PENDAHULUAN
kerja dan berwirausaha, peningkatan devisa negara melalui ekspor hasil perikanan
khususnya sub sektor perikanan (Soekartawi, 2005). Agribisnis yang baik untuk
dikembangkan dan memiliki prospek yang cukup baik salah satunya adalah
produk akuatik juga meningkat (Subasinghe dan Soto, 2009). Bagi negara
potensi luas lahan indikatif sekitar 17 juta hektare (ha). Jika saja mampu
dimanfaatkan luas lahan efektifnya secara optimal bisa meraup nilai ekonomi
1
1
Pembudidaya Ikan (NTPI) 2018 harus lebih dari 100. NTPI 2017 mencapai
angka 99,7 dengan pendapatan pembudidaya yang pada 2017 mencapai Rp 3,28
juta akan ditingkatkan dengan terus menciptakan efesiensi usaha budidaya. Dari
produksi perikanan nasional mencapai 23,26 juta ton pada 2017. Volume produksi
perikanan nasional pada 2014 sebanyak 20,84 juta ton yang terdiri dari 14,36 juta
ton perikanan budidaya dan 6,48 juta ton perikanan tangkap. Pada 2015, total
produksi perikanan nasional tumbuh menjadi 22,15 juta ton yang terdiri dari 15,63
juta ton perikanan budidaya dan 6,52 juta ton perikanan tangkap. Volumenya
terus naik hingga 2016 dengan total produksi ikan sebanyak 23,51 juta ton. Angka
itu terdiri dari 16,68 juta ton perikanan budidaya dan 6,83 juta ton perikanan
mencatat, ekspor perikanan budidaya 2017 menembus US$ 207,80 juta atau naik
20,37% dari 2016 sebesar US$ 176,60 juta. Kinerja ekspor menjadi salah satu
2
Ikan patin memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan secara
komersial, karena ikan konsumsi air tawar ini relatif lebih mudah
Jawa Barat dibanding daerah lain, hal ini dikarenakan oleh kondisi cuaca, iklim,
dan pH air yang menunjang, serta pakan yang berupa cacing sutera banyak
kelenjar hipofisa di Jawa Barat lebih berkembang. Hal ini berbeda dengan
wilayah Kalimantan dan Sumatera yang lebih fokus pada usaha pembesaran
(Bukit, 2007).
Provinsi Jambi dinilai sangat siap menjadi sentra pengembangan ikan patin
nasional, tak lepas dari program pengembangan usaha budidaya melalui sistem
3
Jambi, KKP akan terus melakukan pengembangan pakan ikan mandiri di sentra-
sentra tersebut. Selain untuk kemudahan pasokan, kata dia, melalui pakan
mandiri, biaya produksi juga bisa ditekan menjadi lebih murah. Salah satu daerah
atau kabupaten pernyumbang ikan terbesar yaitu Kabupaten Muaro Jambi. Bisnis
budidaya ikan patin di Muarojambi semakin bergairah, seiring dengan petani ikan
patin yang saat ini cukup kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar.
2013-2017
Kecamatan Kumpeh Ulu, Desa Kota Karang merupakan salah satu sentra
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi setiap tahun bisa menghasilkan 1.850
ton ikan patin untuk memenuhi sebagian besar pasar di Kota Jambi maupun
Bungo, Bangko. Setiap hari dipanen 5 ton sehari, dengan berat 5 ons hingga 1 kg.
Adapun pengiriman ikan patin di Luar Provinsi Jambi yaitu Palembang, Lubuk
4
Linggau, Bengkulu, Padang, Medan yang meminta 10 ton per hari, serta dari
Jakarta dan kota besar lainnya dengan permintaan patin lebih dari 5 ton perhari.
Panen ikan patin dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun atau lima bulan
sekali, dengan per kolam menghasilkan lebih kurang dua ton ikan patin. (Dinas
Luas lahan kolam ikan patin di Desa Kota Karang sebesar 300 ha dengan
jumlah kolam ikan sebanyak 1.500 kolam, ukuran rata-rata kolam ikan yaitu 30 x
15 m2 (Dinas Perikanan Kumpeh Ulu, 2018). Saat musim panen telah datang
pelanggan langsung datang ke kolam, kegiatan panen kerap dilakukan setiap hari
karena setiap hari ada saja warga yang akan memanen kolamnya karena umur
ikan telah mencapai waktu untuk dipanen. Pada awal memasukkan bibit ikan ke
dalam kolam maka pada waktu panen tidak berbanding sesuai dengan bibit yang
waktu panen jumlah ikan yang dipanen akan berkurang menjadi 5000 ikan, jadi
ikan yang terbuang sebanyak 2000 ikan, belum lagi dengan pakan yang akan
diberikan berkisar 6,5 ton menjelang panen. Semakin banyak benih yang
membutuhkan lebih banyaklagi pakan ikannya. Selain itu modal awal pembuatan
kolam yang sangat besar. Semakin besar kolam ikan maka peternak ikan dalam
memsukkan bibit ikan dengan jumlahyang banyak kedalam kolam ikan tersebut.
Jika pengisian awal benih hanya terjadi perselisihan sedikit dengan waktu saat
panen maka peternak akan mendapat kentungan dari output yang dihasilkan.
Begitu juga sebaliknya, jika pemasukkan bibit jauh merosot dibandingkan saat
5
panen maka petani tidak mendapatkan untung yang banyak dari penerimaan
output ikan patin tersebut. Selain dari pada masalah input adapun perubahan
cuaca yang secara tiba-tiba akan membuat ikan tersebut mati, hal ini tentu akan
kolam ikan di Desa Kota Karang. Hal ini tergantung lagi kepada peternak ikan
memilih bibit yang berkualitas, dan memaksimalkan gizi ikan tersebut dengan
pakan yang baik serta pembuatan kolam yang bisa memberikan keuntungan,
besar. Tuntutan bekerja secara efisien tidak dapat dihindari dalam bisnis,
lebih lamban (Soekartawi, 2005). Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan
Muaro Jambi”.
memenuhi permintaan pasar. Di dalam hal ini Desa Kota Karang, Kecamatan
Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu sentra pembesaran
6
ikan patin di Prrovinsi jambi, komoditas ini menjadi produksi perikanan
budidaya lainnya. Namun adapun kendalanya pada bibit yang dimasukkan tidak
sesuai dengan Output penerimanaan saat panen, belum lagi dengan pakan yang
akan dibutuhkan untuk satu kolam ikan patin dengan jumlah kolam yang
berbagai macam. Hal ini diketahui saat berdiskusi dengan beberapa petani dan
pada produksi ikan patin di Desa Kota Karang, Kecamatan Kumpeh Ulu :
Kota Karang ?
7
Berdasarkan uraian permasalahan dan rumusan maslah mengenai
produksi ikan patin di Desa Kota Karang, adapun tujuan penelitian ini yaitu :
Karang.
Karang.
Adapun hasil dari penelitian ini yaitu bagi peneliti sebagai salah satu
Bisnis, dapat dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti
efesiensi teknis dan pendapatan produsen. Dapat juga sebagai pengetahuan bagi
bagi masyarakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Sugiarto (2007) Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input
mejadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi bisa dinyatakan dalam fungsi
Input (kapital,
Fungsi
tenaga kerrja,
produksi
tanah, dan Output (barang
(dengan
sumber daya atau jasa)
teknologi
alam, keahlian
tertentu)
kewirausahaan)
Q = F(K, L, X, E)
Dimana :
Q : Output
kewirausahawanan)
dari luas kebun tertentu, jumlah bibit yang ditanam, banyaknya pupukdan
10
2.1.1.1 Fungsi Produksi
produksi dengan variabel dependen (output) atau hasil produksi fisik. Secara
Keterangan:
(input)
produksi (Y) dengan cara menambah jumlah salah satu dari input atau faktor
eksponensial. Di samping itu terdapat fungsi produksi yang lain seperti fungsi
11
efisiensinya. Pembahasan fungsi produksi Cobb-Douglass lebih spesifik
(Soekartawi, 1990)
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang
satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut
dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi
Y = AX 1α AX 2β .................................................(2)
Keterangan :
12
Y = f(X1, X2,..., Xi,..., Xn),
seperti berikut :
Dimana :
Y = Produksi ikan patin (kg)
X1 = Luas kolam (m2)
X2 = Pakan Ikan (kg)
X3 = Bibit ikan (ekor)
X4 = Tenaga Kerja (jam)
vi-ui = Efek inefisensi teknis dalam model.
Menurut Tasman (2008) ada tiga alasan pokok mengapa fungsi
Cobb-Douglass banyak di pakai oleh para ahli ekonomi, yaitu :
13
besaran elastisitas. Elastisitas ini sangat penting, terutama dalam
returns to scale.
stochastic frontier memiliki definisi yang yang tidak jauh berbeda dengan
fungsi produksi yang digunakan untuk mengukur suatu fungsi produksi yang
belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun dalam
14
hal ini penting sekali bagaimana agar petani dapat melakukan usahanya secara
dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi atau input (Mubyarto
1989). Menurut Soekartawi (1989) dan Coelli, Rao, dan Battese (1998)
berkaitan dengan konsep efisiensi, dikenal adanya tiga konsep efisiensi, yaitu
jika petani mampu mengalokasikan faktor produksi secara efisiensi teknis dan
15
faktor produksi tersebut ternyata tidak satupun yang mencapai optimum.
