TESIS
Oleh
GREEN FANNY SITANGGANG
157009016/LNG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh
ABSTRAK
Bahasa merupakan hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia dan
juga hubungan timbal balik antara manusia dengan alam. Kehadiran pendatang
baru di suatu tempat dapat mengancam kebertahanan bahasa dan mengakibatkan
pergeseran bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi leksikon
kelautan apa saja yang ditemukan dalam bahasa Pesisir Sibolga dan untuk
mengetahui kebertahanan dan ketergeseran leksikon-leksikon lingkungan kelautan
dalam bahasa Pesisir Sibolga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu memberikan kuesioner, melakukan wawancara dan dokumentasi. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data Miles,
Huberman, dan Saldana, 2014. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
jumlah leksikon fauna sebanyak 101 jenis penemuan, leksikon flora ada 8 jenis,
leksikon Sarana dan prasarana lingkungan kelautan ada 22 jenis, leksikon verba
dalam lingkungan kelautan sebanyak 20 istilah yang sering digunakan oleh
masyarakat di lingkungan kelautan Sibolga. Selain itu, pada hasil penelitian,
diketahu bahwa masih banyak juga leksikon yang masih bertahan dan masih
diketahui oleh masyarakat tersebut, namun ada juga yang sudah mulai bergeser
bahkan sudah tidak dikenal lagi oleh masyarakat di daerah itu sendiri. Adapun
hal-hal yang menyebabkan tergesernya bahkan hilangnya leksikon itu dikarenakan
faktor usia, kemajuan ekonomi masyarakatnya, mobilitas sosial, dan juga
timbulnya praktis bahasa dalam bertutur dilingkungan kelautan tersebut.
ABSTRACT
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
gelar magister linguistik. Terwujudnya Tesis ini tidak lepas dari partisipasi dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima
Utara,
3. Dr. Nurlela, M.Hum dan Dr. Dwi Widayati, M.Hum selaku dosen
4. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP, Dr. Dardanila, M.Hum, dan Dr. Charles
dengan baik
Utara atas segala ilmu, masukan dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis,
Doharta Ida Hutabarat, S.Pd, M.AP yang sangat saya cintai dan hormati
nasehat, dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat dan
dan memotivasi.
9. Saudara- saudara tercinta, Kak Morina, Olivia, Yogi, Anggi, Junita, Medi,
Hendra, Iwan, Andar, Purnama dan seluruh keluarga yang tidak dapat
penulis sebut satu per satu, atas keceriaan, masukan,bantuan tenaga, waktu
10. Kepada sahabat-sahabatku Mifani, Mora, Dina, Helti, kak Relly dan yang
lainnya terima kasih atas kasih sayang dan dukungan yang diberikan
11. Kepada Keluarga besar Sitanggang dan Hutabarat, terkhusus Alm. Pdt. J.
13. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, termasuk dari kedinasan
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan
dalam penulisan tesis ini. Kritik dan saran kami hargai demi penyempurnaan
penulisan serupa dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga
tesis ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Akhir kata, penulis berharap tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua
Halaman
ABSTRAK ...........................................................................................................i
ABSTRACT ..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xi
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Batasan Penelitian ................................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.5.1 Manfaat teoritis ..................................................................... 5
1.5.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 5
1.6 Klarifikasi Istilah ................................................................................. 5
PENDAHULUAN
kota Sibolga. Bahasa Pesisir dikenal dengan istilah Urang Pasisia yaitu bahasa
dijunjung tinggi oleh masyarakat kota Sibolga. Bahasa Pesisir adalah bahasa
tempat-tempat untuk menangkap ikan yang cukup luas, seperti Pantai Kalangan
dan Pantai Pandan. Sampai saat ini , sebagian besar sistem peralatan
dengan manusia, dan juga hubungan timbal balik antara manusia dengan
alam. Untuk itu, salah satu kajian yang mempelajari tentang hubungan timbal
1
Wawancara, 12 Agustus 2017
2
wawancara, 14 Agustus 2017
Segala benda dan aktivitas yang ada bersama dengan manusia, sebagian
besar dikenal dan terekam secara kognitif oleh komunitas tuturnya dan
tersimpan dalam leksikon, teks verbal, dan wacana atau diskursus sosial mereka
bahasa Pesisir Sibolga, banyak kosakata yang sudah tidak diketahui oleh
penuturnya sendiri. Terutama penutur muda yang sudah tidak mengenal lagi
kelautan.
