Anda di halaman 1dari 38

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia banyak terdapat industri pengolahan hasil perikanan, salah

satunya adalah industri pengolahan ikan. Ikan sangat bermanfaat bagi

perkembangan tubuh manusia. Ikan sangat mudah ditemukan di Indonesia karena

hampir 70% daerah indonesia adalah perairan. Beberapa jenis ikan juga

merupakan salah satu komoditas hasil perikanan ekspor yang mampu bersaing

dengan komoditas lainnya dalam menghasilkan devisa negara. Ikan merupakan

komoditi yang cepat mengalami pembusukan. Pembusukan disebabkan oleh

enzim, baik dari ikan itu sendiri maupun mikroba dan proses ketengikan. Kadar

air ikan segar yang tinggi mempercepat proses perkembangbiakan

mikroorganisme pembusuk yang terdapat di dalamnya. Pada dasarnya proses

pengolahan pascapanen ikan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daging

ikan. Penurunan kadar air ini bisa menghambat perkembangbiakan

mikroorganisme dalam daging ikan sehingga produk olahan ikan akan memiliki

daya tahan lebih lama dibandingkan daging ikan segarnya. Terdapat bermacam-

macam cara pengolahan pascapanen ikan, mulai dari cara tradisional sampai

modern.Salah diantara produk olahan ikan adalah abon ikan. Abon merupakan

produk olahan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat (Bank Indonesia,

2008).

Menurut Karyono dan Wachi dalam Marjodo (2015), abon ikan

merupakan produk olahan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Abon
2

ikan adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas yang terbuat dari daging

ikan yang direbus, disayat-sayat, dibumbui, digoreng, dan dipres. Pembuatan abon

ikan menjadi alternatif pengolahan ikan dalam rangka penganekaragaman produk

perikanan dan mengantisipasi melimpahnya tangkapan ikan di masa panen.

Pengolahan abon ikan dapat dilakukan dalam skala kecil, sedang, besar, dan dapat

dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dalam menyediakan lauk pauk sehari-hari.

Jenis ikan yang biasa diolah menjadi abon ikan umumnya ikan pelagis, yaitu ikan

cakalang, (Katsuwonuspelamis), tenggiri (Scomberomorussp), tongkol

(Euthynussp) dan lain-lain. Menurut Rahayu dan Djafar (2001), bahwa abon ikan

memiliki prospek ekonomi yang baik karena konsumennya luas. Kalangan

masyarakat ekonomi bawah sampai kalangan masyarakat ekonomi atas menyukai

abon. Konsumen abon tidak hanya masyarakat kota saja akan tetapi masyarakat

desa pun menyukainya (Wahyu Hamidi, 2016).

Usaha pegolahan ikan menjadi abon ikan yang saat ini sedang berkembang

terletak di Kelurahan Purirano Kecamatan Kendari yang usaha ini masih bersifat

industri rumah tangga yang dimana tenaga kerjanya berjumlah sedikit yang

termasuk pemilik dari industri ini juga turut dalam mengolah serta memasarkan

produksi abon ikan, industri rumah tangga ini juga mempunyai kendala yang

dalam pengolahannya, bahan baku ikannya tergantung pada keadaan cuaca yang

bilamana mereka tidak produksi, jika ikan tidak di pasarkan di tempat mereka

biasa membeli bahan baku ikan tersebut. Industri rumah tangga ini bernama “Citra

Permata Kendari”, yang lama industri ini di jalankan sudah 17 tahun, Industri ini

merupakan satu-satunya pengolahan hasil perikanan dan pertanian yang terletak di


3

Kelurahan Purirano. Melihat industri ini yang sudah lama di jalankan dan

beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam industri rumah tangga tersebut

sehingga membuat peneliti untuk memilih lokasi pada industri rumah tangga

“Citra Permata Kendari”. Industri rumah tangga “Citra Permata Kendari”

tentunya mempunyai kendala dalam produksi yang dimana industri ini dalam

memproduksi abon ikan masih menggunakan teknologi semi modern.

Adanya kegiatan industri pengolahan abon ikan seperti ini, akan

memberikan suatu hasil nilai tambah baru yang harus dikeluarkannya biaya-biaya

sehingga akan mengeluarkan harga baru produk yang keuntungannya lebih tinggi

jika dibandingkan dengan hanya menjual hasil ikan tangkap atau tanpa adanya

proses pengolahan. Hal ini menjadi dasar untuk mengetahui analisis nilai tambah

dari pengolahan ikan, yang dimana sebagai ikan sebagai dasar bahan baku abon

ikan, apakah dengan menjalankan industri seperti ini dapat memberikan nilai

tambah.

Nilai tambah dihitung dari selisih antara nilai output (penerimaan) dan

nilai input (biaya total) yang dikeluarkan dalam proses pengolahan. Seluruh

komponen analisis diukur dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg) bahan baku.

Hal ini dilakukan agar diketahui besarnya pertambahan nilai dari per kg bahan

baku yang dibentuk oleh kegiatan pengolahan. Hal tersebut yang mendorong

penulis untuk melakukan penelitian yang dapat mengetahui lebih lanjut mengenai

Nilai Tambah Pengolahan Abon Ikan Di Kelurahan Purirano Kecamatan Kendari

Kota Kendari (Studi Kasus Industri Rumah Tangga “Citra Permata Kendari”).
4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana proses pengolahan industri rumah tangga abon ikan pada industri

rumah tangga “Citra Permata Kendari” di Kelurahan Purirano?

2. Berapa nilai tambah yang dihasilkan dalam pengelolaan abon ikan pada

industri rumah tangga “Citra Permata Kendari” di Kelurahan Purirano?

