SKRIPSI
Oleh :
LILIK MUZAYANAH
NIM. 145080201111057
SKRIPSI
Oleh :
LILIK MUZAYANAH
NIM. 145080201111057
Judul : Pengaruh Perbedaan Jenis Umpan Pada Alat Tangkap Krendet (Trap
NIM : 145080201111057
PENGUJI PEMBIMBING
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Pengaruh Perbedaan Jenis Umpan Pada Alat Tangkap Krendet (Trap net)
besarnya kepada :
1) Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga
Bapak Dr. Eng. Abu Bakar Sambah S.Pi, MT selaku pimpinan jurusan
PSPK dan Bapak Sunardi, ST, MT selaku ketua program studi PSP yang
3) Bapak Ir. Sukandar, MP selaku dosen pembimbing 1, dan Bapak Dr. Ir.
Skripsi selesai.
4) Bapak Sunardi, ST, MT selaku dosen penguji 1 dan Bapak Dr. Ali Muntaha,
5) Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang.
6) Kedua orangtua Bapak Wito, Ibu Nansi dan adik Faiza serta Keluarga
7) Bapak Ali Mustofa selaku nelayan yang telah memberikan bimbingan dan
ilmunya.
iv
8) Teman-teman seperjuangan (Daniar, Bayu, Tyan, Anindia, Febrina, Veny,
Evi, Mazi, Ponco, Dhana) tetap sabar sampai nanti, sukses terus.
dukungan.
sukses.
11) Pihak yang belum sempat disebutkan satu persatu dalam membantu
Penulis
v
RINGKASAN
Lilik Muzayanah. Pengaruh Perbedaan Jenis Umpan Pada Alat Tangkap Krendet
(Trap net) Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Panulirus sp.) Di Desa Kalak
Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan (Di Bawah Bimbingan Bapak Ir.
Sukandar, MP dan Bapak Dr.Ir. Daduk Setyohadi, MP).
Alat tangkap krendet (trap net) merupakan salah satu alat tangkap pasif
yang termasuk kedalam alat perangkap. Alat tangkap ini memiliki komponen yang
terdiri dari kerangka, jaring, tali umpan, tali penarik dan pemberat. Salah satu hasil
tangkapan krendet yaitu udang barong atau lobster. Lobster merupakan salah satu
komoditi yang mempunyai harga jual tinggi yaitu mencapai Rp.300.000/Kg. Faktor
yang perlu diperhatikan dalam usaha perikanan yaitu faktor efisiensi dan efektifitas
penangkapan, dimana dalam menggunakan waktu dan tenaga seminimal mungkin
untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimal.
Penggunaan umpan pada alat tangkap krendet akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pengoperasian alat tangkap. Pemilihan umpan umumnya
mendasarkan pada harga yang murah, melimpah dan mudah untuk didapatkan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan
dengan menggunakan alat tangkap krendet dan mengetahui pengaruh perbedaan
jenis umpan terhadap hasil tangkapan lobster pada alat tangkap krendet.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 di Desa Kalak Kecamatan
Donorojo Kabupaten Pacitan. Metode yang digunakan yaitu percobaan
penangkapan (experiment fishing) dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 27 kali pengulangan/trip penangkapan. Analisis data
diolah menggunakan SPSS 16.0 dengan Uji sidik Ragam (ANOVA) dan uji lanjutan
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Berdasarkan hasil tangkapan krendet di perairan Karangbolong terdapat 3
famili yang terdiri dari 4 spesies diantaranya lobster pasir (Panulirus homarus)
lobster batu (Panulirus penicillatus), rajungan karang (Charybdis erythrodactyla),
dan kepiting tambal/plongkor (Carpilius maculatus). Dimana nilai presentase
tertinggi yaitu hasil tangkapan lobster batu dan lobster pasir dan berdasarkan jenis
umpan, umpan krungken dan umpan samaran memiliki rata-rata dan standart
deviasi yang tinggi.
Hasil analisis pengaruh umpan terhadap hasil tangkapan lobster dari uji
one-way anova bahwa Fhitung sebesar 19,96 dan Ftabel sebesar 3,40 dengan
nilai signifikansi 0,00 (Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi < 0,05) yang berarti
terima H1 dan Tolak H0, jadi dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini
perbedaan jenis umpan berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan lobster (Kg),
kemudian hasil uji lanjut (BNJ) bahwa umpan krungken memiliki nilai rata-rata dan
standart deviasi tertinggi yaitu sebesar 0,63 ± 0,22a, diikuti umpan samaran
dengan nilai 0,62 ± 0,16a. Berdasarkan dari hasil uji BNJ perbedaan dari ketiga
umpan disimpulkan bahwa umpan krungken dan umpan samaran lebih baik
daripada umpan keong sawah, untuk perairan Karangbolong Kabupaten Pacitan.
vi
KATA PENGANTAR
(Trap Net) Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Panulirus sp.) Di Desa Kalak
pembimbing skripsi pertama dan Bapak Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP selaku dosen
pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan lobster yang disajikan
dalam bentuk tabel, grafik, dan deskripsi. Laporan ini disusun mulai dari ringkasan,
daftar pustaka dan lampiran. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
baik dalam penulisan maupun dalam penyusunan kata didalam Laporan Skripsi
ini. Sangat disadari bahwa keterbatasan yang dimiliki penulis, walaupun telah
dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................... iv
RINGKASAN ...................................................................................................... vi
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 3
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 3
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................... 4
1.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 4
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 5
2.1 Lobster ....................................................................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Lobster ................................................................................ 7
2.2 Definisi Alat Tangkap Perangkap (Traps) ................................................. 11
2.2.1 Alat Tangkap Krendet ........................................................................ 12
2.2.2 Konstruksi Krendet ............................................................................ 13
2.2.3 Metode Pengoperasian ...................................................................... 16
2.3 Umpan ..................................................................................................... 17
2.4 Daerah Penangkapan .............................................................................. 18
2.5 Hasil Tangkapan ...................................................................................... 18
viii
3.7 Hipotesis .................................................................................................. 34
3.8 Prosedur Penelitian .................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 89
LAMPIRAN ........................................................................................................ 94
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
8. Konstruksi Pemberat...................................................................................... 42
11. Total Hasil Tangkapan Krendet Berdasarkan Berat (Kg) dan Jumlah (Ekor)
Selama 27 Kali Pengulangan/Trip Penangkapan ........................................ 58
14. Uji Normalitas Total Volume Jenis Hasil Tangkapan (Kg) Selama Penelitian66
15. Uji Normalitas Jumlah Total Jenis Hasil Tangkapan (Ekor) Selama Penelitian
...................................................................................................................... 66
16. Uji Homogenitas Total Volume Jenis Hasil Tangkapan (Kg) Selama Penelitian
...................................................................................................................... 67
17. Uji Homogenitas Jumlah Total Jenis Hasil Tangkapan (Ekor) Selama Penelitian
...................................................................................................................... 67
18. Uji One-Way ANOVA Total Volume Jenis Hasil Tangkapan (Kg) Selama
Penelitian .................................................................................................... 68
19. Uji One-Way ANOVA Jumlah Total Jenis Hasil Tangkapan (Ekor) Selama
Penelitian .................................................................................................... 69
x
20. Hasil Variasi Perbedaan Umpan Total Volume Jenis Hasil Tangkapan (Kg)
Selama Penelitian ....................................................................................... 69
21. Hasil Variasi Perbedaan Umpan Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor) Selama
Penelitian ..................................................................................................... 70
22. Hasil Tangkapan Utama Berdasarkan Berat (Kg) dan Jumlah (Ekor) Selama
Penelitian ..................................................................................................... 71
23. Uji Normalitas Hasil Tangkapan Lobster Berdasarkan Berat (Kg) ................ 76
24. Uji Homogenitas Hasil Tangkapan Lobster Berdasarkan Berat (Kg) ............ 77
25. Uji One-Way ANOVA Hasil Tangkapan Lobster Berdasarkan Berat (Kg) ..... 77
26. Uji Variasi Pengaruh Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Kg) ........ 78
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
17. Tali............................................................................................................... 43
xii
24. Rajungan Karang (Charybdis erythrodactyla)............................................... 55
26. Grafik Jumlah Total Volume Hasil Tangkapan Krendet (Kg) Berdasarkan Jenis
Umpan Selama Penelitian ........................................................................... 59
27. Grafik Jumlah Total Hasil Tangkapan Krendet (Ekor) Berdasarkan Jenis
Umpan Selama Penelitian........................................................................... 59
28. Grafik Presentase Volume Hasil Tangkapan (Kg) Krendet (Trap net)
Berdasarkan Jenis Umpan Selama Penelitian............................................ 61
29. Grafik Presentase Jumlah Hasil Tangkapan (Ekor) Krendet (Trap Net)
Berdasarkan Jenis Umpan Selama Penelitian ............................................ 62
30. Grafik Presentase Volume Hasil Tangkapan (Kg) Krendet (Trap net)
Berdasarkan Jenis Tangkapan Selama Penelitian ..................................... 63
31. Grafik Presentase Jumlah Hasil Tangkapan (Ekor) Krendet (Trap net)
Berdasarkan Jenis Tangkapan Selama Penelitian ...................................... 64
32. Grafik Jumlah Volume Hasil Tangkapan Utama Krendet (Kg) Berdasarkan
Jenis Umpan Selama Penelitian ................................................................. 72
33. Grafik Jumlah Hasil Tangkapan Utama Krendet (Ekor) Berdasarkan Jenis
Umpan Selama Penelitian........................................................................... 72
35. Grafik Break Even Point (Titik Impas) Usaha Penangkapan Lobser. ............ 86
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
4. Uji Komposisi Total Hasil Tangkapan Krendet (Kg) Selama Penelitian .......... 96
5. Uji Normalitas Total Hasil Tangkapan Krendet (Kg) Selama Penelitian .......... 96
6. Uji Normalitas Total Hasil Tangkapan Krendet (Ekor) Selama Penelitian ....... 96
7. Uji Homogenitas Total Hasil Tangkapan Krendet (Kg) Selama Penelitian ...... 97
8. Uji Homogenitas Total Hasil Tangkapan Krendet (Ekor) Selama Penelitian ... 97
9. Uji one-way ANOVA Total Hasil Tangkapan Krendet (Kg) Selama Penelitian 98
10. Uji one-way ANOVA Total Hasil Tangkapan Krendet (Ekor) Selama Penelitian
.................................................................................................................... 98
11. Uji Tukey HSD (BNJ) Total Hasil Tangkapan Krendet (Kg) Selama Penelitian
.................................................................................................................... 98
12. Uji Tukey HSD (BNJ) Total Hasil Tangkapan Krendet (Ekor) Selama Penelitian
.................................................................................................................... 99
13. Uji Normalitas Pengaruh Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Kg) .. 99
14. Uji Homogenitas Pengaruh Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Kg)
.................................................................................................................. 100
15. Uji One-Way ANOVA Pengaruh Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Lobster
(Kg) ........................................................................................................... 101
16. Uji Tukey HSD (BNJ) Pengaruh Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Lobster
(Kg) ........................................................................................................... 101
xiv
21. Jenis Umpan .............................................................................................. 107
xv
1. PENDAHULUAN
Udang barong atau lobster (Panulirus spp) disebut juga sebagai udang
berdasarkan jenis dan ukurannya. Selain nilai jual lobster yang tinggi juga
ditentukan oleh kualitasnya yaitu lobster dalam keadaan hidup dan bagian
tubuhnya lengkap, tidak ada yang rusak ataupun hilang. Penangkapan lobster
merupakan salah satu kegiatan usaha perikanan tangkap andalan bagi nelayan,
meskipun dengan hasil tangkapan sedikit namun kualitasnya bagus akan tetap
2011). Oleh karena itu diperlukan alat tangkap untuk menangkap lobster, dimana
krendet untuk menangkap lobster. Krendet merupakan salah satu alat tangkap
pasif yang termasuk alat perangkap (trap net). Krendet juga termasuk alat tangkap
tradisional yang sudah banyak digunakan di daerah pantai selatan pulau Jawa
khususnya Kabupaten Pacitan. Selain bentuk alat tangkap yang sederhana dan
tertangkapnya hasil tangkapan krendet yaitu dengan cara terpuntal dan terjerat
Krendet adalah salah satu jenis alat tangkap dengan hasil target tangkapan
lobster. Bentuk krendet bervariasi yaitu bulat, empat persegi panjang, dan lain-lain.
