Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Liberalisme dan Sosialisme Sebagai Perjuangan Moral”


Dosen Pengampu : Dr. nursyam Anwar, S.E., M. Si.

Disusun oleh

KELOMPOK III

DEPIANTI C0122303
ZUKHAM C0122306
ARDIANSYAH H
WAHYU C0122308
RIDWAN C0122305
ZUBAEDAH C0122307
NURTANTI C0122309

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mengenai
“Liberalisme dan Sosialisme Sebagai Perjuangan Moral”. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 4

A. Pengertian Liberalisme dan Sosialisme dari Tinjauan Historis .................... 4

B. Pertentangan dan Perdamaian Antara Liberalisme Dan Sosialisme ............. 5

C. Kapitalisme dan Demokratisasi ...................................................................... 9

D. Etika Pasar Bebas........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 12

A. Kesimpulan..................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di sepanjang sejarah fi lsafat, tema tentang keadilan (justice) menjadi satu

topik yang sangat penting. Sedemikian pentingnya tema tersebut, sehingga

pelbagai penganut teori seperti utilitarianisme, intuisionisme, eudaimonisme,

perfeksionisme, liberalisme, komunitarianisme, sosialisme, dan lain sebagainya,

telah berusaha membahasnya. Dikemukakan oleh filsuf Perancis, Alain Badiou,

bahwa kajian sentral politik sejak zaman Plato hingga saat ini adalah keadilan.

Badiou mengatakan, “injustice is clear, justice is obscure”. Ketidakadilan itu

mudah dipahami, dimengerti, dan dialami. Siapapun tidak mengalami kesulitan

menjumpai orang-orang yang menderita, buruh, orang miskin, gelandangan, dan

masyarakat kecil yang ditindas. Ini adalah sinyal ketidakadilan, sementara sinyal

keadilan lebih sulit terdeteksi.

Bagi John Rawls, keadilan merupakan keutamaan tertinggi manusia. Dalam

buku A Theory of Justice, Rawls menegaskan bahwa keadilan merupakan

keutamaan pertama dalam institusi sosial, sebagaimana kebenaran dalam sistem

pemikiran. Suatu teori, betapapun elegan dan ekonomisnya, harus ditolak dan

direvisi jika ia tidak benar, demikian juga hukum dan institusi, betapapun efi sien

dan rapinya, harus direformasi dan dihapus jika tidak adil.4 Satu-satunya hal yang

mengizinkan setiap orang menerima teori yang salah adalah karena tidak adanya

teori yang lebih baik. Dengan kata lain, ketidakadilan hanya bisa dibiarkan apabila

dibutuhkan untuk menghindari ketidakadilan yang lebih besar.

1
Liberalisme merupakan sebuah pandangan fi losofi s yang didasarkan pada

pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.

Liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang berciri kebebasan, perlakuan

yang sama di depan hukum, penghargaan hak dan kepemilikan properti secara

individual, serta penolakan pembatasan oleh negara dan agama. Liberalisme

berakar kuat pada pemikiran John Locke (1632-1704), seorang fi lsuf politik

Inggris. Dalam tulisan ini saya menggali gagasan keadilan yang secara implisit

dijelaskan Locke dalam pemikirannya tentang negara.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan liberalisme dan sosialisme dari tinjauan

historis?

2. Bagaimana pertentangan dan perdamaian antara liberalisme dan

sosialisme?

3. Apa yang dimaksud dengan kapitalisme dan demokratisasi?

4. Apa yang dimaksud dengan etika pasar bebas?

C. TUJUAN

Adapun Tujuan dalam makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu liberalisme dan sosialisme dari tinjauan historis

2. Untuk mengetahui bagaimana pertentangan dan perdamaian antara

liberalisme dan sosialisme

3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan kapitalisme dan

demokratisasi

2
4. Untuk mengetahui apa dimaksud dengan etika pasar bebas

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Liberalisme dan Sosialisme dari Tinjauan Historis

Menurut Locke, manusia memiliki tiga hak kodrat yaitu: “lifefreedom, and ,

property”. Yang paling penting adalah hak atas milik, karena kehidupan dan

kebebasan kita miliki juga. Pekerjaan adalah legitimasi setiap milik. Manusia

menginvestasikan tenaga kerjanya dalam suatu hal dan dengan demikian hal itu

dilepaskan dari keadaan tidak bertuan dan menjadi milik si pekerja.

