DISUSUN OLEH:
Mettusalach lasut
217 21 017
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan penting
dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah subsektor perikanan,
karena 60 persen luas wilayah Indonesia merupakan lautan. Subsektor
perikanan mampu memproduksi ikan olah yang cukup tinggi karena
ditunjang adanya sifat iklim tropis yang memungkinkan budidaya
perikanan diusahakan sepanjang tahun (Ayu dkk, 2013).
2
(misalnya aktivitas enzim, mikro organisme, atau oksidasi
oksigen), agar ikan tetap baik sampai ke tangan konsumen serta
memiliki nilai tambah dan sekaligus meningkatkan nilai ekonomi
(Afrianto, 1989).
3
sebesar 79.937 kg, dan produksi terkecil pada tahun 2010 sebesar
66.894 kg.
Salah satu contoh jenis ikan yang bisa di kelolah adalah Ikan
Nila. Ikan nila adalah salah satu ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan dan sangat familiar dikalangan masyarakat karena lezat,
serta memiliki berbagai macam manfaat bagi kesehatan, termasuk
membantu mengurangi berat badan, meningkatkan metabolisme tubuh,
mempercepat perbaikan dan pertumbuhan seluruh tubuh, membangun
tulang yang kuat, mengurangi resiko berbagai penyakit kronis dan
memperkuat sistem kekebalan tubuh. Kandungan nilai gizi ikan nila
yang tidak kalah pentingnya dengan daging hewan darat lainnya. Harga
ikan nila termasuk mahal, dimana ikan nila harganya dapat mencapai
Rp 40.000/kg.
4
Ikan Gabus 74 25,2 1,70 0,04
Tenggiri 112 21,4 2,30 0,90
Sumber : Departemen Kesehatan (2015)
5
Kontribusi terbesar bagi perekonomian sulsel diberikan oleh
sektor pertanian, yaitu 30,67 % dari total PDRB yang salah satunya
berasal dari subsektor perikanan. Produksi perikanan rata-rata dari
tahun 2014-2019 di sulsel dapat dilihat pada tabel 3. berikut ini :
6
Kota/City
1 Makassar 19,943.1 473,277,659.3 - - 19,943.1 473,277,659.3
2 Pare Pare 4,731.9 114,959,000.0 - - 4,731.9 114,959,000.0
3 Palopo 18,347.1 321,606,034.5 - - 18,347.1 321,606,034.5
Sulawesi Selatan 370,545.3 7,828,560,537 28,020.0 949 642 813 398,565.3 8,778,203,350.2
7
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai nilai tambah yang
dihasilkan dari usaha pengolahan ikan nila di daerah penelitian.
2. Identifikasi Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Kegunaan Penelitian
8
3) Sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya dalam pengolahan ikan
nila.
4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2. Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Ikhtiologi
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini
diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969,
dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar
di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia.
Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
Filum :Chordata
Kelas :Osteichtyes
Bangsa :Percomorphii
Famil :Chiclidae
Marga :Oreochromis
9
a. celah mulut (rima oris)
b. mata (organon visus)
c. tutup insang (apparatus opercularis)
d. sirip punggung (pinna dorsalis)
e. sirip dada (pinna pectoralis)
f. sirip perut (pinna abdominales)
g. sirip belakang (pinna analis)
h. sirip ekor (pinna caudalis)
10
Tabel 4. Komposisi ikan nila per 100 gram
11
B. Tinjauan Ekonomi Ikan Nila
Harga ikan nila yang relatif lebih mahal dari ikan lainnya
membuat banyak yang memilih ikan nila untuk dibudidayakan. Usaha
budidaya ikan nila dapat di lakukan sesuai dengan kondisi modal. Dari
modal kecil sampai yang modal besar pun bisa untuk mengembangkan
usaha budidaya ikan nila ini. Usaha budidaya ikan nila ini terbuka untuk
siapa saja (Sumanto, 2013).
Teknologi baru untuk budidaya ikan nila, yakni dengan teknik Guba
(teknologi Gugus Simba) yaitu teknik memaksimalkan penggunaan
probiotik dengan pencampuran pakan pellet dan molase) dengan tingkat
keuntungannya hasil panen lebih berlipat (Bapelu Gresik, 2014).
12
sosial ekonomi yang penting bagi nelayan, petani ikan, pengolah serta
pedagang ikan (Ilyas, 2003).
13
yang relatif lama, dan kehigienisan yang masih belum bisa dijamin
akibat pencemaran yang dilakukan oleh hewan.
14
Penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan yang
berukuran besar maupun kecil. Penggaraman ini menggunakan
garam berbentuk kristal. Ikan yang akan diolah ditaburi garam lalu
disusun secara belapis-lapis. Setiap lapisan ikan diselingi lapisan
garam. Selanjutnya lapisan garam akan menyerap keluar cairan di
dalam tubuh ikan, sehingga kristal garam berubah menjdi larutan
garam yang dapat merendam seluruh lapisan ikan.
C. Kench salting
Penggaraman ikan dengan cara ini hampir serupa dengan
penggaraman kering. Bedanya metode ini tidak menggunakan bak
kedap air. Ikan hanya menumpuk dengan menggunakan keranjang.
Untuk mencegah supaya ikan tidak dikerumuni oleh lalat, hendaknya
seluruh permukaan ikan ditutup dengan lapisan garam.
15
menggunakan alat yang memanfaatkan sumber panas sinar matahari
(energi surya), kompor minyak ataupun tenaga listrik (Rukmana, 2005).
2. Landasan Teori
A. Pendapatan
CI = TR – T
TR = Pq.Q
16
2. Pendapatan bersih (net income), diperoleh dari selisih
penerimaan usahatani dengan biaya alat-alat luar dan upah
tenaga kerja dalam keluarga.
3. Keuntungan pengusaha (profit), diperoleh dari selisih penerimaan
usahatani dengan biaya alat-alat luar, upah tenaga kerja dalam
keluarga, dan bunga modal yang dipergunakan.
17
melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis
pendapatan usahatani dapat diketahui gambaran keadaan aktual
usahatani sehingga dapat melakukan evaluasi dengan perencanaan
kegiatan usahatani pada masa yang akan datang.
B. Nilai Tambah
2. Kualitas Hasil
Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas.
Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih
tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas
bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi
juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.
18
3. Penyerapan tenaga kerja
Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang
diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut
jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.
4. Meningkatkan keterampilan
Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan
keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan
memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.
5. Peningkatan pendapatan
Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan
total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka
sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk
mendapatkan kualitas hasil penerimaan atau total keuntungan yang
lebih besar (Soekartawi, 1999).
19
Nilai tambah diperoleh dari hasil pengurangan nilai produk
dengan harga bahan baku dan bahan tambahan pengolahan. Pada
pengolahan ikan selain biaya bahan baku juga diperlukan bahan
tambahan pengolahannya dengan biaya yang cukup besar, seperti
diperlukannya biaya bahan penunjang, biaya peralatan, biaya
penyusutan, biaya tenaga kerja dan biaya pajak atau iuran. Sehingga
dapat dikatakan nilai tambah yang diperoleh relatif kecil karena biaya
yang relatif besar (Rangkuti, 2009).
Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan
suatu produk dapat menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari
analisis nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami adalah
pertama, dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan
produktivitas, kedua, dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap
pemilik-pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah
menurut Hayami dapat diterapkan untuk subsistem lain diluar
pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran (Suprapto, 2006).
Suatu agroindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah
yang tinggi selain mampu untuk memperoleh keuntungan yang
berlanjut. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan merupakan
selisih antara nilai komoditas yang mendapat perlakuan pada suatu
tahap dengan nilai korbanan yang harus dikeluarkan selama proses
produksi terjadi. Nilai tambah yang diperoleh lebih dari 50% maka nilai
tambah dikatakan besar dan sebaliknya, nilai tambah yang diperoleh
kurang dari 50% maka nilai tambah dikatakan kecil (Sudiyono, 2004).
C. R/C Ratio
Menurut Soekartawi (2002), analisis R/C adalah singkatan dari
Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara
penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan
sebagai berikut:
20
Total penerimaan
R/C=
Total biyaya
Kriteria:
D. Kerangka Pemikiran
21