain itu TMTL merupakan salah satu realisasi dari Mega Proyek
Tol Laut di Indonesia. Hal tersebut dapat disimpulkan dari wawancara berikut ini:
III-8
Hal senada diungkapkan juga oleh Bapak Abridin selaku Sekretaris Kelurahan
Tambak Sarioso Surabaya. Menurut Abridin, salah satu alasan pembangunan Terminal
logistiknya. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan penambahan terminal
distribusi sehingga biaya dapat ditekan. Dengan demikian, salah satu alasan
Tahun 2011 Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah pelabuhan laut
terbanyak di ASEAN yaitu 2.328 unit. Adapun rinciannya adalah 2.187 unit
III-9
demikian, mengingat Indonesia merupakan Negara bahari maka masih dirasa
pengembangan tol laut di Indonesia. Selain itu juga untuk menghadapi MEA akhir
dari 14 pelabuhan tersebut adalah Tanjung Perak. Oleh karena itu, Pemerintah
terangkum dari hasil wawancara dengan Bapak Hari selaku Pimpinan Proyek
III-10
mosok yo kita kalah terus dengan Singapura dan Malaysia untuk
urusan kelautannya….”
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Bapak Abridin selaku
kebutuhan akan penambahan infrastruktur pelabuhan. Meski dari sudut pandang yang
berbeda dari pihak PT.Pelindo III yang diwakili oleh Bapak Hari, pihak pemerintahan
setempat (Kelurahan Tambak Sarioso) yang dalam hal ini adalah Bapak Abridin
Indonesia Timur pada umumnya. Hal ini karena Pelabuhan Tanjung Perak sebagai
III-11
Indonesia Timur jadi makin mahal juga to Mas? Opo yo ndak
kasihan kita…..”
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan bongkar muat barang. Pelabuhan harus dilengkapi dengan fasilitas
negara-negara lain bahkan negara-negara di ASEAN. Salah satu cara untuk menekan
pelabuhan baru tersebut salah satunya adalah Terminal Multipurpose Teluk Lamong.
Pelabuhan Tanjung Perak yang sudah tidak mencukupi dalam melakukan berbagai
kedua terbesar di Indonesia yang sangat potensial dalam mendukung arus barang dari
III-12
Pelabuhan Tanjung Perak sebagai akibat pasar global, maka PT. Pelabuhan Indonesia
Kota Surabaya.
perekonomian, tidak hanya Kota Surabaya maupun Provinsi Jawa Timur tetapi juga
kawasan Indonesia Bagian Timur. Setiap tahun pertumbuhan arus barang baik
Semuakapal yang akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perak harus melewati Alur
Laut Utara Jawa. Hal ini karena kedalaman air di alur tersebut memungkinkan kapal-
Dermaga Jamrud Utara merupakan salah satu dermaga yang ada di Pelabuhan
Tanjung Perak,dengan arus keluar masuk kapal yang cukup padat. Hal ini karena
Alur Pelayaran Barat Surabaya sebagaimana tersebut di atas. Data dari PT. Pelabuhan
Indonesia III (Persero) sebagai operator dari Pelabuhan Tanjung Perak, mencatat pada
tahun 2011 ada 14.117 kapal berlabuh di Jamrud Utara, sedangkan pada tahun 2012
III-13
mengalami peningkatan menjadi 14.773 kapal. Semakin tahun, dermaga ini semakin
tidak saja bagi Dermaga Jamrud Utara tetapi juga Pelabuhan Tanjung Perak pada
kebutuhan geografis berupa APBS tadi. Guna menjawab kebutuhan tersebut, maka
kedalaman minimalnya. Oleh karena itu, pendirian Terminal Teluk Lamong sebagai
bongkar muat barang dengan alat serba otomatis, sekaligus untuk mendukung
perekonomian nasional.
III-14
Jadi, ancaman di Tanjung Perak bisa saja menjadi ancaman
perekonomian Indonesia bagian timur. Lha Terminal Teluk
Lamong ini, Mas, diharapkan bisa menjadi solusi semua
permasalahan yang ada di Tanjung Perak tadi itu”.
Menurut Bapak Yusak selaku manajer work shop Terminal Multipurpose
Teluk Lamong, pada tahap I pembangunan, terminal ini mampu menampung 342.000
TEUS peti kemas domestik dan 435.000 TEUS peti kemas internasional.
bongkar muat menjadi cepat. Bongkar muat yang cepat bisa menekan biaya yang
tentu berujung pada harga barang yang diterima konsumen bisa lebih murah. Berikut
III-15
Rencana pengembangan Terminal Multipurpose Teluk Lamong masih akan
terus berjalan. Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Timur Nomor 5
Tahun 2012, pembangunan pelabuhan itu setidaknya berlanjut sampai tahun 2016.
Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
Jangka Menengah Tahap I yaitu tahun 2011-2016. Pelabuhan tersebut nantinya akan
masuk dalam salah satu Kawasan Ekonomi Unggulan (KEU) di Jawa Timur dan
rencana sistem jaringan transportasi laut secara nasional. Kesemuanya itu tentu
sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki sistem logistik di Indonesia termasuk
pelabuhan Teluk Lamong akan terus berjalan setidaknya sampai tahun 2019.
III-16
pembangunan untuk meningkatkan konektivitas Provinsi Jawa Timur dengan daerah
sekitarnya87.
Teluk Lamong saat ini memang identik dengan Terminal Multipurpose Teluk
barbagai biota yang sebagian dilindungi Undang-Undang. Nelayan juga banyak yang
bermukim di wilayah tersebut. Setidaknya itu yang terungkap dari hasil wawancara
III-17
pilihannya melaut lebih ke tengah atau membikin keramba, terus
yang aktivitas mencari kerang sekaranng lebih mudah mas, karena
kerang banyak di pinggir sekanng, saya juga gak tahu kenapa,
mungkin karena pembangunan pelabuhan itu”.
Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik
dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain menghasilkan bahan
dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri yang
bernilai komersial tinggi, ekosistem pesisir dan laut juga memiliki fungsi ekologis
penting, antara lain sebagai penyedia nutrien, tempat pemijahan, tempat pengasuhan
dan tumbuh besar, serta tempat mencari makanan bagi beragam biota laut. Selain itu,
ekosistem tersebut berperan pula sebagai pelindung pantai atau penahan abrasi bagi
adanya rencana pembuatan pelabuhan tersebut bahkan pernah terjadi konflik terkait
hal itu. Berikut hasil petikan wawancara dengan Bapak Toha dan Abridin.
III-18
semakin rame. Warga kan bisa mbukak kos-kosan, mbukak warung
makan. Nelayan-nelayan cari ikan,melaut, ibu-ibunya bikin
makanan dan krupuk ikan. Bisa dijual ke orang-orang itu. Lha
nanti kalau pelabuhan makin rame iso-iso kita ini njuale makin
cepet to Mas haha..haha..ha..”.
tersebut tetapi sekarang sudah menerima. Berikut ini hasil wawancara dengan Bapak
pemerintahan.
lahan yang relatiftidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna
III-19
dengan cara dikeringkan.Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas
pembangunan (proses) serta pemanfaatannya (pasca) baik di atas dan atau di bawah
lahanhasil reklamasi.
Tujuan reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak
bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.Reklamasi pantai merupakan salah
satu langkah pemekaran kota. Reklamasi dilakukan olehnegara atau kota-kota besar
Lamong seluas 50 Ha. Selanjutnya akan terus diadakan pengembangan seluas 386,12
Ha. Hal tersebut sesuai dengan Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) dari Pemerintah
III-20
dalam area reklamasi sesuai Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 4 Tahun 1997
Multipurpose Teluk Lamong. Luasan areal reklamasi sudah diatur melalui Peraturan
Gubernur (pergub) Jawa Timur Nomor 56 tahun 2012. Peraturan tersebut berisi
tentang Pedoman Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Teluk Lamong. Dalam pergub
tersebut dijelaskan bahwa luasan areal reklamasi tidak boleh melebihi aturan yang
hektar. Pada areal C maksimal 516 hektar dan pengembangan area D maksimal seluas
150 hektar.
tetap menjaga keberadaan Pulau Galang sebagai hutan mangrove dan wilayah
konservasi. Salah satu klausul dalam peraturan gubernur itu menyebutkan bahwa
habitat burung yang dilindungi sesuai hukum nasional dan internasional. Apapun
Pulau Galang.
III-21
Mangrove di lokasi penelitian ini masuk dalam pesisir pantai utara Kota
seperti Famili Ardeidae (cangak dan kuntul), burung kacamata (Zosterops sp.),
maupun dari jenis cikakak-sungai (Halcyon chloris) yang umum mendiami daerah
perairan. Selain hal tersebut jenis Insecta juga terdapat di kawasan mangrove ini.
Adapun jenis mangrove yang biasa ada di kawasan pantai utara yang masuk wilayah
merupakan burung air dan 31 jenis sisanya adalah non burung air. Satu dari 61 jenis
tersebut merupakan jenis raptor, yaitu Haliastur indus (Elang Bondol). Sementara
delapan dari61 jenis termasuk sebagai spesies burung migran, yaitu Todirhampus
89Penelitian dilakukan oleh Hening Swastikaningrum, Sucipto Hariyanto dan Bambang Irawan pada
Februari-Mei 2012. Penelitian berjudul Keanekaragaman Jenis Burung pada berbagai Tipe
Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya-Gresik
III-22
(Trinil Pantai), Tringa glareola (Trinil Semak), Numenius phaeopus (Gajahan
merupakan jenis endemik Jawa, yaitu Centropus nigrorufus (Bubut Jawa) dan
masuk ke dalam daftar IUCN Red Lists Threatened. Jenis tersebut adalah Charadrius
baik PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) selaku pihak pengembang pelabuhan,
III-23
nelayan. Berikut hasil petikan wawancara dengan Bapak Hari, Bapak Abridin dan
Bapak Toha.
“Kalau dari pihak Pelindo III mas, kita sudah memberi tahu warga.
Kita sadar kok kalau pembangunan pelabuhan pasti melakukan
reklamasi karena memang tidak ada tanahnya. Meski reklamasi itu
merusak lingkungan tapi kan ke depannya hasil pembangunan itu
juga demi masyarakat terutama yang di sekitar pelabuhan. Dampak
reklamasi salah satunya ya pasti hutan mangrovenya hilang. Biota
yang ada di situ hilang juga. Nelayan bisa-bisa susah cari ikan di
dekat sini jadi ya harus lebih ke tengah lagi. Tapi itu semua resiko,
dan sekarang kan nelayan sudah diajari bikin keramba Mas. Jadi
saya kira, kalau sekarang ini dampak negatifnya reklamasi sudah
dapat sedikit diatasi”.
Menurut Bapak Abridin, dampak reklamasi adalah sebagai berikut:
III-24
Terminal Multipurpose Teluk Lamong (TMTL) mulai dibangun sejak tahun
Terminal ini memulai soft opening pada tanggal 5 September 2014 yang dibuka oleh
internasional pertama kali dilakukan pada 1 Maret 2015. Meski demikian, Terminal
Multipurpose Teluk Lamong baru melakukan Grand Opening yang dibuka oleh
Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Mei 2015. Dengan demikian Terminal
Multipurpose Teluk Lamong sudah dibangun selama lima tahun dan akan terus
mengalami pengembangan
hektar dengan kapasitas petikemas 1.5 juta TEU’s dan kapasitas curah kering 5 juta
ton.Terminal ini akan menjadi terminal semi otomatis dan ramah lingkungan (eco
green port) pertama di Indonesia. Alat-alat yang digunakan digerakkan dengan tenaga
listrik dan bersifat otomatis. Ada juga yang bertenaga gas dan solar dengan standar
pelabuhan. Nilai investasi untuk pembangunan proyek ini mencapai angka Rp 3.4
triliun.
Pelindo III (Persero) juga melakukan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya
(APBS). Alur ini merupakan akses masuk menuju Pelabuhan Tanjung Perak
III-25
sepanjang 25 mil laut. Sebelum direvitalisasi, alur ini memiliki kedalaman minus 9.5
meter Low Water Spring (LWS) dengan lebar 100 meter.Pada tahun 2015 lalu PT.
Pelindo III Persero) memulai proyek revitalisasi APBS dengan biaya sekitar USD 76
juta. APBS diperdalam dari minus 9.5 meter LWS menjadi minus 13 meter LWS.
Alur ini juga diperlebar dari 100 meter menjadi 150 meter. Pada bulan Mei ini,
proyek tersebut telah dinyatakan selesai dan dapat dilalui oleh kapal-kapal berukuran
dan bermuatan lebih besar. Oleh karena itu, ketika grand opening Terminal
Multipurpose Teluk Lamong dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada Mei lalu,
seluas 23,86 hektare (Ha) serta Ship to Shore (STS) Crane International 2 unit, STS
pertama yang berkonsep eco green port (terminal ramah lingkungan). Berikut ini
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dari PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero).
III-26
Tabel III.1 AMDAL Terminal Multipurpose Teluk Lamong Tahun 2012
III-27
m2
c. Interchange Area dan c. Interchange Area dan c. Interchange Area dan
Perkantoran Perkantoran Perkantoran
Konstruksi masif dan
Perluasan area untuk kantor dan
lokasi menempel bibir Disain :
interchange area
pantai;
Disain : Pembangunan Interchange Area Pengembangan area
perkantoran:
Panjang: 500 m I.Area Kantor Luas :±10.000 m2
Lebar :140 m Panjang : 150 m Volume urugan: ±110.000 m3
Luas: 70.000 m2 Lebar : 113 m Termasuk dalam zona terminal;
konstruksi massif;
Volume urugan: 173.000 Luas : 16.950 m2 Pengembangan Interchange
m3 Area dan Perkantoran 1 Ha,
sehingga luasan dari 7 Ha
menjadi 8 Ha
II. Area Parkir
Panjang : 387 m
Lebar : 136 m
Luas : 52.632 m2
Konstruksi masif; Luas ± 7 Ha
2. Pekerjaan pengurugan perairan dangkal untuk container yard , Petikemas dan fasilitas
pendukungnya
a.Reklamasi Area Petikemas,
a. Reklamasi Lapangan a. Reklamasi Lapangan Curah Kering, dan Perluasan
Penumpukan Penumpukan Terminal (Termasuk Zona
Terminal)
Container Yard dan
I.Lapangan penumpukan petikemas I. Petikemas
fasilitas pendukung
Volume urugan :
Luas :250.000m2 Luas : +639.000 m2
5.844.000 m3
Ukuran Container Yard
Volume urugan :2.800.000 m3 Volume urugan : +7.200.000 m3
:387.000 m2
4 blok @ 96.750 m2 I.
Fasilitas pendukung II. Lapangan penumpukan curah
II. Curah kering
terminal :113.000 m2 kering
Luas :100.000m2 Luas:+160.000 m2
Jarak dengan dermaga
Volume urugan :1.110.000 m3 Volume urugan: +1.800.000 m3
260 m, Luas 50 Ha
Jarak dengan dermaga menjadi
III. Perluasan terminal:
±970 m;
Luas untuk petikemas 25 Ha dan
Luas :±80.000 m2
curah kering 10 Ha.
III-28
Untuk operasional tahun 2014,
Volume urugan: +900.000 m3
lahan yang direklamasi 25,8 Ha :
Petikemas 15,8 Ha dan Curah
Termasuk zona terminal;
Kering 10 Ha;
Jarak dengan dermaga + 975 m;
Pengembangan seluas +87,9 Ha,
Luas pengembangan baru untuk
Total pengembangan zona terminal:
zona terminal:
25 Ha (petikemas) + 10 Ha (curah 87,9 Ha + 1,1 Ha (Causeway) +
kering) + 8 Ha (Causeway) + 7 Ha 1 Ha (Interchange Area dan
(Interchange Area dan Perkantoran) Perkantoran) adalah sebesar 90
adalah sebesar 50 Ha Ha
Pembangunan Reception Facilities Sehingga luas total zona
(RF) terminal menjadi 140 Ha
b. Reklamasi Area
Pendukung Terminal
I. Zona Logistik (depo, CDC-
CCC dan Pergudangan)
Luas :±1.450.000 m2
Volume urugan :+16.000.000 m3
V. Reception Facilities
Luas :+10.000 m2
Volume urugan :+125.000 m3
Konstruksi masif;
Luas total 246,12 Ha
3. Pekerjaan Dermaga
III-29
a. Dermaga a. Dermaga a. Dermaga
Dermaga I Dermaga I Dermaga II
Panjang : 1.280 m Panjang : 1.080 m Panjang : 500 m
Lebar : 40 m Lebar : 80 m Lebar : 30 m
Luas : 51.299
Luas : 86.400 m2 Luas : 15.000 m2
m2
Yang sudah dibangun
Untuk operasional tahun 2014,
500 m lebar 50 m (sisi Dermaga III
dermaga yang terbangun:
luar)
(500x50) m2 dan (450x30) m2 atau
Panjang : 1.360 m
setara (500x80) m2.
Lebar : 30 m
Luas : 40.800 m2
b. Trestle b. Trestle b. Trestle
Trestle menjadi jembatan TIDAK ADA PENAMBAHAN
Trestle, 2 unit dengan
penghubung II KEGIATAN
(antara lapangan penumpukan dan
Panjang : 235 m
dermaga)
Lebar : 9,5 m Panjang: 975 m
Luas : 7.872,5
Lebar: 16 m
m2
Luas: 15.600 m2
c. Pengerukan kolam pelabuhan
untuk petikemas antar pulau
yang berlokasi di antara dermaga
dan lapangan penumpukan
TIDAK ADA TIDAK ADA
Kedalaman :-13 mLWS
Volume keruk :2.000.000 m3
III-30
Tabel III.1 menunjukkan bahwa Terminal Multipurpose Teluk Lamong terus
domestik akan mencapai 450 meter sedangkan panjang dermaga peti kemas
internasional 500 meter. Luas lapangan peti kemas mencapai 15,6 hektar dan
dari tingkat pusat. Pemerintahan daerah yaitu Kelurahan Tambak Sarioso tidak ikut
serta dalam perencaan tersbeut tetapi ikut serta memberikan sosialiasi kepada
memfasilitasi keinginan warga dan pihak pengembang yaitu PT. Pelabuhan Indonesia
III (Persero). Setidaknya hal itu yang terangkum dari hasil wawancara dengan pihak
apparat kelurahan yang dalam hal ini diwakili oleh Bapak Abridin selaku Sekretaris
“Proyek Teluk Lamong itu kan proyek besar mas, proyek nasional.
Kami ini sebagai pengurus di pemerintahan kelurahan ya cuma
bisa melaksanakan. Kita membantu mensosialisasikan program
pemerintah tersebut. Kita juga memfasilitasi keinginan warga sini
dengan pengembangnya yaitu Pelindo III. Kalau ada persoalan kita
juga yang membantu menyelesaikan. Soal tokoh masyarakat ya
dulunya kita memanggil Ketua perkumpulan nelayan itu, Bapak
Toha, juga Pak Sutarno selaku sesepuh dan kamituwo di sini.
Kalau awal-awal dulu ya ramai Mas. Semua nelayan rata-rata
menolak. Setiap hari ada saja pemberitaan tentang penolakan
nelayan.Tapi setelah beberapa kali dialog, dikasih pengertian dan
III-31
Pelindo mau menampung warga untuk bekerja di pelabuhan,
makanya terus tidak ada gejolak lagi”.
Menurut Bapak Sutarno selaku sesepuh sekaligus Kepala Dusun di Kelurahan
nelayan berdemo menolak. Bapak Sutarno termasuk salah satu yang menolak, dia
selain sebagai nelayan sekaligus pengrajin perahu. Jika nelayan tidak bisa melaut,
maka lambat laut jumlah nelayan akan berkurang dan tentu pekerjaannya sebagai
Terminal Multipurpose Teluk Lamong relatif baik. Masyarakat sudah mulai bisa
III-32
melakukan diversifikasi usaha sehingga kehidupan mereka menjadi membaik dari
“Kalau menurut Saya ya Mas, saat ini masyarakat sudah baik kok.
Mereka sudah merasakan manfaat adanya pelabuhan. Banyak
warga Saya yang sekarang menjadi buruh, satpam, tenag kasar di
pelabuhan. Kalau ibu-ibu itu ada yang membuka warung makan
buat para pekerja pelabuhan. Kalau nelayane ya beralih ke
keramba Mas. Dulu kita awalnya diajari sama Pemkot bagaimana
membuat keramba, pihak Pelindo III kalau ndak salah juga ikut
mbantu itu Mas saat pembuatan keramba. Jadi kalau dilihat
ekonomie warga Saya sekarang kelihatane malah lebih stabil.
Kalau keramba kan hasile bisa lebih ajeg to Mas daripada melaut.
Kita ndak perlu lagi keluarkan biaya BBM buat melaut yang
kadang ga dapat hasil juga, jadi pengeluarannya bisa lebih kecil”.
Tambak Sarioso. Dampak tersebut baik berupa dampak negatif maupun positif.
Dampak negatif berupa kerusakan lingkungan akibat reklamasi sehingga biota laut
berkurang. Dampak negatif juga berupa kesulitan nelayan untuk mencari ikan
sehingga mereka harus melaut lebih ke tengah lagi. Adapun dampak positifnya adalah
pihak pengembang dalam hal ini PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan pihak
tenaga non skill dari masyarakat kelurahan yang terdampak termasuk warga
solusi berupa pembuatan keramba bagi nelayan sehingga mereka tidak akan
III-33
kekurangan hasil. Bahkan penduduk juga semakin pintar dan kreatif dengan
Hal ini terjadi pula pada masyarakat nelayan di wilayah Kelurahan Tambak Sarioso.
Konflik-konflik terjadi antara warga nelayan dengan pihak pengembang yang dalam
hal ini adalah PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero). Konflik juga terjadi secara
“Kalau dulu itu Mas, saat awal-awal ada informasi mau dibangun
pelabuhan, ya semua nelayan di sini menolak Mas. Kami-kami ini
takut nanti pasti lingkungan jadi rusak, hutan mangrove habis. Lha
kami sebagai nelayan kan menggantungkan hidup dari mangrove
juga Mas. Kalau ada mangrove itu, ikan dan udang ataupun biota
laut jadi banyak Mas. Kami ndak perlu terlalu jauh cari ikannya.
Kita juga ndak takut banjir. Tapi warga sini ada juga yang dari dulu
setuju pembangunan pelabuhan. Meski cuma sedikit tapi bisa jadi
konflik Mas. Sama tetangga yang beda tadi kadang terus ejek-
ejekan, rame, ngotot-ngototan. Kalau yang parah ya konflik sama
Pelindo. Kita semua nelayan itu ke Pemkot Surabaya sana, ndemo
Mas. Kami semua nolak Pelindo bikin pelabuhan di lingkungan
kita. Tapi setelah ada banyak dialog panjang akhire sekarang ya
sudah mau semua Mas. Sekarang sudah ndak ada penolakan lagi,
paling ya kadang-kdang kita ngobrolkan masa lalu itu Mas”.
III-34
Senada dengan pendapat Bapak Toha, nelayan lain di Kelurahan tambak
Sarioso yaitu Bapak Sumaun juga memberikan pendapat yang sama. Berikut pendapat
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa saat ini sudah
tidak ada konflik yang terjadi. Konflik tersebut baik vertikal antara masyarakat
dengan PT. Pelindo III atau pemerintah daerah (Pemkot Surabaya) maupun konflik
horizontal antara masyarakat yang setuju dan tidak setuju dengan pembangunan
pelabuhan. Ini berarti sekarang masyarakat sudah mau menerima dan dapat hidup
penerimaan 30 persen pekerja non skill dari warga masyarakat termasuk salah satu
keramba serta adanya kreatifitas warga untuk melakukan diversifikasi pekerjaan juga
III-35
III.3. Tingkat Kesejahteraan
tersebut ditandai dengan adanya perubahanpada keadaan ekonomi dan kualitas hidup
rakyat yang dapat diukur salah satunya dari tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran
(konsumsi), kemampuan daya beli, tingkat akumulasi aset dan tabungan. Termasuk
transportasi.
Kelurahan Tambak Sarioso terutama dilihat dari aktivitas ekonomi baru. Hal ini
karena data untuk masyarakat masih minim mengingat kelurahan ini merupakan
kelurahan yang baru terbentuk hasil dari penggabungan dua kelurahan yaitu
Kelurahan Greges dan Kelurahan Tambak Langon. Meski demikian akan sedikit pula
dibahas tentang asset yang dimiliki oleh rata-rata masyarakat di Kelurahan Tambak
Sarioso sebagai unit analisis dalam penelitian ini. Namun hasil interview general
yang dilakukan oleh peneliti kepada sekretaris kelurahan bapak Abridin mendapati
sebagai berikut.
“kalau untuk masalah sekolah dan fasilitas kesehatan kita sejak dulu
sudah ada mas mulai dari sekolah dasar, madrasah atau SMA masih
bisa menjangkau. Namun dengan adanya terminal teluk lamong ini
mereka juga membantu dalam bentuk sumbangan ke SDN 12 tambak
III-36
sarioso buat gedung perpustakaan. Selain itu di RW 2 dan RW 4 teluk
lamong membuatkan mushola warga dan lapangan voly. Kalau urusan
kesehatan sampai saat ini saya belum mendapatkan informasi
mengenai hal tersebut. Karena yang saya tahu ya yang melewati
administrasi kelurahan mas”.
Namun untuk masalah fasilitas fasilitas kesehatan belum terekam oleh pihak
kelurahan.
Senada dengan pak abridin, pak Toha yang juga merupakan warga RW 2
mushola warga di bangun oleh pihak Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Diamana
karyawan swasta dan pelajar (lihat tabel 2.8). Meski demikian, profesi nelayan masih
relatif banyak dilakukan oleh masyarakat di kelurahan ini. Setidaknya ada sekitar 11
persen penduduk Kelurahan Tambak Sarioso berprofesi sebgai nelayan. Profesi ini
III-37
mendapat sorotan relatif besar dalam penelitian, karena profesi inilah yang sangat
Teluk Lamong.
Dari sekitar 11 persen nelayan yang ada di Kelurahan Tambak Sarioso, saat
ini sebagian besar dari mereka adalah nelayan keramba. Belum ada data pasti tentang
jumlah nelayan keramba ini, namun Koordinator nelayan yaitu Bapak Toha
Nelayan yang lain di Kelurahan Tambak Sarioso yaitu Bapak Sutarno yang
Bapak Toha. Menurut Sutarno, saat ini kebanyakan nelayan di Kelurahan Tambak
Sarioso beralih menjadi nelayan keramba. Mereka masih melaut tetapi tidak setiap
hari. Mereka lebih mengutamakan mengurus keramba yang dirasakan bisa lebih
III-38
Lamong, kami harus melaut lebih ke tengah. BBM bisa habis lebih
banyak tapi ikan belum tentu sebanding dengan biaya BBM. Kalau
dicampur dengan pelihara di keramba semua bisa tertutupi bahkan
bisa lebih baik.”
hanya terjadi pada nelayan. Bapak Khoirul juga mngatakan hal yang sama dengan
sudah beralih profesi. Jika nelayan ada yang berubah menjadi nelayan keramba, ada
juga yang berubah menjadi tenaga kerja di pelabuhan. Lebih dari sepuluh orang yang
menjadi teman beliau melaut saat ini menjadi pekerja di pelabuhan. Mereka ada yang
menjadi satpam, buruh kasar ataupun tukang bersih-bersih di pelabuhan. Berikut hasil
Tambak Sarioso juga tidak jauh berbeda. Menurut Sumaun, banyak nelayan yang
beralih profesi. Tidak hanya menjadi nelayan keramba tapi ada yang bekerja menjadi
III-39
“Tetangga saya yang dulu sama-sama melaut dengan saya sekarang
banyak yang bekerja di pelabuhan Mas. Awale sih karena coba-
coba aja. Kan dulu memang pihake pelabuhan sudah bikin
kesepakatan sama warga sini kalau nanti warga diprioritaskan kerja
di sana. Kalau yang pendidikane ga tinggi yang jadi pekerja kasare
Mas. Di sini banyak yang jadi kuli, bantu pembangunan pelabuhan
sana itu Mas. Ada juga kerja jadi satpame, tukang parkire. Selain
itu, nelayan juga ada yang terus berubah bukak warung”.
Hasil wawancara dengan pihak pengelola Teluk Lamong yaitu PT. Pelindo III
(Persero) juga mengindikasikan hal yang sama. Bapak Hari sebagai pimpinan proyek
pembangunan terminal peti kemas Teluk Lamong menyatakan bahwa ada MoU
yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap
sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Salah satu
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
III-40
Dalam penelitian ini salah satu bentuk CSR yang dilakukan PT Pelindo III
adalah penanaman 11.000 mangrove. Selain itu juga melibatkan sekitar 30 persen
penduduk dari wilayah terdampak sebagai tenaga non skill (tenaga kasar, satpam,
mekanik, dan lainnya). Bahkan jika ada warga yang kompeten dan sesuai dengan
kriteria dalam bidang yang dibutuhkan, maka bisa juga dilibatkan dalam mekanisme
seleksi pegawai. Berikut petikan wawancara antara peneliti dengan Bapak Hari:
sama. Menurut Ibu Nurul, saat ini banyak tetangga dan temannya yang warga
Kelurahan Tambak Sarioso mencari pekerjaan baru. Mereka ada yang menjadi
pengrajin kerang, pembuat kerupuk atau makanan dari hasil laut. Jika dulu ibu-ibu
yang berprofesi seperti ini sudah ada tapi sekarang meningkat jumlahnya. Menurut
beliau ada juga penduduk yang mulai membuka usaha kuliner. Menurut warga
mereka harus kreatif mencari solusi karena sekarang sudah tidak banyak lagi nelayan.
III-41
Berikut hasil wawancara dengan Ibu Nurul pemilik kerajinan kerang simping dan Ibu
“Saat ini, penduduk di kelurahan ini banyak yang ikut jejak saya
jadi pengrajin kerang. Ada juga yang jadi pembuat kerupuk
berbahan dasar dari seafood baik itu ikan atau udang. Ada juga
yang bisnis kuliner Mas. Kata orang-orang, sekarang ini kita harus
cerdik. Kita harus bisa tetap membuka usaha meski hasil melaut
sudah berkurang. Kalau ndak punya keramba ya bisnis makanan
laut atau yang punyakamar banyak mbukak kos-kosan buat
pekerja.”
Tak jauh beda, hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa
narasumber juga mengindikasikan hal yang sama yaitu, telah terjadi perubahan mata
salah satu ketua RT di kelurahan ini menyatakan bahwa warganya yang dulunya
nelayan sekarang ada yang beralih profesi maupun rangkap profesi. Para nelayan
tidak sekedar melaut tetapi juga membuat keramba sehingga hasilnya bisa menjadi
Teluk Lamong agar tingkat kesejahteraan hidupnya bisa berubah. Mereka ada yang
III-42
menjadi satpam, kuli, sopir, ataupun tukang parkir. Adapun ibu-ibunya banyak yang
beralih profesi dengan menjual hasil olahan laut baik berupa kerupuk maupun hiasan
dan makanan lainnya. Sebagaimana terangkum dari wawancara peneliti dengan Ibu
memang berubah mata pencahariannya. Jika ditilik dari hasil wawancara sebagian
Hadirnya Terminal Multipurpose Teluk Lamong saat ini sudah dapat disikapi
tersebut setidaknya sudah hampir lima tahun hidup berdampingan dengan hiruk pikuk
III-43
pembangunan pelabuhan. Oleh karena itu sudah terjadi proses adaptasi. Bahkan hasil
ekonomi baru di kawasan tersebut. Hal inilah yang terpotret dari hasil penelitian ini.
Selama ini beliau memang bukan nelayan. Menurut Bapak Rahmat, dalam
di daerah terdampak merubah profesi atau minimal berprofesi dobel. Kalau siang jadi
satpam, kalau malam jadi nelayan. Ada juga yang tetap menjadi nelayan tapi ke laut
dan memiliki keramba. Ada pula yang membuka usaha baru seperti kos-kosan,
kontrakan, kuliner atau pembuat kerajinan barbahan baku hasil laut. Kesemuanya itu
senada diuangkapkan juga oleh Bapak Abridin selaku Sekretaris Kelurahan tambak
Sarioso. demikian pula hasil dari wawancara dengan bapak Hadi selaku buruh pabrik
yang sekarag beralih profesi menjadi tukang parkir di pelabuhan, Ibu Siti pemilik
warung makan dan Ibu Susiati pengrajin kerupuk ikan. Berikut hasil wawancaranya:
“Meski Saya bukan nelayan Mas, saya merasa kalau sekarang ini
di sini mulai banyak tumbuh perekonomian baru. Saya ini kerja
swasta di Surabaya sana Mas. Kalau Saya lihat kanan kiri saya
sekarang banyak yang beralih profesi atau ndobel profesi. Ada
yang nelayan laut ndobel bikin keramba, ada nelayan ndobel jadi
satpam atau tukang parker. Ada juga sekarang yang mbukak kosan,
III-44
kontrakan. Ada juga yang mbantu istrie buka usaha warung makan,
usaha souvenir atau kerajinan laut. Banyak Mas, sekarang pada
ndobel-ndobel. Itu pula yang akhire ekonomi lumayan membaik.
Banyak yang sekarang bisa kredit motor, punya hp baru. Minimal
sudah bisa memenuhi kebutuhannya Mas.”
“Saya ini baru membuka warung ya sejak ada pelabuhan ini Mas.
Saya dengar banyak pekerja dan tukang-tukang itu bingung cari
makan jauh. Ya sudah, saya anggap sebagai jalan rejeki. Saya
nyoba jualan makanan, Alhamdulillah laris. Tetangga sekarang
banyak yang ikut jualan juga. Jadi ya luamaynlah Mas, bisa
mbantu suami dikit-dikit.”
III-45
Kata orang-orang sini, sapa tahu ntar semakin rame trus banyak
orang datang seperti di Perak sana. Jadi ntar biar kerupukku
semakin laris manis Mas, kaya Saya…ha…ha..ha…”
Ekonomi Masyarakat
berjalan mau tidak mau memberikan dampak terhadap warga masyarakat kelurahan
Teluk Lamong yang pada awalnya merupakan kawasan pesisir dan secara alamiah
sumber daya pesisir. Sebagian masyarakat bekerja sebagai nelayan kecil, buruh
nelayan, pengolah ikan skala kecil dan pedagang kecil. Sebagian besar masyarakat
modal manusia terjadi akibat tingkat pendidikan dan keterampilan kerja terbatas dan
tidak memadai.
III-46
Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong pada awalnya
reklamasi yang nota bene menyebabkan perubahan ekosistem pantai. Pola tangkap
tradisional dan kepemilikan modal yang terbatas menyebabkan nelayan dan buruh
agar pendapatan mereka tidak semakin berkurang. Akibat reklamasi ini, nelayan
tangkap tradisional yang biasanya mencari ikan dan kepiting dikawasan mangrove
Hal ini dirasakan akan menjadi ancaman serius terhadap kondisi ekonomi dan
hajat hidup nelayan. Nelayan tangkap yang menggunakan kapal pun kemudian
III-47
area tangkap hingga ketengah laut, hal itu tidak menjadi jaminan bagi nelayan
mendapat hasil tangkapan yang lebih banyak. Kepastian yang didapat hanyalah
semakin besar pengeluaran yang harus dilakukan untuk pembelian bahan bakar.
Kondisi ini kemudian menjadi salah satu konsen banyak pihak, baik nelayan,
perangkat desa, pemerintah kota Surabaya maupun Pelindo III. Karena bukan menjadi
pencaharian mereka. Pihak PT. Pelindo III (Persero) pun secara terbuka
akan turut bertanggung jawab dalam menjaga dan meningkatkan taraf kehidupan
Salah satu tanggung jawab pihak PT. Pelindo III (Persero) terhadap Fishing
ground yang sudah tidak dapat dipergunakan sebagai kawasan penangkapan ikan
keramba jaring terapung. Model budidaya ini dikenalkan kepada masyarakat nelayan
melalui program CSR. Keramba Jaring Apung (KJA) yaitu berupa jaring yang
konstruksinya berada mengapung di atas air laut dengan jaring berada dibawahnya
dengan bahan jaring menggunakan bahan polietilen. Bentuk dan ukuran bervariasi
dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan serta
kedalaman perairan.
III-48
diajarkan bagaimana memelihara ikan di keramba jala apung. Nelayan yang
keramba. Jenis ikan yang dipelihara biasanya adalah bawal dan kerapu. Hasil dari
keramba jaring apung diperairan laut saat ini cukup mampu untuk memenuhi
Selain hasil dari ikan keramba, nelayan justru mendapat tambahan pendapatan
dari kerang darah dan kerang hijau. Kerang hijau dan kerang darah sebelum ada
proyek teluk Lamong, kerang tersebut hanya dapat diperoleh di perairan tengah laut.
berjalanya waktu, masyarakat nelayan semakin kreatif dan menjadi pihak yang
diuntungkan dari proyek ini. Nelayan yang sebelumnya hanya mengandalkan hasil
tangkapan ikan, saat ini mulai bergeser menjadi nelayan keramba apung. Nelayan
juga mulai mencoba sektor lain yang dirasa lebih menguntungkan dibandingkan
III-49
Nelayan yang memiliki rumah ataupun tanah yang cukup besar saat ini mulai
menjalankan usaha kontrakan dan penyewaan kamar kos. Proyek yang menyerap
banyak tenaga kerja ini memberikan dampak positif dalam peningkatan taraf
pendapatan. Pada awalnya usaha kos merupakan usaha sampingan namun kemudian
penyewaan kamar kost serta rumah kontrakan menjadi usaha utama warga saat ini.
Sebelumnya kamar kost hanya disewakan terbatas kepada buruh pabrik, namun
Tambak Sarioso mulai banyak dibangun warung makan. Warung makan yang
awalnya hanya menyediakan untuk warga setempat, saat ini mulai melayani pekerja
Lamong, mendapat prioritas menjadi karyawan. Khususnya karyawan non skill dan
kendaraan.
III-50
Disamping peningkatan taraf hidup dengan dikembangkannya Terminal
Mulltipurpose Teluk Lamong, ada pula warga yang mengalami penurunan taraf
ekonomi. Mereka adalah pemilik usaha dan pekerja pembuatan kapal tradisional.
Setelah proyek berjalan, nyaris tidak ada lagi pesanan kapal baru. Mereka hanya
menerima order perbaikan. Itupun hanya perbaikan kecil dengan ongkos yang tidak
terlalu besar. Salah satu solusi yang mereka ambil adalah ikut menjadi nelayan
keramba. Setidaknya hal tersebut terangkum dari hasil wawancara peneliti dengan
bevariasi. Karena sebelumnya hanya ikan, sekarang kerang pun juga cukup
berlimpah. Kerang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Harganya yang
III-51
mahal menjadikan kerang menjadi primadona dalam jual berli hasil laut disamping
ikan.
Peran istri nelayan sebelum maupun setelah adanya proyek teluk Lamong
cukup dominan. Istri nelayan menjalankan usaha produksi pengolahan ikan. Baik
produk kering maupun olahan lain seperti kerupuk ikan memberi kontribusi
Dalam hal produksi, pemenuhan bahan baku baik sebelum dan setelah proyek
berlangsung tidak berpengaruh. Bahan baku diperoleh dari nelayan maupun membeli
dari hasil tangkapan nelayan wilayah lain. Promosi dan penjualan, warga
Surabaya. Namun demikian, sesuai dengan Peraturan Daerah No.8 Tahun 2008,
bahwa keluarahan sebagai bagian terdepan dari layanan pemerintah daerah wajib
penggabungan tersebut maka biaya yang timbul dari operasional kelurahan dapat
III-52
ditekan Lebih lagi system komputerisasi terpadu pelayanan umum akan lebih
mengoptimalkan layanan.
Ada beberapa dampak yang timbul akibat penggabungan ini. Antara lain:
perubahan atas register tanah dan lokasi. Akibatnya sertifikat akan dilakukan
pengkinian data.
signifikan. Baik dari sisi masyarakat maupun Pelindo III. Pelindo III telah
III-53
BAB IV
penelitian yang telah disajikan dan dianalisis pada bab sebelumnya. Pengambilan
ditentukan. Peneliti juga berupaya memberikan saran dan implikasi teoritik dari hasil
penelitian.
IV.1. Kesimpulan
lain di dunia bahkan di ASEAN. Demi menghadapi MEA, maka Indonesia juga harus
mampu bersaing dengan Negara lain di ASEAN bahkan ASIA yang salah satu
IV-1
caranya adalah menekan biaya logistik. Salah satu solusi terkait hal itu adalah
barang.
Untuk menghadapi MEA akhir tahun ini, Indonesia bersama dengan negara-
Salah satu dari 14 pelabuhan tersebut adalah Tanjung Perak. Oleh karena itu,
sebagai salah satu program nasional dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan
IV-2
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pemilihan tersebut sekaligus didasarkan
Surabaya (APBS). Alur Pelayaran Barat Surabaya merupakan alur pelayaran yang
Laut Utara Jawa. Hal ini karena kedalaman air di alur tersebut memungkinkan kapal-
2.2.Kebutuhan Reklamasi
kawasan pesisir Teluk Lamong merupakan daerah mangrove yang memiliki beraneka
ragam biota. Akibat pembangunan banyak biota yang rusak, sebagian berpindah ke
lokasi lain. Reklamasi juga bisa berakibat banjir ketika musim penghujan.
IV-3
Pemerintah memang melakukan reklamasi demi pembangunan Terminal
Multipurpose Teluk Lamong. Luasan areal reklamasi sudah diatur melalui Peraturan
Gubernur (pergub) Jawa Timur Nomor 56 tahun 2012. Peraturan tersebut berisi
Terminal Multipurpose Teluk Lamong mulai dibangun sejak tahun 2010 silam.
memulai soft opening pada tanggal 5 September 2014 yang dibuka oleh Presiden
pertama kali dilakukan pada 1 Maret 2015. Meski demikian, Terminal Multipurpose
Teluk Lamong baru melakukan Grand Opening yang dibuka oleh Presiden Joko
Widodo pada tanggal 22 Mei 2015. Dengan demikian Terminal Multipurpose Teluk
Lamong sudah dibangun selama lima tahun dan akan terus mengalami
tahap dengan total investasi Rp 23,4 triliun. Pengembangan terminal tersebut minimal
IV-4
Pada awal pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong terjadi konflik
dengan masyarakat sekitar lokasi pelabuhan. Namun, konflik bisa teratasi dan
teredam dengan adanya Community Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero). Konflik juga teredam dengan adanya
untuk menjadi pekerja non skill di pelabuhan. Masyarakat dari daerah terdampak
yang memiliki skill sesuai dengan standar yang dibutuhkan juga diprioritaskan untuk
dipekerjakan di pelabuhan.
3. Tingkat Kesejahteraan
mata pencaharian baru bagi masyarakat di Kelurahan Tambak Sarioso. Jika dulu
banyak yang beralih profesi. Peralihan tersebut antara lain sebagai nelayan keramba,
pemilik kost, kontrakan, buruh atau pekerja kasar di pelabuhan, juru parkir, satpam,
pemilik warung makan, bisnis kuliner dan kerajinan berbahan dasar hasil laut.
IV-5
Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong memberi implikasi
terlihat dari mulai banyaknya warga yang mampu mengambil kredit motor, membeli
handphone baru, serta mencukupi kebutuhan primer mereka. Hal ini juga berarti
Ekonomi Masyarakat
Lamong tetapi diuntungkan. Ini karena masyarakat nelayan semakin pinatr dan
penetingan dan peningkatan social ekonomi mereka. Nelayan yang sebelumnya hanya
mengandalkan hasil tangkapan ikan, saat ini mulai bergeser menjadi nelayan keramba
apung. Nelayan juga mulai mencoba sektor lain yang dirasa lebih menguntungkan
Nelayan yang memiliki rumah ataupun tanah yang cukup besar saat ini mulai
kontrakan dan penyewaan kamar kos, wilayah Kelurahan Tambak Sarioso mulai
banyak dibangun warung makan. Warung makan yang awalnya hanya menyediakan
IV-6
untuk warga setempat, saat ini mulai melayani pekerja di Terminal Multipurpose
mendapat prioritas menjadi karyawan. Khususnya karyawan non skill dan teknis.
Akibatnya, banyak yang berubah pekerjaan tidak sekedar nelayan tetapi juga satpam,
tukang parker, buruh atau kuli dan pekerjaan lainnya. Bagi warga yang memiliki
Lamong.
Mulltipurpose Teluk Lamong, ada pula warga yang mengalami penurunan taraf
ekonomi. Mereka adalah pemilik usaha dan pekerja pembuatan kapal tradisional.
Setelah proyek berjalan, nyaris tidak ada lagi pesanan kapal baru. Mereka hanya
menerima order perbaikan. Itupun hanya perbaikan kecil dengan ongkos yang tidak
terlalu besar. Salah satu solusi yang mereka ambil adalah ikut menjadi nelayan
keramba.
Penghasilan masyarakat yang dulunya terbatas, saat ini menjadi lebih bevariasi. Jika
sebelumnya hanya ikan, sekarang kerang pun juga cukup berlimpah. Kerang
IV-7
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Harganya yang mahal menjadikan
kerang menjadi primadona dalam jual beli hasil laut disamping ikan. Para istri juga
pengolahan ikan. Baik produk kering maupun olahan lain seperti kerupuk ikan
Tambak Langon menjadi Kelurahan Tambak Sarioso bukanlah sebagai akibat adanya
karena alasan administrasi agar Pemerintah Kota Surabaya semakin efektif dan
efisien.
IV.2. Saran
minimal sampai tahun depan. Bahkan jika dilihat dari rencana pengembangan secara
nasional maka pengembangan terus terjadi sampai tahun 2019. Selama ini
kepada masyarakat di Kelurahan Tambak Sarioso. Ada beberapa faktor yang harus
IV-8
1. Pihak PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan berbagai pihak terkait
yang ada dan melakukan penanaman kembali mangrove yang rusak. Ini selain
melakukan kerja sama dan dialog yang intensif untuk mencegah kemungkinan
3. Memperkuat CSR dengan menjadi bapak angkat atau penyadang modal bagi
usaha kecil dan menengah yang mulai tumbuh di Kelurahan Tambak Sarioso.
IV-9
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden Nomor 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem
Logistik Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1983 tentang Pembinaan Kepelabuhanan.
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan
Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan
Melalui Alur Laut Kepulauan yang Ditetapkan.
A.P.A, Vink. 1983. Landscape Ecology and Landuse. Longman. London.
Arah Kebijakan Pembangunan Nasional, disampaikan pada Musrenbang RKPD Jawa
Timur di Surabaya pada 14 Aril 2015.
ASEAN Concord II/Bali Concord II, http://www.asean.org/news/item/declaration-of-
asean-concord-ii-bali-concord-ii, diunduh Rabu, 24 Juni 2015, pukul 05.08
WIB.
Asosiasi Logistik Indonesia, diunduh dari http://www.ali.web.id/detail_article.php?
id=69 pada Sabtu 4 Juli 2015.
Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics).
Jakarta: BPS.
Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan. Sipnosis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta:
LP3ES .
Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan. Cetakan ke-2. Jakarta: Pradnya Paramita.
Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Carana Corporation. 2004. Impact of Transport and Logistics on Indonesia’s Trade
Competetiveness . Makalah untuk kajian USAID: Jakarta.
Chopra, Sunil and Meindl, Peter. 2004. Supply Chain Management: Strategy,
Planning and Operation. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Council of Logistics Management (CLM). 1986. Analisis Pendirian Pusat Distribusi
Regional yang dikeluarkan kembali oleh Pusat Kebijakan Dalam Negeri
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan kementerian
Perdagangan, 2013.
Daldjoeni. 1987. Pokok-Pokok Geografi Manusia. Bandung: Alumni.
Deni, Ruchyat. 2013. Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan.
Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan
Umum.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikirab Ekonomi, Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.