Anda di halaman 1dari 120

i

PERSEPSI MASYARAKAT DAN WISATAWAN TERHADAP


IMPLEMENTASI SAPTA PESONA DI PANTAI PINTU KOTA
DUSUN AIRLOUW

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai


Derajat Sarjana S-1 Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Pattimura

Program Studi Agrobisnis Perikanan

Diajukan Oleh :

JIHAN ARDHYATAMI TUEKA


2016-68-046

Kepada
JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
ii
iii
iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan
Tinggi. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.

Ambon, Oktober 2020

Jihan Ardhyatami Tueka


v
vi

ABSTRAK

JIHAN ARDHYATAMI TUEKA, NIM : 2016-68-046. Persepsi Masyarakat dan


Wisatawan Terhadap Implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota Dusun
Airlouw. Dibawah bimbingan Dr. Ir. R. L. Papilaya, MP dan Ir. Lilian M. Soukotta,
MP

Pantai Pintu Kota terletak di Dusun Airlouw, Negeri Nusaniwe. Objek wisata ini
cukup dikenal wisatawan, namun pada objek wisata Pantai Pintu Kota ini terdapat banyak
tebing dan tangga yang curam, masih terdapat sampah yang terlihat pada area yang sulit
dijangkau seperti tebing, pantai berkarang dan berombak. Persepsi masyarakat dan
wisatawan tentang implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota menjadi sangat penting
sebagai dasar pengembangan objek wisata Pantai Pintu Kota. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta pesona di
Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe dan menganalisis hubungan antara persepsi masyarakat
dan wisatawan terhadap implementasi sapta pesona di Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe.
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pengumpulan
data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan studi pustaka. Jumlah sampel
adalah 34 orang yakni 9 masyarakat dan 25 wisatawan. Analisis data meliputi persepsi
menggunakan skala Likert, hubungan persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap
implementasi sapta pesona dengan menggunakan analisis deskriptif dan korelasi Pearson
Product Moment.
Pengujian korelasi person dilakukan dengan menggunakan program SPSS 24. Dari
hasil pengolahan data dengan analisis korelasi Pearson Product Moment diperoleh hasil
bahwa terdapat hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi
sapta pesona. Uji korelasi diperoleh hasil terdapat hubungan yang kuat pada variabel indah
(0,600) dan ramah (0,614). Selanjutnya variabel aman (0,598), tertib (0,435), sejuk (0,492),
kenangan (0,561) memiliki hubungan yang sedang, dan bersih (0,385) memiliki hubungan
yang lemah. Uji Korelasi Simultan Seluruh Variabel Y Terhadap Variabel X yaitu sebesar
0,915.

Kata Kunci: Persepsi, Sapta Pesona, Analisis Korelasi Perason Product Moment.
vii

RIWAYAT PENDIDIKAN

Jihan Ardhyatami Tueka dilahirkan di Kota Ambon pada tanggal 26


November 1998. Pendidikan formal penulis diawali pada tahun 2004 dengan masuk
ke SD Al-Hilaal 1 Ambon hingga lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama
penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Ambon dan lulus pada
tahun 2013. Selanjutnya pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan pendidikan
ke SMA Negeri 1 Ambon hingga lulus pada tahun 2016. Jenjang pendidikan
perguruan tinggi dimulai pada tahun 2016 sebagai mahasiswa strata satu (S-1)
melalui jalur Seleksi Mandiri dan diterima masuk di Universitas Pattimura pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan (yang
kemudian terpisah menjadi Jurusan Agrobisnis Perikanan), Program Studi Agrobisnis
Perikanan. Sebagai salah satu Persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Perikanan
(S.Pi) penulis melakukan penelitian dengan Judul : “Persepsi Masyarakat dan
Wisatawan Terhadap Implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Negeri
Nusaniwe”. Dibawah bimbingan Dr. Ir. R. L. Papilaya, MP dan Ir. Lilian M.
Soukotta, MP.
viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat dan
tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
dengan baik.
Penelitian ini dalam penyelesaiannya, mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang turut serta memacu semangat penulis. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. rer. nat. Ir. A. S. Khouw, M. Phill selaku Dekan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura.
2. Ir. L. M. Soukotta, MP selaku Ketua Jurusan Agrobisnis Perikanan sekaligus
Pembimbing II yang telah memberikan arahan, masukan serta koreksi yang
membangun sehingga dapat terselesainya penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. R. L. Papilaya, MP selaku Sekretaris Jurusan Agrobisnis Perikanan
sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan arahan, masukan serta
koreksi yang membangun sehingga dapat terselesainya penulisan skripsi ini.
4. Dr. H. Nanlohy, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Agrobisnis Perikanan
untu segala bantuan dan pelayanan bagi penulis dalam penyelesaian studi.
5. Prof. Dr. Ir. J. Hiariey, M.Sc selaku Mentor sekaligus Penguji I yang telah
memberikan kritikan serta saran yang membangun demi penyempurnaan
penulisan skripsi ini.
6. E. G. Talakua, SP.i, M.Si selaku Penguji II yang telah memberikan kritikan
serta saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendukung penulis baik moril maupun
materil selama penulis mengikuti proses perkuliahan hingga menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan atas nasehat,
dukungan serta motivasi terutama ilmu yang diberikan kepada penulis selama
di bangku perkuliahan.
ix

9. Pemerintah Negeri Nusaniwe yang telah menerima dan memberikan


kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di Negeri Nusaniwe
serta memberi informasi dan data bagi penulisan skripsi ini.
10. Kepada keluarga Tumansery yang telah menerima dam memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian di lokasi Pantai Pintu Kota serta
informasi dan data bagi penulisan skripsi ini.
11. Masyarakat dan wisatawan pada objek wisata Pantai Pintu Kota yang telah
bersedia untuk mengisi kuesioner dan diwawancarai guna mendapatkan data
penelitian.
12. Mohammad Irwansyah Kiat, yang telah mendoakan, membantu,
mendengarkan dan memberikan dukungan kepada penulis selama penulisan
skripsi ini.
13. Senior seangkatan Agrobisnis Perikanan 2015 khususnya (Kaka Ama, Kaka
Masita, Kaka Fadla, Kaka Hairul) yang selalu mendukung dan memberikan
motivasi selama penulis menyusun skripsi ini.
14. Seluruh teman-teman FPIK 2016, terkhususnya Tri, Chereen, Ama, Ulfy,
Dewi, Nana, Baya, Savika, Siti, Ita, Ruri yang telah menemani dan
menyemangati penulis hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.
15. Sahabat penulis, Sahria Lamuradja, Yosita Saputri, Nur Ayni Alrasyid, Fini
Mindayani, Adriansya Umasugi, Muhammad Khavi, Ryan Pratama, Zulfikar,
Indah Pane, Nahria Abidin, Yassin Salasa, Rafi Parry yang telah mendoakan,
menemani dan memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.
16. Teman-teman KKN Profesi FPIK di Negeri Morella yang turut memberikan
semangat serta dorongan sehingga dapat terselesainya penulisan skripsi ini.
17. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya yang dengan ikhlas
memberikan doa bagi penulis sampai saat ini.

Segala kebaikan yang diberikan kepada penulis, kiranya Allah SWT memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tiada hentinya bagi kita semua, AAMIIN.
x

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian
untuk Skripsi dengan judul : “Persepsi Masyarakat dan Wisatawan Terhadap
Implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota Dusun Airlouw” yang
merupakan lanjutan dari PKL sebelumnya. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat
bagi penulis untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Program Studi Agrobisnis Perikanan Universitas Pattimura.
Penulis merasa penting melakukan penelitian dengan menjadikan objek wisata
Pantai Pintu Kota sebagai lokasi penelitian, karena memiliki potensi pariwisata yang
cukup besar serta unsur-unsur sapta pesona yang telah diterapkan cukup baik. Untuk
itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan persepsi masyarakat dan
wisatawan terhadap implementasi sapta pesona agar ke depannya masyarakat dan
pengelola dapat bekerja sama dengan baik untuk mengembangkan objek wisata
Pantai Pintu Kota menjadi lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
berharap adanya kritik, saran yang membangun, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

Ambon, Oktober 2020

Penulis
xi

DAFTAR ISI

Hal

LEMBARAN JUDUL ………………….……………….……………………… i


LEMBARAN PENGESAHAN ………………………………………………... ii
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………….………… iii
DEDIKASI ………………………………………………………………..……. iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………… v
RIWAYAT PENDIDIKAN ……………………………………………..…….. vi
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………..… vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..... ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….… x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………....…... xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………..………..... xvi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………...….. 4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………....……..………………... 4
1.4 Manfaat Penelitian …..……………………………….…………………….... 4
1.5 Hipotesis Penelitian ………………………………………………….…..….. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata Bahari ……………………………………………...............…… 5
2.2 Destinasi Wisata ………….……………………………………...........…… 6
2.2.1 Aspek 4A ……………………………………….………………… 7
2.3 Sadar Wisata dan Sapta Pesona …….………………………….…………… 8
2.3.1 Sadar Wisata …………………………………………….….....…. 8
2.3.2 Sapta Pesona ………………………………………….………….. 8
xii

2.4 Persepsi Masyarakat dan Wisatawan …………………….…..…………….. 11


2.4.1 Teori Persepsi …………………………………………….………. 11
2.4.2 Proses Persepsi …………………………………………….….….. 11
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi …………………….. 12
2.4.4 Pengertian Persepsi ……………………………………….…….... 13
2.4.5 Persepsi Masyarakat ……………………………….………….…. 14
2.4.6 Persepsi Wisatawan …………………………………….……..…. 15
2.5 Wisatawan ………………………………………………………………….. 15
2.6 Penelitian Terdahulu ……………………………………………………..… 17
BAB III. METODOLOGI PRAKTEK KETERAMPILAN LAPANGAN
3.1 Metode Dasar Penelitian ………………….………………………..……… 19
3.2 Metode Pengumpulan Data …………………………….……………..…… 19
3.2.1 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ………….………….. 19
3.2.2 Variabel Penelitian ………………………………………..…..… 20
3.3 Metode Pengambilan Sampel …………………...…………………...….… 20
3.4 Metode Analisis Data ……………………………………………......….... 21
3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………………...….… 21
3.5.1 Skoring …………………………………………………….….… 22
3.5.2 Uji Validitas …………………………………………………….. 23
3.5.3 Reliabilitas ……………………………………………..……..… 24
3.5.4 Analisis Korelasi Parsial Pearson Product Moment ……..…..… 24
3.5.5 Analisis Korelasi Berganda …………………………….….….... 25
3.6 Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………..……..…. 26
3.7 Defenisi Operasional dan Satuan Pengukuran ……………...…….…….… 28
3.8 Hipotesis Penelitian …………………………………………………..….. 28
3.9 Kerangka Pikir Penelitian ………………………………………..………. 29
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografi …………………………………………………….………. 31
4.2 Topografi ………………………………………………………..………… 32
xiii

4.3 Keadaan Penduduk …………………………………………………….….. 32


4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin …………...……. 32
4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ……………………. 33
4.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama …………………...…….….. 34
4.4 Potensi Kelautan dan Perikanan ……………………………………….….. 34
4.5 Potensi Pariwisata …………………………………………………………. 34
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Umum Responden ………………………………………….. 36
5.1.1 Jenis Kelamin ……………….………………………..………… 36
5.1.2 Umur ……………………………………………………………. 37
5.1.3 Pendidikan ………………………………………………………. 38
5.1.4 Pekerjaan ………………………………………………..………. 39
5.1.5 Pendapatan ………………………………………………...……. 41
5.1.6 Asal Wisatawan …………………………………………………. 42
5.1.7 Jumlah Kunjungan Wisatawan ……………………………….…. 43
5.2 Sadar Wisata di Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe ….………………….. 43
5.3 Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Sapta Pesona di Pantai Pintu
Kota Negeri Nusaniwe …………………………………………………….…… 45
5.4 Implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota Ambon …………………. 48
5.4.1 Aman (X1) ……………………………………………………….. 48
5.4.2 Tertib (X2) …………………………………………………….…. 49
5.4.3 Bersih (X3) ………………………………………………….…… 51
5.4.4 Sejuk (X4) ……………………………………………………….. 53
5.4.5 Indah (X5) …………………………………………………..…… 54
5.4.6 Ramah (X6) ……………………………………………………… 56
5.4.7 Kenangan (X7) ………………………………………………..…. 56
5.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ……………………………………..….. 58
5.4.1 Uji Validitas ……………………………………..…………….… 58
5.4.2 Uji Reliabilitas …………………………………………….…….. 58
xiv

5.6 Hubungan antara Persepsi Masyarakat dan Wisatawan Terhadap Implementasi


Sapta Pesona …………………………………………………………………... 59
5.7 Analisis Korelasi Berganda (Simultan) …………………………………… 63
BAB VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….. 64
6.2 Saran …………………………………………………………………….…. 64
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….………… 66
xv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal


Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Ambon ………………...……. 2
Tabel 2. Penelitian Tredahulu ……………………………………………….….. 17
Tabel 3. Sampel dari Populasi ……………………………….…………….……. 21
Tabel 4. Skala Sikap Masyarakat ……………………………………….…...….. 22
Tabel 5. Pedoman Menginterpretasikan Koefisien Korelasi ………………...…. 25
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ……………...........….. 33
Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ………………………...… 33
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Agama ………………………………....... 34
Tabel 9. Potensi Pariwisata di Negeri Nusaniwe …………………………….… 35
Tabel 10. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin .... 36
Tabel 11. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin ….. 37
Tabel 12. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Umur ……….….. 37
Tabel 13. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Umur ………….… 38
Tabel 14. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Pendidikan .…..… 38
Tabel 15. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendidikan …..…. 39
Tabel 16. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan …….… 40
Tabel 17. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan ……..… 39
Tabel 18. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Pendapatan …..… 41
Tabel 19. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendapatan ……... 41
Tabel 20. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Asal ……………... 42
Tabel 21. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Jumlah Kunjungan
…………………………………………………………………………………… 43
Tabel 22. Sarana dan Prasarana yang Menunjang Pariwisata ……………….….. 44
Tabel 23. Skor Rata-rata Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Sapta .. 45
Tabel 24. Analisis Korelasi Parsial ……………………………………………… 58
Tabel 25. Uji Korelasi Berganda Seluruh Variabel Y Terhadap Variabel X ....… 62
xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal


Gambar 1. Hubungan antara Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap
Implementasi Sapta Pesona …………………………..…..………… 25
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian …………………………………………... 30
Gambar 3. Peta Lokasi Negeri Nusaniwe …………………………………….... 31
Gambar 4. Gerbang Masuk Pantai Pintu Kota …………………………………. 49
Gambar 5. Pos Penjagaan/Loket Tiket …………………………………….…... 49
Gambar 6. Karcis Tanda Masuk ……………………………………………..… 50
Gambar 7. Plang Penunjuk Arah ……………………………………………..... 50
Gambar 8. Toilet dan Tempat Bilasan …………………………………………. 50
Gambar 9. Lingkungan Restoran/Rumah Makan dan Shelter di Pintu Kota ….. 51
Gambar 10. Kondisi Tempat Sampah Pantai Pintu Kota ………………………. 52
Gambar 11. Lokasi Pencucian Piring ……………………………………….…. 52
Gambar 12. Keberadaan Sampah yang Terlihat di Area Tebing …………….... 52
Gambar 13. Papan Pemberitahuan Membuang Sampah Pada Tempatnya ….… 52
Gambar 14. Lingkungan Sejuk Pantai Pintu Kota ………………………….….. 53
Gambar 15. Objek Wisata Pantai Pintu Kota ………………………………...... 53
Gambar 16. Anak Tangga Menuju Pantai …………………………………...… 53
Gambar 17. Keindahan Bawah Laut Pantai Pintu Kota ……………………….. 54
Gambar 18. Keindahan Pantai Pintu Kota …………………………………….. 55
Gambar 19. Kenangan ……………………………………………………..….. 57
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Hal


Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ……………………………………………… 72
Lampiran 2. Data Responden ………………………………………………....... 79
Lampiran 3. Rekapitulasi Data Jawaban Responden …………………………... 81
Lampiran 4. Uji Validitas …………………………………………………….… 86
Lampiran 5. Uji Reliabilitas …………………………………………………… 88
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Menggunakan SPSS 24 ……………………… 89
Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS 24 ………………...…. 96
Lampiran 8. Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment ……………..… 97
Lampiran 9. Kenangan ……………………………………………………….… 99
Lampiran. 10 Dokumentasi ………………………………………………….… 100
Lampiran. 11 Surat Keterangan Selesai Penelitian ……..…………….……….. 102
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ambon dikenal sebagai salah satu kota dengan gugusan pulau yang
memberikan karakteristik khas karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari pesisir
pantai, lautan, pegunungan dan perbukitan. Karakteristik ini memberikan peluang
potensi alam yang dapat dijadikan sebagai objek daya tarik wisata, terutama wisata
bahari termasuk potensi wisata bawah laut, karena daerah dengan luas wilayah
lautnya lebih besar tentu menyimpan sejuta kekayaan alam. Kota Ambon dikenal
dengan sebutan “The Spice Island Exotic Marine Paradise”. Bahkan dibeberapa
daerah, pariwisatanya sudah terkenal sampai mancanegara, seperti Taman Laut
Manuala, Pantai Pasir Panjang, Pintu Kota – Ambon, dan lain-lain (RIPPAR Kota
Ambon, 2018). Berdasarkan Data Dinas Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif Provinsi
Maluku, terdapat sekitar 302 potensi wisata Provinsi Maluku yang terdiri (20%)
potensi wisata sejarah, (15,2%) potensi wisata dan budaya, potensi wisata alam
(28%), potensi wisata bahari (36,6%) dan potensi wisata buatan (1,8%). Kondisi
tersebut mengindikasikan bahwa, sosial budaya masyarakat dapat juga menjadi
potensi pengembangan pariwisata.
Kecamatan Nusaniwe sebagai bagian dari Kota Ambon tercatat memiliki 21
objek wisata, yang terdiri dari 8 buah objek wisata pantai, 1 objek wisata bahari , 8
buah objek wisata taman laut, 1 objek wisata olahraga laut, 2 buah objek wisata alam
dan 2 buah objek wisata sejarah (Kecamatan Nusaniwe dalam Angka, 2019). Diantara
berbagai objek wisata yang sudah dikenal oleh masyarakat terdapat Pantai Pintu
Kota. Lokasi ini terletak di Dusun Airlouw, Negeri Nusaniwe. Objek wisata ini cukup
dikenal wisatawan dan merupakan milik pribadi dari keluarga Tumansery.
Objek wisata Pantai Pintu Kota saat ini terus dikembangkan oleh pengelola
sekalipun harus melalui berbagai tantangan yang ditemui. Hal tersebut mengharuskan
pengelola perlu melakukan kerja sama dengan berbagai pihak seperti LSM maupun
pemerintah Kota Ambon. Adapun kendala yang ditemui dapat disebutkan seperti
2

kurang tersedia cukup dana untuk melakukan perbaikan berbagai fasilitas agar
pendukung pariwisata menjadikannya terlihat lebih menarik bagi wisatawan lokal
maupun mancanegara.
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Ambon
Tahun Jumlah Wisatawan (Orang)
2012 16.312
2013 16.515
2014 16.317
2015 15.051
2016 13.827
2017 12.970
Sumber : BPS Kota Ambon, 2017
Hasil penelusuran informasi dari BPS Kota Ambon diketahui bahwa data
jumlah kunjungan wisata tersebut menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sebenarnya kondisi inilah yang menyebabkan pengelola berinisiatif untuk segera
melakukan perbaikan dan penambahan fasilitas-fasilitas yang diperlukan wisatawan
dengan maksud dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Pantai Pintu Kota
dianggap sebagai objek wisata yang unik dan menarik karena pada lokasi tersebut
terdapat sebuah batu besar yang menjorok ke laut Banda di mana bagian tengahnya
berlobang seperti sebuah pintu atau gapura. Pemandangan unik ini menjadikan lokasi
tersebut sangat indah apalagi dengan latar belakang laut Banda yang terlihat membiru
disertai hempasan ombak yang memecah pada dinding batu. Bagian dasar yang
berbentuk pintu tersebut bisa dicapai pada saat air laut surut. Wisatawan dapat
berjalan kaki di atas batu-batu karang hingga ke titik pintu kota tersebut.
Pemandangan inilah yang menjadi daya tarik utama objek wisata ini. Pemandangan
tebing karang terjal berbentuk gapura yang seakan siap menyambut tamu atau
wisatawan.
Pemerintah Kota Ambon telah membangun beberapa saung-saung kecil untuk
berjualan di sepanjang pantai. Dengan demikian wisatawan dapat duduk di sepanjang
pantai, terutama pada saat pasang, karena objek wisata tersebut tidak memungkinkan
wisatawan untuk duduk langsung di bibir pantai yang memang terdiri dari batu-batu
besar dan bukan pasir. Pengunjung dapat menaiki tangga yang tersedia untuk
3