Marxisme merupakan ajaran sosial-ekonomi-politik yang sangat kompleks

dan tidak mudah untuk disingkatkan tanpa mengorbankancukuup banyak unsur

yang sebenarnya hakiki juga. Marxisme sebagai kritik atas teori liberalisitis

tentang milik yang juga merupakan usaha untuk menyajikan suatu alternatif.

Usaha itu meliputi dua aspek:

 Aspek ilmiah: ilmu pengetahuan selalu berbicara tentang hukum hukum

tetap dan atas dasar hukum-hukum itu dapat dilakukanprediksi, artinya kita

dapat meramalkan apa yang akan terjadi, jika beberapa syarat terpenuhi.

 Aspek etis: kapitalisme tidak saja adalah suatu sistem yang terbukti akan

sirna, tetapi juga merupakan sistem yang harus ditolak karena tidak

manusiawi, karena mengeksploitasi dan memperbudak manusia

Menurut Smith dengan menerima pasar bebas, maka menerima juga

kompetisi sebagai cara yang efisien untuk mewujudkan kebebasan di bidang

4
ekonomi.

B. Pertentangan dan Perdamaian Antara Liberalisme Dan Sosialisme

1. Liberalisme

Inti pemikiran liberalisme tekanannya pada kebebasan individual.

Negara harus menjaga agar para warganya beserta miliknya tetap dalam

keadaan aman sehingga tidak akan terjadi tindakan yang meresahkan

masyarakat. Selain itu negara memberi kesempatan seluas-luasnya

kepada warganya untuk menjalankan kebebasannya sendiri.

Pasar bebas adalah pengertian pokok bagi pemikiran liberalistis di

bidang ekonomi. Relasi-relasi ekonomis harus berjalan menurut hukum

penawaran-permintaan. Keadaan ekonomi paling baik akan tercapai bila

mekanisme pasar bisa menentukan segala-galanya.

2. Sosialisme

Jika liberalisme menempatkan individu diatas masyarakat, maka

sosialisme menempatkan masyarakat diatas individu. Sosialisme

memandang manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai sesama yang

hidup bersama orang lain. Liberalisme lebih cenderung melihat manusia

sebagai individu yang mempunyai kebebasan masing-masing.

Masyarakat yang diatur secara liberalistis ditandai egoisme, sedangkan

masyarakat yang diatur secara sosialistis ditandai solidaritas atau

kesetiakawanan. Kalau liberalisme menekankan hak atas milik pribadi,

5
maka sosialisme ingin mengatur lembaga milik sedemikian rupa

sehingga dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat

3. Kekuatan dan kelemahan

Kekuatan Liberalisme adalah bahwa milik pribadi diakui sebagai

cara penting untuk mewujudkan kebebasan pribadi. Kelemahan

Liberalisme utama adalah bahwa mereka kurang memperhatikan nasib

kaum miskin dan orang yang kurang beruntung dalam perjuangan

hidup, seperti kaum buruh dalam masyarakat berindustri. Kekuatan

Sosialisme adalah mereka menemukan dimensi transindividual dari

milik. Milik selalu mempunyai suatu fungsi social dan tidak pernah

boleh dibatasi pada kepentingan pribadi saja.

Kelemahan Sosialisme adalah keenyataan bahwa ekonomi yang

direncanakan dari atas ternyata tidak bisa berhasil. Jika barang yang

dimiliki bersama, tanggung jawab kurang dirasakan.

4. Menuju Perdamaian

Liberalisme dan sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideology

antagonis yang berjuang merebut hegemoni di panggung politik

ekonomi selama kira-kira satu setengah abad. Sekarang dua ideology ini

mencapai titik perdamaian. Keseimbangan antara dua ideology sudah

tercipta dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing dan

mengesampingkan kelemahannya. Saat pergantian abad, liberalism dan

sosialisme dua-duanya gagal dan serentak juga berhasil, dua duanya

kalah dan serentak juga menang. Situasi ini mencuat di Negara industri

6
di mana pertentangan historis antara liberalisme dan sosialisme

berlangsung sekian lama.

Sistem negara kesejahteraan bisa dilihat sebagai koreksian social

atas akibat negatif ekonomi pasar bebas, seperti pengangguran

mendadak. Jaminan sosial yang terwujud dalam negara kesejahteraan

merupakan sistem yang bagus. Tetapi, bukan berarti bahwa sosialisme

demokratis telah berhasil. Negara kesejahteraan diliputi banyak

kesulitan dan sistemnya tetap rapuh karena sangat kompleks. Kesulitan

yang dialami di antaranya sebagai berikut :

a. Tanggung jawab pribadi warga negara banyak berkurang.

