ABSTRAK
Salah satu sumberdaya perikanan adalah udang mantis (H. raphidea) yang sangat potensial yang
berada di Desa Parit III Kecamatan Tungkal Ilir. Permintaan udang mantis yang tinggi berpengaruh
terhadap stok udang mantis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hasil tangkapan per upaya
penangkapan (CPUE), potensi sumberdaya lestari (MSY), dan mengkaji tentang tingkat pemanfaatan
udang mantis (H. raphidea) di Desa Parit III Kecamatan Tungkal Ilir. Dalam penelitian ini metode
deskriptif adalah metode yang digunakan. Data yang dianalisa dilakukan berdasarkan data statistik
perikanan tangkap Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun (2015-2018). Data dianalisis menggunakan
metode surplus produksi model Schaefer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai CPUE mengalami
penurunan tahun 2015 dengan nilai 36,55 kg/trip dan mengalami kenaikan tahun 2018 dengan nilai
125,33 kg/trip, diperoleh pendugaan nilai potensi sumberdaya lestari (MSY) sebesar 41.273,55 kg dan
pendugaan upaya penangkapan optimum (Fopt) sebanyak 281 unit. Berdasarkan nilai MSY dan upaya
optimum penangkapan udang mantis belum mencapai batas maksimum potensi sumberdaya lestari.
Tingkat pemanfaatan membuktikan pada tahun 2018 didapatkan hasil tertinggi dengan nilai sebesar
58% dan pada tahun 2015 didapatkan hasil terendah dengan nilai sebesar 31%. Nilai rata-rata tingkat
pemanfaatan udang mantis dari tahun (2015-2018) sebesar 43,75%, menunjukkan tingkat
pemanfaatan sumberdaya udang mantis masih dalam tahap berkembang dan kisaran tingkat
pemanfaatan masih dalam keadaan rendah belum mencapai overfishing.
ABSTRACT
Mantis Shrimp (H.raphidea) is one of the potential fisheries resources in Desa Parit III Kecamatan
Tungkal Ilir. The high demand for mantis shrimp effect on stock mantis shrimp. The purpose of this
research is to analyze catch per unit effort (CPUE), maximum sustainable yield (MSY), and review the
utilization rate mantis shrimp in Desa Parit III Kecamatan Tungkal Ilir. The method uses the descriptive
method. The data were analyzed using the method of surplus production model Schaefer. The results
showed that the values of CPUE have decreased the year 2015 value of 36.55 kg/trip and increase the
year 2018 with a value of 125.33 kg/trip, the retrieved value prediction of potential resources sustainably
(MSY) amounted to 41,273.55 kg and prediction of effort of catching optimum (Fopt) as much as 281
units. Based on the MSY and optimum effort capture mantis shrimp has not yet reached the maximum
limit of potential resources sustainably. The highest utilization rate shows the result with the value
amounting to 58% in 2018 and the results of the lowest value of 31% by the year 2015. The value of
the average utilization rate of mantis shrimp of the years (2015-2018) of 43.75% resource utilization
levels, indicating a mantis shrimp still in the developing stage and the range of utilization rate is still low
in the circumstances has not yet reached overfishing.
1
PENDAHULUAN peraturan perikanan untuk menjaga
ketersediaan stok udang mantis yang dapat
Luas wilayah yang ada di Kabupaten dilihat baik dari segi kondisi potensi
Tanjung Jabung Barat adalah 5.503 Km2 yaitu sumberdaya lestari (Maximum Sustainable
ada daerah pasang surut terdiri dari 28.763 Ha Yield) dan upaya penangkapan yang maksimal.
yang punya luas 9.250 Km2. Perairan umum Namun bila pengelolaan perikanan tidak
atau laut yang ada bisa dimanfaatkan dan lakukan dan kegiatan penangkapan udang
dapat membuat kondisi perikanan dan kelautan mantis dilakukan secara terus menerus
populasi cenderung akan berkurang karena
menjadi maksimal apabila dijalankan secara
siklus hidupnya terganggu. Kalau populasi
baik dan tetap sesuai dengan jalur
berkurang akan berdampak bagi pendapatan
pembangunan berwawasan lingkungan (DKP para nelayan udang mantis yang ada di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2018). Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kecamatan
Salah satu sumberdaya perikanan adalah Tungkal Ilir Desa Parit III. Jika dilihat dari
Udang mantis (H. raphidea) yang sangat fenomena yang terjadi maka harus ada
potensial di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, peraturan tentang pembatasan penangkapan
Provinsi Jambi. Dalam Bahasa inggris udang hasil tangkapan udang mantis yang ada agar
mantis disebut juga mantis shrimp atau praying tidak terjadi kelebihan penangkapan.
shrimp. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia
sering disebut udang belalang, udang lipan, Tujuan penelitian ini adalah untuk
dan udang ketak. menganalisis hasil tangkapan dengan upaya
penangkapan udang mantis (H.raphidea),
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
merupakan perairan yang memiliki jumlah menganalisis potensi sumberdaya lestari
produksi perikanan udang mantis sebesar udang mantis yang ada di Kabupaten Tanjng
537.200 ton sedangkan nilai produksi udang Jabung Barat, dan mengkaji tentang status
mantis (H. raphidea) yang dengan total nilai tingkat pemanfaatan sumberdaya udang
produksi keseluruhan udang mantis yaitu mantis yang berada di Desa Parit III Kecamatan
Rp134.425.000.000, sama nilainya dengan (U$ Tungkal Ilir. Manfaat penelitian ini adalah
958.928,57) (BPS Kabupaten Tanjung Jabung sebagai sumber informasi bagi semua pihak,
Barat, 2018). Gejala penangkapan yang baik pengusaha sektor perikanan maupun
berlebihan terjadi karena permintaan yang pemerintahan terkait guna menentukan arah
tinggi terhadap jenis ikan dan peningkatan kebijakan yang mendukung upaya optimalisasi
terhadap usaha penangkapan, (Santoso, pemanfaatan sumberdaya udang mantis
2016). Melihat potensi udang mantis yang ada secara lestari di wilayah perairan Provinsi
di Desa Parit III Kecamatan Tungkal Ilir Jambi khususnya di perairan Desa Parit III
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, perlunya Kecamatan Tungkal Ilir.
METODE DAN MATERI PENELITIAN cara melihat secara langsung ke lapangan dan
melakukan pengukuran terhadap udang mantis
Tempat dan Waktu Penelitian (Harpiosquilla raphidea) yang didapatkan dari
Penelitian dilakukan di Kecamatan nelayan yang berada di Kabupaten Tanjung
Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat Jabung Barat. Menurut Nasir (1985) metode
yaitu di Desa Parit III dilakukan dari bulan deskriptif berdasarkan studi kasus adalah
Februari-Maret 2019 . teknik dasar untuk metode penelitian ini. Pada
metode penelitian ini dilakukan pengamatan
Alat dan Bahan Penelitian dan pencatatan data yaitu berupa data unit alat
Bahan penelitian ini adalah berupa tangkapan dan jumlah produksi hasil
Udang Mantis (Harpiosquilla raphidea) yang tangkapan secara langsung.
didapatkan dari alat tangkap jaring insang
hanyut yang didaratkan di Pelabuhan Metode Pengumpulan Data
Perikanan Pantai Kuala Tungkal dan Parit III, Data primer dan data sekunder
sedangkan untuk alat yang digunakan berupa merupakan data yang harus dikumpulkan
timbangan, buku, pena, penggaris, dan kamera selama penelitian berlangsung. Data unit alat
untuk dokumentasi selama penelitian tangkap jaring insang hanyut serta produksi
hasil tangkap udang mantis adalah data primer
Metode Penelitian yang diambil secara lansung ditempat
Metode deskriptif merupakan metode penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Parit III
yang di gunakan dalam penelitian ini dengan karena akses yang jauh dari Pelabuhan
2
Perikanan Pantai Kuala Tungkal menyebabkan 𝐶𝑎𝑡𝑐ℎ(𝑌)
sebagian besar nelayan banyak mendaratkan 𝐶𝑃𝑈𝐸 =
𝐸𝑓𝑓𝑜𝑟𝑡(𝑋)
hasil tangkapan udang mantis di pengepul
udang mantis yang ada di Desa Parit III. Keterangan :
Banyaknya produksi hasil tangkapan udang
mantis ditulis dalam berat (kg) dan untuk upaya Catch = Total produksi unit
penangkapan
penangkapan unit alat tangkap jaring insang Effort = Jumlah upaya penangkapan
hanyut satuannya (unit). Data yang didapatkan jenis unit penangkapan
dari Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala CPUE = Produksi penangkapan per
Tungkal, Dinas Kelautan dan Perikanan upaya alat tangkap (kg/unit)
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2018
berupa buku statistik perikanan tangkap baik
dalam pertahun atau bulanan serta informasi 2. Nilai Potensi Maksimum Lestari (MSY)
yang menjelaskan tentang keadaan umum dari Untuk melihat besarnya potensi
penelitian tersebut merupakan data sekunder. maksimum lestari sumberdaya perikanan dan
upaya alat penangkapan maksimal digunakan
Prosedur Penelitian metode dengan model Schaefer. Dimana untuk
Banyaknya hasil tangkapan dan jumlah melihat persamaan analisis regresinya perlu
upaya penangkapan dicatat pada saat nelayan dicari nilai dari konstanta a dan b :
mendaratkan hasil tangkapan udang mantis.
Hasil tangkapan udang mantis dari setiap kapal
dicatat dan dilakukan pemisahan ukuran udang
mantis tersebut. Dalam hal ini pemisahan
ukuran dan penentuan tipe kelas udang mantis
dilakukan oleh pihak pengusaha udang mantis
itu sendiri. Sedangkan jumlah upaya
penangkapam dihitung jika dalam satu kali
pendaratan untuk satu unit kapal ada hasil Hasil penangkapan per upaya penangkapan
tangkapan udang mantis. Secara sekunder (CPUE) mempunyai korelasi dengan upaya
prosedur penelitian dilakukan dengan cara penangkapan (Effort) yang dapat dicari
menganalisa data statistik perikanan tangkap dengan:
khusus udang mantis dengan alat tangkap 𝑦 = 𝑎 − 𝑏𝑥
jaring insang hanyut yang telah di dapatkan dari
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Dengan demikian maka potensi sumberdaya
Tanjung Jabung Barat. lestari dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑎2 𝑎
Analisa Data 𝑀𝑆𝑌 = Max_Effort =
𝑏 2𝑏
Data yang telah didapatkan selama
penelitian di analisis secara deskriptif baik itu Data yang akan dianalisa dilakukan sesuai
data sekunder maupun data primer. Tujuannya dengan pengambilan data yang ada. dari data
adalah untuk menggambarkan kondisi yang telah dianalisa hasilnya digunakan
lapangan secara umum dan kondisi objek yang sebagai acuan untuk mendapatkan kondisi
diteliti. Metode surplus produksi dengan model sumberdaya lestari maksimum (MSY) dan
Schaefer digunakan sebagai metode untuk upaya penangkapan maksimum per tahun.
mendapatkan pendugaan stok udang mantis Nilai MSY dan Fopt didapatkan dengan cara
dimana terdapat variable X (jumlah unit alat membandingkan nilai masing-masing jumlah
tangkap) dan variable Y (CPUE). Untuk hasil tangkapan dan unit alat tangkap yang ada
mengetahui hasil tangkapan udang mantis selama penelitian. Rumus yang digunakan
dengan menggunakan alat tangkap drift gillnet untuk melihat tingkat pemanfaatan
dapat dipakai rumus sebagai berikut : sumberdaya perikanan adalah sebagai berikut
(Saifuddin, 2009 dalam Efendi 2015) :
1. Penentuan Catch Per Unit Effort (CPUE)
CPUE merupakan upaya penangkapan 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛
𝑇𝑃 = 𝑋 100%
per hasil tangkapan dimana didapatkan dari 𝑀𝑆𝑌
perbandingan produksi hasil tangkapan udang Keterangan
mantis dengan unit alat tangkap. Perhitungan a : Intercept
menurut (Efendi, 2015) adalah sebagai berikut b : Slope
: X : Upaya penangkapan
Y : Hasil penangkapan per satuan upaya
N : Jumlah sampel
TP : Tingkat Pemanfaatan
MSY : Potensi lestari (Maximum Sustainable 3
Yield)
ini memiliki curah hujan tertinggi pada tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN 2017 yang tercatat sebesar 781 mm dan jumlah
hari hujan sebanyak 168 hari. Jumlah hari
Keadaan Umum Daerah Penelitian hujan banyak terjadi pada bulan Desember
Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki sebanyak 22 hari sedangkan yang terendah
beberapa kecamatan salah satunya yaitu pada bulan mei dengan jumlah hari sebanyak 9
Kecamatan Tungkal Ilir. Kecamatan Tungkal Ilir hari. Di Kecamatan Tungkal Ilir ini umumnya
mempunyai batas-batas apabila dilihat dari mata pencaharian sehari-hari masyarakat
letak geografisnya yaitu sebelah utara adalah kebanyakan dari sektor penangkapan
Kecamatan Tungkal Ilir berbatasan dengan khususnya yaitu yang ada di Kelurahan
Kecamatan Seberang Kota, sebelah timur Kampung Nelayan yang berada di Desa Parit
dengan Selat Berhala, sebelah selatan dengan III. Desa parit III yang ada di Kampung Nelayan
Kecamatan Kuala Betara, dan sebelah barat letaknya sangat strategis untuk aktifitas
dengan Kecamatan Bram Itam. Kecamatan penangkapan karena daerah tersebut berada
Tungkal Ilir ini adalah pusat dari sektor ekonomi di sudut sungai. Wilayah perairan yang ada di
perikanan dan kelautan yang ada di Provinsi Desa Parit III ini memiliki cakupan dibidang
Jambi selain itu terdapat banyak kantor yang perikanan yang sangat besar baik dibidang
ada disana. Kecamatan Tungkal Ilir ini memiliki pengolahan maupun dibidang penangkapan.
luas wilayah 98,11 Km2. Kecamatan Tungkal Ilir
TUNGKAL ILIR
4
(Dasyatidae sp), Lidah (Cynoglossidae sp),
Tabel 1. Produksi Tangkapan Ikan Tahun 2015- Nomei (Harpadon nehereus), Selangat
2018 (Anodontastoma chacunda), Selar Kuning
Produksi Hasil (Selaroides sp), Udang Putih (Litopenaeus
Kenaikan vannamei), Udang Dogol (Pandalus borealis),
No Tahun Tangkapan Ikan
(%)
(Kg) Udang Krosok (Penaeus semisulcatus), Udang
1 2015 105.899,35 Mantis (Harpiosquilla raphidea), Udang Belang
2 2016 108.004,30 19 (Penaeus sp), Kepiting (Brachyura sp),
3 2017 130.903,00 24 Rajungan (Portunidae sp), Kerang Darah
4 2018 159.179,00 50 (Tegillarca granosa), Cumi-cumi
(Decapodiformes sp), Sotong (Sepiida sp), dan
Sumber : Data DKP Kabupaten Tanjung Jabung Barat, lain-lainnya.
2018 yang telah dianalisis
5
Hongkong. Penurunan hasil tangkapan udang melakukan kegiatan penangkapan. Sedangkan
mantis terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar perubahan penurunan jumlah alat tangkap
12.791 dengan kenaikan 6%, penurunan hasil yang terjadi tiap tahunnya karena adanya
tangkapan udang mantis disebabkan oleh kerusakan pada alat tangkap jaring insang
bertambahnya nelayan/armada penangkapan. hanyut sehingga tidak dapat dioperasikan
kembali. Kerusakan yang terjadi biasanya
disebabkan oleh nelayan melakukan
Unit Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut di pengoperasian alat tangkap padahal keadaan
Desa Parit III Kecamatan Tungkal Ilir arus tempat nelayan tersebut melakukan
Gillnet merupakan alat tangkap jaring penangkapan tidak bagus.
insang yang pemasangan dilakukan secara
tegak lurus di dalam air berguna untuk Menurut (Yusfiandayani et al., 2017)
menghalang ikan berenang. Hasil tangkapan penentuan daerah penangkapan ditentukan
ikan yang sudah ditangkap nantinya akan oleh keadaan cuaca, musim, hujan, dan
terjerat dimata jaring atau dapat terbelit pada keadaan bulan. Jika cuaca bagus maka
tubuh jaring insang (Muhfizar et al.,2014). nelayan akan memilih melakukan
Menurut Tawari (2013), Jaring insang ini pengoperasian dengan alat tangkap ditempat
merupakan jaring yang ramah lingkungan yang arusnya tenang dan tidak bergelombang.
dimana bahannya mudah untuk didapatkan
dan mudah juga dalam pengoperasian alat Spesifikasi Alat Tangkap Jaring Insang
tangkapnya. Kontruksi pada alat tangkap gillnet Hanyut di Desa Parit III
berbentuk persegi panjang memiliki pelampung Alat tangkap yang paling dominan di
tanda, pelampung tanda, pelampung, Desa Parit III yaitu jaring insang hanyut. Alat
pemberat, tali ris atas, dan tali ris bawah tangkap jaring insang memiliki selektivitas yang
(Adelita dan Safitri, 2018).Namun apabila tinggi, kemampuan seleksi ini terlihat pada
dilihat selama 4 tahun yaitu dari tahun 2015- hanging ratio dan mata jaring. Adapun hasil
2018 perkembangan jumlah alat tangkap jaring tangkapan ikan yang didapatkan
insang hanyut mengalami perubahan. Jumlah menyesuaikan dengan mata jaring dan hanging
dari alat tangkap jaring insang hanyut di Parit III ratio. Menurut (Subehi, 2017), alat tangkap
terlihat pada gambar 4. jaring insang termasuk dalam ketegori alat
tangkap yang tidak merusak ekosistem dan
lingkungan tempat tinggal dan berkembang
Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut biak ikan.
190
350
220
245
Gambar 3. Jumlah Alat Tangkap Drift Gillnet Gambar 4. Jaring Insang Hanyut
(2015-2018)
Alat tangkap jaring insang hanyut yang
Gambar 4 menjelaskan bahwa jumlah ada di Parit III didapatkan infomasi berupa
alat tangkap jaring insang hanyut yang ada di spesifikasi alat tangkap jaring insang hanyut
Parit III mengalami perubahan dari tahun 2015 dari salah satu nelayan udang mantis yang
sampai tahun 2018. Alat tangkap terbanyak berada disana dengan spesifikasi sebagai
terdapat pada tahun 2015 yaitu sebanyak 350 berikut :
unit alat tangkap. Sedangkan alat tangkap yang
memiliki jumlah sedikit yaitu pada tahun 2018 1. Jaring Utama/ Badan Jaring
yaitu sebanyak 190 unit alat tangkap. Jaring utama adalah bagian yang
Perubahan penambahan yang terjadi pada berguna untuk menghalang ikan. Badan jaring
jumlah alat tangkap tiap tahunnya karena merupakan bagian jaring yang berada
adanya bantuan dari Dinas Kelautan dan tergantung pada tali ris atas dan tali ris bawah
Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbentuk empat persegi panjang bahan yang
dan daerah penangkapan yang baik untuk digunakan adalah bahan serat sintetik polimer
6
yaitu PA (Polyamide) dengan benang terdiri sambungnya ada 13 pelampung sosis sama
dari ser serabut tunggal yaitu nylon dengan 13 depa atau sama dengan panjang 13
monofilament berwarna hijau transparan pelampung 19,5 meter. Pemberat berfungsi
dengan diameter 0,40 mm dengan panjang 100 sebagai pengimbang daya apung yang
m dengan besar mata jaring (mesh size) 4 inch. diberikan oleh pelampung dan juga sebagai
Menurut (Reni, 2018) faktor efisien yang tumpuan untuk daya apung. Pemberat tersebut
mempengaruhi aktifitas penangkapan adalah berbentuk silinder yang pipih berwarna abu-
bahan jaring yang terdiri dari mesh size, warna abu gelap dan terbuat dari bahan timah yang
jaring, ukuran benang, dan ketinggian jaring. mempunyai berat 1,5 ons.