mencapai puncak batu yang terjal tersebut sambil menikmati pemandangan laut yang
indah.
Biasanya jumlah wisatawan di Pantai Pintu Kota akan memuncak pada akhir
pekan dan pada hari-hari libur besar seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal. Pada
akhir pekan, pengunjung bisa mencapai angka 500 orang yang berasal dari Kota
Ambon dan sekitarnya. (RIPPAR Kota Ambon, 2018). Melihat jumlah tersebut
ternyata wisatawan yang datang mengunjungi Pantai Pintu Kota cukup banyak dan
umumnya berasal dari Kota Ambon, luar Kota Ambon bahkan dari luar negeri yang
ingin melihat pantai yang menjadi salah satu ciri khas Kota Ambon. Kedatangan
wisatawan ke Pantai Pintu Kota terbanyak untuk berekreasi, menikmati keindahan
pantai ditambah dengan adanya bebatuan karang yang memiliki keunikan tersendiri
menjadi salah satu faktor utama yang mengundang wisatawan luar datang ke Pantai
Pintu Kota. Padahal masyarakat Kota Ambon sendiri kurang berminat karena untuk
sampai ke objek wisata Pantai Pintu Kota harus melalui akses jalan yang kurang baik
sehingga sulit ke tempat tersebut.
Persepsi dapat menjadi salah satu unsur kognisi yang akan menentukan
kepuasan berwisata. Kepuasan pengunjung terhadap daya tarik objek wisata ini
sangat dipengaruhi oleh kualitas layanan yang mereka peroleh di lokasi tersebut.
Effendi (2016), menyatakan bahwa persepsi merupakan sebuah proses dimana
individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris, guna memberikan
arti bagi lingkungan. Selanjutnya persepsi akan mengatur dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensoris individu guna memberikan arti bagi lingkungan. Sapta Pesona
merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan
daya saing pariwisata, implementasi sapta pesona secara tidak sadar sudah ada pada
objek wisata Pantai Pintu Kota, tetapi belum semua dari ketujuh unsur sapta pesona
diterapkan pada objek wisata tersebut. Persepsi masyarakat dan wisatawan tentang
implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota menjadi sangat penting sebagai dasar
pengembangan objek wisata tersebut karena dapat mendorong kesadaran masyarakat
untuk menjadi tuan rumah yang baik. Selain itu bila penerapan Sapta Pesona pada
4

objek wisata Pantai Pintu Kota dilakukan masyarakat setempat secara baik tentunya
wisatawan akan merasa aman dan nyaman di lokasi tersebut. Penerapan Sapta Pesona
akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke objek wisata Pantai
Pintu Kota sehingga posisi masyarakat sebagai penerima manfaat dari
berkembangnya objek wisata Pantai Pintu Kota akan meningkat. Hal ini menjadikan
penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Implementasi
Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe penting untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan dapat
dirumuskan mengenai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta
pesona di Pantai Pintu Kota Dusun Airlouw?
2. Berapa besar hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap
implementasi sapta pesona di Pantai Pintu Kota Dusun Airlouw?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Mengetahui persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta
pesona di Pantai Pintu Kota Dusun Airlouw.
2. Menganalisis hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap
implementasi sapta pesona di Pantai Pintu Kota Dusun Airlouw.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai suatu kontribusi ilmiah bagi para peneliti dalam bidang pariwisata.
2. Sebagai bahan informasi yang berguna bagi pihak pengelola objek wisata
Pantai Pintu Kota di Dusun Airlouw dan juga bagi masyarakat di sekitarnya.
1.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang terurai di atas, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah persepsi masyarakat dan wisatawan berhubungan dengan implementasi sapta
pesona yaitu, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan di Pantai Pintu Kota
Negeri Nusaniwe.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata Bahari


Banowati (2014) menyatakan bahwa, pariwisata berasal dari bahasa
sansekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu: pari, artinya banyak, berkali-kali,
berputar-putar dan wisata, artinya perjalanan atau bepergian. Secara etimologi, kata
pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas dua kata yaitu pari dan
wisata. Pari berarti “banyak” atau “berkeliling”, sedangkan wisata berarti “pergi” atau
“bepergian”. Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai
perjalanan yang dilakukan berkalikali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke
tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk
pengertian jamak, kata “Kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme” atau
“tourism”. Berdasarkan arti kata tersebut, pariwisata berarti perjalanan yang
dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan rekreasi atau bersenang-
senang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pariwisata adalah
suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi.
Yoeti dikutip Suwena dan Widyatmaja (2017), sesungguhnya pariwisata telah
lama menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik, administrasi kenegaraan,
maupun sosiologi, sampai saat ini belum ada kesepakatan secara akademis mengenai
apa itu pariwisata. Istilah pariwisata pertama kali digunakan pada tahun 1959 dalam
Musyawarah Nasional Turisme II di Tretes, Jawa Timur. Istilah ini dipakai sebagai
pengganti kata Turisme sebelum kata pariwisata diambil dari bahasa Sansekerta.
Wisata Bahari adalah suatu kegiatan wisata yang menggunakan potensi pantai
(air) sebagai daya kudung kegiatan wisata bahari (Ferdinandus dan Suryasih, 2014).
Kegiatan pariwisata kelautan sendiri sangat memiliki peran penting yang berpengaruh
langsung terhadap perekonomian masyarakat, khususnya terhadap masyarakat di
sekitar kawasan wisata atau masyarakat pesisir. Selain itu, masyarakat pesisir
memiliki peran penting dalam pengembangan sektor wisata (Yulianda dkk, 2018).
6

2.2 Destinasi Pariwisata


Menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
pada Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa destinasi pariwisata yang diidentikkan dengan
daerah tujuan wisata didefenisikan sebagai kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik, fasilitas umus,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
Menurut Hermanto (2011) dikutip Badarab dkk (2017), destinasi merupakan
tempat dimana seseorang berkeinginan untuk bepergian maupun diarahkan untuk
mengunjungi tempat tersebut. Hal terpenting dalam suatu destinasi harus memiliki
suatu atraksi atau daya tarik yang dapat menarik perhatian wisatawan. Pariwisata
adalah keseluruhan kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah
(Rahim, 2012).
Sejak tiba di destinasi pariwisata, wisatawan tidak hanya membutuhkan
akomodasi, tetapi juga membutuhkan makanan dan minuman, atraksi. Cenderamata,
dan kebutuhan lainnya untuk mendukung aktivitas yang dilakukannya. Semua yang
dibutuhkan oleh wisatawan selama berada di destinasi pariwisata disebut dengan
produk pariwisata (Prasiasa, 2013). Daerah Tujuan Wisata atau Destinasi Wisata,
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
eksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan (Rahim, 2012).
Menurut Cooper dkk dikutip Sunaryo (2013), menjelaskan bahwa kerangka
pengembangan destinasi pariwisata terdiri dari komponen-komponen utama sebagai
berikut :
a) Objek daya tarik wisata (Attraction) yang mencakup keunikan dan daya tarik
berbasis alam, budaya, maupun buatan/artificial.
b) Aksesibilitas (Accessibility) yang mencakup kemudahan sarana dan sistem
transportasi.
7

c) Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung


wisata.
d) Fasilitas umum (Ancillary Service) yang mendukung kegiatan pariwisata.
e) Kelembagaan (Institutions) yang memiliki kewenangan, tanggung jawab dan
peran dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata.

2.2.1 Aspek 4A (Atraction, Accessibility, Amnesties, Ancillary Service)


1. Attraction
Menurut Suwena (2010), atraksi atau objek daya tarik wisata (ODTW)
merupakan komponen yang signifikan dalam menarik kedatangan wisatawan. Hal
yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata disebut dengan modal atau sumber
kepariwisataan (tourism resources). Modal atraksi yang menarik kedatangan
wisatawan ada tiga, yaitu 1) Natural Resources (alami) seperti gunung, danau, pantai
dan bukit; 2) atraksi wisata budaya seperti arsitektur rumah tradisional di desa, situs
arkeologi, seni dan kerajinan, ritual, festival, kehidupan masyarakat sehari-hari,
keramahtamahan, makanan; dan 3) atraksi buatan seperti acara olahraga, berbelanja,
pameran, konferensi dan lain-lain.
Modal kepariwisataan menurut Suwena (2010), dapat dikembangkan menjadi
atraksi wisata di tempat modal wisata ditemukan (in situ) dan di luar tempatnya yang
asli (ex situ). Atraksi wisata dibedakan lagi menjadi atraksi penahan dan atraksi
penangkap wisatawan.
2. Accessibility
Menurut Sunaryo (2013), aksesibilitas pariwisata dimaksudkan sebagai
“segenap sarana yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai
suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait”. Faktor-faktor yang penting dan terkait
dengan aspek aksesibilitas wisata meliputi petunjuk arah, bandara, terminal, waktu
yang dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi transportasi menuju lokasi wisata dan
perangkat lainnya (French dikutip Sunaryo, 2013).
3. Amenities
Sugiama (2011), menjelaskan bahwa amenitas meliputi “serangkaian fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan akomodasi (tempat penginapan), penyediaan makanan
8

dan minuman, tempat hiburan (entertainment), tempat-tempat perbelanjaan (retailing)


dan layanan lainnya”. French dikutip Sunaryo (2013), memberikan batasan bahwa
amenitas bukan merupakan daya tarik bagi wisatawan, namun dengan kurangnya
amenitas akan menjadikan wisatawan menghindari destinasi tertentu.
4. Ancillary Service
Sunaryo (2013), menjelaskan ancillary service lebih kepada ketersediaan
sarana dan fasilitas umum yang digunakan oleh wisatawan yang juga mendukung
terselenggaranya kegiatan wisata seperti bank, ATM, telekomunikasi, rumah sakit
dan sebagainya. Sedangkan Sugiama (2011), menjelaskan bahwa ancillary service
mencakup keberadaan berbagai organisasi untuk memfasilitasi dan mendorong
pengembangan serta pemasaran kepariwisataan destinasi bersangkutan.

2.3 Sadar Wisata dan Sapta Pesona


2.3.1 Sadar Wisata
Berdаsаrkаn Rahim (2012), sаdаr wisаtа digаmbаrkаn sebаgаi bentuk
kesаdаrаn mаsyаrаkаt untuk berperаn аktif sebаgаi tuаn rumаh (host) dаn sebаgаi
seorаng wisаtаwаn. Sаlаh sаtu Bentuk kelembаgааn yаng berperаn dаlаm
mewujudkаn dаn mengembаngkаn sаdаr wisаtа аdаlаh Kelompok Sаdаr Wisаtа
(Pokdаrwis). Pokdаrwis bertujuаn untuk meningkаtkаn perаn mаsyаrаkаt sebаgаi
pelаku pembаngunаn kepаriwisаtааn аgаr dаpаt menjаdi tuаn rumаh yаng bаik
dаnmendukung proses perkembаngаn kepаriwisаtааn berdаsаrkаn nilаi-nilаi Sаptа
Pesonа melаlui pemаnfааtаn dаyа tаrik wisаtа yаng merekа miliki.
Peters dan Weiermair (2000) dikutip Waluyo (2013), sadar wisata sebagai
bentuk komitmen strategis dalam pengembangan pariwisata harus mengakar,
dipahami dan disikapi secara tepat dan konkret dikalangan masyarakat. Tiap produk
pariwisata harus mengandung Sapta Pesona sebagai tolok ukur peningkatan kualitas
produk pariwisata.

2.3.2 Sapta Pesona


Berdаsаrkаn Keputusаn Menteri Pаriwisаtа, Pos dаn Telekomunikаsi
Nomor.5/UM.209/MPPT-89 tentаng Pedomаn Penyelenggаrааn Sаptа Pesonа. Sаptа
9

Pesonа didefinisikаn sebаgаi kondisi yаng hаrus diwujudkаn dаlаm rаngkа menаrik
minаt wisаtаwаn untuk berkunjung kesuаtu dаerаh аtаu wilаyаh di negаrа Indonesiа.
Sаptа Pesonа terdiri dаri tujuh unsur yаitu аmаn, tertib, bersih, sejuk, indаh, rаmаh,
dаn kenаngаn. Sehubungаn dengаn meningkаtnyа kinerjа pembаngunаn pаriwisаtа,
mаkа Progrаm Sаptа Pesonа kemudiаn disempurnаkаn dаn menjаdi jаbаrаn konsep
Sаdаr Wisаtа sebаgаimаnа tertulis dаlаm Pedomаn Kelompok Sаdаr Wisаtа (Rahim,
2012).
Menurut Rafi dkk (2015), sapta Pesona adalah suatu kondisi yang diwujudkan
dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah
tertentu di Negara Indonesia meliputi unsur-unsur diantaranya aman, tertib, bersih,
sejuk, indah, ramah, dan kenangan.Sapta Pesona merupakan jabaran konsep Sadar
Wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah
dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu
mendorong tumbuh dan berkembangnya indusrti pariwisata melalui perwujudan tujuh
unsur dalam Sapta Pesona tersebut (Darmawan, 2013).
1. Аmаn
Menurut Rahim (2012), aman merupakan suаtu kondisi lingkungаn di
destinаsi pаriwisаtа yаng memberikаn rаsа tenаng, bebаs dаri rаsа tаkut dаn
kecemаsаn bаgi wisаtаwаn. Khаlik (2014), bаhwа sikаp tidаk menggаgu wisаtаwаn
yаng ditunjukаn mаsyаrаkаt lokаl sebаgаi tuаn rumаh dаpаt menjаdi fаktor yаng
mempengаruhi kenyаmаnаn dаn keаmаnаn wisаtаwаn dаlаm berkunjung.
2. Tertib
Menurut Stаnford (2016), sikаp tertib mengаrаh pаdа perilаku pаriwisаtа yаng
beretikа dаn bertаnggung jаwаb bаik dаri sisi wisаtаwаn mаupun
pengelolа.Tаnggung jаwаb yаng dimаksud аdаlаh tаnggung jаwаb untuk memаtuhi
perаturаn yаng berlаku, untuk tidаk dengаn sengаjа menyinggung keyаkinаn
keаgаmааn lokаl аtаu normа-normа budаyа perilаku mаsyаrаkаt sekitаr, dаn untuk
tidаk dengаn sengаjа merugikаn lingkungаn lokаl secаrа fisik. Tetrib merupakan
suаtu kondisi lingkungаn dаn pelаyаnаn di destinаsi pаriwisаtа yаng mencerminkаn
10

sikаp disiplin yаng tinggi sertа kuаlitаs fisik dаn lаyаnаn yаng konsisten dаn terаtur
sertа efisien (Rahim, 2012).
3. Bersih
Menurut Cooper (Jovаnovic dkk, 2015), kesehаtаn dаn kebersihаn sаngаt
penting untuk dаyа sаing sektor perjаlаnаn dаn pаriwisаtа. Keаdааn lingkungаn
sekitаr kаwаsаn wisаtа hаrus terjаgа dengаn tidаk membuаng sаmpаh sembаrаngаn
dаn menjаgа kebersihаn pаdа fаsilitаs umum kаrenа jikаdipаndаng dаri sudut
pаndаng kesehаtаn lingkungаn, membuаng sаmpаh sembаrаngаn dаpаt menyebаbkаn
penyаkitdаn dаpаt merusаk ekosistem yаng аdа di sekitаr sertа dаpаt mempengаruhi
kenyаmаnаn wisаtаwаn dаlаm melаkukаn kunjungаn (Khalik, 2014). Suаtu kondisi
lingkungаn sertа kuаlitаs produk dаn pelаyаnаn di destinаsi pаriwisаtа yаng
mencerminkаn keаdааn yаng sehаt/higienis (Rahim, 2012)
4. Sejuk
Menurut Rahim (2012), suаtu kondisi lingkungаn di destinаsi pаriwisаtа yаng
mencerminkаn keаdааn yаng sejuk dаn teduh yаng аkаn memberikаn perаsааn
nyаmаn dаn “betаh” bаgi wisаtаwаn.
5. Indаh
Mаnusiа pаdа hаkikаtnyа selаlu membutuhkаn keindаhаn dаri hаrmonisаsi
keаnekаrаgаmаn hаyаti untuk ketenаngаn jiwа, kesenаngаn dаn kedаmаiаn dаlаm
diri mаsing-mаsing (Hakim, 2014). Suаtu kondisi lingkungаn di destinаsi pаriwisаtа
yаng mencerminkаn keаdааn yаng indаh dаn menаrik yаng аkаn memberikаn rаsа
kаgum dаn kesаn yаng mendаlаm bаgi wisаtаwаn (Rahim, 2012).
6. Rаmаh
Menurut Rahim (2012), suаtu kondisi lingkungаn yаng bersumber dаri sikаp
mаsyаrаkаt di destinаsi pаriwisаtа yаng mencerminkаn suаsаnа yаng аkrаb, terbukа
dаn penerimааn yаng tinggi kepаdа wisаtаwаn.
7. Kenаngаn
Suаtu bentuk pengаlаmаn yаng berkesаn di destinаsi pаriwisаtа yаng аkаn
memberikаn rаsа senаng dаn kenаngаn indаh yаng membekаs bаgi wisаtаwаn
(Rahim, 2012).
11

2.4 Persepsi Masyarakat dan Wisatawan


2.4.1 Teori Persepsi
Di dalam persepsi dikenal beberapa teori. Secara lebih jelas dapat dilihat pada
uraian berikut :
a) Teori Atribusi
Teori atribusi yang sering dikenal adalah teori atribusi Kelly. Dasar teori
atribusi adalah suatu proses mempersepsikan sifat-sifat dalam menghadapi situasi-
situasi di lingkungan sekitar (Santoso, 2010). Teori atribusi merupakan bidang
psikologi yang mengkaji tentang kapan dan bagaimana orang akan mengajukan
pertanyaan “mengapa” atau prinsip menentukan bagaimana atribusi kausal dibuat dan
apa efeknya. Atribusi kausal pada intinya yaitu menjelaskan antara sebab akibat
terhadap dua peristiwa (Listyana dan Hartono, 2015).
b) Teori Inferensi Koresponden
Teori inferensi koresponden Jones dan Davis adalah sebuah teori yang
menjelaskan bagaimana kita menyimpulkan apakah perilaku seseorang itu berasal
dari karakteristik personal ataukah dari pengaruh situasional (Taylor dkk, 2009
dikutip Listyana dan Hartono, 2015).
c) Teori Kovariasi
Kelley menyatakan bahwa orang yang berusaha melihat suatu efek partikular
dan penyebab partikular beriringan dalam situasi yang berbeda-beda (Taylor dkk,
2009 dikutip Listyana dan Hartono, 2015), misalnya ketika memandang di
masyarakat yang terdapat beberapa orang dengan keyakinannya menjalankan semua
nilai adat istiadat, sebagian masyarakat akan beranggapan apakah orang tersebut
menjalankan nilai adat istiadat karena ingin mewarisi budaya dari leluhur, apakah
karena lingkungan diman mereka tinggal ataukah juga karena orang tersebut hanya
ikut-ikutan.

