Anda di halaman 1dari 219

PENGAWASAN AKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

KARANGANTU DI SATUAN PENGAWASAN SUMBER DAYA


KELAUTAN DAN PERIKANAN SERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsenterasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh
Lastri Kurniawati
6661140491

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTANG AGENG TIRTAYASA
SERANG, JUNI 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan mengucapkan alhamdulillahirabil’alamin, peneliti mengucapkan syukur kepada

ALLAH SWT, serta shalawat dan salam yang senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi

Muhammad SAW, sahabat beserta seluruh keluarganya, karena berkat ridho, rahmat, karunia dan

kasih sayang-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengawasan

Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya

Kelautan dan Perikanan Serang”.

Maksud dari skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana pada program Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten. Dengan selesai nya penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang selalu mendukung peneliti.

Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Drs., M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukhrohman, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

ii
5. Kandung Sapto. N, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Dr. Arenawati, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Riny Handayani, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan arahan selama penyusunan

proposal penelitian ini.

9. Drs. H. Oman Supriyadi, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan arahan selama

penyusunan proposal penelitian ini.

10. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

11. Seluruh Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi

Publik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

12. Seluruh Pihak Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang yang telah

mengizinkan dan membantu selama penelitian berlangsung.

13. Seluruh Pihak Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu yang telah mengizinkan dan

membantu dalam penelitian ini.

14. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten yang telah mengizinkan dan membantu

penulis dalam mengumpulkan data untuk penulisan penelitian ini.

15. Aparat Kepolisian Air Karangantu Polres Serang yang telah membantu peneliti dalam

pengumpulan data selama penelitian berlangsung.

iii
16. Ayahanda H. Wardi dan Almarhumah Ibunda Hj. Roemi, atas cinta kasih yang tulus tak

terhingga dan merupakan motivator terbesar dalam penyusunan Skripsi ini.

17. Seluruh anggota keluargaku dari kakak nomor satu sampai tujuh yaitu Kang Mpi, Kang

Oman, Kang Dedi, Kang Eli, Teteh Mul, Kang Ujang dan Teh Inah, yang telah

memberikan dukungan moril dan materil selama penyusunan skripsi ini.

18. Sahabat-sahabatku Aan Sumarni, Siti Ida Aida dan Rizki Amilia berkat kebersamaan

yang telah kita lewati bersama yang berkesan dan juga telah memberikan motivasi

kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.

19. Teman terdekatku, Tio Matoviami yang telah senantiasa membantu dan mendukung

selama penelitian ini.

20. Teman-temanku Annisa Rizqiyah, Peri Supriatna, Teh Santi Nurmayanti, Kak Galih

Ramadhan, dan Anggita Adeliani yang telah berjuang bersama selama bimbingan skripsi

ini hingga selesai.

21. Seluruh teman-teman Administrasi Publik 2014, atas kebersamaan yang begitu besar

selama empat tahun ini.

Akhirnya penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan terselesaikannya

penyusunan skripsi ini. Penulis meyadari masih banyak kekurangan. Penulis berharap kritik dan

saran dari semua pihak. Semoga Skripsi ini bermafaat bagi semua pihak.

Serang, Mei 2018

Lastri Kurniawati

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Cara Mudah Merubah Dunia Adalah Dengan Merubah Diri Sendiri

Menjadi Lebih Baik”

Persembahan:
“Skripsi ini aku persembahkan untuk
Kedua Orang tuaku
Bapak Wardi dan Almh. Ibu Roemi,
Berserta semua kakak-kakakku”

v
ABSTRAK

Lastri Kurniawati. 6661140491. Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu


Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang. Program Studi
Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I:
Riny Handayani, M.Si. Dosen Pembimbing II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.

Karangantu merupakan wilayah potensi perikanan yang berada di Kota Serang sehingga banyak
kapal perikanan nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan, akan tetapi banyak
persoalan pengawasan pada aktivitas kapal penangkap ikan di karangantu. Persoalan yang ada
yaitu masih adanya kapal perikanan tidak memiliki dokumen kapal lengkap, terdapat kapal
perikanan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan, serta kurangnya personil
pengawas perikanan yang bertugas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengawasan
perikanan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang. Penelitian ini menggunakan teori Tahapan
Proses Pengawasan dalam Usman Effendi (2014:212-213). Metode yang digunakan adalah
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengawasan yang dilakukan Satwas SDKP
Serang terkait aktivitas kapal perikanan di Karangantu masih kurang karena belum maksimalnya
pelaksanaan program, SDM terbatas serta anggaran yang sedikit menimbulkan kurangnya
pengamatan langsung sehingga masih banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap ikan yang
tidak ramah lingkungan dan kapal perikanan yang tidak memiliki dokumen kapal yang lengkap.
Saran yang diberikan oleh peneliti adalah mengusulkan penambahan personil pengawas
perikanan, melakukan koordinasi yang baik dengan instansi pemerintah terkait masalah yang ada
pada nelayan, selalu melakukan pemeriksaan teknis kapal perikanan, serta memberikan sanksi
secara tegas kepada nelayan yang melakukan pelanggaran berdasarkan aturan undang-undang
yang berlaku.

Kata Kunci : Pengawasan, SLO, Kapal Perikanan Karangantu

vi
ABSTRACT

Lastri Kurniawati. 6661140491. Supervision of Fishing Activity of Karangantu Fishing Vessel


At Marine Resources and Fishery Rescue Unit Serang. Public Administration Science
Program. Faculty of Social Science and Political Science. Supervisor I: Riny Handayani,
M.Si. Supervisor II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.

Karangantu is a potential fishery area located in Serang city so many fishing vessels fishermen
who do fishing activities, but many issues of supervision on the activity of fishing vessels in reefs.
The existing problem that is still the existence of fishery vessel do not have complete ship
document, there are fishing boats using environmentally friendly fishing gear, and lack of fishery
supervisory personnel on duty. The purpose of this study is to determine the supervision of
fisheries conducted by Satwas SDKP Serang. This research uses the Stage Process Monitoring
theory in Usman Effendi (2014: 212-213). The method used is qualitative descriptive.
Techniques of collecting data using interviews, observation and documentation. The result of the
research shows that the supervision done by Satwas SDKP Serang related to fishery vessel
activity in Karangantu is still lacking because the program implementation is not maximal,
limited human resources and budget causing the lack of direct observation so that there are
many fishermen who use fishing gear which is not environmentally friendly and fishing boat
which does not have complete ship documents. The suggestion given by the researcher is to
propose the addition of fishery supervisory personnel, do good coordination with government
institution related to fisherman problem, always conduct technical inspection of fishing vessel,
and give strict sanction to fisherman who commits violation based on rule of law applicable .

Keywords: Supervision, SLO, Karangantu Fishing vessel

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
COVER …………………………………………………………………………..... i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. ii


MOTTO DAN PERSEMBAHAAN …………………………………………........ iii
ABSTRAK …………………………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………….…... 20
1.3 Batasan Masalah ……………………………………………….……….…. 20
1.4 Rumusan Masalah …………………………………………….…………... 20
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………….…………. 21
1.6 Manfaat Penelitian ……………………………….………………………... 21
1.7 Sistematika Penulisan …………………………….……………………….. 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka …………………………………..……………………… 28
2.1.1 Definisi Manajemen ………………………..……………….……….. 28
2.1.2 Pentingnya Manajemen ………………………..……….……………. 30
2.1.3 Fungsi-fungsi Manajemen ………………………...…………………. 31
2.1.4 Definisi Pengawasan ……………………………...………………….. 32
2.1.4.1 Hakikat Pengawasan …………………………...…………………. 34
2.1.4.2 Jenis/Tipe Pengawasan ………………………...…………………. 35
2.1.4.3 Pentingnya Pengawasan ……………………….…………………. 36
2.1.4.4 Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif …………….…………………. 38
2.1.4.5 Tahap-tahap dalam proses Pengawasan …….……………………. 39
2.1.4.6 Cara-cara Mengawasi …………………….……………………… 39
2.1.4.7 Tugas (Fungsi) Pengawasan ……………….…………………….. 40
2.1.5 Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan ………………………………….…………………………..40
2.1.5.1 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan …………… ……………40
2.1.5.1.1 Tata Cara Pelaksanaan tugas Pengawas Perikanan …………..41
2.1.5.1.2 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan di Kapal
Perikanan. …………..………………………..…………..…...41
2.1.5.1.3 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan di Kapal
Penangkap Ikan…….…………………………………..……..42
2.1.5.2 Teknis Pengawasan Kapal Perikanan………………………..……..43
2.1.5.2.1 Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan……………..……44
2.1.5.2.2 Syarat dan Ketentuan Penerbitan SLO ………………….…...44
2.1.6 Pengertian Pelabuhan………………………………………………….45
2.1.6.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara ………………………….……….47
2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………………….48
2.3 Kerangka Pemikiran ……………………………………………………….49
2.4 Asumsi Dasar ………………….…………………………………………...51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian ……………………………….….……52
3.2 Fokus Penelitian ………………………………………………………….. 53
3.3 Lokasi Penelitian …………………………………………………………. 54
3.4 Variabel Penelitian ……………………………………………………….. 54
3.4.1 Definisi Konseptual …………………………………………………. 54
3.4.2 Definisi Operasional ………………………………………………… 56
3.5 Instrumen Penelitian ……………………………………………………… 57
3.6 Informan Penelitian ………………………………………………………. 59
3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data …………………………………. 61
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….. 61
3.7.2 Teknik Analisis Data ………………………………………………... 64
3.7.3 Uji Keabsahan Data ……………………….………………………… 67
3.7.3.1 Triangulasi ………..…………………….……………………… 67
3.7.3.2 Membercheck ……………………………………………………69
3.8 Jadwal Penelitian …………………………………………………………..69
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………………… 71
4.1.1 Gambaran Umum Kota Serang ……………………………………... 71
4.1.2 Gambaran Umum Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Serang…………………………….…………………………………. 78
4.1.2.1 Wilayah Kerja Satwas SDKP Serang…………………...…… 80
4.1.2.2 Struktur Organisasi Satwas SDKP Serang…………………… 81
4.1.2.3 Visi, Misi Satwas SDKP Serang………………………………84
4.1.2.4 Landasan Hukum pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
SDKP Serang…………………………………………………. 85
4.1.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Perikanan ……..……….. 86
4.2 Informan Penelitian ……………………………………..……………….. 90
4.3 Deskripsi Data ……………………………………..…………………….. 92
4.4 Analisis Data…………………………………..…………………………. 93
4.5 Reduksi Data ……………………………..……………………………… 94
4.6 Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang………………… 96
4.7 Penyajian Data ……………………………………………………..……. 140
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………………. 140
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 168
5.2 Saran …………………………………………………………………….. 170

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 172


LAMPIRAN …………………………………………………………………… 174
DAFTAR ISTILAH KAPAL PERIKANAN ………………………………… 180
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten…….….….. 2


Tabel 1.2 WPP-NRI ………………………………………………………….…..…. 4
Tabel 1.3 Jenis-jenis Pelabuhan di Provinsi Banten ………………………….…..… 5
Tabel 1.4 Jumlah kapal perikanan yang wajib memiliki SLO di PPN Karangantu.. 12
Tabel 1.5 Rekapitulasi penerapan HPK dan SLO Satwas SDKP Serang ………….. 13
Tabel 1.6 Jumlah SDM Satwas SDKP Serang ……………………………………. .17
Tabel 1.7 Jumlah HPK keberangkatan kapal berdasarkan jenis alat tangkap …… 19
Tabel 2.1 Fungsi-fungsi Manajemen ………………………………………………. 32
Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian ……………………………………………. 60
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara …………………………………………………. 63
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ……………………………………………………… 70
Tabel 4.1 Jumlah Desa/kelurahan menurut kecamatan di Kota Serang …..…….. 73
Tabel 4.2 Produk unggulan di setiap kecamatan di Kota Serang …………………74
Tabel 4.3 Luas wilayah kelurahan di kecamatan kasemen ………………………. 75
Tabel 4.4 Letak Geografis kelurahan di kecamatan kasemen …………..……….. 76
Tabel 4.5 Jumlah nelayan dan kategorisasi nelayan di kecamatan kasemen ……. 77
Tabel 4.6 Informan Penelitian ……………………………………………………. 91
Tabel 4.7 Jumlah SDM Satwas SDKP Serang ………………………………….. 146
Tabel 4.8 Wilayah Operasional Kerja Satwas SDKP Serang …………………... 147
Tabel 4.9 Rekapitulasi penerbitan HPK dan SLO ……………………………... 150
Tabel 4.10 Laporan hasil kegiatan Operasi Mandiri PSDKP …………………... 151
Tabel 4.11 Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan alat tangkap ikan 2016….. 154
Tabel 4.12 Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan alat tangkap ikan 2017…… 155
Tabel 4.13 Hasil Penelitian …………………………………………...................... 162
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………………50


Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles & Huberman …………………………67
Gambar 4.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan d Kota Serang ………………….72
Gambar 4.2 Wilayah Operasional Kerja Satwas SDKP Serang ………………….80
Gambar 4.3 Struktur Organiasasi Satwas SDKP Serang ………………………....82
Gambar 4.4 SOP Pelayanan Penerbitan HPK & SLO …………………………....100
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teluk Banten adalah teluk yang berada di Provinsi Banten, teluk ini berada

di dekat ujung laut pulau jawa negara Indonesia. Jalur perairan Banten

merupakan jalur penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Provinsi

Banten secara topografi dibatasi oleh laut jawa disebelah utara, selat sunda

disebelah barat, samudera indonesisa disebelah selatan, dan di sebelah timur

dibatasi oleh daratan, laut provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

Ibukota Provinsi Banten ialah Serang. Dahulu Banten merupakan salah satu

tempat bersejarah yang terkenal, tempat bersejarah yang terkenal yaitu hanya

10 km dari Kota Serang. Wilayah di Banten yang dijadikan sebagai wilayah

bersejarah banyak ditemui warisan dari kerajaannya yang didirikan abad 16

dan 18.

Potensi daerah yang dimiliki oleh Banten yaitu salah satu nya pada sumber

daya kelautan yang sangat melimpah diantaranya terumbu karang dan ikan

laut nya. Adapun luas lautan yang ada di Provinsi Banten yaitu 11.486 km²,

provinsi banten sendiri wilayahnya terbagi dalam 8 Kota/Kabupaten, yaitu

Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten

Serang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten

Lebak.
2

Tabel 1.1

Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

No. Kabupaten/Kota Luas (Km²) Presentase

1. Kabupaten Pandeglang 2.746,89 28,43 %

2. Kabupaten Lebak 3.426,56 35,46 %

3. Kabupaten Tangerang 1.011,86 10,47 %

4. Kabupaten Serang 1.734,28 17,95 %

5. Kota Tangerang 153,93 1,59 %

6. Kota Cilegon 175,50 1.82 %

7. Kota Serang 266,71 2,76 %

8. Kota Tangerang Selatan 147,19 1,52 %

Banten 9.662,92 100,00

(Sumber: http://dkp.bantenprov.go.id/upload/DKP/Statistik/2017)

Melihat luas wilayah yang sangat besar maka pentingnya untuk mengelola

seluruh hasil laut yang nanti nya akan menjadi sumber pendapatan daerah,

juga sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat. Jika masyarakat dan

pemerintah setempat dapat mengelola dengan baik maka akan menjadi sumber

perekonomian bagi masyarakat sekitar. Potensi yang dimiliki oleh Provinsi

Banten di bidang kelautan dan perikanan yaitu hasil laut nya yang melimpah

diantaranya terumbu karang dan ikan laut. Potensi pertama yang dapat dilihat

yaitu terumbu karang banyak memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan

dan lingkungan biota yang hidup disekitarnya dan juga bagi kehidupan
3

manusia. Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang bagi

lingkungan dan manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni

manfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Manfaat secara ekologi

mengandung arti sebagai peran terumbu karang dalam hubungan timbal balik

antara makhluk hidup dan lingkungannya.

Potensi selanjutnya yang dimiliki di Provinsi Banten adalah di bidang

perikanan. Potensi yang sangat besar ini mendukung kemajuan perikanan dan

hasil pengolahan produk perikanan khususnya untuk pemasaran karena posisi

Banten berbatasan langsung dengan daerah khusus Ibu Kota Jakarta dan

wilayah lain di Sumatera sebagai pasar potensial produk perikanan Banten.

Jika dimanfaatkan dengan benar maka bisa menambah nilai ekonomi untuk

masyarakat, seperti bertambah nya pendapatan. Memproduksi hasil ikan

tangkapan di wilayah Indonesia salah satunya di Banten dapat mengurangi

nilai impor ikan dari negara lain. Agar menjadi salah satu wilayah yang

mandiri pada bidang kelautan. Jika pengelolaan di bidang kelautan dan

perikanan tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah baru

selain menciptakan masyarakat yang tidak mandiri juga bisa mematikan

nelayan-nelayan lokal yang hanya bisa mengandalkan hasil tangkapan laut

dengan seadanya. Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik

Indonesia terbagi kedalam Sembilan bagian yaitu sebagai berikut:


4

Tabel 1.2

Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI)

No. Perairan Indonesia Wilayah Perairan Provinsi di Indonesia


1. Selat Malaka Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Riau.
2. Laut Cina Provinsi Kepulauan Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka
Belitung, Kalimantan Barat.
3. Laut Jawa Provinsi Lampung, Banten, Jakarta,
Jawa Barat dan Jawa Tengah.
4. Laut Flores Provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur,
Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara.
5. Laut Banda Provinsi Maluku
6. Laut Arafura Laut Aru, dan Laut Timur-timor
meliputi Provinsi Papua.
7. Laut Sulawesi dan Samudera Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara,
Pasifik Papua dan Kalimantan Timur
8. Laut Seram dan Teluk Tomini Teluk Tomini dan Laut Seram meliputi
Provinsi Sulawesi Tengah, Maluku
Utara dan Maluku Barat.
9. Samudra Hindia Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra
Barat, Bengkulu, Lampung, Banten,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta,
Bali, NTT dan NTB.
(Sumber: www.kkp.go.id)

Berdasarkan tabel 1.2 di atas Provinsi Banten termasuk kedalam Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) ketiga yaitu

wilayah Laut Jawa. WPP-NRI bagian laut jawa meliputi Provinsi Lampung,

Banten, Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Wilayah perairan yang memiliki

potensi di bidang perikanan ini memberikan dampak positif bagi para nelayan

yang ada di wilayah tersebut. Sumber daya perikanan yang dimiliki Indonesia

merupakan salah satu sumber daya perikanan terbesar dunia.


5

Di Provinsi Banten sendiri pada abad ke-17 terkenal memiliki pelabuhan

terbesar yaitu pelabuhan Karangantu. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan

terbesar kedua setelah pelabuhan sunda kelapa pada masanya. Pelabuhan

Karangantu merupakan tempat persinggahan para pedagang sebelum

melanjutkan perjalanan ke benua Australia. Saat pertama kali Belanda singgah

di Indonesia pun melalui pelabuhan ini. Provinsi Banten sendiri memiliki

beberapa jenis pelabuhan yang terkenal yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.3
Jenis – jenis Pelabuhan di Provinsi Banten
JENIS PELABUHAN KETERANGAN
A. Pelabuhan Umum
1. Pelabuhan Nasional Merak  4 Dermaga Ro-ro
 1 Dermaga Kapal Cepat
 1 Dermaga Ro-ro, dijadwalkan beroperasi
awal sptember 2009.
2. Pelabuhan Ciwandan (dikelola oleh PT.  Generl Cargo, Bulk Cargo
Pelindo II) Cabang Banten.
3. Pelabuhan Regional Anyer  General Cargo
4. Pelabuhan Internasional Bojonegara  Satu sistem dengan Tanjung Priok (DKI
Jakarta)
5. Pelabuhan Regional Labuan  General Cargo
B. Pelabuhan Khusus
40 Pelabuhan  Dermaga untuk kepentingan sendiri
 4 tidak beroperasi
C. Pelabuhan Perikanan
1. Pelabuhan Perikanan Pantai  Dijadwalkan oktober 2009 ditingkan menjadi
Karangantu pelabuhan perikanan nusantara
2. Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan Proses pembentukan UPTD
3. Pangkalan Pendaratan Ikan
a. Citulis Persiapan menjadi pelabuhan perikanan pantai
b. Kronjo Persiapan menjadi pelabuhan perikanan pantai
c. Binuangeun Persiapan menjadi pelabuhan perikanan samudera
d. Bayah Persiapan menjadi pelabuhan perikanan pantai
(Sumber: RTRW Banten Tahun 2010-2030)
6

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

No. Per.16/Men/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan adalah sebagai berikut:

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di

sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan

kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan

bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pelabuhan perikanan

mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan

yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan

lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan

pemasaran. Adapun klasifikasi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: PER.16/MEN/2006

tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori

utama yaitu : PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera), PPN (Pelabuhan Perikanan

Nusantara), PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai), dan PPI (Pangkalan Pendaratan

Ikan).

Pelabuhan Perikanan Nusantara atau dikenal juga sebagai pelabuhan

perikanan tipe B, atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang terutama untuk kapal

perikanan berukuran 15-16 GT sekaligus. Terdapat beberapa fasilitas-fasilitas

dalam pelabuhan perikanan nusantara, yaitu : 1. Pelindung, meliputi: Breakwater

panjang, Revetment panjang, dan Groin panjang, 2.Tambat / labuh, meliputi:

Dermaga panjang dan Jetty panjang, 3. Perairan, meliputi: Alur pelayaran panjang

dan Kolam pelabuhan luas, 4. Penghubung, meliputi: Jalan panjang, Jembatan


7

panjang, Drainase terbuka panjang dan Drainase tertutup panjang, 5. Pembatas

lahan, meliputi: Pagar keliling panjang.

Kota Serang dipilih sebagai lokasi penelitian karena dilihat dari segi potensi

kelautannya yang melimpah dan kecamatan kasemen merupakan salah satu

kecamatan di Kota Serang yang memiliki potensi kelautan yang beragam. Kota

Serang juga sebagai Ibukota dari Provinsi Banten yang menjadi central segala

aktivitas baik perniagaan maupun pertaniannya. Di Kota Serang memiliki satu

Pelabuhan perikanan yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Kota

Serang yang mempunyai tugas pokok yaitu memfasilitasi produksi dan pemasaran

hasil perikanan di wilayahnya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta

pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu mempunyai beberapa fungsi

yang harus dilaksanakan yaitu sebagai berikut: 1. Penyusunan rencana program

dan anggaran, pemantauan dan evaluasi pelabuhan perikanan, 2. Pelaksanaan

pengaturan keberangkatan, kedatangan dan keberadaan kapal perikanan di

pelabuhan perikanan, 3. Pelaksanaan pelayanan penerbitan Surat Tanda Bukti

Lapor Kedatangan dan Keberangakatan Kapal Perikanan, 4. Pelaksanaan

pemeriksaan Log Book, 5. Pelaksanaan Pelayanan Penerbitan Surat Persetujuan

Berlayar, 6. Pelaksanaan Penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, 7.

Pelaksanaan pengawasan pengisian bahan bakar, 8. Pelaksanaan pembangunan,

pengembangan, pemeliharan, pendayagunaan dan pengawasan, serta pengendalian

sarana dan prasarana, 9. Pelaksanaan fasilitasi penyuluhan, pengawasan dan

pengendalian sumber daya ikan, perkarantinaan ikan, publikasi hasil penelitian,


8

pemantauan wilayah pesisir, wisata bahari, pembinaan mutu, serta pengolahan,

pemasaran dan distribusi hasil perikanan, 10. Pelayanan jasa, pemanfaatan lahan

dan fasilitas usaha, 11. Pelaksanaan pengumpulan data, informasi dan publikasi,

12. Pelaksanaan bimbingan teknis dan penerbitan Sertifikasi Cara Penanganan

Ikan yang Baik (CPIB), 13. Pelaksanaan inspeksi pembongkaran ikan, 14.

Pelaksanaan pengendalian lingkungan di pelabuhan perikanan, 15. Pelaksanaan

urusan tata usaha dan rumah tangga. (Sumber: Laporan Tahunan PPN

Karangantu 2016 ).

Di dalam pelabuhan perikanan tidak terlepas dari segala aktivitas nelayan.

Salah satu aktivitas dari nelayan adalah aktivitas kapal perikanan nelayan.

Aktivitas kapal perikanan sangat berpengaruh pada keberlangsungan hasil

tangkapan ikan. Peran Pelabuhan Perikanan Nusanatara Karangantu dalam

Pengawasan segala aktivitas nelayan sangatlah penting guna mendukung,

mengendalikan, dan mengatur agar sesuai dengan apa yang menjadi program dan

tugas pokok dari Pelabuhan Perikanan. Adapun di dalam pelabuhan ini dari segi

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanannya merupakan tanggung jawab

dari Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, di

Karangantu sendiri yang menjadi tugas pengawasan sumber daya kelautan dan

perikanan adalah Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Serang atau disingkat menjadi Satwas SDKP Serang yang terletak di PPN

Karangantu. Adapun jumlah nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan

di Karangatu berjumlah sebagai berikut:


9

Pengawasan perikanan adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjamin

terciptanya tertib pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang

perikanan. Satwas SDKP sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu Pengawas

Sumber Daya Kelautan dan Pengawas Sumber Daya Perikanan. Adapun Satwas

SDKP yang teletak di Karangantu Kota Serang ini memiliki tugas untuk

mengawasi segala aktivitas perikanan dan kelautan dari seluruh kabupaten dan

kota yang ada di provinsi banten. Adapun wilayah operasional dari Satwas SDKP

Serang ini yaitu Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Tangerang, Kota

Tangerang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang Selatan. Tata cara pelaksanaan

tugas pengawas perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia Nomor 17/PERMEN-KP 2014 Tentang Pelaksanaan Tugas

Pengawas Perikanan yaitu sebagai berikut: pelaksanaan tugas pengawas perikanan

di kapal perikanan sebagaimana dimaksud yaitu sebagai berikut:

Pengawas perikanan melaksanakan tugasnya di WPP-NRI, Kapal

perikanan, pelabuhan perikanan/ pelabuhan yang ditunjuk, pelabuhan tangakahan,

sentra kegiatan perikanan, area pembenihan ikan, area pembudidayaan ikan, UPI

dan Konservasi perairan. Karena dalam penelitian kali ini peneliti hanya

memfokuskan pada Pengawas perikanan sumber daya kelautan dan perikanan di

bidang aktivitas kapal perikanan maka, pelaksaan tugas pengawas perikanan di

kapal perikanan melakukan kegiatan pengawasan terhadap: kapal penangkapan

ikan, kapal pengangkutan ikan, kapal pengolahan ikan, kapal latih perikanan,

kapal penelitian atau eksplorasi perikanan, dan kapal pendukung operasi

penangkapan ikan dan/atau budidaya ikan. Adapun pelaksaan tugasnya yaitu


10

berupa pengawasan kapal perikanan dengan cara: 1. Memeriksa kelengkapan dan

keabsahan SIPI/atau SIKPI, Surat Laik Kapal (SLO), dan Surat Persetujuan

Berlayar, 2. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan izin penelitian dan

pengembangan perikanan, 3. Memeriksa peralatan dan keaktifan SPKP, 4.

Memeriksa kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan/atau alata bantu

penangkapan ikan, 5. Memeriksa kesesuaian komposisi anak buah kapal

perikanan dengan crew list, 6. Memeriksa keberadaan pemantau diatas kapal

penangkap atau kapal pengangkut ikan untuk ukuran dan alat penangkapan ikan

tertentu, 7. Memeriksa kesesuaian penanganan ikan diatas kapal perikanan, 8.

Memeriksa kesesuaian ikan hasil tangkapan dengan alat penangkapan ikan, 9.

Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah ikan yang diangkut, 10. Memeriksa

kesesuaian pelabuhan muat/singgah bagi kapal pengangkut ikan hasil tangakapan

dengan SIKPI, 11. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah dan check

point terakhir bagi kapal pengangkut ikan hasil budidaya dengan SIKPI, 12.

Memeriksa kesesuaian daerah penangakapan ikan dengan SIPI, dan 13.

Memeriksa penerapan log book penangkapan ikan.

Dalam segi pengawasan Satwas SDKP Serang memiliki tugas sebagai salah

satu pemeriksa ketertiban administrasi dokumen kapal perikanan yang dimiliki

nelayan. Seperti misalnya nelayan harus memiliki SIPI (Surat Izin Penangkapan

Ikan). SIPI diterbitkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan terkait, dalam

pelayanan penerbitan SIPI nelayan dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Dalam prosedur pelayanan perizinan SIPI

nelayan dilakukan berdasarkan Standar Operasional Prosedur yang telah


11

ditetapkan, SIPI merupakan salah satu syarat administrasi yang harus dimiliki

setiap kapal perikanan yang selanjutnya untuk penerbitan Surat Laik Operasi

(SLO). Bagi nelayan yang belum memiliki SIPI yang resmi dan lengkap, maka

akan berakibat tidak bisa nya mereka melakukan penangkapan ikan. Oleh karena

itu SIPI merupakan syarat administratif awal yang harus dimiliki oleh nelayan.