Nilai rata-rata efisiensi harga juga lebih besar dari satu yaitu sebesar 8,792
dan efisiensi ekonomis yang merupakan hasil kali antara efisiensi teknis dan
efisiensi harga nilainya juga sebesar 68,657. Kondisi ini menyatakan bahwa
produksi ikan patin tidak efisiensi karena hasilnya lebih dari satu (Hasanuddin,
2011)
Dua pendekatan efisiensi menurut Coelli, Rao, dan Battese (1998) yaitu
Pendekatan dari sisi input membutuhkan ketersediaan harga input dan kurva
(Tasman, 2006)
16
Gambar 2.1.2 Model
Farrel Efisiensi Teknis dan
Efisiensi Alokatif
yang menggunakan data input (misalkan X1 dan X2) untuk menghasilkan satu
output (Y), dibawah asumsi constan retunst to scale, dari gambar tersebut
tersebut digambarkan sebagai jarak QP, yaitu jumlah yang mana sejumlah
agar mencapai efisiensi secara teknis dalam berprouksi. Tasman (2006) dalam
17
OQ
TE1 = ....................................................... (4)
OP
contohh pada titik Q adalah efisien secara teknis karena berada pada isoquant
efisiensi. Jika rasio harga input yang direpresentasikan oleh slope dari garis
isocost (UU’) juga dikenal dengan naa efisiensi alokatif. Efisiensi alokatif juga
¿
AEi = OQi .......................................................(5)
terjadi jika produksi terjadi pada titik Q’ pada saat mana tercapai efisiensi
OQ OP
TEi x AEi = x = ¿
OP OQ OP
= EEi.......................... (6)
Nilai ketiga ukuran efisiensi tersebut akan terletak antara nol dan satu.
kegunaan mengukur faktor efesiensi: (1) sebagai tolok ukur untuk memperoleh
18
efesiensi relatif, mempermudah perbandingan antara unit ekonomi satu dengan
lainnya. (2) apabila terdapat variasi tingkat efesiensi dari beberapa unit
ekonomi yang ada maka dapat dilakukan penelitian untuk menjawab faktor-
berbeda akan dijaddikan uji empiris. Begitu pula dengan besaran kenaikan
yang dialokasikan efisien, maka akan ada tambahan kontribusi sektor pertanian
dialokasikan tidak efisien, maka akan ada potensi yang hilang atau belum
19
keuntungan. Efisiensi produksi sangat penting dalam menentukan eksistensi
al.1990).
dari segi teknis dapat berupa penggunaan input yang minimal atau
yang sama, atau menghasilkan output yang sama dengan menggunakan input
penggunaan input yang minimal dalam produksi suatu vector output tertentu
dalam prakteknya, efisiensi teknis suulit terwujud pada suatu unit usaha tani.
Adanya cuaca yang buruk, gangguan binatang yang merusak dan faktor-faktor
dan Coelli, 1995). Melalui pengukuran efisiensoo teknis biaya produksi dapat
20
Menurut Widodo (1986), salah satu cara mengukur tingkat efisiensi
oleh Farel. Besarnya produktivitas potensial yang dicapai oleh suatu usaha tani
Qi
ET … … … … … … … … … … … … … … … …(7)
Q∗i
Dimana :
Q*i : Besar produksi yang diduga pada pengamatan ke-i yang diperoleh
21
bahwa output petani dapat ditingkatkan sebesar 21% melalui alokasi sumber
keuntungan yang maksimum. Kemampuan ini dapat terukur dari rasio antara
total biaya produksi penggunaan faktor aktual dengan total biaya produksi
penggunaan faktor optimal dalam kondisi produksi efisien secara teknis. Harga
dari setiap input yang digunakan menjadi dasar dalam penentuan efisiensi
Dimana :
22
MVP = Marginal Value Product
alokatif. Apabila produksi secara teknis dan alokatif efisien, maka akan
penghemat penggunaan input dan dari segi alokatif, kombinasi input yang
input yang digunakan optimal dan biaya dikeluarkan minimum, maka produksi
tinkgat efisiensi teknis atau efisiensi harga atau oleh keduanya (Yoopoulos &
peminatnya karena bebeerapa alasan, antara lain karena : (1) anggapan bahwa
pendek maupun jangka panjang, (2) cara pendugaannya relatif mudah, (3)
23
manipulasi terhadap cara analisis mudah dilakukan, misalna membuat
elastisitas menjadi konstan atau tidak, dan (4) dapat mengukur tingkat
(1993), Suryo Wardani et.al (1997). Keseluruhan efisiensi biaya (EE) dapat
dengan efisiensi harga / alokatif dan seluruh faktor input, sehingga efisiensi
EE = TER.AER................................................(9)
Dimana
EE = Efisiensi Ekonomi
24
2.1.3 Konsep Biaya Produksi
setiap perusahaam dapat dibedakan kepada dua jenis : biaya eksplisit dan
faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Adapun konsep
produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi
tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap, semua jenis biaya yang
perusahaan bukan saja dapt menambah tenaga kerja tetapi juga dapat
menambah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan
25
Dalam jangka panjang perusahaan tidak dapat memperluas
beda.
memroduksinya.
banyaknya. Yaitu ia tidak dibentuk oleh tiga kurva AC tetapi oleh kurva
AC yang sangat banyak, seperti pada gambar dibawah ini. Oleh kurva AC
banyak jumlahnya maka kurva LRAC adalah suatu kurva yang berupa
26
paling optimum/ minimum untuk berrbagai tingkat produksi yang akan
tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (AC lain) yang dapat
Titik A1 adalah titik terendah pada AC1. Dengan demikian dalam jangka
rendah dari titik mana pun pada AC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya
itu belum merupakan biaya yang paling minimum, karena apabila kapasitas
27
Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LRAC walaupun tidak
produksi sebesar mana yang akan dipilih. Sekali dipilih salah satu skala
produksi dengan instalasi tertentu (gedung, tanah, mesin) dalam jangka pendek
dia akan terikat dengan skala tersebut. Dengan demikian pengusaha juga akan
terikat dengan perilaku dan hubungan biaya yang melekat pada skala tersebut.
skala operasi perusahaan dan biayanya, kita perlu menyadari bahwa ketika
proporsi input berubah, jalur ekspansi perusahaan tidak lagi berbentuk garis
lurus, dan konsep skala hasil tidak lagi berlaku. Justru, kita katakan bahwa
kali lipat dengan biaya yang bertambah kurang dari dua kali lipat. Begitupun
juga, terjadi skala disekonomis ketika menambah output dua kali lipat
membutuhkan biaya yang lebih dari dua kali lipat. Istilah skala ekonomis
meliputi skala hasil yang meningkat dengan kasus khusus, tetapi lebih bersifat
bentuk kurva biaya rata-raa jangka panjang yang berbentuk huruf U mencirikan
28
skala ekonomis yang dihadapi perusahaan atas tingkat output yang relatif
hidup di dalam air dan memiliki sirip. Sebagian besar ikan bernafas dengan
insang, namun pada beberapa spesies ikan alat pernafasannya dibantu oleh
tawar, ikan air payau, dan ikan air laut. Berdasarkan klasifikasi
siklid, salmonid, dan klaridid. Biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa
kandungan gizi yang lebih baik jika dibandingkan dengan sumber protein
lainnya. Perbandingan kandungan nilai zat gizi pada ikan dan beberapa
29
Tabel 2.1.5. Perbandingan Kandungan Nilai Zat Gizi pada Beberapa
Sumber Protein Hewani per Gram
gizi yang dimiliki oleh ikan dibanding sumber protein hewani lainnya.
ikan yaitu 20 persen, 22 persen, 50.000 IU/g dan 20-200.000 IU/g. Dengan
kandungan gizi yang dimiliki oleh ikan patin maka ketertarikan mayarakat pada
ikan patin semakin bertambah dan juga harga ikan patin relative ekonomis
sehingga tidak heran lagi arus ikan patin terus meningkat, karena ikan patin
baik dikonsumsi baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Bagi petani ikan
patin pun memelihara ikan patin tidak begitu sulit kegiatan rutinnya yaitu
dengan memberi pakan pada pagi hari dan sore hari, jika jumlah pakan yang
diberikan tidak terlalu di perhitungkan atau bisa jadi lebih dari takaran,
1. Pakan
30
Pakan merupakan faktor produksi yang nilainya dapat mencapai 60% dari
2. Bibit Ikan
salah sau faktor yang menentukan adalah tersedianya bibit yang memenuhi
serius.
lahan kondisi air juga harus melimpah, lokasi yang digunakan harus
memenuhi syarat teknis, antara lain debit air yang cukup tersedia, tidak
4. Tenaga kerja
Jenis pekerjaan dalam budidaya ikan patin yang melibatkan banyak tenaga
31
dikeluarkan oleh pembudidayameliputi pemeliharaan, persiapan dan
berbeda dengan tenagga kerja dalam bidang usaha lain yang bukan
32
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai penunjang metodologi penelitian ini ada beberapa referensi dalam penulisan ini, yaitu :
33
bahwa variabel yang berpengaruh
nyata dan memiliki nilai koefisien
positif terhadap produksi benih
patin di Kota Metro adalah jumlah
cacing sutera yang diberikan (X3),
dan jam kerja yang diluangkan
terhadap pembenihan (X5).
2. M. Djoko Pramono, Endang Model dalam penelitian ini yaitu Analisis dalam penelitian ini Hampir semua variabel
Siti Rahayu, dan Minar Ferichani menggunakan fungsi produksi yaitu regresi berganda dengan independen bersifat elastis,
(2017) program eviews kecuali untuk variabel luas
Cobb-Douglass dengan formulasi lahan yangbersifat tidak
Analisi faktor-faktor yang ln P = lnβ0 + β1lnX1 + β2lnX2 + elastis. Hal ini ditunjukkan
mempengaruhi produksi β3lnX3 + β4lnX4 +β5lnX5 + nilai masing-masing
pembenihan ikan lele dumbo variabel pakan = 2.07,
β6lnX6 + β7lnD1+ β8lnD2 + µ
(Clarias gariepenus) diKabupaten variabel pakan alami 2,77
β0 adalah dan variabel tenaga kerja
Wonogiri
konstanta, sebesar 4,999 menunjukkan
β 1, β 2, β 3, β 4, β 5, dan β6 bahwa variabel tersebut
adalah intercept/ koefisien variabel, belum efisien sehingga perlu
ditambah agar produksi bisa
P :Produksi pembenihan ikan lele optimal.
(Ekor) Hasil analisis regresi
X1: Luas lahan (m2) menunjukkan variabel luas lahan
X2 : Jumlah indukan (pasang) (X1) dan pengalaman pembenih
X3 : Pakan (kg) (X6) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap produksi benih
X4 :Pakan alami (kaleng) ikan lele sedangkan variabel
lainnya jumlah indukan (X2),
X5: Jumlah Tenaga Kerja (jam) pakan (X3), pakan alami (X4),
X6: Pengalaman Pembenih (tahun) tenaga kerja (X5), tehnologi
D1 :Angka Tehnologi (Variabel pembenihan (D1) dan
34
Dummy menggunakan Teknologi penyuluhan (D2) berpengaruh
secara signifikan terhadap produksi
Induced Breeding = 1 benih ikan lele dumbo dengan
Tidak menggunakan = 0) nilai probabilitas kurang dari 0,05
D2 : Penyuluhan (Variabel Dummy pada α 5%.
memperoleh penyuluhan = 1, tidak
memperoleh
penyuluha
n = 0)
µ: Variabel penganggu (error term)
3. Agus Rumimpunu, Jardie A. SWOT Analisis yang digunakan dalam Tersedianya lahan, benih,
Andakie, Victoria E.N Manoppo penelitian ini yaitu analisis pakan dasumberdaya
(2017) SWOT. Analisis SWOT manusia yang dapat
Potensi Pengembangan Usaha merupakan perencanaan digunakan untuk
Budidaya Ikan Patin (Pangisisus strategis klasik yang terdiri dari pengembangan usaha
SP) di Desa Tatelu Kabupaten analisis strength (kekuatan), budidaya ikan Patin yang
Minahasa Utara weakness (kelemahan), potensial di Desa Tatelu
opportuinity (peluang) dan Kecamatan Dimembe
threat (ancaman). Kabupaten Minahasa Utara.