2.4.2 Proses Persepsi


Menurut Yuniarti (2015), proses persepsi diawali dengan adanya stimulus
yang mengenai pancaindra, yang disebut sebagai sensasi. Jika dilihat dari asalnya,
stimulus pada konsumen ada yang berasal dari individu (seperti aroma, iklan, dan
12

lain-lain) serta yang berasal dari dalam diri individu, seperti harapan, kebutuhan, dan
pengalaman. Proses terjadinya persepsi meliputi berikut ini:
a) Proses fisis, objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra.
b) Proses fisiologis, stimulus yang diterima alat indra dilanjutkan oleh saraf
sensoris ke otak
c) Proses psikologis, terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari
yang ia terima dengan alat indra sebagai akibat dari stimulus yang diterima.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Sarwono (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
a) Perhatian, biasanya tidak menagkap seluruh rangsang yang ada disekitar
kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek
saja. Perbedaan fokus perhatian antara satu dengan orang lain akan
menyebabkan perbedaan persepsi.
b) Kesiapan mental seseorang terhadap rangsangan yang akan timbul.
c) Kebutuhan merupakan kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri
individu akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang
berbeda akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu.
d) Sistem nilai, yaitu sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat
juga berpengaruh pula terhadap persepsi.
e) Tipe kepribadian, yaitu dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh
individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Sehubungan dengan
itu maka proses terbebtuknya persepsi dipengaruhi oleh diri seseorang
persepsi antara satu orang dengan yang lain itu berbeda atau juga antara
satu kelompok dengan kelompok lain.
Hanurawan (2010), mengemukakan bahwa beberapa faktor utama yang
memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial seseorang dan faktor-faktor
itu adalah faktor penerima (the perceiver), situasi (the situation), dan objek sasaran
(the taget).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi, dapat dibagi sebagai
berikut:
13

1 Faktor-faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lain termasuk apa yang disebut sebagai faktor personal. Krech
dan Crutchfield dikutip Rakhmat (2011), merumuskan dalil persepsi
bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek
yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya objek-objek yang
memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2 Faktor-faktor Struktural
Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi berasal dari luar
individu, seperti lingkungan, budaya, hukum yang berlaku, nilai-nilai
dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam
menyampaikan persepsi mereka.
2.4.4 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia
dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya (Priansa, 2017).
Pemahaman terhadap persepsi dan proses persepsi sangat penting diketahui oleh
pengelola dalam upaya untuk membangun persepsi yang positif, baik berupa barang
maupun jasa. Jika konsumen atau wisatawan mampu mempersepsikan bahwa produk
maupun jasa memiliki keunggulan yang unik dibandingkan dengan yang lain dan
keunggulan tersebut berarti bagi konsumen, maka konsumen akan memilih produk
tersebut.
Menurut Fahmi (2016), persepsi adalah reaksi yang timbul dari suatu
rangsangan terhadap suatu objek, yang lebih jauh bereaksi pada keputusan. Setiap
persepsi yang dimiliki oleh setiap orang bisa menjadi sangat subjektif dan itu
dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Kondisi dan situasi dimana seseorang berada
membentuk dan mempengaruhi pola piker yang dimiliki oleh orang tersebut yang
selanjutnya ikut mempengaruhi penilaian dirinya dalam melihat setiap produk.
Menurut Rakhmat (2011), pengertian persepsi adalah proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh seorang individu berdasarkan pengalaman tentang objek,
peristiwa serta hubungan-hubungannya yang diperoleh dengan jalan menyimpulkan
14

dan menafsirkan. Selanjutnya dikatakannya, faktor-faktor yang menentukan persepsi


seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang
disebut sebagai faktor-faktor yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli. Dngan kata lain, persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu
pengalaman masa lalu dan faktor pribadi. Pembentukan persepsi juga sangat
dipengaruhi oleh informasi yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu pengalaman
pertama yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi
seseorang. Tetapi karena stimulus yang dihadapi manusia senantiasa berubah, maka
persepsi pun dapat berubah-ubah dengan stimulus yang diterima. Sehingga dapat
dikatakan persepsi bersifat kontekstual yakni berdasarkan situasi saat itu.
Koentjaraningrat dikutip Sirojuddin dan Suryasih (2014), menyebutkan
persepsi adalah proses akal yang sadar dan dipengaruhi oleh berbagai macam proses
fisik dan fsikologi yang menyebabkan berbagai macam getaran dan tekanan yang
diolah sesuatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu suatu
gambaran tadi dengan diterimanya dan diproyeksikannya oleh akal yang ditimbulkan
kembali sebagai kenangan sehingga menghasilkan suatu penggambaran buku yang
disebut.
Di dalam persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk mengetahui dan
mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang lain. Pada proses ini kepekaan
dalam diri seseorang terhadap lingkungan sekitar mulai terlihat. Cara pandang akan
menentukan kesan yang dihasilkan dari proses persepsi. Proses interaksi tidak dapat
dilepaskan dari cara pandang atau persepsi satu individu terhadap individu yang lain,
sehingga memunculkan apa yang dinamakan persepsi masyarakat. Persepsi
masyarakat akan menghasilkan suatu penilain terhadap sikap. Perilaku dan tindakan
seseorang di dalam kehidupan bermasyrakat (Listyana dan Hartono, 2015).

2.4.5 Persepsi Masyarakat


Parsons (2011), mendefinisikan masyarakat sebagai suatu jenis sistem sosial
yang dicirikan oleh tingkat kecukupan diri yang relative bagi lingkungannya,
termasuk sistem sosial yang lain. Menurut Hariyana dan Mahagangga (2015),
15

masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah
ilmiah “saling berinteraksi”.
Menurut Papilaya (2014), salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi
peran serta masyarakat terhadap wisata bahari adalah persepsi mereka sendiri tentang
objek wisata tersebut. Individu-indivivu dalam masyarakat mengambil keputusan
atau membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih tentang objek wisata bahari, dan
bagaimana kualitas pilihan terakhir mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi
mereka sendiri.

2.4.6 Persepsi Wisatawan


Yoeti (2008) dikutip Papilaya (2014), menyatakan bahwa wisatawan memiliki
alasan melakukan perjalanan wisata, banyak kaitannya dengan ilmu sosiologi dan
psikologi karena perjalanan wisata merupakan kegiatan manusia yang memiliki
kebutuhan (Needs), keinginan (Wants) dan harapan (Expectations) yang berbeda
antara satu orang dengan orang lainnya. Persepsi sangat penting dalam hal
menafsirkan dunia di sekeliling kita dan setiap orang memiliki persepsi masing-
masing yang berbeda-beda terhadap sesuatu yang dimaksud dalam situasi ideal.

2.5 Wisatawan
Menurut UUD Republik Indonesia No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,
wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut pengertian tersebut,
semua orang yang melakukan wisata, menurut pengertian tersebut, semua orang yang
melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Adapun tujuan yang penting
perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak mencari nafkah ditempat yang
dikunjungi.
Menurut Yoeti dikutip Hariyana dan Mahagangga (2015), menyatakan bahwa:
“Wisatawan adalah seseorang yang memasuki negeri asing dengan maksud dan
tujuan apapun, asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha teratur
melintasi batasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjunginya, uang
diperolehnya bukan dinegeri tersebut tetapi dinegeri lain. Dalam atau untuk usaha-
usaha teratur melintasi batasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang
16

dikunjunginya, uang diperolehnya bukan dinegeri tersebut tetapi dinegeri lain. Dalam
bahsa inggris wisatawan disebut tourist”.
Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan
beristirahat/berlibur, berbisnis, atau untuk perjalanan lainnya seperti berobat,
kunjungan keagamaan dan untuk perjalanan studi. Dengan mengadakan perjalanan
dan meninggalkan tempat tinggal dalam waktu sementara, seseorang dapat dikatakan
sebagai wisatawan. Selain itu, dalam perjalanan seorang wisatawan memiliki tujuan,
seperti beristirahat, berbisnis atau tujuan lainnya dalam berwisata (Sugiama, 2013).
Menurut Suartha dan Sudartha (2017), wisatawan adalah orang atau individu dalam
kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia dalam menikmati,
mengapresisasi, dan menghayati nilai-nilai kehidupan serta fenomena alam.
Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area yaitu sebagai berikut :
a) Daerah Asal Wisatawan (DAW). Daerah tempat asal wisatawan berada
tempat asal muasal dia melakukan aktivitas keseharian seperti: bekerja,
belajar, maupun pemenuhan kebutuhan lainnya.
b) Daerah Transit (DT). Merupakan daerah yang menjadi persinggahan atau
antara daerah asal wisatawan menuju daerah tujuan wisata.
c) Daerah Tujuan Wisata (DTW). Merupakan sebagai tempat akhir kegiatan
berpariwisata. Di daerah tujuan wisata menawarkan memberikan hal-hal
yang dibutuhkan oleh wisatawan. Seperti misalnya kebutuhan Estetika,
Kebutuhan Biologi, dan Psikologis serta kepuasan-kepuasan yang menjadi
tujuan wisatawan.
Oleh para pakar pariwisata dan organisasi internasional untuk kepentingan
tertentu, pengertian tourist ini diberi persyaratan seperti:
1. Perjalanan dilakukan secara sukarela
2. Perjalanan ditempat lain keluar wilayah/daerah/Negara tempat tinggalnya
3. Tidak untuk mencarai nafkah
4. Tujuannya semata-mata untuk liburan, kesehatan, belajar, keagamaan,
olahraga, kunjungan usaha, mengunjungi keluarga, tugas dan mengadiri
pertemuan
17

Menurut Papilaya (2015), pada dasarnya wisatawan dibagi dalam 3 (tiga)


kelompok, yaitu :
1. Wisatawan Mancanegara yaitu, orang asing yang bermukim di luar negeri
dan berkunjung ke Indonesia.
2. Wisatawan Nusantara yaitu, orang Indonesia atau orang asing yang
bermukim di Indonesia dan melakukan perjalanan di wilayah Indonesia.
3. Wisatawan Lokal yaitu, orang Indonesia dalam lingkup lokal yang
melakukan perjalanan secara lokal.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini diuraikan pada tabel
2 dibawah ini :
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian
No.
Terdahulu
1 Evelianti dkk Persepsi Pengunjung Persepsi pengunjung terhadap
(2018) terhadadap Sapta sapta pesona Wisata Alam
Pesona Wisata Alam Gasing Water Bay Barca
Gasing Water Bay Banyuasin meliputi, aspek aman,
Barca Banyuasin tertib, bersih, sejuk, indah, ramah
serta kenangan menunjukkan
bahwa terdapat 14,59 %
responden sangat puas dan 68%
responden puas, sedangkan
17,41% responden tidak puas
terhadap sapta pesona Wisata
Alam Gasing Water Bay Barca
Banyuasin
2 Hamzah dkk Implementasi Sapta Wisatawan yang berkunjung
(2016) Pesona pada Museum memberikan penilaian terhadap
Mandala Wangsit gambaran bagaimana
Siliwangi Kota implementasi sapta pesona di
Bandung Museum Mandala Wangsit
Siliwangi dalam kategori kurang
baik khususnya dalam dimensi
sapta pesona indah dan kenangan.
18

3 Rahmawati Penerapan Sapta Penerapan sapta pesona di


dkk Pesona pada Desa Kampung Wisata Kungkuk pada
(2017) Wisata (Analisis ketujuh unsunrnya dapat
Persepsi Wisatawan dilaksanakan dengan baik namun
atas Layanan Penyedia masih belum optimal terutama
Jasa di Kampung pada unsur kebersihan dan
Wisata Kungkuk, Desa kenangan.
Punten, Kota Batu)
4 Masita Hubungan Bauran Hasil pengolahan data dengan
(2019) Pemasaran Jasa analisis korelasi Pearson Product
terhadap Minat Moment diperoleh hasil antara
Berkunjung Kembali hubungan bauran pemasaran 7P
Wisatawan di terhadap minat berkunjung
Ekowisata Bahari kembali. Hubungan yang cukup
Lubang Buaya Negeri kuat terdapat pada variabel
Morella produk (0,474) dan proses
(0,735), sedangkan lokasi
(0,406), memiliki hubungan yang
sedang. Harga (0,298), promosi
(0,211), orang (0,342), dan bukti
fisik (0,057) memiliki hubungan
yang lemah.
5 Jesajas Persepsi Wisatawan Ada hubungan antara
(2019) dan Partisipasi karakteristik responden yaitu
Masyarakat pada Daya jenis kelamin dan
Tarik Lomba Perahu kewarganegaraan terhadap
Layar Darwin-Ambon persepsi kepentingan wisatawan
di Negeri Amahusu (Attraction of Destination,
Available Package and Ancillary
Service) juga terdapat hubungan
antara karakteristik responden
yaitu jenis kelamin, pendidikan,
dan kewarganegaraan terhadap
kepuasan wisatawan (Attraction
of Destination dan Accessibility
of Destination). Dan ada
hubungan antara karakteristik
responden yaitu jenis kelamin,
pendapata, dan status dalam
keluarga terhadap pertisipasi
masyarakat.
19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Dasar Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei.
Metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah
(bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,
misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya
(perlakuan tidak seperti eksperimen) (Sugiyono, 2018).

3.2 Metode Pengumpulan Data


3.2.1 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data yang diambil dalam penelitian
ini sebagai berikut:
a) Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2018). Pengumpulan data primer dalam
penelitian ini dengan cara:
1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung secara sistematis terhadap unsur-unsur yang diamati di
lapangan.
2. Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
3. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan
Tanya jawab secara langsung kepada responden.
4. Dokumentasi, berupa dokumentasi gambar yang diambil saat
penelitian.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2018). Data sekunder ini
merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer
20

seperti buku-buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan


penelitian yang dilakukan.

3.2.2 Variabel Penelitian


Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).
Variabel penelitian yang digunakan yaitu 3 (tiga), meliputi:
1. Karakteristik responden:
a. Masyarakat : Jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan,
pendapatan.
b.Wisatawan : Jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan,
pendapatan, asal dan kunjungan.

3.3 Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah metode sampling
accidental dan sampling purposive. Accidental sampling adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau accidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Metode sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018).
Pertimbangannya adalah masyarakat/pengelola yang berada di sekitar objek wisata,
berumur diatas 17 tahun dan mengetahui tentang lingkungan di Pantai Pintu Kota.
Berdasarkan metode di atas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 34 orang yang terdiri dari 4 orang masyarakat, 5 pengelola dan 25
wisatawan
21

Tabel 3. Sampel dari Populasi


No. Subjek Populasi Sampel Persentase (%) Metode
1. Masyarakat : Purposive
a. Pengelola 8 4 50 % Sampling
b. Masyarakat 10 5 50 %
Total 17 9
2. Wisatawan Accidental
a. Lokal - 16 64 % Sampling
b. Nusantara - 9 36 %

Total 25 100

3.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif.
a) Metode Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2018).
b) Metode Penelitian Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian. Analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2018).

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan adalah analisis skala Likert. Skala Likert
adalah skala yang dipergunkana untuk skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi sesorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Sugiyono (2018).
22

Dalam penelitian ini akan ditentukan skor tertinggi jawaban pertanyaan yang
diajukan kepada masyarakat adalah sebesar 5, sedangkan untuk skor jawaban
terendahnya adalah 1. Sedangkan jawaban diantara kedua skala tersebut disesuaikan
dengan jumlah jawaban yang ada. Untuk skala pertanyaan 5, jawaban yang sangat
setuju diberi nilai 5, setuju diberi nilai 4, netral diberi nilai 3, kurang setuju diberi
nilai 2 dan tidak setuju diberi nilai 1.
Tabel 4. Skala Sikap Masyarakat
Skala Sikap Masyarakat
No
Sikap Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Kurang Setuju 2
5 Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2018)

3.5.1 Skoring
Penilaian persepsi masyarakat dan wisatawan penelitian ini digunakan teknik
skoring. Teknik ini digunakan untuk mengetahui perolehan skor yang tertinggi dari
skor tertinggi dan skor terendah yang nantinya akan dianalisis dan diklasifikasi ke
dalam kategori skor. Teknik skoring ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Penilaian terhadap parameter atau indikator dari variabel penelitian
yang sudah ditentukan.
b) Scoring yaitu memberikan nilai relatif skor 1 sampai 2 untuk kriteria
yang ditentukan dari indikator setiap variabel. Skor 1 merupakan skor
terendah, skor 2 merupakan skor tinggi. Pemberian skor ini dilakukan untuk
mengetahui perolehan skor terendah dan tertinggi.
c) Menjumlah skor ideal total pada setiap penelitian parameter dari
variabel penelitian.
d) Total skor dari jumlah parameter dari variabel yang diukur untuk
menentukan besarnya persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap sapta
pesona.
23

Klasifikasi persepsi masyarakat dan wisatawan dilakukan dengan rumusan


Model Struges. Hal ini dilakukan untuk mengklasifikasi perolehan skor dari teknik
skoring untuk mengkategorikan persepsi yang diperoleh. Rumus yang dimaksud
yaitu:

Keterangan:
total skor tertinggi, skor ini diperoleh dari jumlah skor tinggi yaitu 2 dikalikan
dengan jumlah indikator dari setiap variabel.
b = total skor terendah, skor ini diperoleh dari jumlah skor terendah yaitu 1 dikalikan
dengan jumlah indikator dari setiap sampel
u = jumlah kelas, merupakan jumlah kriteria yang digunakan untuk setiap indikator
dalam variabel.
Setelah diskor maka hasil dari penelitian akan dijadikan ke dalam bentuk
presentasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:
= Presentase yang diperoleh
N = Jumlah jawaban responden
N = Jumlah responden
100 = Konstanta
3.5.2 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah (Arikunto, 2010). Rumus Korelasi yang dapat digunakan adalah yang
dikemukakan oleh Perason, yang dikenal dengan rumus product moment sebagai
berikut :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
24

Keterangan:
= koefisien korelasi
n = jumlah responden uji coba
X = skor tiap item
Y = skor seluruh item responden uji coba
Utama (2018), juga menjelaskan bahwa, suatu skala pengukuran dikatakan
valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk kasus validitas dengan program SPSS, suatu kuesioner dikatakan valid (sah)
apabila pertanyaan pada suatu kuesioner dianalisis menggunakan koefisien korelasi
Product Moment Pearson.
3.5.3 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil
skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi
pengukuran dan hasilnya (Utama, 2018). Pengujian reliabilitas instrumen pada kasus
penelitian ini menggunakan uji Cronbach Alpha dengan software SPSS. Suatu
instrumen dikatakan reliabel apabila Cronbach Alpha di atas 0,6.
3.5.4 Analisis Korelasi Parsial Pearson Product Momen
Analisis korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan
hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval dan ratio,
dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama (Sugiyono, 2019)..
Perumusan analisis korelasi ini disebut Pearson Product Moment dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Keterangan:
= koefisien korelasi
n = jumlah responden uji coba
X = skor tiap item
Y = skor seluruh item responden uji coba
25

Untuk mempermudah analisis data akan dugunakan software IBM SPSS 24.0
Berikut merupakan gambaran hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan
terhadap implementasi sapta pesona :

X = Implementasi Sapta Pesona


X1 = Aman
X2 = Tertib
X3 = Bersih Y = Persepsi Masyarakat
X4 = Sejuk dan Wisatawan
X5 = Indah
X6 = Ramah
X7 = Kenangan

Gambar 1. Hubungan anatara Persepsi Masyarakat dan Wisatawan


dengan Implementasi Sapta Pesona
Menurut Sugiyono (2017), pedoman untuk memeberikan interpretasi
koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Pedoman Menginterpretasikan Koefisien Korelasi
Interval Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2017

3.5.5 Analisis Korelasi Simultan


Analisis korelasi simultan digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan
hubungan antara seluruh variabel X terhadap Variabel Y secara bersamaan. Menurut
Sugiyono (2017), koefisien korelasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
26

Keterangan :
= Koefisien korelasi antara variabel dab variabel bersama-sama
dengan Y
= Koefisien korelasi terhadap Y
= Koefisien korelasi terhadap Y

= Koefisien korelasi terhadap

Pengambilan keputusan untuk melihat nyata atau tidaknya hubungan adalah


bila nilai Asymp. Sig (2-tailed) <0,005 = tolak , sedangkan nilai Asyp. Sig (2-
tailed) > 0,005 = menerima . dimana hipotesis adalah:

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret dan dilanjutkan pada bulan Juli
hingga Agustus 2020. Tempat penelitian berlokasi di Pantai Pintu Kota Dusun
Airlouw, Negeri Nusaniwe, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.

3.7 Defenisi Operasional dan Satuan Pengukuran


Penjelasan mengenai defenisi operasional perlu dipaparkan untuk
menghindari kekeliruan dalam pembahasan hasil penelitian. Penjelasan tersebut
diuraikan sebagai berikut :
1. Pariwisata : berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
2. Kepariwisataan : keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata di
Pantai Pintu Kota dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
27

3. Wisatawan : orang yang berkunjung dan melakukan aktifitas kepariwisataan


di objek wisata Pantai Pintu Kota (Orang)
4. Kawasan wisata : kawasan yang secara teknis digunakan untuk kegiatan
pariwisata yang ramah lingkungan dengan batasan-batasan tertentu (Hektar)
5. Kawasan wisata unggulan : kawasan wisata yang memiliki keunggulan dalam
hal daya tarik, lokasi, dan atau intensitas kunjungan wisatawan. (Hektar)
6. Persepsi Masyarakat : sebuah proses mengetahui atau mengenali objek dengan
bantuan indera, dimana masyarakat dan wisatawan menerima stimulus dari
luar dengan penuh kesadaran dan berusaha untuk memahami serta
menginterpretasi stimulus tersebut menjadi sebuah makna. Terutama
masyarakat yang berada di sekitar objek wisata Pantai Pintu Kota. (Skala
Likert)
7. Persepsi Wisatawan : sebuah proses mengetahui atau mengenali objek dengan
bantuan indera, wisatawan dapat mengambil keputusan tentang kualitas objek
wisata Pantai Pintu Kota. (Skala Likert)
8. Sadar Wisata : bentuk kesаdаrаn mаsyаrаkаt di Pantai Pintu Kota dan
sekitarnya untuk berperаn аktif sebаgаi tuаn rumаh (host).
9. Sapta Pesona : didefinisikаn sebаgаi kondisi yаng hаrus diwujudkаn dаlаm
rаngkа menаrik minаt wisаtаwаn untuk berkunjung di objek wisata Pantai
Pintu Kota.
10. Implementasi Sapta Pesona : bentuk penerapan unsur-unsur sapta pesona
yaitu, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan yang ada di
objek wisata Pantai Pintu Kota.
11. Aman : kondisi lingkungan yang memberikan rasa tenang, bebas dari rasa
takut dan kecemasan di objek wisata Pantai Pintu Kota
12. Tertib : kondisi lingkungan dan pelayanan yang mencerminkan sikap disiplin
serta kualitas fisik dan layanan yang konsisten dan teratur serta efisien di
objek wisata Pantai Pintu Kota.
13. Bersih : kondisi lingkungan yang mencerminkan keadaan sehat dan higienis di
objek wisata Pantai Pintu Kota.
28

14. Sejuk : kondisi lingkungan yang mencerminkan keadaan sejuk dan teduh di
objek wisata Pantai Pintu Kota.
15. Indah : kondisi lingkungan yang mencerminkan keadaan indah dan menarik
wisatawan di objek wisata Pantai Pintu Kota
16. Ramah : kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap petugas maupun
masyarakat sekitar yang berada di objek wisata Pantai Pintu Kota.
17. Kenangan : bentuk pengalaman berkesan wisatawan di objek wisata Pantai
Pintu Kota, contohnya ; makanan dan minuman khas daerah dengan penyajian
yang baik dan menarik, cinderamata yang menarik, unik, mudah dibawa
dengan harga terjangkau.
18. Pantai Pintu Kota : merupakan salah satu destinasi wisata di kecamatan
Nusaniwe yang cukup menjadi primadona wisatawan kunjungi saat berlibur
maupun traveling ke Maluku. Pantai ini terletak sekitar 20 km dari Kota
Ambon. Wisata pantai yang terletak di Dusun Airlouw ini terkenal karena
terdapat sebuah tebing karang yang berbentuk pintu akibat terkikis oleh
deburan ombak selama bertahun-tahun sehingga menyebabkan tebing
berlubang dan membentuk seperti lorong.

3.8 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh dari pengumpulan data (Sugiyono, 2018).
1. = Tidak terdapat hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan
secara parsial dengan aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan.
2. = Terdapat hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan secara
parsial dengan aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan.
3. = Tidak terdapat hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan
secara simultan dengan aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan.
29

4. = Terdapat hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan secara


simultan dengan aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan.

3.9 Kerangka Pikir Penelitian


Pantai Pintu Kota yang terletak di Dusun Airlouw Negeri Nusaniwe
Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon, Provinsi Maluku memiliki potensi yaitu
keindahan pantai, kesejukan alam, keunikan karang yang berbentuk pintu yang jarang
ditemui di pantai lainnya dan berbagai macam kuliner tradisional yang disediakan
pengelola maupun masyarakat.
Potensi Pantai Pintu Kota yang diuraikan diatas ternyata juga memiliki
kendala antara lain masalah transportasi umum yang jarang ditemui untuk sampai di
objek wisata, terdapat banyak tebing dan tangga yang curam sehingga wisatawan
diharapkan untuk berhati-hati saat berkunjung di Pantai Pintu Kota, terdapat sampah
yang masih terlihat pada area tebing yang memang sulit untuk dijangkau dan butuh
perhatian khusus untuk menangani masalah tersebut, juga pantai yang berkarang dan
berombak sehingga tidak memungkinkan untuk berenang. Dari potensi dan kendala
objek wisata Pantai Pintu Kota, sehingga perlu dilakukan pengembangan objek
wisata dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif skala Likert dan frekuensi
kumulatif untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap
implementasi sapta pesona, sedangkan analisis korelasi Pearson Product Moment
untuk melihat berapa besar hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan
terhadap impekemntasi sapta pesona. Gambar kerangka piker penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.
30

PANTAI PINTU
KOTA

POTENSI: MASYARAKAT KENDALA:


1. Keindahan Pantai 1. Transportasi
WISATAWAN
2. Kesejukan Alam 1. Lokal 2. Terdapat banyak
3. Keunikan karang tebing dan tangga
2. Nusantara
yang berbentuk (Domestik) yang curam
Pintu 3. Terdapat sampah pada
4. Kuliner Tradisional area yang sulit
dijangkau
4. Pantai berkarang dan
berombak

Y = Persepsi Masyarakat X = Implementasi Sapta Pesona


dan Wisatawan

Analisis Data

Kualitatif Kuantitatif

Skala Likert Frekuensi Kumulatif Uji Validitas Uji Reliabilitas Analisis Korelasi
Pearson Product
Moment

Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap


Implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
31

BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan umum lokasi penelitian ini meliputi letak geografi, topografi dan
keadaan penduduk yang ada pada Negeri Nusaniwe karena Dusun Airlouw termasuk
pada Negeri Nusaniwe. Keadaan penduduk itu sendiri terdiri atas : jumlah penduduk,
pendidikan dan agama.

Gambar 3. Peta Lokasi Negeri Nusaniwe


4.1 Letak Geografi
Secara Geografis, wilayah administrasi Pemerintahan Negeri Nusaniwe
membawahi 2 dusun yakni Dusun Erie sebagai pusat pemerintahan Negeri Nusaniwe
dan Dusun Airlouw. Negeri Nusaniwe berada di bawah pembinaan pemerintah
Kecamatan Nusaniwe, dengan luas wilayah petuanan ± 1,6 KM².
Batas wilayah Desa :
 Sebelah Utara, dengan : Teluk Ambon Luar
 Sebelah Selatan, dengan : Laut Banda
32

 Sebelah Barat, dengan : Negeri Latuhalat dan Negeri Seilale dari


Kecamatan Nusaniwe
 Sebelah Timur, dengan : Petuanan Negeri Amahusu dan Negeri
Urimessing dari Kecamatan Nusaniwe
4.2 Topografi
Kondisi topografi wilayah petuanan sangat variatif antara wilayah pesisir yang
relatif datar terbentang pada daerah pegunungan yang berlereng terjal rata-rata
dengan kemiringan di atas 15%. Kawasan permukiman berada linier sepanjang garis
pantai baik pada Dusun Erie maupun Dusun Airlouw dengan memiliki daerah dataran
yang relatif datar dengan kemiringan rata-rata 2%.
Karena berada di daerah pesisir sehingga kondisi iklim sangat dipengaruhi
oleh iklim laut yang terdiri dari 2 musim Timur/musim Hujan dan musim
Barat/musim Panas. Musim Timur berlangsung dari bulan April sampai dengan
September, sedangkan musim Barat berlangsung pada bulan Oktober dan November,
sedangkan peralihan musim barat ke musim timur terjadi pada bulan maret dan april.

4.3 Keadaan Penduduk


Sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat, turut menentukan
keberhasilan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan masyarakat.
Selain ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, potensi unggulan lain
yang juga dapat diandalkan untuk membangun masyarakat adalah bagaimana
masyarakat diajak untuk menghargai kearifan lokal dan budaya yang berkembang dan
menjadi kekuatan penyeimbang bagi kesejahteraan masyarakat.

4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan data dari kantor Negeri Nusaniwe, jumlah penduduk sampai
tahun 2018 secara keseluruhan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut :
33

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki-laki 1.649 49%
2. Perempuan 1.735 51%
Jumlah 3.384 100
Sumber : Kantor Negeri Nusaniwe 2019
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Negeri Nusaniwe Tahun 2018
jumlah penduduk di Negeri Nusaniwe berjumlah 3.3384 jiwa. Dengan rincian jumlah
penduduk Negeri Nusaniwe sebagai berikut, laki-laki berjumlah 1.649 jiwa dengan
hasil presentase 49% dan perempuan berjumlah 1.735 jiwa dengan hasil presentase
51%. Penduduk Negeri Nusaniwe berdasarkan data jumlah perempuan yang ada lebih
banyak dibanding jumlah laki-laki.

4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan
tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat
kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Dan pada
gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan
membantu
Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. TK 51 2%
2. SD 722 27%
3. SLB 10 0%
4. SMP 593 22%
5. SMA 1.165 43%
6. D1 – D3 50 2%
7. S1 – S3 107 4%
Jumlah 2.698 100
Sumber : Kantor Negeri Nusaniwe 2019
Berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh menunjukkan bahwa di Negeri
Nusaniwe jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk hanya memiliki
bekal pendidikan formal pada level pendidikan dasar 772 jiwa dan pendidikan
menengah – SMP dan SMA 1.758 jiwa, sementara yang dapat menikmati pendidikan
34

di Perguruan Tinggi hanya 157 jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk yaitu 3.384
jiwa.

4.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama


Penduduk Negeri Nusaniwe merupakan pemeluk agama Kristen Protestan
yang terbesar yakni sebanyak 2.950 jiwa, serta pemeluk agama Katolik sebanyak 103
jiwa. Dalam proses pembinaan masyarakat selain menjadi tanggung jawab pelayan,
juga dilakukan oleh organisasi Gerejawi yang terwadahi, seperti wadah pelayanan
laki- laki dan perempuan, serta AMGPM.
Fasilitas peribadahan yang tersedia dan menyebar di Negeri Nusaniwe berupa
Gedung Gereja 6 unit, Balai Kerohanian 3 unit, serta Pastori untuk menampung
pelayan dan keluarganya sebanyak 3 unit.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Kristen Protestan 2950 97%
2. Katolik 103 3%
Jumlah 3.053 100
Sumber : Kantor Negeri Nusaniwe 2019

4.4 Potensi Kelautan dan Perikanan


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019 sebagai acuan
menunjukan adanya peningkatan baik produksi maupun nilainya dari sektor kelautan
dan perikanan khusunya di kecamatan Nusaniwe. Peningkatan bisa dilihat dengan
angka yaitu untuk produksi sebesar 14.430,58 ton dan nilainnya mencapai angka
55.096.638 rupiah. Jika dilihat dari angka untuk produksi maupun nilainya kecamatan
nusaniwe memiliki potensi yang besar untuk membawa keuntungan bagi kota Ambon
dari sektor kelautan dan perikanan.

4.5 Potensi Pariwisata


Negeri Nusaniwe merupakan merupakan negeri adat yang ada di kota Ambon,
yang juga memiliki sumberdaya wisata yang cukup banyak yang harus dipelihara dan
dikembangkan. Berikut merupakan potensi pariwisata yang ada di negeri Nusaniwe :
35

Tabel 9. Potensi Pariwisata di Negeri Nusaniwe


Negeri Nama Jenis
Pantai Air Louw – Pintu Kota Pantai
Taman Laut Erie Taman Laut
Nusaniwe Taman Laut Airlouw Taman Laut
Pantai Felawatu Pelantikan Pantai
Raja Negeri Nusaniwe
Sumber : Kecamatan Nusaniwe Dalam Angka, 2019
Karena negeri Nusaniwe merupakan daerah pesisir maka sebagian besar
potensi wisata yang ada adalah wisata pesisir dan bahari. Jenis potensi atau objek
wisata pantai ada dua yaitu, Pantai Air Louw – Pintu Kota dan Pantai Felawatu, serta
jenis taman laut juga ada dua yaitu, Taman Laut Erie dan Taman Laut Airlouw.
Namun diadakan penelitian pada tahun 2015 dari Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura Ambon, hasil penelitian yang diperoleh ada penambahan potensi wisata di
negeri Nusaniwe yaitu, panorama Gunung Dua, Lapoci dan air terjun Lapoonot.
36

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Umum Responden


Karakteristik umum responden dalam hal ini masyarakat dijelaskan dalam 5
(lima) kategori, yaitu : jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Sedangkan karakteristik umum wisatawan dalam penelitian ini terbagi atas 7 (tujuh)
kategori, yaitu : jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, asal, dan
jumlah kunjungan. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang cukup
jelas mengenai kondisi dari responden dan kaitannya dengan masalah dan tujuan
penelitian ini. Deskripsi mengenai karakteristik responden dapat dijabarkan sebagai
berikut :

5.1.1 Jenis Kelamin


Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara
biologis. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki tidak dapat dipertukarkan
diantara keduanya dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala
ras yang ada di muka bumi (Hungu, 2007 dikutip Suhardin, 2016).
Perbedaan jenis kelamin responden dibedakan berdasarkan jenis kelamin dari
masyarakat dan jenis kelamin dari wisatawan. Perbedaan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 10 dan 11 dibawah ini :
Tabel 10. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin
Persentase
No. Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) (%)
1. Laki-laki 5 56,00

2. Perempuan 4 44,00
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan pada Tabel 10, diketahui responden masyarakat yang berjenis
kelamin laki-laki ada 5 orang dengan persentase sebesar 56 %, sedangkan yang
berjenis kelamin perempuan ada 4 orang dengan persentase sebesar 44 %.
37

Tabel 11. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)


1. Laki-laki 13 52,00
2. Perempuan 12 48,00
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Jenis kelamin responden wisatawan pada tabel 11, diketahui bahwa responden
laki-laki berjumlah 13 orang dengan persentase sebesar 52 % dan responden
perempuan yaitu sebanyak 12 orang dengan persentase sebesar 48 % .

5.1.2 Umur
Umur adalah suatu karakteristik dari tiap individu dalam hal ini sebagai
manusia yang tumbuh hidup dan besarnya dapat mempengaruhi keberadaan fungsi
biologisnya manusia (Soedomo dikutip Hattala, 2017).
Menurut Ilfa (2010) dikutip Santika (2015, umur adalah rentang kehidupan
yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 – 40 tahun,
dewasa madya adalah 41 – 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun (Ilfa, 2010 dikutip
Santika, 2015).
Tabel 12. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Umur
Persentase
No. Kriteria Umur Jumlah Responden (Orang) (%)
1. 18 - 40 8 89,00
2. 41- 60 1 11,00
3. > 60 - -
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan karakteristik umur responden masyarakat pada Tabel 12,
diketahui bahwa tingkat umur responden yang memiliki umur antara 18 sampai 40
tahun sebanyak 8 orang dengan persentase 89 % dan responden yang memiliki umur
antara 41-60 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 11 %. Dari hasil penelitian
tersebut yang berhubungan dengan umur responden masyarakat antara 18 hingga 60
38

tahun merupakan umur dimana manusia masih mampu berpikir dengan baik dan
melakukan berbagai aktivitas yang produktif.
Tabel 13. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Umur

No. Kriteria Umur Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)


1. 18 - 40 20 80,00
2. 41- 60 5 20,00
3. > 60 - -
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Karakteristik umur responden wisatawan pada Tabel 13, menunjukkan bahwa
responden yang berumur antara 18 hingga 40 tahun sebanyak 20 orang dengan
persentase 80 % dan responden yang berumur antara 41 hingga 60 tahun sebanyak 5
orang dengan persentase 20 %. Dapat dijelaskan bahwa, wisatawan yang berkunjung
di Pantai Pintu Kota sebagian besar tergolong usia produktif.

5.1.3 Pendidikan
Menurut Ladiyance dan Yuliana (2014), tingkat pendidikan formal
mempunyai peran penting dalam membentuk pola piker masyarakat dalam bertindak.
Pada penelitian ini terdapat 5 (lima) tingkatan pendidikan responden masyarakat dan
wisatawan yaitu, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), Diploma dan Perguruan Tinggi. Berikut dapat dilihat di
dalam tabel :
Tabel 14. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)


1. SD/Sederajat - -
2. SMP/Sederajat - -
3. SMA/Sederajat 3 33,00
4. Diploma 2 22,00
5. Perguruan Tinggi 4 45,00
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
39

Berdasarkan pada Tabel 14, dapat dijelaskan tingkat pendidikan responden


masyarakat di sekitar Pantai Pintu Kota pada tingkat SMA sebanyak 3 orang dengan
persentase 33 %, diploma berjumlah 2 orang dengan persentase 22 % dan yang
banyak pada tingkat perguruan tinggi sebanyak 4 orang dengan persentase 45 %. Hal
ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden masyarakat mempunyai tingkat
pendidikan yang baik.
Tabel 15. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendidikan
Persentase
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) (%)
1. SD/Sederajat - -
2. SMP/Sederajat - -
3. SMA/Sederajat 10 40,00
4. Diploma 3 12,00
5. Perguruan Tinggi 12 48,00
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Tingkat yang dimiliki responden wisatawan pada tingkat SMA berjumlah 10
orang dengan persentase 40 %, diploma berjumlah 3 orang dengan persentase 12 %
dan sarjana berjumlah 12 orang dengan persentase 48 %. Hal ini menjelaskan bahwa
sebagian besar wisatawan memiliki tingkat pendidikan Sarjana (S1 dan S2) sehingga
dapat memberikan persepsi mereka tentang implementasi sapta pesona tersebut
dengan baik.

5.1.4 Pekerjaan
Pekerjaan suatu masyarakat menjadi suatu ukuran pendapatannya. Apabila
pekerjaannya baik maka akan memungkinkan tingkat pendapatan yang diperoleh
masyarakat akan baik, sebaliknya pekerjaan kurang baik maka akan mengakibatkan
tingkat pendapatan yang diperoleh lebih sedikit (Kadir dkk, 2012). Jenis pekerjaan
responden pada penelitian ini dapat dilihat pata Tabel 16 dan Tabel 17.
40

Tabel 16. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan


No. Kriteria Pekerjaan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1. Wiraswasta 3 34,00
2. Wirausaha 1 11,00
3. Pedagang 2 22,00
4. Honorer 1 11,00
5. Ojek 1 11,00
6. PNS 1 11,00
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 16, pekerjaan dari responden masyarakat sebagian besar
merupakan wiraswasta sebanyak 3 orang dengan persentase 34 % dan responden
masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai pedagagang sebanyak 2 orang dengan
persentase 22 % yang merupakan urutan kedua yang dominan pada kriteria pekerjaan.
Tabel 17. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan
No. Kriteria Pekerjaan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1. Pegawai Swasta 3 12,00
2. Pegawai BUMN 3 12,00
3. Wiraswasta 5 20,00
4. Wirausaha 2 8,00
5. Pedagang 2 8,00
6. Honorer 1 4,00
7. Perawat 1 4,00
8. PNS 4 16,00
9. TNI/POLRI 3 12,00
10. Dokter 1 4,00
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Karakteristik pekerjaan responden wisatawan pada Tabel 17, menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 5
orang dengan persentase 20 % dan responden wistawan yang mempunyai pekerjaan
dominan urutan kedua sebanyak 4 orang dengan persentase 16 % memiliki pekerjaan
sebagai PNS.
41

5.1.5 Pendapatan
Menurut Suparyanto (2014), jumlah pendapatan yang diterima oleh para
anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor
produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produksi nasional.
Dalam penelitian ini kriteria Upah Minimum Regional (UMR) yang digunakan
adalah Upah Minimum Provinsi Maluku Tahun 2020 menurut Keputusan Gubernur
Maluku Nomor. 268 Tahun 2019 sebesar Rp. 2.604.961,- (dua juta enam ratus empat
ribu sembilan ratus enam puluh satu rupiah). Pendapatan responden masyarakat dan
wisatawan dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 18. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Pendapatan
No. Uraian Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1. ≥ UMR 2020 4 44,00
2. < UMR 2020 5 56,00
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 18, dapat dikatuhi bahwa pendapatan responden
masyarakat pada tingkatan lebih atau sama dengan UMR sebanyak 4 orang dengan
persentase 44 % dan pendapatan responden masyarakat pada tingkatan kurang dari
UMR sebanyak 5 orang dengan persentase 56 %. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendapatan responden masyarakat dalam penelitian ini
berasal dari berbagai kalangan, baik dari kalangan yang berpendapatan rendah
maupun tinggi.
Tabel 19. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendapatan
No. Uraian Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1. ≥ UMR 2020 21 84,00
2. < UMR 2020 4 16,00
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Tabel 19, menunjukkan bahwa sebagian besar responden wisatawan atau
sebesar memiliki pendapatan diatas atau sama dengan UMR sebanyak 21 orang
dengan persentase 84 % dan wisatawan yang memiliki pendapatan dibawah UMR
sebanyak 4 orang dengan persentase 16 %. Berdasarkan hasil tersebut, maka
42

pendapatan masing-masing wistawan tergolong dalam kategori menengah, dengan


demikian dapat dikemukaan bahwa besarnya pendapatan wisatawan mempengaruhi
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan wisata.