Alat tangkap ini terbuat dari lembaran jaring (webbing) yang diberi kerangka bisa
dari besi, kayu, bambu, atau rotan dengan diameter yang bervariasi. Pada tengah-
tengah kerangka diberi tali yang berfungsi untuk memasang umpan (Fauzi et al.,
2006).
sebagai pemikat supaya ikan karang yang sifatnya bersembunyi pada terumbu
karang dapat keluar dan tertarik masuk ke dalam perangkap. Umpan merupakan
salah satu faktor penting untuk menarik Lobster. Umpan yang mengandung unsur
lemak, protein, chitine dan adanya bau menyengat yang dipasang pada alat
perhatian ikan target. Jenis umpan ada dua macam yaitu umpan alami dan umpan
non-alami (buatan). Lobster menyukai makanan alami dari jenis binatang lunak
seperti keong dan kerang-kerangan (Aji et al., 2015). Sebagai hewan bersifat
omnivora lobster akan memangsa seperti ikan, moluska, krustasea kecil, cacing,
menggunakan umpan seperti krungken (Chiton sp.), bulu babi (Diadema setosum),
kerang hitam (Mytilus chilensis), ikan rucah, dan lainnya untuk menangkap lobster.
Dari beberapa jenis umpan yang digunakan oleh nelayan tersebut maka
diperlukan uji coba untuk mengetahui umpan yang paling optimal untuk usaha
penangkapan lobster.
3
yaitu penurunan (setting) dilakukan pada pukul 16.00 - 17.00 WIB dan pada pukul
diatas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
krendet ?
krendet.
penangkapannya.
dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai selesai. Berikut ini merupakan jadwal
pelaksanaan penelitian.
Keterangan :
Pelaksanaan
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lobster
daerah terumbu karang, daerah berbatu, atau habitat lain untuk berlindung. Semua
2002).
memiliki kulit keras dan tergolong kelompok arthropoda. Fase hidupnya mulai dari
proses produksi sperma atau telur, fase larva, post larva, juvenil, dan dewasa.
Secara umum lobster dewasa dapat ditemukan pada hamparan pasir yang
terdapat spot-spot karang dengan kedalaman antara 5-100 meter. Lobster bersifat
aktif pada malam hari (nokturnal) dan melakukan proses pergantian kulit
(moulting).
Udang barong memiliki tubuh yang diselimuti cangkang keras dan berduri.
Udang ini memiliki sepasang sungut panjang (antenna) dan sepasang sungut
pendek (antennula). Ciri lainnya yaitu memiliki empat pasang kaki renang
(pleopod) dan lima pasang kaki jalan (pereipod). Bagian ekornya terdiri dari duri
ekor (telson) dan sirip ekor (uropod). Warna tubuhnya juga bervariasi berdasarkan
lobster.
6
Filum : Arthrophoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Decaphoda
Suku : Panulirudae
Genus : Panulirus
Panulirus longipes,
Panulirus ornatus,
Panulirus homarus
Panulirus penicillatus
memiliki kerangka kepala dan bagian perut yang berwarna hijau dan karapas
hitam. Spesies ini memiliki ukuran panjang maksimum 40 cm dan rata-rata tidak
8
lebih dari 30 cm. Ukuran layak tangkap dengan panjang karapas lebih dari 8 cm
dan berat lebih dari 500 gram (Rizki, 2015). Udang ini lebih suka berdiam ditempat
kedalaman hingga 16 meter. Udang jenis ini jarang terlihat berkelompok dalam
memiliki kerangka kepala dan bagian perut yang berwarna hijau serta karapas
kehijauan. Memiliki antena dua pasang sungut yang satu di belakang yang lain
tanpa duri tajam. Ukuran panjang tubuh maksimum 30 cm dan rata-rata 20-25 cm.
Ukuran layak tangkap dengan panjang karapas lebih dari 8 cm dan berat lebih dari
200 gram (Rizki, 2015). Udang jenis ini mampu berdaptasi di berbagai habitat,
namun lebih senang di perairan yang lebih dalam dan juga diantara lubang-lubang
batu karang. Udang ini kadang tertangkap di perairan dangkal sekitar 1 meter
dengan kondisi air yang jernih dan berarus kuat (Kanna, 2006).
9
Lobster Mutiara (Panulirus ornatus) atau Fine pale spotted, Zebra legs.
Lobster mutiara hampir seluruh tubuhnya dipenuhi kerangka kulit yang keras dan
berzat kapur. Bagian kerangka kepala sangat tebal dan ditutupi oleh duri-duri
besar dan kecil. Mempunyai antena/sungut dua pasang yang keras, kaku dan
panjang. Ukuran panjang lobster rata-rata 50 cm. Ukuran tangkap yang dibolehkan
panjang karapas lebih dari 8 cm dan berat lebih dari 500 gram (Rizki, 2015). Udang
jenis ini lebih senang di terumbu karang yang agak dangkal dan sering tertangkap
pada kondisi air yang agak keruh atau pada karang-karang yang tidak tumbuh
badan 20-25 cm dan panjang karapas sekitar 12 cm. Spesies ini mempunyai warna
dasar kehijauan atau kecoklatan dan terdapat bintik-bintik terang yang tersebar di
bercak putih. Ukuran layak tangkap dengan panjang karapas lebih dari 8 cm dan
berat lebih dari 200 gram (Rizki, 2015). Udang jenis ini umunya ditemukan di
granit atau vulkanis. Udang ini ditemukan berkelompok dalam jumlah yang banyak.
Udang ini lebih toleran di perairan yang keruh pada saat muda, namun setelah
dewasa lebih suka di perairan yang jernih dengan kedalaman 1-5 m (Kanna,
2006).
luar. Udang ini dapat ditemukan pada kedalaman 1-4 meter, dengan kondisi air
yang jernih dan berarus kuat (Kanna, 2006). Menurut Poupin dan Juncker (2010),
lobster batu memiliki perut yang fleksibel dapat diluruskan maupun di tekuk,
11
memiliki kaki yang kuat untuk bergerak di lingkungan yang memiliki gelombang
besar. Lobster ini sering ditemukan di terumbu karang pada pantai hingga
kedalaman 20 m. Lobster batu bersifat nokturnal yaitu ketika malam hari lobster ini
keluar dari lubang dan sebaliknya ketika siang hari bersembunyi di antara lubang
batu karang.
laut, keragaman alat tangkap juga semakin banyak. Jenis alat tangkap yang sering
digunakan dalam usaha penangkapan ikan di laut yaitu purse sein, jaring insang
(gillnet) jermal, pesambet (scoop net), tembak dan senapan ikan, bubu, pancing,
rawai, trawl, dan sebagainya. Namun tidak semua jenis alat tangkap tersebut
dapat digunakan untuk menangkap lobster. Salah satu alat tangkap yang
mempunyai resiko kerusakan hasil tangkapan kecil dan menjamin lobster dalam
keadaan tetap hidup yaitu bubu. Berdasarkan bahan dan bentuk bubu di bedakan
menjadi enam macam diantaranya bubu bone, bubu bali, bubu beehive, bubu
nomor 6/2010, kelompok jenis alat penangkapan ikan perangkap adalah kelompok
12
alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, dan/atau besi, kayu, bambu,
berbentuk silinder, trapesium dan bentuk lainnya dioperasikan secara pasif pada
dasar atau permukaan perairan, dilengkapi atau tanpa umpan. Di indonesia alat
tangkap perangkap dibagi atas Sero (guiding barrier), jermal (stow nets), bubu
satu alat tangkap dasar dengan tujuan penangkapannya adalah biota demersal
seperti udang, cumi-cumi, rajungan dan ikan dasar lainnya. Alat penangkap trap
umumnya berupa kurungan dan jebakan dengan berbagai bentuk, ukuran, dimensi
dan desain. Cara penangkapannya dengan memikat ikan supaya masuk ke dalam
perangkap tanpa adanya paksaan dan sulit untuk keluar. Berikut ini jenis alat
1) Hiding place trap, yaitu alat perangkap ikan atau biota air lainnya dimana
mekanisme;
4) Fish pots, yaitu merupakan perangkap dengan bentuk kurungan dan dengan
Alat perangkap yaitu alat tangkap ikan yang berupa jebakan. Alat tangkap
ini bersifat pasif yang dibuat secara temporer, semi permanen, permanen, dan
macam alat perangkap yaitu Bubu; Krendet; Bagan (jaring angkat); Sotok;
13
Seser/sudu. Alat tangkap krendet merupakan bubu dasar yang dioperasikan pada
perairan karang atau bebatuan. Krendet yaitu jaring puntal yang memiliki rangka
yang terbuat dari besi dan dipasangi jaring PA monofilament. Nama krendet
adalah nama daerah yang digunakan untuk menangkap udang barong (BPPI,
1996).
(1996), alat tangkap krendet merupakan alat tangkap udang barong yang
Krendet termasuk salah satu alat tangkap pasif yang tergolong sebagai alat
perangkap (trap net). Krendet sudah berkembang di daerah pantai selatan. Selain
bentuknya yang sederhana, pembuatan yang mudah, bahan dasar krendet juga
memikat lobster yang masuk ke dalam jaring menggunakan alat bantu umpan,
sehingga jaring membelit tubuh lobster dan tidak bisa bergerak bebas.
Krendet sama seperti halnya bubu, alat tangkap ini tergolong perangkap
yang memiliki ruang. Hasil tangkapan tetap dalam keadaan hidup meskipun dalam
posisi terpuntal. Krendet terbuat dari besi cor yang berbentuk lingkaran, kemudian
sela-sela terumbu karang pada saat air laut pasang dan diambil pada saat surut
(Kanna, 2006).
Alat tangkap krendet terdiri dari badan, rangka, tali pelampung, dan
berbentuk jaring dan terbuat dari monofilament dengan ukuran mata jaring 5,5 inci,
berfungsi untuk menjerat lobster dan tempat pemasangan umpan. Rangka (frame)
terbuat dari besi berbentuk lingkaran dengan diameter 1 m yang berfungsi untuk
14
membentuk kerangka alat tangkap. Tali pelampung terbuat dari tali polyethilen
1) Jaring (webbing)
ukuran mata jaring (Mesh size) 4-5,5 inci, bahkan ada yang tidak beraturan.
baik. Pemasangan jaring pada rangka krendet sesuai dengan kebutuhan, ada
yang menggunakan satu lapis ada juga yang dua lapis bahkan sampai tiga
lapis.
2) Kerangka (frame)
menggunakan bahan dari besi, ezer, bambu, kayu, rotan, dan lain-lain. Pada
sesuai dengan keinginan bentuk rangka. Ukuran dan bentuknya bervariasi bisa
dengan diameter ezer 4-8 mm, sedangkan diameter lingkar rangka antara 80-
100 cm.
3) Tali (rope)
Tali yang digunakan untuk membuat satu unit alat tangkap krendet tidak
krendet sekitar 2 m tali PE dengan diameter 4-6 mm. Tali ini digunakan sebagai
dibutuhkan tali PE dengan diameter 1-2 mm maupun jenis tali yang lain
4) Pemberat
tambahan pemberat. Bahan pemberat bisa dari batu, koral, timah hitam (Pb),
dan lain-lain. Pemberat yang dipasang cukup 1 buah seberat ±0,5 kg.
Keterangan :
a : kerangka
d : tali penarik/pengangkat/penyambung
musim udang barong. Jika banyak lobster yang tertangkap pada saat operasi
maka alat tangkap dipasang sebanyak-banyaknya, dan jika musim berkurang atau
berfungsi juga sebagai tali tanda. Umpan yang digunakan yaitu bekicot dan cacing
yang sudah dijemur sebelumnya dan diikatkan pada bagian tengah krendet
(rangka). Krendet diturunkan (setting) pada sore hari dan diangkat (hauling) pada
perbekalan, alat tangkap krendet, umpan yang akan digunakan ketika sudah
2) Teknis pemasangan umpan : umpan yang digunakan yaitu krungken dan kulit
sapi. Teknis pemasangan umpan pada krendet yaitu dengan cara umpan
tangkap krendet diturunkan mulai dari pemberat, badan, dan tali penarik, lalu
ujung tali penarik diikatkan pada tempat pengikat tali yang telah disiapkan
sebelumnya.
nelayan melakukan penurunan pada sore hari sekitar pukul 16.00-17.00 WIB
pada pagi hari pukul 04.00-05.00 WIB, dimulai dari penarikan tali pengangkat,
badan, dan pemberat. Hasil tangkapan yang didapat disimpan di dalam basket,
2.3 Umpan
Pada umumnya alat tangkap pasif seperti bubu diberi umpan sebagai
atraktor supaya ikan target masuk ke dalam perangkap. Penggunaan umpan pada
Umpan yang mengeluarkan bau akan menarik perhatian ikan target. Jenis umpan
ada dua macam yaitu umpan alami dan umpan non-alami (buatan). Lobster
menyukai makanan alami dari jenis binatang lunak seperti keong dan kerang-
dilakukan (Bakhtiar et al., 2014), bahwa umpan yang digunakan sebagai atraktor
adalah umpan krungken dan kulit sapi. Pemasangan umpan pada krendet yaitu
umpan dipasang dengan cara diikatkan dengan tali di bagian tali umpan pada
18
badan krendet. Hasil tangkapan dengan menggunakan kulit sapi lebih sedikit
bahwa umpan yang digunakan untuk menangkap lobster yaitu kulit sapi dan kulit
musim yaitu pada bulan September sampai bulan Maret. Daerah pengoperasian
alat tangkap krendet dioperasikan pada perairan berkarang yang terdapat terumbu
karang dan batu-batuan karang ataupun daerah sekitar perairan berkarang. Cara
untuk mengetahui wilayah berkarang dapat melihat dari peta laut ataupun dari
pengalaman nelayan.
pengalaman nelayan, sebab nelayan belum memiliki alat bantu modern. Jika pada
umumnya nelayan dapat melakukan setting jaring krendet di lokasi yang berbeda,
sebab nelayan memiliki krendet lebih dari satu (Mubin et al., 2013). Krendet
merupakan jenis alat tangkap pasif yang dipasang pada dasar perairan sekitar
terumbu karang. Pengoperasian yang baik dan benar untuk menangkap lobster,
Menurut (Fauzi et al., 2006) hasil tangkapan dari alat tangkap krendet yang
dioperasikan di pinggiran pantai baik dangkal maupun agak dalam adalah udang
tangkapan selain dari jenis udang karang tersebut adalah kepiting, sedangkan
menurut (Mubin et al., 2013), hasil tangkapan berdasarkan bentuk krendet dan
lama perendaman di perairan Cilacap yaitu jenis lobster hijau pasir dan lobster
batu serta tangkapan lainnya yaitu rajungan (Portunus sp.) dan kepiting
tangkapan dalam penggunaan atraktor buatan yaitu lobster mutiara, lobster pasir,
Hasil tangkapan alat tangkap krendet yang dioperasikan pada posisi 80 13’
33.29” LS dan 1100 56’ 31.07” BT, di sekitar perairan Karang Bolong, Pantai Klayar
ikan targetnya lobster. Perairan Wonogiri umumnya memiliki kontur dasar karang
Panulirus penicillatus, Panulirus homarus dan Scylla sp. (Diniah dan Lesmana,
2004). Selanjutnya alat tangkap bubu dengan umpan krungken dan umpan kulit
sapi mendapatkan hasil tangkapan lobster dan tangkapan lain yaitu kepiting
(Portunus sp) dan keong macan (Babylonia spirata) (Rahman, et al., 2015).
3. METODE PENELITIAN
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tangkap krendet
yang digunakan oleh nelayan Desa Kalak untuk menangkap target hasil tangkapan
Pengukuran lobster meliputi panjang karapas, dan berat (kg), serta dalam
penelitian ini menggunakan 3 jenis umpan yang berbeda sehingga dapat diketahui
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2015). Metode ini melakukan uji coba
yang berbeda. Umpan yang digunakan yaitu krungken (Chiton sp), Samaran
(Patella sp), dan keong sawah (Pila ampullacea). Penelitian ini menggunakan
pengulangan atau trip penangkapan sebanyak 27 kali. Selain itu juga terdapat
persamaan yaitu berat umpan yang digunakan, tiga titik lokasi pengoperasian
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder.
22
Data primer merupakan data alternatif dari data sekunder. Data ini
dapatkan secara langsung dari sumbernya. Data primer ini dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab dari suatu masalah. Data ini sebelumnya belum ada,
karena belum pernah diteliti ataupun hasil dari risetnya sudah kadaluarsa, jadi
peneliti harus melakukan pengumpulan data sendiri (Istijanto, 2005). Data primer
merupakan data yang didapat dari sumber pertama. Data ini wujud dari hasil
primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data-data yang didapat secara
3.4.1.1 Partisipasi
berlangsung (Kadji, 2016). Partisipasi yaitu mengikuti dan melakukan apa yang
dilakukan oleh seorang nelayan. Tujuan dari partisipasi pada saat penelitian agar
partisipasi dilakukan selama penelitian dengan cara ikut serta langsung dalam
3.4.1.2 Observasi
tentang kelakuan obyek yang akan diteliti, dalam melakukan pengamatan peneliti
pengamatan secara langsung di lapang terhadap obyek yang akan di teliti. Obyek
diamati baik dari segi tempat, bentuk, ukuran, tingkah laku dan lainnya di catat
dengan menggunakan kata-kata secara tepat. Data tersebut nantinya akan diolah
3.4.1.3 Wawancara
suatu informasi. Biasanya komunikasi ini dilakukan melalui tatap muka, namun
dapat juga dilaksanakan melalui telepon. Interview sering dilakukan antara dua
orang tetapi dapat juga sekaligus interview lebih dari dua orang. Wawancara
secara langsung atau tanya jawab antara penanya dengan narasumber. Tujuan
dari wawancara yaitu untuk memperoleh suatu informasi serta sebagai pelengkap
terhadap nelayan dan atau dengan pihak lain yang berkompeten dengan cara
3.4.1.4 Dokumentasi
peristiwa yang sudah berlalu. Sumber data dokumen banyak dimanfaatkan oleh
para peneliti sebagai bukti. Pengambilan dokumentasi relatif murah dan tidak
dari suatu kegiatan, dapat berbentuk tekstual (buku, laporan, majalah) maupun
untuk mengambil gambar atau merekam suatu peristiwa dari obyek atau aktivitas
yang penting pada saat kegiatan penelitian berlangsung di Desa Kalak Kecamatan
Data sekunder yaitu data yang bukan secara langsung dari sumbernya.
Data ini dikumpulkan oleh pihak lain yang sudah menjadi suatu informasi. Jadi
meminta data tersebut. Peneliti hanya memanfaatkan data yang ada untuk
sumbernya yaitu berasal dari dalam atau luar instansi (Istijanto, 2005). Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan dan dokumen
yang terdapat di kantor Desa Kalak dan DKP Kabupaten Pacitan seperti letak
geografis, jumlah produksi, serta studi literatur dari berbagai sumber lainnya
dengan memastikan semua alat tangkap krendet memiliki bahan dan ukuran yang
diperoleh dari informasi nelayan yang disajikan pada gambar lokasi penangkapan.
krungken dan samaran yang didapatkan dari laut dengan memanfaatkan waktu
pada saat surut, sedangkan keong sawah didapatkan dari sekitar sungai dan
sawah terdekat dari rumah. Selanjutnya kurang lebih 60 menit sebelum penurunan
alat tangkap krendet umpan sudah dipasang pada alat tangkap krendet dengan
ukuran berat yang sama yaitu 50 gram atau setara dengan 5-15 biji. Pemasangan
umpan dengan cara di rangkai pada tali umpan (senar) dengan cara ditusuk
tangkap krendet dengan satu jenis umpan. Pada hari pertama lokasi satu
dan lokasi ketiga menggunakan umpan keong sawah, kemudian hari berikutnya
dari 3 jenis umpan dan 3 lokasi disajikan pada tabel 2. Penangkapan dengan
menggunakan krendet sehari hanya satu kali trip (one day fishing) dengan
penurunan (setting) dilakukan pada pukul 16.00-17.00 WIB dan esok harinya pada
pukul 05.00 WIB dilakukan penarikan (hauling), karena kondisi laut yang curam
penurunan krendet dengan cara di lempar dari atas tebing mulai dari pemberat,
badan dan tali penarik, lalu ujung tali diikat pada tempat pengikat tali yang
dari tali pengikat, badan dan pemberat di lokasi pertama kali melakukan
menggunakan pasir kering atau resutan kayu. Selanjutnya hasil tangkapan yang
berat, panjang karapas, dan harga seperti pada lampiran data hasil tangkapan.
karena dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti. Analisa data
merupakan proses urutan data mulai dari pengumpulan data yaitu mencatat
semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai hasil di lapangan. Selanjutnya
reduksi data yaitu memilih hal pokok yang sesuai dengan penelitian, kemudian
(verifikasi).
kelompok sebab yang diteliti melebihi dari satu perlakuan dan kondisi lingkungan
yang tidak homogen (heterogen). Setelah pengambilan data primer dan data
Analisis data komposisi spesies hasil tangkapan pada alat tangkap krendet
Carpenter volume 1 tahun 2002, Carpenter dan Niem volume 2 tahun 1998.
Identifikasi ikan dilakukan untuk mengetahui klasifikasi ikan seperti nama ordo,
jenis ikan yang tertangkap. Data yang telah diperoleh dari partisipasi dan
komposisi hasil tangkapannya berdasarkan jenis dan volume hasil ikan. Menurut
menggunakan persamaan :
𝑛𝑖
𝑃𝑖 = 𝑁
𝑋 100% ..... (1)
Keterangan :
Tangkapan Lobster
umpan terhadap hasil tangkapan lobster pada alat tangkap krendet yaitu
data telah berdistribusi normal. Apabila data telah berdistribusi normal maka dapat
dilakukan uji homogenitas yang digunakan untuk mengetahui apakah data telah
homogen. Jika data telah homogen selanjutnya di uji F atau sidik ragam (ANOVA)
terdapat perbedaan maka dapat di uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata
28
perlakuan dengan menggunakan 3 jenis umpan yang berbeda, jenis umpan mana
kelompok (RAK) yang merupakan bentuk rancangan yang telah digunakan dalam
berbagai penelitian. Rancangan ini digunakan pada kondisi tempat yang tidak
menggunakan persamaan :
Keterangan:
Yij = respon atau nilai pengamatan dari kelompok ke-j yang memperoleh
perlakuan ke-i
εij = galat percobaan dari kelompok ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i
ini sebanyak 27 kali atau juga tergantung dari faktor biaya, tenaga kerja, dan
Keterangan :
n = ulangan
t = perlakuan
(𝑛 − 1)(𝑡 − 1) ≥ 15
(𝑛 − 1)(3 − 1) ≥ 15
(𝑛 − 1)(2) ≥ 15
(𝑛 − 1) ≥ 7,5
(𝑛) ≥ 8,5 = 9
pengulangan setiap umpan dengan jumlah total 27 kali pengulangan. Hal ini
Keterangan :
Perhitungan :
FK = T2 / 30
30
JK Acak = X - Y - T = K
Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan untuk menilai sebaran data
pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut
berdistribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas berguna untuk menentukan data
yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji
Menurut Santoso (2010), data yang baik yaitu data yang memiliki pola
seperti distribusi normal. Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui
distribusi data apakah mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji ini bisa
setiap variabel.
31
Keterangan :
Signifikansi (α=5% atau 0,05) untuk dasar pengambilan keputusan uji kolmogorov
a) Jika nilai |FT-FS| terbesar < nilai tabel kolmogorov smirnov, maka H0 diterima;
Ha ditolak.
b) Jika nilai |FT-FS| terbesar > nilai tabel kolmogorov smirnov, maka H0 ditolak;
Ha diterima .
distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
dalam varibel X dan Y homogen atau tidak (Hidayat, 2013). Rumus uji
Mencari F hitung:
32
𝑆𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹= 𝑆𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
..... (7)
Uji F atau sering disebut uji sidik ragam (Anova) merupakan singkatan dari
analysis of varian yaitu salah satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji
perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok. Hasil akhir dari analisis
anova adalah nilai F tes atau F hitung yang nantinya nilai F hitung dibandingkan
dengan nilai pada tabel F. Jika nilai f hitung > f tabel maka terima H1 dan tolak H0
yang berarti ada perbedaan pada kelompok ataupun sebaliknya jika nilai f hitung
< f tabel maka tolak H1 dan terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan pada
kelompok. Ada dua jenis anova yaitu analisis varian satu faktor (one way anova)
dan analisis varian dua faktor (two ways anova) (Hidayat, 2012). Analisis sidik
data yang dihasilkan disusun menggunakan (tabel 5) sidik ragam yaitu sebagai
berikut :
Interpretasi :
ditolak, berarti semua variable tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas
Uji lanjutan salah satunya yaitu uji beda nyata jujur. Metode ini lebih dikenal
dengan uji tukey yang sering disebut dengan Honestly Significant Differences
(HSD). Uji BNJ digunakan untuk menunjukkan kondisi rata-rata perlakuan yang
berbeda nyata, maka dengan jenis uji lain hasilnya juga akan berbeda nyata.
sebuah nilai kritis (w). Jika selisih rata-rata yang dibandingkan lebih dari atau sama
dengan nilai kritisnya maka dapat dikatakan bahwa rata-rata tersebut berbeda
nyata (signifikan) (Nawari). Perhitungan nilai kritis uji tukey HSD adalah sebagai
berikut :
𝑊 = 𝑞𝑎 (𝑝, 𝑑𝑓𝑒)𝑆𝑒
𝑀𝑆𝑒
𝑆𝑒 = √ ....... (8)
𝑟
Keterangan :
qα = nilai wilayah studentized range untuk tukey HSD pada α, p dan dfe
Se = standart eror
3.7 Hipotesis
sebagai berikut :
tangkapan Lobster.
primer dan data sekunder. Data primer di ambil ketika di lapang dengan
Percobaan ini menggunakan alat tangkap krendet dengan tiga jenis umpan yang
berbeda dan ukuran berat yang sama. Penelitian ini menggunakan bahan dan
ukuran alat tangkap krendet yang sama untuk dioperasikan pada tiga titik lokasi
menggunakan uji Beda Nyata Jujur, setelah hasil diketahui maka dapat di tarik
Mulai
Data Penelitian
Data Sekunder :
Data Primer :
- Konstruksi krendet
- Data statistik perikanan
- Lokasi penangkapan
tangkap kabupaten Pacitan
- Waktu pengoperasian
- Komposisi Hasil tangkapan - Data geografis tempat
- Pengaruh beda umpan penelitian
Kesimpulan
satu dari 38 Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terletak di bagian selatan
barat daya. Titik koordinat kabupaten Pacitan terletak diantara 1100 55’ sampai
1110 25’ bujur timur dan 70 55’ sampai 80 17’ lintang selatan dengan luas wilayah
Desa.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kalak. Desa kalak merupakan salah satu
dari 12 Desa di Kecamatan Donorojo yang terletak 18 Km ke arah utara dari kota
kecamatan yang memiliki luas wilayah sebesar 939,045 Ha. Desa Kalak terdiri dari
9 Dusun dengan jumlah penduduk 3.818 jiwa. Adapun wilayah perbatasan dengan
Desa Kalak yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Klepu, Sebelah selatan
dengan Samudra Indonesia, sebelah timur dengan Desa Sendang, sebelah barat
dengan Desa Widoro. Desa Kalak memiliki laut dengan kondisi bertebing (curam),
Gambar 11. Peta lokasi penelitian yang digunakan untuk kegiatan penangkapan
Lobster menggunakan alat tangkap Krendet yang terletak di perairan
Karangbolong Dusun Ngobyokan Desa Kalak Kecamatan Donorojo
Kabupaten Pacitan.
memiliki 15-30 alat tangkap krendet untuk sekali operasi penangkapan. Hasil
tangkapan yang didapat merupakan udang karang yang memiliki nilai harga jual
tinggi. Selain dari hasil tangkapan utama juga terdapat hasil tangkapan sampingan
yaitu rajungan, kepiting dan ikan demersal lainnya. Desa Kalak khususnya di
memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda, dalam penelitian ini menggunakan satu
38
nelayan yang bernama Bapak Ali Mustofa, karena untuk menyesuaikan ukuran
Krendet merupakan salah satu alat tangkap pasif yang tergolong sebagai
alat perangkap. Alat tangkap ini terdiri dari kerangka, jaring, tali penarik, pemberat
dan umpan, namun ada juga beberapa nelayan yang menggunakan pelampung
yang menangkap lobster menggunakan krendet yaitu nelayan yang tidak memiliki
kapal. Nelayan di Desa Kalak memanfaatkan kondisi laut yang curam sehingga
krendet dapat dioperasikan dari tebing laut. Alat tangkap krendet ini merupakan
alat tangkap tradisional salah satu peninggalan dari orang dahulu yang sampai
saat ini masih digunakan untuk menangkap lobster di Desa Kalak. Selain dari
bentuknya yang sederhana pembuatan krendet juga mudah. Krendet terbuat dari
besi cor yang berbentuk lingkaran, kemudian bagian tengah dipasang jaring dan
yang masuk ke dalam jaring menggunakan alat bantu umpan, sehingga jaring
membelit tubuh lobster dan tidak bisa bergerak bebas. Adapun bentuk alat tangkap
yang terdiri dari kerangka, jaring, pemberat, tali penarik, dan tali umpan. Berikut ini
3. Kerangka besi
4. Tali umpan
5. Pemberat
1) Kerangka (frame)
Kerangka alat tangkap krendet yang dibuat oleh nelayan di Desa Kalak
terbuat dari besi. Prinsip dari kerangka yaitu bahan mudah didapatkan, harganya
murah, dan mudah untuk dibentuk. Ukuran besi yang digunakan memiliki diameter
kerangka krendet ini dapat dipakai antara 5 sampai 7 kali pengoperasian, karena
besi mudah korosi ketika di rendam dengan air laut, sehingga sudah tidak layak
pakai.
2) Jaring (webbing)
nomor benang 40 dan ukuran mata jaring (mesh size) 4,5 inci. Prinsip dari jaring
dari satu lapis dan tidak terlalu kencang, sehingga daya jeratnya lebih baik. Satu
lapis jaring dapat digunakan untuk menangkap lobster minimal satu kali
dasar laut dan juga gelombang air laut. Pembaruan jaring dilihat dari kondisi jaring
setelah pengoperasian, jika sudah tidak layak pakai maka diganti dengan yang
3) Pemberat
Pemberat yang digunakan pada krendet terbuat dari bahan batu yang
dilubangi sebagai tempat mengikat tali penarik. Pemasangan pemberat cukup satu
42
buah setiap satu krendet. Berat dari pemberat ini ±1,5 Kg. Biasanya nelayan
memperoleh batu di sekitar rumah dan juga disekitar sungai. Berikut ini merupakan
4) Tali-temali
Tali yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu tali penarik dan tali umpan. Tali
penarik berbahan Polyetilene (PE) dengan ukuran tali 3-4 milimeter, panjang tali
tersebut 30-60 meter tergantung dari panjang tebing dan kedalaman laut dengan
arah pintalan ke kiri (Z). Tali ini selain sebagai tali penarik juga sebagai pengikat
bagian tengah kerangka. Tali ini memiliki ketahanan yang baik, baik dalam kondisi
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Polyplacophora
Order : Chitonida
44
Family : Chitonidae
Genus : Chiton
Spesies : Chiton sp
genting, memiliki warna ungu kehijauan, memiliki bentuk tubuh elips. Spesies ini
menempel dan dapat ditemukan pada batu karang dan di batu maupun di kerang
yang lebih besar pada perairan dangkal. Selain digunakan sebagai umpan dari
alat tangkap krendet masyarakat pesisir biasanya memanfaatkan jenis ini untuk
dikonsumsi.
Menurut Quoy dan Gaimard (1834) dalam Carpenter dan Niem (1998b),
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Order : Patelloidea
45
Family : Patellidae
Genus : Patella
Spesies : Patella sp
Samaran (Patella sp) memiliki tempurung yang buram dan bervariasi baik
ketebalan dan bentuknya. Bagian eksterior memiliki garis yang tidak teratur,
kerang ini memiliki bentuk tubuh bulat memanjang (oval). Bagian permukaan
halus berwarna putih, abu-abu, kuning atau oren kecoklatan. Spesies ini
menempel dan dapat ditemukan pada batu karang atau di batu dan kerang yang
lebih besar di perairan dangkal. Selain digunakan untuk umpan dari alat tangkap
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Order : Archetinaeniglossa
46
Family : Ampullariidae
Genus : Pila
dorsal, keong ini memiliki warna hjau, kekuningan atau kecoklatan dan banyak
dan penarikan esok hari pada pukul 05.00-06.00 WIB. Tahap pengoperasian yang
1) Persiapan
persiapan, dalam hal ini yaitu menyiapkan alat tangkap yang akan dioperasikan,
dan menyiapkan umpan yang akan digunakan. Umpan yang digunakan yaitu
47
umpan krungken, samaran dan keong sawah. Umpan krungken dan umpan
samaran diperoleh dari pantai yang terdapat batu karangnya. Cara mengambilnya
dengan memanfaatkan waktu pada saat air laut surut. Selanjutnya umpan keong
diperoleh dari sawah yang tidak jauh dari tempat penelitian. Umpan yang dipasang
pada alat tangkap krendet seberat 50 gram yang diikatkan pada bagian tengah
menggunakan GPS atau aplikasi Maps yang ada di telepon pintar (Handphone).
2) Penurunan (Setting)
Proses penurunan alat tangkap krendet dengan urutan pemberat, badan, lalu tali
dengan cara dilempar dari atas tebing. Penurunan krendet dilakukan dengan cara
satu per satu yang setiap lokasi terdapat 3 alat tangkap, untuk mengantisipasi
krendet putus ataupun hilang. Usahakan antar krendet bersebelahan untuk setiap
lokasinya atau tidak terjadi tumpang tindih. Setelah krendet sampai di dasar
Umumnya nelayan melakukan penurunan pada sore hari sekitar pukul 16.00-17.30
WIB. Posisi krendet didasar perairan bebas bisa horizontal maupun vertikal.
3) Perendaman (Immersing)
Perendaman krendet dilakukan selama kurang lebih 13 jam, mulai dari jam
16.00-05.00 WIB. Sore hari pada pukul 16.00 dilakukan penurunan alat tangkap
4) Pengangkatan (Hauling)
jaring dan pemberat. Hasil tangkapan yang terjerat jaring kemudian dilepaskan.
Hasil tangkapan yang sudah dilepaskan disimpan dalam basket ataupun tempat
lainnya yang dapat melindungi lobster dari panas cahaya matahari. Sebelum
resutan kayu supaya tidak cepat mati. Setelah selesai pengangkatan semua alat
hasil tangkapan.
dengan tebing yang tinggi. Krendet dioperasikan di dasar perairan yang terdapat
karang, dan pasir, nelayan harus memasang dengan cara yang baik dan benar
tekanan penangkapan pada setiap lokasi. Hal ini disebabkan oleh faktor
samping.
49
Gambar 21. Lokasi Penangkapan Lobster dengan Krendet (Tap net) di Perairan
Karangbolong, Pacitan (Dokumentasi Lapang, 2018).
nelayan untuk menangkap lobster, karena dengan alat tangkap krendet yang
mudah dibuat dan mudah didapatkan serta terjangkau sudah dapat menghasilkan
terjadi pada musim penghujan yaitu bulan September sampai bulan Februari.
50
seperti bentuk tubuh, warna tubuh, dan ciri-ciri lainnya pada jenis hasil tangkapan.
1) Lobster Pasir
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
51
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Lobster pasir memiliki warna dasar hijau kecoklatan, memiliki karapas yang
dipenuhi dengan duri besar maupun kecil, memiliki sepasang antenulla dengan
bercak berwarna putih, memiliki sepasang antena yang dipenuhi duri, memiliki kaki
jalan dengan bercak putih dan ujungnya terdapat duri yang runcing dibalut dengan
bulu tipis, memiliki ekor yang dapat digerakkan secara fleksibel seperti kipas,
memiliki beberapa ruas cangkang pada bagian perut dan terdapat titik-titik
berwarna putih di setiap pembatas ruas, juga terdapat titik-titik lebih besar dibagian
pinggir sisi kanan dan kiri juga terdapat bulu tipis yang berwarna oren. Ciri-ciri
(rounded) dan berduri, terdapat 4 duri besar pada bagian anterior dan sepasang
tanduk duri yang panjangnya kurang lebih 2 kali panjang mata. Bagian posterior
memiliki ekor yang berbetuk kipas dan fleksibel. Lobster ini memiliki warna dasar
52
kehijauan hingga kecoklatan. Warna mata coklat tua. Bagian anterior karapas dan
daerah sekitar mata berwarna oren cerah. Kaki jalan terdapat bercak berwarna
putih yang tidak teratur. Daerah sebaran Indo-Pasifik bagian Barat, Afrika Timur
1998b). Menurut Poupin dan Juncker (2010), lobster pasir bersifat nokturnal dan
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Lobster batu memiliki warna dasar merah sampai biru tua, memiliki karapas
yang dipenuhi dengan duri besar maupun kecil, memiliki sepasang antenulla,
memiliki sepasang antena yang dipenuhi duri dengan ujung duri berwarna oren,
memiliki kaki jalan yang terdapat garis putih dan ujungnya terdapat duri yang
runcing dibalut dengan bulu tipis berwarna oren, memiliki ekor yang dapat
digerakkan secara fleksibel seperti kipas, memiliki beberapa ruas cangkang pada
bagian perut dengan warna merah sampai birutua yang berselang-seling dan juga
penelitian lebih lanjut untuk menyatakan bahwa lobster tersebut termasuk spesies
Panulirus penicillatus.
(rounded) dan berduri, kemudian bagian anterior terdapat 4 duri besar dan
sepasang tanduk duri. Bagian posterior memiliki ekor yang berbentuk kipas yang
fleksibel. Panulirus penicillatus memiliki warna dasar biru tua hingga coklat, untuk
jantan biasanya lebih gelap daripada betina. Mata berwarna hitam, kaki jalan
terdapat garis putih dan bagian perut memiliki bercak putih. Daerah sebaran paling
54
banyak ditemukan yaitu di Indo-Pasifik, dari Afrika timur sampai Laut Merah,
Menurut Poupin dan Juncker (2010), lobster batu memiliki perut yang
fleksibel dapat diluruskan maupun di tekuk, memiliki kaki yang kuat untuk bergerak
nokturnal yaitu ketika malam hari lobster ini keluar dari lubang dan sebaliknya
3) Rajungan karang
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Portunidae
Genus : Charybdis
dasar hijau keorenan, dan terdapat corak bintik-bintik berwarna biru, memiliki mata
relatif kecil sedikit menonjol dan terdapat duri yang terletak di pinggir karapas dekat
dengan mata, memiliki lengan berduri dengan warna merah muda keungunan,
memiliki kaki jalan berwarna merah muda dengan ujung kaki berwarna biru, dari
erythrodactyla).
beberapa tonjolan bagian anterior, warna yang mencolok dengan tanda warna biru
langit dengan warna dasar hijau sampai oren. Rajungan ini memiliki mata kecil
yang sedikit keluar, berjalan dengan lincah dan bersifat nokturnal. Rajungan ini
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Suborder : Brachyura
Family : Carpiliidae
Genus : Carpilius
Kepiting ini memiliki karapas berbentuk oval dan halus yang berwarna
dasar coklat, merahmuda sampai krem, dan juga terdapat 9 totol-totol warna
merah marun, memiliki sepasang capit dengan ukuran yang berbeda, memiliki kaki
jalan berwarna krem kecoklatan dengan ujungnya terdapat duri yang runcing.
lebih lanjut untuk menyatakan bahwa kepiting tersebut benar termasuk kedalam
halus. Memiliki warna dasar krem sampai merah muda dan memiliki 9 titik yang
berwarna ungu sampai merah marun. 3 titik terdapat di daerah median (tengah), 2
titik daerah posterior (belakang), 2 titik di daerah anterolateral dan 2 titik di sekitar
orbit (sebelah kanan dan kiri). Kepiting ini memiliki ukuran kaki dactylus atau capit
yang berbeda. Kepiting ini sering terlihat di pasar Asia timur dan sebagian di
Indonesia, namun hanya dalam jumlah kecil. Kepiting karang ini dapat ditangkap
lain dari Carpilius yaitu Carpilius convexus yang mudah dibedakan karena
warnanya (Carpenter dan Niem, 1998b). Spesies ini dapat ditemukan pada pantai
berbatu atau terumbu karang, dengan kedalaman 3-30 meter, namun banyak
pantai timur Afrika dan Laut Merah bahkan mencapai Hawaii dan Polinesia Prancis
covexus, hanya warna yang berbeda. Carpilius mempunyai warna dasar krem
sampai merah muda dengan memiliki 9-11 titik ungu kecoklatan di bagian karapas
daerah terumbu karang bagian luar atau dasar terumbu di laguna dan juga pada
terkadang untuk dimakan, namun ada juga yang melaporkan sebagai kepiting
beracun, mungkin dikaitkan dengan memakan moluska yang beracun (Poupin dan
Juncker, 2010).
58
yang sebelumnya data di uji asumsi dengan uji normalitas dan homogenitas.
Apabila uji asumsi sudah terpenuhi maka uji One-way Anova dapat di laksanakan.
Apabila terdapat data yang tidak normal, maka data dapat dilakukan dengan
asli+0,05). Jika hasil dari uji One-Way Anova terdapat perbedaan maka di uji lanjut
berdasarkan jumlah dan berat (Kg) yang diperoleh selama penelitian (27 kali
Tabel 11. Total Hasil Tangkapan Krendet Berdasarkan Berat (Kg) dan Jumlah
(Ekor) Selama 27 Kali Pengulangan/Trip Penangkapan
U. Krungken U. Samaran U. Keong Sawah
Ulangan
Kg Ekor Kg Ekor Kg Ekor
1 0,85 3 0,80 3 0,30 2
2 0,85 4 0,80 3 0,20 1
3 0,60 3 0,80 4 0,25 1
4 0,85 4 0,70 3 0,25 1
5 0,70 3 0,80 3 0,20 1
6 0,50 2 0,80 3 0,45 2
7 1,30 4 0,85 3 0,20 2
8 0,50 2 0,70 3 0,25 1
9 0,70 3 0,35 2 0,25 2
Total 6,85 28 6,60 27 2,35 13
Rata-rata 0,76 3,11 0,73 3 0,26 1,44
Sumber : Data Primer
net) selama penelitian dengan menggunakan tiga jenis umpan yang berbeda. Hasil
59
umpan krungken sebesar 28 ekor dengan berat total 6,85 Kg, lalu diikuti umpan
samaran sebesar 27 ekor (6,60 Kg) dan umpan keong sawah sebanyak 13 ekor
(3,45 Kg). Selanjutnya gambar 26 dan gambar 27 menunjukkan grafik total hasil
tangkapan krendet berdasarkan berat (kg) dan jumlah (ekor) selama penelitian.
1.40
1.30
1.20
1.10
1.00
0.90
Berat (Kg)
0.80
0.70 U.Krungken
0.60
U. Samaran
0.50
0.40 U. Keong Sawah
0.30
0.20
0.10
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengulangan
Gambar 26. Grafik Jumlah Total Volume Hasil Tangkapan Krendet (Kg)
Berdasarkan Jenis Umpan Selama Penelitian
3
Ekor
U. Krungken
2 U. Samaran
U. Keong Sawah
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengulangan
Gambar 27. Grafik Jumlah Total Hasil Tangkapan Krendet (Ekor) Berdasarkan
Jenis Umpan Selama Penelitian
60
Berdasarkan jumlah total hasil tangkapan krendet dalam satuan berat (Kg)
7 dengan jumlah berat sebesar 1,30 Kg, sedangkan untuk hasil tangkapan
0,50 kg. Selanjutnya untuk umpan samaran hasil tangkapan tertinggi diperoleh
pada pengulangan ke 7 dengan jumlah berat sebesar 0,85 Kg, sedangkan hasil
tangkapan terkecil pada pengulangan ke 9 dengan jumlah berat sebesar 0,35 Kg.
Setelah itu umpan keong sawah hasil tangkapan terbesar diperoleh pada
terkecil pada pengulangan yang ke 2,5, dan 7 dengan masing-masing jumlah berat
0,20 Kg.
masing sebesar 1 ekor. Hasil tangkapan yang telah didaratkan oleh nelayan
kepiting tidak dijual melainkan dikonsumsi oleh nelayan sendiri. Hasil tangkapan
Tabel 12. Perhitungan Presentase Hasil Tangkapan Krendet (Trap net) Selama
Penelitian Berdasarkan Jenis Umpan
Ni Presentase Berat Presentase Rata-rata
Umpan (Ekor) (%) (Kg) (%) berat (Kg)
Krungken 28 41% 6,85 43% 0,24
Samaran 27 40% 6,60 42% 0,24
Keong sawah 13 19% 2,45 15% 0,19
Jumlah 68 100% 15,90 100% 0,68
Sumber : Data primer
15%
43% Krungken
Samaran
Keong sawah
42%
Gambar 28. Grafik Presentase Volume Hasil Tangkapan (Kg) Krendet (Trap net)
Berdasarkan Jenis Umpan Selama Penelitian
62
19%
41% Krungken
Samaran
Keong sawah
40%
Gambar 29. Grafik Presentase Jumlah Hasil Tangkapan (Ekor) Krendet (Trap Net)
Berdasarkan Jenis Umpan Selama Penelitian
jumlah total sebesar 68 ekor dengan total berat sebesar 15,90 Kg. Komposisi hasil
tangkapan krendet (Trap net) berdasarkan jumlah (ekor) hasil tangkapan terbesar
41%, lalu diikuti oleh umpan samaran sebesar 27 ekor dengan presentase sebesar
mendapatkan presentase terbesar yaitu sebesar 43% dan jumlah berat sebesar
6,85 kg dengan nilai rata-rata berat sebesar 0,24 kg, lalu diikuti dengan umpan
samaran sebesar 42% dan jumlah berat sebesar 6,60 kg dengan nilai rata-rata
berat sebesar 0,24 kg, kemudian diikuti umpan keong sawah dengan presentase
sebesar 15% dan jumlah berat sebesar 2,45 kg dengan nilai rata-rata berat
Tabel 13. Perhitungan Presentase Hasil Tangkapan Krendet (Trap net) Selama
Penelitian Berdasarkan nama spesiesnya
Ni Presentase Berat Presentase Rata-rata
Spesies
(Ekor) (%) (Kg) (%) berat (Kg)
L. batu 30 44% 8,10 51% 0,27
L. pasir 22 32% 5,20 33% 0,24
R. karang 11 16% 1,50 9% 0,14
K. tambal 5 7% 1,10 7% 0,22
Jumlah 68 100% 15,90 100% 0,86
Sumber : Data primer
Adapun grafik presentase total spesies hasil tangkapan dari alat tangkap
7%
9%
Lobster Batu
Lobster Pasir
51% Rajungan Karang
Kepiting Tambal
33%
Gambar 30. Grafik Presentase Volume Hasil Tangkapan (Kg) Krendet (Trap net)
Berdasarkan Jenis Tangkapan Selama Penelitian
64
7%
16%
Lobster Batu
44%
Lobster Pasir
Rajungan Karang
Kepiting Tambal
32%
Gambar 31. Grafik Presentase Jumlah Hasil Tangkapan (Ekor) Krendet (Trap net)
Berdasarkan Jenis Tangkapan Selama Penelitian
(ekor) hasil tangkapan terbesar yaitu lobster batu sebanyak 30 ekor dengan
presentase sebesar 44%, lalu diikuti oleh lobster pasir sebanyak 22 ekor dengan
presentase sebesar 32%, setelah itu rajungan karang sebanyak 11 ekor dengan
presentase sebesar 16%, kemudian hasil tangkapan terkecil yaitu kepiting tambal
berat (Kg) selama penelitian lobster batu mendapatkan presentase terbesar yaitu
sebesar 51% dan jumlah berat sebesar 8,10 kg dengan nilai rata-rata berat
sebesar 0,27 kg, lalu diikuti oleh lobster pasir sebesar 33% dan jumlah berat
sebesar 5,20 kg dengan nilai rata-rata berat sebesar 0,24 kg, setelah itu rajungan
karang dengan presentase sebesar 9% dan jumlah berat sebesar 1,50 kg dengan
nilai rata-rata sebesar 0,14 kg, kemudian diikuti kepiting tambal dengan
65
presentase sebesar 7% dan jumlah berat sebesar 1,10 kg dengan nilai rata-rata
sampingan. Hal ini sesuai dengan (Zulkarnain, 2012), bahwa lobster merupakan
target utama hasil penangkapan krendet, karena memiliki nilai ekonomis yang
2006) hasil tangkapan dari alat tangkap krendet yang dioperasikan di pinggiran
pantai baik dangkal maupun agak dalam adalah udang karang (lobster) yaitu
lainnya yaitu kepiting. Setelah itu menurut (Rahman et al., 2015), hasil tangkapan
dari bubu yang menggunakan umpan krungken dan kulit sapi yaitu lobster, kepiting
dan keong macan, sedangkan menurut penelitian (Musbir et al., 2014), hasil
tangkapan dalam penggunaan atraktor buatan yaitu lobster mutiara, lobster pasir,
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, dan
sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal (Hamdi dan Bahruddin, 2014). Uji normalitas pada data
penelitian menggunakan SPSS 16.0 dengan uji kolmogorov smirnov. Adapun hasil
uji normalitas berdasarkan jumlah berat hasil tangkapan (Kg) dengan perbedaan
Tabel 14. Uji Normalitas Total Volume Jenis Hasil Tangkapan (Kg) Selama
Penelitian
Krungken Samaran Keong Sawah
N 9 9 9
Normal Parametersa Mean 0,76 0,73 0,27
Std.
0,24 0,15 0,08
Deviation
Most Extreme Differences Absolute 0,24 0,33 0,27
Positive 0,24 0,22 0,27
Negative -0,14 -0,33 -0,19
Kolmogorov-Smirnov Z 0,74 1,00 0,81
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,63 0,26 0,51
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil tabel uji normalitas menggunakan SPSS 16.0 total hasil
diperoleh nilai signifikansi 0,63, umpan samaran 0,26 dan umpan keong sawah
0,15. Data tersebut telah terdistribusi normal dengan melihat nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 (5%). Adapun hasil uji normalitas berdasarkan jumlah (ekor) hasil
tangkapan dengan perbedaan jenis umpan telah berdistribusi normal yaitu pada
tabel 15.
Tabel 15. Uji Normalitas Jumlah Total Jenis Hasil Tangkapan (Ekor) Selama
Penelitian
Krungken Samaran Keong Sawah
N 9 9 9
Normal Parametersa Mean 3,11 3,00 1,44
Std.
0,78 0,50 0,52
Deviation
Most Extreme Differences Absolute 0,22 0,38 0,35
Positive 0,22 0,38 0,35
Negative -0,22 -0,38 -0,29
Kolmogorov-Smirnov Z 0,67 1,16 0,81
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,76 0,13 0,20
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
total hasil tangkapan krendet (Ekor) selama 27 kali pengulangan dengan umpan
krungken diperoleh nilai signifikansi 0,76, umpan samaran 0,13 dan umpan keong
67
sawah 0,20. Data tersebut telah terdistribusi normal dengan melihat nilai
independent sampel T test dan Anova. Asumsi yang mendasari dalam Analisis of
varians (ANOVA) adalah bahwa varian dari beberapa populasi adalah sama.
Dasar pengambilan keputusan sama seperti pada uji statistik lainnya. Jika nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka populasi data tidak sama (tidak homogen),
begitupun sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dikatakan
populasi data adalah sama (homogen). Adapun hasil dari uji homogenitas
Tabel 16. Uji Homogenitas Total Volume Jenis Hasil Tangkapan (Kg) Selama
Penelitian
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,40 2 24 0,10
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
tangkapan (Kg) menurut jenis umpan pada alat tangkap krendet selama 27 kali
pengulangan mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0,108. Hal ini sesuai dengan
dasar pengambilan keputusan, bahwa data dapat dikatakan homogen apabila nilai
Tabel 17. Uji Homogenitas Jumlah Total Jenis Hasil Tangkapan (Ekor) Selama
Penelitian
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,39 2 24 0,11
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
tangkapan (Kg) menurut jenis umpan pada alat tangkap krendet selama 27 kali
pengulangan mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0,112. Hal ini sesuai dengan
68
dasar pengambilan keputusan, bahwa data dapat dikatakan homogen apabila nilai
4.6.1.3 Uji One-Way ANOVA Berdasarkan Total Volume (Kg) Hasil Tangkapan
Krendet
Adapun hasil SPSS 16.0 dari uji One-Way ANOVA (Tabel 18) berdasarkan
data berat hasil tangkapan keseluruhan dari alat tangkap krendet selama 27
pengulangan.
Tabel 18. Uji One-Way ANOVA Total Volume Jenis Hasil Tangkapan (Kg) Selama
Penelitian
Sum of Mean
Df Fhit Ftab Sig.
Squares Square
Between Groups 1,35 2 0,67 22,48 3,40 0,00
Within Groups 0,72 24 0,03
Total 2,08 26
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
Hasil analisis One-way Anova didapatkan nilai Fhitung sebesar 22,48 dan
nilai Ftabel dari rumus excel FINV(0.05,2,24) didapatkan nilai sebesar 3,40 dengan
nilai signifikansi 0,00 sehingga nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesisnya terima H1
ANOVA yaitu jika Fhitung < Ftabel maka ditolak H1 menerima H0 dan jika Fhitung
> Ftabel maka diterima H1 menolak H0. Apabila hasil anova hipotesisnya terima
H1 tolak H0 maka terdapat perbedaan variasi sehingga perlu dilakukan uji lanjut.
Adapun hasil SPSS 16.0 dari uji One-Way ANOVA (Tabel 19) berdasarkan
data jumlah (ekor) hasil tangkapan keseluruhan dari alat tangkap krendet selama
27 pengulangan
69
Tabel 19. Uji One-Way ANOVA Jumlah Total Jenis Hasil Tangkapan (Ekor)
Selama Penelitian
Sum of Mean
Df Fhit Ftab Sig.
Squares Square
Between Groups 15,63 2 7,81 20,58 3,40 0,00
Within Groups 9,11 24 0,38
Total 24,74 26
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
Hasil analisis One-way Anova didapatkan nilai Fhitung sebesar 20,58 dan
nilai Ftabel dari rumus excel FINV(0.05,2,24) diperoleh nilai sebesar 3,40 sehingga
nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesisnya terima H1 tolak H0 artinya artinya jenis
umpan berpengaruh terhadap jumlah spesies hasil tangkapan secara nyata. Hal
ini didukung dengan nilai signifikansi (sig.) yaitu 0,00 yang kurang dari taraf selang
kepercayaan 0,05. Hal ini sesuai dengan dasar pengambilan keputusan (Priyatno,
2016), bahwa metode pengambilan keputusan uji One-Way ANOVA yaitu jika
Fhitung < Ftabel maka ditolak H1 menerima H0 dan jika Fhitung > Ftabel maka
diterima H1 menolak H0. Apabila hasil anova hipotesisnya terima H1 tolak H0 atau
terdapat perbedaan variasi maka diperlukan uji lanjutan dengan pengujian beda
Adapun hasil SPSS 16.0 dari uji lanjut tukey HSD yang sering disebut uji
beda nyata jujur (BNJ) (Tabel 20) menunjukkan variasi berdasarkan data berat
hasil tangkapan dengan tiga jenis umpan yang berbeda dari alat tangkap krendet
selama penelitian.
Tabel 20. Hasil Variasi Perbedaan Umpan Total Volume Jenis Hasil Tangkapan
(Kg) Selama Penelitian
Umpan N Rata-rata ± Standart deviasi
Krungken 9 0,76 ± 0,24a
Samaran 9 0,73 ± 0,15a
Keong Sawah 9 0,27 ± 0,08b
Keterangan : Huruf dibelakang angka menunjukkan perbedaan secara statistik
pada notasi dengan nilai siginifikansi 0,05. Sumber : Data Primer di
Uji dengan SPSS 16.0
70
Berdasarkan hasil uji Beda Nyata Jujur diperoleh nilai rata-rata dan
standart deviasi serta notasi terbesar yaitu pada umpan Krungken sebesar 0,76 ±
0,24a; umpan Samaran sebesar 0,73 ± 0,15a; dan umpan Keong sawah sebesar
0,27 ± 0,08b. Umpan krungken dan umpan samaran tidak memiliki perbedaan yang
signifikan, dengan kata lain nilai rata-rata spesies tersebut memiliki notasi yang
sama, kemudian umpan krungken dan umpan samaran memiliki perbedaan yang
signifikan dengan umpan keong sawah, dengan kata lain nilai rata-rata spesies
Adapun hasil SPSS 16.0 dari uji lanjut tukey HSD yang sering disebut uji
beda nyata jujur (BNJ) (Tabel 21) menunjukkan variasi berdasarkan data jumlah
(ekor) hasil tangkapan dengan tiga jenis umpan yang berbeda dari alat tangkap
Tabel 21. Hasil Variasi Perbedaan Umpan Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor)
Selama Penelitian
Umpan N Rata-rata ± Standart deviasi
Krungken 9 0,78 ± 3,11a
Samaran 9 0,50 ± 3,00a
Keong Sawah 9 0,52 ± 1,44b
Keterangan : Huruf dibelakang angka menunjukkan perbedaan secara statistik
pada notasi dengan nilai siginifikansi 0,05. Sumber : Data Primer di
Uji dengan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil uji Beda Nyata Jujur diperoleh nilai rata-rata terbesar
yaitu umpan krungken sebesar 0,78, lalu diikuti umpan keong sawah sebesar 0,52
dan terkecil yaitu umpan samaran sebesar 0,50. Selanjutnya nilai standart deviasi
serta notasi terbesar yaitu pada umpan Krungken sebesar 3,11a; kemudian diikuti
umpan Samaran sebesar 3,00a; lalu umpan keong sawah sebesar 1,44b. Umpan
krungken dan umpan samaran tidak memiliki perbedaan yang signifikan, dengan
kata lain nilai rata-rata spesies tersebut memiliki notasi yang sama, lalu umpan
krungken dan umpan samaran memiliki perbedaan yang signifikan dengan umpan
keong sawah, dengan kata lain nilai rata-rata spesies tersebut memiliki notasi yang
berbeda.
71
kimia dari umpan terbawa arus hingga ke tempat lobster, sehingga penggunaan
jenis umpan yang berbeda dipengaruhi oleh kebiasaan makan lobster. Umumnya
nelayan menggunakan umpan dari laut, sehingga lobster mungkin tidak biasa
dengan bau umpan keong sawah. Umpan krungken dan umpan samaran
habitatnya di laut yang memiliki bau lebih tajam dari keong sawah yang habitatnya
di air tawar. Ada kemungkinan bahwa umpan dari laut lebih baik digunakan untuk
menangkap lobster daripada umpan dari air tawar. Hal ini sesuai dengan penelitian
(Febrianti, 2000 dan Rahman et al., 2015), bahwa terdapat perbedaan hasil
diperoleh selama penelitian (27 kali pengulangan) dengan 3 perlakuan (tiga jenis
umpan berbeda) terdapat pada tabel 22. Data ini berdasarkan berat hasil
Tabel 22. Hasil Tangkapan Utama Berdasarkan Berat (Kg) dan Jumlah (Ekor)
Selama Penelitian
Ulangan U. Krungken U. Samaran U. Keong Sawah
Kg Ekor Kg Ekor Kg Ekor
1 0,85 3 0,60 2 0,15 1
2 0,50 2 0,80 3 0,20 1
3 0,60 3 0,70 3 0,25 1
4 0,65 3 0,55 2 0,25 1
5 0,45 2 0,80 3 0,20 1
6 0,50 2 0,65 2 0,25 1
7 1,15 3 0,60 2 0,20 1
8 0,50 2 0,70 3 0,25 1
9 0,55 2 0,25 1 0,15 1
Total 5,75 22 5,65 21 1,90 9
Rata-rata 0,64 2,44 0,63 2,33 0,21 1
Sumber : Data Primer
72
Adapun grafik total hasil tangkapan dari alat tangkap krendet dengan 3
jenis umpan yang berbeda selama penelitian berdasarkan jumlah (ekor) dan berat
(kg).
1.40
1.20
1.00
Berat (Kg)
0.80
U. Krungken
0.60
U. Samaran
0.40 U. Keong Sawah
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengulangan
Gambar 32. Grafik Jumlah Volume Hasil Tangkapan Utama Krendet (Kg)
Berdasarkan Jenis Umpan Selama Penelitian
3.5
2.5
Jumlah (Ekor)
2
Krungken
1.5
Samaran
1 Keong sawah
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengulangan
Gambar 33. Grafik Jumlah Hasil Tangkapan Utama Krendet (Ekor) Berdasarkan
Jenis Umpan Selama Penelitian
penangkapan tertinggi pada pengulangan ke 22, 24, dan 26, sedangkan untuk
Selanjutnya umpan keong sawah hasil tangkapan mulai dari pengulangan ke 1-9
lobster, kondisi lobster dan juga berat lobster. Harga lobster pasir mencapai
Rp.300.000,- per kilogramnya, sedangkan harga lobster batu Rp. 250.000,- per
kilogramnya. Harga jenis lobster pasir lebih mahal dari jenis lobster batu, untuk
hasil tangkapan lobster yang beratnya lebih dari 0,2 Kg (200 gram) dipisahkan
karena semakin tinggi berat lobster maka semakin tinggi pula harganya. Apabila
ada ukuran lobster yang kurang dari 0,2 Kg pengepul tidak mau membeli, jadi hasil
dari segi kualitasnya, bila kondisi lobster dalam keadaan hidup dan bagian
tubuhnya masih lengkap itu juga termasuk kedalam kriteria harga penjualan
lobster. Apabila terdapat bagian tubuh lobster yang hilang ataupun rusak maka
harga lobster akan turun bahkan tidak laku untuk dijual, dan juga lobster dalam
74
dengan ketentuan tidak dalam kondisi bertelur dan ukuran panjang karapas diatas
1.40
1.20
Berat Tangkapan (Kg)
1.00
0.80
Krungken
0.60 Samaran
0.40 Keong
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengulangan
sebagai berikut :
rata 0,64 Kg
75
rata 0,63 Kg
0,21 Kg
Berdasarkan jumlah hasil tangkapan krendet dengan tiga jenis umpan yang
banyak dengan umpan krungken yaitu 22 ekor dengan berat 5,75 Kg, sedangkan
jumlah hasil tangkapan terendah diperoleh pada umpan keong sawah yaitu 9 ekor
dengan berat 1,90 Kg. Menurut (Fauzi et al., 2006) hasil tangkapan dari alat
tangkap krendet yang dioperasikan di pinggiran pantai baik dangkal maupun agak
dalam adalah udang karang (lobster) dan kepiting. Selanjutnya menurut (Jayanto
karena pada saat setting alat tangkap langsung diletakkan di lokasi yang tepat
untuk lokasi landai seperti di bibir pantai, sedangkan untuk pengoperasian yang
dari tebing alat tangkapnya langsung dilempar dari atas tebing ke arah daerah
Hasil uji normalitas berdasarkan berat hasil tangkapan (Kg) telah berdistribusi
Tabel 23. Uji Normalitas Hasil Tangkapan Lobster Berdasarkan Berat (Kg)
Krungken Samaran Keong
N 9 9 9
Normal Parametersa Mean 0,63 2,62 0,21
Std.
0,22 0,16 0,04
Deviation
Most Extreme Differences Absolute 0,25 0,21 0,26
Positive 0,25 0,15 0,17
Negative -0,20 -0,21 -0,26
Kolmogorov-Smirnov Z 0,77 0,63 0,80
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,58 0,81 0,53
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil tabel uji normalitas data berat hasil tangkapan lobster
(Kg) diperoleh nilai signifikansi umpan krungken sebesar 0,58; umpan samaran
sebesar 0,81; dan umpan keong sebesar 0,53. Data berat hasil tangkapan lobster
telah terdistribusi normal dengan melihat nilai signifikansi yang lebih besar dari
0,05 (5%) atau selang kepercayaan 95%. Sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas yaitu jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka data tersebut berdistribusi normal, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
maka data tersebut tidak berdistribusi normal (Hamdi dan Bahruddin, 2014).
yang sama atau tidak. Uji ini biasanya dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis
independent sampel T test dan Anova. Asumsi yang mendasari dalam Analisis of
varians (ANOVA) adalah bahwa varian dari beberapa populasi adalah sama.
Dasar pengambilan keputusa jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
populasi data tidak sama, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka
dikatakan populasi data adalah sama. Hasil uji homogenitas berdasarkan data
jumlah berat hasil tangkapan (kg) lobster yaitu terdapat pada tabel 24.
77
Tabel 24. Uji Homogenitas Hasil Tangkapan Lobster Berdasarkan Berat (Kg)
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,26 2 24 0,05
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
Hal ini berarti memiliki populasi yang sama, sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan, bahwa data dapat dikatakan homogen apabila nilai siginifikansi lebih
Adapun hasil SPSS 16.0 dari uji One-Way ANOVA (Tabel 25) berdasarkan
data berat hasil tangkapan Lobster dari alat tangkap krendet selama 27 kali
pengulangan/penangkapan.
Tabel 25. Uji One-Way ANOVA Hasil Tangkapan Lobster Berdasarkan Berat (Kg)
Sum of Mean
Df Fhit Ftab Sig.
Squares Square
Between
1,07 2 0,53 19,96 3,40 0,00
Groups
Within Groups 0,64 24 0,02
Total 1,71 26
Sumber : Data Primer di Uji dengan SPSS 16.0
Hasil analisis One-way Anova hasil tangkapan lobster (Kg) didapatkan nilai
sebesar Fhitung 19,96 dan nilai Ftabel dari rumus excel FINV(0.05,2,24)
didapatkan nilai sebesar 3,40 sehingga nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesisnya
bervariasi atau memiliki beda nyata. Hal ini didukung dengan nilai signifikansi (sig.)
yaitu 0,00 dan kurang dari taraf selang kepercayaan yaitu 0,05 sehingga jumlah
spesies Lobster hasil tangkapan krendet berbeda nyata. Hal tersebut sesuai
pengambilan keputusan uji One-Way ANOVA yaitu jika Fhitung < Ftabel maka
ditolak H1 menerima H0 dan jika Fhitung > Ftabel maka diterima H1menolak H0.
variasi maka diperlukan uji lanjutan dengan pengujian beda nyata jujur untuk
Adapun hasil SPSS 16.0 dari uji lanjut tukey HSD yang sering disebut uji
beda nyata jujur (BNJ) (Tabel 26) berdasarkan data berat hasil tangkapan Lobster
Tabel 26. Uji Variasi Pengaruh Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Kg)
Umpan N Rata-rata ± Standart deviasi
Krungken 9 0,63 ± 0,22a
Samaran 9 0,62 ± 0,16a
Keong sawah 9 0,21 ± 0,04b
Keterangan : Huruf dibelakang angka menunjukkan perbedaan secara statistik
pada notasi dengan nilai siginifikansi 0,05. Sumber : Data Primer di
Uji dengan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil uji Beda Nyata Jujur hasil tangkapan lobster (Kg)
terdapat perbedaan hasil antar spesies lobster hasil tangkapan krendet (Trap net)
standart deviasi serta notasi terbesar pada umpan Krungken dengan nilai 0,63 ±
0,22a, diikuti umpan samaran dengan nilai 0,62 ± 0,16a, dan umpan yang memiliki
nilai rata-rata dan notasi terkecil yaitu umpan keong dengan nilai 0,21 ± 0,04b.
signifikan, dengan kata lain nilai rata-rata umpan krungken dan samaran memiliki
notasi yang sama, kemudian umpan krungken dan umpan samaran dengan
umpan keong sawah memiliki perbedaan yang signifikan, dengan kata lain nilai
umpan disimpulkan bahwa umpan krungken dan umpan samaran lebih baik
kemungkinan besar karena krungken dan samaran memberikan bau yang lebih
pekat dari pada keong sawah. hal tersebut juga didukung dengan penelitian
(Febrianti, 2000 dan Rahman et al., 2015), bahwa terdapat perbedaan hasil
dioperasikan dari tebing yaitu lobster batu dan lobster pasir. Menurut (Irfannur et
al., 2017), lobster hidup dan menyebar hampir di seluruh perairan Indonesia.
diantaranya lobster pasir, lobster mutiara, dan lobster bambu yang tertangkap
menggunakan alat tangkap gill net (Madiana dan Laurensia, 2013). Di perairan
selatan Gunung Kidul dan Pacitan jenis lobster yang tertangkap didominasi oleh
lobster batu (Fauzi et al., 2013). Hasil tangkapan di krendet di Pacitan yaitu lobster
batu, lobster batik, lobster bambu dan lobster bambu coklat (Bakhtiar, et al., 2014).
Musim penangkapan lobster terjadi pada saat musim penghujan tiba, dimana
masalah jenis umpan, masalah sifat umpan, dan masalah cara pemasangan
umpan. Udang karang bersifat nokturnal yang sering ditemukan di goa-goa batu
1) Selektivitas tinggi;
hayati (biodiversity);
nomor 6/2010, kelompok jenis alat penangkapan ikan perangkap adalah kelompok
alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, dan/atau besi, kayu, bambu,
berbentuk silinder, trapesium dan bentuk lainnya dioperasikan secara pasif pada
dasar atau permukaan perairan, dilengkapi atau tanpa umpan. Salah satu alat
tangkap yang mempunyai resiko kerusakan hasil tangkapan kecil dan menjamin
lobster dalam keadaan tetap hidup yaitu bubu. Berdasarkan bahan dan bentuk
bubu di bedakan menjadi enam macam diantaranya bubu bone, bubu bali, bubu
beehive, bubu batter crayfish, bubu lipat dan krendet (Kanna, 2006).
lobster dalam kondisi bertelur dan pasal 3 berbunyi bahwa penangkapan dapat
dilakukan dengan ukuran lobster panjang karapas lebih dari 8 cm. Dimana
permen-kp no 1 tahun 2015 sudah tidak berlaku karena sudah ada pembaruan
81
dengan ketentuan tidak dalam kondisi bertelur dan ukuran panjang karapas diatas
8 cm atau berat diatas 200 gram per ekor. Ketentuan penangkapan dan / atau
yang menangkap lobster wajib melepaskan yang tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, jika masih dalam keadaan hidup; dan
dimaksud dalam pasal 2 yang tertangkap dalam keadaan mati dan melaporkan
tercantum dalam surat izin penangkapan ikan, kemudian dalam pasal 7 ayat 3
berbunyi setiap orang yang mengeluarkan lobster dalam kondisi yang tidak sesuai
peraturan perundang-undangan.
Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan. Analisis
usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu
usaha. Tujuan dari analisis usaha yaiu untuk mengetahui tingkat keuntungan dan
1) Investasi
sebesar Rp. 1.818.000. Berikut ini merupakan rincian biaya modal usaha
penangkapan lobster.
2) Biaya (Cost)
dibedakan menjadi 2 yaitu biaya tidak tetap (Variable cost) dan biaya tetap (Fixed
cost).
Biaya tidak tetap terdiri dari biaya operasional. Usaha penangkapan biaya
operasioanal yang dikeluarkan tiap tahun supaya mencapai umur ekonomi barang
(Rini et al., 2017). Biaya tidak tetap yang digunakan untuk menangkap lobster di
83
Desa Kalak, Pacitan yaitu Rp. 1.050.000. Berikut ini merupakan rincian biaya tidak
Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung dengan aktivitas
produksi, biaya penyusutan termasuk ke dalam biaya tetap (Rini et al., 2017).
Biaya tetap yang digunakan untuk menangkap lobster di Desa Kalak, Pacitan yaitu
Rp. 904.500 per tahun. Berikut ini merupakan rincian biaya tetap usaha
penangkapan lobster.
3) Pendapatan
usaha penangkapan yang dijalani (Saprani et al., 2016). Berikut ini merupakan
a) Keuntungan
dengan jumlah total biaya (Hasnidar et al., 2017). Berikut merupakan perhitungan
= pendapatan + penyusutan
Arus kas = Rp. 11.355.810 + Rp. 909.000
= Rp. 12.264.810
dengan total biaya yang telah dikeluarkan. Suatu usaha dapat dikatakan layak
85
apabila nilai B/C lebih besar dari 0 (B/C > 0). Semakin besar nilai B/C maka
= Pendapatan / FC + VC
B/C Ratio = Rp. 11.355.810/ Rp. 909.000 + Rp. 4.350.000
= 2,16
dikategorikan cepat jika nilai PP kurang dari 3 tahun. Usaha penangkapn lobster
menggunakan alat tangkap krendet di Desa Kalak, Pacitan diperoleh nilai PP 0,15
tahun atau kurang dari satu tahun. Hal ini berarti nelayan dapat mengembalikan
modal usaha dalam waktu kurang dari satu tahun. Adapun rincian perhitungannya
sebagai berikut :
Break event point merupakan titik impas yang diartikan sebagai suatu
dan kerugian adalah 0 (Hasnidar et al., 2017). Nilai titik impas akan diperoleh pada
hasil tangkapan 53,5 kilogram dengan harga Rp. 275.000 per kilogramnya atau
𝐹𝐶
BEP = 𝑉𝐶
1− 𝑆
𝑅𝑝. 909.000
= 𝑅𝑝. 430.000
1−
𝑅𝑝. 11.355.810
= Rp. 1.473.410
Atau 53,5 Kg
25000000
Hasil Penangkapan
20000000
15000000
10000000
BEP
5000000
0
0 5 10 15
Bulan penangkapan
B. Operasional H. Tangkapan
Gambar 35. Grafik Break Even Point (Titik Impas) Usaha Penangkapan Lobser.
Rp. 1.473.410 atau setara dengan jumlah hasil tangkapan 53,5 Kg dengan harga
5.1 Kesimpulan
perbedaan jenis umpan pada alat tangkap krendet (Trap Net) terhadap hasil
yang berbeda yaitu lobser batu (Panulirus homarus), lobster pasir (Panulirus
lobster batu dan lobster pasir memiliki presentase tertinggi dan berdasarkan
jenis umpan, umpan krungken dan umpan samaran memiliki rata-rata dan
2) Berdasarkan uji One-way anova diperoleh nilai Fhitung > Ftabel atau nilai
signifikansi < 0,05 berarti terima H1 tolak H0, sehingga perbedaan umpan
berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan, kemudian diuji lanjut dengan uji
BNJ bahwa umpan krungken dan umpan samaran lebih baik daripada umpan
Pacitan.
5.2 Saran
banyak.
efektif dan efisien untuk hasil tangkapan lobster, dengan tempat yang
Bakhtiar. A., H. Boesono dan Sardiatmo. 2014. Pengaruh Perbedaan Waktu dan
Umpan Penangkapan Lobster (Panulirus sp) dengan Alat Tangkap Krendet
(Trap Net) di Perairan Watukarung Kabupaten Pacitan. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology. Semarang. 3 (3) :
168-175.
Boesono. H., S. Anggoro dan A. N. Bambang. 2011. Laju Tangkap dan Analisis
Usaha Penangkapan Loster (Panulirus sp) dengan Jaring Lobster (Gillnet
monofilament) di Perairan Kabupaten Kebumen. Jurnal Saintek Perikanan.
Semarang. 7 (1) : 77-87.
Diniah dan A. Lesmana. 2004. Dua Konstruksi Krendet yang Berbeda dalam
Pemanfaatan Sumberdaya Spiny Lobster. Bogor : 104-109.
90
Fauzi. S., Partosuwiryo., Sugiono dan M. Basuki. 2006. Petunjuk Pembuatan dan
Pengoperasian Krendet. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan Dan
Perikanan. Semarang.
Febrianti. L. 2000. Pengaruh Umpan Pikatan Kulit Hewan (Kulit Sapi dan Kulit
Kambing Terhadap Hasil Tangkapan Menggunakan Krendet dan Tingkah
Laku Mencari Makan Udang Karang (Lobster) Di Perairan Baron
Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. FPIK IPB.
Bogor.
Hasnidar., T. M. Nur dan Elfiana. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias Di
Gampong Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Jurnal S.
Pertanian. Aceh. 1 (2) : 97-105.
Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-
Dimensi Kerja Karyawan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kusuma. R. D., Asriyanto dan Sardiyanto. 2012. Pengaruh Kedalaman dan Umpan
Berbeda Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Panulirus sp.) dengan Jaring
Lobster (Bottom gill net monofilament) Di Perairan Agropeni Kabupaten
Kebumen. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology. Semarang. 1 (1) : 11-21.
Mubin. A. F., H. Boesono dan Sardiyatno. 2013. Perbedaan Bentuk Krendet dan
Lama Perendaman Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Panulirus sp.) Di
Perairan Cilacap. Journal of Fisheries Resources Utilization Management
and Technology. Semarang. 2 (2) : 27-34.
Musbir., Sudirman dan M. Palo. 2014. Penggunaan Atraktor Buatan Yang Ramah
Lingkungan dalam Pemanenan Anakan udang Lobster Laut (Panulirus
spp). Jurnal IPTEKS PSP. FIKP UNHAS. Makasar. 1 (2) : 95-102.
Nawari. Analisis Statistik dengan Ms. Excel 2007 dan SPSS 17. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Poupin. J dan M. Juncker. 2010. A Guide to the Decapod Crustaceans of the South
Pacific. Secretariat of the Pacific Community, Noumea, New Caledonia.
Priyatno, D. 2016. Belajar Alat Analisis Data dan Cara Pengolahannya dengan
SPSS. Yogyakarta. Gava Media.
Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi SPSS. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.