Anda di halaman 1dari 5

Jurnal tktiologi Indonesia. Vol. l_ No. l. Th. 2001.

35-39
tssN 1693 - 0319

BEBERAPAASPEK BIOLOGI IKAN BIJI NANGKAUpeneus moluccensr's BIkr.


DI PERAIRAN TELUK LABUAN, BANTEN
[Some BiologicalAspects of Goldband Goatfish,, (Jpeneus moluccensl's Blkr.
in Labuan Bay, Banten]

Djadja S. Sjafeir dan Ratna Susilawati2


I
Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, IPB
2Alumnus Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB

ABSTRACT
The research was conducted in Labuan Bay Banten from April to June 1999. The number ol fish were 282, 120 rnales and 212 f'emales
The sex ratio was l: 1, 25. The samples were dominated by fish of length 90 - 170 mm. The fish mature gonad of the male rvas
predicted at 120 rnm and the female was 125 rnm in length. Their fecundity ranged BETWEEN 19.I l6 - 89.34,1 according to
distribution. According to distribution of egg diameter, the fish was total spawr')er. The flsh growth was isometric ancl it was carnivore
which flsh and shrimp as main food.

Key words: Goldband goatfish, reproduction, growth.

ABSTRAK
Penelitian dilakukan di teluk Banten dari bulanApril-Juni 1999. lkan yang diamati ber.yumlah 382 ekoryang terdiri atas 170 ekor.jantan
dan 212 ekor betina. Komposisi .lumlah ikan jantan dan betina menunjukkan rasio kelamin yang tidak seirnbang. Ikan dengan panjang
99 -110 mm mendominasi hasil tangkapan. lkanjantan diduga pertama kali matang gonad pada ukuran 120 mm dan ikan betina pacla
ukuran panjang 125 mm. Fekunditas ikan bili nangka berkisar antara 19.116-89.344 butir. Ikan mempunyai sifat pemr.lahan total.
Pertumbuhan ikan bersitat isometrik. Ikan ini termasuk karnivor dengan makanan utama Lrdang dan ikan.

Kata kunci: ikan biji nangka, reproduksi, pertumbuhan.

PENIDAHIILUAN tangkapannya sedikit. Kebanyakan ikan biji nangka hidup


Ikan biji nangka (Upeneus moluccensis Blkr.) di dasar perairan dengan jenis substrat berlurnpur atau
termasuk ke dalam jenis ikan demersal. Sebagai ikan lumpur bercampur dengan pasir, namun ditemukan pr-rla
konsumsi, ikan ini bernilai kurang ekonomis adanya ikan biji nangka yang mencari makan sampai di
dibandingkan beberapajenis ikan demersal lainnya. Ikan daerah karang (Burhanuddin et a\.,1984). Helfman (1986)
ini banyak digunakan sebagai bahan baku pakan dalam mengungkapkan bahwa ikan biji nangka dapat menjadi
budidaya udang dan ikan. Ikan biji nangka ditangkap bottom feeder yang baik dengan jenis substrat berpasir
dengan menggunakan alat tangkap cantrang (Salim, (white sancl) atau bahkan sampai di sekitar gugusan karang.
I 994). Ikan bij i nangka terlangkap di perairan Selat Sunda Tulisan ini menyajikan hasil pengkajian beberapa
tiap bulan, dengan potensi 22%odari produksi perikanan aspek biologi ikan biji nangka di perairan Teluk Labuan
sebesar 1 ,191 .660 kg (Saadah, I 998). (Gambar 1) yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juni I 999.
Ikan biji nangka di laut Cina Selatan hidup pada
kedalaman 50 - 110 m (Lee 1974 in Chullasorn dan BAHANDANMETODE
Matosubroto, 1986). Kedalaman optimalhabitat ikan biji Penelitian dilakukan dari bulanApril-Juni 1999 di
nangka (famili Mullidae) berkisar 40-60 m (Widodo, 1990). Teluk Labuan, banten. Pengambilan contoh dilakukan
Hasil survei dengan trawl oleh Direktorat Jenderal Perikanan sebanyak empat kali dengan selang waktu satu minggu.
(Anonimus, 1987) di perairan sekitar Bengkulu, Selat Sunda Ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan. Pengukuran
dan Laut Jawa menunjukkan bahwa genus Upeneus dan penimbangan ikan dilakukan pada saat ikan rnasih
umumnya tertangkap di perairan yang dangkal (10-39 m), segar. lkan dibedah, kemudian gonad dan lambungnya
meskipun teftangkap juga pada kedalaman antara 100- 159 diambil serta diawetkan dalam larutan formalin 4Yo. dan
m dan 190-300 m. Akan tetapi di perairan dalam hasil selanjutnya dimasukkan dalam botol contoh.

35
Sjafei & Susilawati- BeberapaAspek Biologi Ikan Biji Nangka IJpeneus Moluccensis Blkr. di Perairan Teluk Labuan, Banten

105'1 0' 't05"


Untuk keperluan analisis makanan, isi lambung
1 5',

dikeluarkan dan diukur volumenya. Organisme yang


terdapat di saluran pencernaan diidentifikasi dengan
buku Davis (1955), Newell and Newell (1963), dan Yamaji
(1966). Analisis kebiasaan makanan menggunakan indeks
bagian terbesar (Natarajan dan Jhingran, 1 963):

v, o,
IP :-
x (vioi)
dimana: IP. : indeks bagian terbesar
V :
I

I
persentase volume makanan ke i
o : I
frekuensi kejadian makanan ke i

HASILDANPEMBAHASAN
Hasil Tangkapan Dan Nisbah Kelamin
Ikan biji nangka yang dihasilkan dari empat kali
pengamatan, terkumpul sebanyak 382 ekor yang terdiri
atas 170 ekor jantan dan2l2 ekor betina. I(omposisi
jumlah ikan jantan dan betina menun jukkan rasio kelamin
Sumber: Cabang Dinas Perikanan Kecamalan Labuan (1999) yang tidak seimbangyaitu 1'. 1,25 (f : 0,05)
1' : oaeran veoangkapan ikan
Kisaran panjang dan bobot ikan secara berurutan
,,
1 fff
a ; Daerahkegiatanpenelitian
diperoleh antara"l5-205 mm dan 4,15 -11 0 gram (Tabel
Gambar 1. Peta lokasi penelitian l). Ikan dengan panjang 99 -170 mm mendominasi hasil
tangkapan. Pada penelitian ini ukuran panjang maksimum
ikan biji nangka jantan adalah 204 mm dan betina 205
Hubungan panjang bobot dinyatakan dalam mm. Ukuran panjang maksimum ikan bijinangka(Upeneus
rumus: moluccensis) di laut Samar adalah 225 mm (Lai-Shing,
W: a Lb atau log W: log a + b log L, 1968 dalam Chullasorn dan Martosubroto, 1986) dan di
dimana: W : bobot total (gram) Laut Cina Selatan ukuran panjang maksimum 175 mm
L : panjang total (mm) (Lee,l974 dalam Chullasorn dan Matosubroto, 1986).
Uji-t dilakukan terhadap nilai b yang diperoleh
untuk mengetahui apakah b : 3 atau tidak.
Reproduksi
Faktor kondisi dihitung dengan rumus berikut: Tingkat Kematangan Gonad
K: l05w/L3 Analisis Tingkat l(ematangan Gonad (TKG) ikan
dimana: \ :: faktorkondisi biji nangka (Upeneus moluccensis) memperlihatkan
W bobot ikan (gram) dominasi TKG I baik padajantan maupun betina sebesar
L : panjang total (mm)
1 4,12 % dan 45,7 5 % (Tabel 2). In i berarti sebagian besar
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ditentukan TKG contoh belum rnencapai matang gonad. Ikan biji
secara morfologi dengan menggunakan metode Cassie nangka jantan diduga pertama kali matang gonad pada
dal q m Effendie (1 97 9). Indeks Kematangan Gonad (IKG) ukuran 120 mm dan ikan betina pada ukuran panjang 125
dihitung dengan membandingkan bobot gonad dengan mm. Di Perairan Utara Jawa ukuran pertama kali matang
bobot ikan. Fekunditas dihitung dengan menggunakan gonad ikan Upeneus sulphureus jantan pada ukuran
metode gravimetrik. Sebaran diameter telur pada ikan panjang I l5 mm, sedangkan ikan betina pada ukuran
berTKG IV diamati dan diukur untuk menentukan pola panjang 120 mm (Herianti dan Subani, 1993). Ukuran
pemijahannya. pertama kali ikan Upeneus sulphureus memijah di

36
Jurnal lktiologi Indonesia, Vol. l, No. l. Th. 2001. 35-39
rssN 1693 - 0339

Tabel 1. Kisaran panjang dan bobot ikan bijinangka (Upeneus moluccensis) pada setiap pengamatan
Jantan Betina
Pengamatan
ke- (ekor) Kisaran N Kisaran Kisaran trobot
N
- -5:l::
pan.iang (mm) bobot (g) (ekor) panians (mm) (s)
I flJ 17 -204 4,5 1- I 07,59 47 8I -205 4,11-t t0
2 32 I 03-1 53 12,48-70,46 41 I t9-t92 t3.66-94.34
-) 21 109-164 l 5,87-40,86 59 I l3-188 8.86-5 9.3
4 54 7 5-12i 6,6-20,9 65 78-t 63 5,69-5 0,3 2
Jumlah t70 212

Tabel2. Kornposisi TKG ikan biji nangka (Upeneus betina (3,04) pada selang panjang I 83 - 194 mm, maka
mo luc c ens is) jantan dan betina. diduga lI(G ikan jantan ikan brjinangka mengalami
Jumlah ikan (ekor) P erse ntase proses pematangan gonad lebih awal daripada ikan
TKG
Jantan Betina Total Jantan Betina betina. Hal yang sama ditemukan pada ikan
I 126 97 1Z -1 7 4,t2 45,7 5 kuniran,Upeneus sulp hureus (Marlasuganda e/
n 24 45 69 14,12 )111 aL.,1991).
IiI l6 39 55 9,41 18,40
IV 4 31 35 7 15 14.62
Fekunditas
Hasil pengamatan terhadap I7 ekor ikan
Jumlah t70 212 382 100 0a t00 %
betina ber-TKC IV yang mempunyai kisaran pan1ang
antara \33-205 mm dan kisaran bobot tubuh 28.l2-
Semarang, Kendal untuk ikan jantan pada ukuran I I 0 gram menemukan fekunditas ikan br.1i nangka berkisar
panjang 151 mm, sedangkan ikan betinapadaukuran 121 anlar a 9 . I I 6 -89 .3 44 butir te lur dengan r aIa-r ata
7 4 8. 90 1

mm (Siregar, 1990). butir. Sebagai bahan pembanding dipergunakan hasil


Indeks Kematangan Gonad penelitian dari lokasiyang berbeda Fekunditas ikan biji
Kisaran nilai IKG ikan jantan 0,14-2,43 dengan nangka (Upeneus tragula) di perairan Muara Karnal,
bobottotal 4,ll-101,59 gram dan bobotgonad 0,01-1,2 Jakarta Utara berkisar49.800-1 12.700 butir, dengan rata-

gram; sedangkan nilai IKG betina 0,12-3,32 dengan bobot ratal 6.97 7 burir (Azhar, 1992).
total4,ll-l10 gram dan bobotgonad 0,01-3,01 gram. Nilai Sebaran diameter telur
IKG rata-rata berdasarkan TKG tertinggi pada ikan jantan Ikan betina berTKG IV yang diamati diameter telurnya
dan betina masing-masing adalah2,43 dan3,2 pada TKG berjumlah 21 ekor dengan satu puncak ukuran diameter
IV, terendah adalah 0,14 dan0,l2 padaTKG I (Tabel 3). telur 0,334
- 0,371 mm (Gambar 2). Hal ini diduga ikan biii
lndeks kematangan gonad (IKG) maksimum ikan jantan nangka mempunyai sifat pemi.jahan total, butir-butir
(1,19) padapanjang 159-170 mm dan IKC maksimum ikan telurnya yang sudah matang akan dikeluarkan sekaligus
dalam jangka waktu singkat pada saat pemijahan
Tabel 3. Nilai IKG nIa-rata ikan brji nangka jantan dan berlangsung (total spaw ner).
betina pada berbagai TKG .
Makanan
IKG rata-rata (%.) Nilai index of preponderance (IP) jenis organisme
TKG
yang terdapat pada lambung ikan secara berurutan adalah
1 I 0, l4 0,t2 udang-udangan, ikan kecil, detritus, polychaeta,
2 II 0,45 0,83 moluska, Nitzchia sp., Ceratium sp., dan copepoda.
3 III 1,52 2,20
(Tabel4). Panjang usus ikan biji nangka (U. moluccensis)
4 IV 2.43 3,2
berkisar anIara62-114 mm dan perbandingan panjang
Rata-rata I,14 t,62 usus dengan panjang baku berada pada kisaran 0,72-
1,16. Menurut Bond (1979), bahwa ikan yang merniliki

11
Slcfei & Susilawati - Beberapa Aspek Biologi Ikan Biji Nangka Llpenetts Moluccensis Blkr cli Perairan 'leluk Labuan. Banten

0,58- 0,106- 0,.144, 0,182_ 0,220- 0,258_ 0,296_ 0,334- 0.372- 0,410_ 0.448_ 0.486-
0,105 0,143 0,18'1 0,219 Q,257 0,295 0,333 0.371 0,409 0.447 0,485 0.523
Selang diameter telur TKG lV

Garrbar 2. Sebaran diameter telur TKG IV ikan bij i nangka ([-/peneus moluccens is).

kisaran perbandingan panjang usus dengan panjang (Martasugandaet al., 1991); dan diperairan offshoreLaur
baku antara 0,12-1,16 adalah ikan karnivor. Jawa bersifat isometrik (Badruddin, 1978).
Analisis kovarians ikan U. moluccensis
Pola Pertumbuhan menunjukkan (+ - 0,05) kedua sudut regresi tidak
Hubungan panjang-bobot. berbeda, maka ikan-ikan jantan dan betina
Hubungan panjang bobot ikanjantan dan betina memperlihatkan persamaan dalant perlarrbahan bobot dan
sebagai berikut: pertambahan panjangnya. Intersep ikan betina lebih
Log W = -4,788 +2.93 Log L (r:0,91) tinggi daripada ikan jantan, hal ini menunjukkan pada
Log W = -4,401 + 2,7 5 LogL (r : 0,87) panjang total yang sama, bobot ikan betina lebih besar

Nilai b sebesar2,93 untuk ikan jantan dan 2,75 untuk dari pada ikanjantan.
ikan betina. Pada uj i tjantan dan betina, diperoleh t hitungct Faktor Kondisi
tabel, sehingga b:3 atau isometrik. Pola pertumbuhan ikan Nilaifaktor kondisi(K) terkecil ikan bili rrangka
brji nangka (Upeneus tragula)jantan di perairan Muara jantan yang diamati adalah 0,372 dan terbesar 1,922:ntlai
Kamal alorneffik dan betina isometrik (Marzuki et a\.,1987). K ikan betinaterkecil 0,133 dan terbesar 1.916. nilai K
Di perairan Semarang, Jawa Tengah bersifat isometrik rata-raia ikan brli nangkajantan dan betina berdasarkan
tingkat kematangan gonad (TKG) (Tabel 5) adalah 0,989
Tabel4. Nilai Index of Preponderance (IP) jenis dan 0,996. Nilai K rata-raIa ikan brji nangka jantan dan
organisme yang terdapat pada lambung ikan betina berdasarkan selang panjang (Tabel 6) adalah I , I 60
brj i nangka (Upeneus molucc ens is). dan 1,173.

Jenis makanan rP (%) Tabel 5. Nilai rata-rata faktor kondisi ikan biji nangka
Udang-udangan 61,43 berdasarkan TKG.
Ikan kecil 34,15
Faktor kondisi rata-rata
Detritus 4,045 TKG
Lain-lain: Ja nta n B eti na

Polychaeta 0.r60 I l.l 59 0.7 64

Pasir
II 1.228 1.20 r
0. r2
Moluska 0,091
ill 0.853 0.lJ29
IV 0.7r 8 1,189
N itzschia 3,124 x l0-a
Jun"rlah 3.98:l
Ceratium 1,34 x l0-a
Copepoda 1,34 x 10-a Rata-rata 0,989 0,9s6