5.1.6 Asal Wisatawan


Daerah Asal Wisatawan (DAW) merupakan daerah tempat asal muasal yang
melakukan aktivitas seharian seperti bekerja, belajar maupun pemenuhan kebutuhan
lainnya (Suartha dan Sudartha, 2017). Pada umumnya wisatawan yang berkunjung ke
Pantai Pintu Kota merupakan wisatawan lokal dan domestik. Dapat dilihat pada Tabel
20, bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung di Pantai Pintu Kota
merupakan wisatawan lokal dengan persentase 64 % dan sebanyak 9 orang dengan
persentase 36 % merupakan wisatawan domestik.
Tabel 20. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Asal

No. Asal Wisatawan Jumlah Responden (Orang) Persentase(%)


1. Lokal 16 64,00
2. Domestik 9 36,00
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020

5.1.7 Jumlah Kunjungan Wisatawan


Menurut Nasrul (2010) mengatakan orang yang melakukan kunjungan
sementara secara sukarela ke suatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya
sehari-hari untuk maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap di tempat
di kunjunginya. Berdasarkan pada Tabel 21 dapat diketahui bahwa responden
wisatawan yang berkunjung lebih dari 2 kali yaitu sebanyak 19 orang dengan
persentase 76 % dan wisatawan yang berkunjung kurang dari dua kali sebanyak 6
orang dengan persentase 24 % yang sebagian besar merupakan wisatawan domestik.
Berdasarkan kunjungan diketahui lebih banyak responden yang berkunjung lebih dari
dua kali karena Pantai Pintu Kota cocok untuk menyegarkan pikiran dan menambah
pengetahuan dari tujuan wisata ke pantai ini.
43

Tabel 21. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Jumlah Kunjungan

No. Kriteria Kunjungan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)


1. ≥2 19 76,00
2. <2 6 24,00
JUMLAH 25 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020

5.2 Sadar Wisata di Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe


Rahim (2012) menyatakan peningkatan peran masyarakat dalam
pembangunan kepariwisataan memerlukan berbagai upaya pemberdayaan
(empowerment), agar masyarakat dapat berperan lebih aktif dan optimal serta
sekaligus menerima manfaat positif dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
untuk peningkatan kesejahteraannya.
Sadar wisata menjadi hal penting dalam pembangunan pariwisata yang
dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di berbagai provinsi, harus
dibangun bersama-sama dengan masyarakatnya. Pada intinya masyarakat lokal dan
pelaku usaha pariwisata yang menjadi ujung tombak di destinasi tetapi selama
masyarakatnya atau pemerintah daerahnya belum sinergi, maka semua pencapaian
pembangunan itu belum maksimal.
Pantai Pintu Kota merupakan tempat wisata milik pribadi Keluarga
Tumansery, sejak tahun 1990 lokasi wisata ini menjadi salah satu destinasi wisata di
Kota Ambon dan sudah terdata oleh Dinas Pariwisata Kota Ambon. Mempunyai 6
tenaga kerja degan masing – masing pekerjaan yaitu menjaga kebersihan, menjaga
tempat makan atau warung dan juga penginapan, menjaga loket tiket sekaligus pos
penjagaan. Karena ini milik pribadi dan keluarga maka yang bekerja di lokasi wisata
ini juga masih merupakan keluarga dari Tumansery namun tidak ada keikutsertaan
masyarakat untuk bekerja pada lokasi wisata Pantai Pintu Kota.
Kesadaraan wisata pada lokasi ini dimulai dari pengelola wisata, maka dari itu
menurut pengelola pada lokasi wisata Pantai Pintu Kota sudah pernah mengikuti
Pelatihan Sadar Wisata dan Sapta Pesona yang diselenggrakan pada berbagai
kesempatan. Keikutserataan pelatihan pengelola ini sebanyak 3 kali yang pasti
44

bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan akan sadar wisata itu sendiri dan
untuk mengambangkan lokasi yang dikelolanya.
Masyarakat yang ada di Negeri Nusaniwe menjadi salah satu juga yang
berperan penting dalam partisipasinya sebagai tuan rumah yang ramah untuk
memajukan atau mendukung lokasi wisata yang ada di daerah mereka, dengan sikap
ramah yang ditujukan kepada wisatawan dan juga dapat menjaga keamanan
lingkungan di sekitar lokasi wisata.
Sikap sadar wisata yang dilakukan wisatawan yang ada di Pantai Pintu Kota
ini dengan menjaga dan tidak merusak fasilitas yanag ada di lokasi wisata, dan juga
saling menghargai sesama wisatawan yang berkunjung. Sadar wisata juga
ditunjukkan wisatawan dengan menjaga keamanan lingkungan di sekitar lokasi wisata
dengan tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan wisatawan yang lain.
Tabel 22. Sarana dan Prasarana yang Menunjang Pariwisata
No. Sarana Prsarana Jumlah (Unit) Kondisi Sarpras
1. Tempat Sampah 5 Baik
2. Toilet 2 Baik
3. Tempat Bilasan 2 Baik
4. Shelter 7 Baik
5. Restotan/Rumah Makan/Cafe 3 Baik
6. Tempat Foto >2 Banyak
7. Tempat Parkir 1 Baik
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Pada tabel 22 diatas merupakan Sarana dan Prasarana yang terdapat pada
lokasi wisata Pantai Pintu Kota sebagai penunjang pariwisata antara lain, terdapat 5
unit tempat sampah, 2 unit toilet, 2 unit tempat bilasan, 7 unit shelter, 3 unit
restotan/rumah makan/cafe/, 1 lahan parkir yang bebas dimana saja untuk memarkir
kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Pada tempat foto atau lokasi
foto yang berada pada lokasi wisata Pantai Pintu Kota ini terdapat banyak sekali
tempat atau spot yang bisa dijadikan tempat berfoto yang dapat didokumentasikan
wisatawan.
45

5.3 Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Sapta Pesona di Pantai


Pintu Kota Negeri Nusaniwe
Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil studi lapangan
dengan melalui kuesioner pada beberapa responden, dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Skor Rata-rata Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Sapta
Pesona
Sapta Pesona Rata-rata
Aman
Keamanan lingkungan di Pantai Pintu Kota sudah baik 4
Penggunaan fasilitas publik sudah meminimalisir resiko kecelakaan 3
saat berwisata
Kuliner yang ada sudah dihidangkan baik oleh pengelola maupun 4
masyarakat
Situasi dukungan masyarakat negeri bersama dengan pemerintah dan 4
pengelola objek wisata sudah terjalin dengan baik
Tertib
Saya sudah merasa nyaman selama melakukan kunjungan di Pantai 4
Pintu Kota
Pelayanan yang diberikan oleh pihak Pantai Pintu Kota sudah ramah 4
kepada wisatawan
Pengelola sudah tertib waktu dalam mengontrol jam operasional di 3
Pantai Pintu Kota
Pengondisian petugas pada wisatawan sudah kondusif 3
Bersih
Kebersihan di Pantai Pintu Kota seperti toilet sudah terjaga dengan 3
baik
Pakaian dan penampilan petugas Pantai Pintu Kota sudah bersih dan 3
wangi
Jumlah tempat sampah sudah memadai dalam jumlah dan kualitasnya 3
dengan diletakkan sesuai lokasi strategis
Sudah terdapat ruang untuk merokok bagi masyarakat/wisatawan 3
Sejuk
Penghijauan di Pantai Pintu Kota sudah dipelihara untuk 4
meningkatkan daya tarik pengunjung
Terasa sejuk saat berada di Pantai Pintu Kota 4
Pihak Pantai Pintu Kota sudah melakukan penghijauan 4
Indah
Tata letak pengaturan tempat di Pantai Pintu Kota sudah sesuai dan 4
rapi
Tanaman-tanaman di Pantai Pintu Kota sudah terawat dengan baik 4
Terdapat banyak tempat atau spot yang bagus untuk 4
46

didokumentasikan
Pemandangan lokasi wisata indah dan nyaman 4
Ramah
Petugas sudah memberikan informasi tentang Pantai Pintu Kota 4
secara sopan dan lengkap
Petugas Pantai Pintu Kota selalu terlihat senyum dan menunjukkan 4
keramahtamahan yang tulus kepada pengunjung
Kenangan
Saya bersedia menyebarkan informasi tentang Pantai Pintu Kota 4
kepada orang lain
Sudah ada buah tangan yang dibuat sendiri dari pengelola untuk 4
pengunjung
Terdapat cinderamata yang menjadi ciri khas dari lokasi wisata, 3
seperti baju dan lainnya
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Melihat data yang diperoleh dari hasil di atas dapat dilihat bahwa masih
banyak masyarakat dan wisatawan berpendapat bahwa manajemen Pantai Pintu Kota
masih perlu dikembangkan lagi. Berikut ini akan dijabarkan hasil kuesioner dari
responden masyarakat dan wisatawan terhadap variabel sapta pesona di Pantai Pintu
Kota.
1. Aman (Y1)
Hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata tertinggi dari
pernyataan variabel aman adalah pernyataan nomor 1, 3 dan 4 dengan nilai 4 yang
artinya responden yang diteliti setuju dengan keamanan lingkungan di Pantai Pintu
Kota sudah baik, penggunaan fasilitas publik sudah meminimalisir resiko kecelakaan
saat berwisata dan situasi dukungan masyarakat negeri bersama dengan pemerintah
dan pengelola objek wisata sudah terjalin dengan baik. Rata-rata terendah dari
pernyataan variabel aman adalah pernyataan nomor 2 dengan nilai 3 yang artinya
responden yang diteliti netral dengan penggunaan fasilitas publik sudah
meminimalisir resiko kecelakaan saat berwisata.
2. Tertib (Y2)
Hasil dari Tabel 17. untuk varibel tertib menunjukkan bahwa skor rata-rata
tertinggi adalah pernyataan nomor 1 dan 2 dengan nilai 4 yang artinya responden
yang diteliti setuju dengan sudah merasa nyaman selama melakukan kunjunan di
Pantai Pintu Kota dan pelayanan yang diberikan oleh pihak Pantai Pintu Kota sudah
47

ramah kepada wisatawan. Rata-rata terendah dari pernyataan variabel tertib adalah
pernyataan nomor 3 dan 4 yang artinya responden yang diteliti netral dengan
pengelola sudah tertib waktu dalam mengontrol jam operasional di Pantai Pintu Kota
dan pengondisian petugas pada wisatawan sudah kondusi. Menurut Evalianti dan
Heldayani (2018), pengelolaan objek wisata yang tertib dapat menimbulkan kepuasan
wisatawan.
3. Bersih (Y3)
Berdasarkan hasil dari tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata untuk
variabel bersih adalah pernyataan nomor 1, 2, 3 dan 4 yang artinya responden yang
diteliti netral dengan kebersihan di Pantai Pintu Kota seperti toilet sudah terjaga
dengan baik, pakaian dan penampilan petugas Pantai Pintu Kota sudah bersih dan
wangi, jumlah tempat sampah sudah memadai dalam jumlah dan kualitasnya dengan
diletakkan sesuai lokasi strategis dan sudah terdapat ruang untuk merokok bagi
masyarakat/wisatawan. Penelitian Saputri dan Dewi (2016) mengemukakan bahwa
keadaan bersih harus selalu direalisasikan pada lingkungan objek wisata agar
mencerminkan pengelolaan yang baik
4. Sejuk (Y4)
Hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata dari variabel sejuk
adalah pernyaaan nomor 1, 2 dan 3 yang artinya responden yang diteliti setuju dengan
penghijauan di Pantai Pintu Kota sudah dipelihara untuk meningkatkan daya tarik
pengunjung, terasa sejuk saat berada di Pantai Pintu Kota dan pihak Pantai Pintu
Kota sudah melakukan penghijauan.
5. Indah (Y5)
Hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata dari pernyataan
variabel indah adalah pernyataan nomor 1, 2, 3 dan 4 yang artinya responden yang
diteliti setuju dengan tata letak pengaturan tempat di Pantai Pintu Kota sudah sesuai
dan rapi, tanaman-tanaman di Pantai Pintu Kota sudah terawat dengan baik, terdapat
banyak tempat atau spot yang bagus untuk didokumentasikan dan pemandangan
lokasi wisata indah dan nyaman. Menurut Putri dkk (2020), suatu destinasi wisata
48

memerlukan unsur keindahan agar memberikan kesan yang mendalam bagi


wisatawan.
6. Ramah (Y6)
Hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata dari pernyataan
variabel ramah adalah penyataan nomor 1 dan 2 yang artinya responden yang diteliti
setuju dengan petugas sudah membeikan informasi tentang Pantai Pintu Kota secara
sopan dan lengkap, petugas Pantai Pintu Kota selalu terlihat senyum dan
menunjukkan keramahtamahan yang tulus kepada pengunjung. Komunikasi dapat
menimbulkan interaksi antara pengelola dengan wisatawan, pemberian informasi
yang jelas menjadi suatu interaksi yang baik yang mencerminkan keramahan akan
berdampak pada kunjungan wisatawan (Iswandaru dkk, 2016).
7. Kenangan (Y7)

Berdasarkan hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata tertinggi
dari pernyataan variabel kenangan adalah pernyataan nomor 1 dan 2 yang artinya
responden yang diteliti setuju dengan bersedia menyebarkan informasi tentang Pantai
Pintu Kota kepada orang lain dan sudah ada buah tangan yang dibuat sendiri dari
pengelola untuk pengunjung. Rata-rata terendah dari pernyataan variabel kenangan
adalah pernyataan nomor 3 yang artinya responden yang diteliti netral dengan
terdapat cinderamata yang menjadi ciri khas dari lokasi wisata, seperti baju dan
lainnya. Tingkat kreatifitas masyarakat dan pengelola yang rendah dalam menyajikan
cinderamata menyebabkan wisatawan kurang berkesan saat mengunjungi Pantai Pintu
Kota, namun lokasi Pantai Pintu Kota memiliki kenangan batin yang memuaskan
dengan disuguhkan keindahan alam yang tidak terlupakan. Menurut Agustin dkk
(2014), kenangan indah dan menyenangkan akan memberikan kepuasan batin yang
dapat mewujudkan getaran jiwa dan keselarasan pikiran bagi wisatawan.

5.4 Implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe


5.4.1 Aman (X1)

Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata


yang memberikan rasa tenang, bebas dari rasa takut dan kecemasan bagi wisatawan
49

dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Rahim (2012), juga
menyatakan bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:
a) Sikap tidak mengganggu kenyamanan wisatawan dalam kunjungannya.
b) Menolong dan melindungi wisatawan.
c) Menunjukkan rasa bersahabat terhadap wisatawan.
d) Memelihara keamanan lingkungan.
e) Membantu memberi informasi kepada wisatawan.
f) Menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular.
g) Meminimalkan resiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik.

Gambar 4. Gerbang Masuk Pantai Gambar 5. Pos Penjagaan/Loket


Pintu Kota Tiket

Pada lokasi wisata Pantai Pintu Kota menurut responden dari kuesioner yang
dibagikan tidak terdapat Security/Satpam yang menjaga keamanan lokasi wisata,
namun terdapat salah seorang penjaga pada pos penjagaan pada pintu masuk yang
berfungsi sebagai tempat loket pembelian tiket masuk dapat dilihat pada Gambar 4
dan Gambar 5. Terdapat fasilitas kemanan dan keselamatan ketika berwisata seperti
life jacket, perahu semang yang disediakan pengelola untuk wisatawan, namun tidak
ditemukan kamera pengintai CCTV pada lokasi wisata ini dan tidak terdapat
informasi juga tanda-tanda peringatan bahaya di tempat yang terbuka. Tempat
penyimpanan barang bila wistawan sedang melaksanakan aktifitas berwisata yang
wisatawan ketahui hanya terdapat pada shelter atau dapat dititpkan pada pengelola
dan tidak terdapat tempat penyimpanan barang yang menurut wistawan aman bagi
50

barang bawaan mereka. Makanan yang dihidangkan pengelola adalah kuliner


tradisional dan sudah dihidangkan dengan baik dan aman bagi para wisatawan.
Sementara tidak ada perselisihan internal antar pemerintah negeri dan masyarakat
maupun pengelola sehingga lokasi wisata aman bila dikunjungi.

5.4.2 Tertib (X2)


Suatu kondisi lingkungan dan pelayanan di destinasi pariwisata atau daerah
tujuan wisata yang mencerminkan sikap disiplin yang tinggi serta kualitas fisik dan
layanan yang konsisten dan teratur serta efisien sehingga memberikan rasa nyaman
dan kepastian bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah
tersebut. Rahim (2012), bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:
a) Mewujudkan budaya antri.
b) Memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang berlaku.
c) Disiplin waktu/tepat waktu.
d) Serba teratur, rapi dan lancar.

Gambar 6. Karcis Tanda Masuk Gambar 7. Plang Penunjuk Arah


Ketertiban yang dilakukan dalam lokasi wisata Pantai Pintu Kota ini dengan
menunjukkan budaya antri di setiap area lokasi wisata. Tersedianya tempat untuk
memarkirkan kendaraan, untuk harga tiket saat memasuki lokasi wisata sebesar Rp.
10.000,- untuk kendaraan roda dua dan Rp. 20.000,- untuk kendaraan roda empat, dan
sudah termasuk biaya parkir kendaraan. Pada lokasi wisata ini terdapat beberapa
51

spanduk untuk mengajak wisatatan agar tetap menjaga kebersihan yang ada pada
lokasi wisata.

Gambar 8. Toilet dan Tempat Bilasan

Pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa ketertiban secara fisik terlihat pada


kondisi lingkungan yang rapi dan terawat dengan baik pada toilet dan tempat bilasan
yang tersedia di lokasi wisata.

5.4.3 Bersih (X3)


Suatu kondisi lingkungan serta kualitas produk dan pelayanan di destinasi
pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sehat/
higienis sehingga memberikan rasa nyaman dan senang bagi wisatawan dalam
melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Rahim (2012), bentuk aksi
yang perlu diwujudkan, antara lain:
a) Tidak membuang sampah/limbah sembarangan.
b) Menjaga kebersihan lingkungan objek dan daya tarik wisata serta sarana
prasarana pendukungnya.
c) Menjaga lingkungan yang bebas dari polusi udara (akibat asap kendaraan, rokok
atau bau lainnya).
d) Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis.
e) Menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan minuman yang bersih.
f) Pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi.
52

Gambar 9. Lingkungan Restoran/Rumah Makan dan Shelter di Pintu Kota


Gambar 9 menunjukkan kondisi yang ada pada restoran/rumah makan dan
shelter pada lokasi wisata Pantai Pintu Kota sudah baik.

Gambar 10. Kondisi Tempat Sampah Gambar 11. Lokasi Pencucian Piring
Pantai Pintu Kota
Penerapan bersih untuk lokasi wisata Pantai Pintu Kota ini dengan
disediakannya tempat sampah yang memadai pada berbagai area lokasi wisata namun
dari pandangan wisatawan tempat sampah yang disediakan jumlahnya masih sedikit
dan juga masih terlihat sedikitnya sampah pada area tebing (Gambar 10) meskipun
ada aturan membuang sampah pada tempatnya (Gambar 11).

Gambar 12. Keberadaan Sampah yang Terlihat di Area Tebing


53

Gambar 13. Papan Pemberitahuan Membuang Sampah Pada Tempatnya

Dari pihak pengelola sudah disediakan toilet, tempat bilasan serta restoran
yang baik dan bersih untuk wisatawan yang berkunjung. Namun menurut beberapa
responden tidak adanya ruang khusus untuk merokok bagi wisatawan.

5.4.4 Sejuk (X4)


Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata
yang mencerminkan keadaan yang sejuk dan teduh yang akan memberikan perasaan
nyaman dan “betah” bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke
daerah tersebut. Rahim (2012), bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:
a) Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon.
b) Memelihara penghijauan di objek dan daya tarik wisata serta jalur wisata.
c) Menjaga kondisi sejuk dalam area publik/ fasilitas umum, hotel, penginapan,
restoran dan sarana prasarana dan komponen/fasilitas kepariwisataan lainnya.

Gambar 14. Lingkungan Sejuk Pantai Pintu Kota


54

Gambar 15. Objek Wisata Pantai Gambar 16. Anak Tangga Menuju
Pintu Kota Pantai

Pantai Pintu Kota merupakan lokasi wisata yang terbilang sejuk karena
merupakan wisata pantai dan dekat dengan laut dan juga banyak pepohonan yang
tumbuh di sekitaran lokasi wisata ini yang membuat wistawan merasa nyaman jika
berada di sini. Bersuasana tenang dan nyaman jauh dari kebisingan kota yang
membuat lokasi ini nyaman untuk berwisata. Menurut wisatawan lokasi wisata Pantai
Pintu Kota Ambon ini adalah tempat yang bagus untuk mencari ketenagan dan
menikmati laut.