Ketersediaan lahan dan
masih kurangnya
pembudidaya ikan Patin
merupakan peluang
pengembangan usaha
budidaya ikan Patin.
35
4. Jitti Kittilertpaisan, Kallaya Model yang digunakan dalam penelitian Analisis yang digunakan dalam Hasil dari riset ini menunjukkan
Kittilertpaisan, Pakhaphon ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas penelitian ini linear berganda bahwa efisiensi teknis rata-rata
Khatiwat (2016) Stochastic Frontier dengan formulasi : dengan Stochastic Frontier produk karet di Changwat Sakon
Technical Efficiency of Rubber’s Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + dengan program frontier Nakhon adalah 0,69% atau 69%
Farmers’ in Changwat Sakon b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + vi-ui dengan varians parameter (gamma
Nakhon (Thailand) : Stochastic Y = Produksi karret (kg) dan sigma kuadrat) dari fungsi
Frontier Analys X1 = Usia Perkebunan (Tahun) produksi frontier keduanya
Efisiensi Teknis Petani Karet di X2 = Jumlah tanaman(Pohon) signifikan pada P <0,05. Namun,
Changwat Sakon X3 = Pupuk (kg) model inefisiensi mengungkapkan
Nakhon: Analisis Stochastic X4 = Tenaga Kerja (HOK) bahwa pendidikan, pelatihan, jenis
Frontier X5 = Luas Lahan (Ha) kelamin dan usia petani karet rakyat
u = Unsur sisa (galat) ditemukan memiliki pengaruh yang
ß0 = Intersep signifikan terhadap efisiensi petani
ßi = Koefisien parameter penduga karet di P <0,05.
(i=1,2,3,4,5)
vi-ui = error term
5. Sumartin (2018) Model yang digunakan dalam penelitian Alat analisis yang linear Hasil penelitian di Kab.
Analisis Efisiensi ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas berganda digunakan program Banjar
Faktor-Faktor Produksi Stochastic Frontier dengan formulasi : komputasi STATA 11.1 dan Prov.KalimantanSelatan,di
Usaha Budidaya Ikan Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + software Frontier 4.1 dengan ketahui lima faktor
Patin (Pangisius b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + b6 pendekatan Stochastic Frontier produksi di daerah
pangasius) (Studi Kasus log X6 + b7 log X2 + vi-ui rasional, tetapi belum
Pada Alumni Peserta Y = Produksi ikan patin (ekor) efisien , yaitu Kapur (X3)
Pelatihan Budidaya Ikan X1 = Luas Kolam (Ha) 4,281, Benih (X4)0,377,
Di BPPP Banyuwangi) X2 = Pupuk (Kg) Pakan (X5) 3,093, probiotik
X3 = Kapur (Kg) (X6) 5,210 dan Tenaga
36
X4 = Benih (ekor) kerja (X7). 0,493. Luas
X5 = Pakan (Kg) kolam (X1) -0,445 dan
X6 = Probiotik (Kg) Pupuk (X2) -5,20.Hasil
X7 = Tenaga Kerja (HKSP) pendugaan menggunakan
u = Unsur sisa (galat) MLE, dihasilkan faktor-
ß0 = Intersep faktor produksi dengan
ßi = Koefisien parameter penduga koefisien positif yaitu Luas
(i=1,2,3,4,5)
kolam(X1),Benih(X4), dan
vi-ui = error term
Pakan (X5) . Pupuk (X2),
Kapur (X3), probiotik (X6)
dan Tenaga kerja (X7)
memiliki koefisien negatif,
pengalaman (Z1),umur (Z2)
dan pendidikan formal
(Z3) masing-masing
koefisien
0,3200385;0,2602872 dan
-0,0571254,sehingga
terdapat inefisiensi teknis
pada model ini. Efisiensi
harga diperoleh NPMfaktor
produksi negatif yaitu Luas
kolam (X1) -0,0543dan
Pupuk (X2) -0,2887, Kapur
(X3)>1 (9,0545),
sedangkan Benih (X4) ,
Pakan (X5), Probiotik (X6)
dan Tenaga kerja (X7),
37
nilai <1, masing-masing
(0,0004 ; 0,0064 ; 0,0736
dan 0,0001). Ketujuh
faktor produksi tidak
satupun mencapai
optimum. Nilai rata-rata
efisiensi harga >1 yaitu
8,792 dan efisiensi
ekonomis
68,657.Secara keseluruhan
efisiensi harga yang
dicapai 106,3980dan
efisiensi ekonomis
196,9427.
6. Fithri Mufriantie dan Anton LnY = β0 + b1LnX1 + b2LnX1 + Secara keseluruhan (serempak)
Feriady (2014) : Analisis Faktor b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5+ e variabel yang diamati berpengaruh
Produksi Dan EfisiensiAlokatif Y : Produksi Bayam signifikan terhadap produksi,
(kg/Usahatani) X1 : Luas lahan sedangkan secara parsial variabel
Usahatani Bayam (Amarathus Sp) luas lahan (X1),pupuk urea(X3),
Di Kota Bengkulu (m2) pupuk kandang (X4) dan tenaga
X2 : Jumlah Benih kerja (X5) tidak berpengaruh
(gr/Usahatani) signifikan terhadap produksi dan
X3 : Pupuk kandang ( variabel benih (X2) berpengaruh
kg/Usahatani) X4 : Urea signifikan terhadap produksi bayam.
( kg/Usahatani) Analisis efisiensi alokatif
X5 : Tenaga Kerja menunjukkan bahwa faktor
produksi benih (X2) dan pupuk
(HKSP/Usahatani) kandang (X4) belum efisien maka
β0 : Intersep atau
38
Konstanta penggunaannya perlu ditambahkan
e : Kesalahan sedangkan untuk faktor produksi
Pengganggu luas lahan (X1), pupuk urea (X2)
dan tenaga kerja (X5) harus
dikurangi karena tidak efisien
dalam penggunaanya.
7. Nuni Anggraini, Harianto, dan Ln Y = β0 + β1lnX1 + β2lnX2 + Efisiensi produksi dalam Variabel-variabel yang
Lukytawati Anggraeni (2016) β3lnX3 +β4lnX4+β5lnX5 + penelitian ini linear berganda nyata berpengaruh terhadap
menggunakan fungsi produksi produksi batas (frontier)
Efisiensi Teknis, β6lnX6+β7lnX7+(vi-ui) pada usahatani ubikayu di
Alokatif Dan Ekonomi stochastic frontier. Kabupaten Lampung
Pada Usahatani Ubikayu Y = produksi ubikayu Menggunakan program frontier Tengah adalah luas lahan,
Di Kabupaten cassesart (kg) X1 = luas 4.1 jumlah bibit, pupuk N dan
Lampung Tengah, lahan ubikayu (ha) pupuk K. Variabel yang
X2 = bibit paling responsif adalah luas
Provinsi Lampung lahan. Rata-rata petani
ubikayu (stek) ubikayu di Kabupaten
X3 = pupuk N Lampung Tengah belum
(kg) efisien dengan nilai rata-
X4 = rata efisiensi teknis, alokatif
pupuk P dan ekonomi masing-
masing sebesar 0,69; 0,71;
(kg) X5 dan 0,47. Faktor-faktor
= pupuk sosial ekonomi yang nyata
K (kg) berpengaruh mengurangi
X6 = inefisiensi teknis adalah
pestisida umur petani, umur panen,
(liter) dan jumlah anggota
keluarga sedangkan akses
X7 = tenaga kredit berpengaruh terhadap
39
kerja (HOK) peningkatan inefisiensi
(vi-ui) = efek inefisensi teknis teknis.
dalam model
8. Simon Juan Kune, A. Wahib Model yang digunakan dalam penelitian Analisis yang digunakan dalam Faktor-faktor yang
Muhaimin, Budi Setiawan (2016) ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas penelitian ini linear berganda berpengaruh terhadap
Stochastic Frontier dengan formulasi : dengan software Frontier 4.1 produksi jagung adalah luas
Analisis Efisiensi Teknis dan lahan pada taraf signifikan
Alokatif Usahatani Jagung (Studi Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + 1 persen dan benih pada
Kasus di Desa Bitefa Kecamatan b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + vi-ui taraf signifikan 1 persen.
Miomafo Timur Kabupaten Y = Produksi jagung (ekor) Sedangkan untuk faktor
Timor Tengah Utara) X1 = Luas lahan (m2) tenaga kerja, biaya dan
X2 = Benih (kaleng) pupuk tidak berpengaruh
X3 = Tenaga Kerja (HOK) nyata.
X4 = Biaya (RP) Tingkat efisiensi teknik
X5 = Pupuk (Kg) usahatani jagung di daerah
penelitian terendah yaitu
u = Unsur sisa (galat) sebesar 0,80 dan tingkat
ß0 = Intersep efisiensi tertinggi dari
ßi = Koefisien parameter penduga usahatani jagung yaitu
(i=1,2,3,4,5) sebesar 0,99. Penggunaan
vi-ui = error term luas lahan dan benih
ternyata masih belum
efisien, hal ini ditunjukan
dengan besarnya
perbandingan antara
NPMx / Px < 1.
9. Monika M.S.Hutagalung, Y= boX1b1 X2b2 X3b3 X4b4 Analisis yang digunakan dalam Secara parsial penggunaan input
Luhut Sihombing dan Thomson X5b5 penelitian ini analisis regresi produksi bibit dan mulsa plastik
Sebayang (2012) Ŷ = Produktivitas cabai (ton) linear berganda dengan berpengaruh nyata dan tenaga
Analisis Efisiensi Teknis bo = Konstanta menggunakan sofware eviews kerja, pupuk dan pestisida tidak
Produksi Usahatani b1,b2,...,b6 = Koefisien regresi berpengaruh nyata terhadap
produktivitas cabai. Bibit
40
Cabai (Kasus Kelurahan yang mencerminkan pengaruh X merupakan input produksi yang
Tiga Runggu Kecamatan terhadap Y X1 = bibit (batang) paling besar pengaruhnya
X2 = Tenaga Kerja (HKP) terhadap produktivitas. Efisiensi
Purba Kabupaten
X3 = Mulsa Plastik (m) teknis cabai di Kelurahan Tiga
Simalungun) Runggu sebesar 0,57 dan tergolong
X4 = Pupuk (Kg)
X5 = Pestisida (L) tidak efisien karena ET<1.
10. Rusli Burhansyah (2016) Analisis yang digunakan pada Hasil penelitian menunjukkan luas
Efisiensi Teknis riset ini linear berganda, dengan lahan, pupuk n, pupuk k
Usahatani Padi Tadah Yk =produksi padi (kg / ha) software frontier 4.1 berpengaruh signifikan terhadap
Hujan Di Kawasan Lhn =luas lahan (ha) produksi padi pada tingkat
Perbatasan Kabupaten Sd =benih (kg) kepercayaan 95%. Hasil penelitian
Sambas Dengan N =n pupuk (kg) menunjukkan juga usahatani padi
Pendekatan Stochastic K =k pupuk (kg) tadah hujan padi tergolong efisien
Frontier Fungsi PEST =pestisida (lt) secara teknis (mean efisiensi
Produksi (Kasus Di TK =tenaga kerja (HOK) sebesar 0,81). Umur petani
Desa Sebubus, Vi =model random error merupakan sumber inefisiensi
Kecamatan Paloh) Ui =varible acak technical teknis yang berpengaruh nyata
inefficiency sampel i meningkatan efisiensi teknis.
Kharateristik petani seperti usia,
pendidikan dan pengalaman petani
bisa membantu meningkatkan
efisiensi teknis produksi padi.
Usahatani padi tadah hujan di desa
Sebubustergolong menguntungkan
(keuntungan Rp 4.099.582,50) dan
layak diusahakan (nilai R/C ratio
atas biaya tunai 2,84 dan nilai R/C
41
ratio atas biaya total sebesar 2,29).
11. Alabi, dkk (2010), Ln Y = β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln Analisis yang digunakan linear Hasil dalam penelitian ini
Efisiensi Ekonomi Produksi X2 + β3 Ln X3 + β4 Ln X4 + β5 berganda menggunakan frontier menunjukkan bahwa ada empat
Budidaya Perikanan di Nigeria Ln X5 + β6 Ln X6 + Vi-Ui 4.1 untuk menganalisis efisiensi variable independen yang
Y = Outpuut Ikan teknis dan inefisiensi memiliki pengaruh yang signifikan
X1 = Benih yaitu bibit, tenaga kerja upah,
X2 = Tenaga Kerja Upahan biaya tetap dan kuantitas terhadap
X3 = Tenaga Kerja Keluarga budidaya perikanan. Para petani
X4 = Pakan tidak mencapai tingkat efisiensi
X5 = Biaya Tetap ditunjukkan dengan nilai rata-rata
X6 = Biaya Operasi 0,626 (lebih kecil dari pada 0,70)
ada beberapa sumber inefisiensi
ini yaitu pendidikan, pengalaman,
akses ke penyuluh dan akses ke
kredit.
12. Singh, dkk (2015) TE = α + β1NUR + β2EXP + Analisis yang digunakan linear Efisiensi teknis rata-rata budidaya
Probabilitas dan Efisiensi Teknis β3EDU + β4ROHU + β5PON + berganda menggunakan frontier ikan patin 78% dibandingkan
dari Budidaya Ikan di Punjab, β6TRNG + v 4.1 dalam menganalisis efisiensi efisiensi alokatif adalah 58%.
India TE = Teknis Efisiensi teknis Efisiensi ekonomi petani di Punjab
NUR = Kode Pembibitan sebesar dalam budidaya sekitar
EXP = Pengalaman 45%. Factor inefisiensi seperti
EDU = Pendidikan penggunaan sumber daya, harga
ROHU = Benih output yang rendah dan harga
POND = Ukuran Lahan Kolam input yang tinggi.
TRNG = Training (Pelatihan)
42
43
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, seperti
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sekarang ini. Peneliti akan
melihat seberapa besar pengaruh variabeel pakan, bibit, luas kolam dan tenaa
kerja terhadap produksi ikan patin di Desa Kota Karang, kemudian akan
menganalisis ketiga efisiensi ekonomi produksi ikan patin, antara lain efisiensi
teknis, efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi. Dan peneliti akan menjelaskan
pengaruh faktor eksternal atau faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti
patin menggunakan beberapa input yaitu kolam, bibit ikan, pakan ikan dan
tenaga kerja. Kolam dengan mengukur berapa jumlah luas lahannya (m2) agar
dapat memnentukan berapa banyak kapasitas bibit ikan yang dapat dimasukkan
(ekor), kemudian pakan ikan yang digunaka selama 6 bulan menjelang ikan
tersebut dapat dipanen (Kg), dan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
mengelolah ikan dalam hal ini yang diperhitungkan ialah jumlah jam kerja
ikan patin tersebut. Model analisis ini merujuk pada penelitian kuswanto 2018
42
Kesejahteraan Petani di Provinsi Jambi. Kemudian melihat fakor eksternal
terhadap produksi ikan patin tersebut, bagaimana dampak yang dihasilkan dari
Dari semua input produksi ikan patin tersebut dapat dilihat apakah
input untuk menghasilkan output yang maksimum, hal ini disebut dengan
produksi potensial. Dari sebsaran efisiensi teknis yang didapat, maka sisanya
patin ini yaitu usia petani, pendidikan dan pengalaman petani. Kemudian dalam
teknis dan efisiensi alokatif ini yaitu efisiensi ekonomi dimana input yang
digunakan optimal dan biaya yang dikeluarkan minimum, maka produksi yang
yang maksimum dengan biaya yang rendah maka produksi ikan tersebut berada
pada skala ekonomis, begitu juga sebaliknya ketika adanya penambahan output
dengan biaya yang lebih besar maka produksi ikan patin berada pada skala
disekonomis.
43
Pebudidaya Ikan Patin
Efisiensi Teknis
Luas Kolam
Pakan Ikan Skala
Bibit Ikan Yi/Ỳi Usia Petani Ekonomis
Efisiensi
Tenaga kerja Pendidikan Petani Ekonomi
Faktor Pengalaman Petani
Eksternal Skala
TER.AER Disekonomis
R
Efisiensi Alokatif
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
MVPxi/Pxi
Hipotesis yang diajukan sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan
penelitian yang merupakan pengujian paraduga yaitu dengan uji statistik, pada
1. Adanya pengaruh yang signifikan pada bibit ikan patin, luas lahan
kolam, pakan ikan, dan tenaga kerja terhadap produksi ikan patin di
( TE = 1)
44
4. Produksi ikan patin yang dilakukan pembudidaya belum mencapai
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jambi salah satu daerah yang menyumbang produksi ikan patin ini yaitu Desa
Kota Karang. Luas lahan untuk budidaya ikan sebesar 300 ha dengan jumlah
45
kolam ikan sebanyak 1.500 kolam dengan rata-rata luasnya 15 x 30 m2 dan ada
100 ha luas lahan yang belum tergarap. Terdapat 15 kelompok binaan atau
ton ikan patin untuk dipasarkan ke Kota Jambi maupun luar Provinsi Jambi.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yang digunakan berupa cross section data. Data diperoleh melalui
n = N/1+Ne2 ..........................(10)
relevan dengan penelitian ini baik dari buku, internet, studi terdahulu dan
46
instansi pemerintah yang terkait seperti Badan Standarisasi Nasional, Balai
minggu yaitu pada setelah seminar proposal di Desa Kota Karang. Teknik
pertanyaan atau daftar isian terhadap objek yang diteliti, kuisioner yang
komunikasi tanya jawab kepada objek yang diteliti dan yang bersangkutan
yaitu cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan
Karang, bagaimana pengaruh pakan ikan, luas kolam, dan benih ikan
47
terhadap produksi ikan di Desa Kota Karang. Kemudian penyebab dari
menjelaskan pengaruh luas kolam ikan, pakan ikan, tenaga kerja dan
48
berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menghitung
patin yaitu analisis linear berganda dengan metode Ordinary Least Square
Dimana :
Q = Jumlah produksi ikan paitn
x1 = Luas kolam ikan (ha)
49
x2 = Pakan ikan (ton)
x3 = bibit ikan (ekor)
x4 = Tenaga kerja (jam kerja)
V-U = error terms (V : efek faktor eksternal yang tidak
dimodelkan dan U : efek efisiensi teknis (internal) didalam model.
b = Parameter yang akan diestimasi
Persamaan diatas adalah model yang akan digunakan dalam
1. Uji Multikoliniearitas
masih bersifat BLUE karena nilai varian dan ovarian besar, nilai t-
(Gujarati, 2003).
50
dalam limit yang tak terhingga. Sebagaimana rute of thumb dari VIF,
jika VIF dari suatu variabel melebihi 10, dimana hal ini terjadi ketika
2. Uji Autokorelasi
juga pada data cross section. Pengujian disini dapat dilakukan dengan
order tetapi bisa juga digunakan pada order lainnya (Gujarati, 2003).
hitung lebih besar dari nilai kritis chi-square pada drajat kepercayaan
square hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka menerima hipotesis
semua nilai ρ sama dengan nol. Ada tidaknya autokorelasi juga dapat
lebih besar dari nilai α yang dipilih maka kita menerima H0 yang
51
berarti tidak ada autikorelasi. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih
kecil dari α yang dipilih maka kita menolak H 0 yang berarti ada
3. Uji Heterokedastisitas
4. Uji Normalitas
Berra test. Pedoman dari J-B test adalah apabila nilai probabilitas J-B
52
maka hipotesis yang menyatakan bahwa variabel pengganggu adalah
Dalam uji F, jika nilai probabilitas lebih kecil dari pada α 10%, maka
terikan. Dalam uji t, jika nilai probabilitas lebih kecil dari pada α
10%, maka setiap variable bebas itu satu persatu memiliki pengaruh
53
mendekati satu berarti vaiabel-variabel bebas memberikan hampir
Qi
ET … … … … … … … … … … … … … … … …(12)
Q∗i
Dimana :
Q*i : Besar produksi yang diduga pada pengamatan ke-i yang diperoleh
potensial.
olahan tersebut akan didapatkan hasil Mean TE. Maka dapat dianalisis
lebih lanjut
54
mengkondisionalkan nilai produk marjinal sama dengan harga input (NPMx
Dimana
MVP = Marginal Value Product
MFC = Marginal Faktor Cost
Pxi = Harga faktor produksi
kondisi optimal.
teknis dan efisiensi alokatif tercapai. Dalam hal ini yaitu perkalian antara
berikut :
EE = TER. AER...................(14)
Dimana :
EE = Efisiensi Ekonomi
TER = Teknik Efisiensi Rate
AER = Allocative Efisiensi Rate
55
Persamaan diatas mengadopsi dari penelitian Kuswanto (2018)
eksternal atau faktor yang tidak dapat dikendalikan, seperti perubahan cuaca
ataupun iklim, maka digunaka analisa deskriptif dengan melihat respon dari
masa produksi panen, satuan jumlah pakan indukan adalah Kilogram dan
Ton.
tersebut.
BAB IV
56
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
wilayah yang cukup strategis berada di hinterland Kota Jambi, hal ini
ini memiliki peluang yang cukup besar sebagai daerah pemasok kebutuhan
dan jasa.
2
Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi ± 5.246 KM , secara
57
0 1
Secara Geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak antara 1 51 Lintang Selatan
0 1 0 1
sampai dengan 2 01 Lintang Selatan dan diantara 103 15 Bujur Timur sampai
0 1
dengan 104 30 Bujur Timur.
Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 18 desaa, 50 dusun dan 229 Rukun
berjarak 32 Km dari ibu kota Kabupaten Muaro Jambi. Kumpeh Ulu juga
Lokasi budidaya ikan patin umumnya jauh dari jalan raya utama yang
Jambi. Selain itu lokasi budidaya ikan patin juga jauh dari pemukiman
warga. Lokasi area budidaya ikan patin yang cukup dekat dengan
Desa Kota Karang umumnya cukup jauh. Namum demikian, akses untuk
sampai kelokasi area perekonomian cukup muda. Hal itu karena sudah ada
jalan disekitar kolam yang digunakan sebagai sarana untuk jalan produksi.
58
Jala produksi yang sudah ada berupajalan tanah yang dipadatkan dengan
ukuran kurag lebih 3 meter sehingga bisa untuk masuk kendaraan roda 2
maupun roda 4.
a. Kontruksi Kolam
Ulu umumnya adalah kolam tadah hujan. Kolam dibentuk dari penggalian
tanah cekungan baik lahan basah/rawa maupun lahan kosong yang belum
b. Penebaran Benih
hari atau sore hari dengan padat tebar antara 5.000-6.000 ekor perkolam.
59
remah (crumble) ukuran 1-2 mm. frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari
yaitu pagi,siang dan sore hari. Cara pemberian pakan dengan ditebar
makan. Jumlah pakan yang pada tahan awal rata-rata 1-5 sak (30-150 kg).
c. Pemberian Pakan
sebanyak 3% dari bobot tubuh dengan frekuensi pemberian antara 2-3 kali
pembudidaya ikan patin. Hal itu seiring dengan kontruksi kolam yang
air yang dilakukan sifatnya isidentil yaitu apabila terdapat masalah denan
bahwa pemeliharaan ikan patin tidak mesti memakai air yang bagus dan
ikan patin cukup toleran dengan kondii air tersebut. Oleh karena itu,
e. Waktu Pemanenan
60
Waktu pemeliharaan ikan patin hingga mencapai ukuran konsumsi
Jambi atau sore hari untuk pemasaran keluar Jambi. Jumlah hasil panen
perkolam berkisar antara 2.500-3.000 kg. buaya panen ikan patin dikolam
250,-/kg.
supaya memperoleh hasil yang baik. Salah satunya adalah cara budidaya
ikan yang baik (CBIC). CBIC adalah penerapan cara memelihara atau
61
Desa Kota Karang di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro
berjumlah 1710 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 855 jiwa dan
perempuan 855 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) laki-laki sebanyak 330
pembudidaya ikan dan jenis ikan yang mayoritas adalah ikan patin.
berikut.
62
Tabel 4.1 Jumlah penduduk desa kota karang berdasarkan
pendidikan tahun 2018
anggota keluarga, makan dua kali sehari atau lebih. Seluruh anggota
dan berpergian. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan tanah. Bila
sakit berobat ke petugas kesehatan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
kebutuhan hidupnya.
63
Kesejahteraan Jumlah Persentase (%)
Prasejahtera 51 11,33333
Sejahtera 1 189 42
Sejahtera 2 95 21,11111
Sejahtera 3 58 12,88889
Sejahtera 3 plus 57 12,66667
Jumlah 450 100
Sumber : Monografi Desa Kota Karang
Karang yaitu pendapatan rata-rata yang besar adalah kepala keluarga sebesar
karena sebagian besar yang bekerja atau memenuhi beban tangggunan keluarga
(menabung).
BAB V
64
5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Pembudidaya
5.1.1 Umur
penduduk produktif (20-60 tahun) dan jumlah yang tidak produktif dibawah
kondisi fisik yang kuat. Umur pembudidaya yang masih muda akan sangat
65
responden sebanyak 60, menunjukkan kelompok umur nelayan tertinggi
yaitu antara 25-34 tahun sebanyak 22 atau 36,6% pembudidaya dan jumlah
keluarga yang cukup besar. Dimana semakin muda usia petani, cenderung
memiliki sifat fisik yang kuat dan dinamis dalam menelola usahataninya,
sehingga mampu bekerja lebih kua dari oetani yang usianya tua. Selain itu
2015)
5.1.2 Pendidikan
66
Dengan demikian dapat menunjang pencapaian produksi yang optimal
pendidikan yaitu tamat SMP sebanyak 27 atau 45% dan jumlah terendah
rendah karena pada umumnya masyarakat di Desa Kota Karang pada anak
nafkah sehingga tidak pelru lagi melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
67
tinggi. Meskipun begitu para pembudidaya di Desa Kota Karang mampu
bahwa jumlah anggota keluarga pembudidaya paling tinggi yaitu 2-4 jiwa
sebanyak 53 atau 88,3% dan jumlah yang terendah yaitu lebih dari 5 jiwa
68
sebanyak 3 atau 5%. Rata-rata jumlah anggota keluarga dalam 1 (satu)
pembudidaya di Desa Kota Karang. Hal ini berarti masih diatas yang
Desa Kota Karang, hal ini ditunjukkan sebanyak 48 responden atau 80%
dan jumlah penduduk dari luar Desa Kota Karang atau pendatang
69
Kepemilikan kolam dalam penelitian ini merupakan status
responden atau 70% dari 60 responden dan sisanya 18 responden atau 30%
5.1.6 Pengalaman
yang dimiliki oleh pembudidaya ikan patin di Desa Kota Karang yaitu
sebagai berikut :
70
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok
Pengalaman Pembudidaya di Desa Kota Karang Tahun 2018
rata-rata mereka yang telah bekeluarga ataupun membantu orang tua. Rata-
tahun, 7 tahun ini merupakan waktuyang cukup lama karena untuk sekali
panjang dan lebar kolam yang dimiliki oleh pembudidaya ikan patin.
71
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok
Luas Kolam Pembudidaya di Desa Kota Karang Tahun 2018
ikan patin di Desa Kota Karang dengan luas lahan tertinggi antara 310m2-
kolam yang dimiliki pembudidaya ikan patin sebesar 447,3 m. Luas lahan
kolam ikan patin ini menunjukkan berapa besar potensi yang bisa
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan patin yaitu, pakan, bibit, luas
kolam dan tenaga kerja terhadap produksi ikan patin di Desa Kota Karang
pendekatan OLS, dan dengan pengujian asumsi klasik serta pengujian hipotesis
berikut ini.
1. Multikolinearitas
linear yang “perfect” atau exact diantara sebagian atau semua variable
72
bebas alam model regresi sehingga menyulitkan untuk mengidentifikasi
variable bebas dan variable terikatnya yaitu pakan, bibit, tenaga kerja dan
luas kolam terhadap produksi ikan patin dalam model. Setelah hasil
estimasi maka dapat dilakukan uji Multikolinearitas yang dapat dilihat dari
Pada tabel 5.8 untuk melihat nilai VIF variable pakan (PKN), bibit (BBT),
tenaga kerja (TK) dan luas kolam (LK) terhadap produksi ikan patin kurang dari
10 maka dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearias didalam penelitian.
2. Autokorelasi
Uji autokorelasi dengan menggunakan metode Breusch-godfrey
kemungkinan juga pada data cross section. Dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
73
20 35
2.0 0.
203 Prob. Chi- 36
Obs*R-squared 61 Square(2) 42
Pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai Pobabilita Chi-Square lebih besar
dari nilai α yang dipilih yaitu 0,3642 > 0,05 dan tidak mengalami signifikan dalam
bibit, tenaga kerja dan luas kolam terhadap produksi ikan patin tidak terdapat
autokorelasi.
3. Heterokedastisitas
variable inependen (pakan, bibit, tenaga kerja, dan luas kolam) yang
varians yang sama. Jika terjadi heterokedastisitas maka penaksir OLS tetap
tak bias dan konsisten, tetapi penaksir tidak tadi tidak lagi efisien baik
0.5 0.
128 72
F-statistic 54 Prob. F(4,55) 65
2.1 0.
574 Prob. Chi- 70
Obs*R-squared 41 Square(4) 68
1.9 0.
965 Prob. Chi- 73
Scaled explained SS 48 Square(4) 64
74
Sumber : Output EViews9 data diolah (2018)
dari nilai α yang dipilih yaitu 0,7364 > 0,05 dan tidak mengalami signifikan dalam
kerja dan luas kolam tterhadap produksi ikan patin dalam penelitian ini tidak
terdapat heterokedastisitas.
4. Normalitas
dari model yang dibentuk sudah berdistribusi normal atau tidak. Konsep uji
adalah apabila nilai probabilitas J-B hitung < nilai probabilitas α (0,05), maka
ditolak. Apabila nilai probabilitas J-B hiung > nilai probabilitas α (0,05), maka
75
12
Series: Residuals
Sample 1 60
10 Observations 60
8 Mean -1.63e-15
Median 0.005537
Maximum 0.469496
6 Minimum -0.579982
Std. Dev. 0.209848
Skewness -0.266628
4
Kurtosis 3.202662
2 Jarque-Bera 0.813585
Probability 0.665782
0
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
Sumber : Output EViews9 data diolah (2019)
lebih besar dari nilai probabilitas α (0,05) dalam pendekatan Juourque-Berra test,
normal diterima.
1. Uji F Statistik
76
bersama-sama variable bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
8.
0.5 03
442 Mean dependent 20
R-squared 68 var 27
0.
0.5 31
111 S.D. dependent 08
Adjusted R-squared 23 var 49
-
0.
0.2 13
173 Akaike info 50
S.E. of regression 45 criterion 08
0.
2.5 03
981 Schwarz 95
Sum squared resid 32 criterion 21
-
0.
9.0 06
502 Hannan-Quinn 67
Log likelihood 38 criter. 40
1.
16. 76
421 Durbin-Watson 20
F-statistic 21 stat 80
0.0
000
Prob(F-statistic) 00
statistik sebesar 0,00000 atau lebih kecil dari α = 5% (0,05) yaitu 0,0000 <
dapat disimpulkan bahwa variable pakan (PKN), bibit (BBT), tenaga kerja
77
(TK) dan luas kolam (LK) secara bersama-sama berpengaruh signifikan
2. Uji t Statistik
bibit, tenaga kerja dan luas kolam. Perhitungan dapat digunakan menerima atau
menolak hipotesis yang dirumuskan, yaitu dengan melihat taraf signifikan α = 1%,
5% dan 10%. Apabila probilitas lebih kecil dari pada taraf signifikan yang telah
apabila probabilitas lebih besar dari pada tingkat signifikan yang ditetapkan maka
secara signifikan terhadap variabel terikat. Hasil regresi linear berganda untuk
Coe t- Pr
ffici Std. Statis ob.
Variable ent Error tic
0.54 0.6
450 1.090 0.499 19
C 2 944 111 7
0.26 0.0
684 0.135 1.969 54
PKN 9 515 153 0
0.58 0.0
590 0.158 3.694 00
BBT 8 589 495 5
TK 0.04 0.071 0.693 0.4
966 607 571 90
78
4 9
0.00 0.9
917 0.085 0.106 15
LK 0 787 888 3
variable pakan (PKN) nilai probabilitas sebesar 0,0540 atau lebih kecil dari nilai α
= 10% (0,1) yaitu 0,0540 < 0,1. Maka Ho ditolak Ha diterima. , dari hasil tersebut
probabilitanya sebesar 0,0005 atau lebih kecil dari nilai α = 5% (0,05) yaitu
0,0540 < 0,05. Maka Ho ditolak Ha diterima. , dari hasil tersebut dapat dinyatakan
bawa variable bibit ikan secara individu berpengaruh signifikan terhadap produksi
ikan patin.
probabilitanya sebesar 0,4909 atau lebih besar dari nilai α = 10% (0,1) yaitu
0,4909 > 0,1. Maka Ho diterima Ha ditolak, dari hasil tersebut dapat dinyatakan
bawa variable tenaga kerja secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap
probabilitanya sebesar 0,9153 atau lebih besar dari nilai α = 10% (0,1)
yaitu 0,9153 > 0,1. Maka Ho diterima Ha ditolak, dari hasil tersebut dapat
79
dinyatakan bawa variable luas kolam secara individu tidak berpengaruh
3. Koefisien Determinasi
korelasi keeratan kuat terhadap produksi ikan patin. Hal ini menjelaskan
bahwa pengaruh pakan (PKN), bibit (BBT), tenaga kerja (TK) dan luas
kolam (LK) sebesar 54% dan sebesar 46% dipengaruhioleh variable lan
4. Model regresi
Regresi linear berganda adalah pengaruh pakan ikan, bibibt ikan, tenaga
kerja dan luas kolam terhadap produksi ikan patib di Desa Kpta Karang. Berikut
hasil dari metode analisa dan perhitungan yang dilakukan melalui program
0,009170LnLK
(0,087)
80
1. Nilai konstanta sebesar 0,544502 memberikan arti bahwa jika pakan
(PKN), bibit ikan (BBT), tenaga kerja (TK) dan luas kolam (LK)
diasumsikan tetap atau konstan, maka produksi ikan patin (PIP) akan
(ceteris paribus)
Variabel bebas bibit ikan (BBT) berpengaruh terhadap produksi ikan patin
paribus)
koefesien regresi bernilai postif yaitu 0,049664, yang artinya bahwa setiap
81
Dari hasil regresi menunjukkan bahwa luas kolam (LK) mempunyai
koefesien regresi bernilai postif yaitu 0,009170 yang artinya bahwa setiap
patin dengan asumsi lain variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus).
5. Interpretasi
1. Pengaruh Pakan Ikan Terhadap Produksi Ikan Patin
positif dan signifikan terhadap produksi ikan patin yang berarti sesuai dengan
produksi ikan patin. Nilai koefesien dalam penelitian ini menggambarkan nilai
makan, banyak dalam artian juga dengan kadar tertentu, tetapi mesedikit
melebihkan dari cakupan standar. Maka ikan akan cepat tumbuh atau berat ikan
tersebut akan cepat bertambah, maka produksi ikan juga akan bertambah
dengan asumsi faktor produksi yang lain dianggap konstan. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya oleh Djoko, dkk (2017) yang mengatakan bahwa
pakan sangat berpengaruh terhadap produksi benih lele dumbo. Artinya bahwa
produktivitas ataupun dalam mengelola ikan patin tersebut maka produksi ikan
patin akan meningkat, apalagi nutrisi dan gizi yang terkandung dalam pakan
82
karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein merupakan
yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Pakan disini adalah makanan yang
dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan bahan olahan yang selanjutnya
tercipta daya tarik (merangsang) ikan untuk memakannya dengan mudah dan
lahap.
mengatakan bahwa semakin banyak bibit yang ditebar maka akan semakin
banyak pula produksi ikan yang dihasilkan dengan asumsi faktor produksi
yang lainnya dianggap tetap, karena bibit merupakan faktor produksi utama
dalam memproduksi ikan patin. Hal ini sesuai dengan pendapat (Durborow,
2000) dalam Djoko (2017) tingkat tebar seperti dikolam komersial harus
83
didasarkan pada tingkat maksimum makan yang aman dan ekonomis.
Artinya benih ikan juga menentukan seberapa banyak produksi ikan yang
dihasilkan dengan asumsi tidak ada faktor lain yang mengganggu, jadi
semakin banyak benih ikan yang ditebar maka akan semakin banyak
produksi ikan yang dihasilkan dengan luas kolam yang sesuai dan pakan
ikan patin. Menurut (Susanto, 2011) mengatakan bahwa lahan atau kolam
air juga harus melimpah. Lokasi yang akan digunakan harus memenuhi
syarat teknis antara lain debit air yang cukup tersedia, tidak tercemar limbah
dan mudah diperoleh. Dalam penelitian ini dengan rata-rata luas kolam
sebesar 15m x 30m, besar kemungkinan bahwa luas lahan kolam tidak
mengakibatkan kualitas air mejadi kurang baik, hal ini yang membuat lahan
84
0,009170. Hal yang sama dilakukan oleh (Djoko, dkk 2017) dalam risetnya
bernilai positif, yang artinya bahwa setiap penambahan satu persen lahan
kolam akan menambah satu persen produksi pembenihan ikan lele dumbo.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Sumartin (2018) hasil riset yang
negatif tentu akan memberikan pengaruh yang negatif. Hal ini menunjukkan
dapat menurunkan produksi usaha budidaya ikan patin sebesar satu persen.
dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Pada hasil penelitian yang
85
menumjukkan bahwa variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifkan
terhadap produksi ikan mas. Namun memiliki koefisien yang bernilai postif.
ikan, tenaga kerja dan luas kolam. Sedangan pengaruh tidak langsung
yaitu umur, pendidikan dan pengalaman. Hal ini juga dapat disebut dengan
sumber inefisiensi. Kemudian untuk melihat nilai gamma (ϒ) dan noise
(Mean TE).
Table 5.13 Pendugaan Fungsi Produksi Ikan Patin dengan Pendekatan MLE
86
Gamma (ϒ) 0.55 0.30 1.84
Mean TE 0.90
Umur -0.03 0.02 -1.33
Pengalaman -0.07 0.04 -1.85
Pendidikan 1.06 0.70 1.51
Sumber : Output Frontier 4.1 data diolah (2019)
metode MLE dapat melihat nilai rata-rata efisiensi teknis, gamma (ϒ) dan
berasal dari noise (vi). Model ini cukup baik karena ϒ lebih besar dari 0
bahwa seluruh error term adalah sebagai akibat dari noise (vi) seperti
cuaca, hama dan sebagainya, dan bukan akibat dari inefisiensi. Jika
patin dianalisis berdasarkan nilai rasio antara produksi aktual dan produksi
87
potensial. Beberapa penelitian sebelumnya sebagaimana dirangkum dalam
efisiensi teknis dikategorikan cukup efisien jika lebih besar dari 0,70. Dengan
frontier 4.1 didapatkan nilai mean TE atau rasio efisiensi teknis yaitu
0,90. Artinya, nilai ini telah mendekati angka 1, nilai ini menunjukkan
patin lebih dari satu yaitu 1,85. Jika lebih besar maka pembudidaya tidak
efisien secara teknis. Kemudian berbeda dengan riset yang dilakukan oleh
88
profitabilitas dan efisiensi teknis budidaya perikanan di Punjab, India
untuk mencapai efisiensi teknis harus mencapai nilai lebih dari 80 persen.
budidaya ikan patin yaitu meliputi umur (Z1) dan pengalaman (Z2) tidak
masing-masing -0,03 dan -0,07. Hal ini artinya bahwa setiap ada penambahan
umur dan pendidikan satu persen maka akan mampu menekan angka inefisiensi
masing-masing -0,03% dan -0,07% terhadap produksi atau dengan kata lain
bahwa setiap penambahan satu persen umur maka akan meningkatkan produksi
singnifikan pada taraf signifikansi alpha 10% dengan nilai koefisien 1.06. Hal ini
patin maka akan menambah tingkat inefisiensi sebesar 1,06% dengan kata lain
efisiensi teknis, diduga karena semakin tingginya tingkat pendidikan menjadikan semakin
89
sedikit waktu yang digunakan dalam melakukan produktivitas, sehingga produksi kurang
optimal.
bYPy
1. NPM = =Px
x
mencapai tingkat efisiensi alokatif. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai rata-rata
efisiensi harga yang lebih dari satu yaitu sebesar 13,773. Untuk menganalisis
1. Pakan dengan nilai efisiensi alokatif yaitu lebih kecil dari satu yaitu
penggunaan pakan tidak efisien dari sisi harga sehingga perlu dikurangi
pakan yang terus meningkat dari harga 6.500.000 bisa naik sampai dengan
harga 7.100.000 per ton, sedangkan harga ikan patin sendiri masih belum
90
stabil. Peggunaan pakan secara berlebihan juga tidak bagus untuk ikan
tersebut, bukan hanya terhadap ikan belum tentu pakan tersebut dimakan
penelitian ini pakan yang digunakan adalah pelet. Dengan tidak efisien
keuntungan.