:18
.lurnal Iktiologi Indonesia, Vol. I. No l. Th 200 i l5-19
ISSN l69r i)l]9

Tabel 6. Nilai rata-rata faktor kondisi ikan brji nangka Helfinan, C. S. 1986. Fish behaviour b1., clay, night antl
berdasarkan selang panjang. nuilight. 336-387 p., ln T J. picher (ed). The
behaviour ofteleost fishes. Univ. College ofNorth
Faktor kondisi r ata-r ala
No.
Selang panjang ' Wales, Croom Helm, London and Sidney. 55j pp.
(mm)
Jantan (170) Betina (212) Herianti, I dan W. Subani. 1993. pendugaan ukuran
I 7 5-86 1,159 1,213 pertama kali matang gonad beberapa jenis ikan
2 87-98 i,151 1,218 demersal di Perairan Utara Jawa. Jurnal
-). 99-r r0 I,148 1.194 Penelitian Perikanan Laut (78):46 - 58
4. 1n-122 1.176 1.500 Martasuganda, S., J. Purwanto, dan S. Husein. 1991.
5, t23-134 1,028 I,153 Fluktuasi stok ikan kuniran Llpenues
6. 135-146 1,099 1.283
sulphureus di perairan Semarang, Jawa Tengah
7. 147-r58 1,198 1,146 Jurnal Maritet (l ) : 68-8 l.
8 159-170 1,049 0,93 3 Marzuki, S., Rusmadji, dan B. Gafa. 1987. Estirnasi
9. t7 t-182 1,226 0,832
beberapa parameter dan sediaan (stok) ikan bij i
l0 183-r94 1,335 1,217
nangka (Upenues sulphureus') di Laut Jawa.
ll 195-206 I,190 1,219
Jurnal Penelitian Perikanan Laut (4):45-59.
Jumlah 12,759 12,908
Rata - rata 1,160 I.173
Natarajan, A.V. & A.G. Jhingran. i 961 Index of
preponderance- a method ofgrading the food
elements in the stomach analysis of fishes.
DAFTARPUSTAKA
IndianJ. Fish.8 (1): 54 - 59.
Anonimus, 1987. Penyebaran beberapa sumberdaya
Newell, GG dan Newell. 1963. Marine plankton a practical
perikanan lndonesia. Departemen Pertanian,
guide. Hulchington. Educational Ltd. London.
Jakarta. 43 p.
Melbourne, Sydney, Newyork.207 p.
Azhar, l. I 992. B eb er apa aspek b io ogi dan karakteristi k
I
Saadah. 1998. lnventarisasi jenis-.jeni.s ikan 1,u11s
tubuh ikan kuniran (Upeneus tragula) di didaratkan di TPI De.sa Teluk. Kecanatan
Perairan Muara Kamal, Jakarta Utara. Skripsi.
Labuan, Kabupaten Pandeglang, Jawa []arat.
Program Studi Manajemen Sumberdaya Laporan Praktek Lapangan. prograrn Studi
Perairan. Fakultas Perikanan. Institut pertanian
Manajemen Sumberdaya perairan. Fakr-rltas
Bogor. 64 hal. Tidak dipublikasikan. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut perran ian
Badruddin, M. 1978. Stok ikan kuniran (Ltpeneus Bogor. 120 hal. Tidak dipublikasikan.
sulphureus) di Perairan Laut Jawa dan beberapa Salim, A. A. 1994. Keadaan Ltmum perikanan di
aspek biologinya. Simposium Modernisasi Kecamatan Labuan, Kcrbuputen DT ll
Perikanan Rakyat. LPPL. Jakarta. Pandeglang Propinsi Jawa Barat. I_aporan
Bond, C. E.1979. Biology offish. W B. Saunders Company Praktek Lapangan. Prograrn Studi Sosial
Philadephia. London-Toronto. 5 l4 pp. Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Burhanuddin, S., Martosewojo, A. Djamali dan Kelautan. lnstitut Pertanian Bogor. 186 hal.
Moeljanto. 1984. Perikanan demersal di Tidak dipublikasikan.
Indonesia. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Siregar, A. H. 1990. Fluktuasi stok ikan kuniran (Llpeneus,
Alam Indonesia. Lembaga Oseanologi sulphureus) di Perairan Utara Semarang Kendal,
Nasional-LIPI Jakaft a. Jakarta. Jawa Tengah. Skripsi. program Studi Ilmu
Chullasorn, S. and P. Martosubroto. 1986. Distribution Ke lautan. Fakultas Perikanan. I nstitut pertan ian
and important biological features of coastal fish Bogor. 84 hal. Tidak dipublikasikan.
resources in Southeast Asia. FAO Fisheries Widodo, J. 1990. Nilai hasil tangkapan ikan demersal dan
Techical Paper. No. 278:84 pp hubungannya dengan beberapa faktor
Davis, C.C. 1955. The marine and freshwater plankton. lingkungan abiotik di Laut Jawa. Buletin
Michigan State UniversityPress, Michigan. 526 p. Perikanan I :64-12 .

Effendie, M. I. 1979. Metode biologi perikanan.Yayasan Yamaji 1966. Illustration of /he marine plankton of'
Dewi Sri. Bogor. 112hal. Japan. Hoikusha Higashiku Osaka. 123 p

i9

Anda mungkin juga menyukai