yang masih bertahan dan juga yang sudah bergeser di kota Sibolga yang mulai
perubahan zaman. Karena itu, secara otomatis nama – nama alat-alat tangkap
dan biota-biota laut yang berada pada suatu ekosistem memunculkan kata-kata
sekarang disebut ikan dencis, ikan bada sekarang disebut ikan teri, ikan ranggak
muncung sekarang disebut ikan teter. Untuk alat tangkap, masyarakat Kota
Sibolga dulu hanya mengenal istilah bot dan pancang, tetapi sejak tahun 1999
tersebut dapat merujuk pada biota (baik flora maupun fauna) serta aktivitas
Namun jika relasi itu menjadi tidak serasi atau tidak harmonis lagi, tanpa
sadar menyebabkan biota dan aktivitas yang dahulu pernah ada menjadi tidak
kebertahanan leksikal.
3
hasil wawancara, 13 Agustus 2017
menyebabkan leksikon tersebut terancam punah. Oleh sebab itu, melalui kajian
lingkungan, hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Sibolga.
manfaat praktis.
3. Sebagai bahan rujukan yang relevan dan memberi peluang bagi peneliti
selanjutnya.
karena rujukannya yang kurang jelas, dan seringkali istilah yang berbeda
digunakan pada acara yang sama. Oleh karena itu klarifikasi istilah pada
penelitian ini dimaksudkan agar ada persepsi yang sama mengenai istilah yang
digunakan. Penggunaan istilah tersebut sesuai dengan konsep istilah pada bidang
TINJAUAN PUSTAKA
Pengkajian teori tidak terlepas dari tinjauan pustaka, karena teori secara
nyata dapat diperoleh melalui kajian kepustakaan. Pada bab ini diuraikan
2.1. Konsep
ini, perlu dijelaskan konsep dasar yang dianggap relevan sebagai pendukung
keberagaman yang dimaksud adalah hasil dari interaksi antara lingkungan fisik
dan lingkungan sosial, di sisi lain dibentuk oleh interaksi bahasa dan budaya.
2.1.1. Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos (rumah atau tempat hidup)
dan logos (ilmu atau pelajaran ). Secara etimologis berarti ilmu tentang makhluk
hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain definisi ekologi ialah ilmu yang
(Hannum, 2009:2).
bahwa lingkungan fisik dari sebuah bahasa terdiri atas karakter geografi sebagai
topografi dari sebuah negara. Ekologi berhubungan erat dengan iklim, flora dan
fauna, curah hujan, serta sumber daya alam yang merupakan sumber
Menurutnya, kosa kata yang terdapat dalam bahasa-bahasa itu akan berbeda satu
tempat bahasa itu digunakan. Perbedaan ini hanya bersangkut paut dengan
unsur-unsur leksikal dan tidak berakibat kepada kaidah atau prinsip struktur
bahasa tersebut.
serta pandangan hidup penuturnya dan tempat bahasa atau masyarakat tutur
jenis burung, jenis tumbuhan, kehidupan lebah, dan kehidupan satwa liar
lingkungan kelautan, seperti yang terjadi pada suku Paiute, Arizona. Mereka
oleh seseorang sangat bergantung pada pikiran dan tingkah laku orang tersebut
kemampuan manusia tersebut pada saat belajar berjalan serta belajar berdiri.
karena setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda antara satu dengan
lainnya walaupun berada dalam pola lingkungan yang sama dan bahasa yang
tentang dunia nyata sekitar, baik yang bersifat kultural maupun yang bersifat
imajinari yang ada di otak dan pengalaman manusia (Palmer 1996:3 ; lihat
Mbete, 2010:7).
sesungguhnya hanya ada di dalam otak atau kognitif penuturnya yang hanya
sekitar yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam. Makna lingkungan di sini
juga mencakup pikiran seseorang yang merujuk kepada dunia atau wilayah
dengan ekologi pada dasarnya terjadi dalam dua bagian. Bagian pertama
hidup dan berkembangbiak, dapat berubah dan dapat pula lenyap atau mati. Jika
bahasa itu digunakan oleh bertambah banyak penuturnya maka bahasa itu akan
sedikit dan dominasi terus berkurang, dikhawatirkan bahasa itu akan bergeser,
menurut Haugen (1972: 325), penelitian ekologi bahasa atau ekolinguistik dapat
merambah luas dan bekerja sama dengan antropologi, sosiologi, psikologi dan
dunia nyata tempat bahasa itu digunakan karena lingkungan alam dari sebuah
sesama dan kepada alam yaitu lingkungan sosial, lingkungan buatan dan
lingkungan alam.
dalam perspektif semua level linguistik yang berkaitan atau berhubungan dengan
dewasa.
merupakan ilmu yang menggeluti hubungan timbal balik antara makhluk hidup
manusia dengan alam sekitarnya yang tentu saja bergayut dengan bahasa
manusia itu.
lingkungan alam, geografi yang menyangkut topografi seperti, iklim, biota, curah
antara pikiran dan aspek kehidupan masyarakat tersebut seperti agama, etika,
politik, seni, dan lain sebagainya. Kelengkapan kosa kata bahasa itu
bergantung pula kepada cara pandang, sikap, dan perilaku serta pekerjaan
atau berimplikasi kepada hubungan antara ranah sumber dan ranah target
dalam sebuah metafora. Kepada sebuah ranah target dapat diaplikasikan beberapa
ranah target, demikian pula sebaliknya sebuah ranah target dapat berasal dari
sebagai dua bagian terpisah, tetapi sebagai satu bagian yang utuh, demikian
pula halnya dengan bahasa ibu dan etnik tidak dapat dicirikan secara
individual. Hubungan paralel ini tidak berarti bahwa bahasa dan spesies
biologi sama dalam semua hal. Satu hal mutlak yang dapat membedakan
dalam jangkauan yang luas. Konsep metafora seperti yang digambarkan oleh
menyangkut ranah yang bersifat fisik dikodekan secara verbal kepada ranah
yang bersifat abstrak seperti, pada metafora green house, green speak, dan
memberi nama dalam bahasa lokalnya, memahami sifat-sifat dan karakter yang
yang memang tidak dapat tidak membutuhkan segala yang ada demi
alam banyak didasari oleh pola kultural masyarakat tersebut. Sebagai contoh
manusia.
lingkungan alam itu. Pada gilirannya sifat alamiah dari binatang itupun
menjadi bagian dari perhatian masyarakat dengan kata lain pengetahuan lokal
memberi nama-nama tersebut dalam kurun waktu yang sangat panjang, yang
bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pelabelan nama dapat memakan waktu
kendatipun dalam uraian ini dipilah-pilah, pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
etnodemografi dan variabel etnokultural dalam hal ini para penutur bahasa
etnokultural yang dipahami sebagai tradisi dan budaya etnik dan subetnik
secara sangat khusus dan variatif pula. Kekhususan itu tercermin pada khazanah
tetumbuhan atau hewan, atau juga unsur-unsur abiotik yang diakrabi di ecoregion
tertentu dengan kelompok lainnya dalam bahasa yang sama. Variasi ungkapan
ungkapan metaforik dalam bahasa yang sama, dapat saja hanya dimiliki,
penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke
masyarakat tutur lain. Dengan kata lain, pergeseran bahasa akan terjadi jika
seorang atau sekelompok orang penutur pindah ke tempat lain yang menggunakan
bahasa lain, dan bercampur dengan mereka. Pendatang atau kelompok pendatang
ini mau tidak mau, harus menyesuaikan diri dengan ―menanggalkan‖ bahasanya
Bila satu kelompok baru datang ke tempat lain dan bercampur dengan
kelompok pendatang ini akan mempergunakan dua bahasa, yaitu bahasa nasional
kelompok kecil bermigrasi ke daerah atau negara lain yang tentu saja
bahasanya tergeser.
memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik, sehingga
imigran di Amerika. Keturunan ketiga atau keempat dari para imigran itu sudah
tidak mengenal lagi bahasa ibunya dan malah telah menjadi monolingual bahasa
Inggris.
faktor ekonomi itu adalah industrialisasi. Selain itu, faktor pendidikan juga
satu bahasa.
satu bahasa dengan bahasa lainnya dalam berkomunikasi. Penggantian bahasa ini
biasanya terjadi karena tuntutan berbagai situasi yang dihadapi oleh masyarakat
penggantian topik pembicaraan. Di samping itu juga faktor mitra tutur, situasi,
Berdasarkan hal tersebut di atas terlihat bahwa terjadinya pergeseran bahasa lebih
shif) sebagai „the conventional term for the gradual or sudden move from the
perubahan secara bertahap atau tiba-tiba dari satu bahasa ke bahasa lain
memakai bahasa lain. Bila pergeseran sudah terjadi, para warga komunitas itu
secara kolektif memilih bahasa baru. Jika berkumpul dengan kelompok asal,
dengan selain kelompoknya tentu mereka tidak dapat bertahan untuk tetap
mudah dicermati oleh siapapun pada aspek leksikon, yaitu adanya penambahan,
semula hanya bermakna ‗melakukan aktifitas memisahkan satu benda atau kata
bahasa sebelumnya. Dengan kata lain, pergeseran bahasa itu terjadi karena
masyarakat bahasa tertentu beralih ke bahasa lain, biasanya bahasa domain dan
(1994:9) dimulai ketika penduduk yang berpindah itu berkontak dengan penduduk
komunikasi.
bahasa di satu pihak dengan proses psikologis, sosial, dan kultural di pihak lain
dalam masyarakat multibahasa. Salah satu isu yang cukup menarik dalam kajian
lebih dominan.
mengikuti pola yang sama. Awalnya adalah kontak guyup minoritas dengan
bahasa kedua (B2), sehingga mengenal dua bahasa dan menjadi dwibahasawan,
(B1) bergeser atau punah. Sebagai contoh kajian semacam itu dilakukan oleh Gal
tentang bahasa imigran melainkan tentang bahasa pertama (B1) yang cenderung
bergeser dan digantikan oleh bahasa baru (B2) dalam wilayah mereka sendiri.
bahasa (dikutip Chaer dan Agustina, 2004:147), ada beberapa faktor yang
masyarakat, budaya, dan bahasa. Pandangan seperti ini dan ditambah dengan
bahasa lain sebagai konsekuensi kedudukan atau status bahasa ini yang menjadi
lambang identitas diri masyarakat yang beragama Islam; sedangkan bahasa asli
dianggap sebagai lambang identitas dari masyarakat yang beragama diluar agama
Islam. Oleh karena itu, penggunaan bahasa lain ditolak untuk kegiatan-kegiatan
Pemertahan bahasa terjadi jika dan bila penuturnya secara kolektif tetap
kepunahan bahasa, artinya jika upaya pemertahanan tersebut gagal, maka bahasa
punahnya sebuah bahasa yang dapat berkait dengan keterpakaian praktis sebuah
akhirnnya meninggalkan atau menggeser bahasa pertama (B1) mereka. Faktor lain
yang banyak oleh para ahli sosiolinguistik adalah faktor yang berhubungan
dengan faktor usia, jenis kelamin, dan kekerapan kontak dengan bahasa lain.
tidak ada satupun faktor yang mampu berdiri sendiri sebagai satu-satunya faktor
faktor yang telah disebutkan di atas mesti terlibat dalam setiap kasus.
tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, leksikon juga diartikan sebagai
leksem pada suatu bahasa. Kajian terhadap leksikon mencakup apa yang
kosakata.
Lingkungan Kelautan.
budaya seperti dalam ritual keadatan, yang mengemban tujuan tertentu dan
terkandung dalam teks dan konteks pemakaian tersebut. Dari hasil penelitin
ini diperoleh satu bentuk kebertahanan bahasa Lio yang berkaitan dengan
tinggi dan diikuti dengan ungkapan–ungkapan verbal kepada leluhur yang secara
dan pelestarian pantai, dan laut yang diamanatkan oleh leluhur mereka masih
terhadap amanat ini mulai bergeser. Hal ini disebabkan merosotnya pemahaman
kebahasaan antargenerasi.
oleh peneliti adalah ruang lingkup penelitian yaitu dalam lingkungan kelautan,
selain itu persamaan yang lainnya adalah untuk mengetahui bahasa-bahasa apa
pemahaman dan nilai budaya ekoleksikon lau bingei bagi guyub tutur bahasa
Untuk menganalisis leksikon ekologi kesuangaian Lau Bingei , nilai budaya, dan
leksiokon nomina dan 111 leksikon verba. Total leksikon terdiri atas 520
generasi usia >46 tahun, 21-45 tahun, 15-20 tahun, maka diperoleh hasil
pemahaman guyub tutur bahasa karo terhadap guyup tutur bhasa karo melalui
dan budaya, (4) nilai kesejahteraan dan (5) nilai ciri khas. Sedangkan, nilai
Lau Bingei adalah (1) nilai kedamaian, dan (2) nilai kesejahteraan dan
gotong royong.
dilakukan menggunakan teknik catat dan rekam. Pada teknik analisis data , untuk
bentuk atau struktur satuan lingual dari sistem pemarkah pada leksikon,
tahap pratanam , dan leksikon kepadian tahap pascatanam. Aspek sintaksis pada
leksikon untuk mengetahui bentuk atau struktur satuan lingual dari sistem
sosial leksiokn yang dipengaruhi oleh semantik teks dan konteks sedangkan
penelitian ini mengkaji leksikon kelautan dalam bahasa pesisir sibolga apakah
flora, dan relasi semantis yang terbentuk dari leksikon flora Bahasa Pakpak
tinggal di Desa Urug Gedag serta berprofesi sebagai petani minimal 20 tahun.