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Mengetahui proses pengolahan industri rumah tangga abon ikan pada industri

rumah tangga “Citra Permata Kendari” di Kelurahan Purirano

2. mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dalam pengolahan abon

ikan di industri rumah tangga “Citra Permata Kendari” di Kelurahan Purirano.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna :

1. Bagi pengolah abon Ikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan informasi mengenai keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh

dari usaha yang dijalankan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau organisasi sosial yang

membina dan mengembangkan subsektor produk abon ikan di kelurahan

Purirano.
5

3. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan

pengalaman dan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang

relevan dengan hasil penelitian ini.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori

2.1.1. Agroindustri

Membicarakan perkembangan industri tentunya tidak saja ditujukan hanya

kepada industri-industri besar dan sedang tetapi perhatian yang sepadan harus

pula diarahkan kepada industri-industri kecil atau rumah tangga. Sebab pada

kenyataannya, industri jenis ini masih sangat diperlukan sampai waktu tidak

tertentu untuk memberikan kesempatan kerja sekaligus pemerataan pendapatan

(Todaro, 1994).

Menurut Soekartawi (1990), industri skala rumah tangga dan industri kecil

yang mengolah hasil pertanian mempunyai peranan penting yaitu :

1. Meningkatkan nilai tambah

2. Meningkatkan kualitas hasil

3. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

4. Meningkatkan ketrampilan produsen

Meskipun peranan agroindustri sangat penting, pembangunan agroindustri

masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Terdapat beberapa permasalahan yang

dihadapi agroindustri dalam negeri, antara lain: 1) kurang tersedianya bahan baku

yang cukup dan kontinu; 2) kurang nyatanya peran agroindustri di perdesaan

karena masih berkonsentrasinya agroindustri di perkotaan; 3) kurang konsistennya

kebijakan pemerintah terhadap agroindustri; 4) kurangnya fasilitas permodalan


7

(perkreditan) dan kalaupun ada prosedurnya amat ketat; 5) keterbatasan pasar; 6)

lemahnya infrastruktur; 7) kurangnya perhatian terhadap penelitian dan

pengembangan; 8) lemahnya keterkaitan industri hulu dan hilir; 9) kualitas

produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing; 10)

lemahnyaentrepreneurship(Soekartawi, 2000).

2.1.2. Ikan

Ikan merupakan bahan pangan yang mempunyai kedudukan yang sangat

penting untuk dikonsumsi, karena mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi, yang

kandungan proteinnya tersusun oleh asam-asam amino esensial yang dibutuhkan

oleh manusia untuk pertumbuhannya. Banyaknya senyawa asam amino

pembentuk protein hanya dapat diketahui jika protein tersebut mengalami

perubahan struktur, seperti pemutusan ikatan peptide yang menghubungkan pada

asam amino tersebut (Afrianto dan Liviawaty,2002).

Daya tahan ikan segar yang tidak lama, menjadi kendala dalam usaha

perluasan pemasaran hasil perikanan. Bahkan sering menimbulkan kerugian besar

pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, sejak lama masyarakat

berusaha melakukan berbagai macam proses pengolahan pascapanen ikan guna

meminimalkan kendala tersebut (Bank Indonesia, 2008)


8

2.1.3. Pengolahan Abon Ikan

2.1.3.1. Abon

Abon merupakan jenis makanan awetan yang berbentuk khas dengan

bahan baku pokok berupa daging atau ikan. Pengolahan abon dilakukan dengan

cara direbus, disuwir-suwir, kemudian ditambahkan dengan bumbu, lalu digoreng

dan dipres. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau

khas dan mempunyai daya awet yang relatif lama (Afandi, 2013). SNI 01-3707-

1995 menjelaskan abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat

dari daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres (BSN, 1995).

Pembuatan abon merupakan salah satu alternatif pengolahan daging, untuk

mengantisipasi kerusakan daging ataupun untuk penganekaragaman produk

peternakan. Pengolahan daging menjadi abon ini juga ditujukan untuk

memperpanjang umur simpan daging dan meningkatkan cita rasa. Cara

pengolahan abon yang baik, abon dapat disimpan berbulan-bulan tanpa

mengalami banyak penurunan mutu, serta memiliki umur simpan yang relatif

lama karena berbentuk kering (Fachruddin, 1997).

Proses pembuatan abon dimulai dengan perebusan daging yang sudah

bersih, kemudian diremah. Daging yang telah diremah kemudian ditambah gula,

garam serta berbagai bumbu yang telah dihaluskan.Selanjutnya dilakukan

pemasakan dan penggorengan hingga terbentuk warna kuning kecokelatan

(Riyanto, 2006). Menurut Mustar (2013) pada prinsipnya abon merupakan suatu

proses pengawetan yaitu kombinasi antara perebusan dan penggorengan dengan

menambahkan bumbu-bumbu. Produk yang dihasilkan mempunya tekstur, aroma


9

dan rasa yang khas. Selain itu proses pembuatan abon merupakan proses

pengurangan kadar air dalam bahan daging untuk memperpanjang proses

penyimpanan.

Proses pembuatan abon di Indonesia belum dibakukan, karena banyak cara

dan bumbu yang ditambahkan sehingga terdapat variasi macam dan jumlah

bumbu yang digunakan, hal ini menyebabkan kualitas abon beraneka ragam

terutama dalam hal rasa dan warna (Afandi, 2013). Dari segi teknologi,

pembuatan abon relatif mudah, tidak memerlukan modal yang besar dan sudah

lama dikenal dan digemari oleh semua golongan masyarakat Indonesia sehingga

pembuatan abon mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai

industri kecil atau industri rumah tangga. Mutu produk olahan abon sangat

dipengaruhi oleh mutu bahan mentah, cara pengolahan, dan nilai gizi yang

dikandungnya (Fachruddin, 1997). Abon yang bermutu baik adalah abon yang

terbuat dari daging yang baik, daging yang baik adalah daging yang masih segar.