2. Faktor produksi bibit mempunyai nilai efisien lebih dari satu (22,64961).
Artinya bahwa secara ekonomis alokasi dari faktor produksi tersebut yaitu
bibit ditinjau dari sisi harga belum efisien atau masih kurang sehingga
perlu ditambah agar dapat meningkatkan hasil produksi ikan patin yang
harga bibit rata-rata yang didapatkan oleh peneliti saat melakukan riset
yaitu 183 rupiah per ekor. Dengan menambah bibit maka akan menambah
3. Tenaga kerja memiliki nilai efisiensi yang lebih besar dari satu yaitu
belum efisien dari sisi harga maka dari itu perlu ditambah. Jadi dalam
melakukan produktivitas ikan patin harus dengan jam kerja yang optimal,
dalam penelitian ini kebanyakan tenaga kerja dari anggota keluarga sendiri
sehingga tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya. Dengan jam kerja yang
optimal, maka pengelolaan ikan patin dapat dilakukan dengan baik atau
91
tidak asal-asal saja, dengan begitu produksi yang dihasilkan juga akan baik
4. Luas kolam dengan nilai efisiensi alokatif lebih kecil dari satu yaitu
oleh pembudidaya, tetapi apabila luas kolam terlalu besar dan tidak dapat
penggunaannya, seperti pada hasil bibit ikan yang harus ditambah, maka
dapat dilihat secara langsung luas kolam masih belum dapat digunakan
secara optimal, sehingga luas kolam harus dikurangi, dan pakan juga harus
tenaga kerja dari jam kerjanya harus ditambah penggunaanya agar dapat
penelitiannya menunjukkan rata-rata nilai efisiensi harga dari faktor poduksi yang
digunakan lebih dari satu artinya penggunaan faktor produksi relatif belum
92
lebih banyak faktor produksi untuk meningkatkan produksi ikan dalam bisnis
budidaya serta agar dapat menghasilkan produksi ikan yang cukup untuk
bahwa faktor produksi luas kolam, pupuk, benih, pakan, probiotik dan tenaga
kerja lebih kecil dari satu. Hal itu berarti bahwa secara ekonomis faktor produksi
memilikinilai efisiensi lebih besar dari satu artinya faktor produksi kapur belum
mencapai tingkat efisien dari sisi harga, maka dari itu usaha untuk meningkatkan
hasil produksi pembudidaya ikan patin dapat dilakukan dengan cara menambah
EE = ET x EA = 1
teknis dan efisiensi alokatif sama dengan satu. Dalam penelitian ini, peneliti
mencapai tingkat efisiensi ekonomi. Hal ini dikarenakan nilai efisiensi teknis dan
efisiensi alokatif tidak sama dengan satu, namun nilai efisiensi teknis telah
mendekati satu sedangkan efisiensi alokatif lebih besar dari satu, (ET<EA) yang
maksimum, namun secara harga belum efisien karena harga dari pengunaan
93
masing-masing input tidak stabil atau harga yang ekstream, sering kali
harga semakin waktu semakin naik, bahkan tiba-tiba melonjak naik. Hal ini lah
penyebab pembudidaya tidak mencapai tingkat efisiensi dari sisi harga yang
berdampak pada nilai efisiensi ekonomi yang mana input digunakan untuk
produksi tidak optimal dan biaya yang dikeluarkan tidak maksimum, maka
usaha pembudidaya ikan patin belum efisien. Kemudian penelitian yang dilakukan
oleh (Anggraini, dkk 2016) mengenai efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi
kurang dari 0,80 yaitu sebesar 0,47 dengan nilai yang rendah petani ubikayu tidak
habiat ang hilang dan berubah (Rahardjo, 2007). Adapun faktor eksternalitas
atau faktor yang tidak dapat dikendalikan dalam memproduksi ikan patin.
Teori ini sesuai dengan riset yang telah dijalankan oleh peneliti, pembudidaya
94
juga mengatakan faktor lain yang mempegaruhi produksi ikan patin ini, faktor
ini berdampak negatif pada produksi ikan patin yaitu seperti perubahan iklim
atau cuaca yang ekstream. Pada saat perubahan cuaca dari panas menjadi tiba-
tiba hujan maka ikan tersebut akan terkejut dan beberapa ikan akan mati.
Selain dari cuaca juga dari perubahan tingkat keasaman air, dalam penelitian
menetralkan air tersebut, seperti EM4, plankton, dolomit, catalyst dan boster.
Adapun obat yang dibuat secara alami yaitu dari bubuk kunyit, potongan
pohon pisang, garam dan ikan tidak diberi makan selama beberapa waktu agar
ikan dapat bertahan hidup dengan baik. Hal ini sependapat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pratama, dkk (2016) bahwa faktor-faktor lain seperti
lingkungan atau kondisi daerah penangkapan ikan seperti cuaca, musim dan
ikan. Kemudian juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Rahardjo,
iklim tidak mudah, karena di lapangan hal ini berjalan serentak. Belum lagi
ikan yang dipelihara dalam pembesaran akan mengalami hal yang sama
seperti ikan liar. Yang tidak sama adalah ikan peliharaan tidak mampu
95
menyingkir karena terkungkung di kolam atau di jaring apung di suatu danau,
limbah yang merupakan sisa pakai dari produktivitas kolam ikan, yang
berarti isi limbah tersebut adalah air selama satu siklus panen (rata-rata 6
bulan) dan kotoran dari ikan. Adapun dampak dari limbah kolam ikan ini
dilihat dari dua sisi yaitu dampak baik dan dampak buruk. Menurut hasil
ini jauh dari perumahan warga, maka tidak begitu terasa dampak buruk
yang diakibatkan dari limbah air kolam ikan ini terhadap lingkungan.
Jadi dapat dinyatakan bahwa limbah dari air kolam ikan itu
dan tanaman, sisa yang ditebar tidak dimakan oleh ikan dan mengendap
disedot air nya dan dialihkan atau dibuang ke suatu lahan perkebunan
maka lahan tersebut akan subur dalam penelitian ini peneliti menemukan
96
sawit dan tanaman sayuran. Hal ini memang benar terjadi contohnya dapat
dilihat pada saat limbah dibuang ke tanah kosong atau rumputnya masih
pendek, maka rumput itu akan cepat tumbuhnya dan menjadi semak.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
97
pembudidaya ikan patin adalah penduduk asli Desa Kota Karang dengan
ikan patin yaitu 32 tahun. Rata-rata luas kolam yang dimiliki pembudidaya
ikan patin adalah 447m2 atau sekitar 15m x 30m dengan jumlah sebanyak
41 responden.
melihat pengaruh pakan, bibit ikan, luas kolam dan tenaga kerja terhadap
produksi ikan patin , maka diperoleh hasil dengan uji simultan atau
bersama-sama bahwa variabel pakan ikan, bibit ikan, luas kolam, dan
patin. Secara parsial variabel pakan ikan dan bibit ikan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap poduksi ikan patin, sedangkan variabel luas kolam
dengan nilai yang lebih besar dari 0,70 yaitu rata-rata nilai efisiensi teknis
98
4. Belum mencapai tingkat efisiensi alokatif atau pembudidaya belum
nilainya lebih besar dari satu yaitu sebesar 13,084. Nilai ini adalah
6.1 Saran
pembudidaya ikan patin dengan input teknologi yang ada, karena dengan
99
dapat dilakukan dengan mengkombinasi input produksi yang sesuai yaitu
ekonomi.
Karang agar produksi ikan patin di Desa Kota Karang dapat ditingkatkan.
100
menstabilkan harga, sehingga pembudidaya dapat mendapatkan
Daftar Pustaka
Anggraini, N.M dan N. Abdulgani, 2013. Pengaruh Pakan Alami dan Buatan
Terhadap Pertumbuhan Ikan Bertutu pada Skala Laboratorium.
Jurnal Sains dan Seni Pomits.
Anggraini, dkk. 2016. Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Pada Usahatani
Ubikayu di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Jurnal
Agribisnis Indonesia.
Bukit, A. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor
(Studi Kasus Pembenihan dan Pembesaran di Kecamatan Cimpea).
Institur Pertanian Bogor.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2017. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
(NTPI) 2017.
Djoko M., dkk. 2017. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Kabupaten Wongiri. Jurnal
Ekonomi.
101
Esobhawan, dkk. 2010. Economic Eficiency of Aquaqulture Production in
Edo, Nigeria. International Journal of Economics. Ambrose Alli
University.
Fatchiya A. 2017. Development Pattern for Fresh Water Fish Pond Farmers
Capacity in West Java Province. Journal Econometrics.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan : Sumarno Zain.
Erlangga, Jakarta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivarriate dengan Program IBM
SPSS 21 Update PLS Regresi. Cetakan VII Semaang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hasanudin. 2018. Efisiensi Teknis Dan Pendapatan Usaha Tani Pembenihan
Ikan Patin di Kota Metro Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Hidayatullah, Arief. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi Usaha Keramba Ikan Mas di Kecamatan Baribik
Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jurnal Agribisnis Universitas Islam
Kalimantan.
Hishamnuda, N. Ridler, N,B. Bueno, P. Yap W,P. 2009. Commercial
Aquaculture in Southeast Asia. Some Policy Lesson.
Hutagalung, dkk. 2012. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Cabai(Kasus
Kelurahan Tiga RungguKecamatan Purba Kabupaten Simalungun).
Jurnal Pertanian USU
Kementrian kelautan dan perikanan (KKP). 2017. Potensi ikan nasional di
Indonesia.
Kittilertpaisan, P. Kittilertpaisan, K.., and Khatiwar P. 2016. Technical
efficiency Of Rubber Farmers in Changwat Sakon Nakhon :
Schotastic Frontier Analy. International Journal of Economics snf
Financial Issues.
Kune, dkk. 2016. Analisis Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif Usaha Tani
Jagung (Studi Kasus di Desa Batifa Kecamatan Mioafo Timur
KabupatenTimor Tengah Utara). Jurnal Agribisnis Lahan Kering.
Kuswanto. 2018. Dampak efisiensi produk karet terhadap kesejahteraan
petani di Provinsi Jambi. Disertasi Universitas Jambi
Nugroho, M,H. 2008. Analisis Pendapatan dan Usaha yang Mempengaruhi
Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersetifikat SNI
(Kasus di Desa Beji Kecamatan Bendung, Kabupaten Banyumas
Jawa tengah). Skripsi. Institusi Pertanian Bogor.
Pindyck, S. dan Daniel L Rubinfeld. 2012. Mikroekonomi : Erlangga.
102
Pratama, dkk. 2016. Factor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Unit
Penangkapan Purse Seine (Gardan) di Fishing PPP Base Muncar,
Banyuwangi Jawa Timur. Jurnal Saintek Perikanan Universitas
Diponegoro/ Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology
(IJFST).
Pusat Data Statistik, Dan Informasi Kementrian dan Kelautas Perikanan. Nilai
Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI) 2015.
Rahardjo, M. F. 2007. Lampu merah biodiversitas ikan di perairan tawar Indonesia.
Makalah kunci padaSeminar Nasional Tahunan IV Hasil Penelitian
Perikanan dan Kelautan, Jurusan Perikanan danKelautan, Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada.
103
Zelvina, O. 2009. Analisis Pendapatan dan Pemsaran Usaha Ikan di Desa
Tegalwaru, Kecamatan Cimpea Kabupaten Bogor. Departmen
Agribisnis. Institur Pertanian Bogor.
Zulhadi, T. dan Azwar, B. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Ikan di Kabupaten Kampar Riau. Berkala Perikanan Terubuk.
Diakses 24 september 2018.
LAMPIRAN
Lampiran 1,
Kuisioner
104
Judul Penelitian :Analisis Efisiensi Produksi Ikan Patin (Pagisius P)
di Kawasan Akuakultur, Desa Kota Karang,
Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi.
Desi Agustiani
C1A015015
Tanggal :
No Responden :
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama responden :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir :
a. Tidak sernah sekolah
b. Tidak tamat sekolah
c. SD
d. SMP
105
e. SMA
f. Sarjana
4. Jumlah anggota keluarga ............ orang
5. Tempat tinggal ( a. Penduduk asli kota karang, b. Pendatang)
2. Ikan ………………
3. Ikan ………………
5. Berapa biaya yang diperlukan untuk pergi sekali panen (per trip)
Biaya modal :
a. Sewa lahan Rp …………
b. Membuat kolam Rp …………
c. Bangunan (Rumah menyimpan pakan) Rp …………
Jumlah Rp …………
Biaya Operasional :
106
6. Berapa lama bapak/saudara bekerja untuk mengelola ikan tersebut.
…….jam (jam….s/d jam…………..)
7. Apakah bapak/saudara menggunakan alat dalam mengelolah ikan ( a.
Ya / b. Tidak ), jika menggunakan alat :
107
16. Kemana saja pemasaran ikan ini dilakukan ?.............................
17. Dari mana sumber air kolam ? .................................................
18. Kemana limbah air kolam dialirkan ? .............................................
19. Apa dampak dari limbah air kolam tersebut ? ..................................
20. Jika terjadi banjir, apa tindakan yang ilakukan ?..................................
21. Apakah perubahan cuaca berdampak terhadap produksi ikan ?( a. Ya /
b. Tidak) berapa persen dampaknya ........................................
22. Apa tindakan ataupun solusi yang baik dalam menghadapi perubahan
cuaca ? .......................................................................
23. Menurut bapak/saudara apa permasalahan utama dalam mengelolah
ikan selama ini ?...........................................................................
...................................................................................................
24. Apa penyebab dari masalah tersebut ?.............................................
25. Bagaimana solusi yang baik untuk masalah tersebut ?......................
...................................................................................................
26. Apa harapan bapak/saudara agar usaha ikan patin ini terus
berjalan ?..................................................................................................
..................................................................................................................
..
Lampiran 2,
108
M. BAGUS 3000 3000 5000 1.5 325
SAMSUL 2200 4000 5000 4 375
SOPIYAN 3400 5000 7000 3 420
AHMAD M 3500 6000 7000 3 300
ROSMAINI 4000 7000 8000 2 450
SARMI 4000 7000 8000 2 450
A. HADI 3000 5000 6000 1.5 375
YUSMAN
PRASNI 2500 2500 4,000 2 560
AZHAR 2000 4500 6000 2 800
TAHA 2000 4500 7000 6 300
RUSMADI 2,600 4000 5000 4 300
H. SARJI 5000 7000 10,000 6 560
A. BASID 5000 7500 10,000 4 600
HELMI 5000 6000 8000 6 375
AMIN 3000 3000 5000 3 375
ANDRA 2600 4000 5000 4 375
SARGANI 3000 3500 6000 1.5 324
WIDIA 4000 5000 7000 4 375
REKA MAILIA 4000 4500 7000 1.5 375
HAFIS 2700 4000 7,000 2 450
ZAIDAN 3300 4500 7000 3 750
SARIPAH 2800 5000 8000 1.5 300
DEFRY
SURYAWINAT
A 4000 4000 10,000 5 600
JAMALUDIN 3000 4000 6000 3 600
ARMAIN 6000 6500 10,000 3 800
SOFIAN 1400 4000 5000 1.5 450
AZHAR 3000 6000 7000 1.5 450
JUNITA 3000 3000 5000 1.5 450
ROSIDI 3,400 2,500 6000 1.5 375
KHOIRIAH 2,200 3,200 5,000 1.5 360
HENDRA 2,500 3,200 5000 1.5 360
YUDI 2000 3000 5000 2 450
SAMSUL 4,500 6300 7000 4 450
ISKANDAR 2000 3100 5000 2 312
ERIX
EKSTRADA 3000 5000 10,000 2 390
SYAIHAN 2700 5000 6000 2 300
SADAM
HUSAINI 2000 2500 6500 2 450
NASIR ANSORI 2000 3000 5000 1.5 300
DESFAN
KHOLID 2300 3500 7000 1.5 360
109
SUPARTO 4500 4000 6000 2 325
ANTONI 2400 3500 6000 2 375
TANGSI 3000 5000 7000 4 450
MUHAMMAD Z 2000 3000 5000 2 350
ATOK 3000 4000 5000 2 364
3800 4000 5000 3 450
DARMAWI 3500 4000 5000 4 360
HENDRI 4600 6000 8200 3 1125
HANDIKA 3500 5000 8000 4 810
HILMAN 3500 5000 8000 4 375
Lampiran 3,
Hasil Regresi
Variable Co Std. t- Pr
effi Erro Stati ob
cie r stic .
110
nt
8.
0.5 03
442 Mean 20
R-squared 68 dependent var 27
0.
0.5 31
111 S.D. 08
Adjusted R-squared 23 dependent var 49
-
0.
0.2 13
173 Akaike info 50
S.E. of regression 45 criterion 08
0.
2.5 03
981 Schwarz 95
Sum squared resid 32 criterion 21
-
0.
9.0 06
502 Hannan-Quinn 67
Log likelihood 38 criter. 40
1.
16. 76
421 Durbin- 20
F-statistic 21 Watson stat 80
Prob(F-statistic) 0.0
000
111
00
0.9 0.
234 40
F-statistic 20 Prob. F(2,53) 35
2.0 0.
203 Prob. Chi- 36
Obs*R-squared 61 Square(2) 42
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 02/13/19 Time: 15:16
Sample: 1 60
Included observations: 60
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Co
effi Std. t- Pr
cie Erro Stati ob
Variable nt r stic .
C - 1.11 - 0.
0.2 312 0.22 82
512 7 573 23
112
67 1
0.0 0.13 0.18 0.
258 706 874 85
PKN 70 4 5 10
- -
0.0 0.15 0.01 0.
019 881 227 99
BBT 50 9 6 03
0.0 0.07 0.08 0.
064 195 907 92
TK 09 2 7 94
0.0 0.08 0.08 0.
074 705 537 93
LK 32 9 1 23
0.1 0.13 0.97 0.
350 790 929 33
RESID(-1) 47 1 8 19
- -
0.1 0.14 1.06 0.
492 053 233 29
RESID(-2) 90 0 2 29
-
1.
0.0 63
336 Mean E-
R-squared 73 dependent var 15
8 Mean -1.63e-15
Median 0.005537
Maximum 0.469496
6 Minimum -0.579982
Std. Dev. 0.209848
Skewness -0.266628
4
Kurtosis 3.202662
2 Jarque-Bera 0.813585
Probability 0.665782
0
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
113
Hasil Ujian Asumsi Klasik Heterokedastisitas
0.5 0.
128 72
F-statistic 54 Prob. F(4,55) 65
2.1 0.
574 Prob. Chi- 70
Obs*R-squared 41 Square(4) 68
1.9 0.
965 Prob. Chi- 73
Scaled explained SS 48 Square(4) 64
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 02/13/19 Time: 15:17
Sample: 1 60
Included observations: 60
Co
effi Std. t- Pr
cie Erro Stati ob
Variable nt r stic .
114
13 0
0.
0.0 04
359 Mean 33
R-squared 57 dependent var 02
- 0.
0.0 06
341 S.D. 48
Adjusted R-squared 55 dependent var 09
-
2.
0.0 52
659 Akaike info 15
S.E. of regression 06 criterion 13
-
2.
0.2 34
389 Schwarz 69
Sum squared resid 00 criterion 84
-
2.
80. 45
645 Hannan-Quinn 32
Log likelihood 38 criter. 45
1.
0.5 70
128 Durbin- 87
F-statistic 54 Watson stat 55
0.7
265
Prob(F-statistic) 14
115
Lampiran 4
Dokumentasi
116