5.4.5 Indah (X5)


Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata
yang mencerminkan keadaan yang indah dan menarik yang akan memberikan rasa
kagum dan kesan yang mendalam bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau
kunjungan ke daerah tersebut, sehingga mewujudkan potensi kunjungan ulang serta
mendorong promosi ke pasar wisatawan yang lebih luas. Rahim (2012), bentuk aksi
yang perlu diwujudkan, antara lain:
a) Menjaga objek dan daya tarik wisata dalam tatanan yang estetik, alami dan
harmoni.
b) Menjaga lingkungan dan tempat tinggal secara teratur dan serasi serta menjaga
karakter kelokalan.
c) Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh sebagai elemen estetika
lingkungan yang bersifat alami.
55

Gambar 17. Keindahan Bawah Laut Pantai Pintu Kota


Sumber : Chandra, 2018
Keindahan dari Pantai Pintu Kota sudah tidak diragukan keindahannya dan
terdapat banyak tempat bagus untuk didokumentasikan wisatawan. Menurut
responden bahwa salah satu daya tarik pantai Pintu Kota ini adalah lautnya yang
bersih, dapat melihat matahari terbenam, batu karang besar yang berbentuk seperti
pintu yang membuat lokasi wisata ini berbeda dengan lokasi wisata pantai–pantai
lainnya, dapat dilihat pada Gambar 18.
56

Gambar 18. Keindahan Pantai Pintu Kota

5.4.6 Ramah (X6)


Suatu kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap masyarakat di destinasi
pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan suasana yang akrab, terbuka
dan penerimaan yang tinggi yang akan memberikan perasaan nyaman, perasaan
diterima dan “betah” (seperti di rumah sendiri) bagi wisatawan dalam melakukan
perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Rahim (2012), bentuk aksi yang perlu
diwujudkan, antara lain:
a) Bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela serta selalu siap membantu
wisatawan.
b) Memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan.
c) Menunjukkan sikap menghargai dan toleransi terhadap wisatawan.
d) Menampilkan senyum yang tulus.
Sikap ramah dan murah senyum dimiliki pada sebagian besar masyarakat
yang berada di sekitar lokasi wisata sehingga membuat wisatawan nyaman saat
berkunjung ke lokasi, menurut responden juga sepanjang jalan yang dilalui para
wisatawan bahwa masyarakat akan menegur dengan ramah baik orang dewasa
maupun anak - anak. Menurut wisatawan perlakuan dari pengelola dan pegawai
sebagai tuan rumah yang baik selalu bersikap ramah, sopan dan simpatik.

5.4.7 Kenangan (X7)


Suatu bentuk pengalaman yang berkesan di destinasi pariwisata atau daerah
tujuan wisata yang akan memberikan rasa senang dan kenangan indah yang
57

membekas bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah


tersebut. Rahim (2012), bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:
a) Menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal.
b) Menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih, sehat dan menarik.
c) Menyediakan cinderamata yang menarik, unik/ khas serta mudah dibawa.

Gambar 19. Kenangan

Penerapan unsur kenangan sudah cukup diterapkan pada lokasi wisata ini
dengan menyajikan berbagai kuliner tradisional yang disediakan pengelola, kuliner
yang banyak diminati wisatawan yaitu pisang goreng, sukun goreng dan kelapa muda
untuk memperkenalkannya pada wisatawan dari luar kota yang datang berkunjung.
Dan wisatawan juga mendapat banyak pengalaman saat berkunjung dengan
keindahan Pantai Pintu Kota. Terdapat buah tangan yang disediakan sendiri dari
pengelola namun tidak terlihat sehingga para pengunjung tidak banyak
mengetahuinya. Ada cinderamata yang merupakan ciri khas dari pintu kota yang
dipasarkan diberbagai toko khas oleh-oleh Maluku yang berupa sandal, kipas dan
58

mousepad yang bergambar Pantai Pintu Kota (selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran). Wisatawan juga mempunyai kenangan dari keenam unsur sapta pesona
terkhususnya suasana sejuk saat berada di lokasi wisata, keamanan di lokasi wisata
yang menumbuhkan rasa nyaman berwisata, keindahan pemandangan di Pantai Pintu
Kota. Dapat menjadi kenangan dan pengalaman yang baik untuk wisatawan dapat
mempengaruhi kunjungan wisatawan dimasa yang akan datang.

5.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Data


5.5.1 Uji Validitas
Pengujian validitas terhadap validnya instrumen penelitian masing-masing
dilakukan pada 2 (dua) bagian kuesioner. Pada bagian pertama adalah kuesioner
persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta pesona di Pantai
Pintu Kota, yang terdiri dari 24 (dua puluh empat) pernyataan. Sedangkan pada
bagian kedua adalah kuesioner implementasi sapta pesona di Pantai Pintu Kota, yang
terdiri dari 7 (tujuh) butir pertanyaan.
Dalam pengujian ini, nilai validitas dihitung dengan menghitung korelasi
antara suatu atribut secara keseluruhan dengan menggunakan rumus korelasi ( r ).
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diuji dengan nilai r tabel (N = 34 jumlah
keseluruhan responden masyarakat dan wisatawan, α = 5 %). Koefisien korelasi atau
r hitung setiap item harus lebih besar dari angka kritis untuk 34 responden yaitu
menggunakan rumus r tabel df = (N – 2) , untuk 34 responden yaitu r tabel = 0,338.
Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan menetukan apakah suatu
item layak digunakan atau tidak. Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item
yang digunakan, biasanya digunakan uji signifikan valid jika berkorelasi signifikan
terhadap skor total .
Dari hasil uji validitas pada tabel terlihat bahwa semua angka korelasi pada
item persepsi masyarakat dan wisatawan dan implementasi sapta pesona lebih dari r
tabel yaitu 0,338. Jadi dapat disimpulkan bahwa pernyataan kuesioner untuk
masyarakat dan wisatawan yang diajukan semuanya valid dan dapat disertakan pada
analisis selanjutnya (dapat dilihat pada lampiran).
59

5.5.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat
pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengkuran
tersebut diulang (Duwi, 2013). Reliabilitas berarti dapat dipercaya, artinya instrumen
dapat memberikan hasil yang tepat. Alat ukur instrumen dikategorikan reliabel jika
menunjukkan konstanta hasil pengkuran dan mempunyai ketetapan hasil pengukuran
sehingga terbukti bahwa alat ukur itu benar-benar dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
Pengujian reliabilitas pada kuesioner masing-masing dilakukan pada 2 (dua)
bagian. Pada bagian pertama adalah kuesioner persepsi masyarakat dan wisatawan,
yang terdiri dari 24 (dua puluh empat) pernyataan. Sedangkan pada bagian kedua
adalah kuesioner implementasi sapta pesona yang ada di Pantai Pintu Kota, yang
terdiri dari 7 pertanyaan.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha. Suatu
instrumen dikatakan reliabel jika cronbach alpha > 0,60 (Arikunto, 2010). Maka dari
itu hasil uji reliabilitas terhadap persepsi masyarakat dan wisatawan dan
implementasi sapta pesona, dapat dilihat bahwa nilai cronbach alpha yang didapat
lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, kuesioner sebagai alat ukur atau instrumen
penelitian ini reliabel atau bebas dari kesalahan dan karenanya menjamin pengukuran
yang konsisten sepanjang waktu dan di berbagai item dalam instrument (dapat dilihat
pada lampiran).

5.6 Hubungan antara Persepsi Masyarakat dan Wisatawan Terhadap


Implementasi Sapta Pesona
Hubungan antara Persepsi Masyarakat dan Wisatawan Terhadap Implementasi
Sapta Pesona menggunakan analisis korelasi parsial. Analisis korelasi parsial ini
digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara korelasi kedua variabel
dimana variabel lainnya dianggap berpengaruh di kendalikan atau dibuat tetap
(sebagai varibel control).
60

Tabel 24. Analisis Korelasi Parsial


Implementasi Persepsi Masyarakat/Wisatawan Perason Sig. (2-tailed)
Sapta Pesona Correlation
Aman Persepsi Masyarakat/Wisatawan 0,598 0,000
Tertib Persepsi Masyarakat/Wisatawan 0,435 0,010
Bersih Persepsi Masyarakat/Wisatawan 0,385 0,038
Sejuk Persepsi Masyarakat/Wisatawan 0,492 0.003
Indah Persepsi Masyarakat/Wisatawan 0,600 0,000
Ramah Persepsi Masyarakat/Wisatawan 0,614 0,000
Kenangan Persepsi Masyarakat/Wisatawan 0,561 0,001
Sumber : Data Primer Diolah SPSS 24, 2020
Tabel 27, menunjukkan bahwa persepsi terhadap implementasi sapta pesona
unsur aman diperoleh nilai korelasi sebesar 0,598 dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar
0,000, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,005 yang
berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap implementasi sapta pesona
unsur aman dan nilainya tergolong sedang, disebabkan karena wisatawan yang diteliti
kurang setuju dengan keamanan terumata pada penggunaan fasilitas publik dimana
kurangnya papan informasi tentang peringatan bahaya mengingat Pantai Pintu Kota
berhadapan langsung dengan Teluk Ambon Luar dan juga terdiri dari jalan yang
berbukit dan menanjak, juga mempunyai banyak anak tangga pada lokasi wisata
namun situasi dukungan masyarakat negeri bersama dengan pemerintah dan
pengelola objek wisata sudah terjalin dengan baik dan kondisi keamanan di Pantai
Pintu Kota sudah baik menurut persepsi dari masyarakat dan wisatawan. Hasil
tersebut berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Astuti
(2018) yang mengemukakan bahwa unsur keamanan berpengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap kepuasan wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur tertib diperoleh nilai korelasi sebesar 0,435 dengan dengan nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,010, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,000 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur tertib dan nilainya tergolong sedang, disebabkan
karena pelayanan yang diberikan oleh pihak Pantai Pintu Kota sudah ramah kepada
wisatawan namun pengondisian petugas pada wisatawan belum dapat dikatakan
61

kondusif. Hal ini mendukung penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya
oleh Astuti (2018) yang mengemukakan bahwa unsur ketertiban memiliki tingkat
signifikan terhadap kepuasan wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur bersih diperoleh nilai korelasi sebesar 0,385 dengan dengan nilai Sig.
(2-tailed) sebesar 0,038, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,002 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur bersih dan nilainya tergolong lemah, disebabkan
karena menurut persepsi masyarakat dan wisatawan lokasi Pantai Pintu Kota masih
terlihat sampah pada tebing yang sulit dijangkau juga diperkuat dengan nilai skoring
dari wisatawan dimana skor rata-rata unsur bersih masih memiliki nilai yang kecil.
Hal ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Astuti (2018)
yang mengemukakan bahwa unsur bersih memiliki pengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap kepuasan wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur sejuk diperoleh nilai korelasi sebesar 0,492 dengan dengan nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,003, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,002 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur sejuk dan nilainya tergolong sedang, disebabkan
karena menurut responden sudah terasa sejuk saat berada di Pantai Pintu Kota dan
dari pihak pengelola menjaga lingkungan sekitar dengan menjaga penghijuan yang
telah ada namun responden kurang setuju dengan pernyataan bahwa pihak pengelola
sudah melakukan penghijauan di lokasi Pantai Pintu Kota. Hal ini mendukung
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Astuti (2018) yang mengemukakan
bahwa unsur sejuk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan
wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur indah diperoleh nilai korelasi sebesar 0,600 dengan dengan nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,000, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,000 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
62

implementasi sapta pesona unsur indah dan nilainya tergolong kuat, disebabkan
karena menurut persepsi masyarakat wisatawan terdapat banyak tempat atau spot
yang bagus untuk didokumentasikan, banyak sebagian besar wisatawan dapat
menikmati pemandangan lokasi wisata Pantai Pintu Kota yang indah dan nyaman,
dan lokasi wisata ini mempunyai daya tarik tersendiri yang menjadi alasan mengapa
wisatawan wajib berkunjung ke tempat ini. Hal ini mendukung penelitian terdahulu
yang pernah dilakukan oleh Astuti (2018) yang mengemukakan bahwa unsur indah
mempunyai hasil signifikan terhadap kepuasan wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur ramah diperoleh nilai korelasi sebesar 0,614 dengan dengan nilai Sig.
(2-tailed) sebesar 0,000, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,000 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur ramah dan nilainya tergolong kuat, disebabkan
karena masyarakat yang ada di sekitar lokasi Pantai Pintu Kota sebagai tuan rumah
memiliki sikap terbuka kepada wisatawan yang ingin berkunjung ke Pantai Pintu
Kota, yang membuat wisatawan merasa aman dan nyaman. Menurut persepsi dari
masyarakat dan juga wisatawan dari pihak pengelola sudah memberikan sikap
keramahtamahan dengan menunjukkan senyum tulus kepada wisatawan dan dapat
memberikan informasi tentang Pantai Pintu Kota dengan baik dan sopan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur kenangan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,561 dengan dengan nilai
Sig. (2-tailed) sebesar 0,001, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-
tailed) 0,001 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur kenangan dan nilainya tergolong sedang,
disebabkan karena kenangan mempunyai peranan penting yang menjadi bagian dari
pengalaman berwisata, dari unsur tersebut wisatawan dapat mengingat pengalaman
apa yang mereka rasakan saat berkunjung ke Pantai Pintu Kota. Kenangan dapat
berupa cinderamata atau buah tangan yang menjadi ciri khas dari lokasi wisata, dan
juga pengalaman kuliner serta berwisata, juga menjadi alasan apakah masyarakat dan
wisatawan berniat untuk memberikan informasi tentang Pantai Pintu Kota kepada
63

orang lain. Menurut persepsi dari masyarakat dan wistawan mereka bersedia
memberikan informasi tentang Pantai Pintu Kota kepada orang lain, namun sebagian
besar belum menemui cinderamata yang menjadi ciri khas dari Pantai Pintu Kota. Hal
ini mendukung penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Astuti (2018) yang
mengemukakan bahwa unsur kenangan memiliki hasil signifikan terhadap kepuasan
wisatawan.

5.7 Analisis Korelasi Simultan


Analisis korelasi simultan digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan
hubungan antara seluruh variabel Y (persepsi masyarakat dan wisatawan) terhadap
variabel X (implementasi sapta pesona) secara bersamaan. Uji korelasi berganda
seluruh variabel X terhadap Y dapat dilihat pada Tabel 28 berikut.
Tabel 25. Uji Korelasi Simultan Seluruh Variabel Y Terhadap Variabel X
Nilai R Keterangan
Variabel
Persepsi masyarakat dan wisatawan 0,915 Sangat Kuat
(Y) terhadap implementasi sapta
pesona (X)
Sumber : Data Primer Diolah SPSS 24, 2020
Dari penelitian korelasi simultan menggunakan SPSS 24 diperoleh R sebesar
0,915. Dari hasil tersebut berdasarkan pedoman interpretasi koefisien korelasi,
tampak bahwa hubungan persepsi masyarakat dan wisatawan (Y) terhadap
implementasi sapta pesona (X), yang terdiri dari : aman ( ), tertib ( ), bersih ( ),
sejuk ( ), indah ( ), ramah ( ) dan kenangan ( ) adalah sangat kuat karena
nilainya berkisar antara 0,80 – 1,000. Hasil tersebut mendukung penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya oleh Astuti (2018) yang mengemukakan bahwa secara
simultan terdapat hasil signifikan antara penerapan sapta pesona terhadap kepuasan
wisatawan.
64

BAB VI
Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan
Hasil dan pembahasan telah diketahui untuk tujuan yang diinginkan dan
kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Persepsi dari masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta pesona
dapat dikategorikancukup. Hal ini ditunjukkan dari skor rata-rata pada
persepsi dari masyarakat dan wisatawan sebagian besar berpendapat bahwa
implementasi sapta pesona di Pantai Pintu Kota masih perlu dikembangkan
lebih baik lagi.
2. Dari hasil pengolahan data dengan analisis korelasi Perason Product Moment
diperoleh hasil antara persepsi masyarakat terhadap implementasi sapta
pesona. Hubungan yang kuat terdapat pada variabel indah (0,600) dan ramah
(0,614), sedangkan aman (0,598), tertib (0,435), sejuk (0,492), kenangan
(0,561) memiliki hubungan yang sedang. Dan bersih (0,385) memiliki
hubungan yang lemah.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut :
1. Diharapkan pihak pengelola Pantai Pintu Kota tetap mempertahankan unsur
sapta pesona yang menurut persepsi dari masyarakat dan wisatawan sudah
ada, dan mengembangkan unsur sapta pesona yang yang menurut persepsi
dari masyarakat dan wisatawan masih kurang dan perlu ditingkatkan.
2. Hubungan persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta
pesona unsur bersih mempunyai hubungan yang lemah, diharapkan agar pihak
pengelola meningkatkan unsur bersih dan melakukan kegiatan pengontrolan
dan pembersihan secara menyeluruh pada area-area tertentu yang sulit
dijangkau misalnya pada area tebing minimal satu bulan satu kali.
65

3. Kepada masyarakat, diharapkan dapat berkonstribusi untuk mendukung


program sapta pesona yang ada di sekitar lokasi Pantai Pintu Kota dan dapat
mempertahankan keamanan dan keramahan yang ditunjukan kepada
wisatawan.
66

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Sentosa, S.U. & Aimon, H. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi


permintaan wisatawan domestik terhadap objek wisata bahari Pulau
Cingkuak Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Kajian Ekonomi, 3(5), 1-20.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Penerbit : Rineka
Cipta. Jakarta.
Astuti, T. S. W. 2018. Pengaruh Sapta Pesona Terhadap Kepuasan Wisatawan
pada Benteng Kuto Besak Palembang. Skripsi. Jurusan Administrasi
Bisnis. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Badan Pusat Statistik Kota Ambon. 2017. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Ambon.
Badan Pusat Statistik Kota Ambon
Badan Pusat Statistik. 2020. Upah Minimum Propinsi UMP Sektor Serta Hasil
Monitoring Lapangan di Propinsi Maluku Tahun 2019. Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Kota Ambon. 2019. Kecamatan Nusaniwe Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Kota Ambon
Badarab, F., Trihayuningtyas, E dan Suryadana, M. L. 2017. Strategi Pengembangan
Destinasi Pariwisata di Kepulauan Togean Provinsi Sulawesi Tengah.
Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, 7(2), 97-112
Banowati, E. (2014). Geografi Indonesia. Ombak: Yogyakarta
Darmawan, D. 2013. Sadar Wisata-Sapta Pesona dan Ekonomi Kreatif. Peraturan
Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: PM.04/UM.001/MKP/2008
Disampaikan pada kegiatan Sosialisasi Sapta Pesona, Disbudpar Kota
Pontianak.
Duwi, P. 2013. Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate Dengan SPSS.
Yogyakarta : Gava Media
Effendi, U. 2016. Psikologi Konsumen. Penerbit: PT RajaGrafiondo Persada. Jakarta.
Evalianti, D. & Heldayani, E. 2018. Persepsi pengunjung terhadap sapta pesona
wisata alam Gasing Water Bay Barca Banyuasin, Jurnal Swarnabhumi,
3(2), 124-129.
67

Iswandaru, D., Kusumandari, A. & Fandeli, C. 2016. Studi implementasi standar


sistem manajemen lingkungan (ISO 14001:2004) dalam pengelolaan wisata
alam di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (studi kasus pelaksanaan
sertifikasi dalam pengelolaan wisata alam). Jurnal Hutan Pulau-pulau Kecil,
1(2), 117-127
Fahmi, I. 2016. Perilaku Konsumen (Teori dan Aplikasi). Penerbit: Alfabeta.
Bandung.
Ferdinandus, A. M dan Suryasih, I. A. 2014. Studi Pengembangan Wisata Bahari
untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawandi Pantai Natsepa Kota Ambon
Provinsi Maluku. Jurnal Destinasi Pariwisata, 2(2), 1-12
Hаkim, L.2014. Enobotаni dаn Mаnаjemen Kebun – Pekаrаngаn Rumаh: Ketаhаnаn
Pаngаn, Kesehаtаn, dаn Аgrowisаtа. Mаlаng: Selаrаs
Hanurawan, F. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Penerbit: PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Hariyana, I. K dan Mahagangga, I. G. A. O. 2015. Persepsi Masyarakat terhadap
Pengembangan Kawasan Goa Peteng sebagai Daya Tarik Wisata di Desa
Jimbaran Kuta Selatan Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata, 3(1),
24-34.
Hattala, E. b. 2017. Peran Perempuan Penjual Ikan Segar Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Jovаnović, Sonjа et аl. 2015. Heаlth аnd Hygiene Importаnce for the Improvement of
Tourism Sector Competitiveness in Serbiааnd the South-Eаstern Europe
Countries. Procediа Economics аnd Finаnce Vol.19 pаge 373 – 382
Kadir, A., Awang, S., Purwanto, R. H dan Poedjirahajoe, E. 2012. Analisis Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Taman Nasional Bantimurung, Provinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. Vol. 19, No. 1:1-11
Keputusan Gubernur Maluku Nomor. 268 Tahun 2019 tentang Penetapan Upah
Minimum Provinsi Maluku Tahun 2020
68

Keputusаn Menteri Pаriwisаtа, Pos dаn Telekomunikаsi Nomor.5/UM.209/MPPT89


tentаng Pedomаn Penyelenggаrааn Sаptа Pesonа.
Khаlik, W. 2014. Kаjiаn Kenyаmаnаn dаn Keаmаnаn Wisаtаwаn di Kаwаsаn
Pаriwisаtа Kutа Lombok. JUMPА. 1(1), 23-42
Ladiyance, S., dan Yuliana, L. 2014. Variabel-variabel Yang Mempengaruhi
Kesediaan Membayar (Willingnes to Pay) Masyarakat Bidaracina Jatinegara
Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah Widya. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Vol. 2,
No. 2:41-47
Listyana, R dan Hartono, Y. 2015. Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap
Penanggalan Jawa dalam Penentuan Waktu Pernikahan (Studi Kasus Desa
Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Tahun 2013). Jurnal
Agastya, 5(1), 118-138
Nasrul, Q. 2010. Analisis Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata di Kota
Semarang dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Skripsi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Diponegoro
Nisa, K., Fauzi. H dan Abrani. 2014. Persepsi Wisatawan dan Masyarakat terhadap
Wisata Alam di Areal Hutan Pendidikan UNLAM Mandiangin, Kalimantan
Selatan. Jurnal Hutan Tropis, 2(2), 119-126
Parsons, W. 2011. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.
Penerbit: Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Pauwah, dkk. (2013). Persepsi dan Preferensi Pengunjung terhadap Kawasan Wisata
Pantai Malalayang. Jurnal sabua, 5(1).
Papilaya, R. L. 2014. “Model dan Strategi Pengelolaan Destinasi Pariwisata Bahari
Berbasis Masyarakat di Kota Ambon – Provinsi Maluku”. Tesis. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Doktor Manajemen Sumberdaya
Pantai, Universitas Diponegoro, Semarang.
Papilaya, R. L. 2015. Ekonomi dan Bisnis Pariwisata Bahari. Materi Kuliah. Program
Studi Agrobisnis Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ambon
Prasiasa, D. P. O. 2013. Destinasi Pariwisata Berbasis Masyarakat. Penerbit: Salemba
Humanika. Jakarta.
69

Priansa, D. J. 2017. Perilaku Konsumen dalam Persaingan Bisnis Kontemporer.


Penerbit : Alfabeta. Bandung.
Putri, S. A. T., Suastika, M & Samsudin. 2020. Penerapan konsep sapta pesona pada
pengembangan Taman Budaya Jawa Tengah sebagai destinasi wisata di
Surakarta. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur, 3(1), 210-219.
Rafi, Zeranita., Kasmita., dan Waryono. 2015. Penerapan Sapta Pesona di Objek
Wisata Benteng Fort de Kock Bukittinggi. Jurnal Ekonomi dan Pariwisata,
10, 1-15.
Rahim, F. 2012. Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Direktur Jendral Pengembangan
Destinasi Pariwisata Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Rakhmat, J. 2011. Psikologi Komunikasi. Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Ambon. 2018 –
202. Dinas Pariwisata Kota Ambon
Santika, I. G. P. N. A. 2015. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Umur
Terhadap Daya Tahan Umum (Kardiovaskuler) Mahasiswa Putra Semester II
Kelas Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Tahun
2014. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, Vol. 1, 42-47
Santoso, S. 2010. Psikologi Sosial . Penerbit: PT. Refika Aditama. Bandung.
Saputri, Y. & Dewi, R. K. 2016. Penerapan program sapta pesona pada objek wisata
Taman Panorama Bukittinggi. Jurnal Poli Bisnis, 8(2), 1-13
Sarwono, S. W. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta
Sirojuddin, M dan Suryasih, I. A. 2014. Persepsi Masyarakat Dusun Gerupuk
terhadap Pengembangan Pantai Gerupuksebagai Daya Tarik Wisata. Jurnal
Destinasi Pariwisata, 2(1), 102-113
Stаnford, D. 2016. Responsible Tourism, Responsible Tourist: Whаt Mаkes а
Responsible Tourist in New Zeаlаnd. Victoriа University of Wellington
Suartha, N dan Sudartha, I. G. G. P. 2017. Industri Pariwisata Bali. Penerbit: PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta
70

Sugiama, A. G. 2011. Ecotourism : Pengembangan Pariwisata Berbasis Konservasi


Alam. Penerbit: Guardaya Intimarta. Bandung.
Sugiama, A. G. 2013. Manajemen Aset Kepariwisataan Pelayanan Berkualitas agar
Wisatawan Puas dan Loyal. Penerbit: Guardaya Intimarta. Bandung.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Manajemen Pendekatan f, Kombinasi (Mixed
Methods), Penelitian Tindakan (Action Research) dan Peneltian Evaluasi.
Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Penerbit: Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2019. Statistika untuk Penelitian. Penerbit: Alfabeta. Bandung.
Suhardin. 2016. Pengaruh Perbedaan Jenis Kelamin dan Pengetahuan Tentang
Konsep Dasar Ekologi Terhadap Kepedulian Lingkungan: Studi Expost Facto
di SMA Negeri 7 Depok Tahun 2015. Jurnal Penelitian Pendidikan Agama
dan Keagamaan, 14(1), 122-123.
Sunaryo, B. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata. Penerbit: Gava
Media, Yogyakarta.
Suparyanto. 2014. Konsep Dasar Pendapatan Keluarga. http://dr-
suparyanto.blogspot.co.id/2014/03/konsep-dasarpendapatan-keluarga.html.
diakses pada tanggal 23 Juli 2020
Suwena, I. K dan Widyatmaja, I. G. N. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Udayana University Press. Bali.
Suwena, I. K. dan Widyatmaja, I. G. N. 2017. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Penerbit: Pustaka Larasan. Bali.
Suyadi. 2015. Pengaruh Program Sapta Pesona terhadap Peningkatan Pengunjung
Obyek Wisata Guci Tegal. Jurnal Utilitas, 1(2), 157-169
Undang Undang NO. 10/2009. Kepariwisataan. Presiden Republik Indonesia
Utama, I. G. B. R. 2018. Statistik Penelitian Bisnis dan Pariwisata (Dilengkapi Studi
Kasus Penelitian). Penerbit : ANDI. Yogyakarta.
Waluyo, J. E. 2013. Implementasi Sapta Pesona pada Usaha Pariwisata di Kota
Bandung. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
71

Yulianda, F., Susanto, H. A., Ardiwidjaja, R., dan Widjanarko, E. 2018. Buku
Panduan Kriteria Penetapan Zona Ekowisata Bahari. Penerbit : IPB Press.
Bogor.
Yuniarti, V. S. 2015. Perilaku Konsumen (Teori dan Praktik). Penerbit: Pustaka Setia.
Bandung.
72

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER
I. Umum :
a. Nama Enumerator : ……………………………………………………….……...
b. Hari/Tanggal Pendataan : …………………………………………………. 2020
c. Waktu Pendataan : …………………………………………………………….…
II. Khusus :
A. Deskripsi Responden
a) Nama : ………………………………………………………………………...
b) Umur : ………………………………………………………………………...
c) Pekerjaan : ………………………………………………………………………...
d) Pendidikan Formal : ………………………………………………………………..
e) Jabatan di Desa : …………………………………………………………………...
f) Pengalaman Bekerja di Desa : ……………………………………………………..
g) Nomor Kontak Bila Ingin Kembali Dikonfirmasi : ………………………………..
B. Sadar Wisata
 Pengelola
1. Tempat wisata ini apakah milik pribadi atau desa ? ……………………………….
2. Bila milik pribadi, keluarga/marga yang memiliki tempat wisata : ………………..
3. Sejak kapan lokasi ini dijadikan destinasi wisata : ………………………………...
4. Jenis Usaha ini berbentuk badan usaha seperti : (Perseroan ; CV : ………………..
5. Apakah lokasi ini sudah terdata oleh Dinas Pariwisata Kota Ambon ? …………...
6. Kesadaran berwisata dimulai dari Pengelola, apakah Bpk/Ibu/Sdr/I sudah pernah
mengikuti Pelatihan Sadar Wisata dan Sapta Pesona ? …. Sudah / Belum ….
7. Bila sudah, berapa kali Bpk/Ibu/Sdr/I mengikuti Pelatihan tersebut ? …………….
8. Bila Sudah bagaimana BPK/Ibu/Sdr/I menerapkan Aspek Sadar Wisata dan Sapta
Pesona di Lokasi ? …………………………………………………………………
9. Berapakah jumlah orang yang menjadi tenaga kerja di lokasi wisata ? …. Orang
73

10. Bagaimana dengan tugas pekerjaan yang masing-masing tenaga kerja lakukan ?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
11. Apakah tenaga kerja yang bekerja diberikan perintah dan diawasi setiap waktu
dalam bekerja ? …………………………………………………………………….
12. Berapakah jumlah masyarakat yang terlibat dan mendukung aktifitas wisata ? ….
orang
13. Bagaimana pekerjaan nasing-masing masyarakat tersebut :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
14. Bagaimana kesadaran masyarakat untuk menjaga lokasi wisata tetap asri ?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
15. Berapa tiket untuk masuk ke tempat wisata ? ………………………………...........
16. Apakah ada tempat tersedia untuk parkir motor/mobil ? …………………………..
17. Berapa harga parkir motor dan mobil ? …………………………………....………
 Jumlah Sarana dan Prasarana yang menunjang Pariwisata : (Tabel)
No. Sarana Prasarana Jumlah Kondisi
Sarpras
1. Tempat Sampah
2. Toilet
3. Tempat Bilasan
4. Shelter
5. Restoran/Rumah
Makan/Cafe
6. Tempat Foto
7. Tempat Parkir
74

C. Persepsi Masyarakat dan Wisatawan


No Unsur Indikator SS S RR KS TS
1 Aman Keamanan lingkungan di
Pantai Pintu Kota sudah baik
Aman Penggunaan fasilitas publik
sudah meminimalisir resiko
kecelakaan saat berwisata
Aman Kuliner yang ada sudah
dihidangkan baik oleh
pengelola maupun masyarakat
Aman Situasi dukungan masyarakat
negeri bersama dengan
pemerintah dan pengelola
objek wisata sudah terjalin
dengan baik
2 Tertib Saya sudah merasa nyaman
selama melakukan kunjungan
di Pantai Pintu Kota
Tertib Pelayanan yang diberikan oleh
pihak Pantai Pintu Kota sudah
ramah kepada wisatawan
Tertib Pengelola sudah tertib waktu
dalam mengontrol jam
operasional di Pantai Pintu
Kota
Tertib Pengondisian petugas pada
wisatawan sudah kondusif
3 Bersih Kebersihan di Pantai Pintu
Kota seperti toilet sudah terjaga
dengan baik
Bersih Pakaian dan penampilan
petugas Pantai Pintu Kota
sudah bersih dan wangi
Bersih Jumlah tempat sampah sudah
memadai dalam jumlah dan
kualiasnya dengan diletakkan
sesuai lokasi strategis
Bersih Sudah terdapat ruang untuk
merokok bagi
masyarakat/wisatawan
4 Sejuk Penghijauan di Pantai Pintu
Kota sudah dipelihara untuk
meningkatkan daya tarik
pengunjung
75

SejukTerasa sejuk saat berada di


Pantai Pintu Kota
Sejuk Pihak Pantai Pintu Kota sudah
melakukan penghijauan
5 Indah Tata letak pengaturan tempat di
Pantai Pintu Kota sudah sesuai
dan rapi
Indah Tanaman-tanaman di objek
wisata sudah terawat dengan
baik
Indah Terdapat banyak tempat atau
spot yang bagus untuk
didokumentasikan
Indah Pemandangan lokasi wisata
indah dan nyaman
6 Ramah Petugas sudah memberikan
informasi tentang Pantai Pintu
Kota secara sopan dan lengkap
Ramah Petugas Pantai Pintu Kota
selalu terlihat senyum dan
menunjukkan keramahtamahan
yang tulus kepada pengunjung
7 Kenangan Saya bersedia menyebarkan
informasi tentang Pantai Pintu
Kota kepada orang lain
Kenangan Sudah ada buah tangan yang
dibuat sendiri dari pengelola
untuk pengunjung
Kenangan Terdapat cinderamata yang
menjadi ciri khas dari lokasi
wisata, seperti baju dan lainnya
D. Implementasi Sapta Pesona di Lokasi Wisata :
1. Aman :
 Jumlah Security/Satpam yang menjaga di depan gerbang lokasi, berapa
orang ?
………………………………………….......................................................
 Keamanan dan keselamatan ketika berwisata, sudah ada fasilitasnya
seperti life jacket ; Perahu Semang ; Kamera CCTV, dll, apa saja yang
anda temui?
76

……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Apakah tempat beristirahat sudah dilengkapi dengan tempat menyimpan
barang bila sedang melaksanakan aktifitas berwisata ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Bersih :
 Apakah jumlah tempat sampah sudah memadai dalam jumlah dan
kualiasnya dengan diletakkan sesuai lokasi strategis adanya aktifitas
membuang sampah seperti toilet, restoran, kantor, dll, berapa banyak yang
anda temui di lokasi wisata?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Apakah ada papan himbauan, spanduk atau pamphlet yang mengajak
masyarakat dan wisatawan menjaga lingkungan destinasi wisata tetap
bersih dan lestari berapa banyak?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………
 Apakah ada ruang untuk merokok bagi masyarakat/wisatawan?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Tertib
 Berapa kategori tiket yang disediakan pengelola?
……………………………………………………………………………
 Apakah ada terdapat spanduk yang berisikan tentang tata tertib tentang
berwisata?
…………………………………………………………………………...…
 Apakah ada terdapat peraturan pada tempat wisata, jika ada berapa
banyak?
77

………………………...................................................................................
.......................................................................................................................
 Ada berapa banyak pegawai yang anda temui saat berada di lokasi wisata?
……………………………………………………………………………
4. Sejuk
 Apa yang pengunjung rasakan saat berada di tempat wisata?
………………………….…………………………………………………
 Bagaimana dengan suasana saat berada di tempat wisata?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Apa yang membuat tempat ini sejuk?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
5. Indah
 Adakah tempat atau spot yang bagus untuk didokumentasikan?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Apa yang menajdi daya tarik wisata tempat wisata ini?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Bagaimana pendapat anda tentang pemandangan yang ada di tempat
wisata?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
6. Ramah
 Apakah sikap masyarakat sekitar tempat wisata sudah baik?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Apakah sikap pengunjung lain/pegawai yang berada di tempat wisata ini
sudah baik?
78

……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Apakah anda merasa nyaman saat berada di tempat wisata ini ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Bagaimana cara pengelola/pegawai untuk memperlakukan wisatawan ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
7. Kenangan
 Adakah ada buah tangan yang dibuat sendiri dari pengelola untuk
pengunjung apa saja?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Bagaimana kesan anda terhadap tempat wisata ini ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Apakah merchandise yang dapat menjadi bukti/kenangan bahwa
wisatawan pernah berkunjung?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
 Pengalaman apa yang didapat setelah berkunjung di tempat ini?
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
79

Lampiran 2. Data Responden

2.1 Responden Masyarakat/Pengelola

RESP. UMUR PEKERJAAN TINGKAT PENDAPATAN JENIS


PENDIDIKAN KELAMIN
1 30 WIRAUSAHA S1 2.600.000,- L
2 25 PEDAGANG D3 1.000.000,- P
> Rp.
3 39 WIRASWASTA S1 5.000.000,- L
4 40 WIRASWASTA S1 2.000.000,- P
5 27 OJEK SMK 1.000.000,- L
6 28 PEDAGANG SMA Rp.2.000.000,- L
7 26 HONORER D3 2.000.000 P
8 34 PNS S1 Rp.4.000.000.- P
9 44 WIRASWASTA SMA Rp. 3.500.000,- L
2.2 Responden Wisatawan
RESP. UMUR PEKERJAAN TINGKAT PENDAPATAN
PENDIDIKAN
1 30 WIRASWASTA S1 Rp. 2.600.000,-
2 41 PEDAGANG SMA Rp. 1.660.000,-
3 23 HONORER D3 Rp. 1.600.000,-
4 25 PNS S1 4.000.000,-
5 24 WIRASWASTA S1 2.700.000
6 47 DOKTER S2 > 5.000.000.-
7 22 WIRAUSAHA SMA 1.000.000,-
PEGAWAI
8 34 SWASTA S1 2.600.000,-
9 37 PEDAGANG SMA 2.000.000,-
10 38 PERAWAT D3 Rp. 7.000.000,-
11 50 BUMN SMA > 5.000.000,-
12 47 BUMN S1 > 5.000.000,-
13 33 WIRASWASTA SMA 2.600.000,-
14 24 BUMN S1 3.000.000,-
15 25 WIRASWASTA SMA 3.000.000,--4.000.000,-
PEGAWAI
16 24 SWASTA SMA Rp. 2.700.000,-
17 42 POLRI SMA 4.000.000,-
18 27 PNS S1 Rp. 4.000.000,-
PEGAWAI
19 25 SWASTA S1 Rp. 2.700.000,-
80

20 28 TNI SMA Rp.4.000.000,-


21 25 WIRAUSAHA D3 Rp.3.000.000,-
22 27 WIRASWASTA S1 4.000.000,-
23 30 TNI SMA Rp. 4.000.000,-
24 29 PNS S1 4.000.000
25 35 PNS S1 5.000.000,-
RESP. KUNJUNGAN ASAL WISATAWAN JENIS KELAMIN

1 1X DOMESTIK (SURABAYA) L
2 5X LOKAL P
3 7X LOKAL L
4 8X LOKAL P
5 1X DOMESTIK (BANDUNG) L
6 1X DOMESTIK (BOGOR) L
7 5X LOKAL P
8 2X LOKAL P
9 3X DOMESTIK (PALU) P
10 6X LOKAL P
11 4X DOMESTIK (PALU) L
12 10X LOKAL P
13 6X LOKAL L
14 2X LOKAL P
15 5X LOKAL L
16 4X LOKAL L
17 5X LOKAL L
18 2X DOMESTIK (JAMBI) P
19 5X LOKAL L
20 5X LOKAL L
21 1X DOMESTIK (SURABAYA) P
22 10X LOKAL L
23 4X LOKAL L
24 1X DOMESTIK (JAKARTA) P
25 1X DOMESTIK (JAKARTA) P
81

Lampiran 3. Rekapitulasi Data Jawaban Responden


No. Aman (Y1) Tertib (Y2)
Rata2 Rata2
Resp Y1.1 Y1.2 Y1.3 X1.4 Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4
1 3 3 2 4 3.00 3 4 3 2 3.00
2 4 3 4 3 3.50 4 4 3 3 3.50
3 2 4 3 3 3.00 2 3 4 4 3.25
4 4 4 5 4 4.25 4 4 4 4 4.00
5 5 4 5 3 4.25 4 5 4 4 4.25
6 3 2 4 3 3.00 4 3 3 3 3.25
7 4 3 3 4 3.50 4 4 3 3 3.50
8 3 3 3 4 3.25 4 4 3 3 3.50
9 4 3 4 4 3.75 3 4 3 4 3.50
10 4 4 5 4 4.25 4 5 4 4 4.25
11 4 3 4 3 3.50 4 4 3 3 3.50
12 4 3 4 4 3.75 4 4 3 4 3.75
13 3 3 4 3 3.25 4 4 3 3 3.50
14 4 3 4 3 3.50 4 4 4 4 4.00
15 4 3 4 4 3.75 5 5 4 4 4.50
16 3 3 3 3 3.00 2 4 3 3 3.00
17 3 3 4 4 3.50 2 3 4 2 2.75
18 3 4 3 4 3.50 4 3 3 3 3.25
19 3 4 3 3 3.25 4 3 4 4 3.75
20 3 3 3 4 3.25 4 4 3 3 3.50
21 4 3 3 3 3.25 3 3 3 3 3.00
22 4 4 4 5 4.25 4 5 4 4 4.25
23 4 4 5 4 4.25 4 4 3 4 3.75
24 3 3 3 4 3.25 4 3 3 2 3.00
25 4 3 4 4 3.75 4 4 4 3 3.75
26 3 3 3 4 3.25 4 4 4 3 3.75
27 4 3 2 3 3.00 2 2 3 2 2.25
28 3 2 4 2 2.75 2 3 3 3 2.75
29 4 3 3 4 3.50 4 4 3 4 3.75
30 4 3 4 4 3.75 4 4 3 4 3.75
31 3 3 3 4 3.25 4 4 4 3 3.75
32 4 3 4 4 3.75 4 4 3 3 3.50
33 4 4 3 4 3.75 4 4 4 4 4.00
34 4 3 3 3 3.25 3 4 3 2 3.00
82

