RINGKASAN
v
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUMMARY
vi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapang mengenai Teknik Pembesaran Ikan Kerapu Cantang (Ephinephelus
fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus) Pada Bak Beton Di Apri Hatchery Desa
Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Laporan ini
disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapng yang telah dilaksanakan di Apri
Hatchery, pada tanggal 23 Januari sampai 23 Februari 2017.
Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui tentang teknik
pembesaran Kerapu Cantng pada bak beton dan mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh dalam proses pembesaran Kerapu Cantang di Apri Hatchery, Bali.
Adapun manfaat yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk
mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan mahasiswa
terhadap teknik pembesaran kerapu cantang di bak beton dan mengetahui faktor-
faktor yang berpengaruh dalam proses pembesaran Kerapu Cantang dengan cara
memadukan materi yang didapat pada saat perkuliahan dan kenyataan di lapang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan ini. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi bagi
masyarakat luas.
Penulis
vii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tidak terlepas dari dukungan moril dan materil dari semua pihak. Melalui
menyelesaikan Praktek Kerja Lapang ini dengan tepat waktu dan juga kepada :
1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., MP., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
2. Ibu Putri Desi Wulan Sari, S.Pi., M.Si selaku dosen wali yang telah
3. Ibu Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir., M. Kes selaku dosen pembimbing
4. Bapak Annur Ahadi Abdillah, S. Pi., M. Si dan Ibu Nina Nurmalia Dewi,
5. Kedua orang tua terkasih dan kakak yang saya sayangi beserta keluarga
besar atas segala dukungannya baik berupa moril dan materil dalam
penyusunan PKL.
Putu, Bapak Dewe, Bapak Ketut, Bapak Lucas, serta seluruh karyawan
Apri Hatchery yang tidak pernah lelah untuk memberikan arahan kepada
viii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Marlin 2014 yang selama ini telah memberikan bimbingan dan dukungan
serta semua orang yang telah membantu dalam penyusunan usulan PKL,
pelaksanaan PKL serta penyelesaian laporan PKL yang tidak dapat penulis
ix
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................... v
SUMMARY ......................................................................................................... vi
x
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN ....................................................................................................... 71
xii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
I PENDAHULUAN
baik di pasar domestik maupun pasar internasional karena nilai jualnya yang
cukup tinggi dan bergizi tinggi. Beberapa jenis ikan Kerapu (Epinephelus sp.)
dan Hongkong sejak tahun 1979 (Sugama et al., 1986). Menurut data statistik
kelautan dan perikanan tahun 2015, produksi ikan kerapu di Indonesia meningkat
Perikanan (2014), total perdagangan ikan karang di Asia Tenggara adalah sekitar
30.000 ton per tahun dengan 15.000-21.000 ton diperkirakan di ekspor ke Hong
Kong. Dijelaskan lebih lanjut bahwa produksi kerapu dari usaha budidaya hanya
8,6 % dari 52.000 ton total tangkapan kerapu di Asia dengan nilai lebih dari 238
juta US dollar.
ini meningkat. Berbagai jenis ikan kerapu mulai dibudidayakan antara lain kerapu
tikus atau kerapu bebek, kerapu macan, kerapu kertang, kerapu sunu, kerapu
lingkungan yang ekstrim dan bahkan terkadang ikan yang steril (Hickling, 1968
dalam Ismi et al., 2013). Benih hibridisasi selain dapat menambah diversifikasi
Kerapu jenis ini pertama kali di kawin silangkan oleh tim perekayasa (diviso
1.2 Tujuan
berikut :
Bali
1.3 Manfaat
Ephinephelus lanceolatus).
II TINJAUAN PUSTAKA
lanceolatus)
antara ikan kerapu macan dan ikan kerapu kertang. Klasifikasi dari ikan kerapu
cantang menurut Randall (1987) dalam Subyakto dan Cahyaningsih (2003) adalah
sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Sub class : Actinoperigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Genus : Ephinephelus
Species : Epinephelus fuscoguttatus x Ephinephelus lanceolatus
dengan ukuran lebar kepala sedikit atau hampir sama dengan lebar badannya,
warna kulit coklat kehitaman dengan lima garis hitam melintang di bagian
tubuhnya. Sirip pectoral, anal, dorsal, caudal dan ventral bercorak seperti kertang
rounded, bentuk mulut lebar, superior. Tipe sisik bergerigi (stenoid) dan bentuk
Indonesua Kep. 38 / Men / 2012, pada umur 6 bulan atau pada stadia pembesaran
pada kerapu cantang pada umur 85–95 hari memiliki panjang total 12,3 cm
dengan berat 50–75 gram. Pada umur 40–50 hari, kerapu cantang memiliki
kerapu cantang diharapkan akan lebih memperkaya jenis dan varietas ikan kerapu
kerapu kertang mempunyai pertumbuhan yang cepat dari kerapu macan. Kerapu
macan mampu dikembangkan baik induk ataupun benihnya dengan mudah. Hal
ini sangat berbeda dengan kerapu kertang yang mengalami kesulitan dalam
Pasifik Laut Merah, Kepulauan Tropis India dan bagian Barat-Tengah Lautan
Pasifik (Timur ke Samoa dan Kepulauan Phoenix). Ikan kerapu tersebar juga di
Indonesia, Pantai tropis Australia, Jepang, Philipina, New Guinea dan Kaledonia
karang merupakan suatu ekosistem khas wilayah pesisir dan laut. Secara umum
penyebaran terumbu karang di dunia ini lebih banyak pada daerah tropis jika
tropis karena kehidupan terumbu karang sangat tergantung pada keberadaan sinar
matahari.
kedalaman 40 meter dan juga tergantung kepada kecerahan perairan atau sejauh
Usman,2010).
Ikan kerapu banyak ditemukan pada daerah yang kaya terumbu karang
serta air yang jernih, sampai kedalaman 60 meter. Ikan ini hidup pada kedalam 5-
20 meter di semua tipe terumbu karang dengan kondisi yang baik. Ikan kerapu
dan biasanya menetap (sedentary) (Yeeting et al., 2001 dalam Ahmad 2009).
Parameter yang cocok bagi pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur 24-310C,
salinitas 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut >3,5 ppm dan pH 7,8-8, perairan
dangkal hingga 100 meter dibawah permukaan air laut. Habitat favorit larva
kerapu muda adalah perairan pantai yang pasirnya berkarang dan banyak
ditumbuhi padang lamun atau ladang terumbu karang (Putri et al., 2013). Selain
nyaman bagi ikan kerapu. Ikan tersebut akan berdiam dalam lubang-lubang
Pasifik Barat Daya. Kerapu juga banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatra,
Jawa, Sulawesi, Buru dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu adalah
Salah satu sifat biologi ikan kerapu adalah hemaprodit protogini (WWF,
2011), yaitu perubahan kelamin betina menjadi kelamin jantan pada saat ikan
kerapu beranjak dewasa. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun
dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina akan mengalami
perubahan menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh
dalam morfologi serta dalam genetik. Hibridisasi pada ikan kerapu cantang
dilakukan dengan fertilisasi buatan dimana pemijahan ikan yang terjadi diberikan
mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah luar secara perlahan, sperma yang
keluar berwarna putih susu dan jumlahnya banyak. Kematangan kelamin induk
betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam
garis tengah (diameter) telur diatas 450 mikron (Tarwiyah, 2001). Pernyataan
diatas sesuai dengan Sugama, dkk (2013) yang menyatakan bahwa untuk
memastikan jenis kelamin, perut ikan yang sudah dibius dipijat lembut dari arah
kepala sampai ekor. Ikan jantan yang siap memijah akan mengeluarkan banyak
sperma dari lubang urinogenitalnya. Jika tidak ada sperma yang keluar, maka
diduga bahwa ikan tersebut adalah jantan yang belum siap memijah atau betina.
dilakukan jika ikan tidak dalam kondisi pemijahan karena lubang genitalnya
Kanula adalah pipa plastik bening yang fleksibel dengan panjang 40–50
cm (diameter luar 3 mm, dan diameter dalam 1,2 mm), yang dimasukkan ke
dalam lubang urinogenital jantan dan saluran telur betina. Ikan yang akan
dikanulasi dibius terlebih dahulu. Kain atau handuk basah ditempelkan di atas
mata untuk membantu menenangkan ikan. Kanula ini dimasukkan ke dalam ikan
pada kedalaman 6 – 7 cm dan dilakukan penghisapan pada ujung lain dari kanula
gelap (dark moon), menurut BBL Batam (2011) seleksi induk kerapu macan yang
siap memijah mempunyai berat minimal 4 kg, sedangkan induk ikan kerapu
Dijelaskan lebih lanjut mengenai induk betina yang matang gonad yaitu
memiliki ciri perut yang membuncit, lubang genital (kloaka) bengkak dan
sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas 32 ‰.
cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam
09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari
dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke posisi semula
(tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah
Proses kawin buatan dimulai dengan cara mengurut bagian perut induk
betina ikan Kerapu Macan secara perlahan-lahan, setelah telur keluar dan
ditampung dalam baskom campurkan sperma ikan kerapu kertang dengan dosis
satu mililiter sperma untuk satu juta butir telur ikan Kerapu Macan. Kemudian
diaduk dengan menggunakan bulu ayam agar sperma tercampur merata. Proses
pengadukan sperma dengan telur berlangsung sekitar 10-15 menit, setelah itu
biarkan atau diamkan telur sekitar 5-10 menit agar proses pembuahan berlangsung
dengan sempurna.
atau tidak. Kenampakan yang harus diperhatikan saat pengamatan adalah ukuran
dan bentuk telur yang teratur, warna yang transparan atau tembus pandang, serta
kulit telur atau korion yang bebas dari parasite (Sugama dkk., 2013)
dimasukkan dalam bak inkubasi atau bak penetasan telur yang dilengkapi dengan
pendukung dan faktor pembatas. Beberapa faktor pendukung (non teknis) antara
(PLN), kedekatan dengan lokasi budidaya dan pasar benih serta kemudahan
kualitas air laut, ketersediaan air tawar, status lahan dan keamanan.
Kolam yang baik harus memiliki minimal enam pintu bagian penting,
yaitu pematang kolam, pintu pemasukan air, pintu pengeluaranan air, saluran
(Susanto,1992). Secara umum kolam empat persegi panjang atau kolam bujur
sangkar mudah mengelolanya, karena itu kolam berbentuk empat persegi panjang
terjadi selama kolam terendam air, membasmi hama penyakit dan benih-benih
ikan liar baik yang bersifat predator ataupun bersifat kompetitor (Susanto,1995).
dasar kolam. Air yang digunakan untuk proses budidaya berasal dari laut yang
kemudian masuk pada bak filter untuk dilakukan penyaringan secara mekanik
agar air yang digunakan terbebas dari kotoran dan mengurangi partikel-partikel
yang terbawa dari laut agar tidak mengendap di dasar kolam yang dapat
Benih yang terserang penyakit akan mengalami hambatan pertumbuhan dan hal
baik adalah ukuran seragam, bebas penyakit, gerakan berenang normal dan aktif,
respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap
(Sunyoto, 1994).
ukuran benih perlu dilakukan untuk menghindari sifat kanibal dari ikan ini. Sifat
ini akan menjadi lebih serius bila frekuensi pemberian dan jumlah pakan tidak
mencukupi. Oleh karenanya, benih perlu selalu diseleksi ukurannya dan diberi
cukup pakan.
(tempat pelindung) pada bak pemeliharaan. Kerapu secara teratur disortir untuk
perbedaan panjang total (TL) antara ukuran kelas kurang dari 30% (Hseu dkk.
penanganan dan dapat menyebabkan kerusakan fisik pada ikan yang dapat
berujung pada penyakit. Penyeragaman ukuran ini tidak mudah karena ikan
sangat mudah stres bila dipindahkan secara tiba-tiba dan ditangani dengan kasar.
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dan aklimatisasi perlu dilakukan
karena berkaitan dengan adanya perbedaan kondisi air seperti suhu dan salinitas.
Padat penebaran ikan dalam suatu budidaya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
mulai dari ukuran ikan yang ditebar, jenis ikan, hingga sistem budidaya yang
diterapkan.
membudidayakan ikan. Penebaran benih dilakukan pada pagi dan sore hari saat
suhu air tidak terlalu tinggi dengan kepadatan 65-67 ekor/m3 dengan ukuran 10-12
cm dengan berat 15-25 gram. Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar
benih tidak mengalami stress. Jika benih berasal dari tempat yang jauh, sebelum
Pemilihan jenis pakan pada ikan kerapu harus didasarkan pada kemauan
ikan untuk memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi dan nilai
ekonomisnya. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dengan feeding rate
(FR) sebesar 3% dari berat tubuh pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00 WIB
ukuran konsumsi. Agar hasil yang didapatkan optimal maka ikan harus diberi
pakan bergizi tinggi dengan kandungan protein diatas 20%. Untuk memenuhi
persyaratan pakan bergizi tinggi ini dapat memanfaatkan pakan berupa pellet.
Selain pakan berupa pellet, dapat digunakan ikan non ekonomis seperti ikan rucah
sebagai pakan pada pembesaran ikan kerapu dengan jumlah persentasi pemberian
pakan yang sama dengan pemberian pellet. Namun, penggunaan ikan rucah tidak
parasit dari pakan ikan ke ikan yang sedang dibudidaya, yang dapat menyebabkan
Beberapa jenis ikan yang tergolong ikan rucah yang baik untuk pakan
kerapu ialah ikan tembang, selar dan rebon. Ikan rucah yang digunakan harus
selalu dalam keadaan segar. Pada proses pemberian pakan, ikan rucah dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan bukaan mulut ikan kerapu yang
pakan adalah (1) Pakan ikan rucah harus dalam keadaan segar, (2) Sisa potongan
pakan harus segera dibuang agar tidak mempengaruhi kadar amonia yang ada
pada kolam, (3) Pakan yang beku harus dicairkan terlebih dahulu secara benar
sebelum diberikan pada ikan, (4) Pellet tidak boleh disimpan lebih dari 3 bulan,
(5) Pellet yang sudah berubah bau dan warna sebaiknya tidak diberikan pada ikan.
Air merupakan faktor yang penting dalam budidaya, kualitas air akan
merupakan salah satu faktor pembatas dari penentu keberhasilan dalam suatu
kegiatan budidaya. Perubahan yang terjadi pada parameter kualitas air tidak akan
terlalu berbeda dalam satu musim, hanya saja sulit untuk dikontrol. Pemantauan
kualitas air perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui keadaan lingkungan
Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen
terlarut, dan juga kandungan amoniak. Menurut Chua dan Teng (1979), kualitas
perairan yang optimal untuk pertumbuhan ikan kerapu, seperti suhu berkisar
antara 24 - 31ºC, salinitas antara 30-33 ppt, oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH
berkisar antara 7,8 - 8,0. Kandungan amoniak dalam air sumber tidak lebih dari
0,1 ppm. Air yang tidak memenuhi syarat dari segi kualitas air akan berakibat
merupakan media tempat hidup ikan yang harus memiliki kondisi yang
2.2.7 Pertumbuhan
berat per unit waktu (Sunyoto, 1994). Data pertumbuhan yang umum dipakai
untuk perhitungan yaitu berat. Pada umumnya pertumbuhan berat ikan berlainan
dengan burung atau mamalia, dimana pertumbuhan pada ikan tidak berhenti
G = Laju pertumbuhan
Wt = Bobot rata-rata benih pada saat t (gr)
Wo = Bobot rata-rata benih saat awal percobaan (gr)
t = Jumlah hari selama percobaan
Besarnya perhitungan LPH tergantung ukuran dan jenis ikan. Ikan kerapu
mempunyai LPH lebih rendah (Sunyoto, 1994). Waktu yang dibutuhkan selama
pembesaran dan saat ikan mencapai ukuran konsumsi dapat dilihat pada
kesehatan ikan yang diakibatkan oleh parasit dan non parasit. Sedangkan pada
dunia perikanan yang dimaksud dengan hama adalah predator, yakni makhluk
sering dihadapi. Pada ikan kerapu yang mati, biasanya banyak ditemukan parasit,
baik pada insang, kulit maupun mata. Ikan kerapu yang dibudidayakan pada bak
beton dengan kepadatan tinggi dengan penyiponan hanya dilakukan satu kali
kematian (Sunyoto, 1994). Penyakit yang menyerang ikan kerapu dibagi menjadi
parasit dan bakteri. Parasit adalah organisme yang hidupnya tergantung pada
organisme lain dan memiliki hubungan timbal balik dengan organisme yang
sebagai tempat nutrien, tempat hidup dan tinggal (Sauyai, 2014). Parasit yang
sp., Gyrodactylus sp., dan Dactylogyrus sp. Gejala awal yang ditunjukkan ikan
yang terserang parasit adalah inang tampak pucat dan terdapat bintik merah pada
bagian lamela insang, operculum yang membuka tutup dengan cepat serta tingkah
yang ditimbulkan oleh bakteri adalah terdapat lesi atau luka pada permukaan
tubuh ikan. Ikan juga mengeluarkan lendir secara berlebihan dan terjadi
penggeripisan pada ekor. Pada pemeriksaan organ dalam hati terlihat pucat,
pada kulit dan lain sebagainya perlu diberikan tambahan vitamin C dan
perendaman dalam air tawar yang telah diberi larutan acriflavin dalam dosis
rendah karena hal ini lebih bersifat pencegahan. Pada saat perendaman inilah
2007).
panen yang diperoleh. Pada saat pemanenan, kesehatan ikan harus tetap dijaga,
pemanenan harus diperhitungkan dengan teliti. Sebagai ikan ekspor, ukuran yang
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan masa pemeliharaan 4-7 bulan, hal
alat panen seperti bak air laut, aerasi, tabung oksigen, dan seser. Semua sarana
harus dalam keadaan bersih. Pada hari pemanenan pemberian pakan dihentikan.
menggunakan jaring dan langsung dipindahkan ke bak air laut yang telah diberi
dkk., 1993 dalam Ramadhani, 2010). Dalam analisis ini, terdapat pengelompokan
jenis – jenis biaya, diantaranya adalah biaya investasi, biaya variable atau
operasional, biaya tetap, dan hasil penjualan. Keuntungan atau kerugian, layak
atau tidaknya suatu usaha dan berapa jangka waktu yang dibutuhkan serta
usaha yang dikeluarkan dapat dilakukan dengan analisis biaya manfaat (Arifin,
2010).
kerugian
menguntungkan. Analisis ini dapat dicari dengan rumus berikut : R/C = TR/TC.
Dengan kriteria : R/C > 1 : Usaha menguntungkan R/C = 1 : Usaha impas R/C < 1
: Usaha rugi.
Break even point adalah suatu keadaan dimana modal telah kembali
semua atau pengeluaran sama dengan pendapatan, atau keadaan titik impas yaitu
merupakan keadaan dimana penerimaan perusahaan (TR) sama dengan biaya yang
ditanggung (TC), atau TR = TC. Break even point dapat dirumuskan sebagai
berikut:
invesment (ROI) adalah nilai keuntungan yang diperoleh dari sejumlah modal,
(satu), maka usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan dan perlu adanya
kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar
dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling
Pengambilan data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini menggunakan
dua metode yaitu berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh dari
beberapa metode.
Data primer adalah data yang diambil langsung dari obyek penelitian atau
merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data primer tersebut
harus dicari melalui narasumber atau responden yaitu orang yang dijadikan obyek
Observasi
adalah data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan
panca indera mata sebagai alat bantu utama selain panca indera lainnya
dalam Praktek Kerja Lapang ini dilakukan terhadap berbagai hal yang
Bali.
Partisipasi Aktif
Praktek Kerja Lapang. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah
Wawancara
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya dan serta dilaporkan oleh orang di luar Praktek Kerja Lapang itu
dan laporan penelitian. Dan juga data ini adalah kesesuaian antara populasi data
yang ada dengan populasi yang menjadi perhatian peneliti dan relevansi dan
konsistensi unit pengukur yang digunakan (Sangadji dan Sopiah, 2010). Menurut
Hasibuan (2007), data sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara
langsung dari obyek penelitian, melainkan data yang berasal dari sumber yang
telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder dapat diperoleh dengan cepat
dan mudah karena data ini biasanya sudah tersedia dengan cara mengambil dan
mengumpulkan saja.
kerapu dan lain sebagainya yang mendukung dari kegiatan pembesaran ikan
kerapu cantang.
Cikal bakal Apri Hatchery didirikan yaitu dengan majunya kegiatan usaha
untuk membuka usaha pembenihan dan keinginan pemilik usaha untuk memiliki
pendapatan tambahan dari pendapatan utama. Apri Hatchery didirikan oleh Bapak
sperma kerapu batik serta kerapu kertang sebagai jenis kerapu hibrid. Pada saat
ini Apri Hatchery tidak hanya bergerak dalam pembenihan ikan kerapu serta
bandeng, namun juga usaha budidaya ikan hias clawn fish, paracanthurus
hepatus, tiram mutiara serta bergerak dalam bidang pembesaran ikan bandeng,
Apri Hatchery memiliki luas wilayah usaha 2600 m2 dengan lokasi 100 m
dari tepi pantai. Luas lahan yang digunakan untuk usaha pembesaran kerapu
induk. Sedangkan sisanya digunakan untuk usaha pembenihan bandeng serta ikan
oleh dua musim yaitu musim hujan (November – Maret) dan musim kemarau
berpasir serta berbatu karena selain dekat dengan pantai, lokasi ini juga dekat
dengan gunung Sanggalangit. Kawasan atau area Apri Hatchery di sebelah Utara
Perusahaan dipimpin oleh Bapak Apri Iman Supii S.Pi, M.Si yang juga
terdapat pula tiga orang pelaksana teknis di lapangan yang berperan sebagai
pemelihara larva serta benih dalam proses kegiatan pembenihan kerapu dan
bandeng serta ikan hias clawn fish, paracanthurus hepatus (blue tang), tiram
perusahaan pembenihan dan budidaya ikan hias yang dapat memenuhi pasaran
lokal dan mancanegara. Misi dari perusahaan Apri Hatchery adalah mampu
menyediakan telur, benih, serta larva yang unggul, disamping sebagai penyedia
Berdasarkan visi dan misi perusahaan, maka beberapa tugas yang harus
perusahaan pada perusahaan lokal dan perusahaan asing yang telah melakukan
4.2.1 Sarana
menunjang proses produksi yang meliputi bak pemeliharaan induk, bak penetasan
dan pemeliharaan larva, bak kultur pakan alami, bak karantina dan pengobatan
menyesuaikan dengan tingkah laku ikan yang berenang memutar. Bak terdapat di
luar ruangan dengan warna abu – abu. Bak dilengkapi dengan pipa saluran air
Pipa inlet berada di bagian pinggir bak dengan diameter 10 cm, Pipa
tersebut digunakan untuk menyalurkan air ke dalam bak. Pipa outlet terletak pada
bagian atas serta bagian bawah bak. Pipa outlet yang terletak pada bagian bawah
mengeluaran sisa pakan serta menurunkan air pada bak pemeliharaan saat induk
akan dipijahkan.
jaring berwarna gelap yang digunakan untuk menghalangi ikan keluar dari bak
x 1m3, berbentuk persegi dengan ujung membulat pada sudut-sudut bagian dalam.
menyesuaikan dengan tingkah laku ikan yang berenang memutar. Bak terdapat di
luar ruangan dengan warna abu – abu. Bak dilengkapi dengan pipa saluran air
Pipa inlet berada di bagian pinggir bak dengan diameter 5 cm, Pipa tersebut
digunakan untuk menyalurkan air ke dalam bak. Pipa outlet terletak pada bagian
atas serta bagian bawah bak. Pipa outlet yang terletak pada bagian bawah
berjumlah satu dengan diameter 8 cm. Pipa outlet tersebut berfungsi mengeluaran
cm dengan jumlah aerasi enam buah. Pipa aerasi berfungsi untuk menyediakan
oksigen terlarut di dalam bak pemeliharaan. Bak juga dilengkapi jaring berwarna
gelap yang digunakan untuk menghalangi ikan keluar dari bak pemeliharaan serta
lumut terhambat.
Bak penetasan telur berfungsi sebagai tempat untuk menetaskan telur serta
Bak dilengkapi dengan pipa inlet, pipa outlet serta pipa aerasi yang memiliki
fungsi seperti pada bak pemeliharaan induk. Pipa inlet memiliki ukuran diameter
3 cm, terletak pada bagian atas bak yang berjumlah satu buah. Pipa outlet
ukuran diameter 2 cm yang terletak di pinggir bak dengan jumlah aerasi 16 buah.
Bagian atas bak terdapat lampu TL dengan daya 40 Watt. Pemberian lampu
plastik bening yang terbuat dari polyethilen teripthalet yang berfungsi sebagai
Bak kultur pakan alami berjumlah 13 bak yang terdapat di luar ruangan.
Bak terbuat dari beton dengan ukuran yang berbeda. Bak kultur dengan ukuran 22
m3 (4 × 4 × 1,25 m3) berjumlah enam serta bak kultur dengan ukuran 38m3 (5 × 5
× 1,5 m3) berjumlah enam berbentuk persegi. Sedangkan bak kultur dengan
Bak kultur dilengkapi dengan pipa inlet, pipa outlet serta pipa aerasi yang
memiliki fungsi seperti pada bak pemeliharaan induk. Pipa outlet memiliki ukuran
7 cm dengan jumlah dua. Pipa outlet pada bak kultur pakan alami digunakan
Pipa inlet memiliki ukuran diameter 5 cm dan berjumlah satu. Pipa aerasi
terletak pada pinggir bak dengan ukuran 2 cm dan berjumlah dua. Selain bak
kultur yang terbuat dari beton, terdapat pula bak fiber yang digunakan untuk
penetasan Artemia. Bak fiber yang dimiliki berjumlah dua dan berukuran 1 ton
Bak karantina dan pengobatan ikan terbuat dari fiber, berbentuk lingkaran,
berwarna hitam, dan berkapasitas 350 liter air. Bak dilengkapi dengan pipa outlet
dengan ukuran diameter 6 cm yang masing – masing berjumlah satu. Selain itu
bak dilengkapi pula dengan aerasi yang berjumlah satu. Setiap pipa diatas
memiliki fugsi seperti halnya pipa yang terdapat pada bak pemeliharaan induk.
serta sterilisasi air laut sebelum disalurkan ke dalam bak pemeliharaan larva,
Bak filter merupakan bak yang berisi berbagai peralatan untuk proses filtrasi
seperti batu kali, kerikil serta pasir. Ukuran bak tersebut adalah 3 × 3 × 2,5 m3.
Air yang berasal dari laut disalurkan pada bak filter untuk disaring secara
sehingga partikel–partikel yang tidak diinginkan tidak akan masuk ke dalam bak
penampungan air dan kualitas air akan semakin terjaga. Menurut Sugama dkk.
pelaksana teknis serta gudang. Rumah pelaksana teknis merupakan rumah yang
ruangan yang digunakan sebagai kamar tidur serta satu kamar mandi dan dapur.
Gudang yang di miliki Apri Hatchery berjumlah dua yaitu gudang pakan
sebagai tempat untuk menyimpan berbagai pakan serta pupuk. Gudang peralatan
Sumber arus listrik di Apri Hatchery berasal dari kredit listrik Perusahaan
pula generator set (genset) yang berjumlah satu buah dengan kekuatan 220 V.
Genset digunakan sebagai penyedia energi listrik cadangan apabila arus listrik
Alat transportasi yang digunakan di Apri Hatchery adalah satu unit sepeda
motor serta satu unit mobil dengan bak terbuka. Alat transportasi tersebut
yang dibutuhkan
teknis penting yaitu penilaian kelayakan lahan budidaya dan aspek daya dukung
faktor penting seperti pasang surut, kedalaman, arus, gelombang, dan kualitas air
Faktor-faktor resiko yang sangat ditakuti oleh para usahawan yang ingin
terjun dalam suatu usaha budidaya ikan kerapu adalah faktor gangguan
tersebut.Dengan perhitungan dan pertimbangan secara cermat dan teliti atas faktor
gangguan alam yaitu pasang surut, gelombang, arus dan kualitas air laut.
Kolam yang terdapat di Apri Hatchery terdiri dari kolam untuk kegiatan
berbagai macam jenis komoditas ikan air laut seperti bandeng, ikan kerapu, clawn
fish, paracanthurus hepatus, tiram mutiara dan angelfish. Kolam untuk budidaya
untuk pembesaran.
panjang. Secara umum kolam empat persegi panjang atau kolam bujur sangkar
digunakan untuk pembesaran ikan kerapu cantang merupakan kolam beton atau
metode intensif.
beton dengan sistem intensif, hal ini dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin
sempit. Oleh sebab itu, penggunaan lahan harus efisien, yaitu dalam satuan luas
lahan yang sempit dapat diproduksi jumlah ikan yang banyak. Ada beberapa
pada kolam beton adalah pembersihan kolam. Kolam yang bersih merupakan
syarat ikan kerapu dapat bertahan hidup. Pembersihan kolam dapat dilakukan
kolam lebih maksimal dan menghindari adanya bakteri yang dapat merugikan
bagi pertumbuhan ikan selama proses budidaya. Pada pembersihan kolam tidak
bak beton yang dapat menggagnggu kelangsungan hidup ikan selama proses
budidaya.
Jangkaru (2007), proses pengeringan kolam, kolam dijemur selama 3-6 hari,
selama kolam terendam air, membasmi hama penyakit dan benih-benih ikan liar
Pengisian air kolam dilakukan hingga ketinggian air mencapai 90 cm dari dasar
kolam. Air yang digunakan untuk proses budidaya berasal dari laut yang
kemudian masuk pada bak filter untuk dilakukan penyaringan secara mekanik
agar air yang digunakan terbebas dari kotoran dan mengurangi partikel-partikel
yang terbawa dari laut agar tidak mengendap di dasar kolam yang dapat
hingga mencapai ketinggian 90 cm. Pipa inlet berada di bagian pinggir bak
dengan diameter 5 cm, debit air yang dihasilkan sebesar 1,7L/detik. Dengan
meningkat. Hal ini juga diungkapkan oleh Zonneveld, et al., (1991) Semakin
tinggi debit yang dihasilkan maka kekuatan arus yang dihasilkan tinggi dan
tidak sulit untuk didapatkan karena Apri Hatchery mampu menghasilkan benih
kerapu cantang sendiri dari hasil hibrid. Benih kerapu cantang di Apri Hatchery
disediakan dari hasil pendederan yang dhasilkan sendiri. Benih dapat disediakan
tergantung dari kesiapan sarana dan prasarana pada bak beton untuk pembesaran.
Jumlah benih yang disediakan juga disesuaikan dengan kapasitas bak beton yang
(E. coioides), kerapu kertang (E. lanceolatus) dan kerapu cantang (Epinephelus
panjang total (TL) antara ukuran kelas kurang dari 30% (Hseu dkk.2003).
Benih kerapu cantang yang dipilih adalah benih yang sehat, peka terhadap
rangsang, organ tubuh lengkap dan terbebas dari penyakit. Ciri benih yang baik
adalah sehat, tidak cacat, berenang aktif dan warna tubuh cerah (Suburhan, 2003).
pendederan ikan kerapu adalah 70 ekor/m3 dengan rata-rata panjang ikan 9-12 cm
Benih yang berasal dari pembenihan yang dilakukan Apri Hatchery Bali
sebanyak 1200 ekor yang ditebar pada 2 bak kolam dengan ukuran 7-10 cm dan
berat 13-15 gram. Pemindahan benih kerapu dari bak pendederan ke bak
pembesaran dilakukan pada pagi hari. Hal ini dikarenakan suhu air yang relatif
rendah dan bertujuan untuk menghindari fluktuasi suhu yang terlalu tinggi yang
dapat menyebabkan ikan stress (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa
usaha budidaya dimana 75% biaya produksi terdiri dari pakan. Nutrisi dalam
pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kelangsungan hidup
(Akbar, 2002). Pemberian pakan dilakukan dengan pemusatan di satu titik, karena
saat makan ikan kerapu cantang akan bergerombol sehingga lebih mudah saat
pemberian pakan.
pakan lebih efektif jika dipusatkan pada satu tempat, maka ikan akan terlatih
untuk datang ke tempat pemberian pakan pada waktu pemberian pakan. Pakan
yang diberikan harus sesuai dengan dosis atau disesuaikan dengan nafsu makan
Ikan yang aktif berenang menangkap pakan pada saat pemberian pakan
menunjukkan bahwa ikan dalam keadaan sehat, sedangkan jika ikan berenang
sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 09. 00 WITA dan 16.00 WITA,
hal ini dikarenakan pada waktu tersebut merupakan waktu efektif untuk
pakan pellet dan rucah. Pemberian pakan yang berbeda jenis ini dilakukan untuk
pakan yang diberikan di Apri Hatchery pada tahap pendederan sebanyak 6% dari
berat biomassa 11.952 yaitu sekitar 681 gram/hari, sedangkan untuk pembesaran
jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat biomassa 64.944 gram yaitu
2 kg/hari. Menurut Komaruddin (2005), pada masa pendederan dosis pakan yang
diberikan adalah 6-8% dari biomassa, sedangkan pada masa pembesaran dosis
pakan yang diberikan adalah 3-5% dari biomassa. Aroma pakan harus disukai
oleh ikan karena akan berpengaruh terhadap daya mangsa ikan (Kurnia dkk.,
2002).
diperoleh dari pengepul ikan rucah yang telah di packing dengan berat 10
kg/kemasan. Pakan yang berupa ikan rucah dicuci bersih dan dipotong terlebih
dahulu sebelum diberikan pada ikan. Ikan rucah yangdiberikan terlebih dahulu
dibuang kepala dan isiperutnya (Ismi et al., 2013). Hal tersebut bertujuan agar
ikan kerapu cantang lebih mudah menangkap dan mengkonsumsi pakan tersebut
karena sesuai dengan bukaan mulutnya. Pemberian pakan ikan rucah diberikan
karena pada ikan rucah kandungan proteinnya cukup tinggi, sehingga sesuai
dengan kebutuhan nutrisi ikan kerapu (Siregar dan Adelina, 2008). Ikan rucah
lokasi lapang. Salah satu kendala yang dihadapi yaitu ketersediaan ikan rucah
penggunaan ikan rucah sebagai pakan terkendala oleh mutu ikan rucah tersebut.
Ikan rucah yang diberikan biasanya sudah tidak segar dan mengalami kemunduran
mutu (Prihadi, 2012). Kualitas ikan rucah yang buruk dapat menyebabkan
penurunan kualitas nutrisi yang ada dalam ikan rucah tersebut seperti asam lemak
Pakan buatan atau biasa dikenal dengan sebutan pellet adalah pakan yang
dibuat dari bahan nabati (tumbuhan) maupun hewani (hewan) dengan komposisi
tertentu, sehingga dihasilkan pakan yang mengandung gizi yang sesuai dengan
kebutuhan ikan (Akbar, 2002). Menurut Sutarmat dkk,. (2002) pemberian pakan
pellet memiliki beberapa kelebihan antara lain: Mudah diperoleh dalam jumlah
banyak dan kontinyu, mudah dalam penyimpanan dan tidak memakan banyak
untuk pakan ikan kerapu cantang di tempat PKL merupakan pellet komersil
seperti pada (gambar 4.13) dengan kandungan nutrisi seperti pada Tabel 4.1
telah dikalikan dengan berat rata-rata ikan yang kemudian hasil biomassa tersebut
dikalikan dengan dosis pakan. Dosis pakan yang diberikan yaitu 3% dari
biomassa.
meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral pada ikan berbeda
menurut jenis dan ukurannya (Gatlin, 2002). Kerapu cantang yang merupakan
ikan karnivor membutuhkan kandungan protein pakan yang lebih tinggi daripada
ukuran ikan. Kebutuhan protein ikan karnivor berkisar 40-55% menurut Satoh,
2002 dalam Methling, 2013. Hal senada juga dinyatakan oleh Handajani dan
Widodo (2010) bahwa grouper fish membutuhkan protein 44,5%. Nilai protein
yang terkandung pada Megami GR-4 cocok digunakan sebagai pakan ikan kerapu
karena telah memenuhi kebutuhan protein ikan kerapu. Ukuran pakan Megami
Kualitas dari perairan merupakan salah satu faktor pembatas dan penentu
parameter kualitas air tidak akan terlalu berbeda dalam satu musim, hanya saja
sulit untuk dikontrol. Pemantauan kualitas air perlu dilakukan secara berkala
dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiponan dilakukan untuk membersihkan
semua bagian bak. Mintardjo et al., (1984) menjelaskan air yang digunakan dalam
pembesaran kerapu di tambak harus berada dalam kondisi yang optimal karena air
merupakan media hidup dan ruang gerak, pembawa unsur hara mineral, vitamin
dan gas-gas terlarut serta merupakan media yang baik untuk pembentukan dan
Pengelolaan kualitas air dengan pergantian air yang tepat secara kualitas
dan kuantitas dapat menjadi salah satu jawaban dalam meningkatkan produktivitas
dalam sistem budidaya ikan kerapu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goddard
(1996) bahwa kepadatan yang tinggi harus didukung dengan pergantian air yang
tinggi. Pengelolaan air di Apri Hatchery dilakukan dengan cara pergantian air dan
segala arah baik di dalam air maupun difusinya atau pertukaran dengan udara dan
sehingga kadar atau daya racun dapat dikurangi (Kelabora, et al., 2010).
Pergantian air menggunakan sistem air mengalir secara terus menerus selama 24
pencegahan terhadap penyakit yang timbul dan mengurangi sisa-sisa pakan dan
Air yang digunakan selama budidaya diambil dari bak filter. Bak filter
merupakan bak yang berisi berbagai peralatan untuk proses filtrasi seperti batu
kali, kerikil serta pasir. Air yang berasal dari laut disalurkan pada bak filter untuk
disaring secara mekanik, setelah mengalami penyaringan air disalurkan pada bak
sehingga partikel–partikel yang tidak diinginkan tidak akan masuk ke dalam bak
penampungan air dan kualitas air akan semakin terjaga. Menurut Sugama dkk.
Menurut Supratno dan Kasnadi (2003) suhu optimal untuk budidaya ikan
diperoleh hasil sebesar 28-320C, sehingga suhu di tambak Apri Hatchery tersebut
kondisi ini masih aman bagi kehidupan ikan kerapu. Usaha Apri Hatchery untuk
kerapu.
Nilai ammonia pada bak pembesaran yaitu bernilai 0,5 mg/L. Hal tersebut
terjadi karena pemberian pakan padat. Selain itu kandungan ammonia yang besar
dapat berasal dari air laut yang digunakan. Menurut Soetomo (2000) kandungan
ammonia dalam sumber air tidak lebih dari 0,1 mg/L. Menurut Silaban, et
al., (2012), Kualitas air pemeliharaan dapat menurun dengan cepat karena sisa
nitrogen-ammonia dalam air laut berasal dari hasil metabolisme organisme hidup
dan proses dekomposisi organisme yang telah mati serta sisa-sisa makanan.
4.3.7 Pertumbuhan
di Apri Hatchery dilakukan selama 6-8 bulan. Pengukuran panjang dan berat
selama kegiatan Praktek Kerja Lapang dilakukan pada bulan ke-3 pemeliharaan.
efektifitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan kerapu yang dapat diketahui dari
tingkat pertumbuhan berat badan ikan kerapu. Menurut Kusriani dkk, (2012)
rumus FCR adalah jumlah seluruh pakan yang diberikan dibagi oleh berat biomas
akhir ditambah kematian yang dikurangi dengan berat awal. Untuk menunjang
data nilai konversi pakan, dapat dihitung pula rata-rata laju konsumsi pakan
perhari atau Feeding Rate (FR) dengan menggunakan rumus FR dari Handjani
dan Widodo (2010). Perhitungan nilai konversi pakan dan laju pakan adalah
sebagai berikut:
( -
Keterangan
Nilai konversi pakan yang diperoleh adalah 1,11. Nilai tersebut memiliki
pakan sebanyak 1,11 Kg.Nilai konversi yang dihasilkan tersebut bagus. Menurut
Haetami dkk, (2005) pertambahan berat badan yang semakin besar pada tingkat
konsumsi pakan yang sama akan menghasilkan nilai konversi yang semakin kecil,
sehingga semakin baik daya guna pakan. Sebaliknya, semakin tinggi nilai
( (
( ( ( (
( (
2 % (gr/hari)
Keterangan
GR : Growth Rate (Laju Pertumbuhan)
SGR : Specific Growth Rate (Laju Pertumbuhan Spesifik)
W1 : Berat selama pemeliharaan tertentu
W0 : Berat pada awal penebaran
t : Waktu pemeliharaan (hari)
keseluruhan rata-rata satu ekor ikan kerapu yang dipelihara selama 21 hari dalam
artinya setiap ekor ikan yang dibudidayakan pada kolam tersebut mengalami
pertumbuhan sebesar 2,61 gram/hari. Nilai SGR yang telah dihitung adalah
telah optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi (2001) bahwa laju
pertumbuhan kerapu dengan berat 200-300 gram sekitar 0,7-1,5% dan berat 50-
140 132
120 109
Berat Tubuh (gram)
100 86
77
80
60
40
20
0
1 2 Sampling Ke- 3 4
dari faktor abiotik dan biotik. Faktor nutrisi termasuk faktor biotik yang meliputi
pengontrol dan berat ikan mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu. Suhu air
organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah organisme yang
ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah (Setiawan dkk, 2013). Ikan
kerapu cantang yang ditebar berjumlah 509 ekor dengan berat 15gram/ekor.
Perhitungan dilakukan saat akhir masa pemeliharaan atau panen total. Jumlah ikan
kerapu cantang yang dipanen berjumlah 492 ekor dengan berat 250gram/ekor.
ini juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan
budidaya ikan. Jika ikan yang hidup saat panen banyak dan yang mati hanya
sedikit, tentu nilai SR akan tinggi, namun sebaliknya jika jumlah ikan yang mati
banyak sehingga jumlah yang masih hidup saat dilakukan pemanenan tinggal
sedikit tentu nilai SR akan rendah (Arifin et al., 2010). Untuk menentukan
sebagai berikut:
Keterangan:
SR : Survival Rate
Nt : Jumlah kerapu cantang pada periode tertentu selama pemeliharaan
N0 : Jumlah kerapu cantang pada awal tebar
manajemen budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas
air, parasit atau penyakit. Pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat
ikan. Menurut Hseu et al., (2003) faktor yang mempengaruhi mortalitas ikan
Salah satu kendala yang sering mengganggu dan merugikan dalam usaha
dibedakan menjadi dua macam yaitu penyakit non parasit dan parasit (Sitanggung
dan Sarwono, 2006). Gangguan penyakit non parasit biasanya berupa pencemaran
air seperti adanya gas beracun serupa asam belerang atau ammonia, kerusakan
akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Ikan yang sakit
penyakit. Apabila ikan kerapu terkena penyakit yang disebabkan parasit, biasanya
penyakit itu menyerang kulit, insang dan organ dalam (Sitanggang dan Sarwono,
2006).
Hal-hal yang menunjang pertumbuhan parasit dalam satu kolam antara lain
adalah makanan, kepadatan ikan yang tinggi dan kualitas air yang jelek. Masing-
masing dapat dijabarkan sebagai berikut: Apabila dalam satu kolam ditebarkan
ikan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya (kepadatannya tinggi) dengan
tersebut terserang penyakit. Apalagi jika kualitas air pada kolam tersebut jelek,
maka lebih mudah peluang ikan untuk terserang penyakit (Susanto, 1989).
pathogen yang dapat menyebabkan infeksi dan bersifat menular. Penyakit yang
semua ikan kerapu maupun air laut lainnya. Beberapa spesies vibrio
penyakit bila ikan mengalami luka fisik, luka akibat parasit dan stress
(Zafran et al.,1998).
a b
c
Gambar 4.15 Infeksi yang disebabkan oleh Vibrio sp. (a) Pengikisan operculum dan Lesi
pada operculum (b) Insang berwarna pucat (c) Tubuh berwarna pucat dan terdapat lesi
nodul
(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)
lainnya. Gejala umumnya dimulai dengan kelesuan dan hilangnya selera makan,
merah dan necrotic (mati), sakit seperti melepuh dapat terlihat pada permukaan
Bintik-bintik darah (Erythema) umum terjadi di sekitar sirip dan mulut. Ketika
saluran usus dan dubur menjadi berdarah dan terisi dengan cairan. semua gejala
ini dapat disebabkan oleh penyakit bakterial lainnya, dan bukan hanya oleh
Infeksi Vibrio. (Subasinghe, R. 2009). Penyakit ini bersifat akut atau sub akut.
Pada tingkat akut, rata-rata waktu kematian sekitar 4 hari dan dalam satu minggu
dapat mencapai mortalitas hingga 90% atau lebih. Dan gejala eksternal sering
Hatchery adalah: (1) Menjaga kebersihan dan higenies lingkungan kerja, (2)
dilanjutkan dengan treatmen air tawar yang dilakukan setiap pagi hari selama 30
menit saat pergantian air untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit pada
ikan yang sedang dibudidaya dan dapat menggunakan acriflavine dengan dosis
<0,1 ppm selama 15 menit jika penyebaran penyakit sudah parah (4) Segera
memisahkan ikan yang sakit dan mati agar tidak menyebar ke ikan yang sehat.
Gambar 4.16 Treatmen perendaman ikan kerapu cantang dengan air laut yang
ditambahkan Acriflavine
(Sumber: Data Primer Kegiatan PKL)
Pada saat PKL ikan kerapu yang terserang ektoparasit seperti terjadi pengelupasan
pada kulit, lesi atau rontok pada sirip ekor dan sirip dada di obati dengan cara
perendaman menggunakan air tawar selama 30 menit atau bisa juga menggunakan
4.5 Pemanenan
Ikan kerapu cantang dipasarkan dalam keadaan hidup (live fish) sehingga
kesehatan ikan harus tetap terjaga setelah panen. Ikan yang mengalami luka atau
ikan yang mati dapat menurunkan harga sampai setengahnya. Oleh karena itu
Panen yang dilakukan Apri Hatchery terdiri dari 2 cara yaitu panen
sebagian dan panen total. Panen sebagian merupakan panen yang dilakukan pada
panen sebagian atau panen selektif merupakan panen yang dilakukan terhadap
ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai permintaan konsumen. Panen
total merupakan panen yang dilakukan pada seluruh ikan yang dibudidayakan. Hal
tersebut juga dinyatakan oleh Taslihan et al., (2004) yang menjelaskan bahwa
panen total dilakukan bila permintaan pasar sangat besar dan ukuran ikan telah
karena mendekati waktu pengangkutan yang dilakukan pada malam hari. Hal
selama pengangkutan.
petakan sebesar 30% dari volume total. Pengambilan ikan dilakukan dengan cara
1-2 orang masuk kedalam kolam yang kemudian mengambil ikan menggunakan
jaring. Terlebih dahulu ikan yang akan dipanen disortir untuk memilah antara ikan
yang luka dan sehat, kemudian ikan ditaruh pada keranjang untuk di timbang
terlebih dahulu. Pada pemanenan sebagian yang dilakukan pada 1 kolam pada
umur 6 bulan didapatkan hasil panen dengan zise 4, artinya bahwa 1 Kg berisi 4
ekor ikan dengan berat masing-masing 250 gram/ekor. Total penen sebagian di
kondisi kerapu tetap terjaga yang kemudian dipindahkan ke dalam tangki yang
terdapat di atas mobil yang telah diberi aerasi. Purnomo et al., (2002) yang
pengangkutan terbuka. Hal yang sama diungkapkan oleh Taslihan et al., (2004)
dengan ukuran 120 x 120 x 120 cm yang telah diberi aerasi. Suhu air laut selama
waktu angkut maksimal 7 jam dan alat angkut yang digunakan berupa kendaraan
keuangan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai selama
kerapu. Nilai jual Kerapu Cantang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan
cepat berasal dari garis keturunan kerapu kertang sebagai tetua saat pemijahan.
103.604.000 dan 1.687.000. Biaya investasi merupakan biaya modal tetap yang
investasi.
produksi 2.250 Kg, sehingga pendapatan dari penjualan dalam 1 siklus adalah Rp
yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha (Afriyanto, 2009). Ratio B/C
harus paling sedikit 1,0 untuk tingkat bunga yang ditentukan sebelumnya yang
dijalankan dinyatakan layak, karena nilai B/C lebih dari 1. Hal tersebut dapat
Rp 1,171. Payback period adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui
satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Afriyanto, 2008). Dalam kegiatan usaha
tahun.
banyak produk yang harus dihaslkan, analisa BEP juga menentukan harga
dalamkegiatan usaha. Dalam kegiatan usaha pembesaran nilai BEP untuk produk
4.7 Hambatan
ikan tidak seragam dan mortalitas sebanyak 10%. Upaya penanggulangan yang
lain yaitu harga pasar untuk kerapu saat ini mengalami penurunan yang
disebabkan oleh hasil produksi melimpah sehingga harga jual menurun dan
komoditas ekspor saat ini sangat ketat dari segi kesehatan menyebabkan para
5.1 Kesimpulan
Kegiatan pembesaran ikan kerapu cantang (Epinephelus sp.) pada bak beton
9000 ekor. Pemberian pakan menggunakan 2 jenis yaitu ikan rucah dan pakan
buatan yang diberika dua kali sehari (pagi dan sore hari) dengan dosis 3% dari
menggunakan air tawar selama 30 menit setiap dua minggu sekali atau
sebagian yang dilakukan pada 1 kolam pada umur 6 bulan didapatkan hasil panen
dengan zise 4, artinya bahwa 1 Kg didapatkan 4 ekor ikan dengan berat masing-
masing ikan 250 gram/ekor. Total penen sebagian di Apri Hatchery sebanyak 240
selama pemeliharaan adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh parasit dan
bakteri seperti Vibrio sp. yang dapat menyebabkan kematian pada ikan dan harga
jual kerapu yang saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh hasil
produksi melimpah sehingga harga jual menurun dan komoditas ekspor saat ini
kerugian. Prospek usaha ikan kerapu cantang cukup menjanjikan dan layak untuk
dijalankan dengan nilai B/C 1,171 dengan BEP harga sebesar Rp 11.512 dengan
5.2 Saran
meningkatkan sistem imun tubuh ikan sehingga tidak mudah terserang penyakit
dan pemberian pakan tidak boleh telat agar ikan tidak mudah terserang penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Panji. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) Dalam Keramba Jaring Apung Dan Keramba
Jaring Tancap Di Perairan Karang Congkak, Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta
Abduh, M. 2007. Pembesaran Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung.
Ahmad, A. 2009. Estimasi daya Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomassa
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan Sulamadaha,
Maluku Utara (Suatu Pendekatan Pengelolaan Ekologis). Tesis. Sekolah
Pascasarjana. IPB. Bogor
Balai Budidaya Air Payau. 2012. Ikan Kerapu Cantang: Hibridasi Antara Ikan
Kerapu Macan Betina Dengan Ikan Kerapu Kertang Jantan. Balai
Budidaya Air Payau: Situbondo. http: http://bbapsitubondo.com. Diakses
29 September 2015.
Handjani, H,. dan Widodo, W. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang. Hal 69,
73, 122
Hasibuan, Z.A. 2007. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer dan
Teknologi Informasi. Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Indonesia.
Jakarta. 135 hal.
Heemstra PC, Randall JE. 1993. FAO species catalogue. Vol. 16. Groupers of the
world (Family Serranidae, subfamily Epinephelus). An annotated and
illustrated catalogue of the grouper, rockcod, hind, coral grouper and
lyretail species known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 16.
Rome, FAO
Hseu J.R., Chang H.F. and Ting Y.Y. 2003. Morphometric prediction of
cannibalism in larviculture of orange-spotted grouper, Epinephelus
coioides. Aquaculture 218, 203–207.
Ismi, S. 2014. Aplikasi Teknologi Pembenihan Kerapu Untuk Mendukung
Pengembangan Budidaya Laut. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis 6(1): 109-119.
Ismi, S., Y. Nirmala., Asih., D. Kusumawati. 2013. Peningkatan Produksi dan
Kualitas Benih Ikan Kerapu Melalui Program Hibridasi. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis 5(2): 333-342.
Jangkaru, Z. 2007. Memacu Pertumbuhan Gurami (Edisi Revisi). Penebar
Swadaya. Jakarta. 92 hlm.
Johnny, F. & D. Roza. 2009. Respon juvenil ikan kerapu lumpur, Epinephelus
coioides terhadap vaksin virus irido melalui perendaman. Prosiding
Seminar Nasional dan Kongres Bio logi XI II Yogyakarta. Hal. 389-393.
Kelabora, D. M., & Sabariah. 2010. Tingkat Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Larva Ikan Bawal Air Tawar (Collosoma sp) dengan Laju Debit Air
Berbeda pada Sistem Resirkulasi . Jurnal Akuakultur Indonesia 9 (1): 56-
60.
Khairunan dan Amri, 2003, Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Agro
Media. Jakarta
Komaruddin, U. 2005. Budidaya Ikan Kerapu di Tambak. Dinas Kelautan dan
Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya BBPBAP Jepara Jawa
Tengah, 25 hal
Kordi K, M.G.H. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius.
Yogyakarta. 115 hal.
Kurnia, B., A. Prihaningrum, dan S. Akbar. 2002. Pertimbangan Ekonomis
Pemberian Pakan Buatan pada Pendederan Ikan Kerapu Macan di Wadah
Terkendali. Makalah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Yogyakarta.
11-14 September 2002
Kusriani, Widjanarko. P., dan N. Rohmawati. 2012. Uji Pengaruh Sublementhal
Pestisida Diazinon 60EC terhadap Rasio Konfersi Pakan (FCR) dan
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyorinus carpio L.). Jurnal Penelitian Perikanan 1
(1) (2012) 36-42. ISSN: 2337-612x. Hal. 38
Malcolm, B. 2004. Cage Aquaculture. Fishing News Book. Ttd. Farnham, Surey,
England. http://as.wiley.com/.
Marzuqi M, Ni Wayan Widya Astuti, dan Ketut Suwirya. 2012. Pengaruh Kadar
Protein dan Rasio Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Kerapu
Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Jurnal Ilmu dan Teknolohi Kelautan
Tropis, vol 4. No 1, hal 55-65, Juni
Methling, C. 2013. Cardio-respiratory Physiology of the European Eel in Extreme
Environments. Marine Biological Section, Departemen of Biology PhD
School of Science, University of Copenhagen, Denmark. PhD Thesis.
Denmark. pp 13, 17
Mintardjo, K., Sunaryanto., Utaminingsih dan Herminingsih. 1984. Persyaratan
Tanah dan Air. Pedoman Budidaya Tambak, Departemen Pertanian.
Direktorat Jenderal Perikanan BBPBAP, Jepara.
Mustafa, A., Rachmansyah dan A. Hanafi. 2007. Kelayakan lahan untuk budi
daya perikanan pesisir. Dalam: Prosiding Simposium Nasional Hasil Riset
Kelautan dan Perikanan tahun 2007. Badan Riset Kelautan dan Perikanan,
Jakarta. hlm. 1-29
Silaban, Tio Fanta., Limin Santoso dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan
Kinerja Filter Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada
Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio). E-Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1 (1): 47-56
Susana, Tjutju. 2004. Sumber Polutan Nitrogen Dalam Air Laut. Oseana. Vol.
XXIX (3): 25-33
Susanto, H. 1992. Budidaya Ikan Gurami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 115 hal
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Provinsi Bali dan Lokasi Praktek Kerja Lapang di Apri
Hatchery Buleleng, Bali
PEMILIK USAHA
Bpk. Apri Iman Supi’i, S.Pi, M.Si
SEKRETARIS - BENDAHARA
Ibu Apri Iman Supi’i
TEKNISI
TEKNISI TEKNISI
PEMELIHARAAN
HATCHERY KERAPU CLOWNFISH
NENER
16 07-02-2017 09.00 29 8
13.00 31 8 - -
16.00 32 8
17 08-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
18 09-02-2017 09.00 28 8
13.00 31 8 - -
16.00 32 8
19 10-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
20 11-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
21 12-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
22 13-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
23 14-02-2017 09.00 29 8
13.00 31 8 4 0,5
16.00 32 8
24 15-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
25 16-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
26 17-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
27 18-02-2017 09.00 29 8
13.00 31 8 4 0,5
16.00 32 8
28 19-02-2017 09.00 28 8
13.00 30 8 - -
16.00 32 8
29 20-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
30 21-02-2017 09.00 28 8
13.00 31 8 - -
16.00 32 8
31 22-02-2017 09.00 29 8
13.00 30 8 4 0,5
16.00 32 8
Sumber : (Data Primer Kegiatan PKL, 2017)
74
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
75
75
PRAKTEK KERJA LAPANG TEKNIK PEMBESARAN IKAN… DHITA MAULIDA
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
1. Biaya Investasi
Umur
Harga dalam Penyusutan
Uraian Unit Teknis
No Unit (Rp) (Rp)
(bulan)
1 Lahan / tanah 1 780.000.000 - -
2 Instalasi Aerasi 3 20.000.000 120 170.000
Instalasi Pompa
3
Air Laut 2 30.000.000 120 250.000
4 Instalasi Listrik 1 2.000.000 120 17.000
5 Genset 3 10.500.000 120 88.000
6 Selang Plastik 100 m 1.000.000 24 42.0000
TOTAL 843.500.000 567.000
2. Biaya Tetap
3. Biaya Operasional
4. Pendapatan Usaha
produksi 2.250 Kg, sehingga pendapatan dari penjualan dalam 1 siklus adalah Rp
225.000.000,-.
5. Keuntungan
= Rp 121.396.000,-.
keuntungan
B/C Ratio =
biaya operasional
=
= 1,171
Usaha di atas dapat dinyatakan layak, karena nilai B/C >1, yaitu 1,171 yang
7. Payback Period
berikut:
biaya investasi
PP = 1 tahun
keuntungan
=
= 6,95 Tahun
BEP tidak hanya menganalisa seberapa banyak produk yang harus dihasilakn,
namun juga harga yang harus diterapkan dalam usaha. Berikut merupakan
biaya operasional
BEP (harga) =
total produksi
103.604.00 0
= 11.511,55
9.000
biaya operasioanal
BEP (produksi) =
harga jual
103.604.00 0
=
100.000
= 1.036,04
Jadi untuk mencapai titik impas dalam 1 siklus diperlukan penjualan dengan