Di pelabuhan perikanan nusantara Karangantu setiap harinya banyak

aktivitas kapal perikanan, baik bongkar muat hasil tangkapan ikan, penggunaan

alat tangkap ikan dll. Dari segi perizinan administratif dokumen kapal perikanan

yang ada di pelabuhan, ketaatan nelayan masih dibilang rendah karena masih

banyaknya nelayan yang belum melengkapi dokumen resmi perizinan kapal

perikanan. Salah satu perizinan administratif yang harus dilengkapi nelayan yaitu

berupa SIPI, SIUP, SIKPI dan juga SLO (Surat Laik Operasi). SLO merupakan

surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi

persyaratan administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan

perikanan. Maksud dan tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri ini adalah sebagai

acuan bagi pengawas perikanan, nahkoda kapal, pemilik kapal perikanan, operator

kapal perikanan dan penanggung jawab perusahaan perikanan dalam penerbitan

SLO. Oleh karena itu setiap kapal perikanan yang akan melakukan kegiatan

perikanan wajib memiliki SLO. Adapun kapal-kapal perikanan yang ada di

Karangantu yang harus wajib memiliki SLO adalah sebagai berikut:


12

Tabel 1.4
Jumlah kapal perikanan yang wajib memiliki SLO
No. Nama Kapal Pemilik Jenis alat Ukuran
tangkap GT/NT
1. KMN. Kareso 02 Wahid Bagan Apung GT.13 No.497/Ab
2. KMN. Kurnia Ilahi 02 Nur Muhammad Bagan Apung GT.15 No.488/Ab
3. KMN. Putri Timbul Wariyanto Cantrang GT.15 No.612/Ab
4. KMN. Kausar Musa Pancing GT.15 No.7163/Bc
5. KMN. Cahaya Rizki 02 Jumardin Bagan Apung GT.14 No.43/Aa
6. KMN. Cahaya Rizki 01 Jumardin Bagan Apung GT.17 No.43/Aa
7. KMN. Bintang Selamat Hanafi Bagan Apung GT.6.J.26. No.0577
8. KMN. Rizki Bahari H. Bacotang Bagan Apung GT.14 No.202/Db
9. KMN. Cahaya Abdad H. Sahibe Bagan Apung GT.13 No.422/Ab
10. KMN. Karuni Akbar Ardi Bagan Apung GT.10 No.421/Ab
11. KMN. Setia Baru Sulton Bagan Apung GT.6.S.44 No.492
12. KMN. Putra Mandala Tarmuji Bagan Apung GT.12 No.427/Ab
13. KMN. Anugrah Ilahi M. Miftahi Bagan Apung GT.14 No.498/Ab
Rahmatillah
14. KMN. Bintang Ariyna 01 Amirudin Bagan Apung GT.5.J.26 No.0622
15. KMN. Bintang Ariyna 02 Amirudin Bagan Apung GT.6.J.26 No.0623
16. KMN. Nurhayati 01 Syaiful Bahri Bagan Apung GT.11 No.456/Ab
17. KMN. Putri Bahagia Basuni Bagan Apung GT.12 No.453/Ab
18. KMN. Vikri Abadi Jaya Haryadi Bagan Apung GT.15 No.453/Ab
19. KMN. Sinar Jaya M. Nasir Bagan Apung GT.13 No.488/Ab
20. KMN. Panjang Barokah Holani Bagan Apung GT.12 No.454/Ab
21. KMN. Setia Bunga Roji Bagan Apung GT.7 No.7/Ad
22. KMN. Barokah Warso Cantrang GT.18 No.121/Ab
(Sumber: Laporan Penerbitan/Pencabutan/Penundaan SPB Kapal Perikanan
PPN Karangantu 2017)

Penerbitan SLO di Satwas SDKP Serang sendiri pada tahun 2017 di setiap

bulan nya mengalami penurunan. Salah satu, alasan dari menurunnya penerbitan

SLO yaitu masih banyaknya nelayan yang belum melengkapi persayaratan

administratifnya dan dari segi kelayakan teknis. Berikut adalah data mengenai

jumlah penerbitan SLO di Satwas SDKP Serang. Pada umumnya kapal-kapal

perikanan yang masuk dan keluar di Pelabuhan Karangantu pada Tahun 2017

adalah kapal-kapal yang berukuran kecil yang dapat dikategorikan sebagai


13

nelayan tradisional. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang menjelaskan

penerbitan SLO berdasarkan ukuran kapal dan data penerbitan HPK dan SLO dan

rekapitulasi ketaatan kapal perikanan selama tahun 2017.

Tabel 1.5

Rekapitulasi penerapan HPK dan SLO Satwas SDKP Serang

IZIN JMLH
IZIN PUSAT IZIN PROPINSI JUMLAH TOTAL
KABUPATEN JML KAPA
KAPA L
NO BULAN HPK S HPK HPK HPK % Laik
L TIDA
L SLO SLO SLO LAIK K
D B O D B D B D B LAIK

1 Januari 138 178 178 19 22 21 157 200 199 99.50% 199 1

2 Februari 172 186 185 16 19 18 188 205 203 99.02% 203 2

3 Maret 187 214 207 26 32 32 213 246 239 97.15% 239 7

4 April 130 146 141 30 34 34 160 180 175 97.22% 175 5

5 May 129 134 134 21 24 23 150 158 157 99.37% 157 1

6 June 110 120 115 27 29 29 137 149 143 95.97% 143 6

7 July 106 114 110 13 15 14 119 129 124 96.12% 124 5

8 August 186 190 187 30 34 32 216 224 219 97.77% 219 5

9 September 129 136 134 24 28 26 153 164 160 97.56% 160 4

10 October 127 151 141 1 2 0 128 153 141 92.16% 141 12

11 November 111 137 135 0 3 0 111 140 135 96.43% 135 5

12 December 60 73 68 60 73 68 93.15% 68 5

(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)

Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa total pengeluaran SLO bagi

kapal penangkap ikan terjadi pengurangan sekitar 2.1 %, HPK A sekitar 5.8 %,

HPK B terjadi pengurangan sekitar 1.75 % dari Tahun sebelumnya beberapa


14

diantaranya dikarenakan syarat administrasi kurang lengkap. Hal ini disebabkan

sebagian nelayan dari luar provinsi Banten ke Karangantu tanpa disertai surat

andon/masa berlaku andon sudah habis. Data yang telah dipaparkan sebelumnya

merupakan hasil dari kegiatan pengawasan terkait penerbitan SLO selama satu

tahun terakhir.

Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, masih banyaknya

masalah ditemukan terkait perizinan kapal nelayan. Adapun masalah yang

Pertama: masih adanya nelayan yang belum memiliki dokumen kapal perikanan

yang lengkap, salah satu dokumen kapal perikanan yang harus dilengkapi bagi

setiap kapal yang akan melakukan penerbitan SLO adalah kelengkapan SIPI

(Surat Izin Penangkapan Ikan). SIPI merupakan bagian awal dari nelayan dalam

kegiatan penangkapan ikan, dapat dikatakan SIPI adalah perizinan yang sangat

penting yang harus dimiliki nelayan, karena kesesuaian fisik kapal penangkap

ikan dengan SIPI yang meliputi bahan kapal, merek dan nomor seri mesin utama,

tanda selar, dan nama panggilan /call sign serta kesesuaian jenis dan ukuran alat

tangkap ikan dengan SIPI harus sesuai dengan apa yang nantinya akan diterbitkan

SLO. Jika nelayan tidak memiliki SIPI atau masa berlaku SIPI habis, maka

Satwas SDKP Serang tidak bisa menerbitkan SLO (Surat Laik Operasi) yang juga

akibatnya nelayan tidak bisa mendapatkan Surat Perizinan Berlayar (SPB).

Masalah ini perkuat dengan hasil wawancara dengan salah anggota Satwas

SDKP Serang Bapak Slamet Riyanto pada tanggal 02 februari 2018 pukul: 14.00

WIB di Kantor Satwas SDKP Serang sebagai berikut: “Inti dari masalah perizinan

yaitu, nelayan menganggap SIPI perizinan yang lamban. Jadi banyaknya nelayan
15

yang memiliki kapal perikanan belum memiliki SIPI”. Dari hasil wawancara

dengan salah satu anggota dari Satwas SDKP Serang ini bahwa nelayan

karangantu yang memiliki kapal perikanan cenderung malas untuk mengurus

perizinan SIPI. Ini yang mengakibatkan dari segi ketaan nelayan masih dibilang

rendah.

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor 1/PERMEN-KP/2017 Tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan yaitu

SLO adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah

memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan

kegiatan perikanan. Sedangkan SIPI adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap

kapal perikanan untuk melakukan kegiatan penangakapan ikan yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP). Jadi dapat

dikatakan bahwa SLO sangatlah wajib yang harus dimiliki setiap kapal perikanan.

Namun SLO tidak diwajibkan bagi kapal perikanan untuk nelayan kecil dan

budidaya ikan kecil yang ukuran kapalnya dibawah 10 GT.

Penerbitan SLO harus dilengkapi dengan persyaratan kapal perikanan

lainnya terlebih dahulu yaitu memiliki SIPI. Yang jadi masalah adalah masih

banyaknya kapal perikanan milik nelayan yang tidak memiliki SIPI, ini

dikarenakan menurut para nelayan pelayanan pembuatan SIPI yang dianggap

lamban dan tidak jelas mengakibatkan masyarakat nelayan menjadi enggan

membuat SIPI. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah satu

nelayan pemiliki kapal perikanan di karangantu yaitu Bapak Saiman pada pukul

10.00 WIB di dermaga PPN Karangantu sebagai berikut: “sudah pernah


16

melakukan perizinan dan mengurus pembuatan SIPI, tetapi dalam penerbitannya

cenderung lama dan akhirnya kita malas untung mengurusi perizinan itu lagi”.

Dari hasil wawancara dengan salah satu nelayan yang memiliki kapal perikanan di

karangantu ini menjelaskan bahwa dalam pengurusan perizinan atau pembuatan

SIPI yang lamban membuat para nelayan tidak memiliki SIPI.

Dalam aturan birokrasi yang dibuat oleh pemerintah pusat mengenai

pelayanan pembuatan SIPI. Pemerintah menargetkan pengurusan penerbitan SIPI

bisa jadi atau diterbitkan selama 13 (tiga belas) hari sudah bisa selesai dan

digunakan oleh para nelayan untuk selanjutnya dijadikan sebagai salah satu syarat

administrasi bagi nelayan yang memiliki kapal perikanan untuk melakukan

kegiatan penangkapan ikan.

Masalah yang Kedua: dari segi Satwas SDKP Serang dalam aktivitas

pengawasan kapal perikanan kurangnya SDM. Ini dilihat dari wilayah kerja

operasional pengawasan Satwas SDKP Serang yaitu se Kabupaten dan Kota yang

memiliki daerah perairan di Provinsi Banten. Hal ini diperkuat dan diakui oleh

salah satu anggota SATWAS SDKP Serang dari hasil wawanca yang dilakukan

pada hari Jumat, 02 Februari 2018 pukul: 14.00 WIB dengan Bapak Slamet

Riyadi di Kantor Satwas SDKP Serang sebagai berikut: “SDM kita yang kecil dan

sedikit sedangkan di daerah tangerang saja banyak UPI-UPI juga di daerah Anyer

banyaknya budidaya ikan. Jadi masih kurangnya SDM Pengawasan jika kita lihat

dari tugas pekerjaan yang banyak”. Adapun jumlah SDM pengawasan yang ada di

Satwas SDKP Serang ini adalah sebagai berikut:


17

Tabel 1.6
Jumlah SDM Satwas SDKP Serang
No. Nama Jabatan

1. Ade Riza Taufik, S.P Kepala Koordinator Satwas SDKP

Serang

2. Latif Turmanto Bendahara Pengeluaran Pembantu

3. Slamet Riyanto, S.Pi Penyidik Pegawai Negeri Sipil

4. Setyo Budi Raharjo, S.Pi Polisi Khusus

5. Achmad Arif Afandi, S.ST.Pi Nahkoda Kapal

6. Sugeng Riyadi, S.Tr.Pi THL

7. Dani Fitrianto THL

8. Andri A.Tompunu, A.Md THL

(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)

Berdasarkan Tabel 1.5 di atas peneliti mengetahui bahwa jumlah SDM atau

pegawai di Satwas SDKP Serang sebanyak 8 pegawai. Dilihat dari banyaknya

wilayah operasional kerja pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang

ada di Provinsi Banten kecuali wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten

Lebak merupakan wilayah kerja dari Satwas SDKP Serang. Banyaknya pegawai

yang merangkap pekerjaan mereka dinilai tidak efektif dan efisien dalam

menyelesaikan suatu tugas dalam pengawasan perikanan ini. Penambahan SDM

sebaiknya dilakukan karena SDM merupakan salah satu bagian terpenting dari

kegiatan. Karena aktivitas pengawasan merupakan kegiatan yang harus dilakukan


18

lapangan langsung, baik dari segi langsung maupun dari segi administratifnya

harus ada SDM yang cukup untuk menangani masalah ini.

Masalah Ketiga: masih banyaknya nelayan yang menggunakan alat tangkap

yang tidak ramah lingkungan dan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah.

Masalah ini ditemukan langsung oleh petugas Satwas SDKP Serang bahwa masih

banyak kapal perikanan nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan

mereka menggunakan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah. Hal ini

diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Slamet Riyadi pada hari Jumat,

02 Februari 2018 pukul: 14.00 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang sebagai

berikut: “masih adanya kapal perikanan yang menggunakan alat tangkap yang

tidak ramah lingkungan. karena dalam SIPI dan aturan yang telah dibuat oleh

pemerintah tentang aturan alat tangkap ikan ramah lingkungan berbanding terbalik

dengan kenyataan dilapangan”.

Berdasarkan data penerbitan Surat Laik Operasi yang dilakukan oleh Satwas

SDKP Serang tertera masih adanya kapal perikanan nelayan yang menggunakan

alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti jenis alat tangkap cantrang dan

arad. Berikut adalah data penerbitan SLO berdasarkan alat tangkap yang

digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan di Karangantu:


19

Tabel 1.7
Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan jenis alat tangkap Tahun 2017
No Jenis Alat Tangkap Jumlah SLO
1. Cantrang 108
2. Pancing 195
3. Bagan Apung/Lief Net 734
4. Bagan Perahu 108
Total 1145
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang tahun 2017)

Berdasarkan tabel 1.6 di atas jumlah Hasil Pemeriksaan Kapal pada saaat

keberangkatan berdasarkan alat tangkap ikan yang digunakan oleh nelayan yaitu

masih adanya jenis alat tangkap yang dilarang yaitu jenis Cantrang. Masalah alat

tangkap ikan sangatlah penting diperhatikan karena berhubungan langsung dengan

kondisi potensi laut yang akan datang. Karena jika ekosistem laut tidak di jaga

dengan baik maka akan mempengaruhi keberlanjutan biota laut dan segala

makhluk hidup di dalam laut yang akhirnya akan mencemari lingkungan. Peran

pemerintah dan masyarakat sekitar sangatlah berpengaruh pada arah kegiatan

menjaga dan melestarikan agar laut tidak rusak akibat pencemaran lingkungan.

Untuk itu kita sebagai manusia yang memiliki jiwa social harus bisa peduli

dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan pemaparan masalah yang telah disebutkan peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian ditempat Pelabuhan Perikanan Nusantara

Karangantu yang berjudul “Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan

Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Serang”.
20

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pendahuluan pada latar belakang, penelitian ini perlu

adanya identifikasi masalah. Peneliti mengidentifikasi masalah-masalah sebagai

berikut:

1. Masih adanya nelayan yang belum memiliki dokumen kapal yang

lengkap.

2. Kurangnya SDM pengawasan di Satwas SDKP Serang, dilihat dari

banyaknya tugas yang harus diselesaikan dengan jumlah wilayah

Operasional Satwas SDKP Serang yang ada di provinsi Banten.

3. Masih banyaknya kapal penangkap ikan milik nelayan yang

menggunakan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian-uraian masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang

masalah dan identifikasi masalah. Maka peneliti mencoba membatasi masalah

penelitiannya. Dalam masalah ini peneliti membatasi masalah yang diteliti

yaitu mengenai Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di

Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang.

1.4 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan diatas,

maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah “Bagaimana Pengawasan


21

Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber

Daya Kelautan dan Perikanan Serang?”.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan

Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Serang.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi khalayak ramai.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan

keilmuan dan pengetahuan, dapat menambah pengetahuan,

wawasan luas serta bahan dalam menerapkan ilmu metode

penelitian. Khususnya bagi pengembangan ilmu administrasi

mengenai “Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan

Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan

Perikanan Serang.” serta dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan pada penelitian berikutnya.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti
22

Manfaat praktis bagi peneliti yaitu sebagai selama penelitian

berlangsung diharapkan bagi peneliti dapat lebih memantapkan

ilmu yang telah didapatkan selama mengemban studi di

program studi Ilmu Administrasi Publik FISIP Untirta.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Maanfat praktis bagi perguruan tinggi yaitu sebagai

dokumentasi akademik untuk dijadikan acuan bagi civitas

akademika.

3. Bagi Pengelola Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

dan Anggota Satwas SDKP Serang.

Manfaat praktis bagi pihak pengelola pelabuhan dan Anggota

Satwas SDKP Serang adalah sebagai bahan evaluasi

peningkatan kinerja pegawai serta memperhatikan pengawasan

segala aktivitas kapal perikanan.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini diagi kedalam lima bagian masing-masing terdiri dari

sub bangian, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Masalah menerangkan atau menjelaskan ruanf lingkup

dan kedudukan masalah yang diteliti. Bentuk penerangan dan


23

penjelasan dalam penelitian ini akan diuraikan secara deduktif, artunya

dimulai dari penjelasan yang bebentuk umum hingga menjelaskan ke

masalah yang lebih spesifik dan relevan dengan tema yang diambil.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang

akan diteliti, kemudian dikaitkan dengan tema/topic/judul penelitian.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan untuk menghemat waktu dan

biaya maka peneliti membatasi penelitian ini.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah

yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam

bagian ini juga akan didefinisikan permasalahan yang telah diterapkan

dalam kalimat Tanya.

1.5 Tujuan Penelitian

Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan

dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan.

Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan

masalah penelitian.

1.6 Manfaat Penelitian

Menjelaskan tentang manfaat teoritis dan praktis terkait dengan

temuan penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan


24

Menjelaskan isi bab per babnya dan menjelaskan urutan penulisan

skripsi ini secara keseluruhan.

BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR

1.1 Landasan Teori

Landasan Teori mengkaji teori dan konsep yang relevan dengan

permasalahan penelitian, sehingga akan memperoleh konsep penelitian

yang jelas.

1.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kajia penelitian yang penuh dilakuka oleh

penulis sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah.

1.3 kerangka pemikiran

kerangka pemikiran menggambarkan alur pemikiran peneluti sebagai

kelanjutan dari perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan

kepada pembaca mengenai asumsi dasarnya.

1.4 Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi dasar merupakan jawaban sementara dan akan diuji kebenarannya.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan dan metode apa yang

akan digunakan dalam penelitian ini.


25

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian

penelitian yang akan dilakukan.

3.3 Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat atau locus penelitian yang akan dilakukan.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan

diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang

digunakan.

3.4.2 Definisi Operasional

Merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam

rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel penelitian

dilengkapi dengan tabel matriks yang berisi dimensi, sub dimensi

dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.

3.5 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data

yang akan digunakan, dalam hal ini instrumennya adalah peneliti sendiri

dakan akan disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan

dalam pengumpulan data dan observasi.

3.6 Informan Penelitian


26

Informan peleitian yaitu pihak yang memberikan informasi baik secara

lisan maupun tulisan kepada peneliti. Pemeberian informasi biasanya

didapatkan dengan cara wawancara dengan peneliti.

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menjelaskan teknis analisis rasionalisasinya, yaitu memaparkan teknik

pengolahan dan analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini.

3.8 Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal penelitian, beserta tahapan penelitian yang akan

dilakukan serta dilengkapi dengan tabel jadwal penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

1.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan dengan

objek penelitian.

1.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

menggunakan teknik anaisis data yang relevan.

1.3 Temuan Lapangan

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

menggunakan teknik analisa data kualitatif.

1.4 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap analisis data.


27

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan

mudah dimengerti.

5.2 Saran

Berisi tindaklanjut dari sumbanan penelitian terhadap bidang yang diteliti

baik secara teoritis maupun praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan

skripsi ini.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Memuat lampiran-lampiran yang dianggap perlu dan relevan, bersusun

secara berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti karena berkaitan dengan data

penelitian dan sebagai bukti kuat dalam penyusunan penelitian.


28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung

masalah dalam penelitian. dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi

panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang

mendukung masalah penelitian mengenai Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap

Ikan Karangantu Dalam Penerbitan Surat Laik Opersi (SLO) Di Satwas SDKP

Serang.

2.1.1 Definisi Manajemen

Dalam Hasibuan (2007:2) definisi manajemen berdasarkan menurut para

ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan

Manajemen adalah ilmu atau seni mengatur proses pemanfaatan sumber


daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Menurut Andrew F. Sikula

Management in general refers to planning, organizing, controlling,


staffing, leading, motivating, communicating, and desicion making activities
performed by any organization in order to coordinate the varied resources of
the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service.
29

(manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,


pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian,
komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap
organisasi dengan bertujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya
yang dimiliki oleh perusahan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa
secara efisien).
3. Menurut G.R Terry

Management is a distinct process consisting of planning, organizing,


actuating and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources. (manajemen adalah
suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
4. Menurut Hrold Koontz dan Cyril O’Donnel

Managements is getting things done trought people. In briging about this


coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes,
staffs, direct, and ontrol the activities other people. (manajemen adalah usaha
untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan
demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivtas orang lain
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan
pengendalian.

Menurut James A.F. Stoner, Manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. (Handoko 2003:8)

Luther Gulick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu

pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami

mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan

dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.

(Handoko 2003:11)
30

Berdasarkan beberapa definisi para ahli diatas, peneliti menyimpulkan

bahwa manajemen adalah penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan

usaha manusia untuk memanfaatkan sesuatu secara efektif material dan

fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.

2.1.2 Pentinya Manajemen

Dalam Hasibuan (2007:3) pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas

(fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhan yang tidak

terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam

melaksanakan pekerjaan mendorong manusia membagi suatu pekerjaan, tugas

dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja sama dan keterkaitan formal

dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit

akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai.

Dalam Hasibuan (2007:3-4) pada dasarnya manajemen itu penting karena

sebagai berikut:

1. Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan

pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam menyelesaikannya.

2. Perusahaan akan berhasil baik, jika manajemen diterapkan dengan baik.

3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua

potensi yang dimiliki.

4. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan

5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan

memanfaatkan 6M dalam proses manajemen tersebut.


31

6. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.

7. Manajemen mengakibatakan pencapaian tujuan secara teratur.

8. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.

9. Manajemen selalu dibutuhkan di setiap kerja sama sekelompok orang.

Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untuk mengatur segala

kegiatan rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintahan, dan

lain sebagainya. Dengan manajemen yang baik maka pembinaan kerja sama akan

serasi dan harmonis, saling menghormati dan mencintai, sehingga tujuan optimal

akan tercapai. Begitu pentingnya peran manajemen dalam kehidupan manusia

mengharuskan kita mempelajari, menghayati dan menerapkan demi hari esok

yang lebih baik.

2.1.3 Fungsi – fungsi Manajemen

Dalam Hasibuan (2007:38) fungsi – fungsi manajemen menurut para ahli


yaitu sebagai berikut:
Menurut:
32

Tabel 2.1
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN MENURUT AHLI
G.R Terry John F. Mee Louis A. Allen Mc. Namara
1. Planning 1. Planning 1. Leading 1. Planning
2. Organizing 2. Organizing 2. Planning 2. Programming
3. Actuating 3. Motivating 3. Organizing 3. Budgeting
4. Controlling 4. Controlling 4. Controlling 4. Systeming
Henry Fayol Harold Koontz, Cyril Dr. S.P Siagian Prof. Drs. Oey Liang
O’Donnel Lee
1. Planning 1. Planning 1. Planning 1. Perencanaan
2. Organizing 2. Organizing 2. Organizing 2. Pengorganisasian
3. Commanding 3. Staffing 3. Motivating 3. Pengarahan
4. Coordinating 4. Directing 4. Controlling 4. Pengkoordinasian
5. Controlling 5. Controlling 5. Evaluating 5. Pengontrolan
W.H Newman Luther Gullick Lyndall F. Urwick John D. Millet
1. Planning 1. Planning 1. Forecasting 1. Directing
2. Organizing 2. Organizing 2. Planning 2. facilitating
3. Assembling 3. Staffing 3. Organizing
4. Resources 4. Directing 4. Commanding
5. Directing 5. Coordinating 5. Coordinating
6. Controlling 6. Reporting 6. Controlling
7. Budgeting

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti menarik

kesimpulan pada dasarnya fungsi manajemen adalah untuk mempermudah

manusia dalam memenuhi sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai suatu

tujuan.

2.1.4 Definisi Pengawasan

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa

tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara

membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. ( Dalam Handoko,

2003:359).
33

Menurut Robert J. Mockler dalam (Handoko, 2003:360) pengawasan suatu

usaha yang sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-

tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan

kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan

mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakn koreksi yang

diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan deipergunakan

dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan

perusahaan.

Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi

guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. (Siagian, 2005:125)

Menurut Stephen P. Robins & Mary Coulter (1999) dalam Effendi

(2014:206) merumusakn pengawasan sama dengan pengendalian sebagai proses-

proses memantau kegiatan-kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan

itu diselesaikan sebagaimana telah direncanakan dan proses mengoreksi setiap

penyimpangan yang berarti.

Menurut Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig dalam Fahmi

(2012:138) teori pengawasan itu sama halnya dengan teori umum lainnya. Lebih

banyak merupakan keadaan pikiran (state of mind) dari pada gabungan spesifik

dari metode matematis, ilmiah atau teknologis.

Menurut Hadibroto dalam Fahmi (2012:139) mengatakan bahwa pengawasn

adalah kegiatan penilaian terhadap organisasi/kegiatan dengan tujuan agar


34

organisasi/kegiatan tersebut melaksanakan fungsinya dengan baik dan dapat

memenuhi tujuannya yang telah ditetapkan.

Menurut Brantas dalam Fahmi (2012:139) pengawasan ialah proses

pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan untuk tidakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.

Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan dari

pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua

pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya. Dalam Makmur (2015:176)

Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan oleh para ahli diatas, peneliti

mengambil kesimpulan bahwa pengawasan adalah cara suatu organisasi agar

dapat mewujudkan rencana yang telah dibuat sebelumnya mengenai program-

program dan visi misi yang telah dibuat, serta mewujudkan kinerja yang efektif

dan efisien.

2.1.4.1 Hakikat Pengawasan

Dalam Siagian (2005:126-128) agar pengawasan membuahkan hasil yang

diharapkan, perhatian serius perlu diberikan kepada berbagai dasar pemikiran

yang sifatnya fundamental, beberapa diantaranya dibahas berikut ini.

a. Pertama, orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah efisiensi. Berkerja

secara efisien berarti menggunakan sumber-sumber yang tersedia seminimal

mungkin untuk membuahkan hasil tentu yang telah ditetapkan dalam

rencana.
35

b. Orientasi kedua dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional

adalah efektivitas.

c. Produktivitas merupakan orientasi yang ketiga.

d. Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan yang sedang

berlangsung, dan dimaksudkan untuk mencegah jangan sampai terjadi

penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan.

e. Tidak ada manajer yang dapat mengelak dari tanggung jawab melakukan

pengawasan karena para pelaksana adalah manusia yang tidak sempurna.

f. Pengawasan akan berjalan lancar apabila proses dasar pengawasan diketahui

dan ditaati.

2.1.4.2 Jenis/Tipe Pengawasan

Dalam Manullang (2002:176), Berbagai macam pendapat tentang jenis-

jenis pengawasan. Terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut, terutama karena

perbedaan sudut pandang atau dasar perbedaan jenis pengawasan itu. Ada

empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan yakni.

a. Waktu pengawasan,

b. Objek pengawasan,

c. Subjek pengawasan, dan

d. Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan.

Ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu (1) pengawasan pendahuluan, (2)

pengawasan “concurrent” , dan (3) pengawasan umpan balik. (Handoko,

2003:361-362)
36

a. Pengawasan pendahuluan (feedforward control)

Pengawasan pendahuluan atau sering disebut streering controls, dirancang

untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari

standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap

kegaiatn tertentu diselesaikan.

b. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan

(concurrent control).

Pengawasan ini sering disebut sebagai pengawasan “Ya-Tidak”, screening

controls atau “berhenti-terus”. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana

aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu

harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi

semacam peralatan “double check” yang lebih menjamin ketepatan

pelaksanaan suatu kegiatan.

c. Pengawasan umpan balik (feedback control).

Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-action controls,

mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.

2.1.4.3 Pentingnya Pengawasan

Dalam Handoko, (2003:366-367) ada berbagai factor yang membuat

pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi. Factor-faktor itu

adalah:
37

1). Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan

organisasi terjadi terus menerus dan tak dapat dihindari, seperti

munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan

baku baru, adanya pertauran pemerintah baru, dan sebagainya. Melalui

fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang

berpengaruh pada barang dan jasa organisasi, sehingga mampu

menghadapi tantangan atau memanfatkan kesempatan yang diciptakan

perubahan-perubahan yang terjadi.

2). Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin

memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis

produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabilitas

tetap terjaga, penjualan eceran pada penyalur perlu dianalisa dan dicatat

secara tepat; bermacam-macam pasar organisasi, luar dan dalam negeri,

perlu selalu dimonitor. Di samping itu organisasi sekarang lebih bercorak

desentralisasi, dengan banyak ageng-agen atau cabang-cabang penjualan

dan kantor-kantor pemasaran., pabrik-pabrik yang terpisah secara

geografis, atau fasilitas-fasilitas penelitian yang tersebar luas. Semuanya

memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan

efektif.

3). Kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat

kesalahan, manajer tetap secara sederhana melakukan fungsi

pengawasan. Tetpi kebanayakn anggota organisasi sering membuat

kesalahan-kesalahan. Memesan barang atau komponen yang salah,


38

membuat penentuan harga yang terlalu rendah, masalah-masalah

didiagnosa secara tidak tepat. Sistem pengawasan memungkinkan

manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

4). Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Bila manajer

mendelegasikan wewenang kepada bawahannya, tanggung jawab atasan

itu sendiri tidak bisa berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat

menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah

dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan sistem

pengawasan. Tanpa sistem tersebut manajer tidak dapat memeriksa

pelaksanaan tugas bawahan.

2.1.4.4 Ciri – ciri Pengawasan yang Efektif

Dalam Siagian (2002:175-183) menjelaskan bahwa pelaksanaan

pengawasan yang efektif merupakan salah satu reflesi dari aktivitas

manajerial seorang pemimpin. Pengawasan akan berlangsung efektif apabila

memiliki ciri-ciri yang dibahas sebagai berikut:

a. Pertama: pengawasan harus merefleksi sifat dari berbagi kegiatan yang

diselenggarakan.

b. Kedua: pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang

kemungkinan adanya deviasi dari rencana

c. Ketiga: pengawasan harus menunjukan pengecualian pada titik-titik

strategic tertentu.

d. Keempat: objektivitas dalam melakukan pengawasan.


39

e. Kelima: keluwesan pengawasan

f. Keenam: pengawasan harsu memperhatikn pola dasar organisasi.

g. Ketujuh: efisiensi pelaksanaan pengawasan.

h. Kedepalan: pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang

terlibat.

i. Kesembilan: pengawasan mencari apa yang tidak beres.

j. Kesepuluh: pengawasan harus bersifat membimbing.

2.1.4.5 Tahap-tahap dalam proses pengawasan

Adapun tahap-tahap dalam pengawasan ini tertuang dalam Effendi

(2014:212-213) sebagai berikut:

Tahap 1 : Penetapan Standar Pelaksanaan

Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Tahap 4 : Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis

Penyimpangan

Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan

2.1.4.6 Cara-cara Mengawasi

Dalam Manullang (2002:178) supaya pengawasan yang dilakukan seorang

atasan efektif, maka haruslah terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yang

bersangkutan. Guna maksud pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk

mengumpulkan fakta-fakta tersebut sebagai berikut:


40

a. Peninjauan pribadi

b. Interview atau lisan

c. Laporan tertulis, dan

d. Laporan dan pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa.

2.1.4.7 Tugas (Fungsi) Pengawasan

Dalam Handayaningrat (1988:144) menjelaskan tugas dan fungsi dari

pengawasan yaitu sebagai berikut:

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi

wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. Mendidik para ppejabat agar mereka melaksanakan pekerjaannya sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan.

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan, agar

tidak terjadi kerugian yang diinginkan.

d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan

pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.

2.1.5 Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan

Perikanan

2.1.5.1 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor 17/PERMEN-KP/2014 Tetang Pengawas Perikanan yaitu Pengawas

Perikanan adalah pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas mengawasi


41

tertib pelaksanaan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang perikanan. Pengawas perikanan adalah kegiatan yang ditunjukan

untuk menajmin terciptanya tertib pelaksanaan ketentuan perundang-

undangan di bidang perikanan.

2.1.5.1.1 Tata Cara Pelaksanaan Tugas

Pengawas Perikanan Sebagaimana dimaksud pada Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

17/PERMEN-KP/2014 Tetang Pengawas Perikanan yaitu dalam

melaksanakan tugasnya pengawas perikanan melaksanakan tugas nya di:

a. WPP-NRI

b. Kapal perikanan

c. Pelabuhan perikanan dan/atau pelabuhan lainnya yang ditunjuk

d. Pelabuhan tangkahan

e. Sentra kegiatan perikanan

f. Area pembenihan ikan

g. Area pembudidayaan ikan

h. UPI: dan/atau

i. Kawasan konservasi perairan.

2.1.5.1.2 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan di Kapal

Perikanan

Pelaksanaan tugas pengawas perikanan di kapal perikanan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dilakukan terhadap:


42

a. Kapal penangkapan ikan

b. Kapal pengangkut ikan

c. Kapal penglolahan ikan

d. Kapal latih perikanan

e. Kapal penelitian/eksplorasi perikanan

f. Kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan

ikan.

2.1.5.1.3 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan pada Kapal

Penangkap Ikan

Pelaksanaan tugas pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan SIPI dan/atau SIKPI, Surat

Laik Operasi, dan Surat Persetujuan Berlayar.

b. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan izin penelitian dan

pengembangan perikanan.

c. Memeriksa peralatan dan keaktifan SPKP.

d. Memeriksa kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan/atau alat

bantu penangkapan ikan.

e. Memeriksa kesesuain komposisi anak buah kapal perikanan dengan

Crew List.
43

f. Memeriksa keberadaan pemantauan diatas kapal penangkap atau

kapal pengangkut ikan untuk ukuran dan alat penangkapan ikan

tertentu.

g. Memeriksa kesesuaian ikan di atas kapal perikanan.

h. Memeriksa kesesusaian ikan hasil tangkapan dengan alat

penangkapan ikan.

i. Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah ikan yang akan diangkut.

j. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah bagi kapal

pengangkut ikan hasil tangkapan dengan SIKPI.

k. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah dan check point

terakhir bagi kapal pengangkut ikan hasil budidaya dengan SIKPI.

l. Memeriksa kesesuaian daerah penangkap ikan dengan SIPI.

m. Memeriksa penerapan log book penangkapan ikan.

2.1.5.2 Teknis Pengawasan Kapal Perikanan

Teknis Pengawasan Kapal Perikanan menurut Peraturan Direktur

Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nomor

12/PER-DJPSDKP/2017 Tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Kapal

Perikanan yaitu sebagai berikut:

Pelaksanaan pengawasan kapal perikanan dilakukan oleh pengawas

perikanan. Pengawas perikanan melakukan pengawasan meliputi:

a. Pemeriksaan kapal perikanan pada saat keberangkatan.

b. Pemeriksaan kapal perikanan pada saat melakukan kegiatan perikanan.


44

c. Pemeriksaan kapal perikanan pada saat kedatangan.

2.1.5.2.1 Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor 1/PERMEN-KP/2017 Tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan,

disingkat SLO yaitu:

Surat Laik Operasi (SLO) adalah surat keterangan yang menyatakan

bahwa kapal perikanan telah memenuhi pesyaratan administrasi dan

kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan perikanan. Maksud

ditetapkannya Peraturan Menteri ini adalah sebagai acuan bagi pengawas

perikanan, nakhoda, pemilik, operator kapal perikanan dan penanggung

jawab perusahaan perikanan dalam rangka penerbitan SLO. Tujuan

ditetapkannya Peraturan Menteri ini agar kapal perikanan laik operasi dalam

melakukan kegiatan perikanan.

2.1.5.2.1.1 Syarat dan Ketentuan Penerbitan SLO

SLO diterbitkan setelah kapal perikanan telah memenuhi persyaratan

administratif dan kelayakan teknis. Adapun persyaratan administrative

yang harus dipenuhi bagi kapal penangkap ikan yaitu sebagai berikut:

1) Persayatan Administrasi

a) SIPI asli;

b) SKAT asli, untuk kapal penangkap ikan dengan ukuran diatas 30

GT;
45

c) SLO asal, untuk kapal penangkap ikan yang telah melakukan

kegiatan penangkapan ikan; dan

d) Kesesuaian pelabuhan dan muat dengan SIPI.

2) Persyaratan Kelayakan Teknis

a) Kesesuaian fisik kapal penangkapan ikan dengan SIPI yang

meliputi bahan kapal, merek dan nomor seri mesin utama, tanda

selar, dan nama panggilan/call sign.

b) Kesesuaian jenis dan alat penangkapan ikan dengan SIPI;dan

c) Keberadaan dan kearifan transmitter SPKP, untuk kapal penangkap

ikan dengan ukuran diatas 30 GT.

2.1.6 Pengertian Pelabuhan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pelabuhan adalah tempat yang

terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai

tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai

tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat

barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan

penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda

transportasi. (https://www.kamusbesar.com/pelabuhan)

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau

untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke

dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk

memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang

berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang
46

berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti

pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001

mengatur tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan)

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001,

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas diujung samudera, sungai atau danau untuk

menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke

dalamnya. Pelabuhan bisanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk

memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Dalam Peraturan

Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur segala tentang pelabuhan dan fungsi

serta penyelenggaraannya.

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di

sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan

kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan

bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Kepelabuhanan

perikanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi

pelabuhan perikanan dalam menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus

lalu lintas kapal perikanan, keamanan dan keselamatan operasional kapal

perikanan, serta merupakan pusat pertumbuhan perekonomian nasional dan daerah

yang terkait dengan kegiatan perikanan dengan tetap mempertimbangkan tata

ruang wilayah. (Permen Nomor Per.08/MEN/2012) Klasifikasi Pelabuhan

Perikanan dibedakan dalam 4 (empat) kelas, yaitu:


47

1. Pelabuhan Perikanan kelas A, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan

Samudera (PPS);

2. Pelabuhan Perikanan kelas B, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN);

3. Pelabuhan Perikanan kelas C, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan

Pantai (PPP); dan

4. Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan Pendaratan

Ikan (PPI).

2.1.6.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara

Menurut Permen No. 8 Tahun 2012 pada pasal 7 menjelaskan kriteria

teknis dan opersioanl Pelabuhan Perikanan Nusantara sebagai berikut:

a. Kriteria teknis terdiri dari:

1. mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di

perairan Indonesia dan ZEEI;

2. memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurang-kurangnya 30 GT;

3. panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 3 m;

4. mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 75 unit atau

jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT; dan

5. memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 10 ha.

b. Kriteria operasional terdiri dari:


48

1. terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-

rata 30 ton per hari; dan

2. terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti mencantumkan hasil

penelitian terdahulu yang pernah penulis baca. Penelitian terdahulu ini bermanfaat

dalam mengolah atau memecahkan masalah yang timbul dalam potensi dan

Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Dalam Penerbitan Surat

Laik Operasi (SLO) Di Satwas SDKP Serang. Walaupun lokus dan fokus nya

tidak sama persis tetapi membantu peneliti dalam menemukan sumber-sumber

pemecahan masalah dalam ranah Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan

Karangantu Dalam Penerbitan Surat Laik Operasi (SLO) Di Satwas SDKP

Serang. Di bawah ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca:

1. Penelitian (skripsi) FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang dilakukan

oleh Risdayanti Sinaga 2016, dengan judul Dampak Pembangunan Pelabuhan

Perikanan Pantai (PPP) Labuan Terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat

Nelayan Di Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah dampak pembangunan yang semakin

terlihat seperti dampak dari aktivitas pengerukan yang terlalu dalam disekitar

kolam pelabuhan mengakibatkan terumbu karang dan biota laut menjadi

berkurang, bantuan yang tidak merata yang dirasakan nelayan menimbulkan


49

kecemburuan sosial, dan pelabuhan hanya sebagai penyedia fasilitas dan hanya

sebagai media untuk melelang bukan meningkatkan pendapatan masyarakat.

2. Jurnal Penelitian oleh Dewi Indri Hapsari, Abdul Rasyid dan Trisnani Dwi

Hapsari, Universitas Diponegoro Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Dengan judul Analisis Kinerja SATKER Pengawasan Sumber Daya Kelautan

Dan Perikanan (PSDKP) Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palahabuhan Ratu

Sukabumi Jawa Barat. Hasil dari jurnal penelitian ini adalah kinerja Satker

PSDKP yang terbilang baik. sebagian besar tugas pokok yang ada pada

masing-masing pegawai telah dilakukan. Akan tetapi, untuk kegiatan

pengawasan di Laut tidak baik karena, pengawasan di laut tidak dilaksanakan

secara semestinya dengan fasilitas yang kurang mendukung.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang

mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang mudah adalah apakah

kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar tersebut, atau pertanyaan

sebelumnya itu apakah kita mengetahui pemahaman yang mendasari pemahaman-

pemahaman selanjutnya. Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentan

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang diidentifikasikan

sebagai masalah penting (sugiono, 2005:65). Maka untuk mempermudah

memahami alur berfikir peneliti menggambarkan kerangka berfikir sebagai

berikut
50

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan


Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang

Input:
1. Masih adanya kapal perikanan yang tidak memiliki dokumen kapal yang
lengkap.
2. Kurangnya SDM pengawasan di SATWAS SDKP Serang, dilihat dari
banyaknya tugas yang harus diselesaikan dengan jumlah wilayah Operasional
Satwas SDKP Serang yang ada di provinsi Banten.
3. Masih banyaknya kapal perikanan milik nelayan yang menggunakan alat
tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.

Proses:
Tahap-tahap Proses Pengawasan Dalam Effendi (2014:212-213) :
Tahap 1 : Penetapan Standar Pelaksanaan
Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahap 4 : Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis Penyimpangan
Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan

Output:
Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satwas SDKP Serang yang
optimal

(Sumber: Peneliti, 2018)


51

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian

pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi berdasarkan

kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, peneliti telah melakukan observasi

awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa penelitian

Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan

Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang belum berjalan secara optimal.
52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian penting dalam penyusunan penelitian

ini. Metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.

Umumnya tujuan penelitian adalah memecahkan masalah. Dan langkah-langkah

yang ditempuh dalam sebuah penelitian harus relevan dengan masalah yang

dirumuskan.

Untuk menemukan hasil terkait dengan Pengawasan Aktivitas Kapal

Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan

Perikanan Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena dengan bentuk penelitian

ini memungkinkan peneliti untuk dapat menggambarkan objek penelitian secara

holistik berdasarkan realitas sosial yang ada di lapangan.

Menurut Bodgan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008:21)

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara holistic (utuh).


53

Sedangkan menurut Kirk dan Miller dalam Basrowi dan Suwandi

(2008:21) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang

tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human

instrument, yaitu peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi instrument, maka peneliti

harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya,

menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi social yang diteliti menjadi

lebih jelas dan bermakna. Data yang dihasilkan berbentuk kata-kata, kalimat

untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan social yang terjadi dengan

mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti.

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan dapat

mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang terjadi sebenarnya dilapangan.

3.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan kepada analisis Pengawasan

Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya

Kelautan dan Perikanan Serang Provinsi Banten.


54

3.3 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian merupakan objek dan sumber data dari tempat yang

diteliti sehingga informasi yang diperoleh bisa memberikan data yang akurat dan

kebenarannya dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan di Satwas SDKP Serang

yang berlokasi di daerah Desa Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel

yang akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Pada penelitian

ini variabelnya adalah Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan

Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Serang yang akan diteliti menggunakan tahapan proses pengawasan dalam

Effendi (2014:212-213) sebagai berikut:

a. Tahap 1: Penetapan Standar Pelaksanaan

Standar mengandung arti sebagai suatu pengukuran yang dapat digunakan

sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil tujaun, sasaran, kuota, dan target

pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.

b. Tahap 2: Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Artinya menentukan pengukuran dan pelaksanaan kegiatan berdasarkan

periode waktu berapa kali (How often) maksudnya mengukur setiap kegiatan

setiap jam, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan atau setiap tahun. Dab
55

dalam bentuk apa (what form) pengukuran apakah akan dilakukan tertulis,

inspeksi visual, melalui telfon. Siapa (who) yang akan terlibat apakah

manajer ataukah staf department? Pengukuran ini sebaiknya mudah

dilaksanakan dan tidak mahal serta dapat diterangkan kepada karyawan atau

bawahan.

c. Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Pengukuran ini dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-

menerus.

d. Tahap 4: Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis

Penyimpangan

Pembandingan pelaksanaan dengan standard dan analisis penyimpangan,

maksudnya adalah pembandingan pelaksanaan yang nyata dengan

pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan dan hasil ini

kemungkinan terdapat penyimpangan-penyimpangan da pembuat

keputusanlah yang mengidentifikasi penyebab-penyebab terjadi

penyimpangan.

e. Tahap 5: Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan

Tindakan koreksi dapat diambil dalm berbagai bentuk standard dan

pelaksanaan diperbaiki dan dilakukan seacar bersama.


56

3.4.2 Definisi Operasional

Berdasarkan definisi konsep serta teori yang digunakan oleh peneliti, maka

dalam penelitian ini yaitu menggunakan tahapan-tahapan proses pengawasan

menurut Effendi (2014:212-213) adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Standar Pelaksanaan

Indikator : - Standar Operasional Prosedur

- Biaya / Anggaran

- Pihak-pihak yang dilibatkan (SDM)

b. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Indikator : - Laporan hasil kegiatan

- Pihak yang dilibatkan (lembaga)

- Jangka waktu

c. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Indikator : - Pengamatan (observasi)

- Laporan-laporan / pengaduan

d. Pembandingan Pelaksanaan Standard an Analisis Penyimpangan

Indikator : - Koordinasi

- Evaluasi di setiap program

- Teguran

e. Pengambilan Tindakan Koreksi bila Diperlukan


57

Indikator : - Evaluasi kerja

- Sanksi

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen

meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek

penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Hasibuan (2012:222)

Menurut Nasution (1998) dalam Hasibuan (2012:223) menyatakan bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatu

yang belum memiliki bentuk pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian,

hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak

dapat ditntukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu

dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti

dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai

alat satu-satunya yang dapat mencapainya”

Berdasarkan dua penyataan dari para ahli diatas peneliti menyimpulkan

bahwa instrument penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
58

Menurut Nasution (1988) dalam Hasibuan (2012:224) peneliti sebagai instrument

penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat berinteraksi terhadap segala

stimulasi dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau

tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument

berupa teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi,

kecuali manusia.

4. Situasi yang melibatkan interkasi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang

diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan

segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis

yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,

perbaikan atau pelakan.

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat

kuantitatif yang digunakan adalah respon yang dapat dikuantifikasikan


59

agar dapat diolah secara statistic, sedangkan yang menyimpang dari itu

tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrument, respon yang

aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain

daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk

mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai

aspek yang diteliti.

3.6 Informan Penelitian

Penentuan informan dalam penelitian manajemen pengelolaan ini

menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Yaitu merupakan

metode penentuan informan yang berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sesuai data

yang dimiliki. Adapun dalam penelitian kualitatif penentuan informan menurut

para ahli adalah sebagai berikut:

Menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2012:219) bahwa penentuan

sampel dalam penelitian kualitatif sangatlah berbeda dengan penentuan sampel

penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif

tidak menggunakan perhitungan statistic. Sampel yang dipilih berfungsi untuk

mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.

Menurut Usman dan Akbar (2011:84) menyatakan bahwa dalam penelitain

yang bersifat kualitatif tidak dikenal adanya populasi, melainkan yang dikenal

hanya sampel yang terdiri dari responden yang ditentukan secara purposive sesuai

dengan tujuan penelitian, diaman yang menjadi responden hanya sumber yang

dapat memberikan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Penelitian ini
60

memerlukan informan yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung

dengan masalah penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih

akurat.

Melihat pada kepentingan data yang dibutuhkan peneliti, maka informan

ditentukan berdasarkan tugas pokok dan fungsi nya masing-masing. Adapun yang

menjadi informan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Daftar Informan Penelitian


Tabel 3.1

No. Informan Keterangan

1. Kepala SubDirektorat Pengawasan Key Informan


Penangkapan Ikan Republik Indonesia

2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Satwas SDKP Key Informan


Serang

3. Polisi Khusus Satwas SDKP Serang Secondary Informan

4. Bendahara Pengeluaran Pembantu Satwas Key Informan


SDKP Serang

5. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Secondary Informan


Banten

6. Polisi Air Karangantu Secondary Informan

7. Nahkoda Kapal Perikanan berukuran 15 – 30 Key Informan


GT

8. Masyarakat Nelayan Tradisional Pemilik Secondary Informan


Kapal Perikanan berukuran 10-30 GT

(Sumber: Peneliti, 2018)


61

3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang digunakan untuk menggali data adalah observasi,

wawancara dan studi dokumentasi. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu:

sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer adalah sumber

data yang langsung memberikana data kepada peneliti, sedangkan sumber

data sekunder merupkan sumber yang tidak langsung yang memberikan data

kepada peneliti. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata

dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan observasi.

Sedangkan data sekunder yang didapatkan beruppa dokumen tertulis, gambar

dan foto-foto. Adapun penjelasan dari observasi, wawancara dan studi

dokumentasi adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Alwasilah dalam Satori dan Komariyah (2010:104)

observasi adalah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana dan

diniati untuk perolehan data yang terkontrol vliditas dan reliabelitasnya.

Menurut Syaodih N, dalam Satori dan Komariyah (2010:105)

observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Menurut Bugin dalam Satori dan Komariyah (2010:105) observasi

adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun

data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.


62

Dari semua pengamatan tersebut terdapat satu kesamaan

pemahaman bahwa observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek

yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

memeperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.

2. Wawancara

Beberapa definisi wawancara yang dikemukan oleh para ahli

sebagai berikut:

Menurut Berg dalam Satori dan Komariyah (2010:129)

menyatakan bahwa membatasi wawancara sebagai suatu percakapan

dengan suatu tujuan, khusunya tujuan untuk mengumpulkan informasi.

Menurut Sudjana dalam Satori dan Komariyah (2010:130)

menyatakan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data atau

informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan

pihak yang ditanya atau penjawab (interviewe).

Menurut Esterberg dalam Satori dan Komariyah (2010:130)

menyatakan bahwa, interview, a meeting of to persons to exchange

information and idea through questions and responses, resulting in

communication and joint construction of meaning about a particular

topic. (wawanacara adalah suatu perteuan dua oaring atau berkomunikasi

dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topic tertentu.

Pada intinya wawanacara adalah suatu teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung


63

melalui percakapan atau Tanya jawab. Wawancara dalam penelitian

kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi

secara holistic dan jelas dari informan.

Pedoman Wawancara
Tabel 3.2
No Dimensi Indikator Informan

1. Penetapan Standar - SOP 1. Kepala SubDirektorat Pengawasan


Pelaksanaan - Biaya / Anggaran Penangkapan Ikan Republik Indonesia
- Pihak-pihak yang dilibatkan 2. Pegawai PPNS Satwas SDKP Serang
(SDM) 3. Bendahara Satwas SDKP Serang

2. Penentuan - Laporan hasil kegiatan 1. Kepala SubDirektorat Pengawasan


Pengukuran - Pihak yang dilibatkan Penangkapan Ikan Republik Indonesia
Pelaksanaan (Lembaga) 2. Pegawai PPNS Satwas SDKP Serang
Kegiatan - Jangka waktu 3. Polisi Khusus Satwas SDKP Serang

3. Pengukuran - Pengamatan (observasi) 1. Polisi Khusus Satwas SDKP Serang


Pelaksanaan - Laporan-laporan / pengaduan 2. Pegawai PPNS Satwas SDKP Serang
Kegiatan 3. Nahkoda Kapal Perikanan Ukuran 10-
30 GT
4. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten
4. Pembandingan - Koordinasi 1. Kepala SubDirektorat Pengawasan
Pelaksanaan dengan - Evaluasi di setiap program Penangkapan Ikan Republik
Standar dan Analisis - Teguran Indonesia.
Penyimpangan 2. PPNS Satwas SDKP Serang
3. Nahkoda kapal perikanan ukuran 10-
30 GT
4. Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten
5. Polisi Air Sektor Karangantu
5. Pengambilan - Evaluasi kerja 1. Kepala SubDirektorat Pengawasan
Tindakan Koreksi - Sanksi Penangkapan Ikan Republik Indonesia
bila Diperlukan 2. PPNS Satwas SDKP Serang
3. Polisi Air Sektor Karangantu
4. Nahkoda kapal perikanan ukuran 10-30
GT
(Sumber: Peneliti, 2018)
64

3. Studi Dokumentasi

Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh

informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka

memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari

dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya,

karya seni dan karya pikir.

Studi dokemen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap

dari pengguna metode observasi dan wawancara. Studi dokemntasi yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam

permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat

mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Satori dan Komariyah (2010:149)

3.7.2 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dilakukan

sejak mulai peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai

dengan selesainya penelitian. Dalam prosesnya pada penelitian ini

menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles &

Huberman, yaitu selama proses kegaiatan penelitian dilakukan tiga

kegiatan penting yaitu diantaranya: reduksi data, penyajian data,

kesimpulan/verifikasi. Adapun penjelasan dari ketiga komponen

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data
65

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyderhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data,

berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi

kualitatif berlangsung. Miles & Huberman (2009:16)

Reduksi data bukanlah hal yang terpisah dari suatu analisis.

Ia merupakan bagian dari analisis pilihan-pilihan peneliti

bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola

mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, cerita-

cerita apa yang sedang berkembang. Semua itu merupakan

pilihan-pilihan analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan

sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi.

2. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dari analisis data yaitu penyajian

data. Penyajian merupakan sekumpulan informasi yang

tersususn yang memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Miles & Huberman

(2009:17)
66

Dengan melihat penyajian-[enyajian kita dapat melihat apa

saja yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih

jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan

atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian

tersebut. Manusia tidak cukup mampu sebagai pemroses

informasi yang besar jumlahnya, kecenderungan nya adaah

untuk menyederhanakan informasi yang komfleks ke dalam

kesatuan bentuk yang sederhana dan selektif atau konfigurasi

yang dapat dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu

kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Miles & Huberman

(2009:19)
67

Gambar 3.1

Analisis Data Menurut Miles & Huberman

Pengumpulan
Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan-
kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi

(Sumber: Miles & Huberman, 2009:20)

3.7.3 Uji Keabsahan Data

3.7.3.1 Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan

berbagai waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi

sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.


68

a. Triangulasi Sumber

Jenis ini untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Selanjutnya, data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnta dimintakan

kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Misalnya data dari hasil wawancara lalu

dicek kembali dengan observasi dan dokumentasi.

c. Triangulasi Waktu

Waktu dalam penelitian sering mempengaruhi dalam kredibilitas

data yang diperoleh dari teknik wawancara di pagi hari para

saaat narasumber masih segar, belum melakukan aktivitas yang

menimbulkan masalah, sehingga akan memberikan data yang

lebil valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam pengujian

kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber

dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber yaitu pengecekan ulang data

dengan beberapa sumber yang berbeda. sedangkan triangulasi teknik yaitu


69

dilakukan dengan cara mengecek data yang sama kepada sumber dengan

teknik yang berbeda. Adapun pengecekan data dilakukan dengan cara

wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

3.7.3.2 Membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa

yang diberikan oleh sumber data juga menjaga keaslian data yang

dicantumkan dalam penelitian. Setelah membercheck dilakukan,

maka pemberi data diminta tanda tangan sebagai bukti otentik

bahwa peneliti telah melakukan membercheck. Sugiyono

(2010:129)

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan

dilakukan proses penelitian. Sugiyono (2012:286). Jadwal penelitian ini

merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalan melakukan

penelitian tentang Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di

Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang.


70

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

No. Kegiatan 2017 2018

Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

1. Pengajuan Judul

2. Perizinan dan Observasi


Awal

3. Penyusunan Proposal
Penelitian
4. Seminar Proposal

5. Proses Pencarian data di


lapangan
6. Pengolahan Data

7. Penyusunan Laporan
hasil penelitian
8. Sidang laporan skripsi

(Sumber: Peneliti, 2018)


71

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Serang

Secara astronomis, Kota Serang terletak antara 5°99’ –6°22 Lintang

Selatan dan 106°07’ – 106°25’ Bujur Timur. Apabila memakai koordinat sistem

UTM (Universal Transfer Mercator) Zone 48E wil ayah Kota Serang terletak

pada koordinat 618.000 m sampai dengan 638.600 m dari Barat ke Timur dan

9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m dari utara ke selatan. Berdasarkan posisi

geografisnya, sebelah utara Kota Serang berbatasan dengan Laut Jawa, dan

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Serang, begitu juga di sebelah selatan

dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang. Kota Serang terdiri

dari 6 kecamatan dan 66 kelurahan, yaitu: Kecamatan Curug, Kecamatan

Walantaka, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen

dan Kecamatan Taktakan.

Kota Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat pemerintahan Provinsi

Banten, juga sebagai daerah alternative dan penyangga Ibukota Negara, karena

dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta hanya berjarak sekitar 70 km. Ibukota dari

Kota Serang berada di Kecamatan Serang. Kota Serang yang luasnya sebesar

266,74 km², sebagian besar wilayahnya terletak di dataran rendah yang memiliki
72

ketinggian kurang dari 500 mdpl. Pada akhir tahun 2016, wilayah administrasi

Kota Serang terdiri dari enam kecamatan dengan luas daratan masing-masing,

yaitu: Curug 49,60 km², Walantaka 48,48 km², Cipocok Jaya 31,54 km², Serang

25,88 km², Taktakan 47,88 km², dan Kasemen 63,36 km². adapun luas wilayah

Kota Serang menurut Kecamatan di tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Serang (km²)

No KECAMATAN LUAS ( KM² ) %


1 Serang 25,88 9,70
2 Cipocok Jaya 31,54 11,82
3 Curug 49,60 18,59
4 Kasemen 63,36 23,75
5 Taktakan 47,88 17,95
6 Walantaka 48,48 18,18
Kota Serang 266,74 100,00

(Sumber: BPS 2017)

Kota Serang memiliki wilayah pesisir yang membentang luas sepanjang batas

wilayah kota serang yang sering disebut dengan Teluk Banten. Lokasi pesisir

Kota Serang ini Terletak di Kecamatan Kasemen Kota Serang yang terkoneksi

langsung dengan Laut Jawa. Wilayah pesisir Kota Serang merupakan wilayah

yang sejak era kesultanan Banten pada abad ke-15 dijadikan sebagai nilai strategis

secara ekonomi dari masa kesultanan Banten hingga saat ini. Oleh karena itu,

nilai histrosis dari wilayah pesisir ini masih sangat terasa kental.
73

Dilihat dari segi luas wilayahnya Kota Serang memiliki Desa/Kelurahan yang

cukup banyak dalam pembagiannya. Di setiap kecamatan di Kota Serang memiliki

lebih dari 10 kelurahan di setiap Kecamatan. Pembagian wilayah administrative

ini diresmikan sejak tanggal tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32

Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota

Serang disahkan pada 17 Juli 2007 kemudian dimasukkan dalam lembaran Negara

Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748, tertanggal

10 Agustus 2007. Adapun berikut adalah jumlah Desa/Kelurahan menurut

Kecamatan di Kota Serang.

Tabel 4.1
Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Serang
No Kecamatan Desa Kelurahan
1. Curug - 10
2. Walantaka - 14
3. Cipocok Jaya - 8
4. Serang - 12
5. Taktakan - 12
6. Kasemen - 10
Kota Serang 2016 66
2015 66
Sumber: (BPS, Kota Serang Dalam Angka,2017)

Kota serang memiliki berbagai macam produk unggulan asli daerah dari

masing-masing wilayahnya. Produk unggulan asli daerah yang ada di Kota Serang

yaitu mulai dari sektor Pertaninan, Perkebunan, Industi, Perikanan dan Kehutanan.

Produk-produk unggulan ini sangat berpengaruh pada laju perekonomian Kota


74

Serang. Adapun macam-macam produk unggulan Kota Serang di setiap

Kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Produk Unggulan Di Setiap Kecamatan Kota Serang

No. Kecamatan Produk Unggulan

1. Curug Sapi Potong, Domba, Kambing, Ayam


Petelur, Bakso Ikan, Batu Bata.
2. Walantaka Anyaman Bambu, Kripik Singkong, Kacang
Tanah, Itik Manila, Puyuh.
3. Cipocok Jaya Industri Tempe, Buah-buahan, Batik Banten,
Meubelair.
4. Serang Sate Bandeng, Wisata Kuliner, Pusat
Perdagangan Umum, Wisata Belanja.
5. Taktakan Sapi Potong, Kerbau, Industri Emping,
Pengrajin Emas dan Perak, Perkebunan dan
Buah-buahan, Roti.
6. Kasemen Wisata Ziarah dan Budaya, Wisata Alam,
Wisata Kuliner Laut, Lumbung Padi/Beras,
Perikanan Laut dan Tambak.
Sumber: (BAPPEDA Kota Serang, 2016)

Dari hasil pemaparan tabel 4.1 diatas disebutkan bahwa Kota Serang

memiliki berbagai macam produk unggulan di setiap kecamatan nya. Karena

dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kasemen Kota Serang maka,

Kecamatan Kasemen juga memiliki produk unggulan yang khas di wilayahnya

yaitu dari objek wisata ziarah dan budaya nya. Akan tetapi objek wisata dan

produk yang lebih banyak ditekuni oleh masyarakat kecamatan Kasemen yaitu di

bidang perikanan laut dan tambak. Dengan produk-produk yang ditawarkan pada

bidang perikanan lautnya, kecamatan kasemen diharapkan bisa menjadi sentral


75

penghasil perikanan laut yang nantinya akan menjadi salah satu penyumbang

PAD yang besar, sehingga masyarakat Kasemen menjadi sejahtera.

Kecamatan Kasemen memiliki luas wilayah 56,36 Km 2, dengan batasbatas

Kecamatan sebagai berikiut : Utara : Laut Jawa, Selatan : Kecamatan Serang,

Barat : Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Timur : Kecamatan Pontang

Kabupaten Serang. Ibukota Kecamatan Kasemen terletak pada jarak ± 9 Km dari

ibukota Serang. Bentuk topografi wilayah Kecamatan Kasemen sebagian besar

merupakan dataran, dengan ketinggian rata-rata 500-700 m dari permukaan laut,

dengan rata- merupakan

wilayah pembangunan bagian utara dari kota Serang. Wilayah Pembangunan

Bagian Utara ini diarahkan dengan fungsi utama pariwisata cagar budaya dan

cagar alam, pelabuhan, perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasilitas

umum. Adapun luas wilayah Kelurahan di Kecamatan Kasemen sebagai berikut:

Tabel 4.3
Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Kasemen
No Kelurahan Luas Wilayah Presentasi Terhadap
Luas Kecamatan (%)
1. Kasemen 6,7 11,89
2. Warung Jaud 4,5 7,98
3. Mesjid Priayi 2,82 5,00
4. Bendung 4,3 7,63
5. Terumbu 5,65 10,02
6. Sawah Luhur 11,87 21,06
7. Kilasah 7,02 12,46
8. Margaluyu 4,2 7,45
9. Kasunyutan 3,6 6,39
10. Banten 5,7 10,11
Kasemen 56.36 100.00
Sumber: (Kecamatan Kasemen, 2017)
76

Kecamatan Kasemen memiliki 10 (sepuluh) kelurahan, setiap kelurahan di

kecamatan kasemen memiliki letak geografis yang didominasi oleh dataran.

Namun ada juga wilayah di kelurahan kecamatan kasemen yang memiliki wilayah

pesisir. Oleh karena itu di kecamatan kasemen memiliki potensi perikanan yang

sangat melimpah, dan memiliki salah satu pelabuhan yang bertaraf nasional satu-

satunya di Banten. Ada 3 (tiga) kelurahan di kecamatan kasemen yang mayoritas

pendudukny berprofesi sebagai nelayan yaitu di kelurahan Banten, Margaluyu dan

Sawah Luhur. Adapun berikut ini adalah letak geografis kelurahan di kecamatan

Kasemen.

Tabel 4.4
Letak Geografis Kelurahan di Kecamatan Kasemen

No Kelurahan Pantai Lembah Kawasan Dataran


Lereng
1. Kasemen - - - √
2. Warung Jaud - - - √
3. Mesjid Priyayi - - - √
4. Bendung - - - √
5. Terumbu - - - √
6. Sawah Luhur √ - - -
7. Kilasah - - - √
8. Margaluyu √ - - -
9. Kasunyatan - - - √
10. Banten √ - - -
Sumber: (Kecamatan Kasemen, 2017)
77

Tiga kelurahan yang ada dikecamatan kasemen menutu letak geografis yang

berdekatan dengan pantai yaitu kelurahan Sawah Luhur, Kelurahan Margaluyu

dan Kelurahan Banten. Pada kelurahan Sawah Luhur dan Kelurahan Margaluyu

masyarakt berprofesi sebagai nelayan, sementara itu kelurahan yang memiliki

potensi di perikanan tangkap yaitu kelurahan banten dan kelurahan sawah luhur.

Dua kelurahan ini memiliki garis pantai sepanjang 10 KM. Tidak terlau besar

memang, namun potensi perikanan yang besar dan mampu dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar sebagai nelayan dan dijadikan sebagai mata pencaharian

sehari-hari. Adapun berikut ini adalah data mengenai jumlah dan kategori nelayan

yang ada di tiga kelurahan yaitu kelurahan swah luhur, kelurahan margaluyu, dan

kelurahan banten sebagai berikut:

Tabel 4.5
Jumlah Nelayan dan Kategori Nelayan di Kecamatan Kasemen

No. Kelurahan Jumlah Nelayan Kategori Nelayan

2013 2014 2015 Nelayan Pembudidaya

Tangkap Tambak

1. Banten 413 470 489 √

2. Margaluyu 325 389 406 √

3. Sawah Luhur 265 310 314 √

Jumlah 1.093 1.179 1.209

Sumber: (Kecamatan Kasemen, 2015)


78

4.1.2 Gambaran Umum Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan

Perikanan Serang

Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang

merupakan Satwas SDKP dibawah UPT Pangkalan PSDKP Jakarta, Direktorat

Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Kementerian

Kelautan dan Perikanan. Satwas SDKP Serang terletak pada posisi 6º 01’ 49,69”

S 106º 09’ 49,37” T, dengan luas tanah 200 m² dan luas bangunan 120 m² berada

di Jl. Pelelangan Ikan Karangantu Kecamatan Kasemen Kota Serang. Berjarak 13

km dari pusat Kota Serang. Fasilitas yang terdapat di Satwas SDKP Serang ini

meliputi luas bangunan sekitar 120 m², dengan status tanah miliki PPN

Karangantu.

Dilihat dari organisasi dan kelembagaanya Satuan Kerja Pengawasan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Serang mengacu kepada Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.04/MEN/2006 tentang Organisasi dan Tata

Kerja UPT Bidang Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan

Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan

Nomor: KEP.72/DJ-PSDKP/2016 Tanggal 31 Desember 2015 Tentang

Penetapan Pengawas Perikanan Pada Unit Pelaksana Teknis, Satuan Kerja Dan

Pos Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, dimana Satuan Kerja

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Serang bertanggung jawab

kepada Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.


79

Berdasarkan Surat keputusan tersebut, Satuan kerja dan Pos Pengawasan

SDKP melaksanakan tugas pengawasan pelaksanaan tertib peraturan perundang-

undangan dibidang perikanan meliputi:

a. Kegiatan penangkapan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,

pembudidayaan ikan dan distribusi ikan;

b. Pengawasan, pemanfaatan ekosistem perairan, pencemaran perairan, kegiatan

konservasi dan pulau-pulau kecil, pemanfaatan pasir laut, pemanfaatan benda

berharga muatan kapal tenggelam (BMKT);

c. Penerbitan Surat Laik Operasional;

d. Verifikasi Unit Pengolahan Ikan, Usaha Budidaya Ikan dan distribusi hasil

perikanan;

e. Operasional dan penyiapan logistik kegiatan pengawasan pemanfaatan

sumberdaya kelautan dan perikanan;

f. Evaluasi dan monitoring pelaksanaan pengawasan.


80

4.1.2.1 Wilayah Kerja SATWAS SDKP Serang

Wilayah Operasional Kerja Satwas SDKP Serang adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2

Wilayah Kerja Satwas SDKP Serang

Ditjen PSDKP

Pangkalan PSDKP
Jakarta

Satwas Serang

Kab. Serang Kota Serang

Kab. Tangerang Kota Tangerang

Kota Cilegon
Kota Tangerang
Selatan

(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)

Peraturan Menteri kelautan dan perikanan Nomor 33/Permen-kp/2016

Tentang Organisasi dan tata kerja unit pelaksana Teknis pengawasan sumber

daya kelautan dan perikanan Lokasi, wilayah kerja, dan satuan pengawas

UPT PSDKP Serang. Satwas SDKP Serang di bawah naungan pangkalan

PSDKP Jakarta dengan wilayah kerja meliputi Kabupaten Serang, Kota


81

Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota

Cilegon dan Kota Tangerang Selatan.

4.1.2.2 Struktur Organisasi Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan

dan Perikanan Serang

Struktur Organisasi yang ada di Satwas SDKP Serang berdasarkan daftar

nama pengawas perikanan yang terdapat pada Keputusan Direktur Jenderal

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.72/DJ-

PSDKP/2016 Tanggal 31 Desember 2015 Tentang Penetapan Personil pada

Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan,

Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dan Pos

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan KEP

DIRJEN tersebut dibentuklah susunan organisasi untuk Satwas SDKP

Serang. Adapun struktur organisasi di Satwas SDKP Serang sebagai berikut:


82

Gambar 4.3

Struktur Organisasi Satwas SDKP Serang

Ade Riza Taopik, S.P


Koordinator PSDKP

Latip Turmanto Slamet Riyanto, S.Pi


BPP PPNS

Setyo Budi Raharjo, S.Pi Achmad Arif Afandi S.ST.Pi


POLSUS Nahkoda Kapal

Sugeng Riyadi, S.Tr.Pi Dani Fitrianto Andri A. Tompunu, A.md

(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)

Dilihat dari struktur organisasi Satwas SDKP Serang dengan Koordinator

Satuan Kerja ialah Ade Riza Taopik, S.P yang memiliki tugas pokok untuk

mengkoordinir atau mengarahkan staf pegawas lain sesuai tugas dan fungsinya,

dan bertanggungjawab langsung kepada pangkalan Satker PSDKP Jakarta sebagi

unit atasannya. Beberapa anggota yang terdapat di dalamnya yang masing-masing

memiliki tugas yang berbeda-beda, seperti Latif Turmanto sebagai Bendahara,

Slamet Riyanto, S.Pi sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Setyo Budi
83

Raharjo, S.Pi sebagai Polisi Khusus (POLSUS). Dan Achmad Arif Afandi,

S.ST.Pi sebagai nahkoda kapal, serta tiga anggota sebagai tenaga kerja kontrak.

1. Penyidik sebagai penyidik pengawas perikanan penyedia yang

berkewenangan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan

memiliki tugas pokok untuk melakukan pemasangan, pemantauan dan

operator VMS (Vessel Monitoring Sistem) yang berada di kapal-kapal

perikanan.

2. Pengawas perikanan yang memiliki tugas pokok sebagai bendahara

pembantu pengeluaran, penanggungjawab pengadministrasian dan

penanggung jawab laporan kegiatan.

3. Polsus PWP3K bertugas mengadakan patrol atau perondaan di wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil atau wilayah hukumnya. Serta menerima

laporan-laporan atau pengaduan yang menyangkut perusakan ekosistem

pesisir, kawasan konservasi, kawasan pemanfaatan umum dan kawasan

strategis nasional tertentu.

4. Anggota sebagai tenaga kerja kontrak yang memiliki tugas pokok sebagai

petugas administrasi. Keberadaan tenaga kerja kontrak di satuan kerja

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan karangantu tersebut

masih dibutuhkan dalam rangka menunjang operasional pengawasan.


84

4.1.2.3 Visi, Misi Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan

Perikanan Serang

Visi, Misi serta tujuan dan sasaran Satwas SDKP Serang dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Visi

Wilayah perairan Provinsi Banten bebas illegal, Unreported &

Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak

sumberdaya kelautan dan perikanan.

b. Misi

Misi Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yaitu:

1) Melaksanakan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan

dan perikanan dalam rangka mensejahterakan masyarakat

kelautan dan perikanan

2) Melaksanakan penegakan hukum per Undang-undangan di

bidang kelautan dan perikanan.

c. Maksud dan Tujuan

Tujuan dan sasaran dari kegiatan pengawasan oleh Satuan

Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Satwas SDKP)

Serang adalah untuk memberikan pedoman bagi pihak yang terkait

yaitu pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pengelolaan

sumber daya kelautan dan perikanan agar:

1) Terbentuknya mekanisme pengawasan, yang secara integrative

dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan organisasi non


85

pemerintah serta dunia usaha dengan tetap mengacu kepada

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Meningkatnya partisipasi masyarakat nelayan khususnya

dalam pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan

khususnya di Satwas SDKP Serang.

3) Terlaksananya kerjasama pengawasan sumber daya kelautan

dan perikanan dengan aparat dan instansi terkait serta

masyarakat dalam penegakan hukum di laut.

4) Terwujudnya penegakan hukum di laut dalam bidang sumber

daya kelautan dan perikanan.

5) Menurunnya kerusakan fungsi ekosistem laut.

4.1.2.4 Landasan Hukum Pelaksanaan Pengawasan SATWAS SDKP

Serang

Landasan aturan yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaan

pengawas perikanan salah satunya yang digunakan oleh Satwas SDKP

Serang yaitu sebagai berikut:

1. UNCLOS Tahun 1982 tentang Hukum Laut Internasional;

2. Undang–Undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia;

3. Undang–Undang No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009;
86

5. UU No. 32 /2009 Pasal 87 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Wilayah Laut;

6. Undang–undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

7. PP No. 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau

Perusakan Laut;

8. KepPres No. 33/2002 tentang Pengendalian dan Pengawasan

Pengusahaan Pasir Laut;

9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

KEP.261/MEN/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem

Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan

Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;

10. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2002 tentang Usaha

Perikanan;

11. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor: Per.01/MEN/2009 Tentang Wilayah Pengelolaan

Perikanan Republik Indonesia;

12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

45/MENKP/2014 Tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan.

4.1.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Perikanan

Satwas SDKP Serang yang terletak di Karangantu Kecamatan

Kasemen Kota Serang ini merupakan turunan dari UPT Pangkalan

PSDKP Jakarta. Adapun, tugas pokok dan fungsi dari Satwas SDKP
87

Serang yaitu mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor 17/PERMEN-KP/2014 Tentang

Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan yaitu sebagai berikut:

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

1. Pengawas Perikanan

2. Tata cara pelaksanaan Tugas

3. Tindak lanjut hasil pengawasan

4. Pelaporan, dan

5. Pembinaan

Dalam lingkup pengawas perikanan dalam tata cara pelaksaan

tugas nya masih mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2017 yaitu melaksanaan tugas di:

1. WPP-NRI

2. Kapal perikanan

3. Pelabuhan perikanan dan/pelabuhan lainnya yang ditunjuk

4. Pelabuhan tangkahan

5. Sentra kegiatan perikanan

6. Area pembenihan ikan

7. Area pembudidayaan ikan

8. UPI, dan/atau

9. Kawasan konservasi perairan


88

Karena dalam penelitian kali ini hanya membahas tentang tata cara

pelaksaaan tugas Pengawas Perikanan yaitu di Satwas SDKP Serang

hanya di aktivitas kapal perikanan maka, dalam pelaksanaan tugasnya

adalah sebagai berikut:

1. Kapal penangkap ikan

2. Kapal pengangkut ikan

3. Kapal pengolahan ikan

4. Kapal latih perikanan

5. Kapal penelitian/eksplorasi perikanan, dan

6. Kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan/atau

pembudidayaan ikan

Salah satu tugas Satwas SDKP Serang yaitu melakukan

pengawasan dari segala aktivitas yang dilakukan oleh kapal perikanan.

Adapun salah satu jenis aktivitas dari kapal perikanan yang ada yaitu

kapal penangkapan ikan. Pelaksanaan tugas Satwas SKDP Serang

dalam melakukan pengawasan pada aktivitas kapal perikanan yang

ada di karangantu yaitu melakukan pengawasan pada jenis kapal

penangkap ikan. Adapun pelaksaan tugas yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan SIPI dan/atau SIKPI, Surat

Laik Operasi, dan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).


89

2. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan izin penelitian dan

pengembangan perikanan.

3. Memeriksa peralatan dan keaktifan SPKP.

4. Memeriksa kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan/atau alat

bantu penangkapan ikan.

5. Memeriksa kesesuain komposisi anak buah kapal perikanan

dengan crew list.

6. Memeriksa keberadaan pemantauan di atas kapal penangkap atau

kapal pengangkut ikan untuk ukuran dan alat penangkapan ikan

tertentu.

7. Memeriksa kesesuaian penangkapan ikan di atas kapal perikanan.

8. Memeriksa kesesuaian ikan hasil tangkapan dengan alat

penangkapan ikan.

9. Memeriksa kesesusaian jenis dan jumlah ikan yang diangkut.

10. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah bagi kapal

pengangkut ikan hasil tangkapan dengan SIKPI.

11. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah dan check point

terakhir bagi kapal pengangkut ikan hasil budidaya dengan SIKPI.

12. Memeriksa kesesuaian daerah penangkapan ikan dengan SIPI.

13. Memeriksa pemeriksaan log book penangkapan ikan.


90

4.2 Informan Penelitian

Pada penelitian kali ini mengenai Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap

Ikan Karangantu Di Satwas SDKP Serang, peneliti menggunakan metode

penentuan informan dengan cara teknik purposive sampling. Dalam penentuan

informan secara purposive artinya bahwa informan yang telah dipilih berdasarkan

pada kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan apa yang telah peneliti tetapkan

sebelumnya. Adapun, mereka (informan) yang telah dipilih merupakan orang-

orang yang memiliki informasi terkait penelitian ini. Dalam penelitian kali ini

yang dijadikan sebagai informan merupakan Instansi Pemerintah Pusat, Aparat

Penegak Hukum, Masyarakat Nelayan dan Satuan Perangkat Kerja Daerah

(SKPD).

Pada bagian Instansi Pemerintah Pusat yang dijadikan sebagai salah satu

Informan yaitu Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia dan Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan

dan Perikanan (Satwas SDKP) Serang, sedangkan SKPD terkait yaitu Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. Selanjutnya aparat penegak hukum yaitu

Polisi Sektor Kecamatan Kasemen, dan yang terakhir yaitu Masyarakat nelayan.

Untuk memudahkan peneliti dalam penulisan, maka peneliti memberikan kode

untuk masing-masing informan sebagai berikut:

1. Kode I 1 untuk pihak Dirjen PSDKP RI

2. Kode I 2 untuk pihak Satwas SDKP Serang

3. Kode 1 3 untuk pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten


91

4. Kode I 4 untuk pihak Aparat Penegak Hukum

5. Kode I 5 untuk pihak pemilik kapal perikanan ukuran 10-30 GT

Tabel 4.6
Informan penelitian
No. Nama Informan Usia Keterangan Kode
1. Afriyanto, S.Pi 33 Thn Staff Pelaksana Seksi PPI di I1-1
ZEEI dan Laut Lepas di
Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI
2. Slamet Riyanto, S.Pi 35 Thn Penyidik Pegawai Negeri Sipil I2-1
di Satwas SDKP Serang
3. Setyo Budi Raharjo, S.Pi 28 Thn Polisi Khusus di Satwas SDKP I2-2
Serang
4. Latif Turmanto 38 Thn Bendahara di Satwas SDKP I2-3
Serang
5. Hery Juhaeri, S.H., M.Si 37 Thn Kepala Seksi Penanganan 13-1
Pelanggaran Bidang PSDKP
Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten
6. Hepson Daniar, S.H 51 Thn Kepala Satuan Kepolisian Air I4-1
Sektor Karangantu
7. Saiman 45 Thn Masyarakat Nelayan I5-1
Tradisional < 10 GT di
Karangantu
8. H. Sahibe 61 Thn Pemilik kapal perikanan I5-2
ukuran 10-30 GT di
Karangantu
9. Jamaludin 48 Thn Nahkoda Kapal Perikanan I5-3
ukuran 10-30 GT di
Karangantu
10. Sukara 28 Thn Nahkoda kapal perikanan I5-4
ukuran 10-30 GT di
Karangantu
(Sumber: Peneliti, 2018)
92

4.3 Deskripsi Data

4.3.1 Operasional Konsep

Deskripsi data merupakan hasil data yang diperoleh selama observasi di

lapangan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa

data hasil dari wawancara. Data yang diperoleh yaitu berupa kata-kata yang

diamati dari hasil wawancara yang juga merupakan sumber utama dalam

penelitian kali ini. Sumber data ini kemudian di catat secara tertulis atau

dengan alat perekam yang digunakan selama wawancara di lapangan

berlangsung.

Dalam penelitian kali ini menggunakan teori Tahapan Proses Pengawasan

dalam Usman Effendi (2014:212-213) yang mengemukakan bahwa dalam

proses pengawasan memiliki beberapa tahapan yaitu: Penetapan Standar

Pelaksanaan, Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Pengukuran

Pelaksanaan Kegiatan, Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan

Analisis Penyimpangan dan yang terakhir adalah Pengambilan Tindakan

Koreksi Bila Diperlukan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan demikian data yang

diperoleh yaitu berupa deskriptif berbentuk kata dan kalimat yang dilakukan

selama melakukan wawancara mendalam, hasil observasi dan studi

dokumentasi.
93

4.4 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu

menggunakan teknis analisis data menurut Miles & Huberman (2009:20)

sebagai berikut:

1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu proses pengumpulan data selama penelitian ini

berlangsung. Adapun proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu yang

berkaitan dengan Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu

Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang

dilakukan dengan cara berawal dari pengumpulan data dari Dinas Kelautan

dan Perikanan Provinsi Banten terkait SOP Perizinan SIPI, SIUP dan SIKPI

nelayan, rewiew dokumen standar pelayanan Dinas Penanaman Modal dan

PTSP Provinsi Banten dalam pelayanan SIPI nelayan, dan yang selanjutnya

yaitu review dokumen dari Kantor Satwas Sumber Daya Kelautan dan

Perikanan Serang terkait SOP pelayanan SLO, Anggaran dan Profil Satwas

SDKP Serang. Adapun dalam pengumpulan data teknik yang dilakukan yaitu

dengan cara wawancara, observasi, studi dokumentasi. Hal ini dilakukan agar

data yang diperoleh valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

2) Reduksi Data

Dalam tahap kali ini yaitu reduksi data merupakan langkah selanjutnya

dimana peneliti mulai merangkum dan memilih-milih data mana saja yang

sesuai dan berkaitan dengan penelitian dengan cara memfokuskan hal yang

dianggap penting, mencari tema dan pola yang sesuai dengan demikian akan
94

memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga akan memudahkan peneliti

dalam mengumpulkan data yang selanjutnya akan dilakukan dan dalam

menyajikan data.

3) Penyajian Data

Dalam penelitian kali ini mengenai Pengawasan Aktivitas Kapal

Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan

dan Perikanan Serang dalam penyajian data menggunakan metode

penelitian kualitatif menggunakan penyajian data yang sistematif, dalam

betuk uraian singkat, bagan, kategori, yang selanjutnya disajikan dalam

kalimat yang naratif. Dengan penyajian data maka akan terlihat mana saja

masalah-masalah yang terjadi dalam penelitian.

4) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Dalam penarikan kesimpulan didukung dengan bukti-bukti dan hasil

temuan lapangan yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Adapun

dengan cara menghubungkan dengan hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi yang telah dilakukan. Kemudian selanjutnya ditarik sebuah

kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan.

4.5 Reduksi Data (data reduction)

Analisis dalam penelitian kali ini dilakukan selama penelitian berlangsung.

Adapun dalam mereduksi data yaitu mengumpulkan seluruh data yang telah

diperoleh selama di lapangan dan mencari mana saja tema-tema yang

berkaitan dengan penelitian. Pemberian kode-kode Informan dianggap juga

penting karena untuk mengetahui aspek-aspek mana saja yang berkaitan


95

dengan penelitian dan aspek jawaban yang dianggap sama dalam pembahasan

penelitian. Ini bertujuan untuk memudahkan proses reduksi data dalam

penelitian, serta peneliti juga melakukan kodefikasi identitas informan

sebagai berikut:

1) Kode Q, menunjukan pertanyaan.

2) Kode Q,Q,Q menunjukan pertanyaan yang selanjutnya.

3) Kode I, menunjukan informan penelitian.

4) Kode I1, menunjukan pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia.

5) Kode I2, menunjukan daftar informan dan urutan kategori Satwas SDKP

Serang.

6) Kode I3, menunjukan daftar informan dari pihak Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Banten.

7) Kode I4, menunjukan daftar informan dan urutan kategori Polisi Air Sektor

Serang.

8) Kode I5, menunjukan daftar informan dan urutan kategori Pemilik kapal

perikanan dan Nahkoda kapal perikanan ukuran 10-30 GT.

Setelah melakukan kategorisasi dan pengkodean maka, ditemukan pola dan

tema yang sama terkait persoalan penelitian. Maka selanjutnya yaitu

dilakukan kategorisasi berdasarkan hasil dari jawaban-jawaban yang telah

ditemukan. Analisa data yang dilakukan selanjutnya yaitu menghubungkan

dengan dimensi yang dianggap sesuai dengan permasalahan dalam penelitian.


96

Adapun dimensi-dimensi yang dipakai yaitu Tahap-tahap Proses Pengawasan

Menurut Usman Effendi (2014:212-213).

4.6 Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan

Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang

Pengawasan Aktivitas Kapal Perikanan Karangantu Di Satuan

Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang menggunakan

tahap-tahap dalam proses pengawasan Dalam Usman Effendi (2014:212-

213). Yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengawasan yang

dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dalam mengawasi kegiatan

penangkapan ikan pada kapal nelayan. Adapun tahap proses pengawasan

meliputi: Penetapan Standar Pelaksanaan, Penentuan Pengukuran

Pelaksanaan Kegiatan, Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Pembandingan

Pelaksanaan dengan Standard dan Analisis Penyimpangan dan yang terakhir

adalah Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan.

1. Penetapan Standar Pelaksanaan

Penetapan Standar Pelaksanaan merupakan penetapan awal yang

dilakukan oleh lembaga atau organisasi untuk menentukan bagaimana

kegiatan akan dilakukan. Penetapan standar pelaksanaan kegiatan

dijadikan sebagai acuan bagaimana organisasi mencapai suatu tujuan yang

telah direncanakan sebelumnya. Dalam dimensi kali ini berkaitan dengan

bagaimana kesiapan lembaga atau organisasi dalam melaksanakan

kegiatan, mulai dari SOP, Anggaran, dan Sumber daya manusia atau
97

pihak-pihak yang dilibatkan dalam menjalankan program tersebut.

Penentuan standar awal dalam pelaksanaan sangatlah berpengaruh bagi

jalannya suatu organisasi.

Dalam menjalankan sebuah pelayanan, penetapan standar pelaksanaan

kegiatan dianggap penting karena organisasi atau lembaga ditentu untuk

siap dan dapat memecahkan segala masalah yang ada di lapangan. Sama

hal nya dengan penentuan standar pelaksanaan yang dilakukan oleh

Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang yang telah

melakukan kegiatan yang sesuai dengan standar pelaksanaan yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh Pemerintah pusat yang berkaitan. Selain itu

dalam pelaksanaannya Sumber daya manusia dianggap penting karena

manusia merupakan salah satu faktor terpenting agar pelaksaan kegiatan

dapat berjalan. Selanjutnya yaitu masalah yang paling penting adalah

masalah tentang biaya/anggaran yang akan digunakan, biaya/anggran juga

sangat berpengaruh sebagai pendukung utama berjalannya suatu kegiatan.

a. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Berdasarkan hasil temuan lapangan yang telah peneliti dapatkan pada I1-1

yaitu pada pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

pada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia. Dirjen PSDKP sebagai pengawas memiliki peranan

penting sebagai pihak yang senantiasa mengawasi segala aktivitas yang ada di

laut, baik dari hasil laut dan dari segi perikanan. Pengawas perikanan dalam hal
98

ini Dirjen PSDKP melakukan tugas dan wewenangnya mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun pada fokus penelitian ini

adalah pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan dalam penerbitan Surat

Laik Operasi (SLO), maka yang akan dibahas adalah terkait pengawasan

aktivitas kapal penangkapan ikan dalam perizinan SLO. Sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku SOP yang digunakan dari

pengawasan aktivitas perikanan Dirtjen PSDKP dan bawahannya yaitu Satuan

Pengawas SDKP Serang mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/Permen-KP/2017 Tentang Surat Laik

Operasi Kapal Perikanan. Dalam hal SOP yang dijadikan acuan oleh pengawas

perikanan, pada hasil temuan lapangan peneliti mengetahui bahwa dari pihak I1

Dirtjen PSDKP Republik Indonesia mengatakan bahwa:

“terkait SOP di bidang pengawas perikanan diseluruh Indonesia dibawah


wewenang DIRTJEN PSDKP Pusat. Jadi semua kegiatan yang dilakukan
oleh seluruh petugas pengawas yang ada diseluruh Indonesia itu
semuanya mengacu pada SOP yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi pada hari Kamis, 22
Februari 2017 Pukul: 13.00 WIB di Kantor Dirtjen PSDKP Republik
Indonesia).