Semuanya ditanggung negara. Sistem jaminan sosial bisa

mengakibatkan sikap boros, misalnya di bidang kesehatan. Orang

lebih cepat pergi ke dokter, dokter lebih cepat menulis resep, dan

pasien lebih cepat mengambil obat di apotek karena semuanya

diganti oleh negara. Untuk mencegah terjadinya pemborosan,

sudah ada negara kesejahteraan yang mewajibkan pasien

membayar sendiri sebagiannya bila mengambil obat dengan resep

baru.

b. Negara kesejahteraan sebetulnya dibangun atas solidaritas antara

angkatan kerja dan mereka yang tidak bekerja lagi, tetapi dengan

adanya negara kesejahteraan, solidaritas tradisional hilang. Yang

dimaksud adalah solidaritas antara saudara, tetangga, masyarakat

sekampung. Orang yang tertimpa musibah seperti penyakit atau

7
kehilangan pekerjaan tidak lagi perlu dibantu oleh saudara atau

kenalan lain karena tertampung oleh jaring pengaman sosial yang

dipasang negara. Hal ini masih diperkuat oleh tendensi

indivualisme yang semakin bertambah. Keluarga inti tinggal

sendiri dan jarang bertemu dengan saudara.

c. Kesulitan yang mengancam kelangsungan negara kesejahteraan

adalah pembiayaannya. Mereka yang tidak bekerja berjumlah

semakin besar dan jaminan sosial mereka harus dibayar dengan

premi sosial dari angkatan kerja yang semakin kecil jumlahnya.

Maka, harus dicari jalan keluarnya untuk mengurangi pengeluaran

jaminan sosial dengan membiayai sistem jaminan sosial dengan

tidak membebankan lagi pekerjaan melainkan konsumsi (dengan

semacam Pajak Pertambahan Nilai yang baru). Keuntungannya

ialah masyarakat sebagai keseluruhan akan membiayai sistem

jaminan sosial. Tetapi perubahan seradikal itu akan menimbulkan

banyak konsekuensi yang harus dipikirkan.

d. Sistem negara kesejahteraan mulai disalahgunakan. Banyak

karyawan pura-pura sakit dan gaji mereka dibayar terus. Jika

menganggur, banyak orang memilih terus menerima tunjangan

penganggur daripada mencari pekerjaan baru. Penyalahgunaan

seperti itu dilarang, tetapi sulit untuk dipantau dan diberantas.

Selalu ada kontrol atas penerimaan tunjangan sosial, tetapi kontrol

ini tidak cukup. Menjalankan kontrol yang lebih efektif dan

8
intensif dengan menambah jumlah inspektur sosial berarti juga

membuat sistem menjadi lebih mahal.

C. Kapitalisme dan Demokratisasi

Hingga saat ini perjuangan yang berlangsung Antara liberalism dan

sosialisme sebagai dua ideology yang mendominasi kancah politik-ekonomi

selama kira-kira satu setengah abad. Dalam hal ini, kami terutama memfokuskan

pandangan mereka tentang hal milik. Beberapa kali sudah dipakai juga istilah

“kapitalisme”. Ada cukup banyak pengarang yang mempertentangkan sosialisme

dengan kapitalisme, bukan dengan liberalisme. Karena itu, pertanyaan muncul :

bagaimana hubungan antara liberalisme dan kapitalisme.

Kapitalisme merupakan pengertian yang sangat tidak jelas dan diberi isi

yang berbeda - beda. Konotasi negatifnya terutama berasal dari kritik Karl Marx

yang membuat studi besar berjudul Das Kapital (Kapital) dalam tiga jilid (jilid

pertama keluar pada 1867 ; jilid kedua dan ketiga terbit sesudah meninggalnya

dan disunting oleh Friedrich Engels). Kapitalisme di sini kita mengerti sebagai

praktek ekonomi (bukan suatu teori) dan sekaligus sebagai sistem social yang

ditandai oleh adanya kelas , yaitu kelas kapitalis dan kelas proletar.

Ideologi di belakang kapitalisme adalah liberalisme, yang dapat

menjelaskan tiga unsur hakikinya : lembaga milik pribadi, pencarian untung, dan

kompetisi dalam sistem ekonomi pasar bebas. Motor penggerak bagi sistem

kapitalisme adalah akumulasi kapital. Melalui cara berproduksi industri, modal

dimanfaatkan untuk memperoleh laba sebesar- besarnya, yang kemudian

diinvestasikan lagi dalam usaha produktif sehingga dapat menghasilkan kekayaan

9
lebih besar lagi , dan seterusnya. Cara berproduksi padat modal ini menghasilkan

kuasa ekonomis yang sangat besar, kadang - kadang sampai posisi monopoli,

walaupun monopoli sebenarnya bertentangan dengan prinsip - prinsip liberalism.

