Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“IDEOLOGI POLITIK DAN STRATEGI DALAM MENGHADAPI MASALAH
SOSIAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI”.
Sebagai salah satu Syarat Pelaksanaan Forum LK 2 HMI Cabang Takengon.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan............................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................5
BAB II Pembahasan............................................................................................................6
A. Ideologi.............................................................................................................6
B. Politik................................................................................................................7
C. Strategi dan Taktik............................................................................................8
D. Masyarakat Madani...........................................................................................9
E. Gerak HMI Dalam Membangun Masyarakat Madani......................................14
Kesimpulan.........................................................................................................................17
Saran...................................................................................................................................17
Daftar Pustaka.....................................................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peran seorang intelektual atau yang juga dikenal dengan sebutan kelas
menengah sangat penting dalam membangun masyarakat madani. Orang-orang
yang berpendidikan senantiasa menjadi ruh atau bapak dalam membangun
masyarakat. Sejak awal abad ke-20, kaum intelektual yang juga dikenal dengan
istilah golongan priyayi di Indonesia bergerak membangun sebuah narasi
pergerakan nasional menuntut kemerdekaan. Sampai akhirnya di tahun 1945
Indonesia mendapatkan kemerdekaan atas jasa perjuangan para kaum intelektual.
Bahkan di lingkup dunia, sebuah revolusi dimanapun selalu berawal dari gagasan
kaum intelektual.
3
Dalam upaya membangun masyarakat madani, HMI merancang sebuah
persiapan dengan apa yang dinamakan Ideopolitorstratak (ideologi, politik,
strategi, dan taktik). Perencanaan yang terstruktur dan sistematis dirumuskan
mulai dari ideologi sebagai landasan fundamental, politik sebagai siasat, sampai
kepada strategi dan taktik sebagai ujung tombak. Tentunya ini sangat berkaitan
dengan semangat yang dibawa oleh HMI itu sendiri, yaitu iman, ilmu, dan amal.
Senada dengan pesan dari guru bangsa Haji Oemar Said Tjokroaminoto,
bahwa pemuda Islam harus semurni-murninya tauhid, setinggi-tingginya ilmu
pengetahuan, dan sepintar-pintarnya siasat. Iman dan tauhid menjadi landasan
dasar atau ideologi, kemudian politik sebagai amal atau siasat yang dipersiapkan,
dan strategi serta taktik menjadi ilmu yang dipakai dalam menjalankan langkah
politik.
Tentunya berbicara politik bukanlah sebuah hal yang tabu dalam HMI.
Tidak juga lantas HMI merupakan organisasi politik atau organisasi yang
berafiliasi bahkan menjadi onderbouw partai politik manapun. Menurut Anggaran
Dasarnya, HMI merupakan organisasi mahasiswa yang bersifat perkaderan dan
perjuangan. Maka, politik merupakan hal yang penting dalam upaya membangun
masyarakat madani. Sangat berbahaya ketika berada dalam kondisi yang
dinamakan buta politik.
Seperti yang dikatakan oleh Bertolt Brecht seorang penyair asal Jerman,
bahwa “Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak
berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa
biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan
obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu
bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia
membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa, dari kebodohan politiknya lahir
pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk,
rusaknya perusahaan nasional dan multinasional”.
4
Maka tentunya, Himpunan Mahasiswa Islam dalam gerak langkahnya akan
senantiasa bertujuan untuk membangun masyarakat madani. Hal ini menjadi
konsekuensi logis, karena sejatinya HMI adalah perkumpulan orang terdidik dan
kaum intelektual. Seperti halnya Edward W. Said dalam bukunya “Peran
Intelektual”, bahwa tempat seorang intelektual adalah masyarakat. Dengan
Ideopolitorstratak, HMI bertanggungjawab dalam membangun masyarakat
madani.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertidan Ideologi Politik Strategi dan taktik ?
2. Bagaimana rumusan Ideopolitorstratak dalam HMI ?
3. Bagaimana bentuk dan implementasi HMI dalam mewujudkan
masyarakat madani ?
C. TUJUAN
1. Untuk Memahami Ideologi Politik Strategi dan taktik ?
2. Untuk Memahami Ideopolitorstratak HMI
3. Untuk Mengetahui bentuk dam implementasi HMI dalam mewujudkan
masyarakat madani
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDEOLOGI
6
belaka. Kebijakan yang menyangkut kesejahteraan masyarakat seringkali
berlangsung dalam suatu kekosongan teoritis3. Padahal, dalam
perencanaan yang bersangkutan dengan kesejahteraan dan pembangunan
masyarakat, ideologi penting sebagai landasan dasar, landasan filosofis,
dan landasan teoritis yang mempengaruhi epistemologi.
B. Politik
3
Vic George dan Paul Wilding, Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat, (Jakarta: PT Pustaka
Utama Grafiti, 1992), hlm. 1.
4
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 13.
7
bergaul, berekspresi, bermasyarakat, serta hidup dalam moralitas yang
tinggi. Sama halnya dengan apa yang disebut Peter Merkl “Politik dalam
bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang
baik dan berkeadilan (politics, at its best is a noble quest for a good order
and justice)”5.
8
Berbagai pengertian dapat kita temukan dalam mendifinisikan
strategi dan taktik. Jika mengambil istilah peperangan, strategi adalah
memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan. Sedangkan
taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu
pertempuran. Begitupun menurut Mao Tse Tung strategi adalah menguasai
suatu peperangan secara keseluruhan, sedangkan taktik adalah melakukan
kampanye (yang merupakan bagian dari peperangan).
D. Masyarakat Madani
9
(political society) yang memiliki kode hukum sebagai pengaturan hidup.
Adanya hukum yang mengatur kehidupan masyarakat sebagai pedoman
dalam aktivitas kehidupan menandai eksistensi atau keberadaan suatu
masyarakat tersendiri. Mereka hidup di kota-kota yang memiliki kode
hukum sebagai tanda masyarakat yang beradab. Hal ini berkaitan dengan
konsep tentang bangsa. Konsep yang dikemukakan oleh Cicero ini
berbicara tentang individu dan masyarakat secara keseluruhan yang
mempunyai sistem norma yang berlaku sehingga disebut masyarakat
beradab.
10
political society. Sehingga konsep Hegel ini memperlihatkan bahwa civil
society berhadapan dengan Negara.
Bagi Hegel, civil society ini juga menimbulkan sisi negatif karena
memiliki potensi konflik antara kepentingan-kepentingan yang berbeda
dan berbenturan. Walaupun pada dasarnya dalam masyarakat yang
merdeka civil society menciptakan suatu ruang partisipasi masyarakat
dalam perkumpulan-perkumpulan sukarela yang lahir dari kebiasaan
masyarakat, media massa, perkumpulan profesi, atau yang lainnya yang di
Indonesia dapat diartikan sebagai ormas atau organisasi kemasyarakatan.
11
Itali mengungkapkan pemikirannya tentang konsep civil society. Baginya,
civil society bukan semata-mata mewadahi kepentingan individu seperti
menurut Hegel, tetapi civil society merupakan masyarakat yang
didalamnya terdapat organisasi yang berorientasi melayani kepentingan
orang banyak.
9
Ibid., hlm. 152.
12
nama demokrasi dan bertujuan membentuk masyarakat yang demokratis
sebagai perwujudan masyarakat madani. Tren ini membuat gerakan
prodemokrasi identik dengan gerakan oposisi terhadap pemerintah 10.
Terlebih konsep ini mirip dengan konsep Gramsci dengan tujuan
masyarakat tanpa kelasnya, sehingga civil society merupakan masyarakat
yang menentang Negara.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Taufik Abdullah
dalam pengantarnya di buku Masyarakat Madani Karya Dawam Rahardjo.
Bahwa apa yang dikenal di Indonesia dengan organisasi kemasyarakatan
(ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Non-Government
Organization (NGO), lembaga penelitian, serta badan-badan filantropi
memiliki tiga corak dalam aktivitasnya. Memajukan kesejahteraan,
developmental atau pembangunan, dan advocacy atau pembelaan.
10
Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan Tantangan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 6.
13
berperadaban yang diisi dengan ruang partisipasi masyarakat yang
terwujud dalam organisasi yang bercorak kesejahteraan, pembangunan,
dan pembelaan.
11
Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan
Cita-Cita Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 215.
14
menjadi pedoman normatif HMI sebelum melangkah kedalam urusan
politik, strategi, dan taktik. Tentunya tauhid menjadi landasan filosofis dan
berpengaruh terhadap epistemologi dalam gerak selanjutnya. Bagi HMI
jelas, pedoman dasar gerak langkah HMI termaktub dalam dokumen Nilai
Dasar Perjuangan (NDP).
12
M. Alfan Alfian, HMI 1963-1966 Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara, (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2013), hlm. 83.
13
Victor Tanja, Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di Tengah
Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1982), hlm.
110.
15
Beberapa fase HMI mengalami kemandulan melahirkan kader yang
melaksanakan kerja-kerja intelektual. Spirit intelektualitas tergerus oleh
nafsu kekuasaan dan kepentingan pribadi. Sebuah realitas yang perlu
direnungkan kembali oleh para kader HMI. Padahal konsep dan rumusan
organisasi dalam HMI cukup matang mulai dari hal mendasar hingga
teknis. Tidak ada pilihan selain kembali kepada spirit konsep dan
rumusannya.
16
merupakan contoh dari gerakan horizontal HMI dalam
mengimplementasikan ideopolitorstratak untuk mewujudkan masyarakat
madani.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
17
organisasi setua dan sebesar HMI untuk menjalankan kerja-kerja
intelektualnya. Dalam implementasinya, HMI memiliki rumusan penting
yang bernama ideopolitorstratak. Rumusan yang matang mencakup hal
mendasar sebagai keyakinan dan kepercayaan hingga strategi dan taktik
sebagai teknis pelaksanaaan.
B. SARAN
1. Semakin banyak diskursus mengenai masyarakat madani dan peran HMI
dalam mewujudkannya.
2. Semakin banyak hasil kajian atau artikel yang dapat dijadikan landasan
literatur dalam mempelajari implementasi ideopolitorstratak HMI untuk
mewujudkan masyarakat madani.
DAFTAR PUSTAKA
18
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan
Tantangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
George, Vic dan Paul Wilding. 1992. Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.
19