Rata2 3.59 3.21 3.59 3.62 3.62 3.82 3.38 3.26

No. Bersih (Y3) Sejuk (Y4)


Rata2 Rata2
Resp Y3.1 Y3.2 Y3.3 Y3.4 Y4.1 Y4.2 Y4.3
1 2 4 2 2 2.50 3 4 3 3.33
2 3 3 4 1 2.75 4 5 4 4.33
3 2 4 3 2 2.75 4 3 3 3.33
4 3 3 3 4 3.25 4 4 4 4.00
5 3 4 3 4 3.50 4 5 4 4.33
6 2 4 4 3 3.25 4 4 4 4.00
7 3 3 4 2 3.00 5 5 4 4.67
8 4 3 3 3 3.25 4 5 3 4.00
9 3 3 4 3 3.25 4 4 4 4.00
10 4 4 4 3 3.75 5 5 4 4.67
11 3 3 4 4 3.50 3 5 4 4.00
12 3 3 4 3 3.25 5 5 4 4.67
13 3 3 4 4 3.50 4 5 4 4.33
14 4 3 4 4 3.75 4 5 5 4.67
15 4 5 4 3 4.00 5 5 4 4.67
16 2 3 3 2 2.50 3 3 4 3.33
17 2 3 4 3 3.00 4 4 4 4.00
18 3 3 3 3 3.00 3 4 3 3.33
19 3 4 4 4 3.75 4 4 4 4.00
20 2 3 3 2 2.50 4 5 4 4.33
21 3 3 3 3 3.00 3 4 4 3.67
22 4 4 4 3 3.75 4 5 4 4.33
23 3 3 3 2 2.75 4 5 4 4.33
24 3 4 3 3 3.25 3 4 3 3.33
25 4 4 4 3 3.75 4 5 4 4.33
26 5 4 4 3 4.00 3 4 4 3.67
27 3 3 3 3 3.00 4 3 3 3.33
28 4 3 3 3 3.25 3 4 4 3.67
29 3 3 3 2 2.75 3 4 3 3.33
30 3 4 3 3 3.25 4 4 4 4.00
31 3 4 3 3 3.25 5 5 4 4.67
32 3 4 3 3 3.25 4 4 4 4.00
33 4 4 4 4 4.00 4 4 4 4.00
83

34 4 3 3 4 3.50 4 5 4 4.33
Rata2 3.15 3.47 3.44 2.97 3.88 4.38 3.82

No. Indah (Y5) Rata2 Ramah (Y6) Rata2


Resp Y5.1 Y5.2 Y5.3 Y5.4 Y6.1 Y6.2
1 3 3 4 4 3.50 4 2 3.00
2 4 4 4 5 4.25 3 4 3.50
3 3 4 5 4 4.00 2 4 3.00
4 4 4 4 4 4.00 4 4 4.00
5 4 5 5 5 4.75 5 5 5.00
6 2 4 5 4 3.75 4 3 3.50
7 4 4 5 5 4.50 4 4 4.00
8 3 4 5 5 4.25 3 3 3.00
9 3 4 4 4 3.75 4 4 4.00
10 4 4 5 5 4.50 5 5 5.00
11 4 3 5 5 4.25 4 4 4.00
12 4 4 5 5 4.50 5 4 4.50
13 3 4 4 4 3.75 3 3 3.00
14 4 4 5 5 4.50 4 4 4.00
15 5 4 4 4 4.25 4 5 4.50
16 4 3 3 3 3.25 4 3 3.50
17 4 3 5 5 4.25 4 4 4.00
18 3 3 4 4 3.50 3 4 3.50
19 4 4 4 4 4.00 3 3 3.00
20 4 4 4 4 4.00 3 4 3.50
21 3 3 4 4 3.50 3 3 3.00
22 4 4 5 5 4.50 4 4 4.00
23 4 4 4 5 4.25 4 4 4.00
24 3 3 4 3 3.25 4 4 4.00
25 4 4 5 5 4.50 4 4 4.00
26 3 4 4 4 3.75 4 3 3.50
27 3 3 5 4 3.75 4 3 3.50
28 3 3 4 3 3.25 3 4 3.50
29 4 4 5 4 4.25 4 3 3.50
30 4 4 4 4 4.00 4 4 4.00
31 3 4 5 5 4.25 4 4 4.00
32 4 4 4 4 4.00 4 4 4.00
84

33 4 4 4 4 4.00 4 4 4.00
34 3 4 5 4 4.00 4 4 4.00
Rata2 3.59 3.76 4.44 4.29 3.79 3.76

No. Kenangan (Y7) Implementasi Sapta Pesona (X)


Rata2 RATA2
Resp Y7.1 Y7.2 Y7.3 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 4 4 4 4.00 4 7 6 4 8 4 5 5.43
2 4 5 4 4.33 5 9 5 5 8 4 6 6.00
3 4 4 4 4.00 5 6 7 4 7 4 5 5.43
4 4 2 3 3.00 6 8 7 5 6 5 4 5.86
5 5 5 5 5.00 6 8 7 6 9 6 6 6.86
6 4 4 4 4.00 5 7 6 5 7 5 5 5.71
7 5 4 3 4.00 5 8 6 6 8 5 5 6.14
8 4 5 3 4.00 4 8 6 6 7 4 5 5.71
9 5 5 5 5.00 5 6 6 5 8 5 6 5.86
10 5 4 4 4.33 6 8 7 5 8 6 6 6.57
11 5 4 4 4.33 5 6 7 4 8 5 6 5.86
12 4 4 3 3.67 5 6 6 6 7 6 5 5.86
13 5 4 4 4.33 4 7 6 5 8 4 5 5.57
14 5 4 3 4.00 5 7 7 6 8 5 6 6.29
15 4 4 4 4.00 6 8 8 5 8 6 5 6.57
16 5 5 4 4.67 4 7 7 5 7 5 6 5.86
17 4 4 4 4.00 5 6 6 4 8 5 5 5.57
18 4 4 4 4.00 5 7 5 5 7 5 5 5.57
19 4 3 4 3.67 5 7 7 5 7 4 4 5.57
20 4 2 2 2.67 5 8 6 6 6 5 4 5.71
21 4 3 3 3.33 5 6 6 5 8 4 4 5.43
22 5 3 3 3.67 6 8 7 6 8 5 5 6.43
23 3 3 3 3.00 6 8 6 6 7 5 4 6.00
24 4 2 2 2.67 5 7 7 4 7 5 4 5.57
25 5 3 3 3.67 6 8 7 6 8 5 5 6.43
26 5 3 3 3.67 5 8 8 5 7 5 5 6.14
27 5 2 2 3.00 5 6 6 4 6 5 4 5.14
28 2 3 2 2.33 5 6 6 5 5 4 3 4.86
29 4 4 2 3.33 5 7 5 4 7 5 4 5.29
30 4 4 4 4.00 6 7 7 5 8 6 5 6.29
31 4 3 3 3.33 5 8 5 5 8 6 4 5.86
85

32 4 4 4 4.00 6 7 6 5 7 6 5 6.00
33 4 4 4 4.00 6 8 7 5 7 6 5 6.29
34 4 4 4 4.00 5 6 7 6 8 6 5 6.14
Rata2 4.26 3.68 3.44 5.18 7.18 6.41 5.09 7.38 5.03 4.88
86

Lampiran 4. Uji Validitas


Uji Validitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan
Pernyataan r hitung r tabel 5% (34) Keterangan
Aman
1. 0,693 0,338 Valid
2. 0,614 0,338 Valid
3. 0,726 0,338 Valid
4. 0,547 0,338 Valid
Tertib
1. 0,771 0,338 Valid
2. 0,810 0,338 Valid
3. 0,555 0,338 Valid
4. 0,783 0,338 Valid
Bersih
1. 0,781 0,338 Valid
2. 0,461 0,338 Valid
3. 0,645 0,338 Valid
4. 0,729 0,338 Valid
Sejuk
1. 0,802 0,338 Valid
2. 0,837 0,338 Valid
3 0,697 0,338 Valid
Indah
1. 0,566 0,338 Valid
2. 0,675 0,338 Valid
3. 0,663 0,338 Valid
4. 0,875 0,338 Valid
Ramah
1. 0,806 0,338 Valid
2. 0,815 0,338 Valid
Kenangan
1. 0,578 0,338 Valid
2. 0,857 0,338 Valid
3. 0,876 0,338 Valid
Sumber : Data Primer Diolah SPSS 24, 2020
87

Uji Validitas Implementasi Sapta Pesona


Pertanyaan r hitung r tabel 5% (34) Keterangan
1. 0,601 0,338 Valid
2. 0,567 0,338 Valid
3. 0,515 0,338 Valid
4. 0,546 0,338 Valid
5. 0,616 0,338 Valid
6. 0,631 0,338 Valid
7. 0,597 0,338 Valid
Sumber : Data Primer Diolah SPSS 24, 2020
88

Lampiran 5. Uji Reliabilitas


Uji Reliabilitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan dan Implentasi Sapta
Pesona
Item Cronbach Cronbach Keterangan
alpha alpha
Persepsi Masyarakat dan Wisatawan (Y)
Aman 0,719 0,60 Reliabel
Tertib 0,830 0,60 Reliabel
Bersih 0,743 0,60 Reliabel
Sejuk 0,838 0,60 Reliabel
Indah 0,787 0,60 Reliabel
Ramah 0,826 0,60 Reliabel
Kenangan 0,839 0,60 Reliabel
Implementasi Sapta Pesona (X) 0,751 0,60 Reliabel
Sumber: Data Primer Diolah SPSS 24, 2020
89

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Menggunakan SPSS 24


Uji Validitas Implementasi Sapta Pesona
Correlations
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X
X1 Pearson 1 0.33 ,342* 0.23 0.10 ,595** -0.019 ,601**
Correlation 1 6 1
Sig. (2- 0.05 0.048 0.17 0.57 0.000 0.917 0.000
tailed) 6 9 0
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X2 Pearson 0.331 1 0.068 ,415* 0.15 0.137 0.123 ,567**
Correlation 8
Sig. (2- 0.056 0.702 0.01 0.37 0.439 0.490 0.000
tailed) 5 2
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X3 Pearson ,342* 0.06 1 0.09 0.12 0.248 0.234 ,515**
Correlation 8 6 5
Sig. (2- 0.048 0.70 0.59 0.48 0.158 0.183 0.002
tailed) 2 0 0
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X4 Pearson 0.236 ,415* 0.096 1 0.14 0.232 0.130 ,546**
Correlation 9
Sig. (2- 0.179 0.01 0.590 0.40 0.187 0.463 0.001
tailed) 5 2
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X5 Pearson 0.101 0.15 0.125 0.14 1 0.239 ,652** ,616**
Correlation 8 9
Sig. (2- 0.570 0.37 0.480 0.40 0.174 0.000 0.000
tailed) 2 2
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X6 Pearson ,595** 0.13 0.248 0.23 0.23 1 0.226 ,631**
Correlation 7 2 9
Sig. (2- 0.000 0.43 0.158 0.18 0.17 0.198 0.000
tailed) 9 7 4
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X7 Pearson -0.019 0.12 0.234 0.13 ,652* 0.226 1 ,597**
*
Correlation 3 0
Sig. (2- 0.917 0.49 0.183 0.46 0.00 0.198 0.000
tailed) 0 3 0
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X Pearson ,601** ,567* ,515** ,546* ,616* ,631** ,597** 1
* * *
Correlation
Sig. (2- 0.000 0.00 0.002 0.00 0.00 0.000 0.000
tailed) 0 1 0
N 34 34 34 34 34 34 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
90

Uji Validitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan (Aman)


Correlations
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1
Y1.1 Pearson 1 0.174 ,460** 0.136 ,693**
Correlation
Sig. (2- 0.325 0.006 0.444 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y1.2 Pearson 0.174 1 0.207 ,343* ,614**
Correlation
Sig. (2- 0.325 0.240 0.047 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y1.3 Pearson ,460** 0.207 1 0.041 ,726**
Correlation
Sig. (2- 0.006 0.240 0.816 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y1.4 Pearson 0.136 ,343* 0.041 1 ,547**
Correlation
Sig. (2- 0.444 0.047 0.816 0.001
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y1 Pearson ,693** ,614** ,726** ,547** 1
Correlation
Sig. (2- 0.000 0.000 0.000 0.001
tailed)
N 34 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
91

Uji Validitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan (Tertib)


Correlations
Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2
Y2.1 Pearson 1 ,561** 0.155 ,408* ,771**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.001 0.380 0.017 0.000

N 34 34 34 34 34
Y2.2 Pearson ,561** 1 0.301 ,482** ,810**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.001 0.084 0.004 0.000

N 34 34 34 34 34
Y2.3 Pearson 0.155 0.301 1 ,395* ,555**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.380 0.084 0.021 0.001

N 34 34 34 34 34
Y2.4 Pearson ,408* ,482** ,395* 1 ,783**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.017 0.004 0.021 0.000

N 34 34 34 34 34
Y2 Pearson ,771** ,810** ,555** ,783** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.000 0.000 0.001 0.000

N 34 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
92

Uji Validitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan (Bersih)


Correlations
Y3.1 Y3.2 Y3.3 Y3.4 Y3
Y3.1 Pearson 1 0.191 ,408* ,384* ,781**
Correlation
Sig. (2- 0.278 0.017 0.025 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y3.2 Pearson 0.191 1 0.045 0.104 ,461**
Correlation
Sig. (2- 0.278 0.801 0.557 0.006
tailed)
N 34 34 34 34 34
*
Y3.3 Pearson ,408 0.045 1 0.317 ,645**
Correlation
Sig. (2- 0.017 0.801 0.068 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
*
Y3.4 Pearson ,384 0.104 0.317 1 ,729**
Correlation
Sig. (2- 0.025 0.557 0.068 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y3 Pearson ,781** ,461** ,645** ,729** 1
Correlation
Sig. (2- 0.000 0.006 0.000 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
93

Uji Validitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan (Sejuk)


Correlations
Y4.1 Y4.2 Y4.3 Y4
Y4.1 Pearson 1 ,474** ,340* ,802**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.005 0.049 0.000
N 34 34 34 34
Y4.2 Pearson ,474** 1 ,435* ,837**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.005 0.010 0.000
N 34 34 34 34
Y4.3 Pearson ,340* ,435* 1 ,697**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.049 0.010 0.000
N 34 34 34 34
Y4 Pearson ,802** ,837** ,697** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.000 0.000 0.000
N 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
94

Uji Validitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan (Indah)


Correlations
Y5.1 Y5.2 Y5.3 Y5.4 Y5
Y5.1 Pearson 1 0.272 -0.073 0.326 ,566**
Correlation
Sig. (2- 0.120 0.681 0.060 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y5.2 Pearson 0.272 1 0.276 ,423* ,675**
Correlation
Sig. (2- 0.120 0.115 0.013 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y5.3 Pearson -0.073 0.276 1 ,652** ,663**
Correlation
Sig. (2- 0.681 0.115 0.000 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
Y5.4 Pearson 0.326 ,423* ,652** 1 ,875**
Correlation
Sig. (2- 0.060 0.013 0.000 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
**
Y5 Pearson ,566 ,675** ,663** ,875** 1
Correlation
Sig. (2- 0.000 0.000 0.000 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji Validitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan (Ramah)


Correlations
Y6.1 Y6.2 Y6
Y6.1 Pearson Correlation 1 0.315 ,806**
Sig. (2-tailed) 0.070 0.000
N 34 34 34
Y6.2 Pearson Correlation 0.315 1 ,815**
Sig. (2-tailed) 0.070 0.000
N 34 34 34
Y6 Pearson Correlation ,806** ,815** 1
Sig. (2-tailed) 0.000 0.000
N 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
95

Uji Validitas Persepsi Masyarakat dan Wisatawan (Kenangan)


Correlations
Y7.1 Y7.2 Y7.3 Y7
Y7.1 Pearson 1 0.203 0.278 ,578**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.250 0.111 0.000
N 34 34 34 34
Y7.2 Pearson 0.203 1 ,706** ,857**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.250 0.000 0.000
N 34 34 34 34
Y7.3 Pearson 0.278 ,706** 1 ,876**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.111 0.000 0.000
N 34 34 34 34
Y7 Pearson ,578** ,857** ,876** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.000 0.000 0.000
N 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
96

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS 24

Implementasi Sapta Pesona (X) Persepsi Masyarakat dan Wisatawan


(Aman)

Reliability Statistics Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items Cronbach's Alpha N of Items


0.751 8 0.719 5

Persepsi Masyarakat dan Wisatawan Persepsi Masyarakat dan Wisatawan


(Tertib) (Bersih)
Reliability Statistics Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items Cronbach's Alpha N of Items


0.830 5 0.743 5

Persepsi Masyarakat dan Wisatawan Persepsi Masyarakat dan Wisatawan


(Sejuk) (Indah)
Reliability Statistics Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items Cronbach's Alpha N of Items


0.838 4 0.787 5

Persepsi Masyarakat dan Wisatawan Persepsi Masyarakat dan Wisatawan


(Ramah) (Kenangan)
Reliability Statistics Reliability Statistics
Cronbach's
Cronbach's Alpha N of Items Alpha N of Items
0.826 3 0.839 4
97

Lampiram 8. Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment


Uji Analisis Korelasi Parsial
Correlations
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y
X1 Pearson 1 0.331 ,342* 0.236 0.101 ,595** -0.019 ,598**
Correlation
Sig. (2- 0.056 0.048 0.179 0.570 0.000 0.917 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X2 Pearson 0.331 1 0.068 ,415* 0.158 0.137 0.123 ,435*
Correlation
Sig. (2- 0.056 0.702 0.015 0.372 0.439 0.490 0.010
tailed)
N 34 34 34 34 34 34 34 34
*
X3 Pearson ,342 0.068 1 0.096 0.125 0.248 0.234 ,358*
Correlation
Sig. (2- 0.048 0.702 0.590 0.480 0.158 0.183 0.038
tailed)
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X4 Pearson 0.236 ,415* 0.096 1 0.149 0.232 0.130 ,492**
Correlation
Sig. (2- 0.179 0.015 0.590 0.402 0.187 0.463 0.003
tailed)
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X5 Pearson 0.101 0.158 0.125 0.149 1 0.239 ,652** ,600**
Correlation
Sig. (2- 0.570 0.372 0.480 0.402 0.174 0.000 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X6 Pearson ,595** 0.137 0.248 0.232 0.239 1 0.226 ,614**
Correlation
Sig. (2- 0.000 0.439 0.158 0.187 0.174 0.198 0.000
tailed)
N 34 34 34 34 34 34 34 34
X7 Pearson -0.019 0.123 0.234 0.130 ,652** 0.226 1 ,561**
Correlation
Sig. (2- 0.917 0.490 0.183 0.463 0.000 0.198 0.001
tailed)
N 34 34 34 34 34 34 34 34
** * *
Y Pearson ,598 ,435 ,358 ,492** ,600** ,614** ,561** 1
Correlation
Sig. (2- 0.000 0.010 0.038 0.003 0.000 0.000 0.001
tailed)
N 34 34 34 34 34 34 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
98

Hasil Analisis Korelasi Simultan


Model Summary
Change Statistics

Std. Error R
R Adjusted of the Square Sig. F
Model R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change
1 ,915a 0.837 0.793 0.15693 0.837 19.037 7 26 0.000
a. Predictors: (Constant), X7, X1, X4, X3, X2, X6, X5
99

Lampiran 9. Kenangan

Mousepad Kipas Sendal


Rp. 39.000,- Rp. 15.000,- RP. 35.000,-
100

Lampiran. 10 Dokumentasi
101

Keadaan lokasi objek wisata Pantai Pintu Kota


102

Lampiran. 11 Surat Keterangan Selesai Penelitian


103

Anda mungkin juga menyukai