Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG

MANAJEMEN AGRIBISNIS PERIKANAN

Di susun oleh :

Tantri Silvani (180254245008)

Annisa Nabilah (180254245009)

Ardiansyah (180254245003)

Dosen pengampu :

Fitria Ulfa, SP. MM

Haidawati, S.Pi., M.Si

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan
praktikum lapangan ini .

Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan bagi


para pembaca,

Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada dosen pengampu
mata kuliah ekonomi mikro untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan lapora ini

Tanjungpinang Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan praktikum
BABII TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PRAKTIKUM LAPANG
3.1 Lokasi dan waktu praktikum
3.2 Tekhnik pengambilan data
3.3 Analisa data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Usaha
4.2 Manajemen produksi usaha
a. Perencanaan produksi
b. Pengorganisasian dan rencana produksi
c. Pengawasan produksi
d. Evaluasi dan pengendalian produksi
e. Pemasaran
4.3 Mata rantai usaha
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PRAKTIK LAPANG EKONOMI MIKRO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Bintan memiliki potensi di bidang kelautan dan perikanan yang
cukup besar baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hal ini karena
wilayah Kabupaten Bintan sebagian besar adalah wilayah laut dengan luas yang
mencapai 57.874,00 km² dan daratannya terdiri dari pulau-pulau yang secara
langsung menciptakan garis pantai yang sangat panjang mencapai 966,54 km² dengan
begitu mata pencaharian masyarakat pesisir bergantung pada laut, seperti hal nya
salah satu desa di kabupaten bintan yakni desa pengudang.
Desa Pengudang ialah desa yang terletak di Kecamatan Telok Sebong, Desa
Pengudang memiliki banyak sumberdaya, yang banyak dimanfaatkan. Mmemiliki
sumberdaya alam yang berlimpah salah satunya di sektor perikanan, ini dapat di lihat
dari banyaknya pendirian rumah penangkapan ikan teri (kelong) di sepanjang
perairan.
Kelong merupakan alat tangkap yang banyak di operasikan oleh penduduk di
Pengudang Kabupaten Bintan, alat tangkap tradisional, yang terbuat dari rangkaian
kayu, dalam pengoperasiannya . Menggunakan cahaya lampu sebagai penarik
perhatian ikan, agar cahaya ini dapat memikat perhatian ikan dengan maksimal, maka
pengoperasian kelong dilakukan pada malam hari Ikan tertarik pada cahaya melalui
penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal region pada otak) Peristiwa
ikan tertarik pada cahaya disebut fototaksis (Ayodhyoa, 1981). Cara pengoperasian
alat tangkap ini adalah memanfaatkan arus pasang dengan tujuan pengkapan ikan-
ikan kecil yang terbawa arus seperti ikan teri (Stolephorus sp) .
Beberapa masyarakat desa pengudang bergantung pada usaha kelong bilis,
baik sebagai pemilik kelong langsung, maupun buruh pekerja kelong. Karena hasil
tangkapan kelong yang lumayan menjanjikan. dalam penulisan laporan ini, bertujuan
untuk mengetahui subsistem apa saja yang terkait dalam usaha kelong menganalisis
prosedur usaha kelong yang di geluti masyarakat di desa pengudang.
1.2 .Rumusan Masalah
1. Profil Usaha kelong dalam bisnis perikanan di desa pengudang
2. Bagaimana Manajemen produksi usaha Kelong yang terdapat di
desa pengudang
3. Gambaran mata rantai usaha kelong di desa pengudang

1.3 Tujuan
 Guna memperlancar Mata Kuliah Manajemen Agribisnis Perikanan,
maka diperlukan kegiatan praktikum untuk melengkapi teori yang
sudah diberikan pada saat perkuliahan. Sehingga manajemen
agribisnis perikanan adalah ilmu mengatur suatu kesatuan kegiatan
yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,
pengolahan hasil, dan pemasaran yang kaitannya dengan bidang
perikanan.

 Praktikum manajemen agribisnis perikanan diperlukan agar praktikan


dapat memahami perilaku manajemen terutama di bidang usaha
perikanan sehingga praktikan mampu menerapkan aspek-aspek
manajemen dalam bisnis perikanan.

1.4 Manfaat Praktikum Manajemen Agribisnis Perikanan


1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang
manajemen agrobisnis serta meningkatkan keahlian dalam usaha
manajemen agrobisnis
2. Memberikan pengalaman untuk meningkatkan ketrampilan
mahasiswa dalam pengelolaan usaha.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut UU Perikanan No 31 tahun 2004 bahwa pengelolaan perikanan


adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan
perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau
otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya
hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Dalam kaitan dengan pengelolaan
perikanan tangkap perlu adanya pengelolaan secara arif, bijaksana dan terintegrasi
karena kompleksitasnya permasalahan. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem
yang terdiri dari beberapa komponen atas elemen atau subsistem yang saling
berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya disebut dengan bisnis
perikanan.