terhadap leksikon flora tersebut, maka data leksikon yang telah terkumpul
diujikan kepada 60 orang responden yang terbagi atas tiga kelompok usia yaitu 20
orang kelompok usia tua, 20 orang kelompok usia dewasa, dan 20 orang kelmpok
usia remaja. Pendekatan dan metode penelitian yang digunakan adalah perpaduan
kualitatif dan kuantitatif. Jumlah data yang dipeoleh dalam penelitian ini adalah
sebanyak 200 leksikon flora yang terbagi atas lima kelompok yaitu : (1) 63
leksikon, (2) 53 leksikon rambah , (3) 36 leksikon suanen, (4) 23 leksikon buah,
adalah kelompok leksikon kayu dan rambah. Relasi semantis yang terbentuk dari
memberikan kontribusi bagi penelitian ini, yaitu mengeni teori dan metode
masyarakat terhadap leksikon flora, dan relasi semantis yang terbentuk dari
penelitian ini mengkaji tentang leksikon kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga.
Mandailing dan nilai budaya dan kearifan lingkungan yang terkandung dalam
metode deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan diambil dengan
yang sudah ada. Data penelitian ini adalah leksikon verba, nomina, adjectiva yang
Sayurmatinggi.
Hasil penelitian ini adalah 11 kelompok leksikon yaitu (1) lekskon bagian
sawah , (2) leksikon benda –benda persawahan dan perladangan, (3) leksikon
peralatan hasil panen, (4) leksikon alur beras dan palawijaya, (5) leksikon alat
dan mesin pertanian, (6) leksikon tumbuhan sawah dan sekitar sawah, (7) leksikon
tanaman ladang , (8) leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan ladang,
(9) lekskon fauna dalam persawahan dan perladangan, (10) leksikon alat
leksikon tersebut diperoleh 315 leksikon nomina , leksikon verba terdiri atas 66
leksikon , dan leksikon adjektiva terdiri atas 13 leksikon, total leksikon yang
ditemukan dalam persawahan dan perladangan diperoleh hanya dari dua jenis
kelompok leksikon yaitu (1) leksikon bagian sawah, (2) leksikon benda-benda
persawahan dan perladangan, (3) leksikokn peralatan produksi hasil panen, (4)
leksikon alur beras dan palawija, (5) leksikon alat dan mesin pertanian, (6)
leksikn tumbuhan, (7) leksikon tanaman ladang, (8) leksikon nama tumbuhan bat
disekitar sawah dan ladang, (9) leksikon fauna dalam persawahan dan
perladangan, (10) leksikon alat penangkap ikan , (11) leksikon alat penangkap
nomina dan leksikon verba terdir atas 36 leksikon dan total leksikon yang
perbedaan dari penelitian ini. Persamannya terletak pada teori yang digunakan
metode kualitatif dan kuantitatif. Perbedaannya terletak pada bahasa dan tempat
situasi atau hal–hal yang diteliti. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian
EKOLINGUISTIK
LEKSIKON KELAUTAN
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN
data untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang
menyeluruh, dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti
realitas yang lebih konkrit dan terukur dimana data penelitiannya berupa angka-
bagian- bagian dan fenomena serta hubungan- hubungan yang bertujuan untuk
3.2.1 Populasi
dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian
bermukim di daerah jalan Balam, yang merupakan daerah pantai pesisir Sibolga.
Ada sebanyak 247 jiwa yang bermukim disana, yang terdiri dari anak- anak,
3.2.2 Sampel
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
dalam penelitian ini adalah secara accident sampling adalah teknik pengambilan
sampling dimana subyek dipilih karena aksebilitas nyaman dan kedekatan kepada
peneliti. Sampel dari penelitian ini adalah nelayan, pedagang ikan dan pelajar,
Karakteristik Usia
Remaja 12 – 17 tahun
Dewasa 18 – 40 tahun
Tua 41 – 65 tahun
Slovin, yaitu
n= N
1 + (N.e2)
Keterangan ;
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
sampel yang masih ditelolir atau diinginkan. Dalam penelitian ini digunakan nilai
10% (0, 1)
n= 239
1+ (239 x 0,12)
n = 70, 501
n = 71
3. Bilingualisme
daerahnya.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data berupa
leksikon verba dan nomina yang terkait dengan leksikon bidang kelautan di Pantai
Sibolga. Data tersebut bersumber dari data lisan (tutur) dengan melakukuan
yang memiliki kriteria yaitu penduduk asli yang memahami sekitar lingkungan
kelautan di pesisir Sibolga dan bekerja sebagai nelayan , pria atau wanita, berusia
12-65 tahun, dapat berbahasa Pesisir dan dapat mengerti bahasa Indonesia.
Jumlah data merujuk kepada Chaer (2007:39) yang menyatakan bahwa dalam
penelitian kualitatif, jumlah data yang dikumpulkan tidak tergantung pada jumlah
mendapatkan data‖.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil data yang lengkap yang nantinya
akan mendukung keberhasilan penelitian ini. Untuk mendapatkan data yang sesuai
3.4.1 Kuesioner
dengan leksikon kelautan kepada responden. Data yang diperoleh akan digunakan
mengetahui tingkat pengetahuan tentang leksikon kelautan yaitu kegiatan, alat dan
bahan apakah masih bertahan atau sudah bergeser. Pada lembar kuesioner
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Pada penelitian ini, peneliti
cara melakukan tanya jawab dan bertatap muka secara langsung dengan informan,
sehingga informasi yang diperoleh lebih jelas mengenai leksikon tentang kelautan,
dengan teknik catat. Wawancara dipandu dengan sejumlah daftar pertanyaan yang
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-
lain. Pada penelitian ini teknik digunakan untuk mencari serta mengumpulkan
dengan pemertahanan bahasa dan leksikon pada bidang kelautan . Data tersebut
diperoleh melalui foto-foto pada saat peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian.
keautentikan data dapat dilihat dari sumber data yang lain atau saling mengecek
antara sumber data yang satu dengan yang lain. Menggunakan triangulasi
data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
DOKUMENTASI
merupakan tahap selanjutnya setelah data terkumpul. Data yang sudah siap dan
sudah dicatat dalam kartu data dan diklasifikasikan secara sistematis sesuai
penelitian ini terdiri atas empat tahapan kegiatan yang terjadi secara bersamaan
kesimpulan atau verifikasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
Data Data
Collection Display
Conclusions:
Data
Drawing/
Condensation
Veryfying
Gambar 3.2 Teknik Analisis Data : Model Interaktif (Miles, Huberman, dan
Saldana, 2014)
kegiatan utama, dan analisis data merupakan proses siklus yang interaktif. Dalam
mencakup:
1) Pengumpulan data
memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu, termasuk analisis
diagram pie. Data dalam penelitian ini dimulai dengan menyajikan (1)
deskripsi leksikon nomina, verba dan adjektiva flora dibidang kelautan dalam
kelautan.
akibat, dan proposisi. Dan untuk hakekat penelitian kuantitatif, dari awal
dan tuntutan-tuntutan.
4.1. Pengantar
Bab ini berisi analisis data untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini ada dua masalah yang akan di jawab yakni leksikon-
lingkungan kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga. Selain itu juga disajikan
4.2. Analisis
4.2.1.1 Populasi
jalan Balam, yang merupakan daerah pantai pesisir Sibolga. Ada sebanyak 302
jiwa yang bermukim disana,yang terdiri dari anak- anak, remaja, dewasa dan
lansia. Namun, peneliti memilih populasi sebanyak 247 jiwa, yang terdiri dari usia
4.2.1.2 Sampel
populasi yang digunakan untuk penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah
nelayan, pedagang ikan dan pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki ataupun
Slovin, yaitu
n= N
1 + (N.e2)
nelayan di jalan balam, kota Sibolga, yang mengerti bahasa pesisir, dengan usia
18- 65, yang mana pada usia tersebut, informan sudah lebih memiliki banyak
pengalaman.
responden terjadi, karena pada usia 12- 17 tahun, remaja sudah mencari nafkah
hidup sendiri.
Total 71 100%
orang.
berdasarkan pekerjaan adalah nelayan sebanyak 39 (54, 93%) dan minoritas nya
pada usia remaja, ada sebahagian pelajar yang bekerja sehabis pulang sekolah.
Sibolga dan bekerja sebagai nelayan, pria atau wanita, berusia 12-65 tahun, dapat
berbahasa Pesisir atau dapat mengerti bahasa Indonesia. Alat artikulasi lengkap
(tidak ompong), tidak cacat berbahasa atau memiliki pendengaran yang tajam
orang, diketahui bahwa leksikon dalam lingkungan kelautan dibedakan atas dua
kelompok leksikon, yaitu : (1) Leksikon nomina dan (2) leksikon verba.
struktural nomina disebut juga dengan kata benda. Adapun kategori yang
jenis hewan dan kehidupan yang berada di suatu habitat, daerah, atau
lingkungan kelautan ada 101 jenis. Sebelas diantaranya merupakan hewan darat,
dan selebihnya merupakan hewan laut. Seperti yang terlihat pada diagram pie di
bawah ini.
Hewan laut
Hewan Darat
90
hidup atau berada di daerah sekitar laut. Adapun leksikon nomina flora
lingkungan kelautan yang dikenal masyarakat Sibolga dapat dilihat pada tabel
berikut.
lingkungan kelautan ada 8 jenis. Tanaman atau tumbuhan yang hidup didaerah
pantai memiliki keterikatan yang sangat erat dengan lingkungan dan alam
tidak dimiliki oleh tanaman yang tumbuh didaerah pegunungan atau daerah
dataran rendah.
Daun yang terdapat pada tumbuhan pantai umumnya memiliki warna yang
mengkilap dan batangnya cenderung lebih keras. Hal itu disebabkan oleh kondisi
pantai yang memiliki cuaca terik, tanah berpasir, berair payau, udara lembab serta
seringkali dilanda pasang surut, sehingga tanaman yang tumbuh disana haruslah
mampu beradaptasi dengan baik. Sehingga hanya beberapa jenis tanaman yang
lingkungan laut atau berada di daerah sekitar laut. dapat berupa alat-alat
tangkap sumber daya kelautan yang biasa digunakan oleh masyarakat, alat-alat
transportasi, tempat atau bangunan, serta bahan atau alat penjemuran ikan.
berhubungan erat dengan lingkungan laut atau berada di daerah sekitar laut.
aktifitas kelautan yang sering digunakan masyarakat Sibolga dapat dilihat pada
tabel berikut;
untuk kategori leksikon fauna, leksikon flora, leksikon sarana prasarana , yaitu :
Sedangkan untuk kategori verba Ada dua pilihan jawaban yang diajukan
A. Pernah mendengar
Responden yang diuji dalam penelitian ini berjumlah 71 orang dari 247
Tahun.
bertahan atau sudah bergeser. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 di
bawah ini :
Tabel 8.
Pemahaman Leksikon Fauna di Lingkungan kelautan Pesisir Sibolga
dalam leksikon nomina fauna bidang kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga
18,82%
sudah bergeser. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
leksikon flora bidang kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga tersebut masih
5.28%
Berdasarkan diagram pie diatas, leksikon nomina flora masih banyak yang
bertahan. Hal tersebut terjadi, dikarenakan leksikon nomina flora masih banyak
menghasilkan santan. Dan santan tersebut merupakan perasan kelapa. Untuk itu,
Karambi/ Kelapa
Sibolga
jumlah pemahaman 629 (27,07 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
prasarana masih bertahan. Namun, ada leksikon sarana dan prasaran yang baru,
Leksikon nomina tersebut, merupakan leksikon alat tangkap lama yang nama nya
tersebut masih bertahan atau sudah bergeser. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
leksikon verba bidang kelautan dalam bahasa Pesisir Sibolga. Dengan kategori
(14,15 %). Dapat disimpulkan bahwa leksikon verba dalam lingkungan kelautan
pernah mendengar
tidak pernah
mendengar
85.85
Leksikon fauna yang telah didaftarkan pada lembar kuesioner penelitian, 18,82%
orang yang mengenal tetapi sudah lama tidak mendengar atau melihatnya
beberapa dari 101 Leksikon fauna yang telah didaftarkan pada lembar kuesioner
penelitian, 35,92% orang yang tidak mengenal sama sekali 101 Leksikon fauna
Untuk kategori Leksikon flora, sekitar 66,55% orang yang mengenal dan
lembar kuesioner penelitian, 28,17% orang yang mengenal tetapi sudah lama tidak
mendengar atau melihatnya beberapa dari 8 Leksikon flora yang telah didaftarkan
pada lembar kuesioner penelitian, 5,28% orang yang tidak mengenal sama sekali 8
Untuk kategori Leksikon sarana dan prasarana, sekitar 54, 99% orang yang
yang telah didaftarkan pada lembar kuesioner penelitian, 17, 94% orang yang
mengenal tetapi sudah lama tidak mendengar atau melihatnya beberapa dari 23
Leksikon sarana dan prasarana yang telah didaftarkan pada lembar kuesioner
penelitian, 27, 07% orang yang tidak mengenal sama sekali 23 Leksikon sarana
mendengar dan 14,15% orang yang tidak pernah mendengar sama sekali 20
bahwa masih banyak leksikon nomina dan leksikon verba yang masih bertahan.
Namun, ada juga yang tergeser seiring dengan adanya leksikon baru, namun tetap
memiliki arti yang sama dengan leksikon yang sudah bergeser. Sebagai contoh;
ikan―balautauce” ¸ merupakan ikan yang sama dengan ikan yang dikenal saat ini
merupakan cumi- cumi yang dikenal masyarakat saat ini. Pergeseran tersebut juga
hanya mengenal leksikon yang sudah dikenal saat ini tanpa memperdulikan
spesies dari leksikon sebelumnya. Selain itu, pergeseran juga terjadi disebabkan
leksikon antara usia yang lebih tua dengan usia muda sudah berbeda dan
mengenal jenis- jenis hasil laut. Selain itu, ekonomi yang minim yang terjadi di
spesies yang harga murah dengan mahal, karena sudah tidak mengenal jenis- jenis
ikan dan tidak lagi mengetahui leksikon yang sebenarnya dari jenis ikan tersebut.
ukuran dari cumi yang biasa, dan dijual dengan harga relatif mahal, kini dijual
dengan harga murah oleh pedagang ikan dengan mengenalkan sotong sebagai
―cumi- cumi‖ , dengan pemikiran ― yang penting bisa untuk makan sehari- hari‖.
Selain itu juga, pergeseran terjadi karena ketidakpedulian generasi muda terhadap
5.1. Kesimpulan
Leksikon tersebut dibagi atas dua bagian; yaitu Leksikon nomina dan leksikon
memiliki banyak leksikon yang masih bertahan dan masih diketahui oleh
masyarakat tersebut. Sesuai dengan data yang ditemukan peneliti, yang mencakup
45,26% untuk leksikon fauna, 66,55% untuk leksikon flora, 54,99% untuk
dikenal lagi oleh masyarakat di daerah itu sendiri karena beberapa faktor. Dan
faktor- faktor tergesernya bahkan hilangnya leksikon itu dikarenakan faktor usia,
5.2. Saran
pengenalan hasil- hasil laut, agar generasi muda di kota Sibolga mengenal
Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan
11
Hewan laut
Hewan Darat
90
Tabel 7.
Pemahaman Leksikon Fauna di Lingkungan kelautan Pesisir Sibolga
Tabel 8 Pemahaman Leksikon Nomina Flora kelautan yang digunakan oleh masyarakat
Pesisir Sibolga
Tabel 9. Pemahaman Leksikon Nomina Sarana dan Prasarana kelautan yang digunakan
oleh masyarakat Pesisir Sibolga
Tabel 10. Pemahaman Leksikon Verba dalam bidang kelautan yang digunakan
oleh masyarakat Pesisir Sibolga
No Leksikon Tingkat Pemahaman
A B
Total % Total %
1 mambarsikan 55 77,47% 16 22,53%
2 mampelokkan 26 36, 62% 45 63, 38%
3 Manangko 38 53, 52% 33 46, 47%
4 manggalakkan 31 43,66 % 40 56, 34%
5 Mamariek 51 71,83%% 20 28,17%
6 manyapu 71 100% -
7 Manyorong 71 100% -
8 mangagi 52 73, 24% 19 26, 76%
9 manyerakkan 71 100% -
10 Mangupuk 71 100% -
11 Mampature 71 100% -
12 Mamparikke 64 90,14% 7 9,86%
13 mangangkek 71 100% -
14 Mananduk 57 80,28% 14 19,72%
15 Mansisik 71 100% -
16 Manjamur 71 100% -
17 mampasiang 71 100% -
18 Marapekkan 71 100% -
19 Manjangkar 71 100% -
20 Malabekkan 64 90,14% 7 9,86%
Total 1219 85,85% 201 14,15%
18,82%
Diagram Pemahaman Leksikon Nomina Fauna kelautan yang digunakan oleh masyarakat
Pesisir Sibolga
5.28%
Diagram Pemahaman Leksikon sarana dan prasarana dalam bidang kelautan yang
digunakan oleh masyarakat Pesisir Sibolga
14.15
pernah mendengar
tidak pernah
mendengar
85.85
Diagram Pemahaman Leksikon verba dalam bidang kelautan yang digunakan oleh
masyarakat Pesisir Sibolga
Petunjuk Pengisian
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Pilih salah satu jawaban dengan memberi tanda ( )
1. Nomor Responden :
3. Pekerjaan : Nelayan
Pedagang Ikan
Pelajar
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Berdasarkan Usia
Total 71 100%
3. Berdasarkan Pekerjaan