PENDAHULUAN
Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan.
Produk makanan kering dengan bahan 'baku ikan dicampur dengan
tepung tapioka ini" sangat digemari masyarakat. Makanan ini sering
digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun sebagai
makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu
dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini menjadi kegemaran
masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain
rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-
zat kimia yang dtperlukan oleh tubuh manusia.. Hal ini menunjukkan
bahwa kandungan protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah
mengalami pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang,
kandungan vitamin dan mineral pada kerupuk ikan lebih rendah.
Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah
diusahakan. Industri ini banyak berkembang di wilayah-wilayah
perairan dengan produksi ikan tinggi. Di samping dapat diusahakan
dengan peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan dengan
peralatan tradisional. Oleh sebab Itulah usaha kerupuk ikan banyak
dilakukan oleh rumah tangga yang merupakan industri mikro.
STRATEGI PEMASARAN
Aspek Pasar
1. Permintaan
2. Penawaran
Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan adalah
segmen pasar yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas
dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai masyarakat
penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga
bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah
konsumsi kerupuk ikan akan meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang
menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari.
Aspek Pemasaran
1. Harga
2. Rantai Pemasaran
Ø Usaha penggorengan
Ø Pengecer
3. Kendala Pemasaran
BAB III
Lokasi Usaha
a. Fasilitas Produksi
Ø Lahan penjemuran
Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas
dibandingkan bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang
digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah yang
dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran
diberi atap untuk penyimpanan sementara kerupuk yang belum
kering pada waktu malam hari atau saat hujan.
b. Peralatan
1. Baskom
2. Dandang
4. Pisau
5. Tampah (Nyiru)
6. Kompor
7. Loyang
8. Sendok
Ø Pencetak
Ø Mesin pemotong
c. Bahan Baku
a. Teknologi tradisional
b. Teknologi modern
Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern menggunakan
peralatan seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk
yang lebih variatif, mesin pemotong yang lebih eepat dan
penggunaan oven, Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan
jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan
teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan
kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan menghemat jumlah
tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya
operasional.
c. Teknologi menengah
C. ASPEK MANAJEMEN
BAB IV
ASPEK KEUANGAN/FINANSIAL
NoAsumsiSatuanJumlah/
a. Biaya Investasi
Biaya investasi
Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang
mencapai 50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha.
Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian mesin/peralatan
produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan
14,15% sisa biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk
pembelian peralatan lainnya, mobil angkutan dan perijinan.
b. Biaya Operasional
Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan
borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari
anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan
dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya
digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya
dibutuhkan pada saat terjadi kenaikan permintaan.
= (30/285) x Rp.711.298.900
= Rp.74.873.568,-
Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari
kebutuhan dana modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal
kerja sebesar 70% x Rp.74.873.568 = Rp.52.41l.498,-.
Jumlah dan sumber dana untuk usaha kerupuk ikan disajikan dalam
Tabel 5.4. berikut:
Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini
diperoleh dari jumlah adonan per tahun dikalikan dengan jumlah
produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan adonan 570 kali
dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga
kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga
pendapatan produksi kerupuk per tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-.
Pendapatan sampingan diperoleh dari penjualan kantong bekas
tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp.1.368.000,-. Penerimaan
kotor dalam setahun disajikan dalam Tabel berikut ini :
BAB V
ASPEK HUKUM
Usaha kerupuk ikan merupakan industri pengolahan makanan, maka
ia harus mendapat ijin dari instansi terkait seperti Departemen
Perindustrian dan Perdagangan serta Departemen Kesehatan.
Perijinan tersebut diantaranya adalah tanda daftar industri, Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
tanda daftar perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen
Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO). Namun
demikian dalam usaha ini kami baru beberapa yang sudah ada
sedang yang lain masih dalam proses pengadaan perijinan terhadap
Departemen terkait.
BAB VI
Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomi & sosial dari usaha
kerupuk ikan. Aspek ini berkaitan dengan dampak usaha terhadap
perekonomian baik bagi pengusaha maupun bagi perekonomian
secara umum di wilayah tempat tinggal. Aspek ekonomi sangat
terkait erat dengan aspek sosial karena dampak yang ditimbulkan
bersifat social yaitu menyangkut kebutuhan orang lain terutama di
sekitar wilayah usaha.