Kekuatan kapitalisme ini berbarengan dengan penghisapan terhadap kaum buruh.

Menurut Karl Marx, keadaan kaum buruh ini akan semakin memburuk terus

menerus.

Demokratisasi dalam ekonomi yang dijalankan secara kapitalistis di negara-

industri Barat merupakan fenomena yang sangat menarik. Pertama, sistem

pemerintahan demokratis berhasil mengoreksi beberapa ekses kapitalisme. Kedua,

antagonisme antara kelas-kelas seperti dimengerti oleh marxisme, dalam sistem

pemerintahan demokratis cukup teratasi. Ketiga, fenomena yang barangkali paling

menarik adalah pemilikan sarana produksi yang semakin merata.

D. Etika Pasar Bebas

Pasar yang sempurna adalah yang tidak membutuhkan moralitas. Dengan

pasar sempurna dimaksudkan pasar dimana kompetisi Berjalan dengan sempurna.

Pasar sempurna berjalan seperti sistem komputer. Pertimbangan moral tidak

berperan didalamnya, moral baru diperlukan bila pasar gagal atau mempunyai

kekurangan.

Dari sudut pandang akademis, pada kenyataannya kompetisi dalam pasar

tidak pernah sempurna. Salah satu alasannya adalah externalities, yaitu faktor-

faktor yang mempunyai makna ekonomis tetapi tidak diikutsertakan dalam

perhitungan nya. Sebagai contohnya adalah sumber daya alam yang terbatas dan

10
bisa habis kapan saja namun kita tidak mengetahui konsekuensi perbuatan kita

terhadapnya. Contoh real-nya adalah Industri Modern tidak menyadari efek

negatif Polusi yang disebabkan dan kini pun banyak aspek lingkungan hidup yang

belum diintegrasikan dalam perhitungan ekonomis. alasan lain mengapa kompetisi

dalam pasar tidak sempurna adalah bahwa tidak semua orang menduduki

tingkatan yang sama agar dapat memainkan perannya masing masing di pasar

Peran etika dalam semuanya ini tampak dari dua segi titik pertama, dari segi

keadilan sosial, semua peserta dalam kompetisi di pasar diberikan kesempatan

yang sama. Kedua, etika sangat dibutuhkan sebagai jaminan agar kompetisi

berjalan dengan baik dari sudut pandang moral tuntutan moral bisa dirumuskan

dengan cara positif dan negatif. Secara positif kompetisi harus berjalan dengan

Fair dan secara negatif dalam kompetisi orang tidak boleh merugikan orang lain.

Semua peserta dalam pasar bebas harus berlaku dengan fair, kejujuran

merupakan tuntutan etis yang sangat penting. Sebagai contoh yang sering terjadi

di masyarakat ketika produsen madu mengklaim bahwa madu yang mereka jual

adalah madu murni namun pada kenyataannya madu tersebut dicampur oleh gula.

Contoh lain seperti peternak ayam yang menjual ayam dengan mengklaim bahwa

ayam mereka adalah ayam organik namun pada kenyataannya ayam tersebut

disuntik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inti pemikiran liberalisme tekanannya pada kebebasan individual. Negara

harus menjaga agar para warganya beserta miliknya tetap dalam keadaan aman

sehingga tidak akan terjadi tindakan yang meresahkan masyarakat. liberalisme

menempatkan individu diatas masyarakat, maka sosialisme menempatkan

masyarakat diatas individu. Hingga saat ini perjuangan yang berlangsung Antara

liberalism dan sosialisme sebagai dua ideology yang mendominasi kancah politik-

ekonomi selama kira-kira satu setengah abad. Semua peserta dalam pasar bebas

harus berlaku dengan fair, kejujuran merupakan tuntutan etis yang sangat penting.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis harapkan kritik

dan sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas

12
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. 2013. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: PT. Kanisius


Yogyakarta

Alwino, A. 2016. Diskursus Mengenai Keadilan Sosial: Kajian Teori Keadilan


Dalam Liberalisme Locke, Persamaan Marx, Dan Justice As Fairness
Rawls. Kwik Kian Gie School of Business Jakarta, Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai