Anda di halaman 1dari 95

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU CANTANG (Epinephelus


fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus) PADA BAK BETON DI APRI
HATCHERY DESA PENYABANGAN, KECAMATAN GEROKGAK,
KABUPATEN BULELENG, BALI

PRAKTEK KERJA LAPANG


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

DHITA MAULIDA SAPUTRI


SAMPANG – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RINGKASAN

DHITA MAULIDA SAPUTRI Teknik Pembesaran Ikan Kerapu Cantang


(Ephinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus) Pada Bak Beton Di
Apri Hatchery Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten
Buleleng, Bali. Dosen Pembimbing Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir., M. Kes

Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan


yang mempunyai peluang baik di pasar domestik maupun pasar internasional
karena nilai jualnya yang cukup tinggi. Usaha budidaya ikan kerapu merupakan
komoditas andalan dalam peningkatan produksi marikultur Indonesia. Menurut
Direktorat Jendral Usaha Perikanan (2014), total perdagangan ikan karang di Asia
Tenggara adalah sekitar 30.000 ton per tahun dengan 15.000-21.000 ton
diperkirakan di ekspor ke Hong Kong. Tingginya permintaan terhadap ikan
kerapu menyebabkan nilai jual ikan ini meningkat. Oleh sebab itu untuk
memenuhi permintaan pasar, proses pembesaran ikan kerapu perlu diperhatikan.
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Apri Hatchery Buleleng, Bali
pada tanggal 23 Januari 2017 sampai 23 Februari 2017. Metode kerja yang
digunakan dalam Praktek Kerja Lapang adalah metode deskriptif dengan cara
melakukan pengamatan langsung, sehingga didapatkan data primer dan data
sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan
studi pustaka.
Pembesaran ikan kerapu cantang di Apri Hatchery menggunakan media
bak beton. Hal yang perlu dipersiapkan selama proses pembesaran antara lain
persiapan kolam, penebaran dan pengadaan benih, pemberian pakan, pengecekan
kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, serta pemanenan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembesaran ikan kerapu cantang
adalah lokasi budidaya, kualitas air yang sesuai, kualitas benih, penebaran benih,
manajemen pakan, pengendalian penyakit dan pemanenan. Hambatan selama
kegiatan pembesaran ialah adanya serangan penyakit dan harga pasar yang
menurun akibat hasil produksi melimpah serta seleksi komoditas ekspor saat ini
sangat ketat dari segi kesehatan.

v
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SUMMARY

DHITA MAULIDA SAPUTRI, Enlargement Technique of Cantang Fish


Grouper (Epinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus) with Ponds
System In Apri Hatchery, Penyabangan Village, Gerokgark Sub-Distric,
Buleleng Regency, Bali. Lecture Advisior Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir.,
M. Kes

Epinephelus Sp. is one of fishery commodities that have good


opportunities in the domestic market and international market. Production of
Epinephelus Sp. are mainstay in the commodities of increasing demand for marine
culture. Ministry of Marine Affair and Fishery (2014), the total reef fish trade in
Southeast Asia is about 30,000 tons per year with 15,000-21,000 tons estimated in
exports to Hong Kong. However, The huge popularity of consumptions
Epinephelus give high of value for selling points, so, to meet market demand,
grouper enlargement process needs to be considered.
The Field Work Practice held in Hatchery of Apri Buleleng, Bali from
January 23, 2017 to February 23, 2017. The working methods used in Field Work
Practice is descriptive method by means of direct observation, to obtain primary
data and secondary data. Data were collected by observation, interview and
literature study.
Harvested Fish are used in an earthen ponds system. Its need to be
prepared during the enlargement process is Requirements Hatchery Location, the
promised seed and procurement, feeding, water quality checking, control pests or
diseases, and harvesty. Factors that have been identified as the cause oof succes in
fish farming, among other things: Maintenance Seed, Water quality Management,
Pest or disease Giant Gourami Fish and Harvesting. Although the production of
fish seed grouper in quantity is sufficient market demand, but still encountered
several obstacles, among others: vulnerable to disease, the market price decreases
due to the abundant production of results and Selection of commodity in export is
very strict in terms of health.

vi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapang mengenai Teknik Pembesaran Ikan Kerapu Cantang (Ephinephelus
fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) Pada Bak Beton Di Apri Hatchery Desa
Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Laporan ini
disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapng yang telah dilaksanakan di Apri
Hatchery, pada tanggal 23 Januari sampai 23 Februari 2017.
Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui tentang teknik
pembesaran Kerapu Cantng pada bak beton dan mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh dalam proses pembesaran Kerapu Cantang di Apri Hatchery, Bali.
Adapun manfaat yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk
mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan mahasiswa
terhadap teknik pembesaran kerapu cantang di bak beton dan mengetahui faktor-
faktor yang berpengaruh dalam proses pembesaran Kerapu Cantang dengan cara
memadukan materi yang didapat pada saat perkuliahan dan kenyataan di lapang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan ini. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi bagi
masyarakat luas.

Surabaya, 13 Juni 2017

Penulis

vii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari dalam penyelesaian laporan Praktek Kerja Lapang ini

tidak terlepas dari dukungan moril dan materil dari semua pihak. Melalui

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Allah SWT

karena telah memberikan limpahan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan Praktek Kerja Lapang ini dengan tepat waktu dan juga kepada :

1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., MP., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga.

2. Ibu Putri Desi Wulan Sari, S.Pi., M.Si selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

3. Ibu Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir., M. Kes selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dan arahan Praktek Kerja Lapang.

4. Bapak Annur Ahadi Abdillah, S. Pi., M. Si dan Ibu Nina Nurmalia Dewi,

S. Pi., M. Si selaku Dosen Penguji

5. Kedua orang tua terkasih dan kakak yang saya sayangi beserta keluarga

besar atas segala dukungannya baik berupa moril dan materil dalam

penyelesaian penyususnan usulan PKL, pelaksanaan PKL hingga

penyusunan PKL.

6. Bapak Apri Imam Supii S. Pi., M. Si selaku pembimbing lapangan yang

banyak menberikan informasi dan ilmu pengetahuan selama PKL, Bapak

Putu, Bapak Dewe, Bapak Ketut, Bapak Lucas, serta seluruh karyawan

Apri Hatchery yang tidak pernah lelah untuk memberikan arahan kepada

penulis selama Praktek Kerja Lapang.

viii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7. Rezkyta Dinda, Haimatus Meirika, Lailatul M., Nurdinatti, Yeda Dimas

dan Poppy Galih atas bantuan dan kerjasamanya selama melaksanakan

PKL di Apri Hatchery

8. Megananda Paradewi, Rezkyta Dinda dan Mutiara Rahmawati rekan

Marlin 2014 yang selama ini telah memberikan bimbingan dan dukungan

serta semua orang yang telah membantu dalam penyusunan usulan PKL,

pelaksanaan PKL serta penyelesaian laporan PKL yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

ix
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................... v

SUMMARY ......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Biologi Ikan Kerapu Cantang ................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi Ikan Kerapu Cantang .......................................................... 4
2.1.2 Morfologi Ikan Kerapu Cantang........................................................... 4
2.1.3 Habitat dan Penyebaran ........................................................................ 5
2.1.4 Siklus Reproduksi dan Pematangan Gonad .......................................... 7

2.2 Aspek Teknis ........................................................................................... 10


2.2.1 Lokasi kolam ...................................................................................... 10
2.2.2 Kontruksi Kolam ................................................................................ 11
2.2.3 Persiapan Kolam ................................................................................ 11
2.2.3.1 Pengeringan Kolam .............................................................. 11
2.2.3.2 Pengisian Air ....................................................................... 11
2.2.4 Pengadaan dan Penebaran Benih ....................................................... 12
2.2.4.1 Seleksi Benih ........................................................................ 12
2.2.4.2 Penyortiran ........................................................................... 12
2.2.4.3 Penebaran Benih .................................................................. 13
2.2.5 Manajemen Pakan .............................................................................. 14
2.2.6 Manajemen Kualitas Air .................................................................... 15
2.2.7 Pertumbuhan ....................................................................................... 16

x
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.3 Hama dan Penyakit ................................................................................. 17


2.4 Pamanenan Hasil ..................................................................................... 18
2.5 Analisa Usaha.......................................................................................... 19

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................... 22


3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................. 22
3.2 Metode Kerja........................................................................................... 22
3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 22
3.3.1 Data Primer ................................................................................. 23
3.3.2 Data Sekunder ............................................................................. 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 26


4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang ....................................... 26
4.1.1 Latar Belakang Berdirirnya Apri Hatchery ................................. 26
4.1.2 Luas, Tata, Letak, Topografi dan Geografi ................................. 26
4.1.3 Struktur dan Tata Kerja Usaha .................................................... 27
4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan ............................................................ 28
4.2 Sarana dan Prasarana ............................................................................... 28
4.2.1 Sarana .......................................................................................... 28
4.2.1.1 Bak Pemeliharaan Induk .............................................. 28
4.2.1.2 Bak Pembesaran ........................................................... 30
4.2.1.3 Bak Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva ............. 31
4.2.1.4 Bak Pakan Alami .......................................................... 32
4.2.1.5 Bak Karantina dan Pengobatan Ikan ............................ 33
4.2.1.6 Bak Penampungan dan Filter Air Laut ......................... 33
4.2.2 Prasarana di Apri Hatchery ......................................................... 34
4.2.2.1 Bangunan Pendukung ................................................... 35
4.2.2.2 Sumber Arus Listrik ..................................................... 35
4.2.2.3 Alat Komunikasi ........................................................... 36
4.2.2.4 Alat Transportasi ........................................................... 36
4.3 Aspek Teknis Pembesaran Kerapu Cantang .............................................. 36
4.3.1 Pemilihan Lokasi ......................................................................... 36
4.3.2 Kontruksi Kolam ......................................................................... 37
4.3.3 Persiapan Kolam .......................................................................... 38
4.3.3.1 Pembersihan Kolam ..................................................... 38
4.3.3.2 Pengeringan Kolam ....................................................... 39
4.3.3.3 Pengisian Air ................................................................. 39
4.3.4 Penebaran dan Pengadaan Benih ................................................ 40
4.3.4.1 Pengadaan Benih ........................................................... 40
4.3.4.2 Seleksi Benih ................................................................. 40
4.3.5 Manajemen Pakan ...................................................................... 42

xi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.3.6 Manajemen Kualitas Air.............................................................. 46


4.3.7 Pertumbuhan ................................................................................ 49
4.4 Pengendalian Hama dan Pemyakit .......................................................... 53
4.5 Pemanenan .............................................................................................. 57
4.6 Analisa Usaha .......................................................................................... 59
4.7 Hambatan ................................................................................................ 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 62


5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 63
5.2 Saran ....................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

LAMPIRAN ....................................................................................................... 71

xii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Analisa Proksimat dari Pellet Megami GR............................................ 46


2. Kualitas Air Pembesaran Kerapu Cantang ...................................................... 48
3. Hasil Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Kerapu Cantik ............................. 54

xiii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Kerapu Cantang......................................................................................... 4


2. Kurva Pertumbuhan ........................................................................................ 16
3. Bak Pemeliharaan Induk ................................................................................. 29
4. Bak Pembesaran Kerapu Cantang ................................................................... 30
5. Bak Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Kerapu ................................... 31
6. Bak Kultur Pakan Alami ................................................................................. 32
7. Bak Karantina dan Pengobatan Ikan ............................................................... 33
8. Bak Penamungan Air Laut .............................................................................. 34
9. Rumah Pelaksana Teknis ................................................................................ 35
10. Instalasi Listrik dari PLN .............................................................................. 36
11. Bak Pembesaran Kerapu Cantang ................................................................. 38
12. Seleksi Benih (Grading) Kerapu Cantang ..................................................... 41
13. Pengukuran Panjang Saat Grading ................................................................ 42
14. Pakan Rucah Untuk Pembesran .................................................................... 43
15. Pakan Pellet Untuk Pembesaran ................................................................... 44
16. Grafik Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang ................................................... 52
17. Infeksi yang disebabkan oleh Vibrio sp. ....................................................... 55
18. Treatmen perendaman ikan kerapu cantang dengan air laut yang ditambahkan
Acriflavine.................................................................................................. 56
19. Penimbangan Hasil Panen Kerapu Cantang .............................................. 58
20. Penampungan Hasil Panen Kerapu Cantang ............................................... 59

xiv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Kegiatan....................................................................................... 70


2. Struktur Organisasi Apri Hatchery, Bali ......................................................... 71
3. Data Kualitas Air............................................................................................. 72
4. Data Panjang dan Berat ................................................................................... 74
5. Data Kebutuhan Pakan .................................................................................... 75
6. Kegiatan Praktek Kerja Lapang ...................................................................... 76
7. Perhitungan Analisa Usaha ............................................................................. 77

xv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) umumnya dikenal dengan istilah

"Groupers" merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang

baik di pasar domestik maupun pasar internasional karena nilai jualnya yang

cukup tinggi dan bergizi tinggi. Beberapa jenis ikan Kerapu (Epinephelus sp.)

telah mulai diujicoba pembesarannya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand

dan Hongkong sejak tahun 1979 (Sugama et al., 1986). Menurut data statistik

kelautan dan perikanan tahun 2015, produksi ikan kerapu di Indonesia meningkat

sebesar 9,52% pertahun selama 5 tahun terakhir (DJPB, 2015).

Usaha budidaya ikan kerapu merupakan komoditas andalan dalam

peningkatan produksi marikultur Indonesia. Menurut Direktorat Jendral Usaha

Perikanan (2014), total perdagangan ikan karang di Asia Tenggara adalah sekitar

30.000 ton per tahun dengan 15.000-21.000 ton diperkirakan di ekspor ke Hong

Kong. Dijelaskan lebih lanjut bahwa produksi kerapu dari usaha budidaya hanya

8,6 % dari 52.000 ton total tangkapan kerapu di Asia dengan nilai lebih dari 238

juta US dollar.

Tingginya permintaan terhadap ikan kerapu menyebabkan nilai jual ikan

ini meningkat. Berbagai jenis ikan kerapu mulai dibudidayakan antara lain kerapu

tikus atau kerapu bebek, kerapu macan, kerapu kertang, kerapu sunu, kerapu

lumpur dan lain-lain.semakin berkembangnya zaman tidak hanya dilakukan usaha

budidaya, namun perkembangan bioteknologi mulai dilakukan seperti teknik

hibridisasi atau perkawinan silang antar kerapu.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2

Hibridisasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan keragaman

genetik ikan dimana karakter-karakter dari tetuanya akan saling bergabung

menghasilkan turunan yang tumbuh cepat, tahan penyakit bahkan perubahan

lingkungan yang ekstrim dan bahkan terkadang ikan yang steril (Hickling, 1968

dalam Ismi et al., 2013). Benih hibridisasi selain dapat menambah diversifikasi

spesies juga mempunyai prospek budidaya yang berpeluang untuk meningkatkan

produksi perikanan di masa datang (Sunarma et al., 2007).

Salah satu kerapu hasil hibridisasi adalah kerapu cantang (Epinephelus

fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus). Kerapu cantang (Epinephelus

fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus) adalah kerapu hasil hibridisasi atau

persilangan antara kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) sebagai induk

betina dengan kerapu kertang (Ephinephelus lanceolatus) sebagai induk jantan.

Kerapu jenis ini pertama kali di kawin silangkan oleh tim perekayasa (diviso

induk) Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur.

Dari berbagai keunggulan-keunggulan di atas, maka dalam Praktek Kerja

Lapang (PKL). Penulis tertarik untuk mengambil praktek tentang teknik

pembesaran ikan kerapu cantang (Ephinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus

lanceolatus) pada kolam beton, di Apri Hatchery, Bali.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3

1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai

berikut :

1. Mempelajari dan mempraktekan teknik pembesaran ikan kerapu cantang

(Epinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus) pada bak beton di

Apri Hatchery, Buleleng, Bali.

2. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam usaha pembesaran ikan kerapu

cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus) di Apri

Hatchery, Buleleng, Bali.

3. Mengetahui prospek usaha pembesaran ikan kerapu cantang (Epinephelus

fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus) di Apri Hatchery, Buleleng,

Bali

1.3 Manfaat

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan wawasan dalam bidang

perikanan sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat setelah perkuliahan.

2. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti teknik pembesaran ikan

kerapu cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus)

pada bak beton secara langsung di lapangan.

3. Mahasiswa mampu menghadapi masalah yang terjadi di lapangan

4. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengembangkan prospek usaha

pembesaran ikan kerapu cantang (Epinephelus fuscoguttatus x

Ephinephelus lanceolatus).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus

lanceolatus)

2.1.1 Kasifikasi Ikan Kerapu Cantang

Ikan kerapu cantang merupakan ikan hibridisasi atau perkawinan silang

antara ikan kerapu macan dan ikan kerapu kertang. Klasifikasi dari ikan kerapu

cantang menurut Randall (1987) dalam Subyakto dan Cahyaningsih (2003) adalah

sebagai berikut:

Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Sub class : Actinoperigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Genus : Ephinephelus
Species : Epinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus

Gambar 2.1 Ikan Kerapu Cantang


Sumber : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Kep. 38 / Men / 2012

2.1.2 Morfologi Ikan Kerapu Cantang

Kerapu cantang memiliki bentuk tubuh yang compressed dan membulat

dengan ukuran lebar kepala sedikit atau hampir sama dengan lebar badannya,

warna kulit coklat kehitaman dengan lima garis hitam melintang di bagian

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5

tubuhnya. Sirip pectoral, anal, dorsal, caudal dan ventral bercorak seperti kertang

dengan dasar berwarna kuning dilengkapi bintik–bintik hitam. Bentuk ekor

rounded, bentuk mulut lebar, superior. Tipe sisik bergerigi (stenoid) dan bentuk

gigi runcing (cacine) (BBAP Situbondo, 2012).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesua Kep. 38 / Men / 2012, pada umur 6 bulan atau pada stadia pembesaran

memiliki panjang total 28,6–30,3 cm dengan berat 500–600 gram. Sedangkan

pada kerapu cantang pada umur 85–95 hari memiliki panjang total 12,3 cm

dengan berat 50–75 gram. Pada umur 40–50 hari, kerapu cantang memiliki

panjang total 5,6 cm dengan berat 4–6 gram.

Pengadaan kerapu cantang menurut Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Kep. 38 / Men / 2012 tentang pelepasan ikan

kerapu cantang diharapkan akan lebih memperkaya jenis dan varietas ikan kerapu

di Indonesia, selain itu diharapkan dapat menunjang peningkatan produksi

perikanan budidaya serta pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya ikan.

Pemilihan kerapu kertang serta kerapu macan untukhibridisasi karena

kerapu kertang mempunyai pertumbuhan yang cepat dari kerapu macan. Kerapu

macan mampu dikembangkan baik induk ataupun benihnya dengan mudah. Hal

ini sangat berbeda dengan kerapu kertang yang mengalami kesulitan dalam

pembudidayaannya, terutama penyediaan induk (Soehermanto dkk., 2010).

2.1.3 Habitat dan Penyebaran

Penyebaran ikan kerapu di dunia mencakup wilayah-wilayah Indo-

Pasifik Laut Merah, Kepulauan Tropis India dan bagian Barat-Tengah Lautan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6

Pasifik (Timur ke Samoa dan Kepulauan Phoenix). Ikan kerapu tersebar juga di

sepanjang pantai timur Afrika sampai Mozambik, Madagaskar, India, Thailand,

Indonesia, Pantai tropis Australia, Jepang, Philipina, New Guinea dan Kaledonia

Baru (Heemstra & Randall, 1993). Kerapu banyak ditemukan di perairan

Indonesia, diantaranya Pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi, Buru dan Ambon.

Distribusi ikan ini di berbagai kepulauan dunia tersebut tidak terlepas

dari habitatnya di perairan yang berasosiasi dengan karang. Ekosistem terumbu

karang merupakan suatu ekosistem khas wilayah pesisir dan laut. Secara umum

penyebaran terumbu karang di dunia ini lebih banyak pada daerah tropis jika

dibandingkan dengan daerah subtropis. Banyaknya terumbu karang di daerah

tropis karena kehidupan terumbu karang sangat tergantung pada keberadaan sinar

matahari.

Penyebaran sinar matahari didaerah tropis dapat berlangsung sepanjang

hari dan sepanjang masa, sedangkan di daerah subtropis penyebaran sinar

matahari dipengaruhi oleh musim. Terumbu karang dapat hidup sampai

kedalaman 40 meter dan juga tergantung kepada kecerahan perairan atau sejauh

mana cahaya matahari dapat menembus ke dalam perairan (Bulanin dan

Usman,2010).

Ikan kerapu banyak ditemukan pada daerah yang kaya terumbu karang

serta air yang jernih, sampai kedalaman 60 meter. Ikan ini hidup pada kedalam 5-

20 meter di semua tipe terumbu karang dengan kondisi yang baik. Ikan kerapu

memanfaatkan liang atau rongga di terumbu karang sebagai tempat berlindung

dan biasanya menetap (sedentary) (Yeeting et al., 2001 dalam Ahmad 2009).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7

Parameter yang cocok bagi pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur 24-310C,

salinitas 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut >3,5 ppm dan pH 7,8-8, perairan

seperti ini pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang (Ahmad,2009).

Ikan kerapu hidup di kawasan terumbu karang yang terdapat di perairan

dangkal hingga 100 meter dibawah permukaan air laut. Habitat favorit larva

kerapu muda adalah perairan pantai yang pasirnya berkarang dan banyak

ditumbuhi padang lamun atau ladang terumbu karang (Putri et al., 2013). Selain

perairan yang berkarang, tempat tenggelamnya kapal menjadi rumpon yang

nyaman bagi ikan kerapu. Ikan tersebut akan berdiam dalam lubang-lubang

karang atau rumpon dengan aktifitas yang relatif rendah.

Daerah penyebaran kerapu macan meliputi Afrika Timur sampai dengan

Pasifik Barat Daya. Kerapu juga banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatra,

Jawa, Sulawesi, Buru dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu adalah

wilayah terumbu karang yang bentangannya cukup luas.

2.1.4 Siklus Reproduksi dan Pematangan Gonad

Salah satu sifat biologi ikan kerapu adalah hemaprodit protogini (WWF,

2011), yaitu perubahan kelamin betina menjadi kelamin jantan pada saat ikan

kerapu beranjak dewasa. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun

dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina akan mengalami

perubahan menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh

sekitar 70 cm dan berat 11 kg (Tarwiyah, 2001).

Proses hibridisasi bertujuan untuk mendapatkan benih yang unggul baik

dalam morfologi serta dalam genetik. Hibridisasi pada ikan kerapu cantang

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8

dilakukan dengan fertilisasi buatan dimana pemijahan ikan yang terjadi diberikan

rangsangan hormon untuk mempercepat pematangan gonad, serta proses

ovulasinya dilakukan secara buatan yaitu dengan teknik pengurutan (stripping).

Kematangan gonad induk jantan ikan kerapu diketahui dengan cara

mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah luar secara perlahan, sperma yang

keluar berwarna putih susu dan jumlahnya banyak. Kematangan kelamin induk

betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam

lubang kelamin ikan, kemudian dihisap.

Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya,

garis tengah (diameter) telur diatas 450 mikron (Tarwiyah, 2001). Pernyataan

diatas sesuai dengan Sugama, dkk (2013) yang menyatakan bahwa untuk

memastikan jenis kelamin, perut ikan yang sudah dibius dipijat lembut dari arah

kepala sampai ekor. Ikan jantan yang siap memijah akan mengeluarkan banyak

sperma dari lubang urinogenitalnya. Jika tidak ada sperma yang keluar, maka

diduga bahwa ikan tersebut adalah jantan yang belum siap memijah atau betina.

Dijelaskan lebih lanjut kanulasi dari lubang genital betina perlu

dilakukan untuk memperoleh sampel telur guna menilai tahap perkembangan

ovarium.Meskipun demikian, kanulasi kerapu macan betina sering kali sulit

dilakukan jika ikan tidak dalam kondisi pemijahan karena lubang genitalnya

tertutup rapat atau sulit untuk diakses.

Kanula adalah pipa plastik bening yang fleksibel dengan panjang 40–50

cm (diameter luar 3 mm, dan diameter dalam 1,2 mm), yang dimasukkan ke

dalam lubang urinogenital jantan dan saluran telur betina. Ikan yang akan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9

dikanulasi dibius terlebih dahulu. Kain atau handuk basah ditempelkan di atas

mata untuk membantu menenangkan ikan. Kanula ini dimasukkan ke dalam ikan

pada kedalaman 6 – 7 cm dan dilakukan penghisapan pada ujung lain dari kanula

tersebut sebelum kanula itu ditarik keluar dari ikan.

Proses pemijahan ikan kerapu cantang biasanya dilakukan saat bulan

gelap (dark moon), menurut BBL Batam (2011) seleksi induk kerapu macan yang

siap memijah mempunyai berat minimal 4 kg, sedangkan induk ikan kerapu

kertang memiliki berat maksimal 40 kg.

Dijelaskan lebih lanjut mengenai induk betina yang matang gonad yaitu

memiliki ciri perut yang membuncit, lubang genital (kloaka) bengkak dan

memerah, pergerakannya miring serta warna tubuh terutama pada insang

memucat. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang

sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas 32 ‰.

Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan

cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam

09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari

dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke posisi semula

(tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah

secara alami (Tarwiyah, 2001).

Proses kawin buatan dimulai dengan cara mengurut bagian perut induk

betina ikan Kerapu Macan secara perlahan-lahan, setelah telur keluar dan

ditampung dalam baskom campurkan sperma ikan kerapu kertang dengan dosis

satu mililiter sperma untuk satu juta butir telur ikan Kerapu Macan. Kemudian

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10

diaduk dengan menggunakan bulu ayam agar sperma tercampur merata. Proses

pengadukan sperma dengan telur berlangsung sekitar 10-15 menit, setelah itu

biarkan atau diamkan telur sekitar 5-10 menit agar proses pembuahan berlangsung

dengan sempurna.

Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel sel telur yang kemudian

diperiksa dibawah mikroskop untuk memastikan apakah telur dibuahi sempurna

atau tidak. Kenampakan yang harus diperhatikan saat pengamatan adalah ukuran

dan bentuk telur yang teratur, warna yang transparan atau tembus pandang, serta

kulit telur atau korion yang bebas dari parasite (Sugama dkk., 2013)

Setelah dipastikan bahwa telur terbuahi dengan sempurna, maka telur

dimasukkan dalam bak inkubasi atau bak penetasan telur yang dilengkapi dengan

air mengalir dan aerasi (BBL Batam, 2011).

2.2 Aspek Teknis

2.2.1 Lokasi Kolam

Menurut Akbar dan Sudaryanto (2002), lokasi merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan usaha pembesaran yang mengandung faktor

pendukung dan faktor pembatas. Beberapa faktor pendukung (non teknis) antara

lain kemudahan pencapaian, kemudahan mendapatkan sumber energi listrik

(PLN), kedekatan dengan lokasi budidaya dan pasar benih serta kemudahan

memperoleh kebutuhan sehari-hari. Sementara faktor pembatasnya antara lain

kualitas air laut, ketersediaan air tawar, status lahan dan keamanan.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11

2.2.2 Konstruksi Kolam

Kolam yang baik harus memiliki minimal enam pintu bagian penting,

yaitu pematang kolam, pintu pemasukan air, pintu pengeluaranan air, saluran

tengah kolam (kemalir), kolam penampungan hasil (kobakan) dan filter

(Susanto,1992). Secara umum kolam empat persegi panjang atau kolam bujur

sangkar mudah mengelolanya, karena itu kolam berbentuk empat persegi panjang

dianjurkan untuk pemeliharaan ikan konsumsi (Sitanggang, 1998)

2.2.3 Persiapan Kolam

2.2.3.1 Pengeringan Kolam

Pengeringan kolam merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan

setelah pemanenan dan sebelum kolam digunakan. Pengeringan kolam berfungsi

untuk menguraikan senyawa-senyawa asam sulfida dan senyawa beracun yang

terjadi selama kolam terendam air, membasmi hama penyakit dan benih-benih

ikan liar baik yang bersifat predator ataupun bersifat kompetitor (Susanto,1995).

2.2.3.2 Pengisian Air

Pengisian air kolam dilakukan setelah kegiatan pengeringan

selesai.Pengisian air kolam dilakukan hingga ketinggian air mencapai 90 cm dari

dasar kolam. Air yang digunakan untuk proses budidaya berasal dari laut yang

kemudian masuk pada bak filter untuk dilakukan penyaringan secara mekanik

agar air yang digunakan terbebas dari kotoran dan mengurangi partikel-partikel

yang terbawa dari laut agar tidak mengendap di dasar kolam yang dapat

menurunkan kualitas air.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12

2.2.4 Pengadaan dan Penebaran Benih

2.2.4.1 Seleksi Benih

Malcolm (2004) menjelaskan bahwa benih yang digunakan untuk

budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi terlebih dahulu mengenai kesehatannya.

Benih yang terserang penyakit akan mengalami hambatan pertumbuhan dan hal

yang lebih membahayakan lagi adalah tertularnya penyakit ke ikan-ikan lainnya.

Selanjutnya dinyatakan bahwa berdasarkan pengamatan visual, ciri benih yang

baik adalah ukuran seragam, bebas penyakit, gerakan berenang normal dan aktif,

respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap

(Sunyoto, 1994).

2.2.4.2 Penyortiran (Grading)

Menurut Akbar dan Sudaryanto (2002), penyeragaman atau pemilihan

ukuran benih perlu dilakukan untuk menghindari sifat kanibal dari ikan ini. Sifat

ini akan menjadi lebih serius bila frekuensi pemberian dan jumlah pakan tidak

mencukupi. Oleh karenanya, benih perlu selalu diseleksi ukurannya dan diberi

cukup pakan.

Penyeragaman ukuran atau Grading bertujuan untuk mengurangi sifat

kanibal. Penyeragaman ukuran benih dapat dilakukan setiap satu minggu

sekali.Grading dilakukan pada umur 3 bulan dengan cara memasang shelter

(tempat pelindung) pada bak pemeliharaan. Kerapu secara teratur disortir untuk

mengurangi variasi dalam ukuran guna mengurangi kanibalisme. Kerapu cantang

(Epinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus) harus disortir sehingga

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13

perbedaan panjang total (TL) antara ukuran kelas kurang dari 30% (Hseu dkk.

2003). Sementara penyortiran yang dilakukan teratur mengurangi distribusi

ukuran yang berbeda, penyortiran berkala juga menyebabkan stres saat

penanganan dan dapat menyebabkan kerusakan fisik pada ikan yang dapat

berujung pada penyakit. Penyeragaman ukuran ini tidak mudah karena ikan

sangat mudah stres bila dipindahkan secara tiba-tiba dan ditangani dengan kasar.

2.2.4.3 Penebaran Benih

Keberadaan dan sumber benih harus diperhitungkan sebelum pelaksanaan

budidaya (Sunyoto, 1994). Sebelum dilakukan penebaran benih, sebaiknya

diadakan pemilihan benih guna mendapatkan hasil produksi yang maksimal.

Dalam melakukan penebaran benih, perlu diperhatikan waktu tebar yaitu

sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dan aklimatisasi perlu dilakukan

karena berkaitan dengan adanya perbedaan kondisi air seperti suhu dan salinitas.

Padat penebaran ikan dalam suatu budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor,

mulai dari ukuran ikan yang ditebar, jenis ikan, hingga sistem budidaya yang

diterapkan.

Penebaran benih merupakan titik awal dari keberhasilan dalam

membudidayakan ikan. Penebaran benih dilakukan pada pagi dan sore hari saat

suhu air tidak terlalu tinggi dengan kepadatan 65-67 ekor/m3 dengan ukuran 10-12

cm dengan berat 15-25 gram. Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar

benih tidak mengalami stress. Jika benih berasal dari tempat yang jauh, sebelum

ditebarkan benih harus dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14

pengadaptasian lingkungan awal dan lingkungan baru untuk mencegah terjadinya

stres pada benih ikan.

2.2.5 Manajemen Pakan

Pemilihan jenis pakan pada ikan kerapu harus didasarkan pada kemauan

ikan untuk memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi dan nilai

ekonomisnya. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dengan feeding rate

(FR) sebesar 3% dari berat tubuh pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00 WIB

dan sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB (Ismi, 2013).

Pemberian pakan dilakukan selama pemeliharaan untuk mendapatkan

ukuran konsumsi. Agar hasil yang didapatkan optimal maka ikan harus diberi

pakan bergizi tinggi dengan kandungan protein diatas 20%. Untuk memenuhi

persyaratan pakan bergizi tinggi ini dapat memanfaatkan pakan berupa pellet.

Selain pakan berupa pellet, dapat digunakan ikan non ekonomis seperti ikan rucah

sebagai pakan pada pembesaran ikan kerapu dengan jumlah persentasi pemberian

pakan yang sama dengan pemberian pellet. Namun, penggunaan ikan rucah tidak

dianjurkan, kecuali tidak ada alternatif lain karena kemungkinan perpindahan

parasit dari pakan ikan ke ikan yang sedang dibudidaya, yang dapat menyebabkan

meningkatnya kematian akibat wabah penyakit (Rückert dkk, 2009).

Beberapa jenis ikan yang tergolong ikan rucah yang baik untuk pakan

kerapu ialah ikan tembang, selar dan rebon. Ikan rucah yang digunakan harus

selalu dalam keadaan segar. Pada proses pemberian pakan, ikan rucah dibagi

menjadi beberapa bagian sesuai dengan bukaan mulut ikan kerapu yang

dibudidayakan (Sunyoto, 1994).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15

Menurut Samudra (2008), beberapa hal yang penting dalam penanganan

pakan adalah (1) Pakan ikan rucah harus dalam keadaan segar, (2) Sisa potongan

pakan harus segera dibuang agar tidak mempengaruhi kadar amonia yang ada

pada kolam, (3) Pakan yang beku harus dicairkan terlebih dahulu secara benar

sebelum diberikan pada ikan, (4) Pellet tidak boleh disimpan lebih dari 3 bulan,

(5) Pellet yang sudah berubah bau dan warna sebaiknya tidak diberikan pada ikan.

2.2.6 Manajemen Kualitas Air

Air merupakan faktor yang penting dalam budidaya, kualitas air akan

mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang dibudidaya. Kualitas dari perairan

merupakan salah satu faktor pembatas dari penentu keberhasilan dalam suatu

kegiatan budidaya. Perubahan yang terjadi pada parameter kualitas air tidak akan

terlalu berbeda dalam satu musim, hanya saja sulit untuk dikontrol. Pemantauan

kualitas air perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui keadaan lingkungan

sekitar lokasi budidaya.

Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen

terlarut, dan juga kandungan amoniak. Menurut Chua dan Teng (1979), kualitas

perairan yang optimal untuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti suhu berkisar

antara 24 - 31ºC, salinitas antara 30-33 ppt, oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH

berkisar antara 7,8 - 8,0. Kandungan amoniak dalam air sumber tidak lebih dari

0,1 ppm. Air yang tidak memenuhi syarat dari segi kualitas air akan berakibat

buruk terhadap kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan, karena air

merupakan media tempat hidup ikan yang harus memiliki kondisi yang

disesuaikan dengan kebutuhan optimal bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16

2.2.7 Pertumbuhan

Laju pertumbuhan merupakan peningkatan dalam satuan panjang atau

berat per unit waktu (Sunyoto, 1994). Data pertumbuhan yang umum dipakai

untuk perhitungan yaitu berat. Pada umumnya pertumbuhan berat ikan berlainan

dengan burung atau mamalia, dimana pertumbuhan pada ikan tidak berhenti

setelah mencapai kematangan seksual. Kurva pertumbuhan berat ikan secara

umum merupakan grafik sigmoid.

Gambar 2.2. Kurva Pertumbuhan

Laju pertumbuhan dihitung dan dikemukakan oleh Zonneveild, et al


dalam Syandri (1996) yaitu :
G = Wt – Wo
x 100%
t

G = Laju pertumbuhan
Wt = Bobot rata-rata benih pada saat t (gr)
Wo = Bobot rata-rata benih saat awal percobaan (gr)
t = Jumlah hari selama percobaan

Besarnya perhitungan LPH tergantung ukuran dan jenis ikan. Ikan kerapu

yang berukuran 50-100 gram mempunyai LPH sekitar 2 sampai 3 %, sedangkan

yang berukuran 200-300 gram berkisar 0,7-1,5%. Kerapu karang cenderung

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17

mempunyai LPH lebih rendah (Sunyoto, 1994). Waktu yang dibutuhkan selama

pembesaran dan saat ikan mencapai ukuran konsumsi dapat dilihat pada

pertumbuhan berat rata-rata yang telah ada selama waktu pemeliharaan.

2.3 Hama dan Penyakit

Rochdianto (1997), menjelaskan bahwa penyakit adalah terganggunya

kesehatan ikan yang diakibatkan oleh parasit dan non parasit. Sedangkan pada

dunia perikanan yang dimaksud dengan hama adalah predator, yakni makhluk

yang merugikan karena menyerang dan memangsa ikan.

Kematian ikan kerapu pada saat budidaya merupakan kendala yang

sering dihadapi. Pada ikan kerapu yang mati, biasanya banyak ditemukan parasit,

baik pada insang, kulit maupun mata. Ikan kerapu yang dibudidayakan pada bak

beton dengan kepadatan tinggi dengan penyiponan hanya dilakukan satu kali

dalam sehari dapat membantu kecepatan perkembangbiakan organisme parasit

dan penyakit sehingga dapat merugikan inang, bahkan dapat menyebabkan

kematian (Sunyoto, 1994). Penyakit yang menyerang ikan kerapu dibagi menjadi

empat kelompok yaitu parasit, bakteri, virus dan jamur.

Penyakit yang menyerang ikan kerapu banyak disebabkan oleh golongan

parasit dan bakteri. Parasit adalah organisme yang hidupnya tergantung pada

organisme lain dan memiliki hubungan timbal balik dengan organisme yang

ditumpanginya. Organisme tempat parasit hidup dinamakan inang yang berperan

sebagai tempat nutrien, tempat hidup dan tinggal (Sauyai, 2014). Parasit yang

biasanya menyerang kerapu adalah Diplectanum sp., Haliotrema sp., Trichodina

sp., Gyrodactylus sp., dan Dactylogyrus sp. Gejala awal yang ditunjukkan ikan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18

yang terserang parasit adalah inang tampak pucat dan terdapat bintik merah pada

bagian lamela insang, operculum yang membuka tutup dengan cepat serta tingkah

laku renang yang abnormal (Abdillah, 2010).

Jenis bakteri yang menjangkit ikan kerapu diantaranya Vibrio

alginolyticus dan Vibrio anguillarum. Menurut Ajitama.,dkk (2013) gejala klinis

yang ditimbulkan oleh bakteri adalah terdapat lesi atau luka pada permukaan

tubuh ikan. Ikan juga mengeluarkan lendir secara berlebihan dan terjadi

penggeripisan pada ekor. Pada pemeriksaan organ dalam hati terlihat pucat,

berwarna merah kekuning-kuningan dan mengeluarkan bau tak sedap.

Antisipasi terhadap serangan penyakit yang umum terjadi seperti borok

pada kulit dan lain sebagainya perlu diberikan tambahan vitamin C dan

multivitamin. Selain berupa tambahan vitamin, setiap 2 minggu sekali dilakukan

perendaman dalam air tawar yang telah diberi larutan acriflavin dalam dosis

rendah karena hal ini lebih bersifat pencegahan. Pada saat perendaman inilah

dapat dilakukan kegiatan pemantauan panjang, berat dan kelulushidupan (Abduh,

2007).

2.4 Pemanenan Hasil

Keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu dapat diketahui dari hasil

panen yang diperoleh. Pada saat pemanenan, kesehatan ikan harus tetap dijaga,

ikan yang terluka akan menurunkan nilai ekonomis. Langkah-langkah persiapan

pemanenan harus diperhitungkan dengan teliti. Sebagai ikan ekspor, ukuran yang

dibutuhkan adalah 500-1000 gram/ekor dan dipasarkan dalam bentuk hidup.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan masa pemeliharaan 4-7 bulan, hal

ini bergantung pada ukuran benih (Malcolm, 2004).

Pesiapan sebelum melakukan pemanenan meliputi persiapan sarana dan

alat panen seperti bak air laut, aerasi, tabung oksigen, dan seser. Semua sarana

harus dalam keadaan bersih. Pada hari pemanenan pemberian pakan dihentikan.

Pemanenan dilakukan dengan menangkap ikan kerapu secara hati-hati

menggunakan jaring dan langsung dipindahkan ke bak air laut yang telah diberi

aerasi. Setelah selesai melakukan pemanenan, dilakukan penimbangan pada setiap

ikan untuk membedakan berat ikan tersebut.

2.5 Analisa Usaha

Analisa keuangan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui

sampai di mana keberhasilan yang dicapai selama usaha berlangsung (Rahardi

dkk., 1993 dalam Ramadhani, 2010). Dalam analisis ini, terdapat pengelompokan

jenis – jenis biaya, diantaranya adalah biaya investasi, biaya variable atau

operasional, biaya tetap, dan hasil penjualan. Keuntungan atau kerugian, layak

atau tidaknya suatu usaha dan berapa jangka waktu yang dibutuhkan serta

pencapaian jumlah produksi yang harus dihasilkan untuk mengembalikan modal

usaha yang dikeluarkan dapat dilakukan dengan analisis biaya manfaat (Arifin,

2010).

 Analisa Pendapatan Usaha

Analisis Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usaha dapat dicari

dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ¶ = TR – TC

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20

Keterangan: ¶ = Pendapatan usaha TR = Penerimaan total (total revenue) TC =

Biaya total (total cost). Dengan kriteria: TR > TC : Usaha menguntungkan TR =

TC : Usaha pada titik keseimbangan (titik impas) TR < TC : Usaha mengalami

kerugian

 Analisis Revenue–Cost Ratio (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang

diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu (1 tahun) apakah

menguntungkan. Analisis ini dapat dicari dengan rumus berikut : R/C = TR/TC.

Keterangan: TR = Penerimaan total (total revenue) TC = Biaya total (total cost)

Dengan kriteria : R/C > 1 : Usaha menguntungkan R/C = 1 : Usaha impas R/C < 1

: Usaha rugi.

 Analisis Break Event Point (BEP)

Break even point adalah suatu keadaan dimana modal telah kembali

semua atau pengeluaran sama dengan pendapatan, atau keadaan titik impas yaitu

merupakan keadaan dimana penerimaan perusahaan (TR) sama dengan biaya yang

ditanggung (TC), atau TR = TC. Break even point dapat dirumuskan sebagai

berikut:

BEP (kg) : Total biaya


Harga perunit

BEP (Rp) : Total biaya


Total produksi

 ROI (Return On Invesment)

Peluang pengembangan usaha tidak terlepas dari pertimbangan ekonomi

diantaranya besar keuntungan dan lama waktu pengembalian investasi. Return on

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21

invesment (ROI) adalah nilai keuntungan yang diperoleh dari sejumlah modal,

dengan rumus sebagai berikut:

ROI : Laba Usaha


Modal Produksi

 Analisis Kriteria Investasi Benefit Cost Ratio (B/C)

Analisis B/C dapat mengetahui kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1

(satu), maka usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan dan perlu adanya

pembenahan. Rumus untuk mendapatkan nilai B/C adalah:

B/C : Hasil Penjualan


Modal Produksi

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22

III PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Apri Hatchery Desa

Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Kegiatan ini telah

dilaksanakan pada tanggal 23 Januari sampai 23 Februari 2017.

3.2 Metode Kerja

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini

adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau

kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar

dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling

hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan atau mendapatkan makna dan

implikasi, walaupun penelitian bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat

mencakup juga metode-metode deskriptif. Tujuan metode deskriptif adalah untuk

membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta

dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2011).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam penelitian,

dimana data dikumpulkan dari sumbernya (sumber data) (Anshori, 2009).

Pengambilan data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini menggunakan

dua metode yaitu berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dari

beberapa metode.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23

3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari obyek penelitian atau

merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data primer tersebut

harus dicari melalui narasumber atau responden yaitu orang yang dijadikan obyek

penelitian atau orang yang dijadikan sebagai sarana mendapatkan informasi

maupun data (Hasibuan, 2007).

 Observasi

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), metode observasi adalah proses

pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian

yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi individu yang

diteliti. Kelebihan metode observasi dibandingkan dengan metode survey

adalah data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan

bebas dari respon bias.

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan

panca indera mata sebagai alat bantu utama selain panca indera lainnya

seperti teling, penciuman, mulut, dan kulit (Bungin, 2001). Observasi

dalam Praktek Kerja Lapang ini dilakukan terhadap berbagai hal yang

berhubungan dengan kegiatan Pembesaran Ikan Kerapu Cantang di Apri

Hatchery Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng,

Bali.

 Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang

dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir, 1988). Partisipasi dilakukan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

dengan mengikuti secara langsung kegiatan yang dilakukan ditempat

Praktek Kerja Lapang. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah

Pembesaran Ikan Kerapu Cantang serta kegiatan lainnya yang berkaitan

dengan Praktek Kerja Lapang yang dilakukan.

 Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sembari tertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai (Bungin,

2001). Wawancara dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan tentang

teknik-teknik dan metode Pembesaran Ikan Kerapu Cantang (Ephinephelus

sp.) serta faktor-faktor dan hambatan yang dihadapi. Menurut Suryabrata

(2011), wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (paduan wawancara).

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumbernya dan serta dilaporkan oleh orang di luar Praktek Kerja Lapang itu

sendiri. Data ini diperoleh dari dokumentasi, buku, pustaka-pustaka, masyarakat

dan laporan penelitian. Dan juga data ini adalah kesesuaian antara populasi data

yang ada dengan populasi yang menjadi perhatian peneliti dan relevansi dan

konsistensi unit pengukur yang digunakan (Sangadji dan Sopiah, 2010). Menurut

Hasibuan (2007), data sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25

langsung dari obyek penelitian, melainkan data yang berasal dari sumber yang

telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder dapat diperoleh dengan cepat

dan mudah karena data ini biasanya sudah tersedia dengan cara mengambil dan

mengumpulkan saja.

Data sekunder dalam Praktek Kerja Lapang ini meliputi faktor-faktor

pertumbuhan ikan kerapu cantang, penyakit, reproduksi, teknik pembesaran ikan

kerapu dan lain sebagainya yang mendukung dari kegiatan pembesaran ikan

kerapu cantang.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang

4.1.1 Latar Belakang Berdirinya Apri Hatchery

Cikal bakal Apri Hatchery didirikan yaitu dengan majunya kegiatan usaha

budidaya perairan di Dusun Gondol memberikan peluang kepada pemilik usaha

untuk membuka usaha pembenihan dan keinginan pemilik usaha untuk memiliki

pendapatan tambahan dari pendapatan utama. Apri Hatchery didirikan oleh Bapak

Apri Iman Supii S.Pi, M.Si pada tahun 2009.

Usaha pembenihan dipilih untuk memenuhi kebutuhan benih kerapu serta

bandeng yang banyak dibudidayakan di Dusun Gondol serta sekitarnya. Seiring

berjalannya waktu sejak didirikannya Apri Hatchery, perusahaan telah

membentuk kerjasama dengan perusahaan atau instansi lain untuk pengadaan

sperma kerapu batik serta kerapu kertang sebagai jenis kerapu hibrid. Pada saat

ini Apri Hatchery tidak hanya bergerak dalam pembenihan ikan kerapu serta

bandeng, namun juga usaha budidaya ikan hias clawn fish, paracanthurus

hepatus, tiram mutiara serta bergerak dalam bidang pembesaran ikan bandeng,

kerapu, tiram mutiara dan angelfish.

4.1.2 Luas, Tata Letak, Topografi dan Geografi

Apri Hatchery memiliki luas wilayah usaha 2600 m2 dengan lokasi 100 m

dari tepi pantai. Luas lahan yang digunakan untuk usaha pembesaran kerapu

diantaranya 350 m2, pembenihan kerapu diantaranya 250 m2 untuk pemeliharaan

larva, 550 m2 untuk penyediaan pakan alami serta 60 m2 untuk pemeliharaan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27

induk. Sedangkan sisanya digunakan untuk usaha pembenihan bandeng serta ikan

hias clawn fish, angelfish dan letter six.

Secara geografis Apri Hatcheryterletak di 8o09’45, 0” LS serta 114o43’31”

BB dengan ketinggian tanah 2 m di atas permukaan laut. Lokasi ini dipengaruhi

oleh dua musim yaitu musim hujan (November – Maret) dan musim kemarau

(April – Oktober). Kondisi tanah di kawasan Apri Hatchery adalah berlumpur,

berpasir serta berbatu karena selain dekat dengan pantai, lokasi ini juga dekat

dengan gunung Sanggalangit. Kawasan atau area Apri Hatchery di sebelah Utara

berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung

Sanggalanagit, di sebelah Timur berbatasan dengan Banyupoh serta di sebelah

Barat berbatasan dengan Desa Sanggalangit.

4.1.3 Struktur dan Tata Kerja Perusahaan

Perusahaan dipimpin oleh Bapak Apri Iman Supii S.Pi, M.Si yang juga

merupakan pemilik perusahaan. Pemimpin perusahaan berperan sebagai pengatur

jalannya usaha serta konsultan dalam melakukan kegiatan usaha di perusahaan.

Pemimpin perusahaan membawahi seorang sekertaris yang juga bertindak sebagai

bendahara yang mengatur keuangan serta inventarisasi perusahaan. Selain itu

terdapat pula tiga orang pelaksana teknis di lapangan yang berperan sebagai

pemelihara larva serta benih dalam proses kegiatan pembenihan kerapu dan

bandeng serta ikan hias clawn fish, paracanthurus hepatus (blue tang), tiram

mutiara dan angelfish.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28

4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari perusahaan Apri Hatchery adalah terbentuknya sebuah

perusahaan pembenihan dan budidaya ikan hias yang dapat memenuhi pasaran

lokal dan mancanegara. Misi dari perusahaan Apri Hatchery adalah mampu

menyediakan telur, benih, serta larva yang unggul, disamping sebagai penyedia

ikan hias air laut bagi lokal dan mancanegara.

Berdasarkan visi dan misi perusahaan, maka beberapa tugas yang harus

dilakukan untuk merealisasikannya adalah melalui penjualan hasil produksi

perusahaan pada perusahaan lokal dan perusahaan asing yang telah melakukan

kerjasama perusahaan. Disamping itu, dilakukan juga peningkatan jaringan

komunikasi yang baik dengan perusahaan lain.

4.2 Sarana dan Prasarana

4.2.1 Sarana

Sarana pembenihan merupakan fasilitas yang dapat secara langsung

menunjang proses produksi yang meliputi bak pemeliharaan induk, bak penetasan

dan pemeliharaan larva, bak kultur pakan alami, bak karantina dan pengobatan

ikan, bak filter air.

4.2.1.1 Bak Pemeliharaan Induk

Bak pemeliharaan induk berjumlah satu dengan ukuran 9 x 3 x 1,5 m3,

berbentuk persegi panjang dengan ujung membulat pada sudut-sudut bagian

dalam. Pembuatan sudut bak yang membulat dimaksudkan untuk menghindari

penumpukan sisa pakan, mempermudah pada saat penguraasan serta

menyesuaikan dengan tingkah laku ikan yang berenang memutar. Bak terdapat di

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29

luar ruangan dengan warna abu – abu. Bak dilengkapi dengan pipa saluran air

masuk (inlet) serta pipa saluran air keluar (outlet).

Pipa inlet berada di bagian pinggir bak dengan diameter 10 cm, Pipa

tersebut digunakan untuk menyalurkan air ke dalam bak. Pipa outlet terletak pada

bagian atas serta bagian bawah bak. Pipa outlet yang terletak pada bagian bawah

berjumlah satu dengan diameter 10 cm. Pipa outlet tersebut berfungsi

mengeluaran sisa pakan serta menurunkan air pada bak pemeliharaan saat induk

akan dipijahkan.

Gambar 4.1 Bak pemeliharaan induk


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Bak pemeliharaan induk dilengkapi dengan pipa instalasi aerasi yang

berdiameter 2 cm dengan jumlah aerasi 2 buah. Pipa aerasi berfungsi untuk

menyediakan oksigen terlarut di dalam bak pemeliharaan. Bak juga dilengkapi

jaring berwarna gelap yang digunakan untuk menghalangi ikan keluar dari bak

pemeliharaan serta menghambat pertumbuhan lumut. Jaring berwarna gelap

tersebut akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam bak, sehingga

pertumbuhan lumut terhambat.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30

4.2.1.2 Bak Pembesaran

Bak pembesaran kerapu cantang berjumlah tiga buah dengan ukuran 3 x 3

x 1m3, berbentuk persegi dengan ujung membulat pada sudut-sudut bagian dalam.

Pembuatan sudut bak yang membulat dimaksudkan untuk menghindari

penumpukan sisa pakan, mempermudah pada saat penguraasan serta

menyesuaikan dengan tingkah laku ikan yang berenang memutar. Bak terdapat di

luar ruangan dengan warna abu – abu. Bak dilengkapi dengan pipa saluran air

masuk (inlet) serta pipa saluran air keluar (outlet).

Pipa inlet berada di bagian pinggir bak dengan diameter 5 cm, Pipa tersebut

digunakan untuk menyalurkan air ke dalam bak. Pipa outlet terletak pada bagian

atas serta bagian bawah bak. Pipa outlet yang terletak pada bagian bawah

berjumlah satu dengan diameter 8 cm. Pipa outlet tersebut berfungsi mengeluaran

sisa pakan serta menurunkan air pada bak pembesaran.

Gambar 4.2 Bak Pembesaran Kerapu Cantang


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Bak pembesaran dilengkapi dengan pipa instalasi aerasi yang berdiameter 2

cm dengan jumlah aerasi enam buah. Pipa aerasi berfungsi untuk menyediakan

oksigen terlarut di dalam bak pemeliharaan. Bak juga dilengkapi jaring berwarna

gelap yang digunakan untuk menghalangi ikan keluar dari bak pemeliharaan serta

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31

menghambat pertumbuhan lumut. Jaring berwarna gelap tersebut akan

menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam bak, sehingga pertumbuhan

lumut terhambat.

4.2.1.3 Bak Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

Bak penetasan telur berfungsi sebagai tempat untuk menetaskan telur serta

sebagai pemeliharaan larva. Bak terletak di dalam ruangan dengan ukuran 3 × 3 ×


3
× 1 m yang memiliki warna kuning. Bak dapat menampung air dengan kapasitas

9 ton atau 9000 liter.

Gambar 4.3 Bak penetasan telur dan pemeliharaan larva Kerapu


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Bak dilengkapi dengan pipa inlet, pipa outlet serta pipa aerasi yang memiliki

fungsi seperti pada bak pemeliharaan induk. Pipa inlet memiliki ukuran diameter

3 cm, terletak pada bagian atas bak yang berjumlah satu buah. Pipa outlet

memiliki ukuran diameter 6 cm yang terletak pada bagian bawah bak

pemeliharaan dan terhubung dengan saluran pembuangan. Pipa aerasi memiliki

ukuran diameter 2 cm yang terletak di pinggir bak dengan jumlah aerasi 16 buah.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32

Bagian atas bak terdapat lampu TL dengan daya 40 Watt. Pemberian lampu

pada bak pemeliharaan larva digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan larva

kerapu. Menurut Kadari dan Dikrurahman (2010) pengaruh pemberian cahaya

tambahan berupa lampu TL pada bak pemeliharaan larva kerapu bertujuan

memudahkan kerapu dalam mencari makanannya. Selain lampu terdapat pula

plastik bening yang terbuat dari polyethilen teripthalet yang berfungsi sebagai

penutup bak puntuk menjaga kestabilan suhu pada bak pemeliharan.

4.2.1.4 Bak Pakan Alami

Bak kultur pakan alami berjumlah 13 bak yang terdapat di luar ruangan.

Bak terbuat dari beton dengan ukuran yang berbeda. Bak kultur dengan ukuran 22

m3 (4 × 4 × 1,25 m3) berjumlah enam serta bak kultur dengan ukuran 38m3 (5 × 5

× 1,5 m3) berjumlah enam berbentuk persegi. Sedangkan bak kultur dengan

ukuran 68 m3 (9 × 6 × 1,25 m3) berjumlah satu berbentuk persegi panjang.

Gambar 4.4 Bak kultur pakan alami


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Bak kultur dilengkapi dengan pipa inlet, pipa outlet serta pipa aerasi yang

memiliki fungsi seperti pada bak pemeliharaan induk. Pipa outlet memiliki ukuran

7 cm dengan jumlah dua. Pipa outlet pada bak kultur pakan alami digunakan

untuk menyalurkan pakan alami ke bak pemeliharaan larva.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33

Pipa inlet memiliki ukuran diameter 5 cm dan berjumlah satu. Pipa aerasi

terletak pada pinggir bak dengan ukuran 2 cm dan berjumlah dua. Selain bak

kultur yang terbuat dari beton, terdapat pula bak fiber yang digunakan untuk

penetasan Artemia. Bak fiber yang dimiliki berjumlah dua dan berukuran 1 ton

atau 1000 liter.

4.2.1.5 Bak Karantina dan Pengobatan ikan

Bak karantina dan pengobatan ikan terbuat dari fiber, berbentuk lingkaran,

berwarna hitam, dan berkapasitas 350 liter air. Bak dilengkapi dengan pipa outlet

dengan ukuran diameter 6 cm yang masing – masing berjumlah satu. Selain itu

bak dilengkapi pula dengan aerasi yang berjumlah satu. Setiap pipa diatas

memiliki fugsi seperti halnya pipa yang terdapat pada bak pemeliharaan induk.

Gambar 4.5 Bak Karantina dan Pengobatan Ikan


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

4.2.1.6 Bak Penampungan dan Filter Air Laut

Bak penampungan merupakan bak yang digunakan untuk menampung air

serta sterilisasi air laut sebelum disalurkan ke dalam bak pemeliharaan larva,

pendederan maupun pembesaran. Bak penampungan air terdapat di dalam

ruangan, berbentuk persegi dengan ukuran 3 x 3 x 1 m3.Bak terbuat dari beton

dengan kapasitas tampung air adalah 9 ton.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34

Gambar 4.6 Bak Penampungan Air Laut


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Bak filter merupakan bak yang berisi berbagai peralatan untuk proses filtrasi

seperti batu kali, kerikil serta pasir. Ukuran bak tersebut adalah 3 × 3 × 2,5 m3.

Air yang berasal dari laut disalurkan pada bak filter untuk disaring secara

mekanik, setelah mengalami penyaringan air disalurkan pada bak penampungan

air laut untuk disterilkan.

Manfaat menggunakan filter mekanik yaitu untuk menyaring air laut

sehingga partikel–partikel yang tidak diinginkan tidak akan masuk ke dalam bak

penampungan air dan kualitas air akan semakin terjaga. Menurut Sugama dkk.

(2013) penyaringan menggunakan filter berpasir tersebut merupakan persyaratan

minimum untuk air yang digunakan pada budidaya.

4.2.2 Prasarana di Apri Hatchery

Prasarana pembenihan merupakan fasilitas penunjang untuk melengkapi

sarana pembenihan.Prasarana untuk mendukung kegiatan pembenihan di Apri

Hatchery diantaranya bangunan pendukung, sumber arus listrik, alat komunikasi

serta alat transportasi.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35

4.2.2.1 Bangunan Pendukung

Bangunan pendukung yang terdapat di Apri Hatchery diantaranya rumah

pelaksana teknis serta gudang. Rumah pelaksana teknis merupakan rumah yang

digunakan sebagai tempat tinggal karyawan. Bangunan tersebut dilengkapi tiga

ruangan yang digunakan sebagai kamar tidur serta satu kamar mandi dan dapur.

Gudang yang di miliki Apri Hatchery berjumlah dua yaitu gudang pakan

serta gudang peralatan. Gudang pakan merupakan bangunan yang digunakan

sebagai tempat untuk menyimpan berbagai pakan serta pupuk. Gudang peralatan

merupakan bangunan yang digunakan untuk menyimpan berbagai peralatan yang

dibutuhkan untuk kegiatan produksi.

Gambar 4.7 Rumah Pelaksana Teknis


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

4.2.2.2 Sumber Arus Listrik

Sumber arus listrik di Apri Hatchery berasal dari kredit listrik Perusahaan

Listrik Negara (PLN) Kabupaten Buleleng dengan kekuatan 3500 V yang

digunakan untuk kegiatan produksi maupun kegiatan non-produksi. Terdapat

pula generator set (genset) yang berjumlah satu buah dengan kekuatan 220 V.

Genset digunakan sebagai penyedia energi listrik cadangan apabila arus listrik

yang bersumber dari PLN mengalami pemadaman.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36

Gambar 4.8 A: Instalasi Listrik dari PLN. B:Generator Set


(Sumber : Data Primer Kegiatan PKL)

4.2.2.3 Alat Komunikasi

Alat komunikasi yang digunakan di Apri Hatchery berupa telefon genggam

(Handphone). Alat komunikasi tersebut berperan dalam proses pemasaran produk,

penyediaan pakan serta peralatan yang digunakan, dan menjalain hubungan

kerjasama dengan perusahaan lain.

4.2.2.4 Alat Transportasi

Alat transportasi yang digunakan di Apri Hatchery adalah satu unit sepeda

motor serta satu unit mobil dengan bak terbuka. Alat transportasi tersebut

digunakan untuk keperluan pengangkutan benih, penyediaan pakan dan peralatan

yang dibutuhkan

4.3 Aspek Teknis Pembesaran Kerapu Cantang

4.3.1 Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi budidaya laut yang dilakukan dengan benar, merupakan

langkah awal keberhasilan budidaya. Pemilihan lokasi yang salah sebaliknya

dapat mengakibatkan kegagalan budidaya. Dalam pemilihan lokasi, dua aspek

teknis penting yaitu penilaian kelayakan lahan budidaya dan aspek daya dukung

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37

lahan budidaya. Kelayakan fisik diperoleh dengan mempertimbangkan faktor-

faktor penting seperti pasang surut, kedalaman, arus, gelombang, dan kualitas air

dapat memberikan informasi karakteristik lahan terhadap kebutuhan biologis ikan

yang akan dipelihara (Sutarmat, 2005).

Faktor-faktor resiko yang sangat ditakuti oleh para usahawan yang ingin

terjun dalam suatu usaha budidaya ikan kerapu adalah faktor gangguan

alamkarena faktor ini dapat memberikan kegagalan total terhadap usaha

tersebut.Dengan perhitungan dan pertimbangan secara cermat dan teliti atas faktor

ini dapat membawa keberhasilan operasional pembesaran kerapu. Faktor-faktor

gangguan alam yaitu pasang surut, gelombang, arus dan kualitas air laut.

4.3.2 Konstruksi Kolam

Kolam yang terdapat di Apri Hatchery terdiri dari kolam untuk kegiatan

berbagai macam jenis komoditas ikan air laut seperti bandeng, ikan kerapu, clawn

fish, paracanthurus hepatus, tiram mutiara dan angelfish. Kolam untuk budidaya

ikan kerapu cantang adalah sebagai berikut: 3m x 3m x 1m3 sebanyak 4 buah

kolam digunakan untuk pembenihan, ukuran 3m x 3m x 1m3 sebanyak 2 buah

kolam untuk pendederan, dan ukuran 3m x 3m x 1m3 sebanyak 3 buah kolam

untuk pembesaran.

Bentuk kolam di lokasi Praktek Kerja Lapang adalah empat persegi

panjang. Secara umum kolam empat persegi panjang atau kolam bujur sangkar

mudah mengelolanya, karena itu kolam berbentuk empat persegi panjang

dianjurkan untuk pemeliharaan ikan konsumsi (Sitanggang, 1998). Kolam yang

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38

digunakan untuk pembesaran ikan kerapu cantang merupakan kolam beton atau

metode intensif.

Gambar 4.9 Bak Pembesaran Kerapu Cantang


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

4.3.3 Persiapan Kolam

Kolam pembesaran ikan kerapu di Apri Hatchery menggunakan kolam

beton dengan sistem intensif, hal ini dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin

sempit. Oleh sebab itu, penggunaan lahan harus efisien, yaitu dalam satuan luas

lahan yang sempit dapat diproduksi jumlah ikan yang banyak. Ada beberapa

persiapan kolam yang dilakukan dalam pembesaran kerapu antara lain:

pembersihan kolam, pengeringan kolam dan pengisian air.

4.3.3.1 Pembersihan Kolam

Tahap pertama yang dilakukan dalam persiapan pemeliharaan ikan kerapu

pada kolam beton adalah pembersihan kolam. Kolam yang bersih merupakan

syarat ikan kerapu dapat bertahan hidup. Pembersihan kolam dapat dilakukan

secara menyeluruh dengan menggunakan sikat stainless steel agar kebersihan

kolam lebih maksimal dan menghindari adanya bakteri yang dapat merugikan

bagi pertumbuhan ikan selama proses budidaya. Pada pembersihan kolam tidak

menggunakan bahan kimia untuk menghindari tersisanya bahan kimia di dalam

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39

bak beton yang dapat menggagnggu kelangsungan hidup ikan selama proses

budidaya.

4.3.3.2 Pengeringan Kolam

Pengeringan kolam dilakukan selama 2-3 hari tergantung cuaca. Menurut

Jangkaru (2007), proses pengeringan kolam, kolam dijemur selama 3-6 hari,

tergantung suhu dan cuaca lingkungan. Tujuan pengeringan adalah untuk

memberantas hama dan penyakit. Pengeringan kolam merupakan kegiatan yang

sangat penting dilakukan setelah pemanenan dan sebelum kolam digunakan.

Pengeringan kolam berfungsi untuk menguraikan senyawa beracun yang terjadi

selama kolam terendam air, membasmi hama penyakit dan benih-benih ikan liar

baik yang bersifat predator ataupun bersifat kompetitor (Susanto, 1995).

4.3.3.3 Pengisian Air

Pengisian air kolam dilakukan setelah kegiatan pengeringan selesai.

Pengisian air kolam dilakukan hingga ketinggian air mencapai 90 cm dari dasar

kolam. Air yang digunakan untuk proses budidaya berasal dari laut yang

kemudian masuk pada bak filter untuk dilakukan penyaringan secara mekanik

agar air yang digunakan terbebas dari kotoran dan mengurangi partikel-partikel

yang terbawa dari laut agar tidak mengendap di dasar kolam yang dapat

menurunkan kualitas air.

Pengisian air pada bak budidaya memerlukan waktu 1 jam 30 menit

hingga mencapai ketinggian 90 cm. Pipa inlet berada di bagian pinggir bak

dengan diameter 5 cm, debit air yang dihasilkan sebesar 1,7L/detik. Dengan

kecepatan tersebut, oksigen yang terkandung dalam bak budidaya dapat

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40

meningkat. Hal ini juga diungkapkan oleh Zonneveld, et al., (1991) Semakin

tinggi debit yang dihasilkan maka kekuatan arus yang dihasilkan tinggi dan

kandungan oksigen meningkat.

4.3.4 Penebaran dan Pengadaan Benih

4.3.4.1 Pengadaan Benih

Pengadaan benih ikan kerapu cantang untuk pembesaran di bak beton

tidak sulit untuk didapatkan karena Apri Hatchery mampu menghasilkan benih

kerapu cantang sendiri dari hasil hibrid. Benih kerapu cantang di Apri Hatchery

disediakan dari hasil pendederan yang dhasilkan sendiri. Benih dapat disediakan

tergantung dari kesiapan sarana dan prasarana pada bak beton untuk pembesaran.

Jumlah benih yang disediakan juga disesuaikan dengan kapasitas bak beton yang

telah disiapkan di hari sebelum penebaran.

4.3.4.2 Seleksi Benih

Kerapu secara teratur disortir untuk mengurangi variasi dalam ukuran

gunamengurangi kanibalisme. Kerapu macan (E. fuscoguttatus), kerapu lumpur

(E. coioides), kerapu kertang (E. lanceolatus) dan kerapu cantang (Epinephelus

fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) harus disortir sehinggaperbedaan

panjang total (TL) antara ukuran kelas kurang dari 30% (Hseu dkk.2003).

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41

Gambar 4.10 Seleksi Benih (Grading) Kerapu Cantang


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Benih kerapu cantang yang dipilih adalah benih yang sehat, peka terhadap

rangsang, organ tubuh lengkap dan terbebas dari penyakit. Ciri benih yang baik

adalah sehat, tidak cacat, berenang aktif dan warna tubuh cerah (Suburhan, 2003).

Menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2002), kepadatan optimum untuk fase

pendederan ikan kerapu adalah 70 ekor/m3 dengan rata-rata panjang ikan 9-12 cm

dan berat 15-25 gram.

Benih yang berasal dari pembenihan yang dilakukan Apri Hatchery Bali

sebanyak 1200 ekor yang ditebar pada 2 bak kolam dengan ukuran 7-10 cm dan

berat 13-15 gram. Pemindahan benih kerapu dari bak pendederan ke bak

pembesaran dilakukan pada pagi hari. Hal ini dikarenakan suhu air yang relatif

rendah dan bertujuan untuk menghindari fluktuasi suhu yang terlalu tinggi yang

dapat menyebabkan ikan stress (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa

Timur, 2002). Selama pembesaran ikan kerapu cantang dilakukan perhitungan

pertumbuhan dan kelulushidupan.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42

Gambar 4.11Pengukuran Panjang Saat Grading


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

4.3.5 Manajemen Pakan

Pakan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya, karena dalam

usaha budidaya dimana 75% biaya produksi terdiri dari pakan. Nutrisi dalam

pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kelangsungan hidup

dan pertumbuhan ikan (Marzuqi, 2009). Ketersediaan, kualitas serta kuantitas

pakan sangat menentukan terhadap pertumbuhan organisme yang dibudidayakan

(Akbar, 2002). Pemberian pakan dilakukan dengan pemusatan di satu titik, karena

saat makan ikan kerapu cantang akan bergerombol sehingga lebih mudah saat

pemberian pakan.

Septiawati dan Tjahjaningsih (2010) membenarkan bahwa pemberian

pakan lebih efektif jika dipusatkan pada satu tempat, maka ikan akan terlatih

untuk datang ke tempat pemberian pakan pada waktu pemberian pakan. Pakan

yang diberikan harus sesuai dengan dosis atau disesuaikan dengan nafsu makan

ikan dan dihentikan saat kondisi kenyang (adlibitum) (Komaruddin, 2005).

Ikan yang aktif berenang menangkap pakan pada saat pemberian pakan

menunjukkan bahwa ikan dalam keadaan sehat, sedangkan jika ikan berenang

pasif dan cenderung menyendiri maka dimungkinkan ikan tersebut sakit.

Pemberian pakan dalam kegiatan pembesaran ikan kerapu cantang dilakukan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43

sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 09. 00 WITA dan 16.00 WITA,

hal ini dikarenakan pada waktu tersebut merupakan waktu efektif untuk

pemberian pakan. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan sesaat setelah matahari

terbit dan sesaat sebelum matahari tenggelam (Sunyoto, 1994).

Pakan yang digunakan di tempat PKL menggunakan 2 jenis pakan, yaitu

pakan pellet dan rucah. Pemberian pakan yang berbeda jenis ini dilakukan untuk

menambah kecepatan pertumbuhan ikan kerapu yang dibudidayakan. Jumlah

pakan yang diberikan di Apri Hatchery pada tahap pendederan sebanyak 6% dari

berat biomassa 11.952 yaitu sekitar 681 gram/hari, sedangkan untuk pembesaran

jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat biomassa 64.944 gram yaitu

2 kg/hari. Menurut Komaruddin (2005), pada masa pendederan dosis pakan yang

diberikan adalah 6-8% dari biomassa, sedangkan pada masa pembesaran dosis

pakan yang diberikan adalah 3-5% dari biomassa. Aroma pakan harus disukai

oleh ikan karena akan berpengaruh terhadap daya mangsa ikan (Kurnia dkk.,

2002).

Gambar 4.12 Pakan Rucah untuk pembesaran


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Rucah yang dipergunakan untuk pakan menggunakan ikan lemuru yang

diperoleh dari pengepul ikan rucah yang telah di packing dengan berat 10

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44

kg/kemasan. Pakan yang berupa ikan rucah dicuci bersih dan dipotong terlebih

dahulu sebelum diberikan pada ikan. Ikan rucah yangdiberikan terlebih dahulu

dibuang kepala dan isiperutnya (Ismi et al., 2013). Hal tersebut bertujuan agar

ikan kerapu cantang lebih mudah menangkap dan mengkonsumsi pakan tersebut

karena sesuai dengan bukaan mulutnya. Pemberian pakan ikan rucah diberikan

karena pada ikan rucah kandungan proteinnya cukup tinggi, sehingga sesuai

dengan kebutuhan nutrisi ikan kerapu (Siregar dan Adelina, 2008). Ikan rucah

yang diberikan sebanyak 3% dari biomassa.

Penggunaan ikan rucah sebagai pakan memiliki kendala cukup berarti di

lokasi lapang. Salah satu kendala yang dihadapi yaitu ketersediaan ikan rucah

yang tidak menentu (Marzuqi, 2012). Selain ketersediaan yang terbatas

penggunaan ikan rucah sebagai pakan terkendala oleh mutu ikan rucah tersebut.

Ikan rucah yang diberikan biasanya sudah tidak segar dan mengalami kemunduran

mutu (Prihadi, 2012). Kualitas ikan rucah yang buruk dapat menyebabkan

penurunan kualitas nutrisi yang ada dalam ikan rucah tersebut seperti asam lemak

esensial sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat.

Gambar 4.13 Pakan Pellet untuk pembesaran


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Pakan buatan atau biasa dikenal dengan sebutan pellet adalah pakan yang

dibuat dari bahan nabati (tumbuhan) maupun hewani (hewan) dengan komposisi

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45

tertentu, sehingga dihasilkan pakan yang mengandung gizi yang sesuai dengan

kebutuhan ikan (Akbar, 2002). Menurut Sutarmat dkk,. (2002) pemberian pakan

pellet memiliki beberapa kelebihan antara lain: Mudah diperoleh dalam jumlah

banyak dan kontinyu, mudah dalam penyimpanan dan tidak memakan banyak

tempat, mudah memperbaiki mutu melalui produsen. Pellet yang dipergunakan

untuk pakan ikan kerapu cantang di tempat PKL merupakan pellet komersil

seperti pada (gambar 4.13) dengan kandungan nutrisi seperti pada Tabel 4.1

Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan perhitungan biomassa yang

telah dikalikan dengan berat rata-rata ikan yang kemudian hasil biomassa tersebut

dikalikan dengan dosis pakan. Dosis pakan yang diberikan yaitu 3% dari

biomassa.

Kelengkapan nutrisi dalam pakan mutlak diperlukan untuk menjaga agar

pertumbuhan ikan dapat berlangsung secara normal. Kebutuhan nutrisi yang

meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral pada ikan berbeda

menurut jenis dan ukurannya (Gatlin, 2002). Kerapu cantang yang merupakan

ikan karnivor membutuhkan kandungan protein pakan yang lebih tinggi daripada

ikan omnivor dan herbivor, dan kebutuhannya menurun dengan meningkatnya

ukuran ikan. Kebutuhan protein ikan karnivor berkisar 40-55% menurut Satoh,

2002 dalam Methling, 2013. Hal senada juga dinyatakan oleh Handajani dan

Widodo (2010) bahwa grouper fish membutuhkan protein 44,5%. Nilai protein

yang terkandung pada Megami GR-4 cocok digunakan sebagai pakan ikan kerapu

karena telah memenuhi kebutuhan protein ikan kerapu. Ukuran pakan Megami

GR-4 yaitu 4,1-4,3 milimeter.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46

Table 4.1 Hasil Analisa Proksimat dari Pellet Megami GR

Analisa Nutrisi (%)


Protein 46,0
Kadar Air 11,0
Lemak 10
Serat Kasar 4,0
Sumber: www.mataharisakti.com

4.3.6 Manajemen Kualitas Air

Kualitas dari perairan merupakan salah satu faktor pembatas dan penentu

keberhasilan dalam suatu kegiatan budidaya. Perubahan yang terjadi pada

parameter kualitas air tidak akan terlalu berbeda dalam satu musim, hanya saja

sulit untuk dikontrol. Pemantauan kualitas air perlu dilakukan secara berkala

untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar lokasi budidaya.

Pengelolaan kualitas air selama kegiatan Praktek Kerja Lapang dilakukan

penyiponan, pengamatan serta pengukuran kualitas air yang bertujuan untuk

mengetahui kondisi kualitas air selama pemeliharaan yang disesuaikan dengan

parameter kualitas air yang dibutuhkan kerapu serta menghindari tingginya

ammonia di dalam bak pemeliharaan. Penyiponan bak pembesaran kerapu cantang

dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiponan dilakukan untuk membersihkan

kotoran serta pakan yang mengendap di dasar bak pembesaran.

Penyiponan dilakukan secara bertahap pada setiap bagian bak

pemeliharaan untuk menghindari stres pada ikan . Penyiponan dilakukan pada

semua bagian bak. Mintardjo et al., (1984) menjelaskan air yang digunakan dalam

pembesaran kerapu di tambak harus berada dalam kondisi yang optimal karena air

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47

merupakan media hidup dan ruang gerak, pembawa unsur hara mineral, vitamin

dan gas-gas terlarut serta merupakan media yang baik untuk pembentukan dan

penguraian bahan-bahan organik.

Pengelolaan kualitas air dengan pergantian air yang tepat secara kualitas

dan kuantitas dapat menjadi salah satu jawaban dalam meningkatkan produktivitas

dalam sistem budidaya ikan kerapu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goddard

(1996) bahwa kepadatan yang tinggi harus didukung dengan pergantian air yang

tinggi. Pengelolaan air di Apri Hatchery dilakukan dengan cara pergantian air dan

pengontrolan kualitas air.

Pergantian air pada tambak pembesaran kerapu di Apri Hatchery

menggunakan sistem sirkulasi. Sirkulasi air dapat membantu distribusi oksigen ke

segala arah baik di dalam air maupun difusinya atau pertukaran dengan udara dan

dapat menjaga akumulasi atau mengumpulnya hasil metabolisme beracun

sehingga kadar atau daya racun dapat dikurangi (Kelabora, et al., 2010).

Pergantian air menggunakan sistem air mengalir secara terus menerus selama 24

jam sehingga terjadi pergantian air sebanyak 200%. Selain untuk

mempertahankan kesegaran air tambak, pergantian air juga sebagai upaya

pencegahan terhadap penyakit yang timbul dan mengurangi sisa-sisa pakan dan

kotoran pada dasar bak.

Air yang digunakan selama budidaya diambil dari bak filter. Bak filter

merupakan bak yang berisi berbagai peralatan untuk proses filtrasi seperti batu

kali, kerikil serta pasir. Air yang berasal dari laut disalurkan pada bak filter untuk

disaring secara mekanik, setelah mengalami penyaringan air disalurkan pada bak

penampungan air laut untuk disterilkan.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48

Manfaat menggunakan filter mekanik yaitu untuk menyaring air laut

sehingga partikel–partikel yang tidak diinginkan tidak akan masuk ke dalam bak

penampungan air dan kualitas air akan semakin terjaga. Menurut Sugama dkk.

(2013) penyaringan menggunakan filter berpasir tersebut merupakan persyaratan

minimum untuk air yang digunakan pada budidaya.

Tabel 4.2 Kualitas Air Pembesaran Kerapu Cantang

Parameter Kualitas Air Nilai Nilai (Literatur) Referensi

Suhu (0C) 28-32 27-32 Supratno dan Kasnadi,


2003
DO (ppm) 4 3,5-5,4 Supratno dan Kasnadi,
2003
pH 8 7,8–8,0 Yoshimitsu et al, 1986
Ammonia (mg/L) 0,5 <0,1 Soetomo, 2000
Sumber: Data Primer Kegiatan PKL

Menurut Supratno dan Kasnadi (2003) suhu optimal untuk budidaya ikan

kerapu adalah 27-320C. Dalam pelaksanaan Praktikum Kerja Lapang (PKL)

diperoleh hasil sebesar 28-320C, sehingga suhu di tambak Apri Hatchery tersebut

layak bagi kehidupan kerapu.

Hasil pengukuran DO pada pembesaran kerapu cantang sebesar 4 ppm.

Menurut Supratno dan Kasnadi (2003), kisaran oksigen terlarut untuk

pemeliharaan ikan kerapu cantang adalah 3,5-5,4 ppm, dimana pengukuran

dilakukan dua kali dalam seminggu. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka

kondisi ini masih aman bagi kehidupan ikan kerapu. Usaha Apri Hatchery untuk

meningkatkan kelarutan oksigen pada tambak dilakukan dengan penambahan

aerasi yang selalu dihidupkan.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49

Menurut Yoshimitsu et al, (1986) pH optimal untuk budidaya ikan kerapu

adalah 7,8-8. Dalam pelaksanaan Praktikum Kerja Lapang (PKL)diperoleh hasil

sebesar 8, sehingga pH di tambak Apri Hatchery tersebut layak bagi kehidupan

kerapu.

Nilai ammonia pada bak pembesaran yaitu bernilai 0,5 mg/L. Hal tersebut

terjadi karena pemberian pakan padat. Selain itu kandungan ammonia yang besar

dapat berasal dari air laut yang digunakan. Menurut Soetomo (2000) kandungan

ammonia dalam sumber air tidak lebih dari 0,1 mg/L. Menurut Silaban, et

al., (2012), Kualitas air pemeliharaan dapat menurun dengan cepat karena sisa

pakan, feses dan buangan metabolit. Menurut Susana (2004), Keberadaan

nitrogen-ammonia dalam air laut berasal dari hasil metabolisme organisme hidup

dan proses dekomposisi organisme yang telah mati serta sisa-sisa makanan.

4.3.7 Pertumbuhan

Pada tahap pembesaran dilakukan pengukuran panjang dan berat untuk

mengetahui laju pertumbuhan selama pemeliharaan. Pemeliharaan kerapu cantang

di Apri Hatchery dilakukan selama 6-8 bulan. Pengukuran panjang dan berat

selama kegiatan Praktek Kerja Lapang dilakukan pada bulan ke-3 pemeliharaan.

Feed Convertion Ratio (FCR) digunakan untuk mengetahui tingkat

efektifitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan kerapu yang dapat diketahui dari

tingkat pertumbuhan berat badan ikan kerapu. Menurut Kusriani dkk, (2012)

rumus FCR adalah jumlah seluruh pakan yang diberikan dibagi oleh berat biomas

akhir ditambah kematian yang dikurangi dengan berat awal. Untuk menunjang

data nilai konversi pakan, dapat dihitung pula rata-rata laju konsumsi pakan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50

perhari atau Feeding Rate (FR) dengan menggunakan rumus FR dari Handjani

dan Widodo (2010). Perhitungan nilai konversi pakan dan laju pakan adalah

sebagai berikut:

( -

Keterangan

FCR : Konversi Pakan


FR : Laju Makanan (gram/hari)
F : Jumlah Total Pakan selama Pemeliharaan (gram)
Wt : Berat Akhir
D : Berat Ikan yang Mati
W0 : Berat Awal
t : Waktu Pemeliharaan (hari)

Nilai konversi pakan yang diperoleh adalah 1,11. Nilai tersebut memiliki

pengertian yaitu untuk menghasilkan berat ikan kerapu sebesar 1 Kg dibutuhkan

pakan sebanyak 1,11 Kg.Nilai konversi yang dihasilkan tersebut bagus. Menurut

Haetami dkk, (2005) pertambahan berat badan yang semakin besar pada tingkat

konsumsi pakan yang sama akan menghasilkan nilai konversi yang semakin kecil,

sehingga semakin baik daya guna pakan. Sebaliknya, semakin tinggi nilai

konversi pakan berarti daya guna pakan semakin rendah.

Pengukuran berat ikan kerapu pada pelaksanaan PKL dilakukan untuk

mengetahui hasil pertumbuhan ikan kerapu yang telah dipelihara di kolam

pembesaran selama 21 hari. Tujuan dari pengukuran laju pertumbuhan adalah

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51

untuk mengetahui pertumbuhan rata-rata pertumbuhan berat ikan kerapu selama

masa pemeliharaan. Laju pertumbuhan dapat dihitung dengan menggunakan

rumus Bhujel (2008) sebagai beikut:

( (

( ( ( (
( (

2 % (gr/hari)

Keterangan
GR : Growth Rate (Laju Pertumbuhan)
SGR : Specific Growth Rate (Laju Pertumbuhan Spesifik)
W1 : Berat selama pemeliharaan tertentu
W0 : Berat pada awal penebaran
t : Waktu pemeliharaan (hari)

Perhitungan laju pertumbuhan di atas menjelaskan bahwa secara

keseluruhan rata-rata satu ekor ikan kerapu yang dipelihara selama 21 hari dalam

satu kolam pembesaran mengalami pertumbuhan sebesar 2,61 gr/hari, yang

artinya setiap ekor ikan yang dibudidayakan pada kolam tersebut mengalami

pertumbuhan sebesar 2,61 gram/hari. Nilai SGR yang telah dihitung adalah

sebesar 2% (gr/hari). Laju pertumbuhan kerapu cantang pada tahap pembesaran

telah optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi (2001) bahwa laju

pertumbuhan kerapu dengan berat 200-300 gram sekitar 0,7-1,5% dan berat 50-

100 gram sebesar 2-3%.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52

140 132
120 109
Berat Tubuh (gram)

100 86
77
80
60
40
20
0
1 2 Sampling Ke- 3 4

Gambar 4.14 Grafik Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang


(Sumber: Data Primer PKL)

Haetami dkk, (2005) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ikan meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor

internal adalah berat tubuh, jenis kelamin, umur, kesehatan, kesuburan,

pergerakan, aktivitas biomassa dan kandungan oksigen. Faktor eksternal terdiri

dari faktor abiotik dan biotik. Faktor nutrisi termasuk faktor biotik yang meliputi

ketersediaan pakan, komposisi pakan, kecernaan pakan dan kompeisi

pengambilan pakan. Diantara faktor-faktor tersebut, nutrisi merupakan faktor

pengontrol dan berat ikan mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu. Suhu air

dapat mempengaruhi seluruh kegiatan dan proses kehidupan ikan.

Survival Rate (SR) atau tingkat kelulushidupan merupakan persentase

organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah organisme yang

ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah (Setiawan dkk, 2013). Ikan

kerapu cantang yang ditebar berjumlah 509 ekor dengan berat 15gram/ekor.

Perhitungan dilakukan saat akhir masa pemeliharaan atau panen total. Jumlah ikan

kerapu cantang yang dipanen berjumlah 492 ekor dengan berat 250gram/ekor.

Untuk menentukan persentase kelangsungan hidup ikan kerapu cantang dan SR

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53

ini juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan

budidaya ikan. Jika ikan yang hidup saat panen banyak dan yang mati hanya

sedikit, tentu nilai SR akan tinggi, namun sebaliknya jika jumlah ikan yang mati

banyak sehingga jumlah yang masih hidup saat dilakukan pemanenan tinggal

sedikit tentu nilai SR akan rendah (Arifin et al., 2010). Untuk menentukan

persentase kelangsungan hidup ikan kerapu digunakan rumus Effendi (1997)

sebagai berikut:

Keterangan:
SR : Survival Rate
Nt : Jumlah kerapu cantang pada periode tertentu selama pemeliharaan
N0 : Jumlah kerapu cantang pada awal tebar

Menurut Arifin et al.,(2010) tingkat kelulushidupan ikan dipengaruhi oleh

manajemen budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas

air, parasit atau penyakit. Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat

berperan dalam mempertahankan kelangsungan dan mempercepat pertumbuhan

ikan. Menurut Hseu et al., (2003) faktor yang mempengaruhi mortalitas ikan

diantaranya kanibalisme dan kepadatan ikan dalam suatu kolam budidaya.

4.4 Pengendalian Hama dan Penyakit

Salah satu kendala yang sering mengganggu dan merugikan dalam usaha

budidaya adalah serangan hama dan penyakit. Gangguan penyakit dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu penyakit non parasit dan parasit (Sitanggung

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54

dan Sarwono, 2006). Gangguan penyakit non parasit biasanya berupa pencemaran

air seperti adanya gas beracun serupa asam belerang atau ammonia, kerusakan

akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Ikan yang sakit

biasanya kurus dan lamban pergerakannya. Gangguan penyakit karena parasit

disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan berbagai mikroorganisme penyebab

penyakit. Apabila ikan kerapu terkena penyakit yang disebabkan parasit, biasanya

penyakit itu menyerang kulit, insang dan organ dalam (Sitanggang dan Sarwono,

2006).

Hal-hal yang menunjang pertumbuhan parasit dalam satu kolam antara lain

adalah makanan, kepadatan ikan yang tinggi dan kualitas air yang jelek. Masing-

masing dapat dijabarkan sebagai berikut: Apabila dalam satu kolam ditebarkan

ikan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya (kepadatannya tinggi) dengan

jumlah makanan yang diberikan tidak mencukupi, maka kemungkinan ikan-ikan

tersebut terserang penyakit. Apalagi jika kualitas air pada kolam tersebut jelek,

maka lebih mudah peluang ikan untuk terserang penyakit (Susanto, 1989).

Penyakit infeksius adalah penyakit yang disebabkan oleh organism

pathogen yang dapat menyebabkan infeksi dan bersifat menular. Penyakit yang

menyerang ikan kerapu cantang adalah:

1. Infeksi vibrio merupakan penyakit bakterial yang paling umum pada

semua ikan kerapu maupun air laut lainnya. Beberapa spesies vibrio

merupakan pathogen utama pada ikan dengan kasus-kasus serius, tetapi

yang lainnya hanya berperan sebagai pathogen opurtunitis, menyebabkan

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55

penyakit bila ikan mengalami luka fisik, luka akibat parasit dan stress

(Zafran et al.,1998).

a b

c
Gambar 4.15 Infeksi yang disebabkan oleh Vibrio sp. (a) Pengikisan operculum dan Lesi
pada operculum (b) Insang berwarna pucat (c) Tubuh berwarna pucat dan terdapat lesi
nodul
(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Tanda Vibriosis adalah serupa pada banyak penyakit bakterial ikan

lainnya. Gejala umumnya dimulai dengan kelesuan dan hilangnya selera makan,

merah dan necrotic (mati), sakit seperti melepuh dapat terlihat pada permukaan

tubuh, adakalanya pecah pada permukaan kulit menghasilkan luka terbuka.

Bintik-bintik darah (Erythema) umum terjadi di sekitar sirip dan mulut. Ketika

penyakit menjadi systemic, dapat menyebabkan exopthalmia ("pop-eye"), dan

saluran usus dan dubur menjadi berdarah dan terisi dengan cairan. semua gejala

ini dapat disebabkan oleh penyakit bakterial lainnya, dan bukan hanya oleh

Infeksi Vibrio. (Subasinghe, R. 2009). Penyakit ini bersifat akut atau sub akut.

Pada tingkat akut, rata-rata waktu kematian sekitar 4 hari dan dalam satu minggu

dapat mencapai mortalitas hingga 90% atau lebih. Dan gejala eksternal sering

tidak tampak jelas.

Penanganan penyakit pada saat PKL meliputi usaha-usaha pencegahan,

pengobatan dan pemberantasan. Langkah-langkah yang dilakukan di Apri

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56

Hatchery adalah: (1) Menjaga kebersihan dan higenies lingkungan kerja, (2)

Menjaga kebersihan lingkungan budidaya dengan cara pengurasan bak

pembesaran 2 minggu sekali, (3) Melakukan pengamatan pada ikan sekaligus

dilanjutkan dengan treatmen air tawar yang dilakukan setiap pagi hari selama 30

menit saat pergantian air untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit pada

ikan yang sedang dibudidaya dan dapat menggunakan acriflavine dengan dosis

<0,1 ppm selama 15 menit jika penyebaran penyakit sudah parah (4) Segera

memisahkan ikan yang sakit dan mati agar tidak menyebar ke ikan yang sehat.

Gambar 4.16 Treatmen perendaman ikan kerapu cantang dengan air laut yang
ditambahkan Acriflavine
(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Usaha pengobatan dilakukan untuk ikan yang telah terserang penyakit.

Pada saat PKL ikan kerapu yang terserang ektoparasit seperti terjadi pengelupasan

pada kulit, lesi atau rontok pada sirip ekor dan sirip dada di obati dengan cara

perendaman menggunakan air tawar selama 30 menit atau bisa juga menggunakan

air laut yang telah dicampurkan obat acriflavine selama 15 menit.

4.5 Pemanenan

Ikan kerapu cantang dipasarkan dalam keadaan hidup (live fish) sehingga

kesehatan ikan harus tetap terjaga setelah panen. Ikan yang mengalami luka atau

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57

ikan yang mati dapat menurunkan harga sampai setengahnya. Oleh karena itu

langkah-langkah persiapan pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati.

Panen yang dilakukan Apri Hatchery terdiri dari 2 cara yaitu panen

sebagian dan panen total. Panen sebagian merupakan panen yang dilakukan pada

sebagian kerapu yang dibudidayakan. Taslihan et al., (2004) menjelaskan bahwa

panen sebagian atau panen selektif merupakan panen yang dilakukan terhadap

ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai permintaan konsumen. Panen

total merupakan panen yang dilakukan pada seluruh ikan yang dibudidayakan. Hal

tersebut juga dinyatakan oleh Taslihan et al., (2004) yang menjelaskan bahwa

panen total dilakukan bila permintaan pasar sangat besar dan ukuran ikan telah

memenuhi kriteria penjualan.

Pemanenan kerapu cantang di tambak sebaiknya dilakukan pada sore hari

karena mendekati waktu pengangkutan yang dilakukan pada malam hari. Hal

tersebut juga diungkapkan oleh Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2004)

yang menyatakan pemanenan dilakukan pada sore hari dikarenakan suhu

relatifrendah sehingga menggurangi tingkat kestresan ikan. Kerapu yang akan

dipanen terlebih dahulu dipuasakan dengan cara menghentikan pemberian pakan

selama 2 hari. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kanibalisme dan

metabolisme selama pengangkutan. Komaruddin (2005) menyatakan bahwa

pemuasaan ikan sebelum dipanen guna mengurangi kanibalisme dan metabolisme

selama pengangkutan.

Pelaksanaan pemanenan diawali dengan mengurangi volume air pada

petakan sebesar 30% dari volume total. Pengambilan ikan dilakukan dengan cara

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58

1-2 orang masuk kedalam kolam yang kemudian mengambil ikan menggunakan

jaring. Terlebih dahulu ikan yang akan dipanen disortir untuk memilah antara ikan

yang luka dan sehat, kemudian ikan ditaruh pada keranjang untuk di timbang

terlebih dahulu. Pada pemanenan sebagian yang dilakukan pada 1 kolam pada

umur 6 bulan didapatkan hasil panen dengan zise 4, artinya bahwa 1 Kg berisi 4

ekor ikan dengan berat masing-masing 250 gram/ekor. Total penen sebagian di

Apri Hatchery sebanyak 60 Kg.

Gambar 4.17 Penimbangan hasil panen kerapu cantang


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

Penampungan kerapu cantang dilakukan setelah panen pada keranjang

yang kemudian dilakukan pengemasan yang bertujuan agar selama pengangkutan

kondisi kerapu tetap terjaga yang kemudian dipindahkan ke dalam tangki yang

terdapat di atas mobil yang telah diberi aerasi. Purnomo et al., (2002) yang

menyatakan tujuan dari pengemasan adalah untuk mempertahankan

kelulushidupan selama pengangkutan.

Proses pengangkutan yang dilakukan di Apri Hatchery yaitu system

pengangkutan terbuka. Hal yang sama diungkapkan oleh Taslihan et al., (2004)

pengangkutan system terbuka dilakukan dengan menggunakan drum plastic

dengan ukuran 120 x 120 x 120 cm yang telah diberi aerasi. Suhu air laut selama

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59

perjalanan 19-200C dengan cara menambahkan es batu. Taslihan et al., (2004)

menjelaskan pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat dengan

waktu angkut maksimal 7 jam dan alat angkut yang digunakan berupa kendaraan

darat roda 4 seperti truk dan pick up.

Gambar 4.18 Penampungan hasil panen kerapu cantang


(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)

4.6 Analisa Usaha


Segala jenis usaha, soal keuangan dan modal menjadi aspek yang

diutamakan di samping aspek pemasaran, produksi, personalia (tenaga kerja),

teknis dan lingkungan (Rochdianto, 2004). Analisa usaha merupakan pemeriksaan

keuangan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai selama

usaha tersebut berkembang. Usaha pembesaran Ikan Kerapu Cantang

(Epinephelus sp.) memberikan keuntungan yang tinggi pada pembudidaya

kerapu. Nilai jual Kerapu Cantang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan

keunggulan dari spesies tersebut yaitu pertumbuhan cepat. Pertumbuhan yang

cepat berasal dari garis keturunan kerapu kertang sebagai tetua saat pemijahan.

Biaya investasi dalam kegiatan usaha pembesaran di Apri Hatchery adalah

Rp 843.500.000,- sedangkan biaya operasional dan variabelnya adalah Rp

103.604.000 dan 1.687.000. Biaya investasi merupakan biaya modal tetap yang

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60

digunakan untuk membiayai pengadaan modal barang. Dalam perhitungan biaya

investasi harus memperhatikan umur ekonomis dan teksnis setiap komponen

investasi.

Ikan kerapu cantang dijual dengan harga Rp 100.000/Kg dengan jumlah

produksi 2.250 Kg, sehingga pendapatan dari penjualan dalam 1 siklus adalah Rp

225.000.000,-. Keuntungan merupakan hasil akhir yang diperoleh dari usaha

pembesaran kerapu cantang selama 8 bulan.Keuntungan pertahun diperoleh dari

perhitungan penerimaan pertahun dikurangi biaya operional pertahun (Afriyanto,

2009). Keuntungan yang diperoleh dari penjualan ikan adalah Rp 121.396.000,-.

Perimbangan penerimaan dan biaya (B/C Ratio) merupakan suatu analisa

yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha (Afriyanto, 2009). Ratio B/C

harus paling sedikit 1,0 untuk tingkat bunga yang ditentukan sebelumnya yang

merefleksikan biaya kesempatan mendapatkan modal (Hidayat, 2013). Ratio B/C

pada kegiatan usaha pembesaran kerapu cantang adalah 1,171.Usaha yang

dijalankan dinyatakan layak, karena nilai B/C lebih dari 1. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa setiap pengadaan modal Rp 1,-akan mengahasilkan keuntungan

Rp 1,171. Payback period adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui

masa pengembalian modal yang ditanamkan.Analisa tersebut dinyatakan dalam

satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Afriyanto, 2008). Dalam kegiatan usaha

pembesaran waktu yang digunakan untuk mengembalikan modal adalah 6,95

tahun.

Titik impas (BEP) merupakan suatu analisa yang digunakan untuk

menentukan minimal produk yang harus dihasilkan (Afriyanto, 2008).Selain

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61

banyak produk yang harus dihaslkan, analisa BEP juga menentukan harga

dalamkegiatan usaha. Dalam kegiatan usaha pembesaran nilai BEP untuk produk

adalah 1.152 kg dan BEP harganya adalah Rp 11.512,-. Penghitungan BEP

tersebut merupakan penghitungan BEP dalam satu periode usaha pembesaran.

4.7 Hambatan

Hambatan yang mengganggu kegiatan pembesaran di lokasi PKL adalah

penyakit yang menyerang ikan yang dibudidayakan menyebabkan pertumbuhan

ikan tidak seragam dan mortalitas sebanyak 10%. Upaya penanggulangan yang

memungkinkan adalah dengan perendaman menggunakan air tawar. Hambatan

lain yaitu harga pasar untuk kerapu saat ini mengalami penurunan yang

disebabkan oleh hasil produksi melimpah sehingga harga jual menurun dan

komoditas ekspor saat ini sangat ketat dari segi kesehatan menyebabkan para

pembudidaya mengalami kerugian.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kegiatan pembesaran ikan kerapu cantang (Epinephelus sp.) pada bak beton

meliputi Pemilihan Lokasi, Kontruksi Kolam, Persiapan Kolam, Penebaran dan

Pengadaan Benih, Manajemen Pakan, Manajemen Kualitas Air, Pertumbuhan,

Pengendalian Hama dan Penyakit serta Pemanena. Penebaran benih sebanyak

9000 ekor. Pemberian pakan menggunakan 2 jenis yaitu ikan rucah dan pakan

buatan yang diberika dua kali sehari (pagi dan sore hari) dengan dosis 3% dari

biomassa. Analisis kualitas air meliputi suhu 28-320C, pH 8, DO 4 ppm dan

ammonia 0,5 ppm. Penanganan penyakit dengan melakukan perendaman

menggunakan air tawar selama 30 menit setiap dua minggu sekali atau

menggunakan acriflavin dengan dosis <0,1 ppm selama 15 menit. Pemanenan

sebagian yang dilakukan pada 1 kolam pada umur 6 bulan didapatkan hasil panen

dengan zise 4, artinya bahwa 1 Kg didapatkan 4 ekor ikan dengan berat masing-

masing ikan 250 gram/ekor. Total penen sebagian di Apri Hatchery sebanyak 240

ekor ikan dengan total panen 60 Kg.

Masalah yang sering timbul dalam pembesaran ikan kerapu cantang

selama pemeliharaan adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh parasit dan

bakteri seperti Vibrio sp. yang dapat menyebabkan kematian pada ikan dan harga

jual kerapu yang saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh hasil

produksi melimpah sehingga harga jual menurun dan komoditas ekspor saat ini

sangat ketat dari segi kesehatan menyebabkan para pembudidaya mengalami

kerugian. Prospek usaha ikan kerapu cantang cukup menjanjikan dan layak untuk

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 63

dijalankan dengan nilai B/C 1,171 dengan BEP harga sebesar Rp 11.512 dengan

BEP produksi sebesar 1.152 kg.

5.2 Saran

Penanggulangan penyakit perlu ditingkatkan. Penanggulangan penyakit

dapat dilakukan dengan cara memberikan suplemen berupa vitamin C untuk

meningkatkan sistem imun tubuh ikan sehingga tidak mudah terserang penyakit

dan pemberian pakan tidak boleh telat agar ikan tidak mudah terserang penyakit.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 64

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Panji. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) Dalam Keramba Jaring Apung Dan Keramba
Jaring Tancap Di Perairan Karang Congkak, Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta
Abduh, M. 2007. Pembesaran Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung.
Ahmad, A. 2009. Estimasi daya Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomassa
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan Sulamadaha,
Maluku Utara (Suatu Pendekatan Pengelolaan Ekologis). Tesis. Sekolah
Pascasarjana. IPB. Bogor

Akbar, S. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Macan. Penebar


Swadaya. Jakarta

Akbar, S. dan Sudaryanto. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu


Macan. Penebar Swadaya. Jakarta
Anshori, M dan Sri, A. 2009. Buku Ajar : Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Airlangga University Press. Surabaya. 9 hal.
Arifin, A. S., dan Djumanto. 2010. Kajian Dinamikan Populasi Ikan Wader Pari di
Sungai Ngrancah, kabupaten Kulon Progo. Seminar Nasional Tahun VII
Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian. Universitas
Gadjah Mada. Hal 1-10
Asih, Y.N. dan S. Ismi. 2011. Penggunaan Energi endogen pada Larva Kerapu
Hibrid Cantik (Kerapu Macan, Epinephelus fiscoguttatus x Kerapu Batik
Epinephelus microdon). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
875-878 hal.

Balai Budidaya Air Payau. 2012. Ikan Kerapu Cantang: Hibridasi Antara Ikan
Kerapu Macan Betina Dengan Ikan Kerapu Kertang Jantan. Balai
Budidaya Air Payau: Situbondo. http: http://bbapsitubondo.com. Diakses
29 September 2015.

Bhujel, R. C. 2008. Statistic for Aquacultured. Willey-Blackwell. A John Willey


& Sons, Ltd., Publication. USA, pp22
Bulanin, Usman. 2010. Potensi dan Penyebaran Ikan Kerapu, Epinephelus
miliaris, di Perairan Laut Kota Padang. Jurnal Mangrove dan Pesisir X
(1),: 39-41 ISSN: 1411-0679

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format Kuantitatif dan


Kualitatif. Airlangga University Press. Surabaya. 133, 142 hal.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 65

Chua, T. E. dan S. K. Teng, 1979. Effect of Feeding Frequency on The Growth of


Young Estuary Grouper. Ephinephelus tauvina (Fosskal) Cultured in
Floating Net-cage, Aquaculture. P. 14: 31-57
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2015. Sistem Informasi Diseminasi Data
Dan Statistik Kelautan Dan Perikanan. Jakarta
Direktorat Usaha Budidaya. 2014. Usaha Pembenihan Kerapu Skala Rumah
Tangga. Direktorat Jendral Usaha Budidaya Kementrian Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.

Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.


Hal 93-134

Goddard, S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and


Hall. New York.

Haetami, K. J. dan Y. Andriani. 2005. Tingkat Penggunaan Glum Air Azolla


pinnata dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan
Bawal Air Tawar. Laporan Penelitian. Direktorat Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional. Hal 23-25

Handjani, H,. dan Widodo, W. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang. Hal 69,
73, 122

Hasibuan, Z.A. 2007. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer dan
Teknologi Informasi. Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Indonesia.
Jakarta. 135 hal.

Heemstra PC, Randall JE. 1993. FAO species catalogue. Vol. 16. Groupers of the
world (Family Serranidae, subfamily Epinephelus). An annotated and
illustrated catalogue of the grouper, rockcod, hind, coral grouper and
lyretail species known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 16.
Rome, FAO

Hseu J.R., Chang H.F. and Ting Y.Y. 2003. Morphometric prediction of
cannibalism in larviculture of orange-spotted grouper, Epinephelus
coioides. Aquaculture 218, 203–207.
Ismi, S. 2014. Aplikasi Teknologi Pembenihan Kerapu Untuk Mendukung
Pengembangan Budidaya Laut. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis 6(1): 109-119.
Ismi, S., Y. Nirmala., Asih., D. Kusumawati. 2013. Peningkatan Produksi dan
Kualitas Benih Ikan Kerapu Melalui Program Hibridasi. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis 5(2): 333-342.
Jangkaru, Z. 2007. Memacu Pertumbuhan Gurami (Edisi Revisi). Penebar
Swadaya. Jakarta. 92 hlm.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 66

Johnny, F. & D. Roza. 2009. Respon juvenil ikan kerapu lumpur, Epinephelus
coioides terhadap vaksin virus irido melalui perendaman. Prosiding
Seminar Nasional dan Kongres Bio logi XI II Yogyakarta. Hal. 389-393.
Kelabora, D. M., & Sabariah. 2010. Tingkat Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Larva Ikan Bawal Air Tawar (Collosoma sp) dengan Laju Debit Air
Berbeda pada Sistem Resirkulasi . Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1): 56-
60.
Khairunan dan Amri, 2003, Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Agro
Media. Jakarta
Komaruddin, U. 2005. Budidaya Ikan Kerapu di Tambak. Dinas Kelautan dan
Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya BBPBAP Jepara Jawa
Tengah, 25 hal
Kordi K, M.G.H. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius.
Yogyakarta. 115 hal.
Kurnia, B., A. Prihaningrum, dan S. Akbar. 2002. Pertimbangan Ekonomis
Pemberian Pakan Buatan pada Pendederan Ikan Kerapu Macan di Wadah
Terkendali. Makalah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Yogyakarta.
11-14 September 2002
Kusriani, Widjanarko. P., dan N. Rohmawati. 2012. Uji Pengaruh Sublementhal
Pestisida Diazinon 60EC terhadap Rasio Konfersi Pakan (FCR) dan
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyorinus carpio L.). Jurnal Penelitian Perikanan 1
(1) (2012) 36-42. ISSN: 2337-612x. Hal. 38
Malcolm, B. 2004. Cage Aquaculture. Fishing News Book. Ttd. Farnham, Surey,
England. http://as.wiley.com/.
Marzuqi M, Ni Wayan Widya Astuti, dan Ketut Suwirya. 2012. Pengaruh Kadar
Protein dan Rasio Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Kerapu
Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Jurnal Ilmu dan Teknolohi Kelautan
Tropis, vol 4. No 1, hal 55-65, Juni
Methling, C. 2013. Cardio-respiratory Physiology of the European Eel in Extreme
Environments. Marine Biological Section, Departemen of Biology PhD
School of Science, University of Copenhagen, Denmark. PhD Thesis.
Denmark. pp 13, 17
Mintardjo, K., Sunaryanto., Utaminingsih dan Herminingsih. 1984. Persyaratan
Tanah dan Air. Pedoman Budidaya Tambak, Departemen Pertanian.
Direktorat Jenderal Perikanan BBPBAP, Jepara.
Mustafa, A., Rachmansyah dan A. Hanafi. 2007. Kelayakan lahan untuk budi
daya perikanan pesisir. Dalam: Prosiding Simposium Nasional Hasil Riset
Kelautan dan Perikanan tahun 2007. Badan Riset Kelautan dan Perikanan,
Jakarta. hlm. 1-29

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 67

Prihadi, D. J. 2011. Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Pakan Terhadap


Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) dalam Keramba Jaring Apung di Balai
Budidaya Laut Lampung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Padjajaran
Purnomo, A., Harianto dan B.S.B. Utomo. 2002. Perkembangan Riset Pasca
Panen Ikan Kerapu. Lokakarya Nasional 2002: Pengembangan Agribisnis
Kerapu II. Jakarta. Hal 92-104
Putri Dwi Ivanda, Agus Tumulyadi, dan Sukandar. 2013. Tingkah Laku
Pemijahan, Pembenihan, Pembesaran Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes
altivelis)di Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Vol. 1. No. 1. Pp 11-15
Ramadhani, B. V. 2010. Manajemen Pemeliharaan Benih Ikan Kerapu Macan
(Epinephellus fuscogattus) di Balai Budidaya Air Payau Situbondo
Provinsi Jawa Timur. PKL. Universitas Airlangga. Surabaya.
Rochdianto,A. 1997. Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya.
Jakarta
Rochdianto,A. 2000. Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya.
Jakarta
Rochdianto,A. 2004. Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya.
Jakarta
Rückert S., Klimpel S., Al-Quraishy S., Mehlhorn H. and Palm H. 2009.
Transmission of fish parasites into grouper mariculture (Serranidae:
Epinephelus coioides (Hamilton, 1822)) in Lampung Bay, Indonesia.
Parasitology Research 104, 523–532.
Sangadji, E.M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis
Dalam Penelitian Andi. Yogyakarta 171-172 hal.
Septianawati, A, dan W. Tjahjaningsih. 2010. Manajemen Pembesaran Kerapu
Tikus (Cromileptes altivelis) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Jepara Jawa Tengah.; Jurnal Akuakultur Indonesia, 6
(2): 191-196
Setiawan, J., E. Tarsim. Adiputra, Y.T. dan Hudaidah, S. 2013. Pengaruh
Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis Berbeda Terhadap
Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan
Patin (Pangasius hypophtalmus). Jurnal Elektronik Rekayasa dan
Teknolohi Budidaya Perairan. Vol. 1. No. 2. Hal 154

Silaban, Tio Fanta., Limin Santoso dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan
Kinerja Filter Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada
Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1 (1): 47-56

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 68

Sitanggang, M. 1998. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hal

Sitanggang, M. Dan Sarwono. 2006. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya.


