Anda di halaman 1dari 30

PELATIHAN PENGOLAHAN KERUPUK IKAN UNTUK

MENDUKUNG PENGEMBANGAN NUSA LEMBONGAN SEBAGAI

DESTINASI WISATA PERAPAT


BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sebagian besar luas


wilayahnya merupakan perairan. Ikan merupakan salah satu hasil
perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan
sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan
mudah didapat dengan harga yang relatif murah sehingga dapat
dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Kandungan protein yang
tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah sangat bermanfaat
bagi kesehatan tubuh manusia.

Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi


ikan baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang
merupakan hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan
merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari.

Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan.
Produk makanan kering dengan bahan 'baku ikan dicampur dengan
tepung tapioka ini" sangat digemari masyarakat. Makanan ini sering
digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun sebagai
makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu
dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini menjadi kegemaran
masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain
rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-
zat kimia yang dtperlukan oleh tubuh manusia.. Hal ini menunjukkan
bahwa kandungan protein pada ikan tidak banyak yang hilang setelah
mengalami pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang,
kandungan vitamin dan mineral pada kerupuk ikan lebih rendah.
Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah
diusahakan. Industri ini banyak berkembang di wilayah-wilayah
perairan dengan produksi ikan tinggi. Di samping dapat diusahakan
dengan peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan dengan
peralatan tradisional. Oleh sebab Itulah usaha kerupuk ikan banyak
dilakukan oleh rumah tangga yang merupakan industri mikro.

Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan merupakan bisnis


yang sangat menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun
ekspor untuk komoditi ini masih sangat terbuka. Hal ini dikarenakan
kerupuk ikan merupakan konsuumsi sehari-hari masyarakat sehingga
permintaan untuk kerupuk ikan relatif stabil bahkan cenderung
mengalami kenaikan. Selain mampu meningkatkan pendapatan bagi
pengusaha, usaha ini juga mampu membantu meningkatkan
pendapatan penduduk sekitar yang akhirnya berpengaruh pada
perekonomian daerah.

Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai dampak


sosial yang positif. Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap
tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Secara tidak langsung ini
merupakan upaya penciptaan lingkungan kerja yang mengurangi
jumlah pengangguran di suatu wilayah. Dilihat dari sisi dampak
lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak menimbulkan pencemaran
Iingkungan. Limbah yang dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa
pembersihan yang tidak mengandung zat-zat kimia dan langsung
meresap ke dalam tanah.
BAB II

STRATEGI PEMASARAN

A. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar disini menyangkut hal permintaan dan penawaran


kerupuk ikan sedangkan aspek pemasaran meliputi masalah harga,
rantai pemasaran, peluang pasar dan hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam pemasaran kerupuk ikan.

Aspek Pasar

1. Permintaan

Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan,


agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang
menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian
dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi,
karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas.
Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi
kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk
wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi
kerupuk penduduk wilayah pedesaan.

Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi


dibanding pedesaan dikarenakan pendapatan penduduk di kota yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan
mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah
menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk
sebagai makanan pelengkap ini sering diabaikan oleh penduduk desa
karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih pokok.

WilayahBanyaknya (ons)Nilai (Rp.)Perkotaan


(Urban)0.193154Pedesaan (Rural)0.14799Perkotaan +
Pedesaan0.166122Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi
Penduduk Indonesia, 2003

2. Penawaran

Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang


banyak menghasilkan Ikan terutama daerah-daerah pantai dan
sungai-sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun beberapa
daerah telah memproduksi kerupuk Ikan, data mengenai jumlah
produksi kerupuk ikan baik di tingkat nasional maupun daerah belum
bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survey yang
mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal
maupun nasional.

Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada


musim. Hanya saja kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk
pada musim hujan karena produksinya menurun. Tetapi dengan
berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada
musim hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses
produksi masih bisa dilakukan meskipun tidak sebanyak pada musim
kemarau. Selain itu pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat
menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.

3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena jumlah usaha


pembuatan kerupuk relatif banyak dan jenis kerupuk yang sangat
bervariasi. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat diperoleh
dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang
lebih enak dan warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai
jenis kerupuk yang ada di pasaran membuat konsumen semakin
mempunyai banyak pilihan.

Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan adalah
segmen pasar yang sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas
dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai masyarakat
penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga
bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah
konsumsi kerupuk ikan akan meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang
menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari.

Aspek Pemasaran

1. Harga

Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan.


Jika penawaran menurun maka harga kerupuk cenderung naik.
Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis kerupuk yang
dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam
masalah harga, produsen tidak biisa menentukan harga seperti pada
pasar persaingan sempurna. Pihak yang dapat mempengaruhi harga
adalah pedagang. Banyaknya jenis kerupuk di pasar m.mbuat
konsumen bebas memilih produk sesuai selera, sehingga produk van;
laku tersebut akan naik harganya dan dapat menurunkan harga
kerupuk jlnls lain.

Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen


pada tahun 2004 di 5idoarjo mencapai Rp.30.000,- sampai
Rp.32.500,- per bal isi I) kg kerupuk siap goreng atau Rp.6.000,-
sampai Rp.6.500,- tiap kg. Harga kerupuk ikan ini cukup fluktuatif.
Perubahan harga tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada
pada kisaran 10%. Kenaikan harga terjadi pada saat inilah produksi
menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan
penurunan produksi terutama pada musim penghujan.

2. Rantai Pemasaran

Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai


krpada konsumen. Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar hanya
menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah siap goreng.
Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen
akhir (rumah tangga) melalui 3 cara yaitu:

Ø Usaha penggorengan

Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha


pengolahan lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa
kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas kemudian dijual ke
konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke
konsumen akhir.
Ø Agen/toko

Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk


kerupuk siap goreng pada penjual eceran atau langsung kepada
konsumen akhir.

Ø Pengecer

Pedagang yang menjual langsung kepada konsumen

Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk


akan sampai pada konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk
mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap konsumsi.

3. Kendala Pemasaran

Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga: Harga


kerupuk ikan per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis
kerupuk lain yang tidak memakai ikan sebagai campuran.

Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini menyebabkan pembeli untuk


produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan
menengah ke atas mungkin akan membeli kerupuk ikan sebagai
kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan
yang masih rendah konsumsi untuk kerupuk ikan ini masih terbatas
pada acara-acara tertentu yang dianggap istimewa dan untuk
konsumsi sehari-hari lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih
murah.

BAB III

B. ASPEK TEKNIS & PRODUKSI

Dalam hal ini akan dibahas mengenai teknis pembuatan kerupuk


ikan. Secara teknis pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan
karena bahan-bahan yang mudah didapat dan alat-alat yang
digunakan cukup sederhana

Lokasi Usaha

Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-


daerah yang dekat dengan wilayah perairan baik wilayah dekat
pantai ataupun sungai-sungai besar agar dapat memperoleh bahan
baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk
ikan tidak memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga
pada umumnya dapat melakukan usaha ini sepanjang memiliki tanah
lapang yang cukup untuk proses penjemuran. Pada lokasi usaha yang
hanya memiliki tanah sempit dapat melakukan penyesuaian dengan
membuat tempat penjemuran pada bagian atas bangunan yang
dibuat bertingkat.

Fasilitas Produksi dan Peralatan

a. Fasilitas Produksi

Ø Bangunan untuk proses produksi

Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi


penyiapan bahan baku, pembuatan adonan, pencetakan,
pengukusan, pendinginan, pemotongan, pengeringan penjemuran
dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis
dan banyaknya fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala
usaha yang dimiliki. Layout pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-
tahap produksi. Hal ini memudahkan untuk proses pemindahan
barang dari masing-masing tahap. Ruangan untuk tempat
pemotongan misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke
lahan penjemuran untuk memudahkan proses pengangkutan
kerupuk setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang
penyimpanan output disesuaikan dengan jumlah produksi.

Ø Lahan penjemuran
Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas
dibandingkan bangunan tempat produksi yang lain. Tanah yang
digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah yang
dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran
diberi atap untuk penyimpanan sementara kerupuk yang belum
kering pada waktu malam hari atau saat hujan.

b. Peralatan

Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau


dengan peralatan dengan teknologi modern. Untuk industri rumah
tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik untuk dikonsumsi
sendiri ataupun dijual dengan likala yang masih kecil dapat
menggunakan alat-alat yang sederhana. Adapun alat-alat sederhana
yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan yaitu:

1. Baskom

2. Dandang

3. Alat penghancur bumbu (cobek)

4. Pisau

5. Tampah (Nyiru)
6. Kompor

7. Loyang

8. Sendok

Usaha pembuatan kerupuk ikan dengan skala yang besar


menggunakan alat-alat dengan teknologi yang lebih modern.
Penggunaan teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja
sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak
dalam waktu yang singkat. Adapun peralatan modern yang digunakan
dalam proses pembuatan kerupuk ikan antara lain:

Ø Alat penghancur ikan

Digunakan untuk melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala dan


sisiknya sehingga diperoleh daging ikan yang telah ditumbuk halus
dan siap dicampur dengan bahan lain.

Ø Alat pelembut bahan (mulen)

Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang telah


dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas
hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu) orang tenaga kerja.
Ø Bak pencampur bahan

Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2


meter dan lebar 1 meter yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa
disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan yang diinginkan.

Ø Pencetak

Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan, berbentuk


silinder sebelum dimasukkan ke cetakan sesuai ukuran yang
diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang tercetak
menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1
orang tenaga kerja untuk menjalankannya.

Ø Alat pengukus (dandang)

Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat


dari aluminium.

Ø Mesin pemotong

Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang telah


didinginkan selama 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua)
orang tenaga kerja.
Ø Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat


sinar matahari kurang atau pada saat musim hujan. Oven berbentuk
persegi panjang yang terbuat dari eor-coran semen dan pasir yang
terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk
yang akan dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk
mengalirkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.

c. Bahan Baku

Terdapat bermacam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya


menggunakan bahan baku yang berbeda-beda. Seperti namanya,
kerupuk ikan merupakan kerupuk yang berbahan baku ikan. Berbagai
jenis ikan dapat dlgunakan untuk pembuatan kerupuk ikan, namun
tidak semua jenis ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan
yang sering dibuat kerupuk antara lain Ikan tenggiri dan ikan pipih,
serta ikan-ikan lainnya. Selain ikan, usaha ini menggunakan bahan
baku lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur.

Bumbu juga digunakan dalam pembuatan kerupuk ikan untuk


mennmbal1 rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang
digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering
digunakan sebagai bahan tambahan untuk memberikan warna agar
lebih menarik.
Teknologi

Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi


tradisional ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini
berkaitan dengan jenis peralatan yang digunakan selama proses
produksi.

a. Teknologi tradisional

Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab


merupakan peralatan yang sering dipakai dalam rumah tangga pada
umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan faktor utama dalam
hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses produksi
mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini
sangat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu.
Dengan hanya menggunakan teknologi tradisional ini terkadang
hanya dapat menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas produksi
dengan alat sederhana ini sangat keeil dengan mutu yang kurang
baik.

b. Teknologi modern
Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern menggunakan
peralatan seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk
yang lebih variatif, mesin pemotong yang lebih eepat dan
penggunaan oven, Penggunaan teknologi ini dapat menghasilkan
jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan
teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan
kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan menghemat jumlah
tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya
operasional.

c. Teknologi menengah

Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah menggunakan


peralatan yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif
masih rendah.

C. ASPEK MANAJEMEN

Aspek manajemen ini sangat diperlukan dalam suatu proyek bisnis


untuk pengelolaan dan pengendaliannya sehingga mencapai apa
yang menjadi tujuan suatu proyek tersebut namun dalam bisnis
krupuk ikan ini kurang memperhatikan dari aspek manajemen
karena usaha ini terlalu simple untuk menerapkan sistem manajemen
ini dan berfokus pada rasa dan keanekaragaman dari produk itu
sendiri dan bagaimana manajemen pemasarannya dalam
memperkenalkan pada konsumen.

D. ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA

Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak


memerlukan keahlian khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan
wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap pembuatan. Akan
tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses
penyiapan bahan, pencetakan, pengukusan, dan pemotongan
sedangkan tenaga kerja wanita banyak digunakan pada tahap
pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Selain tenaga kerja
tetap, terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika sewaktu-
waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana
proses produksi meningkat.

Pembentukan struktur organisasi dalam usaha krupuk ini disesuaikan


dengan kemampuan individu yang mana dalam usaha pembuatan
krupuk ikan ini memiliki tenaga kerja sebannyak 20 orang. Berikut
adalah bentuk strutur organisasi.

BAB IV
ASPEK KEUANGAN/FINANSIAL

1. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan

Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada


asumsi yang terangkum dalam Tabel Asumsi dibawah ini. Periode
proyek adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai
sekarang(present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal
dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin peralatan dan jumlah
tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi dibawah ini,
seorang pengusaha mampu memproduksi 310 kg kerupuk.

Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

NoAsumsiSatuanJumlah/

NilaiKeterangan1.Periode proyektahun5Periode 5 tahun2.Luas


tanahm22.000 - Luas bangunanm2500 - Luas tanah
penjemuranm21.500 3.Sarana Transportasiunit1Mobil box4.Hari
kerja selamal tahun - tenaga kerja tetaphari285 - tenaga
boronganhari200 5Produksi dan Harga Produksi per hari/kg6202
adonan per hari.
produksi @310 kg

Kerupuk Harga kerupuk ikan/kg6.0006.Penggunaan tenaga Kerja


Tenaga Manajerialorang2 -Tenaga kerja tetaporang14 Tenaga kerja
boronganorang4 7.Upah tenaga kerja Tenaga
ManajerialRp/hr36.000 Tenaga kerja tetapRp/hr18.000 Tenaga kerja
boronganRp/hr22.000 8.Penggunaan bahan baku untuk satu kali
adonan Tepung tapiokakg300 Ikankg50 Garamkg10 Gulakg12,5
Telurkg10 Penyedapkg2 Pewarnakg0,259.Discount Factor/suku
bunga%17%

2.Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

a. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak


dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi
untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari beberapa komponen
diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau
peralatan produksi, peralatan pendukung dan sarana transportasi.

Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan


Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya
Rp.600.000,- dan masa berlaku selama 3 tahun. Sewa tanah
dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya
untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu
dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi
yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi
keseluruhan pada tahun 0 adalah Rp.299.339.000,-.

Biaya investasi

NoJenis BiayaNilaiPenyusutan1Perizinan600.00002Sewa Tanah dan


Bangunan150.000.00013Mesin/Peralatan
Produksi107.030.00043.994.7504Peralatan
lain1.709.000221.8005Mobil box40.000.0004.000.000 Jumlah Biaya
Investasi299.399.00048.216.550

Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang
mencapai 50,11% dari total biaya investasi pada awal usaha.
Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian mesin/peralatan
produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan
14,15% sisa biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk
pembelian peralatan lainnya, mobil angkutan dan perijinan.

b. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya


dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional
adalah pengadaan bahan baku dan pembantu, peralatan operasional,
biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja. Biaya
operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari
produksi . Jumlah hari produksi dalam setahun 285 hari (asumsi yang
digunakan adalah 1 tahun, t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan
Iibur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi selama 16
hari).

Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai


Rp.711.298.900,-Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari
total biaya operasional per tahun. Komponen biaya terbesar kedua
adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai 15,45% dari
total biaya operasional tiap tahunnya.

Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan
borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari
anggota keluarga dengan upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan
dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja borongan hanya
digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya
dibutuhkan pada saat terjadi kenaikan permintaan.

NoJenis BiayaNilai (Rp.)1Bahan Baku520.125.0002Bahan


Pembantu16.200.0003Peralatan Operasional11.700.0004Biava
transportasi14.400.0005Biaya Ustrik7.200.0006Biaya
telepon1.800.0007Tenaga Kerja109.940.0008Biaya
Pemeliharaan29.933.900 Jumlah Biaya Operasional Per
Tahun711.298.900

3.Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja


Kebutuhan investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi
sendiri. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha
kerupuk ikan sebesar Rp.374.212.568,-. Jumlah kredit investasi yang
dibiayai oleh bank sebesar 70% dari total kebutuhan investasi.
Dengan kata lain pengusaha harus menyediakan dana sendiri sebesar
30% dari total dana investasi. Dalam analisis Inl jumlah dana kredit
investasi sebesar Rp.209.537.300,-.

Besarnya kredit modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana


awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan kerupuk ikan
mempunyai slklus Produksi (dan pembuatan sampai memperoleh
penerimaan dari penjualan) kurang leblh selama 30 hari atau 1 bulan.
Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah:

Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x


biaya operasional selama 1 tahun

= (30/285) x Rp.711.298.900

= Rp.74.873.568,-

Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari
kebutuhan dana modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal
kerja sebesar 70% x Rp.74.873.568 = Rp.52.41l.498,-.
Jumlah dan sumber dana untuk usaha kerupuk ikan disajikan dalam
Tabel 5.4. berikut:

Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

NoRincian Biaya ProyekTotal Biaya!1Dana investasi yang bersumber


dari a, Kredit209.537.300 b. Dana sendiri89.801.700 Jumlah dana
investasi299.339.000 2Dana modal keria bersumber dari a.
Kredit52.411.498 b. Dana sendiri22.462.071 Jumlah dana modal
keria74.873.568 3Total dana proyek yanq bersumber dari a.
Kredit261.948.798 b. Dana sendiri112.263.771 Jumlah dana
proyek374.212.568

4.Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor

Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini
diperoleh dari jumlah adonan per tahun dikalikan dengan jumlah
produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan adonan 570 kali
dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga
kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga
pendapatan produksi kerupuk per tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-.
Pendapatan sampingan diperoleh dari penjualan kantong bekas
tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp.1.368.000,-. Penerimaan
kotor dalam setahun disajikan dalam Tabel berikut ini :

Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun


NoUraianSatuanJumlahHarga

SatuanNilai (Rp.)1Penjualan per


tahunKg176.7006.0001.060.200.0002Penjualan sak per
tahunSak3.4204001.368.0003Pendapatan kotor 1.061.568.000Dari
tabel di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pembuatan
kerupuk ikan adalah Rp.1.061.568.000 per tahun. Sedangkan untuk
aliran biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang
telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

5.Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point

Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan,


merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana
kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dan selisih antara
penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel kelayakan usaha
dibawah ini, menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode
proyek.

Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun


pertama usaha ini telah untung sebesar Rp.144.968.618-. Laba ini
akan meningkat untuk tahun-tahun berikutnya karena komponen
biaya angsuran kredit yang semakin berkurang. Laba rata-rata selama
periode proyek adalah Rp.196.001.526,- per tahun. Profit margin
rata-rata per tahun sebesar 18,46%.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil
penjualan kerupuk Ikan, dan hasil analisis diperoleh BEP rata-rata
selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp.362.713.898,- atau
dengan jumlah produksi sebesar 60.452 kg per tahunnya dengan
harga kerupuk ikan per kg sebesar Rp.6.000,-

Tabel Kelayakan Usaha

NoKriteria KelayakanNilai1Net SIC ratio pada DF 17%1,602NPV pada


DF 17% (Rp)223.409.5303IRR (%)46,374PSP (usaha)3 tahun 11 bulan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian


seluruh biaya investasi adalah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian
usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian
investasi lebih kecil dari periode proyek.

BAB V

ASPEK HUKUM
Usaha kerupuk ikan merupakan industri pengolahan makanan, maka
ia harus mendapat ijin dari instansi terkait seperti Departemen
Perindustrian dan Perdagangan serta Departemen Kesehatan.
Perijinan tersebut diantaranya adalah tanda daftar industri, Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),
tanda daftar perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen
Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO). Namun
demikian dalam usaha ini kami baru beberapa yang sudah ada
sedang yang lain masih dalam proses pengadaan perijinan terhadap
Departemen terkait.

BAB VI

ASPEK EKONOMI & SOSIAL SERTA AMDAL

A. ASPEK EKONOMI & SOSIAL

Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomi & sosial dari usaha
kerupuk ikan. Aspek ini berkaitan dengan dampak usaha terhadap
perekonomian baik bagi pengusaha maupun bagi perekonomian
secara umum di wilayah tempat tinggal. Aspek ekonomi sangat
terkait erat dengan aspek sosial karena dampak yang ditimbulkan
bersifat social yaitu menyangkut kebutuhan orang lain terutama di
sekitar wilayah usaha.

Usaha kerupuk ikan mempunyai dampak yang positif baik bagi


pengusaha, penduduk wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak
ekonomi dari usaha ini adalah peningkatan

pendapatan. Usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat


menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang sangat luas.
Banyaknya industri rumah tangga untuk usaha ini dapat memacu
kenaikan pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan rumah
tangga meningkat. Secara makro produksi kerupuk ikan yang tinggi
dapat memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah setempat.
Meskipun bisa dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah,
tetapi perlu diingat bahwa komoditi ini dapat diproduksi dalam
jumlah besar dalam waktu yang singkat. Kesempatan untuk ekspor ke
luar negeri masih terbuka lebar sehingga dapat menjadi peluang
untuk menambah devisa.

Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha ini akan


memberi dampak sosial yang positif melalui penyerapan tenaga
kerja. Tenaga kerja yang ada biasanya berasal dari saudara, tetangga
sekitar atau penduduk wilayah setempat. Dengan menciptakan
pekerjaan yang dapat menyerap pekerja dari wilayah sekitar usaha,
secara tidak langsung usaha ini telah membantu mengurangi jumlah
pengangguran khususnya di daerah tersebut

Anda mungkin juga menyukai