I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, setiap daerah
telah menetapkan komoditas unggulan sesuai dengan potensi sumber daya dan
sosiologi masyarakat setempat. Pembangunan pangan dan perikanan memiliki peran
yang strategis dalam perekonomian daerah. Peran strategis pangan dan perikanan
tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam penyediaan bahan
pangan, bahan baku industri, distribusi dan konsumsi pangan, penyerapan tenaga
kerja, sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui praktek usaha yang
ramah lingkungan. Berbagai peran strategis pangan dan perikanan sejalan dengan
tujuan pembangunan perekonomian daerah, yaitu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan,
menyediakan lapangan kerja, serta memelihara keseimbangan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sub sektor lain yang memiliki
potensi besar adalah sektor perikanan. Kecamatan yang memiliki potensi perikanan
adalah Kecamatan Rambatan, X Koto, Batipuh, Batipuh Selatan, Lintau Buo, Lintau
Buo Utara, Padang Ganting dan Salimpaung. Perkembangan produksi sector
perikanan menurut kegiatan selama tahun 2015 – 2018 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1.
Produksi Perikanan menurut Kegiatan
di Kabupaten Tanah Datar Tahun 2014-2018 (Ton)
Dari tabel diatas terlihat bahwa produksi ikan mas, nila dan lele serta ikan
gurami mengalami peningkatan yang disebabkan tingginya minat masyarakat
membudidayakan ikan tersebut karena memiliki pangsa pasar yang luas serta
adanya bantuan paket benih dan pakan dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan
Kementerian Kelautan Perikanan RI.
Usaha pembesaran ikan tersebut membutuhkan dana tidak sedikit untuk
membiayai investasi dalam jangka panjang. Resiko usaha pada kegiatan
pembesaran ikan juga cukup besar. Untuk mengurangi resiko tersebut perlu
perhitungan yang tepat agar dana yang diinvestasikan dapat memberikan
keuntungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui biaya dan
pendapatan dari usaha yang dijalankan masih menguntungkan atau sebaliknya,
selain itu menganalisis kelayakan usaha untuk menyakinkan bahwa usaha tersebut
dapat dikatakan layak untuk dijalankan
I.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui besar biaya dan pendapatan usaha pembesaran ikan
nila, mas, lele, gurami dan tawes
b. Menganalis kelayakan usaha pembesaran ikan dilihat dari Break Even
Point (BEP)
pertambahan harga 30% dari BEP (BEP harga x 30%) = Rp 13.597 x 30% = Rp 4.079
harga penjualan setelah pertambahan 30% dari BEP (BEP Rp 13.597 + Rp 4.079 = 17.676
harga + pertambahan harga 30% dari BEP) =
pembulatan Rp.18.000
Aspek Teknis :
- Lahan Budidaya (Kolam terpal, beton, konvensional) ukuran luas min. 30 m2
- Ketinggian air kolam budidaya 70 – 80 cm
- Benih dari strain unggul
- Pakan spesifik lele kualitas baik (protein min. 32%)
- Treatmen pakan dengan cara dibibis menggunakan probiotik dan molase
- Masa budidaya maksimal 2 bulan (60 hari) pemeliharaan
pemeliharaan
- 2000 ekor x 20% (tingkat kematian ikan) = 1.600 ekor
- masa pemeliharaan ikan nila selama 5 bulan menghasilkan 4 ekor/kg
- 1600 ekor : 4 = 400 kg
pertambahan harga 30% dari BEP (BEP harga x 30%) = Rp. 18.875 x 30% = Rp 5.663
harga penjualan setelah pertambahan 30% dari BEP (BEP Rp. 18.875 + Rp 5.633 = Rp 24.538
harga + pertambahan harga 30% dari BEP) =
pembulatan Rp.25.000
pemeliharaan
- 1500 ekor x 20% (tingkat kematian ikan) = 1.275 ekor
- masa pemeliharaan ikan selama 10 bulan menghasilkan 1 kg/ekor
- 1275 ekor : 1 kg = 1275 kg
pertambahan harga 30% dari BEP (BEP harga x 30%) = Rp 27.548 x 30% = Rp 8.265
harga penjualan setelah pertambahan 30% dari BEP (BEP Rp 27.548 + Rp 8.265 = Rp 35.813
harga + pertambahan harga 30% dari BEP) =
pembulatan Rp.36.000
pemeliharaan
- 2000 ekor x 20% (tingkat kematian ikan) = 1.600 ekor
- panen ikan 2 ekor/kg
- total panen 1600 : 2 = 800 kg
pertambahan harga 30% dari BEP (BEP harga x 30%) = Rp 18.906 x 30% = Rp 5.672
harga penjualan setelah pertambahan 30% dari BEP (BEP Rp 18.906 + Rp 5.672 = Rp 24.578
harga + pertambahan harga 30% dari BEP) =
pembulatan Rp.25.000
pemeliharaan
- 2000 ekor x 20% (tingkat kematian ikan) = 1.600 ekor
- masa pemeliharaan ikan tawes selama 5 bulan menghasilkan 5 ekor/kg
- 1600 ekor : 5 = 320 kg
Harga Panen / kg = Rp. 20.000,-
Total Panen Rp.20.000 x 320 kg 6.400.000
pertambahan harga 30% dari BEP (BEP harga x 30%) = Rp 18.843 x 30% = Rp 5.663
harga penjualan setelah pertambahan 30% dari BEP (BEP Rp 18.843 + Rp 5.663 = Rp 24.496
harga + pertambahan harga 30% dari BEP) =
pembulatan Rp.24.500
pemeliharaan
- 2000 ekor x 20% (tingkat kematian ikan) = 1.600 ekor
- masa pemeliharaan ikan nila selama 6 bulan menghasilkan 2 ekor/kg
- 1600 ekor : 2 = 800 kg
pertambahan harga 30% dari BEP (BEP harga x 30%) = Rp 13.813 x 30% = Rp 4.144
harga penjualan setelah pertambahan 30% dari BEP (BEP Rp 13.813 + Rp 4.144 = Rp 17.956
harga + pertambahan harga 30% dari BEP) =
pembulatan Rp.18.000
aspek teknis
- dalam 4 kali panen ( 1 tahun), dari jumlah pasangan indukan 20, diasumsikan masing-masing
menghasilkan 40.000 telur. Dengan asumsi keberhasilan 50%
- panen benih dapat dilakukan 1 - 2 bulan setelah pemeliharaan (ukuran 5 - 8 cm)
aspek teknis
- induk yang digunakan 2 paket (100 jantan : 600 betina)
- keperluan pakan induk selama 1 tahun : 700 ekor x 300 gram/ekor = 210.000 gram = 210 kg x 30% = 6,3 kg x
365 hari = 2.300 kg
- lama pemijahan 10 hari. Dalam 1 bulan, 2 kali pemijahan dan 1 kali pematangan gonad
- larva dihitung dalam satuan liter. Jumlah larva tiap liter sekitar 40.000 ekor
- jumlah larva/2 paket/bulan adalah 4 liter x 40.000 ekor. Jadi untuk 1 paket selama 1 tahun, sama dengan
160.000 ekor x 2 kali x 12 bulan = 3.840.000 ekor
- keperluan pakan pendederan selama 1 tahun : 4.840.000 ekor x 1 gram/ekor = 3.840 kg x 10% = 384kg x 30
hari = 11.520 kg. Bobot benih 1 gram adalah perkiraan nilai tengah antara larva (0,02 gram/ekor) hingga
ukuran 3 - 5 cm (sekitar 1,5 gram)
- jumlah benih yang dihasilkan sebanyak 2.880.000 ekor (ukuran 3,5 cm, berat 1,5 gram)
- biaya packing dibebankan kepada pembeli sekitar Rp. 1000/kantong
pertambahan harga 30% dari BEP (Rp. 46,26 x 30%) =Rp. 13,88
harga penjualan setelah pertambahan 30% dari BEP (Rp. 46,26 + Rp. 13,88) =Rp60,14
aspek teknis
- perkiraan hasil sekali bertelur sepasang induk = 10.000 ekor
- perkiraan hidup anak koi = 60% x 10.000 ekor = 6.000 ekor
- kemungkinan hidup anak koi (burayak) sampai umur 3 bulan dengan survey rate (SR)
70% x 6.000 ekor = 4200 ekor (ukuran 5 - 8 cm)
LAPORAN
ANALISA HARGA IKAN KONSUMSI
DI KABUPATEN TANAH DATAR
Dibuat Oleh:
Ir. DALIUS.M.NUR
NIP : 19621231 199103 1 057
Kepala Bidang Perikanan Budidaya dan Tangkap
Dinas Pangan dan Perikanan Kab. Tanah Datar