Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pilihan Ilmu Politik
2021
DAFTAR ISI
A.
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1. Latar Belakang..............................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
3. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
B. KAJIAN TEORITIS.........................................................................................3
2. Liberalisme Klasik........................................................................................5
C. STUDI KASUS................................................................................................17
D. PEMBAHASAN KASUS................................................................................19
E. PENUTUP........................................................................................................21
1. Kesimpulan.................................................................................................21
2. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ideologi adalah salah satu istilah yang memiliki cakupan yang luas karena
istilah ideologi sesungguhnya dapat dibicarakan dalam banyak konteks. Ideologi
dapat dibicarakan dalam konteks pendidikan, ilmu, dan dalam konteks politik.
Ideologi adalah satu istilah penting yang menjadi salah satu fokus pembicaraan
dalam perbincangan tentang politik, atau dalam perbincangan yang terkait dengan
kehidupan kenegaraan. Ideologi, singkatnya, menjadi sumber nilai yang menjadi
acuan dalam kehidupan masyarakat, yang pada gilirannya menjadi pedoman
tingkah laku warga negara melalui penjabaran dalam bentuk peraturan hukum.
Ideologi, dapat juga difungsikan sebagai kepribadian suatu bangsa dan atau negara
karena ideologi juga menunjukkan orientasi suatu masyarakat, yaitu terkait
dengan nilai-nilai yang dianggap penting oleh masyarakat tersebut.1
Di era globalisasi zaman sekarang segala informasi dapat diakses oleh
berbagai macam kalangan sehingga berbagai hal dapat mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat dalam suatu negara. Maka, hal tersebut dapat menimbulkan
beberapa persoalan, khususnya bagi suatu negara yang tidak memiliki basis
ideologi yang kuat karena rentan untuk terombang-ambing layaknya sebuah
pohon yang tidak memiliki akar yang kuat. Maka dari itu, pemakalah akan
membahas beberapa ideologi yang banyak dianut oleh beberapa negara dan
berkembang dalam sejarah umat manusia, yakni terdiri dari liberalisme,
kapitalisme, dan sosialisme.
1
Reno Wikandaru dan Budhi Cahyo, “Landasan Otologis Sosialisme”. Jurnal Filsafat.
Vol 26 No.1, 2016, h. 113.
1
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Ketiga paham ini sangat berpengaruh dalam kehidupan setiap bangsa dan
negara karena sebagai cita-cita untuk mencapai suatu tujuan secara bersama-sama
dalam sebuah tatanan hidup kenegaraan. Oleh karena itu, di bawah ini akan
dibahas terkait liberalisme, kapitalisme, dan sosialisme sebagai berikut :
3
digerakkan oleh keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari
pengetahuan yang baru) dan artistik umum pada zaman itu.
4
masyarakat atau rezim diukur dari seberapa tinggi individu berhasil
mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya. 3
2. LIBERALISME KLASIK
Dalam paham liberalisme klasik, kebebasan berarti ada sejumlah orang yang
akan mennag dan sejumlah orang yang akan kalah. Kemenangan dan kekalahan
ini terjadi karena persaingan bebas. Sehingga kebebasan akan diartikan sebagai
memiliki hak-hak dan mampu menggunakan hak-hak itu dengan memperkecil
ikut campurnya pihak lain dalam hal ini adalah pemerintah. Kaum liberal
menyatakan bahwa masyarakat pasar kapitalis adalah masyarakat yang bebas dan
masyarakat yang produktif. Dan Spencer meyakini, bahwa mekanisme pasar ini
akan melahirkan keseimbangan alamiah.
3
Ramlan Surbakti, Op. Cit., hlm. 45
5
Zaman ini sudah memasuki era modern. Persaingan ekonomi semakin ketat.
Di era globalisasi ini manusia suka dengan berbagai macam barang yang efektif
dam temtnya juga praktis. Mall-mall, supermarket, dan sebagainya mulai
merajalela. Dan masyarakat pun lebih menyukai berbelanja di tempat-tempat yang
disediakan oleh investor asing dengan sistem kapitalis.
Pada saat ini, ada tiga sistem ekonomi yang mendominasi sistem ekonomi
pemerintahan, salah satunya adalah sistem ekonomi kapitalis. Kapitalisme dan
sosialisme dibentuk di atas landasan nilai (Value) yang sama yaitu Materialisme-
Hedonisme yaitu segala kegiatan manusia di latarbelakangi dan diorientasikan
kepada segala sesuatu yang bersifat duniawi, dan dibangun diatas pandangan
dunia yang sekuler yaitu memisahkan hal-hal yang bersifat spiritual dan material
(agama dan dunia). Sosialisme bahkan memiliki pandangan yang negatif terhadap
agama. Menurut mereka agama adalah merupakan sesuatu yang tidak realistis,
berwujud material. Bahkan agama sesungguhnya adalah rekayasa kelompok yang
berkuasa untuk memperkokoh kepentingan mereka sendiri.
Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations, diakui sebagai
karya penggagas awal perkembangan kapitalisme.4 Smith berpendapat bahwa
jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah dengan membiarkan
individu-individu mengejar kepentingan mereka sendiri tanpa keterlibatan
perusahaan-perusahaan negara. Ayn Rand dalam Capitalism menyebutkan tiga
pokok pikiran dari kapitalisme, yaitu kebebasan individu, kepentingan diri dan
pasar bebas. Menurut Rand, kebebasan individu merupakan asumsi dasar
kapitalisme karena dengan pengakuan hak alami tersebut, individu bebas berfikir,
berkarya dan berproduksi untuk kelangsungan hidupnya. Rand menambahkan
bahwa manusia hidup adalah untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain.5
1) Sejarah Dan Perkembangan Kapitalisme Di Dunia
Kapitalisme ialah suatu cara mengadakan produksi, yang mana dalam sistem
kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk menutupi kebutuhan
4
Ibid, 14.
5
Ibid, 15.
6
hidup tetapi dengan tujuan mencari laba. Laba yang diperoleh, sesudah dikurangi
untuk menutupi ongkos-ongkos yang dikeluarkan, dipergunakan pula untuk
mengadakan perusahaan baru pula. Jadi laba bukan dianggap sebagai karunia
yang dapat diraih dengan cara yang mudah. Belum tentu bahwa tiap-tiap milik /
hasil disebut capital. Kapital ialah milik yang dipergunakan untuk memperbanyak
milik, sebagai contoh yaitu sebuah cikar kepunyaan seorang nelayan
dipergunakan untuk mencari sesuap nasi bagi diri dan anak istrinya dapat
dinamakan kapital dalam bentuk yang kecil. Tukang pedati atau pemilik perahu
tadi itu bukan termasuk kaum kapitalis.
Mula-mula timbul di Eropa barat dalam lapangan industri tekstil sekitar tahun
1250. Pada mulanya sebuah perusahaan tenun domba milik Negara Belanda
memperoleh bahan dari daerahnya sendiri. Tetapi kemudian ekspor barang
tenunan meningkat, bulu domba didatangkan dari daerah lain, terutama dari pasar
Calais, yang mendatangkan bulu domba dari tanah Inggris. Saudagar yang banyak
modalnya menempatkan dirinya antara penenun dan bahan tenunan, diborongnya
bulu domba di Calais itu, lalu dijualnya kepada penenun. Dalam taraf berikut bulu
domba benar-benar telah menjadi milik saudagar yang telah dapat disebut menjadi
seorang pengusaha.
7
Perkembangan lebih lanjut yaitu efek dari Revolusi Industri di Inggris sehingga
bisa dikatakan kapitalisme memasuki era baru. Berbagai pendirian pabrik sangat
membutuhkan kapital. Akibat revolusi industri telah memunculkan para pebisnis,
mereka bertindak sebagai pengusaha. Sebagai suatu kemajuan akibat
industrialisasi, bagaimanapun juga keperluan kapital menjadi pengukur kekayaan
seseorang. Para kapitalis melakukan usaha bersama, membentuk organisasi
perdagangan, yang disebut korporasi. Seperti diketahui, bahwa kaum borjuis atau
kapitalis sebagai penganut politik ekonomi liberal, menolak segala campur tangan
negara dalam perusahaan, sebab dianggap sebagai paksaan seperti qilda yang
mereka anggap telah menjadi using itu.
Sebagai akibat revolusi industri, muncullah apa yang disebut sistem kerja di
pabrik, timbul apa yang dinamakan buruh pabrik. Pada awalnya, para borjuis yang
sebagian menjadi kaum industrialis itu semata-mata mencari dan menumpuk
kekayaan, maka mereka hanya memperhatikan hal-hal yang menurut mereka
dapat adalah kaum buruh karena mereka merasa khawatir akan kehilangan
sebagian keuntungannya jika mereka memperhatikan dan mengusahakan
kesejahteraan kaum pekerjanya. Tenaga murah sengaja dieksploitasi, para buruh
dipaksa untuk belanja 10-18 jam sehari sesuai dengan keinginan majikan. Pabrik-
pabrik pada masa ini masih memperlihatkan pabrik-pabrik yang kotor dan pengap
sehingga kaum buruh tidak saja mengalami penderitaan fisik, tetapi juga psikis
karena mereka seolah-olah menjadi bagian dari mesin dan bekerja seperti mesin.
Terdapat pula berbagai macam pembagian kerja, misalnya buruh yang
pekerjaannya memutar sekrup, mengepak, mensortir dan sebagainya selama
berbulan-bulan bahkan dapat bertahun-tahun. Pekerjaan semacam itu tentu sangat
menjemukan dan dapat menekan jiwa, lebih-lebih banyak bekas petani yang
dahulu biasa bekerja di alam terbuka dapat memperoleh kepuasan batin dengan
melihat terwujudnya benda-benda hasil ciptaannya sendiri.
Para majikan yang telah menjadi kaya dan yang melihat negaranya menjadi
kuat dan disegani berkat usaha mereka, tidak mengalami kesulitan dalam
menemukan alasan-alasan mengapa kaum buruh sedemikian keadaannya. Mereka
8
menentang usaha-usaha pemerintahan untuk mencampuri dalam urusan-urusan
ekonomi yang dapat dianggap merugikan kepentingan mereka. Kaum borjuis atau
kapitalis yang mempunyai slogan “Laissez faire” (biarkan saja), pada awal
revolusi industri mampu menghadapi saingan dari manapun datangnya. Untuk
membela faham ini, mereka menunjuk pada bukti-bukti nyata berupa ekspansi
industri dan perdagangan Inggris yang dimungkinkan berkat tiadanya berbagai
perbatasan oleh pemerintah, berupa tarif-tarif, mereka menyayangkan banyak
kaum buruh yang hidup sengsara, tetapi keadaan ini bukan kesalahan siapapun,
melainkan sudah merupakan akibat “alamiah” berlakunya hukum-hukum ekonomi
demikian pandangan kaum kapitalis tersebut. Berbagai bentuk eksploitasi yang
dilakukan oleh para majikan terhadap buruh, mendorong munculnya ide tentang
martabat manusia yang menentang segala bentuk pemerasan seseorang oleh
orang lain, melainkan juga diusahakan untuk memberikan hidup yang layak bagi
setiap orang, kecuali penghapusan perdagangan budak, dengan mengadakan
peraturan upah minimal dan juga jam kerja maksimal bagi para pekerja,
kewajiban belajar untuk memberi dasar pada setiap orang dapat menentukan
hidupnya dengan sebaik mungkin, disitu juga diadakan perawatan umum bagi
orang-orang cacat dan cedera yang mempunyai hak untuk hidup seabgai manusia.
a) Usaha bebas
9
dan meminimalkan biaya, mendorong persaingan yang kuat antar bisnis saat
mereka memenuhi permintaan konsumen.
b) Hak Milik
Kepemilikan lahan dan kepemilikan properti adalah dua hak individu utama
yang memungkinkan perusahaan swasta untuk beroperasi secara bebas tanpa
menyewakan tanah atau properti dari pemerintah. Pemerintah tidak memiliki
wewenang untuk menguasai atau mengelola operasi bisnis, kecuali jika
perusahaan terlibat dalam aktivitas ilegal.
d) Motif keuntungan/laba
10
mendapatkan keuntungan dari bisnis mereka. Lebih banyak sumber daya mengalir
ke area di mana hasil lebih banyak.
11
menyangkut tentang tehnik produksi (mengkombinasikan factor-faktor
produksi untuk mendapatkan output yang optimal).
c) Untuk siapa barang tersebut di produksi (for Whom) ? menjawabnya
dengan pembahasan teori harga, yaitu peranan harga dalam menentukan
produksi-komsumsi-distribusi. Dengan cara pandang seperti ini, maka bagi
sistem ekonomi kapitalis, solusi ekonomi yang harus ditempuh secara
mikro adalah peningkatan produksi sebanyak-banyaknya, dan secara
makro mengejar pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya.
2) Pandangan tentang Nilai (value) Barang
Dalam sistem ekonomi kapitalis nilai merupakan sesuatu yang sangat urgen.
Karena nilai merupakan suatu sarana untuk melihat faedah suatu barang dan jasa,
juga untuk menentukan kemampuan produsen dan konsumen. Ada dua kategori
tentang nilai barang dan jasa yaitu yang berkaitan dengan nilai kegunaan suatu
barang bagi individu yang disebut nilai guna (utility value), dan yang berkaitan
dengan nilai suatu barang terhadap barang lainnya disebut nilai tukar (Exchange
value).
12
barang lainnya, maka harus ada alat tukar yang menjadi ukuran bagi semua barang
dan jasa. Uang merupakan alat tukar yang memudahkan transaksi. Pertemuan
antara uang dengan barang yang dinilai dengan sejumlah uang disebut harga
(price). Jadi harga merupakan sebutan khusus nilai tukar suatu barang. Atau dapat
dikatakan perbedaan antara nilai tukar dengan harga, adalah nilai tukar merupakan
penisbatan pertukaran suatu barang dengan barang lainnya secara mutlak,
sedangkan harga merupakan penisbatan nilai tukar suatu barang dengan uang.
1. Sejarah Sosialisme
13
Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dilakukan dengan cara-cara
damai dan demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal perjuangan
perbaikan nasib buruh secara bertahap, dan dalam hal kesediaan berperan serta
dalam pemerintahan yang belum seluruhnya menganut sistem sosialis. Paham ini
banyak diterapkan di negara-negara Eropa Barat.8
2. Definisi Sosialisme
8
Ramlan Surbakti, Op. Cit., hlm. 48.
9
Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian
Filsafat Ekonomi)”. Jurnal Sudi Ekonomi. Vol 3 No.2, 2012, h. 178.
14
Secara etimologi, istilah sosialisme atau dalam bahasa Inggris disebut dengan
istilah socialism berasal dari bahasa Perancis, yaitu “sosial” yang berarti
“kemasyarakatan”. Secara historis, istilah sosialisme pertama kali muncul di
Perancis sekitar tahun 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran atau
pandangan yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang
berdasarkan pada hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud
agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga
perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba, semata-mata untuk
melayani kebutuhan masyarakat.
Berikut adalah objek material yang menjadi bahasan dalam sosialisme yang
dirangkum dalam pandangan pokok, nilai-nilai, serta cita-cita ajaran sosialisme11 :
15
3. Sosialisme menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan, dan
kelas masyarakat dalam menikmati kesejahteraan, kekayaan dan
kemakmuran.
4. Tugas negara adalah mengamankan sebanyak mungkin faktor produksi
untuk kesejahteraan seluruh rakyat, dan bukan terpusat pada kesejahteraan
pribadi.
5. Sosialisme menganggap bahwa kapitalisme memiliki sifat yang jahat,
yaitu: kapitalisme menghasilkan sistem kelas, kapitalisme adalah sistem
yang tidak efisien, serta kapitalisme merusak sifat manusia karena
cenderung membuat orang berlaku kompetitif, tamak, egois, dan kejam.
6. Nilai-nilai utama dalam sosialisme adalah kesamaan, kerja sama, dan kasih
sayang.
7. Produksi dilakukan atas dasar kegunaan dan bukan untuk mencari
keuntungan semata-mata.
8. Persaingan yang kompetitif digantikan dengan perencanaan.
9. Setiap orang bekerja demi komunitas dan memberi kontribusi pada
kebaikan bersama sehingga muncul kepedulian terhadap orang lain.
12
Rabiatul Adawiah, Op. Cit., h. 184.
16
BAB III
STUDI KASUS
“Mengapa Aksi Demonstrasi di Indonesia Identik dengan Bakar-Bakar
di Tengah Jalan?”
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Penulis Dandy Bayu Bramasta | Editor Sari Hardiyanto KOMPAS.com
Pengesahan omnibus law UU Cipta Kerja berbuntut panjang. Sejumlah
elemen mulai dari buruh hingga mahasiswa di sejumlah daerah turun ke jalan
menentang pengesahan tersebut. Mereka menilai UU Cipta Kerja tersebut bakal
merugikan buruh dan pekerja. Aksi unjuk rasa menyampaikan pendapat yang
awalnya berjalan tertib, lantas berubah menjadi ricuh. Hal itu terjadi di sejumlah
daerah. Aksi membakar ban, lempar batu, hingga tembakan gas air mata untuk
membubarkan massa pun terlihat di sejumlah daerah. Muncul pertanyaan,
mengapa aksi demontrasi di Indonesia selalu identik dengan aksi bakar
membakar?
Simbol Tertentu
Bentuk Perlawanan
Atau dengan kata lain, lanjutnya, masalah itu sudah besar dan menyala atau
membara seperti api yang dibakar tadi. Menurutnya, ada satu peringatan di balik
pembakaran tersebut yakni sebagai peringatan bahwa siapa saja terutama pihak
yang didemo, akan terbakar dan hangus hingga habis. "Ini suatu simbol yang
dipakai sebagai sebuah bentuk ikatan untuk perlawanan terhdap pihak yang
17
didemo," paparnya. Aksi bakar-bakar tersebut juga dijadikan simbol semangat
bahwa mereka sudah sampai pada titik yang serius. "Tidak sekedar menyuarakan
pendapat, diterima atau tidak diterima lalu pulang. Tidak sekedar loncat-loncat,
tetapi bakar-bakar tadi bisa diibaratkan mereka sudah di level puncak," imbuhnya.
Oleh sebab itu, untuk menggambarkan adanya demo yang serius dan besar,
biasanya dibakarlah barang seperti ban dan membuat gejolak api yang tinggi.
Drajat mengungkapkan, demo dengan membakar ban sudah terjadi sejak lama,
khususnya di kota-kota besar. "Demo dengan bakar ban dari dulu biasa terjadi di
kota-kota, khususnya di tengah jalan raya. Ini cara efektif melumpuhkan jalur
transportasi di kota dan sekaligus bagus untuk menarik perhatian orang di jalan,"
pungkasnya.
18
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan studi kasus yang telah dilansir dari media berita kompas.com,
terdapat sebuah topik yang tertarik untuk dibahas oleh para pemakalah, yakni
terkait dengan aksi rusuh setiap demonstrasi. Untuk demonstrasi saat ini, kami
akan membahas terkait demonstrasi RUU Cipta Kerja karena disesuaikan dengan
waktu dan maksud yang sudah tercantum pada studi kasus yang kami berikan.
Sebelum membahas terperinci lebih jauh, kami akan menjelaskan secara singkat
terlebih dahulu sebagai pengantar menuju pembahasan. Awal mulanya, aksi
penolakan oleh sebagian besar mahasiswa dan kaum buruh ini dilandasi oleh
ketidaksepakatan terkait RUU Cipta Kerja, sehingga dengan adanya beberapa
rancangan yang menurut beberapa pihak merugikan masyarakat. Maka muncullah
gerakan demonstrasi terkait RUU Cipta Kerja dari berbagai kalangan dan juga
berbagai daerah. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas terkait unjuk
rasa yang berakhir rusuh tersebut.
19
ada yang membenarkan bahwa segala masalah harus diselesaikan dengan
kekerasan. Kita menganut Pancasila, yang mana sesuai dengan sila ke-3, yakni
persatuan Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa kesatuan masyarakat di
negara kita sudah dipertanyakan. Tentu, kita disini melihat dari berbagai sisi,
bukan hanya pada satu sisi. Namun, hal tersebut dinilai lebih banyak
mengakibatkan efek negatif dibanding positifnya, yang kemudian aksi ricuh
tersebut merugikan banyak pihak.
20
pemerataan kesejahteraan bersama. Paham ini mengacu pada hidup besama
dalam kedamaian.
21
BAB III
PENUTUP
Dalam masyarakat modern, liberalisme, kapitalisme, dan sosialisme akan
dapat tumbuh dalam sistem demokrasi. Antara demokrasi sama-sama
mendasarkan kebebasan mayoritas. Ketiga ideologi tersebut berkembang dalam
masing-masing suatu negara. Namun, dalam hakikatnya ketiga pemahaman
tersebut tidak dianut oleh bangsa Indonesia, konsep ideologi politik dan dasar
negara yang mengarah pada tatanan hidup bermasyarakat dan bernegara bagi
bangsa Indonesia adalah Pancasila. Semua masyarakat sudah mengakui bahwa
negara kita berprinsip dan sudah berpegang teguh dengan berlandaskan Pancasila
dalam kehidupan sehari-harinya.
1. Saran
Beberapa saran dari kami:
1. Kami menghimbau agar para pembaca memahami isi makalah ini sebaik-
baiknya sehingga dapat mengamalkan dengan ilmu yang dimilikinya.
2. Kami berharap agar pembaca dapat memberikan krtitik dan saran yang
membangun mengenai makalah ini, karena penulis meyakini bahwa
makalah ini masih jauh dari kata “sempurna”, karena keterbatasan
kemampuan penulis. Serta kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
22
DAFTAR PUSTAKA
Agustiati. (2005). Sistem Ekonomi Kapitalis. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Fisip Unpad. Vol. 1 (No. 2).