Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN

PERKEBUNAN

Oleh :

MUHAMMAD REZA HARAHAP


1206112169

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  1 
PEKANBARU
2013

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  2 
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kepada Allah SWT karena dengan izin – Nya lah saya
dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman yang membantu saya dalam menyelesaikan laporan akhir ini. Dalam
laporan akhir ini yang di bahas adalah mengenai Budidaya Tanaman Kelapa sawit
(​Elaeis Guineensis Jacq​) dan Tanaman Karet (​Hevea Braziliensis Muell)​
Pada tanaman sangat banyak hama dan binatang parasit yang membuat
tanaman tersebut menjadi rusak dan mati. Hama yang menyebabkan penyakit
pada tumbhan ini bermacam-macam jenisnya misalnya : WERENG COKLAT
(Nilaparvata Lugens), Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan
batang tumbuhan berlubang-lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati.
Demikianlah yang dapat saya tuliskan disini apabila terdapat kekurangan
ataupun kesalahan dalam makalah ini saya berharap maklumi karena saya masih
dalam pembelajaran. Terima Kasih.

Pekanbaru, 30 November 2013

Muhammad Reza Harahap

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  3 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Tanaman Sawit (​Elaeis guineensis ​Jacq)

1.1.2 Tanaman Karet (​Hevea braziliensis Muell)​

​ )
1.1.3 Tanaman Kakao (​Theobroma cacao L

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kelapa Sawit

2.2. Morfologi Kelapa Sawit

2.1.1 Akar

2.1.2. Batang

2.1.3. Daun

2.1.4. Bunga Dan Buah

2.1.5. Biji

2.3. Tanaman Karet

2.3.1. Botani Tanaman Karet

2.3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

2.4. Tanaman Kakao

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  4 
2.4.1. Klasifikasi Tanaman Kakao

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1. Alat

3.2. Bahan

3.3. Tempat Dan Waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pembibitan Tanaman Sawit

4.2.2. Pengendalian Hama Dan Penyakit Kelapa Sawit

4.2.2.1. Jenis-Jenis Hama

4.2.2.2. Jenis-Jenis Penyakit

4.2.3. Pembibitan Tanaman Karet

4.2.3.1. Jenis Klon Karet Unggul

4.2.3.2. Hama Tanaman Karet

4.2.3.3. Penyakit Tanaman Karet

4.2.4. Pembibitan Kakao

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN FOTO

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  5 
BAB. I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah
Malaysia, sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia
dan Malaysia. Perlu diketahui pembangunan agribisnis kelapa sawit, karet, dan
kakao merupakan industri yang di yakini bisa membantu pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Hal ini dikarenakan ketiga industri
tersebut merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, berupa lahan
yang subur, tenaga kerja yang produktif, dan sinar matahari yang melimpah
sepanjang tahun.
Sebagai contoh adalah kelapa sawit yang merupakan tanaman produktif
dengan produksi minyak per ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil
minyak nabati lainnya. Agribisnis kelapa sawit adalah salah satu dari sedikit
industri yang merupakan keunggulan kompetiitf Indonesia untuk bersaing di
tingkat global. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain, pemakaian bibit kelapa, perawatan tanaman kelapa sawit (Pahan,
2007)

1.1.1. Tanaman Kelapa Sawit​ ​(​Elaeis guineensis Jacq)​


Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan
perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan
devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah
kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena
itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha untuk menanamkan
modalnya.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  6 
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra
Utara. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mengalami banyak kemajuan
sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan
kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri
sampai dengan sekarang ini (Mangunsoekarjo dan Tojib, 2003).
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit
menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati
nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa
sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980
ketika terjadi kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997).
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang
menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri olahan
minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam industri
pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin, kue, es
krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan sabun,
detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet, pelumas, dan
kosmetik.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang
dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut
dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai
induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil
pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut
mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya (Setyawibawa
dan Widyastuti, 1998).
PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam industri kelapa sawit. Pelaksanaan pembudidayaan yang telah
bertahun-tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam
pengembangan, pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus
berkembang seiring dengan waktu. Areal penanaman kelapa sawit yang dimiliki

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  7 
oleh PT. Sampoerna Agro tersebar di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah
(Anonim, 2006).
1.1.2. Tanaman Karet​ ​(​Hevea braziliensis Muell)​

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki


posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas
usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya
(Anwar, 2001).
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.
Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah
percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di
Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga
sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan
Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman
karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006).
Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi
Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari
setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta
ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan
penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).

​ .)
1.1.3 Tanaman Kakao​ ​(​Theobroma cacao L
Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan. Dengan tempat tumbuhnya di hutan
hujan tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat
selama 2000 tahun. Nama latin tanaman kakao adalah ​Theobroma Cacao yang
berarti makanan untuk Tuhan.

Masyarakat Aztec dan Mayans di Amerika Tengah telah membudidayakan


tanaman kakao sejak lama, yaitu sebelum kedatangan orang-orang Eropa.
Orang-orang Indian Mesoamerikalah yang pertama kali menciptakan minuman

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  8 
dari serbuk coklat yang dicampur dengan air dan kemudian diberi perasa seperti:
merica, vanili, dan rempah-rempah lainnya. Minuman ini merupakan minuman
spesial yang biasanya dipersembahkan untuk pemerintahan Mayan dan untuk
upacara-upacara spesial.

Masyarakat Mayan menggunakan biji kakao sebagai mata uang (sebagai alat
pembayaran). Pada abad ke-16 sesuai riwayat orang Spanyol seekor kelinci
seharga 10 buah kakao dan seekor anak keledai seharga 50 buah kakao.
Masyarakat Spanyol belajar tentang kakao dari masyarakat Indian Aztec
pada tahun 1500-an dan mereka kembali ke Eropa dengan membawa makanan
baru yang menggoda ini. Di Spanyo, kakao adalah minuman yang
dipersembahkan hanya untuk raja. Mereka meminumnya selagi masih panas
dengan diberi rasa gula dan madu. Secara perlahan tetapi pasti kakao berkembang
ke kerajaan-kerajaan di Eropa dan pada abad ke-17 kakao menjadi persembahan
khusus untuk masyarakat kelas atas.

1.2. Tujuan
- Untuk mengetahui proses pembibitan awal(Pre-Nursery) dan pembibitan
utama(me nursery) pada tanaman kelapa sawit
- Untuk mengetahui hama dan penyakit tanaman kelapa sawit
- Untuk mengetahui cara pembuatan pembibitan tanaman karet
- Sebagai proses pembibitan tanaman kakao

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  9 
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit (​Elaeis guineensis ​Jacq)


Tanaman kelapa sawit berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Tanaman kelapa
sawit (Elaies guineensis Jacq) termasuk anggota famili Palmae yang merupakan
golongan tanaman keras penghasil minyak nabati. Berdasarkan taksonominya,
tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi Tracheophita, kelas
Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo Cocoideae, famili Palmae,
subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq (Corley, 1976).
Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monocious) yaitu tanaman
yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman. Kedua jenis
bunga tersebut keluar dari ketiak pelepah daun dan berkembang secara terpisah.
Bunga dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk bersilang. Tanaman kelapa
sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri
atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai
alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan Tojib,
2003).
Deli Dura merupakan induk bagi sebagian besar tanaman kelapa sawit
komersial yang saat ini ditanam di dunia. Material genetik lain yang dimiliki
PPKS merupakan hasil introduksi dari Afrika maupun Amerika Selatan. Salah
satu material yang diintroduksi dari Zaire adalah Tenera/Pisifera Binga, dilakukan
pada 1987 oleh Balai Penelitian Perkebunan Medan. Material ini akan menjadi
fokus penelitian pada 2006 untuk tujuan karakterisasi dan eksploitasi, mengingat
mempunyai prospek dan potensi untuk dikembangkan terutama dari karakter
kandungan minyak yang tinggi dan pertumbuhan meninggi yang lambat (Purba et
al., 2006).

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  10 
2.2. Morfologi Kelapa Sawit
2.2.1. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang.
Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama
enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer
kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal
ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang
manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga
akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran
tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.

2.2.2. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (​seedling)​ terjadi pembentukan batang yang
melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa
sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti
kubis dan enak dimakan.
Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun
yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada
tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan
terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.

2.2.3. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (​frond)​ yang menyerupai bulu burung atau
ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam
dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (​foliage leaflet)​ tersusun berbaris
dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi
sebagai tulang daun.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  11 
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 
PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  12 
2.2.4. Bunga dan Buah
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
mengadakan penyrbukan silang (​cross pollination)​. Artinya, bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk.
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (​epicrap)​ ,
daging buah (​mesocrap​) dari susunan serabut (​fibre​) dan mengandung minyak,
kulit biji (​endocrap)​ atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan
keras, daging biji (​endosperm)​ yang berwarna putih dan mengandung minyak,
serta lembaga (​embryo​).
Lembaga (​embryo​) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah
1. Arah tegak lurus ke atas (​fototropy)​ , disebut dengan ​plumula yang selanjutnya
akan menjadi batang dan daun
2. Arah tegak lurus ke bawah (​geotrophy​) disebut dengan ​radicula yang
selanjutnya akan menjadi akar.
Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm. Akar-akar
adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan ​radikula-hipokotil dan
seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit
kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai
organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari
dalam tanah.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya
berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah
matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai
rontok dan berjatuhan (buah leles).

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  13 
2.2.5. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji
dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga
dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan
biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji.
Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif).
Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan
sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat
keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan ​pre-treatment.

Kegiatan karakterisasi mengacu pada Descriptor for Oil Palm. Karakter


yang diamati adalah seluruh bagian tanaman yang dapat diidentifikasi sebagai
pembeda dengan tanaman kelapa sawit lain. Pembeda yang dimaksud harus
mengacu pada kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan suatu varietas.
Hal ini merupakan standar yang ditetapkan oleh Kantor Pusat PVT Jakarta untuk
pengajuan koleksi yang akan dilindungi, sedangkan keragaan hasil silang balik
antara Elaeis oleifera dan Elaeis guineensis antara lain laju pertumbuhan meninggi
yang lambat pada beberapa persilangan yang terbaik, yaitu berkisar antara 30–40
cm/thn, kemudian memiliki karakter tajuk kecil sehingga dapat ditanam dengan
densitas tinggi per hektar, memiliki kualitas minyak yang cukup baik jika ditinjau
dari kandungan oleat, asam lemak tidak jenuh, beta karoten yang lebih tinggi
dibandingkan Elaeis guineensis, dan apabila ditinjau dari hasil analisis pada satu
populasi silang balik generasi pertama maka dapat ditemukan rerata kandungan
beta karoten lebih tinggi dari 1000 ppm, bahkan nilai tertinggi dapat mencapai
2118.63 ppm (Purba et al., 2006).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah tropikal basah di
sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut.
Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit
air, suhu optimal adalah 24-28° C dengan suhu minimum 18°C dan maksimal

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  14 
32°C, kelembaban udara 80%, penyinaran matahari 5-7 jam/hari dan kecepatan
angin 5-6 km/jam.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  15 
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti
podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan
alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit yaitu memiliki solum
setebal 80 cm, tekstur ringan, memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat
20-50%, kemudian memiliki perkembangan struktur baik, konsistensi gembur
sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah sekitar 5-5½, dan memiliki
kandungan unsur hara dalam tanah yang tinggi (Lubis, 1992).
Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara istirahat
tanaman) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang
tinggi (400 C selama 80 hari) untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat
berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaaban 60-80 %
dengan temperatur 35 oC. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, optimal
2.000-3.000 mm/tahun. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah dengan struktur
gembur atau remah yang cukup tebal lapisannya dan banyak mengandung humus
dan mineral. Permukaan air tanah harus cukup dalam, sebab perakaran kelapa
sawit tidak berkembang baik pada air tanah yang dangkal (Heurn, 1985).
Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar (Crude Palm
Oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan melalui proses yang cukup panjang.
Secara ringkas urutan pengolahan kelapa sawit yang dimaksud adalah
sebagai berikut (Setyawibawa,1998) :
a.Pengangkutan buah dari kebun ke pabrik
b. Perebusan buah (sterilisasi)
c. Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting)
d. Pengeluaran minyak (ekstraksi)
e. Pemurnian dan penjernihan minyak (klarifikasi)
f. Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah
g. Pengeringan dan pemecahan biji
h. Pemisahan inti dari cangkang

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  16 
Pembibitan kelapa sawit biasanya memerlukan waktu selama 12 bulan
sampai siap ditanam ke lapangan, yang terdiri dari 2 tahap yaitu 3 bulan
pembibitan awal (pre-nursery) dan 9 bulan pembibitan utama (main-nursery).
Terkadang pembibitan kelapa sawit ada yang lebih dari 12 bulan berhubung
terlambat dipindah ke lapangan, karena beberapa pertimbangan (Siregar dan
Purba, 1992).
Perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan
menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukkan terhadap
tanaman semata, tetapi juga pada media tumbuh (tanah). Perawatan tanaman
kelapa sawit meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan
gulma, pemangkasan, pemupukan, kastrasi dan penyerbukan buatan
(Syamsulbahri, 1996).
Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan
budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk
mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit
adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong
tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke
tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan perlu
memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah
untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang
baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen,
alat panen, rotasi dan system panen, serta mutu panen (Fauzi et al., 2002).

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  17 
​ )
2.3 Tanaman Karet (​Hevea braziliensis L
Tanaman karet ( ​Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan.
Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang
banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila
jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007).
Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai
25 m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang
tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna
pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).
Karet mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi
masyarakat indonesia, yaitu:
- Salah satu komoditi penghasil devisa negara.
- Tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk.
- Sumber penghasilan bagi petani karet

2.3.1. Klasifikasi Tanaman Karet


Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998) klasifikasi botani tanaman karet adalah
sebagai berikut:
Kingdom : ​Plantae
Divisi : ​Spermatophyta
Subdivisi : ​Angiospermae
Kelas : ​Dicotyledonae
Ordo : ​Euphorbiales
Famili : ​Euphorbiaceae
Genus : ​Hevea
Spesies : ​Hevea braziliensis Muell. Arg.​

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  18 
2.3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Karet
1. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150
LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai
produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002). Suhu yang dibutuhkan untuk
tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal rata-rata 28° C. Dalam
sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5
sampai 7 jam (Santosa. 2007.).

2. Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam,
Syam. 2009.).

3. Ketinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).

4. Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang
dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon
tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah
kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati
penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus
untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  19 
petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat.
Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin (Deptan. 2006.).

5. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan
sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis
mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,btekstur, sulum,
kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum
kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup
subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi
tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH
8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
Kemiringan tanah < 16% dan
Permukaan air tanah < 100 cm (Anwar, 2001).

​ )
2.4. Tanaman Kakao (​Theobroma cacao L
Tanaman kakao termasuk marga ​Theobroma​, suku dari ​Sterculiaceae yang
banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta, dan perkebunan
Negara.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  20 
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 
PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  21 
2.4.1. Klasifikasi Tanaman Kakao
Kerajaan/Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Theobroma
Spesies ​ .
: Theobroma cacao L

Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe besar, yaitu Criollo
(Amerika Tengah dan Amerika Selatan) dan Forastero (Amazona dan Trinitario).
Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ ataupun vegetatif.
Kakao lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk yang
terpilih. Sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara vegetatif. Namun,
kakao lindak pun dewasa ini juga sering diperbanyak secara vegetatif untuk
meningkatkan mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat ditentukan oleh tersedianya
benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya benih yang bermutu, maka
dewasa ini di Indonesia terdapat sekitar 10 produsen benih (F.X. Susanto, 1994).
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan
kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana
(20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas kakao
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun, kualitas biji kakao yang diekspor
oleh Indonesia dikenal sangat rendah (berada di kelas 3 dan 4). Hal ini disebabkan
oleh pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% biji kakao produksi
nasional tidak difermentasi) sehingga kualitas kakao Indonesia menjadi rendah.
Kualitas rendah menyebabkan harga biji dan produk kakao Indonesia di pasar
internasional dikenai potongan sebesar USD 200/ton atau 10-15 % dari harga
pasar.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  22 
Selain itu, beban pajak ekspor kakao olahan (sebesar 30%) relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan beban pajak impor produk kakao (5%), kondisi
tersebut telah menyebabkan jumlah pabrik olahan kakao Indonesia terus menyusut
(Suryani, 2007). Selain itu para pedagang (terutama trader asing) lebih senang
mengekspor dalam bentuk biji kakao atau non olahan (Rohman, 2009).
Faktor yang mempengaruhi pembibitan tanaman kakao seperti juga tanaman
perkebunan yang lain adalah air, cahaya matahari, unsur hara, suhu, dan
kelembaban. Pertumbuhan vegetatif bibit terbagi atas pertumbuhan daun, batang
dan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan daun dan batang
ialah hormon dan nutrisi (faktor dalam), status air dalam jaringan tanaman, suhu
udara dan cahaya (faktor luar). Pertumbuhan akar dipengaruhi suhu media
tumbuh, ketersediaan oksigen (aerasi), faktor fisik media tumbuh, pH media
tumbuh, selain faktor dalam dan status air dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan
daun dan perluasan batang menentukan luas permukaan daun dan struktur
tajuk yang sangat penting sehubungan dengan proses fotosintesis. Sedangkan
perluasan akar akan menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian akan
berfungsi kembali sebagai organ penyerap unsur hara mineral.
Faktor dalam diantaranya nutrisi dapat terpenuhi dengan pemberian bahan
organik, faktor luar diantaranya cahaya dapat dipenuhi dengan penaungan. Selain
mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk, penaungan berperan dalam
pengaturan suhu dan kelembaban.
Pembibitan adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi
bibit. Kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan
pembibitan, pembangunan persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan
pendahuluan terhadap benih sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan
bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan dan pengangkutan bibit serta administrasi
pembibitan (Willy, 2010).

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  23 
BAB. III ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat yang Digunakan


Alat yang di pakai selama praktikum adalah sebagai berikut :
a. Parang
b. Cangkul
c. Sepatu boot
Alat pelengkap sebagai berikut :
a. Egrek
b. Dodos

3.2. Bahan yang Digunakan


a. Tanaman sawit pembibitan awal (​pre nursery​)
b. Tanaman sawit pembibitan utama (​main nursery​)
c. Tanaman kelapa sawit TBM 1
d. Biji karet yang akan dibibitkan
e. Bibit karet
f. Biji kakao
g. Pasir
h. Poly bag

3.3. Tempat Dan Waktu Praktikum


Kegiatan praktikum budidaya tanaman perkebunan untuk kelas Agribisnis A
adalah bertempat di Kebun UPT Fakultas Pertanian Universitas Riau. Praktikum
diadakan setiap hari Senin sore pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  24 
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan

tanaman (benih) yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada

tahap selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian

kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar

teknis, diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa

sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh

yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman

lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (​transplanting)​ (Nurgroho, 2008).

Bibit ​pre-nursery k​ elapa sawit adalah bibit yang telah berumur tiga bulan.

Bibit ​pre-nursery i​ ni memiliki kelebihan dalam hal daya tahan hidup jika

dibandingkan dengan bibit yang berumur satu atau dua bulan. Sedangkan jika

dibandingkan dengan bibit yang lebih tua, bibit ​pre-nursery ​memiliki bentuk yang

lebih kecil sehingga mempermudah proses pengangkutan. Hal ini disebabkan

karena setelah berumur tiga bulan, bibit sawit harus dipindahkan dari ​babybag

berukuran 15cm x 20cm x 0,1mm ke ​polibag ​berukuran 42,5cm x 50cm x 0,2mm

(Nugroho, 2008).

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  25 
4.2. Pembahasan
4.2.1 Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (​pre nursery​) selama 3 bulan dan
pembibitan utama (​main nursery)​ selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal
dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses
adaptasi planlet dari kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di
luar.
Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan
oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah seperti contohnya kecambah yang
dari PPKS di Medan. Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.
1. Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
2. 1x buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
3. Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari
biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air
rendaman setiap hari. Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45
konsentrasi 0,2 % selama 2 menit, lalu keringanginkan.
4. Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan
dan simpan di dalam ruangan bertemperatur 39​o​C dengan kelembaban
60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3
menit.
5. Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan
dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45
0,2% selama 1-2 menit. Simpan benih di ruangan bertemperatur 27​0 ​C.
Setelah 10 hari, benih berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  26 
4.2.2 Pengendalian Hama dan Penyakit Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit tanaman
sejak di pembibitan hingga di kebun pertanaman. Hama dan penyakit dapat
merusak bibit, tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman
yang sudah menghasilkan (TM).
Beberapa jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar
pada bibit, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan
(TM). Oleh karena itu, pengendalian terhadap hama dan penyakit perlu
dilaksanakan secara baik dan benar.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilaksanakan secara manual, kimia,
atau biologis sesuai dengan hama dan penyakit yang menyerang. Selain serangan
hama yang tergolong jenis serangga, bibit dan tanaman muda juga sering diserang
oleh hewan besar jenis mamalia terutama bila kebun kelapa sawit dibuka pada
lahan yang sebelumnya berupa hutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder.

4.2.2.1. Jenis-Jenis Hama


Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi
hama perusak akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah.

1. Hama Perusak Akar.


Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda
Rhadinaphelenchus cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease.
Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari
kelapa sawit yang terserang adalah pusat mahkota mengerdil dan daun – daun
baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Daun berubah
warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak
membuka sehingga tidak menghasilkan buah.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  27 
2. Hama Perusak Daun
Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Kumbang Tanduk (​Oryctes rhynoceros​)
Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru
ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah
titik tumbuh ( pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda
yang masih lunak.
Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya
pencegahan (preventif), yaitu menghambat perkembangan larva dengan
mengurangi kemungkinan kumbang bertelur pada medium yang tersedia, yakni
dengan cara sebagai berikut :
a. Membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang mati, agar larva
hama terbakar dan mati
b. Mempercepat tertutupnya tanah dengan tanaman penutup tanah dengan
tanaman penutup tanah agar dapat menutup bagian – bagian batang hasil
tebangan pada saat pembukan lahan yang membusuk di lokasi kebun
c. Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada
batang kelapa sawit yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan).

b. Ulat Setora (​Setora nitens)​


Ulat setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman
sudah menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang
memakan daun kelapa sawit hingga ke lidinya.
Pengendalian Hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan secara
kimia. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh
alami seperti parasit telur yaitu lebah Trichogrammatidae I dan lebah
Ichneumonidae, serta perusak kokoh yaitu lalat Tachinidae.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  28 
c. Ulat Siput (​Darna trima Mooore​)
Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda,
meskipun sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang
hebat dapat menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang
tinggi pada setiap pelepah kelapa sawit.
Pengendalian ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia dan hayati.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang terserang
dengan insektisida. Pengendalian secara hayati dapat menggunakan musuh alami
seperti parasit ulat yaitu lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara
kimia.

d. Serangga Asinga (​Sethothosea Asigna​)


Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang menyerang
dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah satu
hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa
sawit Sumatera Utara. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan
secara hayati. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida,
pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami.

4.2.2.2 Jenis-Jenis Penyakit


a. Penyakit Tajuk (​Crown disease)​
Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang
diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas,
tetapi hanya bisa dilakukan pembuangan bagian yang terserang untuk
memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah infeksi dari jamur Fusarium​A​sp.

b. Basal Steam Rot


Penyebabnya adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan pertama secara
visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  29 
terkulai, selanjutnya pohon akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai
sekarang belum ada.

c. Marasmius
Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah.
Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon.

4.2.3. Pembibitan Karet

Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun


vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah
secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan
pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:
- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar
1/2 - 3/4 cm.
- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata
diambil dari ketiak daun.
- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit
jendela dan kambium
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang
tebalnya 0,04 mm.
- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan
arah pemotongan miring.
Untuk mengoptimalkan pendapatan usaha perkebunan karet, telah
ditemukan beberapa klon karet yang unggul dalam menghasilkan lateks dan kayu.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  30 
4.2.3.1. Jenis-jenis klon karet yang unggul
a. Klon IRR 5
Potensi keunggulan :
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 1,8 ton/ha/tahun.
Lilit batang 51,7 cm pada umur 5 tahun.
Kadar karet kering (KKK) 34,5%.
Lateks sangat sesuai diolah menjadi SIR 3 WF, SIR 5 dan SIR 10.
Resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum dan
Corynespora.
Pada daerah beriklim basah, klon IRR 5 digolongkan moderat terhadap gangguan
penyakit cabang (jamur upas) dan mouldirot.

b. Klon IRR 42
Potensi keunggulan:
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.
Lilit batang 51,4 cm pada umur 5 tahun.
Resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium.
Kadar karet kering (KKK) 36,5%.
Lateks dapat diproses menjadi SIR-5.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  31 
c. Klon IRR 118
Potensi keunggulan:
Pertumbuhannya cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 2,1 ton/ha/tahun.
Lilit batang 48,9 cm pada umur 5 tahun.
Lateks dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, serta SIR 3L,
SIR 5 dan SIR 10/20.
Cukup tahan terhadap penyakit Corynespora dan Colletotrichum.

4.2.3.2. Hama Tanaman Karet


Hama adalah perusak tanamam yang berupa hewan seperti serangga, tungga,
mamalia dan nematoda. Beberapa jenis yang cukup merugikan yaitu:
1. Kutu Lak (Laccifer)
Ciri-ciri :
Menyerang tanaman karet dibawah 6 tahun.
Kutu berwarna jingga kemerahan dan terbungkus lapisan lak.
Mengeluarkan cairan madu, membuat jelaga hitam dan bercak pada tempat
serangan.
Bagian yang diserang ranting dan daun lalu cairannya dihisap sehingga bagian
tanaman yang terserang kering.
Penyebaran kutu lak dibantu semut gramang.
Pengendalian :
Lakukan pengawasan sedini mungkin.
Bila serangan ringan lakukan pengendalian secara mekanais, Fisik dan Biologis
Bila serangan berat, dengan Insektisida Albocinium 2% dan formalin 0,15%
ditambah Surfaktan Citrowet 0,025%, penyemprotan interval 3 mg.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  32 
2. Pscudococcus Citri
Ciri-ciri :
Stadia yang merusak adalah nympha dan imago berwarna kuning muda
Meyerang tanaman yang masih muda seperti ranting dan tangkai daun.
Pengendalian :
Bila serangan berat bisa menggunakan Insektisida jenis metamidofos dilarutkan
dalam air dengan konsentrasi 0,05%-0,1%
Interval penyemprotan 1-2 mg

4.2.3.3. Penyakit Tanaman Karet


Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang disebabakan
oleh patogen, virus, bakteri dan jasad renix lain. Beberapa jenis yang cukup
merugikan antara lain:
a. Penyakit Embun Tepung.
Penyebab Cendawan Oidium heveae
Gejala Menyerang daun muda lalu berbintik putih dan merangas
Umumnya menyerang setelah musim gugur daun
Pengendalian Secara mekanis dengan menanam klon yang sesuai ,
pemeliharaan yang intensif, penyelarasan beban sadapan
Secara kimiawi dengan belerang circus dosis 3 – 5 Kg/Ha
interval 3 – 5 hari.

b. Penyakit Daun Colletotrichum


Penyebab Colletotrichum Gloeosporioides
Gejala Daun muda cacat dan gugur, pucuk gundul daun
bercak coklat, ditengah bercak berwarna putih bintik hitam
(spora)
Penyebab oleh angin dan hujan
Pengendalian Dengan Fungisida

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  33 
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 
PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  34 
c. Penyakit Kanker garis.
Penyebab Phytophthora Palmivora Butl
Gejala Bidang sadapan terdapat garis vertikal berwarna
hitam dan bisa masuk sampai kebagian kayu dan kulit
membusuk
Banyak timbul dimusim penghujan dan kebun yang
terlampau lembab
Pengendalian Makin rendah irisan, kemungkinan infeksi makin
besar.Secara mekanis penjarangan pemangkasan pelindung,
penanaman penutup tanah.
Kimiawi dengan Fungisida (B.a. Kaptofol)

d. Penyakit Jamur Upas.


Penyebab Cortisium salmonicolor
Gejala Tajuk pada dahan / cabang akan layu sehingga tanaman
Pengendalian lemah dan produksi turun. Secara kimiawi luka akibat
serangan dilumas dengan fungisida bahan aktif tridermof
(Calizin Rm 2%).

e. Penyakit Bidang Sadapan


Penyebab Ceratocystis Fimbriata
Gejala menerang kulit bidang sadapan yaitu timbul selaput
benang berwarna putih kelabu lalu
Pengendalian Penyebaran melalui spora spora dan pisau sadap
Secara mekanis dengan mengurangi kelembaban.
Secara kimiawi dengan Fungisida bahan aktif benomil dan Kaptofol

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  35 
f. Penyakit Cendawan Akar putih.
Penyebab Cendawan Fomes Lignosus
Gejala Daun kusam, menguning, layu dan akhirnya gugur
Tanaman bila dibongkar pada akar terdapat cendawan berwarna putih kekuningan
Pengendalian Secara mekanis saat pembukaan lahan tunggul dan akar
harus dibongkar Penanaman 1-2 tahun setelah
pembongkaran Tanaman sakit dibongkar lalu dibakar
Secara kimiawi akar yang terserang dipotong lalu diolesi fungisida

4.2.4. Pembibitan Kakao


Tanaman kakao (​Theobroma cacao L​) merupakan salah satu komoditi unggulan
Indonesia, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan
ekspor, serta memiliki prospek yang cukup cerah pada era globalisasi persaingan
pasar bebas, yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan devisa negara.
Dengan demikian perluasan tanaman kakao perlu terus ditingkatkan. Untuk
meningkatkan produksi tanaman kakao, pemilihan bibit merupakan langkah
pertama yang harus diperhatikan.
Pembibitan adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi
bibit. Kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan
pembibitan, pembangunan persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan
pendahuluan terhadap benih sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan
bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan dan pengangkutan bibit serta administrasi
pembibitan. Syarat-syarat benih yang baik sebagai berikut:
1.​ B
​ uah sudah masak dengan kriteria sudah mengalami perubahan warna

yakni bila muda berwarna hijau sudah berubah menjadi kuning dan
yang muda merah sudah berwarna oranye atau jingga.
2.​ D
​ ompolan biji sudah terlepas dari kulit buah.

3.​ B
​ uah dipetik dari batang utama atau cabang primer.

4.​ B
​ ebas dari serangan hama dan penyakit.

5.​ U
​ kuran buah sedang.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  36 
BAB. V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Hasil praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan memberikan pembelajaran bagi
praktikan dalam hal pengalaman dalam membudidayakan tanaman perkebunan,
seperti tanaman kelapa sawit, karet, dan kakao. Hal ini menjadikan pratikan dapat
merasakan pengalaman sesungguhnya dilapangan.
Diharapkan dengan mengikuti kegiatan praktikum ini, mahasiswa dapat
mempelajari tehnik budidaya, dapat mengatasi permasalahan budidaya, serta
mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari – hari.

5.2. Saran
Kegiatan praktikum seperti ini sangat bermanfaat bagi mahasisiwa agar
dalam memahami teori juga diselingi dengan praktikum membuat mahasiswa
lebih cepat dan mudah dalam memahami teori yang telah diberikan oleh dosen
yang bersangkutan.
Dan sebaiknya dengan dibuatnya laporan akhir ini bisa menjadi sebuah
referensi dan sebagai bacaan yang dapat bermanfaat bagi pembaca. Saya sebagai
penulis juga mengharapkan adanya kegiatan pembudidayaan dan pengaplikasian
praktek kepada kehidupan sehari hari, sehingga ilmu yang didapatkan dapat
dimanfaatkan dengan maksimal.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  37 
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN
PERKEBUNAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 


PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  38 
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 
PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  39 
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN 
PERKEBUNAN BY : MUHAMMAD REZA HARAHAP  40 

Anda mungkin juga menyukai