2. Tali Ris Atas dan Tali Pelampung Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan
Dari spesifikasi alat tangkap jaring (CPUE)
insang hanyut ada yang fungsinya sebagai
tempat penggantung badan jaring yaitu tali ris Tangkapan hasil udang mantis
atas dan bawah. Pada bagian atas dipasang didapatkan menggunakan alat tangkap jaring
tali ris dengan cara pemasangannya dibawah insang hanyut (drift gillnet) yang ada di Parit III
tali pelampung yang berfungsi untuk tempat Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
menggantungkan badan jaring dan tempat Jabung Barat. CPUE Udang mantis yang ada
letaknya bagian pelampung yang ada pada tali diperhatikan selama 4 tahun yaitu dari tahun
ris. Bagian tali ris atas terdiri dari tali yang 2015-2018. Setiap tahunnya hasil tangkapan
berbahan PE (Polyethilene) multifilament per upaya penangkapan dihitung dengan
dengan ukuran bahan diameter 4 mm dengan membandingkan produksi tangkapan udang
panjang tali ris 38 meter. Tali ris atas ini mantis dan unit alat tangkap jaring insang
berwarna biru tua. Begitu juga dengan tali dasar. Hasil tangkapan per upaya
pelampung sama bahannya dengan tali ris penangkapan adalah indikator untuk melihat
atas. populasi sumberdaya perikanan dengan alat
tangkap yang ada. Nilai CPUE udang mantis
3. Tali Pemberat dan Tali Ris Bawah yang ada di Desa Parit III setiap tahunnya ada
Tali pemberat dan ris bawah jaring pada tabel 4.
insang hanyut ini perancangannya
digabungkan yang mana fungsi dari tali ris Tabel 3. CPUE Udang Mantis Desa Parit III Tahun
bawah adalah sebagai penggantung jaring 2015-2018
utama bagian bawah dan sebagai tali No. Tahun Produksi Unit Alat CPUE
pemberat. Bahan yang digunakan adalah PE Udang Mantis Tangkap (Catch/
(Polyethilene) dengan panjang tali pemberat (Kg) (Catch) Gillnet Effort)
dan tali ris bawah 42 meter dengan diameter 3 (Effort)
mm.
1. 2015 12.791,00 350 36,55
2. 2016 13.280,00 245 54,20
4. Pelampung dan Pemberat 3. 2017 22.610,00 220 102,77
Jaring utama memiliki pelampung 4. 2018 23.795,00 190 125,33
berfungsi untuk mengangkat tali yang ada pada Jumlah 72.476,00 1.005 318,84
bagian ris atas supaya jaring tersebut bisa Rata-rata 18.119,00 251,25 79,71
berdiri tegak di dasar pemukaan air. Pada Sumber : Data DKP Tanjung Jabung Barat, 2018 yang
bagian pelampung jaring utama nelayan yang telah dianalisis
ada disana menyebut pelampung tersebut
dengan pelampung sosis/pelampung telur yang Pada tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
terbuat dari bahan sintetis tidak menyerap air CPUE setiap tahun mengalami perubahan
yaitu Polyvinil chloride (PVC) yang berbentuk cenderung tidak stabil. Apabila diperhatikan
silinder berwarna orange memiliki panjang 8,5- pada tabel semakin sedikit hasil unit alat
9 cm. Pelampung ini dipasangkan pada bagian tangkap maka nilai CPUE yang diperoleh akan
tali ris atas dengan bertujuan untuk semakin besar dan hasil tangkapan semakin
menghasilkan daya apung pada alat tangkap. banyak. Nilai CPUE yang didapatkan berkisar
Pelampung ini ada dipasang bersamaan 36,55-125,33 kg/trip. Nilai CPUE cenderung
dengan tali pelampung dengan cara tali mengalami peningkatan ditahun 2018 sebesar
pelampung yang ada dimasukkan pada lubang 125,33 kg/unit. Mengalami penurunan ditahun
yang terdapat pada pelampung sosis. Jarak 2015 sebesar 36,55 kg/unit hasil dari
dari satu pelampung ke pelampung sosis penurunan dan peningkatan dapat dilhat pada
1 gambar 5.
lainnya yaitu berkisar 1 depa sama dengan 1
2
meter dalam 1 piece dipotong menjadi 6
sambung pelampung sosis. Setiap 1
7
CPUE UDANG MANTIS (Kg/unit)
140 125.33
CPUE/TAHUN (Kg/trip) 120 102.77
100
80
54.20
60
36.55 CPUE
40
20
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Tabel 4. MSY dan Max Effort Hasil Tangkapan Gillnet Dasar di Desa Parit II
Nilai Nilai
No. Total Tahun Max Effort MSY
(a) (b)
1. 4 Tahun (2015-
293 -0,52 281 Unit 41.273,55 Kg
2018)
Sumber : Data DKP Tanjung Jabung Barat, 2018 yang telah dianalisis.
Berdasarkan pada tabel 4 didapatkan nilai antara potensi sumberdaya lestari dengan
intercept (a) sebesar 293 dan nilai slope (b) upaya penangkapan optimum dapat dilihat
yaitu -0,52. Maka setelah didapatkan nilai pada gambar 7.
tersebut didapatkan persamaan regresinya 𝑌 =
293 − 0,52𝑥. Mengenai korelasi atau hubungan
8
MSY HASIL TANGKAPAN UDANG MANTIS
42,000.00
30,000.00
24,000.00 2018
2017
overfishing
18,000.00
0.00
0 100 200 300 400 500 600
Berdasarkan gambar 7 dapat dilhat 350 unit hal tersebut disebabkan oleh nilai
kurva fluktuasi hasil tangkapan udang mantis CPUE yang didapatkan menurun. Nilai CPUE
setiap tahun yang ada di Desa Parit III yang turun terjadi akibat penambahan upaya
Kecamatan Tungkal Ilir yang dicari penangkapan sehingga membuat hasil
menggunakan model Schaefer. Nilai MSY yang tangkapan menjadi dibawah potensi
didapatkan dari pembagian nilai (a) dan nilai (b) sumberdaya lestari (MSY). Rekruitmen dan
nilai yang didapatkan yaitu sebesar 44.273,55 pertumbuhan diimbangi oleh mortalitas alami
kg/trip. Dan untuk Max Effort yang ada di Desa dapat tercapai apabila stok yang ada
Parit didapatkan sebanyak 281 unit. digunakan dengan seimbang. Menurut
Berdasarkan hasil analisis data produksi hasil (widodo dan suadi 2006), bahwa kejadian
tangkapan udang mantis yaitu jika tingkat upaya penangkapan yang telah
dibandingkan dengan nilai MSY udang mantis melampaui sumberdaya perikanan akan
dan upaya penangkapan optimum terlihat mengakibatkan adanya biological overfishing,
bahwa setiap tahunnya hasil tangkapan udang namun dapat dicegah dengan melakukan
mantis belum melebihi potensi sumberdaya pengaturan upaya penangkapan dan pola
lestari. Dimana menurut (Sobari et al., 2008) penangkapan.
jumlah effort yang berkurang terjadi akibat
adanya pengurasan stok berlebih yang bisa Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Udang
mengancam sumberdaya perairan, daerah Mantis (Harpiosquilla raphidea)
penangkapan dan dapat berakibat menurunya Untuk mengetahui besarnya tingkat
kesejahteraan nelayan itu sendiri. Menurut pemanfaatan sumberdaya perikanan udang
pendapat Ali (2005) menyatakan bahwa mantis yang ada di Desa Parit III terlebih dahulu
potensi lestari dan tingkat pemanfaatan kita analisis perbandingan jumlah hasil
berpengaruh terhadap penambahan dan tangkapan maksimal dengan hasil tangkapan
pengurangan upaya penangkapan. Namun produksi udang mantis yang ada dari 2015-
pada tahun 2015 unit alat tangkap juga 2018 terdapat pada tabel 5.
melebihi upaya penangkapan yaitu sebanyak
9
Tabel 5. Tingkat Pemanfaatan Udang Mantis Tahun 2015-2018
Produksi Tingkat
No. Tahun MSY Udang Mantis Pemanfaatan
(Kg) (%)
1. 2015 41.273,55 kg 12.791,00 31
2. 2016 41.273,55 kg 13.280,00 32
3. 2017 41.273,55 kg 22.610,00 54
4. 2018 41.273,55 kg 23.795,00 58
Jumlah 165.094,2 kg 72.476,00 175
Rata-rata 41.273,55 kg 18.119,00 43,75
Sumber : Data DKP Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2018 yang telah dianalisis
10
Daftar Pustaka Nurhayati, A., 2013. Analisis Potensi Lestari
Perikanan Tangkap Di Kawasan
Pangandaran. Jurnal Akuatika.
Adelita, K., dan Safitri, I., 2018. Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Tangkap Gillnet di Pelabuhan Univeritas Padjajaran. Vol IV (2) : 195-
Perikanan Nusantara (PPN) 209.
Pemangkat Kalimantan Barat. Jurnal
Laut Khatulistiwa. Vol 1(1) : 19-24. Santoso, D., 2016. Potensi Lestari dan
Status Pemanfaatan Ikan Kakap
Ali, S.A., 2005. Kondisi Sediaan dan Merah dan Ikan Kerapu Di Selat Alas
Keragaman Populasi Ikan Terbang Propinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal
(Hirundichys oxychepalus Bleeker, Biologi Tropis. Vol. 16(1) : 15-24.
1852) Di Laut Flores Dan Selat
Makassar .{Disertasi}. Program Sobari, M.P., Diniah, Widiarso, DI., 2008.
Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Analisis “Maximum Sustainable Yield”
282 Hal. dan “Maximum Economic Yield”
Menggunakan Bio-Ekonomik Model
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung Statis Gordon-Schaefer dari
Jabung Barat, 2018. Data Statistik Penangkapan Spiny Lobster di
Perikanan Tangkap Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
Tanjung Jabung Barat Dalam Angka. dan Perikanan Indonesia. Vol 15 (1) :
Provinsi Jambi. 35-40.
DKP Tanjung Jabung Barat, 2018. Profil Subehi, S., Boesono, S.H., Dan Ayumita, D.,
Kelautan dan Perikanan Dalam 2017. Analisis Alat Penangkap Ikan
Angka. Kabupaten Tanjung Jabung Ramah Lingkungan Berbasis Code Of
Barat. Conduct For Responsible Fisheries
(CCRF) Di TPI Kedung Malang
Fauzi, A. 2010. Ekonomi Perikanan. Teori Jepara. Journal of Fisheries
Kebijakan dan Pengelolaan. Gramedia Resources Utilization and
Pustaka Utama. Jakarta. 258 hlm. Technology. Vol 6(4) : 1-10.
11
12
13