PERKEBUNAN
Oleh :
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
Puji syukur saya sampaikan kepada Allah SWT karena dengan izin – Nya lah saya
dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman yang membantu saya dalam menyelesaikan laporan akhir ini. Dalam
laporan akhir ini yang di bahas adalah mengenai Budidaya Tanaman Kelapa sawit
(Elaeis Guineensis Jacq) dan Tanaman Karet (Hevea Braziliensis Muell)
Pada tanaman sangat banyak hama dan binatang parasit yang membuat
tanaman tersebut menjadi rusak dan mati. Hama yang menyebabkan penyakit
pada tumbhan ini bermacam-macam jenisnya misalnya : WERENG COKLAT
(Nilaparvata Lugens), Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan
batang tumbuhan berlubang-lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati.
Demikianlah yang dapat saya tuliskan disini apabila terdapat kekurangan
ataupun kesalahan dalam makalah ini saya berharap maklumi karena saya masih
dalam pembelajaran. Terima Kasih.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
)
1.1.3 Tanaman Kakao (Theobroma cacao L
2.1.1 Akar
2.1.2. Batang
2.1.3. Daun
2.1.5. Biji
3.1. Alat
3.2. Bahan
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO
.)
1.1.3 Tanaman Kakao (Theobroma cacao L
Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan. Dengan tempat tumbuhnya di hutan
hujan tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat
selama 2000 tahun. Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma Cacao yang
berarti makanan untuk Tuhan.
Masyarakat Mayan menggunakan biji kakao sebagai mata uang (sebagai alat
pembayaran). Pada abad ke-16 sesuai riwayat orang Spanyol seekor kelinci
seharga 10 buah kakao dan seekor anak keledai seharga 50 buah kakao.
Masyarakat Spanyol belajar tentang kakao dari masyarakat Indian Aztec
pada tahun 1500-an dan mereka kembali ke Eropa dengan membawa makanan
baru yang menggoda ini. Di Spanyo, kakao adalah minuman yang
dipersembahkan hanya untuk raja. Mereka meminumnya selagi masih panas
dengan diberi rasa gula dan madu. Secara perlahan tetapi pasti kakao berkembang
ke kerajaan-kerajaan di Eropa dan pada abad ke-17 kakao menjadi persembahan
khusus untuk masyarakat kelas atas.
1.2. Tujuan
- Untuk mengetahui proses pembibitan awal(Pre-Nursery) dan pembibitan
utama(me nursery) pada tanaman kelapa sawit
- Untuk mengetahui hama dan penyakit tanaman kelapa sawit
- Untuk mengetahui cara pembuatan pembibitan tanaman karet
- Sebagai proses pembibitan tanaman kakao
2.2.2. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang
melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa
sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti
kubis dan enak dimakan.
Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun
yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada
tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan
terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.
2.2.3. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau
ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam
dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris
dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi
sebagai tulang daun.
2. Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam,
Syam. 2009.).
3. Ketinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998.).
4. Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang
dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klon-klon
tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah
kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi. 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati
penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus
untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan
5. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan
sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis
mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,btekstur, sulum,
kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum
kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup
subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi
tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH
8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
Kemiringan tanah < 16% dan
Permukaan air tanah < 100 cm (Anwar, 2001).
)
2.4. Tanaman Kakao (Theobroma cacao L
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang
banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta, dan perkebunan
Negara.
Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe besar, yaitu Criollo
(Amerika Tengah dan Amerika Selatan) dan Forastero (Amazona dan Trinitario).
Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ ataupun vegetatif.
Kakao lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk yang
terpilih. Sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara vegetatif. Namun,
kakao lindak pun dewasa ini juga sering diperbanyak secara vegetatif untuk
meningkatkan mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat ditentukan oleh tersedianya
benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya benih yang bermutu, maka
dewasa ini di Indonesia terdapat sekitar 10 produsen benih (F.X. Susanto, 1994).
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan
kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan salah satu
negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana
(20,2%) dengan persentasi 13,6%. Permintaan dunia terhadap komoditas kakao
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun, kualitas biji kakao yang diekspor
oleh Indonesia dikenal sangat rendah (berada di kelas 3 dan 4). Hal ini disebabkan
oleh pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% biji kakao produksi
nasional tidak difermentasi) sehingga kualitas kakao Indonesia menjadi rendah.
Kualitas rendah menyebabkan harga biji dan produk kakao Indonesia di pasar
internasional dikenai potongan sebesar USD 200/ton atau 10-15 % dari harga
pasar.
4.1. Hasil
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan
tanaman (benih) yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada
kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar
teknis, diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa
sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh
Bibit pre-nursery k elapa sawit adalah bibit yang telah berumur tiga bulan.
Bibit pre-nursery i ni memiliki kelebihan dalam hal daya tahan hidup jika
dibandingkan dengan bibit yang berumur satu atau dua bulan. Sedangkan jika
dibandingkan dengan bibit yang lebih tua, bibit pre-nursery memiliki bentuk yang
karena setelah berumur tiga bulan, bibit sawit harus dipindahkan dari babybag
(Nugroho, 2008).
c. Marasmius
Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah.
Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon.
b. Klon IRR 42
Potensi keunggulan:
Pertumbuhan cepat dan berpotensi sebagai penghasil lateks dan kayu.
Rata-rata produksi 5,68 kg/pohon/tahun.
Lilit batang 51,4 cm pada umur 5 tahun.
Resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium.
Kadar karet kering (KKK) 36,5%.
Lateks dapat diproses menjadi SIR-5.
yakni bila muda berwarna hijau sudah berubah menjadi kuning dan
yang muda merah sudah berwarna oranye atau jingga.
2. D
ompolan biji sudah terlepas dari kulit buah.
3. B
uah dipetik dari batang utama atau cabang primer.
4. B
ebas dari serangan hama dan penyakit.
5. U
kuran buah sedang.
5.1. Kesimpulan
Hasil praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan memberikan pembelajaran bagi
praktikan dalam hal pengalaman dalam membudidayakan tanaman perkebunan,
seperti tanaman kelapa sawit, karet, dan kakao. Hal ini menjadikan pratikan dapat
merasakan pengalaman sesungguhnya dilapangan.
Diharapkan dengan mengikuti kegiatan praktikum ini, mahasiswa dapat
mempelajari tehnik budidaya, dapat mengatasi permasalahan budidaya, serta
mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari – hari.
5.2. Saran
Kegiatan praktikum seperti ini sangat bermanfaat bagi mahasisiwa agar
dalam memahami teori juga diselingi dengan praktikum membuat mahasiswa
lebih cepat dan mudah dalam memahami teori yang telah diberikan oleh dosen
yang bersangkutan.
Dan sebaiknya dengan dibuatnya laporan akhir ini bisa menjadi sebuah
referensi dan sebagai bacaan yang dapat bermanfaat bagi pembaca. Saya sebagai
penulis juga mengharapkan adanya kegiatan pembudidayaan dan pengaplikasian
praktek kepada kehidupan sehari hari, sehingga ilmu yang didapatkan dapat
dimanfaatkan dengan maksimal.