Menurut (Monintja 1987) Apabila pengembangan perikanan di suatu wilayah


perairan ditekankan pada perluasan kesempatan kerja, maka teknologi yang perlu
dikembangkan adalah jenis unit penangkapan ikan yang relatif dapat menyerap
tenaga kerja banyak, dengan pendapatan per nelayan memadai.

Selanjutnya menurut Monintja (1987), dalam kaitannya dengan penyediaan


protein untuk masyarakat Indonesia, maka dipilih unit penangkapan ikan yang
memiliki produktivitas nelayan per tahun yang tinggi, namun masih dapat
dipertanggungjawabkan secara biologis dan ekonomis. Kaitan pengembangan
perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti yang diungkapkan oleh Monintja
(2001) sistem agribisnis perikanan tangkap meliputi : (1) Sub sistem pengadaan dan
penyaluran sarana produksi, (2) Sub sistem prasarana, (3) Sub sistem usaha
penangkapan, (4) Sub sistem pengolahan/agroindustri, (5) Sub sistem pembinaan, dan
(6) Sub sistem pemasaran.
BAB III
METODE PRAKTIKUM LAPANG

3.1 Lokasi dan waktu praktikum


Praktikum lapang dilakukan di Desa Pengudang Kecamatan teluk sebong,
Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau terhitung 3 hari dari tanggal 13
desember/15 desember 2019 dan waktu pengambilan data dimulai dari pukul 09.00
sampai dengan 17.00 wib

Desa Pengudang terletak di Pulau Bintan. Tepatnya Kecamatan Teluk Sebong,


Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Desa ini berbatasan dengan Laut China
Selatan di Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Toapaya Utara di Sebelah Selatan,
Desa Berakit di Sebelah timur, dan berbatasan juga dengan Desa SriBintan di
Sebelah barat.
Akses perjalanan dari Kota Tanjungpinang menuju Pengudang memakan
waktu kurang lebih sekitar 55 menit lamanya jika melewati Lintas Barat jika
menggunakan sepeda motor.
3.2 Tekhnik pengambilan data

1. OBSERVASI
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
lagsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan di
teliti.
2. WAWANCARA
Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan langsung
responden .untuk mendapatkan data yang lebih akurat
3. STUDI PUSTAKA
Studi pustaka dilakukan untuk mengungkap sumber sumber data
ataupun judul yang berkaitan mendalami berdasarkan landasan teori

3.3 Analisa data


1. Data primer
adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok
(orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil
pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan
data dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode survei) atau penelitian
benda (metode observasi)
2. Data skunder
adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau
secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau
arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara
umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan
cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca
banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Usaha
No. Profil Usaha
1. Nama usaha Bilis Kering Pak Miswan
2. Lokasi usaha Pesisir pantai pengudang
3. Bentuk usaha Perikanan Tangkap
4. Produk yang di hasilkan Ikan Bilis (Stolephorus sp).

Usaha kelong bilis pak miswan merupakan salah satu jenis usaha produksi yang
bergerak di bidang perikanan tangkap. Usaha kelong bilis yang di jalankan oleh
bapak miswan dan anaknya, syafrizal serta 2 anggota lainnya , Kelong pak miswan
berlokasi di pinggir kanan dari arah pelantar pelabuhan pengudang pada saat angin.
Usaha kelong bilis ini sudah bergerak dari 2 tahun yang lalu dan memproduksi ikan
bilis yang sudah kering. Dahulu pak miswan hanyalah nelayan biasa yang menangkap
ikan dengan menjaring setelah syafrizal anak bungsu dari pak miswan tamat S1 pak
miswan memiliki dana sendiri untuk membeli kelong milik adik ipar nya seharga 120
juta (2 tahun yang lalu) Sudah lengkap dengan mesin, jaring, kawah, serta alat
pemasak. Dalam satu tahun Kelong hanya beroperasi selama delapan bulan. Selama
empat bulan Kelong istirahat melaut karena musim hujan dan badai. Tangkapan
utama kelong adalah ikan bilis atau ikan teri, selebihnya bisa juga dapat ikan, sotong
dan lain-lain.
4.2 Manajemen produksi usaha
1.. Perencanaan produksi
 Pemilihan komoditas
: Waring, mesin ,tali menali serokan, pompon,
 Lokasi produksi
: Penangkapan ikan dan pemasakan di atas kelong (laut)
Penjemuran bilis di pelantar /halaman
 Fasilitas persediaan
: kawah, tungku, batu es,
 Perencanaan desain produksi
: Kemasan plastik opp

2. Pengorganisasian dan rencana produksi


 Pasokan input bahan baku.
Penyedia alat penangkapan ikan Seperti jaring, tali menali kintau di beli dari
pasar di Tanjungpinang sekitaran pasar bawah pelantar serta di pasar uban. berikut
daftar harga barang maupun kebutuhan yang di perlukan dalam satu buah kelong
apung tidak termasuk harga kayu, pelampung, pemberat, jangkar dan lain lain :
No Kebutuhan Kelong Harga
1. Jaring waring Rp. 3.000.000,-
2. Mesin penarik jangkar Rp. 5.000.000,-
3. Mesin penarik tangkul/jaring Rp. 5.000.000,-
4. Kawah dan tungku Rp. 1.000.000,-
5. Lampu 200 watt Rp. 500.000,-
6. Kajang Rp. 60.000,-
7. Pompong 30 GT Rp. 15.000.000,-
8. Tali menali Rp. 1.500.000,-
9. Serokan Rp. 150.000,-
10. Kintau Rp.80.000,-
11. 65 Drum Rp. 8.125.000,-
12. Mesin dompeng Rp. 3.570.000,
13. Box Rp.70.000,-
14. Batu es Rp. 40.000,-
15. Plastik opp (orientedpolystren) Rp.84.000,-
Kelong milik pak miswan sudah tersedia lengkap saat pertama kali di beli,
hanya sedikit mengalami perawatan Penggantian jaring yang rusak, pengisian
Oksigen pada drum yang bocor, perawatan mesin dll
 Modal
Usaha kelong bilis kering pak miswan mendapatkan modal dari dana pribadi
 Tenanga kerja
Usaha kelong bilis milik pak miswan memiliki 2 anggota tenaga kerja yang
masing masing memiliki tugas menarik hauling mengkontrol lampu menyerok hasil
tangkapan

 Proses produksi
Operasi penangkapan ikan dengan kelong di Desa pengudang, dimulai keberangkatan
dari pantai pukul dari pukul 16.00 menuju kelaut tiba di kelong pukul 17.30. Dalam
melakukan proses penagkapan dilakukan 2 kali setting dan 2 kali hauling. Yaitu pada
setting pertama sampaii hauling dilakukan dari jam 19.00-11.30 WIB. Dan proses
setting kedua sampai hauling dilakukan pada jam 00.00-04.00 pagi.
Metode pengopersian kelong dapat dijelaskan secara berurutan sebagai berikut:
o Penurunan waring (setting) ke dalam air dengan melepaskan ikatan tali waring
pada roler. Waring diturunkan sampai kedalaman tertentu di atas dasar
perairan. Waring turun ke dalam perairan dengan pemberat (batu) yang
diikatkan dipertengahan kelong.
o Menyalakan lampu lacuba. Lacuba (lampu celup bawah air ) digantung pada
kayu dengan jarak 1 meter dibawah air. Setelah lampu dipasang tali
diletakkan pada tempat yang telah diturunkan yaitu di tengah-tengah, dan
dibiarkan sampai terlihat adanya gerombolan ikan yang berenang di sekitar
lampu.
o Waring berada dalam 3 jam. Apabila ikan-ikan sudah banyak, maka dilakukan
penarikan tangkul dengan cepat. Setelah waktu 3 jam, waring kemudian
diangkat (hauling dengan menggunakan alat pemutar dari kayu /roler). Pada
awal waring dilakukan secara perlahan-lahan, lacuba diangkat dan dimatikan
satu persatu ke atas mendekati kayu agar ikan terkonsentrasi di bawah lampu
dan semakin cepat ketika waring sudah akan mencapai permukaan air beserta
pemberat yang berada dipertengahan kelong. Tujuannya adalah untuk
menghindari agar ikan yang berkumpul di atas waring tidak dapat melarikan
diri. Dalam satu malam dilakukan dua kalli hauling, satu setting dan satu
hauling membutuhkan waktu 4 jam dengan
interval waktu 2 jam.
o Setelah waring selesai diangkat, ikan-ikan yang tertangkap dikumpulkan pada
salah satu sudut waring dan diambil dengan menggunakan serok/tangguk
bertangkai panjang sekitar 6 meter. Ikan-ikan yang tertangkap kemudian
disortir dan dimasukkan ke dalam beberapa kintau.
o Adapun ikan yang menjadi target tangkapan yaitu ikan teri (Stolephtorus sp)
yang mana ikan hasil tangkapan tersebut dimasak di dalam kuali besar selama
lebih kurang 15 menit tergantung pada mendidihnya air. Ikan yang telah
direbus selanjutnya ditiriskan dan dijemur di pelantaran.
o Dalam pengoperasian alat tangkap kelong ini ada juga ikan lain yang
tertangkap seperti ikan tamban dan sotong, ikan ini juga dioalah dengan cara
dibekukan dengan menggunakan es yang dimasukan ke dalam kotak
pendingin ikan, beberapa ikan ada juga untuk dikomsumsi sebagai makanan
diatas kapal. Hingga sekembalinya ke daratan.
o Selanjutnya ikan sudah dimasak dan dijemur siap untuk di pasarkan kepada
pengepul dan sebagian lagi ke pasar pinang.

 Penanganan produk
Proses bilis yang sudah dikeringkan kemudian di simpang dalam kantong
plastik yang nanti nya akan dipasarkan, proses penyimpanan ini harus melalui
penanganan khusus karena jika bilis tidak benar benar kering maka bilis akan
mengeluarkan bau tidak sedap
 Penangan limbah
Pada usaha kelong bilis limbah yang di hasilkan berupa jaring jaring rusak
yang tidak lagi dapat di gunakan dan kayu kayu yang sudah rapuh, limbah
jaring dan kayu ini disingkirkan ketepian daratan tapi tidak ditimbung
terkadang juga sebagai penimbun jalan di gang yang berlubang
3. Pengawasan produksi
Dalam proses produksi bilis kering milik usaha kelong pak miswan,
pengawasan tidak dilakukan oleh dinas terkait.

4. Evaluasi dan pengendalian produk


Usaha kelong bilis kering milik pak miswan yang perlu di evaluasi ialah
dalam proses perawatan dan penggantian jaring, yang mana jaring di ataupun waring
diganti bila telah rusak parah, dan jika hanya robek sedikit sang pemilik kelong, pak
miswan enggan mengganti. dikarenkan harga waring yang terbilang tidak murah.
Sehingga jaring yang robek membuat hasil tangkapan tidak maksimal.

5. Pemasaran
Pemasaran produk bilis kering yang telah di kemas kemudian di sortir menuju
Tanjung pinang untuk kemudian di jual ke penampung bilis kering di pasar bawah
pelantar dan di distribusi kan ke beberapa pedagang bilis. Namun selalu ada
penampung bilis pak miswan yang selalu menanti bilis kering nya saat baru sampai di
daratan.
Usaha Kelong bilis milik pak miswan dapat memproduksi bilis sekurang
kurangnya 150 kg satu malam nya jika diperhitungkan dengan harga bilis kering yang
tidak hancur adalah
150 kg x 60.000 = 9.000.000
Bilis kering yang hancur
150 kg x 40.000 = 6.000.000
Jadi dalam satu malam pak miswan dapat memperoleh penghasilan sebanyak Rp.
9.000.000 dan sekurang kurangnya Rp.6.000.000.

Jika hasil tangkapan dalam satu bulan tetap bilis kering pak miswan dapat
menghasilkan omset senilai
Rp.9.000.000 x 30 = Rp 270.000.0000
4.3 Mata rantai usaha

Penyedia alat
penangkapan ikan
di pasar
tanjungpinang/uban

di setor ke
Kegiatan perikanan
penampung / di antar
tangkap(kelong bilis)
langsung ke
di wilayah desa
penampung pasar
pengudang
pinang/uban

produksi bilis segar/


Kegiatan pemasaran dimasak dan di
keringkan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kelong merupakan alat tangkap yang banyak di operasikan oleh penduduk di
Pengudang Kabupaten Bintan, alat tangkap tradisional, yang terbuat dari rangkaian
kayu, dalam pengoperasiannya . menggunakan cahaya lampu sebagai penarik
perhatian ikan, agar cahaya ini dapat memikat perhatian ikan dengan maksimal, maka
pengoperasian kelong dilakukan pada malam hari Ikan tertarik pada cahaya melalui
penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal region pada otak) Peristiwa
ikan tertarik pada cahaya disebut fototaksis (Ayodhyoa, 1981). Cara pengoperasian
alat tangkap ini adalah memanfaatkan arus pasang dengan tujuan pengkapan ikan-
ikan kecil yang terbawa arus seperti ikan teri (Stolephorus sp) . Usaha Kelong bilis
milik pak miswan dapat memproduksi bilis sekurang kurangnya 150 kg satu malam
nya jika diperhitungkan dengan harga bilis kering yang tidak hancur adalah
150 kg x 60.000 = 9.000.000
Bilis kering yang hancur
150 kg x 40.000 = 6.000.000
Jadi dalam satu malam pak miswan dapat memperoleh penghasilan sebanyak Rp.
9.000.000 dan sekurang kurangnya Rp.6.000.000

Saran
perlu evaluasi dan Perawatan pada waring yang rusak sehingga hasil tangkapan yang
didapat lebih maksimal lagi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai