Anda di halaman 1dari 12

Buku yg Menjawab Keresahan

MENGAPA PENYULUHAN PERIKANAN ITU


PENTING?

KORPS PENYULUH PERIKANAN


KABUPATEN TEMANGGUNG
2021
Halaman 0
MENGAPA PENYULUHAN PERIKANAN PENTING?

ABSTRAK

Penyuluhan perikanan adalah pendidikan non formal yang ditujukan


kepada masyarakat perikanan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam bidang kelautan dan perikanan.
Kegiatan penyuluhan diharapkan mendorong terwujudnya masyarakat
perikanan menuju kehidupan lebih layak, berusaha yang lebih
menguntungkan, dan kehidupan yang lebih sejahtera. Beberapa
alasan yang menjadikan penyuluhan perikanan itu sangat penting,
berupa: (a) amanat peraturan perundang-undangan: (b) secara
biofisik, sifat, karakteristik, dan bentuk kegiatan perikanan
dan kelautan sangat spesifik; dan (c) peran strategis penyuluhan
perikanan dalam pembangunan masyarakat perikanan yang mandiri
dan berdaya saing.

A. PENYULUHAN PERIKANAN SEBAGAI AMANAT PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN

Negara kita dikaruniai dengan kekayaan alam yang


berlimpah, sehingga pemanfaatannya secara optimal akan dapat
mendorong tercapainya kualitas hidup manusia. Undang-undang
Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) dengan jelas menyatakan bahwa:
”Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”, termasuk di dalamnya kekayaan dan sumber
daya kelautan dan perikanan.

Dilihat dari aspek legislasi banyak peraturan perundang-


undangan yang menaungi keberadaan penyuluhan perikanan,
berupa:

1. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 Pasal 25A, dan Pasal 33 ayat (3), dan ayat (4),
diamanahkan beberapa kewajiban yang harus dilakukan
pemerintah terkait penyelenggaraan penyuluhan, yakni:

Halaman 1
- Menjaga kelestarian ekosistem perairan, wilayah daratan,
wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil dan
pengelolaan manfaatnya sebagai bagian dari sumber daya
alam yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan kekayaan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi
yang akan datang.

- Pengelolaan ekosistem perairan, wilayah daratan, wilayah


laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan
dan berwawasaan global, dengan memperhatikan aspirasi
dan partisipasi masyarakat, dan tata nilai bangsa yang
berdasarkan norma hukum sebagai potensi sumber daya
alam yang tinggi, dan sangat penting bagi pengembangan
sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan penyangga
kedaulatan bangsa.

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 junto. Undang-Undang


Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, sebagaimana
tercantum pada:

- Pasal 57 ayat (1):

Pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan


penyuluhan perikanan untuk meningkatkan pengembangan
sumber daya manusia di bidang perikanan,

- Pasal 60 ayat (1)

Pemerintah memberdayakan nelayan kecil dan pembudidaya


ikan kecil melalui:

 Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan


bagi nelayan kecil serta pembudidaya ikan kecil untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang
penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran
ikan (Pasal 60 ayat (1) huruf b).

 Penumbuhkembangan kelompok nelayan kecil, kelompok


pembudidaya ikan kecil, dan koperasi perikanan (Pasal
60 ayat (1) huruf c).

Halaman 2
 Pemberdayaan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dlakukan
oleh masyarakat (Pasal 60 ayat (2)).

3. Undang–Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan


Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, sebagaimana tercantum
pada:

- Pasal 3

Fokus kegiatan penyuluhan adalah pada pengembangan


sumber daya manusia, sedangkan fokus sasarannya adalah
pada pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha serta
sumber daya manusia lain yang mendukungnya. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3, Undang-undang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan,
bahwa tujuan pengaturan sistem penyuluhan meliputi:

 Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal


sosial guna memperkuat pengembangan pertanian,
perikanan dan kehutanan yang maju dan modern dalam
sistem pembangunan yang berkelanjutan;

 Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam


peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha
yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan
potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran dan
pendampingan serta fasilitasi.

 Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan


sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama
pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan.

- Pasal 4

Fungsi sistem penyuluhan perikanan meliputi:


(a) memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan
pelaku usaha; (b) mengupayakan kemudahan akses pelaku
utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi,
dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan

Halaman 3
usahanya; (c) meningkatkan kemampuan kepemimpinan,
manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku
usaha; (d) membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi
ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan
tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan; (e)
membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta
merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku
utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha; (f)
menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha
terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan (g)
melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan perikanan
yang maju dan modern bagi pelaku utama secara
berkelanjutan.

4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 junto Undang-Undang Nomor


1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, sebagaimana tercantum pada:

- Pasal 47:

Pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan


penyuluhan pengelolaan wilayah peasisir dan pulau-pulau
kecil untuk meningkatkan pengembangan SDM di bidang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

- Pasal 48:

Pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan, pelatihan,


dan penyuluhan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil dapat bekerja sama dengan berbagai pihak,
baik di tingkat nasional, maupun di tingkat
internasional.

Halaman 4
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
sebagaimana tercantum pada:

- Pasal 1 angka 1:

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber


hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

- Pasal 18:

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam memenuhi


kebutuhan Pangan berkewajiban: a. mengatur,
mengembangkan, dan mengalokasikan lahan pertanian dan
sumber daya air; b. memberikan penyuluhan dan
pendampingan; c. menghilangkan berbagai kebijakan yang
berdampak pada penurunan daya saing; dan d. melakukan
pengalokasian anggaran.

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, sebagaimana tercantum pada:

- Lampiran Y

Sub Urusan Pengembangan Sumber Daya Manusia Masyarakat


Kelautan dan Perikanan, yang terdiri dari: a)
Penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional. b)
Akreditasi dan sertifikasi penyuluh perikanan. c)
Peningkatan kapasitas SDM masyarakat kelautan dan
perikanan; menjadi kewenangan yang hanya dimiliki oleh
Pemerintah Pusat.

Halaman 5
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, sebagaimana
tercantum pada:

- Pasal 112 ayat (3):

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah


Daerah Kabupaten/Kota memberdayakan masyarakat Desa
dengan: a. menerapkan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, teknologi tepat guna, dan
temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan pertanian
masyarakat Desa; b. meningkatkan kualitas pemerintahan
dan masyarakat Desa melalui pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan; dan c. mengakui dan memfungsikan institusi
asli dan/atau yang sudah ada di masyarakat Desa.

B. SECARA BIOFISIK, SIFAT, KARAKTERISTIK, AN BENTUK KEGIATAN


KELAUTAN DAN PERIKANAN SANGAT SPESIFIK

Secara biofisik, sifat, karakteristik, dan bentuk


kegiatan kelautan dan perikanan sangat spesifik dengan
ketergantungan tinggi terhadap musim dan iklim sehingga dalam
pengelolaan sumberdaya menjadi kompleks dan cukup pelik,
yaitu:

1. Kegiatan kelautan dan perikanan berisiko tinggi (risky),


sehingga harus dapat menjadi layak kelola (manageable);

2. Kegiatan kelautan dan perikanan relatif membutuhkan


investasi tinggi (relatively high investment), sehingga
harus menjadi layak akses (accessible); dan

3. Kegiatan kelautan dan perikanan cenderung membutuhkan


penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang spesifik
(specific knowledge and technology), sehingga harus adaptif
dan aplikatif di tingkat pengguna (adaptable and
applicable).

4. Tingginya variabilitas dalam kegiatan kelautan dan


perikanan berdampak pada tingginya keberagaman penyebaran
penggunaan dan penanganan sumberdaya alam, yang berbeda

Halaman 6
dengan usaha non kelautan dan perikanan yang relatif
seragam.