Berdasarkan hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa dari pihak

Kementerian Pusat yaitu Dirtjen PSDKP Republik Indonesia melaksanakan

tugas dan wewenangnya sesuai dengan apa yang telah tertuang di undang-

undang yang berlaku. Dari pihak daerah yaitu Satuan Pengawasan Sumber

Daya Kelautan dan Perikanan Serang juga menyatakan hal yang sama terkait

Pelaksanaan SOP yang dijadikan sebagai acuan pelaksaan tugas pengawas


99

perikanan diseluruh daerah yang ada di Indonesia yaitu salah satunya Provinsi

Banten. Adapun dari hasil temuan lapangan yang telah peneliti dapatkan dari

I2-1 yaitu pihak Satwas SDKP Serang menyatakan bahwa:

“terkait SOP kita mengacu pada peraturan perundang-undangan yang


berlaku, seperti undang-undang no. 31 tahun 2004 dan Permen KP No 1
tahun 2017 tentang SLO. disini kita hanya melaksanakan tugas sesuai
dengan aturan yang sudah dibuat saja”. (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Slamet Riyanto, S.Pi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Satwas
SDKP Serang pada hari Jumat tanggal 02 Maret 2018 Pukul: 14.35 WIB
di Kantor Satwas SDKP Serang).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Satwas SDKP Serang terkait

SOP pelaksaan pengawas perikanan, di daerah pun dalam hal SOP pelaksanaan

tugas mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan

yang digunakan sebagai acuan pengawas perikanan karena segala aturan yang

telah dibuat merupakan suatu pemecahan masalah yang telah dibuat dan

ditetapkan sebelumnya guna mencapai suatu tujuan pengawasan pada bidang

perikanan dan kelautan yang menjadi lebih baik. Oleh karena itu dari segi SOP

pelaksaaan tugas pengawas perikanan di Satwas SDKP Serang sudah berjalan

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Adapun alur

SOP Pelayanan Penerbitan SLO bagi para nelayan yang yang diterbitkan oleh

Satwas SDKP Serang adalah sebagai berikut:


100

Prosedur Penerbitan (SOP)


Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK) dan Surat Laik Operasi (SLO)
Gambar 4.4

KAPAL MENGAJUKAN

PERMOHONAN
PENERBITAN SLO

DOKUMEN DOKUMEN
LENGKAP TIDAK
PEMERIKSAAN KELENGKAPAN DOKUMEN:
LENGKAP
SIPI/SIKPI, SIUP, SKAT, PHP, NP, BARCODE

CEK KESESUAIAN DOKUMEN FISIK KAPAL PERINTAH UNTUK


CETAK HPK
DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN MELENGKAPI
KEBERANGKATAN
KAPAL BERDASARKAN HPK

TIDAK SESUAI HPK


SESUAI DENGAN TERDAPAT UNSUR
DOKUMEN YANG PIDANA
TERCETAK DI HPK

PENYIDIKAN TINDAK
KAPAL LAIK
CETAK SLO PIDANA PERIKANAN
OPERASI

(Sumber: Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang)

Peran pengawas perikanan dalam penerbitan Surat Laik Operasi (SLO)

sangatlah penting karena seorang pengawas perikanan tidak hanya bertugas


101

pada hasil ikan tangkapan saja tetapi juga segala aktivitas kapal perikanan, baik

kapal penangkap ikan, kapal penangkut ikan dll. Tugas pengawas perikanan

dalam pengawasan penerbitan SLO yaitu dengan memeriksa kelayakan teknis

dan administrasi kapal perikanan sebelum melakukan operasi ke laut untuk

melakukan kegiatan penangkapan ikan. Dari persayaratan administrasi yang

harus dilengkapi perizinannya oleh para nelayan pemilik kapal perikanan jika

ingin melakukan penerbitan SLO yaitu dengan cara harus memiliki Surat Izin

Penangkapan Ikan (SIPI) terlebih dahulu. Dalam hal ini perizinan SIPI

dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

terkait (DPMPTSP). Dinas terkait harus bisa menerbitkan SIPI nelayan yang

sudah menjadi tugas dan kewenangannya.

Dalam hal perizinan SIPI nelayan di DPMPTSP Provinsi Banten, peneliti

masih menemukan nelayan yang mengeluhkan masalah perizinan SIPI yang

dinilai lambat dan jangka waktu yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah

dibuat. Adapun peneliti melakukan wawancarai I5-1 dengan salah satu nelayan

pemilik kapal perikanan di karangantu yang pernah melakukan perizinan SIPI

di DPMPTSP Provinsi Banten sebagai berikut:

“Perizinan SIUP dan SIPI di PTSP Provinsi Banten berlangsung selama


2-3 bulan yang menjadi masalah bagi nelayan yaitu karena lambatnya
proses perizinan ini”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak H. Sahibe
pemilik kapal perikanan karangantu pada hari Selasa tanggal 27 Februari
2018 pukul: 11.00 WIB).

Dari hasil wawancara salah satu pemilik kapal perikanan di atas nelayan

menyatakan bahwa dalam hal perizinan SIPI nelayan yang dilakukan di


102

DPMPTSP Provinsi Banten dinilai lambat yang akhirnya hanya menyusahkan

nelayan saja. Kemudian selanjutnya peneliti melakukan observasi ulang

dengan mewawancarai I5-2 kembali nelayan yaitu nahkoda kapal perikanan

yang juga melakukan perizinan SIPI nelayan sebagai berikut:

“kalau masalah kendala sih ada, sering terjadi nya keterlambatan


selama 3 bulan baru jadi. Sehingga berakibat pada kita, karena kita
tidak bisa laporan”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Jamaludin
Nahkoda kapal perikanan pada hari Rabu tanggal 14 Maret 2018 pukul:
09.38 WIB di Tempat pelelangan ikan karangantu).

Bersadarkan hasil wawancara di atas peneliti mengetahui bahwa masih

banyaknya kapal penangkap ikan yang ada di Karangantu masih belum

memiliki dokumen kapal yang lengkap sehingga nelayan merasa susah dalam

hal kepengurusan SIPI.

SIPI yang di miliki setiap kapal perikanan dianggap penting karena

merupakan salah satu syarat administrasi awal agar kapal perikanan bisa

diterbitkan Surat Laik Operasi (SLO). Jika SLO tidak diterbitkan oleh

pengawas perikanan karena dokumen kapal perikanan tidak lengkap maka

kapal tidak dapat beroperasi. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan masih

adanya masyarakat nelayan pemilik kapal perikanan melakukan pengaduan

kepada pihak pengawas perikanan, namun pada kewenangannya perizinan SIPI

bukanlah wewenang dari Pihak Satwas SDKP Serang. Selanjutnya peneliti

mewawancarai salah satu petugas Satwas SDKP Serang yang pernah menerima
103

pengaduan dari masyarakat nelayan pemilik kapal perikanan yang pernah

melakukan perizininan SIPI di DPMPTSP Provinsi Banten sebagai berikut:

“Inti dari masalah perizinan yaitu, nelayan menganggap SIPI perizinan


yang lamban. Jadi banyaknya nelayan yang memiliki kapal perikanan
belum memiliki SIPI”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Slamet
Riyanto, S.Pi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Satwas SDKP Serang, pada
hari Jumat tanggal 02 Maret 2018 pukul: 14.00 WIB di Kantor Satwas
SDKP Serang).

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan pihak

nelayan dan pihak Satwas SDKP Serang memiliki kesamaan yaitu masalah

perizinan yang di nilai lambat yang dilakukan oleh DPMPTSP Provinsi

Banten. Seharusnya masalah jangka waktu harus sesuai dengan ketentuan yang

telah berlaku agar tidak merugikan masyarakat nantinya. Ketetapan dan

kesesuain waktu pelayanan merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi

dari pelayanan publik. Pada intinya pegawai pemerintah harus memberikan

pelayanan yang optimal bagi masyarakat tanpa harus membeda-bedakan

terlebih dahulu. Adapun salah satu tujuan dibuatnya Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (PTSP) untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan perizinan

apapun tanpa harus dengan perantara terlebih dahulu.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kriteria yang selanjutnya yang terpenting dari penetapan standar

pelaksanaan yaitu terkait Sumber Daya Manusia yang dimiliki. SDM dianggap

salah satu factor yang penting karena SDM merupakan agen yang melakukan

aktivitas pelaksanaan secara nyata. SDM harus ditunjang dengan berbagai


104

macam aspek yang mendukung guna melancarkan aktivitas pengawasan

penangkap ikan dalam penerbitan SLO. Jika SDM tidak diperhatikan dengan

benar maka menjadi salah satu faktor penghambat untuk suatu organisasi atau

lembaga. Tidak hanya di Satwas SDKP Serang, setiap organisasi atau lembaga

harus memperhatikan SDM yang baik guna mencapai tujuan yang organisasi

atau lembaga telah tetapkan sebelumnya.

Kriteria penerbitan SLO tidak hanya dilihat dari aspek kelengkapan

dokumen kapal perikanannya saja sebagai syarat yang bersifat administratif.

Dalam penerbitan SLO, kapal perikanan dalam pemeriksaan teknis harus sesuai

dengan apa yang sudah tertera pada izin. Pemeriksaan teknis kapal perikanan

yang akan melakukan operasi dilakukan oleh petugas Satwas SDKP Serang

karena merupakan salah satu tugas pokok dari setiap pengawas perikanan.

Pemeriksaan teknis kapal perikanan ini bertujuan untuk mengetahui apakah

nelayan yang sudah melakukan izin untuk penerbitan SLO sudah sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan sehingga tidak adanya unsur manipulasi data

kapal perikanan yang dilakukan oleh nelayan pemilik kapal perikanan.

Pada saat pemeriksaan teknis kapal dilakukan harus ditunjang dengan

kesiapan SDM yang akan melakukan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan teknis

kapal perikanan harus dilakukan oleh SDM atau petugas yang diserahi tugas.

Tidak hanya itu SDM juga harus siap dalam melaksanakan tugas sebagai

seorang pengawas perikanan dan kelautan yang sudah diserahi wewenang.

Dalam penerbitan SLO di Satwas SDKP Serang dari tahap pemeriksaan teknis

kapal perikanan dilakukan oleh petugas atau pegawai yang bertugas. Dalam
105

menjalankan kegiatan pengawasan perikanan harus ditunjang dengan SDM

yang cukup guna melaksanakan tugas tersebut Berikut peneliti melakukan

temuan lapangan dengan cara mewawancarai I2-1 yaitu salah satu pegawai

Satwas SDKP Serang jumlah SDM dalam melaksanakan kegiatan pengawasan

perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan:

”kita merasa masih kurang, karena dilihat dari operasional kerja kita
yang banyak. Di setiap tahunnya kita melakukan Analisis Jabatan
(ANJAB) di tahun sebelumnya. Setelah saya buat ternyata untuk kegiatan
pengawasan kita membutuhkan 2-3 orang orang lagi. Jika dilihat dari
aturan yang sudah dibuat, seharusnya setingkat Satwas SDM yang
dibutuhkan yaitu minimal sebanyak 18 orang. Sedangkan di kita SDM
nya hanya ada 8 orang saja, dilihat dari wilayah kerja nya luas yaitu di
kabupaten dan kota di Provinsi Banten”. (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Slamet Riyanto, S.Pi., Penyidik Pegawai Negeri Sipil Satwas
SDKP Serang, pada hari Jumat tanggal 02 Maret 2018 pukul: 14.35 WIB
di Kantor Satwas SDKP Serang).

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengetahui bahwa jumlah

SDM di Satwas SDKP Serang dinilai kurang memenuhi kriteria yang telah

ditentukan. Hal ini terlihat dari luas nya wilayah operasional kerja yang

dilakukan oleh Satwas SDKP Serang. Dalam hal ini menjadi masalah bagi

Satwas SDKP Serang dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas perikanan.

Sehingga bisa menimbulkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang ada di Provinsi Banten.

Dalam hal penerbitan Surat Laik Opersi (SLO) untuk kapal-kapal

penangkap ikan penting adanya pemeriksaan teknis kapal perikanan agar tidak

terjadi pelanggaran-pelanggaran yang tidak diinginkan. Jika dalam

perizinannya saja tidak sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan berarti sudah
106

terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan. Hal ini dilakukan agar

membangun kedisiplinan nelayan sehingga tidak menimbulkan masalah yang

tidak diinginkan. Pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan yang masih tidak

disiplin biasanya diberikan peringatan oleh pihak Satwas SDKP Serang.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan I2-3 Pihak Satwas SDKP

Serang tentang penambahan SDM yang harus diperhatikan guna melaksanakan

tugas sebagai petugas pengawas perikanan. Adapun hasil wawancara dengan

pihak Satwas SDKP Serang sebagai berikut:

”kita sudah pernah mengajukan moratorium, sementara dari pihak UPT


dan Dirtjen hanya menanggapi nya dengan statement SDM yang ada
saja harus dimaksimalkan kinerja nya”. (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Latif Turmantyo Bendahara Pembantu Pengeluaran Satwas SDKP
Serang pada hari Rabu, tanggal 04 April 2018 pukul: 14.30 WIB di
Kantor Satwas SDKP Serang).

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan pihak Satwas

SDKP Serang terkait penambahan SDM pengawas perikanan pernah diajukan

kepada instansi (UPT) Diatas Satwas SDKP Serang, namun pihak UPT yaitu

pangkalan PSDKP Jakarta belum melakukan perekrutan pegawai baru untuk

ditetapkan di Satwas SDKP Serang. SDM yang cukup akan berpengaruh pada

kinerja pegawai dalam pengawasan perikanan. Oleh karena itu ini merupakan

hal yang serius perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah baru.

Karena pada hakikatnya SDM merupakan salah satu factor penting dalam

pelaksanaan suatu kegiatan atau program.


107

Hal lainnya yang ditemukan peneliti selama dilapangan yaitu dari hasil

wawancara dengan I2-1 pihak Satwas SDKP Serang terkait kesiapan SDM

Satwas dalam pemeriksaan teknis kapal perikanan dalam penerbitan SLO yaitu

sebagai berikut:

“terkait pemeriksaan teknis kapal perikanan yang kami lakukan


terhadap nelayan yang melakukan perizinan penerbitana SLO di sini,
kita jarang melakukan pemeriksaan teknis kapal langsung karena SDM
kita juga sedikit dan dilihat dari kapal-kapal yang biasa melakukan izin
disini juga bisa dibilang sedikit, sehingga kita sudah hafal dan jarang
melakukan pemeriksanaan teknis kapal terlebih dahulu dalam
penerbitan SLO”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Slamet Riyanto,
S.Pi PPNS Satwas SDKP Serang pada hari Jumat, tanggal 02 Maret
2018 pukul: 14.35 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).

Dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak Satwas SDKP

Serang, kesiapan SDM dan penambahan SDM sangat diperlukan guna

menunjang semua aktivitas pengawasan di bidang kelautan dan perikanan.

Pemeriksaan teknis kapal penagkap ikan dalam penerbitan izin SLO sangat

pentin karena berkaitan dengan kelayakan atau tidak kapal perikanan

beroperasi. Selanjutnya hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti dengan nelayan pemilik kapal perikanan terkait

pemeriksaan teknis kapal perikanan yang mereka miliki sebagai berikut:

“pernah, tapi kadang kita juga terkena teguran terkait pemeriksaan


kapal jika petugas menemukan ketidaksesuaian spesifikasi kapal
berdasarkan yang sudah terlampir di SIPI. Tetapi pemeriksaan teknis
kapal biasanya dilakukan jika ada masalah, namun jika kita melakukan
perizinan penerbitan SLO sehari-hari tidak pernah dilakukan
pemeriksaan teknis kapal”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak
Jamaludin Nahkoda Kapal Perikanan pada hari Rabu tanggal 14 Maret
2018 pukul: 09.38 WIB di Tempat Pelelangan Ikan Karangantu).
108

Dari uraian diatas menjelaskan bahwa petugas Satwas SDKP Serang hampir

tidak pernah melakukan pemeriksaan teknis kapal perikanan. Masalah ini

karena keterbatasan SDM yang dimiliki sehingga Satwas SDKP Serang

melupakan salah satu syarat dari prosedur penerbitan Surat Laik Operasi

(SLO). Di pelabuhan perikanan nusantara karangantu setiap hari nya banyak

aktivitas kapal perikanan. Banyaknya aktivitas kapal perikanan ini

mengakibatkan pengawas perikanan yang memiliki wilayah operasional kerja

di PPN Karangantu semakin susah untuk melakukan pemeriksaan kapal

perikanan karena setiap harinya banyak kapal perikanan yang berlabuh keluar

masuk di Dermaga PPN Karangantu. Ketersedian petugas pengawas perikanan

haruslah diperhatikan agar tidak ada nya pelanggaran-pelanggaran yang

muncul.

Pemeriksaan kapal perikanan dianggap penting karena berkaitan dengan

keberlangsungan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan agar tetap lestari tanpa

pencemaran dan perusakan lingkungan. kerusakan laut dan lingkungannya

disebabkan oleh masyarakat nelayan yang melakukan penangkapan ikan tidak

sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Setiap nelayan yang melakukan

aktivitas penangkapan ikan biasanya menggunakan kapal perikanan yang

disertai dengan alat tangkap ikan. Alat tangkap ikan menjadi masalah yang

dianggap penting karena awal dari keberlangsungan ikan di masa depan.

Jika pemeriksaan teknis kapal perikanan tidak dilakukan maka berakibat

nelayan akan melakukan pelanggaran. Salah satu contoh akibat dari tidak

dilakukannya pemeriksaan teknis kapal perikanan adalah banyaknya nelayan


109

yang tidak menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Dalam

perizinan SLO bisa saja nelayan melakukan pelaporan alat tangkap yang ramah

lingkungan, namun kenyataan di lapangan alat tangkap yang digunakan tidak

ramah lingkungan. Akibat dari nelayan yang menggunakan alat tangkap tidak

ramah lingkungan yaitu merusaknya habibat laut dan segala macam nya sampai

pada pencemaran lingkungan.

Oleh karena itu pemeriksaan kapal perikanan yang akan beroperasi di laut

sangatlah penting dilakukan dengan cara pengecekan terlebih dahulu sebelum

melakukan kegiatan penangkapan ikan. Hal ini bertujuan agar pengawas

perikanan tahu dan memberikan tindakan jika ada kapal perikanan yang

beroperasi tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sehingga

pengawas perikanan bisa memberikan tindakan untuk nelayan sesuai dengan

pelanggaran yang telah dilakukan. Jika jumlah SDM pengawas perikanan

dianggap masalah maka harus adanya perekrutan pegawai baru dan harus

disertai dengan pelatihan-pelatihan terlebih dahulu guna menunjang kegiatan

pengawasan perikanan.

c. Biaya/Anggaran

Kriteria yang terakhir yang berkaitan dengan tahapan dalam pengawasan

yaitu biaya/anggaran. Anggaran dianggap penting karena faktor utama

berjalannya suatu kegiatan karena ditunjang oleh anggaran yang memadai.

Dengan sistem penganggaran yang baik tentunya akan memberikan manfaat

bagi suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
110

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan anggaran merupakan masalah

yang dianggap penting karena menunjang segala aktivitas pengawasan. Dalam

hal ini peneliti diperkuat dengan hasil wawancara I2-3 Bendahara Pengeluaran

Pembantu Satwas SDKP Serang sebagai berikut:

“jadi kita kerja itu berdasarkan anggaran, atau disebut sebagai kinerja
berdasarkan anggaran. Namun, sebelum anggaran direncanakan kita
sudah harus mengajukan point-point kegiatan yang akan kita laksanakan
pada tahun berikutnya. Karena dalam pelaksanaan tugas pengawasan
perikanan kita memiliki TOR atau disebut sebagai target rencana kerja
apa yang akan kita lakukan”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Latif
Turmanto, S.Pi., Bendahara pengeluaran pembantu Satwas SDKP Serang
pada hari Selasa tanggal 03 April 2018 pukul: 14.30 WIB di Kantor
Satwas SDKP Serang).

Pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh anggaran yang dilakukan oleh

Satwas SDKP Serang sangatlah berguna untuk melakukan kegiatan

pengawasan perikanan terutama bagi kapal penangkapan ikan. Dari pemaparan

diatas peneliti mengetahui bahwa anggaran sangatlah penting karena pada

dasarnya Satwas SDKP Serang menjalankan tugas nya sebagai pelaksana.

Pengawasan kapal perikanan di teluk Banten sangatlah penting agar

menertibkan masyarakat nelayan dapat melakukan aktivitas penangkapan ikan

yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Sehingga mengurangi

penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan. Selain

itu pengawas perikanan bertugas merubah pemikiran masyarakat nelayan agar

menjadi lebih baik dari segi kedisiplinan kegiatan penangkapan ikan, seperti

dokumen kapal perikanan yang harus selalu dilengkapi.

Satwas SDKP Serang tidak hanya menjalankan tugas-tugas yang disudah

diberikan oleh UPT diatasnya. Satwas SDKP Serang melakukan pengajuan


111

kegiatan-kegiatan yang baru guna mendukung kegiatan pengawasan lainnya.

Salah satu factor tahapan pengawasan yang harus diperhatikan yaitu

mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses

pengawasan sebelumnya. Oleh karena itu penting bagi suatu lembaga atau

organisasi melakukan tahapan pengawasan yang sifatnya menampung aspirasi

jika terdapat pengawasan yang dinilai tidak berhasil.

Hal lainnya yang ditemukan peneliti selama di lapangan terkait anggaran

yang dilakukan dala kegiatawan pengawasan perikanan yaitu dengan

mewawancarai I1-1 pihak Dirtjen PSDKP RI sebagai berikut:

“kalau masalah anggaran kita pasti tersendat. Karena menteri kita


adalah orang paling konsen dalam masalah perhitungan biaya. Dilihat
dari segi backgroundnya pun menteri kita berasal dari seorang
pengusaha. Pengehmatan dilakukan biasanya terkait hal-hal yang
dikategorikan perlu dihemat saja”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak
Afriyanto, S.Pi., Staff Pelaksana Seksi PPI di ZEEI & Laut Lepas Dirtjen
PSDKP RI pada hari Kamis tanggal 22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB
di Kantor Dirtjen PSDKP RI).

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan I1-1, peneliti

mengetahui bahwa terkait anggaran yang telah ditetapkan oleh Menteri

Kelautan Perikanan adalah dilihat dari latar belakang menteri sebagai

pengusaha sehingga memperhatikan kinerja sehingga meminimalisir anggaran

yang dikeluarkan. Dari pihak pemerintah pusat yaitu Kementerian Kelautan

dan Perikanan merupakan lembaga pembuat kebijakan bagaimana ketentuan

pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh

Indonesia. Dalam proses pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan


112

anggaran merupakan hal penting guna menunjang terlaksana nya kegiatan

pengawasan. Tidak hanya itu anggaran juga sebagai factor pengawasan bagi

suatu organisasi sebagai acuan kinerja yang harus dicapai.

2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan selanjutnya dalam pengawasan adalah penentuan pengukuran

pelaksanaan kegiatan. Dalam tahap kali ini yang dijadikan kriteria dalam

pengawasan yaitu laporan hasil kegiatan, jangka waktu dan pihak atau lembaga

yang dilibatkan. Laporan hasil kegiatan setiap organisasi atau lembaga perlu

dibuat karena menjadi tolak ukur bagaimana suatu kegiatan dapat berjalan atau

tidak. Laporan hasil kegiatan selanjutnya dijadikan tolak ukur organisasi agar

bekerja lebih baik lagi.

a. Laporan Hasil Kegiatan

Dalam penelitian kali ini yaitu Satwas SDKP salah satu instansi vertical

pemerintah pusat merupakan organisasi pemerintah yang harus mempunyai

laporan disetiap kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan perikanan.

Laporan hasil disetiap kegiatan di Satwas SDKP Serang dijadikan sebagai

bahan pelaporan kepada Pemerintah Pusat dari hasil kinerja yang ada di daerah.

Berikut adalah hasil temuan lapangan yang telah peneliti temukan selama

dilapangan dengan wawancara I1-1 Pihak pemerintah pusat Dirtjen PSDKP

Republik Indonesia:

“biasanya kita ada event-event tertentu. Namun, biasanya rapat kerja


yang dihadiri oleh satwas-satwas yang ada didaerah ke pusat dilakukan
selama satu kali dalam setahun. Selanjutnya evaluasi kerja biasanya
113

dilakukan oleh kepala UPT pangkalan secara langsung kepada


bawahan-bawahan yang ada di setiap daerah di Indonesia”. (Sumber:
Wawancara dengan Bapak Ariyanto Staff Dirtjen PSDKP RI pada hari
Kamis tanggal 22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB di Kantor Dirtjen
PSDKP RI).

Laporan hasil kegiatan yang telah dibuat suatu organisasi vertikal biasanya

dalam pelaporannya melakukan rapat kerja dengan instansi diatas nya. Rapat

kerja ini biasanya membahas tentang pencapaian kinerja yang telah dilakukan

selama satu tahun. Pencapaian kinerja biasanya berkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan yang menunjang, seperti misalnya apa saja program yang telah

direncanakan sesuai dengan apa yang dilaksanakan. Laporan hasil kegiatan

juga biasanya berkaitan dengan masalah anggaran, karena disetiap kegiatan

yang menunjang pengawas perikanan pasti harus didukung dengan anggaran

yang matang.

Dari pihak daerah yaitu Satwas SDKP Serang melakukan laporan hasil

kegiatan dengan cara membuat laporan di setiap setelah pelaksanan kegiatan.

Adapun peneliti melakukan wawancara dengan pihak Satwas SDKP Serang

I2-2 terkait laporan hasil kegiatan sebagai berikut:

”setiap ada kegiatan laporan hasil kegiatan dibuat, seperti misalnya kita
melakukan patroli laut dalam rangka pengawasan perikanan, setelah
patrol kita buat laporan hasil kegiatannya. Salah satu kegiatan patroli
itu adalah misalnya patroli mandiri yang kita lakukan atau kita
melibatkan aparat-aparat penegak hukum lainnya seperti TNI-AL dan
Polisi Air”. (Sumber: Wawancara dengan Bapaka Setyo Budi Raharjo
S.Pi., Polisi Khusus Satwas SDKP Serang, pada hari Kamis tanggal 29
Maret 2018 pukul: 11.00 WIB di kantor Satwas SDKP Serang).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti diatas,

peneliti mengetahui bahwa laporan hasil kegiatan dibuat setelah kegiatan


114

pengawasan dilaksanakan. Laporan hasil kegiatan dibuat guna mencapai

target kinerja yang telah dibuat di Target Operasional Kegiatan (TOK). Hal

ini merupakan salah satu bentuk pelaporan yang nantinya akan dilaporkan

kepada pihak organisasi diatasnya yaitu Pangkalan PSDKP Jakarta yang juga

merupakan tanggung jawab dari pemerintah pusat dalam hal ini Dirtjen

PSDKP RI. Laporan hasil kegiatan dianggap penting bagi suatu organisasi

karena agar menjadi baham evaluasi untuk tahun berikutnya dalam

melakukan kegiatan yang sama agar menjadi lebih baik lagi.

Dari pihak Bendahara Satwas SDKP Serang I2-3 terkait laporan hasil

kegiatan yang dilihat berdasarkan kegiatan yang telah dianggarkan telah

dibuat oleh bendahara terkait kegiatan yang sudah dilakukan yaitu sebagai

berikut:

“ada, terkait laporan hasil kegiatan misalnya kegiatan penerbitan SLO,


aktivitas kapal dipelabuhan dalam melakukan bongkar muat pendaratan
ikan, pengurusan kapal-kapal dibawah 10 GT juga kita ada
anggarannya”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Latif Turmanto,
S.Pi., Bendahara Pengeluaran Pembantu Satwas SDKP Serang, pada hari
Selasa tanggal 03 Maret 2018 pukul:14.30 WIB di Kantor Satwas SDKP
Serang).

Dari penjelasan yang diberikan oleh bendahara pengeluaran pembantu

Satwas SDKP Serang menyatakan bahwa laporan hasil kegiatan yang

dilakukan setiap kegiatan berlangsung telah dibuat dengan aturan yang

ditentukan dalam peraturan yang berlaku. Ini artinya sebagai laporan

pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan yang hasil nya dapat

dirasakan oleh masyarakat nelayan. Secara langsung Satwas SDKP serang


115

telah melaksanakan tugas sebagaimana yang telah menjadi tugas pokok

fungsi sebagai lembaga pengawas sumber daya kelautan dan perikanan yang

sesuai dengan aturan perundang-undangan. Dalam sebuah organisasi baik

organisasi public ataupun privat laporan hasil kegiatan dianggap penting

karena dijadikan sebagai bahan evaluasi suatu organisasi dapat meningkatkan

kinerja nya menjadi lebih baik lagi.

b. Jangka Waktu

Dalam proses tahapan pengawasan yaitu pengawasan perikanan, suatu

organisasi yang bergerak di bidang pengawasan perikanan harus bisa

menentukan apakah kegiatan pengawasan bisa berjalan secara maksimal atau

belum. Oleh karena itu dalam dimensi penentuan pengukuran pelaksanaan

kegiatan harus ditentukan jangka waktu untuk menjadikan tolak ukur

organisasi pengawas perikanan dapat berjalan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Jangka waktu merupakan salah satu

bagian yang penting agar dijadikan sebagai target bagaiman suatu pelayanan

bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga memberikanan pelayanan

yang optimal bagi masyarakat. Pengawas perikanan harus bisa menentukan

jangka waktu yang telah ditentukan dilaksanakan sebagaimana mestinya,

tujuannya adalah agar setiap program yang sudah menjadi tugas pokok dan

fungsi lembaga pengawas perikanan berjalan secara efektif dan efesien yang

selanjutnya juga akan mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.


116

Dalam hal ini peneliti menemukan temuan lapangan dengan

mewawancarai I2-2 terkait jangka waktu yang telah ditentukan oleh

pengawas perikanan dalam kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan

perikanan di wilayah kerja Satwas SDKP Serang:

”dalam satu periode dilakukan selama 50 kali, jadi dalam


pelaksanaannya jika dihitung selama 1 bulan dilakukan sebanyak 2 kali
patroli laut. Biasanya patroli laut dilakukan selama 2-3 jam berdasarkan
aturan yang telah dibuat”.(Sumber: Wawancara dengan Bapak Setyo
Budi Raharjo, S.Pi., Polisi Khusus Satwas SDKP Serang pada hari Kamis
tanggal 29 Maret 2018 Pukul: 11.00 WIB di Kantor Satwas SDKP
Serang).

Dari penjelasan yang telah peneliti dapatkan dari pihak polisi khusus

satwas SDKP Serang kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Satwas

SDKP Serang dilakukan berdasarkan jadwal yang telah dibuat guna mencapai

target kinerja yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tugas pengawasan

sumber daya kelautan dan perikanan jangka waktu yang telah ditetapkan

dibuat berdasarkan aturan dari pemerintah pusat. Jangka waktu ditetapkan

agar kegiatan pengawasan berjalan dengan efektif dan efesien sesuai dengan

rencana kerja yang telah dibuat. Ini bertujuan untuk mengetahui masalah-

masalah apa saja yang terjadi pada saat dilapangan. Kegiatan pengawasan

dilakukan sebagai bentuk aspirasi oleh masyarakat nelayan agar para petugas

pengawas perikanan memberikanan pelayanan yang lebih baik bagi

masyarakat nelayan penagkap ikan khususnya.

Dalam temuan lapangan yang peneliti telah temukan terkait aktivitas

pengawasan kapal perikanan diteluk Banten dengan mewawancarai I4-1


117

Terkait jangka waktu kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan yang

dilakukan juga oleh pihak Polisi Air Sektor setempat sebagai berikut:

“jangka waktu yang kita lakukan selama satu bulan, patroli laut
biasanya dalam sebulan dilakukan selama 13-15 kali kegiatan
pengawasan di laut. Namun, jika ada pelaporan-pelaporan dari
masyarakat terkait masalah kegiatan penangkapan ikan di laut
biasanya kita juga ada kegiatan pengawasan langsung tidak sesuai
dengan kegiatan yang telah direncanakan. Karena kita sebagai aparat
kepolisian laut memang tugas nya sebagai pengawas langsung dilaut”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Hepson Daniar, S.H Kepala
Satuan Kepolisian Air Sektor Karangantu pada hari Senin tanggal 30
April 2018 pukul: 11.25 WIB di Kantor Kepolisian Air Karangantu).

Dari hasil wawancara di atas peneliti mengetahui bahwa dari pihak aparat

penegakan hukum Karangantu telah menetapkan jangka waktu dalam

kegiatan pengawasan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di

Karangantu. Jangka waktu yang telah ditentukan dan direncanakan ini

bertujuan sebagai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pihak aparat

kepolisisan yang bertugas sebagai pengawas secara langsung dilapangan

terkait kegiatan penangkapan ikan di laut Teluk Banten Karangantu.

c. Pihak-pihak yang dilibatkan (Lembaga)

Dalam sebuah pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Sumber Daya

Perikanan tentunya membutuhkan pihak-pihak yang bergerak dibidang

tersebut. Pihak-pihak yang bergabung dalam prose pengawasan aktivitas

kapal perikanan tentu saja harus pihak atau lembaga yang kompeten di

bidangnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang mereka emban. Pihak

yang ditentukan sangat berpengaruh dalam berjalanannya proses pengawasan

yang dilakukan oleh para petugas pengawas perikanan. Karena jika dilihat
118

dari tugas pokok dan fungsi pengawas perikanan hanyalah sebagai

pengawasan, jika terdapat penyimpangan yang sudah masuk dari segi hukum

merupakan kewenangan dari Aparat penegak Hukum.

Temuan selanjutnya yang peneliti temukan selama di lapangan terkait

pihak yang dilibatkan dalam proses pengawasan aktivitas kapal perikanan

yaitu dengan mewawancarai pihak Satwas SDKP Serang I2-2 sebagai berikut:

“Berdasarkan amanat undang-undang kita melakukan pengawasan


kegiatan perikanan dengan cara melibatkan lembaga-lembaga terkait
pengawasan di bidang perikanan. Seperti Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten, aparat penegak hukum yaitu Polisi Air, pihak
pelabuhan dan TNI-AL”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Setyo
Budi Raharjo, S.Pi Polisi Khusus Satwas SDKP Serang pada hari Kamis
tanggal 29 Maret 2018 pukul: 11.00 WIB di Kantor Satwas SDKP
Serang).

Berdasarkan hasil wawancara dengan polisi khusus Satwas SDKP Serang

terkait pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan pengawasan perikanan

tertama pada kegiatan pengawasan kapal penangkapan ikan di teluk Banten,

peneliti mengetahui bahwa Satwas SDKP Serang selalu melibatkan institusi

lain yang memiliki kewenangan sebagai petugas pengawasan perikanan.

Tujuan dari melibatkan pihak-pihak yang memiliki kewenangan yang sama

adalah agar nelayan bisa mematuhi aturan sesuai dengan yang telah

ditetapkan dan dengan melibatkan institusi yang memiliki tugas pokok

sebagai pengawas dan lembaga penegak hukum harus bisa memberikan

peringatan-peringatan bagi nelayan agar tidak melakukan pelanggaran selama

melakukan kegiatan penangkapan ikan di Teluk Banten Karangantu.


119

Dari pihak I 4-1 Aparat penegak Hukum yang juga melakukan kegiatan

aktivitas pengawasan kapal penangkap ikan memberikan penjelasan terkait

kegiatan kapal penangkap ikan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang,

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten, dan Polisi Air Sektor

Karangantu sebagai berikut:

“biasanya kita diundang atau diajak melalui forum aplikasi pesan


whatsapp, yang mengundang yaitu dinas, Satwas ataupun pihak dari
pelabuhan. Biasanya mereka memfoto bukti surat perintah terkait
keterlibatan kita dalam kegiatan patroli laut yang mereka adakan”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Hepson Daniar, S.H Kepala
Satuan Kepolisian Air Karangatu pada hari Senin, tanggal 30 April
2018 pukul: 11.25 WIB di Kantor Kepolisian Air Karangantu).

Temuan yang selanjutnya peneliti temukan dengan mewawancarai I 3-1

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten terkait pihak-pihak yang

dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan yaitu sebagai

berikut:

”biasanya kita diundang melalui surat undangan kegiatan misalnya


kegiatan patroli bersama”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Hery
Juhaeri, S.H., M.Si Kepala Seksi Penanganan Pelanggaran Bidang
PSDKP DKP Provinsi Banten pada hari Selasa tanggal 24 April 2108
pukul: 11.30 WIB di Kantor DKP Provinsi Banten).

Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti mengetahui bahwa pihak

kepolisian dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten benar

dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan di teluk Banten.

Kegiatan pengawasan pada kapal penangkapa ikan disebut sebagai Patroli

laut, patroli laut bersama memang selalu melibatkan institusi-institusi lain,


120

baik di tingkat daerah, pusat dan aparat penegakan hukum. Kegiatan

pengawasan yang optimal memang tidak bisa hanya dilakukan perseorangan

tetapi membutuhkan banyak personil pengawas agar berjalannya suatu

kegiatan pengawasan.

3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Dalam tahapan selanjutnya proses pengawasan yang tidak kalah

pentingnya yaitu tahap pengukuran pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh

organisasi atau lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada

tahap ini organisasi atau lembaga harus bisa mengukur apakah di setiap

kegiatan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan.

Organisasi atau lembaga terkait harus bisa mengatasi masalah-masalah

tersebut agar tidak berpengaruh pada berjalannya suatu kegiatan yang telah

direncanakan sebelumnya. Jika masalah-masalah sudah ditemukan, sebaiknya

organisasi mampu mengatasinya sebelum menimbulkan masalah baru.

a. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan atau observasi sangat penting dilakukan karena sebagai bahan

pertimbangan suatu organisasi mengetahui apa saja masalah-masalah yang

mempengaruhi jalannya suatu kegiatan. Suatu organisasi harus selalu

melakukan pengamatan terkait hal-hal yang apa saja yang menjadi factor

pendorong dan factor penghambat jalannya sebuah kegiatan. Pengamatan

dilakukan bertujuan agar organisasi dapat mengetahui keadaan nyata di

lapangan dengan membandingkan rencana kerja yang telah direncanakan. Hal


121

ini agar menjadi bahan evaluasi suatu program dapat terus dijalankan atau

membuat alternative-alternatif baru yang harus diubah.

Dalam indikator Pengamatan (observasi) peneliti menemukan temuan

lapangan dengan cara mewawancarai I2-2 terkait pengamatan yang dilakukan

Pihak Satwas SDKP Serang terhadap kegiatan pengawasan kapal penangkap

ikan di teluk Banten sebagai berikut:

”di setiap ada kegiatan Patroli Laut, misalnya saja Patroli Laut yang
kita lakukan kemarin, kita menemukan alat tangkap ikan yang digunakan
oleh nelayan yang tidak ramah lingkungan. akhirnya kita sita atau kita
ambil alat tangkap tersebut kemudian kita tahan Selama beberapa hari.
Namun, pengambilan alat tangkap ini merupakan serah terima dari
nelayan sendiri karena memang nelayan yang telah melanggar aturan”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Setyo Budi Raharjo, S.Pi., Polisi
Khusus Satwas SDKP Serang pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2018
pukul: 11.00 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).

Dari penjelasan yang telah dikemukan oleh Polisi Khusus Satwas SDKP

Serang peneliti mengetahui bahwa proses pengawasan yang dilakukan oleh

Satwas SDKP Serang dilakukan dengan cara melakukan Patroli Laut dengan

sasaran kapal-kapal penangkap ikan yang sedang melakukan aktivitas

penangkapan ikan. Patroli laut ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan

pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan terutama bagi aktivitas

kapal penangkap ikan. Patroli laut diadakan tujuannya untuk mengetahui

apakah nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan sudah mematuhi

aturan yang berlaku atau belum. Tidak hanya itu dengan adanya Patroli laut

yang dilakukan oleh pihak Satwas SDKP Serang dengan Aparat Penegak

Hukum terkait mampu mengubah pemikiran nelayan yang kurang terbuka,


122

sehingga nelayan menjadi lebih disiplin dalam mematuhi aturan-aturan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah.

Pengamatan (observasi) penting dilakukan dalam proses pengawasan. Hal

ini karena pengamatan akan menghasilkan penemuan yang baru yang

mungkin saja menjadi bahan evaluasi bagi program yang sedang dijalankan.

Dengan dilakukannya pengamatan berarti organisasi mengetahui apakah

kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan berjalan atau belum. Ini

dijadikan sebagai evaluasi kinerja yang akan menjadi lebih baik lagi dan

meminimalisir terjadinya penyimpangan yang baru akan terjadi.

Selanjutnya dari pihak daerah yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Banten, peneliti menemukan temuan lapangan dengan

mewawancarai I3-1 terkait pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh pihak

SKPD terkait pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan di Teluk Banten

sebagai berikut:

”iya pernah kita melakukan kegiatan yang dinamakan sebagai


pengawasan mandiri, jadi kita melakukan pengamatan langsung seperti
misalnya kita melakukan pengawasan mandiri di wilayah kabupaten
serang dan kota serang terkait kegiatan monitoring kapal-kapal
perikanan yang menggunakan alat tangkap arad yang merupakan alat
penangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah. Dari hasil monitoring
kita mendapatkan kapal-kapal yang sudah menyalahi aturan dengan
menggunakan alat tangkap yang dilarang. Untuk menindaklanjuti
kegiatan monitoring tersebut akhirnya kita melakukan operasi mandiri”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Hery Juhaeri, S.H., M.Si Kepala
Seksi Penanganan Pelanggaran Bidang PSDKP DKP Provinsi Banten
pada hari Selasa tanggal 24 April 2018 pukul: 11.30 WIB di Kantor DKP
Provinsi Banten).
123

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, peneliti

mengetahui bahwa kegiatan pengamatan pada kegiatan kapal penangkap ikan

tidak hanya dilakukan oleh Satwas SDKP Serang sebagai lembaga

pengawasan turunan dari pemerintah pusat, tetapi juga dilakukan oleh

lembaga pengawasan daerah yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Banten. Ini bertujuan untuk mengetahui apa saja masalah-masalah yang ada

di lapangan yang berkaitan dengan aktivitas nelayan dalam melakukan

kegiatan penangkapan ikan yang merupakan bagian dari mata pencaharian

nelayan. Selanjutnya pengamatan ini menjadi bahan evaluasi DKP Provinsi

Banten dalam pengambilan keputusan dalam menindaklanjuti masalah yang

terjadi pada nelayan.

b. Laporan Pengaduan

indikator yang selanjutnya yang dijadikan acuan dalam Dimensi

Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan dalam Usman Effendi (2014:212-213)

yaitu laporan pengaduan dalam proses pengawasan. Pengawasan

dilaksanakan untuk dapat mengetahui kenyataan yang ada sebagai masukan

dan bahan pertimbangan bagi seorang pimpingan dalam suatu organisasi atau

lembaga yang sedang menjalankan suatu program atau kegiatan di bidang nya

masing-masing. Pengawasan dilakukan untuk menentukan kebijakan dan

tindakan yang diperlukan menyangkut pelaksanan tugas pokok dan fungsi

organisasi, tingkah laku SDM di dalam organisasi, dan kinerja pelayanan

public di organisasi atau lembaga. Adapun laporan pengaduan penting dalam

proses pengawasan karena dari laporan pengaduan, petugas pengawasan


124

dalam hal ini pengawas perikanan dapat mengetahui apa saja yang menjadi

kebutuhan dan kepentingan yang ada pada masyarakat nelayan.

Dalam rangkaian proses penanganan pengaduan atas pengaduan yang

ditujukan terhadap instansi, atau pelayanan public dengan cara melakukan

monitoring dan observasi, konfirmasi, klarifikasi, dan investigasi

(pemeriksaan) untuk mengungkapkan benar atau tidak nya hal tersebut

diadukan kepada instansi terkait. Dalam hal ini peneliti menemukan temuan

lapangan dengan cara mewawancarai I2-1 pihak Satwas SDKP Serang terkait

laporan pengaduan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan terhadap

kegiatan kapal penangkapan ikan di Teluk Banten Karangantu sebagai

berikut:

“kita selalu menerima laporan pengaduan yang dilakukan oleh nelayan


kepada kita terkait aktivitas mereka dalam kegiatan penangkapan ikan
seperti alat tangkap mereka yang digunakan, pernah ada juga nelayan
yang memiliki rasa kecemburuan kepada nelayan lainnya. Misalnya saja
ada nelayan yang masih menggunakana alat tangkap yang dilarang,
mereka mengadukannya kepada kita selaku pengawas perikanan, karena
kita harus melakukan tindakan pembinaan terlebih dahulu tidak
langsung memberikan tindakan hukum karena bukan ranah kami sebagai
Pengawas perikanan”. (Sumber: Wawanacara dengan Bapak Slamet
Riyanto, S.Pi PPNS Satwas SDKP Serang pada hari Jumat, tangga 02
Maret 2018 pukul: 14.35 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).

Hal lain yang peneliti temukan selama dilapangan yaitu dengan

mewawancarai I3-1 pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten

terkait laporan pengaduan yang ditujukan kepada instansi diatas Satwas

SDKP Serang terkait laporan pengaduan aktivitas kapal penangkap ikan di

tingkat daerah sebagai berikut:


125

”pengaduan masyarakat kepada kita biasanya dengan perantara Surat,


sms atau mereka datang langsung. Pengaduan yang bentuk surat
biasanya berasal dari lembaga-lembaga masyarakat, lalu ada juga yang
datang melaporkan langsung dan lewat media social. Pengaduan
nelayan yang ditujukan langsung kepada kita biasanya terkait sosialisasi
alat tangkap dll”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Hery Juhaeri,
S.H., M.Si Kepala Seksi Penanganan Pelanggaran Bidang PSDKP DKP
Provinsi Banten pada hari Selasa tanggal 24 April 2018 pukul: 11.30
WIB di Kantor DKP Provinsi Banten).

Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa baik pihak

Satwas SDKP Serang maupun DKP Provinsi Banten menampung pengaduan

masayarakat terkait aktivitas kapal penangkapan ikan. Kapal penangkapan

ikan tidak terlepas dari alat tangkap yang digunakan, alat tangkap yang

digunakan harus sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh pemerintah.

Penerimaan Pengaduan masyarakat yang dilakukan DKP Provinsi Banten

membuktikan bahwa adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan

pengawasan yang dilakukan. Ini artinya bahwa dengan adanya pengaduan

yang dilakukan masyarakat berharap agar pihak-pihak pengawasan perikanan

dapat memberikan tindakan perubahan apabila ada masalah-masalah terkait

aktivitas kapal penangkapan ikan di lapangan.

4. Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis

Penyimpangan

Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisis penyimpangan,

maksudnya adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan

yang direncanakan dan hasil ini kemungkinan terdapat penyimpangan-

penyimpangan dan pembuat keputusanlah yang mengidentifikasi penyebab-


126

penyebab terjadinya penyimpangan. Dalam dimensi kali ini dijadikan sebagai

pembanding apakah kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakana oleh

suatu organisasi atau lembaga berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah

dibuat dengan menganalisis penyimpangan-penyimpangan apa saja yang

terjadi selama proses kegiatan berlangsung. Ini dijadikan sebagai bahan

evaluasi oleh instansi terkait agar membuat alternative-alternatif baru dalam

memecahkan sebuah masalah. Tidak hanya itu saja dalam dimensi ini juga

organisasi harus bisa menganalisis penyimpangan agar dalam proses

pengawasan berlangsung efektif dan efisien.

a. Koordinasi

Dalam dimensi pembandingan pelaksanaan dengan standar analisis

penyimpangan yang selanjutnya dijadikan indikator yaitu koordinasi. Dalam

suatu instansi pemerintah penting adanya suatu organisasi karena guna

menunjang kinerja instansi tersebut. Koordinasi bertujuan untuk menuju

kepada sasaran dan tujuan gerak kegiatan harus adanya suatu pengendalian

sebagai alat untuk menjamin berlangsungnya suatu kegiatan. Yang dimaksud

dalam pengendalian disini adalah kegiatan untuk menjamin kesesuaian karya

dengan rencana, program, perintah-perintah, dan ketentuan-ketentuan lainnya

yang telah ditetapkan termasuk tindakan-tindakan korektif terhadap

ketidakmampuan atau penyimpangan. Koordinasi dalam proses pengawasan

menhasilkan data-data dan fakta baru yang terjadi dalam pelaksanaan.


127

Dalam indikator kali ini peneliti mewawancarai I1-1 Pihak Dirtjen PSDKP

RI terkait bentuk koordinasi yang dilakukan dengan instansi terkait daerah

tentang pengawasan aktivitas kapal penangkapan ikan di perairan laut

Indonesia sebagai berikut:

“biasanya kita ada event-event tertentu. Namun, biasanya rapat kerja


yang dihadiri oleh satwas-satwas yang ada didaerah ke pusat dilakukan
selama satu kali dalam setahun. Selanjutnya koordinasi atau evaluasi
kerja biasanya dilakukan oleh kepala UPT pangkalan secara langsung
kepada bawahan-bawahan yang ada di setiap daerah di Indonesia”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi Staff Pelaksana Seksi
PPI di ZEEI & Laut Lepas Dirtjen PSDKP RI, pada hari Kamis tanggal
22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB di Kantor Dirtjen PSDKP RI).

Dari temuan lapangan yang telah dipaparkan diatas peneliti mengetahui

bahwa bentuk koordinasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah pusat dengan

pemerintahan yang ada di daerah dilakukan dengan cara mengadakan

pertemuan-pertemuan rapat kerja. Dalam proses pengawasan rapat koordinasi

dianggap penting karena pemerintah pusat perlu mengetahui masalah-masalah

apa saja yang ada didaerah. Ini dijadikan sebagai bahan evaluasi suatu

organisasi pemerintah untuk tingkat pusat maupun ditingkat pemerintah

daerah. Selanjutnya peneliti melakukan wawncara dengan I2-1 pihak Satwas

SDKP Serang terkait Koordinasi yang dilakukan dengan instansi pemerintah

terkait yang berkaitan dengan aktivitas pengawasan kapal penangkap ikan

sebagai berikut:

”Rapat kerja biasanya dilakukan di kantor pusat yaitu Dirtjen PSDKP


RI, biasanya rapat kerja ini yang bersangkutan yaitu kepala pangakalan,
kepala coordinator Satwas dikumpulkan di kantor pusat. Biasanya
pembahasan tentang hasil kegiatan yang telah dilakukan. Misalnya
dalam pelaksanaan tugas, kendala nya apa, prestasi nya apa seperti itu
128

salah satu bahasannya”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Slamet


Riyanto, S.Pi., PPNS Satwas SDKP Serang, pada hari Jumat tanggal 02
Maret 2018 pukul: 14.35 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).

Dari hasil wawancara diatas peneliti mengetahui bahwa pihak Satwas

SDKP Serang selalu melakukan koordinasi terkait pencapaian kinerja yang

telah dicapai. Koordinasi biasa dilakukan dengan cara melakukan rapat kerja,

pembuatan dan pelaporan hasil kegiatan, dan kendala-kendala yang ada

selama proses pengawasan perikanan. Sehingga baik darai tingkat pemerintah

pusat dan pemerintah daerah telah melakukan koordinasi dengan baik sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi nya masing-masing. Oleh karena itu dalam

melaksanakan aktivitas pengawasan perikanan instansi terkait harus bisa

membangun komunikasi yang baik guna tercapainya suatu program yang

telah ditetapkan.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Pihak I3-1 Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten terkait koordinasi yang dilakukan

dengan Satwas SDKP Serang dan instansi terkait yang memiliki kewenangan

pada pengawasan perikanan dalam kegiatan pengawasan yang aktivitas kapal

penangkap ikan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di Teluk Banten

sebagai berikut:

”kita memiliki forum koordinasi tindak pidana perikanan yang


anggotanya terdiri dari kepolisian, TNI-AL, Pengawas Perikanan, DKP,
Syahbandar, Dinas Perhubungan, Satpol PP, pokoknya institusi yang
berkaitan dengan pengawasan perikanan. Dalam setahun kita melakukan
pertemuan, selain itu kita juga melakukan koordinasi langsung. Biasanya
pembahasan yang kita lakukan yaitu terkait masalah-masalah yang ada
di lapangan terkait aktivitas kapal penangkap ikan dan mencari solusi
secara bersama. Biasanya kita mengevalusi program-program yang
129

telah dilaksanakan selama jangka waktu satu tahun”. (Sumber:


Wawancara dengan Bapak Hery Juhaeri, S.H., M.Si Kepala Seksi
Penanganan Pelanggaran Bidang PSDKP DKP Provinsi Banten pada hari
Selasa tanggal 24 April 2018 pukul: 11.30 WIB di Kantor DKP Provinsi
Banten).

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan I3-1

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, peneliti mengetahui bahwa

DKP Provinsi Banten dengan Satwas SDKP Serang serta institusi terkait yang

memiliki kewenangan dalam bidang pengawasan perikanan melakukaan

koordinasi yang baik dengan cara membuat forum diskusi. Ini bertujuan

untuk membahas masalah-masalah yang terjadi di masyarakt nelayan dan

mencari solusi secara bersama. Hal lainnya yaitu terkait dengan evaluasi

kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu satu tahun.

b. Evaluasi di setiap Program

Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program

yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evalusi program digunakan

sebagai dasae untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk

melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Evaluasi sama artinya dengan

kegiatan supervise. Kegiatan evalusi dimaksudkan untuk pengambilan

keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah

dilaksanakan. Adapun manfaat dari evaluasi di setiap program yaitu dapat

berupa penghentian program, merevisi program, melanjutkan program atau

menyebarluaskan program jika dianggap berhasil.


130

Dalam indikator kali ini peneliti mewawancarai I1-1 pihak pembuat

kebijakan yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

pada Dirtjen PSDKP RI terkait evalusi program yang dilakukan oleh instansi

pusat ini sebagai berikut:

“Evalusi Program yang kita lakukan perbaikan secara pelan-pelan,


seperti misalnya kita ada program baru terkait sosialiasi kepada nelayan
yaitu kita akan keliling daerah terutama di jawa timur dan jawa tengah
untuk menyelesaikan masalah alat tangkap ikan berjenis cantrang, agar
di tahun 2019 nanti sudah tidak ada lagi masalah cantrang”. (Sumber:
Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi., Staff Pelaksana Seksi PPI di
ZEEI & Laut Lepas pada hari Kamis, tanggal 22 Februari 2018 pukul:
13.00 WIB di Kantor Dirtjen PSDKP RI).

Dari hasil wawancara yang telah dipaparkan diatas peneliti mengetahui

bahwa evalusi yang pihak Dirtjen PSDKP lakukan terkait pelaksanaan

program-program yang dilaksanakan yaitu jika terjadi penyimpangan yang

ada di masyarakat, pihak kementerian pusat melakukan tindakan perbaikan

secara perlahan. Tindakan ini diambil guna tercapainya tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya. Pembuatan program-program baru juga dilakukan

oleh pihak Kementerian Pusat untuk meminimalisir terjadinya

penyimpangan-penyimpangan baru yang terjadi di masyarakat. Oleh karena

itu evalusi di setiap program perlu diadakan karena menyangkut

keberlanjutan program tersebut dapat lanjut dilaksanakan atau dikurangi. Dari

pihak Satwas SDKP Serang I2-1 memberikan tanggapan terkait Evaluasi

program yang dilakukan dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan

sebagai berikut:
131

”Kalau memang ada perbedaan, kita lihat terlebih dahulu perbedaannya


seperti apa, karena bisa jadi hanya pelanggaran yang bersifat
administrasi dan pelanggaran yang bersifat kejahatan. Selama ini kita
pernah menemukan nelayan yang menggunakan alat tangkap yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan dan berbeda dengan yang tertera pada
SIPI. Biasanya kita memberikan rekomendasi pencabutan izin kepada
instansi terkait dimana nelayan tersebut melakukan perizinan SIPI”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Slamet Riyanto, S.Pi., PPNS Satwas
SDKP Serang, pada hari Jumat tanggal 02 Maret 2018 pukul: 14.35 WIB
di Kantor Satwas SDKP Serang).

Dari hasil wawancara dengan pihak Satwas SDKP Serang peneliti

mengetahui bahwa evalusi disetiap program telah dilakukan oleh Satwas

SDKP Serang seperti jika menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh

nelayan maka Satwas SDKP Serang melakukan pencabutan izin Penagkapan

Ikan dengan Instansi terkait. Pencabutan izin penangkapan ini sangat

berpengaruh bagi kapal penangkap ikan pada saat akan melakukan kegiatan

penangkapan ikan di laut. Jika perizinan penangkapan ikan dicabut maka

kapal perikanan tidak bisa mendapatkan Surat Laik Operasi (SLO). Tidak

diterbitkanya SLO sangat berpengaruh pada kegiatan nelayan selama

penangkapan ikan karena SLO merupakan salah satu prosedur perizinan

penting dalam kegiatan nelayan melakukan penangkapan ikan dilaut. Oleh

karena itu jika SLO tidak diterbitkan maka berdampak pada nelayan yang

tidak bisa melakukan kegiatan penangakapan ikan di laut.

c. Teguran

Indikator yang selanjutnya dijadikan acuan dalam tahapan proses

pengawasan yaitu teguran yang dilakukan instansi atau lembaga baik yang
132

berfokus pada sector privat maupun publik. Teguran diberikan agar para

pembuat pelanggaran bisa mendapatkan efek jera sehingga tidak melakukan

pelanggaran kembali. Dalam kegiatan pengawasan perikanan teguran sangat

dianjurkan diterapkan agar tidak ada lagi masalah-masalah yang berikaitan

dengan disiplin nelayan dan keberlangsungan ekosistem laut menjadi terjaga.

Dalam indikator kali ini peneliti melakukan wawancara dengan pihak Satwas

I2-2 SDKP Serang terkait teguran yang diberikan kepada nelayan jika

melakukan penyimpangan yang berkaitan dengan aturan yang telah

ditetapkan tentang penangkapan ikan di karangantu Teluk Banten sebagai

berikut:

“Teguran yang kami lakukan yaitu dengan pendekatan bagaimana kita


mengedukasi nelayan menjadi lebih baik dengan cara tidak langsung
memberikan sanksi hukum. Karena kita sebagai pengawas perikanan
lebih menggunakan pendekatan yang humanis, persuasive, agar nelayan
melakukan dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dengan
baik”. (Wawancara dengan Bapak Setyo Budi Raharjo, S.Pi Polisi
Khusus Satwas SDKP Serang, pada hari Kamis, tanggal 29 Maret 2018
pukul: 11.00 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti

mengetahui bahwa pihak Satwas SDKP Serang dalam tahap proses

pengawasan jika menemukan masalah yang berkaitan dengan nelayan selalu

memberikan teguran kepada nelayan. Teguran ini berupa pemberitahuan

secara halus yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang sehingga lebih

bersifat mengedukasi nelayan. Ini tujuannya agar nelayan tidak lagi

melanggar aturan yang telah ditetapkan terkait aktivitas yang dilakukan

nelayan selama melakukan penangkapan ikan di laut. Pihak Satwas SDKP


133

Serang tidak langsung memberikan sanksi yang ketat kepada para nelayan

karena bukan kewenangannya dalam penegakan hukum.

Nelayan yang melakukan pelanggaran tidak langsung diberikan sanksi

hukum, namun diberikan arahan-arahan terlebih dahulu oleh para petugas

yang berwenang. Ini berkaitan dengan memperhatikannya keberlangsungan

nelayan selanjutnya yang berakibat pada keadaan ekonomi nelayan tersebut.

Para pengawas perikanan senantiasa memperhatikan kesejahteraan nelayan

karena merupakan tugas sebagai pengawas perikanan. Dalam tahapan proses

pengawasan yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga perlu adanya

tegurang yang dilakukan tujuannya untuk memberikan peringatan jika terjadi

nya suatu penyimpangan dalam pelaksaan kegiatan.

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak penegak

hukum I4-1 yaitu Polisi Air Karangantu terkait teguran atau hukuman yang

diberikan jika terdapat penyimpangan oleh nelayan selama proses

pengawasan berlangsung sebagai berikut:

“jadi yang sering kami lakukan selama ini yaitu kami selalu memberikan
saran kepada nelayan dan Dinas terkait agar segera mengurus jika
masalah yang ditemukan yaitu terkait dokumen kapal perikanan.
Sedangkan selebihnya kita hanya memberikan saran secara lisan kepada
nelayan dan segera melakukan pembinaan”. (Sumber: Wawancara
dengan Bapak Hepson Daniar, S.H Kela Satuan Kepolisian Air
Karangantu pada hari Senin, tanggal 30 April 2018 pukul: 11.25 WIB di
Kantor Kepolisian Air Karangantu).

Dari hasil wawancara yang telah disebutkan diatas peneliti mengetahui

bahwa dari pihak aparat penegak hukum juga melakukan teguran secara
134

langsung kepada nelayan jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan nelayan serta melakukan koordinasi langsung dengan instansi

terkait jika masalah yang melibatkan SKPD dan Satwas. Ini bertujuan untuk

meminimalisir kejadian terulang kembali yang berkaitan dengan kedisiplinan

nelayan di karangantu.

5. Pengambilan Tindakan Koreksi bila Diperlukan

Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk standard an

pelaksanaan diperbaiki dan dilakukan secara bersama. Dalam sebuah

organisasi atau lembaga pengambilan tindakan koreksi selalu dilakukan ini

berkaitan dengan target pencapaian program yang telah direncanakan

sebelumnya. Pengawasan tidk hanya melihat sesuatu dengan seksama dan

melaporkan hasil kegiatan. Mengawasi, tetapi juga mengandung arti

memperbaiki atau meluruskan sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan

apa yang telah direncanakan. Oleh karena itu suatu organisasi akan berjalan

terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya orang yang

membuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah

dilakukan.

a. Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian dan

pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerj dalam

suatu organisasi dan lembaga sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang

telah ditetapkan terlebih dahulu. Tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk
135

menjamin pencapaian sasaran dan tujuan suatu organisasi dan juga untuk

mengetahui bagaimana suatu organisasi mencapaian sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan. Dalam hal lainnya evaluasi kinerja terutama untuk

mengetahui bila terjadi keterlambatan atau penyimpangan supaya segeera

diperbaiki, sehingga sasaran dan tujuan tercapai. Selanjutnya hasil dalam

evaluasi kinerja dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Dalam proses pengawasan berlangsung evalusi kinerja sangat di

dibutuhkan. Pada saat pengawasan berlangsung, organisasi lembaga baik

pemerintah maupun swasta harus melakukan evaluasi kinerja karena akan

berkaitan dengan pencapaian kinerja yang selanjutnya akan dicapai.

Singkatnya, jika hasil kinerja sesuai dengan standar maka respon akan baik

tercapai nya sasaran dan tujuan yang organisasi telah tetapkan. Dalam evalusi

kinerja petugas pengawas perikanan harus mengetahui penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi selama proses pengawasan berlangsung, sehingga

jika adanya penyimpangan tidak boleh ditunda, dimaafkan, dikompromikan,

tetapi harus sesegera mungkin ditangani dan diperbaiki sebab itu adalah suatu

keharusan.

Selanjutnya pada indikator kali ini peneliti melakukan wawancara dengan

I1-1 pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dalam hal

ini yaitu Dirtjen PSDKP RI terkait evaluasi kinerja yang dilakukan dalam

pelaksanaan kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan

sebagai berikut:
136

“yang pasti di kita penegakan hukum terhadap aturan-aturan untuk


nelayan atau kapal-kapal asing bersifat pasti dan tegas. Namun, jika kita
lihat dari pelanggarannya misalnya pada nelayan kecil yang
menggunakan alat tangkap yang dilarang kita melakukan penyitaan.
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh kita dapat memberikan sanksi
bagi kapal-kapal asing yaitu dengan cara penenggelaman kapal”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi selaku Staff
pelaksana Pelaksana Seksi PPI di ZEEI & Laut Lepas pada hari kamis
tanggal 22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB di Kantor Dirtjen PSDKP
RI).

Dari hasil temuan lapangan peneliti mengetahui bahwa evaluasi kinerja

telah dilakukan oleh pihak Kementerian dengan cara menganalisis

permasalahan dan mengambil tindakan perbaikan. Tindakan ini merupakan

tindakan yang dilakukan oleh Dirtjen PSDKP dalam kegiatan pengawasan

sumber daya kelautan dan perikanan disluruh perairan di wilayah Indonesia.

Dari segi pengawasannya pihak Dirtjen PSDKP melakukan tindakan hukum

jika mendapati nelayan yang melanggar aturan penangkapan ikan yang telah

ditetapkan. Namun, Dirtjen PSDKP dalam pembuatan keputusan tindakan apa

yang dilakukan selalu mempertimbangkan terlebih dahulu tindakan koreksi

apa yang sesuai dengan jenis kesalahan yang telah nelayan lakukan.

Dalam hal lainnya peneliti mewawancarai I2-1 pihak Satwas SDKP Serang

terkait evaluasi kinerja yang telah dilakukan dalam pengawasan aktivitas

kapal penangkap ikan di Karangantu Teluk Banten sebagai berikut:

“Evaluasi kegiatan di lapangan dilakukan setiap selesai kegiatan.


Disamping itu ada evalusi yang dilakukan dalam jangka waktu bulanan,
triwulan, semester dan tahun”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak
Slamet Riyanto, S.Pi PPNS Satwas SDKP Serang pada hari jumat,
tanggal 02 Maret 2017 pukul: 14.30 WIB di Kantor Satwas SDKP
Serang).
137

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti mengetahui bahwa Satwas

SDKP Serang selalu melakukan evaluasi kinerja setiap selesainya

pelaksanaan kegiatan. Ini tujuannya untuk meningkatkan kinerja organisasi

dalam kegiatan pengawasan pada bidang kelautan dan perikanan yang masuk

pada wilayah operasional kerja Satwas SDKP Serang.

b. Sanksi

Indikator yang terakhir dari tahapan proses pengawasan adalah sanksi.

Tindakan pemberian sanksi bertujuan untuk jika terjadi permasalahan dalam

berlajanannya kegiatan pengawasan di sebuah organisasi atau lembaga dapat

terselesaikan tanpa harus menimbulkan masalah baru. Tindakan sanksi dalam

proses pengawasan bertujuan agar pengawasan pelaksanaan kegiatan dapat

berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Sanksi juga

diharapkan memberikan efek jera pada oknum-oknum yang telah

menimbulkan permasalahan yang berpengaruh pada berjalannya kegiatan

pengawasan.

Dalam pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dalam hal ini

pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan di seluruh wilayah perairan

Indonesia, pemberian sanksi harus dilakukan jika menemukan

penyimpangan-penyimpangan. Dalam aktivitas pengawasan di laut, sanksi

diberikan jika ada nelayan local maupun nelayan asing yang melakukan

pelanggaran guna mentertibkan kapal perikanan dalam melakukan aktivitas

penangkapan ikan. Adapun pada indikator kali ini peneliti melakukan


138

wawancara dengan I1-1 pihak kementerian kelautan dan perikanan republik

Indonesia terkait sanksi yang diberikan kepada nelayan yang melakukan

penyimpangan saat melakukan aktivitas penangkapan ikan sebagai berikut:

“yang pasti di kita penegakan hukum terkait sanksi terhadap aturan-


aturan untuk nelayan atau kapal-kapal asing bersifat pasti dan tegas.
Namun, jika kita lihat dari pelanggarannya misalnya pada nelayan kecil
yang menggunakan alat tangkap yang dilarang kita melakukan
penyitaan. Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh kita dapat
memberikan sanksi bagi kapal-kapal asing yaitu dengan cara
penenggelaman kapal”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Ariyanto,
S.Pi Pelaksana Seksi PPI di ZEEI & Laut Lepas Dirtjen PSDKP RI pada
hari Kamis, tanggal 22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB di Kantor
Dirtjen PSDKP RI).

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, peneliti mengetahui

bahwa dalam melaksanakan kegiatan pengawasan dibidang kelautan dan

perikanan, pihak pembuat kebijakan dalam hal ini kementerian kelautan dan

perikanan selalu memberikan sanksi yang tegas kepada siapa saja yang

melakukan pelanggaran. Penegakan hukum yang diberikan yaitu berupa

sanksi yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Dalam proses pengawasan pemberian sanksi bagi pihak-pihak yang

melanggar sangatlah penting guna meminimalisir terjadi nya permasalahan

yang baru. Dalam pengawasan perikanan dan kelautan terutama bagi kapal-

kapal penangkap ikan sangatlah penting diterapkan, karena agar para nelayan

memiliki kedisiplinan yang tinggi sehingga tidak membuat pelanggaran yang

pada akhirnya akan merugikan Negara.


139

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan I4-1 aparat penegak

hukum terkait sanksi yang diberikan kepada kapal penangkap ikan yang

melakukan pelanggaran di bidang pemanfaatan sumber daya perikanan di

Teluk Banten sebagai berikut:

“biasanya kita melakukan sanksi hukum sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku karena merupakan suatu acuan
aturan yang kita gunakan. Namun biasanya kita tidak langsung
memproses pelanggaran ke penyidikan. Kita terlebih dahulu melakukan
pembinaan dan teguran secara lisan kepada nelayan, jika nelayan masih
saja melakukan pelanggaran setelah dilakukan teguran dan pembinaan
maka, kita proses kasus tersebut dan dilakukan penyidikan oleh
Direktorat Polair yang selanjutnya diproses dan diberikan hukuman
yang sesuai”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Hepson Daniar, S.H
Kepala Satuan Kepolisian Air Karangantu pada hari Senin, tanggal 30
April 2018 pukul: 11.25 WIB di Kantor Kepolisian Air Karangantu).

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan Aparat

penegak hukum terkait pengawasan yang dilakukan dalam kegiatan

penangkapan ikan di Karangantu, peneliti mengetahui bahwa polisi air yang

bertugas di wilayah perairan karangantu dalam kegiatan pengawasan kapal

penangkapan ikan selalu memberikan sanksi tindakan hukum kepada para

nelayan yang melakukan pelanggaran di laut. Pihak polisi air juga

mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan hukum, ini

karena pihak polisian juga mempertimbangkan kesejahteraan nelayan.

Tindakan hukum atau sanksi diberikan jika nelayan melakukan pelanggaran

yang dilakukan secara berulang-ulang jika tidak ada perubahan yang baik

yang dilakukan oleh nelayan. Hukuman diberikan bertujuan agar memberikan


140

efek jera kepada nelayan yang melakukan pelanggaran serta meningkatkan

kedisiplinan nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan.

4.7 Penyajian Data

Pembahasan pada penyajian data (Display Data) merupakan hasil analisis

dan fakta yang ditemukan di lapangan. Peneliti menggunakan teori Tahapan

Proses Pengawasan dalam Usman Effendi (2014:212-213) yang

mengemukakan bagaimana tahap-tahap proses pengawasan dilakukan.

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan penelitian merupakan hasil analisis dan fakta yang ditemukan

selama di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan yaitu teori

Tahapan Proses Pengawasan dalam Usman Effendi (2014:212-213) yang

mengemukakan bagaimana tahapan proses pengawasan yang harus dilakukan

agar berjalannya suatu kegiatan yang telah direncanakan. Adapun tahapan

nya yaitu meliputi Penetapan Standar Pelaksanaan, Penentuan Pengukuran

Pelaksanaan Kegiatan, Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Pembandinga

Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis Penyimpangan dan Pengambilan

Tindakan Koreksi Bila Diperlukan.

Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan tindakan yang dapat

mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang

telah ditetapkan tersebut. Dalam melaksanakan suatu kegiatan yang berkaitan

dengan tingkat kinerja suatu organisasi perlu adanya suatu pengawasan

karena pengawasan sebagai upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja


141

standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi,

untuk membandingkan kinerja actual dengan standar yang telah ditentukan,

untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan selama

pelaksanaan kegiatan berlangsung, serta untuk mengambil tindakan perbaikan

yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang ada di

suatu organisasi atau lembaga telah digunakan secara efektif dan efisien

dalam mencapai suatu tujuan.

Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Satwas SDKP)

Serang merupakan Satwas SDKP dibawah UPT Pangkalan PSDKP Jakarta,

Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan,

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dilihat dari organisasi dan

kelembagaanya Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan Serang mengacu kepada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor: PER.04/MEN/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT Bidang

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan Keputusan Direktur

Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Nomor:

KEP.72/DJ-PSDKP/2016 Tanggal 31 Desember 2015 Tentang Penetapan

Pengawas Perikanan Pada Unit Pelaksana Teknis, Satuan Kerja Dan Pos

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, dimana Satuan Kerja

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Serang bertanggung jawab

kepada Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Satwas SDKP Serang memiliki tugas sebagai pelaksana tugas pengawasan

pelaksanaan tertib peraturan perundang-undangan dibidang perikanan.


142

Petugas pengawas perikanan selalu melakukan pengawasan agar tidak terjadi

pelanggaran-pelanggaran yang tidak diinginkan berkaitan dengan

keberlangsungan sumber daya kelautan dan perikanan. Salah satu tugas

pengawas perikanan yaitu sebagai pengawas aktivitas kapal penangkap ikan.

Aktivitas kapal penangkap ikan sangat berpengaruh pada kelestariaan laut

selanjutnya jika tidak ditangani dengan serius maka akan merusak biota laut

yang ada di dalamnya. Peran pengawas perikanan yaitu mengedukasi agar

masyarakat nelayan dan nahkoda kapal perikanan melakukan kegiatan

penangkapan ikan berdasarkan dengan aturan perundang-undangan yag

berlaku.

Dalam melaksanakan tugas nya sebagai pihak pengawas di bidang

kelautan dan perikanan, Satwas SDKP Serang diharapkan bisa melaksanakan

tugas nya sesuai dengan rencana yang telah ditentukan guna mencapai suatu

tujuan. Pengawas perikanan harus bisa memberikanan sanksi yang sesuai

dengan apa yang menjadi landasan hukum. Di Provinsi Banten, tepatnya di

Teluk Banten aktivitas kapal perikanan dalam kegiatan penangkapan ikan

sangatlah penting karena merupakan salah satu mata pencaharian bagi

masyarakat disana. Teluk Banten yang terletak di Karangantu Kecamatan

Kasemen Kota Serang memiliki satu Pelabuhan Perikanan Nusantara yang

dijadikan sebagai pusat kegiatan nelayan dalam mendistribusikan hasil

tangkapan ikan.

Pelabuhan perikanan nusantara hanya sebagai fasilitator untuk nelayan,

tujuannya adalah memudahkan nelayan dalam mendistribusikan hasil


143

tangkapan ikan, agar tidak terkena permainan harga yang dilakukan oleh

tengkulak. Satwas SDKP Serang sebagai pihak pengawas dalam aktivitas

penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan. Satwas SDKP Serang dan

Pelabuhan Perikanan Nusantara merupakan bawahan dari Kementerian

Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Namun, Satwas SDKP Serang

merupakan bawahan dari Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya

Kelautan dan Perikanan (Dirtjen PSDKP) sedangkan Pelabuhan Perikanan

Nusantara merupakan bawahan dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

(DJPT).

Dari segi pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan diseluruh

wilayah bagian Indonesia termasuk di Provinsi Banten merupakan tugas dari

Dirtjen PSDKP, jika di tingkat daerah dikenal sebagai Satwas SDKP.

Pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan sangatlah penting dilakukan agar

mengetahui apakah dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan apa yang

direncanakan. Satwas SDKP Serang berpengaruh pada tertib nya masyarakat

nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Dalam tahapan proses

pengawasan dalam Usman Effendi (2014:212-213) menjelaskan bahwa dalam

tahap pertama proses pengawasan organisasi harus melakukan Penetapan

Standar Pelaksanaan, Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan,

Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Pemabandingan Pelaksanaan dengan

Standard an Analisis Penyimpangan dan Pengambilan Tindakan Koreksi bila

Diperlukan. Adapun dalam teori yang digunakan dalam pengawasan aktivitas

kapal penangkap ikan di Satwas SDKP Serang adalah sebagai berikut:


144

1. Penetapan Standar Pelaksanaan

Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat

digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil, tujuan, sasaran, kuota

dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Penetapan standar

pelaksanaan merupakan tahapan awal dalam proses pengawasan meliputi

SOP, Anggaran dan Sumber Daya Manusia. Dalam pengawasan sumber daya

kelautan dan perikanan di seluruh wilayah perairan Indonesia salah satu nya

di Provinsi Banten, suatu lembaga atau organisasi yang memiliki tugas

sebagai pengawas perikanan dan kelautan harus bisa menetapkan penentuan

standar yang digunakan untuk pelaksanaan. Penentuan standar pelaksanaan

dijadikan sebagai acuan awal suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Dalam temuan lapangan yang telah peneliti temukan mengenai

pengawasan aktivtas kapal penangkap ikan dalam penerbitan SLO di Satwas

SDKP Serang yaitu mengenai pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan

yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan Teluk

Banten. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak Satwas SDKP Serang ketika

ditanya mengenai SOP pelaksanaan pengawasan perikanan terlihat bahwa

baik Organisasi diatas Satwas SDKP Serang pun yaitu Dirtjen PSDKP RI

telah menggunakan SOP yang tertuang dalam Peraturan undang-undang yang

berlaku. Artinya bahwa Satwas SDKP Serang telah melaksanakan tugas

berdasarkan peraturan yang berlaku, sesuai dengan apa yang diperintahkan

oleh pemerintah pusat. Pengawasan aktivitas kapal penerbitan Surat Laik


145

Operasi (SLO) dalam penerbitannya mengacu kepada SOP yang telah

ditetapkan oleh pemerintah Pusat yaitu Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Surat Laik

Operasi. Sedangkan SOP atau peraturan yang digunakan sebagai acuan oleh

Satwas SDKP Serang terkait teknis pengawasan aktivitas kapal penangkap

ikan yaitu Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2014

tentang Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan dan Peraturan Dirtjen

PSDKP Nomor.12/PER-DJPSDKP/2017 tentang Petunjuk Teknis

Pengawasan Kapal Perikanan.

Dari Indikator yang kedua dalam penentuan standar pelaksanaan kegiatan

yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam penentuan standar pelaksanaan

kegiatan pengawasan perikanan dan kelautan dalam rangka pengawasan

aktivitas kapal penangkap ikan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan

di perairan Teluk Banten, perlu adanya SDM yang memenuhi kriteria yang

telah ditentukan. Jumlah SDM yang cukup dan sesuai di nilai menjadi kriteria

yang harus dipenuhi oleh organisasi yang bergerak pada kegiatan

pengawasan. Oleh karena itu SDM merupakan salah satu faktor penting

dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang kelautan dan perikanan

khususnya pada kegiatan kapal penangkap ikan yang melakukan kegiatan

penangkapan ikan.

Dalam temuan lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti terkait kesiapan

SDM dalam melaksanakan kegiatan pengawasan kapal penangkap yaitu pihak

Satwas SDKP Serang merasa kurang dalam jumlah SDM guna melakukan
146

kegiatan pengawasan. Kekurangan jumlah SDM ini disadari oleh Satwas

SDKP Serang karena mereka merasa bahwa luas nya wilayah operasional

kerja yang menjadi tanggung jawab mereka adapun jumlah SDM yang ada di

Satwas SDKP Serang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Jumlah SDM Satwas SDKP Serang

No. Nama Jabatan

1. Ade Riza Taufik, S.P Kepala Koordinator Satwas SDKP Serang

2. Latif Turmanto Bendahara Pengeluaran Pembantu

3. Slamet Riyanto, S.Pi Penyidik Pegawai Negeri Sipil

4. Setyo Budi Raharjo, S.Pi Polisi Khusus

5. Achmad Arif Afandi, S.ST.Pi Nahkoda Kapal

6. Sugeng Riyadi, S.Tr.Pi THL

7. Dani Fitrianto THL

8. Andri A.Tompunu, A.Md THL

(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)

Pada tabel 4.7 di atas terlihat bahwa jumlah pegawai yang ada di Satwas

SDKP Serang yaitu berjumlah 8 pegawai. Jika di lihat dari jumlah

operasional kerja Satwas SDKP Serang yaitu hamper sebagian wilayah

perairan di setiap Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten merupakan

kewenangan atau tanggung jawab pengawasannya merupakan Satwas SDKP

Serang. Sehingga pelaksanaan kegiatan pengawasan aktivitas kapal


147

penangkap ikan di nilai kurang optimal. Adapun berikut ini adalah jumlah

wilayah operasional kerja Satwas SDKP Serang:

Tabel 4.8
Wilayah Operasional Kerja Satwas SDKP Serang
Kabupaten Kota di Provinsi Banten

1. Kabupaten Serang
Satwas SDKP 2. Kota Serang
Serang 3. Kota Cilegon
4. Kabupaten Tangerang
5. Kota Tangerang
6. Kota Tangerang Selatan

(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang, 2017)

Dari tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa wilayah operasional kerja Satwas

SDKP Serang bertugas pada tiga Kota dan dua Kabupaten di provinsi Banten.

Provinsi Banten sendiri memiliki delapan wilayah Kabupaten Kota. Dua

diantara delapan Kabupaten Kota di Provinsi Banten yang tidak masuk dalam

wilayah operasional kerja Satwas SDKP Serang yaitu Kabupaten Pandeglang

dan Kabupaten Lebak. Dilihat dari jumlah wilayah operasional kerja Satwas

SDKP Serang terlihat bahwa jumlah SDM yang masih kurang dan diperlukan

jumlah SDM yang cukup guna menunjang berjalannya kegiatan pengawasan

yang lebih optimal. Jumlah SDM yang cukup akan tercipta hasil pengawasan

yang lebih baik, sehingga kapal penangkap ikan bisa lebih disiplin dalam

melakukan kegiatan penangkapan ikan di Teluk Banten.

Indikator yang terakhir dari penentuan standar pelaksanaan yaitu

Anggaran. Anggaran yang dijadikan sebagai bahan awal dalam pelaksanaan


148

kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan di Teluk Banten yang dilakukan

Oleh Satwas SDKP Serang terlihat Satwas SDKP Serang melaksanakan tugas

berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Hal ini

artinya bahwa anggaran yang telah ditetapkan untuk melaksanakan suatu

kegiatan pengawasan dalam hal ini pengawasan aktivitas kapal penangkap

ikan berjalan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam

temuan lapangan kali ini yaitu berdasarkan laporan kegiatan pengawasan

kapal perikanan yang dilaksanakan berdasarkan anggaran yang telah

ditetapkan.

Untuk memperlancar kegiatan operasional Satwas SDKP Serang,

diperlukan dana dan anggaran selama melaksanakan tugas dan fungsinya

sebagai pengawasan kelautan dan perikanan tahun anggaran 2017. Anggaran

Satwas SDKP Serang adalah Anggaran DIPA APBN tahun 2017 untuk

program pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Berdasarkan

DIPA Pangkalan Pengawasan Jakarta Tahun anggaran 2016 Nomor: SP

DIPA-032.05.2.440816/2017 tanggal 07 desember 2017. Anggaran Satwas

SDKP Serang sebesar Rp. 533.793.000,-00 penyerapan anggaran Satwas

SDKP Serang sampai bulan desember 2017 adalah sebesar Rp. 519.883.000,-

atau 99,28 % dari total anggaran dan 60 % digunakan untuk operasional

speed boat dan rubber boat.


149

2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan adalah dalam pengawasan

hal ini perlu diperhatikan karena berkaitan dengan bagaimana suatu

organisasi bisa mengukur apakah kegiatan yang sedang dilaksanakan dapat

berjalan dengan maksimal atau tidak. Dari dimensi kali ini menggambarkan

bagaimana suatu organisasi atau lembaga yang bergerak pada bidang

pengawasan mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dan

pendorong berjalannya suatu kegiatan. Hal ini berkaitan dengan tindakan

evaluasi sebelum masalah menjadi semakin besar dan semakin

mempengaruhi berjalan nya kegiatan pengawasan. Dalam dimensi Penentuan

pengukuran pelaksanaan kegiatan yang dijadikan indikator yaitu laporan hasil

kegiatan, pihak-pihak yang dilibatkan, dan jangka waktu.

Satwas SDKP Serang melakukan kegiatan pengawasan dalam bidang

kelautan dan perikanan pada aktivitas kapal penangkap ikan dalam

melakukan kegiatan penangkapan ikan di Teluk Banten. Pada pelaporan

disetiap kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan kapal penangkap ikan di

Teluk Banten, Satwas SDKP Serang telah melakukan sesuai dengan prosedur

berlaku. Disetiap kegiatan yang telah dilaksanakan, langsung dibuatnya

laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan

evaluasi kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan yang selanjutnya,

sehingga merupakan suatu pelaporan untuk Pemerintah pusat dalam

melaksanakan tugas yang telah diberikan. Jenis pengawasan pada kapal

penangkap ikan yaitu kegiatan Patroli Laut dan Penerbitan Surat Laik Operasi
150

(SLO) kapal perikanan, Berikut adalah data mengenai pelaksanaan kegiatan

Patroli Laut dan Hasil Penerbitan SLO.

Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Penerbitan HPK dan SLO
IZIN IZIN
IZIN PROPINSI JUMLAH TOTAL JMLH
PUSAT KABUPATEN JML
N KAPAL
BULAN HPK S HPK HPK HPK % Laik KAPA
O SL SL TIDAK
L SLO L LAIK
O O LAIK
D B O D B D B D B

1 Januari 138 178 178 19 22 21 157 200 199 99.50% 199 1

2 Februari 172 186 185 16 19 18 188 205 203 99.02% 203 2

3 Maret 187 214 207 26 32 32 213 246 239 97.15% 239 7

4 April 130 146 141 30 34 34 160 180 175 97.22% 175 5

5 May 129 134 134 21 24 23 150 158 157 99.37% 157 1

6 June 110 120 115 27 29 29 137 149 143 95.97% 143 6

7 July 106 114 110 13 15 14 119 129 124 96.12% 124 5

8 August 186 190 187 30 34 32 216 224 219 97.77% 219 5

9 September 129 136 134 24 28 26 153 164 160 97.56% 160 4

10 October 127 151 141 1 2 0 128 153 141 92.16% 141 12

11 November 111 137 135 0 3 0 111 140 135 96.43% 135 5

12 December 60 73 68 60 73 68 93.15% 68 5

(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang, tahun 2017)


151

Tabel 4.10
Laporan Hasil Kegiatan Operasi Mandiri Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan
Hari/Tanggal Jam Kegiatan JAM Keterangan
LAYAR
06.00 Persiapan dek dan mesin
WIB
07.00 Tolak dari dermaga PPN
WIB Karangantu, Serang Banten 1.58 jam
Selasa, 20 07.40 Mesin trouble Terjadi gangguan pada
Maret 2018 WIB kemudi kapal, serta
gangguan pada dynamo
start
08.35 Standar dermaga PPN
WIB Karangantu, Serang Banten
06.00 Persiapan dek dan mesin
WIB
07.00 Tolak dari dermaga PPN
WIB Karangantu, Serang Banten
Rabu, 21 09.45 Riksa 1 KII, KM. SRI LOGIS 4 jam
Maret 2018 WIB
10.26 Riksa 2 KII, KM. BINTANG
WIB SELAMAT
11.00 Sandar dermaga PPN
WIB Karangantu, Serang Banten
06.00 Persiapan dek dan mesin
WIB
07.00 Tolak dari dermaga PPN
WIB Karangantu, Serang Banten
07.34 Riksa 3 KII, KM. PUTRI AYU
Kamis, 22 WIB 3.3 jam
Maret 2018 08.15 Riksa 4 KII, KM. SINAR LAUT
WIB
09.38 Riksa 5 KII, KM. BUNGA
WIB DESA
10.20 Sandar dermaga PPN
WIB Karangantu, Serang Banten
06.00 Persiapan dek dan mesin
Jumat, 23 WIB
Maret 2018 07.30 Tolak dari dermaga PPN
WIB Karangantu, Serang Banten
07.50 Riksa 6 KII, KM. CAHAYA 2.6 jam
WIB ABDAD
08.30 Riksa 7 KII, KM. RIZKY
152

WIB BAHARI
10.10 Sandar dermaga PPN
WIB Karangantu, Serang Banten
06.00 Persiapan dek dan mesin
WIB
Sabtu, 24 07.00 Tolak dari dermaga PPN 1.9 jam
Maret 2018 WIB Karangantu, Serang Banten
08.55 Sandar dermaga PPN Cuaca gelombang
WIB Karangantu, Serang Banten diharuskan kembali ke
darat
(Sumber:Laporan Operasi Mandiri Satwas SDKP Serang, 2018)

Dalam pembahasan selanjutnya dalam penentuan pengukuran pelaksanaan

kegiatan adalah pihak yang dilibatkan. Satwas SDKP Serang dalam

melakukan kegiatan pengawasan pada kapal penangkap ikan di Teluk Banten

selalu melibatkan pihak-pihak yang berkaitan dengan penegakan hukum. Hal

ini karena Satwas SDKP Serang hanya sebagai pihak yang mengedukasi

masyarakat nelayan tidak kepada tindakan hukum. Aparat penegak hukum

dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kapal perikanan yaitu aparat

kepolisian Air setempat dan Aparat TNI-AL. kedua lembaga aparat penegak

hukum ini dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan

diharapkan masyarakat nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan

di Teluk Banten tidak melakukan pelanggaran dan bisa lebih disiplin dalam

segi administrasi yaitu kepemilikan dokumen perizianan kapal yang lengkap.

Yang terakhir yang berkaitan dengan penentuan pengukuran pelaksanaan

kegiatan yaitu jangka waktu. Satwas SDKP menentukan jangka waktu yang

ditetapkan guna tercapainya tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengawasan.

Pada kegiatan pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan yang dilakukan


153

oleh Satwas SDKP Serang yaitu berupa penentuan kegiatan yang dilakukan

pada setiap program, bulan, semester dan tahunan. Hal ini berakitan dengan

penentuan program yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat yang harus

dilaksanakan oleh Satwas SDKP Serang dalam rangka pengawasan

perikanan. Dalam hal jangka waktu yang telah ditentukan oleh pemerintah

pusat telah dilaksanakan dengan baik oleh Satwas SDKP Serang selaku

pelaksana kegiatan pengawasan kegiatan di bidang kelautan dan perikanan di

Provinsi Banten.

3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Pengukuran pelaksanaan kegiatan dalam proses pengawasan suatu

kegiatan sangatlah penting diperhatikan karena dalam tahap kali ini organisasi

harus melakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus.

Adapun cara yang dilakukan oleh pihak Satwas SDKP Serang dalam

pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan yaitu dengan cara melakukan

observasi (pengamatan) secara langsung terkait pengawasan perikanan.

Satwas SDKP Serang dalam melakukan observasi dengan cara mengamati

langsung kondisi yang ada di lapangan. Hal ini dilakukan agar dapat

mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi dilapangan.

