SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Kepada
JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan
Tinggi. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
ABSTRAK
Pantai Pintu Kota terletak di Dusun Airlouw, Negeri Nusaniwe. Objek wisata ini
cukup dikenal wisatawan, namun pada objek wisata Pantai Pintu Kota ini terdapat banyak
tebing dan tangga yang curam, masih terdapat sampah yang terlihat pada area yang sulit
dijangkau seperti tebing, pantai berkarang dan berombak. Persepsi masyarakat dan
wisatawan tentang implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota menjadi sangat penting
sebagai dasar pengembangan objek wisata Pantai Pintu Kota. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta pesona di
Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe dan menganalisis hubungan antara persepsi masyarakat
dan wisatawan terhadap implementasi sapta pesona di Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe.
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pengumpulan
data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan studi pustaka. Jumlah sampel
adalah 34 orang yakni 9 masyarakat dan 25 wisatawan. Analisis data meliputi persepsi
menggunakan skala Likert, hubungan persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap
implementasi sapta pesona dengan menggunakan analisis deskriptif dan korelasi Pearson
Product Moment.
Pengujian korelasi person dilakukan dengan menggunakan program SPSS 24. Dari
hasil pengolahan data dengan analisis korelasi Pearson Product Moment diperoleh hasil
bahwa terdapat hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi
sapta pesona. Uji korelasi diperoleh hasil terdapat hubungan yang kuat pada variabel indah
(0,600) dan ramah (0,614). Selanjutnya variabel aman (0,598), tertib (0,435), sejuk (0,492),
kenangan (0,561) memiliki hubungan yang sedang, dan bersih (0,385) memiliki hubungan
yang lemah. Uji Korelasi Simultan Seluruh Variabel Y Terhadap Variabel X yaitu sebesar
0,915.
Kata Kunci: Persepsi, Sapta Pesona, Analisis Korelasi Perason Product Moment.
vii
RIWAYAT PENDIDIKAN
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, berkat dan
tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
dengan baik.
Penelitian ini dalam penyelesaiannya, mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang turut serta memacu semangat penulis. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. rer. nat. Ir. A. S. Khouw, M. Phill selaku Dekan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura.
2. Ir. L. M. Soukotta, MP selaku Ketua Jurusan Agrobisnis Perikanan sekaligus
Pembimbing II yang telah memberikan arahan, masukan serta koreksi yang
membangun sehingga dapat terselesainya penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. R. L. Papilaya, MP selaku Sekretaris Jurusan Agrobisnis Perikanan
sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan arahan, masukan serta
koreksi yang membangun sehingga dapat terselesainya penulisan skripsi ini.
4. Dr. H. Nanlohy, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Agrobisnis Perikanan
untu segala bantuan dan pelayanan bagi penulis dalam penyelesaian studi.
5. Prof. Dr. Ir. J. Hiariey, M.Sc selaku Mentor sekaligus Penguji I yang telah
memberikan kritikan serta saran yang membangun demi penyempurnaan
penulisan skripsi ini.
6. E. G. Talakua, SP.i, M.Si selaku Penguji II yang telah memberikan kritikan
serta saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendukung penulis baik moril maupun
materil selama penulis mengikuti proses perkuliahan hingga menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan atas nasehat,
dukungan serta motivasi terutama ilmu yang diberikan kepada penulis selama
di bangku perkuliahan.
ix
Segala kebaikan yang diberikan kepada penulis, kiranya Allah SWT memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tiada hentinya bagi kita semua, AAMIIN.
x
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian
untuk Skripsi dengan judul : “Persepsi Masyarakat dan Wisatawan Terhadap
Implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota Dusun Airlouw” yang
merupakan lanjutan dari PKL sebelumnya. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat
bagi penulis untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Program Studi Agrobisnis Perikanan Universitas Pattimura.
Penulis merasa penting melakukan penelitian dengan menjadikan objek wisata
Pantai Pintu Kota sebagai lokasi penelitian, karena memiliki potensi pariwisata yang
cukup besar serta unsur-unsur sapta pesona yang telah diterapkan cukup baik. Untuk
itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan persepsi masyarakat dan
wisatawan terhadap implementasi sapta pesona agar ke depannya masyarakat dan
pengelola dapat bekerja sama dengan baik untuk mengembangkan objek wisata
Pantai Pintu Kota menjadi lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
berharap adanya kritik, saran yang membangun, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Hal
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………………...….. 4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………....……..………………... 4
1.4 Manfaat Penelitian …..……………………………….…………………….... 4
1.5 Hipotesis Penelitian ………………………………………………….…..….. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata Bahari ……………………………………………...............…… 5
2.2 Destinasi Wisata ………….……………………………………...........…… 6
2.2.1 Aspek 4A ……………………………………….………………… 7
2.3 Sadar Wisata dan Sapta Pesona …….………………………….…………… 8
2.3.1 Sadar Wisata …………………………………………….….....…. 8
2.3.2 Sapta Pesona ………………………………………….………….. 8
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
kurang tersedia cukup dana untuk melakukan perbaikan berbagai fasilitas agar
pendukung pariwisata menjadikannya terlihat lebih menarik bagi wisatawan lokal
maupun mancanegara.
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Ambon
Tahun Jumlah Wisatawan (Orang)
2012 16.312
2013 16.515
2014 16.317
2015 15.051
2016 13.827
2017 12.970
Sumber : BPS Kota Ambon, 2017
Hasil penelusuran informasi dari BPS Kota Ambon diketahui bahwa data
jumlah kunjungan wisata tersebut menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sebenarnya kondisi inilah yang menyebabkan pengelola berinisiatif untuk segera
melakukan perbaikan dan penambahan fasilitas-fasilitas yang diperlukan wisatawan
dengan maksud dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Pantai Pintu Kota
dianggap sebagai objek wisata yang unik dan menarik karena pada lokasi tersebut
terdapat sebuah batu besar yang menjorok ke laut Banda di mana bagian tengahnya
berlobang seperti sebuah pintu atau gapura. Pemandangan unik ini menjadikan lokasi
tersebut sangat indah apalagi dengan latar belakang laut Banda yang terlihat membiru
disertai hempasan ombak yang memecah pada dinding batu. Bagian dasar yang
berbentuk pintu tersebut bisa dicapai pada saat air laut surut. Wisatawan dapat
berjalan kaki di atas batu-batu karang hingga ke titik pintu kota tersebut.
Pemandangan inilah yang menjadi daya tarik utama objek wisata ini. Pemandangan
tebing karang terjal berbentuk gapura yang seakan siap menyambut tamu atau
wisatawan.
Pemerintah Kota Ambon telah membangun beberapa saung-saung kecil untuk
berjualan di sepanjang pantai. Dengan demikian wisatawan dapat duduk di sepanjang
pantai, terutama pada saat pasang, karena objek wisata tersebut tidak memungkinkan
wisatawan untuk duduk langsung di bibir pantai yang memang terdiri dari batu-batu
besar dan bukan pasir. Pengunjung dapat menaiki tangga yang tersedia untuk
3
mencapai puncak batu yang terjal tersebut sambil menikmati pemandangan laut yang
indah.
Biasanya jumlah wisatawan di Pantai Pintu Kota akan memuncak pada akhir
pekan dan pada hari-hari libur besar seperti Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal. Pada
akhir pekan, pengunjung bisa mencapai angka 500 orang yang berasal dari Kota
Ambon dan sekitarnya. (RIPPAR Kota Ambon, 2018). Melihat jumlah tersebut
ternyata wisatawan yang datang mengunjungi Pantai Pintu Kota cukup banyak dan
umumnya berasal dari Kota Ambon, luar Kota Ambon bahkan dari luar negeri yang
ingin melihat pantai yang menjadi salah satu ciri khas Kota Ambon. Kedatangan
wisatawan ke Pantai Pintu Kota terbanyak untuk berekreasi, menikmati keindahan
pantai ditambah dengan adanya bebatuan karang yang memiliki keunikan tersendiri
menjadi salah satu faktor utama yang mengundang wisatawan luar datang ke Pantai
Pintu Kota. Padahal masyarakat Kota Ambon sendiri kurang berminat karena untuk
sampai ke objek wisata Pantai Pintu Kota harus melalui akses jalan yang kurang baik
sehingga sulit ke tempat tersebut.
Persepsi dapat menjadi salah satu unsur kognisi yang akan menentukan
kepuasan berwisata. Kepuasan pengunjung terhadap daya tarik objek wisata ini
sangat dipengaruhi oleh kualitas layanan yang mereka peroleh di lokasi tersebut.
Effendi (2016), menyatakan bahwa persepsi merupakan sebuah proses dimana
individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris, guna memberikan
arti bagi lingkungan. Selanjutnya persepsi akan mengatur dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensoris individu guna memberikan arti bagi lingkungan. Sapta Pesona
merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan
daya saing pariwisata, implementasi sapta pesona secara tidak sadar sudah ada pada
objek wisata Pantai Pintu Kota, tetapi belum semua dari ketujuh unsur sapta pesona
diterapkan pada objek wisata tersebut. Persepsi masyarakat dan wisatawan tentang
implementasi Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota menjadi sangat penting sebagai dasar
pengembangan objek wisata tersebut karena dapat mendorong kesadaran masyarakat
untuk menjadi tuan rumah yang baik. Selain itu bila penerapan Sapta Pesona pada
4
objek wisata Pantai Pintu Kota dilakukan masyarakat setempat secara baik tentunya
wisatawan akan merasa aman dan nyaman di lokasi tersebut. Penerapan Sapta Pesona
akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke objek wisata Pantai
Pintu Kota sehingga posisi masyarakat sebagai penerima manfaat dari
berkembangnya objek wisata Pantai Pintu Kota akan meningkat. Hal ini menjadikan
penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Implementasi
Sapta Pesona di Pantai Pintu Kota Negeri Nusaniwe penting untuk dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pesonа didefinisikаn sebаgаi kondisi yаng hаrus diwujudkаn dаlаm rаngkа menаrik
minаt wisаtаwаn untuk berkunjung kesuаtu dаerаh аtаu wilаyаh di negаrа Indonesiа.
Sаptа Pesonа terdiri dаri tujuh unsur yаitu аmаn, tertib, bersih, sejuk, indаh, rаmаh,
dаn kenаngаn. Sehubungаn dengаn meningkаtnyа kinerjа pembаngunаn pаriwisаtа,
mаkа Progrаm Sаptа Pesonа kemudiаn disempurnаkаn dаn menjаdi jаbаrаn konsep
Sаdаr Wisаtа sebаgаimаnа tertulis dаlаm Pedomаn Kelompok Sаdаr Wisаtа (Rahim,
2012).
Menurut Rafi dkk (2015), sapta Pesona adalah suatu kondisi yang diwujudkan
dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah
tertentu di Negara Indonesia meliputi unsur-unsur diantaranya aman, tertib, bersih,
sejuk, indah, ramah, dan kenangan.Sapta Pesona merupakan jabaran konsep Sadar
Wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah
dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu
mendorong tumbuh dan berkembangnya indusrti pariwisata melalui perwujudan tujuh
unsur dalam Sapta Pesona tersebut (Darmawan, 2013).
1. Аmаn
Menurut Rahim (2012), aman merupakan suаtu kondisi lingkungаn di
destinаsi pаriwisаtа yаng memberikаn rаsа tenаng, bebаs dаri rаsа tаkut dаn
kecemаsаn bаgi wisаtаwаn. Khаlik (2014), bаhwа sikаp tidаk menggаgu wisаtаwаn
yаng ditunjukаn mаsyаrаkаt lokаl sebаgаi tuаn rumаh dаpаt menjаdi fаktor yаng
mempengаruhi kenyаmаnаn dаn keаmаnаn wisаtаwаn dаlаm berkunjung.
2. Tertib
Menurut Stаnford (2016), sikаp tertib mengаrаh pаdа perilаku pаriwisаtа yаng
beretikа dаn bertаnggung jаwаb bаik dаri sisi wisаtаwаn mаupun
pengelolа.Tаnggung jаwаb yаng dimаksud аdаlаh tаnggung jаwаb untuk memаtuhi
perаturаn yаng berlаku, untuk tidаk dengаn sengаjа menyinggung keyаkinаn
keаgаmааn lokаl аtаu normа-normа budаyа perilаku mаsyаrаkаt sekitаr, dаn untuk
tidаk dengаn sengаjа merugikаn lingkungаn lokаl secаrа fisik. Tetrib merupakan
suаtu kondisi lingkungаn dаn pelаyаnаn di destinаsi pаriwisаtа yаng mencerminkаn
10
sikаp disiplin yаng tinggi sertа kuаlitаs fisik dаn lаyаnаn yаng konsisten dаn terаtur
sertа efisien (Rahim, 2012).
3. Bersih
Menurut Cooper (Jovаnovic dkk, 2015), kesehаtаn dаn kebersihаn sаngаt
penting untuk dаyа sаing sektor perjаlаnаn dаn pаriwisаtа. Keаdааn lingkungаn
sekitаr kаwаsаn wisаtа hаrus terjаgа dengаn tidаk membuаng sаmpаh sembаrаngаn
dаn menjаgа kebersihаn pаdа fаsilitаs umum kаrenа jikаdipаndаng dаri sudut
pаndаng kesehаtаn lingkungаn, membuаng sаmpаh sembаrаngаn dаpаt menyebаbkаn
penyаkitdаn dаpаt merusаk ekosistem yаng аdа di sekitаr sertа dаpаt mempengаruhi
kenyаmаnаn wisаtаwаn dаlаm melаkukаn kunjungаn (Khalik, 2014). Suаtu kondisi
lingkungаn sertа kuаlitаs produk dаn pelаyаnаn di destinаsi pаriwisаtа yаng
mencerminkаn keаdааn yаng sehаt/higienis (Rahim, 2012)
4. Sejuk
Menurut Rahim (2012), suаtu kondisi lingkungаn di destinаsi pаriwisаtа yаng
mencerminkаn keаdааn yаng sejuk dаn teduh yаng аkаn memberikаn perаsааn
nyаmаn dаn “betаh” bаgi wisаtаwаn.
5. Indаh
Mаnusiа pаdа hаkikаtnyа selаlu membutuhkаn keindаhаn dаri hаrmonisаsi
keаnekаrаgаmаn hаyаti untuk ketenаngаn jiwа, kesenаngаn dаn kedаmаiаn dаlаm
diri mаsing-mаsing (Hakim, 2014). Suаtu kondisi lingkungаn di destinаsi pаriwisаtа
yаng mencerminkаn keаdааn yаng indаh dаn menаrik yаng аkаn memberikаn rаsа
kаgum dаn kesаn yаng mendаlаm bаgi wisаtаwаn (Rahim, 2012).
6. Rаmаh
Menurut Rahim (2012), suаtu kondisi lingkungаn yаng bersumber dаri sikаp
mаsyаrаkаt di destinаsi pаriwisаtа yаng mencerminkаn suаsаnа yаng аkrаb, terbukа
dаn penerimааn yаng tinggi kepаdа wisаtаwаn.
7. Kenаngаn
Suаtu bentuk pengаlаmаn yаng berkesаn di destinаsi pаriwisаtа yаng аkаn
memberikаn rаsа senаng dаn kenаngаn indаh yаng membekаs bаgi wisаtаwаn
(Rahim, 2012).
11
lain-lain) serta yang berasal dari dalam diri individu, seperti harapan, kebutuhan, dan
pengalaman. Proses terjadinya persepsi meliputi berikut ini:
a) Proses fisis, objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra.
b) Proses fisiologis, stimulus yang diterima alat indra dilanjutkan oleh saraf
sensoris ke otak
c) Proses psikologis, terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari
yang ia terima dengan alat indra sebagai akibat dari stimulus yang diterima.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Sarwono (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
a) Perhatian, biasanya tidak menagkap seluruh rangsang yang ada disekitar
kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek
saja. Perbedaan fokus perhatian antara satu dengan orang lain akan
menyebabkan perbedaan persepsi.
b) Kesiapan mental seseorang terhadap rangsangan yang akan timbul.
c) Kebutuhan merupakan kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri
individu akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang
berbeda akan menyebabkan persepsi bagi tiap individu.
d) Sistem nilai, yaitu sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat
juga berpengaruh pula terhadap persepsi.
e) Tipe kepribadian, yaitu dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh
individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Sehubungan dengan
itu maka proses terbebtuknya persepsi dipengaruhi oleh diri seseorang
persepsi antara satu orang dengan yang lain itu berbeda atau juga antara
satu kelompok dengan kelompok lain.
Hanurawan (2010), mengemukakan bahwa beberapa faktor utama yang
memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial seseorang dan faktor-faktor
itu adalah faktor penerima (the perceiver), situasi (the situation), dan objek sasaran
(the taget).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi, dapat dibagi sebagai
berikut:
13
1 Faktor-faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lain termasuk apa yang disebut sebagai faktor personal. Krech
dan Crutchfield dikutip Rakhmat (2011), merumuskan dalil persepsi
bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek
yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya objek-objek yang
memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2 Faktor-faktor Struktural
Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi berasal dari luar
individu, seperti lingkungan, budaya, hukum yang berlaku, nilai-nilai
dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam
menyampaikan persepsi mereka.
2.4.4 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia
dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya (Priansa, 2017).
Pemahaman terhadap persepsi dan proses persepsi sangat penting diketahui oleh
pengelola dalam upaya untuk membangun persepsi yang positif, baik berupa barang
maupun jasa. Jika konsumen atau wisatawan mampu mempersepsikan bahwa produk
maupun jasa memiliki keunggulan yang unik dibandingkan dengan yang lain dan
keunggulan tersebut berarti bagi konsumen, maka konsumen akan memilih produk
tersebut.
Menurut Fahmi (2016), persepsi adalah reaksi yang timbul dari suatu
rangsangan terhadap suatu objek, yang lebih jauh bereaksi pada keputusan. Setiap
persepsi yang dimiliki oleh setiap orang bisa menjadi sangat subjektif dan itu
dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Kondisi dan situasi dimana seseorang berada
membentuk dan mempengaruhi pola piker yang dimiliki oleh orang tersebut yang
selanjutnya ikut mempengaruhi penilaian dirinya dalam melihat setiap produk.
Menurut Rakhmat (2011), pengertian persepsi adalah proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh seorang individu berdasarkan pengalaman tentang objek,
peristiwa serta hubungan-hubungannya yang diperoleh dengan jalan menyimpulkan
14
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah
ilmiah “saling berinteraksi”.
Menurut Papilaya (2014), salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi
peran serta masyarakat terhadap wisata bahari adalah persepsi mereka sendiri tentang
objek wisata tersebut. Individu-indivivu dalam masyarakat mengambil keputusan
atau membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih tentang objek wisata bahari, dan
bagaimana kualitas pilihan terakhir mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi
mereka sendiri.
2.5 Wisatawan
Menurut UUD Republik Indonesia No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,
wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut pengertian tersebut,
semua orang yang melakukan wisata, menurut pengertian tersebut, semua orang yang
melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Adapun tujuan yang penting
perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak mencari nafkah ditempat yang
dikunjungi.
Menurut Yoeti dikutip Hariyana dan Mahagangga (2015), menyatakan bahwa:
“Wisatawan adalah seseorang yang memasuki negeri asing dengan maksud dan
tujuan apapun, asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha teratur
melintasi batasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjunginya, uang
diperolehnya bukan dinegeri tersebut tetapi dinegeri lain. Dalam atau untuk usaha-
usaha teratur melintasi batasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang
16
dikunjunginya, uang diperolehnya bukan dinegeri tersebut tetapi dinegeri lain. Dalam
bahsa inggris wisatawan disebut tourist”.
Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan
beristirahat/berlibur, berbisnis, atau untuk perjalanan lainnya seperti berobat,
kunjungan keagamaan dan untuk perjalanan studi. Dengan mengadakan perjalanan
dan meninggalkan tempat tinggal dalam waktu sementara, seseorang dapat dikatakan
sebagai wisatawan. Selain itu, dalam perjalanan seorang wisatawan memiliki tujuan,
seperti beristirahat, berbisnis atau tujuan lainnya dalam berwisata (Sugiama, 2013).
Menurut Suartha dan Sudartha (2017), wisatawan adalah orang atau individu dalam
kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia dalam menikmati,
mengapresisasi, dan menghayati nilai-nilai kehidupan serta fenomena alam.
Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area yaitu sebagai berikut :
a) Daerah Asal Wisatawan (DAW). Daerah tempat asal wisatawan berada
tempat asal muasal dia melakukan aktivitas keseharian seperti: bekerja,
belajar, maupun pemenuhan kebutuhan lainnya.
b) Daerah Transit (DT). Merupakan daerah yang menjadi persinggahan atau
antara daerah asal wisatawan menuju daerah tujuan wisata.
c) Daerah Tujuan Wisata (DTW). Merupakan sebagai tempat akhir kegiatan
berpariwisata. Di daerah tujuan wisata menawarkan memberikan hal-hal
yang dibutuhkan oleh wisatawan. Seperti misalnya kebutuhan Estetika,
Kebutuhan Biologi, dan Psikologis serta kepuasan-kepuasan yang menjadi
tujuan wisatawan.
Oleh para pakar pariwisata dan organisasi internasional untuk kepentingan
tertentu, pengertian tourist ini diberi persyaratan seperti:
1. Perjalanan dilakukan secara sukarela
2. Perjalanan ditempat lain keluar wilayah/daerah/Negara tempat tinggalnya
3. Tidak untuk mencarai nafkah
4. Tujuannya semata-mata untuk liburan, kesehatan, belajar, keagamaan,
olahraga, kunjungan usaha, mengunjungi keluarga, tugas dan mengadiri
pertemuan
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Total 25 100
Dalam penelitian ini akan ditentukan skor tertinggi jawaban pertanyaan yang
diajukan kepada masyarakat adalah sebesar 5, sedangkan untuk skor jawaban
terendahnya adalah 1. Sedangkan jawaban diantara kedua skala tersebut disesuaikan
dengan jumlah jawaban yang ada. Untuk skala pertanyaan 5, jawaban yang sangat
setuju diberi nilai 5, setuju diberi nilai 4, netral diberi nilai 3, kurang setuju diberi
nilai 2 dan tidak setuju diberi nilai 1.
Tabel 4. Skala Sikap Masyarakat
Skala Sikap Masyarakat
No
Sikap Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Kurang Setuju 2
5 Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono (2018)
3.5.1 Skoring
Penilaian persepsi masyarakat dan wisatawan penelitian ini digunakan teknik
skoring. Teknik ini digunakan untuk mengetahui perolehan skor yang tertinggi dari
skor tertinggi dan skor terendah yang nantinya akan dianalisis dan diklasifikasi ke
dalam kategori skor. Teknik skoring ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Penilaian terhadap parameter atau indikator dari variabel penelitian
yang sudah ditentukan.
b) Scoring yaitu memberikan nilai relatif skor 1 sampai 2 untuk kriteria
yang ditentukan dari indikator setiap variabel. Skor 1 merupakan skor
terendah, skor 2 merupakan skor tinggi. Pemberian skor ini dilakukan untuk
mengetahui perolehan skor terendah dan tertinggi.
c) Menjumlah skor ideal total pada setiap penelitian parameter dari
variabel penelitian.
d) Total skor dari jumlah parameter dari variabel yang diukur untuk
menentukan besarnya persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap sapta
pesona.
23
Keterangan:
total skor tertinggi, skor ini diperoleh dari jumlah skor tinggi yaitu 2 dikalikan
dengan jumlah indikator dari setiap variabel.
b = total skor terendah, skor ini diperoleh dari jumlah skor terendah yaitu 1 dikalikan
dengan jumlah indikator dari setiap sampel
u = jumlah kelas, merupakan jumlah kriteria yang digunakan untuk setiap indikator
dalam variabel.
Setelah diskor maka hasil dari penelitian akan dijadikan ke dalam bentuk
presentasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
= Presentase yang diperoleh
N = Jumlah jawaban responden
N = Jumlah responden
100 = Konstanta
3.5.2 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah (Arikunto, 2010). Rumus Korelasi yang dapat digunakan adalah yang
dikemukakan oleh Perason, yang dikenal dengan rumus product moment sebagai
berikut :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
24
Keterangan:
= koefisien korelasi
n = jumlah responden uji coba
X = skor tiap item
Y = skor seluruh item responden uji coba
Utama (2018), juga menjelaskan bahwa, suatu skala pengukuran dikatakan
valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk kasus validitas dengan program SPSS, suatu kuesioner dikatakan valid (sah)
apabila pertanyaan pada suatu kuesioner dianalisis menggunakan koefisien korelasi
Product Moment Pearson.
3.5.3 Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil
skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi
pengukuran dan hasilnya (Utama, 2018). Pengujian reliabilitas instrumen pada kasus
penelitian ini menggunakan uji Cronbach Alpha dengan software SPSS. Suatu
instrumen dikatakan reliabel apabila Cronbach Alpha di atas 0,6.
3.5.4 Analisis Korelasi Parsial Pearson Product Momen
Analisis korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan
hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval dan ratio,
dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama (Sugiyono, 2019)..
Perumusan analisis korelasi ini disebut Pearson Product Moment dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
Keterangan:
= koefisien korelasi
n = jumlah responden uji coba
X = skor tiap item
Y = skor seluruh item responden uji coba
25
Untuk mempermudah analisis data akan dugunakan software IBM SPSS 24.0
Berikut merupakan gambaran hubungan antara persepsi masyarakat dan wisatawan
terhadap implementasi sapta pesona :
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara variabel dab variabel bersama-sama
dengan Y
= Koefisien korelasi terhadap Y
= Koefisien korelasi terhadap Y
14. Sejuk : kondisi lingkungan yang mencerminkan keadaan sejuk dan teduh di
objek wisata Pantai Pintu Kota.
15. Indah : kondisi lingkungan yang mencerminkan keadaan indah dan menarik
wisatawan di objek wisata Pantai Pintu Kota
16. Ramah : kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap petugas maupun
masyarakat sekitar yang berada di objek wisata Pantai Pintu Kota.
17. Kenangan : bentuk pengalaman berkesan wisatawan di objek wisata Pantai
Pintu Kota, contohnya ; makanan dan minuman khas daerah dengan penyajian
yang baik dan menarik, cinderamata yang menarik, unik, mudah dibawa
dengan harga terjangkau.
18. Pantai Pintu Kota : merupakan salah satu destinasi wisata di kecamatan
Nusaniwe yang cukup menjadi primadona wisatawan kunjungi saat berlibur
maupun traveling ke Maluku. Pantai ini terletak sekitar 20 km dari Kota
Ambon. Wisata pantai yang terletak di Dusun Airlouw ini terkenal karena
terdapat sebuah tebing karang yang berbentuk pintu akibat terkikis oleh
deburan ombak selama bertahun-tahun sehingga menyebabkan tebing
berlubang dan membentuk seperti lorong.
PANTAI PINTU
KOTA
Analisis Data
Kualitatif Kuantitatif
Skala Likert Frekuensi Kumulatif Uji Validitas Uji Reliabilitas Analisis Korelasi
Pearson Product
Moment
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan umum lokasi penelitian ini meliputi letak geografi, topografi dan
keadaan penduduk yang ada pada Negeri Nusaniwe karena Dusun Airlouw termasuk
pada Negeri Nusaniwe. Keadaan penduduk itu sendiri terdiri atas : jumlah penduduk,
pendidikan dan agama.
di Perguruan Tinggi hanya 157 jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk yaitu 3.384
jiwa.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Perempuan 4 44,00
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan pada Tabel 10, diketahui responden masyarakat yang berjenis
kelamin laki-laki ada 5 orang dengan persentase sebesar 56 %, sedangkan yang
berjenis kelamin perempuan ada 4 orang dengan persentase sebesar 44 %.
37
5.1.2 Umur
Umur adalah suatu karakteristik dari tiap individu dalam hal ini sebagai
manusia yang tumbuh hidup dan besarnya dapat mempengaruhi keberadaan fungsi
biologisnya manusia (Soedomo dikutip Hattala, 2017).
Menurut Ilfa (2010) dikutip Santika (2015, umur adalah rentang kehidupan
yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 – 40 tahun,
dewasa madya adalah 41 – 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun (Ilfa, 2010 dikutip
Santika, 2015).
Tabel 12. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Umur
Persentase
No. Kriteria Umur Jumlah Responden (Orang) (%)
1. 18 - 40 8 89,00
2. 41- 60 1 11,00
3. > 60 - -
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan karakteristik umur responden masyarakat pada Tabel 12,
diketahui bahwa tingkat umur responden yang memiliki umur antara 18 sampai 40
tahun sebanyak 8 orang dengan persentase 89 % dan responden yang memiliki umur
antara 41-60 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 11 %. Dari hasil penelitian
tersebut yang berhubungan dengan umur responden masyarakat antara 18 hingga 60
38
tahun merupakan umur dimana manusia masih mampu berpikir dengan baik dan
melakukan berbagai aktivitas yang produktif.
Tabel 13. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Umur
5.1.3 Pendidikan
Menurut Ladiyance dan Yuliana (2014), tingkat pendidikan formal
mempunyai peran penting dalam membentuk pola piker masyarakat dalam bertindak.
Pada penelitian ini terdapat 5 (lima) tingkatan pendidikan responden masyarakat dan
wisatawan yaitu, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), Diploma dan Perguruan Tinggi. Berikut dapat dilihat di
dalam tabel :
Tabel 14. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Pendidikan
5.1.4 Pekerjaan
Pekerjaan suatu masyarakat menjadi suatu ukuran pendapatannya. Apabila
pekerjaannya baik maka akan memungkinkan tingkat pendapatan yang diperoleh
masyarakat akan baik, sebaliknya pekerjaan kurang baik maka akan mengakibatkan
tingkat pendapatan yang diperoleh lebih sedikit (Kadir dkk, 2012). Jenis pekerjaan
responden pada penelitian ini dapat dilihat pata Tabel 16 dan Tabel 17.
40
5.1.5 Pendapatan
Menurut Suparyanto (2014), jumlah pendapatan yang diterima oleh para
anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor
produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produksi nasional.
Dalam penelitian ini kriteria Upah Minimum Regional (UMR) yang digunakan
adalah Upah Minimum Provinsi Maluku Tahun 2020 menurut Keputusan Gubernur
Maluku Nomor. 268 Tahun 2019 sebesar Rp. 2.604.961,- (dua juta enam ratus empat
ribu sembilan ratus enam puluh satu rupiah). Pendapatan responden masyarakat dan
wisatawan dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 18. Karakteristik Responden Masyarakat Berdasarkan Pendapatan
No. Uraian Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1. ≥ UMR 2020 4 44,00
2. < UMR 2020 5 56,00
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Berdasarkan Tabel 18, dapat dikatuhi bahwa pendapatan responden
masyarakat pada tingkatan lebih atau sama dengan UMR sebanyak 4 orang dengan
persentase 44 % dan pendapatan responden masyarakat pada tingkatan kurang dari
UMR sebanyak 5 orang dengan persentase 56 %. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendapatan responden masyarakat dalam penelitian ini
berasal dari berbagai kalangan, baik dari kalangan yang berpendapatan rendah
maupun tinggi.
Tabel 19. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendapatan
No. Uraian Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
1. ≥ UMR 2020 21 84,00
2. < UMR 2020 4 16,00
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Tabel 19, menunjukkan bahwa sebagian besar responden wisatawan atau
sebesar memiliki pendapatan diatas atau sama dengan UMR sebanyak 21 orang
dengan persentase 84 % dan wisatawan yang memiliki pendapatan dibawah UMR
sebanyak 4 orang dengan persentase 16 %. Berdasarkan hasil tersebut, maka
42
bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan akan sadar wisata itu sendiri dan
untuk mengambangkan lokasi yang dikelolanya.
Masyarakat yang ada di Negeri Nusaniwe menjadi salah satu juga yang
berperan penting dalam partisipasinya sebagai tuan rumah yang ramah untuk
memajukan atau mendukung lokasi wisata yang ada di daerah mereka, dengan sikap
ramah yang ditujukan kepada wisatawan dan juga dapat menjaga keamanan
lingkungan di sekitar lokasi wisata.
Sikap sadar wisata yang dilakukan wisatawan yang ada di Pantai Pintu Kota
ini dengan menjaga dan tidak merusak fasilitas yanag ada di lokasi wisata, dan juga
saling menghargai sesama wisatawan yang berkunjung. Sadar wisata juga
ditunjukkan wisatawan dengan menjaga keamanan lingkungan di sekitar lokasi wisata
dengan tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan wisatawan yang lain.
Tabel 22. Sarana dan Prasarana yang Menunjang Pariwisata
No. Sarana Prsarana Jumlah (Unit) Kondisi Sarpras
1. Tempat Sampah 5 Baik
2. Toilet 2 Baik
3. Tempat Bilasan 2 Baik
4. Shelter 7 Baik
5. Restotan/Rumah Makan/Cafe 3 Baik
6. Tempat Foto >2 Banyak
7. Tempat Parkir 1 Baik
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Pada tabel 22 diatas merupakan Sarana dan Prasarana yang terdapat pada
lokasi wisata Pantai Pintu Kota sebagai penunjang pariwisata antara lain, terdapat 5
unit tempat sampah, 2 unit toilet, 2 unit tempat bilasan, 7 unit shelter, 3 unit
restotan/rumah makan/cafe/, 1 lahan parkir yang bebas dimana saja untuk memarkir
kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Pada tempat foto atau lokasi
foto yang berada pada lokasi wisata Pantai Pintu Kota ini terdapat banyak sekali
tempat atau spot yang bisa dijadikan tempat berfoto yang dapat didokumentasikan
wisatawan.
45
didokumentasikan
Pemandangan lokasi wisata indah dan nyaman 4
Ramah
Petugas sudah memberikan informasi tentang Pantai Pintu Kota 4
secara sopan dan lengkap
Petugas Pantai Pintu Kota selalu terlihat senyum dan menunjukkan 4
keramahtamahan yang tulus kepada pengunjung
Kenangan
Saya bersedia menyebarkan informasi tentang Pantai Pintu Kota 4
kepada orang lain
Sudah ada buah tangan yang dibuat sendiri dari pengelola untuk 4
pengunjung
Terdapat cinderamata yang menjadi ciri khas dari lokasi wisata, 3
seperti baju dan lainnya
Sumber : Data Primer Diolah, 2020
Melihat data yang diperoleh dari hasil di atas dapat dilihat bahwa masih
banyak masyarakat dan wisatawan berpendapat bahwa manajemen Pantai Pintu Kota
masih perlu dikembangkan lagi. Berikut ini akan dijabarkan hasil kuesioner dari
responden masyarakat dan wisatawan terhadap variabel sapta pesona di Pantai Pintu
Kota.
1. Aman (Y1)
Hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata tertinggi dari
pernyataan variabel aman adalah pernyataan nomor 1, 3 dan 4 dengan nilai 4 yang
artinya responden yang diteliti setuju dengan keamanan lingkungan di Pantai Pintu
Kota sudah baik, penggunaan fasilitas publik sudah meminimalisir resiko kecelakaan
saat berwisata dan situasi dukungan masyarakat negeri bersama dengan pemerintah
dan pengelola objek wisata sudah terjalin dengan baik. Rata-rata terendah dari
pernyataan variabel aman adalah pernyataan nomor 2 dengan nilai 3 yang artinya
responden yang diteliti netral dengan penggunaan fasilitas publik sudah
meminimalisir resiko kecelakaan saat berwisata.
2. Tertib (Y2)
Hasil dari Tabel 17. untuk varibel tertib menunjukkan bahwa skor rata-rata
tertinggi adalah pernyataan nomor 1 dan 2 dengan nilai 4 yang artinya responden
yang diteliti setuju dengan sudah merasa nyaman selama melakukan kunjunan di
Pantai Pintu Kota dan pelayanan yang diberikan oleh pihak Pantai Pintu Kota sudah
47
ramah kepada wisatawan. Rata-rata terendah dari pernyataan variabel tertib adalah
pernyataan nomor 3 dan 4 yang artinya responden yang diteliti netral dengan
pengelola sudah tertib waktu dalam mengontrol jam operasional di Pantai Pintu Kota
dan pengondisian petugas pada wisatawan sudah kondusi. Menurut Evalianti dan
Heldayani (2018), pengelolaan objek wisata yang tertib dapat menimbulkan kepuasan
wisatawan.
3. Bersih (Y3)
Berdasarkan hasil dari tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata untuk
variabel bersih adalah pernyataan nomor 1, 2, 3 dan 4 yang artinya responden yang
diteliti netral dengan kebersihan di Pantai Pintu Kota seperti toilet sudah terjaga
dengan baik, pakaian dan penampilan petugas Pantai Pintu Kota sudah bersih dan
wangi, jumlah tempat sampah sudah memadai dalam jumlah dan kualitasnya dengan
diletakkan sesuai lokasi strategis dan sudah terdapat ruang untuk merokok bagi
masyarakat/wisatawan. Penelitian Saputri dan Dewi (2016) mengemukakan bahwa
keadaan bersih harus selalu direalisasikan pada lingkungan objek wisata agar
mencerminkan pengelolaan yang baik
4. Sejuk (Y4)
Hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata dari variabel sejuk
adalah pernyaaan nomor 1, 2 dan 3 yang artinya responden yang diteliti setuju dengan
penghijauan di Pantai Pintu Kota sudah dipelihara untuk meningkatkan daya tarik
pengunjung, terasa sejuk saat berada di Pantai Pintu Kota dan pihak Pantai Pintu
Kota sudah melakukan penghijauan.
5. Indah (Y5)
Hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata dari pernyataan
variabel indah adalah pernyataan nomor 1, 2, 3 dan 4 yang artinya responden yang
diteliti setuju dengan tata letak pengaturan tempat di Pantai Pintu Kota sudah sesuai
dan rapi, tanaman-tanaman di Pantai Pintu Kota sudah terawat dengan baik, terdapat
banyak tempat atau spot yang bagus untuk didokumentasikan dan pemandangan
lokasi wisata indah dan nyaman. Menurut Putri dkk (2020), suatu destinasi wisata
48
Berdasarkan hasil dari Tabel 17. menunjukkan bahwa skor rata-rata tertinggi
dari pernyataan variabel kenangan adalah pernyataan nomor 1 dan 2 yang artinya
responden yang diteliti setuju dengan bersedia menyebarkan informasi tentang Pantai
Pintu Kota kepada orang lain dan sudah ada buah tangan yang dibuat sendiri dari
pengelola untuk pengunjung. Rata-rata terendah dari pernyataan variabel kenangan
adalah pernyataan nomor 3 yang artinya responden yang diteliti netral dengan
terdapat cinderamata yang menjadi ciri khas dari lokasi wisata, seperti baju dan
lainnya. Tingkat kreatifitas masyarakat dan pengelola yang rendah dalam menyajikan
cinderamata menyebabkan wisatawan kurang berkesan saat mengunjungi Pantai Pintu
Kota, namun lokasi Pantai Pintu Kota memiliki kenangan batin yang memuaskan
dengan disuguhkan keindahan alam yang tidak terlupakan. Menurut Agustin dkk
(2014), kenangan indah dan menyenangkan akan memberikan kepuasan batin yang
dapat mewujudkan getaran jiwa dan keselarasan pikiran bagi wisatawan.
dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Rahim (2012), juga
menyatakan bentuk aksi yang perlu diwujudkan, antara lain:
a) Sikap tidak mengganggu kenyamanan wisatawan dalam kunjungannya.
b) Menolong dan melindungi wisatawan.
c) Menunjukkan rasa bersahabat terhadap wisatawan.
d) Memelihara keamanan lingkungan.
e) Membantu memberi informasi kepada wisatawan.
f) Menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular.
g) Meminimalkan resiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik.
Pada lokasi wisata Pantai Pintu Kota menurut responden dari kuesioner yang
dibagikan tidak terdapat Security/Satpam yang menjaga keamanan lokasi wisata,
namun terdapat salah seorang penjaga pada pos penjagaan pada pintu masuk yang
berfungsi sebagai tempat loket pembelian tiket masuk dapat dilihat pada Gambar 4
dan Gambar 5. Terdapat fasilitas kemanan dan keselamatan ketika berwisata seperti
life jacket, perahu semang yang disediakan pengelola untuk wisatawan, namun tidak
ditemukan kamera pengintai CCTV pada lokasi wisata ini dan tidak terdapat
informasi juga tanda-tanda peringatan bahaya di tempat yang terbuka. Tempat
penyimpanan barang bila wistawan sedang melaksanakan aktifitas berwisata yang
wisatawan ketahui hanya terdapat pada shelter atau dapat dititpkan pada pengelola
dan tidak terdapat tempat penyimpanan barang yang menurut wistawan aman bagi
50
spanduk untuk mengajak wisatatan agar tetap menjaga kebersihan yang ada pada
lokasi wisata.
Gambar 10. Kondisi Tempat Sampah Gambar 11. Lokasi Pencucian Piring
Pantai Pintu Kota
Penerapan bersih untuk lokasi wisata Pantai Pintu Kota ini dengan
disediakannya tempat sampah yang memadai pada berbagai area lokasi wisata namun
dari pandangan wisatawan tempat sampah yang disediakan jumlahnya masih sedikit
dan juga masih terlihat sedikitnya sampah pada area tebing (Gambar 10) meskipun
ada aturan membuang sampah pada tempatnya (Gambar 11).
Dari pihak pengelola sudah disediakan toilet, tempat bilasan serta restoran
yang baik dan bersih untuk wisatawan yang berkunjung. Namun menurut beberapa
responden tidak adanya ruang khusus untuk merokok bagi wisatawan.
Gambar 15. Objek Wisata Pantai Gambar 16. Anak Tangga Menuju
Pintu Kota Pantai
Pantai Pintu Kota merupakan lokasi wisata yang terbilang sejuk karena
merupakan wisata pantai dan dekat dengan laut dan juga banyak pepohonan yang
tumbuh di sekitaran lokasi wisata ini yang membuat wistawan merasa nyaman jika
berada di sini. Bersuasana tenang dan nyaman jauh dari kebisingan kota yang
membuat lokasi ini nyaman untuk berwisata. Menurut wisatawan lokasi wisata Pantai
Pintu Kota Ambon ini adalah tempat yang bagus untuk mencari ketenagan dan
menikmati laut.
Penerapan unsur kenangan sudah cukup diterapkan pada lokasi wisata ini
dengan menyajikan berbagai kuliner tradisional yang disediakan pengelola, kuliner
yang banyak diminati wisatawan yaitu pisang goreng, sukun goreng dan kelapa muda
untuk memperkenalkannya pada wisatawan dari luar kota yang datang berkunjung.
Dan wisatawan juga mendapat banyak pengalaman saat berkunjung dengan
keindahan Pantai Pintu Kota. Terdapat buah tangan yang disediakan sendiri dari
pengelola namun tidak terlihat sehingga para pengunjung tidak banyak
mengetahuinya. Ada cinderamata yang merupakan ciri khas dari pintu kota yang
dipasarkan diberbagai toko khas oleh-oleh Maluku yang berupa sandal, kipas dan
58
mousepad yang bergambar Pantai Pintu Kota (selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran). Wisatawan juga mempunyai kenangan dari keenam unsur sapta pesona
terkhususnya suasana sejuk saat berada di lokasi wisata, keamanan di lokasi wisata
yang menumbuhkan rasa nyaman berwisata, keindahan pemandangan di Pantai Pintu
Kota. Dapat menjadi kenangan dan pengalaman yang baik untuk wisatawan dapat
mempengaruhi kunjungan wisatawan dimasa yang akan datang.
kondusif. Hal ini mendukung penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya
oleh Astuti (2018) yang mengemukakan bahwa unsur ketertiban memiliki tingkat
signifikan terhadap kepuasan wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur bersih diperoleh nilai korelasi sebesar 0,385 dengan dengan nilai Sig.
(2-tailed) sebesar 0,038, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,002 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur bersih dan nilainya tergolong lemah, disebabkan
karena menurut persepsi masyarakat dan wisatawan lokasi Pantai Pintu Kota masih
terlihat sampah pada tebing yang sulit dijangkau juga diperkuat dengan nilai skoring
dari wisatawan dimana skor rata-rata unsur bersih masih memiliki nilai yang kecil.
Hal ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Astuti (2018)
yang mengemukakan bahwa unsur bersih memiliki pengaruh positif tetapi tidak
signifikan terhadap kepuasan wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur sejuk diperoleh nilai korelasi sebesar 0,492 dengan dengan nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,003, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,002 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur sejuk dan nilainya tergolong sedang, disebabkan
karena menurut responden sudah terasa sejuk saat berada di Pantai Pintu Kota dan
dari pihak pengelola menjaga lingkungan sekitar dengan menjaga penghijuan yang
telah ada namun responden kurang setuju dengan pernyataan bahwa pihak pengelola
sudah melakukan penghijauan di lokasi Pantai Pintu Kota. Hal ini mendukung
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Astuti (2018) yang mengemukakan
bahwa unsur sejuk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan
wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur indah diperoleh nilai korelasi sebesar 0,600 dengan dengan nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,000, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,000 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
62
implementasi sapta pesona unsur indah dan nilainya tergolong kuat, disebabkan
karena menurut persepsi masyarakat wisatawan terdapat banyak tempat atau spot
yang bagus untuk didokumentasikan, banyak sebagian besar wisatawan dapat
menikmati pemandangan lokasi wisata Pantai Pintu Kota yang indah dan nyaman,
dan lokasi wisata ini mempunyai daya tarik tersendiri yang menjadi alasan mengapa
wisatawan wajib berkunjung ke tempat ini. Hal ini mendukung penelitian terdahulu
yang pernah dilakukan oleh Astuti (2018) yang mengemukakan bahwa unsur indah
mempunyai hasil signifikan terhadap kepuasan wisatawan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur ramah diperoleh nilai korelasi sebesar 0,614 dengan dengan nilai Sig.
(2-tailed) sebesar 0,000, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-tailed)
0,000 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur ramah dan nilainya tergolong kuat, disebabkan
karena masyarakat yang ada di sekitar lokasi Pantai Pintu Kota sebagai tuan rumah
memiliki sikap terbuka kepada wisatawan yang ingin berkunjung ke Pantai Pintu
Kota, yang membuat wisatawan merasa aman dan nyaman. Menurut persepsi dari
masyarakat dan juga wisatawan dari pihak pengelola sudah memberikan sikap
keramahtamahan dengan menunjukkan senyum tulus kepada wisatawan dan dapat
memberikan informasi tentang Pantai Pintu Kota dengan baik dan sopan.
Hasil output pada Tabel 27, menunjukkan bahwa terhadap implementasi sapta
pesona unsur kenangan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,561 dengan dengan nilai
Sig. (2-tailed) sebesar 0,001, sehingga ditolak dan diterima karena Sig. (2-
tailed) 0,001 < 0,005 yang berarti ada hubungan antara persepsi masyarakat terhadap
implementasi sapta pesona unsur kenangan dan nilainya tergolong sedang,
disebabkan karena kenangan mempunyai peranan penting yang menjadi bagian dari
pengalaman berwisata, dari unsur tersebut wisatawan dapat mengingat pengalaman
apa yang mereka rasakan saat berkunjung ke Pantai Pintu Kota. Kenangan dapat
berupa cinderamata atau buah tangan yang menjadi ciri khas dari lokasi wisata, dan
juga pengalaman kuliner serta berwisata, juga menjadi alasan apakah masyarakat dan
wisatawan berniat untuk memberikan informasi tentang Pantai Pintu Kota kepada
63
orang lain. Menurut persepsi dari masyarakat dan wistawan mereka bersedia
memberikan informasi tentang Pantai Pintu Kota kepada orang lain, namun sebagian
besar belum menemui cinderamata yang menjadi ciri khas dari Pantai Pintu Kota. Hal
ini mendukung penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Astuti (2018) yang
mengemukakan bahwa unsur kenangan memiliki hasil signifikan terhadap kepuasan
wisatawan.
BAB VI
Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Hasil dan pembahasan telah diketahui untuk tujuan yang diinginkan dan
kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Persepsi dari masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta pesona
dapat dikategorikancukup. Hal ini ditunjukkan dari skor rata-rata pada
persepsi dari masyarakat dan wisatawan sebagian besar berpendapat bahwa
implementasi sapta pesona di Pantai Pintu Kota masih perlu dikembangkan
lebih baik lagi.
2. Dari hasil pengolahan data dengan analisis korelasi Perason Product Moment
diperoleh hasil antara persepsi masyarakat terhadap implementasi sapta
pesona. Hubungan yang kuat terdapat pada variabel indah (0,600) dan ramah
(0,614), sedangkan aman (0,598), tertib (0,435), sejuk (0,492), kenangan
(0,561) memiliki hubungan yang sedang. Dan bersih (0,385) memiliki
hubungan yang lemah.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut :
1. Diharapkan pihak pengelola Pantai Pintu Kota tetap mempertahankan unsur
sapta pesona yang menurut persepsi dari masyarakat dan wisatawan sudah
ada, dan mengembangkan unsur sapta pesona yang yang menurut persepsi
dari masyarakat dan wisatawan masih kurang dan perlu ditingkatkan.
2. Hubungan persepsi masyarakat dan wisatawan terhadap implementasi sapta
pesona unsur bersih mempunyai hubungan yang lemah, diharapkan agar pihak
pengelola meningkatkan unsur bersih dan melakukan kegiatan pengontrolan
dan pembersihan secara menyeluruh pada area-area tertentu yang sulit
dijangkau misalnya pada area tebing minimal satu bulan satu kali.
65
DAFTAR PUSTAKA
Yulianda, F., Susanto, H. A., Ardiwidjaja, R., dan Widjanarko, E. 2018. Buku
Panduan Kriteria Penetapan Zona Ekowisata Bahari. Penerbit : IPB Press.
Bogor.
Yuniarti, V. S. 2015. Perilaku Konsumen (Teori dan Praktik). Penerbit: Pustaka Setia.
Bandung.
72
LAMPIRAN
KUESIONER
I. Umum :
a. Nama Enumerator : ……………………………………………………….……...
b. Hari/Tanggal Pendataan : …………………………………………………. 2020
c. Waktu Pendataan : …………………………………………………………….…
II. Khusus :
A. Deskripsi Responden
a) Nama : ………………………………………………………………………...
b) Umur : ………………………………………………………………………...
c) Pekerjaan : ………………………………………………………………………...
d) Pendidikan Formal : ………………………………………………………………..
e) Jabatan di Desa : …………………………………………………………………...
f) Pengalaman Bekerja di Desa : ……………………………………………………..
g) Nomor Kontak Bila Ingin Kembali Dikonfirmasi : ………………………………..
B. Sadar Wisata
Pengelola
1. Tempat wisata ini apakah milik pribadi atau desa ? ……………………………….
2. Bila milik pribadi, keluarga/marga yang memiliki tempat wisata : ………………..
3. Sejak kapan lokasi ini dijadikan destinasi wisata : ………………………………...
4. Jenis Usaha ini berbentuk badan usaha seperti : (Perseroan ; CV : ………………..
5. Apakah lokasi ini sudah terdata oleh Dinas Pariwisata Kota Ambon ? …………...
6. Kesadaran berwisata dimulai dari Pengelola, apakah Bpk/Ibu/Sdr/I sudah pernah
mengikuti Pelatihan Sadar Wisata dan Sapta Pesona ? …. Sudah / Belum ….
7. Bila sudah, berapa kali Bpk/Ibu/Sdr/I mengikuti Pelatihan tersebut ? …………….
8. Bila Sudah bagaimana BPK/Ibu/Sdr/I menerapkan Aspek Sadar Wisata dan Sapta
Pesona di Lokasi ? …………………………………………………………………
9. Berapakah jumlah orang yang menjadi tenaga kerja di lokasi wisata ? …. Orang
73
10. Bagaimana dengan tugas pekerjaan yang masing-masing tenaga kerja lakukan ?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
11. Apakah tenaga kerja yang bekerja diberikan perintah dan diawasi setiap waktu
dalam bekerja ? …………………………………………………………………….
12. Berapakah jumlah masyarakat yang terlibat dan mendukung aktifitas wisata ? ….
orang
13. Bagaimana pekerjaan nasing-masing masyarakat tersebut :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
14. Bagaimana kesadaran masyarakat untuk menjaga lokasi wisata tetap asri ?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
15. Berapa tiket untuk masuk ke tempat wisata ? ………………………………...........
16. Apakah ada tempat tersedia untuk parkir motor/mobil ? …………………………..
17. Berapa harga parkir motor dan mobil ? …………………………………....………
Jumlah Sarana dan Prasarana yang menunjang Pariwisata : (Tabel)
No. Sarana Prasarana Jumlah Kondisi
Sarpras
1. Tempat Sampah
2. Toilet
3. Tempat Bilasan
4. Shelter
5. Restoran/Rumah
Makan/Cafe
6. Tempat Foto
7. Tempat Parkir
74
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Apakah tempat beristirahat sudah dilengkapi dengan tempat menyimpan
barang bila sedang melaksanakan aktifitas berwisata ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Bersih :
Apakah jumlah tempat sampah sudah memadai dalam jumlah dan
kualiasnya dengan diletakkan sesuai lokasi strategis adanya aktifitas
membuang sampah seperti toilet, restoran, kantor, dll, berapa banyak yang
anda temui di lokasi wisata?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Apakah ada papan himbauan, spanduk atau pamphlet yang mengajak
masyarakat dan wisatawan menjaga lingkungan destinasi wisata tetap
bersih dan lestari berapa banyak?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………
Apakah ada ruang untuk merokok bagi masyarakat/wisatawan?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
3. Tertib
Berapa kategori tiket yang disediakan pengelola?
……………………………………………………………………………
Apakah ada terdapat spanduk yang berisikan tentang tata tertib tentang
berwisata?
…………………………………………………………………………...…
Apakah ada terdapat peraturan pada tempat wisata, jika ada berapa
banyak?
77
………………………...................................................................................
.......................................................................................................................
Ada berapa banyak pegawai yang anda temui saat berada di lokasi wisata?
……………………………………………………………………………
4. Sejuk
Apa yang pengunjung rasakan saat berada di tempat wisata?
………………………….…………………………………………………
Bagaimana dengan suasana saat berada di tempat wisata?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Apa yang membuat tempat ini sejuk?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
5. Indah
Adakah tempat atau spot yang bagus untuk didokumentasikan?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Apa yang menajdi daya tarik wisata tempat wisata ini?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Bagaimana pendapat anda tentang pemandangan yang ada di tempat
wisata?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
6. Ramah
Apakah sikap masyarakat sekitar tempat wisata sudah baik?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Apakah sikap pengunjung lain/pegawai yang berada di tempat wisata ini
sudah baik?
78
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Apakah anda merasa nyaman saat berada di tempat wisata ini ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Bagaimana cara pengelola/pegawai untuk memperlakukan wisatawan ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
7. Kenangan
Adakah ada buah tangan yang dibuat sendiri dari pengelola untuk
pengunjung apa saja?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Bagaimana kesan anda terhadap tempat wisata ini ?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Apakah merchandise yang dapat menjadi bukti/kenangan bahwa
wisatawan pernah berkunjung?
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Pengalaman apa yang didapat setelah berkunjung di tempat ini?
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
79
1 1X DOMESTIK (SURABAYA) L
2 5X LOKAL P
3 7X LOKAL L
4 8X LOKAL P
5 1X DOMESTIK (BANDUNG) L
6 1X DOMESTIK (BOGOR) L
7 5X LOKAL P
8 2X LOKAL P
9 3X DOMESTIK (PALU) P
10 6X LOKAL P
11 4X DOMESTIK (PALU) L
12 10X LOKAL P
13 6X LOKAL L
14 2X LOKAL P
15 5X LOKAL L
16 4X LOKAL L
17 5X LOKAL L
18 2X DOMESTIK (JAMBI) P
19 5X LOKAL L
20 5X LOKAL L
21 1X DOMESTIK (SURABAYA) P
22 10X LOKAL L
23 4X LOKAL L
24 1X DOMESTIK (JAKARTA) P
25 1X DOMESTIK (JAKARTA) P
81
34 4 3 3 4 3.50 4 5 4 4.33
Rata2 3.15 3.47 3.44 2.97 3.88 4.38 3.82
33 4 4 4 4 4.00 4 4 4.00
34 3 4 5 4 4.00 4 4 4.00
Rata2 3.59 3.76 4.44 4.29 3.79 3.76
32 4 4 4 4.00 6 7 6 5 7 6 5 6.00
33 4 4 4 4.00 6 8 7 5 7 6 5 6.29
34 4 4 4 4.00 5 6 7 6 8 6 5 6.14
Rata2 4.26 3.68 3.44 5.18 7.18 6.41 5.09 7.38 5.03 4.88
86
N 34 34 34 34 34
Y2.2 Pearson ,561** 1 0.301 ,482** ,810**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.001 0.084 0.004 0.000
N 34 34 34 34 34
Y2.3 Pearson 0.155 0.301 1 ,395* ,555**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.380 0.084 0.021 0.001
N 34 34 34 34 34
Y2.4 Pearson ,408* ,482** ,395* 1 ,783**
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.017 0.004 0.021 0.000
N 34 34 34 34 34
Y2 Pearson ,771** ,810** ,555** ,783** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) 0.000 0.000 0.001 0.000
N 34 34 34 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
92
Std. Error R
R Adjusted of the Square Sig. F
Model R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change
1 ,915a 0.837 0.793 0.15693 0.837 19.037 7 26 0.000
a. Predictors: (Constant), X7, X1, X4, X3, X2, X6, X5
99
Lampiran 9. Kenangan
Lampiran. 10 Dokumentasi
101