5. Dalam pengelolaan aspek kelautan, maka penanganannya


merupakan bagian yang integral dan tidak dapat dipisah dari
aspek perikanan. Di samping itu, secara khusus pengelolaan
kelautan sangat terkait dengan aturan internasional,
seperti UNCLOS 82-UU No. 17/85 termasuk zona ekonomi
eksklusif (ZEE), Agenda of Science for Environment and
Development into the 21st Century (ASCEND 21/Agenda 21),
aturan illegal, unreported, and unregulated fishing (IUU),
serta Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF),
yang didalamnya terdapat isu-isu strategis yang berhubungan
dengan kedaulatan bangsa dan negara, antara lain isu batas
negara, pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan,
serta pengelolaan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam
pulau-pulau kecil;

6. Secara keilmuan, eksistensi ilmu kelautan dan perikanan


yang tersebar di berbagai perguruan tinggi merupakan
kecabangan ilmu tersendiri, termasuk fungsi penyuluhan
perikanan.

C. PERAN STRATEGIS PENYULUHAN PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN


MASYARAKAT PERIKANAN YANG MANDIRI DAN BERDAYA SAING

Penyuluhan perikanan adalah pendidikan non formal yang


ditujukan kepada masyarakat perikanan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam bidang perikanan.
Kegiatan penyuluhan diharapkan mendorong terwujudnya
masyarakat perikanan menuju kehidupan lebih layak, berusaha
yang lebih menguntungkan, dan kehidupan yang lebih sejahtera
(Hanan dkk, 2013).

Nurmalia dkk (2013) menjelaskan bahwa Penyuluh Perikanan


memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya peningkatan
perekonomian masyarakat khususnya di bidang kelautan dan
perikanan, karena dalam pelaksanaan tugas dan tanggung

Halaman 7
jawabnya merupakan tenaga yang banyak berhubungan langsung
dengan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan di lapangan.

Fokus kegiatan penyuluhan adalah pada pengembangan sumber


daya manusia, sedangkan fokus sasarannya adalah pada
pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha. Melalui penyuluhan
diharapkan dapat terwujud peningkatan wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan sikap, baik teknis maupun non teknis untuk
pengembangan usahanya (Slamet, 2010).

Menurut Hanan dkk (2012), kegiatan penyuluhan perikanan


merupakan upaya untuk mengatasi kesenjangan kompetensi yang
dibutuhkan pelaku utama dan pelaku usaha dalam pengelolaan
usahanya. Kesenjangan kompetensi tersebut berupa aspek
perilaku, yaitu: masalah kognitif (pengetahuan), masalah
psikomotorik (keterampilan) dan masalah afektif (sikap dan
nilai-nilai).

Materi penyuluhan yang disampaikan oleh seorang penyuluh,


harus selalu mengacu kepada kebutuhan yang telah dirasakan
oleh masyarakat sasarannya. Permasalahan-permasalahan dan
aspek-aspek terkini yang sedang dihadapi pelaku utama dan
pelaku usaha perikanan merupakan titik awal dalam penentuan
materi/informasi penyuluhan perikanan (Hanan dkk, 2012).

Proses penyuluhan harus dimulai dari pemahaman masyarakat


terhadap potensi dan masalah yang dihadapinya, sehingga
terdorong untuk mengupayakan pemecahan masalah melalui
pengembangan semua potensi yang dimilikinya. Pada tahap inilah
dimulai peran seorang penyuluh berupa fasilitasi, pengawalan,
mobilisasi, pembentukan jaringan kerja dan kelembagaan pelaku
utama dan pelaku usaha perikanan (Razi, 2014).

Menurut Hanan (2011), penyuluhan perikanan


diselenggarakan sesuai dengan fisolofi dan prinsip-prinsip
penyelenggaraan penyuluhan. Prinsip-prinsip tersebut dapat
mencakup: prinsip otonomi daerah dan desentralisasi, prinsip
kemitrasejajaran, prinsip demokrasi, prinsip kesejahteraan,
prinsip keswadayaan, prinsip akuntabilitas, prinsip integrasi,

Halaman 8
dan prinsip keberpihakan kepada kepentingan serta aspirasi
pelaku utama perikanan.

Hudoyo (2011), menjelaskan strategi penyuluhan merupakan


hal yang penting dalam mendekatkan penyuluh dan sasaran,
dengan cara: (a) menstimulasi aktivitas mental dan fisik
sasaran penyuluhan sehingga muncul kebutuhan untuk belajar,
dan (b) memberi kesempatan belajar bagi sasaran penyuluhan
sesuai dengan masalah dan kebutuhannya.

Menurut Amanah (2008), perubahan yang perlu diantisipasi


melalui strategi penyuluhan, meliputi: (a) perubahan kondisi
sumber daya; (b) perubahan skala prioritas pembangunan; (c)
permasalahan, aspek-aspek terkini dan tuntutan kebutuhan
masyarakat perikanan, serta (d) perubahan teknologi dan
modernisasi di bidang perikanan.

Kompleksitas masalah di bidang kelautan dan perikanan


memerlukan koordinasi dan sinkronisasi lintas sektoral.
Penyuluh yang kompeten dengan keahlian yang handal sebagai
penggerak pembaharuan dan mitra sejajar bagi pelaku utama
sangat diperlukan. Peran penyuluh hendaknya tidak semata untuk
mengejar pertumbuhan (produksi), namun yang lebih
diprioritaskan adalah aspek penyadaran pelaku utama,
pengembangan kapasitas dan motivasi pelaku utama untuk
mewujudkan tata kehidupan yang lebih bermartabat melalui
penerapan usaha perikanan yang berkelanjutan. Pemahaman
keberlanjutan pengelolaan usaha perikanan meliputi dimensi
sosial, ekonomi, lingkungan, dan pengembangan teknologi yang
tepat secara berkelanjutan.

Halaman 9
REFERENSI

Amanah, S. (2008). Sistem Penyuluhan Perikanan dalam


Mengantisipasi Era Perubahan. Jurnal Penyuluhan, Vol. 4
No.2: 140-151.

Amanah, S., Fatchiya, A. dan Syahidah, D. (2004). Pemodelan


Penyuluhan Perikanan pada Masyarakat Pesisir melalui
Pendekatan Partisipatif. Bogor: Departemen SEI, FPIK –
Institut Pertanian Bogor.

Hanan, A. (2011). Modul Dasar-Dasar Penyuluhan Perikanan. Modul


Pelatihan Dasar bagi Penyuluh Perikanan Ahli. Jakarta: Pusat
Pelatihan Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

Hanan, A., Sinaga, W.H. dan Nurmalia, N. (2012). Hubungan


Karakteristik Pelaku Utama Perikanan dengan Kebutuhan Materi
Penyuluhan Perikanan (Studi Kasus di Kabupaten Purbalingga
Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Penyuluhan Perikanan dan
Kelautan, Vol. 6 No.1, 1-13.

Hanan A., Sinaga, W.H., Nurmalia, N. dan Leilani, A. (2013).


Analisis Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya Ikan Lele
Sangkuriang pada Anggota Kelompok Ranca Kembang di Kecamatan
Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Jurnal Penyuluhan
Perikanan dan Kelautan, ISSN 1978-6514, Vol.7 No.1: 1-15.

Hudoyo, M.W. (2011). Modul Metode Penyuluhan Perikanan. Modul


Pelatihan Dasar bagi Penyuluh Perikanan Ahli. Jakarta, Pusat
Pelatihan Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

Nurmalia, N., Leilani, A. dan Zaidy, A.B. (2013). Persepsi


Pelaku Usaha Perikanan terhadap Kinerja Penyuluh Perikanan.
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan, ISSN 1978-6514,
Vol. 7 No. 1, 16-25.

Razi, F. (2014). Learning Competence: Pemberdayaan Masyarakat


Perikanan dalam Pengelolaan Usaha Perikanan. Jakarta: Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.

Slamet, M. (2010). Menuju Pembangunan Berkelanjutan melalui


Implementasi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Halaman 10

Anda mungkin juga menyukai