Dalam hal pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan dalam penerbitan

Surat Laik Operasi (SLO) yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang, yang

dilakukan berkaitan dengan observasi yang dilakukan yaitu terkait alat

tangkap yang digunakan oleh nelayan dalam melakukan kegiatan


154

penangkapan ikan di Teluk Banten. Satwas SDKP Serang senantiasa

memberikan tindakan jika dalam temuan di lapangan terjadi ketidaksesuain

kententuan yang sudah tertera pada peraturan perundang-undangan. Namun

dari hasil temuan lapangan yang telah peneliti temukan masih saja nelayan

menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Berikut ini adalah

jenis alat tangkap ikan yang masih diizinkan dikeluarkan SLO nya di Satwas

SDKP Serang sebagai berikut:

Tabel 4.11
Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan jenis alat tangkap Tahun 2016
No Jenis Alat Tangkap Jumlah SLO

1. Jaring Dogol 321


2. Dogol 424
3. Cantrang 53
4. Pancing 240
5. Bagan Apung/Lieft Net 857
6. Bagan Perahu 110
7. Gill Net 4
8. Jaring Rampus 1
9. Arad 1
10. Bagan Congkel 3
Total 2014
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang, 2016)
155

Tabel 4.12
Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan jenis alat tangkap Tahun 2017
No Jenis Alat Tangkap Jumlah SLO
1. Cantrang 108
2. Pancing 195
3. Bagan Apung/Lief Net 734
4. Bagan Perahu 108
Total 1145
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang tahun 2017)

Dari tabel 4.9 dan tabel 4.10 di atas menjelaskan jenis alat tangkap yang

masih diizinkan dikeluarkan SLO nya oleh pihak Satwas SDKP Serang. Pada

tahun 2016 ada bermacam-macam jenis alat tangkap yang digunakan oleh

nelayan karangantu untuk melakukan penangkapan ikan masih adanya alat

tangkap yang tidak ramah lingkungan sehingga merupakan alat tangkap yang

di larang oleh pemerintah. Salah satu alat tangkap yang dilarang oleh

pemerintah adalah jenis alat tangkap Cantrang. Alat tangkap ikan berjenis

Cantrang pada tahun 2017 dapat penerbitan SLO mengalami kenaikan

sebanyak 55 SLO yang diterbitkan.

Meskipun dari pihak pemerintah pusat masih berupaya melakukan

sosialisasi untuk melarang penggunakan alat tangkap cantrang, namun masih

ada di daerah-daerah di Indonesia salah satunya di Provinsi Banten masih

menggunakan alat tangkap jenis cantrang. Hal ini tentunya merupakan salah

satu masalah yang penting harus diperhatikan oleh pemerintah khususnya

Satwas SDKP Serang harus segera memberikan tindakan kepada kapal


156

nelayan yang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan yang

tentunya dilarang oleh pemerintah.

Hal lainnya yang harus diperhatikan dalam pengkuran pelaksanaan

kegiatan dalam tahapan pengawasan adalah pengaduan-pengaduan. Satwas

SDKP Serang selalu menerima pengaduan-pengaduan yang dilakukan oleh

masyarakat nelayan, baik yang ditujukan untuk Satwas SDKP Serang ataupun

terkait masalah-masalah perizinan dokumen kapal penangkap ikan. Selain

sebagai petugas pengawas pada bidang kelautan dan perikanan, Satwas SDKP

Serang menampung segala aspirasi masyarakat nelayan terkait kesejahteraan.

Hal ini berkaitan dengan pengawasan kapal penagkapan ikan pada saat

Satwas SDKP Serang melakukan pemeriksanaan dokumen kapal perikanan,

namun ada nelayan yang mengkeluhkesahkan perizinan SIPI (Surat Izin

Penangkapan Ikan) yang dilakukan oleh DPMPTSP Provinsi Banten yang

dinilai tidak jelas SOP nya. Selanjutnya tindakan yang diambil Satwas SDKP

Serang adalah melakukan koordinasi dengan Dinas terkait agar tidak ada lagi

permasalahan yang terjadi pada nelayan.

4. Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar Dan Analisis

Penyimpangan

Pembandingan pelaksanaan dengan standar analisis penyimpangan

merupakan pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang

direncanakan dan hasil ini kemungkinan terdapat penyimpangan-

penyimpangan dan pembuat keputusanlah yang mengidentifikasi penyebab-


157

penyebab terjadinya suatu penyimpangan. Dalam tahapan proses pengawasan

kali ini yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang yaitu Koordinasi yang

dilakukan dengan pihak-pihak terkait yang juga memiliki tugas sebagai

pengawas kegiatan perikanan. Berdasarkan hasil wawancara, Satwas SDKP

Serang melakukan koordinasi yang baik dengan pemerintah pusat, organisasi

di Atas Satwas dan pemerintah daerah yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Banten serta Aparat Kepolisian Air setempat yang bersangkutan.

Salah satu bentuk koordinasi yang dilakukan adalah dengan pemerintah pusat

terkait laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Satwas SDKP Serang melakukan pelaporan selama proses pengawasan

aktivitas kapal penangkap ikan berlangsung, serta melakukan koordinasi

dengan pemerintah pusat terkait masalah-masalah apa saja yang menjadi

kendala dalam proses pengawasan berlangsung. Koordinasi juga dilakukan

dengan SKPD dan aparat penegak hukum ini bertujuan agar berjalannya

proses pengawasan yang sasarannya adalah kapal penangkap ikan yang

sedang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan teluk

Banten. Dalam sebuah pengawasan diperlukannya koordinasi yang baik agar

terlaksananya suatu program yang telah direncanakan guna mencapai suatu

tujuan. Sebagai pihak pengawas perikanan Satwas SDKP Serang senantiasa

melakukan koordinasi dengan baik agar tidak ada nya masalah-masalah baru

yang berkaitan dengan sumber daya kelautan dan perikanan yang terjadi di

Wilayah kerja Satwas SDKP Serang.


158

Selanjutnya yang tidak kalah penting dari tahapan proses pengawasan pada

dimensi keempat pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisis

penyimpangan adalah evaluasi di setiap program. Satwas SDKP Serang

memiliki program-program yang berkaitan dengan pengawasan sumber daya

kelautan dan perikanan yang termasuk dalam wilayah operasional kerja.

Evaluasi di setiap program bertujuan agar menjadi tolak ukur apakah suatu

program bisa berlanjut atau dihentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Salah satu program pengawasan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang

adalah pengawasan pada kapal penangkap ikan dalam melakukan kegiatan

penangkapan ikan pada wilayah perairan teluk Banten.

Satwas SDKP Serang selalu melakukan evaluasi di setiap program yang

telah dilaksanakan, salah satunya adalah program rutin operasi mandiri yang

dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dengan pihak-pihak terkait dalam

kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan. Pada kegiatan rutin operasi

mandiri yang telah dilakukan Satwas SDKP Serang selalu mengambil

tindakan perubahan ke arah yang lebih baik jika terjadi suatu masalah selama

di lapangan. Tindakan tersebut diterapkan berdasarkan hasil evaluasi yang

dilakukan oleh Satwas SDKP Serang terhadap masalah yang ditemukan

selama dilapangan. Selanjutnya evaluasi yang dilakukan pada setiap program

pengawasan perikanan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang adalah

dengan Mengoptimalkan personil pengawas yang ada dalam melaksanakan

kegiatan pengawasan yang sudah ditentukan, karena personil pengawas yang

ada di Satwas SDKP Serang di nilai kurang memenuhi jumlah yang cukup.
159

Dalam tahap proses pengawasan pembandingan pelaksanaan dengan

standar dan analisis penyimpangan indikator yang terakhir yaitu Teguran.

Teguran dilakukan dalam proses pengawasan perikanan agar masyarakat

nelayan yang melanggar aturan dapat mentaati aturan yang berlaku serta

menumbuhkan sikap disiplin nelayan terhadap kegiatan penangkapan ikan.

Hal ini bertujuan agar memberikan efek jera kepada para nelayan sehingga

tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan. Satwas SDKP Serang

melakukan teguran kepada kapal penangkap ikan jika terdapat pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan penangkap ikan. Teguran biasanya

diberikan terkait dengan alat tangkap yang digunakan, ikan hasil tangkapan

dll. Ini bertujuan untuk agar nelayan dapat mematuhi aturan dalam melakukan

kegiatan penangkapan ikan sekaligus menjaga ekosistem laut agar tidak

terjadi kerusakan.

5. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan

Suatu organisasi yang melakukan pengawasan sebaiknya mengambil

tindakan koreksi dalam berbagai bentuk satandar dan pelaksanaan diperbaiki

dan dilakukaan secara bersamaan. Pengambilan tindakan koreksi dalam

sebuah pengawasan bertujuan agar dalam melaksanakan suatu program yang

telah ditentukan tidak terjadi kesalahan yang terulang dan semakin

meningkatkan kinerja organisasi. Dalam sebuah pengawasan sumber daya

pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan organisasi harus melakukan

tindakan perbaikan jika terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak seusai

dengan rencana awal yang telah ditentukan. Dalam dimensi kali ini yang
160

menjadi indikator adalah evaluasi kerja dan Sanksi yang dilakukan bertujuan

untuk organisasi pelaksana dan masyarakat nelayan.

Satwas SDKP Serang dalam tahapan kali ini melakukan evaluasi kerja

dengan cara melakukan rapat kerja terkait pencapain kerja yang dilakukan

selama satu tahun. Evaluasi kerja juga dilakukan agar Satwas SDKP Serang

mengetahui apa saja program-program yang telah dicapai dan program yang

terhambat selama proses pelaksanaan berlangsung. Evaluasi kerja dijadikan

sebagai acuan Satwas SDKP Serang dalam meningkatkan kinerja sebagai

pengawas perikanan dalam hal ini kegiatan pengawasan pada aktivitas kapal

penangkap ikan. Dalam hal ini evaluasi kerja digunakan sebagai pengambilan

keputusan bagaimana Satwas SDKP Serang melaksanakan program-program

yang telah dibuat oleh pemerintah pusat dapat terealisasi dan menjadi sebagai

gambaran kinerja yang telah dicapai yang selanjutnya harus lebih baik lagi.

Dalam pengawasan tahapan proses pengambilan koreksi bila diperlukan

selanjutnya yaitu Sanksi. Dalam proses pengawasan sumber daya kelautan

dan perikanan dalam hal ini pengawasan kapal penangkap ikan, petugas

pengawas harus memberikan sanksi yang tegas bagi siapa saja yang

melakukan pelanggaran terkait kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di

wilayah perairan teluk Banten. Satwas SDKP Serang dalam memberikan

Sanksi untuk para nelayan selalu melakukan koordinasi dengan aparat

penegak hukum terkait hukuman yang sesuai dengan pelanggaran yang telah

dilakukan. Satwas SDKP Serang hanya sebagai pihak atau agen yang

mengedukasi nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan


161

kapal perikanan agar tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran yang tidak

diinginkan. Sanksi berupa hukuman merupakan kewenangan dari aparat

kepolisian air setempat, Satwas SDKP Serang hanya sebagai pihak yang

melakukan pembinaan kepada masyarakat nelayan. Sanksi diberikan agar

dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dapat berjalan sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan sehingga harapannya adalah kapal-kapal penangkap

ikan bisa melakukan kegiatan penagkapan ikan dengan tertib sehingga tidak

membuat pelanggaran-pelanggaran baru yang akan menimbulkan masalah

dan kerugian tidak hanya untuk nelayan sendiri tetapi juga untuk ekosistem

laut berkelanjutan.

Dalam tahapan proses pengawasan suatu kegiatan program yang telah

direncanakan berdasarkan teori yang digunakan yaitu tahapan Proses

Pengawasan Dalam Usman Effendi (2014:212-213) indikator yang paling

dianggap penting yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Pengamatan, Teguran,

dan Sanksi. Adapun berikut adalah ringkasan hasil penelitian sebagai berikut:
162

Tabel 4.13
Hasil Penelitian
No Dimensi Indikator Hasil Penelitian Kategori
1. Penetapan a. SOP SOP yang digunakan sesuai Baik
Standar dengan peraturan pemerintah
Pelaksanaan yang ditetapkan. Yaitu
berdasarkan Permen KP No 1
Tahun 2017 tentang Surat Laik
Operasi. Dalam melaksanakan
tugas sebagai pengawas
perikanan sesuai dengan
program-program yang telah
direncanakan.
b. Satwas SDKP Serang me Kurang Baik
Biaya/Angg melaksanakan program
aran pengawasan kapal penangkap
ikan dan pengawasan sumber
daya kelautan dan perikanan
berdasarkan program yang
telah dianggarkan oleh atasan
pangkalan PSDKP Jakarta dan
Dirtjen PSDKP RI. Akibat dari
setiap kegiatan yang
dianggarkan yaitu sering kali
kegiatan yang berkaitan
dengan pengawasan
dilapangan menjadi dikurangi.
Salah satu pelaksanaan
kegiatan yang dibatasi oleh
anggaran yaitu: Kegiatan
patroli laut yang seharusnya
dilakukan selama 4-6 jam /
setiap program yang telah
direncanakan, namun karena
keterbatasan anggaran hanya
bisa melakukan kegiatan
Patroli Laut selama 2-3 jam.
c. SDM Jumlah pegawai Satwas Kurang Baik
SDKP Serang dinilai kurang
dalam pelaksanaan kegiatan
pengawasan kapal
penangkapan ikan yaitu hanya
berjumlah 8 petugas/pegawai.
Petugas pengawas perikanan
pada tingkat Satwas diseluruh
163

Indonesia salah satunya


Satwas SDKP Serang idealnya
adalah 18-20 personil
pengawas. Kurangnya
pelatihan dan pembinaan yang
dilakukan oleh Pemerintah
pusat terkait pengawasan
perikanan di wilayah
operasional kerja Satwas
SDKP Serang.
2. Penentuan a. Laporan Satwas SDKP Serang selalu Baik
Pengukuran Hasil melakukan pelaporan hasil
Pelaksanaan Kegiatan kegiatan yang telah
Kegiatan dilaksanakan terkait program
pengawasan kapal penangkap
ikan di Teluk Banten. Salah
satu kegiatan pelaopran hasil
kegiatan yang dilakukan oleh
Satwas SDKP Serang yaitu
terkait pelaksanaan kegiatan
yang telah dilakukan kemudian
langsung membuat laporan
terkait kegiatan apa yang telah
dicapai yang selanjutnya
dijadikan bahan pelaporan bagi
pangkalan PSDKP Jakarta dan
Dirtjen PSDKP RI.
b. Pihak Satwas SDKP Serang Baik
yang dalam melaksanakan program
dilibatkan pengawasan pada kapal
penangkap ikan di Teluk
Banten selalu melibatkan
pihak-pihak yang berkaitan
dengan jalannya kegiatan
pengawasan di bidang
perikanan. Pihak-pihak yang
dilibatkan yaitu Aparat
kepolisian dan Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Banten
c. Jangka Jangka waktu yang Baik
Waktu digunakan Satwas SDKP
Serang dalam kegiatan
pengawasan kapal penangkap
ikan dilakukan dengan baik
dan tepat sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
164

Satwas SDKP Serang


menetapkan jangka waktu
kegiatan pengawasan
perikanan, biasanya salah satu
kegiatan yang telah ditetapkan
jangka waktunya yaitu
kegiatan pengawasan langsung
dilapangan yaitu patroli laut.
Dalam pelaksanaannya dalam
satu tahun dilakukan sebanyak
50 kali yaitu dengan durasi
waktu 2-3 jam yang telah
ditentukan.
3. Pengukuran a. Pengamatan yang dilakukan Kurang Baik
Pelaksanaan Pengamatan oleh Satwas SDKP Serang
Kegiatan hanya sebatas dari hasil
pengaduan nelayan tidak
langsung melakukan inisiatif
sendiri dalam melakukan
kegiatan pengawasan. Terbukti
masih ada nya kapal
penangkap ikan milik nelayan
yang menggunakan alat
tangkap yang tidak ramah
lingkungan. Beberapa jenis
alat tangkap yang dilarang
oleh pemerintah yaitu
Cantrang dan Arad. Sedangkan
Satwas SDKP Serang dalam
penerbitan SLO masih ada saja
kapal perikanan nelayan yang
menggunakan alat tangkap
tersebut.
b. Laporan- Satwas SDKP Serang Baik
laporan senantiasa menerima laporan-
Pengaduan laporan pengaduan dari
nelayan pemilik kapal
perikanan terkait perbaikan
yang harus dilakukan dalam
kegiatan nelayan melakukan
penangkapan ikan.
4. Pembandingan a. Satwas SDKP Serang Baik
Pelaksanaan Koordinasi melakukan koordinasi yang
dengan Standar baik dengan SKPD terkait dan
dan Analisis aparat penegak hukum terkait
Penyimpangan pelaksanaan kegiatan
165

pengawasan aktivitas kapal


penangkap ikan yang masuk
pada wilayah kerja nya. Salah
satu koordinasi yang dilakukan
Satwas SDKP Serang dengan
institusi-institusi lainnya yang
berkaitan dengan tugas sebagai
pengawas perikanan yaitu
memecahkan masalah yang
terjadi dilapangan, seperti
selalu membangun komunikasi
baik melalui aplikasi pesan
singkat dan melalui pertemuan
langsung. Pertemuan secara
langsung biasanya dilakukan
selama satu tahun sekali
dengan personil lengkap, baik
dari Satwas SDKP Serang,
Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten, Aparat
Kepolisian Air Karangantu,
TNI-AL Karangantu dan pihak
PPN Karangantu.
b. Evaluasi Evaluasi program dilakukan Kurang Baik
setiap tetapi tidak merubah masalah
program yang ada di nelayan salah
satunya yaitu terkait program
penerbitan SLO di setiap
tahunnya masih ada saja kapal
penangkap ikan menggunakan
alat tangkap yang dilarang
masih saja diterbitkan SLO.
Berdasarkan laporan tahunan
penerbitan SLO pada tahun
2016 dan 2017 masih saja
terdapat jenis alat tangkap
yang dilarang yang digunakan
oleh nelayan diterbitkan SLO
nya. Ini terlihat bahwa Satwas
SDKP Serang dalam tahap
evaluasi setiap program yang
telah dilakukan yaitu salah
satunya penerbitan SLO masih
belum dilakukan.
c. Teguran Teguran selalu diberikan Baik
kepada nelayan yang
166

melakukan pelanggaran yang


masih menjadi tanggung jawab
Satwas SDKP Serang
tujuannya untuk mengedukasi
nelayan dan memberikan efek
jera atas perbuatan nelayan
yang melakukan pelanggaran.
Pelanggaran yang dilakukan
oleh nelayan pada kapal
penangkapan ikan yaitu
biasanya terkait alat tangkap
perikanan, dan dokumen kapal
yang sudah habis masa
aktifnya.
5. Pengambilan a. Evaluasi Satwas SDKP Serang selalu Baik
Tindakan Koreksi Kerja melakukan evaluasi kerja yang
Bila Diperlukan dilakukan setiap bergantinya
tahun anggaran baru yang
telah ditetapkan. Evalusi kerja
yang dilakukan oleh Satwas
SDKP Serang adalah
pencapaian kinerja yang telah
dicapai selama satu tahun
anggaran. Satwas SDKP
Serang telah melaksanakan
seluruh program kegiatan yang
telah direncanakan
sebelumnya salah satunya
adalah penerbitan SLO dan
kegiatan pengawasan secara
langsung yaitu patroli laut.
b. Sanksi Sanksi diberikan oleh Baik
aparat penegak hukum yang
bekerja sama dengan Satwas
SDKP Serang dalam rangka
menigkatkan disiplin nelayan
dan tertib pelaksanaan
kegiatan penangkapan ikan
yang dilakukan oleh nelayan di
wilayah perairan Teluk
Banten. Jika dalam
pelaksanaan kegiatan
pengawasan secara langsung
dilapangan pada kegiatan
patroli laut, Satwas SDKP
Serang pernah menemukan
167

kapal penangkap ikan yang


tidak memiliki SLO dan yang
memberikan sanksi secara
hukum yaitu aparat kepolisian
setempat.
168

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti dapat

mengambil kesimpulan bahwa Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan

Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang

belum maksimal. Hal ini berdasarkan beberapa kendala yang dihadapi diantaranya

sebagai berikut:

a) Dalam tahapan pertama proses pengawasan yaitu Penentuan Standar

Pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Satwas SDKP

Serang adalah ketidaksiapan pegawai dalam melaksanakan kegiatan

pengawasan pada aktivitas kapal penangkap ikan dalam melakukan

aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di wilayah

perairan Teluk Banten. Kurangnya personil pengawas perikanan

mengakibatkan dalam proses penerbitan Surat Laik Operasi (SLO) tidak

adanya pemeriksaan fisik kapal sebagaimana yang telah tertera pada SOP

yang berlaku. Akibatnya yaitu masih adanya nelayan kapal penangkap

ikan memanipulasi dokumen kapal perikanan.

b) Dalam tahapan Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan yang

dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dalam pengawasan aktivitas kapal

penangkap ikan di teluk Banten Karangantu telah dilakukan sesuai dengan


169

rencana kegiatan operasi laut yang telah dibuat, baik di tingkat Satwas

SDKP Serang, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, dan Aparat

penegak Hukum. Dalam tahapan kali ini baik Satwas SDKP Serang

maupun Institusi lainnya yang berkaitan telah melakukan pelaporan

disetiap kegiatan yang jangka waktunya sudah ditentukan serta dalam

kegiatan pengawasan senantiasa melibatkan pihak atau lembaga yang

memiliki kewenangan agar kegiatan pengawasan sumber daya perikanan

dapat berjalan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan.

c) Dalam tahapan ketiga proses pengawasan yaitu Pengukuran Pelaksanaan

Kegiatan dari segi pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh Satwas

SDKP Serang dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan dinilai

masih kurang, terbukti masih adanya kapal penangkapan ikan di

Karangantu yang masih menggunakan alat tangkap yang dilarang dalam

melakukan kegiatan penangkapan ikan.

d) Dalam tahapan keempat yaitu Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar

dan Analisis Penyimpangan yaitu dalam melakukan evaluasi disetiap

program pengawasan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dirasa

kurang memberikan pengaruh yang besar terhadap pemecahan-pemecahan

masalah yang diambil seperti masalah SDM.

e) Tahapan yang terakhir dalam proses pengawasan yaitu Pengambilan

Tindakan Koreksi Bila Diperlukan berkaitan dengan tindakan perbaikan

yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dalam menemukan masalah-

masalah yang menjadi factor penghambat berjalannya kegiatan


170

pengawasan perikanan pda aktivitas kapal penangkap ikan di karangantu.

Satwas SDKP Serang melakukan tindakan koreksi sebagai peningkatan

kinerja organisasi saja tetapi tidak membuat perubahan langsung kepada

masyarakat nelayan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian di atas,

maka peneliti memberikan saran agar Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkapa

Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Serang berjalan secara maksimal.

1) Mengusulkan Penambahan SDM kepada Pangkalan PSDKP Jakarta atau

Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan RI.

2) Melakukan pemeriksaan fisik kapal dalam kegiatan pelaporan yang

dilakukan oleh nelayan nahkoda kapal perikanan dalam perizinan

penerbitan SLO agar dokumen kapal sesuai dengan fisik kapal di lapangan

sehingga tidak terjadinya manipulasi ukuran GT kapal dan alat tangkap

yang digunakan.

3) Melakukan inisiatif observasi tersendiri atau sidak untuk mengetahui

masalah pelanggaran apa saja yang ada pada kegiatan nelayan dalam

penangkapan ikan.

4) Melakukan koordinasi yang baik dengan Dinas Penerbit Izin terkait

pelayanan perizinan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan.


171

karena Satwas SDKP Serang sebagai perantara antara nelayan dan pihak

penerbit izin yaitu DPMPTSP Provinsi Banten.

5) Memberikan tindakan sanksi yang tegas dan sesuai dengan aturan undang-

undang yang berlaku terkait pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan

Teluk Banten Karangantu.


172

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rinerka


Cipta
Effendi, Usman. 2014. Asas-asas Manajemen. Jakarta: Rajawali Press
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung:
Alfabeta
Handayaningrat, Soewarno. 1988. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan
Manajemen. Jakarta: CV Haji Masagung
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu S.P. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Makmur. 2015. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: PT
Refika Aditama
Manullang, M. 2002. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Miles, Matthew B, dan Huberman, A. Michael. 2007. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI Press
Siagian, Sondang. 2002. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara
Siagian, Sondang. 2005. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sutori, Djam’an dan Aan Komariyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
Terry, George. R. 2008. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2011. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara
173

Dokumen Peraturan-Peraturan
Undang-undang Republik Indonesia No 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor:
PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan.

Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 tentang pelabuhan dan fungsi serta
penyelenggaraannya.
Permen Nomor Per.08/MEN/2012) Klasifikasi Pelabuhan Perikanan.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2014 Tentang


Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan
Peraturan Dirjen PSDKP Nomor.12/PER-DJPSDKP/2017 Tentang Petunjuk
Teknis Pengawasan Kapal Perikanan.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Surat
Laik Operasi Kapal Perikanan.

Sumber lainnya
https://titiknol.co.id/advertorial/pantau-sarana-dan-prasarana-nelayan-komisi-ii-
dprd-banten-kunjungi-karangantu/
http://news.kkp.go.id/index.php/jaga-keberlanjutan-ikan-dan-kesejahteraan-
nelayan-kkp-bagikan-alat-tangkap-ramah-lingkungan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan
http://www.gultomlawconsultants.com/definisi-pelabuhan-dan-jenis-jenisnya/
174

LAMPIRAN
175

Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi Wawancara dengan Bapak Slamet Riyanto, S.Pi
(Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, (Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Dirjen PSDKP RI). Serang).

Wawancara dengan Bapak Hery Juhaeri, S.H., Wawancara dengan Bapak Hepson Daniar, S.H
M.H (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Kepala Kepolisian Air Karangantu)
Banten).
176

Wawancara dengan Bapak Setyo Budi Raharjo, Wawancara degan Bapak H. Sahibe (Pemilik
S.Pi (Polisi Khusus Satwas SDKP Serang) Kapal Perikanan 10-30 GT).

Wawancara dengan Bapak Saiman, Wawancara dengan Bapak Jamaludin,


(Nelayan tradisional Karangantu). (Nahkoda Kapal perikanan Karangantu).
177

Kegiatan penerbitan Surat Laik Operasi, (Pos Kegiatan Pengawasan Kapal Perikanan
(Patroli
Pelayanan Penerbitan SLO PPN Karangantu). Laut ) oleh Satwas SDKPSerang, DKP
Provinsi, Polisi Air Karangantu, TNI-AL.

Pemeriksaan kapal penangkap ikan karangantu Pemeriksaan dokumen kapal perikanan oleh
Dalam kegiatan patroli laut. DKP Provinsi dan TNI-AL dalam kegiatan
Patroli laut.
178

Suasana di dalam kapal patroli Satwas SDKP Pemeriksaan hasil tangkapan ikan di dalam
Serang. Kapal Perikanan nelayan.

Kegiatan pemeriksaan kapal perikanan nelayan Surat Bukti Pencatatan Kapal


Perikanan
milik nelayan.
179

Wawancara dengan Bapak Sukara, Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)


Nahkoda kapal perikanan karangantu. Nelayan, salah satu dokumen kapal
Perikanan.

Dokumen kapal perikanan, Surat Keterangan Dokumen Kapal perikanan, Surat Ukur
Kecakapan Nahkoda kapal perikanan. Dalam Negeri ukuran GT kapal
perikanan.
180

Daftar Istilah pada aktivitas perikanan

1. DKP : (Dinas Kelautan dan Perikanan)


2. DPMPTSP : (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
3. DIRJEN : (Direktorat Jenderal)
4. HPK A : (Hasil Pemeriksaan Kapal) keberangkatan
5. HPK B : (Hasil Pemeriksaan Kapal) kedatangan
6. KKP : (Kementerian Kelautan dan Perikanan)
7. NRI : (Negara Republik Indonesia)
8. PSDKP : (Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan)
9. SATWAS : (Satuan Pengawasan)
10. SDKP : (Sumber Daya Kelautan dan Perikanan)
11. SIKPI : (Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan)
12. SIPI : (Surat Izin Penangkapan Ikan)
13. SIUP : (Surat Izin Usaha Perikanan)
14. SKK : (Surat Keterangan Kecakapan )
15. SLO : (Surat Laik Operasi)
10. SUDN : (Surat Ukur Dalam Negeri)
11. WPP : (Wilayah Pengelolaan Perikanan)
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
RIWAYAT HIDUP

Nama : Lastri Kurniawati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 02 Desember 1996

Status Perkawinan : Belum Menikah

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 42 kg

Alamat : Kp. Nambo RT/03 RW/01 Desa. Kaserangan Kecamatan Ciruas


Kabupaten Serang Provinsi Banten, Kode pos: 42182

Telepon : 0895604232129

E-mail : lastri.kurniawati@yahoo.co.id

Pendidikan

 2003-2008 : SDN Beberan 1


 2008-2011 : MTs Negeri 1 Serang
 2011-2014 : SMA Negeri 1 Ciruas
 2014-2018 : S1 Ilmu Administrasi Publik (Manajemen Publik)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pengalaman Organisasi

 2014 : Paduan Suara SMA Negeri 1 Ciruas


 2014 : KETEDA (Kesatuan Tenaga Dasar) SMA Negeri 1 Ciruas
 2014 : PANDAWA UNTIRTA
 2014 : Serikat Eksekutif Muda Untirta
 2016 : Panitia Kegiatan AKSIGARA (Ajang Keakraban Mahasiswa
Administrasi Negara) 2016
Seminar

 2014 : Diskusi Publik Dynamic Governance Peluang dan Tantangan di


Indonesia
 2016 : Diskusi Publik Mewujudkan Generasi Muda yang Sehat dan Bebas
dari Penyalahgunaan Narkoba
 2016 : Seminar Nasional dan Workshop Beasiswa dalam Tirtayasa
Research Competition and Festival “Teknologi Untuk Kearifan Lokal
Indonesia”
 2016 : Seminar Nasional ANE SCIENTIFIC FAIR 2016 “Peran Kebijakan
Pemerintah dalam Melindungi Produk UMKM”
 2016 : Seminar Semarak Bulan Kartini “Pesona Jiwa Kepemimpinan Untuk
Bergerak, Inovatif Dan Mandiri” Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
 2016 : Talkshow Keilmuan “Budaya Bantenku Dalam Era Globalisasi Masa
Kini”

Anda mungkin juga menyukai