Jakarta. 54 hal
Soehermanto, D., B. Hanggono., S. Djanuadi., A.B. Muslim. 2010. Rekayasa
Hybridisasi Ikan Kerapu Macan dan Kertang (Cantang) Melalui
Pembuahan Buatan. Seminar Indonesian Aquaculture. Lampung.

Subasinghe, R. 2009. Disease control in aquaculture and the responsible use of


veterinary drugs and vaccines : the issues, prospects and challenges. In :
Rogers C. (ed.), Basurco B. (ed.).
The use of veterinary drugs and vaccines in Mediterranean aquaculture.
Zaragoza : CIHEAM, 2 009 . p. 5-11 (Option s Méditerranéennes : Série
A. Séminaires Méditerran éens; n . 86)
Suburhan. 2003. Usaha Penggelondongan Kerapu Bebek Untuk Mendukung
Pengembangan Budidaya laut Di Sulawesi Tenggara, Kendari.
Subyakto, S., S. Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. Hal 5-18.
Sugama, K., M. A. Rimmer., S. Ismi., I. Koesheryani., K. Suwirya., N. A. Giri.,
V. R. Alava. 2013. Pengelolaan Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus): Suatu Panduan Praktik Terbaik. Australian Centre
forInternational Agricultural Research: Australia. 72 hal.
Sukadi, F. 2004. Kebijakan Pengendalian Hama Dan Penyakit Ikan Dalam
Mendukung Akselerasi Pengembangan Perikanan Budidaya. Seminar
Nasional Penyakit Ikan dan Udang IV di Univ. Jenderal Soedirman,
Purwokerto, 18 – 19 Mei 2004.
Sunyoto, P. 1994. Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung. Penebar
Swadaya. Jakarta. 65 hal.
Supratno, K. P. T. dan Kasnadi. 2003. Peluang Usaha Budidaya dengan
Pembesaran Kerapu di Tambak Melalui Sistem Modular. Makalah pada
Pelatihan Budidaya Udang Windu Sistem Tertutup bagi Petani Tambak
Tegal dan Jepara, Jawa Tengah. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Payau Jepara. 17 hal.
Suryabrata, S. 2011. Metodologi Penelitian. Rajawali Press 75-194 hal.

Susana, Tjutju. 2004. Sumber Polutan Nitrogen Dalam Air Laut. Oseana. Vol.
XXIX (3): 25-33

Susanto, H. 1989. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 24-


143 hal

Susanto, H. 1992. Budidaya Ikan Gurami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 115 hal

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 69

Susanto, H. 1995. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 24-


143 hal
Sutarmat, T., A. 2005. Petunjuk Budidaya Kerapu Bebek di Keramba Jaring
Apung. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol bekerjasama
dengan Japan Internasional Coperation Agency.
Sutarmat, T., A. Hanafi, W. Adriyanto, dan Kawahara. 2002. Petunjuk Budidaya
Kerapu Bebek di Keramba Jaring Apung. Balai Besar Riset Perikanan
Budidaya Laut Gondol bekerjasama dengan Japan Internasional
Coperation Agency.

Suyanto., S. Rachmatun dan A. Mujiman. 2004. Budidaya Udang Windu. Penebar


Swadaya. Jakarta. 213 hal.
Tarwiyah, 2001. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephellus fuscoguttatus)
Pembenihan Larva. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta. 1-10 hal
Taslihan, A., A. Wijayanti., R. Handayani dan S.M. Astuti. 2004. Petunjuk Teknis
Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Udang pada Budidaya Air Laut.
BBPBAP. Jepara. 29 hal
WWF. 2011. Better Management Practices (Seri Panduan Perikanan Skala Kecil):
Perikanan Kerapu dan Kakap Panduan Penangkapan dan Penanganan.
WWF-Indonesia: Jakarta. 27 hal.
Yoshimitsu, T. H. Eda and Hiramatsu, K. 1986. Groupers final report
marineculture research and development in Indonesia. ATA 192, JICA.
p.103-129
Zafran, D., D, Roza, I. Koeharyani, F. Johnny, dan K. Yuasa. 1998. Manual For
Fish Disease Diagnosis. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut
Gondol. 12 hal.
Zafran, K. Mahardika, D. Roza, F. Johnny & A. Priono. 2002. Patogenisitas
iridovirus yang diisolasi dari kerapu lumpur, Epinephelus coioides te rhada
p ikan ke rapu beb ek , Cromileptes altivelis, kerapu batik, Epinephelus
microdon, kerapu lumpur, Epinephelus coioides dan kerapu macan,
Epinephelus fuscoguttatus. Laporan hasil Penelitian Balai Besar Riset
Perikanan Budidaya Laut Gondol-Bali TA. 2002.
Zonneveld, N. E., Husiman, A., & Bond, J. H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
ikan . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 70

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Provinsi Bali dan Lokasi Praktek Kerja Lapang di Apri
Hatchery Buleleng, Bali

Lokasi Apri Hatchery

Sumber : Google Maps, Diakses tanggal 7 Desember 2016

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 71

Lampiran 2. Struktur Organisasi Apri Hatchery

PEMILIK USAHA
Bpk. Apri Iman Supi’i, S.Pi, M.Si

SEKRETARIS - BENDAHARA
Ibu Apri Iman Supi’i

TEKNISI
TEKNISI TEKNISI
PEMELIHARAAN
HATCHERY KERAPU CLOWNFISH
NENER

TEKNISI TEKNISI TIRAM TEKNISI


BLUE TANG MUTIARA ANGELFISH

Sumber :(Apri Hatchery, 2017)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 72

Lampiran 3. Pengamatan Kualitas Air pada Bak Pembesaran

No. Tanggal Pukul Suhu (0C) pH DO (mg/L) Ammonia (mg/L)


1 23-01-2017 09.00 29 8,2
13.00 32 8 0,5 0,5
16.00 30 8
2 24-01-2017 09.00 29 8
13.00 32 8 - -
16.00 31 8
3 25-01-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 31 8
4 26-01-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 - -
16.00 31 8
5 27-01-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
6 28-01-2017 09.00 28 8
13.00 31 8 - -
16.00 30 8
7 29-01-2017 09.00 28 8
13.00 31 8 0,5 0,5
16.00 32 8
8 30-01-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
9 31-01-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
10 01-02-2017 09.00 29 8
13.00 31 8 - -
16.00 32 8
11 02-02-2017 09.00 28 8
13.00 32 8 4 0,5
16.00 32 8
12 03-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
13 04-02-2017 09.00 29 8
13.00 31 8 4 0,5
16.00 32 8
14 05-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
15 06-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 73

16 07-02-2017 09.00 29 8
13.00 31 8 - -
16.00 32 8
17 08-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
18 09-02-2017 09.00 28 8
13.00 31 8 - -
16.00 32 8
19 10-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
20 11-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
21 12-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
22 13-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
23 14-02-2017 09.00 29 8
13.00 31 8 4 0,5
16.00 32 8
24 15-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
25 16-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
26 17-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
27 18-02-2017 09.00 29 8
13.00 31 8 4 0,5
16.00 32 8
28 19-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
29 20-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
30 21-02-2017 09.00 28 8
13.00 31 8 - -
16.00 32 8
31 22-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
Sumber : (Data Primer Kegiatan PKL, 2017)

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


74

Lmpiran 4. Pengamatan Panjang dan Berat Tubuh Per Minggu

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


No. Tanggal Jumlah Ikan Berat Total Panjang Berat Jumlah Ikan Pakan Keterangan
Sampling (cm) (cm) Sampling
1. 31-01-17 509 ekor 384,61gr 16 65,3 5 ekor 587 gr Biomassa
17 71 satu kali = jumlah ikan x berat rata-rata
17,5 85 pemberian = 509 x 76,922gr
17,3 83,31 = 39.153gr
18 80 Dosis pemberian pakan
= Biomassa x 3%
=39.153x 3%
= 1.174 gr/hari
Pemberian pakan untuk 2 kali

2. 07-02-17 508 ekor 431gr 16,8 70 5 ekor 655 gr Biomassa


17 86 satu kali = jumlah ikan x berat rata-rata
17 80 pemberian =508 x 86 gr
17,3 76 = 43.688gr
19,5 119 Dosis pemberian pakan
= Biomassa x 3%
= 43.688x 3%
= 1.310gr/hari
Pemberian pakan untuk 2kali

74
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
75

3. 14-02-17 492 ekor 546 gr 18,8 90 5ekor 804 gr Biomassa


satu kali

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


19 108 = jumlah ikan x berat rata-rata
19 110 pemberian = 492x 109 gr
19,3 115 = 53.628gr
20,5 123 Dosis pemberian pakan
= Biomassa x 3%
= 53.628x 3%
= 1.609gr/hari
Pemberian pakan untuk2 kali
4. 21-02-17 492 ekor 658 gr 19 129 5ekor 974 gr Biomassa
19,2 132 satu kali = jumlah ikan x berat rata-rata
19,3 134 pemberian = 492 x 132 gr
20 120 = 64.944 gr
20,3 143 Dosis pemberian pakan
= Biomassa x 3%
= 64.944 x 3%
= 1.948 gr/hari
Pemberian pakan untuk 2 kali

75
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

Lampiran 5. Gambar Kegiatan dan Peralatan PKL

Pengukuran Kualitas Air Pengukuran Kualitas Air Penggukuran Kualitas


(pH) (DO) Air (Ammonia)

Grading ikan sehat dan bs

Pengukuran panjang saat Penyiponan


grading

Pengiriman hasil panen Pemanenan Penimbangan hasil panen


sistem terbuka

Pengiriman hasil panen


sistem tertutup Acriflavine Penghitungan Ikan Rucah

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 77

Lmpiran 6. Analisa Usaha

1. Biaya Investasi

Umur
Harga dalam Penyusutan
Uraian Unit Teknis
No Unit (Rp) (Rp)
(bulan)
1 Lahan / tanah 1 780.000.000 - -
2 Instalasi Aerasi 3 20.000.000 120 170.000
Instalasi Pompa
3
Air Laut 2 30.000.000 120 250.000
4 Instalasi Listrik 1 2.000.000 120 17.000
5 Genset 3 10.500.000 120 88.000
6 Selang Plastik 100 m 1.000.000 24 42.0000
TOTAL 843.500.000 567.000

2. Biaya Tetap

No Uraian Nilai (Rp)


1 Biaya Penyusutan 567.000
2 PBB 120.000 / tahun
3 Gaji Tenaga Kerja / uang makan 1.000.000 / bulan
TOTAL 1.687.000

3. Biaya Operasional

Biaya Operasional merupakan gabungan antara biaya tetap dengan biaya

variable yang berfungsi untuk menjalankan usaha (Apriyono, 2009). Biaya

operasional usaha pembenihan ikan kerapu cantang adalah sebagai berikut:

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 78

Uraian Nilai Keterangan


Listrik 10.000.000 5 bulan
Pakan 82.350.000 5 bulan
Biaya Tetap 5.687.000 5 bulan
Biaya Penyusutan 567.000
dll. 5.000.000 5 bulan
TOTAL 103.604.000

4. Pendapatan Usaha

Ikan kerapu cantang dijual dengan harga Rp 100.000/Kg dengan jumlah

produksi 2.250 Kg, sehingga pendapatan dari penjualan dalam 1 siklus adalah Rp

225.000.000,-.

5. Keuntungan

Keuntungan merupakan hasil akhir yang diperoleh dari usaha pembesaran

ikan kerapu cantang selama 5 bulan. Keuntungan pertahun diperoleh dari

perhitungan penerimaan pertahun dikurangi biaya operional pertahun

(Apriyanto,2009). Keuntungan usaha pembesaran kerapu adalah sebagai berikut:

Keuntungan usaha pembesaran pertahun (1 siklus)

 Pendapatan – biaya operasional = Rp 225.000.000– Rp 103.604.000

= Rp 121.396.000,-.

6. Perimbangan Penerimaan dan Biaya (B/C Ratio)

Perimbangan penerimaan dan biaya (B/C Ratio) merupakan suatau analisa

yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha (Apriyanto, 2009). Berikut

merupakan B/C Ratio dari usaha pembesaran kerapu cantang:

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 79

keuntungan
B/C Ratio =
biaya operasional

=
= 1,171
Usaha di atas dapat dinyatakan layak, karena nilai B/C >1, yaitu 1,171 yang

berarti setiap 1 modal ditanamkan, akan menghasilkan keuntungan Rp 1,171atau

dapat dikatakan usaha tersebutlayak dijalankan.

7. Payback Period

Payback period adalah suatu analaisa yang digunakan untuk mengetahui

masa pengembalian modal yang ditanamkan dalam suatu kegiatan usaha

(Apriyono, 2009). PP dari usaha pembesaran kerapu cantang adalah sebagai

berikut:

biaya investasi
 PP =  1 tahun
keuntungan

=
= 6,95 Tahun

Jadi masa pengembalian modal dari usaha pembesaran kerapu cantang

adalah 6,95 tahun.

8. Titik Impas (Break Event Point)

Titik impas (BEP) merupakan suatu analisa yang digunakan untuk

menentukan minimal produk yang harus dihasilkan (Afriyanto, 2008). Analisa

BEP tidak hanya menganalisa seberapa banyak produk yang harus dihasilakn,

namun juga harga yang harus diterapkan dalam usaha. Berikut merupakan

perhitungan BEP dari usaha pembesaran kerapu cantang:

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 80

biaya operasional
 BEP (harga) =
total produksi

103.604.00 0
=  11.511,55
9.000

biaya operasioanal
 BEP (produksi) =
harga jual

103.604.00 0
=
100.000

= 1.036,04

Jadi untuk mencapai titik impas dalam 1 siklus diperlukan penjualan dengan

harga Rp 11.512,- dengan total produksi 1.036 ekor.

PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA

Anda mungkin juga menyukai