Daging segar memiliki sifat yang baik rupanya, bau, aroma, rasa dan tekstur.

2.1.3.2. Bahan Pembuat Abon

Bahan pembuatan abon cukup sederhana dan mudah diperoleh. Bahan

pembuatan abon terdiri atas bahan baku dan bahan tambahan. Bahan baku

merupakan bahan pokok untuk abon yang berasal dari daging (sapi, ayam maupun

ikan) dan bahan tambahan atau bahan pelengkap berfungsi menambah cita rasa

produk, mengawetkan, dan memperbaiki penampakan produk (Afandi, 2013).

Bahan baku untuk abon harus dipilih yang mutunya baik agar produk yang

dihasilkan juga bermutu baik. Kondisi bahan harus dipilih yang masih segar,
10

daging yang digunakan haruslah segar (tidak pucat) dan aromanya khas (tidak

berbau busuk). Daging yang baik untuk dibuat abon, selain memiliki kondisi yang

segar, juga dipilih yang tidak mengandung bahan lemak (Fachruddin, 1997).

Bahan tambahan adalah bahan yang sengaja ditambahkan dengan tujuan

untuk meningkatkan konsistensi nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan

kebasaan serta untuk menetapkan bentuk dan rupa (Tridayani, 2012). Rempah-

rempah (bumbu) yang ditambahkan pada pembuatan abon bertujuan memberikan

rasa dan aroma yang dapat membangkitkan selera makan. Manfaat lain

penggunaan rempah-rempah adalah sebagai pengawet dikarenakan beberapa

rempah-rempah dapat membunuh bakteri (Juniar, 2013). Bahan tambahan yang

digunakan dalam pembuatan abon adalah bawang merah, bawang putih,

ketumbar, lengkuas, garam, gula pasir, santan kelapa, daun salam, daun sereh dan

minyak goreng.

Penambahan santan kelapa pada pembuatan abon ditujukan untuk

menambah cita rasa dan nilai gizi suatu produk yang akan dihasilkan oleh abon.

Santan akan menambah rasa gurih karena kandungan lemaknya yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian abon yang dimasak dengan menggunakan santan

kelapa akan lebih gurih rasanya dibandingkan abon yang dimasak tidak

menggunakan santan kelapa (Fachruddin 1997). Penggunaan gula dan garam

dalam pembuatan abon bertujuan menambah citarasa dan memperbaiki tekstur

suatu produk abon (Juniar, 2013). Tridiyani (2012) menjelaskan bahwa garam dan

gula pasir dalam bahan pangan ditambahkan sebagai penegas cita rasa, berfungsi

sebagai pengawet, mengurangi terjadinya pengerasan dan mengurangi penguapan


11

air. Fungsi minyak goreng dalam pembuatan abon adalah sebagai pengantar

panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai gizi, khususnya kalori yang ada

dalam bahan pangan (Fachruddin 1997).

2.1.3.3. Metode Penggorengan

Abon merupakan produk kering, penggorengan merupakan salah satu

tahap yang umumnya dilakukan dalam pengolahannya. Pengolahan abon, baik

abon daging maupun abon ikan, dilakukan dengan menggoreng daging dan

bumbu menggunakan minyak (Dewi, 2011). Penggorengan merupakan proses

pemanasan produk dengan suhu tinggi. Penggorengan dapat dilakukan dengan

rendaman minyak (deepfatfrying) atau tanpa rendaman minyak (shallowfrying).

Selama proses penggorengan terjadi proses pemanasan, pengeringan dan

penyerapan minyak, pemekaran, teksturisasi (pelunakan), perubahan warna,

aroma dan rasa kemudian diikuti pengerasan permukaan (crusting). Disamping

itu, terjadi juga proses oksidasi, perubahan warna minyak dan penyerapan minyak

(Mustar,2013).

Muchtadi (2008) menyatakan terdapat dua metode penggorengan yang

telah ditetapkan secara komersial yaitu shallowfrying dan deepfatfrying.

Deepfatfrying adalah proses penggorengan, bahan yang digoreng terendam semua

dalam minyak, suhu yang digunakan adalah 1700C- 2000C dengan lama

penggorengan 5 menit, perbandingan bahan yang digoreng dengan minyak adalah

1:2 (Dewi, 2011). Proses penggorengan ini akan menghasilkan bahan pangan

yang digoreng matang secara merata, serta warnanya cenderung seragam

(Muchtadi, 2008), sedangkan untuk metode shallowfrying proses


12

penggorengannya dilakukan dengan menambahkan minyak goreng sebanyak 10

ml atau sekitar 2 sendok makan selama 45 menit pada suhu 1220C (Mustar, 2013).

Metode shallowfrying mulai digemari masyarakat karena tidak menggunakan

banyak minyak pada proses penggorengan makanan, sehingga aman bagi

kesehatan.

2.1.4. Biaya Produksi

Biaya produksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam

pengambilan keputusan usaha pengelolaan abon ikan. Besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu menentukan besarnya harga pokok

dariproduk yang akan dihasilkan. Biaya produksi adalah keseluruhan biaya

yangdiperlukan dalam menghasilkan produk dalam waktu dan satuan tertentu

(Tuwo. 1990). Menurut Hansen dam Mowen yang diterjemahkan Hermawan

(2005), adalah sebagai berikut: “Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan

dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa“. Mulyadi (2002) mengemukakan

biaya produksi meliputi semuabiaya yang berhubungan dengan fungsi produksi

yaitu semua biaya dalam rangka pengelolaan bahan baku menjadi produk selesai

yang siap untuk dijual.

Biaya diklasifikasikan atas dasar tujuan tertentu. Berdasarkan fungsi

pokok dalam perusahaan, biaya diklasifikasikan menjadi tiga (Mulyadi, 1993):

1. Biaya Produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadiproduk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar yang termasuk
13

dalam biaya ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang

terlibat dalam proses produksi dan biaya overhead pabrik.

2. Biaya Pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan pemasaran produk.

Biayapemasaran terdiri dari biaya transportasi darigudang perusahaan ke

gudang pembeli, gaji karyawan di bagian pemasaran, dan lain-lain.

3. Biaya Administrasi dan Umum

Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengkoordinasikan

proses produksi. Biaya administrasi dan umum terdiri dari gaji karyawan

bagian keuangan, dan bagian lainnya yang tidakberkaitan langsung dengan

proses produksi, biaya fotokopi, biaya listrik,telepon dan lain-lain.

Dalam hubungannya dengan produk, biaya diklasifikasikan menjadi dua

(Mulyadi, 1993):

1. Biaya Langsung (DirectCost)

Merupakan biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya

produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung.

2. Biaya Tidak Langsung (IndirectCost)

Merupakan biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang

dibiayai. Dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung disebut

sebagai biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik

(factoryoverheadcosts).
14

Sementara itu untuk kepentingan perencanaan, pengendalian biaya dan

pengambilan keputusan, biaya dapat digolongkan berdasarkan pola perilaku.

Perilaku biaya didefinisikan sebagai biaya yang akan bereaksi jika terjadi

perubahan pada tingkat kegiatan usaha. Berdasarkan perilaku biaya dalam

menanggapi perubahan volume kegiatan, biaya diklasifikasikan menjadi empat

(Mulyadi, 1993):

1. Biaya Variabel

Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan

volume kegiatan, sedangkan jumlah biaya per satuan unitnya akan tetap.

Yang termasuk biaya variabel antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung.

2. Biaya Semivariabel

Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Didalam biaya semivariabel ini terkandung biaya

tetap dan biaya variabel.

3. Biaya Semifixed

Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap pada tingkat volume tertentu dan

berubah pada jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

4. Biaya Tetap

Merupakan biaya yang jumlah totalnya dalam kisaran volume kegiatan

tertentu tetapi jumlah per unit akan mengalami penurunan ketika terjadi

peningkatan volume kegiatan. Yang termasuk biaya tetap seperti gaji direktur

produksi, listrik, telepon, peralatan, penyusutan gedung dan lain-lain.


15

2.1.5. Produksi

Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, dimana kemampuan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi meliputi semua

aktifitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat.

Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara

mengombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi.

Produksi merupakan usaha meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk,

memindahkan tempat, dan menyimpan (Soeharno 2007 dalam Sarfan 2016).

Teori produksi terdiri dari beberapa analisa mengenai bagaimana

seharusnya pengusaha (wiraswastawan) dalam tingkat teknologi tertentu

mengombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah

produk tertentu seefisien mungkin. Agung (1994), mengemukakan bahwa

produksi adalah hasil-hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Soekartawi (1995) mengemukakan

bahwa hasil akhir dari suatu proses berupa produk atau output dapat bervariasi

disebabkan karena perbedaan kualitas dan kuantitas dari input faktor yang

digunakan.

2.1.6. Konsep Harga

Anoraga, (2000), menyatakan harga adalah variabel yang dapat

dikendalikan dan dapat menentukan diterima tidaknya suatu produk oleh

konsumen.Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat relative sifatnya.

Selanjutnya Fuad, dkk (2006) dalam Sarfan (2016), harga yaitu sejumlah
16

kompensasi baik yang berupa uang maupun barang yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa.

Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya yang telah

dikeluarkan, jika harga ditetapkan terlalu tinggi, maka kurang menguntungkan

karena pembeli dan volume penjualan berkurang. Harga jual adalah sejumlah

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa

ditambah dengan persentase laba yang diinginkan pedagang.Untuk mencapai laba

yang diinginkan oleh pedagang, maka pedagang akan melakukan daya tarik

konsumen dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual.

Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang,

dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen (Supriyono,

2007).

2.1.7. Penerimaan

Menurut Soekartawi (1995) mengatakan bahwa penerimaan adalah hasil

perkalian antara banyaknya produk yang dihasilkan dengan harga jual.

Pendapatan bersih (net farmincome) adalah selisih antara pendapatan usahatani

dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan

yang diperoleh keluarga tani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,

pengelolaan dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan dalam

usahatani. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total

sumberdaya yang digunakan dalam usahatani, sedangkan yang dimaksud dengan

pengeluaran total usahatani adalah nilaisemua masukan yang habis dipakai atau

dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termaksud tenaga kerja keluarga petani.
17

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan semakin tinggi harga per unit

produk bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan

semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya

rendah maka penerimaan total yang diterima oleh produsen semakin kecil.

Penerimaan total yang diterima oleh produsen dikurangidengan biaya total yang

dikeluarkan akanmemperoleh pendapatan bersih yang merupakan keuntungan

yang diperoleh produsen (Soekartawi, 1995 dalam Valentina 2009).

2.1.8. Keuntungan

Keuntungan usaha adalah selisih antara nilai penjualan yangditerima

dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang - barangyang dijual

tersebut (Lipseyetal, 1990). Sebuah perusahaan yangmemaksimumkan laba

memilih output dan inputnya dengan satu tujuanuntuk mencapai laba ekonomi

yang maksimum. Yaitu, perusahaanberusaha untuk membuat selisih antara

penerimaan total dengan biayaekonomi totalnya sebesar mungkin (Nicholson,

1992).

Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yangditerima

oleh pengusaha, sesudah dikurangi dengan biaya-biaya produksi atau dengan kata

lain, laba pengusaha adalah selisih antara penghasilan kotor dan biaya-biaya

produksi. Laba ekonomis dari barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan

yang diterima dari penjualan dan biaya peluang dari sumber yang digunakan

untuk membuat barang tersebut. Jikabiaya lebih besar dari pada penerimaan yang

berarti labanya negatif,situasi ini disebut rugi (Lipseyetal, 1990).


18

Penerimaan marjinal adalah penerimaan tambahan yang diterima

perusahaan ketika perusahaan meningkatkan output sebanyak satu unit

tambahan.Dalam menentukan keuntungan secara ekonomi memerlukan sebuah

fungsi, sehingga setiap pemecahaan masalah ekonomi dapat di jabarkan dengan

sistematis.

2.1.9. Nilai Tambah

Suatu usaha merupakan suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan

yangdi dalamnya menggunakan masukan (input) untuk mendapatkan hasil atau

return(output) pada masa selanjulnya. Sebelum melaksanakan suatu usaha,

tentunyaperlu dilakukan suatu analisis. Analisis ini adalah suatu peniaian

untukmempertirnbangkan keuntungan dan kerugian suatu usaha.

Menurut Coltrain, Barton dan Boland (2000) dalam Setiawan (2008),

terdapat dua jenis nilai tambah yaitu inovasi dan koordinasi. Kegiatan inovasi

merupakan aktivitas yang memperbaiki proses yang ada, prosedur, produk dan

pelayanan atau menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan atau

memodifikasi konfigurasi organisasi yang telah ada. Sedangkan koordinasi adalah

harmonisasi fungsi dalam keseluruhan bagian sistem yang merupakan

peluangdalam meningkatkan koordinasi produk, pelayanan informasi dalam

prosesproduksi untuk menciptakan imbalan yang nyata dan meningkatkan nilai

produk dalam setiap tahap proses produksi. Nilai tambah koordinasi difokuskan

pada hubungan vertikal dan horisontal diantara produsen, pengolahan,

perantara,distributor dan pengecer. Chopra dan Meindl (2003) menyatakan jika


19

dalamkoordinasi produk terjadi kesenjangan koordinasi maka akan menimbulkan

“bullwhipeffect” atau fluktuasi dalam pesanan sehingga akan menyebabkan

peningkatan biaya.

Menurut (Hayami, et al 1987), nilai tambah merupakan pertambahan

nilaisuatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan

padakomoditas tersebut. Input fungsional tersebut berupa proses perubahan

bentuk(formutility), pemindahan tempat (placeutility), maupun penyimpanan

(timeutility). Semakin banyak perubahan yang diperlakukan terhadap

komoditastertentu maka makin besar nilai tambah yang diperoleh. Nilai tambah

dapatdihitung dengan dua cara yaitu menghitung nilai tambah selama

prosespengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran.

Konsep nilai tambah menggunakan metode Hayami memperhitungkan

nilai-nilai variabel output, input, harga output, tenaga kerja, hari orang kerja,

upahtenaga kerja, sumbangan input lainnya serta balas jasa dari masing-masing

faktorproduksi. Semua variabel digunakan untuk menghitung besarnya nilai

tambah. Tiga komponen pendukung dalam perhitungan nilai tambah adalah faktor

konversi yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu

satuaninput, faktor koefisien tenaga kerja, menunjukkan banyaknya tenaga kerja

yangdiperlukan untuk mengolah satu satuan input dan nilai produk yang

menunjukkannilai output per satu satuan input.

Input produksi yang memperoleh perlakuan sehingga mengalami

perubahanbaik bentuk, tempat dan waktu akan menghasilkan nilai tambah. Dalam

pengolahan teknologi dapat berpengaruh terhadap peningkatan nilai tambah.


20

Besarnya nilai tambah dalam proses pengolahan diperoleh dari pengurangan biaya

bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan (tidak

termasuk tenaga kerja). Nilai tambah merupakan balas jasa bagi tenaga kerja dan

keuntungan bagi pelaku usaha.

Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami menghasilkan

informasi antara lain:

1. Perkiraan nilai tambah (Rp).

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan

persentase nilai tambah dari produk.

3. Balas jasa tenaga kerja (Rp), menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja

langsung.

4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan

persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah.

5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkah bagian yang diterima pemilik

usaha karena menanggung risiko usaha.

6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai input (%), menunjukkan

persentase keuntungan terhadap nilai tambah.

7. Margin pengolahan (Rp), menunjukkan besarnya kontribusi faktor-faktor

produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

Tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa

yangditerima pelaku sistem (pengolah) dan kesempatan kerja yang dapat

diciptakan oleh sistem tersebut. Faktor-faktor penentu dalam analisis nilai tambah

adalah :
21

1. Faktor teknis, mencakup kapasitas produksi dari suatu unit usaha, jumlahbahan

baku yang digunakan, dan tenaga kerja yang digunakan.

2. Faktor pasar, mencakup harga output, upah kerja, harga bahan baku dan input

lain (Hayami etal, 1987 dalam Yulianto 2001).

Wiryokusuma (1980), dalam Yulianto, (2001) mengemukakan dua

kegunaan dalam analisis nilai tambah, yaitu:

1. Bagi para pelaku bisnis dapat mengetahui besarnya imbalan atau jasa dari

faktor produksi yang digunakan.

2. Mengukur besarnya kesempatan kerja yang ditimbulkan karena adanyakegiatan

pengolahan.
22

2.2. Kerangka Pemikiran

Ikan sebagai bahan baku industri pengolahan hasil perikanan karena

termasuk komoditas yang cepat rusak perlu ditangani dengan tepat agar

kualitasnya tetap terjaga. Salah satu caranya adalah dengan melakukan

pengolahan. Pengolahan ikan menjadi abon, pengolahan ikan menjadi abon ikan

merupakan salah satu cara penanganan hasil perikanan, karena dapat

meningkatkan nilai tambah pada komoditas ikan tersebut. Produk tersebut

merupakan salah satu bahan makanan yang bernilai gizi tinggi terutama sebagai

sumber protein yang sangat dibutuhkan dalam menu sehari-hari.

Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai

tambahdari proses pengolahan ikan menjadi abon ikan. Analisis nilai tambah

padapenelitian ini menggunakan metode Hayami, dimana berdasarkan analisis

yangdilakukan dapat diketahui seberapa besar hasil nilai tambah dari pengolahan

ikan menjadi abon, selanjutnya akan dianalisis atau dihitung komponen-

komponen utamanya yang dimana sebagai bagian dari penggunaan input seperti

bahan baku, produk/output yang digunakan, peralatan, tenaga kerja dan

sumbangan input lainnya.

Untuk melakukan proses produksi tentunya dibutuhkan input atau

masukan yang memerlukan biaya untuk menunjang kelancaran proses produksi,

yang di peroleh dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya-biaya tersebut meliputi

biaya bahan baku, biaya pemasaran, biaya peralatan, biaya tenaga kerja, dan biaya

lainnya. Dari keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan tersebut maka akan di

peroleh total biaya.


23

Total penerimaan atas penjualan diperoleh dari jumlah produksi abon ikan

yang akan dijual dikali dengan harga jual abon ikan pada saat itu. Keuntungan

produksi diperoleh dari total penerimaan yang diterima dikurangi total biaya yang

dikeluarkan selama produksi dan sedangkan nilai tambah pada pengolahan abon

ikan diharapkan memperoleh nilai yang besar karena harga jual produk olahan ini

selisih cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga bahan baku.

Disamping nilai tambah, informasi lain yang dapat diperoleh adalah rasio

nilaitambah, imbalan dan bagian tenaga kerja, keuntungan, dan balas jasa

terhadaptenaga kerja, sumbangan input lain dan pengusaha. Dengan demikian

akan dapatdiketahui pula alokasi proporsi nilai tambah yang diperoleh pada

pengolahan abon ikan dan tenaga kerjanya.


24

Industri Rumah Tangga


“Citra Permata Kendari”

Pengelolaan Ikan Tuna

Menjadi Abon Ikan

Penggunaan Input Jumlah Produksi


dan Biaya Produksi
dan Harga Jual:
Abon ikan:
Abon Ikan
- Bahan Baku
- Bahan Penunjang
- Peralatan
- Tenaga Kerja
- Dll

Total Biaya Total

Penerimaan

Nilai Tambah

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian


25

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2019 hingga selesai pada

Industri Rumah Tangga Abon Ikan “Citra Permata Kendari” yang bertempat di

Kelurahan Purirano Kecamatan Kendari Kota Kendari. Penentuan daerah

penelitian dilakukan secara purposive yaitu pemilihan dengan sengaja karena

alasan tertentu yang di sesuaikan dengan tujuan penelitiandan pertimbangan

bahwa di kelurahan tersebut terdapat usaha pengolahan hasil perikanan menjadi

abon ikan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu laptop, kamera,

buku,panduan wawancara, kuisioner, dan alat-alat tulis, sedangkan bahan yang

di gunakan adalah Abon Ikan.

3.3. Identitas Responden

Pengambilan responden dilakukan dengan sengaja (purposive).

Respondendalam penelitian ini adalah pengusaha abon ikan pada industri rumah

tangga "Citra Permata Kendari". menurut Sugiyono (2010:85) sampling purposive

adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Artinya setiap

subjek yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan
26

pertimbangan tertentu. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik dari

Industri Rumah Tangga Abon Ikan “Citra Permata Kendari” berjumlah satu

orang. Sedangkan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Usaha

Industri Rumah Tangga Abon Ikan “Citra Permata Kendari”.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Data Primer, diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan

kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis pada responden

untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh

peneliti.

2. Data Sekunder, diperoleh melalui pencatatan pada instansi atau lembaga terkait

dengan penelitian ini serta literatur yang menunjang dan memiliki hubungan

dengan penelitian ini.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Metode wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan responden

yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan

kuesioner (daftar pertanyaan).


27

2. Metode kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literatur-

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini, melalui pencatatan data dan

informasi yang tersedia pada instansi terkait, serta internet.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel yang di amati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identitas responden meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha,

dan tanggungan keluarga.

2. Karakteristik usaha meliputi proses pengolahan ikan menjadi abon ikan, biaya

produksi (bahan baku, harga produk dan sumbangan input lain), nilai jual

produksi, nilai produk, nilai tambah, rasio nilai tambah, tenaga kerja (upah

bagian tenaga kerja), dan Keuntungan.

3.7. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nilai

tambah dengan menggunakan metode Hayami yang bertujuan untuk mengetahui

produktivitas, nilai output, nilai tambah, keuntungan, balas jasa terhadap tenaga

kerja dan keuntungan pengolahan, rumus yang digunakan sebagai berikut :


28

Tabel 3. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami

No Output, Input dan Harga Hasil


1 Hasil/produksi (Kg/proses produksi)
2 Bahan baku (Kg/proses produksi)
3 Tenaga kerja (Hk/proses)
4 Faktor konversi = (1)/(2)
5 Koefisien tenaga kerja = (3)/(2)
6 Harga produk (Rp/kg)
7 Upah rata-rata (Rp/hk)
Pendaptan dan Keuntungan
8 Harga bahan baku (Rp/kg)
9 Sumbangan input lain (Rp/kg)
10 Nilai produk = (4) x (6) (Rp/kg)
a. nilai tambah = (10) – (8) – (9)
11
(Rp/kg)
b. rasio nilai tambah = (11a/10) (%)
a. imbalan tenaga kerja = (5 x 7)
12
(Rp/kg)
b. bagian tenaga kerja = (12a/11a) (%)

13 a. Keuntungan (11a -12a) (Rp/kg)


b. Tingkat keuntungan (13a/10) (%)
Balas jasa suatu produk
14 Marjin (10-8) (Rp/Kg)
a. Pendapatan tenaga kerja (12a/14) (%)
b. Sumbangan input lain (9/14) (%)
c. Keuntungan pengusaha (13a/14) (%)
Sumber : metode hayami (1990) dalam Sudiyono (2004)

3.8. Konsep Operasional

Konsep operasional adalah pengertian, batasan, dan ruang lingkup

penelitian ini guna memudahkan pemahaman dalam menganalisa data yang

berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil-hasil pengamatan variabel

yang ada, yaitu:


29

1. Responden yaitu pelaku usaha yang memproduksi dari bentuk ikan basah

hingga menjadi abon ikan.

2. Umur responden yaitu usai dihitung sejak lahir sampai pada saat penelitian

dilaksanakan (tahun).

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di ikuti atau

dilalui responden /lama pendidikan ( Tidak Tamat SD, SD, SMP, SMA).

4. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua orang yang berada dalam rumah

atau diluar rumah tetapi kehidupannya dibiayai atau ditanggung oleh responden

(jiwa).

5. Pengalaman mengolah usaha adalah lama responden melakukan kegiatan

usahanya (tahun).

6. Bahan baku adalah bahan abon ikan yang digunakan dalam pengolahan (kg).

7. Hasil produksi adalah hasil produk abon ikan (kg).

8. Tenaga kerja adalah jumlah dari semua tenaga kerja yang dicurahkan pada

pengolahan abon ikan (hk).

9. Faktor konversi adalah perbandingan antara hasil produksi dengan bahan baku

yang digunakan kegiatan produksi.

10. Koefisien tenaga kerja adalah perbandingan antara tenaga kerja dan bahan

baku yang digunakan dalam proses produksi.

11. Harga produk rata-rata adalah perbandingan antara nilai penjualan (total

penjualan) dengan jumlah produk yang dijual (Rp/Kg).

12. Biaya produksi adalah keseluruhan nilai yang dikeluarkan oleh pengusaha

selama melakukan kegiatan usaha pengolahan abon ikan (Rp/bulan).


30

13. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang

berupa biaya peralatan dan barang-barang produksi lainnya yang bersifat

jangka panjang (Rp/bulan).

14. Biaya variabel adalah biaya input untuk melaksanakan proses produksi yang

terdiri dari biaya bahan baku dan upah tenaga kerja (Rp/bulan).

15. Upah rata-rata adalah perbandingan antara jumlah upah yang dibayarkan kepada

tenaga kerja dengan hari kerja (Rp/Kg).

16. Harga bahan baku adalah harga pembelian ikan (Rp/kg).

17. Sumbangan input lain adalah perbandingan antara total biaya yang dilakukan

untuk pembelian input lain dengan bahan baku yang digunakan dalam

produksi (Rp/kg).

18. Nilai produk adalah perkalian antara faktor konversi dengan harga produk

rata-rata (Rp/kg).

19. Biaya bahan baku adalah nilai dari seluruh input usaha pengolahan abon ikan

yang diukur dengan rupiah (Rp).

20. Produksi adalah banyaknya abon ikan yang dihasilkan oleh Industri selama satu

bulan (bulan/Kg).

21. Harga adalah besarnya nilai tukar uang terhadap produksi pengolahan ikan

pada saat penelitian (Rp/kg).

22. Nilai tambah adalah tambahan nilai dari ikan yang diolah lebih lanjut menjadi

abon ikan. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output dengan harga

bahan baku dan sumbangan input lain dengan satuan (Rp/kg).

23. Rasio nilai tambah adalah hasil dari nilai tambah dibagi produksi (%).
31

24. Penerimaan adalah hasil dari perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan

dengan harga produk (Rp/Kg).

25. Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang

digunakan dalam pengolahan ikan menjadi abon ikan (Rp).


32

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Livianty, E. 2002. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.


Kanius.Yogyakarta
Afandi. 2013. Kualitas Abon dengan Substitusi Buah Semu Jambu Monyet
(Anacardium Occidentale Linn) dan Variasi Waktu Perebusan. Skripsi.
Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.Yogyakarta.
Anoraga, P. dan Sudantoko J. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil.
Rineka Cipta. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Abon. Jakarta

Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Abon Ikan.
Jakarta.
Chopra, Meindl, dan Hugos. 2003. Tahapan Manajemen Rantai Pasokan: strategy,
Planning and Operation. Pearson Prentice Hall. New York
Dewi, E. Ibrahim, R dan Yuaniva, N. 2011. Daya Simpan Abon Ikan Nila Merah
(Oreochromis Niloticus Trewavas) Yang Diproses Dengan Metoda
Penggorengan Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan 6 (1) : 1-2.
Fachrudin, L. 1997. Membuat Aneka Abon. Kanisius, Yogyakarta.
Hamidi, W. 2016. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Abon Ikan Patin Di Desa
Koto Mesjid Kecamatan XIII koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi
Riau (Studi Kasus Pada CV. Graha Pratama Fish) Fakultas Ekonomi
Universutas Riau. Riau
Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, dan Siregar M. 1987. Agricultural
Marketing and Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda
Village. Bogor : CPGRT Centre.
Juniar, E. 2013. Pembuatan Abon Berbahan Dasar Daging Bekicot (Achatina
Fulica Bowd.) dan Jerami Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lmk.)
Sebagai Pangan Alternatif Sumber Protein dan Tinggi Serat. Skripsi.
Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kementerian, Kelautan dan Perikanan. 2015. Analisis Data Pokok kelautan dan
Perikanan. Pusat Data, Statistik, dan informasi. Kementerian Kelautan
dan Perikanan RI. Jakarta.
Lipsey, G. Peter, O. dan Douglas, D. 1990. Pengantar Mikroekonomi 1 Jilid I.
Diterjemahkan oleh Jaka, A. W dan Kirbrandoko. Erlangga. Jakarta
33

Muchtadi, T. 2008. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Institut Pertanian


Bogor. Bogor

Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya Edisi ke-5. Yogyakarta: BP-STIE YKPN


_______. 2002. Akuntansi Biaya Edisi 5. Aditya Media. Yogyakarta.
Mustar. 2013. Studi Pembuatan Abon Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus)
Sebagai Makanan Suplemen (Food Suplement). Skripsi. Jurusan
Teknologi Pertanian. Universitas Hasanudin. Makasar.
Nicholson, W. 1992. Mikroekonomi Intermediate Dan Penerapannya. Erlangga.
Jakarta
Riyanto, I. 2006. Analisis Kadar, Daya Cerna dan Karakteristik Protein Daging
Ayam Kampung dan Hasil Olahannya. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sarfan, H. 2016. Analisis keuntungan dan kelayakan usaha pembuatan tahu di
kelurahan liabuku kecamatan bungi kota Bau-bau (Studi Kasus Pada
Industri Tahu Mekar). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Halu Oleo.

Setiawan, dan Iwan. 2008. Alternatif Pemberdayaan Bagi Peningkatan


Kesejahteraan Petani Lahan Kering (Studi Literatur Petani Jagung di
Jawa Barat) [Skripsi]. Bandung: Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran Bandung.
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok-Pokok Bahasan
Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali. Jakarta.
_________. 1995. Analisis Usahatani. UT. Press. Jakarta.
_________. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Supriyono, R. 2007. Akutansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta
Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, BPFE. Yogyakarta.
Todaro, M. 1994. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Tridiyani, A. 2012. Perubahan Mutu Abon Ikan Marlin (Istiophorus Sp.)
Kemasan Vakum - Non Vakum Pada Berbagai Suhu Penyimpanan dan
PendugaanUmur Simpannya. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tuwo, dan Akib. 1990. Dasar – dasar Ilmu Usahatani. Fakultas Pertanian Unhalu.
Kendari
Valentina, O. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku
Keripik Singkong Di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita
Tani Makmur). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
34

Yulianto. 2001. Analisis Nilai Tambah komoditi pisang di Kelurahan Kemaraya


Kota Kendari. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo.
Kendari. (Tidak Dipublikasikan)
35

Lampiran 1.
Kuesioner Penelitian

Nama Usaha :
Lokasi Usaha :

A. IDENTITAS PEMILIK USAHA


Nama :
Pendidikan :
Umur :
Pengalaman Usaha :
B. KOMPOSISI ANGGOTA RUMAH TANGGA

No Status Dalam Jenis Umur Pendidikan Keterlibatan


Keluarga Kelamin (Tahun) (Tahun) Dalam Usaha
1 Suami

2 Istri

3 Anak

4 Anak

L=laki-laki, P=peremepuan

A. PELAKSANAAN USAHA

1. apakah anda melakukan proses produksi abon ikan setiap hari?


a. Ya b. Tidak
2. Jika tidak berapa kali dalam satu minggu? .........kali Atau berapa kali dalam
satu bulan? ..........kali
3. Dalam melakukan produksi abon ikan, jam berapa anda mulai bekerja?
......................... dan jam berapa selesai? .........................
4. Apakah anda memiliki modal sendiri untuk mengelola usaha?
a. Ya b. Tidak
5. Jika ya berapa jumlah modal yang digunakan? Rp............
6. Apakah anda menggunakan modal pinjaman?
a. Ya b. Tidak
7. Jika ya, dari mana sumbernya?..........................................................................
Dan berapa jumlahnya: Rp. ............................
8. berapa lama dicicil :................ tahun, dan berapa cicilannya per bulan:
RP. ..........................
36

9. Peralatan yang digunakan dalam menjalankan usaha:

No Jenis Peralatan Jumlah Harga Beli Lama Pakai


(Buah) (Rp/Buah) (Tahun)
1 Lemari kaca

2 Kompor Gas

3 Blender

5
6
7
8
9
10
11
12

13

14

10. Jumlah bahan baku dan bahan penunjang yang anda gunakan dalam
melakukan proses produksi abon ikan selama bulan desember?
11. Ikan apa yang anda gunakan dalam pembuatan abon ikan?
...............................
12. Mengapa anda menggunakan jenis ikan tersebut tersebut?
.........................................................................................................
37

13. Jenis bahan baku dan bahan penunjang


No Jenis Bahan Jumlah Harga

1 Ikan Tuna

2 Bawang Putih

3 Bawang Merah

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14. Dimana lokasi membeli bahan baku dan bahan penunjang? .....................
......................................................................................................................
15. Berapa pajak usaha yang dibayar pertahun? Rp..............................
16. Berapa biaya listrik yang dibayarkan untuk keperluan pengolahanabon
ikan? Rp ....................................
17. Berapa orang tenaga kerja yang dipekerjakan? ............... orang
18. Biasanya tenaga kerja tersebut mulai bekerja mengolah abon ikan jam
berapa? jam ................ dan selesai jam berapa? jam ............
19. Berapa upah tenaga kerja tersebut?Rp .................
B. KENDALA DAN HARAPAN
1. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi atau dirasakan dalam menjalankan
usaha selama ini?
a) Dari Pemerintah?
b) Dari Masyarakat?
c) Dari Keluarga?
38

2. Apa yang masih anda butuhkan dalam menjalankan


usaha?..................................................................................................................
3. Apa harapan anda, terutama dari pemerintah terkait dengan usaha yang anda
jalankan ?
.............................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai